e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD N 5 BALER BALE AGUNG JEMBRANA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 I Gusti Ayu Rossi Ekayanti1, I Ketut Adnyana Putrai2, I Negah Suadnyana3 1,2,3Jurusan
PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung, Negara, Jembrana melalui implementasian model pembelajaran Learning Cycle. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 5 Baler Bale Agung, Jembrana. Penelitian ini melibatkan, siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung, Negara, Jembrana yang berjumlah 36 orang siswa dengan rincian 21 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Metode tes dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung, Negara, Jembrana. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Rata-rata persentase tingkat hasil belajar matematika siswa pada siklus I adalah 75,66% berada pada kategori sedang, dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 81,61% berada pada kategori tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I dan siklus II sebesar 5,59%. Peningkatan juga terlihat pada persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I sebesar 75,00% dan pada siklus II sebesar 91,67%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Learning Cycle dapat mningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung,Negara, Jembrana .
Kata Kunci : Pembelajaran Learning Cycle, hasil belajar, matematika.
Abstract The purpose of this research is to improvethe result of learning mathematic of grade IV students of SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana by implementation model of learning cycle. This research is using method “Classroom Action Research” which it can does in two cycle. This research is done in SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana which it consists of 36 student with detail of 21 boys and 15 girls. Data collecting method used in this research is test. Test method is used for collecting data about the result of learning mathematic of grade IV student of SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana. The next, all the data is collected must be
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
analyzed by use quantitative descriptive methodan qualitative descriptive method. The level average percentage of learning mathematic in cycle I is 75.66% and it is middle category, and in cycle II it’s going to 81.61% and it’s in high category. Upgrading of result study is happened from cycle I and cycle II are 5.59%. This upgrade can see in the similarly completeness result study of student, in cycle I is 75% and cycle II is 91.67%. The upgrading of result study from cycle I and II is 16.67%. So, we can make a conclusion that implantation model of cycle learning can improve result learning of mathematic for grade IV student of SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana. Key word: learning cycle method, result of study, mathematic. PENDAHULUAN Dewasa ini, dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh upaya pemerintah untuk terus memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah terus berupaya meningkatkan sarana fisik maupun nonfisik yang dapat menunjang optimalnya proses pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah berulang kali melakukan penyempurnaan kurikulum. Sesuai dengan Peraturan Menteri No 25 tahun 2002 terjadi penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004. KBK bersifat desentralistik yaitu disusun dan dikembangkan di tingkat satuan pendidikan berdasarkan standar isi yang ditetapkan dari pusat (Depdiknas, 2004). Kurikulum yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Hal ini dilakukan agar kurikulum yang diterapkan pada tiap jenjang pendidikan benar-benar dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Depdiknas, 2006). Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan sesuai dengan Permendiknas No 24 tahun 2006 (Depdiknas, 2006). Dalam Wikipedia bahasa Indonesia kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah suatu kurikulum operasional yang disusun dan diterapkan oleh tiap-tiap satuan pendidikan
berdasarkan standar isi yang telah ditetapkan dari pusat. Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan, setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan dalam menyusun kurikulumnya yang disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada di setiap satuan pendidikan tersebut. Dengan diterapkannya KTSP telah terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher center (berpusat pada guru) menjadi student center (berpusat pada siswa). Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep dapat tertanam di benak siswa. Ini berarti mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Demikian pula dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat memahami matematika, maka konsep-konsep matematika harus dilibatkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 di kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung, Kabupaten Jembrana dalam mata pelajaran matematika dengan guru pengajar ibu Ni Nengah Suinati, S.Pd diperoleh gambaran bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika belum mencapai hasil yang diharapkan. Ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi sebagai faktor penyebab hasil belajar siswa yang
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
perlu untuk ditingkatkan dalam pembelajaran matematika sebagai berikut. 1) Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru dan siswa kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. 2) Guru kurang memberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika. 3) Materi pelajaran matematika kurang dikaitkan dengan masalah-masalah nyata, begitu siswa masuk kelas, guru langsung memberikan materi dalam proses pembelajaran atau guru langsung memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan sebagai latihan tanpa mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan penerapannya di dunia nyata atau di kehidupan seharihari siswa. 4) Siswa cenderung bersikap pasif dalam mengukuti pembelajaran matematika sehingga usaha untuk menemukan sendiri pemecahan suatu masalah menjadi kurang. 5) Guru tidak memperhatikan proses keseharian siswa dalam pembelajaran tetapi lebih memperhatikan hasil yang dikerjakan siswa. 6) Nilai hasil belajar matematika siswa yang di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) baru mencapai 65,38% dari 36 orang siswa. Hal ini dapat dilihat dari data tes ulangan harian kelas IV pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 materi kelipatan dan faktor bilangan. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 24 orang dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 12 orang siswa. Berdasarkan beberapa temuan masalah tersebut, fokus permasalahannya terlihat pada nilai hasil belajar siswa yang di atas KKM baru mencapai 65,38% untuk mata pelajaran matematika, dan berdasarkan data tersebut diupayakan usaha untuk memperbaiki hasil belajar guna mencapai KKM 70,00 untuk setiap siswa dengan ketuntasan belajar ≥ 75%. Selain itu, juga diberikan alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi masalah yang muncul alternatif tersebut adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle. Learning Cycle yang merupakan suatu pembelajaran yang menuntut siswa menjadi pebelajar yang mandiri, otonom, serta menjadikan mereka berpikir secara kritis dalam memecahkan suatu permasalahan pembelajaran. Model pembelajaran Learning Cycle adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajarnya dan mengembangkan daya nalarnya (Dasna, dkk 2007). Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988). Kemudian model ini dikembangkan lagi menjadi model siklus belajar 4E (learning cycle 4E), dengan tahapan-tahapan: exploration phase, explanation phase, expansion phase, evaluation phase (Carin 1993:87). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Learning Cycle 3 fase dan 4 fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase, dan sekaligus sebagai bahan yang penulis teliti dalam skripsi ini. Learning Cycle 5 fase hampir sama dengan Learning Cycle 3 fase dan 4 fase. Namun pada Learning Cycle 5 fase ditambahkan tahap engagement sebelum exploration, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu Learning Cycle 5 fase sering dijuluki model pembelajaran Learning Cycle 5E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation) (Lorsbach, 2002). Dalam model pembelajaran Learning Cycle 5E dilakukan kegiatan-kegiatan yaitu berusaha untuk: (1) engagement, Pada fase ini guru mengasses pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dan membantu mereka untuk tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk memicu rasa ingin tahu. Kegiatan yang dilakukan harus menghubungkan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar yang akan dilakukan, mengekspos konsepsi awal yang telah dimiliki siswa, dan mengorganisasikan
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pemikiran siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan; (2) eksploration, Pada fase eksplorasi siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi. Siswa dapat menyelesaikan kegiatan laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan; (3) eksplainaton, Fase explanation (penjelasan) memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar mereka pada fase engagement (persiapan) dan exploration (eksplorasi) dan menyediakan kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-konsep, keterampilan-keterampilan proses sains, atau tingkah laku tertentu. Fase ini juga menyediakan kesempatan kepada guru untuk secara langsung menyampaikan konsep-konsep, prosesproses, atau keterampilan- keterampilan. Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase in; (4) elaboration, Pada fase elaboration (elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan siswa. Melalui pengalaman-pengalaman belajar yang baru siswa membangun pemahaman yang lebih dalam dan luas, memperoleh informasiinformasi, dan keterampilan-keterampilan. Siswa mengaplikasikan pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan dan (5) dan evaluation, Pada fase terakhir dari model siklus belajar 5E ini siswa berupaya mengasses pemahaman dan kemampuan mereka. Selain itu pada fase ini guru juga mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. . Adapun keunggulan dan kelemahan penerapan model pembelajarn Leearning
Cycle 5E (Soebagio, 2000). Keunggulannya yakni: (1) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Sedangkan kelemahannya yakni: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran; (2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran; (3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisas dan (4) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Learning Cycle yang merupakan perwujudan dari filosofi konstruktivisme, bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran pebelajar. Beberapa keuntungan diterapkannya pembelajaran Learning Cycle yaitu: (1) pengajaran menjadi berpusat pada siswa (student-centered); (2) proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata; (3) menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal; (4) memungkinkan siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan lewat pemecahan masalah dan informasi yang didapat; (5) membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif (Dasna dan Fajaroh, 2007:179). Learning Cycle pada dasarnya sesuai dengan teori konstruktivis Vigostky dan teori belajar bermakna Ausubel. Vigostky (Dasna, 2007:157) menekankan adanya hakekat sosial dari belajar dan menyarankan menggunakan kelompokkelompok belajar dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Sedangkan Ausubel (Dasna, 2007) menekankan pada belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai Secara umum sintak pembelajaran Learning Cycle 5E adalah sebagai berikut.
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel. 2.1 Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle 5E beserta Aktivitas Guru dan Siswa. Sintaks Prinsip Reaksi Engagement Dengan tanya jawab guru menggali Kegiatan pada fase ini adalah menggali pengetahuan pengetahuan awal siswa mengenai awal siswa, merangsang pikiran mereka dan materi pembelajaran yang akan membantu dalam mengakses pengetahuan awalnya, dipelajari memusatkan perhatian siswa, merangsang, Guru menyampaikan tujuan memotivasi pikiran mereka dan membantu siswa pembelajaran dan indikator yang membangkitkan rasa ingin tahunya ingin dicapai dalam pembelajaran Guru meminta siswa membuat prediksi-prediksi tentang materi yang akan dipelajari Guru memotivasi siswa untuk belajar, dengan mengajukan beberapa permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa Exploration Guru meminta siswa berdiskusi Kegiatan pada fase ini memberikan waktu untuk dalam kelompok dengan bantuan berpikir, merencanakan, menyelidiki dan LKS mengumpulkan informasi. Explaination Guru meminta siswa Kegiatan pada fase ini memberikan kesempatan pada mempresentasikan hasil diskusinya. siswa untuk menganalisis, menjelaskan hasil penyelidikannya Elaboration Guru meminta siswa mengerjakan Kegiatan pada fase ini memberikan kesempatan untuk soal-soal pemecahan masalah mengaitkan atau mengembangkan konsep dan keterampilannya pada situasi yang berbeda. Evaluation Guru memberikan tes evaluasi hasil Kegiatan pada fase ini adalah memanggil kembali idebelajar pada siswa ide, pengetahuan/keterampilan siswa yang telah mereka pelajari Nurhadi, 2004: 197 Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan teori pendidikan khususnya peneliti termotivasi untuk mengadakan penggunaan model pembelajaran dan penelitian yang berjudul “Implementasi metode pembelajaran. Model Pembelajaran Learning Cycle Dari penelitian ini siswa memperoleh untuk Meningkatkan Hasil Belajar pengalaman belajar yang lebih bermakna Matematika Siswa Kelas IV SD N 5 Baler melalui keterlibatan siswa dalam Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun memecahkan permasalahan, sehingga Pelajaran 2012/2013.” akan berpengaruh dalam peningkatan hasil Adapun tujuan yang hendak dicapai belajar siswa. Hasil penelitian ini dalam penelitian ini adalah untuk diharapkan dapat menjadi masukan yang mengetahui peningkatkan hasil belajar berharga bagi guru dalam melaksanakan matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler berbagai upaya untuk meningkatkan Bale Agung Kabupaten Jembrana melalui motivasi dan hasil belajar dengan berbagai implementasi model pembelajaran Learning model dan metode pembelajaran. Hasil Cycle. Melalui pelaksanaan penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi bagi sekolah untuk mengambil manfaat, baik secara teoretis maupun kebijakan dalam lembaga pendidikan dalam secara praktis. Hasil penelitian ini upaya meningkatkan hasil belajar siswa di diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dapat menjadi informasi yang berguna bagi para peneliti dalam bidang matematika untuk meneliti aspek yang lebih mendalam untuk meningkatkan hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilaksanakan termasuk jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) denganmenerapkan model pembelajaran Learning Cycle, yang secara umum bertujuan meningkatkan dan memperbaiki proses kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD N 5 Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 36 orang dengan rincian 21 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelas IV ini ditemui permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang diteliti dari penelitian yang dilakukan di SD N 5 Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana adalah Hasil belajar Matematika siswa kelas IV semester 2 tahun ajaran 2012/2013. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian yang dibuat adalah penelitian tindakan kelas. Maka prosedur penelitiannya disesuaikan dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam suatu proses berdaur / bersiklus. Dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, mengamati, dan evaluasi/ refleksi. Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus yang menggunakan satuan standar kompetensi dalam satu semester. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) fase yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Dalam setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan dimana 2 kali pertemuan mengajar dan 1 kali
pertemuan untuk tes hasil belajar. Untuk menghentikan atau melanjutkan penelitian pada akhir siklus tertentu tergantung pada hasil yang diperoleh dan dicapai pada siklus terakhir. Apabila hasil yang telah dicapai telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, maka penelitian akan dihentikan, akan tetapi jika belum mencapai hasil yang sesuai dengan harapan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya. METODE ANALISIS DATA Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan mengimplementasikan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Metode yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal tertulis (tes). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Tes hasil belajar diberikan pada tiap akhir siklus. Tes yang digunakan adalah tes tulis dalam bentuk objektif. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes objektif berupa pilihan ganda biasa. Selain metode tes, metode observasi juga digunakan sebagai metode pendukung atau pelengkap. Metode observasi digunakan pada saat melakukan pengamatan terhadap guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data atau mengolah data. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Dalam pengantar metodelogi penelitian, A.A. Gede Agung (1999) menyatakan bahwa: ”metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (A.A. Gede Agung,1999). Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya hasil belajar matemetika siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Pedoman (PAP) skala lima.
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan peneliatan tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April 2013 pada siswa kelas IV semester II SD N 5 Baler Bale agung tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 36 orang. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pengimplementasian strategi model pembelajaran Learning Cycle 5E, pada siklus I digunakan tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan bobot soal 20 dan pada siklus II digunakan tes pilihan ganda sebanyak 10 butir soal dengan bobot soal 10. Dengan demikian skor maksimal idealnya adalah 100. Pada tahap refleksi awal, peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan data mengenai hasil belajar siswa kelas IV. Nilai rata-rata siswa kelas IV pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, yakni sebesar 65,38%. Sedangkan pada pedoman pelaksanaan proses belajar mengajar disebutkan bahwa kelas dikatakan tuntas jika semua siswa memenuhi KKM yang telah ditetapkan yakni 70,00. Data dalam penelitian ini disajikan ke dalam 1)Tabel Distribusi Frekuensi, 2) mean (M), 3) menentukan tingkat hasil belajar, 4) mengkonversikan M(%) ke dalam criteria PAP skala 5, 5) mengukur ketuntasan belajar siswa. Peneliti menganalisis hasil belajar pada siklus I dengan menggunakan tes objektif yang berjumlah 20 butir soal. Rata-rata presentase yang diperoleh pada siklus I sebesar 75,66% kemudian dibandingkan (dikonversikan) dengan kriteria PAP skala 5 ternyata hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013 berada pada kriteria sedang,dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 75,00%. Dengan analisa hasil penelitian pada siklus I tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Peneliti menganalisa hasil belajar pada siklus II dengan menggunakan tes objektif yang berjumlah 10 butir soal.
Rata-rata presentase yang diperoleh pada siklus II sebesar 81,61% kemudian dibandingkan (dikonversikan) dengan kriteria PAP skala 5 ternyata hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013 berada pada kriteria tinggi,dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 91,67%. Berdasarkan analisa data pada siklus II seperti disajikan di atas dapat dikemukakan bahwa hasil belajar pada siklus I sebesar 75,66% dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 75,00% dan hasil belajar siklus II sebesar 81,61% dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 91,67%. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 5,95% dan tampak juga pada ketuntasan hasil belajar yang mengalami peningkatan sebesar 16,67%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan pengimpementasian model pembelajaran Learning Cycle pada kelas IV semester II di SD N 5 Baler Bale Agung mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklua II, yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan siklus I, ternyata hal yang menjadi kendala pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I 75,66% menjadi 81,61 pada siklus II. Jadi terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 5,95% .Selain itu peningakatan hasil belajar matematika siswa dapat juga dilihat dari rata-rata secara klaksikal sudah mencapai kategori tinggi sesuai dengan criteria keberhasilan pada penelitian ini. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan selama 2 siklus, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Pada siklus I hasil belajar Matematika siswa berada pada kategori sedang, yaitu M = 75,66 dan M (%) = 75,66%. Untuk itu guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
termotivasi untuk belajar. Belum tercapainya kriteria ketuntasan minimal pada siklus I disebabkan oleh adanya beberapa kendala yang penulis temui pada pelaksanaan tindakan siklus I. Kendalakendala tersebut seperti: (1) penulis masih belum mampu secara aktif melaksanakan model pembelajaran Learning Cycle terlihat dari masih terdapat nilai beberapa orang siswa yang berada di bawah KKM; (2) penulis belum menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi yang diajarkan; (3) Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran melebihi dari waktu yang telah penulis alokasikan; (4) Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena belum bisa meninggalkan kebiasaan dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka sebagai upaya penananggulangan selanjutnya penulis mengadakan perbaikan-perbaikan yang dipandang perlu sebagai pedoman untuk merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut seperti: (1) kendala yang pertama dihadapi dengan memberikan remidi pada siswa yang bersangkutan; (2) kendala yang kedua diatasi dengan penyampaikan tujuan pembelajaran lebih jelas sehingga siswa dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran; (3) kendala yang ketiga diatasi dengan pengalokasian waktu pelajaran, sehingga jalannya proses belajar mengajar dapat terorganisir dan (4) kendala yang keempat diatasi dengan penerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E sehingga siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dilihat dari persentase hasil belajar siklus I sebesar 75,66% dan siklus II sebesar 81,61% maka, terjadi peningkatan sebesar 5,95%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I meningkat pada siklus II. Peningkatan hasil belajar matematika siswa ini terjadi karena pembelajaran dimulai dengan suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Sehinnga, meningkatkan gairah belajar siswa. Siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapimya. Pembelajaran ini merupakan
implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E yang dimulai dengan mengajukan permasalahan kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar, mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis data atau informasi yang ditemukan untuk menemukan jawaban atau memecahkan suatu permasalahan. Pembelajaran seperti ini hendaknya terus ditingkatkan untuk melatih keterampilan berpikir siswa , meningkatkan kecakapan pemecahan masalah, memotivasi siswa untuk belajar sehingga nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013 juga terdapat peningkatan yaitu 75,00% pada siklus I menjadi 91,67% pada siklus II. Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar sebanyak 16,67%. Peningkatan ini terjadi karena model Learning Cycle adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajarnya dan mengembangkan daya nalarnya. Melalui model ini siswa dilatih untuk memecahkan masalah matematika yang ada di sekitar kehidupannya dengan menerapkan konsep, prinsip, dan teori matematika. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap materi komplek terjadi. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang ada pada dasarnya adalah pemecahan masalah (Hudojo, 2001). Beberapa penelitian yang meneliti tentang penerapan pembelajaran Learning Cycle menunjukkan keberhasilan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Yuniawati dengan judul Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Manukaya Tahun
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pelajaran 2008/2009. Sesuai analisis data ditemukan bahwa minat belajar pada siklus I mencapai 76,7%, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,57%. Sedangkan pada siklus I prestasi belajar mencapai 78,79% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,57%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas V SD N 2 Manukaya Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa (Ni Made Yuniawati 2008). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh I Made Ariana dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pecahan Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 5 Banyuning Tahun Pelajaran 2009/2010. Sesuai analisis data ditemukan bahwa aktivitas pada siklus I mencapai 78,7%, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,53%,. Sedangkan pada siklus I prestasi belajar siswa 73,25% dan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar menjadi 90,07%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas IV semester II SD Negeri 5 Banyuning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa (I Made Arianta 2009). Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 5 Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2012/2013.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 5 Baler Bale Agung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari perolehan hasil belajar dari siklusI ke siklus II. Pada hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I sebesar 75,66% dengan kategori sedang , rata persentase
hasil belajar pada siklus II sebesar 81,61% dengan kategori tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 5,95%. Peningkatan juga terlihat pada persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I sebesar 75,00% dan pada siklus II sebesar 91,67%. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%. Berdasarkan hasil simpulan di atas maka disampaikan beberapa saran-saran sebagai berikut. 1) Kepada siswa agar ikut aktif, kreatif dan berperan langsung di dalam proses pembelajaran dan merasakan dampak langsung maupun dampak tidak langsung dari hasil belajar yang telah dicapai. 2) Kepada guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa. 3) Kepada Kepala Sekolah, dapat memberi motivasi serta bimbingan kepada guru untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.G. 1999. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan Negeri Singaraja. Ariana, I Made. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pecahan Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 5 Banyuning Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Singaraja: Undiksha. Carin, A.A . 1993. Teaching Science Through Discovery. Seventh Edition. New York : Mcmillan Publishing Company. Online (http://penelitiantindakankelas.blog spot.com/2012/05/modelpembelajaran-siklus-belajar.html diakses 1 Oktober 2012). Dasna, I Wy & Fauziatul Fajaroh. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Online(http://lubisgrafura.wordpres s.com/2007/09/20/pembelajarandengan-model-siklus-belajarlearning-cycle/ diakses 18 Februari 2012). Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas. --------------. 2006. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP. Jakarta: Depdiknas. --------------. 2006. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP. Jakarta: Depdiknas. Nurhadi, dkk. 2004. Model Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM. Yuniawati, Ni Made. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Manukaya Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Singaraja: Undiksha.