e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD DI GUGUS III KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Septian Dwi Mahardika1, Ign I Wayan Suwatra2, Dewi Arum Widhiyanti3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional di SD gugus III Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di gugus III Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 101 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 dan 2 Padangbulia yang berjumlah 37 orang dan siswa kelas V SD Negeri 1 dan 2 Silangjana yang berjumlah 31 orang. Tehnik pengumpulan data menggunakan tes essay. Data dinalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pebelajaran STAD, dengan perhitungan thitung = 2,55 > ttabel = 2,42 dengan signifikansi < 0,05. Rata-rata skor hasil belajar Matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD adalah 68,54 lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional yaitu 31,06. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran STAD berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Matematika kelas V SD di Gugus III Kabupaten Buleleng. Kata-kata kunci: STAD, Hasil belajar, Matematika Abstract This study aims to know the difference of math learning outcomes between groups of students who are taught with STAD model and group of students who are taught by conventional learning model In grade V of elementary school in Gugus III Buleleng Sub District year 2016/2017 lesson. This type of research is a quasi experiment. The population of this research consists of Grade V Elementary School in Gugus III of Buleleng regency, which is 101 students in academic 2016/2017. The sample of this research were tauht in 4 school which is class V SD Negeri 1 Padangbulia and SD N 2 Padangbulia amount to 35 students and class V SD Negeri 1 Silangjana and SD 2 Silangjana amount to 31 students. Data collection techniques use essay tests. Data were analyzed using t-test. The results showed that there were differences of Math learning outcomes between groups of students who were taught by using STAD model and group of students who were not learned by using STAD, with tcount = 2,55 > ttable = 2,42 with significance < 0,05. The average score of math learning outcomes of the group of students who were studied with STAD model was 68.54 higher than the group of students who were not studied with conventional learning model that is 31,06. This proves that the
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
STAD model has significant effect on the learning outcomes of math Class V SD in Buleleng regency. Keywords: STAD, Learning, Math
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadikan kekuatan pada dirinya seperti keterampilan, kecerdasan maupun prilaku sikap yang baik, dengan memiliki itu semua manusia berpotensi memiliki kualitas hidup yang baik di masa mendatang. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat memberikan pengaruh yang kuat pada berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan. Pada sekolah dasar, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran pokok yang harus dikuasai siswa selain mata pelajaran pokok lainnya. Pengajaran matematika secara konvensional mengakibatkan siswa bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran, selain itu interaksi antara siswa selama proses belajar mengajar sangat kurang. hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pembelajaran di SD terdapat lima bidang studi pembelajaran wajib yakni, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika dan PPkn. Salah satu satu diantara kelima mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran Matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dari lima mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang logika berpikir dan bernalar. Namun sayangnya, siswa sering berasumsi bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang bersemangat dan menjadi bosan serta tidak fokus dalam belajar. Jika hal ini tidak diatasi sedini mungkin, maka tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Karso (2007:2.6) “matematika sebagai ilmu atau pengetahuan dan tentunya pengajaran matematika di sekolah harus diwarnai oleh ilmu atau pengetahuan. Guru harus mampu menunjukkan matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima, bila
mendapat kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan - penemuan sepanjang mengikuti pola pikir. Pembelajaran Matematika di sekolah dasar tentunya berbeda dengan pembelajaran Matematika di jenjang sekolah yang lain. Hal ini disebabkan karena, kemampuan yang dimiliki usia sekolah dasar berbeda dengan kemampuan yang dimiliki siswa sekolah menengah. Selain itu, siswa usia sekolah dasar masih berada dalam tahap oprasional kongkrit, sehingga guru dituntut mampu merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Oleh karena itu, materi pelajaran matematika yang diajarkan secara bertahap dan urut mulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit selain itu pembelajaran matematika dimulai dari konsep yang konkrit, ke semi konkrit dan akhirnya pada konsep abstrak. Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika di sekolah dasar berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berhitung, menguasai konsep matematika, memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Matematika perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dengan melibatkan secara keseluruhan pengetahuan yang yang memberi tim kemampuan majemuk latihan untuk mempelajari konsep dan keahlian. Peran guru sangat penting, untuk membimbing siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan jalan mengajukan pertanyaanpertanyaan awal dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi. Proses pembelajaran dilakukan melalui tuntunan lembar kerja siswa (LKS) yang rinci. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok -
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 - 5 orang siswa secara heterogen. Menurut Suyatno, (2009:52) ”Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota”. Pelaksanaan utama kegiatan pembelajaran STAD adalah (1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi, (2) Pembagian Kelompok, (3) Presentasi dari guru, (4) Kegiatan Belajar dalam tim (5) Kuis dan (6) Penghargaan presentasi tim. Menurut Suyatno, (2009:52) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan cara belajar dengan membentuk kelompok kecil, dimana siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, dengan kemampuan campur dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Tujuan utama dari pembelajaran STAD adalah siswa mempunyai peluang yang cukup untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari dan dapat memotivasi siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas serta melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri sekaligus menjelaskan hasil belajar mandirinya kepada orang lain. (Trianto 2007:44) Dalam pembelajaran di sekolah dasar yang tepat digunakan adalah model STAD, karena siswa sekolah dasar masih sangat perlu agar siswa bisa berperan aktif dalam belajar mandiri sekaligus menjelaskan hasil belajar mandirinya kepada orang lain, maka dari itu model pembelajaran STAD sangat tepat digunakan. Dari uraian di atas tentang pengertian STAD, dapat disimpulkan bahwa, STAD adalah dimana pembelajaran berpusat pada siswa cara belajar dengan membentuk kelompok kecil, dimana siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 - 5 orang, dengan kemampuan campur dan tanggung jawab
kelompok untuk pembelajaran individu anggota dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada hasil belajar Matematika siswa antara kelompok yang dibelajarkan menggunakan STAD dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Gugus III Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat selama 24 jam. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus III Kabupaten Buleleng dengan jumlah 101 siswa, dibagi menjadi 8 SD yaitu (1) SD Negeri 1 Padangbulia 11 siswa, (2) SD Negeri 2 Padangbulia 20 siswa, (3) SD Negeri 1 Pegadungan 10 siswa (4) SD Negeri 2 Pegadungan 10 siswa. (5) SD Negeri 3 Pegadungan 5 siswa. (6) SD Negeri 1 Silangjana 16 siswa. (7) SD Negeri 2 Silangjana 15 siswa. Penentuan sampel kelas dilakukan dengan teknik random sampling. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik pada populasi penelitian maka dilakukan uji ANAVA terhadap data hasil belajar Matematika siswa kelas V pada semester I (ganjil). Data hasil belajar Matematika semester I pada siswa SD kelas V tersebut dilakukan uji kesetaraan yang dianalisis dengan uji ANAVA. Dari hasil uji ANAVA yang dilakukan diperoleh ke-7 SD yang ada di Gugus III Kabupaten Buleleng memiliki kemampuan akademik setara. Langkah selanjutnya ialah melakukan teknik random sampling terhadap keempat sekolah tersebut. Dari teknik random sampling dengan teknik. Undian diperoleh SD Negeri 1 dan 2 Padangbulia sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 1 dan 2 Silangjana sebagai
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dan kelompok control diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Desain Penelitian yang digunakan adalah post-test only kontrol group design. Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menngunakan metode posttest. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika ranah kognitif yang dikumpulkan melalui tes pilhan essay. Tes tersebut telah di uji coba lapangan, sehingga teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes uji lapangan tersebut selanjutnya diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai post-test. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan data dianalisis dengan menghitung nilai mean, median, modus, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva poligon. Sedangkan teknik
yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran dilakukan setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebanyak tujuh kali pertemuan dengan materi ajar yang sama. Analisis data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif Statistik Mean Median Modus Standar Deviasi Varians
Kelompok Eksperimen 68,54 69,54 72,68 6,93 48,04
Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar dellasi (s) dari data hasil belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen, yaitu mean (M) = 68,54, median (Md) = 69,54, modus (Mo) = 72,68. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo > Md > M), sehingga kurva yang berbentuk adalah juling negatif yang artinya skor cenderung tinggi. Apabila distribusi data hasil belajar Matematika eskperimen divisualisasikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti gambar 1 berikut.
Kelompok Kontrol 31,06 29,65 27,1 7,97 63,64
Gambar 1 Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Sedangkan data hasil belajar siswa Matematika pada kelompok siswa kontrol, yaitu mean (M) = 31,06, median (Md) = 29,65 modus (Mo) = 27,1. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo > Md > M), sehingga kurva yang berbentuk adalah juling negatif yang artinya skor cenderung sangat rendah. Apabila distribusi data hasil belajar Matematika eskperimen divisualisasikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti gambar 1 berikut.
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji-t Sampel Penelitian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N
X
SD
S2
37
68,54
6,93
48,04
31
31,06
7,97
Dk
thitung
ttabel
66
2,55
2,42
63,64
Bedasarkan Tabel 2 diperoleh thitung sebesar 2,55 sedangkan ttabel (db = 68 (37 + 31 – 2) pada taraf signifikan 5% adalah 2,42. Hal ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran STAD dan siswa kelas V yang belajar konvensional di SD III Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Pembahasan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran STAD mendapat hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata nilai hasil belajar siswa. Rata-rata nilai belajar siswa kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi sedangkan nilai hasil belajar siswa kelompok kontrol berada pada kategori sedang. Jika nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam kurva poligon, tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar nilai siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika nilai hasil belajar siswa digambarkan dalam kurva poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar nilai siswa cenderung rendah. Berdasarkan análisis data menggunakan uji-t, diperoleh keterangan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Gambar 2 Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD lebih tinggi dari siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. Berdasarkan hasil prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar Matematika kelas Eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen, sehingga untuk menguji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
nilai hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap nilai hasil belajar siswa. Perbedaan yang signifikan nilai hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran STAD meliputi pemecahan masalah, mendiskusikan ide pemecahan masalah, lalu membagikan hasil diskusinya kepada teman-temannya. Tahap pembelajaran dalam model ini diawali dengan kegiatan berfikir) yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diarahkan untuk mencari jawabannya. Pada tahap inilah siswa diarahkan untuk mampu berpikir secara mandiri dan mempunyai konsep tersendiri terhadap pemecahan masalah. Pada tahap ini juga kemampuan pemecahan masalah siswa dilatih sehingga berdampak pada tingkat pemahaman materi siswa. Kemudian kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan dengan tahap berpasangan. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan pasangannya untuk membicarakan hasil penyelidikan dan pemikiran. Pada langkah ini, siswa merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap terakhir dilanjutkan dengan berbagi pada tahap ini siswa diarahkan untuk menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas (Shoimin, 2014). Ketiga tahap tersebut mampu membantu siswa merealisasikan pengetahuan yang telah diperoleh untuk diterapkan pada situasi baru, proses ini menuntun siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Kegiatan belajar menjadi berpusat pada siswa
(student centered). Serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Raditya (2015) yang menyatakan; model pembelajaran STAD menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang urut dan mudah dipahami siswa selama proses pembelajaran dengan model ini. Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Pada model pembelajaran konvensional guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Informasi dalam pembelajaran konvensional kebanyakan diperoleh dari pengetahuan guru. Hal itu menyebabkan guru memegang kendali pemikiran dalam pembelajaran konvensional (Coleman dalam Santyasa, 2005:36). Informasi itu disampaikan dengan berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dan hanya mencatat, mendengarkan sesuai perintah guru tanpa berupaya untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Siswa berperan sebagai pendengar dan mengerjakan apa yang diperintah guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga siswa cepat merasa bosan, serta mengurangi motivasi dan minat siswa untuk belajar. Pada akhirnya akan mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang masksimal. Temuan di atas diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadek Kembarini (2012) yang menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dengan penerapan model pembelajaran STAD. Peningkatan hasil hasil belajar siswa dikarenakan model pembelajaran STAD yang diterapkan dapat mengubah situasi belajar yang tadinya masih berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru saja melainkan juga berpusat pada siswa. Siswa dapat lebih leluasa untuk belajar dengan memikirkan
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
permasalahan yang dibahas secara mandiri terlebih dahulu kemudian mendiskusikan pemikiran dengan kelompok dan akhirnya dibagikan dengan teman sekelasnya. Perbedaan pembelajaran antara model pembelajaran STAD dan model pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap nilai hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran menjadikan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, memperoleh pengetahuan baru dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu mengembangkan kemampuan lisan siswa. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar memperkaya ide yang dimiliki. Dengan demikian, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran STAD akan lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional..
menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus III Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang inovasi dalam teori pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa saran yang diberikan kepada pihak terkait. Saran-saran tersebut dipaparkan dalam penjelasan berikut. 1) Siswa di sekolah dasar diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran lebih baik dan aktif dengan model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajara STAD, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Siswa-siswa di Sekolah Dasar di harapkan agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahaman serta pengetahuan yang telah dimiliki. 3) Guru yang menemukan permasalahan yang sama dengan penelitian ini khususnya dalam proses pembelajaran Matematika, Guru disarankan agar menggunakan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar terutama pada mata pelajaran matematika. 4) Guru diharapkan untuk menjadi lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP Meningkatnya hasil belajar siswa di SD Gugus III Kab. Buleleng disebabkan oleh pengaruh penerapan model pembelajaran Stad pada tahun ajaran 2016/2017. Hal ini terbukti dari hasil post test yang telah dilakukan analisis. Berdasarkan hasil uji-t, dinyatakan bahwa thitung > ttabel (thitung = 8,24 > ttabel = 1,68, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan rata-rata skor hasil belajar Matematika, diketahui bahwa skor rata-rata siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran Stad adalah 68,54 (dikategorikan tinggi), sedangkan rata-rata skor siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 31,06 (dikategorikan sangat rendah). Hal ini berarti ( ) eksperimen > ( ) kontrol. Berdasarkan análisis data menggunakan uji-t, diperoleh keterangan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD dan kelompok siswa yang mengikti pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
5) Kepala sekolah diharapkan agar menyarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. 6) Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran STAD agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajara STAD dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang bermanfaat dan sesuai dengan perkembangan zaman Daftar Pustaka Fuad,
Ihsan.
2005.
“Dasar-dasar
Kependidikan”. Jakrta: PT Rineka Cipta Sadia,
I Wayan. 2014. Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik. Singaraja: UNDIKSHA.
Suastra. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: UNDIKSHA. Trianto. 2012. Model-model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. ______. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Farida, Titik. 2009. Buku Pintar Matematika untuk SD. Solo: Bringin 55 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Penerbit Alfabeta: Bandung.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
11