e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 4 BANJAR SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Made Suri Ardani1, I Gede Margunayasa2, Ni Wayan Rati3 1,2,3Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri 4 Banjar tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 4 Banjar pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitiann analisis data daat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 4 Banjar semester I tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata hasil belajar pada siklus I 61,39 dengan kategori sedang dan siklus II 69,17 dengan kategori tinggi. Daya serap siklus I 61% dan siklus II 69%. Ketuntasan belajar siklus I 78,57% dan siklus II 88,89%. Hal ini terbukti telah melampaui dari yang diharapkan yaitu rata-rata 56 dengan kategori tinggi, daya serap 56%, dan ketuntasan klasikal 85%. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TPS, hasil belajar IPA Abstract This study was aimed at finding out the improvement in science learning achievement of the third grade students at SD Negeri 4 Banjar in the 2014/2015 academic year after implementing think pair share cooperative learning model. This study was a classroom action research with two cycles. The subjects were the third grade students of SD Negeri 4 Banjar in the odd semester of the 2014/2015 academic year. Test method was used to collect data on learning achievement and analyzed descriptive-qualitatively. Based on the results and data analysis it can be concluded that the implementation of think pair share cooperative learning model could improve the science learning achievement of the third grade students of SD Negeri 4 Banjar in the first semester in the 2014/205 academic year. This is shown by the average score in learning achievement of 61.39 in cycle I ( falling into medium category) and 69% in cycle II. The completeness level of learning was 78.57% in cycle I and became 88.89% in cycle II. This has proven to exceed the expected average of 56 (falling into high category, absorption level of 56%, and classical completeness level of learning of 85%. Key words: cooperative learning model, TPS, science learning achievement
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 PENDAHULUAN Peningkatan kualitas pendidikan terus diupayakan dengan meningkatkan kualitas pengajar atau kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam mengelola pembelajaran melalui penggunaan modelmodel pembelajaran. Guru merupakan komponen instrumental yang dengan kompetensi yang dimilikinya mampu memanipulasi situasi belajar menjadi situasi yang menyenangkan dengan orientasi menghilangkan kejenuhan, kebosanan, dan mengatasi kesulitan belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat signifikan dalam memengaruhi dan menentukan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Winkel, 1999:120) “ciri-ciri guru tidak kalah penting dengan cara mengajar dan cara mengelola proses belajar mengajar”. Menurut Bloom, banyak guru terlalu sibuk dengan mengatur para siswa dan kurang memusatkan perhatian pada pengelolaan belajar siswa, kualitas pengajaran bergantung dari bagaimana penyajian materi yang harus dipelajari, bagaimana cara mengaktifkan siswa supaya berprestasi dan merasa terlibat dalam proses pembelajaran, serta bagaimana memberikan informasi kepada siswa tentang keberhasilannya. Disinilah diperlukan profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran. Guru dewasa ini dituntut profesional. Guru yang profesional harus menguasai empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dengan menguasai empat kompetensi tersebut, guru akan dapat mengembangkan model pembelajaran, mengefektifkan waktu dan fasilitas belajar, serta mengoptimalkan pembelajaran sehingga dalam pelaksanaannya dapat memberikan rasa nyaman bagi semua komponen. Berdasarkan hasil tes tengah semester II tahun pelajaran 2013/2014, hasil belajar siswa kelas III SD negeri 4 Banjar khususnya pada mata pelajaran IPA sangat rendah. Rendahnya hasil belajar ini
disebabkan kurangnya pemahaman konsep-konsep IPA. Ini terlihat dari ratarata nilai raport tengah semester II Tahun Pelajaran 2013/ 2014, hasil belajar IPA di kelas ini adalah 37. Nilai ini masih jauh dari KKM IPA di SD N. 4 Banjar sebesar 56. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional dengan didominasi oleh metode ceramah. Kegiatan pembelajaran jarang dilakukan secara berkelompok sehingga aktivitas belajar menjadi rendah dan siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Di samping itu siswa siswa selalu diajarkan menghapal materi sehingga daya ingat mereka terhadap materi yang sudah diajarkan sangat terbatas. Permasalahan rendahnya hasil belajara IPA siswa harus dicarikan solusi pemecahannya agar hasil belajar siswa menjadi meningkat. Alternatif pemecahan masalah tentang hasil belajar IPA adalah dengan mengubah penerapan model pembelajaran dari yang konvensional ke model pembelajaran inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe think pair share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004). Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa menjadi pilihan guru ketika mengajar di dalam kelas. Melalui model pembelajaran ini, siswa tidak lagi merasa bosan ketika belajar di dalam kelas dan kompetensi dasar yang diharapkan bisa tercapai. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas III SD Negeri 4 Banjar Semeter I Tahun Pelajaran 2014/2015?” Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas III SD Negeri 4 Banjar Semeter I Tahun Pelajaran 2014/2015?”
tindakan, 3) observasi dan interpretasi tindakan, dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi, dan 4) refleksi. Rancangan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan berpedoman pada PTK dari Kemmis dan Mc Taggart. Model tersebut terlihat pada Gambar 1.
Siklus ke-n
.
Siklus II
1
2
4
METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Banjar yang berlokasi di Banjar Dinas Pegentengan, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 2 bulan dari siklus I sampai siklus selanjutnya bergantung pada pencapaian tujuan penelitian tepatnya pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Banjar pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 4 Banjar dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi dan, dan refleksi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini berjalan melalui beberapa siklus sesuai dengan waktu dan pencapaian tujuan dari tujuan penelitian yang diinginkan. Pada setiap siklus terdapat beberapa tahap kegiatan. Ebbut, 1985 (dalam Kasihani dkk, 2006: 8) menjelaskan “salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas adalah adanya proses pelaksanaan penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.” Di antara siklus-siklus tersebut ada informasi yang merupakan timbal balik dari apa yang telah dilakukan oleh peneliti : 1) perencanaan tindakan, 2) implementasi
Siklus I 3
1 4 2 3
Gambar 1. Model PTK oleh Kemmis dan Taggart Keterangan: 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Observasi dan evaluasi 4. Refleksi Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyiapkan skenario pembelajaran yang meliputi rencana pembelajaran, kompetensi dasar, indikator dan analisis materi sesuai dengan program silabus yang ada pada siklus tersebut, dan merancang soal-soal evaluasi. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan treatment dilakukan sesuai jadwal pelajaran tatap muka yaitu waktu selesai pembahasan sebuah materi. Proses pelaksanaan berdasarkan rencana siklus dan jumlah siklus bergantung target yang dicapai sesuai dengan tujuan penelitianPada tahap refleksi akan dilakukan perenungan dengan tujuan untuk mengkaji pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan sehubungan dengan hasil observasi untuk dapat membuat suatu kesimpulan dan perencanaan bagi siklus
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 berikutnya bila diperlukan. Selain itu dilakukan pencerminan kepada diri sendiri terhaelajaran yang telah dilaksanakan terhadap target yang diinginkan pada penelitian ini. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes.Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA siswa, dan alat pengumpulan data berupa lembar tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda yang digunakan untuk siklus I, jumlah soal tes 20 butir dengan skor maksimal 100, begitu juga pada siklus II butir soal tes 20 butir dengan skor maksimal 100. Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan: M = mean atau nilai rata-rata Σfx = jumlah data n = banyak data Daya serap siswa (DSS) dihitung dengan rumus sebagai berikut. DSS =
x 100 %
Ketuntasan klasikal (KK) dihitung dengan rumus sebagai berikut. KK =
x 100 %
Kualifikasi hasil belajar IPA siswa diperoleh dengan pedoman konversi seperti Tabel 1 berikut.
(Sumber: Candiasa, 2010)
Tabel 1 Pedoman Konversi Hasil Belajar Siswa Rentangan Skor Kualifikasi 85-100 Sangat Tinggi 70-84 Tinggi 55-69 Sedang 40-54 Rendah 0-39 Sangat Rendah Sumber: Pedoman Studi IKIP N. Singaraja, 2002 (dalam Agustiana: 2009) Penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi persyaratan sebagai berikut. Rata-rata tes hasil belajar (Mean) minimal 56 (M≥56). Daya serap siswa mencapai minimal 56% (DSS ≥56%). Ketuntasan klasikalnya minimal 85%. (KK ≥85%). Ratarata tes hasil belajar minimal berada pada kategori tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri dari: (1) hasil tindakan siklus I, (2) hasil tindakan siklus II. Perbaikan pembelajaran pada siklus I ini, diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Adapun tahan PTK pada siklus I sebagai berikut. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I Materi pelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah tentang ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Ada 4 indikator
yang dibahas pada materi ini. Di siklus I disusun 4 buah RPP yang akan dijalankan menjadi 4 kali pertemuan. RPP pertama membahas ciri-ciri makhluk hidup. RPP kedua membahas tentang kebutuhan manusia, RPP ketiga membahas kebutuhan hewan, dan RPP keempat membahas tentang kebutuhan tumbuhan. Pertemuan kelima digunakan untuk tes hasil belajar Tahap Pelaksanaan siklus I RPP yang sudah disiapkan kemudian digunakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Kelas yang digunakan sebagai penelitian adalah kelas III yang terdiri dari 18 orang siswa. Alokasi waktu pertemuan untuk setiap RPP adalah 2 jam pelajaran (2x35 menit).
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Tahap Observasi dan Evaluasi dan Evaluasi Siklus I Observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Proses observasi diselenggarakan pada setiap pelajaran yang sedang berlangsung dari awal sampai akhir pada setiap siklusnya. Pada tahap ini teman sejawat melakukan pengamatan terhadap proses tindakan yang dilakukan oleh siswa. Hal-hal yang diamati antara lain keaktifan siswa untuk ikut serta curah pendapat terhadap masalah yang disajikan oleh guru pada awal pembelajaran, berpikir secara mandiri (tahap thinking), merumuskan jawaban yang paling tepat secara berpasangan (tahap pairing), melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas (tahap sharing), dan menarik kesimpulan. Jadi dari observasi tersebut akan tampak pengaruh tindakan yang telah diterapkan kepada siswa. Pengaruh ini akan tampak dari respon yang ditunjukkan oleh siswa. Respon siswa yang diamati adalah
Aspek Tes Hasil Belajar
keaktifan, kerjasama, kedisiplinan, dan keberanian siswa tampil di depan kelas Hasil observasi pada siklus I menunjukkan tingkat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan masih rendah. Dari 18 siswa hanya 5 siswa yang berani menjawab pertanyaan. Pada saat kegiatan diskusi secara berpasangan masih banyak siswa yang belum melakukan kegaiatan diskusi dengan disiplin. Banyak siswa yang menuju ke kelompok lain untuk menanyakan jawaban mereka. Pada kegiatan presentasi di depan kelas, masih banyak kelompok yang enggan dan malumalu tampil ke depan. Pada akhir siklus I pertemuan kelima diadakan evaluasi untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan. Pada akhir siklus I pertemuan kelima diadakan evaluasi untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan. Dari evaluasi didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Data Hasil Belajar IPA Siklus I Statistik Mean Daya Serap Standar Deviasi Ketuntasan Kualifikasi
Dari hasil di atas terlihat rata-rata hasil belajar siswa 61,39 dan daya serap siswa sebesar 61%. Dari 18 siswa yang mengikuti tes, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 orang atau 78,57% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 7 orang atau 21,43%. Ketuntasan klasikal yang dipersyaratkan minimal 85% dan daya serap minimal 56%. Jadi ketuntasan klasikal belum terpenuhi sedangkan daya serap siswa sudah memenuhi target. Dari data di atas terlihat juga ada 2 siswa yang memperoleh nilai kategori sangat tinggi, 4 siswa nilainya kategori tinggi, 6 siswa dengan nilai kategori sedang, 5 siswa dengan nilai kategori sangat rendah, dan 1 siswa dengan nilai kategori sangat rendah. Standar deviasi pada siklus I sebesar 14,12. Rata-rata tes pemahaman konsep pada kategori sedang.
Siklus I 61,39 61% 14,12 78,57% Sedang
Berdasarkan hasi observasi dan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I terlihat keaktifan siswa mengemukakan pendapat masih kurang, kedisiplinan dalam berdiskusi masih rendah, dan saat kegiatan presentasi masih banyak kelompok yang malu-malu tampil ke depan. Di samping itu dari hasil analisis tes hasil belajar, ketuntasan klasikal masih belum terpenuhi, rata-rata hasil belajar siswa masih tergolong sedang. Hanya daya serap siswa yang sudah memenuhi kriteria keberhasilan. Hasil ini belum memuaskan. Masalah ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Siswa masih banyak yang bermain-main saat pembelajaran. Banyak siswa yang masih malu-malu
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 mengungkapkan pendapatnya kepada teman diskusi. Di samping itu saat berdiskusi, siswa tidak disiplin sehingga kelas menjadi ribut tidak karuan. Tahap Refleksi Siklus I Berdasarkan hasi observasi dan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I terlihat keaktifan siswa mengemukakan pendapat masih kurang, kedisiplinan dalam berdiskusi masih rendah, dan saat kegiatan presentasi masih banyak kelompok yang malu-malu tampil ke depan. Di samping itu dari hasil analisis tes hasil belajar, ketuntasan klasikal masih belum terpenuhi, rata-rata hasil belajar siswa masih tergolong sedang. Hanya daya serap siswa yang sudah memenuhi kriteria keberhasilan. Hasil ini belum memuaskan. Masalah ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Siswa masih banyak yang bermain-main saat pembelajaran. Banyak siswa yang masih malu-malu mengungkapkan pendapatnya kepada teman diskusi. Di samping itu saat berdiskusi, siswa tidak disiplin sehingga kelas menjadi ribut tidak karuan. Untuk mengatasi permasalahan di atas, siswa diarahkan untuk lebih berani mengemukakan pendapat, lebih disiplin dalam kegiatan diskusi, memberian arahan tentang cara berdiskusi dan mengemukakan pendapat, dan memberikan motivasi agar siswa berani tampil di depan kelas. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, penelitian dilanjutkan di siklus II. Sama halnya pada siklus sebelumnya tahapan yang dilaksanakan di siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan terakhir tahap refleksi. Secara terperinci masing-masing tahapan dijabarkan sebagai berikut. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II Materi pelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah tentang penggolongan makhluk hidup. Ada 4
indikator yang dibahas pada materi ini. Di siklus II disusun 2 buah RPP yang akan dijalankan menjadi 4 kali pertemuan. RPP pertama membahas penggolongan hewan dan tumbuhan. RPP kedua membahas tentang cara penggolongan hewan dan tumbuhan. Pertemuan kelima digunakan untuk tes hasil belajar. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II RPP yang sudah disiapkan kemudian digunakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share . Sama dengan alokasi waktu siklus I setiap RPP alokasinya 4 jam pelajaran (2x pertemuan). Berdasarkan hasil refleksi siklus I, tahapan pelaksanaan tindakan di siklus II terdapat sedikit perubahan pada pelaksanaan kegiatan diskusi dan berbagi ke seluruh kelas. Pada saat diskusi, siswa diarahkan agar lebih tenang dan disiplin. Pada kegiatan berbagi ke seluruh kelas, siswa dimotivasi agar berani tampil ke depan dengan percaya diri mengemukakan hasil diskusinya di depan kelas. Adapun tahapan-tahapan pada kegiatan awal, inti, dan akhir pelaksanaanya sama dengan tahapan pelaksanaan tindakan pada siklus I Tahap Observasi Siklus II Sama halnya pada siklus I, di siklus II yang diobservasi mencangkup keaktifan, kerjasama, kedisiplinan, dan keberanian siswa tampil di depan kelas. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan tingkat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan sudah tinggi. Dari 18 siswa semua siswa sudah berani mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan. Pada saat kegiatan diskusi secara berpasangan kegiatan diskusi sudah berlangsung dengan disiplin. Pada kegiatan presentasi di depan kelas semua kelompok sudah berani tampil ke depan. Pada pertemuan kelima kembali diadakan evalusi untuk mengukur efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa di siklus II disajikan pada Tabel 3
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Aspek Tes Hasil Belajar
Tabel 3. Data Hasil Belajar IPA Siklus II Statistik Mean Daya Serap Standar Deviasi Ketuntasan Kualifikasi
Dari hasil tes pada siklus II di atas terlihat rata-rata hasil belajar siswa 69,17. Ratarata hasil belajar siswa sudah berada pada kategori tinggi. Berkaitan dengan ketuntasan klasikal, dari 18 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 orang atau 88,89% dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 11,11%. Ketuntasan klasikal yang dipersyaratkan 85%. Jadi ketuntasan klasikal sudah terpenuhi. Daya serap siswa mencapai 65%. Daya serap siswa yang dipersyaratkan minimal 56%. Jadi, daya serap siswa sudah memenuhi persyaratan. Ada 2 siswa yang memperoleh nilai kategori sangat tinggi, 9 siswa memperoleh nilai kategori tinggi, dan 7 siswa nilainya kategori sedang. Standar deviasi sebesar 7,91 Tahap Refleksi Siklus II Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada siklus II terlihat bahwa ketuntasan klasikal sudah terpenuhi. Rata-rata hasil belajar siswa sudah kategori tinggi dan daya serap siswa
Siklus II 69,17 65% 7,91 88,89% Tinggi
sudah lebih dari 56%. Hasil ini sangat memuaskan. Pada siklus ini siswa sudah mulai bisa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Suasana belajar menjadi menyenangkan dan lebih disiplin. Pemahaman siswa menjadi lebih baik dan hasil belajar mereka menjadi meningkat pesat. Memang ada dua siswa yang masih belum tuntas. Siswa ini memang mengalami kesulitan belajar. Karena sampai kelas III belum bisa membaca dan menulis dengan baik sehingga sulit menerima pelajaran dengan baik. Hasil analisis data pada siklus I dan II digabung untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisi data pada siklus I dan II digabung untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa. Gabungan data hasil belajar siklus I dan siklus II, ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4` Hasil Analisis Data Hasil Belajar Masing-masing Siklus Statistik Siklus I Siklus II Mean 61,39 69,17 Tes Daya Serap 61% 65% Hasil Belajar Standar Deviasi 14,12 7,91 Ketuntasan 78,57% 88,89% Kualifikasi Sedang Tinggi Aspek
Peningkatan rata-rata tes hasil belaajar, daya serap dan ketuntasan klasikal siswa dari siklus I dan siklus II disajikan dalam Grafik 1
Grafik 1. Rangkuman data Data Hasil Belajar Siklus I dan II
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 PEMBAHASAN Pada bagian ini disajikan pembahasan tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran IPA di kelas III SD N. 4 Banjar semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe think pair share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004). Terkait dengan pembelajaran koopretif tipe think pair share, Arends (dalam Komalasari, 2010:84) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon, dan saling membantu. Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share antara lain; berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (share). Alternatif proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Hal ini dapat dilihat dalam langkah langkah dalam model pembelajaran ini yaitu siswa melakukan diskusi dalam dua tahap yaitu tahap diskusi dengan teman sebangkunya kemudian dilanjutkan diskusi dengan keseluruhan kelas pada tahap berbagi (sharing).
Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri 4 Banjar yang telah dilakukan selama 2 siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Pada siklus I setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa. Rata-rata nilai tes hasil belajar pada siklus I adalah 61,39 dengan kategori sedang. Dari 18 siswa yang mengikuti tes sebanyak 11 siswa atau 78,57% siswa telah memenuhi KKM IPA yang telah ditentukan di kelas III SD Negeri 4 Banjar yakni ≥56. Ketuntasan siswa secara klasikal telah mencapai 78% dari 85% yang ditentukan. Daya serap siswa sebesar 61% dari 56% yang dipersyaratkan. Dengan demikian, disimpulkan daya serap siswa sudah menenuhi syarat namun ketuntasan klasikal dan kategori rata-rata nilai pemahaman konsep IPA masih belum memenuhi persyaratan keberhasilan tindakan. Hasil rata-rata nilai tes hasil belajar IPA pada siklus II adalah 69,17 dengan kategori tinggi. Peningkatan pada siklus II terhadap siklus I sebesar 7,78 atau 12,67%. Pada siklus II sebanyak 16 dari 18 siswa atau 88,89% telah memenuhi KKM yang telah ditetapkan di kelas IV SD Negeri 4 Banjar yakni ≥56. Ketuntasan siswa secara klasikal telah mencapai 88,89% dari 85% yang ditetapkan. Dengan demikian, ketuntasan klasikal telah terpenuhi. Daya serap siswa pada siklus II mencapai 65% dari minimal 56% yang ditetapkan sehingga daya serap siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. Kategori rata-rata nilai hasil belajar sudah mencapai kategori tinggi, serta ketuntasan klasikal sudah terpenuhi sehingga dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas ini sudah berhasil. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat 61,39 pada siklus I menjadi 69,17 pada siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar ini disebabkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Pada pra siklus siswa belajar dengan metode konvensional yang
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 didominasi dengan metode ceramah. Peran guru sangat dominan dalam pembelajaran. Siswa hanya duduk manis mendengarkan penjelasan guru. Siswa disuruh mendengarkan dan menghapalkan materi pelajaran tanpa dilibatkan langsung menemukan konsep pelajaran tersebut. Pada siklus I, kegiatan pembelajaran mulai dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Siswa secara berpasangan berdiskusi mengenai materi pembelajaran yang diberikan. Siswa terlihat antusias dan senang berdiskusi secara berpasangan. Bahkan waktu pelajaran selama 2x35 menit mereka rasakan masih kurang karena saking semangatnya belajar. Setelah selesai siklus I, kemudian diadakan ulangan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Ternyata rata-rata hasil belajar siswa meningkat meskipun peningkatannya belum maksimal. Hal ini disebabkan karena pada saat diskusi berpasangan banyak siswa yang masih belum disiplin dan masih belum memahami cara-cara berdiskusi. Hanya mengandalkan temannya yang pintar untuk menjawab. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa 69,17, meningkat sebesar 12% dibandingkan siklus I. Peningkatan hasil rata-rarta belajar ini dipengaruhi oleh beberapa hal yakni siswa sudah mulai disiplin dalam berdiskusi, siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya sendiri dan semua siswa mulai aktif berinteraksi dengan temannya. Dalam kegiatan diskusi berpasangan yang dilakukan pada siklus II, siswa sangat antusias belajar. Mereka sangat menikmati kegiatan yang dilakukan, tidak terlihat satu pun siswa yang mengantuk atau malas-malasan. Semua siswa aktif belajar dan saat kegiatan menyimpulkan materi pelajaran hampir seluruh siswa mengacungkan tangan untuk memberikan pendapatnya. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 4 Banjar pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan, oleh Kusumayanti (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan: 1) Keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran think pair share meningkat. 2) Aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan model pembelajaran think pair share meningkat. 3) Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Think Pair Share meningkat. Hasil penelitian serupa diperoleh Munawar (2012) Hasil Penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran koperatif think pair share dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Mubarokah Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Selain itu, penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I, tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar IPA siswa meningkat dari siklus I sebesar 61,39 dengan kategori sedang menjadi 69,17 di siklus II dengan kategori tinggi. Demikian pula daya serap siswa (DSS) mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 61% menjadi 69% di siklus II. Ketuntasan klasikal (KK) juga mengalami peningkatan dari 78,57% pada siklus I meningkat menjadi 88,89% di siklus II. DAFTAR RUJUKAN Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKKS UNNES. Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Candiasa. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan UNDIKSHA.
Komalasari, 2010. pembelajaran kontekstual konsep dan amplikasi. Jakarta Bumi Aksara
-------. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi ITEMANS dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbitan UNDIKSHA.
Siti Maesuri. 2002. Cooperarif Learning (Pembelajaran Kooperatif). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Winkel 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia