e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEMESTER I SD GUGUS IV KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dw. Ayu Pt. Armita Pratami1, Ni Wayan Arini2, I Ketut Dibia3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V Semester I Gugus IV Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2015/2016. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yaitu Non Equivalent Post Test Only Control Group Desisgn. Populasi penelitian ini adalah kelas V di Gugus IV Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 183 orang. Pemilihan sampel menggunakan teknik random sampling. Sampel penilitian ini yaitu kelas V SD Negeri 5 Sukasada yang berjumlah 26 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 24 orang sebagai kelas kontrol. Data hasil keterampilan berbicara siswa dikumpulkan dengan metode tes yaitu tes keterampilan berbicara yang dinilai dengan rubrik penilaian kinerja. Data keterampilan berbicara dianalisis menggunakan teknik analisis statistik uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa thit = 9,11 > ttab = 2,021. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini didukung oleh adanya perbedan nilai rata-rata kedua kelas, yaitu kelas eksperimen X = 19,62 > X = 14,88 kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji-t dan didukung oleh perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V semester I SD Gugus IV Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: pendekatan saintifik, penilaian kinerja, dan keterampilan berbicara Abstract This study aimed to know the differences of speaking skills students who joined the learning process by using scientific aproach based on performance assesment and students who joined the learning process by using conventional learning at the first semester of grade five in Gugus IV Sukasada District in academic year 2015/2016. The design of this research was a quasi experiment that is Non Equivalent Post Test Only Control Group Desisgn.The population of this study was 183 students at the first semester of grade five in Gugus IV Sukasada District in academic year 2015/2016. The sample of this study is selected using random sampling techniques. The sample of this study was 26 students of grade five at SD No. 5 Sukasada as the experimental class and 24 students of grade five at SD No. 1 Sukasada as control class. The data of speaking skills were collected by using method test which is skill of speaking test then are assessed with performance assessment rubric. The data of speaking test were analyzed
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 by using statistical analysis t-test. The result of data analysis is showed thit = 9,11 > ttab = 2,021. Therefore there are significant differences between the skills of speaking by the studens who take scientific approach based on performance assessment with students who take conventional learning. That is supported by differences in the average value of the two classes, that is experimental class X = 19,62 > X = 14,88 control class. Based on the result of t-test and supported by differences in the average value of the two classes it can be concluded that there is an effect scientific approach based on performance assessment speaking skills at the first semester of grade five in Gugus IV Sukasada District in academic year 2015/2016. Keywords: scientific approach, performance assessment, and speaking skills
PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dhieni (2007) menyatakan bahwa tanpa adanya bahasa, seseorang akan sulit memahami maksud dari orang lain. Dengan kata lain, bahasa menciptakan pengertian yang sama atas setiap pesan dan lambang yang disampaikan seseorang. Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Wendra, 2006:4). Keempat keterampilan berbahasa tersebut diberikan secara terpadu kepada siswa yang wajib dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran adalah keterampilan berbicara. Tarigan (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996/1997:54) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Oleh karena itu, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Itu berarti bahwa melalui pembelajaran berbicara siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi, berpikir kreatif, logis, serta dapat mengekspresikan perasaannya. Penelitian Cummins dalam Gibbons (dalam Arini, dkk, 2006:54) menunjukkan bahwa perkembangan anak dalam belajar bahasa di sekolah ditekankan pada sebuah kelas yang interaktif. Terciptanya kelas yang interaktif tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan kata lain, apabila ketercapaian siswa dalam pembelajaran rendah, kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan rencana pembelajarannya. Berdasarkan penelitian tersebut, guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan ketercapaian keterampilan berbicara siswa. Uraian latar belakang tersebut didukung oleh beberapa teori, yaitu hakekat keterampilan berbicara, pembelajaran pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja, dan pembelajaran konvensional. Teori-teori tersebut lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut. Abbas (2006:83) yang menyatakan bahwa berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber tempat yang lain. Sedangkan menurut Ngalimun dan Alfulaila (2014:55) menyatakan bahwa berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kemampuan mempergunakan suara yang dihasilkan alat ucap manusia untuk mengungkapkan pikiran, ide, atau perasaan manusia dengan tujuan untuk berkomunikasi. Arini, dkk (2006) mengemukakan faktor-faktor yang menentukan dan memengaruhi keefektifan berbicara seseorang, yaitu ketepatan ucapan, penempatan tekanan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan, penguasaan topik dan kelancaran. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja. Dijelaskan oleh Daryanto (3024:51) bahwa, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan ilmiah. Selanjutnya Sudarwan (dalam Majid, 2014:194) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan dipandu nilainilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Menurut Kosasih (2014) pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah, yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkn informasi, (4) menalar, dan (5) mengomunikasikan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dikombinasikan dengan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah salah satu jenis penilaian otentik yang menugaskan siswa untuk menunjukkan kemampuannya secara langsung. Hal ini didukung oleh pendapat dari Jihad dan Haris (2012:99) menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja atau kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Dapat disimpulkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja adalah pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berbagi pengetahuan
melalui diskusi berkelompok dan hasil diskusi tersebut ditunjukkan siswa di depan kelas yang kemudian dinilai menggunakan penilaian kinerja yang mencakup seluruh indikator keterampilan berbicara siswa. Untuk pembelajaran keterampilan berbicara di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Rasana (2009:20) menjelaskan bahwa penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional tersebut lebih banyak dilakukan melalui ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung secara terus menerus. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang dalam pembelajaran konvensional guru berperan lebih aktif dan mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa cenderung pasif menerima pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran konvensional meliputi kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), dan kegiatan penutup. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, diketahui bahwa terdapat beberapa masalah yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama pada aspek keterampilan berbicara. Permasalahan yang dialami siswa antara lain: (1) kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berbicara, (2) sebagaian besar siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran, serta (3) siswa terlihat takut dalam mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, diketahui bahwa keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih rendah yang diketahui dari nilai rata-rata hasil ulangan umum bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Informasi lain yang diperoleh dari wawancara mengenai cara guru menilai keterampilan berbicara siswa. Dalam menilai keterampilan berbicara siswa, guruguru hanya menggunakan teknik tes tertulis tanpa diimbangi dengan penilaian penampilan siswa atau keaktifan siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 ketika pembelajaran berbicara. Guru-guru menganggap bahwa pembelajaran bahasa Indonesia selesai ketika siswa telah berhasil mengerjakan soal-soal dan guru hanya perlu memberi nilai berdasarkan jawaban yang dikerjakan siswa tanpa mengetahui pemahaman siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa hanya menghafal materi yang dipelajarinya tanpa memahami maksudnya. Masalah-masalah tersebut berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara yang dimiliki siswa. Dari permasalahan tersebut, guru melatihkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, efektif, menarik, dan menyenangkan. Salah satu pendekatan yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, efektif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan saintifik yang dikombinasikan dengan penggunaan penilaian kinerja. Penggunaan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja membantu siswa untuk dapat mengoptimalkan keterampilan berbicaranya melalui cara yang menyenangkan dan disertai penilaian yang objektif. Pemilihan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja pada pembelajaran keterampilan berbicara dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa, diperlukan untuk berbagai keperluan dan merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Terampil berbicara dapat membantu siswa memperoleh banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah siswa dapat mengekspresikan hal-hal yang ingin dikemukakan di depan umum. Siswa memiliki keterampilan berbicara yang baik, yang tidak dapat dimiliki begitu saja oleh semua orang tanpa melakukan latihan keterampilan berbicara secara teratur. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian dengan mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk membuktikan pengaruhnya terhadap keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Penilaian Kinerja terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Semester I Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan pemaparan yang telah Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester I SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. METODE Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang keterampilan berbicara siswa. Untuk mengumpulkan data digunakan metode tes berupa tes keterampilan berbicara yang dinilai dengan rubrik penilaian kinerja berskala rating (rating scale) melalui observasi berstruktur. Untuk mendapatkan data keterampilan berbicara siswa, guru melakukan penilaian pada saat siswa menunjukkan keterampilan berbicaranya di depan kelas kemudian guru memilih kategori dari setiap indikator yang terdapat dalam rubrik penilaian kinerja yang sesuai dengan keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan penilaian dengan menggunakan skala rating (skala berjenjang), setiap indikator yang akan diukur dibuatkan skala tertentu misalnya dari 1-5 yang setiap skala tersebut memiliki makna mulai dari kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. Setiap kategori dalam rubrik memiliki deskripsi verbal yang diwakili. Bunyi deskripsi verbal harus sesuai dengan rubrik yang akan diukur. Penilaian tingkat capaian siswa dilakukan dengan menandai angkaangka yang sesuai. Instrumen penelitian sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen. Untuk mengukur rubrik penilaian kinerja dengan menggunakan skala rating digunakan validitas logis yaitu validitas dari hasil pemikiran. Validitas logis
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 untuk sebuah instrumen menunjuk pada kondisi instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Dengan demikian validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Sebuah instrumen dapat mencapai dua macam validitas logis, yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Untuk rubik penilaian kinerja dengan skala rating digunakan validitas isi. Sebuah instrumen memiliki validitas isi apabila mengukur indikator tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dilakukan dengan membuat kisi-kisi keterampilan berbicara
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Dantes (2012:97) menyatakan bahwa penelitian eksperimen semu karena tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dalam penelitian ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. penelitian ini dilaksanakan pada rentangan waktu semester I (ganjil) pada tahun pelajaran 2015/2016. Desain Penelitian yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Desain ini dapat dilihat pada Tabell 1.
Tabel 1. Non Equivalent Post-test Only Control Group Design Kelas Eksperimen Kontrol
Treatment Post-test X O1 – O2 (Dimodifikasi dari Sukardi, 2003:186) Keterangan: X = treatment terhadap kelompok eksperimen, – = tidak menerima treatment, O1 = post–test terhadap kelompok eksperimen, O2 = post–test terhadap kelompok kontrol Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Gugus ini terdiri dari delapan sekolah dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 183 orang. Delapan sekolah tersebut yaitu SDN 1 Sukasada, SDN 2 Sukasada, SDN 3 Sukasada, SDN 4 Sukasada, SDN 5 Sukasada, SDN 1 Ambengan, SDN 2 Ambengan dan SDN 3 Ambengan. Sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan terlebih dahulu pengujian kesetaraan kelas dengan menggunakan analisis anava satu jalur. Uji kesetaraan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil ulangan umum mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek keterampilan berbicara siswa. Setelah semua kelas dinyatakan setara, maka dilanjutkan dengan penentuan sampel penelitian. Penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
Berdasarkam pengundian yang telah dilakukan terdapat hasil yaitu: seluruh siswa kelas V SD Negeri 5 Sukasada yang berjumlah 26 orang sebagai kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 24 orang sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan kelas kontrol akan diberikan perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data penelitian ini adalah skor keterampilan berbicara siswa sebagai akibat dari penerapan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi penghitungan data hasil penelitian tentang keterampilan berbicara siswa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Skor Keterampilan Berbicara Siswa Data
Keterampilan Berbicara Kelompok Eksperimen 19,62 21,83 21,9
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa mean data keterampilan berbicara kelompok eksperimen = 19,62 lebih besar daripada kelompok kontrol = 14,88. Data keterampilan berbicara kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
15
Frekuensi
Statistik Mean Median Modus
Kelompok Kontrol 14,88 14,3 13,76
10 5 0 11.5
13.5
15.5
17.5
19.5
Me=14,88
10
Mo=13,76
8
Frekuensi
Md=14,3
Titik Tengah
6 4
Gambar 2. Poligon Data Keterampilan Berbicara Kelompok Kontrol
2 0 14.5 16.5 18.5 20.5 22.5 24.5 Me=19,62
Titik Tengah
Mo=20,25 Md=20,16
Gambar 1. Poligon Data keterampilan berbicara Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Sedangkan data keterampilan berbicara kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas menggunakan rumus chi-kuadrat. Uji normalitas terhadap data keterampilan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 berbicara diperoleh hasil hitung hasil post test keterampilan berbicara kelompok
keterampilan berbicara kelompok kontrol berdistribusi normal. Berikutnya dilakukan uji homogenitas varians menggunakan uji F. Uji homogenitas memperoleh hasil Fhitung 0,56. Sedangkan nilai Ftabel dengan dbpembilang = 25, dbpenyebut = 23, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,05. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel sehingga varians data keterampilan berbicara kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Hasil uji prasyarat menunjukkan data keterampilan berbicara kedua kelas adalah berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian, analisis data menggunakan uji-t dapat dilakukan. Rangkuman hasil penghitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.
2
eksperimen adalah 2,54 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 2
7,81. Hal ini berarti,
2 hitung lebih kecil dari
2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ), sehingga data skor keterampilan berbicara kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, data hasil post-test keterampilan berbicara kelompok kontrol,
hitung diperoleh hasil post-test keterampilan berbicara kelompok kontrol 2
adalah 2,61 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 adalah 5,59. Hal 2
ini berarti,
2
hitung
2 hitung 2 tabel ),
lebih kecil dari
2 tabel (
sehingga
data
Tabel 3. Rangkuman Hasil Penghitungan Uji-t Data Keterampilan Berbicara
Kelompok Eksperimen
N 26
X 19,62
s2 8,25
Kontrol
24
14,88
4,64
thitung 9,11
ttabel 2,021
Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians Berdasarkan tabel hasil penghitungan uji-t di atas, diperoleh nilai thitung sebesar 9,11 sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara antara siswa yang mengikuti pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. PEMBAHASAN Hasil analisis data keterampilan berbicara menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja memiliki keterampilan berbicara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor keterampilan berbicara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah 19,62 dan ratarata skor keterampilan berbicara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional adalah 14,88. Berdasarkan pengujian hipotesis, membuktikan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak sehingga hipotesis penelitian (H1) diterima. Diketahui nilai thitung = 9,11. dan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5%= 2,021. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berbicara antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang mengikuti
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan oleh adanya perlakuan yang berbeda pada langkah-langkah pembelajarannya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja menekankan pada aktivitas siswa dan peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja terbukti dapat berlangsung dengan menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatihkan kemampuan berbicaranya secara maksimal dalam keadaan yang nyaman untuk saling berbagi pendapat dan saling mengarahkan. Adanya unsur metode ilmiah dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat menarik minat siswa untuk belajar, khususnya mempelajari keterampilan berbicara yang selama ini dianggap membosankan. Sejalan dengan hal tersebut, Ngalimun (2014) menganjurkan dalam proses pembelajaran berbicara, siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosialnya agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Dengan kata lain, siswa ditempatkan sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses yang tercermin pada langkah-langkah pembelajarannya, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah tersebut benar-benar memberikan peluang seluas-luasnya pada siswa untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa: pertama, kesempatan siswa dalam mengamati suatu objek menjadikan siswa bersikap teliti dan jujur. Hal tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Majid (2014) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh guru dan siswa dalam kegiatan mengamati adalah cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diamati untuk kepentingan pembelajaran. Kedua, kegiatan menanya membuat siswa dapat mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kurniasih dan Berlin Sani (2014) yang mengungkapkan bahwa fungsi dari kegiatan menanya adalah mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ketiga, kesempatan siswa dalam menyampaikan hasil kegiatan belajarnya di depan kelas menjadikan siswa memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, dan toleransi. Temuan tersebut didukung oleh Permendikbud No. 81a Tahun 2013 yang menyatakan bahwa kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan mengomunikasikan adalah sikap jujur,percaya diri, bertanggungjawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain. Berdasarkan temuan tersebut, pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan pendekatan saintifik dinilai sesuai sebab pendekatan saintifik memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yang terbukti dari adanya interaksi antar teman kelompoknya, (2) rasa percaya diri siswa mulai dapat dikembangkan melalui kegiatan penyampaian hasil diskusi di depan kelas, (3) peningkatan kemampuan sosial siswa yang terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok, (4) terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa yang dibuktikan dengan keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya. Kelebihan-kelebihan pendekatan saintifik tersebut, membantu guru untuk membelajarkan keterampilan berbicara siswa secara mandiri dan menyenangkan sehingga nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional lebih
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 didominasi oleh aktivitas ceramah guru sehingga menghambat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Rasana (2009:20) yang menyatakan pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan melalui ceramah dalam penyampaian informasi pada siswa, dilanjutkan dengan tanyajawab dan penugasan secara terus menerus. Pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan. Dalam proses pembelajaran konvensional, siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melaui kuis atau tes terstandar. Hal ini menyebabkan siswa tidak biasa dalam memperluas dan memperkaya pengetahuan mereka. Siswa juga tidak bisa mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran. Pengetahuan siswa hanya sebatas pengetahuan yang dimilki oleh guru. Sudaryono (2012:74) menyebutkan bahwa cara penilaian dengan rubrik penilaian kinerja lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini berarti penilaian kinerja lebih otentik daripada tes tertulis. Adanya perbedaan yang signifikan dalam keterampilan berbicara antara siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan saintifik dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional juga disebabkan karena adanya pengetahuan guru tentang kemampuan siswanya dalam berbicara melalui penggunaan rubrik penilaian kinerja. Penggunaan rubrik penilaian kinerja selama pembelajaran keterampilan berbicara menunjukkan bahwa (1) kemampuan siswa dalam melakukan pelafalan beberapa kata pada awalnya sering keliru. Cara siswa melafalkan beberapa kata sepintas terlihat adalah hal yang sepele, namun apabila dibiarkan dapat membuat siswa terbiasa melafalkan kata-kata tersebut dengan cara yang salah, (2) intonasi siswa dalam berbicara masih sering membuat pendengarnya menjadi salah mengartikan maknanya karena siswa sering salah dalam memberikan jeda pada saat berbicara. Hal ini penting untuk diperhatikan guru agar siswa tidak terbiasa
memberikan intonasi yang kurang tepat pada saat berbicara sehingga makna pembicaraan siswa dapat dipahami dengan jelas oleh pendengarnya, (3) penguasaan topik siswa pada saat berbicara perlu dibimbing dengan baik untuk membiasakan siswa berbicara sesuai dengan konteksnya. Misalnya, dalam penelitian ini siswa diberikan sebuah gambar untuk dideskripsikan. Siswa melihat terlebih dahulu gambar tersebut kemudian siswa berusaha memahami gambar dengan baik sehingga mampu mendeskripsikan gambar secara jelas. Terkadang masih ada beberapa siswa yang kurang mampu memahami gambar dan sulit mengungkapkan pemikirannya sehingga mengakibatkan struktur kalimat tidak baik, kelancaran berbicara terhambat, dan pemilihan kata yang kurang tepat, (4) struktur kalimat yang sering digunakan siswa kurang teratur. Siswa banyak berbicara menggunakan kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan pola SPOK. Oleh karena itu, siswa perlu diarahkan agar menyusun struktur kalimat dengan benar sehingga kalimat yang diucapkan dapat dipahami dengan baik oleh pendengarnya, (5) kelancaran berbicara siswa sangat perlu dilatihkan, sebab siswa yang tidak lancar berbicara dapat mempersulit komunikasinya dengan orang lain. Siswa harus dilatihkan untuk berbicara dengan lancar bukan dengan cepat. Beberapa siswa masih terhambat kelancaran berbicaranya karena kurang memahami topik pembicaraan atau masih malu untuk berbicara. Penggunaan penilaian kinerja membantu guru mengetahui permasalahan siswa pada setiap komponen berbicara, sehingga guru mampu mengarahkan secara tepat kemampuan berbicara siswa. Penerapan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja terbukti dapat mengoptimalkan pembelajaran berbiccara dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rakasiwi (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan dengan pendekatan saintifik berdampak pada keseriusan siswa dalam
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 mengikuti pembelajaran dan peningkatan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan kelompok lain atau siswa lain. Berdasarkan penelitian tersebut, terbukti bahwa pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan temannya sehingga keterampilan berbicara siswa juga dapat dioptimalkan. Hasil penelitian berikutnya yang mendukung adalah penelitian oleh Bintari (2014). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik menuntut guru untuk melakukan penilaian otentik. Dengan pelaksanaan penilaian otentik akan meningkatan aktivitas siswa sehingga keterampilan berbicara siswa di kelas menjadi meningkat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diketahui bahwa dengan penerapan penialaian kinerja akan memudahkan guru untuk mengetahui permasalahan yang dialami siswa khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dalam proses pembelajaran. Penjelasan di atas menjadi alasan pendukung bahwa pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berbicara siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang notabene hanya menstransformasi pengetahuan tanpa memperhatikan potensi siswa. Padahal sebenarnya potensi yang dimiliki siswa harus diberikan ruang dan waktu untuk diekspresikan secara aktif dalam pembelajaran. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap data keterampilan berbicara, diperoleh hasil thitung = 9,11 > ttabel pada taraf 5% = 2,02. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian berarti terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V semester I SD Gugus IV
Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Hal tersebut didukung oleh adanya perbedaan rata-rata kelas eksperimen sebesar 19,62 dan kelompok kontrol sebesar 14,88. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Semester I di SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, siswa-siswa agar lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara di kelas sehingga mampu mengasah keterampilan berbicara menjadi lebih terampil. Kedua, guru yang menemukan permasalahan yang sama dengan penelitian ini khususnya dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara disarankan agar menggunakan pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Ketiga, kepala sekolah agar menyarankan kepada guru untuk menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan materi yang diajarkan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Keempat, peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan saintifik berbasis penilaian kinerja agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Arini, dkk. 2006. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Singaraja: Jurusan Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Dhieni, Nurbiana. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Haryadi dan Zamzani. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Jakarta: Kata Pena. Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngalimun dan Noor Alfulaila. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Prndidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. 2007. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Premendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implenmentasi Kurikulum 2013 Pedoman Umum Pembelajaran Rasana, Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-Model Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wendra, I Wayan. 2006. Buku Ajar Keterampilan Berbicara. Singaraja:Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha. .