PROBLEMATIKA PENETAPAN HARi RAYA IDUL FITRI 1427 H/2006 M ANTARA PBNU DAN PWNU JAWA TIMUR
Oleh:
NurSaid NIM: 10304422119
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAI{ULTAS SYARI' AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAJ{ARTA 1428 H/2007 M
PROBLEMATIKA PENETAPAN BARI RAYA IDUL FITRI 1427 H/2006 M ANTARA PBNU DAN PWNU JAWA TIMUR
SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)
Disusun oleh : Nur Said
NJ1.1: 10304422119 Di Bawah Bimbingan:
(.,
-
"-.
Drs. H A. Basi D" alil SH. MA NfP. 150 169 102
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH: F AKULTAS SYARI' AH DAN HUiillM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 B/2007 M
PENGANTAR PANITIA UJIAN SiillIPSI
Skripsi yang berjudul "Problematika Penetapan 1-Iari Raya Idul Fitri 1427 ID2006 M antara PBNU dan PWNU Jawa Timur" telah diujikan dalm Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakaita pada tanggal 06 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Strata Satu (SI) pada Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, program studi Administrasi Keperdataan Islam.
NIP. 150 210 422 Panitia Sidang Munaqasyah .
(,
Ketua
: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA NIP. 150 169 102
( ...................
Sekretaris
: Kamarusdiana, S.Ag., MH. NIP. 150 285 927
( ..............
Pembimbing
: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. NIP. 150 169 102
Penguji I
: Dra. Maskufa, M.Ag. NIP. 150 277 911
Penguji II
: Hotnidah Nasution, S.Ag., MA. NIP. 150 282 631
I
:::.. .............) ;
~.:·::::;..... ~ •
)
t
( ....................................)
(.~&.= . . . . . . .) ( ........
~~-~..........
)·
KATAPENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah swt, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti langkahlangkahnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul
disusun untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh
gelar sarjana strata satu (S-1) pada fakultas Syari'ah dan Hukum
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
,;
waktunya, karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan rasa hormat yang sebesarbesamya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhanunad Amin Suma, SH., MA selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA selaku Ketua Jurusan Administrasi Keperdataan Islam Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Kamarusdiana, S.Ag., MH selaku Sekertaris Jurusan Jurusan Administrasi keperdataan Islam Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis dalam mengikuti perkuliahan. 4. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Syari'ah dan Hukum yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 5. Seluruh pegawai perpustakaan utanm dan perpustakaan Syari'ah dan Hukum yang telah membantu menunjukkan buku-buku yang penulis perlukan. 6. Kedua orang tua penulis Ayahanda Wanadi dan Ibunda St. Mariyati atas cinta dan kasih sayang dan pengorbanannya, Paman Muslih yang selalu memberikan dorongan materi, nasehat dan motivasi. serta kakakku Munawir dan adik-adikku (M. Syukron, M. Arafiq, Dwi Wahyuni Sri Lestari dan Jamal Ali Hasan) yang selalu memberikan Semangat di saat penulis jenuh. 7. Big Family BIMMASAKTI, Kang Muslim trima kasih yang selalu mendorong dan membantu penulis untuk menyelaesaikan skripsi ini, Kang Aslam, Kang Ali, kang Dardiri dan Jazuli dan temen-temen IKAMARU Jakarta, Rina, mu!, Mbah Wer, Yeni, Ida terima kasih atas do' a dan motivasinya. 8. Temen-temen Administrasi keperdataan Islam Khususnya; Idik, Sahih, Budi, Salman, Oeng dan temen Kosan; Omen, Jiban, Ari, Bang Hendra Cool, Ive, Oga, Ozi, Yani dan Ita. Tank's Banget! !! Semoga ceria selalu. Demikian kata pengantar ini, penulis berdo' a semoga partisipasi aktif semua pihak yang tersebut di atas dan yang tidak sempat disebutkan, benar-benar menjadi bagian dari rangkaian amal saleh. Penulis menyadari skripsi ini banyak kekurangan,
oleh karena itu saran dan koreksi yang konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak. Akhimya kepada Allah swt, jualah penulis serahkan segalanya, semoga amal baik seluruh pihak menjadi amal ibadah. Jakarta, 12 Nopember 2007
Penulis
DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ .i KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii DAFT AR ISi .................................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 5 D. Metode Penelitian .......................................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 7 BAB II GAMBARAN UMUM HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA .............. 9 A. Pengertian dan Landasan Hisab Rukyat ....................................................... 9 B. Sejarah Hisab Rukyat .................................................................................. 15 C. Aliran dalam Perkembangan Hisab Rukyat ................................................ 23 D. Hisab Rukyat dalarn Penentuan Awai Bulan .............................................. 36 BAB III SEKILAS TENTANG NAHDLATUL ULAMA ...................................... 40 A. Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ularna ......................................................... 40 B. Gagasan Kelahiran Nahdlatul Ulama ........................................................ 47 C. Prinsip-prinsip Pergerakan Nahdlatul Ulama ............................................ 48 D. Lajnah Falaqiyah ....................................................................................... 52
BAB IV PENETAPAN AWAL SYAWAL 1427;H/2006 M DALAM PERSPEKTIF PBNU DAN PWNU JAWA TIMUR. ......................................................... 55 A. Dasar Penetapan Bulan Syawal 1427 H/2006 M dalarn Perspektif PBNU dan PWNU Jawa Timur ..................................................................................... 55 B. Sebab Perbedaan Penetapan Hari Raya !du! Fitri 1427 H antara PBNU dan PWNU Jawa Timur ..................................................................................... 66 C. Pandangan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur terhadap Penetapan Awai Bulan Syawal 1427 H/2006 M oleh Pemerintah ......................................................................... 74 D. Analisis Penulis ........................................................................................... 79 BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 82 A. Kesimpulan .................................................................................................. 82 B. Saran-saran .................................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I
: Tentang Hasil Wawancara Dengan Koresponden ................................ 88
Lampiran II
: Tentang Data Hisab Rukyat Idul Fitri 1427 H/2006 M PWNU Jawa Timur...................................................................................................... 91
Lampiran III
: Tentang Data Hisab Rukyat Idul Fitri 1427 H/2006 M PBNU............. 99
Lampiran IV
: Tentang Contoh penghitungan Awai Hisab Bulan Syawal ................ 103
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perbedaan penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhiijah sangatlah menarik dikaji untuk memperoleh pemahaman yang lebih universal dan mencari titik temu perbedaan dalam penetapan awal bulan Qamariyah. Dalam penentuan awal bulan dengan hisab rnkyat, Allah Swt., menjelaskan dalam surat Yunus ayat 5: 4.111
"<1'.:
(..)='
t:. C...,t:...,,,jj' 1 11 :l.il::. I .'.1'-':t - 1 ·U::., ~- ~ I' ' - .-.~11· ~\.J....:a - · '·'' 11 - r.-. :ill - ' • • .J -•.. ~ ~ U.J .) .J .).J-' ..>- .J ~ l..J"';' <.j - .JI' -~' • (..).,,.........;,_,.,_
-. -'.,._-. ;
c::..iwi.i1 -
~,t.,:)-"-' '<--''-'Ill~ •• -
Artinya: "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bu/an bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzi/ah (tempat-tempat) bagi perja/anan bu/an itu, supaya kamu mengetahui bi/angan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menje/askan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. " (Q.S. Yunus: 5)
Pengetahuan tentang benda-benda langit yang dikenal dengan astronomi, memang banyak cabang dan ragamnya, satu di antaranya adalah ilmu falaq. 1 Ilmu falaq atau bisa disebut juga dengan ilmu hisab merupakan khazanah Islam yang sangat berharga. Ilmu ini dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim sejak abad pertengahan yang bukan hanya untuk pengembangan ilmu itu sendiri, tetapi juga lebih penting, untuk praktis menjalaukan perintah-perintah agama yang sangat erat berkaitan dengan waktu, misalnya shalat, puasa, dan haji. Dalam abad-abad pertengahan itu perkembangan ilmu falaq menandai majunya peradaban Islam di tengah kegelapan Barat. Pengembangan ilmu tersebut didukung oleh berdirinya teropong-teropong bintang (observatorium) yang menjadi semacam laboratorium yang melibatkan banyak
1
v.
Muhyidin Khazin, I/mu Falaq dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Buana Pustaka. 2004), h.
2 ilmuwan dan pemerintah di berbagai negeri Muslim. 2 Dengan ilmu falaq setiap Muslim dapat memastikan saat-saat masuk dan keluarnya waktu-waktu shalat dapat ditentukan dengan akurat. 3 Begitu pula dalam penentuan bulan Hijriyah, yang erat hubungannya dengan pelaksanaan ibadah umat Islam di dunia. Kalender Hijriyah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, sebagai pelaksanaan hadist Nabi yang berbunyi:
. ~' '·"r,~ ~ ...oc.~ :r ...>A w.... ,
.lY. iY. y.-' , r-~ Y ~ r iY. v= Y . '.l:'.1:.. "· •. \.! .w::u'-' r '. Uf' ,u,:, '.Ir' . ' · 1 u ~L- ~.:iii r - ' .'.I\ '·I~ ~I - . ~ ~ t ..L - .... Y .JY""' .J ...... Y Y' _,....... U F .J.... ~ ~ U
~~
Artinya: "Te/ah menceritakan pada kami Abdurrahman bin Salman al-Jamahiy, le/ah menceritakan pada kami a/-Rabi'i (lbn Muslim), dari Muhammad (lbn Jiyad), dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhoinya, sesungguhnya Nabi Saw., bersabda: Berpuasa/ah kamu karena melihat hi/al (tanggal) dan berbuka/ah (ber/ebarlah) karena melihat tanggal. Bila kamu tertutup o/eh mendung, maka sempurnakan/ah bilangan (menjadi liga puluh hari). "(HR. Muslim)
Dalam memahami dan memenuhi perintah hadist tersebut, dalam setiap menentukan awal bulan Syawal, selalu saja mengundang kontroversi. Kontroversi itu tidak hanya dalam wacana, tetapi berimplikasi pada awal dimulainya pelaksanaan ibadah puasa dengan segala macam kegiatan ibadah di dalamnya, penentuan Idnl Fitri dan Idul Adha. Bahkan tidak jarang berpengaruh pada keharmonisan sosial antara sesama pemeluk agama Islam. 5 Di Indonesia, yang penduduk mayoritas beragama Islam, Di
Salamun Ibrahim, I/mu Falaq Cara Mengetahui Awai Bulan, Awai Tahun, Musim, Kiblat dan Perbedaan Waktu (Surabaya: Pustaka Progressif, 2003), h. V. 3
Muhyidin Khazin, Jlmu Falaq dalam., h. IX.
' Imam Ibnu al-Rusen Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairy al-Naisaburi, Al-Jami' a/Shahih a/-Musamma Shahih Muslim Juz II (Semarang: Toha Putera, t.th), h. I24. 5
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia; Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), Cet I, h. XI.
3 utama yang disebut "mazhab" oleh Ahmad Izzudin. Pertama, mazhab rukyat yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia (NU). Kedua, mazhab hisab dengan sponsor utama Muharnmadiyah. Dan ketiga, mazhab imkanurukyah yang dimunculkan oleh "pemerintah".6 Menilik pada tahun 2006 M/1427
H Menteri Agama Menetapkan tanggal I Syawal bertepatan pada hari Selasa 24 Oktober 2006, Muhammadiyah pada hari Senin 23 Oktober 2006, sedangkan NU ada dua Macam yaitu: PBNU mengikhbarkan hari raya Idul Fitri pada hari selasa 24 Oktober 2006 sama dengan pemerintah, sedangkan PWNU Jawa Timur mengikhbarkan hari raya Idul Fitri pada tanggal 23 Oktober 2006. Jika dilihat dari sekilas peristiwa tersebut kelihatan aneh. Umat Islam tinggal dalam satu negara terjadi perbedaan dalam berhari raya, apalagi Nahdlatul Ulama adalah salah satu organisasi besar kemasyarakatan Islam di Indonesia yang mempunyai masa cukup banyak dan cukup mempunyai pengaruh dalam masyarakat umum, khususnya untuk masalah penetapan hari raya Idul Fitri pada tahun 2006 berbeda. Mungkin hal ini bisa dikatakan ha! yang wajar, sebab penetapan hari raya merupakan lapangan ijtihadiyah. Namun hal tersebut sangat membahayakan ukhuwah Islamiyah karena dalam satu organisasi berbeda dalam penetapan hari raya Idul Fitri, apalagi dalan1 satu negara. Berangkat dari fenomena inilah, penulis ingin mengetahui selnk belnk permasalahan yang terjadi dalam Organisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, bagaimana organisasi ini berbeda
6
Ibid, h. XII.
4 dalam menetapkan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M dan apa dasar rujukan penetapan awal bulan tersebut. Oleh karena itulah penulis mewujudkan dalam bentuk skripsi denganjudul "Problematika Penetapan Hari Raya Idul Fitri 1427 H/2006 M antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur". B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian secara umum akan dibatasi pada penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006l M dalam perspektif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, dalam hal ini penulis akan membatasi penelitian ini dengan perincian sebagai berikut: l. Nahdlatul Ulama
yang dimaksud dalam tulisan ini adalah yang berdomisili di
Jakarta dan Jawa Timur. 2. Penetapan bulan yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan awal bulan dalam kalender Islam atau dengan kata lain awal bulan Qamariyah 3. Dalam pembahasan penetapan awal bulan dalam tulisan ini, penulis hanya akan memberikan fokus bahasan mengenai penetapan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M. Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka untuk lebih memperjelas arah penelitian ini, perlu dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut: l. Bagaimana konsep penetapan awal bulan Syawal Idul Fitri PBNU dan PWNU Jawa Timur.
5 2. Apakah penyebab dari perbedaan Pengums Besar Nahdlatul Ulama dan Pengums Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M menurut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengums Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dengan perincian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep penetapan awal bulan Idul Fitri PBNU dan PWNU Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui penyebab dari perbedaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M. Selain penelitian ini memiliki tujuan, juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: I. Untuk mengetahui di setiap penetapan hari raya Idul Fitri dimungkinkan akan terjadi perbedaan lagi pada PBNU dan PWNU Jawa Timur dalam menentukan awal bulan Syawal. 2. Dapat memberikan informasi mengenai seluk beluk, pemikiran dan penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M menumt PBNU dan PWNU Jawa Timur kepada pihak-pihak yang memerlukannya. 3. Dapat meningkatkan keberminatan mahasiswa fakultas Syari'ah mengambil kajian ilmu falaq untuk tugas akhir (skripsi).
6
D. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang diperguukan untuk menjawab berbagai permasalaban yang sudab di eksplorasi dalam rumusan masalab untuk menentukan langkab selanjutnya. I. Jenis penelitian
Penelitian
yang
dilaksanakan
adalab
jenis
penelitian
kualitatif,
yang
menekankan kualitas (Ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan pemahaman yang
diskriptif. Penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori proses terjadinya perbedaan penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayab Nabdltul Ulama Jawa Timur melalui pendekatan kualitatif. Jenis data yang dihimpun adalah data primer dan sekunder. Data
primer yang dimaksud adalab data laporan penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M antara Pengurus Besar Nabdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdltul Ulama Jawa Timur dan wawancara kepada Kyai Nahdlatul Ulama di lembaga falakiyab PBNU yang terlibat langsung dalam penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M. Sedangkan data
sekunder berupa konsep-konsep pemikiran teoritis dalam buku, kitab, hasil pnelitian, surat kabar yang relevan dengan fokus penelitian. 2. Metode Pengumpulau Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalab: a.
Kajian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan metode ini yaitu pengkajian dari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembabasan karya ilmiab ini yang dianalisa
7
data-datanya, dengan cara ini penulis mengunjungi beberapa kepustakaan yang dapat dijangkau penulis di wilayah Jakarta. b.
Wawancara dengan pihak yang bersangkutan dengan obyek penelitian. Dalam ha! ini wawancara dilakukan kepada Ketua Lembaga Lajnah Falakiyah PBNU Sebagai lembaga yang bertugas untuk menetapkan awal bulan Syawal, untuk mendapatkan data primer mengenai latar belakang perbedaan dalam penetapan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M.
3. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai latar belakang perbedaan dalam penetapan hari raya !du! Fitri 1427 H/2006 M antara PBNU dan PWNU Jawa Timur. Maka dari hasil kajian kepustakaan dan wawancara akan dianalisis secara deskriptif- analitis setelah melalui proses penyuntingan. Analisis dilakukan juga dengan komparatif-analitis, membandingkan dasar penetapan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M antara PBNU dan PWNU. 4. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, Cet. 2, Tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis membaginya dalam lima bah, yang setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu, yaitu:
8 BAB Pertama Menjelaskan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis, pernmusan masalah yang merupakan pedoman dalam melaksanakan penelitian, tujuan penelitian itu diadakan yang merupakan salah satu dasar mengapa penelitian ini dilakukan, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, dan sistematika penulisan dalam Japoran penelitian ini. BAB Kedua Menjelaskan tentang gambaran umum hisab dan rukyat di Indonesia; menjelaskan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian. Yakni mengenai pengertian dan landasan hukum hisab rnkyat, sejarah hisab rukyat, aliran dalam perkembangan hisab rnkyat dan hisab rukyat dalam penentuan awal bulan, Lembaga Falaqiyah. BAB Ketiga menjelaskan Sekilas tentang Nahdlatul Ulama; menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik umum tentang, Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama, Gagasan kelahiran Nahdlatul Ulama, Prinsip-prinsip pergerakan Nahdlatul Ulama. BAB Keempat Menjelaskan Dasar penetapan bulan Syawal 1427 H/2006 M dalam perspektif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur; Sebab perbedaan penetapan hari raya ldul Fitri 1427 H antara PBNU dan PWNU Jawa Timur; Pandangan Pengurns Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurns Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur terhadap penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M oleh Pemerintah; Analisis Penulis. BAB Kelima Penutup; yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran, penulis juga melampirkan daftar pustaka dan Jampiran-lampiran yang dianggap penting.
BAB II GAMBARAN UMUM HISAB RUKYAT
A. Pengertian dan Landasan Hisab Rukyat I. Pengertian Hisab
a. Secara Etimologi
Hisab dalam tata babasa Arab yaitu: hasaba, yahsibu, hisaaban yang mempunyai arti "menghitung atau membilang. 1 Tujuan hisab dalam konteks bahasan ini adalah memperkirakan kapan tibanya awal suatu bulan Qomariyab, terntama yang berhubungan dengan waktu ibadab. 2 Jadi pengertian ilmu hisab j ika dikaitkan dengan perhitungan revolusi bulan dalam babasa yang sederhana mernpakan ilmu untuk membahas posisi bulan (awal bulan) pada bumi dari segi perhitungan rnang dan waktu. b. Secara Terminologi
Dalam pengertian yang luas Ilmu hisab adalah ilmu pengetahuan yang membabas seluk beluk perhitungan, yang dalam kamus-kamus istilal1 disamakan artinya dengan Aritmatik. Hisab secara terminologi adalab suatu ilmu pengetabuan yang membabas tentang perhitungan dalam menentukan awal bulan Qomariyab yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. 3 Selain itu dalam kitab Fath al-
Lathiif al-Rahiim yang ditulis oleh Abd Al-Muhaimin Bin Abd Al-Lathiif disebutkan babwa ilmu hisab memiliki makna yang sama dengan ilmu Irshad (penelitian), ilmu 1
Louis Ma'luf, al-Munjd (Mesir: Al-Mathbaah Al-Katholikiyah, 1918), Cet. XVIII, h. 132.
2
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat; Telaah Syar'iah, Sains, dan Tekno/ogi (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 29. 3
Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Cet I, 1990), h. 3.
10 Falak, ilmu Miqat Gamak dari kata bahasa Arab "waktu" yakni ilmu mengetahui waktuwaktu), ilmu Hai'ah (ilmu mengetahui tingkah laku seseorang), ilmu Astronomi dan Qawanina Al-Nujwn (peraturan perbintangan). 4 Dalam sistem hisab yang dihitung bermacam-macam. Hisab yang paling sederhana adalah dalam memperkirakan lama/panjangnya suatu bulan, apakah 29 atau 30 hari, dalam rangka menentukan awal bulan Qamariyal1. 5 Benda langit yang dipergunakan oleh wnat Islam untuk kepentingan hisab adalah matahari, bulan dan bumi, itupun terbatas pada status posisinya saja sebagai akibat oleh adanya pergerakan benda-benda langit yang disebut Astromekanika.6 Dalam perkembangan ilmu hisab, selanjutnya menggunakan perhitungan modem yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat dipertanggllilgjawabkan, ilmu tersebut adalah ilmu ukur segitiga bola Spherical trigonometri. 7 Sistem hisab dapat menetapkan awal bulan dari jauh-jauh hari
sebelumnya, sebab sistem ini tidak bergantung pada rukyatul hilal apakah posisi bulan sudah di atas ufuk atau belum, setelah matahari terbenam, dan setelah terjadinya ijtima'. Walaupun sistem ini masih diperdebatkan tentang boleh tidaknya digunakan dalam menetapkan awal bulan yang ada kaitannya dalam pelaksanaan ibadah, namun sistem 4
Abd Al-Muhaimin Bin Abd Lathiif, Fath Al-Lathiif Al-Rahiim Fi Al-Falq Bijadwaa/i AlLughortiimiyyah Libni Lathif(Cibeber-Banten: Matbah Tsaniyah, 1986), h. I. 5
Muharram 30 hari, Shafar 29 hari, Rabi'ul Awai 30 hari, Rabi'ul Akhir 29 hari, Jumadil Ula 30 hari, Jumadil Akhirah 29 hari, Rajah 30 hari, Sya'ban 29 hari, Ramadhan 30 hari, Syawal 29 hari, Dzulq'dah 30 hari, dan Dzulbijjah 29/30 hari. 6
Astromekanika adalah bagian dari ilmu astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-benda langit dengan menggunakan cara dan teori mekanika. Lih. Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h. 375. 7
Ilmanudin, Penentuan Awai Bulan da/am PerspektifNU dan Muhammadiyah Suatu Komparas (Jakarta: UIN SyarifHidayatullah, 2003), h. 12.
11
ini adalah mutlak diperluka11 dalam menetapkan awal-awal bulan untuk kepentingan kalender.
2. Pengertian Rukyat a. Secara Etimologi Secara etimologi rukyat berasal dari bahasa Arab "-:l).J - <.SY- - <.SI .J yang berarti melihat dengan mata dan akal. 8 Arti yang paling wnum adalah "melihat dengan mata kepala". Jadi, secara umwn, rukyat dapat dikatakan sebagai "pengamatam terhadap hilal". 9 Melihat dengan mata kepala berarti rukyat bilfi'li, sedangkan melihat dengan aka! berarti hisab, yaitu dengan perhitw1gan. b. Sccara Terminologi
Rukyat billfi'li adalah usaha melihat hilal dengan mata telanjang pada saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Qomariyah. 10 Deng an redaksi yang beda tapi esensinya sama juga telah dikemukakan oleh Muhyidin Khazin. Beliau mengatakan bahwa rukyat atau lengkapnya "rukyatul hilal" adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal atau bulan sabit di Ian git ( ufuk) sebelah barat sesaat setelah matahari terbenam menjelang awal bulan baru- khususnya menjelang bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah- untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai. 11 Dengan demikian, rukyat
8
Louis Ma'luf, al-Mwyid, h. 243.
9
Farid Ruskanda, I 00 Mas a/ah His ab, h. 41.
'°
Ditbinbapera, Pedoman Perhitungan Awai Bulan Qamariyah (Jakarta: Departemen Agarna RI, 1994/1995), h. 7. 11
h. 173.
Muhyiddin Khazin, I/mu Falak dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
12
dapat dikatakan sebagai pengamatan terhadap hilal. Kalau hilal terlihat pada tanggal 29 malam maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan tanggal I bulan baru, sedangkan pada tanggal 29 malam itu tidak terlihat, maka keesokan harinya belum bisa dikatakan tanggal I yakni bilangan bulan dibulatkan menjadi 30 hari (diistikmalkan). Rukyat dalam penetapan penanggalan hanyalah untuk menentukan bulan-bulan yang berhubungan dengan ibadah dan tidak untuk penyusunan kalender. Perhitungan kalender harus sudah diperhitungkan jauh-jauh sebelumnya dan tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari berada berada di bawah ufuk (terbenam).
3. Landasan Hnkum Hisab Rukyat a. Al-Qnr'an Ayat-ayat tentang rukyat dan hisab telah disebutkam dalam al-Qur'an yang berkaitan dengan gerak dan keadaan benda-benda langit, terutama bulan dan matahari yang sangat penting guna menetapkan awal bulan, baik awal bulan Masehi maupun Hijriyah. 12 Di antaranya ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan hisab rukyat di antaranya surat Yunus ayat 5 sebagai berikut: 4111 ;_;l1. C. u~i' . . J
~I '.).ii::. I~ .'.v:t -
(JJ·tr.~-.)'.ii"J I'.)_JJ' •.r"' .-.~11·J 'G...:... · '-'''I ~ (.)""""' •. '.1·.·. r-""' '-~' .c::.ili\.ll . •u~ ..
~ .
i.f.~I •y.'
1\.i '~ 0' '~: U'""'-":l L.:?-' •
di, ~fa •
Artinya: "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bu/an bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzi/ah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bu/an itu, supaya kamu mengetahui bi/angan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu me/ainkan dengan hak. Dia menjelaskan landa-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. " (Q.S. Yunus: 5)
Dari ayat tersebut, kata-kata LljtI. ~J.:.!'.J disambung dengan kata-kata '.).ii::. I~
~I menunjukkan bahwa bilangan yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah tahun 12
Departemen Agama RI, Pedoman Teknik Rukyat (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995), h. 3.
13 Qomariyah (lunar calender) sebagai rangkaian dari bulan-bulan Qomariyah. 13 Selain ayat tersebut, dalam surat Yasin ayat 39 juga disebutkan bahwa Allah menjadikan manzilah-manzilah bulan, sehingga setelah bulan menduduki manzilah terakhir, ia kembali ke bentuk seperti tandan tua (bulan Sabit). 14
. i'"'-.i>i1 0~~is ::it<:. .;;:.. JJl.I. ~ u:_,'.ii :_,:.Jl1:., Artinya: "Dan telah Kami tetapkan bagi bu/an manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzi/ah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua." (QS. Yasin: 39)
Sebagaimana diketahui bahwa bentuk bulan yang terlihat di bumi, setiap hari mengalami perubahan. Mula-mula kecil, kemudian membesar dan menjadi setengah lingkaran, lalu pumama satu lingkaran penuh, kemudian mengecil kembali, lalu menghilang dan akhimya muncul kembali berbentuk seperti tandan tua yang digambarkan dalam surat Yasin ayat 39. 15 Peri ode perubahan bentuk bulan terse but diakibatkan oleh perpindahan penelusuran satu manzilah ke manzilah lainnya dan merupakan periode pergantian waktu bulan Qomariyah. Ayat al-Qur' an lai1111ya yang berkaitan dengan benda-benda langit dan penetapan awal bulan Qomariyah adalah al-Baqarah ayat 189, al-Isra ayat 12, at-Atubah ayat 36, an-Nahl ayat 16, al-Hijr ayat 16, al-Anbiya ayat 33, al-An'am ayat 96 dan 97, Yasin ayat 39 dan 40, ar-Rahman ayat 5 dan 33, dan lain-lain. b. I-Iadis
Selain disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur'an landasan hisab rukyat juga di sebutkan di dalam hadis sebagai berikut: 13
Ibid, h.4
14
Ibid.
15
Ibid.
14
Artinya: "Te/ah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya berkata saya te/ah membacakan kepada Malik dari Naji' dari bin Umar semoga Allah merid/oi keduanya dari Nabi saw., bahwasanya Nabi saw., telah menuturkan Ramadhan maka be/iau bersabda: janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hi/a/ (Ramadhan) dan janganlah kamu berbuka sebelum kamu me/ihat hi/a/ (Symval). Jika tertutup alas ka/ian maka taqdirkanlah (HR. muslim dari ibn umar)
:&1 ·<.r-"'.) · · '·' ··1 t,JC ·· (:7·u ·.• ...iii i.UC. ur,i;,,, :l.:.t:..l">!'I Lt.'.l;.. :r,.;,~, ·· J-'"! .i::·. ·'I ur,i;,,, ..>= JJ! t,JC • ... .• •ypI JJ! >! 1m .W:.fu w '·' -.~- 'x~ ·.t.· .wlC. :&I 1· - ...iii-~'. '-I '')IL' IL. 1.:i!>A '.'.'•11 • r' .J .J ~ U -. . ~ (.) .) ..)"'. ('"""'.J-. ~. UY".)(.) 17 '·.'.>.<,1~ 4.J I" ' '.ii\l ".1:',f- • 'I"· \l -.:J.,'.' .I\" '• ' • (;;jj~I . :(.1·.•,j :lli:, •~ .J.) ~ ._..All (.). .. •.J.J; Y' Y-1"5 • • ~ '"(!-:' 1·:.~;. ..............
Artinya: "Te/ah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaybah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, le/ah menceritakan kepada kami Ubaidi/lah dari Naji' dari bin Umar semoga Allah meridhoi keduanya, bahwasanya Rasu/ullah saw., menuturkan tentang bu/an Ramadhan, la/u beliau berisyarat dengn tangannya seraya berkata sebulan itu sekian, sekian dan sekian (dengan menekuk ibu jarinya pada yang ketiga kali), kemudian beliau berkata: berpuasalah ka/ian karena terlihat hi/a/ (Ramadhan) dan berbukalah kalian karena melihat hi/al (Syawal). Jika tertutup atas kalian maka taqdirkan/ah bu/an itu 30 hari. (HR. Muslim dari ibn Umar).
Berdasarkan hadis-hadis di
atas, sebagian fuqaha
menetapkan bahwa
melaksanakan rnkyatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal adalah wajib kifayah. Sedangkan sebagian fuqaha lainnya menetapkan bahwa perihal penetapan awal bulan tidaklah demikian. 18 Di samping itu, sebagian fuqaha memandang bahwa rnkyat merupakan salah satu cara dalam menetapkan awal bulan Qomariyah, yang selain itu dapat ditempuh dengan cara hisab. 19 Berkaitan dengan landasan hukum hisab rukyat ini, selain riwayat Bukhari dan Muslim, juga terdapat riwayat ulama lainnya, seperti yang terkumpul dalam kitab Kutub 16
Imam ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj ibn Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, al-Jami 'u alShahih a/-Musamma Shahih (Semarang: Toha Putra, t.t.}, h. 122. Dalam Buku Kumpulan Hadits Shahih "a/-Jami'u al-Shahih" karangan Husein Bahreisj dikatan hadis ini merupakan riwayat Bukhari dan Muslim. 17
Ibn Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, a/-Jami'u a/-Shahih a/-Musamma Shahih.
18
Departemen Agarna RI, Pedoman Teknik Rukyat, h. 6.
19
Ibid.
15 al-Sittah (Abu Daud, lbn Majjah, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i) dan beberapa kitab
karangan ulama lainnya. c. Pendapat Ulama Selain ayat al-Qur'an dan Hadis sebagaimana di atas, persoalan hisab rukyat juga didasarkan pendapat ulama, seperti dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan lbn Rusyd telah menulis bahwa diriwayatkan dari sebagian ulama salaf, bila hilal tertutup awan, maka ia kembali kepada hisab yang berdasarkan perjalanan bulan dan matahari20 • Namun, ketika hisab ingin menjadi penentu timbul perselisihan di kalangan ulama sendiri, khususnya dari kalangan Syafi'iyah, karena kalangan Malikiyah, Hanafiyah, dan Hanbaliyah tidak menerima kehadiran hisab secara mutlak, baik untuk perorangan maupun dalam lingkungan umum bagi seluruh umat Islam. 21 Para Iman1 mazhab empat sepakat bahwa awal Ramadhan dan Syawal ditetapkan berdasarkan rukyatul hilal atau istikmal, mereka mengatakan "Tidak perlu diperhatikan perkataan Ahli astronorni. Maka tidak wqjib rnereka berpuasa berdasarkan hisabnya, karena pernbuat syari'ah (Allah) rnengkaitkan puasa pada tanda yang tetap dan tidak berubah sarna sekali, yaitu ru 'yatul hi/al atau menyempurnakan bilangan tiga puluh hari "22
B. Sejarah Hisab Rukyat Sebelum Islam orang-orang Arab Jahiliyah telal1 memiliki pengetahuanpengetahuan dasar tentang ilmu astronomi. Nanmn pengetahuan yang mereka miliki 20
lbnu Rusyd, Bidayatul mujtahid Penerjemah M. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah (Semarang: Asy Syifa', 1990), h. 588. 21
Ma'ruf Amin, Rukyat untuk Penentuan Awai dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syari 'ah (Tangerang: ICM!, Orsa! Kawasan Puspitek dan Sekitarnya, 1994), h. 72. 22
Abdur Rahman Al-Jazari, Al-Fiqh 'ala a/-Mazhabil al-Arba 'ah, Jilid I, h. 55 l.
16
belum berbentuk rnmusan-rnmusan ilmiyah. Ilmu astronomi dalam Islam boleh dikatakan muncul dengan gemilang pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah sebagai hasil perpaduan antara kebudayaan Persia, kebudayaan India dan kebudayaan Yunani. Mungkin pada masa Bani Umayyah, ilmu astronomi telah muncul, namun buku-buku tentang itu belum pemah ditemukan. Di dalam kitabnya "Taa-rii-khul Hadlaa-rah Al lslaa-miyah Fil 'Ushuu-ri al-
Qush-tha", Abdul Mun'in Majid mengatakan, "prinsip-prinsip ilmu astronomi telah dimiliki oleh orang-orang Arab maju, seperti orang-orang Arab Yaman dan Kaldea. Pada orang-orang Arab Badawi pengembara, ilmu astronomi, baru terbatas pada pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa alam yang berpindah antara yang satu kepada yang lain melalui turun temurun. Dalam kasidah-kasidah syiir Arab Jahiliyal1, kita dapat membaca nama-nama bintang. Namun secara ternmuskan, ilmu astronomi Arab baru muncul pada pertengahan abad ke-2 Hijriyal1 pada masa pemerintahan Bani Abbas. Hal itu te1jadi berkat hubungan mereka dengan berbagai macam kebudayaan dunia yang mereka salin dari kitab-kitab klasik karangan orang-orang India dan Yunani. 23 Di istana al Mansur telal1 terkumpul insinyur-insinyur dan ahli-ahli astronomi. Untuk rencana pembangunan Bagdad baru diserahkan pada pengawasan menteri Khalid bin Barmaki. Kepala proyek manajemya adalah Naubakh, seorang astronom. Ia dibantu oleh seorang insinyur muda, Masha-Allah. Bagdad baru didirikan pada tahun 145 H/762 M di tepi barat sw1gai Tigris. Sesudah itu, di kota lain, yaitu Bagdad baru yang muncul pula di tepi timur sungai itu, yang diberi nama Darus Salam, kota perdamaian. Nama 23
Ah!nad Thoha, Astronomi dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983), h.12.
17 tersebut dipilih oleh Naubakh seorang astronom, dan ahli bintang kerajaan. Atas pemerintahan al Mansur, beliau diperintahkan w1tuk menterjemahkan buku-buku kesusasteran dan ilmiah dari bahasa asing ke bahasa Arab. Ia menyuruh MuhanlIDad al Fazari untuk menterjemahkan ke bahasa Arab buku karangan India mengenai ilmu bintang, yaitu Siddhanta Barahmagupta sepulangnya dari India bersama seorang ahli bintang, bemama Manka. Penterjemahan Siddhanta Aryabhrata dilakukan oleh Ya'kub ibn Thariq, sedangkan Hunai ibn Ishak telah mente1jemahkan buku Algagest karangan Cladius Ptolomeus dari bahasa Yllilani ke bahasa Arab. Ahli-ahli perbintangan sudah sama-sama mengenal buku ini yaitu buku ilmu astronomi yang paling kuno yang dikenal hingga sampai saat ini. 24 Dari pembahasan di atas, meskipun ihnu falak atau hisab baru terlihat setelah Islam ada, namllil sebagaimana telah disebutkan dalam setiap mukddimah kitab-kitab falak, bahwa penemu pertan1a ilmu hisab atau astronomi adalah Nabi Idris AS.,25 ha! ini menunjukkan bahwa wacana hisab rukyat sudah ada sejak waktu itu, atau bahkan lebih awal dari itu. Berkaitan dengan sejarah hisab ini, sejauh pelacakan Ahmad Izzudin didapatkan bahwa sekitar abad ke-28 SM, embrio ilmu falak mulai tampak. Pada waktu itu falak digunakan untuk menentukan waktu saat-saat penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah tampak di beberapa negara seperti di Mesir (Wltuk menyembah Dewa Orisis,
24 25
Ahinad Thoha, Astronomi dalam Islam, h. 18-20.
Sebagaimana telah disebutkan oleh Zubaer Umar al-Jailany dalam kitab al-Khulashoh a/Wafiyah yang dikuatkan oleh al-Susy, Ahinad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia; Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, cet.I), h. 41
18 Isis dan Amon), di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah Dewa Astoroth dan Baal. 26 Meskipun embrio falak tampak pada abad ke-28 SM, namun pengetahuan mengenai nama-nama hari dalam seminggu sudah ada sejak 5000 tahun sebelum Masehi yang masing-masing diberi nama dengan nma-nama benda langit.27 Pada abad XX SM, di negeri Tionghoa telah ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya yang sekaligus mereka pulalah yang mula-mula dapat menentukan terjadinya gerhana matahari. 28 Setelah itu berlanjut pada asmnsi Pythagoras (580-500 SM), bahwa bumi berbentuk bulat bola, yang dilanjutkan Heraklius dari Plotinus (388-315 SM) mengemukakan bahwa bmni berputar pada sumbunya, Merkurius dan Venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi. Penemuan ini bertentangan dengan hasil dari Ristarchus dari San1os (310-230 SM) mengenai hasil pengukuran jarak antara bumi dan matahari, dan pemyataannya bumi beredar mengelilingi matahari. Selain itu juga dari Mesir bemama Eratosthenes telah mendapatkan perhitllilgan keliling bumi. 29
26
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 42
27
Matahari untuk hari Ahad, bulan untuk hari Senin, Mars untuk hari Selasa, Mercurius untuk hari Rabu, Yupiter untuk hari Kamis, Venus untuk hari Jum'at dan Satumus untuk hari Sabtu, Rahmat Taufik Hidayat, dkk., Almanak Alam Islam: Sumber Rujukan Keluarga Muslim Milenium Baru (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), h. 166. 28
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 42.
29
Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 33 l.
19
Dari semua penemuan di atas, sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad lzzudin bahwa ia menduga persoalan hisab rukyat telah nampak sejak sebelum Masehi, meskipun dalam redaksi dan kemasan yang berbeda. Pada masa sesudah Masehi terlihat dengan penemuan Claudius Ptolomeus (140 M) berupa catatan-catatan tentang bintangbintang yang diberi nama Tabril Magesthi. Beraswnsi bahwa semesta alam ini berbentuk geosentris. 30 Kemudian pada masa Islam datang (masa Nabi Muhammad SAW), hal ini ditandai dengan adanya penggunaan perhitungan tahun Hijriyah oleh Nabi sendiri ketika beliau menulis surat kepada kaum Nasrani Bani Najran, tertulis ke V Hijriyah, namun di dunia Arab lebih mengenal peristiwa-peristiwa yang terjadi dijadikan sebagai nama tahun atau tanggalan, seperti ta11w1 gajah, tahun izin, tahun amar, tahun zilzal dan sebagainya.31 Secara formal, pada masa itu wacana hisab rukyat barn tampak dengan adanya penetapan Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah, yang dijadikan sebagai fondasi dasar kalender Hijriyah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khaththab, yakni tepatnya pada tahun ketujuh belas Hijriyah. Dan dengan berbagai pertimbangan yang matang bulan Muharram dijadikan sebagai awal bulan Hijriyah. 32
30
Teori Geosentris mernpakan teori pusat alam terletak pada bumi yang tidak berputar pada sumbunya dan dikelilingi oleh bulan, merkurius, venus, matahari, mars, yupiter, dan saturnus. Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 42. 31
Dinamakan tahun Gajah karena saat kelahiran Nabi Muhammad terjadi penyerangan pasukan gajah. Tahun Izin; tahun diizinkannya hijrah ke Madinah. Tahun Amar; tahun diperintahkannya menggunakan senjata. Tahun Zilzal; terjadi gonjang ganjing pada tahun ke-4 Hijriyah. Rahmat Taufik, Almanak Alam Islam, h. 183. 32
Rahmat Taufik, Almanak Alam Islam, h. 184.
20
Persoalan hisab rukyat ini, mulai mendapatkan masa keemasannya pada masa dinasti Abbasiyah. Hal ini terlihat pada masa khalifah Abu Ja'far al-Manshur, ilmu astronomi mendapat perhatian khusus, salah satunya adanya upaya menterjemahkan kitab Sindihid dari India. 33 Kemudian
pada
masa
khalifal1
al-Makmun,
naskah
Tabri/
Magesthi
diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dan dari sinilah lahir istilah ilmu hisab sebagai salal1 satu dari cabang ilmu ke-Islaman dan tumbuhnya ilmu hisab mengenai penetapan awal waktu shalat, penentuan gerhana, awal bulan Qomariyah dan penentuan arah Kiblat. 34 Selain itu pada khalifah ini, obsevatorium telah didirikan di Sinyar dan Junde Shahfur Bagdad. Masa kejayaan hisab rukyat ditandai oleh lahirnya beberapa tokoh yaitu alFarghani seorang ahli falak, yang oleh orang Baral dipanggil Farganus. Kemudian Maslamah ibnu al-Marjiti di Andalusia telah mengubah tahun Persi dengan tahun Hijriyal1. Pakar ilmu falak kenamaan lainnya seperti; Mirza Ulugh bin Timur Lank yang terkenal dengan Ephemerisya, ibnu Yunis (950-100 M), Nasiruddin (1201-1274 M), dan Ulugh Beik (1344-1449 M) terkenal dengan landasan ijtima' dalam penentuan awal bulan Qamariyah. Di Bashrah, Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965-1039 M) seorang pakar falak terkenal dengan Kitabul Manadhir dan tahun 1572 diterjemahkan dengan
Optics merupakan penemuan baru tentang refraksi (sinar bias). Tokoh-tokoh tersebut
33
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, h. 44.
34
Ibid.
21 sangat mempengarnhi clan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu falak di dunia Islam pada masanya. Meskipun masih terkesan bemuansa Ptolomeus. 35 ~
.
Pada pertengahan abad XIII M, setelah umat Islam menampakkan kemaJUan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka umat Islam mengadakan ekspansi intelektualitas ke Eropa melalui Spanyol. Pada waktu itu Eropa sedang dilanda oleh tumbuhnya isme-isme baru seperti Humanisme, Rasionalisme clan Renaisans yang mempakan reaksi dari filsafat Skolastik di masa itu, dimana adanya larangan penggunaan rasio atau berpaham kontradiksi dengan paham Gereja. Kemudian muncul Nicolass Copernicus (1473-1543 M) yang berupaya membongkar teori Geosentris yang dikembangkan oleh Claudius Ptolomeus. Teori yang dikembangkan Claudius Ptolomeus adalah bukan bumi yang dikelilingi matahari, tetapi sebaliknya, serta planetplanet beserta satelit-satelit yang mengelilingi matahari. Teori ini kemudian dinamakan teori Heliosentris. 36 Perdebatan mengenai teori tersebut berkembang san1pai pada abad XVIII, dimana penyelidikan Galilleo Galilei clan Jolm Keppler menyatakan pembenaran teori Heliosentris. Meskipun antara Jolm Keppler clan Copernicus berbeda dalam hal lintasan planet mengelilingi matahari, dimana menumt Copernicus berbentuk bulat, sedangkan menurut Jolm Keppler berbentuk elips (bulat telur). Hal ini pada masa sesudalmya banyak ditemukan penemuan-penemuan yang berkaitan dengan kosmografi. Berkaitan dengan teori di atas, dalam wacana historitas hisab mkyat Islam, bahwa tokoh yang
35
Ibid, h. 45.
36
Ensiklopedi Islam, h. 331.
22
pertama kali melakukan kritik tajam terhadap teori Geosentris adalah al-Biruni dengan asumsi tidak masuk aka! bila langit yang besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya. 37 Kembali kepada penemuan Ulugh Beik (1344-1449) berupa jadwal Ulugh Beik. Jadwal ini pada tahun 1650 M diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh J. Greaves dan Thyde, dan oleh Saddilet disalin dalam bahasa Prancis. Kemudian sekitar tahun 18571861 di Nautical al-Manac Amerika, Simon New Comb (1835-1909 M) berhasil membuat jadwal astronomi. Jadwal tersebut terkenal dengan nama Almanac Nautica. 38 Di Indonesia berkembang ilmu hisab yang berasal dari abad pertengahan, kemudian disusul dengan ilmu hisab yang bersumber dari ilmu astronomi dan akhirnya berkembang ilmu hisab yang bersumber dari ilmu astronomi serta ilmu matematika kontemporer. Maka ilmu hisab yang berkembang di Indonesia di kelompokkan menjadi .
. 39
t1ga generas1:
I. Ilmu Hisab Hakiki Taqribi. Termasuk dari generasi ini antara lain kitab Su/lamu an-
Nayyiraini oleh Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri alBetawi dan kitab Fathu Al- Ruujil Manan oleh K.H. Dahlan Semarang. 2. Ilmu Hisab Hakiki Tahqiqi. Termasuk dalam generasi ini antara lain kitab
Khulasshah Al-Wajiyah oleh K.H. Zubair, kitab Badi 'atul Mitsal oleh K.H. Ma'shum dan kitab Hisab Hakiki oleh K.H. Wardan. 37 38
39
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, h. 46. Ibid, h.47.
Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Se/ayang Pandang Hisab Rukyat 2004 (Jakarta: Ditpenpera, 2004), h. 17-18.
23
3. Ilmu Hisab Kontemporer. Tem1asuk dalam generasi ketiga ini antara lain buku-buku yang bersumber dari table/buku New Comb, Astronomical formuly for Computer. Dengan demikian di Indonesia memiliki tiga metode hisab rukyat yakni metode Ilmu hisab hakiki taqribi, hisab hakiki tahqiqi dan hisab kontemporer.
C. Aliran-aliran Hisab dan Perkembangannya Mekanisme dan upaya penentuan awal bulan Qomariyah ini telah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW,. hingga sampai sekarang. Bahkan dalam cara dan upaya yang saat ini semakin berkembang dengan berbagai macam urgennya. Yang mana dalam penentuan awal bulan terjadi perbedaan di kalangan orang Islam. Perbedaan itu sampai saat ini selalu bermula dari pemahaman atau cara penafsiran terhadap ayat-aya alQur'an, Hadi-hadis Nabi, dan sebabkan oleh ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penetapan awal bulan. Kalau kita merujuk dari masalah tersebut bila kita kaitkan dengan ilmu pengetahuan kita dapat mengenal 2 metode utama dalam penentuan awal bulan Qomariyah. Kedua metode dimaksud adala11 sistem rukyat bi! fi'li dan hisab. 40 Sekarang kedua cara atau metode itu lebih akrab dengan istilah hisab dan rukyat. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan seputar dua metode utama dalam penenentuan awal bulan Qomariyah yang pertama, nama aliran hisab yang terdiri dari hisab urfi dan hakiki. Kedua, adal ah aliran rukyat bi! fi' Ii Di bawah ini akan dijelaskan dan kajian ini membatasi pada aliran yang mewakili pemikiran di Indonesia, yakni Hisab Urfi dan Hisab Hakiki. 40
Ditbinbapera, Perhitungan Awai Bulan Qamariyah, h. 7.
24
a. Hisab Urfi Hisab urji adalah sistem perhitungan dalam penanggalan yang didasarkan pada perhitungan rata-rata bulan mengelilingi bmni dan ditetapkan secara konvensional, lamanya setiap bulannya selalu tetap beraturan dan tidak bernbal1. Sistem hisab ini tidak dapat dipergilllakan dalam menentukan awal bulan Qomariyah Wltuk pelaksanaan ibadah, karena lamanya hari setiap bulan tertentu selalu tetap dan tidak berubah, dimana ditentukan dengan aturannya yang tetap dan berurutan yakni dimulai dari Muharram yang mempunyai jumlah hari 30, Safar 29 dan begitu seterusnya kecuali tahilll Kabisat yang terjadi 11 kali dalam satu daur yakni 30 tahun, maka khusus untuk bulan Dzulhijjah 30 hari, yang seharusnya 29 hari berdasarkan perhitungan secara urji. Dengan demikian Wltuk hisab
wfz ini merupakan sistem selang seling antara 30 dan 29
hari mulai dari bulan Muharram hingga seterusnya (untuk bulan ganjil 30 dan bulan genap 29 hari), kecuali bulan Dzulhijjah pada tahun Kabisat. 41 Hisab urji dalam perhitlllgannya masih bersifat tradisional yakni membuat anggapan-anggapan dalam menentukan perhitungan, yang berdasarkan pada prinsip: 42 I. Ditetapkan awal bulan Hijriyah, dalam hal ini ditentukan bahwa tanggal satu Muharram mernpakan satu Hijriyah, bertepatan dengan hari Kan1is 15 Juli 622 M. 2. Ditetapkan pula bahwa satu tahun itu mnunmya 354 hari sehingga dalam 30 tahilll atau satu daur terdapat 11 tahun panjang dan 19 tahun pendek.
41
Departemen Agama Rl, Pedoman Perhitungan Awai Bulan Qamariyah (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/l 995), h.8. 42
Departemen Agama Rl, Pedoman Perhitungan Awai Bulan Qamariyah h.14-15.
25 3. Tahun panjang ditetapkan umurnya 355 hari sedangkan tahun pendek ditetapkan 354 hari. 4. Tahun panjang terletak pada deretan tahun ke-2, 5, 7, 10, 13, 15 (namun sebagian ulama menyatakan ke-16), 18, 21, 24, 26 dan ke-29, sedangkan deretan lainnya sebagai tahun pendek. Hal ini terkumpul dalam kalimat:
Keterangan: Dari kalimat di atas, huruf Hijaiyah yang ada titilmya merupakan
penunjukan dari tahun panjang, sedangkan huruf Hijaiyah yang tidak ada titiknya merupakan tahun pendek. 5. Bulan-bulan gasal umumya ditetapkan 30 hari sedangkan bulan-bulan genap umurnya 29 hari dengan keterangan untuk tahun-tahun panjang bulan yang ke-12 (Dzulhijjah) ditetapkan 30 hari.
b. Hisab Hakiki Hisab hakiki adalah hisab yang didasarkan pada peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya, yaitu penentuan kedudukan bulan pada saat matahari terbenam. Menurut sistem ini wnur bulan tidaklah tetap dan tidak beraturan, terkadang dua bulan berurutan wnurnya 29 hari atau 30 hari, tergantung hasil hisabnya. Berbeda dengan hisab Urji, yang selalu tetap dan tidak berubah serta beraturan. Hisab hakiki masuk pada kategori hisab modern, karena sudah menggunakan kaidah-kaidah ilmu ukur bola Spherical Trigonornetri. 43 Hisab hakiki menggunakan beberapa prinsip pada penerapannya, yaitu:
43
Spherical Trigonometri adalah sigi tiga yang digambarkan pada kulit bola dengan pengertiannya yang khusus. Rumus ini digunakan untuk melakukan transfonnasi dari sistem koordinat equatorial ke sistem koordinat Azimutal (menghitung jarak sudut antara dua tempat dan menghitung arah suatu tempat, Departemen Agama RJ, Pedoman Perhitungan, h. 8.
26 I. Menentukan terjadinya ghurub 44 matahari untuk suatu ternpat. 2. Dengan berdasarkan ghurub matahari tadi hisab hakiki menghitung longitude matahari dan bulan data lain dengan koordinat ekleptika. 3. Selanjutnya atas dasar longitude ini mereka menghitung terjadinya ijtima' 45 4. Kedudukan matahari dan bulan yang ditentukan dengan sistem koordinat ekleptika diproyeksikan ke ekuator dengan koordinat equator. Dengan ini dapat diketahui mukuts Garak sudut Iintasan matahari dan bulan pada saat matahari terbenam) 5. Kedudukan matahari dengan sistem koordinat equator itu diproyeksikan lagi ke vertikal sehingga menjadi koordinat horizon, dengan demikian dapatlah ditentukan berapa tinggi bulan pada saat matahari terbenam dan berapa azimutnya. Pandangan ahli hisab dalam menentukan awal bulan barn berbeda-beda yang pada intinya menyebabkan hasil perhitungan hisab yang berbeda-beda pula. Dari beberapa perbedaan ini melahirkan beberapa aliran pemahaman dalam menentukan masuknya bulan barn mempergunakan sistem hisab hakiki ini. Misalnya, badan hisab dan rukyat Departemen Aganm, pada garis besarnya terdiri dari dua golongan, yaitu golongan yang berpedoman kepada ijtima' semata dan golongan yang berpedoman kepada posisi bulan di atas ufuk pada saat matahari terbenam. Kedua golongan tersebut terpecah lagi menjadi beberapa golongan, bagi golongan yang berpedoman kepada
44
Apabila matahari dan bulan bersinggungan pada piringan atasnya (uper limb) dengan kaki langit, dalam pengertian astronomi dikatakan terbenam jika jarak zenitnya sama dengn 90 derajat lebih semi diameter ditambah refraksi dikurangi paralaks. Departemen Agama RJ, Pedoman Perhitungan. 45
Disebut pula iqtiran yaitu; jika bulan dan matahari berada pada bujur astronomi yang sarna (konjungsi). Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan.
27 ijtima' semata terpecah menjadi 2, yaitu golongan yang meyakini ijtima' qobla al ghurub dan ijtima' qobla al fajri. 46
1.
Ijtima' Qobla al-Glturub Golongan yang berpedoman kepada ijtima' qobla al-ghurub berpendapat, bahwa
jika ijtima · itu terjadi sebelum matahari terbenam, maka malamnya sudah dianggap bulan barn. Sedangkan, jika ijtima' terjadi setelah matahari terbenam, maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. 47 Sistem ini sama sekali tidak memperhitungkan ru 'yat, juga tidak memperhitungkan posisi hilal dari ufuk, asalkan sebelum matahari terbenan1 sudah terjadi ijtima '. Golongan yang berpedoman kepada ijtima· qobla al ghurub walaupun hilal berada di bawah ufuk, malam hari itujuga sudah masuk bulan baru. Sistem ini lebih menitikberatkan pada penggunaan astronomi murni yang dalam ilmu astronomi dikatakan bahwa, bulan baru terjadi sejak matahari dan bulan dalam keadaan konjungsi (ijtima'). 48 Sistem ini menglmbungkan ijtima' dengan saat terbenam matahari, sebab sistem ini mempunyai anggapan bahwa hari menurut Islam adalah dimulai dari terbenam matahari sampai terbit pada keesokan harinya hingga matahari terbenam kembali. Konsep yang dipegang di sini adalah malam mendahului siang. Menurut sistem ini, dapat dikatakan bahwa ijtima' adalal1 pemisah di antara dua bulan Qomariyah. Namun karena hari menurut Islam dimulai sejak terbenam matahari, maka
46
lmanuddin, Penentuan Awai Bulan dalam, h. 15.
47
Ibid, h. 9
48
Ibid.
28 ketika ijtima' terjadi sebelum terbenam matabari, malam itu sudah dianggap masuk bulan barn. Jika ijtima' terjadi setelab terbenam matahari, maka malam itu masih merupakan bagian dari bulan yang sedang berlangsung. Secara singkat dapat dikatakan babwa yang dijadikan ukuran adalab apakah ijtima' itu terjadi sebelum tibanya batas hari (saat terbenam matahari) atau sesudalmya.49 2.
Ijtima' Qobla al- Fajri
Golongan yang berpedoman pada qobla al-fajri berpendapat babwa permulaan bulan Qomariyab ditentukan oleh ijtima' sebelum fajar, dikarenakan antara terjadinya ijtima' dan matahari terbenam itu tidak saling berkaitan satu sama lain dan secara dalilpun tidak ada yang mengharuskan babwa batas hari itu saat matahari terbenam. 50 Menurut sistem ini, jika terjadi sebelum terbit fajar, maka malam itu sudab masuk bulan barn walaupun pada saat matabari terbenam pada malam itu belum terjadi ijtima'. Pendapat ini berdasarkan arti dari perintah dimulafoya puasa secara harian,51 sebagaimana firman Allab swt., dalam surat al-Baqarab ayat 187:
Artinya: "Makan dan minumlah kamu sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu /ajar". (QS. al-Baqarah : 187)
Di Indonesia, belum diketabui secara pasti adanya para abli yang berpegang pada ijtima' qabla al-fajri ini. Hanya saja pendapat ini ditemukan dan digunakan di
49
Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai.
50
Ibid.
51
Ibid.
29
pemerintah Saudi Arabia. Hal ini terlihat pada penentuan hari raya Idul Adha pada tahun 1395 H atau 1975 M. 52 Pada tahun ini, pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa, hari raya Idul Adha jatuh pada hari Jum'at, tanggal 12 Desember 1975, sementara di Indonesia hari raya Idul Adha ditetapkan pada hari Sabtu, tanggal 13 Desember 197 5. Mengenai hal ini para ahli di Indonesia mengemukakan bahwa jika pemerintah Arab Saudi dalam penentuan awal bulan berdasarkan hisab, maka ijtima' qabla al-fajriya dijadikan pedoman juga. Penilaian didasarkan pada kenyataan bahwa ijtima' menjelang awal bulan Dzulhijjah 1395 H terjadi hari Rabu tanggal 3 Desember 1975 jam 00.50 GMT atau 07.50 WIB ataujam 03.50 waktu Mekah. Pemerintah Arab Saudi tetap mengambil keputusan tersebut walaupun saat itu belum terjadi ijtima', hilal sudah 2 menit lebih dahulu dari matahari dan alam kondisi ini posisi hilal tidak mungkin untuk di lihat. 53 Dari beberapa keterangan di atas, golongan yang memegang ijtimak semata. Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama pada garis besamya terdiri dari dua golongan yaitu golongan yang berpedoman kepada ijtimak semata dan golongan yang berpedoman kepada posisi bulan di atas ufuk pada saat matahari terbenam. Adapaun golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk terbagi pada golongan posisi bulan di atas ufuk hakiki, ufuk hissi, ufuk mar 'i dan golongan imkan ar-rukyat. 54
52
Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai.
53
Ibid.
54
Ibid, h.11.
30
1)
Ufuk Hakiki Golongan ini menganggap bahwa ketentuan bulan baru haruslah didasarkan
pada penampakan hilal yang benar yakni hilal harus berada di atas ufuk hakiki. 55 p
Q Ufuk Hakiki P
Ufuk Hakiki Q BUMI Gambar I Pada gambar I di atas "ufuk hakiki P", merupakan ufuk hakiki bagi si Peninjau yang berdiri pada titik P, demikian pulan "ufuk hakiki Q" merupakan ufuk hakiki bagi si Peninjau yang berdiri pada titik Q. Sistem ini tidak memperhitungkan pengaruh tinggi tempat si peninjau, dengan demikian jari-jari bulan, parralaks clan refraksi tidak turut diperhitungkan. Sistem ini memperhitungkan posisi bulan tidak untuk dilihat. Berbeda halnya dengan perhitungan matahari terbenam, golongan ini memperhitungkan unsur-unsur di atas, sebab mereka mempergunakan pengertian terbenam matahari seperti apa yang dilihat atau menurut istilah dinamakan ufuk atau horizon mar 'i56•
55
Ufuk Hakiki adalah bidang datar yang ditarik melalui pusat bumi tegak lurus pada garis vertical, lih. Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai, h. I 0. 56
Ufuk Mar'i adalah ufuk yang terlihat akibat keterbatasan mata pengamat, dimana ufuk ini merupakan pertemuan langit yang melengkung dengan garis kaki pengamat. Ora. Maskufah, Hisab Awai Waktu Sha/at Magrib, makalah disampaikan pada jam belajar mata kuliah llmu Falak I di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta, tanggal 5 April 2004.
31 Dengan demikian menurnt sistem ini setelah terjadi ijtimak dan hilal sudah di atas ufuk hakiki pada saat matahari terbenam, maka malam hari itu juga sudah dianggap bulan barn. Namun sebaliknyajika hilal masih di bawah ufuk hakiki pada saat matahari terbenam, maka malam itu belum tanggal barn. 2) Ufuk Hissi Adapun pada segolongan yang berpedoman kepada posisi hilal di atas ufuk Hissi, 57 berpendapat bahwa jika pada saat matahari terbenam telah terjadi ijtimak dan hilal sudah di atas ufuk hissi, maka sudah dianggap masuk tanggal satu bulan baru. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 (dua) berikut:
Ufuk Hissi P BUMI
Ufuk Hakiki P
Gambar2 Pada gambar 2, dapat terlihat bahwa "Ufuk Hissi P" merupakan ufuk Hissi bagi si peninjau yang berdiri di titik P dan "ufuk Hakiki P" merupakan ufuk bagi si peninjau tersebut. 58 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa letak perbedaan diantara keduanya adalah titik pengukuran yang dilihat si peninjau. Kalau pada ufuk Hakiki si peninjau melihatnya dari pusat titik bumi, sedangkan pada ufuk hissi dilihat dari atas permukaan bumi.
57
Ufuk Hissi adalah bidang datar mata peninjau yang sejajar dengan ufuk hakiki. Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai, h. 11. 58
Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai.
32
Golongan yang berpegang pada ufuk hissi memang kurang popular, sehingga banyak para ahli yang kurang mementingkan sistem ini. Namun sistem ini cukup diakui di Indonesia, meskipun penganutnya tidak terlihat banyak dan kurang terkenal.
59
3) Ufuk Mar'i Selain berpegang pada ufuk hakiki dan hissi, juga terdapat golongan yang berpedoman ufuk mar 'i. Ufuk mart'i ini masih tergantung pada ketinggian mata pengamat dari pennukaan air laut. Di mana jika ketinggian mata peninjau berubah, maka berubah pula horizon yang dilihatnya. Dan jika mata peninjau dari permukaan air laut, maka letak horizon sebenarya merupakan ufuk hakiki. 60 Seperti gambar berikut: p
Ufuk Mar'i P
Ufuk Hakiki P
Q
Gambar 3
Berdasarkan pada gambar 3 di atas, "Ufuk Mar'i P" merupakan ufuk mar'i si peninjau yang berada pada posisi P. Sedangkan "ufuk Halciki P" merupakan ufuk hakikinya. Perbedaan kedua ufuk tersebut sama besamya dengan sudut Q (kerendahan ufuk), yakni sudut yang timbul karena pengaruh ketinggian tempat si peniajau dari permukaan laut. 61
59
Ibid.
60
Almanuddin, Penentuan Awai Bulan Menurut, h. 20. Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai, h. 13.
61
33 Pada sistem ini bukan hanya berpedoman pada ufuk mar'i yang memperhatikan kerendahan ufuk saja, tetapi juga memperhatikan semi diameter, parralaks dan refraksi. Dengan kata lain, sistem ini memperhitungkan posisi hilal untuk dapat dirukyat (hilal mar'i) bukan memperhitungkan posisi hilal yang sebenarnya (hilal hakiki) 4) Imkanurrukyat Golongan ini berpendapat bahwa pada saat matahari terbenam setelah terjadinya ijtima', hilal harus mempunyai posisi yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat. Para ahli yang terrnasuk pada golongan ini sependapat tentang beberapa ukuran ketinggian hilal yang mungkin dapat dirukyat. Dalam ha! ini ada yang berpendapat 8, 7, 6, 5 dan lain sebagainya. 62 Berkaitan dengan ha! ini, pada tahun
1978 telah diadakan konfrensi
intemasional di Turki yang menetapkan bahwa untuk dapat terlihatnya hilal terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu ketinggian hilal di atas ufuk tidak kurag dari 5 dan sudut padang Angular Distance antara hilal dan matahari tidak kurang dari 8. 63 Jadi hilal akan terlihat jika sudah memenuhi dua syarat tersebut. Akan tetapi ketetapanketetapan yang diberikan oleh negara-negara ASEAN yang bersangkutan dengan penentuan bulan Qamariyah dan dengan kaidah imkanurrukyat yaitu 2 derajat dengan tenggang waktu te1jadi11ya ijtima' dan terbenamnya matahari tidak kurang dari 8 jam. 64
62
Ibid, h. 14.
63
Ibid. Ditbinbapera, Selayang Pandang Hisab Rukyat, h. 175-176.
64
34
b. Perkembangan Hisab Rukyat Di Indonesia Dalam perjalanan sejarah hisab rukyat di Indonsia sudah barang tentu tidak akan terlepas dari sejarah Islam itu sendiri di Indonesia. Dalan1 catatan sejarah dikatakan bahwa sebelum kedatangan Agama Islam, di Indonesia telah terdapat Suatu perhitungan tahun yang ditempuh kalender Jawa Hindu atau tahun Soko. 65 Tahun Sako ini didasarkan pada peredaran matahari, dimulai saat penobatan Prabu Syali Wahono (Adji Sako) pada hari Sabtu tanggal 14 Maret tahun ke-1 nya dimulai sesudah satu tahun kemudian. Tahun Saka tersebut pada tahun 1633 M digabungkan dengan tahun Hijriyah (yang didasarkan pada peredaran bulan) oleh Sultan Agung Prabu Anyokro Kusuma, tetapi tahunnya tetap tahun 1555 dengan daur atau windunya berumur 8 tahun bukan 30 tahun seperti tahun Hijriyah. 66 Ketetapan itu merupakan gabungan antara penanggalan Hindu Jawa dengan penanggalan Hijriyah. Dengan demikian, sejak saat tahun Jawa yang berlaku adalah Jawa Islam. 67 Dengan adanya penggunaan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi pada zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, maka sudah sangat jelas bahwa ha! itu sebagai tanda umat Islam di Indonesia telah terlibat dalam pemikiran hisab rukyat dan sekaligus sebagai tanda adanya perubahan kemasyarakatan dari ke-Hinduan menjadi Masyarakat yang ke-Islaman.
65
Maskufah, Memahami Tarikh Masehi dan Hijri: Suatu Perbandingan, makalah inii disampaikan pada seminar llmu Falaq I pada tanggal 14 Desember 2004 di gedung Teater lanatai II. h. 7 66
67
Ibid.
Satu tahun ditetapkan sama yaitu 12 bulan, yakni Syuro, Safar, Mulud, Bakdo Mulud, Jumadil Awai, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Syawal, Dulkongidah, dan Besar.
35
Pada perkembangan selanjutnya penggunaan kalender Hijriyah ini diubah menjadi kalender Masehi oleh penjajah Belanda sebagai kalender resmi pemerintah. Namun meskipun demikian, umat Islam tetap menggunakan kalender Hijriyah, khususnya segala penetapan yang berkaitan dengan persoalan ibadah diserahkan kepada kerajaan-kerajaan Islam, seperti l Ramadhan, l Syawal dan I 0 Dzulhijjah. 68 Setelah Indonesia merdeka, secara beranggsur-angsur mulai terjadi perubahan. Setelah terbentuknya Depaiiemaen Agama pada tanggal 3 Januari 1946,69 persoalanpersoalan hari libur yang berkaitan dengan ibadah diserahkan kepada Departemen ini sesuai dengan PP Tahun 1946 No. 2/Um.7/Um.9/Um jo Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967 No. 148 tahun 1068 dan No. JO talmn 1971. Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan Departemen Agama, nanmn secara praktis sampai saat ini terkadang masih belum terlaksana. Hal ini sebagai dampak adanya perbedaan pemahaman antara beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab rukyat. Dengai1 adanya fenomena tersebut, Departemen Agama berinisiatif membentuk Badan Hisab Rukyat Departemen Agama, guna mempertemukan perbedaan-perbedaan tersebut, 70 meskipun dalam kenyataanya masih belum terwujud. Hal ini dapat terlihat seringkali terjadi perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Melihat fenomena tersebut Ahmad Izzudin mengemukakan bahwa, persoalan hisab rukyat ini masih terkesan formalis, belum membumi dan belum menyentuh pada
68
69
70
Ahmad lzzudin, Fiqh Hisab Rukyat, h. 49. Harun Nasution, Ensik/opedilslam Indonesia (.Jakarta: Djambatan, l 992), h. 211. Ahmad lzzudin, Fiqh Hisab Rukyat di, h. 50.
36
akar penyatuan yang baik. Sehingga wajar kiranya di masa pemerintahan Gus Dur, sebagaimana disampaikan Wahyu Widiana ketika menjadi Key Note Speech dalam acara Work Shop Nasional Mengkaji Ulang metode penetapan awal waktu shalat yang diselenggarakan UII Yogyakarta, pada tanggal 7 April 200 I bahwa Badan Hisab Rukyat Depaiiemen Againa akan dibubarkan dan persoalan hisab rukyat ini akan dikembalikan pada masyarakat (Umat Islan1 Indonesia). 71 Namun meskipun demikian eksistensi Badan Hisab Rukyat di Indonesia ini telah memberikan warna tersendiri dalam dinamika penetapan awal bulan Qainariyah di Indonesia. D. Hisab Rukyat dalam Penentuan Awai Bulan
Dalam Islam, banyak sekali ibadah-ibadah yang berkaitan erat dengan waktu .. Salah satunya adalah pelaksanaan ibadah yang terkait dengan bulan Qamariyah, seperti puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha dai1 ibadah Haji. Untuk melaksanakan semua ibadah tersebut sai1gat diperlukan adanya suatu penetapan bagi pelaksanaanya. Dengan demikian guna mendapat ketetapan tersebut perlu kiranya suatu perhitungan bagi permulaan dan akhir bulan, ha! ini menjadi pondasi dalam pelaksanaan ibadah yang berkaitan dengan bulan-bulan tertentu. Hisab ya!lg didasarkan pada peredaran bula!l ini akan memungkinkai1 para ahli hisab dalam mengetahui posisi bula!l dalam ja!lgka waktu tertentu, sehingga mereka dapat mengetahui awal dan akhir bulaI1-bulaI1 Hijriyah jauh sebelum waktunya. Hal ini akan sa!lgat berguna bagi masyarakat muslim untuk lebih meyakinkan dari mereka dalam melakasa!lakai1 ritual ibadah. 72
71 72
5.
Ibid, h. 51 dan 69. Kardiman dkk, Garis Tanggal Ka/ender Islam 1421 H (Bogar: BAKOSURTANAL, 2001), h.
37 Penentuan awal bulan kalender Islam, kbususnya bulan Ramadhan dan Syawal sering menimbulkan problemantika yang komplek bagi umat Islam. Hal ini akan mengakibatkan
perbedaan
waktu
pelaksanaan
ibadah
sehingga
mengganggu
keharmonisan dan rasa persaudaraan antar umat Islam. 73 Problemantika ini muncul akibat adanya perbedaan faktor, di antaranya: 74 (I) Perbedaan pendapat mengenai penentuan awal bulan Hijriyah; (2) Perbedaan antara hasil-hasil pengamatan laporan; (3) Perbedaan antara berbagai macam metode perhitungan; dan (4) Perbedaan antara pengamatan dan perhitungan. Dari beberapa faktor di atas, pokok permasalahan lahirnya perbedaan tersebut adalah jika seseorang menelaah lebih mendalam maksud hadist-hadist di atas. Adapun hasil telaah untuk menentukan awal bulan itu dapat dikategorikan sebagai berikut: 75 I. Rukyat
a. Rukyat Praktis Secara praktis, keberadaan hilal dapat dibuktikan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan sesaat setelah matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Hijriyah. Untuk mengurangi kesalahan hasil pengamatan, tentulah harus dilakukan persiapanpersiapan yang matang, seperti pemilihan lokasi rukyat yang strategis, pengamat yang jujur, adil dan menguasai tata cara merukyat dan sebagainya. Dalam rukyat teoritis ini
73
Kardiman dkk, Garis Tangga/ Ka/ender.
74
Ibid, h. 6
75
Ibid, h. 9.
38
hasil pengamatan hilal akan berbeda dan akan menghasilkan penentuan awal bulan yang berbeda pula ketika faktor-faktor pendukung rukyat praktis berbeda, baik dari segi pemilihan lokasi (geografis dan kestrategisnya), pengaruh cuaca, menggunakan alat atau mata telanjang, keahlian dan kejujuran pengamat dan lain sebagainya. Dengan demkian meskipun umat Islam di Indonesia secara serempak setuju menggunakan kategori ini, akan tetapi menimbulkan perbedaan awal bulan juga. b. Rukyat Teoritis Rukyat teoritis ini merupakan rukyat yang didasarkan pada perhitunganperhitungan keberadaan hilal dengan ilmu falaq/astronomi. Metode perhitungan ini dikenal dengan istilah hisab. Sampai saat ini banyak sekali metode hisab yang dipakai umat Islam. Masing-masing mengklaim metode yang dipakainya yang paling benar dan paling akurat. Bukan hanya sampai di sini, namun juga perbedaan metode yang ada telah mengakibatkan perbedaan hasil hisab, sehingga penentuan awal bulannya juga mengalami perbedaan. 2. Istikmal a. Istikmal Praktis Istikmal praktis merupakan penggenapkan bulan Hijriyah menjadi 30 hari ketika seseorang hams merukyat hilal pada tanggal 29 bulan tua, terdapat awan yang menghalangi pelaksanaan rukyat.
Hal ini didasarkan pada peredaraan bulan
mengelilingi bumi dengan memperhitungkan pengaruh peredaraan bumi mengelilingi matahari, memakan waktu rata-rata 29,530589 hari. Dengan demikian jumlah dalam setiap bulan kalender Hijriyah hanya memiliki dua kemungkinan yakni 29 dan 30 hari.
39
Perlu diketahui bahwa kemungkinan awan tidak menutupi semua lokasi pengamatan hilal yang independen dan mungkin hari pelaksanaanya rukyat (tanggal 29 bulan tua) jatuh pada hari yang berbeda, pada setiap lokasi atau region. b. Istikmal Teoritis Pada istikmal teoritis, penggenapan bulan menjadi 30 hari dilakukan tanpa adanya merukyat terlebih dahulu, namun penggenapan ini dilakukan dengan melakukan hisab tahu perhitungan keberadaan hilal, sehingga melalui perhitungan ini akan dapat diketahui hilal dapat dilihat atau tidak. Dari beberapa kategori di atas, pada hakikatnya akan bermuara pada penentuan bulan secara hisab dan rukyat. Kedua sistem ini sangat berperan penting dalam menetapkan awal bulan, yang keduanya saling melengkapi satu sanm lain dan sekaligus sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Meskipun rukyat praktis dan rukyat toeritis (hisab) masing-masing sudah dilalcukan dengan baik, namun perbedaan basil tidalc sepenuhnya dapat dihindari. Di satu pihalc orang meyakini metodenya sebagai paling sah didukung dalil yang kuat dan pihalc lain bersikukuh dengan perhitungannya yang diklaim lebih obyektif, jujur dan alcurat. Kalau saja masing-masing pihak mau menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimilild, tentu ada jalan keluar untuk mencari titik temu dari perbedaan-perbedaan itu.
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI NAHDLATUL ULAMA A. Sejarah Berdirinya NU Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan (Jam 'iyah Diniyah Islamiyah) yang berhaluan Ahlisunnah Wal Jama 'ah (Aswaja). 1 Organisasi ini didirikan
pada tanggal 31 Januari 1926 M, atau 16 Rajah 1334 H. 2 Nahdatul Ulama (NU) oleh K.H.
Hasyim
Asy'ari 3 dan K.H.
Abdul
Wahab
Hasbullah,
sebagai wadah
mempersatukan diri dan langkah di dalam tu gas memelihara. melestarikan, mengemban, dan mengamalkan ajaran Islam 'Ala Ahliszmnah Wal Jama 'ah dan 'Ala Ahadil Mazhibil Arba 'ah dalam rangka mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Selain itu
NU didirikan untuk mewakili kepentingan kyai, vis-ii-vis pemerintahan kolonial dan juga kaum pembaharu serta menghambat perkembangan organisasi-organisasi yang telah ada. Pendapat ini dikemukakan beberapa penulis seperti Benda, Wetheim dan Geertz.
4
Menurut Delian Noor, pada tahun 1908 ketegangan timbul antara kalangan tradisional dan modemis sebagian karena perbedaan yang menajam antara taqlid dan
1 Paham Ahlusunnah Wal Jama'ah yang dipelopori oleh Imam Asy'ari dan Imam Maturidi digunakan oleh NU dalam ha! aqidah. Uraian ini dapat dilihat pada lampiran Khittah NU, Dasar-dasar Paham Keagamaan NU, dalam lmplementasi Nahd/iyah Menuju Indonesia Mutamaddin, yang diterbitkan oleh Panitia Muktamar NU ke XXX di Surabaya (Jakarta, Fatma Press, 1999) Cet. 1, h. 61.
2
Kacung Marijan, Quo Vadis Nu Setelah Kemba/i ke-Khittah 1926 (Jakarta: Erlangga, I 992), Cet
!, h. 1. 3
Ahmad Idris Marzuqi, 3 Tolwh lirboyo (Kediri, BPK-P21) Cet. V, 1999, h. 96.)ihatjuga Hasilhasil Muktamar XXX NU. di Lirboyo Kediri (Jakarta, PBNU, 1999), h. 23. 4
Martin Van Bruinessen, NU: Trasdisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Barn (Yogyakarta: LKiS), Cet Ke-1, h. I 7.
41 ijtihad, 5 sebagian lagi karena perkembangan di jazirah Arab yang waktu itu dikuasai Ibnu Saud (1880-1953). Dia sukses menaklukan tanah suci dan segera meruntuhkan kuburan dan tanda-tanda kramat yang ada di sana. Kondisi ini berimbas ke tanah air dengan tersiar kabar bahwa di Indonesia praktik bermazhab akan dilarang. Untuk mempe1tahankan dari paham para pembaharu di negeri sendiri, golongan tradisional Islam di Jawa sepakat mendirikan Nahdlatul Ulama. Hanya saja, kemenangan kalangan Wahabi di tanah Arab merupakan sebab langsung berdirinya NU. 6 Di sisi lain, berdirinya NU dapat dikatakan sebagai ujung perjalanan dari perkembangan gagasan-gagasan yang muncul di kalangan u!ama pada perempat pertama abad 20. Kelahirannya diawali dengan Nahdlatul Tujjar (1918) yang muncul sebagai lambang ekonomi pedesaan, disusul dengan munculnya Tashwirul Afkar (1922) sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, dan Nahdlatul Wathan (1924) merupakan gerakan politik dalam bentuk pendidikan. Dengan demikian, bangunan NU didukung tiga pilar uatama yang bertumpu pada kesadaran keagamaan paham Ahlu Sunnah Wal
Jama'ah. Tiga pilar tersebut adalah: (a) Wawasan ekonomi kerakyatan, (b) Wawasan Keilmuan, sosial budaya, dan (c) wawasan kebangsaan. 7 Sebelum berdirinya ketiga organisasi tersebut yang sering disebut cikal bakal berdirinya NU, sebenamya K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah
5
Perbedaan-perbedaan lain lihat pada Andree Feillard, NU Vis-a-vis Negara: Pencarian lsi, Bentuk dan Makna (Yogyakarta: LKiS, 1999), Cet. Ke-I, h. 6-7. 6
Deliar Noer, Partai-partai Islam di Pentas Nasinal 1945-1965 (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke-2, h. 15. 7
NU, Jmp/ementasi khittah Nahdliyah, h. 39.
42 pada waktu tinggal di Mekkah pemah mendirikan semacam "paguyuban" yang anggotanya terdiri dari kaum Nahdliyin yang sedang juga bermukim di Mekkah. Tujuan dari paguyuban tersebut adalah tolong menolong dan saling membantu dalam ha! keuangan, ekonomi dan belajar. Dan jauh sebelum organisasi itu berdiri, telah tersedia basis sosial dan basis masa bagi berdirinya NU. Mereka terdiri dari masyarakat yang berpaham Ahlusunnah Wal Jama'ah yang terapat di dalam pesantren, kelompok pengajian, kelompok tahlilan, dan kelompok haul. 8 Pada bulan Januari 1926, sebelum konggres al-Islam di Bandung, ada suatu rapat antar organisasi pembaru di Ciancur memutuskan untuk mengirim delegasi yang terdiri dari dua orang pembaharu ke Mekah. Satu bulan kemudian dalam kongres alIslam usulan Kyai Wahab Hasbullah agar usul-usul kaum tradisionalis mengenai praktek keagamaan dibawa oleh delegasi Indonesia, tetapi usulan tersebut tidak disambut dengan baik oleh peserta konggres. Penolakan itu dalam pandangan kaum modernis memang masuk aka! karena sebagian dari mereka menyambut baik pembersihan dalam kebiasaan ibadah agama di Arab Saudi. Hal ini telah menyebabkan kaum tradisionalis semakin terpojok sehingga mereka memperjuangkan kepentingan mereka dengan cara mereka sendiri, yakni membentuk sebuah komite yang dikenal dengan sebutan "komite Hijaz" untuk mewakili mereka di hadapan raja Ibnu Saud. Untuk mempermudah tugas ini, pada tanggal 31 Januari 1926 diputuskan untuk membentuk suatu Organisasi yang mewakili Islam tradisionalis yang diberi nama Nadlatul Oelama (NO). Menurut laporan Aula yang dikutip Adree Feillard, Muktamar 8
Dasar-dasar Pemahaman Kebangkitan NU, yang diterbitkan oleh Panitia Muktamar NU Ke XXX di Surabaya (Jakarta, Fauna Press, 1999), Cet. I, h. 61.
43 pertama NU barn diadakan bulan Oktober tahun 1926 dan pengiriman delegasi tradisionalis ke Mekah dilakukan dua tahun kemudian. 9 Pada mukatamar ke-3 tahun 1928, NU menetapkan Anggaran Dasar (Statuen) untuk mendapatkan pengakuan pemerintah Belanda, namuan pengakuan akhirnya baru diterima pada tanggal 6 Febrnari 1930. Anggaran Dasar ini tidak menyebut hubungan dengan Hijaz yang mernpakan "janin" Berdirinya NU. Ia menyebutkan dengan sangat eksplisit bahwa tujuan-tujuan NU adalah mengembangkan ajaran-ajaranAhlusunnah Wal Jama 'ah. 10 Pada awal pembentukan NU, Hasyim Asy'ari terpilih Rais Am, Ahmad Dahlan kebo ndalem ditunjuk sebagai wakilnya dan Wahab menduduki posisi tertinggi ketiga
sebagai Katib Syuriah. Demikianlah Wahab Hasbullah dan Hasyim Asy'ari tampil pada peran yang berbeda, tetapi secara mutualistik saling memerlukan dalam keberhasilan membentuk NU. Wahab menawarkan konsep dan kemampuan berorganisasi sedangkan Hasyim memberikan legitimasi keagamaan. 11 Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Menurut KH. A. Wahid Hasyim ada tiga corak kepemimpinan yang sama-sama membela kemerdekaan, bila dilihat dari segi ideologi. Pertama, golongan Nasionalis Oportunis yang tergabung dalam Jawa Hookokai. Aktivis mereka adalah bertujuan membawa Indonesia merdeka melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
9
Andree Feillar, NU Vis-a-vis Negara: Pencarian lsi, Bentuk dan Makna, h. 12.
10
Tujuan tersebut dalam Statuen Perkumulan Nahdlatul Ulama, Lihat, Andree Feillar, NU Vis-
G-vis Negara. 11
Greg Fealy, "Wahab Casbullah, Tradisionalisme dan Perkembangann Po/itik Nahdlatul Ulama", dalam Greg Borton dan Greg Fealy (ed.), Tradisionalisme Radikal: Persinggungan NUl-Negara (Yogyakarta: LKiS, 1997), Cet Ke-I, h. 10-11.
44
Tokyo. Kedua, Golongan A11gkata11 Muda Indonesia yang berpolitik demi kemerdekaan dengan usaha sendiri dan kalau bisa merebutnya dari Jepa11g. Ketiga, Golongan Nasionalis Islam yang tergabung dalan1 Masyunli dan terdiri dari dua aliran. Aliran yang pertama adalah golo11gan Islan1 yang bersifat lunak pada Jepang, mereka terdiri dari para pelajar dan mereka yang berjuang melalui Tokyo sama seperti kelompok Jawa Hookookai. Sedangkan aliran yang kedua adalah golongan yang bersikap keras, terdiri dari pemuda 11011 akademis da11 mengi11ginkan Indonesia merdeka dengan usaha sendiri. 12 Dalam perjalanan sejarahnya, NU pemah bergabu11g denga11 Ormas Islam lain dan melebur ke dalam satu wadah partai politik Islam yaitu partai Masyunli (Masjlis Syuro Muslimin Indonesia) pada tahun 1945. Tapi tidak lama kemudian Masyunli pecah dengan keluamya PSII tahun 1947, yang kemudian disusul oleh NU lima tahun kemudian (1952). Setelah keluar dari Masyunli, NU kemudian menyataan diri sebagai partai politik Nahdlatul Ulama. Dengan demikian telah berlangsung suatu perubahan yang drastis pada diri NU yaitu dari gerakan ide dan pemikiran atau sosial keagamaan menjadi gerakan politik. Sejak saat itu politik bagi NU menjadi tumpuan dari segalanya. Sedangkan wilayah garapan sebelumnya seperti agama, pendidikan, dan sosial hanyalah disubordinatkan atau dicangkokkan kepada politik. Ini terlihat dari tempulmya cara yang paling mudah yaitu merubah nama Jam 'iyah NU menjadi partai politik NU. Perubahan tersebut dilakukan mulai dari tingkat PBNU sampai ke tingkat ranting. 13
12
A. Wahid Hasyim, Mengapa Memilih NU? (Konsepsi Tentang Agama, Pendidikan dan Politik) (Jakarta: PT. Inti Sarana Aksara, 1985), Cet. Ke-I, h. 107-108. 13
NU, lmplementasi Khittah Nahdliyah, h. 42.
45
Gerakan politik memperoleh dukungan yang dari lingkungan ekstemal NU yaitu presiden Soekamo dengan sistem politik yang dibangunnya yang menjadikan politik sebagai "Cultural Focus" atau panglimanya. Pada saat itulah NU boleh dikatakan sukses dalam bidang politik, dimana kepemimpinan umat Islam di Indonesia yang biasanya dipegang oleh Masyumi telah bergerak ke tangan Nahdlatul Ulama. Tetapi dibalik kesuksesan tersebut sebenarnya berlangsung pula proses perubahan yang menyangkut pada tiga ha! yang prinsipil yang dalam perkcmbangannya kemudian akan merugikan NU sendiri. Tiga ha! tersebut adalah: Pertama, kepemimpinan para ulama yang tercermin dalam Iembaga Syuriah telah mengalami perubahan. Disadari atau tidak, kepemimpinan NU yang seharusnya berada di tangan Syuriah telah diambil oleh Tanfidziyah yang terdiri dari para politis. Kedua, sejalan dengan hat yang pertama, maka kepemimpinan Syuriah itu telah disubordinasikan kepada kepentingan politik. Ketiga, terjadi perubahan pandangan terhadap organisasi yang sejak awalnya dipandang
sebagai alat, mulai saat itu organisasi dipandang sebagai segala-galanya karena hanya organisasilah kepentingan seseorang atau kelompok dapat tereapai. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pada periode ini telah terjadi waktu tercapai tingkat kesuksesan politik yang optimal saat itu, pada saat yang sama j uga telah terkandung benih-benih kebobrokan di tubuh organisasi NU sendiri. 14 Setelah melalui fase tersebut, termasuk di dalamnya adanya intervensi dari Orde Barn saat itu, terlebih ketika partai NU dilebur kedalarn satu partai yaitu PPP (Partai Persatuan Pembangunan), maka muncullah kesadaran pada NU, untuk memfungsikan 14
NU, Jmplementasi Khittah Nahdliyah, h. 43.
46 kembali organisasi ini seperti pada awalnya ia didirikan. Dari sinilah tersusun Khittah 1926 berikut pernyataan politik. 15 Kedua dokumen itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam memahaminya. Beberapa butir dari kedua dokumen tersebut di antaranya sebagai berikut: Pertama, ditegaskannya bahwa NU adalah Organisasinya para Ulama Ahlusunnah wa Jama 'ah, artinya dalam satu tarikan nafas, menyebut NU adalah
menyebut ulama yang sekaligus berperan sebagai pengambil keputusan. Kedua, NU menegaskan kembali statusnya sebagai organisasi masa. Artinya NU menegaskan tidak adanya hubungan organisatoris dan politis dengan semua partai politik khususnya PPP. Ketiga, hak politik dikembalikan pada masing-masing pribadi (individu) anggota NU.
Artinya tingkah politik dari para Nahdliyin merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi. Keempat, dalam berpolitik para Nahdliyin diharapkan berpegang teguh pada moral dan etika politik yang terumuskan dalam sebutan Ahlaqul Karimah. 16 Dengan diterimaya rumusan yang fundamental dan ideal tersebut di dalam musyawarah nasional alim ulama NU pada tahun 1983 di Lombok, maka secara otomatis telah lahir kembali gerakan ide dan pemikiran gelombang kedua di tubuh NU. Maka ketika pemerintah Orde Baru mengizinkan berlangsungkan muktamar NU ke-27 pada tahun 1984 di Sitobondo, sudah dapat dibayangkan bahwa di dalam tubuh NU bakal terjadi semacam "Revolusi Budaya" yang akan mempengaruhi peran dan fungsi NU khususnya bagi warga Nahdliyin. "Revolusi Budaya" yang digambarkan manifestsi digerakannya ide khittah 1926 untuk kembali memutar roda organisasi, basis sosial, dan basis masa. Dengan khittah ini, boleh dikatakan bahwa NU telah lahir kembali dalam 15
NU, Jmplementasi Khittah Nahdliyah, h. 45-46.
16
NU, Jmplementasi Khittah Nahdliyah, h.
47 perspektif paradigma dan etos ke1ja yang sesuai dengan perkembangan zaman. Berdasarkan kbittah 1926, terjadi semacarn pembagian tugas yang tegas babwa politik itu wilayahnya tiga buah partai politik yaitu partai Golongan Karya (Golkar), PPP, dan PDI. dan non politik itu wilayahnya organisasi massa (ormas) seperti NU. Beberapa peraturan dikeluarkan sebagai implementasi kbittah 1926 antara lain larangan merangkap jabatan di kepengurusan NU dengan kepengurusan partai politik. Namun sayangnya rumusan-rumusan yang fundamental dan ideal itu tidak diikuti oleh badanbadan otonom untuk merumuskan dan menjalarkan lebih lanjut kbittah menurut bidang tugas dari badan-badan otonom NU itu. 17
B. Gagasan Kelahiran NU Gagasan pendirian NU difungsikan sebagai wadah bagi usaha persatuan dan penyatuan ulama pesantren dalam rangka tugas pengabdian yang tak lagi terbatas pada soal pesantrenan dan kegiatan ritual keagamaan, tapi lebih luas lagi dari pada itu, yakni peningkatan terhadap masalah-masalah sosial ekonomi dan kemasyarakan umumnya kemudian diikuti dengan perumusan ikbtiar. Rumusan ikbtiar tersebut merupakan prioritas utarna yang dirasakan penting untuk dilaksanakan saat NU berdiri. Jelas sekali babwa ikbtiar yang hendak dilaknkan bersumber dari keinginan kuat untuk mengabdikan diri di bidang keilmuan, kepekaan terhadap masalah sosial, kbususnya dalarn upaya mengatasi fakir miskin dan anak-anak yatim, serta untuk memajukan bidang sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 18
17
18
NU, Jmplementasi Khittah Nahdliyah, h. 49. Ali Anwar, Avonturisme NU (Bandung, Humaniora, 2004), Cet. I. hal. 122.
48
C. Prinsip-prinsip Pergerakan NU
Selama ini NU telah memiliki tiga pedoman dasar yang menjadi acuan utama dalam praktek kehidupan organisasi, di samping anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Ketiga pedoman itu adalah Prinsip-prinsip Ajaran Islam
Ahlusunnah Wal Jamaah, Khittah NU, dan Mabadi Khaira Ummah. 19 Ketiganya merupakan pilar bagi tegaknya NU, dan merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Diidealkan dengan watak keagamaan dan kemasyarakatan yang khas, memiliki identitas teladan. Di samping tiga pedoman tersebut, tampaknya diperlukan suatu konsepsi yang menggambarkan dan mengatur pengembangan warga NU ke arah yang diidealkan untuk mendukung pencapaian tujuan.
Dalam rangka itulah lalu disusun Konsepsi
Pengembangan Sumber Daya Manusia NU (KPSDMNU) ini sebagai pedoman keempat, melengkapi pedoman yang sudah ada. KPSDMNU ini fungsinya bukan sebagai ringkasan dari ketiga dari pedoman yang sudah ada, melainkan sebagai ikhtiar mengaktualisasikan muatan-muatan yang terkandung dalam ketiga pedoman tersebut, serta menjadi petunjuk (dalil) yang bersifat konseptual bagi pelaksanaan kegiatan organisasi.20 Keempat pedoman pokok yang menjadi acuan bagi pengembangan organisasi itu dapat dapat menjelaskan mengenai batasan pengertian, keterkaitan pengertian yang
19
Konsepsi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Nahdlatul Ulama (Jakarta: PBNU, 1994) Cet. l. h. 3-4.
°Konsepsi Penge111bangan Su111ber Daya Manusia, h. 4
2
49
satu dcngan yang lain dan kedudukan masing-masing dalam konteks upaya pengembangan sumber daya manusia, keempat pedoman tersebut yaitu: 21 a. Ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah (Aswaja) adalah ajaran atau paham keagamaan NU yang digali langsung dari sumber ajaran Islam, Yaitu: a/-Qur'an, al-Hadist, a/-
fjma ', dan al-Qiyas, yang menjadi landasan pembentukan prinsip-prinsip kenegaraan warga NU. Aswaja merupakan totalitas pemahaman warga NU terhadap ajaran keagamaan yang menjadi prinsip bagi setiap aktivitas orang-perorang atau aktivitas kelompok masyarakat (sebuah aqidah). b. Khittah NU (KNU) adalah landasan berpikir, bersikap, dan bertindak bagi warga NU yang bersumber dari paham keagamaan NU yang disesuaikan dengan kondisi kemasyarakatan di Indonesia, serta digali dari intisari sejarah perjalanan NU. Khittah NU ini merupakan totalitas pemahaman dan sikap warga NU terhadap garisgaris organisasi dan norma-norma kemasyarakatan yang menjadi strategi organisasi (sebuah strategi). Khittah merupakan bentuk penerapan ajaran keagamaan (Aswaja) dalam lingkup kehidupan dan tatanan organisasi. c. Mabadi Khaira Ummah (MKU) adalah prinsip dan nilai keteladanan yang membentuk identitas dan karakter warga NU melalui upaya pemahaman nilai luhur yang digali dari paham keagamaan yang bertumpu pada lima sandi, yaitu: ashShidqu (kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan), al-Amanah wal
Wafa bi/ 'Ahdi (dapat dipercaya, setia, dan tepat janji), a/-'Adalah (bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi), at-Ta'awun (saling tolong menolong yang 21
Konsepsi Pengembangan Sumber Daya Manusia, h. 5-21.
50
menjadi inti dari solidaritas), dan al-Jstiqamah (loyalitas dan keteguhan terhadap ajaran Allah SWT,. dan Rasul-Nya). Mabadi Khaira Ummah merupakan totalitas sikap warga NU terhadap nilai-nilai universal yang menjadi ciri dan identitas kepribadian (sebuah nilai keteladanan), sehingga ia menjadi citra diri dan citra kelompok yang dihasilkan dari penerapan kedua pedoman di atas (Aswaja dan Khittah NU). Prinsip-prinsip dasar bagi pembentukan identitas dan karakter ini harus terns digali kekayaan nilainya, diaktualisasikan, serta dijadikan sebagai gerakan masyarakat khususnya bagi warga Nahdliyin. d. Konsepsi Pengembangan Sumber Daya Manusia NU (KPSDMNU) adalah pedoman konseptual yang merupakan acuan ikhtiar aktualisasi terhadap muatanmuatan yang terhimpun dalam ajaran Aswaja, Khittah NU, Mabadi Khaira Ummah dalam hubungannya dengan program pengembangan sumber daya manusia NU. Jadi ia merupakan totalitas penerapan dari tiga anasir sebelumnya yang terintegrasi ke dalam sebuah formula konseptual, dan yang menjadi rujukan segaligus indikator keberhasitan pengembangan sumber daya manusia NU. 22 Selain keempat pedoman pokok tersebut di atas, NU juga mempunyai empat sikap kemasyarakatan sebagai "sikap sosial NU". 23 Sikap kemasyarkatan itu meliputi: pertama, Tawawuth dan '/tidal, yaitu prinsip hidup yang menjujung tinggi keharusan
berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama dalam masyarakat. Kedua, 22
Uarain yang lebih lengkap mengenai keempat pedoman pokok bagi kalangan NU tersebut dapat dilihat dalam Konsepsi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lingkungan NU, h. 5-21. Lihat juga dalam Hasil-hasil Muktamar XXXNahd/atu/ Ulama, h. 34-37. 23
Muhammad Fajrul Falakh, "Pemberdayaan Masyarakat Madani dalam NU", Makalal1 Loka Karya penyusun program Lakpesdam NU 19%-2001. Jakarta, 15 Juni 1996.
51
Tasamuh yaitu prinsip dan sikap hidup yang toleran terhadap segala macam bentuk perbedaan, baik dalam hal berpendapat, jender, suku, ras, bahkan agama sekalipun. Bagi NU pluralisme adalah sebuah keniscayaan, karenanya ia harus dihormati dan sekaligus diberdayakan. Ini berarti toleran yang harus diwujudkan adalah sikap toleransi yang aktif, tidak pasif seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang. Ketiga, Tawajun yaitu prinsip keseimbangan dalam berkhitmad kepada Allah,. berkhidmat kepada manusia dan kepada alam semesta, dengan kata lain mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan melalui ajaran-Nya (vertikal), memelihara hubungan yang serasi dengan sesama manusia, dan menjaga serta mengelola alam semesta ini dengan semestinya. Keempat, Amar Ma 'ruf Nahi Munkar yaitu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan meneegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai kehidupan.24 Keempat kemasyarakatan NU ini selanjutnya diaktualisasikan ke dalam "lima jaminan dasar kehidupan" atau yang dikenal dalan1 ilmu fiqih sebagai al-Kuliyat al-
Khamsah, dengan pemaknaan sebagai berikut; (I)
jaminan hak terhadap keyakinan keagamaan atau Hifth ad-Din,
(2)
jaminan hak untuk hidup dan berkembang secara layak atau Hifth an-Naft,
(3)
jaminan hak berekspresi dan berpendapat secara bebas atau Hifth al- 'Aql,
(4)
jaminan hak masa depan keturunan dan generasi penerus yang baik dan berknalitas atau Hifth an-Nasl, dan 24
Muhammad Fajrul Falakh, Pemberdayaan Masyarakat.
52
(5)
jaminan hak milik, harta benda, dan sejenisnya atau Hlfth al- Maal. 25
D. Lajnah Falaqiyah Nahdlatul Ulama (NU), sebagai jam 'iyah sekaligus gerakan Diniyah lslamiyah dan .ljtima 'iyah, sejak awal berdirinya telah menjadikan dan menganut dari salah satu empat madzhab: imam Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali sebagai pegangan rujukan fiqihnya. Rukyat atau hilal mempunyai nilai ibadah bila digunakan untuk penetapan ibadah: seperti puasa dan hari raya. Melaksanakan untuk awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah hukumnya fardu kifayah. Oleh karena itu, penyelenggaraan rukyal bil fi'li selalu dilaksanakan meskipun posisi hilal masih di bawah ufuk atau belum imkanurrukyat. 26
Tugas Lembaga Falaqiyah NU (LFNU) adalah penyiapan data hisab, penyelenggaraan rukyat, dan pemanfaatan basil rukyat untuk sidang istimbat dan ikhbar, dan dalam melaksanakan tugasnya. LFNU berpedoman pada ketentuanketentuan mengenai rukyat yang ditetapkan oleh NU, antara lain Keputusan Muktamar NU XXVII tahun 1984 di Situbondo, Keputusan Munas Alim Ulama tahun 1987 di Cilacap, Keputusan Muktamar NU XXX tahun 1999 di Lirboyo, dan Keputusan PBNU Nomor
3 l l/A.II.04.d/I/1994
tanggal
13
Januari
1994
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Rukyat Bil Fi'li dan Pedoman Penetapan Awai Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah. lsi keputusan tersebut di antaranya sebagai berikut: 27
25
Muhammad Fajrul Falakh, Pemberdayaan Masyarakat.
26
Lajnah Falakiyah PBNU (LFPBNU), Pedoman Hisab dan Rufyat NU (Jakarta: LFNU, 2006),
27
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rufyat dan Hisab
h. 1.
Nahd/atu/ Ulama(Jakarta: LFNU, 2006), h. 14-15.
53
1. Bahwa penetapan awal Ramadlan, Syawal dan awal awal Dzulhiijah wajib didasarkan atas rukyatul hilal bi! fi'li atau istikmal. Sedangkan kedudukan hisab hanyalah sebagai pembantu dalam melakukan rukyat. 2. Penetapan Pemerintah ( Isbatul Hakim ) bila tidak dimungkinkan maka didasarkan hasil rukyat atau istikmal, maka hasil rukyat yang telah dilakukan oleh NU supaya segera mungkin dilaporkan kepada Pemerintah c/a Departemen Agama RI untuk diistbatkan. Pelaporannya bisa lewat PA ( Pengadilan Agama) setempat atau langsung pada Departemen Agama Pusat (Badan Hisab Rukyat). 3. Apabila Pemerintah c/q Departemen Agama menolak untuk melakukan itsbat atau istikmal, maka basil rukyat yang telah dilakukan di kalangan Nahdlatul Ulama tersebut menjadi wewenang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama/Lajnah Falaqiyah untuk menginformasikan atau mengikhbarkan kepada segenap warganya di seluruh penjuru tanah air, melalui jaringan organisasi maupun saluran informasi yang ada. 4. Rukyat Bil Fi'li dengan menggunakan alat (Nazdarah) diperbolehkan baik dalam keadaan sejahtera maupun dalam keadaan ghaym, kecuali bila posisi hilal berada di bawah ufuk menurut kesepakatan (ittifaq) para ahli Hisab. Dari keterangan di atas LFNU membolehkan rukyat bi! fi'li dengan menggunakan alat. Hal seperti itu juga dikemukakan oleh Ma'ruf Amin, yaitu bolehnya melihat hilal dengan alat pada hakikatnya sama melihat kuman dengan menggunakan mikroskop. Pendapat yang lebih tegas dikemukakan oleh Al-Muth'i. Ia menyatakan: "Ru 'yah bi/ fl 'Ii dengan mempergunakan alat (nazharah) tetap dapat diterima karena yang terlihat melalui alat tersebut ada Iah hilal itu sendiri (ainul hila/) bukan yang lain.
54 Fungsi alat hanya untuk membantu penglihatan dalam melihat yang jauh atau sesuatu yang kecil. 28 Maka sudah jelas menurut NU rukyah dengan alat diperbolehkan walaupun ada beberapa pendapat yang tidak membolehkan rukyat dengan menggunakan alat.
28
Ma'ruf Amin, Rukyat untuk Penenentuan Awai dan Akhir Bulan Ramadhan Menurut Pandangan Syri'at dan Soratan IPTEK (Jakarta: Ditpenpera, 2004), Cet. ke-I, h. 98-99.
BAB IV PENETAPAN A WAL BULAN SYAWAL 1427 H/2006M DALAM PERSEKTIF PBNU DAN PWNU JAWA TIMUR A. Dasar Penetapan Awai Bulan Menurut PBNU dan PWNU Jawa Timur Nahdlatul Ulama (NU) adalah jam 'iyah diniyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang berhaluan Ahlusunnah wal Jama 'ah, sebagai sebuah organisasi yang menjadi panutan masyarakat dan warganya maka sudah selayaknya Pengurus Besar NU memberikan pedoman dalam pelaksanaaan rukyat bagi kaum Nahdliyin. Penentuan awal bulan Qamariyah seperti awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah didasarkan pada sistem rukyat yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Rukyat atau pengamatan hilal dilaksanakan pada setiap tanggal 29 bulan Qamariyah di petang hari. Apabila berhasil melihat hilal, maka malam itu dinyatakan tanggal I bulan baru atas dasar rukyat tetapi apabila tidak berhasil melihat hilal, maka tanggal satu bulan baru dinyatakan pada malam berikutnya atas dasar istikmal, yakni menyempurnakan bilangan hari dari bulan yang sedang bejalan menjadi genap 30 hari. Penentuan bulan tersebut disebut rukyat. Dalam pelaksannaa rukyat bil fi'li diatur dalam Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama' No. 311/A.II.04.d/I/1994 tentang Pedoman Penyelenggaraan Ru'yat Bil Fi'li. 1 Mengacu dari penjelasan di atas maka dalam penyelenggaraan rukyat bi! fi'li antara PBNU dan PWNU Jawa Timur adalah penyerasian metode hisab dan rukyat yang mana penyerasian metode tersebut akan kami jelaskan sebagai berikut: 1
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rukyat dan Hisab Nahd/tu/ U/ama (Jakarta: LFNU, 2006), h. 14-15.
56
1. Dasar Hokum Mengenai Penetapan Awai Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah.
a. Awai bulan Ramadhan dan Syawal ditetapkan berdasarkan rukyatul hilal atau istikmal. Dasarnya sebagai berikut: I) Beberapa Hadis, antara lain :
·)
·.°'ill ··(..)1;;;~. cj.JWI . ~rJ.J .(.);!; •
t'.'Jc•
Artinya: Berpuasalah ka/ian karena me/ihat (n1kyat) hi/a/, dan berbuka/ah karena melihat hi/al.
Maka jika ia tertutup awan bagimu, maka sempurnakanlah bilangan Sya 'ban tiga puluh. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
A!tinya: Jangan/ah kalian be1puasa sebelum melihat hi/a/, dan janganlah kalian berpuasa sebelu1n n1elihatnya, 1naka jika ia tertutup mvan1 bagbnu, rnaka perkirakanlah ia. (H.R Al-Bukhari dan Muslim)
·rn:u r' ·-u~·...1r '.u\· ~··"' r ··' J.J~u ·.1:-.1:.."' ~ rt:. (..). •..J...l' J..»= J •••JY- Y'.J'-"'
4(~1'.:. -.. \-""'" ~1--) J.J .(.);!;
Artinya: Berpuasa/ah karena melihat hi/a/, dan berbuka/ah karena melihatnya. Maka jika tertutup mvan, maka perkirakanlah ia tiga puluh (H.R Muslim)
*
.. .
;;J'. .,\\ •· t : r. .: .QC. ~I 1· . .&I (J ' . tr.JI • • JU U.G.. .. #' oc. l::iA. U'-"J ~ nt· ,,_t' .' , 1r :i' fa • 'I ~1-- ) 1••• <~Is;~, ~ . r,;.. l'.lA\2i • ••• ~- ' ~ t .. !.S :i.J", .11 ~.>" J J Y. J.) .~ • ~ • ¥ J J' I"' U, •••Jfi
tb..:.... ., ~· ~U:..1 (e... ~ . Artinya: Dari Amir Makkah, al-Haris/ ibn Hatib, ia berkata. "Kami dipesan o/eh Rasulul/ah
SAW,. supaya beribadah (puasa) karena melihat (hi/al). Maka jika kita tidak melihatnya sedang ada dua orang saksi yang adil bersaksi, maka kita heribadah (puasa) karena persaksianya itu (H.R Abu Dawud dan Ad-Daruqumi ia berkata bahwa isnadnya itu muttasil dan shahih).
2
Imam ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj ibn Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, al-Jami 'u alShahih a/-Musamma Shahih (Semarang: Taha Putra, t.t.), h. 122. Dalam Buku Kumpulan Hadits Shahih "al-Jami'u al-Shahih" karangan Husein Bahreisj dikatan hadis ini mempakan riwayat Bukhari dan Muslim. 3
Imam Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, al-Jami'u al-Shahih a/-Musamma Shahih.
4
Imam ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj ibn Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, al-Jami'u al-
Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Fikr) Jilid I, h. 481.
57
2) Pendapat Para Ulama Para imam mazhab sepakat bahwa awal Syawal dan Ramadhan ditetaapkan berdasarkan rukyatul hilal atau istikmal.
Artinya: Tidak perlu diperhatikan ahli astronomi. Maka tidak wajib bagi mereka berpuasa berdasarkan hisabnya, dan juga bagi orang yang mempercayai perkataanya, karena pembuat syari 'ah (Allah) mengkaitkan (menggantungkan) puasa pada tanda yang /elap dan tidak bernbah sama seka/i, yait11 rnlryatul hi/a/ atatt menyemp11rnakan bi/angan tiga puluh hari.
Imam Nawawi dalam kitab Majmu' Juz VI: 6 •• ~ \' , .. ,. ·.'·I;:__,;._· •.• -.1;.. "· '•\.!. UU\ d..:i'•' L!i ·. 1.:.:0:.· ". w,,.:;1.r .(..). ~ (..) .. .J ~ ~ (..), Uut-' _,.JY. '(..) _) ('.>'-"' • - • .J Artinya: Tidak wqjib puasa Ramadhan kem1ali karena ru 'yatu/ hi/a/. Maka apabila hi/al terlutup awan bagi mereka, maka mereka wajib menyemp11rnakan (istikmal) Sya'ban.
Imam Ibnu Hajar mengatakan:
(·U"'t" UU\ d._J'.' 'I ··'51.l:l "·\j;,;t Jt:.SI.. ·..i~· ., • • ,.J_) .J (.):l,! (..) • ,. U" c.J ('_,,..,. w,,.:;) •- • ;;·.;.11 • <·.q " r · ' : 1 i : :,1 t:. c....0ili...i ~ -. ''.lillll :i.Ll • U;, ., Ll: •l' . • l»"' (..),.J Y. (" ' . . . . U:l,! • ~ JI> • ...»
• • ' U......r J"'-1 • • ~\.l ,_,''.ill •• JJ"" 7
~
•
Artinya: Wajib berpuasa Ramdhan karena kesempumaan b11lan Syawa/ tiga puluh a/au ru 'yat11/ hi/al sesudah terbenam 1natahari tanpa perantara sen1acam cermin1 sebagailnanajelas, pada ma/am tiga pu/11h Sya'ban, berbeda dengan apabi/a hi/al tidak ke/ihatan walaupun tertutup awan.
Imam Ar-Ramli mengatakan:
Artinya: Berpuasa ilu wajib hanya kesempurnaan bu/an Sya 'ban tiga p11/uh hari atau n1 'ya/11/ hi/al.
5
Abdur Rahman al-Jazari, Al-Fiqh Alai Mazahibil Arba 'ah (Mesir: Al-Muktabatut Tijariyah alKubra, t.t.), h. 551. 6
Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Al-Majmu' Syarhul Muhazzab (Madinah: Al-Maktabah asSalafiyah, t.t.), h. 269. 7
Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hawasyi Tuhfatul Muhtaj (Mesir: Al-Maktabatut Tijariyah alKubra), h. 372. 8
Syamsudin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj (Beirut: Ihyaut Turats al-Arabi, t.t.),jilid III, h. 147.
58
b. Hukum Rukyat Rukyat hukumnya fardhu kifayah, berdasarkan pendapat ulama' empat mazhab :
·.··"'-If (.);l..J•''<'-'.J
~
\jJ\ f'~ ·.·.11 .. w·" · '.ttLI\ 1.' ..~1·.··\:\.:iUS." ··• •..-.. r'.11 1;. '··•·' J.)C- ~ U'"'i-' ~ (.) ,. • (..)<'>_}! ~ CS- LJ<'>..J-'9:! 9 • ·~.) ·-' (+.!'_,...... _)A1 ~ ......,,.. (.)~-.)J (.)~ • (..);'
\1.!r · · · · · r ,,... •· ·.
· ·.
··
Artinya: Diwajiblum bagi kaum muslimin sebagai fardhu kifayah untuk mencari hi/a/ pada saat
terbenamnya matahari tanggal 29 Sya 'ban dan Ramadhan sehingga jelas masa/ah berpuasa dan berbuka mereka.
c. Waktu Pelaksanaan Rukyat Rukyatul hilal dilakukan pada malam ke-30 (akhir tanggal 29 Sya'ban atau Ramadhan) berdasarkan : I) Hadis Nabi SAW : ~
fi 01!
~._,;, ~ 1:.,~u:, ~:.,;, ~
1Y.Y...,..,'lli
0-_,~:, t:·~ '..Js'.~.J1
w1
10(.i...:..I_, F"'" b'-'J) ~ l'J'.fol.9
Artinya : Satu bu/an itu hanya dua pu/uh sembilan, maka jangan berpuasa sebe/um melihat hula/ danjangan berbuka sebe/un1 tnelihatnya. Karena itujika tertutup mvan n1aka per/darakan/ah ia (H.R Muslim dan Alunad)
2). Pendapat Para Ulama : Imam Ramli mengatakan : 11
u.• (.);),! -. ··mi1 :J.LJ• W'"'i-' . 111. ,, ;;..:;·.' • 11.:.; · ·. .,ill ·. r,; :t Jl:.Sw ~ wr • • J.) J J:l (.);),! (.) • ,. • • • .J
•
Artinya : Wajib berpuasa karena istikma/ Sya "ban 30 hari atau ruliyatul hi/al pada ma/am ke-
30 nya.
Imam Ibnu Hajar mengatakan ;
u.• ·.L».J·~1 :J.LJ• •__» u. ·_,i.' a
12 •
.1· • ' :u.....r '.! ,, :i;.:;• (·W'"'i-' "1.11 ;;..:;·» • _)!> •J"'-' • • J:lu,_; •. J..Y-' .,J.) • J I)
Arlinya: Atau ru 'yatul hi/al sesudah terbenam matahari tanpa perantara semacam cermin,
sebagaimana jelas, pada ma/am ketiga puluhnya.
9
Abdur Rahman al-Jazari, Al-Fiqh Alai Mazahibil Arba'ah, h. 551.
'°Imam ibn al-Husain Muslim, al-Jami'u a/-Shahih Muslim, h. 480. " Syamsudin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj, h. 147. '
2
Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hawasyi Tulifatul Muhtqj, h. 372.
59
d. Rukyat dengan Alat Boleh atau sah melakukan rukyat dengan alat dengan syarat: 13 1. Alat tersebut untuk memperjelas obyek yang di lihat, bukan pantulan; 2. Sepanjang ahli hisab tidak sepakat bahwa posisi hilal masih di bawah ufuk. Dapat diterima persaksian orang yang melihat hilal walaupun dia melihat dengan teropong pembesar sepanjang hilal tersebut dapat dilihat oleh selain orang yang tajam sekali pandanganya menurut kita pada umumnya, karena yang dilihat dengan perantara alat itu adalah hilal itu sendiri dan fungsinya hanya untuk membantu penglihatan untuk melihat benda-benda yang jauh atau yang kecil yang tidak mungkin dapat dilihat tanpa alat tersebut. 14 e. Syarat dan Diterimanya Rukyat Rukyat barn dapat diterima apabila memenuhi syarat sebagai berikut: 15 1. Pelaku rukyat harus adil dalam persaksiannya. 2. Pelaku rukyat mengueapkan kalimat syahadat. 3. Memberi syahadat, pelaku rukyat harus didampingi dua orang saksi yang adil.
f. Kedudukan Hisab Hisab tidak dapat dijadikan alasan penetapan (itsbat) awal Ramadhan dan awal Syawal. Dasamya adalah
13
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoma11 RYkyat dan Hisab,
h.27. 14
Terjemah Muhammad Bakhit al-Muthi', lrsyadu Ahli/ Mil/ah Ila ltsbatil Ahillah (Mesir: Mathba'ah Kurdistan al-Ilmiyah, 1329 H), h. 293-294. 15
h.30.
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rukyat dan fflsab,
60 16 ' t.a ~ • ..,.) •
·U:t'-'~ ..-.~"1~ o:'• i•...ll W'-'"", •·"I .J' I J"..,14.:i'" •-~ '•.11 (.);> •. •• ~ :.~t U ·. t.:...:.•.) !-,\~!''} ~ • ,.JY. ':/I, .)~ .,
Artinya: Tidak hisa ditetapkan Ramadhan itu, seperti bu/an-bu/an yang lain, kecuali dengan rukyatul
Iii/al atau menyempurnakan (istikmal) bilangan tiga pu/uh tmrpa perbedaan.
Dalam kitab Al-Irsyadul Saniyah juga menjelaskan sebagai berikut:
:.::.,Y.' · '• t:.r,.J r.·J:l· U:I:!-"" ·..-.~"'~ u··r;:.:t. , .....,. 1t:.1' ·' .....:;:..., ·!.~11 1:.. ·.r ...·.· ,. · W:..:i . ~ _,,. ·.J .l.:h.r • • .J •. . .. ,._,,,.... ........ U'"'-'.) I'_,....... • - • 17 •
·r-
::,i .. t.:...:.•
J'.)l.i.
<.S u .) . Artinya: Wajib berpuasa Ramadhan secara umum karena satu sebab, yaitu adaka/anya istikmal ~a 'ban 30 hari, dan adakalanya tetap hi/al Ramadhan menurut hakim (pemerintah).
Ketika hasil rukyat berbeda dengan hasil hisab maka yang diterima adalah hasil rukyat, dengan dasar:
01
~ ~)
(;nil:, ;,ilS:.J
~ ~ y~I ~
JI t:. ~~~ Jj'~ ~ ;t .,'.1\ ~ ~J
wi" . r '· ~ J'.,i t.JDJ\ ""} u 9' \:kl\ • • .J w_,.,.. . J.:,"' . ,.JJ'.I\
·.1 • •~ • • t""
~ •• ,., ~ 1:.. .:..Jl'.ill • ~ • •
18 ..~4
4.t.1 •
~\l. ·ywu :.~11 .
~WI~ ~~I
Artinya: Perkataan pengarang itu mencakup tetapnya hi/al karena persaksian rukyat walm1pun hisab menunjukkan tidak mungkinnya hi/a/ kelihatan. Di samping itu di tambahkan bahwa bu/an tidak kelihatan pada ma/am ketiga berdasarkan rukyat tersebut sebelum masuk waktu isya', karena pembuat syariah (Allah) tidak berpegang kepada hisab melainkan men1batalkan sa1na sekali.
Disebutkanjuga Fatwa Ar Ramlijilid II h. 59 disebutkan: <".~.\\
ll\i i.:;.·
•.-.:~1 1 ;iJ ... '
i:.JI
1"· 1" ' i'.llg'.~.\\
'.·y ~1 •• _,..:..)A·
lF""""' .J .i..>.i#' ,JJA t.J ~.)' u •. ~wr ~ i....it.:.:..l1 .. • i: '1 t..> • i:...i1 '·~1 ~Wit:. ~-·. • 'tt.i1 . . ~ . .J.J .ULJ"'
·"
19.~:,11;11~ Artinya: Yang dipengangi ada/ah apa yang disaksikan oleh tanda bu/di karena syahadat (persaksian) itu didudukkan a/eh Allah sama dengan keyakinan. Dan apa yang dikatakan o/eh imam As-Subki itu dito/ak o/eh segolongan 11/ama mutaakhirin (be/akangan). Dasar dari apa yang kami katakan ialah karena Allah pembuat ~ariah tidak berpegang kepada Hisab melainkan membatalkanya sama sekali.
Selain itu juga telah disebutkan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin h.110: 16
Abdur Rahman ibn Muhamad Ba'lawi, Bughayatu/ Musta,,yidin (Beirut: Darul Fikri, t.t. ), h.
17
Abdul Mu'thi As-Saqa, Al-Irsyadatus Saniyah Ila/ Ahkami Fiqhiyah (Mesir: Mathba'atul
108.
Jamilah, 1335 H), h. 210. 18
Syamsudin Ar Rrunli, Nihayatul Muhtaj, h. 151.
19
Syamsudin Ar Rrunli, Fatawa Ar-Ramli.
61 20
'r.
'ti-
1:. ~ ~ 1: ·x.. 't : l\,S :G'" ,, uL."""11 •.• l.c. _ . , WA"-' .JY , • U"',)
.i,.>,il u;;. LS"'"' ..
"I /"'-' •• ' u.
Artinya: Betul, jika hisab bertenyanga11 dengan ruk;yat maka yang dipegang adalah rukyat bukan
hisab, n1enurot semua pendapat.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa basil rukyat dapat ditolak dengan syarat:21
1. Jika para ahli hisab dengan dasar-dasar yang qath'i (pasti) sepakat tidak adanya imkanurrukyat (dapat dirukyat). 2. Jika jumlah ahli hisab mencapai batas mutawatir.Dasarnya adalah: a. Tuhfatul Muhtaj Jilid III h. 382 •~ '. ..WJ..i'F'""' ....~ '· ,, "·I!;;" ~
JJA. I .~ ··•1 '·W.\ wL.""'11 '· I 41. .i:,, ~~ • :.ir • • W • • • <.j. -' 22 .lli
lljj t~14'.t.I\ ~J ylYJI :i:ic_ ;•lfi1
Artinya: Yang dituju dari padanya ia/ah bahwa hisab itu apabila para ahlinya sepakat bahwa
dalil-dalilnya qath'I (pasti) dan orng-orang yang memberitakan (mengumumkan) Hisab tersebut mencapai jumlah mutawalir maka persaksian rukyal itu ditolak. Jika lidak demikian maka tidak ditolak.
Penetapan (itsbat) awal Ramadhan dan Syawal dilakukan oleh pemerintah berdasarkan hasil rukyatul hilal atau istikmal dasamya adalah: b. Al-Fiqh alal Mazhabil Arba'ah Juz h. 552
Artinya: Dalam menyatakan adanya hi/al dan wajibnya puasa berdasarkan hi/al itu bagi
masyarakat, difayarakatkan hendaknya ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena ilu, kapan pemerintah menetapkanya maka wajib berpuasa bagi manusia (masyarakal) walaupun penetapnya itu teljadi atas dasar syahadat (persaksian) seorang yang adil. 20
Abdur Rahman ibn Muhammad Ba'lawi, Bugyatul Mustarsyidin (Beirut: Darul fikr, t.t.), h.
21
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rukyat don Hisab,
22
Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hawasyi Tuhfatul Muhtaj, h. 382.
23
Abdur Rahman al-Jazari, A/-Fiqh Ala/ Mazahibil Arba 'ah, h. 552.
lIO.
h, 39,
62
c. I' anatut Thalibin juz II h. 216 ~ • -W.JB ~
• illl ::ilc. ti'·' ·11 • -..JY
($.!'""
.:..i· •• • 1:lli11 ~.1 · · 1:. '· ' ll L:U ;'..,·_1r.J • Y.JJ U • '-"" ~ IS"" f'.J'-"' • • • ~I <.r-' 24.~\ill
Artinya: Pengertian bahwa wqjib berpuasa bagi se/uruh penduduk negeri berdasarkan tetapnya rukyat o/eh hakim (Pemerintah) disertai perkataan hakim, "telah tetap 1nenurut saya adanya hi/al".
Penetapan (itsbat) yang tidak didasarkan atas rukyatul hilal atau istikmal tidak wajib diikuti berdasarkan:
Artinya: Sumber dari n1azhab 1\tfa/ikiyah berkata, "Seandainya in1a1n itu 111e/ihat hisab tentang hi/al /a/u menetapkan hi/al dengan hisasb itu maka tidak usah diikuti karena ulama sa/qfsepakat tentang yang berbeda dengan itu.
Hasil rukyat yang diperoleh secara mutawatir kedudukannya sama dengan itsbat walaupun tidak dilibatkan oleh Pemerintah. Dengan menggunakan dasar sebagai berikut:
a. I'anatut Thalibinjilid II h. 217
26 ...»·r_,..... •. ,1~ .•_~, 1 ::ili:::. . .,::.>-~~11.S· Y.-" .J Artinya: Yang seperti ilsbat o/eh hakim adalah berita yang mutawatir
b. Tuhfatul Muhtaj jilid III h.372
.\f:il.3U ill;'·(.}.:<' ·x ...,. ··r_.,_._,,._.:!11(4.:i'•'.1r ··11:.;~·•:'i.:. •• ,..) J'.J ~Y. Y. Y""' Y.""' • •.JY .J LJ. • •
h ... , .
I) ·.·:.-.1:--
1-l'"""', '/ ~.J 27 • ''-"-'I :1.11 (j.J.J~ I-"'
Artinya: Dan seperti keduanya (yakni: istikmal bilangan sya'ban dan rul<;yat) adalah berita yang mutawatir tentang ru/glat wa/aupun dari orang-orangka.fir karena ia me1iJberpengerlian yangper1u. -- ---- - - - - ---- ___._"___ -----·---· -- --
24 Abu Bakar Ad-Dimyathi, l'anatut Thalibin, h. 216. 25
Taqiyuddin Ali As-Subki, Al-Alamul Mansyurfl ItsbatisySyuhur (Mesir: Mathba'a Kurdistan al-Ilmiyah, 1329 H) h. 21. 26
Abu Bakar Ad-Dimyathi, l'a/latut Thalibin, h. 217.
27
Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hawasyi Tulrfatu/ Muhtaj, h. 372.
63
c. Rukyat dari satu orang yang adil, baik diisyhad (sumpah) atau tidak, yang
tidak
diisbatkan
wajib
baginya
dan
bagi
orang
yang
mempercayainya mengamalkan hasil rukyatnya itu. Dasamya: : 2s ·!"'·_,,...... .' -'I ;U:i:.., •.(.)A - ......... 1:.. .J - ...:,ic W:..:; ti'•'. n • -...... ,.JJ''-:1 Artinya: Rukyat orang yang adi/ terhadap hi/a/, jika ia tidak mempersaksikan rukyat flu di hadapan hakim (pemerintah) atau ia mempersaksikannya tetapi hakim tidak tnentapkan nJkyat niaka ia dan orang-orang yang n1empercayainya lVajib berpuasa.
Hasil rukyat yang tidak diisbatkan boleh diikhbarkan untuk diikuti: a. Nihayatul Muhtaj jilid HI h. 149
w-·
.J'"'l" ·1-'11 ~·'. J"' '.i.i ·w1 ·~\.i:ie\.lh ..x:.."-'.11 · r~1 ....)G.:..I · • .J:l ;.> Y" .J"" • f'.J · .. • ....... r ' W· .. ,
'-I :1~: .. '., c:.; (.) ........ ..).Ji' .J 29 ' ... u.;. -.~: •.r-" .:r.J
Artinya: Berdasarkan apa yang te/ah diputuskan ilu diketahui balnva ikhbar (pengumuman) orang yang adil yang bisa membawa keyakinan yang mantap tentang masuknya bulan syawa/ itu diwajibkan berbuka, dan hal ituje/as.
b. Al-Fatawasy Syar'iyah h. 102
. iil\ .\,i :t"-: :1 •. r .\,i 't"' 'I G:..:;" '·•, .. ._,Jjl\ ~• ~ "T.I\ ...'.!.I\._, ... r--:i r UJ.J ... u-.. ... ,.J ...>.?.:! ... .. e:J _,. ..>:- u. 30 ...WI ,_,r •\ .~t:\ . "-' 't" , • .. . r.: ,I .. G.:..I '·I .ti' ... ... .. .. . Ji .)"-' ~ .. . u _,..,.... ..,...,... ..) . , (.), -'9_,
.(.¢""'
Artinya: Sesungguhnya berita yang betul-hetul kehenarannya di dalam hati ho/eh dan wajib diamalakat1 walaupun tidakdiletapkan oleh hakim dan perkataannya balnva ikhbar (pengumuman) orang yang adil itu diamalkan pada sebagian besar bab-bab dalam ftqh.
Penetapan awal Ramadhan, awal Syawal dan awal Dzulhijjah berlaku untuk selurnh wilayah negara Republik Indonesia walaupun beroedii mathfa'riyii. Dasainya: 28
Abdul Mu'thi As-Saqa, Al-Irsyadatus Saniyah ital Ahkamil Fiqhiyah (Mesir: Mathba'atul
Jamaliyah, 1335 H) h. 214 29
Syamsudin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj, h. l 49
30
Afifuddin Ibnu Umar, Al-Fatawasy Syar'iayh (Hadramaut:)
64 ·~r ' - l.ll . .l'.u..Jil -" ~ W:. .'.:II '.ilill ~ - . 1 .lL.. - ·' 1:i1i,F. r' -·.i·. y; i.s:J _, ·~
I
·~ Artinya: Dan apabila ter/ihat hi/a/ di suatu negeri maka hukumnya wajib berlaku bagi negeri yang dekat dan bukan yang jauh menurut pendapat yang ashah (/ebih sahih). Dan pendapat yang kedua, wajib juga bagi negeri yang jauh. Yang dimaksud jauh adalah jarak yang membolehkan qashar shalat. Dikatakan bahwa jarak jauh ialah perbedaan math/a'. Menurut pendapal saya, ini ashah.
2. Pedoman Umum Prinsip-prinsip Penyerasian Metode Hisab NU
Penyerasian metode hisab dan rukyat yang diselenggarakan oleh PBNU/ lembaga Falakiyab NU untuk mememuhi satu produk hisab resmi di lingkugan NU yang bisa di jadikan pedoman pengamalan hisab di lingkungan NU. Untuk itu pelu diadakan metode yang standar yang memenuhi kriteria: 32 a. Mempunyai akurasi yang memadabi. b. Hasil perhitunganya mempunyai tingkat perbedaan yang relative dekat dan bisa ditoleransi. Dalam rangka itu beberapa faktor penting yang menyangkut data tempat, data awal, rumus penyelesaiannya, alat hitung dan prosedur perhitungan kiranya perlu ditetapkan sebagai berikut: 33 1. Data tempat Data tempat (lintang dan bujur tempat) berfunsi untuk menentukan lokasi pelaksanaan rukyat. Bila data tempat ini berbeda, maka akan berbeda hasil 31
Qalyubi Wa Umairah, Hasyiyatan Ala Syarhil Mahali Ala Minhajit Tha/ibin (Mesir: Musthafa al-Babi al- Halabi wa Auladuhu, tt. ), jilid II, h. 50. 32
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rukyat dan Hisab,
33
Ibid, h. 56.
h. 55.
65
perhitungan hisab. Data-data tempat dapat di ambil dari kitab-kitab falaqiyah yang ada dan mutawatir. UntuJc keperluan ini atlas Bosch der Gehele Arade dapat digunakan sebagai standarnya. 2. DataAwal Data awal ini berfungsi sebagai dasar perhitungan hisab. Bila data awalnya bebeda, maka akan berbeda pula basil perhitungan hisab. Mengingat tingkat akurasi data yang ada dalam kitab al-Khulashatul Wajiyah cukup tinggi, maka kitab itu dapat dijadikan rujukan utama. 3. Rumus Penyelesaian Rumus dipakai sebagai penyelesaian masalah. Rumus yang digunakan adalah rumus-rumus Spherical Trigonometri (segitiga Bola) dengan penyelesain matematis. Rumus ini sudah umum digunakan di kalangan para ahli astronomi dan prosedur lebih sederhana. Khusus untuk menghitung irtifa'ul Hila! harus dipertimbangkan posisi tempat (lintang Tempat), deklinasi bulan dan sudut waktu bulan. Untuk kemudian harus dikoreksi dengan pembiasan sinar (refraksi), jari-jari bulan, parallaks dan kerendahan ufuk. 4. Alat Hitung UntuJc penyelesaian perhitungan harus digunakan alat-alat yang menjamin tingkat keakurasian basil hisab, misalnya computer atau kalkulator yang handal. Contoh perhitungan akan dilampirkan.
66 B. Sebab Perbcdaan Penentuan Hari Raya Idul Fitri 1427 H Antar PBNU dan PWNU Jawa Timur Setiap kali dalam penetapan hari raya di Indonesia sering kali terjadi perbedaan dan setiap terjadi perbedaan penetapan hari raya, selalu mengandung pertanyaan, mengapa tidak diseragamkan hari raya itu. Orang yang berpendapat seperti itu menghendaki bila pemerintah menetapkan tanggal sekian mengapa di seluruh Indonesia tidak mengikutinya saja. Dengan kata lain pemerintah dijadikan sebagai acuan. Bukankah pemerintah c.q Departemen Agama sebagai acuan orang Indonesia yang berfungsi sebagai ulil amri. Sudah sewajamya penentuan waktu ibadah (seperti hari raya ) ikut pemerintah. Pendapat seperti itu muncul mungkin karena menghendaki keseragaman padahal di Indonesia masyarakatnya terdiri dari banyak lembaga sosial keagamaan seperti: Muhammadiyah, NU, Persis, PUI ataupun lembaga Negara (Departemen Agama) sebagai representasi dari pemerintah kalau meninjau dari istilah Ahmad Izzuddin yaitu "Fiqih Hisab Rukyat),34 yang mana masing -masing organisasi tersebut memiliki cara dan metode yang berbeda-beda dalam penetapan awal bulan. Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu lembaga sosial keagamaan yang mempunyai cara dan metode sendiri dalam penetapan hari raya yang berhaluan Ahlusunnh Wal Jamaah, yang menjunjung tinggi dann mengikuti ajaran Rasulullah Saw., serta tuntunan
para Sahabat Rasulullah dan Jjtihad para Ulanm mazhab empat (Hanafi, malaiki, Syafi'i dan Hambali). Sehubungan dengan perkara penetapan awal Ramadhan, Syawal, Dan Dzulhijjal1. NU tetap berpegang teguh pada hadis Rasulullah Saw., yaitu menggunakan 34
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia; Upaya Penyatuan Mozhab Rukyah dengan Mazhab Hisab, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, cet.I)
67
rukyatul hilal atau Istikmal. tetapi dalam penetapan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M terjadi perbedaan antara PBNU dan PWNU Jawa Timur. Itsbat adalah hak dan wewenang pemerintah c.q. Menteri Agama untuk menetapkan awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah. Itsbat dikeluarkan dalam sidang yang diadakan secara khusus dan dipimpin oleh Menteri Agama. Sidang itsbat untuk Idul Fitri 1427 H diadakan pada tanggal 22 Oktober 2006 pukul 18:40. Hadir dalam sidang ini Pejabat Eselon I dan II Departemen Agama, Anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, ormas-ormas Islam, Majelis Ulama Indonesia, lembaga astronomi dan hisab seperti Planetarium, Obervatorium Bosscha, Bakosurtanal (Badan Kordinasi Survei Tanah Nasional), LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa), BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), Dinas Oceanologi Angkatan Laut. Hadir pula Pimpinan Komisi VIII DPR RI dan Duta Besar-Duta Besar dari Negara-negara Islam. 35 Sebel um sidang dimulai, dipresentasikan data hisab berikut visualisasi peta dunia serta peredaran bulan, matahari, planet-planet, dan benda langit lain oleh BHR (Badan Hisab Rukyat). Kesimpulannya adalah, tinggi hilal di sebagian wilayah Indonesia bagian timur masih di bawah ufuk dan sebagian wilayah Indonesia bagian barat di atas ufuk. Secara keseluruhan, tinggi hilal di seluruh Indoneia antara -0° 30' san1pai 1°· Bahkan metode lain menyebutkan, terendah -0° 44'3" di Jayapura dan tertinggi
o0
38'2 I" di Pelabuhan Ratu dalam tempo 3 menit (lihat Tabel Data Hisab, Rukyat, dan Tinggi Hila! Mnejelang Awai Syawal 1427 H di lampiran II). Jarak antara bulan dan 35
Data diperoleh dari Lembaga Falaqiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tentang penyelenggaraan rukyat Idul Fitri 1427
68 matahari 3° 30'. Sementara di sekitar bulan terdapat benda angkasa lain (Yupiter dan Merkurius) dan cahaya matahari 25 juta lebih kuat dari pada cahaya bulan yang lemah, sehingga hilal sulit dilihat kalaupun ada yang melapor melihat hilal, ha! itu kemungkinan melihat cahaya benda langit lain atau bias pandangan. 36 Dalam sidang ketua BHR (Badan Hisab Rukyat) Departemen Agama (Direktur Urusan Agama Islam) melaporkan hitungan hisab dari berbagai sumber (metode/sistem) hisab dan hasil rukyat di seluruh Indonesia. Mayoritas metode Indonesia menyatakan, bahwa keadaan hilal -0° 30'sampai l 0 dan sulit dirukyat. Termasuk kelompok mayoritas metode hisab antara lain: Almanak PBNU, sistem Nurul Anwar, sistem al-Khulashah al-Wafiyah, dan sistem Mawaqit. Laporan rukyat, menyatakan bahwa penyelenggaraan rukyat di seluruh Indonesia tidak berhasil melihat hilal. 37 Selanjutnya laporan ketua BHR (Badan Hisab Rukyat) ditanggapi oleh peserta sidang. Ada dua tanggapan. Pertama, Muhammadiyah menyatakan tetap berhari raya pada hari Senin, 23 Oktober 2006 sebagaimana yang telah diumumkan jauh-jauh hari atas dasar hisab wujudul hi/al di sebagian wilayah Indonesia meskipun wilayah bagian timur hilal masih berada di bawal1 ufuk. Bagi anggota Muhammadiyah di wilayah Indonesia bagian timur boleh beridul fitri menurut keyakinannya. Kedua, seluruh peserta sidang kecuali Muhannnadiyah berpandangan bahwa Idul Fitri jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006 atas dasar istikmal sesudah menyelenggarakan rukyat di seluruh Indonesia tidak melihat hilal dan didukung dengan data hisab yang tinggi tingkat akurasinya dari mayoritas metode hisab. Termasuk dalam kelompok ini antara 36
Ibid.
37
Ibid.
69 lain: NU, al-Washiliyyah, Mathla'ul Anwar, PUI (Persatuan Umat Islam), PERTI, PERSIS (Persatuan Islam), al-Irsyad, Dewan Dakwah Indonesia, para astronom dan lain-lain. Setelah Menteri Agama menyimpulkan pandangan-pandangan itu dan mendapat peretujuan dari peserta sidang, kemudian mengitsbatkan, bahwa Idul Fitri 1427 H jatuh pada hari selasa, 24 Oktober 2006 atas dasar istikmal sesudah rukyatul hilal bi! fi' Ii di seluruh Indonesia tidak berhasil melihat hilal dan didukung dengan datadata hisab yang akurat. Dan Menteri Agama menyatakan keputusan ini hisab mengikat dan berlaku bagi seluruh umat Islam Indonesia. Mengacu pendapat imam Syafi,i yang mensyaratkan adanya Itsbatul hakim bagi penetapan awal Ramadhan dan Syawal yang berlaku umum bagi segenap muslimin serta dalam kitab al-Fiqh ala! Madzabil Arba'ah juz I h. 552. 38 Yang menjadi permasalahan adalah PWNU (Pengurus Wilyah Nahdltul Ulama) Jawa Timur mengikhbarkan !du! Fitri tahun!427 H pada hari Senin, 23 Oktober 2006 sedangkan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) mengikhbarkan hari raya !du! Fitri pada hari Selasa, 24 Oktober 2006. Apa dasar pertimbangan memilih hari itu dan bukan hari Senin? Apakah PBNU sudah tidak konsisten dan menyimpang dari keputusan muktamar Situbondo tahunl984 dan Munas Alim Ulama Cilacap tahun 1987? Bahwa di zaman modem ini untuk mendapat keyakinan atas laporan rukyat perlu didukung dengan data hisab yang tingkat akurasinya tinggi yang disampaikan oleh ahlinya. Dalam konteks penetapan Idul Fitri 1427, Menteri Agama mendapatkan keyakinan atas benamya laporan rukyat tidak berhasil karena didukung mayoritas ahli 38
Wawancara Pribadi dengan Ghozali Masroeri, Jakarta, 15 Desember 2007
70 hisab menyatakan bahwa pada tanggal 22 Oktober 2006 hilal sulit dapat dilihat. Oleh karena itu laporan adanya apa yang disebut rukyatul hilal. Rukyatul hilal di Cakung dan di Gebang Bangkalan ditolak karena mengandung beberapa kelemahan. Kemudian menteri Agarna mengitsbatkan Idul Fitri jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006 atas dasar istkmal. 39 PWNU Jawa Timur kurang konsisten, karena PWNU Jawa Timur dalam melaksanakan rukyat tidak menggunakan metode hisab penyerasian NU yang tingkat akurasinya tinggi akan tetapi menggunakan metode yang tingkat akurasinya rendah yaitu seperti; Sullarn an-Nayyirain sehingga hasilnya sedikit banyak pasti mempengaruhi si perukyat. 40 Kesimpulannya, itsbat pemerintah sah menurut hadis Nabi dan penolakan atas laporan Bangkalan dan Cakung sah menurut qaul Ulama. Seharusnya itsbat ini mengatasi segala perbedaan. Maka dengan dalil-dalil syari' itu, PBNU mengikhbarkan !du! Fitri jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006 atas dasar istikmal. Sedang dasar pijakan PWNU Jawa Timur untuk mengikhbarkan hari raya !du! Fitri tahun 1427 H/2006 adalah sebagai berikut: 41 ljtima' akhir Rarnadhan 1427 H = Ahad Pahing, 22 Oktober 2006 M, Pukul= 12° 14. 33·· di markaz Desa Gebang-Bangkalan Madura.
11° 24' os"
Ghurub Matahari
=
Irtfa' Hila!
= 03° 34' 15" si' (di atas ufuk)
39
Ibid.
40
Wawancara Pribadi dengan Ghozali Masroeri, Jakarta, 15 Desember 2007
41
Ibid.
71
Arah hilal
= Selatan Titik Barat
03° 36' 48" (selatan matahari) Lama hilal
= 13° 37' 03"
Nurul Hila!
=
0,25 Jari
I Syawal 1427
=
Senin pon, 23 Oktober 2006 M
(Sullamun Nayyiroin) Kronologis sebelum te1jadinya Ikhbar PBNU Jawa Timur adalah sebagai berikut: 42 I. Beberapa hari sebelum pelaksanaan rukyat, KH. Sholeh Hayat, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur/Koordinator Rukyat Menyatakan, menurut hisab hari raya masuk tanggal 23 Oktober 2006. Hanya hitungan ini tidak bisa menjadi landasan keputusan, harus melihat bulan. 2. KH. Hasan Basri, Salab seorang Hasib NU di Jawa Timur menginformasikan, bahwa almanak NU Jawa Timur menyatakan bari raya jatub pada tanggal 23 Oktober 2006. Namun ada catatan kaki yang menyebutkan, menunggu basil rukyat dan ikhbar PBNU. Lebih lanjut beliau menyatakan, bahwa almanak tersebut dibuat berdasarkan Sistem Hisab Ittifaq Dzat al-Bain (salab satu sistem hisab taqribi yang tidak digunakan oleb PBNU dan diabaikan oleh Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama karena tingkat akurasinya rend ah) 3. Laporan basil rukyat PWNU Jawa Timur pada tanggal 22 Oktober 2006 sangat terlambat dibanding biasanya. Laporan masuk ke PBNU kurang lebib 20 menit
42
Ibid .
72 setelah laporan Lan1pung masuk. Laporan menyebutkan bahwa 11 lokasi rukyat tidak berhasil, sambil menyuruh mengecek Cakung. Dan dijawab, "Cakung tidak menyelenggarakan rukyat. Kemudian disusul laporan KH. Hasan Basri bahwa laporan di Gresik tidak berhasil. 4. Ketika sidang itsbat tengah berjalan, ada laporan susulan dari PWNU Jawa Timur ke PBNU tentang berhasilnya rukyatul hilal di Bangkalan pada pukul 17:38 WIB. Selanjutnya dari kantor PBNU, LFNU meneruskan laporan dari Bangkalan ini ke Departemen Agama tanpa melalui dan fungsionaris NU yang sedang mengikuti jalanya sidang itsbat disebabkan adanya ganggauan teknis komunikasi dan dalam sidang itsbat tidak ada pembicaraan mengenai rukyat di Bangkalan. Satu jam setelah sidang itsbat selesai baru diketahuai oleh fungsionaris NU yang hadir dalam sidang tersebut bahwa ada laporan rukyat di Bangkalan yang diteruskan kepada Departemen Agama kemudian dikesampingkan oleh Departemen Agama. Jadi, yang mengesampingkan
laporan
tersebut
adalah
Departemen
Agama,
bukan
LFNU/PBNU. Ditegaskan pula oleh ketua Lajnah falakiyah NU
Kyai Ghozali Masroeri.
Bahwa keterlambatan laporan itu disebabkan karena pada waktu itu Pengurus Cabang di markaz Gebang Bangkalan-Madura didesak oleh Masyarakat setempat agar PWNU Jawa Timur untuk mengikhbarkan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M. Dengan terdesaknya PWNU Jawa Timur maka akhirnya PWNU Jawa Timur Mengikhbarkan hari raya Idul Fitri 1427 H. Sebab ada masalah tersebut laporan ke PBNU mengalami keterlambatan, yang pada waktu itu siding itsbat sudah dimulai. Sedangkan
73 dikesarnpingkanya laporan PWNU Jawa Timur telah melihat hilal karena rukyat tersebut mengandung masalah. Dalam rangka mewujudkan rukyat yang berkualitas, maka perlu didukung dengan metode hisab yang tingkat akurasinya tinggi. Maka dasar penolakan tersebut adalah didalarn kitab Tuhfatul Muhtaj jilid.III. h. 382 bahwa rukyat bisa ditolak jika para ahli hisab dengan dasar yang qathi' sepakat tidak adanya imkanur rukyat (dapat dirukyat). Hila! atau bulan dianggap terlihat dan keesokan harinya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah apabila memenuhi salah satu dari dua syarat. Pertarna, ketika matahari terbenarn, ketinggian bulan di atas ufuk tidak kurang daripada 2° dan jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3°. Kedua, ketika bulan terbenarn, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtima' /konjungsi berlaku. Ketentuan ini berdasarkan taqwim standard empat negara asean, yang ditetapkan berdasarkan musyawarah menteri-menteri agarna Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 1992.43 Barangkali karena terdorong keinginan umat dan sementara belum mendapat keputusan dari PBNU dan Departemen Agama, maka dikeluarkan ikhbar PWNU Jawa Timur Nomor 1909/PW/A-IIL/X/2006 tanggal 22 Oktober 2006 mengenai Idul Fitri jatuh pada hari Senin, 23 Oktober 2006 yang ditujukan kepada warga NU Jawa Timur. Ikhbar itu didasarkan pada hasil rukyat di Bangkalan dan apa yang disebut rukyat di pantai Cakung. 44 menurut Kyai Gozali Masroeri Sebetulnya kedudukan rukyat di Jawa Timur itu mengandung masalah, karena kira-kira setelah bulan Syawal 1427 H
43
Wawancara Pribadi dengan Gozali Masroeri, Jakarta, 15 Desember 2007
44
Ibid.
74
dilakukan rukyat ulang oleh para perukyat yang merukyat awal bulan Syawal di markas Bangkalan yang disaksikan oleh ketua Lajnah Falakiyah pengurus wilayah Jawa Timur yaitu Drs. KH. Abdul Salam Nawawi, MA (Dekan Fakultas Syariah Sunan Ampel) bahwa dalam prakteknya melihat posisi hilal itu salah karena melihatnya pada utara titik barat padahal seharusnya posisi hilal pada I I 0 15' sebelah selatan titik barat. 45 Berbedaan pandangan dalam menetapkan Idul Fitri 1427 H antara sesama warga Nahdliyin seharusnya sudah berakhir ketika telah diitsbatkan oleh pemeerintah yang di dasarkan atas istikmal, sesudah adanya laporan yang meyakinkan bahwa rnkyat di seluruh Indonesia tidak berhasil dan diperkuat dengan berbagai metode hisab yang tingkat akurasinya tinggi
C. Pandangan PBNU dan PWNU Jawa Timur Terhadap Penctapan Awai Bulan Syawal 1427 H Oleh Pcmerintah Dari pengalan1an sidang-sidang itsbat Departemen Agama dalam mengitsbatkan hari raya adalah sebagai berikut:46 I. Sidang Jtsbat selalu memperhatikan hasil rukyat dan data hisab. Oleh karena itu keputusan-keputusan dari sidang yang lalu dan yang paling bagus selalu sesuai dengan hasil laporan rukyat dan data hisab. 2. Jika menurut hisab yang akurat hilal masih di bawah ufuk lalu ada yang melaporkan telah melihat hilal, maka laporan ditolak. Keadaan seperti ini masih banyak mendapat prates dari masyarakat yang menghendaki laporan tersebut diterima. 45 46
Wawancara Pribadi dengan Ghozali Masroeri, Jakarta, 15 Desember 2007
Wahyu Widiana, Proses Pengambi/an Departemen Agama tentang Penentuan Awai dan Akhir Ramadhan (Tangerang: ICM!, Orsa! Kawasan Puspitek dan Sekitamya, 1994), Cet. I, h. 82.
75 3. Jika menurut hisab yang akurat posisi hilal untuk seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, namun tida ada satu laporanpun yang menyatakan berhasil melihat hilal, maka awal bulan ditetapkan berdasarkan hisab. 4. Jika wilayah Indonesia terpotong oleh garis ketinggian hilal no! derajat, pada sebelah barat tersebut hilal sudah di atas ufuk dan sebelah timur masih di bawah ufuk, maka yang dijadikan pedoman adalah hasil rukyat. Berdasarkan dari pedoman Departemen Agama diatas dan disebutkan dalam laporan tertulis dari PWNU Jawa Timur yang berhasil melihat hilal yang dikirim kemudian pada tanggal 31 Oktober 2006 adalah rukyat yang mengandung masalah, sehingga Departemen Agama mengabaikanya. Masalah yang mengemukakan antara lain: 47 I. Masalah Waktu Melihat
Dilaporkan oleh perukyat, KH. M. Djaelani Chudlori dan Prof. Dr. KH. Hasanuddin, SH., MM., MBA., bahwa waktu melihat hilal pukul 17.38 WIB atau 17.35 WIB selama I 0-30 detik dan sebagai pendukung rukyat tersebut perukyat menggunakan data hisab metode Su/lam an Nayyirain, yang menyebutkan ghurub as-syams pukul 17:24:08 WIB. Padahal menurut metode ini tidak mengenal ghurub as-syams dan selalu mengatakan maghrib pukul 18:00. Jadi kalau melihat pukul
17:38 WIB, berarti hilal belum waktunya untuk dilihat, tetapi dilaporkan melihat hilal.
47
Data diperoleh dari Lembaga Falaqiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tentang penyelenggaraan rukyat idul fitri 1427 H
76 2. Ketika akan disumpah oleh hakim, perukyat memperkuat rukyatnya dengan mengajukan data hisab Su/lam an Nayyirain. Ada dua macam data Su/lam an
Nayyirain yang dikirim per surat oleh PWNU Jawa Timur, yaitu: a) Data hisab Su/lam an Nayyirain markaz Tanjung Kodok (Rekap BHR Jawa Timur, tanggal 26 Agustus 2006). b) Data hisab Su/lam an Nayyirainyang dikemukakan oleh KH. M. Djaelani Chudlori dalam "Manhaj" tanggal 29 Ramadhan 1427 H di markaz Bangkalan Madura. Data ini temyata berbeda, yaitu dengan perbedaan: a. ljtima' menurut data nomor a): pukul 10:33 WIB, sedangkan memuut data nomor b): pukul 12: 14:33 WIB. Perbedaan 1 jan1 31 menit 33 detik ini secara geografis tidak rasional. b. Tinggi hilal menurut data nomor a): 3° 27' 26" 34' ", sedangkan menurut data nomor b): 3° 34' 15" 52"'. Ini pun tidak rasional, karena Gebang Bangkalan yang letaknya pada 7° 3' LS dan 112° 46' BT ketinggian hilalnya dinyatakan lebih tinggi daripada di Tanjung Kodok yang berada di sebelah baratnya yang letaknya pada 7° 8' LS dan 112° 25' BT yang berada di sebelah baratnya yang letaknya pada 7° 8' LS dan 112° 25' BT. Dengan demikian, rukyat di Bangkalan lebih diperlemah lagi dengan adanya data di "Manhaj". 3. Kelemahan lain dari data yang dikemukakan perukyat dalam "Manhaj" adalah perukyat mengemukakan ijtima' pukul 12:14:33 WIB dengan tinggi hilal 3° 34' 15" 52"' dan lama hilal 13 menit 37 detik 03 mil detik. Hitungan ini tidak benar. Kalau
77 tetap menggunakan ijtima' pukul 12: 14:33 WIB, seharusnya tinggi hilal 2° 52' 43" dan lama hilal 11 menit 30 detik. 4. Kalau berpedoman pada data hisab markaz Jakarta (BHR Pusat), ijtima' pukul 10:41 WIB, tinggi hilal 3° 27' 26" 34'", maka data hisab yang serasi untuk markaz Gebang Bangkalan adalah ijma' pukul 10:20 WIB, tinggi hilal 3° 26' (hasib KH. A. Ghozali MF), dan bukan ijtima' pukul 12:14:33 WIB, tinggi hilal 3° 34' 15" 52"' sebagaimana dilaporkan. Meski perbandingan tiga data (Jakarta, Tanjung Kodok, dan Gebang Bangkalan) ini cukup rasional sesuai perbedaan lokasinya, tetapi tinggi hilal yang disebutkan oleh masing-masing data ternyata belum memenuhi kriteria imkanur rukyat yang dikehendaki oleh Sullam an-Nayyrain karangan Syaikh
Mansyur sebagaimana yang dikemukakan oleh penulis dalam kitabnya Mizanul !'tidal halaman 13, yaitu 3° 45'. Dengan demikian, rukyatul hilal di Gebang
Bangkalan yang diperkuat dengan data Sullam an-Nayyrain oleh perukyat, ternyata lemah karena belum memenuhi imkanur rukyat Sullam an-Nayyrain. 5. Sullam an-Nayyrain adalah metode hisab taqribi yang tingkat akurasinya rendah, jauh berbeda dari mayoritas metode hisab yang ada baik metode hisab tahqiqi maupun metode hisab tadqiqi. Oleh karena itu, pemerintah menolak data hisab metode ini sejalan dengan penolakan mayoritas astronom dan ahli hisab sebagaimana muncul dalam setiap BHR.6. Menurut seluruh metode hisab baik tahqiqi maupun tadqiqi, bahwa tinggi hilal di sebagian wilayah Indonesia bagian
timur masih di bawah ufuk dan sebagian wilayah Indonesia bagian barat di atas ufuk. Secara keseluruhan, tinggi hilal di seluruh Indonesia antara -0° 30' sampai 1°.
78 Bahkan metode lain menyebutkan, terendah -0° 44' 3" di Jaya Pura dan tertinggi
o0
38' 21" di Pelabuhan Ratu dalmm tempo 3 menit sebagaimana lampiran no.13. Keadaan hilal demikian kemungkinan terlihatnya hilal sangant sulit. 6. Para astronom mengemukakan, bahwa menurut penelitian saat ini sekitar bulan terdapat benda ankasa lain (Jupiter dan Merkurius) dan cahaya matahari 25 juta kali lebih kuat dari pada cahaya bulan yang lemah, sehingga hilal sulit dilihat. Kalau ada yang melapor melihat hilasl, ha! itu kemungkinan melihat cahaya benda langit lain atau bias pandangan. 7. Secara astronomi keadaan hilal di Bangkalan Pada waktu itu belum memenuhi kriteria imkanur rukyat menurut metode hissab yang tingkat akurasinya tinggi seperti mawaqit. Menurut metode Mawaqit Karya Dr. Ing. H. Khafid anggota Biro Litbang Lajnah falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, tinggi hilal Gebang Bangkalan pada waktu itu baru baru mencapai
o0 14' 58,4". Kesepakatan MABIMS
tahun 1992, kriteria imkanur rukyat yang dapat diterima minimal tinngi hilal 2° umur bulan 8 pukul, jarak matahari ke bulan 3° Menurut data hisab yang tingakat akurasinya tinggi bukan data yang tingkat akurasinya rendah seperti sul!am an Nayyirain dan sejenisnya.
Alas dasar hal-hal tersebut, maka laporan rukyat di Bangkalan dinilai lemah. Untuk kajian bisa dilihat tabel data hisab markaz Gebang bangkalan pada tanggal 22 Oktober 2006 (lampiran I).
79
D. Analisis Penulis Menurut penulis dari keterangan-keterangan di atas bahwa sumber perbedaan penetapan Idul Fitri 1427 H/2006 M antara PBNU dan PWNU Jawa Timur bukan hanya saja karena perbedaan metode yang digunakan namun juga terjadi akibat perbedan hasil rukyat di mana ada kesaksian rukyat hilal yang dilaksanakan di daerah Madura-Jawa Timur. Ada ha! yang menarik dari proses dan langkah-langkah PBNU dan PWNU Jawa Timur dalam penetapkan awal bulan tahun 1427 H/2006 M yang bisa dikatakan problem universal yang pasti dialami setiap organisasi. Konteks wilayah komunikasi, metode, dan semacamnya sangat berpengaruh dalam penetapan Idul Fitri 1427 H/2006 M antar PBNU dan PWNU Jawa Timur. Proses penetapan dan pengumuman pelaksaaan Idul Fitri diwakili oleh pemerintah c.q Departemen Agama melalui sidang itsbat, sedang PBNU dan PWNU pada tahun 1427 H berbeda dalam penetapan hari raya ldul Fitri yang menimbulkan masalah khususnya di kalangan Nahdliyin sendiri. Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan yang dijadikan rujukan bagi para masyarakat Nahdliyin dalam penentuan awal bulan Qamariyah dengan kriteri rukyatul hilal yaitu melalui lkbar PBNU, yaitu adalah hak wewenang PBNU untuk memastikan menyiarkan ke seluruh Indonesia tentang awal Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah setelah sidang itsbat pemerintah dan setelah mendapat laporan dari LFNU mengenai basil rukyat dan sidang itsbat. Kedudukan Ikbar adakalanya sejalan dengan dan memperkuat itsbat jika itsbat dikeluarkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipegang oleh NU. Dan adakalanya berbeda dengan istbat jika yang terjadi sebaliknya.
80
Berikut adalah analisis penulis terhadap data-data yang diperoleh ada beberapa catatan yang berkenaan dengan pembahasan dalam tulisan ini. Penyebab utama adanya perbedaan penetapan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M antara PBNU dengan PWNU Jawa Timur adalah perbedaan dalam metode perhitungan dan karena tidak adanya penyeras1an metode hisab oleh PWNU Jawa Timur pada PBNU dalam menentukan awal bulan Qamariyah. Sebab pelaksanaan rukyat PWNU sudah diperingatkan bahwa bulan tidak bisa di rukyat menurut metode hisab yang tingkat akurasinya tinggi. PBNU dalam menetapkan awal bulan menggunakan metode penyerasian yang tingkat akuarasinya tinggi sedangkan PWNU masih menggunakan metode Sullamun Nayyirain yang tingkat akurasinya rendah yang tidak digunakan oleh Pengurus Pusat Lembaga Falaqiyah NU dan Departemen Agama. Seharusnya PWNU tidak memakai hisab yang tingkat akurasinya rendah sebab hasil hisab sedikit banyak pasti memengaruhi si perukyat karena dihatinya sudah yakin dapat melihat hilal. Kemudian masalah metode penyerasian, ialah hisab yang dihasilkan dari penyerasian atas berbagai metode hisab yang mempunyai tingkat akurasinya tinggi yaitu hisab Hakiki Tahkiki dan hisab Hakiki Tadqiqi seperti; Nurul Anwar, Badiah alMitsal, Mawaqit, al-Khulashah al-Wafiyah, Irsyadul Murid dan New Com. Hisab penyerasian ini yang digunakan untuk penerbitan Almanak NU. sedangkan metode hisab Hakiki Taqribi yang tingkat akurasimya rendah seperti; Sullam al-Nayyirain, Fath ar-Rouf al-Manan dan Ittifaq Dzat al-Bain tidak digunakan sebagai pendukung rukyat untuk penerbitan Almanak NU. Menurut penulis bukankah hisab penyerasian itu nantinya akan tidak sesuai dengan sistem kitab manapun yang sudah ada saat ini dan
81 Bahkan akan bisa dianggap sebagai bikin kitab sendiri
dan
adakah yang menilai kitab-
kitab salaf seperti Sullamun Nayirain, Fatchu Raufil Manan, Ittifaqu Dzatil Bain, dsb., sebagai memiliki akurasi rendah dan tidak layak lagi dipakai. Kemudian Penyebab kedua adalah data dan laporannya tentang melihat hilal pada waktu itu tidak dimungkinkan karena menurut pendapat mayoritas ahli hisab menyatakan bahwa pada tanggal 22 Oktober yang disebut rukyatul hilal yang di Cakung dan rukyatul hilal yang di Bangkalan ditolak karena mengandung kelemahan. Selain itu juga didukung pendapat para astronom, bahwa menurut penelitian saat itu di sekitar bulan terdapat benda angkasa lain (Jupiter dan Merkurius) dan cahaya matahari 25 juta lebih kuat dari pada cahaya bulan yang lemah, sehingga hilal sulit dilihat. Kalaupun ada yang melihat hilal, ha! itu kemungkinan melihat cahaya benda langit lain atau bias pandangan. Kemudian Hasil rukyat di Bangkalan pada tanggal 22 Oktober 2006/29 Ramadhan 1427 dan rukyat di Cakung ditolak karena dinilai tidak memenuhi kriteria imkanu rukyat dan penolakan ini tidak bertentangan dengan dalil syari (Sunnah Nabi
dan pendapat Ulama). Menurut analisis penulis apakah perlu ada pemilahan antara taqribi dan tahqiqi, karena pada dasarnya semua falak adalah taqribi (bersifat kira-kira).
Semuanya tetap harus dibuktikan dengan rukyat jika NU memakai metode rnkyat. Dari faktor hasib atau orang yang melakukan hisab adalah manusia juga. Berbagai kondisi dan situasi yang ada pada hasib yang bersangkutan akan mempengaruhi hasil hisab dan rukyatnya analisis penulis Hendaknya perukyat harus bagi mereka yang sudah ahli dibidangnya.
BABV
PENUTUP A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan yang dikemukakan di atas sebagai upaya dari penjabaran akan karya ilmiyah ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Dari segi sistem aliran Nahdlatul Ulama masih menggunakan rukyatul hi/al atau
istikmal (menyempurnakan bilangan bulan). Artinya, sekalipun hilal sudah wujud
(ada) tapi jika kita tidak dapat melihat hilal maka belum wajib puasa. Oleh karena itu, jika dalam basil rukyat berbeda dengan hisab maka yang diterima adalah basil rukyat. sedangkan ilmu hisab sebagai pembantu untuk memudahkan rukyat. 2. Metode hisab yang digw1akan NU untuk mendukung penyelenggaraan rukyat adalah hisab penyelesaian. Yang dimaksud dengan hisab penyelesaian ialah hisab yang dihasilkan dari penyerasian atas berbagai metode hisab yang mempunyai tingkat akurasinya tinggi yaitu hisab Hakiki Tahkiki dan hisab Hakiki Tadqiqi seperti; Nurul Anwar, Badiah al-Mitsal, Mawaqit, al-Khulashah al-Wafiyah, Irsyadul Murid dan New Com. Hisab penyerasian ini yang digunakan Wltuk penerbitan Almanak NU sedangkan metode hisab Hakiki Taqribi yang tingkat akurasimya rendah seperti; Sullan1 al-Nayyirain, Fath ar-Rouf al-Manan dan Ittifaq Dzat al-Bain tidak digWlakan sebagai pendukWlg rukyat untuk penerbitan Almanak NU. Jadi Perbedaan metode yang digw1akan untuk mendukung rukyat dapat berpengaruh bagi perbedaan nilai dan kedudukan basil rukyat sehingga tidak
83
mustahil dapat menimbulkan perbedaan dalam penetapan Idul Fitri, seperti yang terjadi pada Idul Futri tahun 1427 H. 3. Dari data-data yang diperoleh dapat diketahui bahwa penyebab adanya perbedaan adalah. PBNU dalam menetapkan awal bulan menggunakan metode yang tingkat akuarasinya tinggi sedangkan PWNU Jawa Timur dalam melaksanakan rukyat tidak menggunakan metode hisab penyerasian NU yang tingkat akurasinya tinggi akan tetapi masih menggunakan metode Sullamun Nayyirain yang tingkat akurasinya rendah yang tidak digunakan oleh Pengurus Pusat Lembaga Falaqiyah NU, sehingga hasilnya sedikit banyak pasti mempengaruhi si perukyat. Kedua, adalah data dan laporannya tentang melihat hilal pada waktu itu tidak dimungkinkan. Ketiga, faktor hasib atau orang yang melakukan hisab adalah manusia juga. Berbagai kondisi dan situasi yang ada pada hasib yang bersangkutan akan memengaruhi basil hisab dan rukyatnya. 4. Adanya Ikhbar PWNU Jawa Timur yang mendahului Ikhbar PBNU dan juga beredar di luar wilayah Jawa Timur, secara internal membingw1gkan warga NU dan secara ekternal NU dinilai tidak kompak dan kurang mempunyai komitmen terhadap itsbat yang NU sendiri ikut sidang itsbat. B. Saran-saran Setelah membahas dan menganalisa akan adanya problimantika dalam penetapan hari raya Idul Fitri tahW1 1427 H/2006 M, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
84 I. Untuk mengatasi berbedaan, hendaknya semua basil hisab dan rukyat disampaikan pada pemerintah kemudian diolah dan dimusyawarahkan. Adapun Hasil keputnsan musyawarah tersebut hams diterima dan dilaksanakan oleh selumh umat Islam Indonesia tanpa terkecuali. 2. Perlu ditegaskan metode hisab yang masuk dalam kelompok taqribi tidak perlu digunakan untnk penerbitan almanak dan untnk pelaksanaan rukyat. 3. Perlu diselenggarakannya majlis atau forum temu wicara ahli hisab dan rukyat tingkat Nasional. 4. Mengingat pentingnya peranan ilmu falaq dalam penentuan awal bulan, khususnya bulan-bulan ibadah, diharapkan agar Fakultas Syriah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan pendidikan dan latihan hisab rukyat yang selama sudah dilakukan tetapi waktunya terbatas serta pelatihan rukyat di lapangan perlu diadakan dan kalau dianggap perlu dapat diadakan program khusus pelatihan kilat rukyat dalam teori dan praktek tingkat Nasional. Akhirnya penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Hanya kepada Allah penulis berharap ridha, inayah, hidayah, dan rahmat ta'dim- Nya. Wa Allahu a'alam
bisShowab.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Al-Karim, Bandung: CV. Diponegoro, 1985. Amin, Ma'ruf, K.H., Rukyat untuk Penentuan Awai dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syari 'ah Tangerang: ICMI, Orsat Kawasan Puspitek dan Sekitarnya, 1994. Anwar, Ali, MA., Avonturisme NU Bandung: Humaniora, 2004. Azhari, Susiknan, Drs, MA., Jlmu Falaq Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001. Ba'lawi, Abdur Rahman ibn Muhamad, Bughayatul Mustarsyidin Beirut: Darul Fikri, t.t. Bruinessen, Martin Van, NU: Trasdisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru Yogyakarta: LkiS, 1997. Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awai Bulan Qamariyah, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.
_ _ _ _ _ _ _, Almanak Hisab Rukyat Jakarta: Di1jen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1990. _ _ _ _ _ _ _, Pedoman Teknik Rukyat Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995. ------~·
Pedoman Perhitungan Awai Bulan Qamariyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agan1a Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.
Ad-Dimyathi, Abu Bakar, l'anatut Thalibin Mesir: Musthafa al-Babil Halabi wa Auladuhu, 1342 H. --Direktorat-·-Jendral--Bimas-Islam-clan-Penyelenggaraan-Haji-Direktorat-Pembinaan-----Peradilan Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat 2004 Jakarta: Ditpenpera, · 2004. Falakb, Muhammad Fajrul, MA., "Pemberdayaan Masyarakat Madani dalam NU", Makalah Loka Karya penyusun program Lakpesdam NU 1996-2001. Jakarta, 15 Juni 1996.
86
Fealy, Greg, "Wahab Casbullah, Tradisionalisme dan Perkembangann Politik Nahdlatul Ulama", dalam Greg Borton dan Greg Fealy (ed.), Tradisionalisme Radikal: Persinggungan NUJ-Negara Yogyakarta: LKiS, 1997. Feillard, Andree, NU Vis-a-vis Negara: Pencarian Jsi, Bentuk dan Makna Yogyakarta: LKiS, 1999. Hasyim, A. Wahid, Mengapa Memilih NU? (Konsepsi Tentang Agama, Pendidikan dan Politik) Jakarta: PT. Inti Sarana Aksara, 1985. Hidayat, Rahmat Taufik, Drs, Sh., dkk., Almanak Alam Islam: Sumber Rujukan Keluarga Muslim Milenium Baru Jakarta: Pustaka Jaya, 2000. Ibrahim, Salamun, Drs, MA., !!mu Falaq Cara Mengetahui Awai Bulan, Awai Tahun, Musim, Kiblat dan Perbedaan Waktu Surabaya: Pustaka Progressif, 2003. Ilmanuddin, Sh.i,. Penetapan Awai Bulan dalam Persepektif NU dan Muhammadiyah Suatu Komparasi, Jakarta: UIN SyarifHidayatullah, 2003. Izzudin, Ahmad, MA., Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia; Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab HisabYogyakarta: Logung Pustaka, 2003. Al-Jazari, Abdur Rahman, Al-Fiqh Alai Mazahibil Arba 'ah Mesir: Al-Muktabatut Tijariyah al-Kubra, t.t. Kardiman dkk, Drs, MA., Garis Tanggal Ka/ender Islam 1421 H. Bogor: BAKOSURTANAL, 2001. Khazin, Muhyidin, Drs, M.Si., I/mu Falaq dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka. 2004. Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU), Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdltul Ulama Jakarta: LFNU, 2006. Lathif, Abd Al-Muhaimin Bin Abd., Fath Al-Lathiif Al-Rahiim Fi Al-Falq Bijadwaali Al-Lughortiimiyyah Libni Lathif Cibeber-Banten: Matbah Tsaniyah, 1986. --Marijan,-Kaeung,-Q~-Vadis-NIJ-Setelah-Kembali-ke-Khittah-1-9£6-Jakarta~-Erlangga,---------
1992. Marzuqi, Ahmad Idris, 3 Tokoh Lirboyo (Kediri, BPK-P21, 1999, h. 96. lihat juga Hasil-hasil Muktamar X:XX NU, di Lirboyo Kediri Jakarta, PBNU, 1999.
87 Maskufah, Drs, MA,. Hisab Awai Waktu Sha/at Magrib, makalah disampaikan pada jam belajar mata kuliah Ilmu Falak I di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 5 April 2004. Al-Muthi',Muhammad Bakhit, lrsyadu Ahlil Millah Ila ltsbatil Ahillah Mesir: Mathba'ah Kurdistan al-Ilmiyah, 1329 H. Ma'luf, Louis, al-MunjidMesir: Al-Mathbaah Al-Katholikiyah, 1918. Nasution, Harun, Prof. Dr, Ma,. Ensiklopedilslam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992. An-Nawawi, Yahya ibn Syaraf, Al-Majmu' Syarhul Muhazzab Madinah: Al-Maktabah as-Salafiyah, t. t. Al-Nisaaburi, Imam Ibnu al-Husen Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairy. A/Jami' al-Shahih al-Musamma Shahih Muslim, Semarang: Toha Putera, t.t. Noer, Deliar, Partai-partai Islam di Pentas Nasinal 1945-1965 Bandung: Mizan, 1999. Ar-Ramli, Syamsudin, Nihayatul Muhtaj Beirut: lhyaut Turats al-Arabi, t.t. Ruskanda, Farid, Dr. Ir, M S.c, APU,. 100 Masalah Hisab dan Rukyat; Telaah Syar'iah, Sains, dan Teknologi Jakarta: Gema Insani Press, 1996. As-Saqa, Abdul Mu'thi, Al-lrsyadatus Saniyah ilal Ahkami Fiqhiyah Mesir: Mathba'atul Jamilah, 1335 H. As-Subki, Taqiyuddin Ali, Al-Alamul l>fansyur Kurdistan al-Ilmiyah, 1329 H.
Ji ltsbatisy Syuhur
Mesir: Mathba'a
Asy-Syarwani, Abdul Han1id, Hawasyi Tuhfatul Muhtaj Mesir: Al-Maktabatut Tijariyah al-Kubra, t.t. Thoha, Ahmad, MA,. Astronomi dalam Islam Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983. Wafa' Si1Til, Drs, MA,. Memahami Tarikh Masehi dan Hijri: Suatu Perbandingan, Makalah di Sampaikan pada Jam Belajar Mata Kuliah Ilmu Falaq di Fakultas · --·---...Sy
88
DESKRIPSI HASIL WAWAN CARA
Nama Responden Tmp & Tgl. Lahir Alamat Jabatan Waktu/ Tempat
: Drs. KH. A. Ghozali Masroeri : Grobogan-Jawa Tengah, 21April1939 : JI. Besi Blok D6 No.06. Komplek Perumahan Pondok Jaya Sektor 3 Bintaro : Ketua Lajnah Falakiyah PBNU : 15 Desember 2007I Kediaman Responden
Keterangan: T : Tanya (Penulis) J : Jawab (Responden)
T J
: Apa yang digunakan PBNU dan PWNU Jmva Timur untuk menentukan mval bu/an khususnya untuk penetapan hari raya Idulfitri 1427 H? : NU dalam memahami Al-Qur'an bersifat Ta'abbudi dan Ta'aqquli. Ta'abbudi maksudnya disini adalah dalam menjalankan hukum Islam patuh terhadap yang tertera di Al-Qur'an dan Hadis Nabi saw., sedangkan yang dimaksud Ta'aqquli ialah memahami Al-Qur'an dan Hadis dengan penalaran itu sebagai pembantu. Jadi NU menentukan awal bulan dengan Ta'abbudi yaitu tetap menggunakan rukyat, sedangkan ilmu hisab sebagai pembantu untuk memudahkan rukyat.
T
: Metode hisab apa yang digunakan dikalangan NU?
J
: Metode hisab yang digunakan NU untuk mendukung penyelenggaraan rukyat adalah hisab penyelesaian. Yang dimaksud dengan hisab penyelesaian ialah hisab yang dihasilkan dari penyerasian atas berbagai metode hisab yang mempunyai tingkat akurasinya tinggi yaitu hisab Hakiki Tahkiki dan hisab Hakiki Tadqiqi seperti; Nurul Anwar, Badiah al-Mitsal, Mawaqit, alKhulashah al-Wafiyah, Irsyadul Murid dan New Com. Hisab penyerasian ini yang digunakan untuk penerbitan Almanak NU sedangkan metode hisab Hakiki Taqribi yang tingkat akurasimya rendah seperti; Sullam al-Nayyirain, Fath ar-Rouf al-Manan dan Ittifaq Dzat al-Bain tidak digunakan sebagai
.~~~endukungnrkyahlntuk-penerbitan-klmanak-Ntf.
T
: Bagaimana cara membuat Almanak NU dan kapan?
J
: Dalam membuat Almanak NU perlu adanya siding penyerasian antara para ahli hisab NU pada setiap awal tahun hijriyah.
89
T J
: Apakah penyebab utama perbedaan dalam penetapan awal bu/an syawal 1427 H/2006 M antara PBNU dan PWNU Jawa Timur? : Karena PWNU Jawa Timur dalam melaksanakan rukyat tidak menggunakan metode hisab penyerasian NU yang tingkat akurasinya tinggi akan tetapi menggunakan metode yang tingkat akurasinya rendah yaitu seperti; Sullam anNayyirain sehingga hasilnya sedikit banyak pasti mempengaruhi si perukyat.
T
: Apakah tidak adanya sosialisasi PBNU kepada PWNU tentang metode penyerasian?
J
: Sebenarnya sosialisasi sudah diinformasikan jauh hari sebelumnya menjelang ldul Fitri J427 H/2006 M kepada PWNU Jawa Timur bahwa menurut Almanak PBNU. Data PBNU menyatakan bahwa pada tanggal 29 malam 30 Ramadhan bertepatan tanggal 22 Oktober 2006 M ketika matahari terbenam, tinggi hilal o0 45', ijtima pukul 12:07:30, letak mata11ari terbenam 11° ts' STB, kedudukan hilal 3° 38' SM, lama hilal 3' 13". Ini artinya belum memenuhi imkanur rukyat. Jelasnya pada tanggal 22 oktober 2006 kemungkinan melihat hilal sangat sulit dan karena itu almanak NU memprediksi hari raya jatuh pada hari selasa, 24 Oktober 2006.
T
: Apakah metode Hisab NU ada imkanur rukyat?
J
: "Ada,, Hila! atau bulan dianggap terlihat dan keesokan harinya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah apabila memenuhi salah satu dari dua syarat. Pertama, ketika matahari terbenam, ketinggian bulan di atas ufuk tidak kurang daripada 2° dan jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3 Kedua, ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtima' /konjungsi berlaku. Ketentuan ini berdasarkan taqwim standard empat negara asean, yang ditetapkan berdasarkan musyawarah menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 1992.
°.
~-l~ _
J
_:__Siapa/cah_ya11g_1idakJw11sisJe1Ldenga1Lkeputusa1LMuktamar_llUXXXJabuJ:L__ ··-·---· 1999 di Lirboyo?
: Ya, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menolak pemakian pedoman hisab penyerasian yang
90 T
: Apa kronologis sebab PWNU Jawa Timur mengikhbarkan hari raya !du/ Fitri 1427 H/2006 M sedangkan yang berhak mengikhbarkan bukannya PBNU?
J
: Karena pada waktu itu Pengurus Cabang di markaz Gebang BangkalanMadura didesak oleh Masyarakat setempat agar PWNU Jawa Timur untuk mengikhbarkan hari raya Idul Fitri 1427 H/2006 M. Dengan terdesaknya PWNU Jawa Timur maka akhirnya PWNU Jawa Timur mengikhbarkan hari raya Idul Fitri 1427 H. Sebab ada masalah tersebut laporan ke PBNU mengalami keterlambatan, yang pada wakti.l itu sidang itsbat sudah dimulai.
T
: Kenapa laporan tersebut dikesampingkan oleh Depag dan PBNU?
J
: Dalam rangka mewujudkan mkyat yang berkualitas, maka perlu didukung dengan metode hisab yang tingkat akurasinya tinggi. Maka dasar penolakan tersebut adalah didalam kitab Tuhfatul Muhtaj jilid.III. h. 382 bahwa mkyat bisa ditolak jika para ahli hisab dengan dasar yang qathi' sepakat tidak adanya imkanur mkyat (dapat dimkyat).
T
: Bagaimanakah kedudukan rukyat di markas Bangkalan?
J
: Sebetulnya kedudukan rukyat di Jawa Timur itu mengandung masalah, karena kira-kira setelah bulan Syawal 1427 H dilakukan rukyat ulang oleh para pemkyat yang memkyat awal bulan Syawal di markas Bangkalan yang disaksikan oleh ketua Lajnah Falakiyah pengmus wilayah Jawa Timur yaitu Ors. KH. Abdul Salam Nawawi, MA (Dekan Fakultas Syariah Sunan Ampel) bahwa dalam prakteknya melihat posisi hilal itu salah karena melihatnya pada utara titik barat padahal sehamsnya posisi hilal pada II 0 15' sebelah selatan titik barat.
Ciputat, 15 Desenber 2007
PENGURUS WILAYAH NAHDLATUL ULAMA JAWA TIMUR Jalan Ruya Darmo Nomor 96 Surabaya 60241 Tolepon (031) 567f.146 Fax. 5685394 e-tnail: [email protected] \Vebsile: hllp://w\1Jw.nu.or.id
ornor 1mplran erlhal
Surabaya, 8 Syawal 1427 H 31 Oktober 2006 M
: 1911/PW/A·I/L/X/2006
: ...
\
: Laporan Data Tertulls Rukyatul Hila! di Bangkaian Kepada Yth, , Sdr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama· Di· Jakarta
Assalamu'alalkum wr. wt>., Pengurus Wllayah Nahdlatui Ulama Jawa llmur, mengucapkan selamat Jdui Fltrl 1 Syawai 1427 H, mohon maaf lahir. dan bathin, semog; kita senantiasa dalam llndungan Allah SWT. Amin. Sebagai kelengkapan data yang menyangkut pelaporan hasil Rukyatul Hilat di Jawa llmur, maka kami sampaikan hal-hal sebn93i berikut :
1. Hasil Rukyatul Hilal di Pantal Gebang Bangkalan di lapo·kan Saudara H. Sholeh Hayat, SH kepada : a. Saudara Nahari, PP Lajnah Falakiyah, jam : 18.30 Wib. b. KH. Muhylddln Chozln, Staff ahli Menteri Agama, jam : 18.35 Wib. c. Saudara Ors. H. Taufiq R. Abdullah, Wakil Sekjend PBNU jam : 18.43 Wib. d. Kontak pembicaraan dengan Saudara H. Roz! Munir, Ketua PBNU, jam : 19.05 . Wib. e. Kontak telepon dengan Saudara KH. Ghoz~li Masrurl, Ketua PP. Lajnah Falaklyah yang bisa ma·suk adalah tentang hasii Rukyat di Cakung, sedang tentang hasil Rukyat di ·Bangkalan tidak bisa masuk. 2. Laporan via telepon KH. Ali Maschan Moesa kepada KH. Hasyim Muzadl sekltar jam 18.40 Wib. · 3. Laporan via telepon KH. Abdurrahman Nafis Wakil 1;atib ~yuriyah PWNU Jawa llmur, dengan Saudara Dr.;. H. ChOlil Nafis Sekretarls Bahtsul Masai! PBNU, jam : 19.27 Wib. 4. Kontak langsung antara KH. Miftachul Akhyar Wakil Rais PWllU Jawa Tmur dengan Menter! Agama Drs. H. Maftuh Basuni, setelah sldang Itsbat • 5. Maka bersama inl kaml lamplrkan : a. Berita Acara Penyumpahan oleh Pengadllan Agama Bangkalan. b. Laporan tertulis Saudara Kl'!. Jailani Chudlori Ketua PC Lajnah Falakiyah Kota Surabaya dan Saudara Prof. DR. 1'H. Hasanuddin, SH A'wan PCNU Kota · Surabaya. Demlklan dan 11gar dapat difahami. -~~- ___ Wa/lahu/ muwiJmq !la aqwamith thoriq.
WaSSiJ/amu'a/alkum
wr. wb.
-----------
l. Pcnlcrik!lii~lll
p...:rsidangan l)cngt1.lilan
r\g\lllH\
l)angknlan )";\Ilg.
llll.!lll~riksa
f
dnn yang r.1engisbntkan
I:.
Ru'ya:ul Hih1I yang bcl'lungsun:; di l'OU (tempm Obs~vasi 13ulan) di D~sn Ucbnng Kee. Bangkalan Kab. Hangl::d:111 p;!d:1 l:ari ~.'lill!!gll langg.nl 22 Ok1obc1· 2006 bl!rtcpa1an clt.~ngan tanggal l Sy:t\Vi.11 t 427 hijriah di.:ngan S.1su1u111 Persida11ga11 sl!hagainu1n:.1 Pcuctap:in IZctt1a l\:llgadila.1 ,1\g:11n:t Oaugkalnn Pi\Jvl/31/Hk .03 1/ ;19312006 11..•11;111i;g:\I I.'> Scp1<.•1nlx.·r :!006 schagai hL•rikut: Drs.H.,\.J\F.·\NDI ZAINl.SH
Scb;1~:1i Kl.!tu~1 i\·1aj~·lis
Drs. AKHMAD Al3DUL 11•\Dl. Sil.
St!hat!ai
Ors. MOHAMAD ALllUDO
Sebagi.li l-lnki1n Anggola
H. MOl-l.HOSEN, SH.
Schag:ii Panitcr:1 l\.·ny.ganti
l-l~1l..:i1n
.\
No1nor
11g_~~.n1a
~1.·:cl:1h p.:r·1id:111!.!an dihuka 1)!ch Haki1n Kc1u;1 /\·1:1.h:lis d:i11 di11y;1lak<111 h.rbuka untuk un1u1n, 1n:'lk:t p:u:a lvlusyahidah (6 orang.) clnri P\VNU )a\\•a 'l'i111ur 111asing-111a=->in1t. hcrna1na:
1.KH.JAILANI Cl-IUDHORI
2. CA TUR HESTJ
.r
'
'
3. ZAKARIY A -1. SUl3DA!-I (1-1. ABDUL ;\ZIZ) :<.ROZ! <>.H.MUl-IAMMAI) ll·IS,\N
'·
-.
.
dihndn1x111 ivl0tjclis Haki111 11\c11..:r;111_;;~~~ bah\\·a kc cn;11n !'vh:~yahid:ih i...:rsi.:but t1.·l~h 1nelihnt hilal dcngnn 111n1a 1ciaHj~111g padajn1n 17.38 \Vll.l <'.i!la1n ·,vaktu 10 di;tik pada posi~i hilal dibibi1 1.1fuq ;-------------·---l<.c:n111di~11:. /\ lnjclis l·lnki1n n1..:n;1yak;:1n padn kc cnnn1 ~·!usy:1hid:1h h:r~\.'hul !'t:hag:ti l>crikut: 1
.~\p;1knh
saudara b...:r i.:n:un bl:!tul tcl:th 1nclih:n hikll?
1..:ap:111 saudara
n1i:lih~11
l·lilal '.' .l;un 17.38
l3erapa la111a hil:1I
n . :r;1d:1 p::1.l:1 bibir ufuq :\l'ak:th !\cbch111111ti:r11"yah !'>.n1dara h:hth n1l..'n~hill111~ d..:ni;.~:i1 ·•i:-.t11n hbah ".' :-:~ .. !::11.
,!an t.:~· l..'ll:11n ~·lusy;1hid:ih 1. . ·:·...-~·!•ut 1111..'n.''l!rahkan di.JU.\ !{.;k;\j\iiu\:bi
hisab
~\\ral
bulnu
=->;:\\·:ii 11i.1:1:?7 l·i (dat~l - - - - - - - -T:':'nTl1lf):tr----- - - - - - - - - ---+---
,\p:1"ah :;:iud:1r;1
111:.!r11"y:1h
:\las 11a1na pcrorang.an :n:iu at;:;-; 11:!111;1 ( >:·n1:?s '! !':uni h1..Ttugas ntns nn1na P\VNU
_ia,\·;1 ·ri1nur .".,iaK:in alas ki.:l•.:/'i.llll~;111·k1.:ii.:n1ng;·111 s:iudara bi.:rscdi:1 u1l1uk tli~11nhil $un1p::h?
I
h~·rsl..'dia
---t
.' <\ . I I
':}, l
..
~~ ~
...
.
S:
i\laka. Kctua 7\i;1j'-·lis haki111 1111.:nyu111p;1h kl! c11:11n ;-i.1u-.yahi1dah 11..·rsi..:htll dcngan redaksi sun1pah gai b,•l'ikui: • ~ -';} Bis1nillahirnll11nanirrohi1n \Vnllohi \\';11allohi \\';ihillahi th:1ui :\lhlh say;1 bcna1111pnh bal1\va snya ..f.~i~h mcl ihat hilal tkngan 111.11:1 1d:111.i:111g pad a j:un I 7.J X IV Ill sel:1111a '.° '!".tik ucngnn posisi hilnl .diata_s V b1b1r Ufuq kctcrnngnn mana SU)':t i:ert:111ggungJawnbkan kcp:1
?e
2. tvlenclapknn bah\\'ll tangga: I -.')y:l\\'al
l~l:!i
11 jn111h p;1da h;1ri S1.•ni11 h1..'l'll..'pa1a11
dt~ngnn
tanggal 23
Oktobcr 20Co M I }~·111iki:111 !.~·:-it:: :h.::ira p1.:r:-:idang•111 iui dibuat da11 dit;.1nd;: :a11gani oli..·h J·laki1n Ketua tvlajc:lis d;t!l Pani1i.:ra Pcngga111i.
P;iniler;I P~e 1ognn1i
..•
...
~
i!l..·-
MO
'l~HOSE.N.
SH.
Drs.ILL\l'l',\NDI ZAINl,SH.
i'
I; . .....
.
·~·~
.. ·,. '•
--- - -- "f j<
--~. ~.
/ ...
_·-- ..
PENGURUS CABANG
NA.HDLA'TUL ·U.LAMA KOTA SURABAYA
__
Sckrulari;ll ·JI. Bubulnn \/I· i Tclp: (031153;108 l·I F~x. (031) 5•1B0106 Sur11IJa"'a GO 11.1 ------··•'-··--------·· .._. __,__ .. . } ·-·-
_
- --
SURAT
TU GAS
Nomor: 219iPCIA.lil.11Xl2006
~;·•
• • r.: •
NO 1 2
:•• '.:.···:::.·. - -
•.:__ ·-.:..~.·'·····'····,.·-~--~·-::../.•.·.- ~ --
~AMA l
· ··: ···• • • ;.a -·--~-.: .. •·'"'::J:::
JABATAN Ketua PC La_ina/1 Fala~:-' a/1 /t \•:an
··.·;.
!'- ......
luk melaksanakan Rukyatul Hilal Awai Syawal 1427 H pacln hari /\had ggal 29 Ramadlan 1427 H / 22 Oktober 2006 di Dcsa.Gobang- Bangkalan
dura: . . niklan at;is surat tugas ini dibuai untuk c1ipergunc1kan sebagai:nan;\rnestinya . - -·· ·llahulrnuwaffiq ilaa aqwa111i
94
Tllvl RUKYATUL HILAL PCNU KOTA SURABAYA DATA RUKYATUL 1-lILAL AWAL SY A WAL 1427H .aporan dari penyelenggaraan rul
···-~-
.
" Kami berdua ditugaskan untuk melaksanakan Rukyatul Hila! Syawal 27 H pada hari Ahad tanggal 29 Ramadlan 1427 H I 22 Oktober 2006 di sa Gebang - Bangkalan Madura.(surat tugas terlampir}" -~~--'----'-,~~~~----,;-,~~ --serangRat dan Surabaya pukul 13.00 Wl.B,sampai ditempat pukul : 30 'NIB, kami. membawa rombongan sebanyak 30 (tiga puluh} Orang dan antu ada kurang lebih 25 (duapuluhlima} Orang dari penduduk setempat. Alhamdulillah pada pukul : 17° 35' (tujuh belas lebih tiga puluh lima nit) jam ini hanyalah perkiraan saja. Rombongan kami kurang lebih ada 15 1abelas) Orang \dapat melihat hilal sehingga kami semua secara serentak· nggemakan takbir Allahu Akbar , Allahu Akbar , Allahu Akbar 'sambil nunjuk .kearah . dimana hilal berada sehingga mengundang perukyah yang sempat melihat dan menambah jumlah Orang-2 yang dapat men.:kyah I, hanya saja yang diajukan ke tempat penyumpahan (di pinggir pantai .............. ,
........ t-. ............ 1..
'7
'"· .:. ,t.,.\
/""\ ... ,.... .........
1,.r. ............ ,.., ..... ...J ................. ,... h ........... h. •• J,, ..... ,.J,....,... ,..,.,..J,... ... ,... ....
96 Dan karni tidak. menduga sebelumnya ternyata bahwa, bersama kami petugas Pengadilan Agama RI Kabupaten Bangkalan yang juga ikut .1kyah hilal pada saat itu, kemuclian karni disumpah dengan ucapan ahi , Billahi , Tallahi beserta diletakkan kitab Suci Al-Qur"anul Karim 1s l<epala kita, dan ditutup dengan ucapan " Kami dari Pengadilan Agama JpateQ Bangkalan : Hakim Ketua , Hakim Anggota dan Panitera " dan )utkan · narna-nama Petugas;:(kami tidak hafal) dengan berpakaian
\S.
··:.
Kemudian l(ami menghubungi PCNU Kota Surabaya berulangkali Berhasil (sibuk) , akhirnya kam. menghubungi salah satu petugas · iatul Hilal ·di PWNU (KH Sholeh Hayat) karena hanya beliaulah yang tahu nomer HP nya. Posisi hilal persis diatas ufuq (diatas permukaan air laut seperti '.'..!), !'.!!2! ~;r.!ng Ke selatan dan kami semu
--
LA~
n ··-··-
(Prof Dr KH'Hasanuddin SH)
i .
>ya Allah karni ikut sertakan CD hasil rukyah : 22 Oktober 2006 M. \
...
97
I\1A.1'1HA.J NU DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN I .Pertama Lajnah Falakiyah NU berpedoman pada hasil Muktamar NU ke 27 rahWJ 1405 I-I I 1984 M di Situbondo dan Munas '11 lim Ulmna" NU tahun 1408 H I 1987 M di Ci/a cap , balm a penetapan awai Romadlon , Syawal dan Dzulhijjah WAJIB didasarkan rukyah HILAL atau; istikmal sedangkan HISAB hanyalah sebagai pembantu dalam mel,aksannkan rukyat. 2. Kedua penctapan awai Romadlon,Syaw~I dan Dzulhijjah dilakukan oleh lsbat (ketetapan Al-Hakim). berdas;irkan hasil rukyat atau lstikmal, maka hasil rukyat dari NU supaya agak dipercepat dilaporkan ke Pemerintah (Departcmen Agama RI pusat) di Jakarta.
3. IJT!MA' AKI-HR ROMADl,.ON 1_427 H = Al-IAD PAI-TING, 22 QK;f 2006M.PUl
--
J-IM Djaelani Chudlori •
IJJ-_..,Lll
0
.J ~.J'.J:l l'_j.,;~
::.
: fl...
•
.J
J
•
4\C
~.l::...11 -
,
•
•
J;,...J ~
•
JU
:u 1.J.)~u '.<'.r~ '· · u .u:, ·' .1 ...,,...... re u! - --·.J->: •
"
::.
.iii u-L..o ~I\ •
I
•· .,.-
J
•
)
,
•
9f:l l~l':h'.1\ 11
IL\:-;ll, l'!':HlllTl!:'\l;,\:-,· 1.1Tl:'ll1\' l},\i\TISCCI 1111.,\L
:'.\\':\I. !It.II...·\ i\ IL·\,\ I:\ P 11 :\1\', S\' A\\-,\ I. ll{\N lli.'.l; I.I I I.I.IA 11 I ·I:!·,: 11 ;\IE~lll\U'J'
lll:IUlAC1\l SISTl·:1\l
112 11 ::!i,S llT . • 6 $1 ;\tl.:?·1 1.S
.\l,.\Hl.:.-\'.I. T,\N.flJNC; h'.t>DOJ..:
lli1) It! 111
TANvuAL TINC<.;I SATU 1111,AI, _llr\~'fo.;'•o.l,.;N:,,
A\;,;1::1~;1.,;~--., ____~_·1_F'_r_o_1~v=·;:l·~~I-~- ,. --_1'".1"·1"'·1:.:.M:.:.•':. ' , ___ _ PlJl
=:..---··' t:un:i:lhan 1·1:?7 11.
~
_ 1
;
__ ·_.
1 :? J .:
Ju11i;.~~·~:!/0 1~.'20Ul1
S11llm1n111 Na-•'.·ir.1i11 Fa1hu Al Rm;l:AI !'.l;111a1:
Jum;11 Ju111:11
l{isnh1h Al Qantaraini
;\I Q;iwa!d Al Fa\a~:i\'ilh 5 Ta:;hilul :·.·lib:1I wa A.I i\q\\'al
:?:?/01)1200(1 ::?i09/2006 ,!J/UCJ/2006
Jw11:11
J:un::I Jum;11
7 IJughyatul l(aliq
Jmn:11
H lr!;y;1d11I ~·lurid _1J l11ifoq 1)1.;_1til llainy I Cl :.;i.:,v Conib 11 .!~au :-.·lccn:. 12 Ephc1111.: ·is I !!:-::!I !\.:::.:-. :11 l:i :vl:iwa:1ljit ' l·l Fa:tlul l~:1riH1 I~ . '.h11:u1.1k :-.::t~::i' . .i
.lm11;·1 Ju111::1
,,
7
17: 1::.
0"6'41"
1$:·16
.1"•1r:.·
19:32
.()'' 21' )9.7"
IS: 11
.IJ"21'46' ·I'' 2S' 14.i" • J ''.11' ,)"
' =='~"==of.=,,,!,l,=~===.b===.b==..!!.-=-ll
•l
I
Juu:;;t
J
19:>13
'.'!2/0'J/2006
1:\:55
22101)/::!006 :'::?:Cl 1J/:?D06
1i:::J?
./) , .. 17' 00"
!};:-'(\
:~1 t1•J:'.!UIJ1j ::2,·11 1;.'::!0ll6 ::: ·(i1J.':!00{1 ••• : 11•1,<;::U1>:• :::.:.111Ji2tJli1•
I X:.i:\ 18:.51
.11:::·· :!··· ·14.97'' -cf· .:: 1J' 38" ·01" }_';' )8" ·I" .i:'' :; J _.IJ" ·I" :;.r ::!:?. 1J:-:" l)ihawah ufuk
!wi1:1:
:·:~ O•J<:?tJ!Hi
.!::;11;1:
.':' 1i•1·:!UHt1
I i
! S:.51 l :\:-i(i
..::
!:
J
.-\a.:.i I ·~u!l;:J1:!:~l ':;::· :• ::·;d!: :\h;; .. : i:a1h:1 Al iL::::· t\i :\!.1;:.::i .-\h.;.: .: l-'..b:d;1!1 ,\; 1.~ .• !:1;ua:11: I .-\i:.: .: .-\! Q:1w;1iJ :\! F:~:.:~>i;-;:h ! ;-. T;?shilul ~.ti::>::! \\:1 ,\! .·\q·,\;:/ t :\i;;:,! ·\h.: (• ll::di'.!1.1 A: :•l:!:· :1 '
ltl-'.;'.llll1·
Ill lllllu :· .! ll! :::n:':· :.! .: I LI :?llll:1
I
i
B1:gh~;1!11l
l\.::!q
;~ ~:·;~~~;:l:L;;·~';!J;1i1; i!,:. :i::· \l
;::_ 1u:::!Ofl(1 ::::; · 1{I_ ::1Hl!i
_,,.. ::ri· •JIJ,J6"
-I" .;Y
~;i.SS"
2·!'0~/_f006
! ii .~Uil(• IH1:!\HJ11
:L:.
! ~.::1111:!0!l(J
•'>.1
l~.1!•:·
I~:~,:~:}:~~~:'.~'
1:!::6
:;J:\!):".!!Ul(i
1 l:i i :::.l-1
1\\·:11
! U11ghy:1111l lt:!li•1
:·:~·.,\· Cnn1!> . 1: :.:.....
1:phr.:1nL"1i..,: ii::-..• i:;:'..:.:11
i.~ ~l:1\\':i:1qi1
I
i'
'
23i1oi:!oo6
.,..
11:;" ;--;· :?6,J•l" v py' 5.1· I J"
:t:•
,,..
u:.: · ·.:s· .1.1" 11" -1u· (!"
231JOhoo6 ... :?:;i16/i006 :?J:1onoo6
'
)1" ~::i"
.. ·2.1iionoo6
2.:!·i-Oiioo6
>r 5·1"
""1io12uo6
o;·· 51· OG" .rf· ri;·
:·· .iu·
_!.-:/! 01i006
11()"
~-:!·· /
::.iii 0/2006
::.:'i0/2006
•i .~ :\' .; I .. l• ..~ 5· :;.;" (I ~.
:.:.· t Oi}006 J.l//Oi2006
.'Ii' 53" ' '.':(.. !!l' .. . 0(1'
'.. .;u· (1_? !" 13"
2·1.'I0.'2ll06 i31i~'11006 2·1{.l 0/2006
J
"
22/1212006
:::11·i;J}Ull{1
:!0:.":J
-L\I":; r J.7·
l{;:in:
::o · 12.i20tlli
21 :O I
.o 1" 1:.r nu"
22ii'2i2006
l\;1h11'
:11,'l:!/20tJ{1
10:53
-I" .:il'·l'). 1)"
22/12/2006
l\.1h11
:!t1!i~./.!OUC1 2tUl'J./.?U~6
21:31 JI: 10
l\ahu l\;1b11
:'.O . l:'!~!lllt•
:~1:-IS
:?0!1'20.006 l~a!:.i j :!OfJ :!!2tlllf, l\abn 2l':l:?l.?Ontl
:!1:04
R:1h11
: J :O:!
~II- i ~::!OH1l
11\abu
·20.-'l.!i/Ofl{1
I !·'.ali.1
.:·. 11· 1:_·.·:_ 0 01,1 ·01 1 ' '111 11
!\:d•:i 1.:.li·11
J.1 F.1idul Kari111
"=---"'.=.-==:-=...
I
!~::.:
,,,,.,,,,,,
lt:1bu
t: Jr:;y;ulul /\lurid '·' lnif:u1 l):~ttil i:.-i:i~·
!~
I
I
l,,,l't
1 '.L!: lo. .!Oil/1
3 l{isala)1 Ai ~.~;1111:1r;1ini ·I Al Qawaid :\I F;d.1kiy:1h ;\ 'l\1shilul l\1i1:.:1I \\;1 :\I :\~ 6 U:uli'uh Al :0.lil:-al
J_n
! .~:tlt~
: .:: li) i ::: . 5
·\!::i::::;;;,
>~;i~~;;,1i:1
.-·-" I j ::ti}:
:.'
II
,..,.-;.
!'.':::.:
.l·~::n :·.k~·::;
Si::!:ui:u:i
!:::::s
2:: : 11:1006
I
:; Foi1hu.A! l\::1?f ,\ l :\ Lll;.111
Hl:~3
:tl:OU : l:)S
:;::::11;2006
1
24/01)/:?00(J
i ·;;;-\.!
'., i I.::.
-0
i:::il:1.:} ... : ;.;.:" :!.
I
24109iioo6 2.ii0Moo6 2·1169'i2006 2:iio9i:foo6 wo9i2ou6 2·ii6!>hoo6 2·ii09i2oo6
: :•:-!.'
.-\ii."!
I:: l:ph::;m.::: . 1!: -. · I·:;,;.;.. 1;
..
j
24109iiu~u
2•110912006 w69/26il6
!;::.J;'i
I
.::~
2>110912006 2410'912006
·wo9iioo6
:?2/0 1)/2006
I
Jwn;:; Jrn:::-: .l::a!.:1
{
~~ll l.~.:·111111
I
·O~" 1'·1(1" -~··~.;.in.. -02" o· 22" .Ql'"l'J'
:? I :01
·:!" ;iS' ·1·1.U I"·
::!O:IS:
·tli'' 11' JO" -tll" 5.1' OU"
~l:t\:!
...
22iiii2006
. 22ii212006· :i2fi212006
·-i2/iii2o66 · .. 22"il2Ji006
-·22'ii2/i'oo6 ·
·-
22i-i2i2606..
···22"11it2006.
.111"02'00JO"
···22iiii2'006··
::!l:OI
-I" :\5' J6"
:'.1'01 .:o:;\..
l)ihaw:1ht1f11k
·--22·i1-:i12'006.
.J" :'o' J.1Ji2"
22:/t.2i'.2006
!-)1...:..~ lnia11ak ;--:,11.::'..~---:.:.:::...:::.-· !_.l~.:1.!.:·.:... _;.!,!.J ;::.!1~~1.:;._11_ _ _. !,'_'.-;·"'·~:"!i'-''-"-~r,r._·_,__..-=:i-=?.'".1"1"-i2"-·0"'0'"6'-' ..... -.::.. ;. !I.'
...... "! ·:1:!... ! .; _1 } 1,1. :•1, A,,;11.~11:-: ~006 :-.-1. '\
Sd.! 1.'.·~~;;:h)Sio,:11).!. . .c\,.
IJ,1;-.~·-----
11. 'i' .::.i;1 Clwn;dl, S.11 .. S.Pd.L
1 !J ,.,.,-., ;, . .., : .: '-".' l I
~ .. I i1:
~---------..:--.
I'
I I
PENGURUS WILAYAH NAHDLATUL ULAMA JAWA TIMUR JalaJl Raya Danno Nomor 96 Surabaya 60241 Telepon (031) 5676146 :=ax. 5685394
e-mail: [email protected]
website: http://www.nu.or.id
. \.
I I
llW/A-l/IJXl2006
l'•ng1tru:; Wi!a)'ah N:1hlllatul lJJamu Jhwu Tin1ur, sclcl:th mcncrima lapornn bahwa hilnl ,1h burlui>il Jiruk)'al tli P. Ocbnnu. llu11.(lkulun )'lln~ mclihut ndaluh I. KH Djkelnni, (2). H.
hmad khsaQ. (3). II. Al>d. A·.cis, {4). Satur Hadi, (S). Zalcario, dan (6). }fosir dan sudah .urr:r•h ulch l'cn~•dilan Aunma llan~klllan serta di Pantai Colcung, Jolcarta yang melihat ., . . ~lah (I). Op. Musdi, (2). H. Moch. labib, {3). Djihlln. dnn (4). Achrnad Zain dcngM In)
.
,,.................... , :l:i'E~ 1R~ iz~·u~ .r~;DJ!t.t\. klJlJI) Kepadn segennp
\Ulllt
Islam, khususnya wnrga NU, di Jawa Timur kruni mengucapkan
l•milt merayakan ldul Fitti 1427 H. Mina/ Aldin Wal Waizin mohon mnaf lahlr dan bothin, moga runnl t
-·
I
ib~dnh killl di bulan Romadlon diterilrui oleh Allah SWT daa dip¢rtemukar. '
•
n
'" • ..... .,.,,,.· •"•• tl1ttnnn
i
,\min
:1 ! ,.' ,;
(
I .: .j I
";
QI. Mlhacbul Akbyar •
'f·
..........----+·----··-··---:...
. ..
------........----------"
..
______________
*.
•
>Ir
"
. :. ' LAJNAH
...
FALAKIYAfl
, I . ,
~
lOQ
_,__..,., •
·:
PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA Gedung PDNU ..
Lt. 4: ..H. 'KrOMat Raye
No: 164
JaJcA,.ta
PLioat··jO'..a ~o.
T•lp.IF•11c: 021. 310.097315 a m11111: [email protected] t:on•
. '.
PRESS RELEASE
NU MENUHGGU HASIL RUKY AH UNTUK PASTIKAN IDUL FITHRI NU menunggu hasil Rukyah, meskipun Hi.sabnya lelah menyatakan Hari Rayii ldul Fithrl )atuh pada tanggal 24 Oklober 2006. Rukyah sebagai penentv. sedangkan.Hisab sebagai pendukung. · Rukyah akan diselenggarakan pada nari Ahad petang l~nggal 22 Oklober 2006 di seiuruh Indonesia,
hasil Rukyah akan cisampaikan dalam sidang llsbal yang dipimpin oleh Mentrl Agama pada hari ilu juga. Rukyah diselenggarakon di s3tv sisi untuk memen·Jhl Sunah Nabl, di sisi lain untuk mengoreksi Ungkal akurnsl Hisab. Menu rut Hisab NU, tinggi hilal 0 derajal 54 menit ketlka matahari terbenam pad a tanggal 22 OktQber
2006. Tinggi hilal seperti ini, kemungkinan terlihalnya sangat sulil lni berarU Harl Raya ldul Fillui Udak mungidn jatuh pada ta119gal 23 Oklober 2006, tetapl seharusnya fdluh pada langgal 24 Oktober 2006. •Perhitungan Hisab NU inl se)alan dengan perhitungan Hlsab yang bersumber darl melode-mijlode Hlsab/utr~noml pada umumnya. Maski Hisab·NU telah menenlukan ldul Fithrl, namun kepasUannya harus · dibuklikan dengan meiakukan Rukyah. Apablla ldul Flthrl hanya didasarkan pada Hisab semata, maka akan tlmbul permasalahan. DI kalangan ahll Hlsab tordapat ·perbodaan mongenal Harl Raya ldul Fithri 1427 H. D~rl perbedaan y&ng masih dalam batas
tol~ransl
hingga perbedaan yang ekstrim. Oleh karn11a ltu, perlu adanya Rukyah
dan lbbat pemerlntah. ltsbat i"emerintah dlperlukan .untuk mewujudkan
ke~aslahalalJ um~m ·bagl
rakyat dan umat, dan unluk mengatasi porbedaan. Tidak •perlu dipersoalkan mcngenai campur tangan pemerinllh dalam penentuan ldul Fithrl, sebab sudah lama berlangsung dan bermanfaat. Campur tangan daiam bidang lain pun tidak pemah dipersoalkan karena membawa manfaal SeperU Pemerintah bertindak sebagai wali hakim dalam nikah; campur tangan daiam ibadah zakal; dan campur tang an dalam model ibndah hajl dengan menentukan hajl lamattu', -p~t~ksanaamnawat ifaman
setelalfmelontar di hari Tasyrlq, dan lain-lain.
Campur langan ini sah-sah Soja sebagal menjalankon fun;islnya, anlara 'Jain: pelayan'an cmum, pengaluran, p&nartiban, dan rungsi kemaslahalan. 0
Dalc.m konleks ldul Fithrl 1427 H, NU berharap llsbal Pemerlntah mewujudJqin pencerahan dan manfaat seluas·luasnya. Jakarta, 19 Oklober 2006 • LAJNAH FALAKIYAH PBNU Ketu~.
\
\J..
-
I
'( OI
• ')
PEN GURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA JI. KramatRaya No. 164 Jakorta Pusat 1043!) Tclp. (0210 31923033, 3908424 Pax.(021)3908425
,
1 Nomor: 692 /A.11.03/10/2006 Lamp.: Hal : lkhbar/ Pomborltahuan Hasll Rukyatul Hllal bll Fl'll Awai Syawal 1427H.
Kepaua Yang Terhormat 1. Pongurus Wllayah Nahdlatul Ulam• (PWNU) 2. POOQUCUS Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) DI Seluruh Indonesia.
Dalam rangka penontuan awal Syawal 1427 H. niaka Tim Rukyatul Hilal PBNU/Lajnah Falakiyah Nahdlalul Ulama pada harl Mlnggu, 22 Dklober 2006, telah melakukan Rukyat bil Fl"ll dl,daerah lokasl rukyat yang lelah dltentukan, dan lernyala Tldak Borhasll Mollhat Hllal. Maka dengan demlklan bahwa umur bulan Ramadhan 1427 H 30 (tlgaP,uluh) harl (lstlkmal). · · .
'
. ·. ·..
..
. ·.
. ..
·-.• _;.f
-.
Alas dasar ISTIKMAL tersebut dan sosual dongan Fatwa Madzahibul Arba'ah; maka Perigurus Besar Nahdlalul Ulama menglkhbarkan/momberitahukan bahwa: · ·· '·;
AWAL BULAN SYAWAL 1427· H JATUH PAOA HARi SEl-ASA, 24 OKTOBER 2006 Kep•da semua warga Nahdllyin khususnya dan umal Islam pada umumnya;. ·a;iar menyompumakan puasa 30 harl, dan l:erhari Raya pada harl. Sel&sa, tanggal 24 Oklobor 2006 . . .
.
Kami sampaikan selamnl ldul Filtl 1427 H. Mohon maaf lahlr dan batln. Semoga lbadah kita dlterima Allah SWT. Amin. · · · ·
~_r.'11 J
..JlJWIJ
v...uWI ,:r r-S'tilJ .1J1
t.:k..
~ J t.:... .1i1 J:Z' .#. r.::;i J i\J:. Js' Demlkian unluk dlmakluml, alas porhallonnya kaml sampalkan lerima kaslh.
Ors. H. Masrur Ainuil Najih Kalib
. ... ..,._.; -'•
- - · - ll"&a...,.-.u n1""'n~ Ut;;;;;;t.fo\nJU D§o\.ni~l"\A~IN
AHAD, 22 OKTOBER 2006 -,- NO
METODE
IJTlr.iA'
cv.!rs>
GHURUB AS SYAM (WIS)
UMUR BULAN
LETA~ MATAHARll TERBENAM
POSIS! HILAL
TINGGI HILAL
11' 09' STB
3°30'SM
3• 09' 2' 39'
·11° 42'TB 3°38' SM 3° 39' 35• s·M
.
GHURUB Al LAMA !ill.AL HILAL(WIB)
"
HASIB
I
"AQRIBI
1
Sull
11:38;00
17:33;00
5:55
2
lttifaq Ozal ~I Bain
12:10:00
17:22:00
5:12
17:45:39
17:33:0C
12m 3\ld KH. Noor Ahmad SS 11n1 .... KH. A. Gl><:zafi MF
I
I
'AHQIQI
3
Badi'ah al Mitsal
12:06:00)
17:23:00
5:117
·11° 10'TB
4 5
Nuru!Anwar
12:09:001 12:14:00
17:24:00
5:15
1~' 09' ST6
17:23:31
5:08:57
11°04'12" STB
75°11'31,54"TS
Menara Kudus
I I I
AOQIQI
6
Ephemeris Hisab Rukyah
12:11:7,Si
17:22:37,54
5:11:29,99
7
Jeen,Meeu•
12:14:"4,8$
17:22:41, 19
5:08;06,54
s
Moonc6,0
12:17:00
17:21:02
5:C4:o2
255' 11' 13" TU
9
Mawaqil
12:08:49
17:22·49
5:14:00
255° '.1' 26,3• TU
258° 43' 26,5" TU
17:22:59
5:00:51
11° 17' 09" BS
3° 32' SM
12:14
17:22
!i:OS
12:14:00
17:22:00
5:08
-
17:22
.
10
11
Al Khul2shah al
12:16:08
Wafi""h
•
Accurate runes
I
.;
12. lrsyadul Murid
13.
As<:ript
75• 42' 55,48" TS
14° 53' 30,:W STB 3° 31' 52,20• SM
2zs• 12'TU/
25!1' 44' TU I
-14° 48' TB/ -3° 32" SM
·11' 16' TB
255" 12' TU I ·14° 48' TB I -3° 32' SM
2ss•44•ru / .11•1a·Ts 258° 44' TU I ·11' 16' TB
I·
0° SS'
17:34:00
1lm
O' 54' O' 52' 59•
17:30:00
6m 6m43d
17:30:14
' KH. Noor Ahmad SS D<s- so.Til Wafa, MA
O' 25' 4,65"
O' 311' 6.71" I O' 09' 34.61~ O' 16' 21·
A.lzuddin,l.
17:25:25,11
2ir. 43,91d
17:23:38
2m36d
0° 14' 56 4"'
17:25:17
.2;;12Sd
O' 14' 26.42"
17:25:21
2m22d
.c• 10'
11:25
3m
--0' 11'
17:25:00
3m
.0' 11'
17:2S
3m
1
-
;.-
..
On;. H. Muhy!din
Khazin,
M.Si.
" 4 ~
'
"
Hendro Setyanto, M-Si. 10R. In;;. H. Khafod
°"'· K. Slamet Hambali KH. A. Gho1.ali MF
~
KH. A. GllozaU MF
2ss• 12'TU / ·14° 45' TB I· ·3° 32' SM
KH. A. Ghozali MF
' <···
• I I
-;:;
()
}..
..
,
c1'.
w· :. "X'·
. 1 3' •2' s • jF"4,. T· •
·2'.·•IAYAl'URA· '.3:,1 WAR! 4··•MERAUKE.
S··!TERNATE 6 . 'BANJARMAS[ll • 7.-:.'DENPASAlr· I s ·.-GORONTALO I 9 ·!KENDARI I .• 10 KUPANG ..ii . MANADO T-· _J2 -.MATAR.AM !
J2• 'J' Jr ! J' ! 3' •r 'O" •3• JO" 1•
........
"'-~'q--U,
9 ·' 11:14:S3
2ru J14093r T ; 9 ! S TJJ4'S' T! 9 i 30' S 1140"27 T·i 9 -· 49' U ; 127"24' T · !"""9-·; 22' S 1114• 40' T S I
(f
37
34' ST 12' 33' i go 36' E".!'..~GKAR.~r~·----~2' 16· 14 ·rALU ' .. •O' SO' . ~-P_ONTIANA!s_i-·-· iO" s· 16 SAMARlND.~ O" 2&'
r-···
~
17:22-.33 17:S2:53 17:34:33 18:18:09 11:10:08 s :115•_u:_.Li.....!. ! 18:14:53 u _· 123' S' T ·...~ ·- •..-17.:35:26 S 122'3Y T S 17:39:21 S 123'35' T ·-·3·.. ···: J;:40:10 U iiT-S:f-T '. .. :.-:;···17:26:3& S ; 116' &' T :...~... ; . 11:10:56 s .,D'.u·_.r. ..... ~- .. !~!J:l9s ! 119'54' T -- _n___ .. 17:48:56 s -109'22' .I.....•... ... .1§:31:42 s !17'1!' T s ·11:59:5&
j:
11:14:30 I 2srs1'140:iss•25•so- 100"00'·23"' • • ·niri% 17:19:06 25r5r3r12ss•J9'Jr •00"-<4'0J"J00:--03:32 I OOS% 17:51:03 2SS"SS'32"'2S5'3l'45" 100"·19'::9"100:--01:49: 009% J I 17:33:53 25S'42"2S"12S5'26'49" !00"--04'21"100:00:-40 OG9%' J· IS:l6:1S 2SS0 S1'29" '255°26'52" '00"·14'35" ! 00:--01:51 010% ' ! IS:ll:09 2SS• 51' 57' ! 255' 16' 01" 1 00° IS' II° J 00:01:00 n 11 % ; T1s:l7:41 2Sr39'19" 12w11:w 00"36'32" ! 00:02:41 ! 0.11% I ; 17:~:11 I 251' 56'49" ; 2SS' 23· 1;:. 00" ·11'01" ; 00:--01:07 ' Q,10%. 17:39;41 I 2SS•S0'22" :255'20'SS" 00'02'31" i 00:00:19 ' o.10% , 17:42:il6 ! 25&'35'43" :2ss•i4;il"' 00"2C"SCY': 00:01:55 ! o.10% T 17:24:59 f 2ss• 5736" . 2SS'2~ 12" 00'·1&'09" I 00:--01:39 ! o. :u% ; IS:ll:36 l 2S8'39' 17" 2SS' 12' ]7" 00"34'33" : <J!l:02:39 : 0,11 % • 1s;J~:10 '2srs3·w ·2~s.:1~·2.r..• oo-n·;r: 00:0o:so 0.11% i 17:4S:« __ ; 2Si"S4'42" '2SS";?9.'..1.!'.• :00"-02'2S"i 00:00:·11 I !!,10% I !S:l2:33. 2SS'SS'OS" 2ss:1r22:__ 00"13'57"; 00:00-.50 •! 0.12%. i 17
. .Ti. UJUNG P°ANDAt-.;G- . .. s· 9" s .. Ji90"ii* .,. -·· ··~ . i7:S5:59.-:-"i7;5::!'5i""2SS-ITTF' lSio 1;: 3i;. .. -~~~·oo..01:-0s : 0,1 iir·.!~ -~~.\NDF.f:C!;~~L~ .. :_..~~·u . .·:9s•·2o;_~.r ..:: · .1. : ·.f~i'ii:s9·:;-·i)pr:-ir.::l}.S•SSir·~s4•:~i=·2j;_·~~10--i6·. 00:00:33 • o.•l'i.... .1? .!f\)'!_DAR ~~!..ft~.9 .. -~-.!..... !Q~.:J.£.._j_, .. ; ~ . :: 11:B,:£! .... :..t~9. ·- 25&" 47* 3r" '.255~2.!~~.±:.. 00- 32" SS"' ; 00:02:-47 ~ 01 ll '!__ 20 BANDUNG 5• ST s· :o-rJ7 T 7 li:41:4.; . 17:..a.1:.:s . 2.;g•43•or ·2ss•o.-r2s00°34.32"' i, 00:03:03 0...12%
'!i 'iiiNoKULu·· -- -· 3• 48' s- 102•ts"T--. 7 ·22 ·;AfilTA ····· ······· ··-~6.--u;·5--·106•4Y·-;:·.. 7 :ri T..:Mii'f~-1· ·--·1· >6' s · · 10;• ;3'..·;:··· i
. 1iiif:o:i'":··iii:o5:~~---ill~"2sj•O<;·ii6~···00-;6'N~-;··00:02:51
·
·
.. : 2sr.cs·25· "iss•os-30..·· -0o•3~·-00:02:s2 "'i'i::i3:39"'11:ss:;9 . 2sr5r3r 2ss-o'T2r -·oo-i::·,s-, 00:02:00i7:44:ss---:-·ri:~7:ii
· -·
~SPADANG. -
. l' 2~
''"'-u'"'f . .
PEKANBARU 29 SE?>.1AR.A.NG ..... ·-·-·--·-··· ;;o ..S~..!!Q.___ -
·c;;-·ST"-s""iOO--fr: ·y··· ..,. ...
-· .. ooHo·---
•• •
•
LLL.!"'-''-'··· ' O" 10' U 101' 28' T 7 ;• er s 11v• 1.;~ r ; . ----···· ... --·- .. . .. .-__.::.; - - - - .... - - - · • . ••
•.
___ §: __ £_ .§ ..... )06•.r.._ .J._~
..
--~~ .~\l_R,_A.BAYA_ ..•.. • J.:. .. !1'.. .•~ .•. m=~~- T •. .3 ~ .. !~~Nl~_g_r~~·:\INg 2:. .. .a:...Y .... ~:..::Y. I. _ ~ .YW!~~-:\ . . ... !:.. g,·-~ ... .~!!'.J~: .T .
1 .~ .... 1:ELABUHA~ll TU
;•
s
3·
100•2s·
r
i
0.1)% o.t~%
59'"so' · ·
""-''~OL;iwg,._ ~"'!C!l'.. 00' ~,.w • ~""-'-""-•· JS:OJ:S2 l&:~S:)S 25' 54' 39" 255' O<' 3S" 23' 02" · OO:Ol:~S : 0 13 % -------~-17:3J:4S · 11:36:3.S 2ss.• •2· 1r 2ss• tl9" 41· w lr 1~ . 00:02:-49 ! o.l--·-: 12 % ···---- . -·- -·-···---·····-····· ••. -·--••• - · · -......... -
- - - - - - · - · - - .• '
1~:~~_:,S)_,: 1i:Sl:5?,_ 2sg•4s'26·
7
••••
•• - - · - - · - ..
0
2.SS=Q?~1-1:. _.QQ.:j~~~-00:02:59 ' 0.12% -·
IJ.:~!;~}.•. : •. !H.;;1!!_ ... ?J.!~!r.~ ~~~=.11.''.'.0" .. JlO"_E'],2:._ .Q:!!.;ll:!;~-~-..Q.lJ~ . 1~:~.!:19.. .:.. .11::2:~~ ... _7ss~..~--~~~~~· ~.!.: .. ~.. J7:I~.:.. oo:fil:QL-9.-ll 1L.
'· 7
1
.•
;••· .
0
•
1
,~ .·
: 0.12%IS:oa:•o 1s:o9:2s:--2sa· 56' 2•· · 2s•· ·oo;~ 00:00:« ; o 13-:. 'ii:os:Js-=- IS:I0:~7 2SS'S3'37' 1ss•o:;:·i'1~ ·- 00"29'04"' W:02:11 • !!.13% )}=:!.0:29-f._!1:s~•o _; is~· sros- ~_m:os·}f__00'2s·2s· 00:02:11 o.1n.:.:·
n:-T- .,. · ... .~r !~EMs.i.i:1- ~- : · -~.:...J.Z..J_:·_!J!:4:.~r:·y:~:· ·7 ·-3-; -lFu.""'ir
·z; ..MEDAN. --- ·1·
.·"
..
i?.:~.~:~.:!. .. ;_t?.:.l~....-1..t ... ~..~~.J!:.. ~~~~Y~:~?.... oo• 3.;· si· t7:~::si · 2ss•4;-01· lss•o1·2ct 00"3s·21-
t7:49:4o
00:03:01 00:0J:r1
-9:!1.!~ ..
0.12%.· _
I .~; :~~~~~rr-~ __-i:-: ~ -~J~J(TI -_:·~~ ~t _- ~. ·: ; ..:f{~~~~::.:~;fr~~ ::~;y~~¥Jf~ ]~~.; ~i 1~ -:-~.;~-~ ~~~1J£~. _ tcmbr
d~r,i
Qm pt"r:-.luban laut . ·· ·· 1 tjtim;. a:-;hir R;.o·ad:r' . :.1421..0.m:enje.ltt:lQ awal Syaw.::it 1427 H jal•Jh pad;. hari Ahad Fct>ing. 22 Oktober 2006 ~A pukul OS.1.;.15 ET/12.14.16 VvlB. 2 l·S;·•w•i ;42~ H.:., iiµ;;i\, ij!blii>b-i~b:: ~atl:a ~lghufublwvjvd alhilal = Senin Pon. 23· 10-2006 2) lmltan a1My2'/MARJ~~S = Se:asa Wage. 24· 10-2006 (SSF)
h'.eicrnnt:ill: Tingzi
.
:_._:
... _.:
::
(
\i #;
.
,2(
I
.
.
_JJ!%fb?fif'"' 1'tflf!:'!':1,?."1tW?;:,,~ ~7' · .". ,~:· ··~~:~~·~·, ... ~ ...~~:.ff"!tt.Ci:~. "j,.
.
.
.
,.,.~-·-iii~"""::'~-~:,. ~·· _ _. -~~-~~~:~:7?"''7:'""""§~
,.
'
(Cl()utoh Perbitungan Hisab Awai Bulan Syawal 1414JI) Lokasi: Pelabuhan Ratu, SukaJ:>umi, Jawa Barat . .
.
• •• . il"
~V"J-1-
-7° O'f' 44V6
Ghurub Perkiraan =
I
...
~
106° 33' 27'1'6 DT •.
:::
...........~
.
l8j l'i- 24~35 =
6j 14rn 24~35
111
TT ..X52.685
. .
Ill
DATA MATAHA.RI WAKTU
n
ft
11110 TH 3 SYA'BAN 29 ltARI i; JAH 14 HE!IIT 211,}5 DTJ\
02 06 05 01
JUMLAH
Tff.
( nr ) ~' ;;'...,t> \..i....
( s) ~1.k...,._,
HR
••
I
n
co • 17 • 39 • 08,31
00 00
00
co
00
00,111
00
00 00
07
11
19
51
36,12
08
06
1.6
56,12
= +l
1,7
01,98
= 0 16 = -0 10
01,611
00
10
41
07 00
27 22 28
00
00
14
35
00
00 00
24 04 57 47 . 35 00,81
.r"U'::...... L:..j 0.1•
~
s " 11 Abt'• ::
~~..u:;
E
_uu-" ·' ~
s•
~~\
= =
Q' "
.+01
So = [ h.,
=
51
s~ P!;,
a
,.u~
"""
"' -Q
n'.,. +O
Bo: " 0
36 34
.21 08 02
24,13 23,82 08,56 29 ,611
36,12
..:.20,47 1,7 ·01,95
+
ll----2L.--,;;8--.J.7.-63-·---··_.-·'e-=-419'11.-2~·--•-- ..;:,\;_,~U:_..u:i . 23 26 25 00
Sin bG
~~
19
E
.uU
~'...;..,. . ~ \.~..: ..\\ ~ L; .>
.
50,31 35 46 02 1,7
~~~ p j_, ~\J. ..i...:a.::..I'
w
'
04 • 00 • 39 • 10 27 44 07 22 36 00 28 35· 00 00 14 00 00 00
~Lk..J..:U
U"-..&.11.1,_..:.,_,
n
::
Sin Q'
-03
18
Sin S'
58 1 71
-(ad 0 + Refr!lkni + dip)
:·:
'(
..
(
< 1 :1~·Y 52,6a5 > . if, ···1
t-
I
GHURUB. = .12 -
+
ti
:h:l
~dHURUB i::. 18j 151t 15~94. .
15
" . 053
{LMT)
15~94.
111•
D.(\TA BULAN
KTU
~1.k..;_,,_, • ..
(M) a·
1410 3
:
(A)
>..,. ;..t.11;..,,.JJ •· ll
" 09 28 23 18 03 00
•
10 23
15
o·
n
n
57 52,3B . OB .35 10 30. 35 06 04 'BAii 07 .20 06 37 1,/i fAfH 00 06 56 00 53 tAM 00 17 39 00 15 IENI'.l' . 00 00 08 14 00 08 14 DTIC 00 00 00 08,11 00 00 00
05 59 10 08,77'
ILAH
50,05
OB 26 19 22 03
011
11
20
';\1 I
..>-"~ ..;.a_...v_,
~'....lr1
J\..J1
L;oJ\g_~·
M-
39 11,15
22,2B. 59 .
111
u.
-1..:0'
•
"
..01 .
24 31,10 17 29 29, 51 . 32 O.•) 90. ... -. 48 00 .oo 00 02 00 00 cio' 00
22 01 ?6 00 12 . 00 01 00 00
04
02
45
50,10
11 20 39 11, l;'.5 . S' = ._ll__._?.L)L-l.'71 -6;2\--~.~---------t----
·M
::
s• = 11 29 00 53.52
s• )=.
_;oi;...,.Ll:,.
A
= 10
01 47,04 23 15 58,05
· 2 (11-S') -
/.
= . 01
04
2 (H -
~ OJ
(N)
....
11
28
115
48,99
'I'
= -0°
_,;:llJ l:..l!J: .....,.:;.I•
1,5
22,69
A = 10 23 15 58,05 -0 45 22,69 T = Pt ::: -o 10 24,13 -o 21 23,82 A1 :: 10 21 . 58 117 ,1i1
.
+ :: +3.( liO 55,ll . pp' 'LI _,.lll ~ a, "' 0 .30 27125 ~w~ sd~ "' 0 15 05,02 ~l··~I t.J • Pr "' 0 56 54 ,25 d
~.1.k_..,,_,
Ii
._j\!_J~ ..l..!iCJI
'1'
= 11 2a
39 ..;o 115 = -0 10 = +l liO = ll 23· 24.
_J_,~~~· Pt
...:..J\.:_;~ ~·
..
PP
}_,\!~ ..._,J.~1 Ja.,......_,
M'
s• = ll -.J}:.IU .uJ.~'1->-'
Ii' "
ll
M'
s• = -s• ::
ll 00
_J_,~~~ ,.:01.1_.._,
Ht "
~~
;;~1
;;.,p,~~
3~.J...".U~I .k_...._, <.i".r-J' :::....a.-- Ii" 3W~~~1~_,
~L> .....t.;.t~~·
J.!> u .>
L.lJ h~l 1
,_,_Jjt~
+
-
=
1r
=
04 02 45
v .= +o 0 -
02' 08~47
1
50,~o
O!! Ol!,~~ + = }fl = 04 02 53 58,66 H" :: 11 ~~ ~~ ?Z12l + lP " 03 26 20 26,57 +O
F'E
" +o 05 20,73
~t.:J.}_..u.:.11
H" " F'F.
ll
23 26 27,91 +O
=
05~2.2_
-0 00 201'1Z + Ho = ll 23 31 28,17
Abr
=
. s• - MO B
J...._ti\~. ...3\
19,44 ~l 2~ 12,62 23 24 19,44 21 ~ iz 1 6~ Ol 46 01,81
+
)ill
::
IJTIMA' =
0-Ll.1• ~I s•
5~111
f l ~.!.J~.u:J
n
~.alto~'
ll,15 22,69 . 211,13·
11 23 24 19,44 ,f() 02 o8 4Z + 1 ll 23 26 27;91
_,Pl~~~~· v
jl!J~...,,J.~1..h_...._,
.
- Mo
=
B.., - Bo =
- B..,
+
GHURU~
53 . 10 ,54 00 27 57,61
..01
·-·---------~
---- ------
l'fl =
-04j 02111 51~89
GHURUB =
18 l:Z l~a2!t 14 12 24,05 14 06 10,20
S' -
B; -. Bo ,
IJTIMA' == I..
"'
Sin
L
I Tg . x. ;;..u jl!J!..hJ,• x ...,.i.l';;;..>"- L I
~l'.'.tu-. •
r
'
I
y
+ (LMT) (W}B)
= Sin (M 11 +ll") . Sin 5° '2'
=..
llin 1l;
TgQ'
i'.~
...::
::
:..2
47
57,86
+~
3Q
:2!1:1!tO
+l
42
.36,54
qt
Sin It°
+.•
\'
Sin
S~n
l:i.i =
Sin y:
Sin x '
.
I!!. ~ ·'., ~'clU:i,. P'rl> ..
·cos ti'
tg s•
li
19
22
·j
j· ·· '
'
10,86
I
.!
Cos PT.>
~l&u.,_ ~I ~1!4,..
!
!
P'l'.1 ::
11
22
16 17,57
P7'e> ,. 11 P7'> ., _ll
22
19 16 02
~.....JJl~IJ.a.,. 22 • !,yo_,; P'l'9 ..: n, = oo oo
10 ,86 17,57 53,29
I I I
I
-
I
I
I
~....Ji..l.W~--.......l:g-..:.-00-.91-?t~~~~.~;;:~~+---------1
~...P'.0.!.J....
tJ
=
00
91
h,,, ..,,_l}~.J ~ set,,
-·--,-~
'J
=
31
26,71
.1 1·
Sin h,,, · :: . 3in ,J
J.!_JJ4_jl \Ju l
i
-1
"
-1
Sin !i, +
C:ils
42 . 15,6,3 15 05,02 27. 10,61
4
·Cos
~.
Co!,.:_]. ·..
+
. (()(:J
- - - - - - - - - - - - - -.~Nfi~~•.1 . .:-~=-·-----,-------·-----. .,,
. . • • •"I
·;
·( T~ ·,
! ~f
c.J)";..0,,:>JI ~ \J ..> Ref "
'~·
:.-
,_: ".;:t-
-o
~ u).l.i.;..l Par · . " 1
..
..:1
~ ~'<..t)A;:;..1
dip
=
J->1~'&:..J l .Ji •... = [
Matahari:
Cotg Az
.
u~_;, '.......l.!.J-.:tV ~'~..;-J'-
~~ Bulan
.
~J:iL.J~
::
-1
-Sia ,J
0
:·~
.. +
~!l
~-;·
52
rio.6~. : '· -. ,· .'
!26
~!t.~~,,
-
49 34,86 1;: 46,lt2_ ·+ 36 48,37 Cotg t
+
~
=
-3 11.t 58,71
t.,
=
,J
=
91 28 33.42 -7 01 /i!i,60
Az
=
93 28 21,20
~
+l 311 •· 15,09
ti. ::
Cos ,J 'l'tr Sill t
..
..i.1.JIi_;p...>-"
0''
::
91 31· 26,71 -7 01 41,.60
~I~
Az.
=
88
37
36,55
•
s
I