2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan suatu organisnme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi berkaitan dengan stimulus atau rangsangan awal. Persepsi bermula dengan adanya suatu stimulus yang diterima seseorang, stimulus tersebut dapat berupa keadaan/situasi maupun berupa informasi. Selanjutnya stimulus tersebut merangsang seorang individu untuk melakukan interpretasi, proses interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kecerdasan serta kepribadian seseorang (Sugihartono dkk, 2007). Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (Daviddof, 2011). Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus (Atkinson dan Hilgard, 2011). Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Anonim, 2011). Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu (Walgito, 2011). Dalam konteks penelitian ini, persepsi petani lebih merupakan proses berpikir petani dalam menanggapi permasalah di lahan yang berkaitan dengan kualitas air irigasi yang mempengaruhi produktivitas padi, sehingga petani dapat berperan aktif dalam menangani kualitas air irigasi yang menurun atau dapat membuat tindakan-tindakan agar kualitas air irigasi yang diharapkan dapat diwujudkan demi peningkatan produktivitas padi di wilayah lahan mereka. Proses berpikir petani ini juga turut dipengaruhi oleh pengetahuan kognitif yang dimiliki
3
petani yang berasal dari proses belajar melalui kegiatan penyuluhan dan kegiatan lainnya, seperti: membaca dan mendengar dari media, diskusi kelompok tani. 2.2 Air Air merupakan sumber daya alam vital dan strategis. Vital karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan menjadi basic need (pra-syarat tumbuh dan hidup) bagi kehidupan mahkluk hidup. Sedangkan strategis bermakna mempengaruhi hajat hidup orang banyak, menjadi barang
publik,
dan
seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran warga negara. Dalam kehidupan sehari-hari air banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Air yang berada di alam selalu terdapat zat-zat yang terlarut maupun tidak terlarut di dalamnya. Selain mengandung zat-zat tertentu, dalam air pun sering terlarut gas-gas yang ada di udara (seperti oksigen, karbon dioksida dan lain-lain). Air juga mampu melarutkan garam-garam alkali, garam transisi dan beberapa senyawa karbon yang ada di tanah sehingga air merupakan pelarut yang baik (pelarut universal) (Arianto, 2008). Air merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam pertumbuhan tanaman.
Kekurangan
air
bagi
tanaman
untuk
melangsungkan
proses
evapotranspirasi akan menghambat pertumbuhannya. Air juga merupakan sumber daya alam terbaharui yang ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya. Kebutuhan air cenderung terus meningkat terutama pada sektor non pertanian, sedangkan efisiensi penggunaan air terutama untuk pertanaman padi sawah relatif rendah. 2.3 Pencemaran Pencemaran merupakan sebuah siklus yang saling mempengaruhi antara manusia dengan lingkungannya. Pada hakikatnya antara aktivitas manusia dan timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar berbentuk siklus. Agar dapat hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat dari pengembangan teknologi adalah timbulnya bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka 4
diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat di lingkungan tanpa menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup. Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia atau mineral terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Adapun beberapa indikator bahwa air sungai telah tercemar adalah sebagai berikut: a. Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke lingkungan akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya. b. Adanya perubahan pH (derajat keasaman) dan konsentrasi ion Hidrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. c. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan bersih pada umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih, tetapi hal itu tidak berlaku mutlak, seringkali zat-zat beracun justru terdapat pada bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran. Apabila air memiliki rasa berarti telah terjadi penambahan material pada air dan perubahan konsentrasi ion Hidrogen dan pH air. d. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut. Bahan buangan yang berbentuk padat, sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. e. Adanya mikroorganisme yang sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari limbah industri ataupun domestik. Apabila bahan buangan yang harus
didegradasi
cukup
banyak,
maka
mikroorganisme
akan
ikut
berkembangbiak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembangbiak pula.
5
f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Zat radioaktif dari berbagai kegiatan dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik efek langsung maupun efek tertunda. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya (UU No: 7 tentang Sumber Daya Air Tahun 2004, BAB I Pasal 1). Dalam PP No.20, 1990 daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada sumber air menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan turunnya kualitas air sehingga melewati vacum mutu air yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya. 2.4 Baku Mutu Air Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Begitu pentingnya peranan air, sehingga untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan
kepentingan
generasi
sekarang
dan
mendatang
serta
keseimbangan ekologisnya. Kualitas menunjukkan mutu air tersebut. Mutu air dinilai dalam pengertian ciri-ciri fisik, kimiawi dan biologisnya serta tujuan penggunaannya. Bila air dinilai berdasarkan kandungan pencemar fisik, kimiawi dan biologisnya maka mutu tersebut akan tergantung pada sejarah air tersebut sebelumnya.Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Baku mutu air adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang di tanggung adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya.
6
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Begitu pentingnya peranan air, sehingga untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan
kepentingan
generasi
sekarang
dan
mendatang
serta
keseimbangan ekologisnya (KLH, 2012). 2.5 Parameter Baku Mutu Air Sungai Parameter baku mutu dapat dibagi menjadi tiga (disesuaikan dengan penelitian), yaitu parameter organik, karakteristik fisik dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah, terdiri dari chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter pH, temperatur; sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik ataupun senyawa anorganik (Hidayat, 2008). Standar Baku Mutu Air Sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82/2001 tentang Standar Baku Mutu Air Sungai dapat dinyatakan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Standar Baku Mutu Air Sungai PP 82/2001 No
Paramater
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
1
Suhu (Celcius)
De3
De3
De3
De5
2
pH
6–9
6–9
6–9
6–9
3
TSS (mg/L)
50
50
400
400
4
COD (mg/L)
10
25
50
100
5
BOD (mg/L)
2
3
6
12
6
NH3 (mg/L)
0,5
-
-
-
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Salatiga, 2013 Keterangan: De3 = Different Equivalent 3 *Perbedaan suhu air & udara yang normal maksimal 3º Celsius lebih dari itu berarti melebihi baku mutu
7
Penjelasan 4 (empat) kelas sesuai klasifikasi dan kriteria mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dapat dilihat sebagai berikut: Kelas 1: air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 2: air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 3: air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas 4: air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (KLH, 2011) 2.6 Produktivitas Padi Sawah Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Dewan Produktivitas Nasional dalam Husien, 2002). Maka dari itu produktivitas dalam penelitian ini menunjuk pada persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh petani padi sawah. Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu usaha (Herjanto, 2007). 8
Di bawah ini adalah Tabel Luas Panen Produktivitas dan Produksi Tanaman Padi Tahun 2013: Tabel 2.2. Luas Panen Produktivitas dan Produksi Tanaman Padi Tahun 2013 Wilayah Indonesia Jawa Tengah Salatiga
Jenis Tanaman Padi Padi Padi
Luas Panen (Ha) 13.835.252 1.845.447 1.302
Produktivitas (Ton/Ha) 5,152 5,606 5,728
Produksi (Ton) 71.279.709 10.344.816 7.457,86
Sumber: BPS, 2014
2.7 Kualitas Air Irigasi dan Produktivitas Padi Sawah Sistem irigasi bagi tanaman padi sawah berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk menjamin produksi padi sawah. Luas tanah atau sawah di daerah irigasi dibagi–bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan irigasi itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air sungai disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan yang terdiri atas saluran–saluran air dengan bangunan pengendali. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplai air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan intensitas panen per tahun. Tersedianya air berkualitas bagi irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produktivitas padi sawah (Yusri, 2011). Penyediaan air irigasi ditetapkan dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang irigasi, khususnya Pasal 36 yaitu: “Air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian yang maksimal, diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya”. Untuk memperoleh hasil yang optimal, pemberian air harus sesuai dengan jumlah dan waktu yang diperlukan tanaman (Adi, 2011)
9