5
TINJAUAN PUSTAKA Persepsi Body Image pada Remaja Persepsi Body Image Citra berarti gambaran, kesan, serta bayang-bayang yaitu suatu pengalaman sentral atau yang disadari (Chaplin 1995). Drever (1988) juga mengatakan bahwa citra adalah gambaran yang didasarkan oleh pegalaman indera. Tubuh adalah struktural individu dilihat dari proporsi badan secara keseluruhan dan anggota badan (Chaplin 1995). Selain itu juga tubuh didefinisikan sebagai bagian sentral suatu organisme yang mendukung anggotaanggota badan, dan kepala. Salah satu sumber dalam pembentukan persepsi tentang diri adalah image (gambaran) tentang tubuh atau raga, sering disebut juga sebagai body image, yaitu penampilan diri, sikap terhadap raga sendiri dan konstitusi raga dalam persepsi individu tentang raga. Hal ini menyangkut bagaimana individu melihat tubuhnya pada saat bercermin dan juga pengalaman yang pernah dialami dan dirasakannya mengenai tubuhnya itu. Menurut Suryanie (2005) body image (citra raga) adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnnya maupun mengenai seluruh tubuhnya, berdasarkan penilaian sendiri. Selanjutnya citra raga dapat mendatangkan perasaan senang atau tdak senang terhadap tubuhnya sendiri. Honigman dan Castle dalam Melliana (2006) mengatakan bahwa body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuhnya, bagaimana seseorang menilai dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana “kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya”. Sebenarnya apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif. Menurut Germov & Williams (2004) body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri, gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang negatif.
6
Body image adalah gambaran mengenai tubuh seseorang yang terbentuk dalam pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri. Menurut Thompson et all. (1999) menyatakan bahwa body image adalah evaluasi terhadap ukuran tubuh seseorang, berat ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah kepada penampilan fisik, dimana evaluasi ini dibagi menjadi tiga area yaitu komponen persepsi, yang secara umum mengarah kepada keakuratan dalam mempersepsikan ukuran (perkiraan terhadap
ukuran
tubuh),
komponen
subyektif
yang
mengarah
kepada
kepuasaan, perhatian, evaluasi kognitif dan kecemasan serta komponen perilaku, yang memfokuskan kepada penghindaran individu terhadap situasi yang mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap penampilan fisiknya sendiri. Body image pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita, sedangkan tubuh yang kekar dan berotot adalah yang ideal bagi pria (Germov & Williams 2004). Wanita yang langsing sering kali dianggap cantik dan sehat serta menjadi idaman para lakilaki. Sedangkan kegemukan dianggap sebagai hal yang memalukan. Gemuk itu dianggap jelek, lemah, tidak punya kendali,malas dan tidak punya ambisi (Biber 1996). Banyak faktor yang mempengaruhi body image yaitu pengalaman saat ini dan masa lampau, perkembangan tingkat kognitif, dan pembentukan jati diri. Faktor lainnya adalah tingkat ketertarikan terhadap lawan jenis, besar ukuran tubuh dan penampakan fisik, hubungan dengan saudara dan teman sebaya, dan tingkat pencapaian individu yang ideal. Waktu dan laju kematangan juga menjadi faktor penting dalam pembentukan jati diri (Mandleco 2004). Penilaian body image yang dikembangkan oleh Stunkard (1983) dalam Bulik et al. (2001) adalah dengan menggunakan gambar sembilan siluet tubuh manusia. Gambar ini bisa digunakan untuk menganalisis persepsi contoh yang berumur 18 tahun keatas. Dari sembilan gambar tersebut dikembangkan lima pertanyaan: gambar yang paling mirip dengan ukuran tubuh contoh, gambar bentuk tubuh remaja Indonesia saat ini, gambar tubuh ideal yang diinginkan, gambar bentuk tubuh yang dianggap paling sehat dan gambar bentuk tubuh pasangan idaman. Dari kelima pertanyaan tersebut contoh harus memilih gambar yang mereka anggap paling sesuai dengan pendapat mereka.
7
Berdasarkan jawaban contoh tersebut, kita dapat melihat kecenderungan persepsi contoh terhadap konsep body image. Di bawah ini merupakan gambar dari body image.
Gambar 1 Skala body image
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka disimpukan bahwa body image adalah gambaran mental, persepsi, pikiran dan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik. Gambaran mental tersebut berbicara tentang apa yang dirasakan individu, seperti kepuasannya terhadap tubuhnya, perhatian dan kecemasan terhadap tubuh, dan sikap berupa penilaian positif atau negatif terhadap tubuh. Remaja Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan bilologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan social-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Semakin banyak ahli perkembangan yang menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kaira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk pada kira-kira setelah usia 15 tahun minat pada karir, pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam masa remaja akhir ketimbang dalam masa remaja awal (Santrock JW 2003).
8
Menurut Yusuf (2001), pada masa remaja juga berkembang sikap “conformity” yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi dirinya. Pertumbuhan yang cepat pada berat badan dan tinggi badan merupakan awal dimulainya masa remaja. Pertumbuhan tubuh yang pesat disebut pula dengan growth sprut. Kematangan (growth sprut dan menarche/spermache) sangat bervariasi pada seseorang dengan umur kronologi yang sama, karena itu evaluasi pertumbuhan tidak dapat mengandalkan hanya pada umur kronologi (Riyadi 2003). Pada masa remaja, terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang cukup baik jumlah maupun macamnya (Depkes 1997). Laju pertumbuhan anak wanita dan anak pria hamper sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara pria baru dapat menyusul dua tahun kemudian. Puncak pertambahan berat dan tinggi badan wanita tercapai pada usia masing-masing 12,9 dan 12,1 tahun, sementara pria pada 14,3 dan 14,1 tahun. Menarche akan terjadi sekitar 9-12 bulan setelah itu (Arisman 2004). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan (food habit) merupakan cara individu atau kelompok individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Menurut Khumaidi (1989) kebiasaan makan didefinisikan sebagai tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Kebiasaan makan juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata karma makan, frekuensi makan seseorang, pola makan yang dimakan, kepercayaan makanan (misalnya pantangan), distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (misalnya suka atau
9
tidak suka), dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan ada yang baik dan ada yang buruk. Kebiasaan makan yang baik adalah kebiasaan makan yang dapat mendorong terpenuhinya kecukupan zat gizi, sedangkan kebiasaan makan yang buruk adalah kebiasaan makan yang dapat menghambat terpenuhinya kecukupan zat gizi. Kebiasaan terbentuk dalam diri seseorang sebagai akibat dari proses yang diperoleh dari lingkungan yang meliputi aspek kognitif, afeksi, dan psikomotorik (Berg 1986). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Menurut Khumaidi (1989) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktror ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia yang meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan agama serta lingkungan ekonomi. Sedangkan faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia antara lain asosiasi emosional, keadaan jasmani, dan kejiwaan, serta penampilan yang lebih terhadap mutu makanan. Kebiasaan makan berubah-ubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti keadaan alam, tempat tinggal/lingkungan, kebudayaan, kebutuhan biogenik, psikogenik, pengetahuan, kepercayaan, sikap dan sistem nilai seseorang atau masyarakat sekeliling (Sastroamidjojo 1995). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh (Hardinsyah & Martianto 1992). Konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor serta pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan dapat berlainan dari tiap individu serta masyarakat. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia, tingkat pendapatan, serta tingkat pengetahuan gizi (Harper, Deaton & driskel 1986). Konsumsi pangan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh akan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya. Kelebihan konsumsi pangan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dapat mengakibatkan timbulnya gizi lebih. Oleh karena itu, setiap orang harus mengkonsumsi sejumlah makanan yang
10
sesuai dengan kecukupannya berdasarkan usia, ukuran tubuh, serta aktivitasnya (Hardinsyah & Martianto 1992). Mengukur konsumsi pangan dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dapat menggunakan metode recall konsumsi pangan dan penimbangan makanan. Data mengenai konsumsi pangan perorangan dapat dicapai dengan pengukuran atau recall makanan yang dimakan selama jangka waktu tertentu (Suhardjo, Hardinsyah & Riyadi 1988). Penilaian konsumsi pangan dibagi atas dua bagian besar yang mencakup: penilaian konsumsi pangan secara kuantitatif dengan metode recall (mengingat) dan record (mencatat). Kedua penilaian tersebut sering digunakan pada penelitian yang ketepatan jumlah konsumsi zat gizi seperti pada penelitian klinis atau penelitian intervensi. Sedangkan riwayat makan dan frekuensi makan terutama dipakai untuk penilaian kualitatif konsumsi pangan seseorang. Kedua cara ini bisa dipakai untuk menghitung konsumsi zat gizi. Cara ini sering digunakan pada penelitian-penelitian epidemiologis yang melihat asosiasi antara konsumsi pangan dalam waktu lama terhadap kesehatan atau timbulnya penyakit (Gibson 1990). Food Recall 24 Jam Metode food recall 24 jam merupakan salah satu metode dalam melakukan survei konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak digunakan dan paling mudah digunakan (Arisman 2004). hal ini perlu diketahui bahwa dengan menggunakan metode recall 24 jam maka data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi pangan individu ditanyakan secara lebih jelas dan teliti dengan menggunakan alat ukur rumahtangga seperti sendok, gelas, piring, mangkuk, dan lain-lain (Supariasa et al 2002). Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan
11
zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Gibson 2005). Metode ini cukup baik diterapkan dalam survei terhadap suatu kelompok masyarakat karena setiap orang telah memiliki menu yang relatif tetap selama seminggu kecuali pada hari libur tertentu atau ketika mereka diundang menghadiri jamuan tertentu. Keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden, kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, kemampuan responden dalam memperkirakan ukuran makanan yang telah dimakan, dan derajat motivasi. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam maka sebaiknya dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut) tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari (Arisman 2004). Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila dia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas
yang
sesuai
dengan
kesehatan
jangka
panjang,
dan
yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara social dan ekonomi (Almatsier 2006). Energi dibutuhkan tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolism basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi dalam keadaan tidur. Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun dan memelihara sel-sel jaringan tubuh.
Fungsi
protein
lainnya
yaitu
pertumbuhan
dan
pemeliharaan,
pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sumber energi.
12
Akibat kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (balita). Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus (Almatsier 2006). Zat Besi Besi merupakan zat mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.besi mempunyai beberapa fungsi esensial bagi tubuh, yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkur electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier 2006). Vitamin A Vitamin A merupakan sala satu jenis vitamin yang dapat larut dalam lemak. Vitamin A merupakan suatu Kristal alcohol berwarrna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Vitamin A berfungsi sebagai penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2006). Vitamin C Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Fungsi dari vitamin C adalah sebagai sintesis kolagen, sintesis karnitin, noradrenalin, serotonin, absorpsi dan metabolism besi, absorpsi kalsium, mencegah infeksi, dan mencegah kanker serta penyakit jantung (Almatsier 2006). Status Gizi Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi (Khomsan 2002a).Menurut Riyadi (2001) status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi merupakan komponen integral dan memiliki implikasi yang vital terhadap status kesehatan individu. Status gizi anak dapat mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan
dan
terjadinya
masalah
kesehatan
berhubungan dengan gizi (Parvanta et al. 1994; Baskin et al. 2005).
yang
13
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi konsumsi makanan dan keadaan kesehatan. Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah faktor pertanian, ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. Secara tidak langsung pengetahuan tentang gizi berpengaruh terhadap status gizi seseorang (Riyadi 2006). Menurut Riyadi (2001) menyatakan bahwa ada berbagai cara untuk menilai status gizi, yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Cara penilaian status gizi tersebut dapat digunakan secara tunggal (satu indikator saja) tetapi akan lebih efektif jika digunakan secara gabungan/lebih dari satu indikator. Satoto (1993) menjelaskan bahwa status gizi merupakan hasil konsumsi pangan ke dalam tubuh dengan berbagai perubahan kesehatan dalam bentuk ukuran dan struktur tubuh manusia yang biasanya diukur dengan antropometri. Dengan demikian pada prinsipnya status gizi dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu terpenuhinya pangan yang mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dan peranan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan kebutuhan zat gizi tersebut. Menurut Berk (1993) status gizi merupakan keadaan kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan konsumsi zat gizi yang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penilaian status gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa makin kurus seseorang, makin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Cadangan tersebut berasal dari kelebihan energi yang berasal dari makanan. Pada orang dewasa yang kesehatannya normal, cadangan energi tersimpan dalam bentuk jaringan lemak atau jaringan adiposa (Khumaidi 1994). Hubungan antara kecukupan energi dan status gizi merupakan hubungan timbal balik yang disebut keseimbangan energi. Indeks Massa Tubuh (IMT) tersebut digunakan sebagai indikator status gizi karena rasio berat badan dan kuadrat tinggi badan tersebut cukup baik dipakai sebagai indikator status gizi, bila dihubungkan dengan kesegaran dan kemampuan kegatan fisik. Pada lokakarya antropometri gizi yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan (1975) dinyatakan tiga ukuran yang dianggap tetap secara internasional diakui yaitu: berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan ukuran LLA
14
(Roedjito 1989). Dalam penelitian status gizi WHO menganjurkan tiga indeks yaitu: berat badan terhadap umur, tinggi badan terhadap umur dan berat badan terhadap tinggi badan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Besar Keluarga Menurut BKKBN (1998), besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Besar keluarga dapat dilihat dari jumlah anggota keluarganya, sedangkan untuk bentuk keluarga dibagi atas: keluaarga inti (terdiri dari sepasang suami istri dengan anak-anaknya) dan keluarga dalam arti luas (keluarga yang tidak terbatas hanya pada keluarga inti, melainkan terdiri dari beberapa generasi selain orangtua dan anaknya terdapat pula kakek, nenek, paman, bibi, saudara sepupu, menantu, dan cucu) (Suhardjo 1989). Menurut BKKBN (1998), besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluara besar (≥ 7 orang). Besar keluarga berkaitan dengan pendapatan perkapita keluarga yang akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga. Pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika anggota keluarga yang harus diberi makan jumlahnya sedikit terutama pada keluarga yang berpenghasilan rendah (Suhardjo 1989). Pendidikan Pendidikan seseorang akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang. Faktor ekonomi dan pendidikan merupakan faktor dominan yang dapat menentukan mutu gizi yang seimbang dan derajat kesehatan yang optiml sehingga dapat berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia yang terbentuk (Syarif 1997 dalam Istianassari 2004). Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan individu. Orang yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memilih
makanan
yang
lebih
baik
kualitasnya
daripada
orang
yang
berpendidikan rendah (Suhardjo 1989). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula. Hal ini dimungkinkan seseorang memiliki informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik pula (Sediaoetama 1991).
15
Pekerjaan Suhardjo
(1989)
menyatakan
bahwa
tingkat
pendidikan
akan
berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Bila mereka bekerja maka akan diupah lebih tinggi disbanding dengan orang yang berpendidikan
rendah.
Jenis
pekerjaan
yang
dilakukan
individu
akan
berpengaruh terhadap besar pendapatan yang diterimanya. Menurut Suhardjo (1989) kemampuan individu menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas dipengaruhi oleh pendapatan dan daya beli yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan secara tidak langsung melalui pendapatan dapat mempengaruhi kebiasaan individu. Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang konsumen (Sumarwan 2003). Faktor pendapatan memiliki peranan penting dalam persoalan gizi dan kebiasaan makan keluarga yaitu tergantung pada kemampuan keluarga untuk membeli pangan yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut. Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan. Meskipun demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi hampir berlaku umum terhadap semua tingkat pendapatan (Suhardjo 1989). Besar kecilnya pendapatan yang diterima keluarga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status pekerjaan, maka semakin besar pendapatan keluarga (Suhardjo 1989). Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, dan interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindar seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, juga dapat diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri atau melalui
alat
komunikasi
seperti
membaca
surat
kabar
dan
majalah,
16
mendengarkan radio dan menyaksikan siaran televisi atau melalui penyuluhan kesehatan/gizi (Suhardjo 1996). Individu
yang
memiliki pengetahuan gizi baik
akan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan
pangan,
sehingga konsumsi
pangan mencukupi kebutuhan
(Nasoetion & Khomsan 1995). Suatu pengetahuan gizi yang kurang akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang baik adalah makanan yang mahal (Karyadi 1990). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1995). Senam Senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas/banyak atau menyeluruh dari latihan-latihan yang dapat membangun atau membentuk otot-otot tubuh seperti: pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain sebagainya. Senam atau latihan tersebut termasuk juga: unsur-unsur jungkir balik, lompatan, memanjat, dan keseimbangan (Frank MG 1960). Sedangkan menurut Hidayat I (1970) senam juga merupakan latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti: kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan (KONI 2011). Senam dibagi menjadi dua bagian yaitu senam artistik (artistic gymnastics) dan senam ritmik(modern rhytmic). Senam artistik terbagi menjadi dua disiplin senam yaitu senam artistik putra (man artistic gymnastic) dan senam artistik putri (woman artistic gymnastic). Masing-masing disiplin mempunyai nomor perlombaan sebagai berikut: 1) Senam artistik putra (man artistic gymnastic), terdiri dari enam alat, yaitu:
17
a. Lantai (floor exercises) b. Gelang-gelang (rings) c. Kuda pelana (pommel horse) d. Palang sejajar (parallel bors) e. Palang tunggal (horizontal bors) f.
Meja lompat (table vaulting)
2) Senam artistik putri (woman artistic gymnastic), terdiri dari empat alat, yaitu: a. Meja lompat (table vaulting) b. Palang bertingkat 9uneven bars) c. Balok keseimbangan (balance beam) d. Lantai (floor exercise) Senam artistik selain menarik juga dapat meningkatkan kebugaran tubuh bagi pelakunya. Sebab, senam merupakan bentuk aktivitas fisik yang melibatkan beberapa unsur pendukung terjadinya proses kebugaran tubuh. Aktivitas fisik tersebut sangat mempengaruhi perkembangan seluruh komponen (organ) tubuh manusia secara utuh. Artinya, dengan melakukan aktivitas senam tersebut, organ tubuh dapat berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Sehingga, secara otomatis kebugaran tubuh dapat dicapai dengan baik (Aka BA 2009). Senam ritmik adalah senam irama yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama. Senam irama dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat. Alat yang biasa digunakan dalam senam ritmik ini antara lain tali, bola, tongkat, simpe/hola hop, dan gada. Manfaat senam ritmik ini adalah dapat membakar lemak berlebihan dalam tubuh, meningkatkan daya tahan jantung, merupakan suatu program penurun berat badan, dan memperbaiki penampilan otot paha, lengan, pinggang, perut dan dada (Nurochim GA 2009). Renang Renang merupakan olahraga yang dilakukan di air dan bisa dilakukan berbagai usia, baik laki-laki maupun perempuan. Pada tingkat kemajuan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam olahraga saat ini, prestasi perenang tidak semata-mata ditentukan kemahiran tekniknya saja, tetapi ditentukan kesiapan perenang serta dipenuhi faktor pendukung yang lain secara maksimal. Adapun faktor pendukung yang harus diperhatikan dalam pencapaian prestasi renang
18
yang baik adalah latihan fisik, diet, dan psikologi olahraga. Dalam renang ada empat gaya yang dilombakan yaitu gaya crawl, gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu (Hendromartono 1997). Kecepatan seorang perenang diperoleh dari 2 kekuatan, satu kekuatan cenderung menahan disebut tahanan atau hambatan yang disebabkan air yang didesak perenang atau yang dibawa serta. Hambatan terdiri dari tiga jenis yaitu hambatan dari depan, hambatan yang berupa gesekan air dengan kulit (badan), dan hambatan yang berupa kisaran air di belakang perenang atau hambatan ekor (Hendromartono 1997).