NASKAH PUBLIKASI
BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS
Disusun Oleh : KARTINA RISA YULIANTI DWI ASTUTI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
1
2
NASKAH PUBLIKASI
BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing Utama
(Yulianti Dwi Astuti, S,Psi; M.Soc.Sc)
3
BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS
Kartina Risa Yulianti Dwi Astuti
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana body image pada remaja putri yang mengalami obesitas. Subjek atau responden dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu remaja putri yang tergolong obesitas, dengan rentang usia antara 12-21 tahun. Masa remaja awal yaitu usia 12-15 tahun, masa pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Pengukuran obesitas setiap responden penelitian yaitu berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut World Health Organization (WHO 2000). Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara dengan interview guide sebagai panduan percakapan yang terdiri dari tujuh aitem pertanyaan. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, dengan langkah-langkah berupa pembuatan tema-tema untuk kemudian memasukkannya ke dalam sub kategori dan kategori yang selanjutnya diperoleh model body image pada remaja putri yang mengalami obesitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara umum remaja putri yang mengalami obesitas belum betul-betul dapat menerima kondisi tubuhnya, karena itu mereka melakukan upaya-upaya untuk merubah bentuk tubuhnya dan body image pada remaja yang mengalami obesitas dipengaruhi oleh usia perkembangan remaja. Kata kunci : Body image, Remaja putri, Obesitas
4
PENGANTAR Gambaran diri (body image) merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang, karena setiap individu akan memiliki pandangan terhadap dirinya sendiri. Biasanya seseorang akan mengetahui sosok dirinya melalui orang lain terutama orang-orang terdekat. Pandangan orang lain atau penilaian orang lain mengenai dirinya akan menunjukkan suatu hal yang sangat berarti. Terlebih lagi hal tersebut berkaitan dengan gaya atau penampilan dirinya di depan khalayak ramai. Stuart dan Sundeen (Salbiah, 2003) mengungkapkan bahwa gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru dari setiap individu. Sehingga penilaian orang lain terhadap diri seseorang akan sangat mempengaruhi penilaian mengenai gambaran dirinya (body image). Hal serupa juga diungkapkan oleh Keliat (Salbiah, 2003) bahwa gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya memiliki dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya dalam menerima dan mengukur bagian dari tubuhnya pada dasarnya dapat memunculkan rasa aman, mengurangi rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Wanita sering kali membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh wanita lain, yang menurutnya hal tersebut dapat memberikan penilaian mengenai gambaran dirinya (body image). Dengan memiliki bentuk tubuh yang bagus, kulit
5
yang mulus, wajah yang cantik seolah memberikan kepuasan dalam diri mereka. Tetapi terkadang seseorang memiliki pemikiran tentang bentuk tubuhnya yang tidak ideal atau yang kurang bagus dibandingkan dengan orang lain maka hal tersebut akan menimbulkan berbagai pandangan dalam diri mereka, terutama bagi para remaja yang masih berkembang. Masa-masa pubertas merupakan salah satu masa yang sangat penting bagi remaja dimana mulai ada berbagai penilaian mengenai diri mereka, salah satunya adalah penilaian tentang bagaimana gaya berpenampilan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Wright (Santrock, 2002) mengatakan bahwa salah satu yang pasti tentang aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada remaja adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Kesibukkan dengan citra tubuh seseorang sangat kuat selama remaja, tetapi kesibukkan itu secara khusus meningkat selama masa pubertas, yaitu suatu masa ketika remaja awal lebih tidak puas dengan tubuh mereka daripada akhir remaja. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (1980) bahwa pada umumnya remaja putri merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang ada, hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Namun peneliti menemukan ada sebagian dari remaja yang tidak mengalami masalah body image, hasil survei awal yang telah peneliti lakukan di Ambarukmo Plaza (AMPLAZ) yaitu salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta, terdapat beberapa remaja putri yang walaupun memiliki badan yang obes akan tetapi ia tetap percaya diri untuk tampil di depan umum. Bahkan gaya
6
berpakaiannya tidak kalah modis atau menarik dengan remaja putri yang berbadan normal (ideal). Dari pendapat sebagian orang-orang menyatakan dengan gaya yang demikian justru menciptakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang memandang, karena individu tersebut terlihat lebih lucu dan menggemaskan. Walaupun ada juga yang memiliki pendapat yang berbeda namun ia tetap dapat tampil bebas dan percaya diri. Terdapat beberapa sebutan khas untuk mereka yang berbadan gendut, pendek dan muka bulat yaitu “si chubby” yang artinya tidak kalah menarik seperti panggilan “si cute” atau “si manis” yang biasanya diberikan hanya untuk orang-orang yang berbadan normal (ideal). Peneliti melakukan interview dengan tiga orang yang mengalami obesitas. Hasil wawancara dengan salah satu responden penelitian yang berinisial (DW), (DW) merupakan salah satu mahasiswi baru di sebuah universitas yang cukup ternama di Yogyakarta. (DW) mengaku sejak SMP bentuk tubuhnya sudah mulai mengalami perubahan terutama pada berat badannya, awalnya (DW) tidak begitu menyadari dan menganggap pertumbuhan pada badannya adalah sebuah kewajaran, akan tetapi semakin hari bobot badannya semakin bertambah hingga SMA (DW) merasa badannya sangat gemuk sekali. Sejak saat itu mulai banyak kritikan-kritikan mengenai bentuk tubuhnya yang gemuk, bahkan (DW) sering mengalami ejekan dan celetukan-celetukan yang membuat dirinya sedih dan sedikit merasa minder dengan teman-teman yang lainnya. (DW) menuturkan “aku sering mbak diejek-ejekin gitu dengan teman-teman aku, awalnya aku sempet minder and malu gitu mba, tapi lama-lama aku belajar untuk lebih tegar. Lagi pula semakin sering aku diejek-ejekin gitu aku akan semakin menjadi orang yang
7
tegar, karena walau bagaimanapun aku gak mau berubah karena orang lain, aku mau tetep jadi seperti diri aku. Emangnya salah apa kalau aku gendut ?”. “Lagian dari situ aku jadi bisa menilai mana orang-orang yang tulus mau temenan sama aku… … … ”. “aku gak mau orang-orang nemenin aku karena fisik aku doang, aku mau mereka nemenin aku karena otak aku,… … ..” Peneliti juga mewawancarai seorang remaja yang saat ini sekolah di sebuah SMA Swasta di Yogyakarta. Responden berinisial (RH), dari hasil wawancara (RH) juga memiliki respon yang hampir sama dengan subjek sebelumnya. (RH) mengatakan bahwa sejak SD badannya mulai terasa gemuk dan bobotnya semakin lama terasa terus bertambah sampai SMA. Awalnya (RH) minder dengan bentuk tubuhnya namun karena adanya dorongan dari keluarga terutama dari ibunya sehingga (RH) berusaha untuk tampil percaya diri dan apa adanya. Berikut penuturan (RH) “aku sempet sebel juga sedih mbak kalo tementemen aku ngejekin aku… .. tapi kalo temen-temen yang cewek si gak ada yang ngejekin aku mbak, yang sering itu anak-anak cowok. Aku tu kesel, emangnya orang gendut itu harus digituin yah ? tapi lama-lama aku PD aja kalo emang udah takdir… … . Pada dasarnya aku selalu yakin kalau mereka itu orang-orang baik, tar juga kalau mereka udah capek diem sendiri,,,, eh tapi sebagian dari temen-temen cowok juga ada yang muji aku lho, katanya kalo aku kurus sebenernya aku tu cantik dan manis. Hahaha… … ..”. Hasil interview dengan responden ketiga, yaitu seorang siswi kelas 1 SMP Swasta di Sleman, inisial (IC). dari hasil wawancara (IC) menyatakan bahwa mulai ada perubahan dengan bentuk tubuhnya sejak mengalami menstruasi pada
8
kelas 6 SD, dimana saat itu (IC) merasa ada keganjilan dengan bentuk tubuhnya yang semakin hari semakin terasa berat, (IC) sering melihat bentuk tubuhnya di cermin, dan (IC) beranggapan bahwa perubahan yang terjadi padanya adalah sebuah kewajaran, hingga saat ini badannya tumbuh semakin tinggi dan bobot badannya semakin bertambah. (IC) mengakui bahwa semenjak adanya perubahan dari bentuk tubuh, banyak teman-teman yang terkadang iseng mengolok-oloknya. Menurut penuturannya “aku tu, sering si mbak, diejekin dikata-katain,, ih,,, besar,, besar,,, sama temen-temen sekelas aku yang cowok. Bahkan ada satu guru Sejarah ku yang suka banget ngomongin aku, ngejekin gitu,, kesel banget,, tapi aku berusaha untuk nunjukkin sesuatu yang beda dengan temen-temen aku”. “aku berani tampil, misalnya jadi pemimpin upacara,, kebetulan badan ku besar dan suara ku juga besar..”.”Temen-temen banyak yang salut sama keberanian aku, aku juga banyak ikut kegiatan-kegiatan di sekolah jadi gak masalah buat aku memiliki badan yang sebesar ini”. Responden (DW) sering menerima ejekan dari teman-temannya tapi (DW) berusaha untuk tetap tegar dan cuek dengan lingkungan sekitarnya. Memiliki badan yang tergolong obesitas tidak menjadikan (DW) minder dan menarik diri dari lingkungannya, bahkan apa yang terjadi pada dirinya dapat dijadikan sebuah pelajaran dan motivasi agar dirinya dapat menjadi orang yang lebih tegar. Begitupun dengan (RH), walau (RH) terkadang mendapatkan ejekan dan olokan dari teman-teman sekolahnya, namun (RH) berusaha untuk tetap tampil PD dan apa adanya. Sementara (IC) juga merasa memiliki badan yang besar bukanlah suatu masalah yang berarti. (IC) justru berusaha untuk menunjukkan potensi yang
9
ada dalam dirinya. (IC) ingin menampilkan sesuatu yang berbeda pada dirinya, dibandingkan dengan temen-teman yang selama ini sering mengejeknya. Remaja putri yang memiliki kelebihan berat badan (obes) akan merasa kurang percaya diri untuk tampil apa adanya di depan umum, perasaan minder dan takut ditolak oleh temannya merupakan hal yang sering menyelimuti pikiran mereka. Terkadang untuk mencapai tubuh yang normal (ideal) mereka melakukan berbagai cara seperti berolah raga, diet, bahkan rela mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk konsultasi khusus ke ahli gizi dengan harapan semua usaha tersebut dapat membantu mereka mencapai tubuh yang normal. Namun ternyata peneliti juga menemukan ada sebagian remaja putri yang mengalami obesitas tidak mengalami masalah dengan gambaran dirinya (body image). Karena itu dalam hal ini, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana body image pada remaja putri yang memiliki kelebihan berat badan (obesitas).
METODE PENELITIAN A. Responden Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan tiga orang responden penelitian yaitu remaja putri yang berada pada masa perkembangan atau masa transisi dari usia anak-anak ke remaja. Rentang usia remaja itu sendiri menurut Monks dkk (2002) yaitu antara usia dua belas tahun sampai duapuluh satu tahun (12-21 tahun), yang dibagi dalam masa remaja awal yaitu usia dua belas tahun sampai lima belas tahun (12-15 tahun), masa pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir yaitu 18-21 tahun.
10
Dengan karakteristik responden penelitian sebagai berikut : 1. Remaja putri. 2. Usia responden yaitu antara 12-21 tahun, hal ini dimaksudkan karena kebanyakan dari remaja putri cenderung sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya dalam hal ini yaitu perubahan bentuk tubuh berupa bertambahnya berat badan di luar dari batas barat badan normal yaitu obesitas. 3. Memiliki berat badan yang tergolong obesitas, dalam penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui kategori remaja yang mengalami obesitas maka peneliti menggunakan rumus IMT (Indeks Masa Tubuh) yang telah peneliti ungkapkan di bab sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk mencari subjek yang tepat untuk mendukung penelitian sehingga data yang dihasilkan dapat lebih akurat.
B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan in-Depth interview yaitu dengan melakukan wawancara mendalam mengenai pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan subyek dalam kehidupannya sehari-hari. Wawancara menurut Gulo (2002) merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat
11
menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.
C. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data kualitatif, Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006) mengungkapkan bahwa analisis kualitataif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
D. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh gambaran tentang bagaimana body image remaja putri yang mengalami obesitas. Setelah menjabarkan temuan penelitian berupa tema-tema ke dalam sub kategori dan kategori maka selanjutnya dilakukan pembahasan berupa gambaran dinamika psiklogis dari masing-masing responden. a. Responden pertama Responden pertama penelitian ini merupakan remaja akhir. Awal mula responden menyadari adanya perubahan pada bentuk tubuh yaitu ketika responden sering bercermin dan melihat bentuk pipinya yang semakin tembam, tubuhnya terlihat semakin membesar dan bagian-bagian dari tubuh seperti lengannya terlihat lebar ketika memakai baju, perutnya semakin
12
membuncit, pahanya terlihat bulat dan lebar juga betisnya terlihat besar. Selain itu responden juga merasa pakaian yang biasa digunakannya semakin hari terasa semakin sempit, pada saat SMA responden mulai merasa sulit untuk mencari ukuran baju untuknya, responden sering mengeluhkan jika setiap kali ingin membeli baju di toko atau mal merasa sulit untuk menemukan ukuran bajunya karena ukuran bajunya XL, itupun terkadang masih terasa sempit maka responden menggunakan baju dengan ukuran XXL. Karena itu responden sering mengeluhkan sangat merasa kesulitan untuk mencari ukuran baju untuknya. Responden mengakui sering mendapatkan tanggapan dari temantemannya mengenai bentuk tubuhnya yang terlihat semakin gemuk. Sehingga untuk lebih meyakinkan mengenai gambaran bentuk tubuhnya, responden terkadang membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh perempuan lain yang memiliki bentuk tubuh normal atau ideal. Responden mengakui bagian-bagian dari tubuhnya memang terlihat berbeda dengan bentuk tubuh perempuan lain, responden juga terkadang membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh perempuan yang juga memiliki tubuh gemuk. Muncul pemikiran dalam diri responden “bagaimana seandainya bentuk tubuhnya sama seperti bentuk tubuh perempuan gemuk yang dilihatnya tersebut” rasa khawatir memiliki tubuh yang gemuk mulai disadari responden dan meyakini jika ternyata dirinyapun memiliki bentuk tubuh yang sama dengan bentuk tubuh perempuan gemuk yang di lihatnya tersebut.
13
Responden menyadari jika tubuhnya semakin gemuk disebabkan karena tidak mampu untuk menahan nafsu makannya sehingga makannya banyak. Saat SMA responden mengakui selalu ingin makan banyak dan pada awal kuliahpun responden wajib makan sehari tiga kali dan sebagian besar waktu yang dilewati setiap harinya di habiskan untuk makan. Tetapi sekarang porsi makannya sedikit berkurang sehari hanya dua kali makan saja, yaitu di siang dan pagi hari, karena di pagi hari saat bangun tidur perutnya sering merasa lapar. Selain itu yang menyebabkan responden semakin gemuk yaitu karena responden sering makan camilan yang porsinya cukup banyak, dalam sehari di sela istirahat kuliah responden menghabiskan camilan lima sampai enam macam makanan seperti kue-kue, roti, gorengan dan aneka ragam makanan lainnya. Responden juga mengakui jarang sekali melakukan aktifitas fisik, setiap pulang kuliah karena jadwal kuliah yang padat sehingga responden lebih sering menggunakan waktu luangnya untuk tidur. Responden sangat menginginkan bentuk tubuh ideal yang terlihat berisi, yang menurutnya tidak terlihat terlalu kurus seperti peragawati atau terlihat terlalu gemuk seperti bentuk tubuhnya saat ini, sehingga dirinya bisa menggunakan baju seperti standar ukuran baju perempuan pada umumnya. Menurutnya jika dirinya bisa menggunakan ukuran baju “L” itu berarti tubuhnya sudah kurus dan responden ingin memiliki tubuh yang terlihat berisi atau “montok” yaitu yang memiliki payudara dan pantat yang besar. Memiliki tubuh gemuk membuat responden merasa tidak PD karena pakaiannya takut terlihat terlalu ketat dan tidak pantas untuknya, sehingga
14
setiap kali ingin memakai baju selalu binggung ingin memilih baju yang cocok untuk dikenakannya. Karena bila ada orang yang melihatnya, responden merasa takut ada yang salah dengan baju atau dengan bentuk tubuhnya. Responden juga mengakui karena tubuhnya gemuk sering merasa malu untuk berhadapan dengan orang lain, dirinyapun merasa takut jika orang lain tidak mau berteman dengannya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Katchadourian (Fuhrmann, 1990) ia menyatakan bahwa obesitas memiliki dampak yang buruk, karena remaja putri yang obesitas menjadi terlihat kurang menarik dan mereka mengira bahwa dirinya tidak disukai oleh orang lain. Perasaan kesal muncul dalam pemikirannya karena memiliki bentuk tubuh yang tidak sama dengan teman-teman yang lainnya. Hal ini semakin dirasakan olehnya karena responden sering menerima ejekan dari teman-temannya, terlebih lagi ibunya sangat
menuntutnya
agar
menurunkan
berat
badannya.
Responden
menyatakan sangat membenci perlakuan ibunya tersebut karena responden merasa sangat tertekan dengan tuntutan-tuntutat ibunya yang terlalu sering untuk menginggatkannya, tekanan tersebut semakin dirasakannya ketika ibunya sering “mengatainya” saat ngobrol dengan tetangga dan hal tersebut membuatnya semakin malu untuk bertemu dengan orang lain. Responden memiliki komunikasi yang baik dengan keluarganya, hubungannya dengan ibunya diakui cukup dekat di bandingkan dengan hubungan teman-temannya terhadap ibu mereka. Responden mengakui sering sekali bersikap manja dengan ibunya, bahkan setiap hal yang diinginkannya harus dapat dipenuhi. Namun responden juga mangakui sering terjadi konflik
15
antara dirinya dengan keluarganya, terutama pada ayahnya. Pada saat masih kecil dirinya merasa sering tertindas dengan sikap ayahnya yang selalu memarahinya tanpa sebab. Responden merasa sering diperlakukan tidak adil, dirinya menganggap orang tuanya lebih perhatian kepada kakaknya (sibling revalry). Responden sering merasa sedih karena kehadirannya kurang begitu dianggap oleh orang tuanya. Namun seiring pertumbuhannya, responden mencoba untuk mengungkapkan perasaan tertekannya selama ini kepada ayahnya dan setelah dirinya dewasa responden merasa orang tuanya berbalik lebih menyayanginya. Baginya hanya ibu yang bisa mengerti dan menyayanginya, walaupun dalam hal yang berkaitan dengan kegemukan responden sangat tidak menyukai sikap ibunya. Responden berusaha memahami kekhawatiraan ibunya karena dirinya gemuk ibunya takut tidak ada “teman cowok” yang akan menyukainya. Namun saat ini responden mengakui jika telah memiliki teman spesial “pacar” sejak dari SMA. Baginya pacar memiliki arti yang sangat besar dalam hidupnya, karena selain tempatnya untuk berbagi juga sebagai salah satu orang yang bisa tulus menyayangi dan melindunginya. Pacarnya tidak pernah mengekangnya dan menuntut agar dirinya memiliki badan yang kurus. Namun responden mengakui ingin mengubah penampilannya agar dapat tampil lebih menarik sehingga pacarnya tidak bosan dengan dirinya karena memiliki tubuh gemuk, selain itu responden juga berkeinginan mengubah bentuk tubuhnya agar mudah mencari ukuran baju yang pas untuknya, responden beranggapan jika dirinya kurus orang-orang yang melihatnya akan menilai dirinya seksi dan
16
cantik sehingga dirinyapun akan memiliki lebih banyak teman. Hurlock (1980) menyatakan bahwa penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya akan membuat remaja menjadi lebih diterima. Berbagai cara yang dilakukan responden untuk menurunkan berat badannya yaitu mengatur pola makannya, dengan tidak makan nasi pada saat sarapan pagi, makan malam dilakukan sebelum jam 7 dan pada saat lapar di malam hari hanya makan sedikit roti untuk mengganjal rasa laparnya. Selain itu responden juga berusaha untuk mengurangi porsi camilannya, bahkan teman-teman pernah mengajaknya untuk lari, fitness dan senam bersama namun dirinya merasa kurang percaya diri untuk mengenakan pakaian olah raga sehingga responden melakukan olah raga di kosannya dengan menggunakan CD aerobic dan barble sendiri namun sekarang jarang digunakan olehnya. Responden mengakui pernah melakukan fitness untuk menurunkan berat badannya dan berhasil turun 2 Kg, namun hal tersebut tidak memberikan efek apapun pada badannya. Karena responden merasa dirinya telah berusaha untuk menurunkan berat badannya dengan mengurangi porsi makan dan meyakini berat badannya belum turun karena memang belum waktunya sehingga berusaha untuk menerima keadaan dirinya saat ini. Dirinya mensyukuri karunia yang diberikan Allah untuknya dan meyakini jika dirinya juga memiliki kelebihan seperti orang lain dan yakin suatu saat nanti akan kurus. Karena tubuhnya gemuk maka membuatnya lebih tegar untuk menghadapi orang-orang yang biasa mengacuhkannya. Responden mengakui tidak ingin orang lain menganggap dirinya minder karena memiliki badan
17
gemuk sehingga berusaha menjalani hidup dengan baik walau dalam dirinya terjadi “perang batin” namun responden berusaha mengatasinya dengan bersikap lebih cuek. Responden tidak ingin membohongi dirinya sendiri dan mengambil sisi positif dari tanggapan orang lain tentangnya untuk menjadi sebuah masukan agar lebih baik. Menururt Freud (Alwisol, 2004) ketika individu berada dalam situasi tertekan atau situasi mengancam maka individu tersebut akan melakukan mekanisme pertahanan diri (Defense mechanism) dengan cara memutar-balikan kenyataan sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau di ubah sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam. Saat ini responden cenderung lebih memperdulikan gaya dan penampilannya. Responden sering melakukan “mix and match” model pakaian yang akan dikenakan setiap harinya, sehingga menurutnya
bisa
menambah keindahan pakaian yang dikenakannya. Selain itu responden juga sering memperhatikan hal-hal detil yang ada dalam dirinya, seperti kebersihan wajah, warna kulit, kemulusan kulit, bahkan sandal yang akan digunakan dalam setiap moment sangat diperhatikan olehnya. Responden menyatakan “walaupun gemuk namun ingin tetap terlihat cantik” seperti perempuan yang memiliki bentuk tubuh normal atau ideal. Hal ini sejalan dengan Mighwar (2006) yang menyatakan bahwa salah satu minat terkuat pada remaja yaitu minat untuk menampilkan diri. Dimana minat menampilkan diri tidak hanyak mencakup pakaian, tetapi juga perhiasan, kerapian, daya tarik dan bentuk tubuh yang sempurna.
18
Untuk memperjelas pembahasan mengenai gambaran body image pada remaja akhir yang mengalami obesitas, dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :
19
PENYEBAB KEGEMUKAN ? Tidak mampu menahan nafsu makan ? Terlalu banyak ngemil ? Jarang melakukan aktivitas fisik
PERSEPSI INDIVIDU OBESITAS ? Menyadari bentuk tubuh ? Terjadinya perubahan pada bagian-bagian tubuh
DAMPAK KEGEMUKAN ? Kurang PD ? Malu berhadapan dgn orang lain ? Takut ditolak ( rejection )
MOTIVASI ? Ingin memiliki tubuh ideal ? Ingin merubah bentuk tubuh
PERILAKU THD BENTUK TUBUH Merubah bentuk tubuh dengan cara ? Mengatur pola makan ( diet ) ? Olahraga
GAGAL
? Ibu menuntut untuk kurus ? Dukungan pacar
PERASAAN ? Berusaha untuk menerima kondisi tubuh ? “Biar gemuk ingin terlihat cantik”
Gambar 1. Gambaran Body image Pada Remaja Akhir Yang Mengalami Obesitas
20
b. Responden kedua Responden kedua penelitian ini merupakan remaja yang berada pada tahap pertengahan. Responden menyadari mengalami kegemukan karena adanya perubahan dengan bentuk tubuhnya. Pada saaat SMP bagian-bagian dari tubuhnya semakin membesar dan berat badannya drastis naik sampai 90 Kg. Bagian-bagian tubuhnya yang mengalami perubahan yaitu pada bagian betis yang menurutnya terlihat besar, bagian lengannya juga dirasakan semakin membesar, kemudian terjadi perubahan pada bagian paha dan merasa di perutnya terdapat banyak timbunan lemak karena semakin lama perutnya semakin membesar dan timbul lipatan-lipatan pada dinding perutnya. Karena responden
ingin
bentuk
tubuhnya
terlihat
ideal,
responden
sering
membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh temannya yang juga memiliki tubuh yang gemuk, selain itu untuk lebih meyakinkan dirinya responden juga terkadang meminta pendapat dari ibunya mengenai bentuk tubuhnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hvighurst (Mighwar, 2006) bahwa remaja seringkali merasa khawatir jika dirinya tidak menarik atau bila penampilannya tidak sesuai dengan yang semestinya. Responden mengakui jika tubuhnya gemuk disebabkan karena terlalu banyak ngemil, saat masih kecil responden telah membiasakan diri untuk makan camilan sehingga kebiasaaan tersebut terbawa sampai sekarang dan responden merasa kesulitan untuk menahan nafsunya agar tidak terlalu banyak ngemil. Selain itu responden juga menyatakan tubuhnya gemuk karena dirinya malas untuk berolah raga, terutama olah raga lari. Selama ini responden hanya
21
berolah raga pada saat jam olah raga di sekolah saja, itupun terpaksa dilakukannya karena mata pelajaran olah raga tersebut wajib untuk diikuti oleh seluruh siswa di sekolah. Responden menyatakan jika dirinya sangat ingin memiliki bentuk tubuh seperti perempuan yang umumnya memiliki tubuh normal atau ideal. Tubuh ideal menurutnya yaitu adanya keseimbangan antara tinggi dan berat badan. Sementara tinggi badannya saat ini terbilang ideal untuk wanita yaitu 161 Cm namun karena bobot badannya 80 Kg sehingga tubuhnya terlihat tinggi dan besar, untuk itu dirinya sangat ingin menurunkan berat badan agar tubuhnya bisa terlihat lebih ideal. Adanya perubahan dengan bentuk tubuhnya membuat responden merasa kurang percaya diri terutama saat berhadapan dengan lawan jenis, responden menyatakan krisis percaya diri tersebut semakin dirasakannya jika berhadapan dengan lawan jenis yang disukainya karena takut lawan jenis tersebut minder saat berdekatan dengannya. Terlebih lawan jenis yang disukainya tersebut memiliki banyak hubungan dengan perempuan lain yang lebih cantik dan menarik dibandingkan dengan dirinya. Sebelum memiliki teman spesial “pacar” responden sering merasa sedih dan murung, dirinya merasa Tuhan tidak adil karena memberinya tubuh gemuk sehingga tidak akan ada lelaki yang akan menyukainya. Responden merasa minder saat temanteman mengucilkannya, responden mengakui sering mengeluh dalam hati “apakah tidak ada seorangpun yang dapat menyayangi orang gendut seperti dirinya”. Responden juga mengakui sering merasa sakit hati karena teman-
22
teman sering mengejeknya sehingga responden merasa sedih karena dirinya di anggap berbeda dengan teman-teman, tetapi dirinya berusaha untuk menguatkan diri dan yakin akan ada hikmah dari semua ejekan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Dariyo (2004) bahwa remaja yang gemuk, yang tidak mampu menerima keadaan dirinya kemungkinan akan memiliki persepsi negatif yaitu menganggap dirinya merasa ada kekurangan. Karena merasa ada kekurangan pada dirinya maka menyebabkan remaja merasa minder atau kurang percaya diri (lack of self-confidance) dalam pergaulan. Namun saat ini responden mengakui jika telah memiliki teman spesial “pacar” yang sayang padanya. Sejak hadirnya pacar dalam hidupnya ternyata memberikan nuansa baru baginya, walaupun terkadang responden merasa malu jika sedang bersama dengan pacarnya karena takut pacarnya malu memiliki pacar gemuk seperti dirinya. Remaja putri yang memiliki masalah kelebihan berat badan memiliki rasa kecemasan dan ketakutan apabila tidak dapat diterima oleh lawan jenisnya karena tubuhnya yang tidak ideal (Centi 1993). Tetapi menurut responden pacarnya tidak mempermasalahkan bentuk tubuhnya, pacarnya justru memberikan dukungan padanya agar jangan merasa sedih saat dikucilkan oleh orang lain dan mengingatkannya untuk menjaga pola makannya agar tubuhnya tetap sehat. Responden mengakui memiliki penyakit mag yang terkadang sering kumat karena pola makannya tidak teratur. Menurut responden saat SMA adalah masa dimana dirinya sangat ingin memiliki banyak teman, karena itu responden mulai memperhatikan
23
gaya berpenampilannya untuk menarik lawan jenis. Responden mengakui memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis lebih dari satu orang. Responden menganggap hal tersebut sebuah prestasi yang bisa dibanggakan dihadapan teman-temannya. Orang tua responden melarang untuk menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis. Bahkan sering terjadi konflik antara responden dengan kedua orang tuanya karena orang tua responden lebih menginginkan agar dirinya fokus dengan pelajaran di sekolahnya, namun responden tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Hubungan responden dengan orang tuanya cukup dekat, responden sering sharing dengan orang tuanya ketika mengalami suatu masalah. Bagi responden orang tua adalah orang yang paling mengerti dan bisa memahami dirinya, ibu responden juga sering membantunya untuk menurunkan berat badannya. Ketika responden sangat ingin meurunkan berat badan, ibunya menyiapkan menu spesial untuknya agar dietnya bisa berhasil namun responden mengakui sering merasa capek dan tersiksa karena harus membatasi porsi makannya sementara bobot badannya belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan olehnya, karena itu keinginan untuk melakukan diet tersebut sering diabaikan olehnya dan responden kembali pada pola makannya semula. Proses diet tersebut biasanya hanya bertahan selama tiga atau empat hari saja. Cara lain yang dilakukan oleh responden untuk menurunkan berat badannya yaitu dengan meminum minuman diet berupa teh herbal “teh tiensi” dan responden mengakui semenjak minum teh tersebut
24
bobot badannya semula 90 Kg sekarang bisa mencapai 80 Kg dan proses diet dengan minum “teh tiensi” tersebut masih dijalankan olehnya sampai saat ini. Responden mengakui sangat ingin sekali menurunkan berat badannya karena menurutnya hampir semua lelaki menginginkan perempuan yang cantik dan memiliki tubuh yang kurus, sehingga dirinya merasa takut pacarnya akan menyesal telah memilihnya dan akan meninggalkannya. Selain itu responden juga pernah mengalami keadaan dimana dirinya dijadikan sebagai salah satu contoh oleh orang lain sebagai bentuk tubuh yang kurang terawat, sehingga hal tersebut memotivasi dirinya agar dapat menguruskan badan dan berpenampilan menarik dengan menggunakan pakaian yang bagus seperti perempuan pada umumnya yang memiliki tubuh normal atau ideal. Remaja sering merasa tidak puas dengan penampilannya sehingga ia sering menyalahkan penampilannya untuk memperoleh dukungan sosial. Alasan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut karena hampir semua remaja meyakini fisik yang ideal berdasarkan dari berbagai sumber individu ideal dalam kelompok seksnya. Selain itu juga karena adanya kepercayaan tradisional tentang penampilan yang pantas bagi jenis seks tertentu yang cenderung mewarnai penerimaan remaja puber terhadap perubahan bentuk tubuhnya (Mighwar, 2006). Untuk memperjelas pembahasan mengenai gambaran body image pada remaja tengah yang mengalami obesitas, dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :
25
PENYEBAB KEGEMUKAN ? Terlalu banyak ngemil ? Malas melakukan olahraga
PERSEPSI INDIVIDU OBESITAS ? Menyadari bentuk tubuh ? Terjadinya perubahan pada bagian-bagian tubuh
? ? ? ?
DAMPAK KEGEMUKAN Kurang PD saat berhadapan dgn lawan jenis Minder Merasa ditolak ( rejection ) Merasa berbeda)
MOTIVASI ? Ingin memiliki tubuh ideal ? ingin merubah bentuk tubuh
PERILAKU THD BENTUK TUBUH Merubah bentuk tubuh dengan cara ? Mengatur pola makan ? Minum teh diet
Berhasil turun 10 kg
? Ibu memberikan dukungan ? Pacar memberikan dukungan
PERASAAN ? Bahagia ? Lebih PD
Gambar 2. Gambaran Body image Pada Remaja Tengah Yang Mengalami Obesitas
26
c. Responden ketiga Responden ketiga dalam penelitian ini merupakan remaja yang berada pada tahap awal perkembangan remaja. Responden menyadari dirinya gemuk setelah mengalami menstruasi. Sejak menstruasi responden merasa ada beberapa bagian dari tubuhnya yang mengalami perubahan. Perubahan yang paling dirasakan olehnya yaitu pada tinggi badannya, tinggi badannya saat ini 160 Cm, dan bobot badannya saat ini mencapai 75 Kg. Hal tersebut membuat responden merasa terlihat lebih dewasa jika dibandingkan dengan temanteman sebayanya. Bagian perut dan pahanya terasa semakin besar, dan responden merasa karena bobot badannya semakin bertambah gemuk membuatnya sulit untuk lari sekencang dulu lagi. Terjadinya perubahan fisik pada remaja putri menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena harus mulai menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan perubahan tubuh yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat menimbulkan rasa kekhawatiran bila bentuk badannya tidak sebagus bentuk badan teman sebayanya (Sarwono, 2002). Kegemukan yang dialami responden saat ini menurutnya disebabkan karena semenjak menstruasi hormon yang ada dalam tubuhnya terasa meningkat, hal tersebut memicu nafsu makannya juga ikut meningkat sehingga responden kesulitan untuk menahan nafsu makan tersebut dan membuatnya semakin gemuk. Responden sangat menginginkan memiliki tubuh ideal, tubuh ideal menurutnya bentuk tubuhnya bagus, berta badannya seimbang antara tinggi dan berat badannya, langsing seperti artis Velove Vexia. Memiliki badan
27
gemuk seperti dirinya saat ini membuatnya merasa berbeda dengan temanteman sebayanya, responden juga mengakui jika teman-temannya sering mengejek bentuk tubuhnya sehingga membuatnya sedih dan sakit hati. Teman-teman sering mengejeknya sebagai “perempuan besar” atau “cewek jumbo”. Namun responden berusaha untuk menerima ejekan tersebut, dan tetap berusaha bersikap baik terhadap perlakuan dari teman-temannya tersebut. Responden berharap jika dirinya bisa diperlakukan sama seperti teman-teman sebayanya dan dapat diterima dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Ruff (Sulaiman, 1995) yaitu bahwa untuk dapat diterima dalam kelompok-kelompok remaja (peer group) selama masa remaja, seseorang tidak boleh terlalu berbeda dengan yang lainnya dalam hal “Physical Appearance”. Apabila ada anak yang terlalu berbeda dengan temanteman yang lain, maka ia akan ditolak oleh kelompoknya atau akan diberikan nama panggilan (nickname) yang bersifat menghina. Responden menyatakan jika dirinya memiliki sifat agak tertutup dengan orang lain (introvert), hubungannya dengan keluarga cukup dekat namun hanya sebatas sering ngobrol, bercanda dan menghabiskan waktu bersama. Setiap masalah yang dialaminya hanya dipendam sendiri karena menurutnya takut jika permasalah yang dialaminya hanya untuk membebani orang tua. Selama ini keluarga yang paling dekat dengannya yaitu kakak sepupunya, karena menurutnya hanya kakak sepupunya yang bisa mengerti dan
memberinya
dukungan.
Ada
beberapa
kejadian
seperti
kasus
perkelahiannya dengan temannya di sekolah, awalnya responden cerita dengan
28
ibunya namun ternyata dirinya justru dimarahi sehingga responden merasa enggan untuk cerita lagi dengan kelurganya mengenai setiap masalah yang dihadapinya. Responden mengaku lebih nyaman untuk menulis di buku diary (buku harian) daripada harus bercerita dengan orang lain. Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan kegemukan yang dialaminya, ibu responden sangat membantunya untuk melakukan program pelangsingan badan, ibunya sangat memperhatikan menu makanannya setiap hari. Selain itu responden juga mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti olah raga basket dan voli sehingga bisa membantunya menurunkan bobot badannya. Responden
merasa
dukungan
dari
ibunya
membuatnya
ingin
menurunkan berat badan agar dirinya tidak terlalu merasa minder karena bentuk tubuhnya berbeda dengan teman-temannya yang lain. Karena pada saat bermain bersama dengan teman-teman responden sering kali merasa jika tubuhnya berbeda dengan tubuh teman-teman sebayanya. Selain itu responden juga merasa ingin sekali memiliki tubuh seperti teman-temannya, responden sering mengeluhkan karena tubuhnya gemuk sehingga sulit mencari ukuran baju yang pas untuknya, tidak seperti teman-temannya yang bisa dengan leluasa memilih ukuran baju sesui dengan yang mereka inginkan. Responden kesulitan memilih ukuran baju karena ukuran bajunya saat ini XL dan ukuran baju XL untuk anak seumurannya sangat sulit untuk di dapatkannya. Santrock (2003) menyatakan bahwa banyak remaja yang mengalami obesitas merasa bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik dalam kehidupannya bila saja mereka bisa menurunkan berat badannya.
29
Responden mengakui jika dirinya lebih suka berpenampilan seperti teman-teman lelakinya. Karena itu penampilan responden saat ini cenderung terlihat “tomboy” seperti laki-laki. Responden lebih banyak menghabiskan waktunya bermain bersama dengan teman-teman, walaupun sebagian temanteman di sekolahnya banyak yang mengejeknya namun responden mengakui jika di rumahnya responden memiliki banyak teman lawan jenis yang bisa menemaninya. Strang (Mighwar, 2006) menyatakan jika konformitas remaja, seperti dalam berpakaian, menunjukkan keinginan mereka untuk diterima masuk sebagai anggota dan rasa takut mereka dari ketidaksamaan atau dikucilkan. Saat ini responden juga mengakui memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis “pacar”, dengan hadirnya pacar membuat responden merasa ada orang yang bisa menyayangi, membutuhkannya, mengerti dan juga menerima dirinya. Namun baginya pacar hanya tempat untuk bercerita tentang pengalamannya. Untuk memperjelas pembahasan mengenai gambaran body image pada remaja awal yang mengalami obesitas, dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :
30
PENYEBAB KEGEMUKAN ? Tidak dapat menahan nafsu makan
PERSEPSI INDIVIDU OBESITAS ? Menyadari bentuk tubuh ? Terjadinya perubahan pada bagian-bagian tubuh
DAMPAK KEGEMUKAN ? Merasa berbeda dengan teman sebaya ? Malu karena ukuran tubuh teman-teman lebih kecil dari bentuk tubuhnya
MOTIVASI ? Ingin memiliki tubuh ideal ? Ingin merubah bentuk tubuh
PERILAKU THD BENTUK TUBUH ? Melakukan usaha menurunkan berat badan ? Cuek ? Bersikap baik terhadap temanteman.
? Ibu memberikan dukungan ? Pacar memberikan dukungan
Cenderung Menerima Kondisi Tubuh
Gambar 3. Gambaran Body image Pada Remaja Awal Yang Mengalami Obesitas
31
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran diri seseorang dapat dipengaruhi oleh persepsi mengenai perubahan bentuk tubuh yang dialami oleh individu yang mengalami obesitas, selain itu juga dipengaruhi oleh tanggapan orang-orang sekitar mengenai perubahan kondisi tubuh yang dialami tersebut. Sehingga individu obes berkeinginan memiliki tubuh ideal dan merubah bentuk dengan cara melakukan diet (mengurangi porsi makan), mengurangi camilannya dan berolah raga. Sementara penyebab dari kegemukan tersebut karena tidak mampu menahan nafsu makannya, terlalu banyak ngemil dan kurang melakukan akifitas fisik. Dampak dari obesitas itu sendiri bagi individu obes adalah kurang PD, malu berhadapan dengan orang lain, malu berhadapan dengan lawan jenis, malu karena ukuran tubuhnya berbeda dengan ukuran tubuh teman sebaya, merasa minder dan merasa ditolak (rejection). Namun individu tersebut mendapatkan dukungan dari ibunya, responden merasa ibunya dapat memberikan dukungan agar dirinya tidak merasa minder dengan kondisi tubuhnya saat ini. Selain itu responden juga memperoleh dukungan dari pacar mereka, pacar mereka dapat menerima kondisi tubuh mereka saat ini dan dapat dengan tulus menyayangi mereka sehingga responden merasa dirinya juga dapat diperlakukan sama seperti orang lain. Sehingga dengan adanya dukungan tersebut membuat individu obes bersikap cuek pada lingkungannya, tetap bersikap baik dengan teman dan orang lain yang ada di lingkungan sosialnya. Pada individu yang berhasil menurunkan berat badannya mamunculkan perasaan bahagia dan merasa menjadi lebih percaya diri. Sementara pada individu yang belum berhasil menurunkan berat badannya
32
tetap melakukan upaya-upaya penurunan berat badannya dan beranggapan walaupun gemuk namun ingin tetap terlihat cantik. Untuk memperjelas pembahasan mengenai gambaran body image pada remaja yang mengalami obesitas, dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :
33
PENYEBAB KEGEMUKAN ? Tidak dapat menahan nafsu makan ? Terlalu banyak ngemil ? Jarang melakukan aktivitas fisik
PERSEPSI NDIVIDU OBESITAS ? Menyadari bentuk tubuh ? Terjadinya perubahan pada bagian-bagian tubuh
? ?
? ? ?
DAMPAK KEGEMUKAN Kurang PD Malu berhadapan dgn orang lain, lawan jenis dan malu karena ukuran tubuh temanteman lebih kecil dari bentuk tubuhnya Minder Merasa ditolak (rejection) Merasa berbeda
MOTIVASI ? Ingin memiliki tubuh ideal ? Keinginan merubah bentuk tubuh
PERILAKU THD BENTUK TUBUH Merubah bentuk tubuh dengan cara ? Mengatur pola makan (diet) ? Olahraga
? Ibu memberikan dukungan ? Pacar memberikan dukungan
BERHASIL (pada remaja tengah) ? Berhasil turun 10 kg
PERASAAN ? Bahagia ? Lebih PD
GAGAL (pada remaja awal & remaja akhir)
PERASAAN ? Berusaha untuk menerima kondisi tubuh “Biar gemuk ingin terlihat cantik”
Gambar 4. Body image Pada Remaja Putri Yang Mengalami Obesitas
Ibu menuntut untuk kurus
34
Penelitian ini telah menghasilkan sebuah model gambaran body image yang didasarkan pada data dari responden. Model body image tersebut mewakili gambaran body image pada individu yang mengalami obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Croll (http://www.epi.umn.edu) menyatakan bahwa body image dipengaruhi oleh media, keluarga, teman sebaya (Peer Group) dan lingkungan sosial. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa body image pada remaja putri yang mengalami obesitas dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya (Peer group), dan lingkungan sosialnya, selain itu juga dipengaruhi oleh usia perkembangan pada remaja. Penelitian ini masih memiliki banyak kelemahan. Diantaranya adalah belum adanya informasi tambahan dari nara sumber lain atau orang terdekat responden untuk lebih menguatkan serta mengkroscek data yang diperoleh dari responden yang diteliti, sehingga bisa lebih menambah data yang lebih lengkap dan menghasilkan analisis yang lebih akurat. Sebelumnya peneliti telah melakukan proses pencarian informasi dari nara sumber lain, namun peneliti menemukan beberapa kendala seperti hubungan responden dengan ibu responden yang mengalami suatu konflik internal keluarga sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya wawancara, sementara itu hubungan responden dengan teman-temannya tidak terlalu dekat sehingga informasi yang diperoleh masih sangat dangkal, oleh sebab itu peneliti hanya memusatkan sumber informasi pada responden penelitian saja. Personal document (berbagai foto aktifitas responden, buku catatan harian responden) tidak dipergunakan dalam memperkuat atau memperlengkap data penelitian, dan belum adanya observasi mengenai berbagai
35
aktifitas yang dilakukan oleh masing-masing responden dalam kesehariannya untuk menguatkan data penelitian.
E. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara umum remaja putri yang mengalami obesitas belum betul-betul dapat menerima kondisi tubuhnya, karena itu mereka melakukan upaya-upaya untuk merubah bentuk tubuhnya. Body image pada remaja yang mengalami obesitas dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya (Peer group), dan lingkungan sosialnya. Selain itu body image juga dipengaruhi oleh usia perkembangan remaja. Hal ini dapat dilihat pada ketiga responden yang mewakili tahap perkembangan yang berbeda, yaitu sebagai berikut : 1. Pada responden pertama : Responden pertama yang berumur 20 tahun (tahap remaja akhir) cenderung menerima kondisi tubuhnya dan berusaha untuk menjalani hidupnya dengan cara merubah penampilan diri agar dapat terlihat lebih menarik dan berpikiran positif terhadap orang lain yang memberikan pandangan negatif terhadap bentuk tubuhnya. 2. Pada responden kedua : Responden kedua yang berumur 16 tahun (tahap remaja tengah) berhasil merubah bentuk tubuhnya
menjadi lebih ideal menurutnya, seperti berat
badan turun 10 Kg sehingga responden cenderung merasa bahagia menerima kondisi tubuhnya saat ini dan meyakini dengan bentuk tubuh yang dimiliki
36
saat ini dapat menarik lawan jenis. Karena bagi responden dapat disenangi oleh lawan jenis merupakan suatu kepuasan tersendiri. 3. Pada responden ketiga : Responden ketiga yang berumur 13 tahun (tahap remaja awal) cenderung menerima kondisi tubuhnya saat ini, tetapi responden merasa berbeda dgn teman sebaya dan malu karena ukuran tubuh teman-teman lebih kecil dari bentuk tubuhnya sehingga responden meyakini dirinya terlihat lebih dewasa jika dibandingkan dengan teman sebayanya. karena itu responden melakukan usaha menurunkan berat badannya, ketika ada tanggapan negatif terhadap bentuk tubuhnya responden menanggapi dengan sikap acuh dan tetap menjaga hubungan baik dengan teman-temannya.
F. SARAN 1. Bagi Responden Bagi responden untuk lebih menerima bentuk tubuh yang dimiliki saat ini dengan cara lebih membuka diri dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, selain itu juga mencoba untuk mengikuti berbagai kegiatan positif bersama dengan teman-teman dan tidak menjadikan obesitas sebagai suatu hambatan. Sehingga potensi-potensi yang ada dalam diri dapat lebih di gali dan menjadi suatu kelebihan yang dimiliki. 2. Bagi Keluarga dan Masyarakat Bagi keluarga dan masyarakat untuk lebih memperhatikan segala masukan yang ingin disampaikan pada indivu yang mengalami obesitas, karena hal tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap
37
dirinya. Karena itu sebaiknya keluarga dan masyarakat agar dapat selalu memberikan dukungan dan memotivasi kepada individu yang mengalami obesitas. Karena dengan dukungan dari keluarga dan masyarakat dapat membuat individu yang mengalami obesitas merasa lebih diterima di lingkungannya. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih memperhatikan informasi tambahan dari nara sumber lain atau orang terdekat responden untuk lebih menguatkan serta mengkroscek data yang diperoleh dari responden yang diteliti, sehingga bisa lebih menambah data yang lebih lengkap dan menghasilkan analisis yang lebih akurat. Personal document (buku harian, foto berbagai katifitas responden, dan lain-lain) subjek juga dipergunakan untuk memperkuat atau memperlengkap data penelitian, dan melakukan observasi mengenai berbagai aktifitas yang dilakukan oleh masing-masing responden dalam kesehariannya untuk memperkuat data penelitian.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press Centi, P.J.1993. Mengapa Rendah Diri ?. Cetakan kesepuluh. Yogyakarta : Kanisius Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia Fuhrmann, B. S.1990. Adolescence, Adolescents. Second edition.London : A Division of Scott, Foresman and Company.London, England Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo Hurlock, E. B.1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima.Terjemahan : Istiwidyanti dan Soedjorwo.Jakarta : Erlangga Jersild, A. T.1965. The Psychology Of Adolscence.Second Edition. New York : The Macmillan Company Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung.Pustaka Setia Moleong, L. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono. S.R.2002. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya). Cet-14.Yogyakarta.UGM Press Salbiah. 2003. Konsep Diri. Program Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-salbiah2.pdf. 9/3/2008 Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan remaja). Terjemahan. Jakarta : Erlangga Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi revisi. Jakarta : Grafindo Persada
39
Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja (Dimensi-dimensi Perkembangan). Penerbit Mandar Maju.Bandung
40
IDENTITAS PENULIS Nama Mahasiswa
: Kartina Risa
Alamat
: Jln Sultan Agung No-50, Rt/Rw 002/003 Link. IV Way-Halim, Bandar Lampung. (35141)
Nomor HP
: 0817278083