KONSEP DIRI REMAJA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS Ajeng Furida Citra1 Retnaningsih2 1,2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 1642, Jawa Barat 2
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi konsep diri remaja awal yang mengalami obesitas, dan juga faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada remaja awal. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Subjek penelitian terdiri dari tiga orang yang memiliki karakteristik perempuan, berusia antara 10-14 tahun, obesitas dan bersekolah di bangku SD atau SMP. Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa subjek pertama dan ketiga memiliki konsep diri positif meskipun mengalami obesitas. Subjek kedua memiliki konsep diri negatif. Penyebab terjadinya obesitas pada subjek pertama adalah faktor eksternal yaitu pola makan yang berlebihan sementara subjek kedua dan ketiga sudah mengalami obesitas sejak kecil dan obesitas yang dialami lebih disebabkan faktor genetik. Pada subjek kedua faktor genetik ini juga ditambah oleh kurangnya aktivitas fisik subjek. Sementara pada subjek ketiga selain karena faktor genetik, subjek juga memiliki pola makan yang berlebihan dan juga kurangnya aktivitas fisik subjek serta kebiasaan subjek yang sering mengalihkan diri pada makanan jika sedang merasa kesal. Kata Kunci: konsep diri, remaja, obesitas
SELF-CONCEPT IN EARLY ADOLESCENCE GIRLS WITH OBESITY Abstract The aim of this reseach is to identify factors influencing self-concept in early adolescensce with obesity and factors influencing the obesity. This is a descriptive reaserch using qualitative approach. Interview and observation is using for the data collecting. The participants of this research are three people with characteristics such as woman with age range between 10-14 years old and student at elementary school or junior high school. The result shows that the first and third participants have positive self-concept even though they obese, but the second participant has negative self-concept. The cause of obesity for the first participant is external factor such as excessive eating behavior, but the second and third participants because of genetic factor. It was getting problematic because of the eating behavior showed by the participants. Key Words: self-concept, adolescence, obesity
166
Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009
PENDAHULUAN Saat ini banyak ditemukan makanan cepat saji yang praktis namun dapat berdampak negatif bagi tubuh. Semua yang serba instant membuat individu merasa dimanjakan dan akhirnya menikmatinya tanpa mempertimbangkan pengaruhnya bagi tubuh dan kesehatan. Hal-hal tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya obesitas (Mu’tadin, 2002). Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing dan proporsional, merupakan idaman baginya. Papalia, Olds, dan Feldman (2004) mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang dibutuhkannya. Berdasarkan pada hasil penelitian, ditemukan bahwa obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak atau kurang olahraga, emosi, dan faktor lingkungan (Mu’tadin, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin majunya suatu bangsa maka individu yang mengalami obesitas juga meningkat dan berkembang menjadi masalah kesehatan global yang sangat penting. Bagi remaja awal, khususnya perempuan, penampilan fisik merupakan hal yang sangat penting karena pada masa ini individu mulai banyak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan juga lawan jenisnya. Walaupun saat ini banyak orang yang berlomba-lomba menyuarakan bahwa kecantikan dari dalam lebih penting dari pada sekedar kecantikan lahiriah, tapi tidak dapat dipungkiri
Citra, Retnaningsih, Konsep Diri …
bahwa penampilan dapat memengaruhi bagaimana individu memandang dirinya dan akhirnya akan memengaruhi konsep dirinya. Pada tahap remaja awal individu mulai memantapkan konsep diri yang dimilikinya melalui pengalaman yang diterimanya dari lingkungan dan juga bagaimana individu memandang dirinya sendiri. Pengalaman berinteraksi dengan keluarga, lingkungan termasuk teman sebaya merupakan hal-hal yang dapat memengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Pengalaman yang menyenangkan akan memberikan pengaruh positif bagi terbentuknya konsep diri seseorang, begitu pula sebaliknya. Konsep diri dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk penampilan fisik. Dengan pandangan masyarakat yang menganggap bahwa kecantikan dilihat dari penampilan dan bahwa “cantik itu langsing,” maka obesitas yang dialami remaja akan berpengaruh terhadap penampilan dan akhirnya memengaruhi konsep dirinya. Oleh karena itu peneliti melihat bahwa penelitian ini penting untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri pada remaja awal yang mengalami obesitas. METODE PENELITIAN Subjek penelitian dengan adalah remaja awal yang mengalami obesitas, berusia 10-14 tahun, sedang menempuh pendidikan pada jenjang SD atau SMP, dan berjenis kelamin perempuan. Subjek penelitian terdiri dari 3 orang. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi. Alat bantu untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan adalah pedoman wawancara dan observasi, alat perekam dan alat tulis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan diorganisasikan, dikelompokkan berdasarkan kategori, tema
167
dan pola jawaban, diuji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, dan dicari alternatif penjelasan bagi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data menunjukkan bahwa ketiga remaja awal yang mengalami obesitas tersebut memiliki gambaran konsep diri yang berbeda-beda. Secara keseluruhan konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Berdasarkan hasil wawancara maupun observasi terhadap ketiga subjek tersebut, subjek pertama dan ketiga menunjukkan konsep diri yang positif sementara subjek kedua menunjukkan konsep diri yang negatif. Subjek pertama menggambarkan dirinya sebagai sosok remaja yang obesitas namun subjek tidak merasa terbenani dengan hal itu. Subjek terlihat aktif dan lincah serta masih senang bergaul dan menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman-temannya. Subjek juga memiliki keyakinan bahwa mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan keadaan fisiknya saat ini subjek tidak merasa dirinya berbeda dengan orang lain dan subjek mampu menerima orang lain yang memiliki kelebihan dari dirinya. Selama ini subjek juga merasa orang lain bersikap baik dan senang terhadap dirinya. Kompetisi juga dipandang subjek sebagai hal yang positif dan subjek senang untul ikut terlibat di dalamnya. Sama halnya dengan subjek pertama, subjek ketiga juga menunjukkan konsep diri yang positif. Menggambarkan dirinya memiliki bentuk tubuh yang obesitas namun tidak merasakan hal itu menjadi sebuah beban bagi dirinya. Subjek juga dapat bersikap wajar dalam menanggapi pujian yang diberikan kepadanya. Selain itu subjek dapat menerima kelebihan yang dimiliki orang lain. Subjek juga dapat menerima kenyataan bahwa setiap orang dapat memiliki
168
keinginan atau perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat. Selain itu subjek juga dapat mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidah disukainya dan berusaha memperbaiki sifatnya itu sedikit demi sedikit. Subjek juga dapat menerima kritik yang diberikan pada dirinya. Sementara itu subjek kedua menunjukkan konsep diri yang negatif. Terlihat dari bagaimana subjek menggambarkan dirinya saat ini sering merasa minder bila berhadapan dengan orang lain dan merasa berbeda dari orang lain karena bentuk tubuhnya. Gambaran diri ideal subjek dan gambaran dirinya saat ini masih terlihat jauh. Subjek juga tidak memiliki keyakinan untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri. Dengan keadaan fisiknya yang mengalami obesitas, subjek merasa dirinya berbeda dengan orang lain dan hal itu membuatnya merasa iri bila melihat orang yang memiliki kelebihan dari dirinya. Hal itu juga sering membuatnya mengurung diri di kamar serta mogok makan. Dilihat dari segi kepribadian, sejauh ini subjek juga tidak pernah mencoba untuk memperbaiki aspek-aspek kepribadian yang tidak disukainya. Ketiga kondisi subjek di atas sesuai dengan pendapat Shavelson dkk dalam Bracken (1996) yang mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi individu tentang dirinya sendiri yang diperoleh melalui interpretasi terhadap pengalaman dari lingkungan. Artinya bahwa konsep diri yang terbentuk dapat berbeda-beda tiap individu tergantung bagaimana membentuk persepsi terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya. Pudjijogyanti dalam Ritandiyono dan Retnaningsih (1996) mengatakan bahwa seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat memengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh tiap individu, karena masing-masing mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda
Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009
terhadap diri sendiri. Konsep diri yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pengalaman, sebaliknya konsep diri juga akan memengaruhi cara seseorang menggunakan pengalamannya (Dacey dan Kenny, 1997). Kondisi obesitas yang dialami ketiga remaja awal tersebut ditafsirkan secara berbeda oleh masingmasing individu dan setiap pengalaman yang menyertai hal itu ditafsirkan secara berbeda olehnya sehingga menghasilkan pembentukan konsep diri yang berbeda pula. Konsep diri terbentuk karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penampilan fisik (Hurlock, 1998). Pada remaja remaja awal khususnya remaja putri, penampilan fisik merupakan hal yang sangat penting karena pada masa ini individu mulai banyak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan juga lawan jenisnya. Selain itu Middelbrook dalam Sarbini (2005) juga mengungkapkan beberapa faktor lain yang memengaruhi pembentukan konsep diri seseorang, yaitu individu dalam hubungannya dengan individu lain yang berarti bagi individu tersebut, lingkungan sekolah dan peranan faktor sosial. Konsep diri positif yang dimiliki subjek pertama didukung oleh faktor individu dalam hubungannya dengan individu lain yang berarti bagi individu tersebut. Faktor sosial juga turut mendukung, hal ini dapat dilihat dari pergaulan subjek yang luas dan senang berteman dengan siapa saja serta merasa orang lain bersikap baik terhadap dirinya sehingga meskipun subjek memiliki keadaan fisik yang obesitas subjek tidak merasa diperlakukan secara berbeda dan subjek juga tetap lincah dan aktif secara fisik. Subjek juga mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang baru dikenalnya. Ejekan dari teman lakilakinya di lingkungan sekolah juga tidak membuat subjek memandang dirinya secara negatif. Lingkungan sekolah subjek yang masih di tingkat SD
Citra, Retnaningsih, Konsep Diri …
membuat tekanan dari kelompok inti belum dirasakan oleh subjek. Sama halnya dengan subjek pertama, konsep diri positif yang dimiliki subjek ketiga didukung oleh faktor individu dalam hubungannya dengan individu lain yang berarti bagi individu tersebut dimana subjek juga memiliki yang hangat dan akrab dengan keluarga dan teman-teman dekatnya. Bahkan subjek sudah menjalin hubungan dengan teman-teman dekatnya selama beberapa tahun terakhir tanpa pernah memiliki masalah di antara mereka. Dari faktor lingkungan sekolah, subjek juga memiliki hubungan yang baik dengan temantemannya dan merasa memiliki kecerdasan dan prestasi yang cukup membanggakan di sekolah. Dari faktor sosial, subjek juga merasa cukup populer dengan keahlian bermain gitar yang dimilikinya Subjek juga mudah dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain. Sementara itu konsep diri negatif yang dimiliki subjek kedua didukung oleh faktor individu dalam hubungannya dengan individu lain yang berarti bagi individu tersebut dimana subjek memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman-teman dekatnya dan subjek merasa teman-temannya memandang dirinya secara negatif. Keadaan fisik yang obesitas memengaruhi hubungan sosial subjek di lingkungan sekolah yang merupakan tempat di mana subjek sebagian besar menghabiskan waktunya. Lingkungan sekolah subjek yang berada pada jenjang SMP juga membuat subjek mulai merasakan tekanan dari peer group untuk berpenampilan sama seperti orang-orang lain di sekelilingnya. Keadaan fisik juga berperan dalam membuat seseorang merasa dirinya berbeda orang lain dan juga dengan teman-teman sekolahnya yang lain (Grum dan Kolenc, 2008). Al-Isa (2004) mengatakan bahwa sebagian besar remaja awal lebih memperhatikan tentang penampilan mereka dibandingkan aspek lain dari diri mereka,
169
dan banyak dari remaja yang tidak menyukai apa yang mereka lihat di kaca. Hal ini terutama terjadi pada remaja perempuan. Ketiga subjek penelitian merupakan remaja awal yang mengalami obesitas. Subjek pertama mengalami obesitas sejak dua tahun terakhir dan lebih disebabkan karena faktor eksternal yaitu pola makan yang berlebihan sementara subjek kedua dan ketiga sudah mengalami obesitas sejak kecil dan obesitas yang dialami lebih disebabkan faktor genetik. Pada subjek kedua faktor genetik ini juga ditambah oleh kurangnya aktivitas fisik subjek. Sementara pada subjek ketiga selain karena faktor genetik, subjek juga memiliki pola makan yang berlebihan dan juga kurangnya aktivitas fisik subjek serta kebiasaan subjek yang sering mengalihkan diri pada makanan jika sedang merasa kesal. Obesitas banyak terjadi pada remaja awal terutama remaja perempuan karena pada saat ini terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan perkembangan dari sel lemak dan penyimpanan lemak tubuh (Hoffman dkk, 1994). Pada saat ini juga individu mengalami tanda-tanda awal dari kematangan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan drastis dalam berat badan dan tinggi badan seseorang (Papalia, Olds, dan Feldman, 2004). Hasil penelitian ini semakin menegaskan riset Irei dkk (2005) yang mengatakan bahwa obesitas yang dialami remaja adalah salah satu masalah serius karena akan memicu dampak lain dari segi kesehatan dan psikologis. SIMPULAN Gambaran konsep diri remaja awal yang mengalami obesitas terbentuk melalui pengalaman dan interaksi subjek yang diperolehnya dari lingkungan dan bagaimana individu tersebut menafsirkan pengalaman yang diperolehnya tersebut.
170
Konsep diri tersebut bisa positif ataupun negatif. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pembentukan konsep diri seseorang yaitu significant others yang bisa berupa teman dekat ataupun keluarga, lingkungan sekolah, peranan faktor sosial dan keadaan fisik atau penampilan fisik yang merupakan hal yang sangat diperhatikan terutama oleh remaja dan menjadi faktor yang sangat berperan dalam pembentukan konsep diri individu. Sementara itu, terlihat juga bahwa obesitas yang terjadi pada remaja awal dapat disebabkan oleh berbagai faktor terutama pola makan yang berlebih dan faktor genetis dari orangtua yang juga mengalami obesitas. Obesitas yang dialami individu tidak hanya berkaitan dengan konsep diri. Obesitas dapat juga berakibat pada aspekaspek kepribadian lainnya pada individu. Untuk itu peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat menggali lebih banyak lagi aspek-aspek kepribadian tersebut. DAFTAR PUSTAKA Al-Isa, A.N. 2004 “Body mass index, overweight and obesity among Kuwaiti intermediate school adolescents aged 10-14 years” European Journal of Clinical Nutrition vol 58 pp 1273-1277. Dacey, J., and Kenny, M. 1997 Adolescent development (2nd ed) Brown and Benchmark Publishers Boston. Grum, D.K., dan Kolenc, J. 2008 “Selfconcept and competitiveness in three national cultures” Studia Psychologica vol 50 pp 290-309. Hoffman, L., Paris, S., and Hall, E. 1994 Developmental psychology today (6th ed.) McGraw-Hill Inc New York. Hurlock, E.B. 1998 Developmental psychology: A life-span approach. McGraw-Hill Inc New York.
Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009
Irei, A.V., Takahashi, H., Le, D.S.N.T., Ha, P.T.N., Hung, N.T.K., Kunii, D., Sakai, T., Matoba, T., and Yamamoto, S. 2005 “Obesity is associated with increased risk of allergy in Vietnamese adolescents” European Journal of Clinical Nutrition vol 59 pp 571-577. Mu'tadin, Z. 2002 Obesitas dan penyebabnya http://www.e-psikologi. com /remaja/130502.htm.
Citra, Retnaningsih, Konsep Diri …
Papalia, D.E., Olds. S.W., and Feldman, R.D. 2004 Human development (9th ed.) McGraw-Hills New York Ritandiyono dan Retnaningsih. 1996 Seri diktat kuliah: Aktualisasi diri Universitas Gunadarma Jakarta. Sarbini 2005 Konsep diri pada pemuda pengangguran Skripsi (tidak diterbitkan) Universitas Gunadarma Depok.
171