PERBEDAAN KUANTITAS TIDUR PADA REMAJA YANG MENGALAMI OBESITAS DAN YANG TIDAK MENGALAMI OBESITAS DI SMA NEGERI 2 DEMAK
ARTIKEL ILMIAH
Oleh : TRI SETYO NUGROHO 010111a118
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 1
LEMBAR PENGESAHAN
Artikel berjudul
Perbedaan Kuantitas Tidur Pada Remaja Yang Mengalami Obesitas Dan Yang Tidak Mengalami Obesitas Di Sma Negeri 2 Demak
Disusun Oleh: Tri Setyo Nugroho 010111a118
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Ungaran,
Februari 2016
Pembimbing Utama
Puji Lestari., S.Kep., Ns., M.Kes.Epid
Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 2
ABSTRAK Remaja sering mengalami gangguan tidur diantaranya kurang kuantitas tidur. Suatu survey di singapura menunjukkan 8%-10% gangguan tidur di alami oleh remaja. Penelitian yang dilakukan Haryono tahun 2009 dengan judul prevalensi gangguan tidur pada remaja usia 12-15 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama mengatakan ada hubungan antara gangguan tidur dengan durasi tidur. Tujuan penelitian mengetahui perbedaan kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Desain penelitian metode komparatif dengan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi seluruh remaja di SMA Negeri 2 Demak pada bulan Januari 2016 sebanyak 1038. Teknik sampling menggunakan kuota sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa obesitas dan 30 siswa tidak obesitas. Alat yang digunakan data primer yaitu pengukuran kuantitas tidur, BB dan TB dan umur. Uji statistik menggunakan uji Independent t test. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kuantitas tidur remaja yang obesitas cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan yang kurang sebanyak 11 responden (36,7%). Sebagian besar kuantitas tidur remaja yang tidak obesitas cukup sebanyak 27 responden (90,0%) dan yang kurang sebanyak 3 responden (10,0%). Ada perbedaan antara kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak dengan nilai p 0,014. Responden yang obesitas maupun tidak obesitas meskipun kuantitas tidurnya tidak jauh berbeda, bagi yang masih kurang tidurnya diharapkan mencukupi kebutuhan istirahat tidurnya yaitu ≥ 7 jam. Kata kunci : Kuantitas Tidur, Remaja, Obesitas Kepustakaan : 25 Pustaka (2001 – 2012)
ABSTRACT Adolescents often have less quantity of sleep disorders including slepp. A survey in Singapore showed 8% -10% of sleep disorders were experienced by adolescents. The research by Haryono in 2009 about the prevalence of sleep disorders in adolescents aged 12-15 years in junior high school states that there was a correlation between sleep disorder and sleep duration. This study aims to find the difference in the quantity of sleep in adolescents with and without obesity at SMA Negeri 2 Demak. This study used a comparative method with the cross-sectional approach. The population in this study were all adolescents at SMA Negeri 2 Demak in January 2016 as many as 1038 students. The data sampling used quota sampling technique. The samples in this study were 30 students with obesity and 30 students without obesity. The data instrument used primary data of measuring quantity of sleep, body-weight, body-height, and age. The statistical analysis used the Independent t-test. The results of this study indicate that most of adolescents with obesity have sufficient quantity of sleep as many as 19 respondents (63.3%) and 11 respondents (36.7%) have lack of quantity of sleep. Most of adolescents without obesity have sufficient quantity of sleep as many as 27 respondents (90.0%) and 3 respondents (10.0%) have lack of quantity of sleep. There is a difference in the quantity of sleep between adolescents with and without obesity at SMA Negeri 2 Demak with p-value of 0.014. Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 3
Respondents with and without obesity even though the sleep quantity is not too different, those who are lacking in quantity of sleep is expected to fulfill their sleep need in accordance with adolescents‟ need is ≥ 7 hours. Keywords : Quantity of sleep, Adolescent, Obesity Bibliographies: 25 (2001-2012) masalah psikiatrik. Kuantitas tidur juga dapat dipengaruhi berbagai hal di lingkungan sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan Tidur adalah suatu aktivitas yang seperti bunyi, cahaya, dan pergerakan dapat dilakukan oleh manusia untuk melepaskan mempengaruhi inisiasi dan kuantitas tidur. kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Tidur Kuantitas tidur yang kurang pada remaja merupakan keadaan seseorang memasuki dapat mengakibatkan terjadinya rasa kantuk alam bawah sadarnya, dimana seseorang yang berlebihan di siang hari dan penurunan masih dapat dibangunkan dengan pemberian tingkat atensi di siang hari. Gangguan rangsangan sensorik atau dengan rangsangan kuantitas tidur dapat menimbulkan efek lainnya. Tidur adalah keadaan tanpa sadar, negatif pada performa di sekolah, fungsi penuh ketenangan dan tanpa kegiatan yang kognitif, dan mood serta mengganggu merupakan urutan siklus yang berulang-ulang. akademik remaja. Faktor lingkungan yang mempengaruhi Penelitian epidemiologi mengungkap kualitas tidur dan dapat menyebabkan bahwa jumlah anak remaja yang mengalami gangguan tidur pada setiap individu yaitu, gangguan tidur semakin meningkat (Garaulet, suara/ kebisingan, ventilasi yang baik, ruang 2010). Penelitian Ohida dkk terhadap siswa dan tempat tidur yang nyaman, suhu yang SLTP dan SMU menunjukkan prevalensi terlalu panas/ terlalu dingin, bau yang tidak gangguan tidur yang bervariasi mulai dari nyaman, serta cahaya/ lampu yang terlalu 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis terang, sehingga kuantitas tidur menjadi tidak gangguan tidur yang dialami. Penelitian yang teratur (Hidayat, 2008). dilakukan oleh Bruni dkk mengenai gangguan Masalah tidur tidak hanya dirasakan tidur dengan menggunakan metode Sleep oleh orang dewasa saja namun kini pada Disturbances Scale for Children mendapatkan remaja pun masalah tidur atau kuantitas tidur prevalensi gangguan tidur pada populasi banyak mereka alami. Kuantitas tidur remaja kontrol 73,4% (Susenas, 2004). perlu perhatian lebih karena berhubungan Menurut WHO tahun 2011 gangguan pada performa sekolah. Pada 20 tahun tidur pada remaja di Amerika menyebutkan terakhir ini, para peneliti mengenai tidur 30-50 juta penduduk remaja Amerika menyadari perbedaan perubahan kuantitas mengalami gangguan tidur dan 5% hingga tidur pada remaja. Perubahan tersebut ialah 10% pada remaja Amerika terkena gangguan jam biologis remaja atau disebut irama tidur kronis. Suatu survey di singapura sirkadian. Pada permulaan masa pubertas, menunjukkan 8%-10%gangguan tidur di fase tidurnya menjadi telat. Untuk terjatuh alami oleh remaja. Sebanyak 28,053 juta tidur menjadi lebih malam dan bangun tidur orang Indonesia yang mengalami gangguan lebih telat pada pagi hari. Dan remaja tersebut tidur atau sekitar 11,7%. 10% di alami oleh lebih waspada pada malam hari dan menjadi kalangan remaja Data ini hanya berdasarkan lebih susah tidur (Potter dan Perry, 2006). indikasi secara umum tidak memperhitungkan Menurut Potter dan Perry (2006), tidur faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, yang tidak adekuat dapat mengakibatkan ras. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring gangguan keseimbangan fisiologis dan dengan perubahan gaya hidup. Menurut DR psikologis, dalam diri seseorang. Gangguan dr Nurmiati Amir, SpKJ(K) mengatakan tidur sering dijumpai pada anak dan remaja sekitar 11,7% persen dari jumlah penduduk yang memakai obat medis berlama-lama, Indonesia mengalami kesulitan tidur, 8,2% gangguan perkembangan neurologis dan (BKKBN, 2011). Penelitian Vorona (2005), Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 4 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
menunjukkan bahwa populasi yang fungsi dan tuntutan baru dalam lingkungan overweight dan obesitas memiliki jumlah jam keluarga maupun sosial. Pada remaja terdapat tidur yang lebih pendek dibandingkan dengan perubahan dramatis dalam kuantitas tidurpopulasi yang indeks massa tubuhnya normal. bangun meliputi durasi tidur berkurang, Kuantitas tidur pada remaja waktu tidur tertunda, dan perbedaan kuantitas dipengaruhi berbagai faktor, baik medis tidur pada hari kerja dan akhir pekan. Maka, maupun non-medis. Faktor-faktor non-medis kualitas tidur remaja juga cenderung yang mempengaruhi tidur antara lain jenis berkurang (Williams dan Wilkins, 2003). kelamin, pubertas, kebiasaan tidur, status Waktu tidur yang kurang dari sosioekonomi, keadaan keluarga, gaya hidup, kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis dan lingkungan yang berhubungan dengan protein yang berperan dalam memperbaiki gangguan tidur. Sedangkan faktor medis yang sel–sel yang rusak menjadi menurun. mempengaruhi tidur antara lain berbagai Kelelahan, meningkatnya stress kecemasan gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis, serta kurangnya konsentrasi dalam aktivitas seperti obesitas, asma dan dermatitis atopi sehari–hari adalah akibat yang sering terjadi (Tarwanto, 2015). Diagnosis gangguan tidur apabila waktu tidur tidak tercukupi. (Potter & diantaranya kuantitas tidur pada remaja sulit Perry, 2006). ditegakkan, karena keluhan tidur seringkali Penelitian yang dilakukan Haryono tidak disampaikan oleh remaja, selain itu pada tahun 2009 dengan judul prevalensi gangguan usia remaja kuantitas tidur tidak lagi menjadi tidur pada remaja usia 12-15 tahun di sekolah pusat perhatian orang tua. Oleh karena itu lanjutan tingkat pertama mengatakan ada gangguan tidur pada remaja seringkali tidak hubungan antara gangguan tidur dengan terdiagnosis dan akhirnya tidak diobati durasi tidur di hari sekolah dan aktivitas di dengan baik (Susenas, 2004). tempat tidur (p<0,05) dan penelitian Mey Dampak-dampak yang disebabkan dari Relda Angels tahun 2013 dengan judul kuantitas tidur yang tidak teratur antara lain, gambaran durasi tidur pada remaja dengan tidur kurang dari lima jam dalam satu malam, kelebihan berat badan didapatkan data waktu dapat beresiko depresi, stres, penyakit tidur malam 5-7 jam 21 responden (65,6 %).. jantung, struk dan diabetes. Pada wanita, yang Berdasarkan hasil studi pendahuluan tidur sebanyak 6 jam atau kurang dari jumlah yang penulis lakukan tanggal 21 September tersebut setiap malam memiliki peluang 62% 2015 di SMA N 2 Demak didapatkan hasil lebih besar terkena kanker payudara, jumlah siswa 1038 siswa. Wawancara yang dibanding mereka yang tidur sebanyak 7 jam. dilakukan pada 10 siswa dengan memilih 5 Kurangnya jam tidur telah terbukti dapat siswa yang berat badannya normal mengakibatkan siklus hormon dan (didapatkan hasil IMT 15,15-20,28) dan 5 metabolisme menjadi tidak seimbang (Green, siswa yang obesitas (didapatkan hasil IMT 2009). Menurut Tarwanto (2015) kebutuhan 26,67-28,58) didapatkan hasil 5 anak yang pada setiap tahap perkembangan seseorang obesitas 2 anak tidurnya 5 jam dan 3 anak 8berbeda-beda. tidur remaja yang normal 10 jam. Sedangkan yang berat badannya adalah 8,5 jam / hari. normal 2 orang tidurnya 5 jam dan 3 orang 6Masyarakat khususnya remaja 9 jam. Menurut International Classification of diharapkan dapat lebih memperhatikan Sleep disorders, gangguan tidur seperti dampak yang di akibatkan dari kuantitas tidur obstruksi saluran nafas dan sleep apnea yang yang buruk karena remaja merupakan fase sering dialami seseorang yang menderita dimana seseorang masih menentukan sikap, obesitas dapat mengganggu tidurnya sehingga baik dalam emosional, sosial, dan fisik kuantitas tidurnya lebih sedikit. Namun dari (Hurlock, 2008). Fase remaja adalah fase data tersebut diatas anak yang mengalami tumbuh kembang dengan karakteristik obesitas ternyata tidur lebih lama dari anak terdapat perubahan penting dalam fungsi yang tidak mengalami obesitas. Berdasarkan kognitif, perilaku, sosial, dan emosional latar belakang diatas peneliti tertarik untuk sesuai perkembangan biologis, serta adanya meneliti perbedaan kuantitas tidur pada Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 5
remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak.
1038 siswa. Metode pengambilan sampel dengan cara kuota sampling. Sampel 60 responden. Alat yang digunakan data primer yaitu kuesioner. Uji statistik menggunakan uji.
METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan metode komparatif dengan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di SMA Negeri 2 Demak pada bulan Januari 2016 sebanyak HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Tabel 4.1. Distribusi frekuensi kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Kuantitas tidur Frekuensi Persentase (%) Kurang 11 36,7 Cukup 19 63,3 Total 30 100,0 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar kuantitas tidur remaja yang obesitas cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan yang kurang sebanyak 11 responden (36,7%). 2. Kuantitas tidur pada remaja yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Tabel 4.2. Distribusi frekuensi kuantitas tidur pada remaja yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Kuantitas tidur Frekuensi Persentase (%) Kurang 3 10,0 Cukup 27 90,0 Total 30 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar kuantitas tidur remaja yang tidak obesitas cukup sebanyak 27 responden (90,0%) dan yang kurang sebanyak 3 responden (10,0%). B. Analisis Bivariat 1. Perbedaan kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Tabel 4.3. Perbedaan kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Kuanti mean sd Mean t P tas differ tidur ence Obesit 1,63 0,49 0,0 as 1,90 0,30 0,266 2,53 14 Tidak 0 Obesit as
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa ada perbedaan mean difference kuantitas tidur antara yang obesitas dan tidak obesitas sebanyak 0,266 dengan standar deviasi 0,49 pada remaja obesitas dan remaja yang tidak obesitas 0,30. Berdasarkan uji t test dapat dilihat bahwa nilai p 0,014 < Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 6
=0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada perbedaan antara kuantitas tidur pada remaja yang
mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak.
sehari. Kebutuhan tidur ini digunakan untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai (Lumbantobing, 2004). Penelitian Angels dengan judul gambaran durasi tidur pada remaja dengan kelebihan berat badan diperoleh 32 sampel responden penelitian dengan indeks massa tubuh diatas 23,0. Karakteristik responden yaitu: Umur terbanyak antara 14-16 tahun yaitu 15 orang (46,9 %); Indeks massa tubuh antara 23-29,9, sebanyak 19 responden (59,3 %); Umur saat mulai gemuk, antara umur 1115 tahun yaitu sebanyak 20 orang (62,5 %); Data pola makan, makanan berminyak 15 responden (46,9 %); Data waktu tidur, tidur malam 5-7 jam, 21 responden (65,6 %); Lama waktu tidur siang antara 30 menit-1 jam dan antara 1-2 jam yaitu masing-masing 13 responden (40,6 %). Kebutuhan dan pola tidur normal, durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup istirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam tidur (Potter dan Perry, 2006). Lama tidur yang dibutuhkan seseorang tergantung pula pada usia. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan Dampak bagi remaja yang mengalami obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Juanita, 2008) diantaranya gangguan tidur. Menurut International Classification of Sleep disorders, gangguan tidur seperti obstruksi saluran nafas dan sleep apnea yang sering dialami seseorang yang menderita obesitas Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 7
PEMBAHASAN A. Kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kuantitas tidur remaja yang obesitas cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan sebagian besar kuantitas tidur remaja yang tidak obesitas cukup sebanyak 27 responden (90,0%). Responden yang obesitas maupun tidak sebagian besar kuantitas tidurnya cukup disebabkan remaja diberikan waktu oleh orang tua untuk istirahat tidur dan tidak dibebani pekerjaan yang menyita waktu tidurnya. Selain itu kebiasaan remaja untuk tidur tepat waktu membuat cukup kebutuhan tidurnya. Tidur merupakan suatu proses yang aktif yang memiliki variasi siklus normal dalam kesadaran mengenai keadaan sekitar. Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2006). Kuantitas tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam. Waktu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam memperbaiki sel–sel yang rusak menjadi menurun. Sedangkan tidur berlebihan dapat menyebabkan pusing dan nyeri pada bagian tubuh. Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur pada remaja ≥ 7 jam, dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam dalam
dapat mengganggu tidurnya sehingga kuantitas tidur antara remaja yang obesitas kuantitas tidurnya lebih sedikit. Selain itu dan yang tidak dimana remaja obes lebih obesitas berhubungan dengan terjadinya banyak yang tidurnya kurang. penyakit asma. Hasil penelitian masih didapatkan Hasil penelitian kuantitas tidur remaja responden yang kurang tidurnya sebanyak 3 obesitas yang kurang sebanyak 11 responden responden (10,0%) disebabkan adanya acara (36,7%). Kuantitas tidur kurang pada atau tugas, kadang lingkunagan yang berisik penelitian ini disebabkan karena adanya mengganggu responden. Menurut Potter dan gangguan seperti lingkungan dan tugas yang petry (2006) faktor lingkungan Seseorang harus dilakukan. Kuantitas tidur yang kurang orang memerlukan lingkungan tidur yang disebabkan gangguan pernapasan: infeksi nyaman dan ventilasi yang baik. Faktor gaya saluran napas, tidur ngorok, sering mengantuk hidup dimana rutinitas harian seseorang siang hari dan mengalami masalah pernafasan mempengaruhi kualitas tidur. individu yang sleep apnea (terhentinya pernafasan ketika bekerja sering kali mempunyai kesulitan sedang tidur) sehingga tidurnya terganggu menyesuaikan perubahan jadwal tidur. jam (Juanita, 2008). Pada penderita obesitas juga internal tubuh diatur pukul 22.00 WIB, tetapi dapat disebabkan oleh faktor genetik atau sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur keturunan. pada pukul 9 pagi. Individu mampu utnuk Menurut Dietz dalam Penuntun Diet tidur hanya selama 3-4 jam karena tubuh Anak (2003), kemungkinan seorang anak mempersepsikan bahwa ini adalah waktu berisiko menderita obesitas sebesar 80% jika terbangun dan aktif. Kualitas tidur yang baik kedua orang tuanya mengalami obesitas. dimalam hari harus benar-benar Sedangkan seorang anak akan berisiko memperhatikan pola hidup sehari-hari. menderita obesitas sebesar 40% jika salah Banyak hal yang mempengaruhi terbentuknya satu orang tuanya mengalami obesitas. pola tidur, seperti kebiasaan makan, program Ketidakseimbangan antara asupan dan diet, kebiasaan sehari-hari juga kebiasaan keluaran energi mengakibatkan pertambahan tidur itu sendiri (Hirawan, 2007). berat badan. Obesitas yang muncul pada usia Menurut Potter dan petry (2006), remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, mengemukakan ada 4 faktor yang dan lansia. Sementara obesitas itu merupakan mempengaruhi tidur yaitu faktor fisiologis : salah satu faktor risiko penyakit degeneratif tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus seperti penyakit kardiovaskular, diabetes dan bergantian dengan periode yang lebih melitus, artritis, penyakit kantong empedu, lama dari keterjagaan. Siklus tidur dan terjaga beberapa jenis kanker, gangguan fungsi mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis pernapasan, dan berbagai gangguan kulit dan respon perilaku. Faktor psikologis : (Arisman, 2004). kecemasan tentang masalah pribadi atau Hasil penelitian berbeda dengan situasi dapat mengganggu tidur. stres penelitian Chaput et al., (2006) yang emosional menyebabkan seseorang menjadai berjudul “Relationship between Short tegang dan seringkali mengarah frustasi Sleeping Hours and Childhood apabila tidak tidur. stres juga menyebabkan Overweight/Obesity: Result from The seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, „Quebec En Forme’ Project” dimana sering terbangun selama siklus tidur, atau sebanyak 20% anak laki-laki dan 24% anak terlalu banyak tidur. stres yang berlanjut dapat perempuan mengalami overweight/obesitas. menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Anak yang mempunyai durasi tidur lebih Faktor psikologis juga memegang peranan pendek dari 12-13 jam/hari yaitu 10,5 – 11,5 utama terhadap kecenderungan insomnia. Hal jam sehari mempunyai OR 1,42 (95% CI ini disebabkan oleh ketegangan pikiran 1,09-1,98) dan 8-10 jam sehari mempunyai seseorang terhadap sesuatu yang kemudian OR 3,45 (2,61-4,67) setelah di ajusment mempengaruhi sytem saraf pusat sehingga dengan umur, jenis kelamin, dan faktor risiko kondisi fisik senantiasa siaga (Shelindha, lainnya. Pada penelitian ini ada perbedaan 2006). Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 8
Hasil penelitian berbeda dengan et al., (2010) yang berjudul Short Sleep penelitian Adelina Haryono, dengan judul Duration and Obesity among Australian Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia Children menunjukkan durasi tidur lebih 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat sedikit pada anak obesitas < 9 jam dan ≥ 10 Pertama dimana didapatkan 62,9%, dengan pada yang tidak obesitas. gangguan transisi bangun-tidur sebagai jenis Hasil penelitian masih didapatkan gangguan yang paling sering ditemui. responden yang obesitas tetapi kuantitas Separuh subjek memiliki perbedaan waktu tidurnya cukup disebabkan disebabkan posisi bangun antara hari sekolah dengan hari libur, tidur yang benar sehingga tidak membuat 72,9% memiliki perbedaan waktu tidur yang pernafasan terganggu seperti miring untuk tidak signifkan. Separuh subjek tidur cukup obesitas. Menurut International Classification selama hari sekolah, dan 65% di hari libur. of Sleep disorders, gangguan tidur seperti Aktivitas yang menenangkan sebelum tidur obstruksi saluran nafas dan sleep apnea yang dilakukan oleh 73,6% subjek. Uji kemaknaan sering dialami seseorang yang menderita menunjukkan hubungan antara gangguan obesitas dapat mengganggu tidurnya sehingga tidur dengan durasi tidur di hari sekolah dan kuantitas tidurnya lebih sedikit. Hasil aktivitas di tempat tidur (p<0,05). Tidak ada penelitian selaras dengan penelitian Adelina hubungan antara perbedaan waktu bangun Haryono, dengan judul Prevalensi Gangguan atau tidur hari sekolah dengan hari libur, Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di durasi tidur di hari libur, kebiasaan konsumsi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang minuman berkafein, dan lingkungan dengan hasilnya didapatkan ada hubungan antara gangguan tidur (p<0,05). gangguan tidur dengan durasi tidur di hari sekolah dan aktivitas di tempat tidur (p<0,05). B. Perbedaan kuantitas tidur pada remaja Pada hasil ini tidak terjadi gangguan tidur yang mengalami obesitas dan yang tidak sehingga remaja obesitas cukup tidurnya. mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Responden yang tidak obesitas Demak Hasil penelitian didapatkan p value cenderung cukup tidurnya disebabkan tidak terjadinya gangguan saluran nafas selain itu 0,014 < =0,05 yang artinya ada perbedaan kebiasaan tidur tepat waktu dan lingkungan antara kuantitas tidur pada remaja yang yang mendukung membuat tidur remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak tidak obesitas cukup. Faktor lingkungan mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak. dibutuhkan seseorang untuk memperoleh Responden yang obesitas cenderung tidur yang nyaman. Magee dkk tahun 2010 lebih banyak yang tidurnya kurang pada anak dan remaja menunjuk-kan bahwa disebabkan terganggu oleh gangguan nafas. durasi waktu tidur yang pendek (<8 jam) Obesitas dapat menyebabkan berkurangnya dapat mengganggu pertumbuhan dan kuantitas tidur disebabkan pada remaja perkembangan sedangkan pada dewasa lanjut obesitas biasanya mengalami gangguan kebutuhan tidur semakin berkurang sehingga saluran nafas (upper airway obstructive tidak berpengaruh. Menurut National Institute apnea) pada saat tidur sehingga mengganggu for Health Care Management (NIHCM), tidur remaja tersebut. Kelebihan berat badan anak-anak yang overweight juga menambah tekanan pada tabung pernafasan mempengaruhi skor tes akademik untuk ilmu sehingga memungkinkan terjadinya upper pasti dan tes baca, yang secara signifikan airway obstructive apnea yang membuat lebih rendah dibandingkan dengan anak yang diameter saluran udara menjadi kecil (Angels, non-overweight hal ini disebabkan kurangnya 2013). durasi tidur pada anak obesitas. Hasil Berdasarkan hasil penelitian penelitian Mey Relda Angels dengan judul Cappucino et al., (2008) yang berjudul Meta gambaran durasi tidur pada remaja dengan Analysis of Short Sleep Duration and Obesity yang tidak mengalami obesitas lama waktu in Children and Adult. Menyatakan durasi tidur siang nya cukup antara 30 menit-1 jam tidur anak yang obesitas lebih sedikit dengan resiko sebesar 1,86 kali. Hasil penelitian Shi Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 9
dan antara 1-2 jam yaitu masing-masing 13 responden (40,6 %). Hasil penelitian pada responden yang tidak obesitas tetapi kuantitas tidurnya kurang disebabkan kebiasaan tidur malam, bergadang bersama teman, menonton suatu acara yang disukai, terkadang disebabkan minum kopi, bermain game dan hp. Rutinitas harian seseorang mempengaruhi kualitas tidur. individu yang bekerja sering kali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. jam internal tubuh diatur pukul 22.00 WIB, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Banyak hal yang mempengaruhi terbentuknya pola tidur, seperti kebiasaan makan, program diet, kebiasaan sehari-hari juga kebiasaan tidur itu sendiri (Hirawan, 2007). Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Adelina Haryono, dengan judul Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dimana didapatkan 62,9%, dengan gangguan transisi bangun-tidur sebagai jenis gangguan yang paling sering ditemui. Tidak ada hubungan antara perbedaan waktu bangun atau tidur hari sekolah dengan hari libur, durasi tidur di hari libur, kebiasaan konsumsi minuman berkafein, dan lingkungan dengan gangguan tidur (p<0,05). C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah ada faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti terganggunya tidur karena faktor lingkungan, tugas dan kebiasaan jam tidur. Saat mengisi kuesioner kadang masih melihat punya teman dan mengingat-ingat waktu tidurnya terkadang lupa.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar kuantitas tidur remaja yang obesitas cukup sebanyak 19 responden (63,3%) dan yang kurang sebanyak 11 responden (36,7%). 2. Sebagian besar kuantitas tidur remaja yang tidak obesitas cukup sebanyak 27
responden (90,0%) dan yang kurang sebanyak 3 responden (10,0%). 3. Ada perbedaan antara kuantitas tidur pada remaja yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas di SMA Negeri 2 Demak dengan nilai p 0,014. B. Saran 1. Bagi Responden Responden yang obesitas maupun tidak obesitas meskipun kuantitas tidurnya tidak jauh berbeda, bagi yang masih kurang kuantitasnya diharapkan mencukupi kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kebutuhan remaja. 2. Bagi SMA Negeri 2 Demak Sekolah diharapkan mengadakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat tidur remaja sehingga tercukupi untuk perkembangannya dan menghindarkan remaja yang sekarang suka bergadang. 3. Bagi Orang Tua Orang tua diharapkan ikut memperhatikan kecukupan istirahat tidur anaknya dengan menasehati dan memberikan arahan pada anaknya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor yang mempengaruhi kurangnya kebutuhan tidur remaja seperti faktor lingkungan, tugas dan kebiasaan tidur. .
DAFTAR PUSTAKA Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku. Kedokteran Jakarta : EGC. Buysse, Dj dkk. (2008). The. Pittsburgh Sleep Quality. Index (PQSI). Dietz. (2001). Preventing Obesity In Children And Adolescent. Annu Rev Public Health. Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 10
Faisal. (2010). Kendalikan Obesitas dan Diabetes. Jakarta: Indocamp. Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC. Gibson, Rosalind S. (2005). Principles of Nutritional Assesment. Oxford University Press. New York. afar, Dr Dra Nurhaedar. 2009. Makalah Ilmiah Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe II. Sulawesi: Unhas Hidayat. (2005). Pengatar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat. (2007) . Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : salemba Medika. Hurlock EB. (2011). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Japardi (2002). Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran. Juanita. (2008). Obesitas www.gizi.net
pada
Anak.
Nursalam dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika. Purwanto, Y. (2003). Memahami Mimpi. Yogya: Menara Kudus Priharjo. (2006). Pengkajian Keperawatan. Jakarta:EGC Potter
Fisik
& Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek. Edisi 4. Jakarta : Pustaka. Populer Obor
Saputri, D. (2009). Hubungan antara Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia di Dusun Sendowo, Kelurahan Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta [Skripsi]. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta.
Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa Aksara Nashori, H.F. (2004). Hubungan antara Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Lembaga Penelitian UII dan Dikti Depdiknas. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.
Perbedaan Kuantitas Tidur pada Remaja Yang Mengalami Obesitas dan Yang Tidak Mengalami Obesitas di SMA Negeri 2 Demak 11