NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI KOPING PADA REMAJA YANG MENGALAMI SINDROM PASKA ABORSI
Oleh : DINI RAHMAWATI YULIANTI DWI ASTUTI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
2
NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI KOPING PADA REMAJA YANG MENGALAMI SINDROM PASKA ABORSI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc., Sc)
3
STRATEGI KOPING PADA REMAJA YANG MENGALAMI SINDROM PASKA ABORSI
Dini Rahmawati Yulianti Dwi Astuti
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui begaimana strategi koping pada remaja yang mengalami sindrom paska aborsi. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana stretegi koping pada remaja yang mengalami sindrom paska aborsi?” metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendukung hasil wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Dalam analisis interaktif ini ada tiga kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data yang merupakan proses siklus dan interaktif. Proses yang dilakukan dalam analisis interaktif adalah mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia antara 13 – 22 tahun dimana mereka pernah melakukan tindakan aborsi dimasa lalunya. Subyek dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang telah penulis kenal dekat sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja yang mengalami sindrom paska aborsi memiliki koping stress yang baik tergantung dari dukungan sosial yang didapat terutama dukungan dari pasangannya. Strategi koping stress pada remaja yang mengalami sindrom paska aborsi berbeda antara individu yang satu dengan individu lain. Kata Kunci : Strategi Koping, Remaja, Sindrom Paska Aborsi
4
STRATEGI KOPING PADA REMAJA YANG MENGALAMI SINDROM PASKA ABORSI
Pengantar Sindrom paska aborsi adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang muncul setelah dilakukannya tindakan aborsi atau pengguguran kandungan. Sindrom paska aborsi terjadi berbeda-beda pada setiap orang tergantung berat atau tidaknya gejala yang terjadi. Gejala tersebut antara lain seperti rasa bersalah, kemarahan, kegelisahan, gagal dalam hubungan, depresi, merasa kehilangan, kebekuan secara psikis, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan tidur, berhalusinasi, bunuh diri. Remaja yang melakukan aborsi terhubung langsung dengan permasalahan fisik dan psikologis yang khas seperti penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, percobaan untuk bunuh diri, serta perilaku merusak diri lainnya, dibandingkan dengan wanita dewasa, remaja aborsi lebih rentan mengalami luka emosional terkait dengan tindakan aborsi yang dilakukan (Franz, 1992. Reardon, 2001). Jika dibandingkan dengan wanitawanita dewasa, remaja lebih mungkin untuk menggugurkan karena tekanan dari orang tua atau partners seksual beresiko lebih tinggi untuk mengalami tekanan psikologis kurang baik setelah pengguguran (Rardeon dan Sobie, 2001). Remaja lebih sulit menerima kenyataan atas tindakan aborsi yang dilakukan. Suatu studi menemukan bahwa remaja pelaku aborsi mengalami mimpi buruk, tidak suka bergaul, paranoid, mengalami khayalan serta melakukan penyalahgunaan obatobatan terlarang jika dibandingkan dengan wanita aborsi yang berusia lebih tua (Rardeon dan Sobie, 2001). Strategi
Koping
adalah
cara
yang
digunakan
individu
dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang
5
mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Ada dua aspek strategi koping menurut Stuard dan Sundeen yaitu koping psikologis dan koping psikososial. Faktor yang mempengaruhi strategi koping antara lain harapan akan self efficacy, ketahanan psikologis, gender, dukungan sosial. Bagi para remaja, stress yang dihadapi menjadi semakin meluap karena banyaknya stressor yang datang sehingga penyelesaian terhadap stress itu sendiri menjadi kurang fokus (Johnson, 1986. Santrock,2001). Stretegi koping stress pada remaja bisa dilakukan dengan mendekati dan menghindari dari sumber stress itu sendiri (Santrock,2001).
Subyek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden yang relevan yaitu remaja putri yang berusia 13-22 tahun yang pernah melakukan aborsi.
Metode Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang strategi koping pada remaja yang pernah melakukan aborsi diperlukan metode yang tepat agar dapat diketahui bagaimana remaja mencari jalan keluar dan menyelesaikan permasalahan yang ia alami dalam hidupnya setelah mengalami peristiwa yang berat, yaitu pernah melakukan tindakan aborsi. Berdasarkan pertimbangan kondisi subyek maka peneliti menggunakan beberapa metode yaitu : (1) Wawancara mendalam atau in-depth interview, (2) Observasi untuk mendukung hasil wawancara. Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur, pada wawancara semacam ini peneliti dilengkapi pedoman
6
wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas. Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis (Idrus, 2005). Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena pada penelitian tersebut (Poerwandari, 2001).
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis interaktif. Dalam analisis interaktif menurut Miles dan Huberman ada tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data yang merupakan proses siklus dan interaktif. Dengan sendirinya peneliti memiliki kesiapan untuk bergerak aktif diantara tiga sumbu kumparan selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara tiga kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan selama penelitian.
Hasil Penelitian Coping stress memiliki dua aspek yaitu koping psikologis dan koping psikososial. Pada awal pengambilan keputusan untuk melakukan aborsi remaja yang mengalami sindrom paska aborsi tidak mengetahui beratnya kenyataan kehilangan anak dari tindakan aborsi yang dilakukan. Persepsi yang berat dan ringan atas sumber stress berupa tindakan aborsi baru dirasakan setelah
7
beberapa lama melakukan tindakan aborsi. Penelitian ini menemukan pola koping stress yang dilakukan oleh remaja dengan sindrom paska aborsi. Koping stress pada remaja dengan sindrom paska aborsi berbeda satu sama lain. Dinamika psikologis yang terjadi pada remaja dengan sindrom paska aborsi yang pertama dapat dilihat dari urutan kelahiran dimana subyek merupakan anak tunggal. Sifat anak tunggal yang mendapatkan apapun keinginannya terlihat dari keinginan subyek untuk melakukan aborsi. Subyek yang mengakui hubungan pertamanya yang dipaksa oleh pacar mendapati dirinya hamil dan mengabari pacarnya. Saat mendapat jawaban berupa penolakan dari pacar maka subyek mengalihkan tempat mengadu kepada ibunya, namun yang terjadi tidak sesuai harapan, subyek malah mendapati bahwa aib yang baru ia lakukan tersebar dan subyek merasa malu. Informasi yang diberikan subyek juga mempengaruhi pacar subyek dimana pacar subyek tiba-tiba mau bertanggung jawab. Subyek yang pada saat itu sudah jijik melihat tingkah pacarnya memberikan pilihan kepada pihak keluarga jika ingin mempertahankan bayi yang ada dikandungannya maka subyek menolak untuk menikah dengan pacarnya namun jika ingin ada suatu pernikahan maka bayi yang
ada
didalam
kandungannya
harus
digugurkan.
Subyek
sengaja
memberikan pilihan sulit bagi semua pihak dengan maksud membalas dendam kepada pacarnya. Subyek menahan dendam sejak permintaan aborsi dari pacar terlontar namun selain itu subyek melakukan balas dendam akibat perbuatan pacarnya yang selalu melakukan kekerasan saat mereka akan melakukan hubungan seksual, pada saat itu subyek tidak berani melawan dikarenakan subyek takut ditinggalkan. Setelah dinikahi subyek tidak dipedulikan oleh suami baik secara lahir maupun batin bahkan subyek mengakui bahwa suaminya
8
memiliki pacar walaupun mereka telah menikah. Subyek yang tertekan lalu berbalik arah dengan melakukan hubungan asmara dengan sesama jenis. Selama melakukan hubungan sesama jenis subyek merasa nyaman dan terlihat tidak ingin mengubah orientasi seksualnya agar kembali seperti sedia kala. Selama melakukan hubungan sesama jenis subyek banyak melakukan usaha untuk mengurangi dampak tindakan aborsi yang terjadi pada dirinya. Dampak yang sangat jelas adalah ketidakmampuan subyek dalam mempertahankan tidur atau insomnia, serangan panik, dan air mata yang mengalir tiba-tiba. Subyek mengaku ingin menjalani hidup apa adanya tanpa mematok untuk mencontoh orang lain. Subyek kerap menceritakan pengalaman aborsinya kepada orang lain tanpa peduli apa yang dipikirkan orang lain, subyek melakukan hal tersebut dengan maksud agar bisa mencegah tindakan aborsi pada orang yang bertanya kepadanya. Agar orang lain tidak bernasib sama dengan dirinya. Namun sampai detik ini subyek tetap merasa tidak melakukan apapun dalam usaha untuk mengurangi perasaan bersalah yang ia Sementara itu, subyek kedua memiliki koping stress yang berbeda dari subyek satu. Berorientasi pada keluarga dengan menjadi ibu rumah tangga yang baik dan menjadi sahabat bagi anak-anaknya merupakan pilihan remaja dengan sindrom paska aborsi yang lain untuk menebus kesalahannya dimasa lalu. Subyek merupakan anak pertama dari empat bersaudara dengan orang tua yang lumayan terpandang didaerahnya. Subyek mendapati dirinya hamil dan memberi kabar kepada pacarnya, pacar subyek senang dan ingin bertanggung jawab, namun dengan alasan masih berusia 16 tahun, masih ingin melanjutkan sekolah, takut membawa aib dan takut menjadi gunjingan seperti temannya yang hamil diluar nikah, subyek menolak. Subyek tidak menceritakan prihal kehamilannya
9
kepada orang lain sehingga banyak tindakan koping stress yang berhubungan dengan menceritakan mengenai keadaannya yang sebenarnya kepada orang lain tidak berlaku. Subyek memaksa untuk aborsi dengan segala cara mulai dari melakukan pengancaman dan tindak kekerasan lainnya kepada pacarnya. Pada akhirnya subyek berhasil mendapat obat untuk menggugurkan kandungan dan meminumnya. Setelah melakukan aborsi subyek tetap ringan tangan terhadap pacarnya dan hal tersebut terjadi sampai pengambilan data penelitian ini dilakukan. Dengan tidak banyaknya orang lain yang mengetahui tindakan subyek, maka subyek bisa melakukan kegiatannya seperti biasa. Subyek melakukan banyak kesibukan untuk melupakan perbuatannya, hasil dari kesibukan itu adalah subyek berhasil masuk jurusan IPA dan berhasil lulus tes STT Telkom. Subyek terus menguatkan diri dengan menyatakan bahwa hidup harus terus berlanjut Subyek ingin memberikan kasih sayang penuh pada anakanaknya nanti serta perhatian yang sangat berlimpah untuk anak-anaknya nanti. Subyek memilih untuk mengalihkan rasa kasih sayang atau rasa bersalahnya terhadap tindakannya dulu dengan ingin membesarkan anak-anaknya sendiri dan juga melahirkan banyak anak namun saat ini subyek melakukannya dengan memelihara dua ekor kucing anggora bersama pacarnya. Subyek juga terlihat berusaha keras mengalihkan perasaan bersalahnya ke objek lain dengan berencana untuk membangun sejenis klinik yang akan menampung remaja yang hamil diluar nikah, dengan fasilitas medis serta pembekalan dalam merawat anak dan berusaha kuat subyek merasa tidak perlu melihat ada anak lain yang bernasib sama seperti dirinya dimasa lalu. Subyek berencana akan mengakui perbuatannya dimasa lalu jika klinik yang akan ia bangun bersama pacarnya berjalan dengan baik.
10
Temuan yang cukup menarik dari penelitian ini adalah adanya hubungan sesama jenis yang dilakukan oleh salah satu subyek. Subyek melakukan hubungan sesama jenis tak lama setelah melakukan aborsi. Temuan kedua yang tak kalah menariknya adalah munculnya strategi koping mendekat yang muncul pada subyek yang berusia lebih muda. Pertanyaan lanjutan yang terjawab dari penelitian ini adalah mengenai dukungan sosial seperti apakah yang didapat oleh remaja yang mengalami Sindrom Paska Aborsi dalam mengatasi trauma yang dialami. Dukungan sosial yang sangat penting ternyata datang dari pasangan.
Pembahasan Secara keseluruhan data yang diperoleh peneliti, koping stress mencakup dua aspek yaitu aspek koping psikologis dan koping psikososial. Secara garis besar, hasil penelitian mengenai koping stress pada remaja yang mengalami sindrom paska aborsi menunjukkan bahwa remaja yang mengalami sindrom paska aborsi memiliki pemilihan koping stress yang yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Keluarga, pasangan, serta urutan kelahiran mempengaruhi pengambilan pola koping stress individu dalam menghadapi sindrom paska aborsi
Kesimpulan Banyak kasus aborsi yang dilakukan remaja dapat menjadi suatu pelajaran bagi kita untuk lebih memahami remaja. Keterbukaan dan sex education sangatlah penting bagi remaja dizaman sekarang ini. Hal ini dikarenakan dengan adanya keterbukaan dan sex education yang memadai maka kasus kehamilan yang tidak diinginkan bisa ditangani dengan baik tanpa
11
perlu berakhir dengan tindakan aborsi akibat dari kesalahan pemilihan koping stress yang dilakukan oleh remaja sehingga sindrom paska aborsi tidak terjadi pada beberapa remaja putri yang bersangkutan. Koping stress memiliki dua aspek yaitu aspek koping psikologis dan koping psikososial. Koping psikologis merupakan koping yang lebih menekankan pemikiran terhadap diri sendiri dan koping psikososial lebih menekankan pemikiran individu atas akibat pemilihan koping yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya. Pemilihan koping stress disaat menghadapi situasi kehamilan diusia muda bisa mengakibatkan timbulnya keputusan yang salah. Pemilihan pola koping yang salah akan berakibat fatal namun bisa diminimalisir dengan adanya dukungan dari lingkungan sosial seperti pasangan, teman, dan sahabat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aaro, L. E. .1997. Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge Atkinson, R. L. 1999. Pengantar Psikologi : Edisi Kesebelas : Jilid Satu. Batam Centre : Interaksara Azwar, S. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi.(diterjemahkan oleh Kartono, K) Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Garfinkel, B et al., 1986. "Stress, Depression and Suicide: A Study of Adolescents in Minnesota," Responding to High Risk Youth (University of Minnesota: Minnesota Extension Service) Harisoh, S. 2007. Proses Coping pada Pelaku Aborsi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Paikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Hurlock, E. B. 1990. Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill. Hull, T.H., S.W. Sarwono, dan N. Widyantoro. 1993. “Induced Abortion in Indonesia.” In Studies in Family Planning Idrus,M. 2005. Metode Penelitian Pendidikan Dan Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Keliat, B.A. 1999. Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC Koonin, L.M et. al., "Abortion Surveillance United States, 1996, Centers for Disease Control," MMWR, 48(SS4):1, July 30, 1999. Lazarus, S.R. dan Folkman, S. 1985. Stress appraisal and coping. New York: Publishing Company LPSP3. 2007. Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Pemulihan Trauma : Panduan Praktis Pemulihan Trauma. Depok : Perfecta Maslim, R. 1995. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta. Mulyana, D. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya Musbikin, I. 2005. Kiat-kiat Sukses Melawan Stress. Surabaya : Jawara
13
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Hardono, S. R. 2002.Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Nevid, J. S., Rathus, S. A. 2003. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga Nevid, J. S., Rathus, S. A. 2003. Psikologi Abnormal. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Poerwandari, K. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Pradono,. “Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia SDKI 1997.” Di dalam Jurnal Epidemiologi Indonesia Vol 5 Edisi I – 2001. Rasmun. 2004. Stress,Koping, dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto Rice, F.P. 1990. The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon Richardson, J.I. 2001. Guidebook on Vicarious trauma : Recommended Solutions for Anti-Violence Worker. Canada : Family Violence Prevention Unit. Reardon.D.C.2008.Aborted Women, Silent No More: Twenty woman share their personal Journeys from the tragedy of abortion to restored wholeness p. 121 Sadardjoen, S.S. 2006. Perlunya Pengawasan Terhadap Masa Depan Mereka. http ://www.kompas.com/06/06 Santrock, J.W. 2001. Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill Sarwono, S.W.2002. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sobie,A.R.. Rardeon,D.C. The Post-Abortion Review, Vol. 9(1), Jan.-March 2001. Copyright 2001, Elliot Institute. Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja. Bandung : Mandar Maju Strahan,T. "Factors in Pregnancy Decision Making by Teenagers," Assoc. for Interdisciplinary Research Newsletter, 7(4):1, Jan./Feb. 1995.
14
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1995. Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book Townsend, M.C. 1996. Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company Utomo,. 2001. Study Report Incidence and Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia. Wilkinson, G., 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Stress. Jakarta : Dian Rakyat Zuriah, N. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Akasara http://www.aborsi.org/artikel3.htm http://abortus.blogspot.com/2007/07/mekanisme-pertahanan-diri.html http://www.afterabortion.org http://www.apa.org/releases/youth_disorders.html http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=325 http://agnes.ismailfahmi.org/node/406 http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=246 (http//encyclopedia.thefreedictionary.com). http://www.ncptsd.va.gov/ncmain/ncdocs/fact_shts/fs_children.html http://mangucup.org/print.php?sid=545 http://mustikanurse.blogspot.com/2006/12/mekanisme-koping.html http://puspasca.ugm.ac.id/files/(0207-H-2004).pdf http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/sts.html http://www.tgorski.com/Terrorism/PTSD%20In%20Children%20&%20Adolescent s.htm http://triyanti.blogspot.com/2006/06/pentingnya-strategi-coping-dalam.html http://www.trosch.org/pas/@pas_1-9.htm
15
Identitas Penulis Nama
: Dini Rahmawati
Alamat Rumah
: Perum Kopkar PLN Blok K No.3 Batam Center Kepri
No Telp / HP
: 081392030001