EFIKASI DIRI PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANG TUA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh : SYARIFATISNAINI F 100 050 048
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
EFIKASI DIRI PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANG TUA
ABSTRAKSI Syarifatisnaini F 100 050 048 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Efikasi diri remaja korban perceraian adalah keyakinan diri remaja pasca perceraian orang tuanya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dengan berhasil dalam situasi dimana remaja tersebut menjadi korban perceraian kedua oranng tuanya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi diri pada remaja korban perceraian orang tua. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang remaja yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya dan berusia antara 17-19 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja korban perceraian membutuhkan dukungan keluarga untuk dapat menumbuhkan efikasi dirinya. Remaja dengan dukungan keluarga yang tinggi maka akan menumbuhkan efikasi diri yang tinggi pula. Remaja dengan efikasi diri yang tinggi memiliki sikap optimis, suasana hati yang positif sehingga mereka menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab dan lebih bersemangat menyongsong masa depan yang lebih baik.
Kata kunci : Efikasi diri, remaja, korban perceraian
EFIKASI DIRI PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANG TUA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Disusun oleh : SYARIFATISNAINI F 100 050 048
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ii
iii
iv
PENDAHULUAN
dewasa
A. Latar Belakang Masalah
perempuan dari orang tua yang
Dalam rumah
sebuah
tangga
hubungan
Seorang
anak
bercerai cenderung menarik diri dan
tidak
gelisah. Sedangkan seorang anak
sesuai
laki-laki dari orang tua yang bercerai
dengan apa yang telah kita inginkan,
cenderung menjadi anak yang agresif
namun ternyata ada beberapa faktor
(Papalia,dkk, 2008).
selamanya
tentunya
lainnya.
berjalan
baik
yang secara sengaja atau tidak
Perceraian pada umumnya
sengaja penghambat keharmonisan
menimbulkan akibat yang negatif,
hubungan keluarga tersebut. Salah
akibat
satu akibat yang di timbulkan dengan
terjadinya
perceraian
adanya konflik tersebut ialah adanya
misalnya,
anak
perceraian, dimana perceraian bukan
sekolah, mengkonsumsi obat-obatan
lagi hal yang asing di Indonesia
terlarang,
namun perceraian bisa dikatakan
pergaulan bebas yang semua itu
sebagai
dapat
hal
yang
lumrah
dan
memasyarakat.
yang
ditimbulkan pada
tidak
mau
terjerumus
mengakibatkan
dari anak lagi
dalam
kegagalan
menuju masa depan yang cerah.
Dampak negatif perceraian
Namun perceraian orang tua juga
pada anak berbeda-beda tergantung
dapat membawa akibat positif pada
pada banyak faktor seperti usia, jenis
anak, di mana anak menjadi lebih
kelamin, kematangan kepribadian,
optimis dalam menghadapi masa
kesehatan
depannya.
tidaknya
psikologis, dukungan
serta dari
ada orang
Dalam
hal
ini
anak
memiliki prestasi yang bagus dalam
1
bidang akademiknya, anak memiliki
mempunyai
kemampuan dalam berorganisasi di
melakukan
mana semua itu merupakan bukti
psikologi dikenal dengan efikasi diri.
bahwa
Efikasi diri ditumbuhkan supaya
perceraian
tidak
selalu
kemampuan sesuatu
berakibat negatif, namun dapat pula
anak
berakibat positif (Baskoro, 2008).
menyelesaikan
Kurangnya perhatian orang tua
(tunggal)
tentu
korban
untuk
dalam
perceraian
dunia
mampu
tugas-tugas
yang
diberikan meskipun dengan keluarga
akan
yang
tidak
lengkap
dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa
memperoleh hasil yang maksimal.
anak. Merasa kasih sayang orang tua
Menurut
yang didapatkan tidak utuh, anak
2009),
akan mencari perhatian dari orang
bagaimana
lain atau bahkan ada yang merasa
berpikir,
minder dan tertekan. Anak-anak
berperilaku. Perbedaan yang nyata,
tersebut umumnya mencari pelarian
seseorang
dan tidak jarang terjerat dalam
kemampuan dirinya, cenderung akan
pergaulan bebas (Komara, 2012).
menjauh dari tugas-tugas yag sulit
Untuk keluar dari masalah pasca
perceraian,
perceraian
anak
tersebut
Bandura efikasi
(Wangmuba,
diri
menentukan
orang
merasakan,
memotifasi
yang
diri
ragu
dan
akan
yang mana hal itu dipandang sebagai
korban
ancaman pribadi bagi dirinya.
memerlukan
Anak-anak efikasi
dapat meningkatkan keyakinan diri.
menunjukkan
Keyakinan
kepercayaan diri yang kuat (Baron
bahwa
ia
2
yang
memiliki
pemecahan sebagai upaya untuk
seseorang
diri
yang
tinggi
akan
antusiasme
dan
dan Byrne, 1991). Anak korban
atas, penelitian ini bertujuan untuk
perceraian dengan efikasi diri yang
mengetahui efikasi diri pada remaja
baik
korban perceraian orang tua.
cenderung
menyingkapi
perceraian dengan positif, anak lebih
LANDASAN TEORI
mandiri, memiliki prinsip yang kuat,
A. EFIKASI DIRI
bekerja keras dan anak memiliki
1. Pengertian Efikasi Diri
pelajaran memecahannya.
konflik Sedangkan
serta
Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri mengacu pada
anak
keyakinan sejauh mana individu dengan efikasi diri yang rendah
memperkirakan kemampuan dirinya
memandang perceraian sesuatu yang
dalam melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu
negatif yang bersifat traumatis.
hasil tertentu. Keyakinan meliputi Berdasarkan uraian diatas,
kepercayaan
penulis tertarik untuk mengadakan
diri,
kemampuan
meyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak
penelitian dan penulis juga ingin
pada situasi yang penuh tekanan. mengetahui bagaimana efikasi diri
Efikasi diri berkembang berangsur-
pada remaja korban perceraian orang
angsur secara terus menerus seiring
tua. Oleh karena itu penulis tertarik mengadakan penelitian denga judul
meningkatnya
kemampuan
dan
bertambahnya
pengalaman
yang
berkait. Jika
Efikasi Diri pada Remaja Korban
seseorang
mengalami
keberhasilan maka efikasi dirinya
Perceraian Orang Tua.
akan B. TUJUAN PENELITIAN
meningkat,
dan
tingginya
efikasi diri akan memotivasi individu
Berdasarkan latar belakang
secara
kognitif
untuk
bertindak
secara lebih tekun dan terutama bila
permasalahan yang telah diuraikan di
3
tujuan yang hendak dicapai (Azwar,
d. Informasi tentang kemampuan
1996).
diri. Efikasi diri seseorang akan Berdasarkan
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan
meningkat
kesimpulan
mendapat informasi yang positif atau
bahwa efikasi diri adalah keyakinan sejauh
mana
atau
menurun
jika
negatif tentang dirinya.
individu
Berdasarkan
uraian
diatas
memperkirakan kemampuan dirinya
dapat disimpulkan bahwa efikasi diri
dalam melakukan suatu tugas untuk
dipengaruhi oleh sifat tugas yanng
mencapai suatu hasil tertentu.
dihadapi, insentif eksternal, status
2. Faktor-faktor Efikasi Diri
atau
Efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa
factor
menurut
peran
individu
dalam
lingkungan dan kemampuan diri.
Azwar
3. Aspek-aspek Efikasi Diri
(1996) antara lain:
Bandura(1997)
a. Sifat tugas yang dihadapi. Situasi-
mengemukakan ada tiga aspek dalam
situasi atau jenis tugas tertentu
efikasi diri, yaitu:
menuntut kinerja yang lebih sulit dan
a. Level (tingkat kesulitan)
berat daripada situasi tugas yang
Aspek ini berkaitan dengan
lain.
kesulitan tugas. Aspek level tercakup
b. insentif eksternal. Insentif berupa
beberapa
hadiah (reward) yang diberikan oleh
tingkat ketrampilan (individu merasa
orang
yakin
lain
untuk
keberhasilan
merefleksikan
seseorang
bagian
dengan
penting,
ketrampilan
yaitu,
yang
dalam
dimiliki dirinya dapat mengerjakan
menguasai atau melaksanakan suatu
tugas dengan baik), tingkat usaha
tugas (competence contigen insetif)
(individu
misalnya pemberian pujian, materi
mampu mengerahkan usaha yang
dan lainnya.
cukup
c. Status atau peran individu dalam
dengan
lingkungan derajat sosial seseorang
(individu
mempengaruhi
mampu mengerjakan tugas dengan
penghargaan
dari
orang lain dan rasa percaya diri.
tepat),
merasa
untuk baik),
yakin
dirinya
mengerjakan tingkat
merasa
yakin
produktivitas
tugas
ketepatan dirinya
(individu
merasa yakin bahwa dalam bekerja
4
mampu menghasilkan sesuatu) dan
efikasi
cara menghadapi ancaman (individu
Generality, Strenght.
merasa yakin bahwa dirinya mampu
4. Bentuk-bentuk Efikasi Diri
mengatasi ancaman yang datang).
diri
antara
Efikasi
b. Generality (keumuman)
bentuk
lain
diri
Level,
mempunyai
sendiri-sendiri,
Bandura
Aspek ini berhubungan luas
(1997) mengatakan bahwa individu
dengan bidang tugas atau lingkah
yang memiliki bentuk efikasi diri
laku.
memiliki
tinggi yaitu memiliki sikap optimis,
keyakinan diri yang tinggi, akan
suasana hati yang positif dapat
merasa yakin kalau dirinya mampu
memperbaiki
mengerjakan tugas lebih banyak dan
memproses informasi secara lebih
pada
luas
efisien, memiliki pemikiran bahwa
dengan
yang
kegagalan bukanlah sesuatu yang
lain.
Individu
merugikan namun justru memotivasi
dengan keyakinan diri yang tinggi
diri untuk melakukan yang lebih baik
akan ditandai dengan pengharapan
sedangkan individu yang memiliki
dapat menguasai bidang tingkah laku
efikasi diri rendah yaitu memiliki
yang umum.
sikap
c. Strength (kekuatan)
negatif meningkatkan kemungkinan
Individu
bidang
yang
yang
dibandingkan dikerjakan
orang
lebih
Aspek ini berkaitan dengan
kemampuan
pesimis,suasana
hati
untuk
yang
seseorang menjadi marah, merasa
tingkat kekuatan atau kemantapan
bersalah,
seseorang terhadap keyakinannya.
kesalahan mereka.
Individu dengan keyakinan diri yang
dan
Berdasarkan
memperbesar
uraian
diatas
tinggi akan gigih dan ulet dalam
dapat disimpulkan bahwa efikasi diri
menjalankan
tinggi memiliki sikap optimis dan
usahanya
walaupun
menemui hambatan dan kesulitan
suasana
serta merasa yakin bahwa aktivitas
efikasi diri yang rendah memiliki
yang dipilihnya akan dapat dilakukan
sikap pesimis dan suasana hati
dengan sukses.
negatif.
Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa
aspek-aspek
5
hati
positif.
Sedangkan
B. Efikasi Diri pada Remaja
keyakinan diri pada remaja. Dalam
Korban Perceraian Orang Tua
hal ini, efikasi diri mempunyai
Setiap
remaja
pasti
peranan penting dalam menghadapi
menginginkan dan mengharapkan
tantangan masa depan pada remaja
keluarga yang utuh dan harmonis.
korban perceraian.
Namun, tidak semua harapan remaja
Remaja
korban
perceraian
itu dapat terwujud. Beberapa remaja
membutuh dukungan sosial orang tua
justru tidak mendapatkan keutuhan
dan keluarga untuk keluar dari
dan keharmonisan dalam keluarga.
masalah
Salah satu
dengan dukungan sosial yang baik
alasan remaja tidak
mendapatkan
keutuhan
yang
dihadapi.
Remaja
dan
maka akan memiliki efikasi diri yang
keharmonisan dalam keluarga yaitu
tinggi. Remaja denga efikasi diri
perceraian kedua orang tuanya.
tinggi memiliki ciri-ciri antara lain
Perceraian orang tua dapat
mereka lebih mandiri, optimis, dapat
meningkatkan stress dan masalah-
mengontrol diri, suasana hati positif
masalah sosial pada remaja. Selain
dan dapat memotivasi diri sendiri.
itu, perceraian juga mengakibatkan
Akan
kegagalan
menyelesaikan
remaja korban perceraian dengan
tugas karena remaja tidak memiliki
dukungan sosial yang kurang baik
keyakinan diri yang tinggi. Peran dan
maka akan memiliki efikasi diri yang
pola asuh serta dukunga sosial orang
rendah.
tua dan keluarga terdekat sangat
efikasi diri rendah antara lain agresif,
penting
pesimis, kurang mandiri, kurang
untuk
untuk
terbentuknya
6
tetapi
sebaliknya
Ciri-ciri
remaja
apabila
dengan
percaya diri, dan suasana hati yang
METODE PENELITIAN
negatif (Bandura, 1997).
A. Identifikasi Gejala Penelitian
Dalam
efikasi
diri
pada
Dalam hal ini gejala atau fenomena yang akan diteliti adalah:
remaja korban perceraian orang tua,
Efikasi Diri pada Remaja Korban remaja sosial
membutuhkan dari
keluarga
orang untuk
dukungan
tua
Perceraian.
maupun
B. Definisi Gejala Operasional Definisi
menumbuhkan
perceraian
diri yang tinggi maupun efikasi diri
orang
tua
adalah
keyakinan akan kemampuan diri
yang rendah.
remaja korban perceraian orang tua
C. Pertanyaan Penelitian
untuk dapat keluar dari masalah-
Berdasarkan kerangka teoritis dikemukakan,
dari
efikasi diri pada remaja korban
efikasi dirinya agar terbentuk efikasi
yang
operasional
masalah
diajukan
perceraian
sehingga
terbentuk efikasi dir yang baik. Hal
pertanyaan penelitiann yaitu:
ini akan mengakibatkan bagaimana
1. Apa penyebab perceraian orang
remaja berpikir, bertingkah laku
tua?
(keputusan-keputusan yang dipilih,
2. Bagaimana dampak perceraian
usaha-usaha dan keteguhannya pada
orang tua terhadap anak?
saat mengahadapi hambatan), dan
3. Faktor apa yang memperngaruhi
memiliki rasa bahwa remaja mampu
efikasi diri pada remaja korban
untuk
perceraian?
mengendalikan
sosialnya.
4. Bagaimana bentuk-bentuk efikasi diri pada remaja korban perceraian?
7
lingkungan
dalam
C. Informan penelitian Pemilihan informan dalam
penelitian
ini
diketahui
bahwa:
penelitian dipilih secara purposive yaitu penentuan informan sesuai dengan
kriteria
yang
Pertama,
telah
penyebab
perceraian orang tua, perceraian
ditentukan. Karakteristik informan utama penelitian ini adalah:1) remaja
orang tua para informan disebabkan
korban perceraian; 2) berusia 17-19
karena orang tua sering bertengkar,
tahun; 3) berdomisili di daerah
tidak adanya tanggung jawab ayah
Surakarta. terhadap keluarga, ketidak cocokan,
D. Metode Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data
dengan
perselingkuhan
cara
perhatian
wawancara dan observasi.
Analisis data kualitatif adalah mengatur
urusan
kurangnya
pada
keluarga.
Berdasarkan informasi dari para
E. Metode Analisis Data
proses
dan
informan sesuai dengan Wiaswiyanti
data,
(dalam
mengorganisasikan ke dalam suatu
Subiyanto,
2004)
yang
pola, kategori, dan satuan urusan
menyatakan bahwa faktor penyebab
dasar. Sehingga dapat ditemukan
perceraian
tema dan dapat dirumuskan hipotesis
(Moleong,
2002).
lain:
a)
kekecewaaan; pada mulanya mereka
kerja seperti yang disarankan oleh data
antara
berusaha
Data
penelitian kualitatif tidak berbentuk
menampilkan
diri
sesempurna mungkin agar diterima
angka tetapi lebih banyak berupa
oleh
narasi, deskripsi, cerita, dokumen
pasangannya,
dalam
tertulis, ataupun bentuk-bentuk non
perjalanan
angka lain (Poerwandari,1998).
menunujukkan dirinya sebenarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
waktu
tapi
Kekecewaan
Berdasarkan wawancara yang
muncul
dilakukan kepada para informan 8
demi
sehingga
mereka
kekecewaan pertengkaran
muncul setiap hari. b) kebosanan;
tidak
perjalanan hidup suami istri diwarnai
dampak positif perceraian orang tua
rutinitas monoton yang terkadang
antara
membosankan.
tangga
informan berpikir positif tentang
menjadi mekanis dan rutin tanpa
dirinya serta menganggap perceraian
warna, hampar tanpa rasa namun
bukan akhir dari segalanya. Dampak
tetap
perceraian orang tua pada anak
dijalani
Rumah
yang
membuat
pasangan tidak sejalan.
percaya
lain
pada
membuat
orang
tua,
lingkungan, komunitasnya, usia dan
orang tua, perceraian orang tua
jenis
menimbulkan
mempunyai
dampak
Sedangkan
perceraian
tergantung
Kedua, dampak perceraian
diri.
khususnya
kelamin
anak.
persepsi
yang
baik
maka
akan
pada
anak,
pada anak baik dampak negatif
terhadap
maupun dampak positif. Dampak
berdampak
negatif perceraian orang tua pada
sedangkan anak dengan persepsi
anak antara lain perceraian membuat
yang
informan berpikir negatif tentang
perceraian maka akan berdampak
dirinya, melakukan hal-hal negatif
negatif pada anak (Addini, 2012).
seperti percobaan bunuh diri, kabur
perceraian
Anak
positif
kurang
Ketiga,
baik
terhadap
masalah-masalah
dari rumah dan sering membolos,
pasca
perceraian membuat informan hidup
perceraian orang tua menimbulkan
sendiri, mencari nafkah sendiri dan
masalah-masalah
terkadang
dan
dihadapi oleh anak seperti anak
dikucilkan, mereka juga menjadi
kurang perhatian, kurangnya kasih
mereka
dihina
9
perceraian
orang
yang
tua,
harus
sayang, ketidakbersamaan dengan
positif seperti main atau berlibur
kedua orang tua dan
bersama
melihat
perasaan iri
teman-temannya
teman,
rajin
belajar,
dengan
berkarya, dan berserah diri pada
kasih sayang orang tua yang utuh.
Alloh SWT. Selain itu dukungan
Kurangnya
tua
keluarga dan orang-orang terdekat
(tunggal) tentu akan mempengaruhi
juga dibutuhkan agar anak korban
perkembangan jiwa anak. Merasa
perceraian
kasih
yang
keyakinan dan kepercayaan dirinya
didapatkan tidak utuh, anak akan
untuk bersosialisasi dan menghadapi
mencari perhatian dari orang lain
lingkungannya. Efikasi diri atau
atau bahkan ada yang merasa minder
keyakinan diri pada individu terjadi
dan tertekan. Anak-anak tersebut
apabila
umumnya mencari pelarian dan tidak
mengenali diri sendiri apa adanya
jarang terjerat dalam pergaulan bebas
dengan
(Komara, 2012).
kelebihan, karena dengan itu akan
perhatian
sayang
orang
orang
tua
Keempat, solusi mengatasi masalah
pasca
mampu
individu
segala
meningkatkan
dapat
belajar
kekurangan
dan
tumbuh keyakinan dalam dirinya
perceraian,
sendiri
kyang
dapat
masalah-masalah pasca perceraian
aktivitasnya
memerlukan solusi supaya anak bisa
halangan atau hambatan apapun
mengalami
(Bandura,
perubahan-perubahan
sehingga
melakukan
1997).
tidak
Selain
ada
itu
dalam dirinya. Solusi mengatasi
dukungan keluarga diberikan agar
masalah pasca perceraian orang tua
individu
antara lain melakukan hal-hal yang
dukungan sosial, secara emosional
10
merasa
memperoleh
merasa diperhatikan, mendapat saran
terdekat, dimana dukungan keluarga
atau kesan yang menyenangkan pada
berpengaruh
dirinya. Dukungan keluarga dan
efikasi diri pada anak. Dukungan
orang-orang
sosial dari keluarga yang tinggi akan
terdekat
dapat
pada
terbentuknya
memberikan keuntungan emosional
menumbuhkan
efikasi
yang berpengaruh pada tingkah laku
tinggi
individu.
(Gottlieb dalam Suparyanto 2012).
dengan efikasi diri yang tinggi
Kelima,
perubahan-
pada
diri
yang
Individu
memiliki sikap optimis, suasana hati
pasca
yang positif, memiliki pemikiran
perceraian orang tua, setelah anak
bahwa kegagalan bukanlah sesuatu
mendapat solusi dan dapat keluar
yang merugikan namun memotivasi
dari masalah yang dihadapi pasca
diri untuk melakukan yang lebih
perceraian, anak akan mengalami
baik. Sedangkan individu dengan
perubahan-perubahan dalam dirinya
dukungan sosial dari keluarga yang
antara lain anak lebih mandiri, lebih
rendah
bertanggung jawab, rajin belajar,
individu
lebih tegar, lebih kuat dan emosi
Individu dengan efikasi diri yang
lebih terkontrol, yang paling penting
rendah memiliki sikap yang pesimis,
anak bisa menumbuhkan keyakinan
suasana hati yang negatif, individu
diri dalam dirinya untuk berhasil
menjadi marah, merasa bersalah dan
dikemudian
memperbesar
perubahan
pada
hari.
anak
Perubahan-
perubahan tersebut tidak lepas dari
maka
efikasi
tersebut
11
juga
kesalahan
(Bandura, 1997).
dukungan keluarga dan orang-orang
diri
pada
rendah.
mereka
Berdasarkan informan
diperoleh
data
dari
PENUTUP
bahwa
para
A. Kesimpulan
informan memiliki dukungan sosial
Berdasarkan
hasil
analisis
keluarga yang baik sehingga para
dan pembahasan penelitian maka
informan memilki efikasi diri yang
dapat disimpulkan bahwa:
tinggi . informan dengan efikasi diri
1. Penyebab perceraian orang tua
yang tinggi maka akan mengalami
beragam.
perubahan-perubahan dalam dirinya
tersebut antara lain ketidakcocokan
antara lain informan lebih mandiri,
antara
lebih bertanggung jawab, memiliki
tanggung jawab terhadap keluarga,
semangat belajar, prestasi belajar
tidak
meningkat,
kemajuan
keluarga,
bertindak,
perselingkuhan.
dalam
mengalami
berpikir
dan
Penyebab
keduanya,
adanya
perceraian
tidak
perhatian
adanya
terhadap
pertengkaran
dan
optimis akan masa depan yang lebih
2. Perceraian orang tua berdampak
baek, emosi lebih terkontrol serta
pada anak baik berdampak positif
lebih kuat, tegar dan sabar.
maupun negatif. Dampak negatif dari
Kelemahan dalam penelitian
perceraian orang tua antara lain
ini adalah tidak menggali informasi
percobaan bunuh diri, pergi dari
dari second person sebagai cross cek
rumah, sering bolos sekolah, nakal,
data
terjerumus narkoba, miras bahkan
informan
penelitian
utama.
Dalam
selanjutnya
dapat
sampai
dilakukan cross cek data dengan
seks
bebas.
Sedangkan
dampak positif perceraian orang tua
menambahkan informan sekunder.
12
yaitu anak selalu berpikir positif
baik. Sedangkan individu dengan
terhadap perceraian.
dukungan sosial dari keluarga yang
3. Perceraian orang tua tak lepas dari
rendah
masalah yang dihadapi oleh anak,
individu
permasalahan tersebut membutuhkan
Individu dengan efikasi diri yang
solusi agar anak dapat keluar dari
rendah memiliki sikap yang pesimis,
masalah tersebut. Solusi dari masalah
suasana hati yang negatif, individu
tersebut
menjadi marah, merasa bersalah dan
berupa
dukungan
dari
maka
efikasi
tersebut
diri
juga
pada
rendah.
keluarga dan orang-orang terdekat.
memperbesar kesalahan mereka.
Dukungan keluarga dan orang-orang
B. Saran
terdekat
dapat
keyakinan
diri
meningkatkan anak
Berdasarkan hasil penelitian
korban
yang telah dilakukan, maka peneliti
perceraian orang tua.
mengajukan
4. Remaja dengan dukungan sosial
efikasi
tinggi
individu.
pada
diri
sebagai
berikut :
dari keluarga yang tinggi akan menumbuhkan
saran-saran
1. Bagi informan
yang
Bagi
Individu
remaja
korban
perceraian orang tua diharapkan
dengan efikasi diri yang tinggi
lebih meningkatkan efikasi dirinya
memiliki sikap optimis, suasana hati
agar perceraian tidak berdampak
yang positif, memiliki pemikiran
negatif bagi dirinya dan diharapkan
bahwa kegagalan bukanlah sesuatu
dengan menumbuhkan efikasi dalam
yang merugikan namun memotivasi
diri remaja korban perceraian, remaja
diri untuk melakukan yang lebih
dapat
13
mengalami
perubahan-
perubahan yang positif dalam dirinya
Azwar, S. 1996. Efikasi Diri dan Prestasi Belajar Statistik pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
pasca perceraian serta optimis akan masa depan yang lebih baik. 2. Bagi keluarga Bagi
keluarga
Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.
diharapkan
membantu remaja korban perceraian orang
tua
untuk
Baskoro, A. 2008. Hubungan antara Persepsi terhadap Perceraian Orang Tua dengan Optimisme Masa Depan Pada Remaja Korban Perceraian. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
meningkatkan
efikasi diri dengan cara memberikan dukungan sosial, perhatiaan serta kasih sayang agar remaja korban perceraian dapat menjadi individu yang lebih baik.
Baron, R.A & Byrne, D. Social Psychology Understanding Human Interaction. Boston: Allyn&Bacon.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design. London: Sage Publications.
Addini, I. 2012. Bercerai Itu Positif, Lho?. Diperoleh dari http//: www.pahatankata.com. Diakses 23 Desember 2012.
Hambawani,E. 2000. Hubungan Self Efficacy dan Persepsi Anak terhadap Perhatian Orang tua dengan Persepsi Belajar pada Penyandang Tuna Daksa. Jurnal Psikologi. No.1, 33-40.
Adicondro, N dan Purnamasari, A. 2011. Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self Regulated Learning pada Siswa Kelas VIII. Jurnal Psikologi. No.1, Vol. VIII. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Indrawati, T. 2011. Marak, Kasus Suami Telantarkan Istri. Diperoleh dari http//: www.solopos.com. Diakses 04 Oktober 2011.
Atkinson, J.W. 1995. Pengantar Psikologi (Terjemahan Nurdjanah dan Rukmini). Jakarta: Erlangga.
Juniarty, W. 1997. Pengaruh Self Efficacy terhadap 14
Siswanto. 2010. Perceraian Diperoleh
Sisi Positif bagi Anak. dari http//: www.Vivanews.com. Diakses 10 Agustus 2010.
Keyakinan Menjalani Hidup pada Remaja Korban Perceraian. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Komara,
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan (Terjemahan Kartono, K). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
H. 2012. Pengaruh Perceraian Terhadap Remaja. Diperoleh dari http//: www.blogspot.com. Diakses 10 oktober 2014.
Subiyanto, D. 2004. Membahagiakan Pasangan: Kiat Mengembangkan dan Memperdalam Relasi Suami Istri. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lauster, P. 1998. Tes Kepribadian (Terjemahan D.H.Gulo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suparyanto. 2010. Konsep Dukungan Keluarga. Diperoleh dari http//:www.google.com. Diakses 12 Juli 2010.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wangmuba. 2009. Self Efficacy: Materi Psikologi (Artikel). Diperoleh dari http//: www.wangmuba.com. Diakses 23 Desember 2010.
Papalia, D, Old, S dan Feidman, R. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) : bag. I-IV. Edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Widanarti, N dan Indati, A. 2002. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Efficacy pada Remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. No 2, 112123. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.
Yudiarso, A. 2011. Dampak Perceraian pada anak. Diperoleh dari http//: www.surabayapostonline.co m. Diakse 23 Desember 2010.
Rosyid, I. 2009. Angka Perceraian di Sragen Terus Meningkat. Diperoleh dari http//: www.tempointeraktif.com. Diakses 23 Desember 2010.
15