NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI DIET PADA REMAJA
-
Psikologi
Diajukan oleh ANDINI DWIJAYANTI NUR FATRIA 03 320 160
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI DIET PADA REMAJA
Telah Disetujui Pada Tanggal … … … … … … … … … … … .
Dosen Pembimbing
Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Si
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI DIET PADA REMAJA
Abstraksi Remaja dalam masyarakat dihadapkan pada banyak tugas perkembangan, seperti mendapatkan pekerjaan, memilih teman hidup, dan belajar membentuk suatu keluarga. Oleh karena itu mereka memiliki kecenderungan untuk mengasosiasikan tampilan yang menarik atau cantik dengan kebahagiaan atau sukses dalam memenuhi tugas perkembangan tersebut. Salah satu cara untuk tampil cantik adalah memiliki bentuk tubuh yang ideal, sehingga remaja memiliki intensi diet yang cukup tinggi untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Agar konflik yang dialami dapat berkurang, remaja yang memiliki intensi diet perlu mendapat dukungan sosial yang tinggi. Penelitian ini berujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja putri. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja putri. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi intensi diet, dan sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula intensi diet. Subjek dalam penelitian ini adalah 72 mahasiswa putri UII Yogyakarta, berusia 18-22 tahun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Metode analisi data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.5. Hasil analisis menunjukkan bahwa antara variabel dukungan sosial dan intensi diet memiliki nilai r xy 2 = -0.107 dengan p = 0.184. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan intensi diet” ditolak
Kata Kunci: Dukungan Sosial, Intensi Diet. .
PENGANTAR A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan dimana individu yang bersangkutan dikonfrontasikan tidak hanya dengan perubahan tubuhnya yang dramatis, tetapi juga dengan serangkaian tugas perkembangan yang kompleks dan saling terkait. Tuntutan tugas perkembangan seperti mendapatkan pekerjaan, memilih teman hidup, dan belajar membentuk suatu keluarga menjadi salah satu penunjang terjadinya gangguan makan, oleh karena itu mereka memiliki kecenderungan untuk mengasosiasikan tampilan yang menarik atau cantik dengan kebahagiaan atau sukses dalam memenuhi tugas perkembangan tersebut. Remaja sangat memperhatikan penampilan fisiknya karena pada tahap perkembangan ini terjadi perubahan fisik dan timbulnya dorongan kuat untuk memperluas lingkup pergaulan untuk memenuhi tugas perkembangan. Memiliki tubuh ideal membuat remaja dapat tampil menarik, tampilan yang menarik sering diasosiasikan dengan kesempatan yang lebih luas untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan, seperti mendapatkan pekerjaan, menarik pasangan dan tugas lainnya. Furhman (Hartanti, 1998) mengatakan bahwa keinginan remaja untuk tampil menarik menjadi salah satu faktor munculnya intensi untuk melakukan diet. Berdasarkan hasil survei di Inggris (Hill, dkk, 1992), salah satu masalah perilaku makan yang menonjol dan populer pada remaja adalah diet, diperkirakan
sekitar 73% remaja putri melakukan diet untuk menurunkan berat badan, sedangkan di Jepang sekitar 35% remaja putri melakukan diet (Hartanti, 1998). Menurut Hill, dkk (1992) diet dilakukan oleh remaja karena diet dapat memberi keuntungan psikososial yaitu dengan berkurangnya berat badan maka penampilan diri akan semakin baik. Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan intensi sebagai sesuatu yang lebih spesifik dari sebuah perilaku serta merupakan prediktor atau penentu dari perilaku yang tampak. Disamping itu, mengacu pada kerangka theory of planned behavior (Ajzen, 2006) tingkah laku akan berawal dari berubahnya intensi yang mendasari munculnya tingkah laku. Beberapa faktor yang mempengaruhi intensi diet, antara lain: sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Salah satu faktor intensi diet yang dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial adalah norma subjektif, karena norma subjektif adalah determinan intensi yang bersumber dari pengaruh pada lingkungan sosial. Sedangkan dukungan sosial adalah hubungan sosial yang bersifat menolong dan bersumber dari lingkungan sosial, yaitu keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Individu membutuhkan dukungan, terutama dari orang-orang terdekat untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Tampilan fisik yang baik memberi kemudahan bagi individu untuk meraih prestasi yang baik sehingga individu dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik. Wing (Smet, 1994) berpendapat
bahwa pendekatan yang terbaik untuk mengurangi berat badan secara berangsurangsur adalah merubah gaya hidup secara permanen dan dukungan dari keluarga. Diet yang dilakukan oleh remaja terkadang tidak dapat mencapai target yang diinginkan, sehingga remaja tidak berhasil mendapatkan berat badan yang diharapkan. Colleti dan Brownell (Smet, 1994) menyatakan bahwa individu lebih mungkin dapat sukses dalam melakukan diet jika mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi atau keyakinan diri bahwa mereka dapat melakukan itu, dan juga mereka mempunyai dukungan sosial dari keluarga-keluarga mereka dan orang yang lain dalam jaringan sosial mereka. Mempunyai dukungan sosial juga dapat menguntungkan bagi kesehatan seseorang. Hasil penelitian Broadhead, dkk (Widyasari, 2002) yang menyatakan bahwa individu yang merasa mendapat dukungan sosial akan lebih sehat secara fisik dan psikisnya dibandingkan dengan individu yang tidak mendapat dukungan sosial. Sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang serius yang disebabkan oleh diet yang dilakukan dapat dihindari. Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, teman dan lingkungan sangat mempengaruhi remaja dalam munculnya intensi untuk diet.
B. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima remaja, semakin tinggi pula intensi dietnya.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja.
TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Diet 1. Pengertian Intensi APA Dictionary of Psychology (2006) menjelaskan pengertian intensi adalah suatu keputusan sadar untuk melaksanakan suatu perilaku. Pengertian lainnya antara lain suatu tekad untuk bertindak dalam suatu cara tertentu, atau suatu dorongan atau gerakan hati untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action), Smet (1994) menjelaskan bahwa intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku. Jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang tersebut. Intensi ditentukan oleh sikap yang merupakan hasil pertimbangan konsekuensi yang akan diterima oleh individu dan norma subjektif atau norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Ajzen dan Fishbein (1975) menyatakan bahwa intensi adalah suatu tempat dalam dimensi probabilitas subjektif seseorang mengenai hubungan antara orang tersebut dengan beberapa tindakan. Disamping intensi (intention), Ajzen dan Fisbein (1975) juga menyebutkan adanya intensi perilaku (behavioral intention) yang
didefinisikan sebagai probabilitas subjektif yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu perilaku.. Berdasarkan definisi mengenai intensi diatas, dalam penelitian ini
dapat
disimpulkan bahwa definisi intensi adalah prediktor perilaku yang akan dilakukan atau tidak dilakukan individu, yang ditentukan oleh sikap dan norma subjektif.
2. Pengertian Intensi Diet Pengertian diet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), selain itu menjalankan diet berarti berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu (untuk kesehatan) dan sebagainya. APA Dictionary of Psychology (2006) menjelaskan pengertian diet adalah pembatasan makan dari sejumlah atau satu jenis makanan, pada umumnya dilakukan sebagai suatu usaha untuk menurunkan berat badan atau untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Berdasarkan berbagai pengertian mengenai intensi serta pengertian mengenai diet yang telah dijelaskan sebelumnya dapat penulis simpulkan bahwa pengertian intensi diet adalah suatu tekad atau niat yang mendasari seseorang untuk membatasi dan menahan diri terhadap makanan dan minuman tertentu sebagai suatu usaha untuk menurunkan berat badan.
3. Aspek-aspek Intensi Diet Menurut Ajzen (2006), dalam dalam konsep Theory of Planned Behavior Questionnaire terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi intensi, yaitu: a. Target, yang berarti sasaran yang akan dituju oleh perilaku b. Action, yang berarti tindakan dan bisa diartikan pula sebagai perilaku yang akan diwujudkan secara nyata. c. Context, yang berarti konteks atau situasi d. Time, yang berarti waktu menyangkut kapan sebuah perilaku akan diwujudkan. Berdasarkan penjelasan mengenai kekhususan intensi, dapat disimpulkan bahwa kekhususan intensi dibatasi oleh beberapa aspek, yaitu: (a) Target atau sasaran; (b) Action atau perilaku nyata; (c) Context atau konteks situasi; (d) Time atau waktu.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Diet pada Remaja . Ajzen & Fishbein (Sarwono, 1997) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi adalah : a. Sikap, yang berisi keyakinan individu mengenai suatu perilaku dan evaluasi individu mengenai hasil dari perilaku tersebut. Misalnya perilaku diet pada remaja, individu akan melihat dari sisi positif dan sisi negatif dari perilaku tersebut. Jika perilaku diet lebih memberikan keuntungan, seperti akan memperoleh bentuk tubuh yang ideal, sehingga akan lebih dihargai oleh teman,
lebih mudah mendapatkan pasangan, dan lebih mudah mendapatkan kesempatan untuk bekerja, maka intensi untuk melakukan diet akan lebih tinggi. b. Norma subjektif, yaitu keyakinan individu tentang apakah individu harus melakukan suatu perilaku atau tidak berdasarkan pendapat orang-orang yang berarti bagi individu dan keinginan individu tersebut untuk menuruti pendapat orang-orang. Ajzen dan Fishbein (1975) juga menjelaskan bahwa norma subjektif merupakan determinan intensi yang bersumber dari pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku yang akan dilakukan. c. Kontrol perilaku, yaitu pengamatan individu mengenai hal-hal yang mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Kontrol perilaku berisi penilaian individu mengenai hal-hal yang mendukung dan hal-hal yang menghambat individu untuk melakukan suatu perilaku dan kondisi-kondisi yang tidak menunjang bagi tampilnya perilaku. Dukungan dan hambatan yang dirasakan oleh individu tersebut akan menjadi bahan pertimbangan ketika individu akan melakukan suatu perilaku. Individu yang akan melakukan diet akan mempertimbangkan kerugian-kerugian yang ada. Jika kerugian tersebut bisa dihadapinya, seperti pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya, maka intensi untuk melakukan diet akan lebih tinggi. Karena bagi individu, hal tersebut bukan penghalang untuk melakukan diet. Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa intensi diet pada remaja dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: (a) sikap yang dimiliki remaja
terhadap diet dan perilaku diet; (b)norma subjektif, yang merupakan penerimaan atau penolakan orang lain bila remaja melakukan diet; (c) kontrol tingkah laku yang menyangkut kemampuan untuk melakukan tingkah laku tertentu, dalam hal ini adalah kemampuan untuk melakukan diet.
B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Sarason, dkk (Hartanti, 2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari interaksi ini, individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai dirinya. Dukungan sosial menurut Johnson dan Johnson (Kurniawati, 2005) didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat dimodalkan untuk memberikan bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dalam hidup individu. Dukungan sosial juga dimaksudkan dengan adanya keberadaan dan ketersediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu mendorong, menerima dan menjaga individu. Dukungan sosial berarti pula adanya orang yang dapat membantu individu menggunakan sumber-sumber psikologis yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah.
Menurut House (Rohayati, 2004) dukungan sosial dapat diartikan sebagai bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dan melibatkan aspek perhatian emosi, informasi, bantuan instrumen dan penilaian. Berdasarkan pendapat para ahli tentang dukungan sosial dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial sebagai interaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial tersebut dapat berupa keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Aspek-aspek dukungan sosial oleh House (Utami dan Hasanat, 1998): a. Informasi (tentang lingkungan) Dukungan informasi dapat berupa saran-saran, nasehat, petunjuk yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat membatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluarnya.
b. Perhatian emosi (rasa suka, cinta, empati) Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan dia bahwa dirinya diperhatikan orang lain.
c. Penilaian (informasi yang berhubungan dengan evaluasi diri) Penilaian berisi penghargaan positif, dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu lain. d. Bantuan Instrumental (materi/ pelayanan) Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti layanan, barang-barang, dan finansial. Dari penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi dukungan sosial adalah aspek emosional, aspek informasi, aspek instrumental dan aspek penilaian positif terhadap individu.
METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Berdasarkan hipotesis yang diajukan, varibel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
: Dukungan Sosial
2. Variabel Tergantung
: Intensi Diet
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensi Diet Intensi diet yaitu suatu tekad untuk bertindak dalam suatu cara tertentu yang ditentukan oleh sikap dan norma subjektif, dalam hal ini adalah tindakan untuk melakukan diet, yaitu modifikasi jumlah asupan makanan dan menahan diri terhadap makanan tertentu dengan tujuan menurunkan berat badannya untuk mendapatkan berat badan yang diinginkan atau ideal. Intensi diet individu diungkap dengan skala intensi diet yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Ajzen (2006), yaitu : Target, Action, Context, dan Time. Dalam skala ini, semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi pula intensi dietnya. Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah intensi dietnya.
2. Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan dukungan yang diperoleh individu dari orang lain melalui hubungan interpersonal yang bermanfaat dalam membantu menghadapi permasalahan. Individu memperoleh dukungan dari orang tua, teman-teman, serta
masyarakat atau lingkungan sekitarnya berupa dukungan emosional, penilaian, informasi dan instrumental. Dukungan sosial ini diukur dengan menggunakan skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial oleh House (Sarafino, 1990). Aspek-aspek tersebut antara lain :
Informasi, Perhatian emosi, Penilaian, dan
Instrumental. Tingkat dukungan sosial akan dapat dilihat dari skor total yang diperoleh pada skala ini. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi dukungan sosialnya. Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah dukungan sosialnya.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berusia antara 18 - 22 tahun, dan aktif sebagai mahasiswa Universitas Islam Indonesia Jogjakarta.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Metode skala ini digunakan mengingat variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial dan intensi diet lebih mudah diungkap
dengan metode skala. Metode skala juga memiliki bentuk langsung yang mendasar pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Metode skala memiliki ciri khas atau karakteristik sebagai alat ukur psikologis yaitu stimulus berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkap (dalam bentuk indikator perilaku) atribut yang hendak diukur, indikator-indikator perilakunya diterjemahkan dalam bentuk-bentuk aitem.
HASIL PENELITIAN A. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorov-smirnov test dari program SPSS 11.5 for windows. Hasil perhitungan diperoleh sebaran skor pada variabel dukungan sosial adalah normal (K-S Z = 0,797 ; p = 0,550 atau p > 0,05) dan sebaran variabel intensi diet adalah normal (K-S Z = 1,231 ; p = 0,097 atau p > 0,05). Karena data yang diperoleh memiliki signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa setiap data terdistribusi normal.
B. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 11.5 untuk statistic compare means. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel dukungan sosial dan intensi diet pada remaja putri menunjukkan bahwa F = 1,106 dan p = 0,300 (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak linier.
C. Uji Hipotesis Hubungan antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja putri semula dapat diketahui dari product moment untuk uji hipotesis. Karena hasil uji asumsi dari salah satu pada kedua variabel tersebut menunjukkan tidak linieritas maka uji hipotesis yang digunakan adalah stastistik nonparametrik (one tailed) dari
Spearman yang terdapat pada program komputer SPSS versi 11.5. Hasil analisis tersebut diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar –0,107 dengan p = 0,184 (p>0,05). Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan positif antara kedua variabel penelitian. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja putri ditolak.
D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan positif antara dukungan sosial dengan intensi diet. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis nonparametrik dari Spearman menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial, tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel intensi diet. Hasil analisis data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis tersebut terbukti melalui tingginya nilai koefisien korelasi yang diperoleh ((rxy) = -0,107 dengan p = 0,184). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan intensi diet pada subyek penelitian. Sehingga dukungan sosial yang merupakan hubungan yang membantu, bermanfaat, dan diperoleh dari orang-orang terdekat, yaitu keluarga, teman, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, tidak cukup membantu dalam munculnya keinginan untuk menurunkan berat badan agar mendapatkan bentuk badan yang ideal.
Jeffery (1999) mengatakan bahwa dukungan sosial pada penurunan berat badan memiliki pengaruh yang cukup menjanjikan namun pengaruhnya terbatas, dengan kata lain dukungan sosial tidak secara langsung berhubungan dengan penurunan berat badan. Hipotesis dalam penelitian ini ditolak dikarenakan remaja putri yang memiliki dukungan sosial yang tinggi ternyata intensi untuk dietnya rendah. Hal ini juga dapat dilihat berdasarkan norma kategorisasi, yakni pada skala dukungan sosial dapat diketahui 63,89 % subyek masuk pada kategori tinggi, sedangkan persentase terendah masuk pada kategori sedang yakni 11,11 %. Pada hasil kategorisasi skala intensi diet dapat diketahui persentase tertinggi adalah subyek pada kategori rendah yakni 40,28 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat dukungan sosial pada remaja putri tinggi, maka intensi dietnya cenderung rendah. Sehingga hasil hipotesis menunjukkan tidak ada korelasi antara dua variabel tersebut. Menurut Fishbein dan Ajzen (Ajzen, 2006) intensi didefinisikan sebagai niat untuk melakukan perilaku tertentu. Salah satu faktor yang berhubungan langsung antara intensi diet dengan dukungan sosial adalah norma subjective, yang merupakan salah satu faktor eksternal yang beresiko mengembangkan perilaku diet pada remaja. Hasil penelitian Kast dan Rosenzweig (Attie dan Brooks-Gunn, 1989) menjelaskan secara umum faktor-faktor yang beresiko mengembangkan perilaku diet remaja dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : faktor internal individu dan faktor eksternal individu Pertama, faktor internal meliputi status kemasakan fisik remaja,
massa tubuh dan berat badan, usia, kepribadian, keyakinan terhadap kesehatan (health belief), dan citra raga. Kedua, faktor eksternal, antara lain : pengaruh hubungan keluarga, status sosial ekonomi, dan nilai sosial masyarakat terhadap daya tarik dan kerampingan tubuh. Pengaruh hubungan keluarga yang menjadi salah satu sumber dukungan sosial merupakan faktor eksternal dalam salah satu faktor yang mengembangkan munculnya keinginan untuk melakukan diet, oleh karena itu hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara dukungan sosial dengan intensi diet pada remaja
kemungkinan
dapat
disebabkan
karena
banyak
faktor
lain
yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan diet. Dukungan sosial berupa hubungan keluarga memang menjadi salah satu faktor penting dalam munculnya intensi diet. Strober, dkk (Graber, dkk, 1994) menjelaskan sikap dan perilaku makan remaja putri adalah pengaruh hubungan keluarga dan lingkungan, khususnya hubungan ibu, dan keyakinan mengenai berat tubuh dan diet. Namun masih banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi munculnya intensi diet. Graber (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada beberapa indikasi yang positif antara hubungan keluarga dan lingkungan sekitar dengan program penurunan berat badan diantaranya yang bersifat melindungi dari timbulnya penyakit yang kronis. Namun faktor lain yang menyebabkan seseorang menurunkan berat badan diantaranya berhubungan dengan faktor biologis atau faktor fisik seperti
kegemukan dan faktor psikologis seperti memiliki penilaian yang rendah terhadap body image. Banyak sekali hal-hal yang dapat digali dari munculnya intensi diet. Permasalahan seperti latar belakang budaya, tingkat sosial ekonomi, dan pengaruh media massa diasumsikan juga dapat mempengaruhi intensi diet. Penelitian kali ini tidak membahas variabel - variabel tersebut, disarankan penelitian – penelitian selanjutnya dapat mengangkat topik tersebut atau bahkan mencari topik – topik lain untuk memperkaya referensi tentang intensi diet. Selain itu karena penelitian ini hanya sebatas menilai sumbangan dukungan sosial secara umum terhadap intensi diet, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat membahas secara mendetil mengenai sumbangan masing – masing aspek dukungan sosial terhadap aspek intensi diet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan cara menyebarkan skala yang telah disusun oleh peneliti sehingga kurang dapat meneliti secara detil mengenai intensi diet. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimental agar dapat meneliti lebih detil lagi. Adapun kelemahan lain dari penelitian ini adalah pada saat penyebaran angket peneliti tidak mendampingi subyek penelitian secara langsung sehingga tidak bisa mencek kelengkapan pengisian skala. Adanya pernyataan yang tidak dijawab dan terdapat juga dua jawaban pada satu pernyataan. Hal ini menyebabkan skala penelitian tersebut tidak dapat digunakan.
PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti ditolak atau tidak terbukti, hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan secara langsung terhadap intensi diet pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi (r) sebesar –0,107 dengan p = 0,184 (p>0,05). Kecilnya sumbangan efektif dukungan sosial terhadap intensi diet menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki pengaruh yang penting dalam munculnya intensi diet pada remaja.
B. Saran Dalam penelitian ini tentunya masih ada beberapa kekurangan sehingga peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang tema yang sama, di sarankan untuk menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi intensi diet. Dan akan lebih baik lagi jika melakukan penyempurnaan alat ukur yang telah digunakan oleh peneliti. Ini semata agar di peroleh hasil penelitian yang lebih akurat. Subjek penelitian juga bisa lebih di perluas lagi jangkauannya sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
REFERENSI
Abdullah, I. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang Press Afifah, D.A. 2004. Hubungan Antara Religius Dengan Konflik Peran Ganda Wanita Bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Astutik, Z. W. 2000. Pandangan Tentang Jender dab Keberhasilan Pernikahan. Sripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Anonim. Mei, 06, 2004. Wanita Berperan Ganda. www.yahoo.com Anoraga, P. November 2001. Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta Arinta,I.L., Azwar. S. 1993. Peran Jenis Androgini dan Konflik Peran ganda Pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas gadjah Mada Dowling, C. 1992. Tantangan Wanita Modern. (Penerjemah: Soekanto, S.E) Jakarta: Erlangga
Edwina, T.N. 2000. Konflik Peran ganda Ibu Bekerja Sebagai Dosen Pada masa Dewasa Awal dan Masa Dewasa Madya. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Fakih, M. April 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Cetakan ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fauziah, S.F.X., Prihanto, S., Elizabeth, M. 1999. Hubungan Antara Kemampuan Manajemen Waktu dan Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat Stress Pada Ibu Beperan Ganda. Indonesian Psychological Journal, Anima. Surabaya: Unversitas Surabaya Hadi, S. 2001. Statistik. Jilid 1. Yogyakarta: Andi Herawaty, L. 2004. Hubungan Pemahaman Gender dan Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Berpacaran. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII. Yogyakarta. Listyowati,A. 2000. Konflik Peran Ganda dan Kecemasan Kerja Pada Perempuan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Munandar, U.S.C. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) Munawar, R. Juli, 1996. Rekonstruksi Fiqh Perempuan Dalam Peradaban Masyarakat Modern. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Ababil Pinasti, D. 2004. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Keterlibatan Emosi Ibu Bekerja Pada Masa Menyusui. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII. Yogyakarta Nieke, M. S. 2003. Masalah Gender Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. www.google.com Petege, Rosa, M.C. 2003. Pemahaman Konsep Gender Dan Sikap Terhadap Ketidakadilan Gender Pada Perempuan Dalam Suku Mee di Papua. Tesis (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Ridjal, F., Margiyani, L., Fahri, A. Desember, 1993. Dinamika Gerakan Perempuan Di Indonesia. Cetakan I. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
Rini, Jacinta, F. Mei 2002. Wanita Bekerja. e-psikologi.com Rubin, J.Z., Pruitt, D.G., Kim, S.H. 1994. Social Conflict: escalation, Stalemate and Settlement. Second Edition. USA: Mc Graw-Hill. Inc Seniati, A.N.L., Dahesihsari, R. 2002. Hubungan antara Peran jenis Kelamin, Fear of Succes dan Kesukubangsaan Dengan Komitmen Dosen Perempuan Terhadap Organisasi. Indonesian Psychological Journal. Vol 17 No 4, 332-345. Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya, Universitas Indonesia. Jakarta Shaevitz, M.H. 1991. Wanita Super (terjemahan). Yogyakarta: Kanisius Sukamto, M.E., Prihanto, S., Fauziah,S.F.X. 1999. Hubungan Antara Kemampuan Manajemen Waktu Dan Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat Stress Pada Ibu Berperan Ganda. Indonesian Psychological Journal. Vol 15 No 1, 33-51. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Surabaya Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. New York: John Wiley & Sons, Inc Suryadi, D., Satiadarma, D.G., Wirawan, H. E. 1994. Gambaran Konflik Emosional dan Menentukan Prioritas Peran Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi. Th 9 No 1. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Jakarta Saifuddin, A. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saifuddin, A. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tim IP4-Lappera dengan The Asia Foundation. Juli 2001. Kesetaraan Gender, Langkah Menuju Demokratisasi Desa. (editor Utami, S.W.H).Yogyakarta. Titisari, I.B., Muhari., Hartanti. Studi Perbandingan Aktualisasi Diri Ibu-ibu Pada Ikatan Wanita Unversitas Surabaya Usia Dewasa Madya. Indonesian Psychological Journal. Vol IX. No 34 Fakultas Psikologi Unversitas Surabaya. Surabaya Trihartati, R. 2005. Hubungan Antara Persepsi Peran Ganda dengan Kinerja Pada Dosen Wanita di UII. Sripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII. Yogyakarta
Umar, S. Perspektif Jender dalam Islam. Jurnal Pemikiran Islam Paramadina. Institut Agama Islam Negeri Jakarta. Jakarta Unger, R & Crawford, M. 1992. Women and Gender: A Feminist Psychology. New York.: McGraw Hill, Inc Wolfman, B.R. 1989. Peran kaum Wanita bagaimana Menjadi cakap dan Seimbang Dalam Aneka Peran. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Kanisius