NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA SMU 1 PANGKAH TEGAL
Oleh : Indah Kartika Sanni H. Fuad Nashori S.psi, M.si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI SMU 1 PANGKAH
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
( H. FUAD NASHORI S.Psi, M.Si, Psikolog)
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA SMU 1 PANGKAH
Indah Kartika Sanni
H.Fuad Nashori S.Psi, M.si
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal sebanyak 150 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Dukungan Sosial yang dibuat oleh peneliti bersama dosen pembimbing dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh house (Smet,1994) dan Skala resiliensi dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatter (2002). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 17,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar r 0,347 dengan p = 0,000 (p < 0,01). yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : dukungan sosial, resiliensi
PENGANTAR
Peristiwa bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini banyak mengundang perhatian masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia. Dari anak sekolahan sampai orang dewasa pun ada yang melakukan bunuh diri. Menurut WHO, dalam dua tahun terakhir, terdapat 50 ribu kasus bunuh diri di Indonesia yang disebabkan oleh alasan kemiskinan (ekonomi-nasional.com, Kamis 24 Januari 2008). Contoh kasus, seorang ibu bunuh diri dengan cara terjun ke sumur dengan membawa anak bungsunya yang baru berumur 3 tahun. Diduga karena faktor kemiskinan yang terus menghimpit, yang membuat ibu tujuh anak ini nekat melakukannya (www.antara.co.id, Kamis 24 Januari 2008). Kasus-kasus bunuh diri tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja. Banyak pula kasus anak remaja yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Kasus yang terjadi pada anak remaja lebih banyak karena putus cinta, dihamili pacar yang tidak mau bertanggung jawab, atau karena tidak lulus ujian nasional. Bahkan ada kasus bunuh diri yang dikarenakan malu tidak bisa melunasi uang darmawisata. Insiden depresi pada remaja dan mereka yang berusia muda cenderung meningkat di tahun-tahun belakangan ini dan semakin mengkhawatirkan. Pada tahun 2003 saja tercatat 62 kasus bunuh diri. Jumlah ini naik tiga kali lipat dari angka tahun 2002. Usia pelaku bunuh diri pun ada yang masih belasan tahun atau remaja.
Baru baru ini terjadi kasus bunuh diri seorang remaja di Madiun. Diduga putus cinta, Desy Rosiyanti nekat bunuh diri. Siswa kelas 10 SMA Bonaventura Kota Madiun itu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di bawah jembatan Kali Gandong depan Pasar Baru Magetan, kemarin 22 Januari ( Jawapos online, 23 Januari 2008). Kasus lain, Seorang pelajar kelas 11 SMU, Wike Widianti, warga Desa Dawuan Kecamatan Sirompang Kabupaten Brebes Jawa Tengah nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Dia ditemukan menggantung di sumur rumah pamannya Rawisa, 47, di RT 03/09 Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon Sabtu (26/1/2008) sekitar pukul 14.30 WIB ( news.okezone.com, 26 Januari,2008). Bunuh
diri
pada
remaja
merupakan
barometer
adanya
suatu
ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, kurangnya mekanisme coping yang dimiliki dalam mengatasi stres. Ketika menyikapi kesulitan hidup, manusia menggunakan bermacam-macam pilihan. Ada yang negatif, seperti halnya menjadi pesimis, frustasi, putus asa hingga melakukan bunuh diri. Berbanding terbalik dengan fenomena tersebut, disisi lain ada juga orang yang berusaha dengan sekuat tenaganya untuk bangkit dan menghadapi kesulitan hidupnya ini dengan sikap positif, ia bahkan mampu mengatasi kesulitannya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Orang yang seperti ini dikatakan memiliki resiliensi yang tinggi. Menurut
Neil
(2006)
resiliensi
bukanlah
suatu
kebetulan
yang
menguntungkan, resiliensi muncul pada orang yang telah terlatih keras, mempunyai sikap yang istimewa, kemampuan kognitif dan emosi dan ketetapan hati yang teguh, untuk mengatasi tantangan berat
Ada beberapa faktor yang berperan dalam pengembangan resiliensi antara lain adalah social support yang termasuk di dalamnya pengaruh budaya,
community support dan personal support. Budaya dan komunitas dimana seseorang itu tinggal sangat mempengaruhi kemampuan resiliensi seseorang (Holaday dan McPhearson, 1997). Menurut Coleman, para remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolak ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pengaruh pada perkembangan remaja. Pada gilirannya akan terjadi remajaremaja yang berbeda-beda
pola tingkah lakunya antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain (Muss, 1968). Banyaknya fenomena bunuh diri pada anak remaja yang sering terjadi akhir-akhir ini, menunjukkan lemahnya resiliensi dalam diri seseorang, terutama remaja seperti dalam kasus yang telah diungkapkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan resiliensi seseorang menjadi terhambat, antara lain : (a) individu tersebut tidak mempelajari penyebab dari sebuah peristiwa, perilakunya, dan konsekuensi dari perilaku tersebut; (b) individu tersebut tidak
menghindari
perangkap pikiran, lebih sering menyalahkan dirinya atau orang lain dan menganggap tahu apa yang dipikirkan orang lain; (c) adanya pandangan negatif pada dirinya sendiri dan tidak percaya dengan kekuatan yang dimilikinya; (d) tidak bisa merubah sudut pandangnya terhadap satu peristiwa. Permasalahannya saat ini adalah bagaimana meminimalkan fenomena menipisnya resiliensi dan bagaimana menumbuhkan resiliensi pada remaja, Karena masalah resiliensi ini sangat penting bagi remaja karena sedang dalam masa krisis identitas. Erikson (Yusuf, 2001) berpendapat bahwa masa remaja
merupakan masa berkembangnya identitas yang diharapkan remaja dapat mempersiapkan dirinya untuk melangkah ke masa depan. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fenomena bunuh diri yang sering terjadi saat ini, berkaitan dengan resiliensi, dalam hal ini perilaku yang dipengaruhi dukungan sosial yang dimiliki seseorang. Apabila seseorang memiliki dukungan sosial yang tinggi maka akan mempunyai resiliensi yang tinggi pula sehingga perilaku yang muncul adalah mampu mengatasi tantangan, sedangkan seseorang yang dukungan sosial rendah memiliki resiliensinya rendah pula sehingga perilaku yang muncul adalah ketidakmampuan dalam mengatasi tantangan. Hal ini berkaitan dengan beberapa contoh kasus yang menunjukkan resiliensi dan tidak resiliensi seorang remaja. Remaja yang dukungan sosialnya rendah, tidak resiliensi karena perilaku yang muncul untuk mengatasi tantangan adalah bunuh diri. Sedangkan remaja yang dukungan sosialnya tinggi, menjadi resiliensi dengan bangkit kembali dan mengatasi tantangannya sampai selesai. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “ Apakah dukungan sosial berhubungan dengan resiliensi pada remaja ?”.
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII UPTD SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal, Jawa tengah, tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa kelas XII secara keseluruhan adalah 360 siswa yang terdiri dari 9 kelas. Penelitian ini
dilaksanakan di UPTD SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/2009.
B. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode
questioner yang berbentuk alat ukur skala. Skala adalah suatu alat ukur untuk mengetahui atau mengungkap aspek afektif, berupa pertanyaan atau pernyataan yang secara tidak langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, dan respon atau jawaban subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah (Azwar, 2006). Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu: 1. Skala Dukungan Sosial pada remaja Skala ini disusun berdasarkan teori House (Smet,1994) yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Indikator dukungan emosional adalah ungkapan empati, kepedulian, kenyamanan, perhatian orang yang bersangkutan.
Indikator
dukungan
penghargaan adalah ungkapan rasa hormat yang positif, dorongan untuk maju, evaluasi diri, persetujuan dengan gagasan perbandingan yang positif. Indikator dukungan instrumental adalah memberi bantuan dana, menolong memberi pekerjaan. Indikator dukungan informatif adalah memberi nasehat-nasehat, memberi saran-saran/ petunjuk, Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan butir favorable, yaitu butir yang sesuai dengan variabel; dan skala dengan butir unfavorable, yaitu butir yang tidak sesuai dengan variabel (Hadi,2004).
Validitas Skala Dukungan Sosial Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah dilakukan seleksi item terdapat aitem yang gugur sebanyak 17 dari 36 aitem yaitu 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 23, 26, 33 dan 36 sehingga aitem yang valid sebanyak 19, berikut ini adalah blue print
skala
Dukungan Sosial:
Tabel 5 Distribusi Butir Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba No
Aspek
1 Duk. Emosional
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1(1),28(17),34(12)
24(13),31(8)
5
2 Duk. Penghargaan
7(7),30(15),32(3)
2(2),14(14),19(16)
6
3 Duk. Instrumental
18(18) ,29(11)
4 Duk. Informatif Jumlah
9(9),17(6),25(5),27(19) 12
21(4)
3
35(10)
5
7
19
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba
2. Skala Resiliensi Skala ini disusun berdasarkan teori Reivich dan Shatter (2002), terdiri dari
Regulasi emosi (mengatur emosi), mengontrol dorongan hati, Optimis,
Menganalisa penyebab musibah, Empati, Kemampuan diri sendiri, menjangkau keluar.
Validitas Skala Resiliensi Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah dilakukan seleksi aitem terdapat 29 aitem yang gugur dari 56 aitem yaitu nomor 1, 3, 5, 6, 8, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 37, 39, 41, 43, 47, 48, 52, 53 dan 54. Aitem yang valid sebanyak 36. Berikut ini adalah blue print Skala Resiliensi Pada Remaja: Tabel 6 Blue print skala resiliensi pada remaja setelah uji coba No
Aspek
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1.
Regulasi emosi
21(26). 38(20)
4(4),12(12),
4
2.
Optimis
2(25), 56(27)
33(21) ,49(11),51(2)
5
3.
mengontrol dorongan hati
50(1)
24(24)
2
4.
Menganalisis 13(13), 26(3),35(15)
4
penyebab masalah
30(10)
5.
Empati
14(5)
36(23), 42(8), 46(16)
4
6.
Kemampuan diri sendiri
44(14)
9(9), 34(22), 40(18)
4
7.
Menjangkau keluar
7(7), 45 (19)
32(6),55(17)
4
10
17
27
Jumlah
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba
2. Reliabilitas Reliablitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat di percaya (Azwar, 1997).
Koefisien reliabilitas berkisar 0.0 sampai 1.0 akan tetapi seperti pada validitas, koefisien sebesar 0.0 dan 1.0 tidak pernah dijumpai (Azwar, 1997). Uji reliabilitas yang dilakukan pada skala Dukungan Sosial dan resiliensi remaja dengan menggunakan SPSS for Window versi 17.0
pada
menghasilkan
koefisien reliabilitas skala Dukungan Sosial sebesar 0,927 dan koefisien reliabilitas skala Resiliensi
pada remaja sebesar 0,915 sehingga dari hasil
tersebut dapat bahwa kedua skala tersebut cukup handal untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal. Subjek merupakan siswa kelas XII sebanyak 150 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 11-12 Desember 2008. Skala langsung diisi ditempat yang kemudian diambil setelah subjek mengisi dengan lengkap, sehingga dari 150 skala yang dibagikan semua terkumpul kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
B. Hasil Penelitian Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai prasyarat analisis sebelum melakukan analisis korelasi Semua uji prasyarat dilakukan dengan maksud agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari kebenaran. Semua uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for
windows.
1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa – siswi
SMA Negeri 1 Pangkah
yang
berjumlah 150 orang dengan perincian siswa dari kelas XII IPA A sebanyak 30 orang, siswa kelas XII IPA B sebanyak 35 orang, siswa kelas XII IPS A sebanyak 35 orang, siswa kelas XII IPS B sebanyak 25 orang dan siswa kelas XII IPS C sebanyak 25 orang. Berikut ini adalah identitas sampel penelitian: Tabel 7
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1.
Laki – laki
50
33,33 %
2.
Perempuan
100
66,67%
Jumlah
150
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, yaitu 50 (33,33 %) subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dan 100 (66,67%) subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian, subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil
penelitian
yang
berupa
angka-angka
dideskripsikan
agar
memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 8
Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel
Min
Maks
Mean
SD
Resiliensi pada remaja
62
102
80,87
6,712
Dukungan sosial
38
74
58,05
6,366
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean resiliensi remaja adalah 80,87dengan standar deviasi (SD) = 6,712.
pada
Sedangkan mean
aspek dukungan sosial 58,05 dengan standar deviasi 6,366. Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala resiliensi pada remaja menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala:
Tabel 9
Kriteria Kategori Skala Kategori
Nilai
Sangat Tinggi
X > ( µ + 1.8 σ )
Tinggi
( µ + 0.6 σ ) < X < ( µ + 1.8 σ )
Sedang
( µ - 0.6 σ ) < X < ( µ + 0.6 σ )
Rendah
( µ - 1.8 σ ) < X < ( µ - 0.6 σ )
Sangat Rendah
X < ( µ - 1.8 σ )
Tabel 10
Kategori resiliensi Pada Remaja Nilai
Kategori
Jumlah N
%
Sangat Tinggi
X > 92,9516
6
4%
Tinggi
84,8972 < X ≤ 92,9516
37
24,67%
Sedang
76,8428 < X ≤ 84,8972
75
50%
Rendah
68,7884 ≤ X ≤ 76,8428
27
18%
Sangat Rendah
X < 68,7884
5
3,33%
150
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi resiliensi pada remaja untuk kategori sangat tinggi sebanyak 6 subjek (4%), kategori tinggi 37 orang (29,67%), kategori sedang 75 orang (50%), kategori rendah 27 orang (18%) dan kategori sangat rendah 5 orang (3,33%). Berdasarkan tabel di atas, resiliensi siswa SMU Negeri 1 Pangkah berada dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi dukungan sosial disajikan dalam tabel berikut: Tabel 11 Kategori dukungan sosial Kategori
Nilai
Jumlah N
%
Sangat Tinggi
X > 69,5088
8
5,33%
Tinggi
61,8696 < X ≤ 69,5088
39
26%
Sedang
54,2304 < X ≤ 61,8696
61
40,67%
Rendah
46,5912 ≤ X ≤ 54,2304
36
24%
Sangat Rendah
X < 46,5912 Jumlah
6 150
4% 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi dukungan sosial untuk kategori sangat tinggi sebanyak 8 subjek (5,33%), kategori tinggi 39 orang (26%), kategori sedang 61 orang (40,67%), kategori rendah 36 orang (24%) dan kategori sangat rendah 6 (4%). Berdasarkan tabel di atas, kategori dukungan sosial siswa SMU Negeri 1 Pangkah berada dalam kategori sedang.
3. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai prasyarat uji hipotesis. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi sebaran jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Distribusi sebaran yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian dapat mewakili populasi yang ada, sebaliknya apabila sebaran tidak normal maka dapat disimpulkan bahwa subjek tidak representatif sehingga tidak dapat mewakili populasi. Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample Kolmogorov
Smirnov Test, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan tidak normal, sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran
dinyatakan normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor resiliensi dan dukungan sosial adalah sebagai berikut: Tabel 13
Hasil Uji Normalitas Data
Kolmogorov Smirnov
Resiliensi pada remaja Dukungan sosial
Probabilitas
0,840 0,747
0,480 0,633
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ resiliensi
pada remaja
sebesar 0,840 dengan probabilitas 0,480 dan nilai KSZ dukungan sosial sebesar 0,747 dengan probabilitas sebesar 0,633 yang berarti bahwa semua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data resiliensi
pada remaja dan data dukungan sosial
mempunyai
distribusi normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. b. Uji Linieritas Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas. Tabel 14
Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas Resiliensi pada remaja dukungan sosial
dengan
Fhit 21,481
P 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara variabel resiliensi
pada remaja dengan dukungan sosial sebesar = 21,481
dengan p=0,000 Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05),
menunjukkan bahwa hubungan variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi.
4. Hasil Uji Hipotesis Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja digunakan teknik analisis korelasi product moment. Adapun hasil dari analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan resiliensi sebesar 0,347 dengan
p = 0,000 (p < 0,01).
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa dukungan sosial mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan dengan resiliensi. Besarnya R2 sebesar 0,121 menunjukkan bahwa 12,1% resiliensi dipengaruhi oleh dukungan sosial.
D. Pembahasan Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai p yaitu 0,000 menunjukkan bahwa (p < 0,00), hasil tersebut signifikan. Analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan resiliensi sebesar 0,347 dengan p=0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa dukungan sosial mempunyai hubungan positif dengan resiliensi pada remaja, atau dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi resiliensi pada remaja. Besarnya R2 sebesar 0,121 menunjukkan bahwa 12,1% resiliensi pada remaja dipengaruhi oleh dukungan sosial. Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa resiliensi pada remaja berada dalam kategori sedang. Demikian pula dukungan sosial dalam kategori
sedang. Oleh karena itu hasil analisis korelasi Product Moment menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja. Hasil penelitian yang penulis buat sejalan dengan pernyataan Holaday dan McPhearson (1997), yang mengungkapkan beberapa cara efektif untuk mengembangkan resiliensi, antara lain adalah dengan dukungan sosial yang termasuk di dalamnya pengaruh budaya, dukungan komunitas dan dukungan personal. Kualitas hubungan dalam
komunitas dimana remaja itu tinggal
menjadi sangat mempengaruhi kemampuan resiliensi remaja tersebut. Remaja mempelajari penyebab dari suatu masalah,selalu berfikiran positif,dan percaya dengan kekuatan yang dimilikinya. Dukungan meningkatkan
sosial
memberikan
kesejahteraan
manfaat
psikologis
dan
bagi
remaja
penyesuaian
antara diri
lain
dengan
menyediakan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri dan mengurangi stress. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima seorang remaja, semakin besar resiliensi remaja tersebut (Johnson & Johnson, 1991). Dukungan sosial meliputi beberapa aspek yaitu aspek dukungan emosional,dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif. Inilah yang sangat berpengaruh untuk mengembangkan resiliensi pada remaja. Dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Seseorang yang memiliki dukungan sosial akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidupnya.
Dukungan dari orang-orang sekitarnya menguatkan dan menjadikan seseorang lebih resiliensi (Caplan & Killiea, 1983). Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Farihayati (2007) bahwa dengan menjadi resilient orang akan mampu untuk bertahan dibawah tekanan atau kesedihan dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif terus menerus. Apabila resiliensi dalam diri seseorang itu meningkat, maka akan mampu mengatasi masalah-masalah apapun, mampu untuk meningkatkan potensipotensi diri, menjadi optimis, muncul keberanian dan kematangan emosi. Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel dukungan sosial untuk variabel resiliensi pada remaja adalah sebesar 12,2%. Dengan demikian berarti sisanya 87,8% disebabkan oleh faktor lain yang bisa mempengaruhi resiliensi pada remaja. Penelitian ini masih banyak kelemahan karena peneliti tidak melihat faktor lain yang mempengaruhi resiliensi pada remaja. Penelitian ini masih banyak kelemahan diantaranya tentang alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala, meliputi Skala dukungan sosial dan Skala resiliensi pada remaja. Walaupun kedua skala tersebut telah melalui proses review dan professional judgement oleh dosen pembimbing, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya masih mengandung social desirability yang cukup tinggi. Selain itu, jumlah subjek penelitian yang terlalu sedikit untuk menggambarkan secara keseluruhan siswa-siswi SMU kelas 3 di Indonesia.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi resiliensi pada remaja. Sumbangan yang diberikan dari variabel dukungan sosial untuk variabel resiliensi sebesar 12,2%. Saran Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Bagi subjek penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat penting terutama untuk membentuk resiliensi pada remaja. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis mengharap para remaja mampu menciptakan kehidupan sosial dengan baik terhadap lingkungan maupun orang-orang disekelilingnya. Misalnya dengan mengikuti kegiatan karang taruna atau pengajian pemuda di daerah tempat tinggalnya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan dengan resiliensi sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap resiliensi pada remaja. Misalnya dalam cognitive skliis
yaitu dengan mempertimbangkan inteligensi,
coping style dan spiritualitas. Atau dengan variabel Pschological Resources termasuk didalamnya Locus of Control internal, rasa ingin tahu, dan fleksibel.
Metode observasi dan wawancara pun dapat digunakan sebagai alternatif metode pengumpulan data tambahan selain dengan menggunakan angket.
DAFTAR PUSTAKA
Ashriati, N. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006. Astuti, A. 2005. Resiliensi Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dan Status Sosial Ekonomi Orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Azwar, S. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Farihayati, I. 2007. Resilince pada individu yang telah mengalami duka cita kematian ibu. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Hurlock, E.B, 2003.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerjemah. Istidayanti dan Soedjarwo, jakarta: Erlangga. Khotimah A.M. 2006. Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dengan Problem Focused Coping Menghadapi Masa Paripurna Bakti pada Anggota TNI-AD Kodim 0727 Karanganyar. Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006. Mappiare, A.1982.Psikologi Remaja.Surabaya:Usaha Nasional Rahmawati, M. 2004. Hubungan antara dukungan sosial dengan kecenderungan melakukan tindakan kriminal pada narapidana LP Winguran Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Reivich, K & Shatte, A,2002. The Resilience Factor. New York : Broadway Books.
Rositah Mochtar, 2004. Hubungan Antara Resilience Dengan Stress Kerja Karyawan PT. TELKOM drive IV Balikpapan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Sari E.D. 2006. Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari Dukungan Sosial pada PT. Semen Gresik (Persero). Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006. Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press Soraya, N. 2003. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stress Pada Penderita Diabetes Melitus Di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII www.google.com www.antara.co.id news.okezone.com
IDENTITAS PENULIS Nama
: Indah Kartika Sanni
Alamat
: Jalan Kaliurang km.7,8 gg.Nangka no.1A Sleman-Yogyakarta
No.Telepon
: 0857.299.05.165 / 0852.303.88.165