NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN DEPRESI PASCA MELAHIRKAN
Oleh: NOFI IKA HARYANI ULY GUSNIARTI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN DEPRESI PASCA MELAHIRKAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
__________
Dosen Pembimbing Utama
(Uly Gusniarti S.Psi., M.Psi)
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN DEPRESI PASCA MELAHIRKAN
Nofi Ika Haryani Uly Gusniarty INTISARI
Studi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan pada ibu pasca melahirkan dengan anak berusia minimal empat minggu atau satu bulan. Hipotesis penelitian adalah, ada hubungan negatif antara dukungan suami dan depresi pasca melahirkan. Semakin tinggi dukungan yang diberikan suami maka semakin rendah depresi pasca melahirkan. Variabel yang diperiksa dalam penelitian ini ialah dukungan suami dan depresi pasca melahirkan. Dukungan suami merupakan variabel bebas dan depresi pasca melahirkan merupakan variabel terikatnya. Skala yang digunakan adalah hasil modifikasi skala dukungan suami dari Pinasti (2004) mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Sarafino (1994). Skala depresi pasca melahirkan menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. Teknik korelasi Product Moment dipergunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dengan fasilitas program SPSS versi 12.0. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan suami dan depresi pasca melahirkan yang dibuktikan dengan nilai rxy = - 0,567; p = 0,000 (p<0,01) untuk n = 50. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima. Ada hubungan negatif antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan.
Kata-kata kunci: Dukungan Suami, Depresi Pasca Melahirkan
PENGANTAR Melahirkan seorang anak merupakan peristiwa yang sangat membahagiakan. Seorang wanita akan merasa bangga dapat melahirkan seorang anak. Ternyata, tidak semua wanita yang melahirkan memiliki perasaan bahagia. Idealnya masa pasca
persalinan,
terutama
bagi
wanita
merupakan
masa
masa
yang
membahagiakan. Sebagian ibu pasca melahirkan sering mengalami gangguan suasana hati (mood) seperti perasaan sedih, takut, dan tertekan. Kasus yang dikemukakan oleh Adiningsih (2005) mengenai seorang ibu bernama Andrea Yates. Ibu asal Houston (Amerika Serikat) ini membunuh kelima anaknya, dengan memasukkan mereka, satu-persatu, ke dalam bak mandi (bathub). Menurut para ahli, peristiwa tragis tersebut dipicu oleh depresi pasca melahirkan yang dialami Andrea setelah melahirkan anak kelimanya. Penelitian medis terbaru (wikipedia.com) menyebutkan bahwa sekitar 10 sampai 15 persen wanita yang melahirkan terkena depresi. Cooper dan Murray (1998) mengemukakan penemuan yang secara konsisten dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi pasca melahirkan. Faktor tersebut adalah faktor psikososial yang meliputi : kehidupan yang penuh tekanan, pengangguran, munculnya konflik dalam perkawinan, tidak adanya dukungan personal dari suami, keluarga, dan teman. Ada faktor yang hampir selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan yaitu kurangnya dukungan sosial. Kaplan, dkk (1997) menyatakan bahwa seseorang memiliki dukungan sosial yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental adalah rendah, dan kemungkinan pemulihan apabila terjadi gangguan adalah tinggi. Johnson, Moos, dan Cronkite (Nevid, Rathus dan Greene, 2003) mengemukakan bahwa ketersediaannya
dukungan sosial diasosiasikan dengan kesembuhan yang lebih cepat baik dari episode episode depresi mayor maupun gangguan bipolar. Cobb (Sarafino,1994) menjelaskan bahwa seseorang yang diberi dukungan sosial, akan merasa dicintai dan diperhatikan,dihargai, dan merasa sebagai bagian dari keluarga dan komunitas sosial. Sarafino (1994) menyatakan dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber yang berbeda : kekasih, keluarga, teman, teman kerja, ahli medis, atau komunitas organisasi. Suami sebagai kekasih istri merupakan orang terdekat yang dapat dijadikan sumber dukungan terlebih saat istri pasca melahirkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mencoba melihat keterkaitan antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan. Dari penelitian ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh dukungan suami terhadap depresi pasca melahirkan. A. Dukungan Suami Landasan teori mengenai dukungan suami didasarkan pada teori teori dukungan sosial, dikarenakan dukungan sosial dapat bersumber dari mana saja, terutama orang terdekat secara emosi. Gold Berger dan Breznit (Aristianti,2000) menyatakan dukungan sosial dapat bersumber antara lain, suami, orangtua, kerabat, anak, saudara kandung, rekan kerja,tetangga dan lain lain. Johnson & johnson (Rama, 2005) menyatakan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang diandalkan untuk dimintai bantuan,dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan. Sarason (Rohman,dkk, 1997) menyimpulkan dukungan sosial sebagai keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Cobb, Gentry dan Kobasa,
wallston,Alagna,dan De Vellis, Wills (Sarafino, 1994), mengemukakan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan membuat seseorang merasa nyaman, diperhatikan, dihargai, atau membantu seseorang diterima oleh orang lain atau kelompok. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan suami adalah tindakan yang diberikan suami pada istri dimana suami dapat memberikan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima istri dari suami, dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Menurut Sarafino (1994), dukungan sosial dapat dilihat dari lima aspek, yang dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1 Aspek dukungan suami Aspek dukungan suami Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informasi
keterangan ekspresi rasa empati, perduli, dan fokus pada orang tersebut. Memberikan seseorang tersebut rasa nyaman, dilindungi, dimiliki, dan dicintai. penilaian positif pada seseorang, setuju dengan ide dan perasaan seseorang tersebut, umpan balik dari individu bantuan benda, waktu, untuk meringankan beban seseorang. kontribusi nyata berupa bantuan atau tindakan fisik dalam menyelesaikan tugas. pemberian saran, perintah, nasehat, atau bimbingan yang berhubungan dengan kemungkinan penyelesaian suatu masalah
B. Depresi Pasca Melahirkan Depresi menurut Roca (2005) dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, tidak bahagia, tidak senang, atau terpuruk. Secara klinis, depresi merupakan gangguan suasana hati (mood disorders) dalam hal ini merasa sedih, hampa, marah, atau putus asa yang mempengaruhi kehidupan sehari hari dalam kurun waktu tertentu. Nevid, Rathus dan Greene (2003) mendefinisikan sebagai perubahan mood yang parah setelah melahirkan. Selanjutnya APA (Nevid, Rathus dan Greene, 2003) menyatakan bahwa depresi pasca melahirkan merupakan depresi mayor yang periode bermulanya depresi dalam jangka waktu empat minggu setelah melahirkan. Peneliti menyimpulkan depresi pasca melahirkan merupakan depresi mayor yang terjadi pada wanita setelah melahirkan. DSM IV-TR (Oltmanns dan Emery, 2004) aspek aspek depresi pasca melahirkan : a. Aspek Emosional. Perubahan pada mood atau mood yang depresi sepanjang hari dan hampir setiap hari (periode terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram) penuh air mata atau menangis. Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan atau kehilangan kesabaran. b. Aspek Motivasi. Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas social, kehilangan kenikmatan atau
minat pada aktivitas sosial. Hilangnya minat dalam semua aktivitas dalam sepanjang hari dan tiap hari. c. Aspek motorik. Melambannya respon gerakan hampir setiap hari (bergerak atau berbicara lebih perlahan dari biasanya). Setiap hari atau hampir setiap hari mengalami insomnia (susah tidur) atau hipersomnia (tidur terlalu banyak). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit). Perubahan dalam berat badan (bertambah lima persen lebih dari berat badan normal dalam sebulan atau berkurangnya berat badan secara drastis). d. Aspek Kognitif. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari. Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari. Perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri, atau rencana yang spesifik untuk melakukan bunuh diri.
Metode Penelitian
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ibu pasca melahirkan dengan anak berusia minimal empat minggu atau satu bulan
Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode angket, yaitu memberikan subjek pertanyaan pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi mengenai dukungan suami dan depresi pasca melahirkan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala dukungan suami (skala I) dan skala depresi pasca melahirkan (skala II). 1. Skala Dukungan Suami (Skala I) Disusun berdasarkan definisi operasional, yang aspek aspeknya terdiri dari aspek emosi, aspek informasi, aspek instrumental, dan aspek penilaian positif atau penghargaan. Tabel 2 Sebaran Butir Skala Dukungan Suami Sebelum Uji Coba Nomor Aitem Jumlah Favourable unfovaurabel 1,7,10,17 5,22, 34 7 2,9,11,16,29,42 12,13,25,39 10 4,8,14,20,23, 28, 19,21, 33, 35,37, Instrumentalia 17 30,31,36,41 38,40 informasi 3,6,18,24,32 15,26,27,43,44 10 25 19 44 Skala dukungan suami ini memiliki empat jawaban, yaitu sangat sesuai Aspek Dukungan Suami Emosi penghargaan
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Aitem skala ini bersifat favorable dan unfavorable, skor aitem favorable berturut turut adalah
4, 3, 2, 1 untuk jawaban Sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Skor total dari skala ini menunjukan, semakin tinggi skor subjek maka semakin besar dukungan yang diberikan dan aitem yang bersifat unfavorable memiliki skor berturut turut 1, 2, 3, dan 4. Skor 1 untuk jawaban sangat sesuai dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai, semakin tinggi skornya maka semakin rendah dukungan yang diperoleh. 2. Skala Depresi Pasca Melahirkan (Skala II) Skala depresi pasca melahirkan merupakan adaptasi dari Edinburg Postnatal Depression Scale ke dalam bahasa Indonesia. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) mulanya dikembangkan untuk memandu para medis dalam mendeteksi depresi pasca melahirkan, sebuah penekanan gangguan yang lebih dari sekedar baby blues (dimana mengemuka pada minggu pertama setelah melahirkan) tapi lebih ringan dibanding psikosis pasca melahirkan. EPDS dikembangkan di pusat kesehatan Livingston dan Edinburgh. Terdiri dari 10 pernyataan pendek. Subjek disuruh memilih pernyataan yang dianggap sesuai perasaan diri subjek selama 7 hari. Tabel 3 Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) Adaptasi NO aitem 1 Saya mampu tertawa dan melihat segala sesuatunya dari sisi yang menyenangkan 2 Saya berpikir maju dan menikmati sesuatu yang ada 3 Saya menyalahkan diri sendiri saat segala sesuatunya berjalan tidak semestinya walaupun sebenarnya saya tidak perlu melakukan hal itu 4 Saya cemas tanpa sebab yang jelas 5 Saya merasa takut dan panik tanpa alasan yang jelas 6 Banyak hal yang mengganggu pikiran saya 7 Saya merasa sangat tidak bahagia / tidak gembira sehingga saya sulit tidur 8 Saya merasa sedih atau sengsara 9 Saya tidak bahagia sehingga saya menangis 10 Saya terpikir untuk melukai diri sendiri
Skala depresi pasca melahirkan ini memiliki empat jawaban, yaitu sering (S), kadang kadang (KK), jarang (J), tidak pernah (TP). Aitem skala ini bersifat favorable dan unfavorable, skor aitem favorable berturut turut adalah 3,2,1,0 untuk jawaban sering, kadang kadang, jarang, dan tidak pernah. Skor total dari skala ini menunjukan, semakin tinggi skor subjek maka semakin besar depresi pasca melahirkan dan aitem yang bersifat unfavorable memiliki skor berturut turut
0,1,2 dan 3. Skor 0 untuk jawaban sering dan skor 4 untuk
jawaban tidak pernah, semakin tinggi skornya maka semakin rendah depresi pasca melahirkan. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan korelasi product moment Pearson disebabkan hubungan yang diasumsikan peneliti berbentuk linier. Demi menjaga keakuratan dan kemudahan dalam pengolahan data maka digunakan teknik pengolahan data dari program SPSS versi 12.0 for Windows
Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan teknik korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan teknik One Sample KolmogorovSmirnov Test dari program SPSS 12.0 diperoleh sebaran skor pada variabel dukungan suami adalah normal (K-S Z = 0.878 ; p = 0.424 atau
p > 0.05). Variabel depresi pasca melahirkan adalah normal (K-S Z = 0,765 ; p = 0.603 atau p > 0,05). b. Uji Linieritas Uji linieritas merupakan pangujian garis regresi antar variabel bebas dan variabel tergatung. Hubungan diantara kedua variabel dikatakan linier jika p > 0.05. Uji linieritas dengan analisis regresi terhadap variabel depresi pasca melahirkan dan dukungan suami menunjukan hasil yang linier (F=25,702 ; p= 0,000 (p < 0,05) dan deviasi dari linieritas F=1,212 ; p=0,336 atau p > 0,05). 2. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan analisis product moment pearson antara dukungan suami dan depresi pasca melahirkan menunjukan angka korelasi R(XY) - 0,567 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,01) berarti bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan diterima. 3. Analisis Tambahan Bedasarkan hasil analisis tambahan diperoleh bahwa ; ada perbedaan yang signifikan dalam depresi pasca melahirkan dilihat dari usia (p < 0,05), dan tidak terdapat perbedaan depresi pasca melahirkan yang signifikan dilihat dari urutan kelahiran (p > 0,05). Aspek yang paling berpengaruh dari dukungan suami pada pasca melahirkan adalah aspek instrumental.
Pembahasan Berdasarkan analisis statistik terbukti adanya hubungan negatif antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan. Hal ini berarti semakin positif tingkat dukungan suami maka semakin rendah tingkat depresi pasca melahirkan. Demikian sebaliknya semakin negatif dukungan suami maka semakin tinggi depresi pasca melahirkan. Namun demikian, dukungan suami bukanlah satu satunya faktor yang dapat mempengaruhi depresi pasca melahirkan. Ada beberapa faktor penentu lainnya di luar dukungan suami. Suami, dapat memberikan dukungan yang sangat diperlukan oleh istri, dalam penelitian ini menyangkut lima aspek yaitu, emosional, informasi, instrumentalia, penilaian positif, dan jaringan (Sarafino, 1994). Dukungan emosional bisa berbentuk pemberian dorongan dan semangat dengan memberi perhatian dan mendengarkan dengan simpati keluhan istri sehingga istri merasa diperhatikan dan dipahami. Misalnya istri merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik pasca melahirkan, dengan adanya dukungan emosional dari suami, maka istri merasa kepercayaan dirinya tumbuh kembali dan berusaha bangkit dari keterpurukan. Dukungan yang kedua adalah dukungan informasi bermanfaat yang diberikan suami pada istri. Informasi yang disampaikan dengan menyenangkan akan berpengaruh besar pada penerimaan informasi tersebut. Hal ini supaya istri merasa dihargai. Berdiskusi merupakan cara efektif agar komunikasi dapat terarah dengan baik. Contoh dukungan berupa informasi adalah seorang istri yang mengeluh dirinya menderita kesulitan tidur pasca melahirkan diberikan oleh
suaminya majalah tentang bagaimana mengatasi gangguan tidur pasca melahirkan, dan sebagainya. Dukungan ketiga berupa instrumentalia, yaitu pemberian dukungan berupa materi waktu, ataupun bantuan langsung. Istri yang kelelahan mengurusi anak dan pekerjaan rumah tangga sedapat mungkin dibantu oleh suami baik untuk perawatan anak maupun membantu urusan rumah tangga. Dukungan
keempat
berupa
penilaian
positif,
merupakan
pemberian
penghargaan atau penilaian atas usaha yang telah dilakukan. Pujian terhadap jerih payah istri dalam mengurus anak dan merawat badannya pasca melahirkan merupakan salah satu contoh dukungan instrumentalia. Berdasarkan data kategori depresi pasca melahirkan, diperoleh hasil bahwa 15 orang memiliki tingkat depresi pasca melahirkan sangat rendah, 25 orang memiliki tingkat depresi rendah, 8 orang memiliki tingkat depresi sedang, 1 orang memiliki tingkat depresi tinggi dan 1 orang memiliki tingkat depresi sangat tinggi. Berdasarkan data karakteristik subjek pada dukungan suami menunjukan bahwa proporsi terbanyak pada tingkat pada tingkat tinggi yaitu 28 orang, 17 orang memiliki tingkat dukungan suami sangat tinggi, 28 orang memiliki dukungan suami tinggi, 3 orang memiliki dukungan suami sedang, 1 orang memiliki dukungan suami rendah dan 1 orang memiliki dukungan suami sangat rendah. Perolehan hasil yang tinggi seperti yang tersebut di atas memahamkan bahwa para suami sudah mengetahui bahwa perannya untuk memberikan dukungan yang positif terhadap istri akan berpengaruh terhadap depresi pasca melahirkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan suami merupakan hal penting agar istri melalui pasca persalinan dengan bahagia. Namun demikian, sebagai istri tidak harus mengandalkan dukungan suami semata. Dikarenakan, faktor internal (psikologis) juga berpengaruh terhadap lamanya gejala depresi pasca melahirkan, seperti ; citra diri negatif, keraguan menjalani kehamilan, dan gaya coping (mengatasi masalah). Beberapa penelitian juga mengungkapkan adanya depresi pada ayah baru. Bartells (2006) menyebutkan, dalam semua kasus yang terjadi pada depresi pasca melahirkan, terdapat beban yang terjadi pada suami (ayah bayi) dimana harus menjaga dan memperhatikan anak sekaligus ibunya (istri). Beban yang membuat suami tertekan tersebut harus ditanggung oleh suami disamping mengalami berbagai beban lain dalam pekerjaannya, meskipun ayah yang mengalami depresi tidak seharusnya menganggap hal tersebut sebagai kondisi sakit. Dengan demikian jelas, bahwa meskipun dukungan suami penting dalam masa depresi pasca melahirkan, istri juga harus berusaha tidak memperlarut kondisi dengan bergantung sepenuhnya (manja) pada suami
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara dukungan suami dengan depresi pasca melahirkan. Semakin positif dukungan yang diberikan oleh suami maka semakin rendah kecenderungan depresi pasca melahirkan subjek penelitian.
Saran - Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah : 1. Kepada para suami Depresi pada ibu pasca melahirkan sangat dipengaruhi oleh lingkungan luar. Karena itu maka suami selaku lingkungan luar diharapkan dapat memberikan dukungan secara nyata berupa dukungan emosional, material, informasi, dan penghargaan. 2. Kepada ibu melahirkan Dukungan yang diberikan oleh suami memang sangat membantu dalam menghadapi pasca salin, namun para ibu juga disarankan bersikap mandiri, walaupun demikian jangan sungkan untuk meminta dukungan suami untuk kenyamanan fisik maupun psikis. Pola pikir positif dan persepsi positif dapat membantu mengurangi depresi pasca persalianan. 3. Kepada peneliti selanjutnya Dari penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa depresi pasca melahirkan berhubungan secara signifikan dengan dukungan suami yang diberikan. Hasil penelitian ini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan karena pada penelitian ini tidak mengungkapkan faktor faktor lain, seperti ; penghasilan finansial yang rendah, pendidikan yang rendah, dan pemberian susu (menyusui). Penelitian selanjutnya juga diharapkan supaya meninjau perbedaan tingkat depresi pasca melahirkan pada istri yang tinggal hanya dengan suami serta istri yang tinggal dengan mertua (keluarga besar
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, N.U. 2005. Waspadai Depresi Pasca Melahirkan di Pengungsian. http://www.bkkbn.go.id/article detail.php?aid:263 Andri. 2006. Depresi Pasca Melahirkan. http://www.google.com/learning resource center pusat media belajar kesehatan jawa tengah.htm.20/9/06 Arifin, V.N. & Wirawan, H.E. 2005. Coping Terhadap Post-partum Blues Pasca salin Pertama. ARKHE .2, 76-88 Aristianti, V. 2000. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Kecemasan Istri Menghadapi Menopouse. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Cetakan II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Barlow, D.H. & Durand, M. 2002. Abnormal Psychology. Third Edition. Canada : Thomson Learning,inc Bartells, S.S. 2006. Fighting Postpartum. http://www.yahoo.com/have another baby.com Cohen, S. & Syme, S.L. 1985. Social Support and Health. Florida : Academic Press.inc Cooper, P.J. & Murray, L. 1998. Fortnightly review : Postnatal Depression. http://www.BMJ.com.Volume 316.4/7/06 Gozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dg Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro Hartiningsih, M. & Indriasari, L. 2006. http://www.kompas cybrmedia.co.id Kaplan, H.I., Saock, B. & Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara Kartono, K. & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: C.V Pionir Jaya
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. 2003. Abnormal Psychology In Changing World. Terjemahan oleh Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Edisi ke lima. Jakarta: Erlangga Oktavia, L. & Basri, S.A. 2002. Hubungan Antara Dukungan Sosial Yang Diterima Secara Nyata Dengan Ada / Tidaknya Gangguan Depresi Pasca Persalinan Pada Ibu Dewasa Muda. Jurnal psikologi klinis. I, 15-21. Vol 1 Oltmanns, T.F. & Emery, R.E. 2004. Abnormal Psychology: Fourth Edition. New Jersey: Pearson Education.inc Penninx, B.W.J.H., Tilburg, T.V., Boeke, A.J.P., Deeg, D.J.H., Kriegsman, D.M.W. & VanEijk, J.T.M. 1998. Effect Of Social Support and Personal Coping Resources on Depressive Symptoms : Different for Various Chronic Diseases?. Journals of Health Psychology. 6, 551-558 Vol 17. American Psychological association.inc Perfetti, J., Clark, R. & Fillmore, C.M. 2004. Postpartum Depression : Identification, Screening, and treatment. Wiconsin Medical Journal. 6, 56-63. Volume 103 Pinasi, D. 2004. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Kestabilan Emosi Ibu Bekerja Pada masa Menyusui. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Tidak diterbitkan Rama, M.G. 2005. Hubungan Antara Dukungan sosial istri dengan Kecemasan Suami menjelang pensiun. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan Roca, C. 2005. Depression During and After Pregnacy. Natinal Women’ s health information center. http://www.womwnsHealth.gov Rohman, T.N. & Prihartini, N. 1997. Hubungan antara dukungan sosial dengan burn out pada perawat putri di RS swasta. Psikologika 4 tahun II, 51-59 Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology: Bippsychosocial interaction. 2nd edition. New York: John Wiley & Sons.inc
Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS 13. Yogyakarta : Andi Offset Shehan, C.L. 2003. Marriages and Families. 2nd edition. Boston: Pearson Education.inc Yanita, A. & Zamralita. 2001. persepsi perempuan primipara tentang dukungan suami dalam usaha menanggulangi gejala depresi pasca salin. PHRONESIS: 5, 34-50. Vol 3 Yonkers, K.A., Ramin, S.M., Rush, J.A., Navarrete, C.A., Carmody, T., March, D., Hearthwell, S.F. & Leveno, K.J. 2001. onset and persistence of postpartum depression in an inner-city maternal health clinic system. Journal of Psychiatri : 158, 1856-1863. Vol 11 www.wikipedia.com: http://wikipedia.org/wiki/postpartum depression www.Google.com:http://hanyawanita.com/_mother_child/pregnancy/article.php? article-id=5127