STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi
Diajukan oleh: Leli Nurul Ikhsani F100110005
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
i
STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh : LELI NURUL IKHSANI F.100110005
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
iii
iv
STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA Leli Nurul Ikhsani
[email protected]
Fakultas Psikologi Univrsitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah ialah bullying. Bullying merupakan perilaku untuk menyakiti seseorang atau kelompok orang dengan berulang-ulang secara sengaja dalam bentuk kekerasan fisik, verbal dengan tujuan untuk menunjukan kekuasaan sehingga membuat orang lain merasa lemah. Tujuan penelitian ini adalah memahami dinamika psikologis korban bullying Dalam penelitian ini, informan dipilih sebanyak 3 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria - ktiteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun informan adalah remaja perempuan dan laki-laki berjumlah 3 orang yang memiliki rentang usia 15 – 18 tahun yang menjadi korban bullying fisik atau verbal atau psikologis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Bullying yang sering terjadi adalah bullying verbal dan fisik, remaja yang menjadi korban bullying disebabkan karena perilaku korban yang menonjol dari teman-teman yang lain, dan korban memiliki nilai akademik yang kurang. Dalam proses tindakan bullying, pelaku melancarkan aksinya pada korban yang pendiam serta para korban yang takut kepada pelaku. Perlakuan bullying memberikan dampak psikologis pada korban seperti timbul perasaan kesal, sedih, tidak percaya diri, tidak nyaman, tidak konsentrasi belajar dikelas. Disaat subyek mendapat dukungan sosial, subyek akan melakukan represi pikiran dengan penyangkalan bahwa yang terjadi tidaklah seburuk apa yang dipikirkan, dengan dukungan sosial inilah kemudian membantu subyek untuk mampu membantu strategi coping atas segala permasalahan yang dihadapi. Namun ketika subyek tidak mendapat dukungan sosial maka subyek akan memiliki pikiran negatif. Kata Kunci : Dinamika psikologis, korban bullying
v
PENDAHULUAN Maraknya
kasus-kasus
memiliki
tingkat
asertifitas
yang
kekerasan yang terjadi pada anak-
rendah.Individu yang memiliki sikap
anak usia sekolah saat ini sangat
asertif yang rendah memiliki banyak
memprihatinkan bagi pendidik dan
ketakutan yang irasional meliputi
orangtua.
sering
sikap menampilkan perilaku cemas
terjadi di sekolah ialah bullying. Di
dan tidak mempunyai kemampuan
Indonesia
untuk
Fenomena
yang
penelitian
tentang
mempertahankan
hak-hak
fenomena bullying, dilakukan oleh
pribadinya.Begitupun
korban
Amy Huneck (Semai Jiwa Amini,
bullying,
mampu
2006) mengungkapkan bahwa 10-
menunjukan perasaan untuk melawan
60% siswa Indonesia melaporkan
bullying yang siswa terima karena
mendapat
siswa korban bullying takut pelaku
ejekan,
cemoohan,
mereka
pengucilan, pemukulan, tendangan,
bullying
ataupun dorongan, sedikitnya sekali
tindakan bullying.
dalam seminggu (Amalia, 2010).
makin
kurang
mengintensikan
Hasil studi yang dilakukan
Menurut Komnas Perlindungan
National Youth Violence Prevention
Anak Indonesia (KPAI), saat ini
Resource
kasus bullying menduduki peringkat
menunjukkan bahwa bullying dapat
teratas pengaduan masyarakat. Dari
membuat remaja merasa cemas dan
2011 hingga agustus 2014, KPAI
ketakutan, mempengaruhi konsentrasi
mencatat
terkait
belajar di sekolah dan menuntun
masalah tersebut. Jumlah itu sekitar
mereka untuk menghindari sekolah.
25% dari total pengaduan di bidang
Bila bullying berlanjut dalam jangka
pendidikan sebanyak 1.480 kasus.
waktu
Soendjojo (2009) mengatakan bahwa
mempengaruhi
self-esteem
siswa,
siswa yang mengalamai tindakan
meningkatkan
isolasi
sosial,
bullying
memunculkan perilaku menarik diri,
369
pengaduan
merupakan
siswa
yang
1
Center
yang
Sanders
lama,
(2003)
dapat
menjadikan remaja rentan terhadap
hak asasi yang menderita (Dayakisni,
stress dan depreasi, serta rasa tidak
2013)
aman.Dalam
kasus
yang
ekstrim,
bullying
lebih
Definisi korban bullying itu merupakan
seseorang
yang
mengakibatkan remaja berbuat nekat,
mendapatkan
perlakuan
agresi
bahkan
atau
berulangkali dari teman sebaya baik
melakukan bunuh diri (commited
berupa bentuk serangan fisik, atau
suicide) (Yushendra, 2015).
serangan verbal, atau dapat pula
bisa
dapat
membunuh
Berdasarkan
permasalahan
berupa kekerasan psikologis.
yang telah diuraikan diatas, maka muncul
pertanyaan
Karakteristik korban dibedakan
peneliti
menjadi lima, antara lain (Ma, 2002) :
“bagaimana dinamika psikologis pada
a. Karakter akademis
seorang remaja ketika ia menjadi
Secara
korban
akademis, korban terlihat lebih
bullying.
Maka
penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
tidak cerdas dari orang yang
dengan judul “Studi Fenomenologi:
tidak
Dinamika
sebaliknya.
Psikologis
Korban
menjadi
korban
atau
Bullying pada Remaja”.
Karakter Sosial
Pengertian Korban Bullying
Secara sosial, korban terlihat
Korban
adalah
merupakan
lebih memiliki hubungan yang
orang yang mengalami kerugian baik
erat dengan orang tua mereka.
berupa kerugian fisik, mental maupun
Karakter mental
kerugian finansial atau mereka yang
Secara
menderita jasmani dan rohani sebagai
perasaan, korban melihat diri m
akibat tindakan orang lain yang
ereka sendiri sebagai orang
mencuri pemenuhan kepentingan diri
yang
dan
tidak
sendiri atau tindakan orang lain yang
berharga.Kepercayaan
diri
bertentangan dengan kepentingan dan
mereka rendah, dan tingkat
mental atau
bodoh
kecemasan
2
social
mereka
tinggi.Tanda-tanda kecemasan,
seperti
depresi,
memulai
dan
yang
kegiatan-kegiatan
menjurus
tekanan jiwa sering terdapat
sosial.Anak
dalam korban.
korban
b. Karakter fisik
ke
arah
yang
menjadi
bullying
kurang
diperhatikan
oleh
pembina,
Secara fisik, korban adalah
karena korban bullying tidak
orang
bersikap aktif dalam sebuah
yang
lemah,
pembully
dan
mengambil
aktivitas.
kesempatan tersebut. Pembully juga
menarget
punya
orang
kelemahan
tertentu.Pembully
Reaksi
yang paling umum
yang
terjadi pada para korban bully adalah
fisik
menghindar
sering
dari
beberapa
tempat
tertentu di sekolah, seperti lapangan
menarget korban yang cacat,
bermain
kelebihan berat badan, secara
dengan
umum tidak menarik secara
mereka kesana. Namu pada beberapa
fisik. Korban laki-laki lebih
korban lainnya menghindar untuk
sering mendapat siksaan secara
datang ke sekolah untuk beberapa
langsung, misalnya bullying
waktu
fisik,
korban
menghindar dari pembully atau sampai
laki-laki, korban perempuan
keinginan untuk keluar dari sekolah
lebih sering mendapat siksaan
dengan tujuan agar tidak bertemu
secara tidak langsung, misalnya
teman yang membully.
melalui kata-kata atau bullying
Pengertian Bullying
dibandingkan
verbal.
sangat penerimaan
alasan
korban
takut
dibully
alasan
(2008),
karena jika
untuk
mengatakan
bahwa bullying adalah bagian dari
bullying
tidakan
menginginkan secara
kantin,
dengan
Astuti
c. Karakter antar perorangan Walaupun
sekolah,
agresi
yang
dilakukan
berulangkali oleh seseorang atau anak
sosial,
yang lebih kuat terhadap anak yang
mereka jarang sekali untuk
lebih lemah secara psikis dan fisik.
3
b. Kontak verbal langsung, seperti
Kecenderungan adalah tendensi yang ada
dalam
diri
individu
untuk
mengancam,
mempermalukan,
melakukan sesuatu atau mengarahkan
merendahkan,
dan menitik beratkan pada satu sisi
memberi
tertentu (Muda, 2006).
(name-calling),
sarkasme,
mencela/
mengejek,
Lebih luas lagi, berdasarkan
mengganggu,
panggilan
definisi papalia (2007) mengatakan
mengintimdasi,
bahwa
menyebarkan gossip.
bullying
adalah
tindakan
nama
memaki,
agresif yang dilakukan dengan tenang
c. Perilaku non-verbal langsung,
atau tanpa beban, disengaja dan
seperti melihat dengan sinis,
berulang untuk menyerang target atau
menjulurkan lidah menampilkan
korban, yang khusus adalah seseorang
ekspresi
yang lemah, mudah diejek dan tidak
merendahkan, mengejek, atau
bisa membela diri.
mengancam; biasanya disertai
Berdasarkan Riauskina,
kategori, dkk
muka
yang
oleh bullying fisik atau verbal. d. Perilaku
(2005)
non-verbal
tidak
mengelompokkan perilaku bullying
langsung, seperti mendiamkan
dalam lima kategori, diantaranya
seseorang,
ialah:
persahabatan sehingga menjadi
a. Kontak Fisik langsung, seperti
memanipulasi
retak, sengaja mengucilkan atau
memukul,
menggigit,
mengabaikan, mengirim surat
menjambak,
menedang,
kaleng.
mengunci
seseorang
e. Pelecehan
dalam
seksual,
seperti
ruangan, mencubit, mencakar,
kadang dikategorikan perilaku
juga termasuk memeras dan
agresi fisik atau verbal.
merusak barang-barang
yang
Craig
dimiliki orang lain.
(dalam
Rahmawan,
2013) menambahkan bahwa aspekaspek dari bullying adalah Panggilan
4
tertentu yaitu pelaku memberikan
dengan control yang rendah, Faktor
nama
keluarga, Faktor Media Massa
panggilan
yang
menyenangkan kepada
tidak
korbannya,
METODE PENELITIAN
menggoda yaitu pelaku menganggu korban
(biasanya
menggunakan
Penelitian
perempuan)
kata-kata
kualitatif.
rayuan,
korbannya,
ingin
pemalakan
yang telah ditentukan oleh peneliti
dan
yaitu : (1). Remaja laki-laki atau
benda pelaku memaksa korbannya untuk
menyerahkan
barangnya, memberi korbannya.
Surat pesan
uang
pelaku
ancaman
kepada
Gossip
individu
kelompok
perempuan berusia 15 – 18 tahun, (2).
dan
kaleng
Remaja
pada
bullying
seperti
(misalnya
dipermalukan
seperti didepan
umum, dipandang sinis), atau bullying
kegiatan tertentu atau sengaja dijauhi,
verbal
(seperti
misalnya
dimaki,
diejek,
diberi
julukan).
Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini
serta serangan fisik, ras, agama, dan
yaitu dengan menggunakan metode
suku menggunakan kata-kata kasar
wawancara. Sementara untuk analisis
bernada menghina kepada korbannya
data Creswell (2013) menyatakan ada
tentang agama, ras, suku dan agama. yang
psikis
dikucilkan,
korbannya,
tidak diikutsertakan pada kegiatan-
faktor
(missalnya
dipukul, dipalak, ditendang, dicubit),
atau
diabaikan atau ditinggalkan korban
Banyak
yang mendapat perlakuan
bullying fisik
menyebarkan
rumor/keburukan
ini,
sampling, yaitu berdasarkan criteria
melukai harta
penelitian
dengan menggunakan teknik purposive
yaitu pelaku melakukan tindakan fisik cenderung
Dalam
pendekatan
informan dipilih sebanyak 3 orang
menyerang, mendorong dan memukul
yang
ini
6 tahap yaitu : Mengolah data,
dapat
Membaca
mempengaruhi seseorang melakukan
keseluruhan
Mendeskripsikan
bullying (Levianti, 2008), diantaranya
dan
data,
menyajikan
kategorisasi dalam bentuk deskripsi
Faktor temperamen dan kepribadian
5
dan
yang
terakhir
nyaman. korban bullying, mereka
menginterprestasikan data.
kurang mampu menunjukan perasaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk melawan bullying yang siswa
Berdasarkan
hasil
analisis
terima karena siswa korban bullying
terhadap 3 orang informan didapat
takut
bahwa
informan
mengintensikan tindakan bullying.
berada di lingkungan kelas yang
Namun hal tersebut tidak sesuai
dimana
dengan pernyataan informan yang
sebagian
besar
teman-temannya
suka
pelaku
bullying
memberi ejekan, memberi nama
berjenis
julukan,
mengosipkan
membalas perlakuan bullying yang
Terdapat
pula
temanya.
laki-laki,
ia
yang
didapat, akan tetapi bagi informan
mengatakan hal tersebut bagi teman-
yang berjenis kelamin perempuna,
teman sekelasnya merupakan hal
mereka lebih memilih untuk berdiam
yang
dan
biasa,
mendapatkan
informan
kelaminn
makin
dan
mereka
perlakuan
yang
tidak
membalas
perlakuan
tersebut
tersebut. Hal ini didukung oleh teori
tidak marah. Hal tersebut terjadi
Rathus dan Nevid (dalam Fiftina,
karena terdapat sesuatu yang berbeda
2010), perempuan pada umumnya
dari
lebih sulit bersikap asertif seperti
teman-teman
Berdasarkan
hasil
yang
lainya.
wawancara,
mengungkapkan
pikiran
dan
bullying yang diterima oleh para
perasaan dibandingkan dengan laki-
informan setiap hari dan saat teman-
laki. Oleh sebab itu perempuan lebih
teman yang lain sedang berkumpul
merasa
tetapi jika mereka tidak sedang
mengungkapkan apa yang ada dalam
berkumpul mereka akan bersikap
pikirannya bagaimana perasaannya
biasa saja dan tidak melakukan bully
serta apa yang menjadi keinginnanya
kepada
dari
bila dibandingkan dengan laki-laki
perlakuan tersebut para informan
yang lebih cenderung untuk dapat
merasakan kesal, tidak percaya diri,
mengungkapan
minder, sedih, merasa tertekan, tidak
Kemudian
informan.
Akibat
6
takut
bagi
untuk
secara
dapat
terbuka.
individu
yang
mendapat
dukungan
sosial
dari
SIMPULAN
keluarga, akan membuat individu Berdasarakan hasil penelitian ini
untuk merefreshkan pikirannya atas tekanan masalah
dapat
yang dihadapi.
subyek
Ketika gagal individu akan kembali pada
pikiran
negatifnya,
pada
dalam
strategi
individu
menghadapi
dan
yang menonjol dari teman-teman yang lain,
tersebut
untuk
pelaku.
tidak
sedih,
menjadi
1,
2
memilih
tidak
percaya
nyaman,
tidak
dikelas.
Disaat
dukungan
mendapat
diri,
konsentrasi subyek
sosial,
tidak belajar
mendapat
subyek
akan
melakukan represi pikiran dengan
dukungan dari keluarga sehingga subyek
bullying
korban seperti timbul perasaan kesal,
berbeda pada subyek 1, 2 yang mereka
Perlakuan
memberikan dampak psikologis pada
tidak
orang yang lebih baik lagi. Namun
dimana
nilai
serta para korban yang takut kepada
benar, dan menjadikan perlakuan bullying
memiliki
aksinya pada korban yang pendiam
dengan membuktikan kepada teman dikatakannya
korban
tindakan bullying, pelaku melancarkan
yang
subyek 3 menyelesaikan masalah
yang
dan
akademik yang kurang. Dalam proses
diberikan oleh temanya sehingga
bahwa
korban
disebabkan karena perilaku korban
ia mendapat dukungan dari ibunya ejekan
seorang
remaja yang menjadi korban bullying
yang serupa, pada subyek 3 dimana
masalah
ketiga
adalah bullying verbal dan fisik,
menyelesaikan permasalahanya. Hal
terkait
adalah
bahwa
bullying. Bullying yang sering terjadi
namun
ketika berhasil hal tersebut akan berlanjut
disimpulkan
penyangkalan
untuk
bahwa
yang
terjadi
tidaklah seburuk apa yang dipikirkan,
menghindar dari teman-teman saat
dengan
istirahat ataupun saat mendapat tugas
dukungan
sosial
inilah
kemudian membantu subyek untuk
di jam kosong subyek 1, 2 akan pergi
mampu membantu strategi coping atas
kekantin untuk mengerjakan tugas
segala permasalahan yang dihadapi.
tersebut.
7
Namun ketika subyek tidak mendapat
yang dihadapi murid serta
dukungan sosial maka
menindak
subyek akan
lanjuti
perilaku
memiliki pikiran negatif.
bullying yang terjadi di sekolah
SARAN
dan
berusaha
penyelesaian untuk murid yang
Berdasarkan hasil penelitian
menjadi korban bullying agar
yang telah dilakukan, makan saran dari
tidak ada lagi murid yang
penulis adalah sebagai berikut :
menjadi 1. Bagi
korban
mencari
bullying,
korban.
Serta
menanamkan
konsep
hendaknya membaur dengan
positif
semua
teman-teman saat disekolah,
seperti
pentingnya
untuk
bersikap lebih aktif di sekolah
saling
menghargai
antar
seperti
sesame.
mengikuti
kulikuler
sehingga
ekstra tidak
pada
siswa
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil
dianggap remeh oleh teman
penelitian
yang lain.
dimanfaatkan
2. Bagi orangtua, agar lebih aktif mengikuti
diri
ini
dapat sebagai
tambahan informasi sehingga
perkembangan
dapat lebih memperdalam lagi
perilaku anak di lingkungan
tema
sekolah. Dengan terus adanya
psikologis korban bullying.
terkait
dinamika
komunikasi yang baik dengan DAFTAR PUSTAKA
pihak sekolah dan anak. 3. Bagi
sekolah
dan
guru,
Adilla,
Nissa.
(2009).
Pengaruh
hendaknya tetap mengawasi
Kontrol Sosial Terhadap Perilaku
kegiatan yangdilakukan murid-
Bullying
muridnya, tidak menganggap
Menengah
remeh setiap permasalahan
8
Pelajar
di
Sekolah
Pertama.Jurnal
Krimonologi Indonesia, 5(1), 56-
Fiftina,
66
Fifte.
Hubungan
Yogyakarta.
Skripsi
Jurnal
Dengan
Hubungan
Tentang Intensi
Bullied: To What Extent Are
Melakukan
Jakarta.
Bullies Also Victim?.America education Research Journal. 38,
Skiripsi
(diterbitkan).Jakarta:
351- 370
Fakultas
Universitas
Islam
Rahmawan, Amanda. Arif. (2013).
Negeri Syarif Hidayatullah
Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Intensi Bullying
Creswell, J. W. (2013). Research
Pada Siswa-Siswi Kelas Vlll
Design Pendekatan
SMP
Kualitatif, Kuantitatif, dan
Riauskina,
Dayaskini, Tri. dan Novalia. (2013).
Jurnal
I.
I.,
dan Soesetio,
dan
Kecenderungan Menjadi Korban Bullying.
Empathy
4 Jurnal
Fakutas Psikologi, 2 (1)
Pelajar.
Asertif
Muhammadiyah
Yogyakarta.
Mixed. Yogyakarta: Pustaka
Perilaku
Depok:
Ma, X. (2002). Bullying and Being
Bullying
Bullying Siswa SMA Negeri 82
Psikologi.
(diterbitkan).
Gunadarma.
(2010).
Persepsi
diri
Fakultas Psikologi. Universitas
Penelitian, 5, 54-62 Dina.
Kepercayaan
Siswa SMA Korban Bullying.
Bullying Pada Siswa SMA Di Kota
(2010).
dengan Perilaku Asertif pada
Argiati, S.H. (2010). Study Perilaku
Amalia,
Ajeng.
Ilmiah
Djuwita, S.
R.
R.,
(2005).
”Gencet-gencetan”
di
mata
siswa/siswi
1
SMA:
kelas
Naskah kognitif tentang arti,
Psikologi Terapan, 01 (01), 169-
skenario, dan dampak ”gencet-
175
gencetan”.
Jurnal
Sosial ,12 (1), 1-13
9
Psikologi
Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 4(3), 5-7
10