BODY IMAGE OF TEENAGERS WITH TATTOOS Rizki Agustin, Dra. Retnaningsih, M.Si Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key words: body image, teenagers, tattoos ABSTRACT : Body image is a person's internal representation of the outer appearance or the body's unique perception. Someone can have a positive body image and may also have a negative body image. Similarly, tattoos can improve a positive body image of a person because a tattoo can make someone sexy, cool or attractive. In contrast, tattoos can also cause a negative body image. The person with tattoos feels less confident or less attractive. This can happen because most people still think of tattoos as something negative. However, today more and more people who have tattoos, especially young women. For teenagers, physically attractive is something important in social interaction, whereas for women themselves, having sexy body, attractive, beautiful is the hope for everybody. Based on what has been described, the purpose of this study was to determine in more detail about the reasons of young women using tattoos in their body. To achieve the research objectives, a qualitative approach is used. Interviews and observation techniques are employed. The subject consists of two tattooed young women aged between 12 to 21 years. The result of the analysis shows that the reason the subject having a tattoo is to express an art and to remind her with her life experience. Another reason is simply for fun with friends. They feel that having tattoos is more attractive. Indeed, these two subjects feel pround of their tattoos.
1
BODY IMAGE REMAJA WANITA BERTATO RIZKI AGUSTIN Pembimbing : Dra. Retnaningsih, MSi. ABSTRAKS
Body image adalah representasi internal seseorang mengenai penampilan tubuh bagian luar atau persepsi unik mengenai tubuhnya. Seseorang dapat memiliki body image yang positif dan dapat pula memiliki body image yang negatif. Di satu sisi, tato dapat membuat seseorang memiliki body image yang positif dimana tato tersebut membuat seseorang merasa sexy, keren ataupun menarik atas penampilannya. Namun, tato juga dapat membuat seseorang memiliki body image yang negatif dimana seseorang merasa kurang percaya diri, kurang menarik atas penampilannya yang bertato itu. Hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat masih menganggap tato sebagai sesuatu yang negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai alasan remaja wanita bertato, gambaran body image remaja wanita bertato, faktor penyebab body image remaja wanita bertato, dan proses perkembangan body image remaja wanita bertato. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik tersebut dilakukan pada dua remaja wanita bertato berusia antara 12 sampai dengan 21 tahun dengan masing-masing satu significant other. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alasan subjek untuk memiliki tato adalah untuk mengekspresikan suatu seni dan untuk mengingat pengalaman hidup yang dialami. Alasan lainnya adalah hanya sekedar iseng bersama teman-temannya. Dapat diketahui juga bahwa subjek memiliki body image yang cenderung positif, yang ditunjukkan dengan adanya ketepatan dalam memperkirakan bentuk tubuh, berat tubuh, kematangan fisik, maupun daya tarik fisik. Selain itu, subjek juga memiliki rasa percaya diri, nyaman, dan menerima diri subjek apa adanya. Hal tersebut disebabkan oleh kematangan diri subjek yang lebih cepat dari lainnya dan sikap subjek yang tidak peduli terhadap komentar orang lain mengenai penampilan subjek yang bertato. Tato yang subjek miliki sendiri, tidak ikut andil terhadap terbentuknya body image subjek yang cenderung positif itu. Kata Kunci : Body Image, Remaja Wanita, Tato.
PENDAHULUAN
sudah dimiliki oleh banyak orang Tidak
Latar belakang Masalah
hanya dimiliki oleh orang dewasa, remaja
Tato yang merupakan suatu produk
pun sekarang sudah banyak memiliki tato.
dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh
Al-Mighwar (2006) menyatakan
dengan menggunakan alat sejenis jarum atau
bahwa
benda dipertajam yang terbuat dari flora
pesatnya pertumbuhan dan mencoloknya
(Olong, 2006), awalnya dianggap sebagai
perubahan dalam proporsi tubuh. Misalnya
momok atau sesuatu yang tabu tapi sekarang
tumbuhnya jerawat, perubahan berat badan,
2
masa
remaja
merupakan
masa
serta
tubuh
menjadi
melebar
dan
itu saja, tato juga dapat dianggap sebagai
memanjang. Perubahan tersebut tidak hanya
sesuatu
mendatangkan kesenangan tapi juga dapat
mempercantik tubuh maupun penampilan
menimbulkan kekhawatiran. Kekhawatiran
seseorang sehingga akan berpengaruh pada
tersebut timbul karena kesadaran bahwa
body image orang tersebut. Body image yang
daya tarik fisik berperan penting dalam
positif setelah menggunakan tato merupakan
interaksi sosial. Remaja menyadari bahwa
salah satu faktor penyebab yang membuat
mereka yang menarik biasanya diperlakukan
para wanita saat ini banyak yang memiliki
lebih baik daripada anak-anak yang kurang
dan berkeinginan untuk memiliki tato. Salah
menarik. Tidak heran jika sekarang semakin
satunya adalah merasa lebih cantik setelah
banyak para remaja khususnya remaja
memiliki tato dan semakin banyak pria yang
wanita mentato tubuhnya karena alasan
menyukainya.
untuk terlihat menarik, modis, trendi dan
yang
Duffy
untuk mempercantik penampilan.
fashionable
dan
yang
Atwater
dapat
(2005)
menyatakan bahwa body image adalah
Pada wanita, kecantikan lebih besar
mental image mengenai tubuh seseorang,
pengaruhnya terhadap kemenarikan dirinya
bagaimana
perasaan
ketimbang ketampanan pada pria. Pada
tubuhnya,
bagaimana
wanita
dengan
ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya.
banyaknya kencan, sedangkan pada pria
Guslingga (2006) menambahkan bahwa
ketampanan kurang dapat dijadikan faktor
orang yang memiliki body image positif
untuk memperkirakan banyaknya kencan
akan cenderung merasa puas terhadap
yang
dalam
kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang
Sarwono, 2002). Penyebabnya adalah bahwa
tinggi, penerimaan jati diri yang tinggi, rasa
wanita cenderung menyukai lelaki karena
percaya diri dan kepeduliannya terhadap
sifatnya, sedangkan laki-laki cenderung
kondisi badan dan kesehatannya sendiri,
menyukai wanita karena penampilannya
serta
(Russel dalam Sarwono, 2002). Karena
menjalin hubungan dengan orang lain.
itulah
dengan
Sedangkan orang yang memiliki body image
penampilannya dan 90% pasien bedah
yang negatif akan cenderung merasa tidak
plastik adalah wanita (Dion, Pak & Dion
puas atau malu terhadap kondisi tubuhnya
dalam Sarwono, 2002).
sehingga tidak jarang menimbulkan depresi,
kecantikan
dibuat
berkorelasi
(Berscheid
wanita
lebih
dkk.,
repot
Menurut Putranto (2006), wanita
tentang
kepuasan
kepercayaan
diri
dan
ketika
memiliki harga diri yang rendah atau bahkan
yang secara lahiriah sudah terlihat indah, merasa
adanya
seseorang
merasa dirinya tidak berharga.
semakin
percaya
diri
dengan
Berkaitan dengan remaja wanita
tato.
Seolah
ia
ingin
bertato, di satu sisi tato merupakan suatu
mempelihatkan sisi kelembutannya dengan
seni yang dapat memperindah penampilan,
mewujudkan tato yang indah. Tidak hanya
mempercantik
ditunjang
3
tubuh
ataupun
membuat
seseorang terlihat menarik. Namun, di sisi
TINJAUAN PUSTAKA
lain umumnya masyarakat menganggap tato
Body Image
sebagai sesuatu yang negatif dan adanya
Menurut Schilder (dalam Brook &
larangan mentato tubuh bagi penganut
Brook, 1978), body image adalah gambaran
agama tertentu semakin menguatkan tato
tentang tubuh yang dibentuk dalam pikiran.
sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
Pendapat
yang
hampir
sama
tidak boleh. Maka orang yang memiliki tato
dikemukakan oleh Duffy dan Atwater
akan
(2005) juga menyatakan bahwa body image
dianggap
sebagai
orang
yang
melanggar norma atau nilai yang ada. Selain
adalah
itu, tidak jarang juga diasosiasikan sebagai
seseorang, bagaimana perasaan seseorang
“wanita
pada
tentang tubuhnya, bagaimana kepuasan dan
umumnya bagi wanita yang memiliki tato.
ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya.
nakal”
oleh
masyarakat
mental
image
mengenai
tubuh
Oleh karena setiap individu itu unik (individual differences), maka setiap orang
Komponen Body Image
akan bereaksi dengan berbeda-beda terhadap
Menurut Raich, Soller, dan Mora
berbagai tekanan yang dihadapinya. Remaja
(dalam Stewart, 2004), body image memiliki
wanita bertato dapat memiliki body image
beberapa komponen komponen, diantaranya:
yang positif jika tato yang dimilikinya
a.
Perceptual
membuat dirinya lebih percaya diri, lebih
Merupakan ketepatan seseorang dalam
menarik, lebih terlihat eksotik atau berbeda
memperkirakan ukuran tubuhnya.
dari remaja wanita lainnya. Sebaliknya,
b. Subjective
remaja wanita bertato akan memiliki body
Berkaitan dengan kepuasan seseorang
image
terhadap
yang
negatif
jika
tato
yang
tubuhnya,
ketepatan,
dimilikinya membuat dirinya tidak diterima
kecemasan, dan cognitive evaluation
di lingkungan, dijauhi oleh orang-orang
mengenai tubuhnya.
sekitarnya, dikucilkan, atau hal negatif
c.
lainnya.
Behavioral Berkaitan dengan perilaku seseorang untuk
menakutkan
Tujuan Penelitian Penelitian
menghindari
ini
bertujuan
untuk
situasi
(berkaitan
yang dengan
tubuhnya).
mengetahui secara lebih mendalam alasan
Cash (dalam Strickland, 2004),
subjek bertato, bagaimana body image
menyatakan bahwa body image memiliki
subjek, faktor penyebab body image pada
dua
subjek, dan proses perkembangan body
attitudinal.
image pada subjek.
adalah bagaimana persepsi seseorang dalam
komponen,
yaitu
Perceptual
memperkirakan
perceptual yang
ukuran
dan
dimaksud
tubuhnya.
Kemudian, attitudinal yang dimaksud adalah
4
bagaiamana perasaan (afeksi) seseorang
berat tubuh (weight status) mereka.
mengenai tubuhnya.
Beberapa remaja sangat khawatir jika
Berdasarkan penjelasan di atas
memiliki berat badan yang berlebih atau
dapat disimpulkan bahwa body image
yang lebih dikenal dengan sebutan
memiliki beberapa komponen yaitu kognitif,
obesitas (obesity).
afektif (subjective), dan konatif.
d. Norma Perkembangan Fisik Remaja Berdasarkan usia kematangan, remaja yang
Dimensi Body Image Rice
(2008)
menyebutkan
empat
matang
lebih
awal,
yang
diperlakukan seperti orang yang hampir
dimensi pada body image, diantaranya :
dewasa, mempengaruhi konsep diri
a.
yang menyenangkan sehingga dapat
Daya
Tarik
Fisik
(Physical
Attractiveness)
menyesuaikan diri dengan baik. Remaja
Davidson & Mc Cabe (dalam Rice,
yang
2008) menyatakan bahwa daya tarik
diperlakukan seperti anak-anak, merasa
fisik
memiliki
salah dimengerti dan bernasib kurang
hubungan yang penting pada evaluasi
baik sehingga cenderung berperilaku
diri
kurang
dan
body
yang
image
positif,
popularitas
dan
penerimaan teman sebaya pada remaja.
matang
dapat
terlambat,
yang
menyesuaikan
diri
(Hurlock, 1980). Berdasarkan beberapa penjelasan di
b. Bentuk Tubuh (Body type) Menurut Rice (1990), tiga bentuk tubuh
atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi
yang dapat diidentifikasikan, yaitu
body image adalah daya tarik fisik
1) Ectomorph, yaitu bentuk tubuh
(physical attractiveness), bentuk tubuh
yang
cenderung
tinggi,
kurus,
(body type), berat badan, dan norma
langsing, dengan struktur tulang
perkembangan fisik remaja.
yang besar dan menonjol. 2) Endomorph, yaitu pendek, bulat,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body
tebal, berat, lebar, gemuk, dan
Image
besar.
Atwater (1983) menyatakan bahwa cara
3) Mesomorph, yaitu gabungan antara
c.
seseorang
menerima
body
image
tipe Ectomorph dan Ectomorph,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
dengan ciri-ciri antara lain kekar,
a.
Kebudayaan
kuat, tubuh berotot dengan bahu
Norma budaya memiliki andil yang
yang
cukup
lebar
dan
lengan
yang
besar
dalam
mempengaruhi
panjang.
perkembangan sikap dan tingkah laku
Berat Badan
yang berhubungan dengan diri dan body
Body image pada remaja memiliki
image. Konformitas tentang tubuh ideal
hubungan yang dekat dengan keadaan
sedikit banyaknya dipengaruhi oleh
5
standar
budaya
setempat
atau
individu
penampilan yang seperti apa yang
yang
merdeka
terhadap
berbagai aturan dan kontrol.
dinilai pantas dan yang tidak pantas
b.
(Arkoff, 1975)
Tato merupakan ajang ekspresi kaum muda Tato mengandung pemaknaan ekspresi
b. Faktor Sosial Dacey dan Kenny (1997) menyebutkan
diri yang dilakukan secara sengaja dan
bahwa body image telah dipromosikan
sadar.
sedemikian rupa oleh industri dan
c.
Tato dimiliki seseorang karena untuk
hiburan sehingga mengubah standar
mengikuti sang idola.
pentingnya penampilan fisik menjadi
Karena tergila-gila dan mengidolakan
sesuatu
yang
realistis
bagi
sosok San Cai (kekasihnya Tao Ming
Sehingga
pada
She dalam sinetron Meteor Garden),
akibatnya bermunculan rasa khawatir
banyak remaja putri yamg memutuskan
tentang kualitas dan atribut diri yang
untuk mentato tubuhnya.
kebanyakan
tidak
orang.
terkait dengan fisik.
d.
Berdasarkan beberapa penjelasan di
Tato
bukan
merupakan
tindakan
penyiksaan diri.
atas, dapat disimpulkan bahwa faktor sosial
Dengan
dan budaya dapat mempengaruhi body
canggih
image seseorang
meminimalkan rasa sakit ketika tato sedang
ditemukannya untuk
diukir
pandangan
Tato Tato adalah suatu produk dari kegiatan
mentato
peralatan diri
sehingga
bahwa
dapat
muncul
tato
bukan
merupakan tindakan penyiksaan diri.
menggambar pada kulit tubuh dengan
e.
Adanya teknik penghilangan tato
menggunakan alat sejenis jarum atau benda
Karakter permanen tato kini telah dapat
dipertajam yang terbuat dari flora (Olong,
diatasi dengan teknik penghilangan, dan
2006).
atau karakter permanen tato dapat digantikan dengan tato temporer.
Motivasi Mentato Diri Menurut
Olong
(2006),
terdapat
Olong
(2006)
juga
menambahkan
berbagai macam faktor yang memotivasi
bahwa
seseorang untuk mentato tubuhnya yang
tradisional pedalaman, secara garis besar
semakin marak dalam masyarakat, yaitu:
terdiri dari lima motivasi utama, yaitu:
a.
a.
Tato sebagai alat untuk mencerminkan
motivasi
tato
pada
masyarakat
Tato sebagai alat pertahanan baik dari
kebebasan
serangan musuh maupun gangguan
Dengan adanya tato, modifikasi tubuh
makhluk halus.
merupakan suatu bentuk penegasan
b.
kebebasan menentukan diri sebagai
Tato merupakan ungkapan keberanian dan maskulinitas di kalangan laki-laki.
6
c.
d.
Tato merupakan daya tarik tubuh dalam
dengan
menarik lawan jenis.
other. Karakteristik subjek yang dibutuhkan
Tato merupakan pertanda atau batas
dalam penelitian ini adalah remaja wanita
seseorang dalam melewati masa-masa
bertato yang berusia 12 sampat dengan 21
krisis
tahun.
dalam
kehidupan,
seperti
kematian, kelahiran, pernikahan, dan
masing-masing
Untuk
memasuki masa-masa dewasa.
satu
significant
mempermudah
pengumpulan
data,
peneliti
proses menyusun
pedoman wawancara, pedoman observasi, dam alat perekam.
Usia Remaja Menurut Darajat (dalam Willis, 1994),
Untuk
mendapatkan
keakuratan
usia remaja adalah usia transisi dimana
penelitian, peneliti menggunakan teknik
seorang individu telah meninggalkan usia
triangulasi.
kanak-kanak
penuh
Moleong (1996) adalah teknik pemeriksaan
ketergantungan. Akan tetapi, belum mampu
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab
yang lain di luar data itu untuk keperluan
baik terhadap dirinya maupun terhadap
pengecekan
masyarakat. Adapun masa usia remaja
terhadap data itu.
yang
lemah
dan
dimulai pada usia 13 sampai dengan 21
Teknik
triangulasi
atau
sebagai
menurut
perbandingan
Patton (dalam Poerwandari, 1998)
tahun.
mengemukakan empat macam triangulasi,
Menurut Dariyo (2004), remaja adalah
antara lain:
masa peralihan dari masa kanak-kanak
1.
Triangulasi Data
menuju masa dewasa yang ditandai dengan
Menggunakan berbagai sunber data,
adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
seperti
psikososial.
wawancara,
Secara
kronologis
yang
dokumen, hasil
arsip,
hasil
observasi,
atau
tergolong remaja berkisar antara usia 12 atau
mewawancarai lebih dari satu subjek
13 sampai dengan 21 tahun.
yang dianggap memiliki sudut pandang
Berdasarkan beberapa definisi di atas,
yang berbeda. Dalam penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa usia remaja adalah
peneliti mewawancarai satu significant
masa peralihan dari masa kanak-kanak
other untuk masing-masing subjek.
menuju masa dewasa dengan batasan antara
2.
usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun.
Triangulasi Pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
Dalam
pembimbing
penelitian
ini,
bertindak
dosen sebagai
pendekatan kualitatif dengan menggunakan
pengamat
teknik wawancara dan observasi. Jumlah
memberikan masukan terhadap hasil
subjek dalam penelitian ini adalah 2 subjek
pengumpulan data.
7
(expert
judgment)
yang
3.
4.
Triangulasi Teori
maupun negatif. Alasan tersebut menjadi
Penggunaan teori yang berlainan untuk
alasan lain juga bagi subjek pertama untuk
memastikan
memiliki tato. Hal tersebut sesuai dengan
bahwa
data
yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.
pernyataan
Dalam
peneliti
tergolong pada salah satu motivasi utama
menggunakan berbagai teori yang telah
pada masyarakat tradisional pedalaman yaitu
dijelaskan pada bab II untuk digunakan
tato
dan
seseorang dalam melewati masa-masa krisis
penelitian
menguji
ini,
terkumpulnya
data
Olong
merupakan
(2006),
pertanda
meskipun
atau
batas
tersebut.
dalam
Triangulasi Metode
kelahiran, pernikahan, dan memasuki masa-
Penggunaan berbagai metode untuk
masa dewasa. Disamping itu, terdapat juga
meneliti suatu hal, seperti metode
motivasi tato pada masyarakat tradisional
wawancara
Dalam
pedalaman yaitu tato sebagai alat pertahanan
penelitian, peneliti melakukan metode
baik dari serangan musuh maupun gangguan
wawancara
makhluk halus, tato merupakan ungkapan
dan
yang
observasi.
didukung
dengan
metode observasi.
kehidupan,
seperti
kematian,
keberanian dan maskulinitas di kalangan laki-laki, dan tato merupakan daya tarik tubuh dalam menarik lawan jenis.
PEMBAHASAN Menurut Olong (2006), ada beberapa
Dalam hal bersikap, kedua subjek cenderung
motivasi yang mendasari seseorang untuk
cuek. Mereka tidak khawatir jika dilabel
memiliki tato, yaitu karena tato sebagai alat
“wanita nakal” atas tato yang dimilikinya
untuk
karena
mencerminkan
kebebasan,
tato
mereka
berkeyakinan
bahwa
merupakan ajang ekspresi kaum muda, tato
meskipun mereka bertato, mereka bukan
dimiliki seseorang karena untuk mengikuti
“wanita nakal”, mereka tetap menjadi orang
sang idola, tato bukan merupakan tindakan
yang baik-baik saja. Selain itu, mereka juga
penyiksaan diri, dan karena adanya teknik
tidak khawatir akan penularan AIDS melalui
penghilangan tato.
proses pentatoan. Mereka tidak khawatir
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
karena mereka sudah mengantisipasinya
wawancara dapat diketahui bahwa alasan
dengan mencari tempat tato yang bersih,
yang mendasari subjek untuk bertato adalah
yang alat-alatnya steril, dan orang yang
untuk mengekspresikan suatu seni. Alasan
membuat tato tersebut adalah orang yang
lainnya, seperti pada subjek kedua yaitu
ahli. Meskipun kedua subjek memiliki tato,
bertato hanya sekedar iseng. Hal tersebut
keluarga subjek bersikap biasa saja setelah
berbeda dengan subjek pertama dimana tato
mengetahui subjek memiliki tato. Hal
subjek tersebut digunakan sebagai pengingat
tersebut terjadi karena orangtua pada kedua
terhadap
subjek
pengalaman-pengalaman
yang
dialami, baik pengalaman yang positif
tidak
melarang
subjek
untuk
memiliki tato. Orangtua kedua subjek
8
memiliki
prinsip
bebas
yang
yang lain. Subjek pertama merasa bahwa
bertanggungjawab. Berdasarkan
dengan kematangannnya tersebut membuat hasil
observasi
dan
subjek
bisa
menyelesaikan
masalahnya
wawancara juga dapat diketahui bahwa
dengan baik, sedangkan subjek kedua
kedua subjek memiliki body image yang
merasa bahwa dengan kematangannya itu
cenderung positif. Hal tersebut ditunjukkan
membuat subjek lebih bijaksana dalam
dari adanya ketepatan pada kedua subjek
bersikap.
dalam memperkirakan daya tarik fisik.
Selain dilihat dari adanya ketepatan
Subjek pertama merupakan orang yang tidak
dalam mepersepsikan bentuk tubuh, berat
menilai panampilan fisik subjek seperti apa,
tubuh, dan perkembangan pada kedua
tetapi
yang
subjek, body image yang positif juga dapat
menerima diri apa adanya, sedangkan subjek
dilihat dari perasaan, penilaian ataupun sikap
kedua menganggap bahwa diri subjek
individu terhadap tubuhnya. Kedua subjek
memiliki daya tarik fisik. Kemenarikan itu
berusaha untuk menjadi diri sendiri dan
terletak pada tubuh subjek yang tinggi dan
berusaha untuk menerima segala kekurangan
wajah subjek yang oriental.
masing-masing. Kedua subjek meyakini
subjek
Selain
merupakan
terdapat
orang
ketepatan
dalam
bahwa tiap orang berbeda-beda sehingga
mempersepsikan daya tarik fisik, kedua
tidak perlu berusaha untuk seperti orang
subjek juga memiliki ketepatan dalam
lain.
mempersepsikan bentuk tubuhnya. Subjek
Selain itu, body image yang positif dari
pertama mempersepsikan bentuk tubuhnya
diri kedua subjek dapat juga dilihat dari cara
sedang-sedang saja, sedangkan subjek kedua
subjek memperlakukan tubuhnya atau hal-
mempersepsikan bentuk tubuhnya seperti
hal yang dilakukan subjek berkaitan dengan
buah pear karena subjek memiliki panggul
tubuhnya. Meskipun kedua subjek merasa
dan paha yang besar. Tidak hanya itu, kedua
berat badannya ideal dan subjek kedua
subjek juga memiliki ketepatan dalam
merasa berat badannya berlebih, hal tersebut
mempersepsikan
dan
tidak membuat kedua subjek khawatir yang
subjek
berlebihan mengenai berat badannya. Kedua
mempersepsikan berat tubuhnya berlebih.
subjek tidak membuat dirinya kelaparan agar
Meski demikian hal tersebut tidak membuat
berat badannya ideal. Akan tetapi, kedua
kedua subjek merasa rendah diri. Bahkan
subjek melakukan diet, menjaga pola makan,
sebaliknya, kedua subjek tetap menerima
dan fitness agar tubuhnya sehat dan berat
diri subjek apa adanya dan berusaha menjadi
badannya
diri sendiri. Dalam hal perkembangan atau
dijelaskan di atas, sesuai dengan yang
kematangan
dinyatakan
perkembangan
berat dirinya.
diri,
tubuhnya Kedua
kedua
subjek
berkurang.
oleh
Hal
Angie
yang
(2007)
telah
bahwa
mempersepsikan bahwa diri kedua subjek
seseorang yang memiliki body image yang
lebih dewasa atau lebih matang dibanding
positif, tepat dalam mempersepsikan bentuk
9
tubuhnya, adanya rasa bangga, menerima
santai, tidak memeperdulikan dan tidak
keunikan diri, merasa nyaman dan percaya
menanggapi segala komentar orang lain atas
diri terhadap tubuhnya, membuang ataupun
penampilan.
menolak kekhawatiran yang tidak beralasan
anggapan orang mengenai diri subjek,
mengenai makanan, berat, dan kalori. Dalam
anggapan
Marina (1997) juga dinyatakan bahwa
kepercayaan diri subjek sendiri. Hal tersebut
seseorang yang memiliki body image yang
bisa dijelaskan bahwa pada saat subjek
positif adalah orang yang penilaian diri (self
pertama mendapatkan komentar negatif atas
worth)
(self
tato yang subjek miliki, subjek tidak merasa
confidence) baik. Dengan memiliki body
rendah diri atau malu untuk memperlihatkan
image yang positif itu, seseorang akan
tatonya. Hal tersebut disebabkan karena
memiliki kepuasan citra tubuh (body image
subjek menganggap tato yang subjek miliki
satisfaction)
image
adalah suatu seni yang bertujuan untuk
satisfaction adalah derajat kepuasan individu
kepuasan subjek sendiri. Masing-masing tato
terhadap karakteristik bagian-bagian tubuh
memiliki makna tersendiri dan jauh dari
maupun tubuh secara keseluruhan (Mintz &
konsep
Betz dalam Marina, 1997). Guslingga (2006)
kebanyakan wanita bertato lainnya. Berbeda
juga menambahkan bahwa orang yang
dengan
memiliki body image positif akan cenderung
menunjukkan tatonya kepada orang lain,
merasa puas terhadap kondisi tubuhnya,
subjek kedua tidak ingin tato yang subjek
memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan
punya terlihat oleh orang lain, khususnya
jati diri yang tinggi, rasa percaya diri dan
keluarga besar subjek. meskipun tato subjek
kepeduliannya terhadap kondisi badan dan
tertutup, subjek juga pernah mendapatkan
kesehatannya
adanya
komentar yang negatif dari keluarga teman
kepercayaan diri ketika menjalin hubungan
dekat subjek. Akan tetapi, komentar negatif
dengan orang lain. Sedangkan orang yang
tersebut tidak membuat subjek merasa malu
memiliki body image yang negatif akan
atas tato yang subjek punya karena subjek
cenderung merasa tidak puas atau malu
tidak memeprdulikan komentar tersebut,
terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak
sama seperti yang dilakukan oleh subjek
jarang menimbulkan depresi, memiliki harga
pertama. Kedua subjek beralasan bahwa,
diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya
yang mengetahui diri subjek adalah subjek
tidak berharga.
sendiri dan apapun yang orang lain katakan,
dan
kepercayaan
yang
Berdasarkan
dirinya
tinggi.
sendiri,
hasil
Body
serta
observasi
Apapun
tersebut
keren
subjek
komentar
tidak
ataupun
mempengaruhi
sexy
pertama
orang,
yang
seperti
mau
dan
subjek tetaplah subjek. hal yang telah
wawancara dapat diketahui bahwa kedua
dijelaskan tersebut, memiliki kesesuaian
subjek memiliki body image yang cenderung
dengan pernyataan Levin, et al., (dalam
positif karena kedua subjek adalah orang
Jones,
yang pada dasarnya memang memiliki sikap
memiliki kontribusi pada penilaian negatif
10
2004)
bahwa
komentar
kritis
seseorang terhadap tubuhnya, dengan kata
menyenangkan
lain body image yang negatif. Artinya,
menyesuaikan diri dengan baik.
sehingga
dapat
seseorang dapat memiliki body image yang
Pada awalnya, kedua subjek memiliki
negatif jika seseorang menginternalisasi
body imge yang positif karena kedua subjek
komentar negatif dari orang lain mengenai
merupakan orang yang percaya diri atas
penampilan. Selain itu, Thompson (1999)
penampilan, merasa puas atas kondidi
juga menyatakan bahwa komentar yang
tubuhnya,
berupa ejekan, sindiran maupun olokan akan
komentar orang lain mengenai tubuh kedua
membuat seseorang memiliki body image
subjek. Selanjutnya, pada saat ini kedua
yang negatif. Oleh sebab itu, dibutuhkan
subjek juga tetap memiliki body image yang
suatu kematangan dalam berpikir bagi
positif. Hal tersebut dikarenakan kedua
remaja
negatif
subjek merupakan orang yang teteap percaya
membuat
diri meskipun orang berkomentar negatif
penilaian diri terhadap tubuh menjadi negatif
atas penampilan kedua subjek khususnya
juga.
dalam hal penampilan kedua subjek yang
agar
mengenai
segala
komentar
penampilan
tidak
dan
tidak
memperdulikan
Berkaitan dengan faktor kematangan,
bertato. Mengenai penampilan fisik subjek
faktor tersebut juga menjadi faktor lain yang
yang bertato, kedua subjek juga tidak
menyebabkan body image kedua subjek
merasakan
cenderung positif. Kematangan kedua subjek
penampilan fisik kedua subjek. Artinya,
yang lebih cepat tersebut membuat kedua
kedua subjek tidak merasakan ada yang
subjek lebih dewasa dari yang lainnya. Atas
lebih pada penampilan fisik kedua subjek,
kedewasaannya itu, subjek pertama menjadi
misalnya dengan tato tersebut kedua subjek
dapat menyelesaikan masalahnya dengan
menjadi lebih sexy, menarik, cantik, modis,
baik dan subjek mempu membuat suatu
keren. Hal tersebut tidak terjadi pada kedua
keputusan dalam masalah yang subjek
subjek karena bagi kedua subjek, tato adalah
hadapi. Subjek yang kedua juga menjadi
suatu seni dan memiliki kepuasan tersendiri
lebih bijaksana atas kedewasaannya itu.
bagi
Subjek menjadi lebih mementingkan orang
menganggap bahwa tato itu lepas jauh dari
lain dan lebih berpikir dahulu sebelum
konsep “keren”. Bagi subjek pertama, tato
bertindak. Artinya,
apakah tindakannya
adalah suatu seni dimana motif-motif tato
tersebut akan merugikan orang lain tau
tersebut memiliki makna bagi diri subjek.
bahkan sebaliknya. Hal tersebut sesuai
subjek pertama juga tidak sembarangan
dengan pernyataan Hurlock (1980) bahwa
dalam membuat tato. Oleh sebab itu, subjek
remaja yang matang lebih awal, yang
mempelajari dahulu konsep-konsep tato
diperlakukan seperti orang yang hampir
sebelum memutuskan untuk memiliki tato.
dewasa, mempengaruhi konsep diri yang
Atas hal yang telah dijelaskan itu lah, dapat
kedua
ada
yang
subjek.
berubah
Subjek
dalam
pertama
diketahui bahwa tato yang dimiliki oleh
11
kedua subjek tidak memiliki pengaruh
penampilannya, khususnya penampilan yang
terhadap body image kedua subjek. Akan
bertato.
tetapi, yang menyebabkan subjek memiliki
Body image yang cenderung positif
body image yang positif adalah karena
ini disebabkan oleh faktor personal dan
subjek memang pada dasarnya memiliki
faktor kematangan yang lebih cepat. Faktor
body image yang positif dan bukan karena
personal yang dimaksud adalah sikap subjek
tato yang subjek miliki. Artinya, baik
yang
sebelum maupun setelah bertato, subjek
komentar orang lain mengenai kondisi tubuh
memiliki body image yang positif.
ataupun penampilan subjek yang bertato itu.
tidak
Sikap
memperdulikan
tersebut
membuat
komentar-
subjek
tidak
menanggapi apapun komentar orang lain
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat
mengenai
diri
remaja
wanita
bertato.
ditarik kesimpulan bahwa alasan yang
Kemudian, dengan faktor kematangan pada
mendasari subjek untuk bertato adalah untuk
remaja wanita bertato itu sendiri membuat
mengekspresikan suatu seni dan bukan
subjek berpikir positif atas dirinya sendiri
untuk membuat kedua subjek terlihat lebih
dan lebih bisa mengontrol emosi dalam
cantik, menarik, keren, atau sebagainya.
menghadapi
Selain sebagai pengekspresian suatu seni,
mendapatkan
tato juga digunakan sebagai pengingat
mengenai penampilan fisik pada subjek, hal
terhadap
tersebut
pengalaman-pengalaman
hidup
masalah.
Jadi,
komentar
subjek
meskipun
yang
menjadi
malu
negatif
atas
dimana setiap motif-motif tato tersebut
penampilannya tetapi subjek tetap percaya
memiliki makna tersendiri. Tidak hanya
diri
alasan itu saja, alasan lain subjek adalah
menampilkan diri apa adanya.
atas
penampilannya
dan
tetap
hanya sekedar iseng bersama teman-teman. Dapat diketahui juga bahwa subjek
SARAN
memiliki body image yang cenderung
Berdasarkan hasil penelitian, maka
positif. Hal tersebut dapat ditunjukkan
saran yang dapat diberikan peneliti adalah
dengan
sebagai berikut:
adanya
ketepatan
dalam
memperkirakan daya tarik fisik, bentuk
1.
Bagi kedua subjek penelitian, peneliti
tubuh, berat tubuh, dan perkembangan
menyarankan agar kedua subjek dapat
tubuh. Selain itu, body image subjek yang
mempertahankan
cenderung positif juga dapat dilihat dari
positif. Hal tersebut dikarenakan dengan
sikap subjek yang berusaha untuk menjadi
body image yang positif, diantaranya
diri sendiri dan berusaha untuk menerima
adalah dapat membuat subjek lebih bisa
segala kekurangan diri. Selain itu, meskipun
mengaktualisasikan
subjek memiliki kekurangan dalam fisiknya,
dimiliki dan membuat harga diri subjek
subjek
juga menjadi lebih baik.
tetap
percaya
diri
atas
12
body
image
potensi
yang
yang
2.
Bagi
para
orangtua,
peneliti
edition. New York: Mc Graw Hill.
menyarankan agar para orangtua dapat membantu dalam mengembangkan body image
yang
positif
pada
Dacey, J & Kenny, M. (1997). Adolesent development. Second edition. USA: Brown & Benchmark.
remaja,
khususnya adalah remaja wanita. Hal Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
tersebut dikarenakan, dengan memiliki body image yang positif, para remaja bisa
lebih
mengekpresikan
Duffy, K. G. Duffy, K. G. & Atwater, E. (2005). Psychology for living. Adjustment, growth, and behavior today. Eight edition. New Jersey: Prentice-Hall.
diri
seoptimal mungkin. 3.
Bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai remaja
Elliyawati, R. (2007). Seksualitas remaja. http://body image/cerita remaja Indonesia-situs informasi kesehatan seksual dan sosial remaja 2.htm, Tanggal akses 18 Maret 2007.
wanita bertato, disarankan agar bisa meneliti aspek-aspek lainnya, seperti cepat lambatnya kematangan, faktor kebudayaan, media, dan lainnya.
Fisher, S., Cleveland, & Sidney, E. (1986). Body image and personality. Second edition. New York: Dover.
DAFTAR PUSTAKA Al Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi remaja petunjuk bagi guru dan orangtua. Bandung: Pustaka Setia.
Guslingga. (2006). Body image. http://www.kapanlagi.com/a/0000 002459.htmls. Tanggal akses 12 Mei 2007.
Altabe, M. & Thompson, J. K. (1993). Body image encyclopedia of human behavior. San Diego: Academic Press. Angie,
Haditono, S. R., Knoers, A. M. P. dan F. J. Monks. (1992). Psikologi perkembangan. Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
T. (2007). Body image. http://www.nationaleatingdisorder s.org/p.asp?WebPage_ID. Tanggal akses 12 Mei 2007.
Heru, B. (2006). Penelitian kualitatif. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Arkoff, A. (1975). Psychology and personal growth. Boston: Allyn & Bacon.
Hurlock,
Atwater, E. (1983). Psychology adjustment. Second edition. New Jersey: Prentice-Hall. Brook, D. W. & Brook, J. S. (1978). Psychology adolescence. Third edition. New York: Macmillan.
E. B. (1991). Psikologi perkembangan. Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Jones, D. C., Vigfusdottir, T. H., & Younsun, L. (2004). Body image and the appearance culture among adolescent girls and boys: an examination of friend converasations, peer critism, appearance magazines, and the
Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1990). Psychology of adjustment & human relationships. Third
13
internalization of appearance ideals. Journal of Adolescent Research, Vol. 19, No.3, 323-339.
Poerwandari, K. 2005. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku masyarakat. Depok: LPSP3.
Jung, J. & Lennon, S. J. (2003). Body image appearance self-schema, and media images. Family and Consumer Sciences Research Journal, Vol.32, No.1, 27-51.
Rice, F. P. & Dolgin, K. G. (2008). The Adolescent. Development, relationship, and culture. Twelfth edition. USA: Allyn & Bacon. Rice,
Marina. (1997). Hubungan kesenjangan diri (self discrepancy) dengan kepuasan citra tubuh (body image sattisfaction) pada wanita. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
F.
P. (1990). The Adolescent. Development, relationship, and culture. Sixth edition. USA: Allyn & Bacon.
Santrock, J. W. (1993). Perkembangan remaja. Alih bahasa. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Marshall, C. dan Rosmann, G. B. (1989). Designing qualitative research. California: Sage Publication.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Moleong, L. J. (1990). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Stewart, T. M. (2004). Light on body image treatment acceptance through mindfulness. Journal of Behavior Modification, Vol.28, No.6, 783811.
Moleong, L. J. (1996). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Strickland, A. (2004). Body image and self esteem. A study of relationships and comparison between more and less physically active collage woman. Unpublished dissertation. Lousiana State University.
Moleong, L. J. (2001). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. (2001). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thompson, J. K., Heinberg, L. J. dan Stacey, T. D. (1999). Exacting beauty. Theory, assessment, and treatment of body image disturbance. Washington, DC: American Psychological Association.
Monks, J., Knoers, & Siti, R. H. (2002). Psikologi perkembangan. Cetakan 14. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Olong, H. A. K. (2006). Tato. Yogyakarta: LKIS.
Willis, S. S. (1994). Problematika remaja dan pemecahannya. Bandung: Angkasa.
Papalia, E. D. & Olds, S. W. (2004). Human development. Ninth edition. New York: Mc Graw Hill. Poerwandari, K. 1998. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok: LPSP3.
14