Analisis Pengaruh Resirkulasi Air Lindi Pada Bioreaktor Landfill Metode Pengisian Sampah Berkala Terhadap Dekomposisi Sampah dan Konsentrasi Ammonia, Nitrat, Nitrit Andina Putri Zata Dini1*, Djoko M. Hartono1, Irma Gusniani1 1
Program Studi Teknik Lingkungan. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia *e-mail :
[email protected]
Abstrak Timbulan sampah meningkat sejalan dengan perkembangan aktivitas manusia. Hal ini memberikan masalah terhadap kemampuan lahan untuk menampung sampah. Timbulan sampah juga menghasilkan lindi yang mengandung senyawa organik berbahaya, seperti ammonia, nitrat, nitrit. Penelitian dilakukan dengan memodifikasi lysimeter dan menerapkan sistem pengisian sampah berkala selama tiga minggu, sehingga terdapat tiga lapisan sampah beda umur dalam lysimeter. Resirkulasi lindi diberikan ke dalam reaktor untuk mengetahui efeknya terhadap dekomposisi sampah dan kandungan ammonia, nitrat, nitrit. Akhirnya diketahui kesetimbangan nitrogen yang terjadi di dalam reaktor. Hasil pengamatan selama 150 hari membuktikan bahwa sistem pengisian sampah berlapis dan resirkulasi lindi ke dalam lysimeter akan mempercepat waktu dekomposisi sampah dan menurunkan kandungan ammonia, nitrat, nitrit dalam waktu yang relatif lebih cepat. Metode pengisian sampah 3 lapis membuktikan bahwa lapisan sampah teratas memiliki kandungan nitrogen yang terbesar. Dibuktikan pula bahwa hanya 17% nitogen terlarut dalam lindi, 21% berubah dalam fraksi gas atau cair (uncounted) dan tersisa 60,1% nitrogen yang ada di dalam sampah sebagai residu.
Leachate Recirculation Effect Analysis on Bioreactor Landfill Towards Refuse Decomposition and Concentration of Ammonia, Nitrate, Nitrite With Continued Waste Filling Method Abstract Refuse generation will increase in line with development of human activities. This fact make a problem to land area that is no longer able to accommodate. Refuse generation will produce leachate that contains dangerous organic matter such as ammonia, nitrate, nitrite. This study done with modification reactor and implemented continued waste filling method. This research also implement leachate recirculation through the lysimeter. Leachate recirculation aims to know the effect towards refuse decomposition and concentration of ammonia, nitrate, nitrite in lysimeter. This observation results nitrogen balance in reactor. The result of 150 days observation proved that leachate recirculation makes refuse decomposition becomes faster and decrease concentration of ammonia, nitrate, nitrite in short period. With continued filling method proved that 3rd refuse layer has more nitrogen compounds than the other layers. This study also prove that only 17% of nitrogen leaves the system via leachate, 21% transferred either into liquid or gas phase (uncounted), and only 60,1% nitrogen stays in refuse as residual nitrogen. Key words : ammonia; leachate; lysimeter; nitrate; nitrite; refuse; recirculation
1 Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN Semakin hari populasi, aktivitas, dan arus urbanisasi manusia semakin meningkat serta mengalami pengembangan. Hal ini berdampah terhadap jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. OECD (2007) mencatat bahwa dalam 10 tahun terakhir timbulan sampah di perkotaan meningkat sampai 20% dan diprediksikan terus mengalami peningkatan. Timbulan sampah akan menimbulkan permasalahaan seperti bau, pencemaran dari lindi yang dihasilkan, serta mengganggu estetika kota. Timbulan sampah juga menghasilkan gas yang berpotensi sebagai gas efek rumah kaca. Masalah ini juga akan berdampak kepada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada. Sesuai dengan UU No. 81 Tahun 2012, seharusnya seluruh TPA sudah menggunakan sistem sanitary landfill tetapi kebanyakan TPA di Indonesia masih menggunakan sistem open dumping dan controlled landfill. Kota Depok merupakan salah satu kota metropolitan yang tidak terlepas dari masalah sampah. Tahun 2011, BPS Kota Depok mencatat bahwa jumlah penduduk nya mencapai 1.813.612 jiwa. Hal ini mengakibatkan jumlah timbulan yang terus meningkat. Kota Depok dapat menghasilkan sampah sebanyak 4950 m3 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2012), namun sampah yang dibuang ke TPA hanya 1200 m3 per hari. TPA yang digunakan di Kota Depok merupakan TPA Cipayung yang masih mengadopsi sistem controlled landfill. Masalah paling besar yang terjadi adalah keterbatasan lahan, produksi gas metana, dan tingginya volume lindi yang dihasilkan. Lindi yang dihasilkan mengandung berbagai bahan organik berbahaya, antara lain adalah nitrogen dalam bentuk ammonia, nitrat, dan nitrit. Maka dari itu dibutuhkan cara untuk mempercepat stabilisasi sampah untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan dan mengurangi kandungan organik lindi dalam waktu yang lebih cepat. Chen (2002) menyebutkan bahwa dengan melakukan resirkulasi lindi akan memaksimalkan laju stabilisasi sampah, meningkatkan kualitas lindi, mengurangi biaya pengolahan lindi, mempercepat penurunan kadar BOD/COD, meningkatkan produksi gas, dan menurunkan resiko kerusakan pada final cover. Bahan organik dalam lindi harus dikurangi, khususnya nitrogen karena egala bentuk nitrogen dalam sampah dapat berpengaruh sebagai inhibitor di dalam proses dekomposisi sampah. Selain itu, konsentrasi ammonia yang tinggi akan menyebabkan gangguan pada kehidupan perairan lingkungan sekitar bahkan mempunyai efek berbahaya bagi kesehatan manusia yang menggunakan ekosistem air. Penelitian ini akan melakukan pemantauan melalui bioreaktor lysimeter yang akan mensimulasikan kondisi sampah di TPA secara nyata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
2
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
menganalisis pengaruh resirkulasi air lindi yang dilakukan terhadap dekomposisi sampah yang terjadi di dalam lysimeter. Menganalisis konsentrasi ammonia, nitrat, nitrit yang terkandung di dalam sampah serta yang ada di dalam lindi hasil dari dekomposisi sampah. Menganalisis hubungan konentrasi bentuk nitrogen yang diuji dengan parameter uji fisik lain. Dan yang terakhir untuk menganalisis kesetimbangan nitrogen yang terjadi di dalam lysimeter.
TINJAUAN TEORITIS Definisi Limbah Padat. Limbah padat atau sampah adalah semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau tidak diperlukan lagi, (Tchobanoglous et.al.,1993). Limbah padat dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain permukiman, komersial, institusi, konsentruksi, fasilitas umum, instalasi pengolahan, industri, dan agraris. Limbah padat juga dapat dibagi menjadi limbah organik dan anorganik. Komposisi limbah padat merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada buangan padat dan distribusinya. Komposisi sampah biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat), berat basah, atau berat kering. Komposisi limbah padat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sumber limbah, geografi, musim, waktu, aktivitas penduduk, sosial ekonomi, sistem pengumpulan yang digunakan, dan teknologi (Damanhuri, 2010). Dari komposisi dapat diketahui karakteristik sampah yang ada. Karakteristik limbah padat adalah sifat limbah padat yang meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi. Pengujian karakteristik limbah padat sangat penting dalam pengembangan dan desain sistem manajemen persampahan. Pemrosesan Akhir Sampah. Landfill adalah sebuah fasilitas fisik yang digunakan sebagai tempat pemrosesan akhir sampah. Landfill merupakan metode penanganan sampah dengan cara melakukan pengurugan sampah kedalam tanah. Pembuangan sampah kedalam tanah merupakan
cara
yang
paling sering dijumpai
dalam
pengelolaan
limbah
padat.
(Tchobanoglous, 1993). Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal secara umum ada tiga jenis, yaitu open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari permukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat penampungan sampah akhir lambat laun menjadi masalah. Lahan untuk TPA harus memiliki kesesuaian dengan sifat lahan tersebut, sehingga dapat meminimalisir dampak
3
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
negatif yang ditimbulkannya. Menurut Damanhuri (2010), pada dasarnya landfilling adalah sistem pengomposan dalam reaktor yang luas. Oleh karenanya terdapat kemungkinan pembusukan sampah secara aerobik maupun anaerobik. Berdasarkan ketersediaan oksigen di dalam timbunannya, landfill dibagi ke dalam tiga jenis yaitu landfill anaerobik, semi-aerobik, dan aerobik. Sistem pembuangan yang paling baik adalah menggunakan sistem sanitary landfill dimana sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kemudian dilapisi tanah dan dipadatkan kembali, di atas lapisan tanah penutup tadi dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya berselang-seling antara lapisan tanah dan sampah. Sanitary landfill merupakan fasilitas pembuangan sampah yang dilengkapi dengan pembatas fisik yang didesain untuk mengisolasi sampah dari biosfer sehingga dampak negatif yang berpotensi mempengaruhi kesehatan masyarakat dan lingkungan dapat diminimalisasi (Tchobanoglous dan Kreith dalam Vazquez, 2008). Proses dekomposisi yang terjadi di dalamnya terbagi dalam fase aerobik dan anaerobik. Bioreaktor Landfill. Bioreaktor landfill adalah suatu metode pengembangan konvensional landfill yang bertujuan untuk mempercepat proses degradasi/penurunan sampah yang tertimbun di dalam landfill dengan mengumpulkan dan meresirkulasikan kembali air lindi hasil dari timbunan sampah ke timbunan sampah itu sendiri. ioreaktor landfill menggunakan proses mikrobiologi untuk mengubah dan menstabilkan dekomposisi sampah organik. Proses ini membutuhkan penambahan cairan secara signifikan melalui resirkulasi air lindi untuk mencapai dan mempertahankan kondisi yang optimal. Selain itu untuk mengoptimalkan kerja bioreaktor dilakukan strategi lain yaitu dengan penyesuaian pH, penambahan nutrisi, penyesuaian suhu, penyesuaian pembuangan udara (Reinhart et al., 1998). Terdapat tiga jenis tipe konfigurasi dari bioreaktor landfill menurut USEPA (2013), yaitu bioreaktor aerobik, anaerobik, dan hybrid. Salah satu jenis bioreaktor landfill adalah lysimeter. Lysimeter pada awalnya
digunakan
sebagai
metode
sederhana
untuk
mempelajari
perkolasi
dan
evapotranspirasi. Tujuan utama penggunaan lysimeter adalah untuk mengetahui pengaruh resirkulasi lindi pada perilaku sampah yang digunakan pada kondisi sanitary landfill. Resirkulasi Lindi. Lindi merupakan cairan yang terbentuk oleh adanya air hujan yang merembes kedalam timbunan sampah, serta adanya kandungan air tanah yang tinggi. aliran yang merembes ini akan menimbulkan aliran yang membawa bermacam-macam zat yang ada
4
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
dalam sampah seperti nitrat, nitrit, metan, karbondioksida, sulfat, sulfuda, NH3, air, dan mikroorganisme (Damanhuri, 1993). Sedangkan menurut Tchobanoglous (1993) menyatakan bahwa lindi adalah cairan yang meresap melalui sampah yang mengandung unsur-unsur terlarut dan tersuspensi atau cairan yang melewati landfill dan bercampur serta tersuspensi dengan zat atau materi yang ada dalam tempat penimpunan tersebut. Menurut Chen (1988), komposisi lindi bervariasi karena proses pembentukan lindi dipengaruhi oleh macam buangan (zat organik atau anorganik), mudah tidaknya peruraian (larut atau tidak larut), kondisi landfill (suhu, pH, potensial redoks, kelembaban, umur); karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas), komposisi tanah penutup. Keberadaan lindi merupakan salah satu masalah yang harus diselesaikan karena selain berbau menyengat, lindi juga dapat berbahaya jika sampai mencemari badan air penerima maupun air tanah. Hal ini disebabkan karena lindi mengandung polutan yang sangat tinggi. Salah satu kandungan terbesar dalam lindi adalah ammonia yang apabila berlebihan dalam lingkungan dapat berbahaya. Salah satu cara mempercepat dekomposisi sampah dan mengurangi kandungan organik dalam lindi adalah dengan melakukan resirkulasi air lindi. Menurut Chen (2002), resirkulasi lindi dapat meningkatkan kualitas lindi, produksi gas, dan mempercepat dekomposisi sampah. Ammonia, Nitrat, Nitrit.
Nitrogen adalah senyawa yang tersebar luas di atmosfer,
terkandung sebanyak 78% gas nitrogen inert. Nitrogen terdiri dari ammonia (NH3), nitrit (NO2), dan nitrat (NO3-) (Metcalf dan Eddy, 1991). Siklus biogeokimia nitrogen terdapat lima proses yaitu amonifikasi, nitrifikasi, asimilasi nitrogen, denitrifikasi, dan fiksasi nitrogen. Amonifikasi adalah proses pembentukan ammonia dari materi organik. Ammonia juga dapat mengalami asimilasi menjadi asam amino dan dapat diasimilasi secara langsung oleh kelompok diatom, alga dan tanaman. Nitrifikasi merupakan reaksi oksidasi yaitu proses pembentukan nitrat dari ammonia. Proses ini dapat berlangsung secara biologis maupun kimiawi. Denitrifikasi merupakan reduksi nitrat menjadi nitrit, nitrit oksidasi, nitrous oksida dan gas nitrogen. Fiksasi nitrogen merupakan pengikatan gas nitrogen menjadi ammonia dan nitrogen organik. Ammonia (NH3), nitrit (NO2-), dan nitrat (NO3-) adalah hasil dekomposisi material organik pada sampah yang mengandung nitrogen, seperti asam amino dan protein. Protein dapat digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, tetapi harus mengalami proses hidrolisis agar berubah menjadi asam amino. Proses hidrolisasi dan fermentasi protein oleh mikroorganisme tersebut menyebabkan terbentuknya ammonia (NH3) pada air lindi. Proses
5
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
perubahan dari asam amino menjadi ammonia disebut sebagai proses amonifikasi yang akan dibantu oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Pada landfill konvensional, ammonia menyumbang sekitar 0,1-1,0 % (volume kering) dari gas TPA (Tchobanoglous et al., 1993). Konsentrasi ammonia pada kisaran 50-200 mg /L dapat bermanfaat bagi aktivitas mikroba dalam reaktor anaerobik dan proses degradasi anaerob di tempat pengolahan air limbah. Tetapi ammonia nitrogen dengan konsentrasi antara 200 dan 1000 mg/L dapat memberikan efek yang merugikan dan tinggi konsentrasi antara 1500-3000 mg/L, dapat menghambat terutama pada pH yang lebih tinggi. Konsentrasi ammonia di atas 5800 mg / L telah terbukti menjadi racun bagi beberapa mikroorganisme (Berge et al., 2005). Konsentrasi ammonia dalam lindi bervariasi tergantung pada usia TPA, biasanya berada pada kisaran 100-5500 mg/L dan tergantung pada sumber sampahnya (Renou et al., 2008). Oleh karena itu ammonia dalam lindi harus dihilangkan karena beracun, membutuhkan oksigen yang tinggi sehingga nilai DO akan meningkat, menghambat degradasi sampah anaerob, dan dapat memengaruhi kesehatan manusia (Dia et al, 2007; Zhang et al, 2008 dalam Berge, 2005). Meningkatnya konsentrasi ammonia-nitrogen akan meningkatkan tingkat toksisitas di dalam air lindi (Ward et al., 2002). Konsentrasi yang tinggi akan berpotensi menghambat proses degradasi dan mengharuskan adanya pengolahan terhadap lindi sebelum dibuang ke dalam badan air (Burton and Watson-Craik, 1998). Beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat toksisitas dalam lindi, sebagian besar disebabkan oleh kontribusi ammonia-nitrogen dalam lindi (Barlaz et al.; Kjeldsen et al., ;Ward et al., 2002). Dalam lindi, sebagian besar ammonianitrogen adalah dalam bentuk ammonium (
) karena tingkat pH yang umunya kurang dari
8 (Reinhart et al., 2002; US Environmental Protection Agency and Waste Management, 2003). Konsentrasi ammonia-nitrogen lebih besar dari 500 mg/L akan menghalangi proses degradasi sampah (Lay et al., 1997).
6
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Gambar 1. Siklus Nitrogen dalam Sampah Sumber : Waste Management 32 (2012) 2385–2400
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah situasi penelitian yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu variabel bebas yang disebut sebagai variabel eksperimental dan sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Data Penelitian. Fokusan data yang akan diamati pada penelitian kali ini adalah kandungan ammonia, nitrat, nitrit baik pada air lindi ataupun yang terkandung di dalam lapisan sampah. Selain itu, nilai pH air lindi dan temperatur sampah serta besar penurunan sampah juga akan diteliti dalam penelitian kali ini. Tabel 1. Data Penelitian Kebutuhan Data No
Jenis Data
Sumber
Primer Primer Primer Primer Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Literatur Literatur Literatur Literatur
Berat Jenis Sampah Komposisi Sampah Volume Penambahan Air pada Reaktor Volume Lindi yang Diresirkulasi Curah Hujan Kota Depok Temperatur Kota Depok Sistem Pengelolaan Sampah TPA Cipayung Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Kemiri Muka, Depok Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013 1 2 2 3 4 5 6 7
Sedangkan pada penelitian kali ini, fokusan data yang akan diteliti adalah sebagai berikut : Tabel 2. Fokusan Data Penelitian No Data yang diamati Jenis Data
Sumber
Metode
1
Ammonia (mg/L)
Primer
Lindi &sampah
spektofotometer
2
Nitrat (mg/L)
Primer
Lindi &sampah
spektofotometer
3
Nitrit (mg/L)
Primer
Lindi &sampah
spektofotometer
4
pH sampah
Primer
sampah
pH meter
5
pH lindi
Primer
lindi
pH meter
6
Besar penurunan sampah
Primer
sampah
meteran
7
Temperatur sampah
Primer
sampah
termometer
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013
7
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Desain Bioreaktor. Bioreaktor yang digunakan pada penelitian kali ini adalah lysimeter yang didesain lebih baik dari lysimeter yang digunakan pada tahun sebelumnya. Lysimeter ini dibuat serupa dengan TPA Saninaty Landfill. Penelitian kali ini merancang satu lysimeter dengan menggunakan tangki air (toren) silinder berbahan polyetilene dengan tebal 3 mm. Tangki ini mempunyai diameter 0,83 m dan tinggi 2,030 m. Lysimeter yang digunakan dilengkapi oleh pipa effluent lindi yaitu terdiri dari 1 (satu) buah pipa untuk mengalirkan air lindi yang terletak di bagian bawah lysimeter, 6 (enam) buah pipa masing-masing berjumlah 3 (tiga) di setiap sisi kanan maupun sisi kiri untuk mengukur temperatur dan pH sampah. Pipa di setiap sisi masing-masing di buat 3 (tiga) buah di karenakan akan terdapat tiga lapisan sampah dengan umur yang berbeda karena pada penelitian kali ini akan menggunakan sistem pengisian sampah secara berkala dimana akan ada jeda waktu dalam pengisian sampah untuk setiap lapisan sehingga akan terdapat perbedaan umur sampah serta air lindi yang dihasilkan. Selain itu lysimeter juga dilengkapi dengan 1 buah pipa yang terletak di dalam lysimeter untuk menangkap gas serta satu buah tangki air akrilik dengan dilengkapi oleh 4 buah pipa untuk memberikan asupan air dan resirkulasi air lindi ke sampah yang terdapat di dalam lysimeter. Setiap sisi lysimeter ini juga di desain dengan menggunakan akrilik untuk dua sisi yang bersebrangan dengan ketebalan akrilik 6 mm. eluruh pipa yang digunakan dalam desain lysimeter ini menggunakan pipa PVC (polyvinyl chloride). Untuk pipa resirkulasi air lindi dan pemberian asupan air digunakan pipa PVC dengan diameter ¾ inci, sedangkan untuk pipa penangkap gas digunakan pipa PVC dengan diameter 1 inci. Hasil lindi yang tertampung akibat buangan dari pipa yang berasal dari lysimeter mempunyai diameter 1 inci dan akan ditampung pada sebuah wadah yang akan diganti setiap dilakukan penelitian. Untuk komponen material yang akan dimasukkan ke dalam bioreaktor, adalah sebagai berikut :
8
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Gambar 2. Desain Bioreaktor Penelitian Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Sampah yang dimasukkan ke dalam lysimeter akan dilakukan pembebanan sampah mencapai densitas yang ditentukan yaitu 600 kg/m2. Menurut Tchobanoglous,et.al.,(1993) rentang densitas sampah MSW adalah 500-700 kg/ m2. Standar yang digunakan dalam metode pembebanan yang dilakukan adalah menggunakan AASTHO T99 (ASTM D 698) “Compaction with 3 layers”. Persiapan Penelitian. Sampah dimasukkan dalam tiga tahap yaitu tiga kali dalam tiga minggu, setelahnya dilapisi dengan tanah pelapis/tanah humus setinggi 15 cm. Setelah itu dilakukan pemeriksaan karakteristik sampah untuk setiap lapisan, yaitu berupa komposisi, kadar air, berat jenis, field capacity, pH, dan temperatur, serta konsentrasi ammonia, nitrat, dan nitrit. Penelitian ini menerapkan proses penambahan air dan resirkulasi air lindi. Volume air yang akan dimasukkan mengacu kepada curah hujan kota. Penambahan air dapat mempercepat proses degradasi sampah (Sanphoti, et.al,. 2006). Air akan dimasukkan setiap hari selama penelitian dengan volume sebesar 1,4 L. Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap berdasarkan frekuensi resirkulasi air lindi yang dilakukan. Tahap 1 adalah tahap pengisian sampah pada hari ke-0 sampai ke-21, tidak dilakukan resirkulasi air lindi. Lalu tahap 2 resirkulasi lindi yang akan dilakukan adalah setiap hari pada hari ke-21 sampai hari ke-27. Tahap 3 frekuensi air lindi hanya dilakukan sebanyak
9
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
satu kali dalam seminggu selama satu bulan yakni dari hari ke-28 sampai hari ke-56, dan akhirnya tahap 4 dimana resirkulasi lindi hanya dilakukan satu kali dalam dua minggu dari hari ke-57 sampai akhir masa penelitian. Analisis Data Penelitian. Data primer yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh resirkulasi air lindi terhadap sampah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif dimana akan menyajikan rangkuman statistik data hasil penelitian dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil ini juga akan dianalisis sesuai dengan teori dasar yang digunakan. Data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah data kandungan ammonia, nitrat, nitrit pada air lindi dan lapisan sampah yang akan dikorelasikan dengan parameter fisik lain sehingga dapat diketahui baik buruknya kandungan organik yang terdapat di dalam air lindi hasil dari dekomposisi sampah. Data ini dapat digunakan sebagai acuan kandungan lindi yang akan masuk sebagai pencemar di dalam air tanah sehingga dapat memudahkan pemilihan alternatif pengolahan air lindi yang baik sebelum masuk ke dalam tanah di TPA objek studi. Selain itu dengan mengetahui konsentrasi nitrogen yang terkandung dapat dibuat suatu keseimbangan nitrogen di dalam bioreaktor yang diteliti. Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Waktu penelitian ini adalah selama 150 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengoperasian dan Feedstock Lysimeter. Setelah lysimeter siap dioperasikan, sampah mulai dimasukkan. Proses pengisian lapisan sampah 1 dilakukan di tanggal 15 Januari, dilakukan dalam kondisi cuaca cerah setelah hujan ringan. Massa feedstock yang masuk untuk lapisan sampah 1 adalah sebesar 101 kg dengan ketinggian awal sampah sebelum pemadatan adalah 76 cm. Volume lapisan sampah 1 adalah 0,41 m3 dengan berat jenis lapisan sampah 1 adalah 245,62 kg/m3. Untuk pengisian lapisan sampah 2 dilakukan satu minggu setelah pengisian lapisan sampah 1. Massa feedstock untuk lapisan 2 adalah 98 kg dengan ketinggian 72 cm sebelum pemadatan. Pengisian lapisan sampah 2 dilakukan dalam kondisi cerah setelah hujan ringan hampir sama dengan kondisi pengisian lapisan sampah 1. Sebelum pemadatan, volume lapisan sampah 2 adalah 0,39 m3 dan berat jenisnya adalah 241,56 kg/m3. Berbeda dengan pengisian feedstock lapisan 3 dilakukan dalam kondisi hujan ringan dengan massa 101 kg dan ketinggian 72 cm. Sebelum dilakukan pemadatan volume sampahnya adalah 0,39 m3 dengan
10
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
berat jenis sebesar 261,73 kg/m3. Setiap dilakukan pengisian sampah, selalu diakhiri dengan pemeriksaan karakteristik feedstock yang terdapat di dalam lysimeter. Tabel 3. Karakteristik Feedstock Lysimeter Parameter Satuan Lapisan 1 °C 27.15 Temperatur 6.4 pH sampah 7.3 pH lindi % 88.5 Kadar Air % 43.9 C % 2 N 21.29 Rasio Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Nilai Lapisan 2 30.9 6.58 6.4 88.9 35.5 2.7 12.78
Lapisan 3 28.8 6.93 5.43 70.5 70.19 2.9 23.75
Analisis Penurunan dan Field Capacity 0,9 0,85 0,8 0,75 0,7 0,65 0,6 0,55 0,5 0,45 0,4
100,00%
Nilai FC (L/kg)
% Penurunan
80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
0,00%
Waktu Penelitian (Hari) Lapisan Sampah 1
Lapisan Sampah 2
Hari ke-
Sampah. Gambar 3. Grafik Penurunan Sampah Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Penurunan sampah disebabkan oleh tiga hal dalam fase berbeda. Pertama penurunan sampah dikarenakan pemadatan yang dilakukan, kedua karena berat sampah sendiri dan berat lapisan penutup, dan ketiga penurunan sampah karena proses dekomposisi. Penurunan sampah yang terjadi disebabkan oleh mulai berlangsungnya dekomposisi material organik yang akan menyebabkan penyusutan volume. Senyawa seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein akan cepat terdekomposisi oleh proses hidrolisis dari kadar air (Barlaz, 1996). Presentase penurunan Gambar 4. Grafik Capacity Sampah sampah telah mencapai hampir 80% dari volume keseluruhan diField hari ke-80. Dengan Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
melakukan sistem pengisian sampah bertahap dengan perbedaan umur sampah akan mempercepat presentase penurunan sampah. Pemberian resirkulasi lindi juga menjadi alasan
11
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
cepatnya degradasi sampah yang terjadi di dalam lysimeter. Pemberian resirkulasi air lindi akan memicu proses stabilisasi penurunan sampah di dalam lysimeter karena di dalam air lindi terkandung bermacam zat seperti nitrat, nitrit, metan, karbondioksida, sulfat, sulfit, ammonia, air, dan mikroorganisme (Damanhuri, 1993). Untuk nilai field capacity sampah, pada awal masa pengoperasian lysimeter nilai FC yang terhitung adalah 0,85 L/kg. Nilai FC tergolong tinggi akibat komposisi sampah 100% organik yang memiliki kadar air yang tinggi. Nilai FC terus mengalami penurunan pada awal pengoperasian lysimeter. Pada hari ke-7 pengoperasian lysimeter sekaligus hari pengisian sampah lapisan 2, nilainya turun menjadi 0,71 L/kg dan terus mengalami penurunan pada hari ke-14 menjadi 0,69 L/kg. Hal ini diakibatkan oleh pemadatan yang dilakukan sehingga air lindi terus keluar untuk mensimulasikan perkolasi dalam landfill. Semakin kecil nilai FC maka akan semakin banyak volume lindi yang dihasilkan. Analisis pH Lindi dan pH Sampah 8 7,5 nilai pH
7 6,5 Metano genesis
6 5
4,5
Acidnoge nesis
Acetog enesis
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
5,5
8,5 8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5
Nilai pH
8,5
4 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
Waktu penelitian (Hari) Lapisan Sampah 1 Lapisan Sampah 2 Lapisan Sampah 3
Hari keGambar 5. Grafik pH Lindi Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Gambar 6. Grafik pH Sampah Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Pengukuran nilai pH dilakukan sejak awal pengisian feedstock sampai pada akhir tahap penelitian. Menurut Warith (2002), pengukuran pH berguna untuk menganalisis karakteristik material organik dalam sampah yang berubah akibat adanya perilaku resirkulasi air lindi. Nilai pH lindi yang terukur pada awal adalah 7,3 lalu berangsur turun pada tahap 1, begitu pula dengan pH pada setiap lapisan sampah. Menurut Francois et.al. (2007), penurunan nilai pH air lindi menandakan bahwa fase degradasi sampah sudah memasuki fase hidrolisis dan asidogenesis awal. Selanjutnya nilai pH terus turun selama masa pemberian resirkulasi lindi pada tahap 2 dan lalu berangsur untuk naik baik di dalam lapisan sampah maupun di lindi pada 12
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
tahap 3 saat frekuensi resirkulasi lindi mulai dikurangi. Penurunan nilai pH pada tahap 2 dikarenakan air lindi mengandung konsentrasi oksigen dan lemak sehingga dapat mempercepat degradasi sampah dan memicu penurunan derajat keasaman di dalamnya (Tchnobanoglous, 1993). Selanjutnya pada saat tahap 3, nilai pH mulai mengalami peningkatan ke nilai pH yang relatif normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harsanto (2008), bahwa fase kematangan akan menguraikan asam organik menjadi produk akhir yang ditandai dengan peningkatan nilai pH mendekati pH normal dan suhu akan mendekati suhu lingkungan. Nilai pH mulai memasuki tahap normal pada hari ke- 35 dengan nilai pH 7,2. Pada tahap akhir, nilai pH sudah memasuki fase metanogenesis dimana nilai pH sudah stabil
1000
20
10
600
8 400
6 4
200
2
15
12,5 10 7,5 5 2,5 0 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
0 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
0
Nitrat, Nitrit (mg/kg)
800
12
Waktu Penelitian (Hari)
Waktu Penelitian (Hari) Nitrat
Nitrit
Nitrat
Ammonia
Nitrit
Ammonia
Analisis Konsentrasi Ammonia, Nitrat, Gambar 8. Grafik Ammonia, Nitrat, Nitrit Lapisan Sampah 1 Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Waktu Penelitian (Hari) Nitrit
Nitrat
700 600 500 400 300 200
Ammonia (mg/kg)
25 22,5 20 17,5 15 12,5 10 7,5 5 2,5 0
100 0 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147
Ammonia (mg/kg)
55 600 50 500 45 40 400 35 30 300 25 20 200 15 10 100 5 0 0 Gambar 7. Grafik Ammonia, Nitrat, Nitrit Lindi Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Nitrat, Nitrit (mg/kg)
Nitrit
Nitrat, Nitrit (mg/kg)
550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
17,5
14
Ammonia (mg/L)
Nitrat, Nitrit (mhg/L))
16
Ammonia (mg/kg)
dengan diikuti oleh peningkatan produksi gas metana.
Waktu Penelitian (Hari) NItrat
Ammonia
NItrit
Ammonia
Gambar 9. Grafik Ammonia, Nitrat, Nitrit Lapisan Sampah 2 Gambar 10. Grafik Ammonia, Nitrat, Nitrit Lapisan Sampah 3 Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014 Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
13
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Pada awal pengoperasian, konsentrasi ammonia dalam lindi adalah 53 mg/L lalu mengalami peningkatan akibat keberadaan material protein dalam sampah. Selanjutnya konsentrasi ammonia mencapai puncaknya menjadi 824 mg/L di hari ke-23 saat resirkulasi lindi dilakukan. Roberto Valencia Vazquez (2008) menyatakan bahwa resirkulasi lindi dapat menyebabkan peningaktan konsentrasi ammonia. Setelah mencapai puncaknya, konsentrasi ammonia mengalami penurunan mencapai 696 mg/L di hari ke-35, hal ini diikuti dengan meningkatkan konsentrasi nitrit karena adanya proses nitrifikasi. Selanjutnya konsentrasi ammonia cenderung mengalami penurunan sampai akhir penelitian. Pada penelitian ini konsentrasi ammonia yang terukur cenderung tidak terlalu tinggi karena dilakukannya penambahan air yang tetap. Purcell et al (1999) mengatakan bahwa salah satu metode penghilangan ammonia adalah dengan pencucian oleh air. Pada penelitian ini dibuktikan bahwa siklus yang sama terjadi pula dalam sampah dimana konsentrasi ammonia pada setiap lapisan sampah akan mengalami peningkatan pada saat dilakukan resirkulasi lalu cenderung mengalami penurunan sampai akhir penelitian. Terlihat pula bahwa tidak seluruh nitrogen yang terkandung di dalam lapisan sampah dapat terlarut di dalam lindi. Dibuktikan juga bahwa konsentrasi nitrogen paling tinggi berada pada lapisan sampah 3 yang merupakan lapisan sampah paling atas dalam susunan material dalam lysimeter. Selain itu, resirkulasi air lindi yang dilakukan dapat menyebabkan konsentrasi ammonia di dalam sampah lapisan 3 menjadi lebih tinggi karena lindi yang diresirkulasi mengandung material organik yang dapat meningkatkan konsentrasi ammonia apalagi lapisan sampah 3 yang berada dalam lapisan teratas di dalam lysimeter yang diteliti sehingga air yang diresirkulasikan dapat dimungkinkan terakumulasi pada lapisan paling atas dalam susunan sampah. Di dalam penelitian ini juga terjadi proses nitrifikasi dan denitrifikasi yang seharusnya tidak terjadi di dalam reaktor anaerob. Nitrifikasi dalam bioreaktor adalah hal yang kompleks karena terbatasi oleh oksigen dan suhu, serta kompetisi antar bakteri heterotropik. Reaksi nitrifikasi dipicu oleh masuknya oksigen akibat proses resirkulasi air lindi maupun pemberian asupan air. Selain itu diperkirakan kondisi dalam reaktor dipengaruhi oleh oksigen yang masuk dari beberapa bagian tangki yang tidak tertutup rapat seperti lubang tempat pengambilan sampah untuk pengujian pH. Penelitian ini juga membuktikan bahwa konsentrasi ammonia tertinggi tercapai dalam keadaan pH asam dan temperatur tinggi. Pada lindi, konsentrasi ammonia tertinggi yaitu 825 mg/L terjadi disaat pH asam yaitu 5,6 dan suhu sampah berada pada
14
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
rentang nilai 32-34ᵒC. Sedangkan pada lapisan sampah 1 konsentrasi ammonia tertinggi terjadi pada saat pH 6,4 dan suhu 32,1ᵒC. Puncak konsentrasi ammonia pada lapisan sampah 2 terjadi pada saat pH 7,3 dan suhu 32,8ᵒC. Dan puncak konsentrasi ammonia pada lapisan sampah 3 terjadi disaat pH sampah menunjukkan angka 6,4 dengan suhu 34,2ᵒC.
Neraca Presentase Kesetimbangan Nitrogen 21.91 % 80
Presentase (%)
N awal Lapisan 1 = 2,06% (0,24 kg) Lapisan 2 = 2,48% (0,27 kg) Lapisan 3 = 2,94% (0,33 kg)
100
N out unccounted Lapisan 1 = 0,45% (0,084 kg) Lapisan 2 = 0,447% (0,049 kg) Lapisan 3 = 0,454% (0,051 kg)
LYSIMETER
N residu sampah Lapisan 1 = 1,35% (0,107 kg) Lapisan 2 = 1,59% (0,17 kg) Lapisan 3 = 2,0% (0,231 kg)
N out lindi (0,048 kg) Lapisan 1 = 0,2572% Lapisan 2 = 0,4413% Lapisan 3 = 0,4278%
60 60.94 % 40 20 17.15 % 0 Nitrogen Nitrogen dalam Lindi Nitrogen Residual Nitrogen Unccounted Gambar 12. Grafik Kesetimbangan Nitrogen Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Gambar 11. Keseimbangan Nitrogen dalam Lysimeter Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2014
Penelitian ini membuktikan bahwa nitrogen lama kelamaan akan habis dan terlepas ke dalam bentuk lain dalam siklus nitrogen baik ammonia, nitrat, nitrit, ataupun gas yang terkonversi baik menjadi cairan terlarut dalam lindi, residu di dalam fraksi padatan sampah, maupun menjadi fraksi gas, ataupun bentuk lain nitrogen yang tidak dapat terhitung. Berdasarkan diagram keseimbangan masa, terlihat bahwa jumlah nitrogen yang terlarut di dalam lindi hasil konversi nitrogen di dalam lysimeter sangat kecil jika dibandingkan dengan nitrogen yang terkonversi di dalam sampah ataupun berubah menjadi fraksi yang tidak terukur. Pada lysimeter yang diteliti, residu nitrogen di dalam sampah hanya tertinggal 60,94%. Menurun jika dibandingkan dengan nitrogen yang terkandung di dalam sampah pada awal penelitian. Sedangkan 17,15% nitrogen terlarut di dalam lindi dan 21,9% nitrogen terhitung sudah terlepas dari sampah dan dapat berubah ke dalam fraksi cair lindi ataupun gas yang tidak dihitung jumlah sepesifiknya. Masih banyaknya konsentrasi nitrogen yang tertinggal di dalam sampah karena tidak ada jalur penghilangan nitrogen dalam kondisi anaerobik. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini hampir sama dengan kesimpulan yang didapatkan oleh Vazquez (2008) dalam reaktor landfill yang diperasikan selama satu tahun
15
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
dihasilkan bahwa 47% nitrogen dapat ditransformasikan dalam bentuk cair atau gas. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan usulan Huber et al (2004) yang menyatakan bahwa hanya 4% nitrogen yang keluar dari landfill melalui fraksi cairan, sedangkan 96% nya terbagi masih di dalam sampah sebagai residu atau terkonversi menjadi gas.
KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Dekomposisi sampah lebih cepat dengan resirkulasi lindi. Nilai pH yang cenderung asam pada 43 hari awal menyebabkan dekomposisi berjalan 70% untuk setiap lapisan sampah. Temperatur selalu berada dalam rentang 27ᵒ-40ᵒC, keadaan mesofilik yang baik untuk dekomposisi sampah.
2. Konsentrasi ammonia, nitrat, nitrit mencapai puncak pada saat resirkulasi lindi tahap 2 dilakukan. Begitu juga dengan di dalam lapisan sampah. Konsentrasi pada lapisan sampah 3 hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi pada lapisan lain. Dengan memberlakukan resirkulasi lindi pengisian sampah kontinu, menurunkan konsentrasi ammonia dalam waktu yang relatif lebih cepat 3. Konsentrasi ammonia, nitrat, nitrit terjadi pada saat pH asam dengan suhu yang tinggi. Disaat fase asidogenesis, pH cenderung asam, dekomposisi material berjalan dengan cepat, nilai COD tinggi, konsentrasi ammonia akan naik. Selanjutnya sampai akhir waktu penelitian konsentrasi ammonia, nitrat, nitrit cenderung menurun sejalan dengan kadar nitrogen yang terus turun terbukti dari pengujian nitrogen dalam sampah. 4. Residu nitrogen yang terukur adalah 60% dari total nitrogen awal. 17% nitrogen terhitung larut dalam fraksi cair lindi, sedangkan 21,9% nitrogen tidak terhitung secara pasti (unccounted) karena dapat berubah ke dalam fraksi gas atau pun fraksi cair lindi.
SARAN Adapun saran-saran yang dapat diberikan ada penelitian yang lebih lanjut adalah : 1. Selalu memperhatikan kondisi anaerobik lysimeter. Pastikan seluruh lubang dalam keadaan tertutup rapat
16
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
2. Proses pengujian seluruh parameter selanjutnya harus selalu disesuaikan dengan SNI yang benar dan cara pengujian yang sesuai. Pertimbangkan perbedaan pengukuran untuk sampel air dan sampel hasil ekstraksi dari fraksi padat sampah 3. Memperbesar bak penampung lindi untuk mengantisipasi volume lindi yang berlebihan. 4. Penelitian selanjutnya dapat mencoba lebih menambahkan parameter pengujian produksi gas nitrogen sehingga didapatkan pembuktian seluruh proses nitrogen dalam sampah. 5. Penelitian selanjutnya dapat mencoba untuk mengoperasikan lysimeter dengan komposisi sampah yang lebih beragam dengan densitas yang lebih bervariasi 6. Untuk selanjutnya, sebaiknya dibuat rekomendasi desain pengolahan lindi yang baik untuk penghilangan konsentrasi berbagai bentuk nitrogen dari landfill sesuai dengan hasil karakteristik parameter yang sudah diteliti serta disesuaikan dengan baku mutu yang berlaku. Juga sebaiknya parameter pengujiannya lebih spesifik lagi seperti pengujian logam jika memungkinkan.
KEPUSTAKAAN Ayuningtias, Listy (2013). Analisis Pengaruh Resirkulasi Lindi Pada Lysimeter Terhadap Konsentrasi Ammonia, Nitrat, dan Nitrit Pada Air Lindi. Universitas Indonesia : Depok. Bagchi, A. (1994). Design, Construction, and Monitoring of Landfills. Amerika Serikat: Wiley Interscience Barlaz, M. A., Rooker, A. P., Kjeldsen, P., Gabr, M. A., and Borden, R. C. (2002). Critical Evaluation of Factors Required To Terminate the Postclosure Monitoring Period at Solid Waste Landfills, Environmental Science and Technology, 36(16), 3457-3464. Barlaz, M., Schaefer, D.M., & Isaacson, R. (2006). Methane production from municipal refuse: a review of enhancement techniques and microbial dynamics. Critical Reviews in Environmental Science and Technology, 2, 557-584. Berge, N.D. (2005). In-Situ Ammonia Removal of Leachate From Bioreactor Landfills. California. University of Central Florida Orlando, Florida. Burton S.A.Q., Watson-Craik I.A. (1998). Ammonia and nitrogen fluxes in landfill sites: applicability to sustainable landfilling. Waste Manag. Res.16, 41-53 Clabaugh, M.M. (2001). Nitrification of Landfill Leachate by Biofilm Columns. Tesis, Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University Christensen, T.H., Kjeldsen, P., 1989. Basic Biochemical Processes in Landfills, Sanitary Landfilling: Process, Technology and Environmental Impact:. Academic Press. Chen M. (1988). Pollution of groundwater by nutrients and fecal coliforms from lakeshore septic tank systems. Water Air Soil Pollut. 37, 407-417.
17
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Damanhuri, T,P (1993), Pengelolaan Lindi di TPA Samaph Dalam Kaitannya Dengan Pencegahan Pencemaran Lingkungan, Proceeding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan – Tantangan Masa Depan, Jurusan Teknik Lingkungan ITB, ISBN 979-8456-00-9 Damanhuri, E. (2008). Diktat Landfilling Limbah. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB. Damanhuri, E, dkk (2010). Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok. (http://dkp.depok.go.id/) diakses pada tanggal 12 Desember 2013 pada pukul 10:46 Francois, V.; Feuillade, G.; Matejka, G.; Lagier, T.; and Skhiri, N., B.E. (2007) Leachate recirculation effects on waste degradation: Study on columns. Waste management, 27, 1259-1272 He R., Liu X. (2006). Characteristics of the Bioreaktror Landfill System Using and Anaerobic-Aerobic Process for Nitrogen Removal. Zhefiang University. China Kinman R.N., Nutini D.L., Walsh J.J., Vogt W.G., Stamm J., Rickabaugh J. (1987). Gas Enhancement Techniques in Landfill Simulators. Waste Manage. Res. 5, 13-25. Lay, J. J., Li, Y. Y., Noike, T., Endo, J., and Ishimoto, S. (1997). Analysis of environmental factors affecting methane production from high-solids organik waste, Water Science and Technology, 36(6-7), 493-500. Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGraw-Hill, Inc. New York. Nemerow, N.L. dan A. Dasgupta. 1991. Industrial and Hazardous Waste Treatment. Van NostrandReinhold, Price A.G., Barlaz M.A., Hater G.R. (2003). Nitrogen management in bioreactor landfills. Waste Manage. 23, 675-688. Purcell, B. E., Butler, A. P., Sollars, C. J., and Buss, S. E. (1999). Leachate Ammonia Flushing From Landfill Simulators, J. CIWFM, 13. Reinhart, D.R, Townsend, T.G. 1998. Landfill Bioreactor Design & Operation. Lewis Publisher. Florida Reinhart D.R., McCreanor P.T., Townsend T. (2002). The bioreactor landfill: Its status and future. Waste Manage. Res. 20, 172-186. Sanphoti, N., Towprayoon, S., Chaiprasert, P., & Nopharatana, A. (2006). The Effects of Leachate Recirculation with Supplemental Water Addition on Methane Production and Waste Decomposition in A Simulated Tropical Landfill. Journal of Environmental Management, 81, 27-35 Tchobanoglous, G., Theisen, H., & Vigil, S. (1993). Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues. Amerika Serikat: McGraw-Hill Tchobanoglous, G., Kreith, F., (1993). Handbook of Solid Waste Management.. Amerika Serikat: McGrawHill US Environmental Protection Agency and Waste Management. (2003). Landfills as Bioreactors: Research at the Outer Loop Landfill, Louisville, Kentucky. First Interim Report. US Environmental Protection Agency and Waste Management Inc. Vazquez, R.V. (2008). Enhanced Stabilisation of Municipal Solid Waste in Bioreactor Landfills. Belanda: CRC Press/Balkema
18
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014
Ward, M. L., Bitton, G., Townsend, T. G., and Booth, M. (2002). Determining Toxicity of Leachates from Florida Municipal Solid Waste Landfills Using a Battery-of-Tests Approach, Environmental Toxicology Warith M. (2002). Bioreactor Landfills: experimental and field results.Waste Manage. 22, 7-17.
19
Universitas Indonesia
Analisa pengaruh..., Andina Putri Zata Dini, FT, 2014