FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN UNTUK MENYIKAT GIGI SEBELUM TIDUR MALAM PADA SISWASISWI KELAS 5 DI SDN 04 CIANGSANA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 ARYA ANINDITA HUTOMO PUTRA1 DAN HADI PRATOMO2 Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail :
[email protected] dan
[email protected]² 1
Abstrak Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam pada siswa-siswi kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental, data dikumpulkan secara Cross Sectional. Sampel penelitian ini adalah 74 siswa kelas 5 SDN 04 Ciangsana. Dari hasil pengolahan data, terdapat satu faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan menyikat gigi sebelum tidur, yaitu ketersediaan fasilitas untuk menyikat gigi dengan p value 0.000. Diharapkan pihak sekolah, Puskesmas, dan Dinas terkait UKS dapat terus melaksanakan program-program kesehatan gigi dan mulut bagi siswa sekolah dasar. Abstract This research discusses factors associated with students’ compliance of night toothbrushing among the 5th grade students of Primary School 04 Ciangsana, district of Bogor 2012. Using quantitative approach and non-experimental design, this research collects data with Cross Sectional method. The sample of this research were 74 5th grade students of Primary School 04 Ciangsana. The result of data processing was only one variable that had significant connection with the compliance of night tooth brushing that was the availability of tooth-brushing facilities. It is expected that the school, Health Centre, and UKS-related agencies could continue to execute the oral health programs in primary schools. Key words : Knowledge, attitude, compliance of night tooth-brushing, primary school
1. Pendahuluan Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih termasuk masalah yang menarik dan sering terjadi pada anak usia sekolah adalah gigi berlubang (karies gigi). Karies gigi dapat menyerang anak usia sekolah dan dewasa baik gigi susu maupun permanen. Penelitian yang dilakukan di Negara Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa 90100% anak dibawah 18 tahun menderita karies gigi. Prevalensi karies gigi tertinggi di Asia dan Amerika latin, sedangkan terendah di Afrika. Angka kerusakan gigi di 1 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Indonesia berdasarkan survey kesehatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2001 menemukan sekitar 70% penduduk Indonesia berusia 10 tahun keatas pernah mengalami kerusakan gigi. Survey Sekretaris Persatuan Dokter Gigi (PDGI) Jawa Barat, sebanyak 87% anak usia 5-6 tahun di Jawa Barat menderita karies gigi (Irianto, 2004 dalam repository.usu.ac.id). Di Indonesia, karies gigi memiliki prevalensi tinggi dibanding penyakit gigi lain. Hasil studi morbiditas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)-Surkenas (Survei Kesehatan Nasional) 2001 menunjukkan, dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60%) (Survei Kesehatan Nasional, 2001) Kerusakan gigi umumnya terjadi pada anak usia sekolah dasar karena faktor makanan. Karies gigi merupakan penyakit yang terjadi pada semua usia. Usia yang paling rentan menderita karies gigi adalah 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk gigi sekunder/ permanen. Penyebab masih tinggi prevalensi karies karena kebiasaan makan-makanan manis dan lengket yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari anak usia sekolah. Makanan bergula lebih berbahaya dari makanan tinggi karbohidrat yang setiap hari dikonsumsi. sedang bermain, menonton televisi, belajar, dan sebelum
Mereka makan saat tidur. Kondisi ini
memperbesar kemungkinan tertinggalnya sisa makanan di dalam mulut, sehingga mempermudah pertumbuhan mikroorganisme penyebab karies (Irianto, 2004 dalam repository.usu.ac.id). Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Secara umum keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Jenis makanan yang dipilih dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan (guru dan teman sebaya). Iklan makanan di televisi menonjolkan karakteristik makanan meliputi rasa renyah, manis dan coklat, sehinggga mereka ingin mencoba. Bila anak malas menggosok gigi maka sisa makanan yang menempel di gigi akan berkembang menjadi bakteri yang akan menyebabkan kerusakan gigi. Frekuensi gosok gigi anak biasanya kurang sesuai dari anjuran 2 kali per hari. Fenomena gigi berlubang dipengaruhi oleh frekuensi gosok gigi dan jenis makanan anak usia sekolah dasar (Ghofur, Abdul, 2012). 2 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting. Padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nantinya. Usaha menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga kesehatan, dukungan, dan peran serta orang tua. Penyuluhan-penyuluhan kepada orang tua siswa tentang higiene mulut dan cara perawatan gigi anak perlu diberikan sedini mungkin. Orang tua perlu diberi pendidikan mengenai hubungan jenis makanan dan perawatan gigi dan mulut dengan karies dan kemudian dapat diterapkan pada anak. (Pratiwi, 2007 dalam www.library.upnvj.ac.id) Cara terbaik untuk mencegah karies gigi adalah dengan menyikat gigi sebelum tidur, oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap anak terhadap kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur pada siswa-siswi kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012. Adapun pemilihan lokasi karena SDN 04 Ciangsana terletak di wilayah Kabupaten Bogor yang belum mendapatkan cukup informasi kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Maka peneliti merasa perlu untuk diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap anak terhadap kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur pada siswa-siswi kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain non eksperimental dimana data dikumpulkan secara Cross Sectional, yaitu variable dependen dan variable independen dilihat pada saat yang bersamaan (point time approach) (Nurdini, 2006). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan sikat gigi sebelum tidur pada siswa kelas 5 SDN 04 Ciangsana. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Desember tahun 2012. 3 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2012-2013 yang masih aktif/terdaftar sejumlah 80 siswa. Untuk populasi yang kecil di bawah 10.000 orang, dapat menggunakan perhitungan rumus yang sederhana (Notoatmodjo, 2002), yaitu :
n
N 1 N .d 2
n
80 1 80.(10%)2
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Besar populasi d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan, yaitu 10% Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut,maka didapatkan besaran sampel minimal sejumlah 44,4 dan dibulatkan menjadi 50 orang. Namun, dengan rombongan belajar kelas 5 berjumlah dua kelas dan siswa di masing-masing kelas sebanyak 40 orang maka peneliti memutuskan untuk memakai seluruh populasi sebagai sampel. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak mungkin hanya mengambil 40 orang dari kelas A dan hanya 10 orang dari kelas B, mengingat tingginya antusiasme seluruh siswa kelas 5. Saat pengambilan data dilakukan, dari total 80 siswa kelas 5, hanya 74 siswa yang hadir. Sesuai dengan kriteria pemilihan sampel, maka sampel yang dipakai adalah 74 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelumnya telah dilakukan uji coba, adapun hasil uji coba kuesioner tersebut memiliki nilai r (0,335-0,915), dan nilai Chronbach’s Alpha sebesar 0.884. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat. Pada analisa Bivariat uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji T-Test. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden, gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan keluarga, pemberian informasi dari guru, dan pemberian informasi dari media terhadap kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur dapat dilihat sebagai berikut :
4 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 41 33 74
% 55.4 44.6 100
Pada tabel 1, diketahui responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari responden dengan jenis kelamin perempuan. Responden yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 41 siswa atau sebesar 55.4%, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 siswa atau sebesar 44.6%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ibu Responden Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Ibu Tidak Tamat SD atau tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan tinggi Jumlah
Jumlah 26 13 26 9 74
% 35.1 17.6 35.1 12.2 100
Dari tabel 2, diketahui variabel pendidikan ibu responden terbagi atas empat yaitu tidak tamat Sekolah Dasar (SD) atau tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi. Berdasarkan perjanjian Education for All (EFA) yang disepakati juga oleh Indonesia, bahwa setiap warga Negara wajib belajar 9 tahun yang artinya setiap warga negara wajib tamat SD (6 tahun) dan tamat SMP (3 tahun), maka peneliti menggolongkan pendidikan ibu menjadi dua yaitu pendidikan rendah (tamat SMP ke bawah) dan pendidikan tinggi (tamat SMA ke atas). Tingkat pendidikan ibu responden terbesar adalah tidak tamat SD atau tamat SD dan tamat SMA yaitu sebesar 35.1%, kemudian diikuti oleh tamat SMP sebesar 17.6%, dan terakhir adalah tamat Perguruan Tinggi sebesar 12.2%. Dari data tersebut diketahui bahwa ibu responden yang memiliki pendidikan rendah 52.7% dan yang memiliki pendidikan tinggi adalah 47.3%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ayah Responden Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Ayah Tidak Tamat SD atau tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan tinggi Jumlah
Jumlah 26 15 26 7 74
% 35.1 20.3 35.1 9.5 100
5 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ayah responden terbesar adalah tidak tamat SD atau tamat SD dan tamat SMA sebesar 35.1%, kemudian diikuti oleh tamat SMP sebesar 20.3%, dan tamat Perguruan tinggi sebesar 9.5%. Pendidikan ayah responden juga terbagi atas empat golongan yaitu tidak tamat Sekolah Dasar (SD) atau tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi. Penggolongan pendidikan ayah juga didasarkan pada wajib belajar 9 tahun. Tingkat pendidikan ayah responden terbesar adalah tidak tamat SD atau tamat SD dan tamat SMA sebesar 35.1%, kemudian diikuti oleh tamat SMP sebesar 20.3%, dan terakhir adalah tamat Perguruan tinggi sebesar 9.5%. Dari data tersebut diketahui bahwa ayah responden yang memiliki pendidikan rendah sebesar 55.4% dan yang memiliki pendidikan tinggi adalah 44.6%. Tabel 4. Nilai Rata-rata Variabel Pengetahuan Mengenai Kepatuhan untuk Menyikat Gigi sebelum Tidur Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Pengetahuan Waktu menyikat gigi Durasi menyikat gigi Cara menyikat gigi Akibat tidak menyikat gigi Jumlah
n
Mean
Median
SD
Benar
Salah
74
0.00
0.00
0.00
n 74
% 100
n 0
% 0
74
0.59
1.00
0.49
44
59.5
30
40.5
74
0.93
1.00
0.25
69
93.2
5
6.8
74
0.51
1.00
0.50
38
51.4
36
48.6
2.04
2.00
0.82
Dari tabel diatas diketahui, pengetahuan responden terbagi atas empat variabel yaitu mengenai waktu yang tepat untuk menyikat gigi, akibat tidak menyikat gigi sebelum tidur, durasi menyikat gigi sebelum tidur, dan cara menyikat gigi sebelum tidur. Berdasarkan hasil perhitungan data diketahui gambaran pengetahuan responden mengenai waktu yang tepat untuk menyikat gigi yaitu sebagian seluruh responden atau sebesar 100% menjawab dengan benar. Pada pengetahuan mengenai akibat tidak menyikat gigi sebelum tidur diperoleh hasil sebanyak 51.4% responden mengetahui akibat tidak menyikat gigi sebelum tidur, sedangkan siswa yang tidak dapat menjawab dengan tepat cukup besar yaitu 48.6%. Kemudian pada variabel durasi menyikat gigi sebelum tidur, responden yang dapat menjawab dengan baik adalah lebih dari separuh yaitu 59.5% dan 40.5% responden masih belum mengetahui durasi menyikat gigi yang benar. Variabel terakhir adalah 6 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
cara menyikat gigi sebelum tidur dan didapatkan hasil 93.2% responden mengetahui cara menyikat gigi yang benar dan hanya 6.8% responden yang belum mengetahui. Secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai sikat gigi malam sebelum tidur masih rendah karena jumlah responden yang memiliki nilai ≥ rata-rata hanya 31.1% siswa, sementara responden yang memiliki nilai di bawah rata-rata cukup besar yaitu 68.9%. Tabel 5. Nilai Rata-rata Variabel Sikap Mengenai Kepatuhan untuk Menyikat Gigi sebelum Tidur Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Sikap Sikat gigi malam lebih penting dari sikat gigi pagi Sikat gigi malam atas kesadaran sendiri Malas menyikat gigi malam karena kantuk Sesekali tidak sikat gigi malam Berkumur dapat menggantikan sikat gigi malam Jumlah
n
Mean
Median
SD
Setuju
Tidak Setuju
n
%
n
%
74
0.47
0.00
0.50
35
47.3
39
52.7
74
0.99
1.00
0.12
73
98.6
1
1.4
74
0.96
1.00
0.19
3
4.1
71
95.9
74
0.59
1.00
0.49
30
40.5
44
59.5
74
0.74
1.00
0.44
19
25.7
55
74.3
3.76
4.00
1.02
Untuk mengukur sikap responden mengenai sikat gigi malam sebelum tidur, peneliti membuat 5 pernyataan dalam kuesioner dengan nilai maksimal 5. Dari tabel 5, dapat dilihat nilai mean, median, standar deviasi, dan pengkategorian sikap setuju dan tidak setuju, dari masing-masing variabel sikap. Untuk soal kuesioner “menyikat gigi malam sebelum tidur lebih penting dibandingkan menyikat gigi pagi hari setelah sarapan”, didapatkan mean sebesar 0.47, median sebesar 0.00, SD sebesar 0.50, dan 47.3% responden menyatakan setuju, serta 52.7% menyatakan tidak setuju. Untuk soal kuesioner “saya menyikat gigi malam sebelum tidur tanpa disuruh orang tua”, didapatkan mean sebesar 0.99, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.12, dan 98.6% responden menyatakan setuju, serta 1.4% menyatakan tidak setuju. Untuk soal kuesioner “saya malas menyikat gigi malam sebelum tidur karena mengantuk”, 7 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
didapatkan mean sebesar 0.96, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.19, dan 95.9% responden menyatakan tidak setuju, serta 4.1% menyatakan setuju. Untuk soal kuesioner “sesekali melewatkan sikat gigi sebelum tidur tidak akan mempengaruhi kesehatan gigi”, didapatkan mean sebesar 0.59, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.49, dan 59.5% menyatakan tidak setuju, serta 40.5% menyatakan setuju. Untuk soal kuesioner “saya cukup berkumur saja tidak perlu menyikat gigi sebelum tidur malam”, didapatkan mean sebesar 0.74, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.44, dan 74.3% responden menyatakan tidak setuju, serta 25.7% menyatakan setuju. Untuk total variabel sikap didapatkan mean sebesar 3.76, median 4.00, dan SD 1.02. Dari hasil perhitungan diketahui nilai rata-rata atau mean dari variabel sikap yaitu sebesar 3.76. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut peneliti membagi sikap ke dalam dua golongan yaitu buruk (< mean) dan baik (≥ mean). Dari hasil tersebut diketahui distribusi sikap responden dengan nilai sikap < mean berjumlah 37.8.% dan jumlah responden dengan nilai sikap ≥ mean berjumlah 62.2%. Tabel 6. Nilai Rata-rata Variabel Kepatuhan untuk Menyikat Gigi sebelum Tidur Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Kepatuhan Responden sikat gigi setiap hari Frekuensi sikat gigi responden dalam satu hari Responden sikat gigi sebelum tidur Frekuensi sikat gigi malam dalam 1 minggu terakhir Kesadaran menyikat gigi malam Sikat gigi malam menggunakan sikat dan pasta gigi Jumlah
n
Mean
Median
SD
Patuh
Tidak Patuh
n
%
n
%
74
0.62
1.00
0.48
46
62.2
28
37.8
74
0.62
1.00
0.48
46
62.2
28
37.8
74
0.68
1.00
0.47
50
67.6
24
32.4
74
0.38
0.00
0.48
28
37.8
46
62.2
74
0.74
1.00
0.44
55
74.3
19
25.7
74
0.89
1.00
0.31
66
89.2
8
10.8
3.93
4.00
1.67
8 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat nilai mean, median, standar deviasi, dan pengkategorian patuh dan tidak patuh dari masing-masing variabel kepatuhan. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, apakah adik menyikat gigi setiap hari”, didapatkan mean sebesar 0.62, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.48, dan 62.2% responden berada dalam kategori patuh, serta 37.8% berada dalam kategori tidak patuh. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, berapa kali dalam sehari adik menyikat gigi”, didapatkan mean sebesar 0.62, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.48, dan 62.2% responden berada dalam kategori patuh, serta 37.8% berada dalam kategori tidak patuh. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, apakah sebelum tidur malam adik menyikat gigi terlebih dahulu”, didapatkan mean sebesar 0.68, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.47, dan 67.6% responden berada dalam kategori patuh, serta 32.4% berada dalam kategori tidak patuh. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, seberapa sering adik menyikat gigi sebelum tidur malam”, didapatkan mean sebesar 0.38, median sebesar 0.00, SD sebesar 0.48, dan 37.8% responden berada dalam kategori patuh, serta 62.2% berada dalam kategori tidak patuh. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, apakah adik menyikat gigi sebelum tidur malam berdasarkan keinginan sendiri”, didapatkan mean sebesar 0.74, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.44, dan 74.3% responden berada dalam kategori patuh, serta 25.7% berada dalam kategori tidak patuh. Untuk soal kuesioner “Dalam 1 minggu terakhir, apakah adik menyikat gigi sebelum tidur malam menggunakan sikat gigi dan pasta gigi”, didapatkan mean sebesar 0.89, median sebesar 1.00, SD sebesar 0.31, dan 89.2% responden berada dalam kategori patuh, serta 10.8% berada dalam kategori tidak patuh. Analisis kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur ini berdasarkan pengakuan responden mengenai frekuensi, kesadaran menyikat gigi, dan cara menyikat gigi sebelum tidur malam dalam satu minggu terakhir sebelum penelitian dilaksanakan. Pada variabel ini peneliti juga membaginya ke dalam dua golongan berdasarkan nilai rata-rata atau mean yaitu golongan patuh dan tidak patuh. Data menunjukkan bahwa 67.6% responden berada dalam golongan tidak patuh dalam melakukan sikat gigi malam sebelum tidur, dan hanya 32.4% responden yang patuh dalam melakukan sikat gigi malam sebelum tidur.
9 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ketersediaan Fasilitas Menyikat Gigi Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Ketersediaan Kepemilikan sikat gigi Penggunaan pasta gigi Berkumur setelah sikat gigi Air untuk berkumur Alat untuk mengambil air kumur Ketersediaan cermin di kamar mandi Bercermin saat menyikat gigi Jumlah
n
Mean
Median
SD
Punya
Tidak Punya
n
%
n
%
74
0.99
1.00
0.12
73
98.6
1
1.4
74
1.00
1.00
0.00
74
100
0
0
74
1.00
1.00
0.00
74
100
0
0
74
0.18
0.00
0.38
13
17.6
61
82.4
74
0.45
0.00
0.50
33
44.6
41
55.4
74
0.62
1.00
0.48
46
62.2
28
37.8
74
0.58
1.00
0.49
43
58.1
31
41.9
4.81
5.00
1.31
Dari tabel 7, menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas untuk menyikat gigi, responden menyatakan mereka memiliki sikat gigi sendiri sebesar 98.6%. Sedangkan untuk item penggunaan pasta gigi dan berkumur, seluruh responden menjawab punya. Selanjutnya untuk air yang digunakan untuk berkumur, 17.6% responden menjawab dengan air masak dan 82.4% menjawab air keran. Untuk alat yang digunakan untuk mengambil air, 44.6% responden menjawab gelas dan lebih dari setengah responden (55.4%) menjawab gayung. Sebagian besar responden (62.2%) menjawab mereka memiliki cermin di kamar mandi dan 58.1% responden menyikat gigi sambil bercermin. Pada ketersediaan fasilitas menyikat gigi malam sebelum tidur bagi responden, peneliti membaginya ke dalam lima variabel yaitu tentang kepemilikan sikat gigi, penggunaan pasta gigi, air, kaca, dan gayung/gelas di rumah mereka. Nilai maksimal untuk variabel ketersediaan adalah 7 dan nilai rata-rata yang diperoleh pada variabel ini adalah 4.81. Peneliti juga membagi variabel ini ke dalam dua golongan yaitu rendah (< mean) dan tinggi (≥ mean). Dari penggolongan tersebut diperoleh hasil sebanyak 36.5% responden memiliki nilai < mean dan 63.5% yang memiliki nilai ≥ rata-rata. Artinya ketersediaan fasilitas untuk menyikat gigi responden sudah cukup baik. 10 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Dukungan Orang Tua Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Dukungan Orang Tua Penyediaan sikat dan pasta gigi oleh orang tua Perintah orang tua untuk menyikat gigi Jumlah
n
Mean
Median
SD
Ya
Tidak
n
%
n
%
74
1.00
1.00
0.00
74
100
0
0
74
0.72
1.00
0.45
53
71.6
21
28.4
1.72
2.00
0.45
Tabel 8 di atas dapat dilihat, peneliti membagi variabel dukungan orang tua menjadi 2 soal di dalam kuesioner yaitu penyediaan fasilitas dan pemberian informasi tentang menyikat gigi oleh orang tua. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh responden mendapatkan dukungan dari orang tua berupa dibelikannya peralatan untuk menyikat gigi, yaitu sikat dan pasta gigi. Lalu, sebagian besar responden (71.6%) menjawab bahwa mereka disuruh untuk menyikat gigi oleh orang tua mereka. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pemberian Informasi dari Guru Pada Siswa Kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Pemberian Informasi dari Guru Informasi tentang menyikat gigi malam Anjuran untuk sikat gigi malam Jumlah
n
Mean
Median
SD
Ya
Tidak
n
%
n
%
74
0.77
1.00
0.42
57
77.0
17
23.0
74
0.82
1.00
0.38
61
82.4
13
17.6
1.59
2.00
0.72
Tabel 9, sama seperti variabel yang sebelumnya, peneliti juga membuat 2 soal untuk variabel pemberian informasi oleh guru. Data yang didapat peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77.0%), sejak bulan Juli 2012, pernah diberikan informasi oleh guru mengenai pentingnya menyikat gigi sebelum tidur malam. Selain itu, 82.4% responden menjawab, sejak bulan Juli 2012, guru di sekolah pernah menyarankan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam. 11 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi dari Media Mengenai Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Tahun 2012 Media Radio TV Internet Majalah Koran Poster Spanduk
n 74 74 74 74 74 74 74
Ya
Tidak
n
%
n
%
23 72 37 37 33 26 29
31.1 97.3 50.0 50.0 44.6 35.1 39.2
51 2 37 37 41 48 45
68.9 2.7 50.0 50.0 55.4 64.9 60.8
Dari tabel di atas terlihat, untuk variabel pemberian informasi dari media tentang menyikat gigi malam sebelum tidur, peneliti membagi 7 media, yaitu radio, televisi, internet, majalah, Koran, poster, dan spanduk. Data yang didapat menunjukkan bahwa responden terpapar informasi tentang menyikat gigi sebelum tidur malam paling banyak dari media televisi (97.3%). Selanjutnya, media internet dan majalah sama-sama berkontribusi 50% terhadap terpaparnya informasi dari responden. Kurang dari setengah responden (44.6%) terpapar informasi dari Koran. Sedangkan media spanduk, poster, dan radio hanya berkontribusi sedikit dalam hal memberikan informasi pada responden, yaitu 39.2%, 35.1%, dan 31.1%. Tabel 11. Distribusi Nilai Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen Kepatuhan
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Mean
p value
4.30 3.63
0.139
Dilihat dari tabel 11 di atas, berdasarkan hasil penelitian diketahui hubungan antara jenis kelamin responden dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur memiliki p value sebesar 0.139, hal tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kedua hal tersebut. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Vinayaka Konakeri, 2010 yang menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kepatuhan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dikarenakan dari hasil penelitian pada variabel pengetahuan tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan.
12 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 12. Distribusi Nilai Berdasarkan Pendidikan Ibu dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen Kepatuhan
Pendidikan Ibu Rendah Tinggi
Mean
p value
3.54 4.37
0.077
Dilihat dari tabel 12, pada variabel hubungan pendidikan ibu responden dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur diperoleh nilai p value 0.077, nilai tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pendidikan ibu responden dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur responden. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Andi Agus Salim, 2011 yang menyatakan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kepatuhan menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan pendidikan ibu seseorang. Hal ini dikarenakan banyak responden yang tidak mengetahui secara pasti pendidikan formal terakhir ibu mereka. Tabel 13. Distribusi Nilai Berdasarkan Pendidikan Ayah dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen Kepatuhan
Pendidikan Ayah Rendah Tinggi
Mean
p value
3.54 4.42
0.322
Dilihat dari tabel 13 diketahui pada variabel hubungan kepatuhan menyikat gigi sebelum tidur dengan pendidikan ayah responden diperoleh nilai p value 0.322, sama halnya dengan pendidikan ibu, nilai tersebut juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pendidikan ayah responden dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur. Hal ini dikarenakan banyak responden yang tidak mengetahui secara pasti pendidikan formal terakhir ayah mereka. Tabel 14. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Pengetahuan Responden dengan Nilai RataRata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen
Pengetahuan
Mean
p value
Kepatuhan
Rendah Tinggi
3.73 4.39
0.136
Dilihat dari tabel 14 diketahui bahwa nilai rata-rata kepatuhan untuk menyikat gigi berdasarkan variabel pengetahuan responden adalah 3.73 untuk responden dengan tingkat pengetahuan rendah dan 4.39 untuk responden dengan tingkat pengetahuan 13 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
tinggi. Menurut teori Green dan Niven terdapat hubungan atau keterkaitan antara pengetahuan dengan tindakan seseorang, dalam hal ini adalah kepatuhan untuk menyikat gigi malam sebelum tidur. Berdasarkan hasil perhitungan t-test diperoleh nilai p value 0.136, nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan kepatuhan untuk menyikat gigi malam sebelum tidur. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Green maupun Niven. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik responden seperti pendidikan dan dukungan orang tua, pemberian informasi dari guru dan media. Tabel 15. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Sikap Responden dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen
Sikap
Mean
p value
Kepatuhan
Buruk Baik
3.32 4.30
0.249
Dilihat dari tabel 15, sama halnya dengan variabel pengetahuan, menurut teori Green sikap juga mempengaruhi atau berhubungan dengan tindakan seseorang. Namun dengan nilai p value yang didapat yaitu 0.249 maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak sejalan dengan teori Green karena tidak ada hubungan antara sikap responden dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik responden seperti kebiasaan orang tua yang mereka turunkan kepada anak mereka. Perbedaan tingkat keterpaparan informasi dari media juga berpengaruh pada perbedaan hasil penelitian. Tabel 16. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Ketersediaan Fasilitas untuk Menyikat Gigi dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen
Ketersediaan
Mean
p value
Kepatuhan
Rendah Tinggi
3.48 4.19
0.000
Dilihat dari tabel 16, diketahui bahwa penelitian ini sejalan dengan teori Green dan Niven yang mengatakan bahwa ketersediaan fasilitas dan dukungan dari orang tua berhubungan dengan tingkat kepatuhan seseorang. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai p value 0.000 yang artinya ketersediaan fasilitas.
14 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Tabel 17. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Dukungan Orang Tua untuk Menyikat Gigi dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen
Dukungan Orang tua Dapat Tidak dapat
Kepatuhan
Mean
p value
3.93 -
-
Dilihat dari tabel 17, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kepatuhan untuk menyikat gigi berdasarkan variabel dukungan orang tua untuk menyikat gigi adalah 3.93 untuk responden yang mendapat dukungan dari orang tua. Dikarenakan seluruh responden hanya memilih satu jawaban yang sama maka uji statistik untuk mendapatkan p value tidak dapat dilakukan. Tabel 18. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Pemberian Informasi dari Guru untuk Menyikat Gigi dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen Kepatuhan
Pemberian Informasi dari Guru Dapat Tidak dapat
Mean
p value
4.60 3.83
0.066
Tabel 19. Distribusi Nilai Berdasarkan Variabel Pemberian Informasi dari Media untuk Menyikat Gigi dengan Nilai Rata-Rata Kepatuhan Menyikat Gigi sebelum Tidur Malam Pada Siswa Kelas 5 SDN 04 Ciangsana Variabel Dependen Kepatuhan
Pemberian Informasi dari Media Rendah Tinggi
Mean
p value
3.80 4.05
0.352
Dilihat dari tabel 18 dan 19, berdasarkan uji statistik didapat hasil nilai p value sebesar 0,066 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian informasi dari guru untuk menyikat gigi dengan kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam pada siswa. Hal ini dikarenakan, berdasarkan wawancara dengan pembina UKS di SDN 04 Ciangsana, pihak sekolah terakhir kali memberikan materi tentang kesehatan gigi dan mulut pada tahun 2003, artinya murid kelas 5 yang menjadi responden dalam penelitian ini tidak mendapat informasi tersebut.
15 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
Sedangkan uji statistik untuk variabel pemberian informasi dari media didapat hasil nilai p value sebesar 0,352 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian informasi dari media untuk menyikat gigi dengan kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam. Hal ini dikarenakan daya tangkap tiap responden berbeda dalam mencerna informasi yang diberikan oleh media.
4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab 5 dan pembahasan pada bab 6 yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa : 1. Pada pelaksanaan penelitian jumlah responden laki-laki lebih banyak dari responden perempuan 2. Pada variabel tingkat pendidikan ibu, jumlah ibu responden yang termasuk kategori pendidikan rendah berjumlah lebih banyak dari pendidikan tinggi. Hal serupa juga terjadi pada pendidikan ayah yaitu jumlah ayah dengan pendidikan rendah lebih banyak dibanding pendidikan tinggi . 3. Pada variabel pengetahuan, responden yang tergolong dalam pengetahuan rendah berjumlah lebih banyak dibanding responden yang pengetahuannya tinggi. 4. Pada variabel sikap, responden dengan nilai sikap yang baik jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan sikap yang buruk. Artinya, responden menganggap bahwa menyikat gigi malam sebelum tidur penting untuk dilakukan. 5. Pada variabel ketersediaan fasilitas menyikat gigi, lebih dari separuh responden memiliki tingkat ketersediaan fasilitas yang cukup tinggi. 6. Pada variabel dukungan orang tua, pemberian informasi oleh guru dan media, hampir seluruh responden memperoleh dukungan dari orang tua dan guru dalam hal menyikat gigi malam sebelum tidur. Untuk pemberian informasi dari media, media televisi
merupakan media yang paling banyak memberikan informasi
kepada responden. 7. Pada hasil penelitian diketahui tidak adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur dengan jenis kelamin responden. 8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur dengan pendidikan ibu dan ayah responden. 16 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
9. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan responden dengan kepatuhan untuk menyikat gigi malam sebelum tidur. 10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel sikap responden dengan kepatuhan untuk menyikat gigi malam sebelum tidur. 11. Adanya hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan fasilitas menyikat gigi dengan kepatuhan untuk menyikat gigi malam sebelum tidur. 12. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pemberian informasi oleh guru dan media dengan kepatuhan menyikat gigi malam sebelum tidur. 5. Saran Saran Kepada Puskesmas Ciangsana 1. Menyediakan informasi terkait masalah kesehatan gigi dan mulut, seperti akibat tidak menyikat gigi, cara menyikat gigi, dan durasi menyikat gigi agar pengetahuan masyarakat meningkat. 2. Bekerjasama
dengan
dinas
kesehatan
dalam
mengembangkan
dan
mendistribusikan media-media kesehatan, terutama kesehatan gigi dan mulut, yang dapat dipahami dengan mudah oleh siswa sekolah dasar 3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam bidang promosi kesehatan dan mengintensifkan kunjungan dan pemeriksaan kesehatan ke sekolah-sekolah dasar. 4. Pengembangan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan melakukan pertemuan rutin dengan para Pembina UKS di kawasan Ciangsana dan pelaksanaan pelatihan dokter kecil dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah. Saran Kepada SDN 04 Ciangsana 1. Menyediakan informasi kesehatan gigi dan mulut, seperti akibat tidak menyikat gigi, cara menyikat gigi, dan durasi menyikat gigi agar pengetahuan siswa meningkat. 2. Menyediakan media promosi kesehatan gigi dan mulut yang menarik bagi siswa agar minat mereka untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut meningkat. 3. Mengadakan kegiatan sikat gigi massal secara rutin agar siswa menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatan sikat gigi.
17 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
4. Menyediakan sikat dan pasta gigi di koperasi sekolah agar para siswa dapat membeli peralatan tersebut dengan mudah dan tidak tergantung orang tua. 5. Meningkatkan fungsi UKS dan mengaktifkan kembali peran dokter kecil Saran Kepada Peneliti Lain 1. Dalam melakukan penelitian, gunakan jumlah variabel yang lebih banyak 2. Dalam melakukan penelitian, lakukan observasi langsung terhadap responden saat mereka mendemonstrasikan sikat gigi massal. 6. Ucapan Terima Kasih 1. Bapak Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan jurnal ini. 2. Bapak Muhsin, S.Ag, selaku kepala sekolah SDN 04 Ciangsana yang selalu memberikan ijin dalam mengumpulkan data,
masukan dan sumber informasi
dalam menyelesaikan pengambilan data penelitian. 7. Kepustakaan Buku, Artikel, Jurnal, Laporan 1. Departemen Kesehatan RI. 1990/1991. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid IV. Jakarta). 2. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. 3. Doddamani, et al. 2010. Oral Hygiene Status Among School Going Children Belonging to Different Socio-economic Status of Belgaum City Aged 12 To 15 Years. JIDA, Vol 4, No.12. 4. Ghofur, Abdul, M.Pd. 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta : Mitra Buku 5. Puskesmas
Kelurahan
Ciangsana
2011.
Laporan
Tahunan
Puskesmas
Kelurahan Ciangsana Tahun 2011. Bogor : Puskesmas Ciangsana Kelurahan Ciangsana. 6. Malka, Rafaela, Liran. 2006. Self-Reported Compliance with Preventive Measures Among Regularly Attending Pediatric Patients Journal. Diakses dari proquest.com pada tanggal 9 November 2012. 7. Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan. EGC. Jakarta. 18 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013
8. Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Citra: Jakarta. 9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 10. Nurdini, Allis. 2006. “Cross-Sectional Vs Longitudinal. Jakarta 11. Puskesmas Kelurahan Ciangsana. 2012. Laporan Puskesmas Kelurahan Ciangsana. 2012. Laporan Pemeriksaan Gigi dan Mulut SDN 04 Ciangsana Tahun 2012. Bogor : Puskesmas Ciangsana Kelurahan Ciangsana. 12. Sato, Kimiko. 2011. Analysis of the Factors That Affect Dental Health Behaviour and Attendance at Scheduled Dental Check-ups. Okayama : Okayama University Medical School. 13. SDN 04 Ciangsana. 2010. Profil SDN 04 Ciangsana Tahun 2010. Bogor : SDN 04 Ciangsana. Informasi dari Internet 14. Irianto. 2004. Karies Gigi dan Pencegahannya. repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 15. Marry E. Beck. 1995. Oral Hygiene. repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 16. Moestopo, 1982. Kesehatan Gigi dan Mulut. repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Oktober 2012 17. Pratnya Paramita, 2000. Pengaruh Perawatan Gigi terhadap Kesehatan Anak Sejak Dini. mutiasuandi.blogspot.com. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 18. Pratiwi, 2007. Cara Merawat Gigi dan Mulut. www.library.upnvj.ac.id. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 19. Rasinta Taringan, 1995. Pengaruh Perawatan Gigi terhadap Kesehatan Anak Sejak Dini. mutiasuandi.blogspot.com. Diakses tanggal 18 Oktober 2012 20. Suparyanto.2010.
Konsep
Kepatuhan.
http://dr-suparyanto.blogspot.com.
Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 21. Survei Kesehatan Nasional, 2001.bps.go.id. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. 22. Wijayanto, A. 2009. Uji Statistik. http://eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 9 November 2012. Skripsi 23. Agussalim,
Andy.
2011.
Pengaruh
Penyuluhan
Terhadap
Peningkatan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Murid kelas V SD DDI PAOTERE KEC.UJUNG TANAH MAKASSAR. Jakarta. 19 Faktor-faktor yang ..., Arya Anindita Hutomo Putra, FKM UI, 2013