ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul DepokJawa Barat)
Mega Friyanti
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat)
Mega Friyanti NIM: 105092002956
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ” Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat), yang ditulis oleh Mega Friyanti NIM 105092002956. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at Tanggal 30 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Dr. Ir. Edmon Daris, MS
Ir. Siti Rochaeni, M.S
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Acep Muhib, MM
Masrul Huda, SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 2001121 1 001
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 19620617 198903 2 003
SURAT PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 30 Juli 2010
MEGA FRIYANTI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mega Friyanti
Alamat
: Kp. Parung Bingung RT 02/10 no.75 Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Depok 16434
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 11 Februari 1986
Kewarganegaraan
: Indonesia
Status
: Belum Menikah
e-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1992-1998
: MI Sirajul Athfal YKS
1998-2001
: MTs. Al-Ittihad
2001-2004
: SMA Muhammadiyah I Depok
2005-2010
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini selaku pimpinan dan pemilik
CV.Winner
Perkasa Indonesia Unggul, yang beralamatkan di Sawangan-Depok menyatakan bahwa mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut, Nama Mahasiswa
: Mega Friyanti
Nomor Pokok Mahasiswa
: 105092002956
Judul Penelitian Skripsi
: Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat).
Adalah BENAR telah melaksanakan penelitian skripsi di perusahaan yang saya pimpin, dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Maret sampai April 2010 . Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Depok, 25 April 2010
Maria Gigih Sandy
RINGKASAN MEGA FRIYANTI, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok – Jawa Barat). (Di bawah bimbingan ACEP MUHIB dan MASRUL HUDA). Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan ketidak tepatan dalam penyajian informasi akuntansi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang menggunakan informasi akuntansi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini. 2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi perkembangan yang baik pada masa yang akan datang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis harga pokok produksi menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan selama ini yaitu metode konvensional (full costing) yang kemudian dibandingkan dengan metode yang diteliti yaitu dengan menggunakan metode activity based costing (ABC). Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan, total biaya produksi dengan menggunakan metode konvensional adalah sebesar Rp.271.452.300 untuk jenis jus belimbing, Rp.180.969.245 untuk jenis jus jambu dan Rp.91.410.464 untuk jenis jus wornas. Sedangkan total biaya produksi dengan menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp.198.595.673 untuk jenis produk jus belimbing, Rp.144.873.324 untuk jenis produk jus jambu dan Rp.92.876.133 untuk jenis produk jus wornas. Berdasarkan total biaya produksi dapat diketahui perbandingan total biaya produksi antara metode konvensional dengan metode ABC, untuk jenis produk jus belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC sebasar 15 %.
Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional (full costing) dan metode ABC yang diteliti, dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar. Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan dengan metode full costing, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis jus wornas mengalami kenaikan sebesar Rp.1.771, atau naik 15 % apabila menggunakan metode ABC Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap HPP masing-masing pada ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC. Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunsksn metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan 3%, dibandingkan mengunakan metode full costing. Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya, aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi di dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang efisien. Cara pertama adalah dengan menghilangkan aktivitas yang bukan penambah nilai seperti pada aktivitas blansir dan penirisan, karena tanpa aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana. Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya produk dengan jumlah volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula. Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsung-angsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis. Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya pemasaran yang belum
dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih rendah pula.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing Studi Kasus Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat ”. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammnad SAW, keluarga, sahabat dan semoga sampai kepada kita yang mengikuti jejak langkahnya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih, karena penulis tidak akan bisa menyelasaikan skripsi ini tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Papa dan mama tersayang, terimakasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran dan dukungan baik moril maupun materil, yang diberikan sampai saat ini. semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala karunianya kapeda papa dan mama. 2. Drs. Acep Muhib, MM dan Masrul Huda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan dan membimbing dengan baik hingga selesainya skripsi ini. 3. Dr.Ir. Edmon Daris, MS dan Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak masukan untuk lebih baik. 4. Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis. 5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Maria 7. Ade2 tercinta ( uchi, fajar, endum) yang selalu ada memberikan semangat kepada penulis untuk terus maju dan mendengar keluh kesahku, walaupun
i
kadang2 membuat jengkel dan marah tetapi kalian tetep ade2 ku yang manis n imut. 8. Seluruh dosen Agribisnis fakultas sain dan teknologi yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis. 9. Bu Warti n ka Dewi yang slalu membantu penulis dalam surat menyurat 10. Teman2 seperjuangan Agribisnis angkatan 05 yang selalu memberi semangat agar laporan ini cepat selesai, walaupun jumlah kita sedikit mudah2an kita tetap menjadi satu keluarga besar di dalam jurusan yang kita cintai ini. 11. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namun penulis berarharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kalian semua. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan, apabila penulis mempunyai kesalahan, kekhilafan yang disengaja ataupun tidak disengaja mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya. Penulis menyadari dalam laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita semua. Amin ya Allah ya Rabbal Allamin.
Depok Juli 2009
Penulis
ii
iii
iv
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .........................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
3
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
5
2.1 Pengertian Jus....................................................................................
5
2.2 Cara Pengolahan Jus ........................................................................
5
2.3 Harga .................................................................................................
11
2.4 Harga Pokok Produksi ......................................................................
11
2.5 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi .......................................
12
2.6 Biaya dan Klasifikasinya...................................................................
15
2.7 Definisi Activity Based Costing (ABC) ............................................
19
2.7.1 Kelebihan Sistem ABC ......................................................... 2.7.2 Kelemahan Sistem ABC ......................................................... 2.7.3 Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntansi tradisional (Full Costing).........................................................................
20 20
2.8 Penelitian Terdahulu .........................................................................
22
2.9 Kerangaka Pemikiran ........................................................................
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
26
21
iii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
26
3.2 Sumber Data......................................................................................
26
3.3 Metode Pengumpulan Data ...............................................................
26
3.4 Analisis Data .....................................................................................
27
3.4.1 Analisis Kualitatif .................................................................... 3.4.2 Anilisis Kuantitatif ..................................................................
27 28
3.4.1.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ..................... 3.4.1.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode ABC ................................................................. 3.4.3 Aktivitas Proses Produksi .......................................................
28 30
3.5 Definisi Oprasional ............................................................................
31
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................................
33
4.1. Sejarah Umum Perusahaan ..............................................................
33
4.2 Peralatan Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ................................................................
36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
39
5.1 Proses Produksi Jus Buah Pada CV. Winner Perkasa indonesia Unggul (WPIU)...............................................................................
39
5.2 Biaya Produksi ..................................................................................
46
5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung ................................................... 5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung.........................................
46 48
5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) ..........................................
53
5.3.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full Costing ......................... 5.3.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pendekatan Metode Acivity Based Costing (ABC) ....................................... 5.4 Peruhitungan Harga pokok Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ............................... 5.5 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) ........................................................ 5.5.1 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing......................................................................... 5.5.2 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu ................................................................................
28
54 54 55 57 58 64
iv
5.3.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas ..............................................................................
70
5.6 Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional ............. Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, jus Wornas ......................................................................
76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
82
6.1 Kesimpulan ......................................................................................
82
6.2 Saran..................................................................................................
84
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Halaman 1. Biaya Bahan Baku untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 .......................................................................................................
47
2. Biaya Bahan Tambahan untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 .......................................................................................
49
3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU tahun 2009 .........
52
4. Biaya Overhead Bersama Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ........
53
5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah pada CV.WPIU Tahun 2009..............................................................
45
6. Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009..........................................................
76
7. Persentase Selisih HPP Antara Metode Konvensional dengan Metode ABC ..
77
8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan Metode ABC ..........................
79
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ................................................................
10
2. Bagan Kerangka Pemikiran ..............................................................................
25
3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU .........................................................................................................
31
4. Struktur Organisasi CV.WPIU..........................................................................
34
5. Saluran Tataniaga Jus Buah Pada CV.WPIU....................................................
35
6. Diagram Alir Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU .......................................
45
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Dasar Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada CV.WPIU tahun 2009 ......................................................................................
87
2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk MasingMasing Jenis Jus Buah Tahun 2009..................................................................
88
3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 .......................................................................................................
89
4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus wornas dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009............................
90
5 Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing Tahun 2009 .......................................................................................................
91
6. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing ...........
92
7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009 ........
93
8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC ..........................
94
9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009 .......................................................................................................
95
10. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu................
96
11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009……….
97
12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC...............................
98
13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009 ....................................................................................................
99
14. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas..............
100
15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009...........
101
16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC………………….
102
17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi........................................
103
viii
55
56
57
67
68
75
76
58
59
69
77
60
61
62
70
78
63
71
79
64
72
80
65
73
81
66
74
82
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kelancaran operasional suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik, apabila informasi yang tersedia dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sejalan dengan semakin berkembangnya volume perusahaan, menuntut manajemen semakin efektif dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Perkembangan suatu perusahaan akan diiringi kompleksnya aktivitas yang dijalankan, hal itu menuntut adanya pelaksanaan aktivitas yang efektif dan efisien. Dilain pihak manajer tidak dapat lagi memonitor secara langsung aktivitas yang dijalankan oleh para bawahannya, namun perusahaan harus tetap mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan harga yang wajar. Agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran, maka perusahaan harus membuat suatu perencanaan yang matang dan sumber daya yang dimilikinya dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu mendapatkan laba atau meminimalkan kerugian. Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biayabiaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
1
perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang sangat
membutuhkan
perhatian.
Harga
pokok
produksi
biasanya
merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan ketidaktepatan dalam penyajian informasi akuntansi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang menggunakan informasi akuntansi tersebut. CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah salah satu CV atau perusahaan yang berada di kota Depok yang bergerak dibidang pengolahan jus buah. Untuk menghasilkan harga jual yang bersaing dengan perusahaan pengolahan sejenis, diperlukan adanya manajemen biaya yang bertujuan untuk membuat biaya menjadi lebih efisien agar diperoleh harga jual yang bersaing dan tidak memberatkan konsumen namun perusahaan tetap memperoleh keuntungan tertentu dengan sewajarnya. Dalam pengamatan peneliti selama ini, CV. WPIU menggunakan metode konvensional (Full Costing), seiring dengan diversifikasi produk yang diproduksi diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat. Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok –Jawa Barat)”.
2
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan oleh CV. WPIU selama ini?
2.
Apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada CV.WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini. 2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya mengamati dan mendeskripsikan pelaksanaan proses peroduksi dan menganalisis Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) pada beberapa jenis produk jus, yaitu jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas (wortel dan nanas). Hal ini dikarenakan ketiga jus tersebut yang produktif diproduksi setiap hari. Dianalisis secara kuntitatif dan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan pada perhitungan HPP dengan cara yang dilakukan oleh perusahaan dan dengan metode ABC, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dalam membandingkan hasil
3
kedua jenis perhitungan HPP. Batasan ini dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal waktu, biaya, dan tenaga.
1.5. Manfaat Penelitian Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan material harga pokok produksi 2. Bagi penulis, dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk memperoleh pengetahuan tentang harga pokok produksi. 3. Bagi pihak lain, yang berminat dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Jus Dalam buku Pujimulyani (2009:117), sari buah dapat diartikan sebagai cairan yang diambil atau diperas dari bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) dengan pengepresan atau cara mekanis yang lain. Sari buah keruh mengandung komponen sel dalam suspensi koloid dengan sejumlah hancuran jaringan.
2.2. Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah Pengolahan sari buah pada dasarnya merupakan suatu proses yang sederhana. Menurut Pujimulyani (2009:117), terdapat dua jenis pengolahan sari buah, yaitu sari buah jernih (clarified juice) dan sari buah keruh (unclarified juice). Proses pengolahan sari buah yang harus dilakukan adalah: 1. Sortasi, pengupasan dan pencucian Buah disortasi dan dipilih yang matang dan bebas dari kerusakan (biologis maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk menghilangkan kulit dan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang tidak dikehendaki. 2. Pemotongan dan penghilangan biji Setelah bahan bersih, pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran lima sentimeter, tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi blanching.
5
3. Blanching Buah yang telah dibelah diberi perlakukan blanching (perendaman pada air panas) pada suhu kurang lebih 85o C selama kurang lebih 10 menit. Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu uap (steam) menggunakan thermometer. 4. Ekstraksi Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah tersebut. Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press. 5. Penyaringan Bubur buah hasil ekstraksi dilakukan penyaringan dengan kain saring yang menghasilkan sari buah segar. 6. Penjernihan Sari buah yang baru dipress mengandung hancuran sel dan bahan koloid, senyawa pektat, gum, protein serta komponen lain. Sistem tersebut distabilkan dengan hidrasi pertikel dan muatan listrik atau ion-ion yang terserap oleh adanya pektin yang larut. Penjernihan spontan terjadi akibat pembentukan kompleks protein-protein, pektat tidak larut atau perubahanperubahan berganda yang menghasilkan endapan yang mengandung bahan tersuspensi dan komponen sari buah lainnya. Penjernihan spontan atau alami biasanya berjalan lambat sehingga jika diinginkan sari buah yang jernih maka proses penjernihan harus dipercepat. Cara penjernihan bisa dengan sentrifugasi atau filtrasi tetapi kurang efektif
6
karena adanya pektin maka sari buah viscous (pengendapan) dan penyaringan lambat. Proses penjernihan dapat dipercepat dengan menambah suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah. Penambahan senyawa tersebut merangsang pembentukan endapan dengan membawa bahan-bahan lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan yaitu gelatin yang akan dikombinasi dengan fenolat membentuk kompleks yang tidak larut, tetapi apabila jumlah berlebihan maka akan menstabilkan sistem koloidnya. Efektivitas penambahan bahan tersebut tergantung pada faktor suhu, pH dan konsentrasi ion-ion lain, misal oin ferri. 7. Stabilisasi Sari buah merupakan sistem dispersi, yaitu suatu sistem yang terdiri dari dua fase, fase satu sebagai pertikel yang harus tersebar merata dalam fase yang lain, jika fase terdispersi merupakan bahan padat dan medium pendispersinya cair maka disebut fase emulsi. Penampakan keruh pada sari buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan suspensinya. Kestabilan suspensi merupakan suatu keadaan padatan terdispersi merata dalam medium pendispersinya dan tidak terjadi penggabungan pertikel manjadi berukuran besar
yang
mengakibatkan
terjadinya
pengendapan.
Upaya
untuk
mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat penstabil yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecenderungan penggabungan pertikel dan pengendapan. Zat penstabil yang dapat ditambahkan yaitu hidrokoloid misalnya Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
7
Semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka stabilitas suspensi sari buah yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena gugus CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan membentuk jaringan tiga dimensi, sehingga air yang sebelumnya berada di luar granula bergerak bebas, tidak dapat lagi bergerak bebas. Penambahan hidrokoloid bersifat melindungi koloid yang dapat melapisi seluruh pertikel padatan sehingga mencegah terjadinya
penggabungan
pertikel-partikel
yang
terdispersi,
sehingga
suspensinya stabil. Pada sari buah keruh perlu dilakukan pencegahan proses penjernihan secara spontan. Penyaringan pada sari buah keruh dilakukan apabila bahan-bahan tersuspensi dihilangkan dengan proses finning. Pada beberapa jenis sari buah penghilangan protein dengan penambahan bentonit lebih efektif. 8. Pasteurisasi Pamanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sari buah. Seperti diketahui sari buah cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki terutama yeast dan masih memungkinkan adanya bau dan aroma khas dari buah. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80o C selama 20 menit. 9. Pembotolan dan penghilangan udara (exhausting) Sari buah yang telah dipasteurisasi dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat
8
dalam botol dihilangkan dengan jalan pemanasan dalam air mendidih selama kurang lebih lima menit. 10. Penutupan Setelah exhausting maka tahap selanjutnya adalah penutupan yang merupakan proses finishing dari pembuatan sari buah. Diagram alir alir pengolahan sari buah menurut Pujimulyani dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Buah matang
Sortasi, pengupasan, pencucian
Pemotongan dan penghilangan biji
Blanching
Ekstraksi
Penyaringan
Penjernihan (sentrifugasi/ filtrasi/ gelatine)
Pencampuran dengan stabilizer (CMC, gum arab, bahan hirrokoloid)
pasteurisasi
Sari buah keterangan:
Pembotolan
= bahan baku Exhausting
= hasil olahan sementara/ bahan penolong
Penutupan
= proses = produk
Sari
buah
dalam botol
Gambar 1.Diagram alir pengolahan sari buah Sumber: (Pujimulyani, 2009:123).
10
2.3. Harga Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono dkk, 2008: 465). Sedangkan menutur Kotler dan Armstrong (2003: 430), harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan atas barang atau jasa. Menurut
Swastha (1998: 241), harga adalah jumlah uang (ditambah
beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dari beberapa pengertian harga di atas, maka harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut pelayanannya.
2.4. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2005: 17) harga pokok produksi merupakan biayabiaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009: 60), harga pokok produksi adalah total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Menurut Krismiadji (2002: 41), harga pokok produksi adalah proses pembebanan biaya manufaktur (produksi) kepada produk yang dibuat. Mulyadi (2005: 65) menambahkan bahwa informasi harga pokok mempunyai manfaat sebagai berikut:
11
1. Menentukan harga jual produk 2. Memantau realisasi biaya produksi 3. Menghitung laba atau rugi periodik 4. menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
2.5. Metode Penetapan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2005: 17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan variable costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya overhead pabrik tetap), kemudian ditambah dengan biaya non produksi ( biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum). Sedangkan metode varibel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode variable costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
12
Metode full costing baik digunakan karena dapat membantu manajemen dalam mambuat keputusan jangka panjang. Selain itu metode full costing mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode variabel costing karena dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan metode variabel costing baik digunakan hanya untuk mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat digunakan utnuk mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat karena hanya memperhitungkan biaya variabel saja. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa keduanya merupakan metode konvensional yang berdasarkan metode volume based costing, dan yang sering dugunakan oleh perusahaan adalah metode full costing. Kelebihan dari metode konvensional adalah mudah diterapkan, mudah diaudit dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini tidak banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan biaya overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan auditor untuk malakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah lama diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini. Kelemahan dari metode konvensional adalah secara potensial mendistorsi biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam
13
suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar. Menurut Horngren dan Carles (1994: 56), metode perhitungan harga pokok terdiri dari dua metode, yaitu: 1. Volume Based Costing System Volume based costing system dikenal dengan sistem akuntansi biaya tradisional, dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya aktivitas penanganan produk sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk dengan volume produksi besar mendapatkan alokasi biaya yang besar dan produksi dengan volume produksi kecil dibebani biaya produksi yang relatif kecil pula. 2. Activity Based Costing System Activity based costing system merupakan suatu metode penentuan harga pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produk. Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk sesungguhnya. Konsep seperti ini mendorong adanya penggolongan aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan menghilangkannya sama sekali. Data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode ini lebih akurat.
14
2.6. Biaya dan Klasifikasinya Menurut Hansen dan Mowen (2006: 40), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi perusahaan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, 2009:30). Sedangkan menurut Krismiadji (2002: 18), biaya atau cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Menurut Bustami dan Nurlela (2009:5), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Prawironegoro dan Durwanti (2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang. Menurut Mulyadi (2005: 8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah tejadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan menjadi empat pokok dalam definisi biaya tersebut: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
15
Menurut Mulyadi (2005: 14-17), biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. Objek Pengeluaran Dalam
objek
ini,
nama
objek
pengeluaran
merupakan
dasar
penggolongan biaya, misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam fungsi pokok biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Biaya produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, menurut obyek pengeluarannya secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya adalah: iklan, promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran. c. Biaya administrasi dan umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya adalah: gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan
16
akuntan dan biaya foto kopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya Biaya ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a. Biaya langsung Adalah biaya yang terjadi, di mana penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik, contohnya adalah gaji mandor dan biaya listrik. 4. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dapat digolongkan menjadi: a. Biaya variabel Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
17
b. Biaya semi variabel Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan, biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya semi fixed Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu, contohnya adalah gaji direktur produksi. 5. Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pengeluaran modal Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun). Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besarbesaran dan pengeluaran-pengeluaran riset dan pengembangan suatu produk. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntasi terjadinya pengeluaran tersebut, contohnya adalah biaya iklan dan biaya tenaga kerja.
18
2.7. Definisi Activity Based Costing (ABC) Para ahli manajemen dan akuntansi mendefinisikan ABC sebagai berikut: Carter (2009: 528), ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu di alokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak barkaitan dengan volume (non-volume related factor). Witjaksono (2006: 208), mendefinisikan ABC adalah suatu metode akuntansi biaya di mana pembebanan harga pokok produksi merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produk barang atau jasa disebut sebagai cost driver. Menurut Garrison dan Brewer (2006: 440), mendefinisikan ABC sebagai metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC
adalah
suatu
pendekatan
penentuan
biaya
produksi
yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas (Komarudin, 2005: 15). Sedangkan menurut Mulyadi (2003: 53), ABC adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas. ABC didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas
19
ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi kepenyediaan produk atau jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan konsumen.
2.7.1. Kelebihan Sistem ABC Menurut Maher dan Deakin (1997:48) kelebihan sistem ABC adalah: 1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih rinci daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen. 2.
Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran dengan memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan dalam pengambilan keputusan tentang penetapan harga.
3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap kagiatan. Dengan metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan pula dapat mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui.
2.7.2. Kelemahan Sistem ABC Kelemahan sistem ABC menurut Garrison dan Brewer(2006: 472) adalah: 1. ABC adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan mahal. 2. ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh sistem tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional untuk menjalankan operasinya, intinya ABC mengubah aturan
20
main perusahaan, perubahan dalam organisasi khususnya yang mengubah aturan main cenderung mendapat perlawanan dari karyawan. 3. Data ABC dapat dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan dengan hati-hati ketika mengambil keputusan. Biaya yang dibebankan kepada produk, pelanggan dan obyek biaya lainnya hanya dilakukan bila secara potensial relevan. Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC, manajer harus mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu.
2.7.3. Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntasi Tradisional Menurut Mulyadi (1993: 187), perbedaan ABC dengan sistem Full Costing adalah sebgai berikut: 1. ABC
menitikberatkan
pertanggungjawaban
aktivitas
bukan
pertanggungjawaban biaya. Biaya terjadi sebagai akibat adanya aktivitas, oleh karena itu fokus pengendalian biaya diubah dari yang semula dipusatkan terhadap biaya, sekarang di pusatkan terhadap penyebab terjadinya biaya yaitu aktivitas. Karena aktivitas tidak dibatasi oleh pusat pertanggungjawaban seperti departemen, maka ABC bersifat menyeluruh dan merupakan pendekatan menyeluruh dalam pengendalian biaya. 2. Sistem
akuntansi
pertanggung
jawaban
full
costing
memfokuskan
pengendalian terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan manajer yang memiliki wewenang atas terjadinya biaya. Sedangkan dalam sistem ABC memfokuskan pengendaliannya terhadap aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan
21
aktivitas penambah dan bukan penambah nilai, sehingga dapat merencanakan program pengelolaan aktivitas dan memantau dampak program tersebut terhadap pengurangan biaya.
2.8. Penelitian Terdahulu Rahany (2003) yang meneliti tentang penetapan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing pada PT. Surabraja Food Industry Cirebon, Jawa Barat, menyimpulkan bahwa dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC dapat dilihat bahwa harga pokok produksi untuk kelompok produk yang bervolume besar akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan kerena dalam ABC, aktivitas yang diperhitungkan adalah aktivitas penambah nilai dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, sehingga penelitian ini merekomendasikan metode ABC untuk digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi bagi perusahaan.
2.9. Kerangka Pemikiran Tujuan dari didirikannya suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaannya, disamping tujuan lain yang bersifat sosial seperti memberikan kesempatan kerja atau memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Perencanaan keuntungan tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena penetapannya harus didasarkan pertimbangan baik dari intern maupun dari ekstern yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penetapan keuntungan itu sendiri.
22
Persaingan yang semakin ketat dalam industri minuman jus buah, terutama dalam persaingan harga jual membuat perusahaan harus jeli dalam menetapkan harga jualnya. Penetapan suatu harga jual tidak lepas dari penetapan harga pokok produksi, kerena dalam menentukan harga jual perlu dipertimbangkan harga pokok produksi disamping biaya pemasaran, administrasi dan umum. Dalam penetapan keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu tertentu, maka perusahaan perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari penjualan produksi dan biaya-biaya yang harus diperhitungkan dalam rangka penjualan produksi yang dimaksud. Perusahaan perlu menetapkan suatu harga pokok yang tepat dalam memasarkan produknya agar mampu bersaing di pasaran. Terdapat beberapa metode dalam penetapan harga pokok produksi, umumnya perusahaan menggunakan metode konvensional (full costing) dalam penetapan harga pokok produksinya. Metode ini mudah diaplikasikan namun kurang
mencerminkan
biaya-biaya
aktivitas
penanganan
produk
yang
sesungguhnya, sehingga penentuan harga pokok produksi kurang tepat. Untuk itu dilakukan
suatu
alternatif
perhitungan
harga
pokok
produksi
dengan
menggunakan metode ABC yang mendistribusikan biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas pembentukan produk secara terkoordinasi. Dengan metode ABC yang berbasis aktivitas, perusahaan lebih mudah mengendalikan kegiatan produksi dengan penekanan hanya pada aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan nilai tambah. Kedua metode yang digunakan dalam penetapan harga pokok produksi ini akan dihitung kemudian dibandingkan guna mengetahui metode mana yang akan
23
menguntungkan dua pihak, baik perusahaan ataupun konsumen, sehingga perusahaan mampu bersaing di pasaran dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Untuk lebih
jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada
Gambar 2 sebagai berikut.
24
CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul
Proses produksi perusahaan
Biaya Produksi 1.biaya langsung, 2. biaya tidak langsung
Metode penetapan harga pokok produksi
Penetapan harga pokok produksi perusahaan (konvensional)
Penetapan harga pokok produksi dengan metode ABC
Hasil analisis
Metode Full Costing
Metode ABC
Kelebihan: mudah diterapkan Kelemahan: tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya dalam pembuatan produk
Kelebihan: mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya pada setiap aktivitas dalam pembuatan suatu produk. Kalemahan: rumit dalam perhitungan HPP
Metode Penetapan harga pokok produksi yang direkomendasikan bagi perusahaan
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2010. Perusahaan ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi perkembangan yang baik pada masa yang akan datang, selain itu adanya transparansi data-data yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitiannya di perusahaan tersebut.
3.2. Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-dokumen perusahaan. Data sekunder melangkapi data primer dan diperoleh dari literaturliteratur berupa buku teks, skripsi, maupun literatur lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini. 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
26
1. Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis jus apa saja yang diproduksi oleh CV.WPIU, biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi jus buah, bahan-bahan apa saja yang dibutuhakan dalam memproduksi jus buah, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi jus buah, dan gambaran umum tentang perusahaan. Wawancara dilakukan dengan pemilik sekaligus manajer CV.WPIU. 2. Observasi Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Variabelvariabel yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang berlangsung pada saat proses produksi. 3. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur-literatur yang dianggap relevan dengan penelitain ini.
3.4. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
3.4.1. Analisis Kualitatif Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil yang didapat dari wawancara dan observasi. 27
3.4.2. Analisis Kuantitatif Metode analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif harga pokok produksi adalah melalui pendekatan perhitungan yang dilakukan oleh CV.WPUI yaitu dengan metode full costing dan dengan metode yang akan diteliti yaitu dengan metode activty based costing (ABC). Pengolahan data kuantitatif ini menggunakan alat bantu kalkulator. 3.3.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Sebelum dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC, terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang sudah biasa dilakukan oleh perusahaan, kemudian kedua metode ini dibandingkan. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan adalah perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing diperoleh dengan menjumlahkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (BOP). Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Pokok Produksi (HPP) = Biaya Bahan Baku (BBB) + Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) + Biaya Overhead Pabrik (BOP) 3.3.2.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC). Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus. Keseluruhan biaya yang akan dikalkulasikan dapat dikelompokkan ke dalam: 28
1. Biaya utama: mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung 2. Biaya overhead bersama: mencakup biaya listrik, biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya depresiasi bangunan, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, dan biaya kemasan. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan aktivitas produksi, pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan aktivitas-aktivitas sesungguhnya yang dilakukan pada saat proses produksi berlangsung. 2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas, pada tahap ini yang dilakukan adalah menggolongkan biaya-biaya produksi yang terjadi berdasarkan aktivitas produksi yang sudah ditentukan. 3. Menentukan cost drivers dan nilainya, dimana perhitungannya terdiri atas: 1. Biaya listrik dengan cost drivers lama pemakaian. 2. Depresiasi mesin dan peralatan dengan cost drivers jam mesin dan jam peralatan. 3. Depresiasi bangunan dengan cost drivers alokasi luas lantai. 4. Biaya gas dengan cost drivers jam mesin. Nilai cost drivers atas aktivitas dihitung dengan cara membagi masingmasing biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers-nya
29
4. Menghitung nilai tarif/aktivitas, nilai tarif/aktivitas dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers atas aktivitasnya. 5. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk, produksi jus memiliki nilai aktivitas yang didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai pemicu biayanya (cost drivers). Nilai biaya/aktivitas/produk dihitung dengan mengalikan nilai tarif/aktivitas dengan nilai aktivitas yang membentuk produk. 6. Perhitungan harga pokok produksi, tahap terakhir adalah menghitung harga pokok produksi yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
3.4.3. Aktivitas Proses Produksi Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus. Adapun aktivitas tersebut akan disajikan pada Gambar 3.
30
Penimbangan
Pengupasan dan Pencucian
Blancing dan Penirisan Penghancuran atau Penghalusan Filtrasi Pertama
Pemasakan Filtrasi ke dua
pengemasan Gambar 3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU
3.4. Definisi Oprasional 1.
Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam membuat produk jus, biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai selama periode 2009.
2.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengupah tenaga kerja langsung, di mana jasa yang diberikan dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.
31
3.
BOP sesungguhnya yang terjadi pada saat proses produksi yang terdiri atas biaya listrik mesin, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi bangunan, biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, dan biaya kemasan.
4.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengupah tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja yang bekerja bukan pada proses produksi, di mana jasa yang diberikan dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.
5.
Depresiasi bangunan yang digunakan adalah besarnya luas lantai yang digunakan dan biaya depresiasi mesin dialokasikan berdasarkan penggunaan jam mesin.
32
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Umum Perusahaan Awal berdirinya CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah kelompok kerja yang bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka macam produk olahan seperti jus, sirup, selai dan instan. Seiring berjalannya waktu, maka kelompok kerja tersebut masing-masing membuat usaha sendiri. Salah satu kelompok yang memisahkan diri tersebut adalah CV.WPIU Ada komitmen dari masing-masing kelompok untuk mengatur jenis produksi olahan buah menjadi jus, sirup, selai dan instan sebagai produk utamanya. Namun bukan berarti tidak boleh memproduksi jenis olahan yang lain, maka CV.WPIU yang sebenarnya memproduksi jus tetapi juga produk olahan lainnya seperti sirup dan selai, meskipun belum diproduksi secara kontinu setiap hari dan hanya diproduksi bila ada pesanan saja atau untuk pameran. Pada bulan september 2005 berdirilah CV.Winner Perkasa Indnesia Unggul dengan Ibu Maria Gigih Sandy sebagai pemiliknya. Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul, digunakan oleh pemiliknya agar CV ini menjadi pemenang di dalam industri pengolahan buah, baik di dalam negri maupun di manca negara. Penggunaan kata Indonesia agar Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh bangsa lain dan mereka mengetahui bahwa Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang unggul. Dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di sekitar lokasi perusahaan, CV.WPIU berupaya menguasai pasar lokal dan mendorong masyarakat lokal
33
mencintai produk Indonesia. Target ini dijadikan sebagai misi yang harus dicapai oleh CV.WPIU ke depannya. Adapun visi CV.WPIU adalah mensejahterakan masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan guna menciptakan lapangan kerja bagi warga terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang putus sekolah yang telah menginjak usia kerja. Sebenarnya CV.WPIU belum memiliki struktur organisasi yang seharusnya diterapkan didalam suatu perusahaan. Kekuasaan tertinggi dimiliki oleh Ibu Maria selaku pemilik, yang juga merangkap sebagai pengawas pada setiap proses produksi dan pemasaran. Apabila Ibu Maria berhalangan, maka tugas tersebut dialihkan kepada anaknya yang juga mempunyai saham dalam CV tersebut. Tanaga kerja yang bertugas pada masing-masing bagian langsung di bawah pemilik. Adapun struktur organisasi perusahaan CV.WPIU dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Manajer ----------------
Staf memasak
Staf pengemasan
komanditer
Staf administrasi
Gambar 4. Struktur Organisasi CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jumlah tenaga kerja tetap CV.WPIU saat ini berjumlah enam orang, perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan alasan tertentu pemiliknya. Namun demikian, untuk mencapai visi perusahaan pemilik berkomitmen menambah jumlah tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Contohnya
34
pada bulan Ramadhan, perusahaan dapat merekrut 18 tenaga kerja tambahan mengantisipasi permintaan produk yang meningkat. Bahan baku buah belimbing diperoleh dari pusat koprasi belimbing dewa atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, sedangkan bahan baku buah jambu diperoleh dari petani jambu yang berada di sekitar perusahaan. Dan untuk bahan baku nanas serta wortel diperoleh dari pasar tradisonal. Bahan tambahan makanan diperoleh dari toko yang menjual perlengkapan bahan-bahan pembuatan kue sehingga aman untuk dikonsumsi, untuk kemasan CV.WPIU mambelinya pada toko khusus yang menyediakan kemasan plastik untuk makanan. Karton kemasan dipesan secara khusus pada percetakan karton. Untuk saluran distribusi CV.WPIU memasarkan produknya melalui agenagen yang menjual kepada konsumen akhir. Namun tidak jarang pihak CV.WPIU memasarkannya secara langsung ke koperasi-koperasi di sekolah atau dinas pemerintahaan yang berada di kota Depok. Pasar yang dituju begitu beragam mulai dari ibu-ibu PKK, pekerja kantoran atau dinas pemerintahan termasuk kepada anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada permintaan dari luar kota seperti dari Riau. Alur pemasaran produk CV.WPIU dapat digambarkan sebagai berikut:
CV. WPIU
CV.WPIU
Agen
Koperasi
Koprasi
Konsumen Akhir
Konsumen akhir
Gambar 5. Saluran Tata Niaga Jus Buah Pada CV.WPIU.
35
4.2. Peralatan Produksi Pada CV.WPIU Peralatan yang dibutuhkan dan digunakan selama pembuatan jus buah belimbing cukup sederhana, dan bisa kita temukan sehari-hari di rumah sebagai peralatan dapur. Adapun peralalatan-peralatan tersebut adalah: 1. Keranjang plastik Keranjang plastik digunakan sebagai wadah atau tempat untuk meletakkan buah yang diterima dari suplier atau buah yang telah dibeli di pasar. 2. Timbangan Timbangan adalah salah satu alat penting yang digunakan dalam proses penerimaan bahan baku. Timbangan yang digunakan adalah timbangan manual. Timbangan manual digunakan untuk menimbang buah yang akan digunakan sebelum dilakukan proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak bahan baku buah yang akan diolah selanjutnya. 3. Pisau tahan karat (stainless steel) Pisau berfungsi untuk membersihkan dan mengupas buah. Trimming (pemangkasan) yaitu proses pembuangan bagian buah yang tidak berguna (tidak dapat dimakan). 4. Blender Blender berfungsi untuk menghancurkan buah setelah dilakukan penimbangan dan pencucian.
36
5. Bak plastik Bak plastik digunakan untuk menempatkan buah yang telah selesai dibersihan. Bak plastik juga digunakan dalam melakukan pencelupan buah ke dalam air panas sebelum buah dihancurkan. 6. Penyaring atau saringan Penyaring atau saringan adalah alat yang digunakan untuk menyaring hasil penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir pengolahan jus agar dihasilkan jus buah yang jernih. 7. Kompor Kompor adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses pemasakan dan pencampuran bahan baku utama dan bahan baku tambahan. 8. Panci stainless steel Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus buah. 9. Pengaduk Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku yang telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas kompor. 10. Pengemas Water Dispenser Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup yang digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus buah ke dalam botol plastik kemasan.
37
11. Krat Botol Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus buah yang telah selesai dikemas dalam botol plastik kemasan. Jus buah tersebut disusun dalam krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin. 12. Lemari Pendingin Lemari pendingin adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyimpan produk akhir jus buah yang telah selesai dikemas. Biasanya lemari pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang tidak lolos uji visual yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan karena jus buah yang masih terlalu panas sudah dikemas. 13. Botol Plastik dan Label Kemasan botol plastik yang digunakan adalah dengan ukuran berat bersih (netto) 250 ml. Kemudian penutup botol yang digunakan sebagai penutup kemasan botol plastik adalah dari jenis plastik. Adapun bahan label yang digunakan adalah berupa kertas label yang berfungsi sebagai identitas produk (brand image) dan selain itu juga untuk memperindah penampakan atau daya tarik. 14. Karton Karton yang digunakan sebagai wadah pengepak adalah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30cm x 25cm dengan kapasitas 24 buah botol jus buah.
38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU). Dari hasil penelitian diketahui bahwa CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu biji merah dan jus buah wortel dan nanas (Wornas), selain tiga produk tersebut CV.WPIU juga memproduksi jus buah seperti jus mangga dan jus buah yang lain sesuai musimnya. Selain memproduksi jenis jus buah CV.WPIU juga memproduksi sirup buah, dan selai buah. Untuk produksi jus buah musiman, sirup buah, dan selai buah, tidak dibahas dalam penelitian ini dikarenakan produk-produk tersebut merupakan produk pesanan yang hanya diproduksi apabila ada pesanan saja atau sedang ada pameran, sehingga tidak secara kontinu diproduksi setiap hari dan pada penelitian ini tidak dibahas tentang penentuan harga pokok pesanan. Pada dasarnya proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV,WPIU adalah sama, baik itu dari alat yang digunakan maupun bahan pembantu yang dipakai. Perbedaannya terletak pada bahan baku (buah), banyaknya bahan pembantu yang dipakai serta beberapa jenis bahan pembantu yang dipakai menurut jenis jusnya. Khusus untuk produk jus wornas menggunakan dua macam bahan baku yang kemudian dicampur menjadi satu. Adapun tahapan proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV.WPIU adalah sebagai berikut:
39
1. Penimbangan Kegiatan pertama yang dilakukan oleh CV. WPIU adalah penimbangan, yaitu kegiatan untuk menimbang bahan baku utama yaitu buah belimbing, buah jambu dan buah nanas serta wortel. Penimbangan ini dilakukan dengan menggunakan timbangan manual. Tujuan dari penimbangan buah adalah untuk mengetahui seberapa banyak bahan baku utama, yaitu buah segar yang dibutuhkan sehingga takaran buah yang akan digunakan akan dapat disesuaikan dengan penambahan bahan tambahan lainnya seperti takaran air dan bahan tambahan makanan. Penimbangan juga dilakukan untuk menimbang seberapa banyak jumlah bahan tambahan yang diperlukan, yaitu penggunaan natrium benzoate dan gula. 2. Pengupasan dan Pencucian Pengupasan dan Pencucian adalah suatu kegiatan yang dilakukan CV.WPIU untuk membersihkan buah-buahan yang akan digunakan untuk membuat jus dari segala kotoran atau debu yang menempel. Selain itu dilakukan juga pembuangan bagian buah yang tidak diperlukan, dan dilanjutkan dengan pengupasan dan pencucian. Buah-buahan yang akan digunakan kemudian ditiriskan dan diletakkan dalam bak plastik. 3. Blancing Blancing
atau
yang
biasa
disebut
dengan
perendaman
dengan
menggunakan air panas adalah kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh CV. WPIU. Blancing adalah kegiatan mencelupkan dan merendam buah kedalam air panas pada suhu 100 oC dengan tujuan untuk menginaktifkan atau mematikan
40
mikroorganisme yang patogen, sehingga buah-buahan yang akan dugunakan dalam proses pengolahan tidak tercemar, higienis, dan aman dikonsumsi. Tujuan lain dilakukannya blancing adalah untuk memudahkan penghancuran. 4. Penirisan Penirisan adalah mengeringkan buah-buahan setelah dilakukan blancing memakai alat bak plastik selama 15 menit, dengan cara diangkat, ditiriskan, dan dikeringkan di tempat yang telah disediakan sebelum dilakukan proses penghancuran. 5. Penghancuran atau Penghalusan Penghancuran atau penghalusan adalah kegiatan menghancurkan atau menghaluskan buah yang telah selesai direndam dalam air panas. Penghancuran buah dilakukan dengan menggunakan blender sampai menyerupai bubur. Tujuan dari dilakukannya proses penghancuran untuk mendapatkan cairan sari buah dan mempermudah dalam proses pemasakan jus buah. 6. Filtrasi Pertama Proses filtrasi atau penyaringan dilakukan dengan menggunakan alat penyaring yang disebut filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring ampas kasar atau memisahkan ampas kasar dari cairan sari buah hasil penghancuran buah tersebut. Filter yang digunakan oleh CV. WPIU adalah filter sederhana, yaitu saringan. Hasil penghancuran buah menghasilkan cairan sari buah yang bercampur dengan ampas atau serat kasar dari buah. Hasil penghancuran yang dihasilkan tersebut langsung difiltrasi dengan menggunakan saringan yang ditempatkan dalam bak plastik.
41
7. Pemanasan Larutan Penstabil / pengental Proses berikutnya adalah menyiapkan larutan penstabil yang terdiri dari bahan penstabil Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan air matang. Cara penyiapan larutan penstabil yaitu bahan penstabil CMC dilarutkan di dalam air panas kemudian dipanaskan dalam panci stainless steel di atas kompor sambil terus diaduk. Pengadukan ini bertujuan agar bahan penstabil CMC yang belum terlarut dalam air tidak menempel pada dinding bagian dalam panci stainless steel, karena ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat bahan penstabil CMC mudah hangus. 8. Homogenisasi Homogenisasi adalah proses pengenceran dan pencampuran cairan sari buah yang telah diperoleh dari hasil filtrasi yang kemudian dilakukan pengenceran dan pencampuran dengan air dan bahan pembantu yaitu CMC sebagai pengental yang sudah dipanaskan dalam panci stainless steel. 9. Pemasakan Proses selanjutnya adalah pemasakan, yaitu pencampuran sari buah yang telah dihomogenisasi ke dalam larutan penstabil yang berada dalam panci stainless steel di atas kompor dengan api sedang dengan suhu + 75o-90oC selama 30 menit. selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar semua bahan yang dimasak tercampur dengan rata dan menghasilkan kualitas akhir pemasakan yang baik dan bermutu. Jeda pengadukan tidak boleh terlalu lama agar jus buah cepat masak dan mendidih.
42
10. Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan). Proses yang dilakukan selanjutnya adalah penambahan bahan pemanis yaitu gula pasir, setelah jus mencapai setengah matang yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik air di sisi-sisi panci stainless steel namun belum mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir sebagai pemanis, natrium benzoat sebagai bahan pengawet, citrun sebagai pengatur keasaman, pewarna makanan yang sesuai dengan jus yang sedang diproduksi. 11. Filtrasi Kedua Setelah proses pemasakan selesai maka proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah penyaringan atau filtrasi yang kedua, yaitu menyaring kembali hasil olahan jus buah yang telah matang dengan alat penyaring yang diletakkan di atas alat pengemas water dispenser. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir olahan jus buah yang jernih tanpa ampas sehingga akan didapatkan tampilan yang menarik ketika sudah dilakukan pengemasan. 12. Persiapan Pengemasan dan Pengemasan Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah mempersiapkan proses pengemasan yaitu menyiapkan kemasan botol plastik sebagai pengemas dan menyiapkan krat-krat botol yang sudah diisi air dingin untuk proses pendinginan, maka proses selanjutnya adalah mengemas hasil olahan jus buah ke dalam kemasan botol plastik berkapasitas 250 ml. Proses pengemasan dilakukan setelah hasil olahan jus buah tersebut ditambahkan essense (penguat rasa buah), kemudian didiamkan selama 60 menit untuk mendapatkan jus buah yang hangat dan belum terbentuk endapan dari ampas halus buah .
43
Pengemasan dilakukan dengan cara mengeluarkan jus buah melalui kran dispenser dan ditampung dalam kemasan botol plastik yang berada di bawahnya, kemudian langsung ditutup dengan penutup botol plastik untuk menghindari kontak langsung dengan udara. Jus buah yang telah selesai dikemas dalam botolbotol plastik dan langsung ditempatkan ke dalam krat-krat botol yang telah diisi dengan air dingin. Proses ini dinamakan dengan proses pendinginan. Proses pendinginan ini dimaksudkan agar jus buah yang masih dalam keadaan hangat tersebut cepat dingin agar secepatnya dapat dilakukan proses pelabelan. Untuk lebih jelasnya diagram alir pengolahan sari buah pada CV.WPIU dapat dilihat pada Gambar 6.
44
Buah matang
penimbangan Pengupasan dan Pencucian
Blacing
Penghancuran atau Penghalusan Filtrasi Pertama Pemanasan Larutan Penstabil
Homogenisasi
Pemasakan
Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahna pemanis, bahan pengawet makanan, banhan pengtur keasaman, pewarna makanan) keterangan:
Filtrasi ke dua = bahan baku Sari buah Pembotolan dan penutupan
= hasil olahan sementara/ bahan pelolong = proses
Sari
buah
= produk
dalam botol Gambar 6. Diagram alir pengolahan sari buah pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul
45
5.2. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam biaya langsung, dan biaya overhead pabrik dikelompokkan ke dalam biaya tidak langsung. 5.2.1. Penggunaan Biaya Langsung Pada proses produksi jus buah sumber daya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang dapat dengan mudah ditelusuri secara langsung kesatuan produk jus. a.
Biaya Bahan Baku Selama periode tahun 2009, kebutuhan dan biaya bahan baku untuk setiap
jenis jus buah perhari bersifat konstan, yaitu sebanyak 15kg buah belimbing, 10kg buah jambu biji merah, 1,5kg wortel dan 3,5kg buah nanas. Dengan harga Rp.4.000/kg
untuk
buah
belimbing,
jambu
biji
merah
dan
wortel,
Rp.4.300/kg untuk buah nanas, dengan asumsi pemakaian 5 buah nanas untuk takaran 3,5kg sehingga harganya menjadi Rp.15.000/3.5kg. Semua jenis jus buah yang diproduksi oleh CV.WPIU dikerjakan dalam 26 hari kerja per bulan selama satu tahun, sehingga dalam periode analisis tahun 2009 total bahan baku yang digunakan oleh setiap jenis jus buah adalah sebanyak 4680kg buah belimbing, 3120kg buah jambu biji merah, 468kg wortel
46
dan 1092kg buah nanas. Data biaya bahan baku produksi CV.WPIU dijabarkan pada Tabel 1 di bawah ini: Tebel 1. Biaya Bahan Baku Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 Bahan Baku Belimbing Jambu Biji Merah Wortel Nanas Total
Biaya Bahan Banyaknya Baku (Rp/kg) Bahan Baku (kg) 4.000 4.680 4.000 3.120 4.000 4.68 4.300 1.092 9.360
Biaya Bahan Baku (Rp) 18.720.000 12.480.000 1.872.000 4.695.000 37.767.600
b. Biaya Tenaga Karja Langsung Tenaga kerja langsung bekerja selama delapan jam per hari dalam 26 hari kerja per bulan, untuk empat orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah sebesar Rp.650.000/bulan/orang dengan total biaya Rp.31.200.000. Biaya tenaga karja langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis jus. Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.15.600.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja langsung, untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.10.400.500 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja langsung, sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.5.199.900 dari 16,66 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja langsung.
47
5.2.2. Penggunaan Biaya Tidak Langsung Pengguanaan biaya tidak langsung akan menimbulkan biaya tidak langsung di luar biaya langsung. Biaya tidak langsung sering disebut biaya overhead pabrik (BOP), jenis biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi pada CV.WPIU adalah biaya bahan tambahan, biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya listrik, biaya gas dan biaya overhead bersama. a. Biaya Bahan Tambahan Bahan tambahan (additive) adalah bahan yang dipergunakan untuk menambah nilai gizi atau cita rasa dari produk olahan (Ditjen PPHP, 2006: 7). Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, penampakan, kekentalan dan pengawetan, bahan pembantu yang digunakan dalam memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu dan jus buah wornas (wortel dan nanas) pada dasarnya sama, yaitu: bahan pemanis (gula), bahan penstabil CMC (Carboxy Methyl Cellulose), bahan pengawet makanan (Natruim Benzoat), bahan pengatur keasaman (Citrun), bahan pewarna makanan dan essense (bahan untuk citarasa atau aroma buah agar lebih kuat). Perbedaan penggunaan bahan tambahan hanya pada jumlah atau takaran, pewarna makanan dan essense pada setiap kali memproduksi masingmasing jenis jus buah, bahan tambahan seperti Natrium Benzoat, Citrun, Pewarna Makanan dan essense akan disebut sebagai bahan tambahan lain-lain, adapun perhitungannya disajikan pada Tabel 2.
48
Tabel 2: Biaya Bahan Tambahan Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV. WPIU Tahun 2009 Jenis Bahan Tambahan
Gula (kg)
Harga Satuan (Rp)
10.000.
CMC (kg) 50.000. Bahan 10.000. Tambahan Lain-Lain Total (Rp) Keterangan: Q = Quantity
Produk
Belimbing Q Rp 4680 46.800.000.
Wornas Q Rp 1560 15.600.000.
975.000. 195.000.
Jambu Q Rp 312 31.200.000. 0 13 650.000 13 130.000.
47.970.000.
31.980.000.
15.990.000
19,5 19,5
6,5 6,5
325.000. 65.000.
b.Biaya Pengemasan Bahan kemasan yang digunakan pada setiap jenis produk jus buah yang diproduksi oleh CV.WPIU adalah kemasan botol dan karton. Botol yang digunakan adalah botol plastik dengan label merek dagang CV.WPIU dan nama jenis dari jus buah yang terkandung di dalamnya serta keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan isi dari jus tersebut. Botol yang digunakan berukuran berat bersih 250ml. Karton digunakan sebagai tempat untuk mengepak jus yang sudah dikemas dalam botol, karton yang digunakan berukuran 30cmx25cm dengan kapasitas 24 botol jus per karton dengan merek dagang CV.WPIU. Total biaya kemasan dari masing-masing jenis jus tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Total biaya kemasan botol pada tahun 2009 untuk produk jus belimbing adalah sebesar Rp.157.248.000, untuk jenis produk jus jambu sebasar Rp.104.832.000, dan untuk jenis produk jus wornas sebesar Rp.52.416.000, atau
49
Rp.1.000/botol untuk setiap jenis jus dan dialokasikan berdasarkan jumlah volume yang dihasilkan pada setiap masing-masing jenis jus. Biaya karton per satuan buah adalah sebesar Rp.1.500, sehingga total biaya karton yang dikeluarkan pada tahun 2009 untuk masing-masing jenis produk jus buah adalah Rp.9.828.000 untuk jus belimbing, Rp.6.552.000 untuk jus jambu, Rp.3.726.000 untuk jus wornas. Pemakaian karton untuk jenis jus belimbing, jus jambu, jus wornas masing-masing adalah sebanyak 6.552 karton, 4.368 karton, 2.184 karton. c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang bekerja tidak secara langsung menangani proses produksi atau bekerja di luar proses produksi sebagai bagian tenaga administrasi dan lain-lain. Tenaga kerja tidak langsung bekerja selama delapan jam per hari selama 26 hari kerja per bulan, untuk dua orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah sebesar Rp.650.000.00/ bulan/orang dengan total biaya Rp.15.600.000. Biaya tenaga kerja tidak langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung untuk masing-masing jenis jus. Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.7.800.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung. Untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.5.200.000 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung. Sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan
50
biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.2.600.000 dari 16,66 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung. d. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Fasilitas (bangunan) serta peralatan produksi dikenakan biaya penyusutan yang disajikan pada Lampiran 3, perhitungan nilai penyusutan diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus (Straigh- Line methode) (Simamora, 1999: 307). Metode garis lurus mengalokasikan beban penyusutan yang sama besarnya selama masa manfaat aktiva. Rumus metode garis lurus adalah biaya perolehan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi taksiran masa manfaat aktiva atau umur ekonomis (dalam tahun). Umur ekonomis untuk penggunaan bangunan diasumsikan selama 20 tahun, untuk mesin dan peralatan selama 5 tahun dan 3 tahun. Nilai sisa bangunan, mesin dan peralatan diasumsikan sebesar 10 % dari harga pembeliannya. Total biaya penyusutan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.5.892.600 yang akan dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksi jenis jus belimbing, jus jambu, jus wornas, yaitu masing-masing sebesar Rp.2.946.300.00, Rp.1.964.183.00 dan Rp.982.107.00 terhadap total biaya penyusutan ketiga jenis jus tersebut. Penyusutan peralatan mesin blender, pengaduk, pisau dan gayung tidak disertakan dalam penyusutan peralatan karena umur ekonomisnya telah habis masa pakai, namun masih dapat digunakan dan tidak mengganggu produktivitas perusahaan, sedangkan untuk saringan dikarenakan setiap bulan diganti sehingga
51
dihitung berdasarkan jumlah pemakaiannya dalam satu tahun atau dalam periode analisis. e. Biaya Listrik dan Gas Sumber daya yang digunakan dalam memproduksi jenis jus buah pada CV.WPIU adalah tenaga listrik dan gas, biaya-biaya akibat penggunaan tenaga listrik dan pemakaian gas terdapat pada Tebel 3. Tabel 3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU Tahun 2009 Jenis Biaya Nilai (Rp) Pemakain Listrik 2.160.000 Pemakain Gas 4.680.000 Jumlah 6.840.000 Biaya penggunaan listrik dan gas untuk jenis jus belimbing, jambu, dan wornas, didasarkan pada persentase jumlah produksinya. Pada jus belimbing, jus jambu dan jus wornas masing-masing biaya penggunaan listriknya adalah sebesar,
Rp.1.080.000,
Rp.720.000
dan
Rp.360.000,
sedangkan
untuk
penggunaan gas pada masing-masing jenis jus adalah sebesar Rp.2.340.000, Rp.1.560.000 dan Rp.780.000. Biaya penggunaan listrik dan gas untuk masing-masing jenis jus dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya listrik dan gas pada masing-masing jenis jus. f. Biaya Overhead Bersama Biaya operasional overhead bersama dalam satu tahun tahun mencapai Rp.15.840.000, kebutuhan biaya tersebut digunakan untuk telepon, bensin, sewa motor dan bongkar muat. Biaya operasional overhead barsama disajikan pada Tabel 4 berikut ini. 52
Tabel 4. Biaya Overhead Bersama Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 Jenis Overhead Telepon Bensin Sewa Motor Bongkar Muat Jumlah
Biaya (Rp/tahun) 1.200.000 6.240.000 7.200.000 1.200.000 15.840.000
Biaya penggunaan bensin masing-masing jenis jus dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya bensin, misalnya untuk produk jus belimbing dengan persentese 50% dibebankan biaya bensin sebesar Rp.3.120.000. Untuk produk jus jambu dengan persentase 33,33% dibebankan biaya bensin sebesar Rp.2.080.116, sedangkan untuk jus wornas dengan persentase 16,66% dibebankan biaya bensin sebesar Rp.1.039.884 dari total biaya bensin ketiga produk jus tersebut. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh biaya-biaya overhead bersama lainnya untuk masing-masing jenis produk jus tersebut.
5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Metode penetapan harga pokok produksi (HPP) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang digunakan oleh perusahaan atau metode konvensional (full costing) dan metode activity based costing (ABC), metode ABC digunakan sebagai pembanding, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui metode mana yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan.
53
5.3.1. Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full costing Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan, didasarkan pada persentase jumlah produksi yang diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya produksi masing-masing jenis jus dengan total produksi yang dihasilkan oleh semua jenis jus dalam periode analisis. Persentase jumlah produk jenis jus belimbing adalah sebesar 50 % dengan jumlah produksi sebanyak 157.248 botol/tahun, persentase jus jambu adalah sebesar 33,33 % dengan jumlah produksi sebanyak 104.832 botol/tahun, dan persentase jus wornas adalah sebesar 16,66 % dengan jumlah produksi sebanyak 52.416 botol/tahun. Total produksi dari ke tiga jenis jus selama periode analisis adalah sebesar 314.496 botol. Data produksi CV.WPIU dijabarkan pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 Jenis Produk Jus
Jumlah Produksi (Botol)
Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Total
157.248 104.833 52.416 314.496
Persentase Total Produksi dari MasingMasing Jenis Jus (%) 50 % 33,33 % 16,66 %
5.3.2. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pandekatan Metode ABC Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan, didasarkan aktivitas yang dilakukan pada setiap proses produksi, perhitungannya diperoleh dengan cara mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam setiap produksi masing-masing jenis jus buah. Proses perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 54
1. Menentukan aktivitas produksi. 2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas. 3. Menentukan cost drivers dan nilainya. 4. Menghitung nilai tarif/aktivitas. 5. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk. 6. Perhitungan harga pokok produksi. Tahap terakhir penghitungan adalah mencari harga pokok produksi, dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (yang telah diketahui berdasarkan aktivitas pada saat proses produksi).
5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV.WPIU selama ini adalah metode konvensional dengan pendekatan full costing dalam periode akuntansi satu tahun. Harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap. Pada laporan keuangan perusahaan tidak memisahkan biaya overhead pabrik untuk masingmasing jenis produk jus, akan tetapi biaya tersebut digabungkan pada ketiga jenis produk jus tersebut. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik, perusahaan menggunakan dasar pembebanan berdasarkan kuantitas produk yang dihasilkan bukan berdasarkan aktivitas, alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan didasarkan pada persentase jumlah produksi dari masing-masing jenis produk jus.
55
Dari perhitungan biaya sumberdaya langsung dan biaya sumberdaya tidak langsung, maka dilakukan perhitungan harga pokok produksi untuk ke tiga jenis produk jus buah pada periode tahun 2009 seperti yang tertera pada Lampiran 4. Total biaya produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya sumberdaya langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) dengan biaya sumberdaya tidak langsung (BOP dan BOP bersama). Sedangkan perhitungan harga pokok produksi per botol diperoleh dengan membagi antara total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh masing-masing jenis jus pada periode analisis tersebut. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dapat diketahui bahwa biaya produksi untuk jenis produk jus belimbing adalah sebesar Rp.271.452.300, jumlah tersebut diperoleh dengan mengakumulasi biaya bahan baku sebesar Rp.18.720.000, dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.15.600.000, dan BOP sebesar Rp.237.132.300, serta BOP bersama sebesar Rp.7.920.000. Harga pokok produksi per botol produk jus belimbing adalah sebesar Rp.1.726, jumlah tersebut diperoleh dengan membagi total biaya produksi untuk jenis jus belimbing sebesar Rp.271.452.300 dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh jenis jus belimbing sebanyak
157.248 botol.
Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh harga pokok produksi per botol untuk jenis produk jus jambu dan jus wornas, yaitu masing-masing sebesar Rp.1.726, Rp.1.743 (Lampiran 4). Hasil perhitungan harga pokok produksi ke tiga jenis jus dapat diketahui selisihnya dengan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar
56
Rp.2.750/botol untuk semua jenis produk jus buah. Selisih dari jenis produk jus belimbing, jus jambu dan jus wornas masing-masing adalah Rp.1.024/botol, Rp.1.024/botol, dan Rp.1.018/botol. Perhitungan harga pokok produksi untuk semua jenis produk jus buah tersebut menggunakan rasio berdasarkan volume produksi, penggunaan volume produksi sebagai pemacu biaya (cost drivers) kurang relevan karena pada kenyataannya terdapat beberapa aktivitas dan biaya overhead yang tidak berhubungan langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dalam metode konvensional, biaya overhead pabrik dianggap proporsional dengan persentase produk yang diproduksi. Biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada satuan produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak proporsional dengan konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Penentuan harga pokok produksi seperti ini mudah diaplikasikan, akan tetapi mengakibatkan kesalahan dalam pembebanan biaya overhead, untuk produk yang diproduksi dalam jumlah besar akan menerima pembebanan BOP yang lebih besar, sebaliknya untuk produk yang diproduksi dalam jumlah kecil akan menerima pembebanan BOP yang kecil pula.
5.5. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Metode activity based costing (ABC) mencoba untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya produk terutama pembebanan pada biaya overhead pabrik, biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitas secara nyata yang terjadi dalam proses produksi.
57
5.5.1. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing Perhitungan HPP untuk jenis produk jus belimbing dengan metode ABC dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan perhitungan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi aktivitas. b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas. c. Menentukan cost drivers dan nilainya. d. Menghitung nilai tarif/aktivitas. e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk . f. Perhitungan HPP. Adapun perincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Aktivitas Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam produksi jus belimbing, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi. Adapun aktivitas produksi jus belimbing terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi kedua, dan pengemasan. b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,
58
penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi. Selain itu perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia. Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas, bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan, biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus belimbing tahun 2009, seperti yang tertera pada Lampiran 5. Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus belimbing sebesar 0.90 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan listrik untuk dua buah kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama 3 jam/hari, listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5 jam/hari, sedangkan listrik untuk blender jus wornas selama 0,33 jam/hari, listrik air selama 3 jam/hari. Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan 0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus belimbing yaitu sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk
59
produk jadi dan pada pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan dengan lampu listrik. Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik, yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air untuk jenis produk jus belimbing adalah 41,89 %, yang diperoleh dari penggunaan air jenis produk jus belimbing sebanyak 104.832 liter/tahun, dibagi total penggunaan air pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar Rp.49.080/tahun. Persentase biaya air pada jenis produk jus belimbing, air untuk pemasakan, air pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 28,57 % (29.952 lt/tahun), 44,64 % (46.800 lt/tahun), 17,85 % (18.720 lt/tahun), 8,92 % (9.360 lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi jenis jus belimbing diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan total biaya air pada jenis produk jus belimbing seperti yang tercantum pada Lampiran 1. Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing, persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masingmasing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama 3,75 jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya yang digunakan pada proses pemasakan jus belimbing adalah Rp.1.872.000 atas persentase sebesar 50 % yang diperoleh dari lamanya
60
pamasakan pada produksi jus belimbing yaitu 468 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun. Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang sama yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78 jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut selama 234 jam/tahun. Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis jus belimbing terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1 timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 20 saringan, 6 krat, dan 7 taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengaduk dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa pakainya telah melebihi umur ekonomisnya. c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas aktivitas jenis produk jus belimbing disajikan pada Lampiran 6.
61
Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas, biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis. Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas pemasakan adalah Rp.4.000 per jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar Rp.1.872.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 468 jam peralatan. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus belimbing, yang akan ditampilkan pada Lampiran 6. d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya, sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya listrik mesin blender adalah sebesar Rp.3.120, artinya setiap 0,5jam kerja mesin blender tarif yang ditetapkan sebesar Rp.3.120. tarif/aktivitas untuk biaya masin blender diperoleh dari total biaya aktivitas penghancuran sebesar Rp.19.512, yang hanya terdiri dari biaya listrik blender saja, dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya listrik mesin blender sebesar 6253 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka
62
akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas yang akan di tampilkan pada Lampiran 7. e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal. Berdasarkan jumlah atau volume produksi, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas. Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost driversnya sebesar 312, langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan gula sebesar Rp.3.335, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar Rp.1.040.520. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai biaya/aktivitas/produk jenis jus belimbing tahun 2009 sebagaimana disajikan pada Lampiran 7. f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Belimbing Dengan Metode ABC Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan metode ABC disajikan pada Lampiran 8. Total harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan, perhitungan
63
HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk jadi.
Berdasarkan Lampiran 8, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis produk jus belimbing dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar Rp.1.262, dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.726. Dari hasil perhitungan HPP jenis produk jus belimbing dengan metode ABC dapat diketahui selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.488.
5.5.2. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus jambu dengan metode ABC sama dengan tahapan-tahapan perhitungan pada jenis jus belimbing yaitu, sebagai berikut: a. Mengidentifikasi aktivitas. b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas. c. Menentukan cost drivers dan nilainya. d. Menghitung nilai tarif/aktivitas. e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk. f. Perhitungan HPP. Adapun rincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Aktivitas Langkah pertama yang harus dilakukan adalah proses identifikasi aktivitas yang dilakukan dalam produksi jus jambu, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun aktivitas
64
produksi jus jambu terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua, dan pengemasan. b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi, penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi, perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia. Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung dalam perhitungan HPP pada jus jambu sama dengan perhitungan HPP pada jus belimbing, yaitu biaya listrik mesin, gas, bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan. Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus jambu tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 9. Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus jambu sama dengan persentese penggunaan listrik untuk jus belimbing yaitu sebesar 0.90 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari.
65
Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan 0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus jambu yaitu sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender, penggunaan listrik untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan lampu. Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik, yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air untuk jenis produk jus jambu adalah 31,67 %, yang diperoleh dari penggunaan air jenis produk jus jambu sebanyak 79.248 liter/tahun, dibagi total penggunaan air pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar Rp.49.080/tahun. Persentase biaya air pada jenis produk jus jambu untuk bahan penolong, air pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 25,20 % (19.968 lt/tahun), 39,37 % (31.200 lt/tahun), 23,62 % (18.720 lt/tahun),11,81% (9.360 lt/tahun). Masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi jenis jus jambu diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan total biaya air pada jenis produk jus jambu seperti yang tercantum pada Lampiran 1. Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing, persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama 3,75jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari
66
dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya yang digunakan pada proses pemasakan jus jambu adalah Rp.1.248.000 atas persentase sebesar 33,33% % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada produksi jus jambu yaitu 312 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun. Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentase yang sama yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78 jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut selama 234 jam/tahun. Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis jus jambu terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1 timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, kompor, 16 saringan, 6 krat, dan 5 taperware, biaya bahan penolong dan biaya bahan pembantu serta baiaya kemasan dihitung berdasarkan jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengaduk dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa pakainya telah melebihi umur ekonomisnya. c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik
67
mesin, volume air dan luas lantai, dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas aktivitas jenis produk jus jambu disajikan pada Lampiran 10. Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas, biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis. Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya panci pada aktivitas pemasakan adalah Rp.3.461/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar Rp.108.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 312 jam peralatan. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus jambu. d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas Tarif/Aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya, sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing adalah sebesar Rp.5.40, artinya setiap 0,25 jam kerja gas tarif yang ditetapkan sebesar Rp.5.40 tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing dan penirisan, diperoleh dari total biaya aktivitas blancing dan penirisan sebesar Rp.540.360, yang terdiri dari biaya panci, biaya gas, biaya kompor, biaya air blancing, biaya bak blancing dan biaya bak penirisan, dibagi dengan nilai cost drivers atas
68
aktivitas untuk biaya gas blancing sebesar 1000 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas yang akan disajikan pada Lampiran 11. e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang berbeda pula, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas. Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost drivers sebesar 195 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan CMC sebesar Rp.10.025, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar Rp.1.954.875. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai biaya/aktivitas/produk jenis jus jambu tahun 2009 yang disajikan pada Lampiran 11. f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Jambu Dengan Metode ABC Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus jambu dengan metode ABC disajikan pada Lampiran 12, total harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke II dan pengemasan, perhitungan
69
HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk jadi. Berdasarkan Lampiran 12 diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis produk jus jambu dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar Rp.1.381 dibandingkan dengan metode full costing sebasar Rp.1.726. Dari hasil perhitungan HPP jenis produk jus jambu dengan metode ABC dapat diketaui selisishnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.369.
5.5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus wornas dengan metode ABC sama dengan tahapan-tahapan perhitungan pada ke dua jenis jus sebelumnya, yaitu sebagai berikut: a. mengidentifikasi aktivitas. b. menggolongkan jenis biaya atas aktivitas c. menentukan cost drivers dan nilainya. d. menghitung nilai tarif/aktivitas. e. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk. f. perhitungan HPP. Adapun perimcian tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Aktivitas Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam produksi jus wornas, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun tahapan aktivitas produksi jus
70
wornas adalah sama dengan dua jenis produk jus sebelumnya yang terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua, dan pengemasan. b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi, penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi, perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia. Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas, bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan. Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus wornas tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 13. Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus wornas sebesar 0.59 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,33 jam/hari dari total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan listrik kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama 3 jam/hari,
71
listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5 jam/hari, listrik air selama 3 jam/hari. Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan 0,59 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus wornas yaitu sebesar Rp.12.876/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan. Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik, yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air untuk jenis produk jus woras adalah 26,43 %, yang diperoleh dari penggunaan air jenis produk jus wornas sebanyak 66.144 liter/tahun, dibagi total penggunaan air pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar Rp.30.960/tahun. Persentase biaya air pada jenis produk jus wornas untuk bahan penolong, air pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 15,9 % (9.984 lt/tahun), 47,16 % (31.200 lt/tahun), 28,31 % (18.720 lt/tahun), 9,44 % (6.240 lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi jenis jus wornas diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan total biaya air pada jenis produk jus wornas seperti ntum yang terc pada Lampiran 1. Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing, persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-
72
masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total lamanya pemakaian gas 3,75jam/hari yang digunakan pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya yang digunakan pada proses pemasakan jus wornas adalah Rp.624.000 atas persentase sebesar 16,66 % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada produksi jus wornas yaitu 156 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun. Biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang sama yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78 jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut selama 234 jam/tahun. Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing peralatan pada periode analisis, biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis jus wornas terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1 timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 12 saringan, 4 krat, dan 3 taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengduk dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.
73
c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas aktivitas jenis produk jus wornas disajikan pada Lampiran 14. Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas, biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis. Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya taperware pada aktivitas pengemasan adalah Rp.1.245/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya taperware sebesar Rp.64.800 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 52 jam peralatan. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus wornas. d. Menghitung Nilai Tarif /Aktivitas Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya, sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya timbangan manual pada aktivitas penimbangan adalah sebesar Rp.2.600, artinya setiap 0,25jam kerja timbangan
74
manual tarif yang ditetapkan sebesar Rp.2.600. tarif/aktivitas untuk biaya timbangan manual diperoleh dari total biaya aktivitas penimbangan manual dan digital sebesar Rp.225.000, yang hanya terdiri dari biaya timbangan manual saja, dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya timbangan manual sebesar 8653 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas yang akan disajikan pada Lampiran 15. e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang berbeda pula. Nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas. Contoh biaya botol pada aktivitas pengemasan cost drivers-nya sebesar 312 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya botol sebesar Rp.34.296, maka alokasi biaya kemasan botol sebesar Rp.10.700.352. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai biaya/aktivitas/produk jenis jus wornas tahun 2009 sebagaimana disajikan pada Lampiran 15. f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Wornas Dengan Metode ABC Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan metode ABC disajikan pada Lampiran 16. Total harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total
75
biaya overhead pabrik, total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing dan penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan, perhitungan HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk jadi. Berdasarkan Lampiran 16, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis produk jus wornas dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih tinggi sebesar Rp.1.771 dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.743. Dari hasil perhitungan HPP jenis produk jus wornas dengan metode ABC dapat diketahui selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.979.
5.6. Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, Jus Wornas. Berdasarkan perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan. Perbandingan total HPP kedua metode tersebut dapat dilihat pada tebel di bawah ini. Tebel 6: Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009. Jenis Produk Jus Belimbing Jambu Wornas Total
Total Biaya Produksi (Rp)
Full C osting 271.452.300 180.969.245 91.410.464 543.832.009
ABC 198.595.673 144.873.324 92.876.133 436.345.130
Selisih
Nilai (Rp) 27.856.627 36.095.921 -1.465.669
Total Produk % 14 24 -15
157.248 104.832 52.416 314.496 76
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui perbandingan total biaya produksi antara metode konvensional dengan metode ABC, di mana untuk jenis produk jus belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC sebasar 15 %. Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional dan metode ABC yang diteliti, dapat dilihat perbandingan antara kedua metode tersebut seperti pada Tebel di bawah ini. Tabel 7. Persentase Selisih HPP Masing-Masing Jenis Jus Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC Jenis Produksi
Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas
Harga Pokok Produksi (botol) ABC Full Costing 1.726 1.262 1.726 1.381 1.743 1.771*
Selisih Nilai 464 345 28
% 36 24 15
Keterangan: * = harga pokok produksi lebih tinggi bila menggunakan metode ABC
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar. Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan dengan metode konvensional, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan.
77
Jika dilihat pada tebel di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis produk jus wornas yang memiliki volume kecil akan menghasilkan HPP yang lebih rendah apabila menggunakan metode full costing, walaupun pada jenis produk yang bervolume kecil menghasilkan HPP yang lebih tinggi jika dihitung dengan metode ABC, akan tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan untuk jenis produk jus belimbing dan jambu yang bervolume besar, bila dihitung dengan menggunakan metode ABC harga pokok produksi menjadi lebih rendah, dibandingkan apabila dihitung dengan menggunakan metode full costing. Dikarenakan pada metode Full Costing tidak dapat diketahui biaya dan aktivitas mana yang menyebabkan biaya tersebut manjadi rendah atau tinggi, selain itu HPP yang lebih rendahpun dikarenakan penggunaan sumberdaya pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu sudah cukup efisien dan efektif dalam malakukan aktivitas produksi dengan jumlah produksi yang dihasilkan, dikatakan efektif bila produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi masukan. Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap HPP pada masing-masing metode tersebut, seperti yang tertera pada Tabel 8 berikut ini.
78
Tabel 8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan metode ABC. Jenis Produksi
Belimbing Jambu Wornas
Harga Jual (Rp/botol)
HPP/botol
Full Costing 2.750 1.726 2.750 1.726 2.750 1.743
Laba /botol
ABC
Full Costing 1.262 1.024 1.381 1.024 1.711 1.007
ABC 1.488 1.369 1.039
Selisih Nilai
%
446 345 32
29 25 3
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan laba pada ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC. Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunakan metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan 3%, dibandingkan mengunakan metode full costing. Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya, aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan evisiensi di dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang afisien. Cara pertama adalah dengan mengeliminasi aktivitas yang bukan penambah nilai seperti pada aktivitas blancing dan penirisan, karena tanpa aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana.
79
Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya di mana produk dengan jumlah volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula. Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsungangsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis. Apabila ternyata harga jual perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang sejenis, maka perusahaan harus dapat membuat strategi lain yang dapat membuat perusahaan unggul dalam persaingan yang ketat, namun jika perusahaan ingin tetap mempertahankan harga jual, setelah menggunakan metode ABC dalam perhitungan HPP hal ini dapat saja dilakukan, atau perusahaan meningkatkan jumlah volume produksi seperti pada jenis jus belimbing dan jus jambu. Untuk jenis jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC menghasilkan HPP yang lebih rendah akan menyebabkan keuntungan yang diperoleh bertambah, sedangkan untuk jenis jus yang mengalami peningkatan harga pokok produksi setelah dihitung dengan metode ABC, perusahaan harus menanggung resiko mendapatkan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan apabila
perusahaan
menggunakan
metode
konvensional,
hal
ini
dapat
80
diilustrasikan sebagai berikut, dalam penentuan harga jual, selain harga pokok produksi perlu dipertimbangankan pula biaya komersial yang terdiri dari biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum, penjumlahan dari ketiga komponen biaya tersebut akan menghasilkan total biaya produk. Total biaya produk ditambah dengan laba yang diharapkan akan menghasilakan harga jual. Apabila perusahaan tetap mempertahankan harga jual, dengan asumsi harga pokok produksinya berubah dan biaya komersialnya tetap, maka yang akan berubah adalah laba yang diharapkan perusahaan. Untuk jenis produk jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC memiliki HPP yang rendah sebaiknya meningkatkan volume produksinya dengan pertimbangan bahwa pada saat ini pun permintaan terhadap produk jus belimbing dan jus jambu tergolong banyak atau apabila perusahaan ingin meningkatkan jumlah penjualan yang lebih signifikan dapat menurunkan harga jual yang releven terhadap HPP dengan metode ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum dimasukkan dalam perhitungan HPP. Sedangakan untuk jenis jus wornas yang dalam perhitungan dengan metode ABC mamiliki HPP yang lebih tinggi, dalam jangka pendek masih dapat diproduksi selama masih bisa menutupi biaya produksinya. Atau perusahaan dapat meningkatkan harga jual atau menambah jumlah volume produksi sehingga menjadi efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang dimiliki terhadap jumlah volume produksi, dengan asumsi perusahaan melakukan promosi yang lebih gencar agar produk dapat diserap oleh pasar secara optimal.
81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) mamproduksi tiga jenis jus buah, yaitu: jus belimbing, jus jambu dan jus wornas (wortel dan nanas). Proses produksi yang dilakukan tidak berbeda dari ketiga jenis jus. Adapun tahapan proses produksi yang dilakukan pada saat memproduksi ketiga jenis jus tersebut adalah:
1).Penimbangan, 2).Pengupasan dan Pencucian,
3).Blansir dan Penirisan, 4).Penghancuran atau Penghalusan, 5).Filtrasi Pertama, 6).Pemanasan Larutan Penstabil, 7).Homogenisasi, 8.)Pemasakan, 9).Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan), 10).Filtrasi Kedua, 11).Persiapan Pengemasan dan Pengemasan 2.
CV.WPIU menggunakan metode full costing (konvensional) dalam perhitungan harga pokok produksi (HPP), di mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi, femikian sebaliknya produk dengan jumlah volume yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula.
3.
Dengan menggunakan metode ABC diketahui total biaya produksi untuk jenis produk jus belimbing dan jus jambu akan mengalami penurunan biaya produksi hingga masing-masing sebesar 14 % dan 24 % bila dibandingkan dengan metode Full Costing, adapun total biaya produksi pada jenis produk jus wornas diketahui lebih tinggi 15 %, dibandingkan perhitungan harga
82
pokok produksi dengan metode full costing. Dasar kalkulasi harga pokok produksi ABC dapat menghasilkan harga pokok produksi yang paling rasional dari ketiga jenis produk jus tersebut. 4.
Dari hasil perhitungan HPP dengan menggunakan metode Full Costing, didapat bahwa HPP per botol untuk jenis produk jus belimbing adalah sebesar Rp.1.726, untuk jenis jus jambu adalah sebesar Rp.1.726 dan untuk jus wornas adalah sebesar Rp. 1.743. Metode ini mudah diaplikasikan tetapi tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk yang sesungguhnya, sehingga kurang tepat untuk menghitung HPP.
5.
Dari hasil perhitungan HPP dengan metode ABC, biaya oprasional pabrik (BOP) dialokasikan berdasarkan cost drivers (pemicu biaya) ke setiap satuan produk, dengan menggunakan metode ABC didapati bahwa HPP per botol untuk jenis produk jus belimbing adalah sebesar Rp.1.262, untuk jus jambu adalah sebesar Rp.1.381, dan untuk jus wornas adalah sebesar Rp.1.771.
6.
Perhitungan dengan metode ABC dapat melihat biaya produksi yang benarbenar terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan perhitungan dengan metode full costing tidak dapat mengetahui biaya dari aktivitas produksi yang menyebabkan biaya tersebut menjadi rendah atau tinggi.
6.2. Saran 1.
Perhitungan ABC sebaiknya digunakan sebagai alat untuk menghitung harga pokok produksi karna lebih mencerminkan pemakaian biaya terhadap aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi.
83
2.
Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas.
3.
Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya pemasaran yang belum dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih rendah pula.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Kartadinata. Akuntasi dan Analisis Biaya, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000). Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntasi Biaya. Edisi Pertama. (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media: 2002). Carter, K.William. Akuntansi Biaya, buku ke1 Edisi ke14, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009). Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Deptan. Pedoman Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Hasil Hortikultura. 26 Juni 2006. 32 hal. http://agribisnis.deptan.go.id. Pukul 13.36 WIB. Garrison,. Noreen dan Brewer. Akuntansi Manajerial, Buku ke1 Edisi ke11, (Jakarta: penerbit Salemba Empat, 2006). Gayle, Rayburn l. Akuntansi Biaya, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999). Hansen dan Mowen. Manajerial Accounting, Buku ke1 Edisi ka3, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009). ________________. Management Accounting edisi ke7, Buku ke1 ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006). Horngren dan Carles.T. Akuntasi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Edisi Indonesia. (Jakarta: Penerbit Salemba empat, 1994). Komarudin, Ahmad. Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Penerbit PT.Raja Garafindo Persada, 2005). Kotler dan Eary Armstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke9. (Jakarta: Penerbit Indeks, 2003). Krismiadji. Dasar-Dasar Akuntansi Manaejmen, (Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN, 2002). Maher dan Deakin. Akuntansi Biaya, Edisi ke4 Jilid ke1, ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997). Mulyadi. Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit YKPN, 1993). _______. Activity Based Costing Sistem (system Biaya Untuk Pengurangan Biaya), Edisi 6 (Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPM, 2003). _______. Akuntasi Biaya. Ediasi ke5, Cetakan ke7 (Yogyakarta: Penerbit UGM,2005).
85
Prawironegoro, Darsono dan Ari Durwanti. Akuntasi Manajerial, Edisi ke3, (Jakarta: Penerbit Mitra Wicana Media, 2009). Pujimulyani, Dwiyanti. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan, (Yogyakarta: Penerbit Garaha Ilmu, 2009). Rahany, kanny Anggina. Penetapan Harga Pokok Produksi Kecap Dengan Pendekatan Activity Based Costing, [Skripsi]. Bogor, IPB, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 2003. Simamora, Akuntansi Manajemen.(Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999). Swasta, Basu. Manajemen Pemasaran Modern, edisi ke3, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1998). Tjiptono. Fandy,. Gregoriua Chandra dan Dadi Adriana, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008). Witjaksono, Armanto. Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006).
86
Lampiran 1. Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada CV.WPIU Tahun 2009 Jenis Penggunaan air Air Pemasakan Air Pencucian Air Blansir Air Pengemasan
Jus Belimbing
Jus Jambu
Jus Wornas
Liter 29.952
% 28,57
Rp 14.016
Liter 19.968
% 25,20
Rp 9.348
Liter 9.984
% 15,9
Rp 4.668
46.800
44,64
21.912
31.200
39,37
14.616
31.200
47,16
14.592
18.720 9.360
17,85 8,92
8.772 4.380
18.720 9.360
23,62 11,81
8.760 4.380
18.720 6.240
28,31 9,44
8.772 2.928
87
Lampiran 2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009. Jenis Kemasan
Harga (Rp/Unit)
Jenis Produk
Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Q Rp Q Rp Q Rp Botol 1.000 157248 157.248.000 104832 104.832.000 52416 52.416.000 Karton 1.500 6552 9.828.000 4368 6.552.000 2184 3.726.000 Total 161.834.400 107.889.600 55.6142.000 Keterangan: Q = quantity
88
lampiran 3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 No
Jenis Penyusutan
Bangunan Mesin Blender Kulkas Taperware Kompor Saringan Pengaduk Panci Bak plastik Gentong air Timbangan digital Timbangan 12 manual Krat 13 Pisau 14 Gayung 15 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Banyaknya
Harga Perolehan
Total Biaya (Rp)
Umur Ekonomis
Nilai Sisa
Biaya Penyusutan (Rp/Tahun) 3.600.000
1 1 2 8 1 48 2 3 3 2 1
80.000.000 540.000 2.700.000 120.000 380.000 7.000 15.000 600.000 120.000 120.000 1.100.000
80.000.000 540.000 5.400.000 9.600.000 380.000 336.000 30.000 1.800.000 360.000 240.000 1.100.000
20 3 5 5 5 3 5 5 5 5
8.000.000 540.000 96.000 38.000 336.000 180.000 36.000 24.000 110.000
1
150.000
150.000
5
15.000
27.000
6 4 3
80.000 10.000 5.000
480.000 40.000 15.000
5 3 3
48.000 -
86.400 5.892.600
972.000 172.800 68.400 336.000 324.000 64.800 43.200 198.000
89
Lampiran 4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus Wornas Dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009 Biaya Produksi Biaya Langsung Bahan baku (kg) Biaya bahan baku (Rp/kg) Total Total biaya bahan baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Total Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Biaya bahan tambahan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Penyusutan alat-alat Biaya Listrik Biaya Gas Telepon Bensin Bongkar muat Sewa Motor Total Biaya Tidak Langsung (BOP) Total Biaya Produksi Jumlah Produk (botol) Harga Pokok Produk (Rp/Botol) Harga Jual (Rp/Botol) Selisih harga
Jus Belimbing
Jus Jambu
Jus Wornas Wortel
4.680 4.000
Total
Nanas
3.120 4.000
18.720.000 15.600.000
468 1.092 4.000 4.300 1.872.000 4.695.600 12.480.000 6.567.600 10.400.500 5.199.500
34.320.000
22.880.500
11.767.100
47.970.000 157.248.000 9.828.000 7.800.000
31.980.000 104.832.000 6.552.000 5.200.000
15.990.000 52.416.000 3.276.000 2.600.000
2.946.300 1.065.984 2.340.000 600.000 3.120.000 600.000 3.600.000 237.118.284
1.964.183 710.584 1.559.844 400.000 2.080.116 400.000 2.400.170 158.078.897
982.107 355.185 779.688 200.000 1.039.886 200.000 1.199.830 79.038.696
271.452.300 157.248 1.726
180.969.245 104.832 1.726
90.805.796 52.416 1.743
2.750 1.024
2.750 1.024
2.750 1.018
90
Lampiran 5. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing Tahun 2009 Jenis aktivitas
Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing
I
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lain-lain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
27.000 198.000
21.912 21.600 21.600
108.000 312.000 68.400 8.772 21.600 21.600
19.512
140.000
108.000 1.872.000 68.400 14.016 46.800.000 975.000 195.000
140.000
157.248.000 9.828.000 86.400 4.380 151.200 1.800.000
Lampiran 6. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing 91
No
Jenis aktivitas
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lainlain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
Cost Drivers
Nilai Cost Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I
Jam peralatan Jam peralatan
312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari
Volume air Jam peralatan Jam peralatan
3120 15kg=150lt/hari 312 1 buah bak@0,41jam/hari 312 1 buah bak @0,16 jam/hari
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jam peralatan Jam peralatan
312 312 312 1248 312 312
Jam mesin
Jam peralatan
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jumlah unit Jumlah unit
1 buah panci@0,25 jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 15kg=60lt/hari 1 buah bak@0,16jam/hari 1 buah bak@0,16jam/hari
312 1 mesin blender@0,5jam/hari
39 20 saringan @0,25jam/hari
468 468 468 1996 312 13
1 buah panci@1,5jam/hari 1 buah kompor@1,5jam/hari 1 buah kompor@1,5jam/hari 15kg=96lt/hari 15kg=15kg gula/hari 15kg=0,6kgCMC/hari
Jumlah unit
13 15kg=0,6kg/hari
Jam peralatan
39 20 saringan @0,25jam/hari
Jumlah unit Jumlah unit Jam peralatan Volume air Jam peralatan Luas lantai
312 13 13 1857S 6685 100
504 botol=504 botol/hari 504 botol=21 karton/hari 6 krat@0,25jam/hari 504botol=30lt/hari 7 taperware@1,5jam/hari Luas lantai 100m@18000/meter
Lampiaran 7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009 92
No
Jenis Aktivitas
I
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lain-lain Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Biaya Atas Aktivitas
Nilai Cost Drivers
Cost Drivers Atas Aktivitas
Tarif /Aktivitas
27.000 198.000 225.000
312 312
8.653 6.346
2.600 3.545
811.200 1.106.040 1.917.240
21.912 21.600 21.600
3120 312 312
7.023 6.923 6.923
927 940 940
2.892.240 293.280 293.280 3.478.800
108.000 312.000 68.400 8.772 21.600 21.600 539.972
312 312 312 1248 312 312
3.461 1.000 2.179 702 6.923 6.923
1.560 5.399 2.464 7.691 7.799 7.799
486.720 1.684.488 773.136 9.598.368 2.433.288 2.433.288 17.409.288
19.512
312
6.253
3.120
65.112
19.512
Biaya/ Aktivitas/ Produk
973.440 973.440
140.000 140.000
39
3.589
3.900
152.100
108.000 1.872.000 68400 14.016 46.800.000
468 468 468 1996 312
2.307 4.000 1.461 702 150.000
21.687 12.508 34.245 7.127 3.335
10.149.516 5.853.744 16.026.660 14.225.492 1.040.520
975.000
13
75.000
66.709
867.217
195.000
13
15.000
33.354
433.602
152.100
50.032.416
48.596.751
140.000 140.000
39
157.248.000 9.828.000 86.400 4.380 151.200 1.800.000 169.117.980
312 13 13 1857 6685 100
3.589
3.900
152.100 152.100
504 756 6.646 235 229 18.000
33.555 223.701 254.695 71.965 738.506 169.117
10.469.160 2.908.113 3.311.035 1.336.390 48.859.556 16.911.700 83.795.954
93
Lampiran 8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC Biaya Produksi
Bahan Baku Belimbing (kg) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Penimbangan Pencucian dan pemotongan/ pengupasan Blansir dan penirisan Penghancuran Filtrasi Pemasakan Filtrasi ke II Pengemasan Total Biaya Overhead Total biaya Produksi th 2009 Jumlah produk (botol) HPP produk (Rp/Botol) Harga Jual Selisih
Banyaknya
Harga Satuan (Rp)
4680
4.000
Total Biaya
Total
18.720.000 15.600.000
18.720.000 15.600.000
1.917.240 3.478.800 17.409.288 973.440 152.100 48.596.751 152.100 83.795.954 156.475.673 198.595.673 157.248 1.262 2.750 1.484
94
Lampiran 9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009 Jenis Aktivitas Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lain-lain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing
I
27.000 198.000
14.616 21.600 21.600
108.000 312.000 68.400 8.760 21.600 21.600
19.512
112.000
108.000 1.148.000 68.400 9.348 31.200.000 650.000 130.000
112.000
104.832.000 6.552.000 86.400 4.380 108.000 1.800.000
95
Lampiran 10. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu No
Jenis Aktivitas
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lainlain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
Cost Drivers
Nilai Cost Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I
Jam peralatan Jam peralatan
312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari
Volume air Jam peralatan Jam peralatan
3120 10kg=100lt/hari 312 1 buah bak@0,41jam/hari 312 1 buah bak @0,16 jam/hari
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jam peralatan Jam peralatan
312 312 312 1872 312 312
Jam mesin
Jam peralatan
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jumlah unit Jumlah unit Jumlah unit
Jam peralatan
Jumlah unit Jumlah unit Jam peralatan Volume air Jam peralatan Luas lantai
1 buah panci@0,25 jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 10kg=60lt/hari 1 buah bak@0,16jam/hari 1 buah bak@0,33jam/hari
312 1 mesin blender@0,5jam/hari
48 16 buah saringan @0,25jam/hari
312 312 312 1996 312 195
1 buah panci@1jam/hari 1 buah kompor@1jam/hari 1 buah kompor@1jam/hari 10kg=64lt/hari 10kg=10kg gula/hari 10kg=0,4kgCMC/hari
195 10kg=0,4kg/hari
48 16 buah saringan @0,25jam/hari
336 13 13 2785 624 100
336 botol=336 botol/hari 336 botol=14 karton/hari 6 krat@0,25jam/hari 3364botol=30lt/hari 5 buah taperware@1jam/hari Luas lantai 100m@18000/meter
96
Lampiaran 11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009 No
Jenis Aktivitas
I
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lain-lain Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Biaya Atas Aktivitas
Nilai Cost Drivers
Cost Drivers Atas Aktivitas
Tarif /Aktivitas
27.000 198.000 225.000
312 312
8.653 6.346
2.600 3.545
1106040 811.200 1.917.240
14.616 21.600 21.600
3120 312 312
4.681 6.923 6.923
1.235 8.351 8.351
3.853.200 2.605.512 2.605.512 9.064.224
108.000 312.000 68.400 8.760 21.600 21.600 540.360
312 312 312 1872 312 312
3.461 1.000 2.192 467 6.923 6.923
1.561 540 2.464 1.157 7.805 7.805
487.032 168.480 769.080 2.165.904 2.435.160 2.435.160 8.460.816
19.512
312
6.253
3.120
67.816
19.512
Biaya/ Aktivitas/ Produk
973.440 973.440
112.000 112.000
48
2.333
480
23.040
108.000 1.248.000 68.400 9.348 31.200.000
312 312 312 1996 312
3.461 4.000 2.192 468 100.000
9.654 8.353 15.257 7.179 3.341
3.012.048 2.606.136 4.760.184 14.249.444 1.042.392
650.000
195
333
10.025
1.954.875
130.000
195
666
50.170
9.783.150
23.040
33.413.748
37.408.229
112.000 112.000
48
104.832.000 6.552.000 86.400 4.380 108.000 1.800.000 113.382.780
336 13 13 2785 624 100
2.333
480
23.040 23.040
312.000 23.481 6.646 1.572 1.730 18.000
36.340 48.287 17.060 72.218 65.539 6.299
12.210.240 627.731 221.780 2.011.271 40.896.336 629.900 56.597.258
97
Lampiran 12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC Biaya Produksi
Bahan baku Jambu (kg) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Penimbangan Pencucian dan pemotongan/ pengupasan Blansir dan penirisan Penghancuran Filtrasi Pemasakan Filtrasi ke II Pengemasan Total Biaya Overhead Total biaya Produksi th 2009 Jumlah produk (botol) HPP produk (Rp/Botol) Harga Jual Selisih
Banyaknya
3120
Harga Satuan (Rp) 4.000
Total Biaya
Total
12.480.000 10.400.500
12.480.000 10.400.500
1.917.240 9.064.224 8.460.816 973.440 2.372.117 37.408.229 2.372.117 56.597.258 116.793.324 144.873.324 104.832 1.381 2.750 1.369
98
Lampiran 13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009 Jenis aktivitas Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lain-lain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing
I
27.000 198.000
14.592 21.600 21.600
108.000 312.000 68.400 8.772 21.600 21.600
12.876
84.000
108.000 624.000 68.400 4.668 15.600.000 325.000 65.000
84.000
52.416.000 3.276.000 57.600 2.929 64.800 1.800.000
99
Lampiran 14. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas No
Jenis Aktivitas
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lainlain Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
Cost Drivers
Nilai Cost Drivers
Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun
I
Jam peralatan Jam peralatan
312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari
Volume air Jam peralatan Jam peralatan
6240 5kg=100lt/hari 312 1 buah bak@0,41jam/hari 312 1 buah bak @0,16 jam/hari
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jam peralatan Jam peralatan
312 312 312 3744 312 312
1 buah panci@0,25 jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 1 buah kompor@0,25jam/hari 5kg=60lt/hari 1 buah bak@0,16jam/hari 1 buah bak@0,16jam/hari
Jam mesin
312 1 buah mesin blender@0,33jam/hari
Jam peralatan
416 12 buah saringan @0,16jam/hari
Jam peralatan Jam peralatan Jam peralatan Volume air Jumlah unit Jumlah unit
312 312 312 1996 312 1248
Jumlah unit
1248 5kg=0,2kg/hari
Jam peralatan
Jumlah unit Jumlah unit Jam peralatan Volume air Jam peralatan Luas lantai
1 buah panci@0,5jam/hari 1 buah kompor@0,5jam/hari 1 buah kompor@0,5jam/hari 5kg=32lt/hari 5kg=5kg gula/hari 5kg=0,2kgCMC/hari
416 12 buah saringan @0,16jam/hari
312 13 195 3714 52 100
168 botol=168 botol/hari 168 botol=7 karton/hari 4 buah krat@0,25jam/hari 168 botol=20lt/hari 3 buah taperware@0,5jam/hari Luas lantai 100m@18000/meter
100
Lampiran 15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009 No
Jenis Aktivitas
I
Penimbangan Biaya timbangan manual Biaya timbangan digital Jumlah Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian Biaya bak pencucian Biaya bak penirisan Jumlah Blansir dan penirisan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya air blansir Biaya bak blansir Biaya bak penirisan Jumlah Penghancuran Biaya listrik belender Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pemasakan Biaya panci Biaya gas Biaya kompor Biaya bahan penolong (air) Biaya bahan tambahan Gula Biaya bahan tambahan CMC Biaya bahan tambahan lainlain Jumlah Filtrasi Biaya saringan Jumlah Pengemasan Biaya pengemasan botol Biaya pengemasan karton Biaya krat Biaya air pengemasan Biaya taperware Biaya bangunan Jumlah
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Biaya Atas Aktivitas
Nilai Cost Drivers
Cost Drivers Atas Aktivitas
Tarif /Aktivitas
27.000 198.000 225.000
312 312
8.653 6.346
2.600 3.545
811.200 1.106.040 1.917.240
14.592 21.600 21.600
6240 312 312
2.338 6.923 6.923
2.471 834 834
1.541.280 260.208 260.208 2.061.696
108.000 312.000 68.400 8.772 21.600 21.600 540.372
312 312 312 3744 312 312
346 1.000 2.192 234 6.923 6.923
1.561 5.403 2.465 2.309 7.805 7.805
487.032 1.685.736 769.080 8.644.896 2.435.160 2.435.160 16.457.064
12.876
312
4.126
3.120
57.792
12.876
Biaya/ Aktivitas/ Produk
973.440 973.440
84000
416
201
417
84000
173.472 173.472
108.000 624000 68400 4668 15.600.000 325000
312 312 312 1996 312 1248
3.461 2.000 2.192 338 50.000 260
4.852 8.397 7.661 7.183 33.590 6.459
1.513.824 2.619.864 2.390.232 14.337.268 1.048.008 860.832
65000
1248
520
3.229
4.029.792
16.795.068 84000
33.055.820
416
201
417
84000 52.416.000 3.276.000 57.600 2.929 64.800 1.800.000 57.617.329
173.472 173.472
312 13 195 3714 52 100
168.000 1.176 2.953 788 1.246 18.000
34.296 48.994 19.511 7.318 46.241 3.200
10.700.352 636.922 3.804.645 2.715.602 2.404.532 320.000 20.582.153
101
Lampiran 16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC Biaya Produksi
Bahan Baku Wornas (kg) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Penimbangan Pencucian dan pemotongan/ pengupasan Blansir dan penirisan Penghancuran Filtrasi Pemasakan Filtrasi ke II Pengemasan Total Biaya Overhead Total biaya Produksi th 2009 Jumlah produk (botol) Harga Jual Selisih
Banyaknya
Harga Satuan (Rp)
1.560
8.300
Total Biaya
6.567.600 7.800.000
Total
6.567.600 7.800.000
1.917.240 2.061.696 16.457.064 973.440 1.730.560 33.055.820 1.730.560 78.508.533 92.876.133
52.416 1.771 2.750 979
102
103