137
STAIN Palangka Raya
KORELASI ANTARA PEMAHAMAN ISI KITAB AHKLAKUL LILBANIN DENGAN PERILAKU SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL INSAN FI TA’LIMIDDINPALANGKA RAYA Dariyah 1 ABSTRAKSI Kenakalan remaja yang berbentuk kriminalitas dapat mengganggu ketertiban umum, memerlukan pemecahan dan penanggulangan. Salah satu cara yang tepat untuk menanggulangi kenakalan remaja tersebut adalah kembali pada ajaran agama Islam yaitu menggali kitab-kitab yang berkaitan dengan moral seperti adanya pengajaran kitab Akhlakul Lilbanin kepada para remaja, karena kitab ini baik untuk mengingatkan para pelajar agar mawas diri, tidak takabur, dan selalu menghormati atau berbuat baik kepada orang tua dan bapak ibu guru yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Permasalahan penelitian ini: (1).Bagaimana pemahaman santri terhadap isi kitab Akhlakul Lilbanin di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya?(2).Bagaimana perilaku santri setelah memahami isi kitab Akhlakul Lilbanin di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya? dan (3).Apakah ada korelasi antara pemahaman isi kitab Akhlakul Lilbanin dengan perilaku santri di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya?. Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang mondok di asrama Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi’i Ta’limiddin Palangka Raya dan yang mengikuti pembelajaran kitab Akhlakul Lilbanin berjumlah 11 orang. Teknik pengumpulan data; Teknik Tes, Teknik Wawancara, Observasi dan Teknik Dokumentasi, dengan teknik analisis data menggunakan rumus statistik korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pemahaman santri terhadap isi kitab Akhlakul Lilbanin di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya termasuk kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata – rata skor pemahaman santri sebesar 2,91 berada pada interval 2,336 – 3,00. (2) Perilaku santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya setelah memahami isi kitab Akhlakul Lilbanin termasuk kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan peroleh skor rata – rata 2,71 berada pada interval skor 2,336 – 3,00. (3) Ada korelasi antara pemahaman santri terhadap isi kitab akhlakul lilbanin dengan perilaku santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment yang diperoleh rxy sebesar 0,868 hasil tersebut di konsultasikan dengan rtabel pada df 11- 2 = df 9 pada taraf signifikan 5% sebesar 0,602 maupun pada taraf signifikan 1% sebesar 0,735. Kata Kunci: korelasi, kitab ahklakul lilbanin dan santri di pondok pesantren hidayatul insan fi ta’limiddinpalangka raya
1
Alumni Universitas Muhammmadiyah Palangka Raya, Jurusan Tarbiyah dengan didampingi oleh Drs. Ahmad Syar’i, M.Pd
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
138
STAIN Palangka Raya
PENDAHULUAN Pesantren atau yang lebih dikenal dengan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional2 tertua di Indonesia. Lembaga ini telah banyak berperan dalam mencerdaskan bangsa, yaitu melalui jalur pendidikan dan pengajaran. Adapun pendidikan dan pengajaran yang di tunjukkan oleh pesantren sementara ini, sebagian besar menitik beratkan pada pendidikan agama Islam dan keluhuran akhlak. Sehubungan dengan itu, maka materi kitab yang diajarkan bermacam – macam salah satu diantaranya adalah kitab akhlak atau kitab yang membahas tentang budi pekerti dan adab. Salah satu kitab akhlak yang bertujuan membina budi pekerti yang luhur adalah kitab Akhlakul Lilbanin. Kitab ini untuk bimbingan belajar bagi para santri. Kitab Akhlakul Lilbanin disusun oleh Al –Ustadz Umar Baradja. Kitab Akhlakul Lilbanin cukup menarik, karena didasarkan atas : Al- Qur’an, Hadist, Hikmah dan syair – syair.. Kitab Akhlakul Lilbanin lebih cendrung keajaran tasawuf sebagai contoh dianjurkannya para santri perbanyak zikir, berdo’a, bersyukur dan lain sebagainya. Beberapa ajaran yang sangat
menarik yang berhubungan dengan akhlak yaitu akhlak dalam belajar, akhlak
terhadap guru, akhlak terhadap kawan, dan
orang tua. Kelebihan dari isi ajaran kitab
Akhlakul Lilbanin adalah mengajarkan tentang akhlak, tata cara pergaulan yang benar yang mana itu sangat diperlukan pada saat sekarang ini. Adanya kenakalan remaja terutama yang dapat mengganggu ketertiban umum, memerlukan pemecahan dan penanggulangan. Salah satu cara yang tepat untuk menanggulangi kenakalan remaja tersebut adalah kembali pada ajaran agama Islam yaitu menggali kitab-kitab yang berkaitan dengan moral seperti adanya pengajaran kitab Akhlak Lilbanin kepada para remaja, karena kitab ini baik untuk mengingatkan para pelajar agar
2
Drs.Ahmad Sumpeno,M.Ag dkk,”Pembelajaran Pesantren,”hal 5(2002)
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
139
STAIN Palangka Raya
mawas diri, tidak takabur, dan selalu menghormati atau berbuat baik kepada bapak ibu guru yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Di pesantren Hidayatul Insan kitab Akhlakul Lilbanin merupakan bagian dari kurikulum pondok dan kitab ini hanya diajarkan untuk santri yang mondok/menetap di pesantren. Keaktifan santri dalam mengikuti pelajar ini seharusnya berdampak terhadap kemampuan memahami isi kitab itu sendiri yang selanjutnya berdampak pula terhadap akhlak
atau
perilaku
santri.
Pada
kenyataannya
apakah
semua
santri
dapat
mengaplikasikannya dalam perilaku sehari – hari, hal ini menjadi menarik untuk diteliti. Tujuan pembelajaran Akhlaq / Tasawuf adalah membentuk santri agar memiliki kepribadian muslim yang berakhlaq karimah baik dalam hubungannya dengan Allah atau hablumminallah (hubungan vertikal) maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia, hablunminannass (hubungan horisontal) serta dalam hubungannya dengan alam sekitar atau makhluk lainnya. Dari itu, maka materi yang dipilih untuk diajarkan di pesantren ialah mengenai sifat sifat mahmudah seperti pengendalian diri, sikap dan tatakrama sebagai pencari ilmu yang akan berhubungan baik dengan guru maupun dengan ilmu itu sendiri, sikap dan tatakrama dengan orang tua atau sebagai orang tua, sikap dan tatakrama dengan temansebaya, dengan yang lebih tua dan semisalnya, bahkan sikap dan tatakrama seorang isteri kepada suami dan sebaliknya, yang semuanya menyangkut kehidupan keseharian manusia. Tujuan pembelajaran akhlak pada tingkat Ula / dasar adalah agar para santri memiliki akhlak yang mulia ketika berhubungan dengan orangtua, teman sebaya, tetangga dan lingkungan sekitar. Kitab yang digunakan adalah Akhlakul Lilbanin, kitab ini pada dasarnya menyajikan materi pendidikan akhlak yang meliputi pokok – pokok akhlak yang
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
140
STAIN Palangka Raya
berhubungan dengan keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar serta menumbuhkan sikap kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya. Isi kitab Akhlakul Lilbanin merupakan salah satu materi yang diajarkan di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin. Kitab ini menjadi bahan acuan pembelajaran akhlak sejak dini dalam pembentukan santri yang berakhlakul karimah. Dilihat dari isi materi kitab Akhlakul Lilbanin sangat relevan diberikan sebagai materi pelajaran dalam mengahadapi era globalisasi yang berdampak pada perubahan nilai –nilai akhlak manusia. Dengan menjadikan kitab Akhlakul Lilbanin sebagai sumber pengajaran akhlak di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya hal ini diharapkan agar : a. Santri memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang benar terhadap hal – hal yang harus diimani sehingga keyakinan itu tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari – hari agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT. b. Santri memiliki pengetahuan, penghayatan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
maupun dengan lingkungannya sehingga
menjadi manusia yang berakhlak akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. c. Santri memiliki aqidah yang benar serta akhlak yang baik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman
menurut
Sadirman
adalah
satu
kemampuan
seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.3
3
Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. ( Cet. I Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1946) h. 109.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
141
STAIN Palangka Raya
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.4Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menulis kembali dan memperkirakan. Dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta – fakta atau konsep.5 Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham).6 Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik - baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Dari defenisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan
seseorang
dalam
mengartikan,
menafsirkan,
menerjemahkan,
atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya dan pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
4
Amran YS Chaniago. Kamus lengkap bahasa Indonesia, (Cet. V: Bandung: Pustaka Setia, 2002). h. 42 – 428.
5
Suharsimi Arikunto. Dasar – dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi)( cet.IX : Jakarta : Bumi Aksara, 2009)h. 118- 137. 6 Departemen pendidikan dan kebudayaan , t.np, 1994, hal. 74.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
142
STAIN Palangka Raya
2. Pengertian perilaku Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku mempunyai beberapa dimensi yaitu : a. Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya, b. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi, c. Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan.Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut.Perilaku dapat bersifat covert (hanya dapat diamati oleh orang yang melakukannya) ataupun overt (dapat diamati dan dicatat).Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt).7 Berbicara tentang perilaku, maka dalam Islam lebih dikenal dengan akhlak. Akhlak menurut istilah berasal dari kata bahasa Arab yang diartikan sama dengan budi pekerti. Pada dasarnya, akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia.8 Menurut Zakiah Darajat Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil dari perpaduan antara hati nurani, pikiran perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan yang dihayati dalam kehidupan sehari – hari.
7
www.google.com pertemuan-i-pengertian-perilaku-ppt, wodpress.com [4 Juli 2012]. Dr. Sjarkawi, M.Pd, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta : Bumi Aksara,2006.h.32.
8
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
143
STAIN Palangka Raya
Akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti, tingkah laku atau etika. Sedangkan menurut istilah adalahSesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan – perbuatan seseorang dengan mudah. Seseorang dikatakan baik apabila budi pekertinya baik, sebaliknya seseorang dikatakan buruk apabila tingkah lakunya buruk. Dalil tentang pengertian akhlak. Nabi Muhammad SAW bersabda:
ْ َسد ْ صلُ َح ْ س ِد ُم َسد َ َت ف َ َسدُ ُكلُّهُ َواِذَا ف َ صلُ َح اْل َج َ اَالَ َوا َِّن فِى ْال َج َ ث َ ضغَةً اِذَا )ب ( رواه مسلم ُ ي ْالقَ ْل َ ْال َج َ سدُ ُكلُّهُ اَالَ َو ِه Artinya : Ingat! Sesungguhnya didalam tubuh itu terdapat sekarat daging . Jika baik, maka baiklah tubuh itu seluruhnya dan jika ia rusak, maka rusaklah tubuh itu. Ingatlah sekarat daging itu adalah hati. Isi kitab Akhlakul Lilbanin Kitab Akhlakul Lilbanin adalah kitab yang di tulis dengan bahasa arab yang terdiri dari 15 bab. Kitab ini ditulis oleh Syeh Umar Bin Ahmad Baradja berkebangsaan Indonesia, kemudian disadur kembali pada tanggal 02 juli 1954 oleh Muhammad bin Husein bin Abi Ba’bud dan penerbit C.V. Ahmad Nabhan Surabaya. Di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limid kitab ini diajarkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Jika ditinjau dari segi isi ada beberapa pelajaran yang berhubungan dengan Akhlak antara lain yaitu tentang akhlak, kewajiban anak terhadap Tuhannya, murid yang dicintai, kewajiban mencintai nabi Muhammad SAW melebihi makhluk lainnya, kesempurnaan dari akhlak nabi Muhammad SAW, kecintaan orang tua terhadap anaknya, kewajiban seorang anak mencintai orang tuanya, kewajiban mencintai saudara kita dan saudara bapak ibu, akhlak terhadap kawan, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap guru, akhlak yang
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
144
STAIN Palangka Raya
berhubungan lingkungan sekitar serta menumbuhkan sikap kecintaan kepada Allah dan rasulNya. Perincian akhlak tersebut antara lain : a.
Bab I Tentang akhlak Setiap orang wajib mempunyai akhlak yang mulia semenjak kecil dan dewasa. Apabila seseorang berakhlak mulia pasti akan beruntung dalam kehidupan dunia dan akhirat, hal ini terdapat dalam firman Allah SWT dalam surat Al- A’laa ayat 14 : Artinya :Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang jelek pasti akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Akhlak yang baik itu tidak memandang
kepada muka
seseorang tapi dari sikap pribadi orang sendiri dengan bertutur kata yang sopan santun dan baik dalam segala hal dikehidupan sehari – hari. Apapun yang ditakdirkan oleh Allah menerimanya dengan ridho dan lapang dada serta tidak berkeluh kesah. b. Bab II Kewajiban seseorang terhadap Tuhannya (Allah) Setiap detik semua manusia diberikan Allah nikmat yang sangat banyak diantaranya adalah menjadikan manusia yang awalnya tiada menjadi ada di muka bumi ini, memberikan manusia akal untuk berpikir dalam kebaikan dan untuk masa depan tapi ada manusia yang merusak akal dengan cara mabuk – mabukan. Memberikan petunjuk kepada manusia, memberikan nikmat yaitu dengan diberikannya pendengaran, penglihatan, lidah untuk berbicara, dua tangan, dua kaki dan menjadikan manusia yang sempurna dengan sebaik – baiknya penciptaan dibanding dengan makhluk lain di dunia ini. Hal ini seperti yang terdapat dalam Al –Qur’an surat At-tiin ayat 4 yaitu : Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya “. Manusia diwajibkan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan dengan cara menjalankan segala perintah yang diberikan Allah SWT seperti sholat,
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
145
STAIN Palangka Raya
puasa, zakat dan menjauhi segala yang dilarangnya, membesarkan nama Allah dalam hati, tidak berbuat jahat ketika sendiri maupun bersama orang lain. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT hal ini seperti yang terdapat dalam Al- Qur’an surah Ibrahim ayat : 7. Artinya : Apabila kita bersyukur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah maka aka bertambah nikmat yang diberikan oleh Allah. c.
Bab III Murid yang dicintai Di zaman dahulu ada seorang guru (ustadz ) yang sangat alim dan memiliki banyak murid. Diantara sekian banyak muridnya ada salah satu yang sangat dicintai gurunya sehingga para murid yang lain iri dan dengki kepada murid yang dicintai oleh guru tersebut. Pada suatu hari guru mengumpulkan semua muridnya, setiap murid diberikan satu ekor ayam dan begitu juga dengan murid yang dicintai guru tersebut. Semua murid diperintahkan untuk menyembelih ayam tersebut tetapi dengan satu syarat yaitu ketika menyembelih ayam tersebut tidak boleh ada satu orang pun yang melihatnya. Semua murid pun membawa ayam kehadapan gurunya dalam keadaaan ayam sudah tersembelih kecuali murid yang dicintai tadi yang membawa ayam dalam keadaan masih hidup. Melihat hal tersebut semua murid merasa heran, kenapa ayam yang dibawanya masih hidup. Guru pun tersenyum kepada murid yang dicintainya tadi dan berkata kepada murid yang lain, inilah alasan saya mencintai dia. Dia tidak menyembelih ayamnya karena takut terhadap Allah dan tidak lupa bahwa dimana pun kita berada pasti diketahui oleh Allah. Hal ini terdapat seperti yang terdapat dalam surat Al – Baqarah ayat 237 : Artinya : Dan janganlah kamu melupakan keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. Murid yang dicintai itu selalu berbakti kepada guru, menghormati guru, dan paham apa yang diperintahkan guru.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
146
STAIN Palangka Raya
d. Bab IV Kewajiban mencintai nabi Muhammad SAW melebihi makhluk lainnya Suatu kewajiban yang besar bagi setiap orang mencintai nabi Muhammad SAW baik perkataan, perbuatan, dan tingkah lakunya karena nabi Muhammad itu semuanya berdasarkan dari Allah SWT. Manusia tidak bisa hanya mencintai Allah SWT saja tanpa mencintai hambanya yang sangat dicintai yaitu nabi Muhammad SAW dan diantara mencintainya ialah mengikuti semua tingkah laku beliau, mencintai keluarga, para sahabat, hormat kepada orang tua, mencintai kepada yang lebih muda, selalu menepati janji dan seluruh umat terutama akhlak beliau sehari – hari seperti melaksanakan sholat sunah dan puasa sunah. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala dalam surat Ali - Imran ayat 31 : Artinya :Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihimu”. e.
Bab V Kesempurnaan dari akhlak nabi Muhammad SAW (I) Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang mempunyai akhlak yang paling baik (sempurna).Sebagian dari akhlak nabi Muhammad SAW adalah sifat iffah, qanaah, sopan santun. Iffah adalah menahan diri dari sifat meminta – minta kepada orang lain. Meminta hanya kepada Allah SWT dan bertawakkal kepada Allah SWT. Seperti firman Allah dalam surat At- Thalaq ayat 3 yaitu : Artinya :dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Qanaah adalah merasa cukup dengan yang diberikan oleh Allah SWT.
f.
Bab VI Kesempurnaan dari akhlak nabi Muhammad SAW (II) Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak apabila bertemu sahabat- sahabatnya dengan muka tersenyum, lapang dada, bila bertemu dengan sahabat memulainya dengan mengucapkan salam, merendahkan diri, mengajak kepada kebaikan dan rela memberikan makanan dan pakaian apabila sahabat membutuhkannya dan tidak akan makan kecuali lapar.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
147
g.
STAIN Palangka Raya
Bab VII Kecintaan orang tua terhadap anaknya Orang tua sangat mencintai dan menyayangi anaknya semenjak berada dalam kandungan sampai lahir kedunia dan menjadi besar.Sewaktu masih dalam asuhan beliau memberi ASI selama dua tahun dan merawatnya dengan penuh kasih sayang dan cintanya. Adapun bapak berusaha untuk memenuhi keperluan anaknya dengan bersusah payah bekerja demi kebahagiaannya.
h. Bab VIII dan IX Wajib bagi seorang anak mencintai orang tuanya Setiap waktu dan setiap saat kita wajib mencintai dan berbakti kepada orang tua. Jangan sampai memalingkan muka ketika orang tua berada di hadapan kita, janganlah kamu katakan kepada keduanya perkataan “ ah ”, jangan membentak mereka, berbicara dengan perkataan yang mulia, jangan memanggil nama beliau dengan nama panggilan karena semua itu berdosa dan berdo’alah untuk orang tua setiap kali sholat. i.
Bab X dan XI Wajib mencintai saudara kita dan saudara bapak ibu kita. Keluarga paling dekat setelah orang tua kita ialah saudara kita sendiri.Maka dengan itu kita wajib menghormati dan berakhlak mulia terhadap saudara kita dengan sebaik – baiknya.Begitu juga dengan saudara dari bapak maupun ibu kita.Berbicara dengan perkataan yang mulia, jangan membentak meraka dan bersikap sopan santun terhadap mereka.
j.
Bab XII, XIII Akhlak terhadap kawan Akhlak terhadap kawan antara lain sebagai berikut yaitu menghormati kawan, saling mengingatkan dalam belajar, jangan menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap teman, saling tolong menolong dalam kebaikan, apabila engkau tinggal bersama dengan teman satu asrama, jaga dirimu jangan sampai meresahkan mereka, tidak mengganggu teman yang sedang istirahat.
k. Bab XIV Akhlak terhadap tetangga Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
148
STAIN Palangka Raya
Akhlak terhadap tetangga adalah menghormati tetangga, menjenguknya bila sakit, membantunya apabila dalam kesusahan, tidak masuk kerumahnya apabila tidak mendapat izin, dan jangan menghina tetangga. l.
Bab XV Akhlak terhadap guru Adapun akhlak terhadap guru antara lain adalah sebagai berikut yaitu bertutur kata yang sopan terhadap guru, jangan membantah perintah guru, menghormati guru, tidak duduk terlalu dekat dengan guru kecuali terpaksa, menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan perkataan yang baik.
Pemahaman santri tentang isi kitab
Yang dimaksud dengan pemahaman santri terhadap isi kitab Akhlakul Lilbanin adalah kemampuan santri dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri sebagai wujud pemahaman atas isi kitab Akhlakul Lilbanin yang telah dipelajari di pondok pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya. Pemahaman santri tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut :
a.
Pemahaman tentang kewajiban kepada Allah 1). Dapat menjelaskan tentang kewajiban kepada Allah dengan sempurna
Skor 3
2). Kurang sempurna menjelaskan tentang kewajiban kepada Allah
Skor 2
3). Tidak dapat menjelaskan tentang kewajiban kepada Allah Skor 1 b.
Pemahaman tentang murid yang dicintai guru 1). Dapat menjelaskan tentang murid yang dicintai guru
Skor 3
2). Kurang sempurna menjelaskan tentang murid yang dicintai Skor 2 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
149
STAIN Palangka Raya
guru 3). Tidak dapat menjelaskan tentang murid yang dicintai guru c.
Skor 1
Pemahaman tentang kewajiban mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi makhluk lainnya. 1) Dapat menjelaskan tentang kewajiban mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi makhluk lainnya.
Skor 3
2) Kurang sempurna menjelaskan tentang kewajiban mencintai Nabi Muhammad melebihi makhluk lainnya. Skor 2 3) Tidak dapat menjelaskan tentang kewajiban mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi makhluk lainnya
d.
Skor 1
Pemahaman tentang kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad SAW 1) Dapat menjelaskan tentang kesempurnaan akhlak nabi Skor 3 Muhammad SAW
2) Kurang sempurna menjelaskan tentang kesempurnaan akhlak nabi Muhammad SAW
Skor 2
3) Tidak dapat menjelaskan tentang kesempurnaan akhlak nabi Skor 1 Muhammad SAW
e.
Pemahaman tentang kecintaan orangtua terhadap anaknya. 1) Dapat menjelaskan tentang kecintaan orang tua terhadap Skor 3 anaknya
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
150
STAIN Palangka Raya
2) Kurang sempurna menjelaskan tentang kecintaan orang tua Skor 2 terhadap anaknya
3) Tidak dapat menjelaskan tentang kecintaan orang tua Skor 1 terhadap anaknya
f.
Pemahaman tentang kewajiban bagi seorang anak mencintai orang tuanya. 1) Dapat menjelaskan tentang kewajiban bagi seorang anak Skor 3 mencintai orang tuanya
2) Kurang sempurna menjelaskan kewajiban bagi seorang anak Skor 2 mencintai orang tuanya
3) Tidak dapat menjelaskan kewajiban bagi seorang anak Skor 1 mencintai orang tuanya
g.
Pemahaman tentang kewajiban mencintai saudara kita dan saudara bapak ibu kita. 1) Dapat menjelaskan tentang kewajiban mencintai saudara kita Skor 3 dan saudara bapak ibu kita
2) Kurang sempurna menjelaskan kewajiban mencintai saudara Skor 2 kita & saudara bapak ibu
3) Tidak dapat menjelaskan tentang kewajiban mencintai saudara kita dan saudara bapak ibu kita
h.
Skor 1
Pemahaman tentang akhlak terhadap kawan
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
151
STAIN Palangka Raya
1). Dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap kawan
Skor 3
2). Kurang sempurna menjelaskan tentang akhlak terhadap Skor 2 kawan 3). Tidak dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap kawan i.
Skor 1
Pemahaman tentang akhlak terhadap tetangga 1). Dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap tetangga
Skor 3
2). Kurang sempurna menjelaskan tentang akhlak terhadap Skor 2 tetangga 3). Tidak dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap tetangga j.
Skor 1
Pemahaman tentang akhlak terhadap guru 1). Dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap guru 2).Kurang sempurna menjelaskan tentang akhlak
Skor 3 terhadap Skor 2
guru 3). Tidak dapat menjelaskan tentang akhlak terhadap guru 2.
Skor 1
Perilaku santri adalah perbuatan/tindakan dan perkataan santri yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya, sebagai penjewantahan dari pemahaman mereka atas isi kitab Akhlakul Lilbanin, yang diukur dengan indikator sebagai berikut : a.
Perilaku tentang sopan santun dalam pergaulan sehari – hari 1) Selalu berperilaku sopan santun dalam pergaulan sehari – Skor 3 hari 2) Kurang melaksanakan perilaku sopan santun dalam pergaulan sehari – hari
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Skor 2
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
152
STAIN Palangka Raya
3) Tidak melaksanakan perilaku sopan santun dalam pergaulan sehari – hari b.
Perilaku
tentang
melaksanakan
Skor 1 kewajiban
kepada
Tuhannya (Allah) 1.
2.
c.
Sholat a). Melaksanakan sholat 5 kali sehari
Skor 3
b). Melaksanakan sholat 3 - 4 kali sehari
Skor 2
c). Melaksanakan sholat 1 – 2 kali sehari
Skor 1
Puasa tahun 1433 H a). Melaksanakan puasa ramadhan sebulan penuh
Skor 3
b). Melaksanakan puasa ramadhan 20 - 29
Skor 2
c). Melaksanakan puasa ramadhan 0 - 19
Skor 1
Perilaku mencontoh nabi Muhammad SAW
tentang
menepati janji 1.
2.
Menepati janji a). Selalu menepati janji
Skor 3
b). Lebih banyak menepati janji
Skor 2
c). Lebih banyak tidak menepati janji
Skor 1
Perilaku mencontoh nabi Muhammad SAW tentang tidak meminta – minta kepada orang lain.
d.
a). Tidak pernah meminta – minta kepada orang lain
Skor 3
b). Kadang meminta – minta kepada orang lain
Skor 2
c). Selalu meminta – minta kepada orang lain
Skor 1
Perilaku tentang kewajiban bagi seorang anak mencintai
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
153
STAIN Palangka Raya
orang tuanya
e.
f.
g.
1). Selalu mencintai dan hormat kepada orang tua
Skor 3
2). Kurang mencintai dan hormat kepada orang tua
Skor 2
3).Tidak mencintai & hormat kepada kedua orang tua
Skor 1
Perilaku tentang tolong menolong dalam kebaikan 1). Selalu tolong menolong dalam kebaikan
Skor 3
2). Kadang – kadang tolong menolong dalam kebaikan
Skor 2
3). Cendrung tidak tolong menolong dalam kebaikan
Skor 1
Perilaku terhadap tetangga yang sakit 1). Selalu menjenguknya bila sakit
Skor 3
2). Kadang – kadang menjenguknya bila sakit
Skor 2
3). Tidak pernah menjenguknya bila sakit
Skor 1
Perilaku terhadap penugasan dari guru 1). Selalu mengerjakan penugasan dari guru
Skor 3
2).Kadang – kadang mengerjakan penugasan dari guru
Skor 2
3). Tidak pernah mengerjakan penugasan dari guru
Skor 1
Hubungan antara pemahaman isi kitab akhlak Lilbanin dengan perilaku santri Pemahaman isi kitab Akhlakul lilbanin bisa dilihat dari daya serap santri terhadap materi pengajian kitab Akhlakul Lilbanin yang diajarkan di pondok pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin Palangka Raya. Apabila santri paham dengan apa yang diajarkan dalam kitab Akhlakul Lilbanin, sebagai contoh kewajiban anak terhadap Allah yang maha tinggi salah satunya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Apabila
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
154
STAIN Palangka Raya
santri itu paham maka diduga hubungan dengan perilaku santri yaitu dia akan melaksanakan segala perintah Allah misalnya sholat, puasa, dan lain - lainnya. Sebaliknya apabila santri itu tidak paham dengan apa yang diajarkan dalam kitab Akhlakul Lilbanin maka ada kemungkinan dia belum melaksanakan apa yang diperintahkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila santri dapat mengaplikasikan isi kitab dalam kehidupan sehari – hari, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pemahaman isi kitab dengan akhlak santri, namun apabila santri tidak dapat mengaplikasikan isi kitab dalam kehidupan sehari – hari, maka tidak ada pula hubungan antara pemahaman santri terhadap isi kitab. Perubahan sikap dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu: a.
Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
b.
Faktor eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar individu yang merupakan faktor stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.9 Faktor eksternal berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya : interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat – alat komunikasi seperti surat kabar, radio, buku, majalah dan lain sebagainya.10 Dari konsep tersebut di atas terlihat manusia akan mengalami perubahan baik dari segi kognitif dan afektif tergantung dari lingkungan belajar dimana manusia itu berada. Dalam hal ini sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila : 1). Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia. 2). Adanya komunikasi (hubungan langsung) dari satu pihak. Faktor inipun masih tergantung pula adanya : - Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak / tidak. 9
Bimo Walgito dalam Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, 2001. Malang : UMM. h.53. Drs . H.Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, 1991, Jakarta : Rineka Cipta.h.171.
10
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
155
STAIN Palangka Raya
- Ragu – ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan didalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya.11 Korelasi Antara Pemahaman Isi Kitab Akhlakul Lilbanin Dengan Perilaku Santri Di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara pemahaman isi kitab Akhlakul Lilbanin dengan perilaku santri di pondok pesantren Hidayatul
Insan
Fi
Ta’limiddin
Palangka Raya maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
rxy =
N∑XY −(∑X)(∑Y) [N∑X 2 −(∑X)2 ] [N∑Y 2 −(∑Y)2 ]
dengan tahapan sebagai berikut : 1. Memasukkan skor dari masing – masing variabel ke dalam tabel kerja sebagai berikut: TABEL 24 Korelasi Antara Pemahaman Isi Kitab Akhlakul Lilbanin dengan Perilaku Santri Nama Responden HRN DAS TN TYK AMH NS RTN HD 11
X
Y
XY
X2
Y2
3 2,8 3 3 2,9 3 2,9 2,8
2,78 2,56 2,78 2,89 2,56 2,78 2,78 2,56
8,34 7,17 8,34 8,67 7,42 8,34 8,06 7,17
9 7.84 9 9 8.41 9 8.41 7.84
7,73 6,55 7,73 8,35 6,55 7,73 7,73 6,55
Sherif dalam Drs . H.Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, 1991, Jakarta : Rineka Cipta. h.172
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
156
STAIN Palangka Raya
MH AZ SA
2,9 2,67 3 2,89 2,7 2,56 X = Y= 32 29,81
7,74 8,67 6,91 XY= 86,84
8.41 9 7.29 X2 93,2
7,13 8,35 6,55 = Y2 = 80,96
Berdasarkan tabel kerja di atas, diperoleh X = 32, Y = 29,81, XY= 86,84, X2 = 93,2 dan Y2 = 80,96. 2. Selanjutnya masing – masing skor tersebut dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rxy =
N∑XY −(∑X)(∑Y) [N∑X 2 −(∑X)2 ] [N∑Y 2 −(∑Y)2 ]
11𝑥86,84−(32)(29,81) =
11𝑥93,2−(32)2 ] [11𝑥 80,96−(29,81)2 ] 955,24−953,92
=
1025 ,2−1024 ] [890,56−888,64] 1,32
=
1,2𝑋1,92 1,32
=
2,304 1,32
= =
1,52
0,868
3. Dari perhitungan di atas diperoleh rxy (r hitung) sebesar 0,868. Hasil rxy sebesar 0,868 tersebut selanjutnya diberikan interprestasi secara sederhana dengan cara membandingkan hasil rxy (r hitung) tersebut dengan pedoman atau ancar – ancar sebagaimana pendapat Anas Sudijono bahwa r hitung sebesar 0,868 berada pada rentangan 0,70 – 0,90 yang memiliki makna bahwa antara variabel X ( Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
157
STAIN Palangka Raya
pemahaman santri) dan variabel Y ( perilaku santri) terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. 4.
Selanjutnya
untuk
menguji
hipotesis
yang berbunyi ada korelasi
antara
pemahaman isi kitab Akhlakul Lilbanin dengan perilaku santri di Pondok Pesantren
Hidayatul
Insan Fi
Ta’limiddin
Palangka
Raya,
maka
hasil
perhitungan rxy (r hitung) sebesar 0,868 tersebut dibandingkan dengan rtabel dengan terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan (db) dengan rumus db = N – nr (N adalah jumlah responden, nr adalah banyaknya variabel), sehingga diperoleh db = 11- 2, db = 9. Dengan table nilai “ r “ Product Moment ternyata bahwa dengan df sebesar 9 diperoleh nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,602 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,735, sehingga r hitung = 0,868 lebih besar dari rtabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%, maka hipotesis yang berbunyi ada korelasi antara pemahaman santri terhadap isi kitab Akhlakul Lilbanin dengan perilaku santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fi Ta’limiddin Palangka Raya diterima.
Dengan
demikian,
makin
tinggi
pemahaman santri terhadap isi kitab Akhlakul Lilbanin maka makin baik pula perilaku santri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, 1991, Jakarta : Rineka Cipta Arikunto , Suharsimi. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)( Cet.IX : Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
158
STAIN Palangka Raya
Arikunto , Suharsimi,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta : Rineka Cipta,Ctk XIII Chaniago, Amran YS. Kamus lengkap bahasa Indonesia, (Cet. V: Bandung: Pustaka Setia, 2002). DEPAG RI DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN ISLAM , UU SISDIKNAS, 2007.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan , t.np, 1994.
Djamarah,Saiful Bahri, & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo,Bandung 2000.
Sadiman, Arif Sukadi.
Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet. I
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1946)
Saripuddin, Udin & Winataputra & Rustana Ardiwinata, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran Modul 1- 6, Dirjen Binbaga Islam Dan Universitas Tebuka, Jakarta, 1991. Sjarkawi, Pembentukan Keperibadian Anak, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. Sudijono, Anas. Pengantar Statistic Pendidikan, 1987.Jakarta : CV. Rajawali. Sukarmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, 2005. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, 2007. Jakarta : Bumi Aksara. Sumpeno, Ahmad dkk,”Pembelajaran Pesantren,” (2002).
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012
159
STAIN Palangka Raya
Walgito, Bimo dalam Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, 2001. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
www.google.com pertemuan-i-pengertian-perilaku-ppt, wodpress.com [4 Juli 2012].
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012