Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT PENDUKUNG SENI CADAS LEANG SUMPANG BITA, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, SULAWESI SELATAN Social Economy of the Supporting Community of Rockart at Leang Sumpang Bita, Pangkajene Islands, South Sulawesi Yosua Adrian Pasaribu Direktorat Jenderal Kebudayaan Komp. Kemendikbud Gd. E Lt. 11, Senayan, Jakarta
[email protected]
Abstrak Artikel ini mengajak pembaca untuk memikirkan kembali konsep sosial-ekonomi masyarakat dalam lingkup penelitian arkeologi prasejarah terutama seni cadas. Aliran Marxist menganggap bahwa struktur sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi mereka. Oleh karena itu pada umumnya teori magis perburuan mendapat posisi “favorit” dalam interpretasi seni cadas. Makalah ini membahas mengenai sejauh mana ekspresi seni dalam seni cadas mengekspresikan kegiatan ekonomi dan lebih lanjut tipe sosial-ekonomi (pemburu-pengumpul makanan, pastoralis, agrikulturalis, dan sebagainya), dan sejauh mana interpretasi kebudayaan dapat dilihat berdasarkan sosial-ekonomi masyarakat pendukungnya. Pada makalah ini akan studi kasus terhadap situs Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Kata kunci: Seni Cadas, Evolusi Sosial, Sosial-Ekonomi, Analogi Etnografi, Prasejarah Abstract. This paper invites the reader to rethink the concept of social-economic community in the scope of prehistoric archaeological research especially rock art. Marxist Theories assumes that the social structure of the community is very influenced by their economic activities. Therefore, “sympathetic magic” dominates the interpretation of art rock. This paper discusses about how far the expression of art in rock art may shows the economic activity and furthermore social-economic types (hunter-gatherer, pastoral, agriculture, etc.), thus interpretations on ancient culture could be seen from the socialeconomic aspects. This paper took case studies at Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Keywords: Rockart, Social Evolution, Social-Economy, Ethnographical Analogy, Prehistory 1. Pendahuluan
masyarakat tradisional pada masa kini yang
1.1 Latar Belakang
melanjutkan tradisi tersebut seperti di
Seni
Cadas
merupakan
seni
yang
Afrika,
Amerika,
dan
Australia.
Pada
digambar, digores atau dipahatkan pada
umumnya seni tersebut menggambarkan
media batuan keras atau padas yang oleh
lingkungan sekitar atau lansekap (Whitley
para ahli diinterpretasikan berkaitan erat
dkk 1998).
dengan religi. Seni cadas ditemukan di situssitus
Paleolitik
di
Eropa
hingga
di
Karya seni tersebut terdiri atas gambargambar, motif-motif, dan desain-desain
Naskah diterima 9/03/2016; Revisi diterima 26/05/2016; Disetujui 27/05/2016
25
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
yang dituangkan di atas permukaan batuan
lukisan yang dibuat dengan bahan basah
atau cadas alami, seperti pada permukaan
(lukisan basah) dan gambar yang dibuat
tebing atau batu besar, permukaan dinding
dengan bahan kering (gambar kering).
atau langit-langit gua, atau di permukaan
Lukisan basah dilukiskan secara merata
tanah (Whitley 2005:3). Seni tersebut juga
pada
dikenal dengan istilah seni gua atau seni
permukaan yang keras. Gambar kering
parietal (dinding gua), kata kunci yang
umumnya digambarkan terkonsentrasi pada
membedakan antara seni cadas dengan
lokasi-lokasi
tinggalan purbakala yang lain adalah seni
dinding cadas (Whitley 2005: 3).
cadas dituangkan pada media cadas alam,
permukaan
cadas
tertentu
bahkan
pada
pada
permukaan
Lukisan basah diduga kuat dilukiskan
untuk membedakan dengan seni yang
pada
dituangkan
Pada
menggunakan kuas, jari-jemari, atau cap.
umumnya tradisi seni cadas yang masih
Kuas umumnya dibuat dari ujung ekor
dilaksanakan oleh masyarakat tradisional
binatang kecil atau dari tumbuhan. Relatif
terkait dengan kegiatan ritual religi. Oleh
mudah untuk membedakan apakah lukisan
karena itu penelitian mengenai seni cadas
dibuat dengan menggunakan kuas atau jari-
termasuk dalam arkeologi religi (Whitley
jemari
2005:3).
konsistensi garis, lukisan yang dibuat
pada
media
buatan.
Seni cadas meliputi pictograph (lukisan dan
gambar),
petroglyph
(ukiran
dan
pahatan), dan figur-figur yang dibentuk pada
permukaan
berdasarkan
cadas
ketebalan
dengan
dan
menggunakan jari-jemari umumnya “tidak rapih”. Lukisan
yang
dibuat
dengan
lansekap (earth figures). Pictograph dan
menggunakan ujung jari umum ditemukan
petroglyph ditemukan pada panel dinding
berupa titik-titik yang umumnya disusun
atau batu alam. Pictograph adalah lukisan
menjadi motif tertentu. Cap ditemukan pada
atau gambar yang dibuat dengan bahan dari
situs terkenal Lascaux (Perancis), cap
mineral dan bahan-bahan alami lainnya.
tersebut digunakan untuk menggambarkan
Pictograph ditemukan di seluruh dunia dan
pigmen, dan diduga kuat terbuat dari bulu
pada umumnya berwarna merah yang
atau bahan tanaman.
terbuat dari bahan oker, hitam yang terbuat
Kategori khusus dari pictograph adalah
dari arang atau mineral lainnya, misalnya
gambar tangan yang ditemukan di seluruh
mangan, putih dari kapur alam atau kaolin.
dunia. Terdapat gambar tangan yang dibuat
Terdapat juga warna-warna yang terbuat
dengan menempelkan telapak tangan yang
dari bahan mineral lain atau tumbuhan.
basah dengan pewarna kepada permukaan
Pictograph
cadas. Terkadang pada telapak tangan
26
dapat
dibedakan
menjadi
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
tersebut juga digambarkan motif, diduga
tahun yang lalu, relatif sezaman dengan seni
kuat
dengan
tertentu
pada
membubuhkan
pewarna
cadas paleolitik atas di Eropa (Vergano,
telapak
sebelum
2014).
tangan
menempelkannya pada permukaan cadas.
Salah satu gua yang paling banyak diteliti
Terdapat juga gambar tangan yang dibuat
dan dilestarikan di kawasan karst Maros-
dengan menggunakan metode “air brush”
Pangkep adalah Leang Sumpang Bita yang
atau “cat semprot”. Cara ini menggunakan
memiliki seni cadas dan temuan artefak
pigmen atau pewarna kering yang ditiupkan
yang relatif banyak. Gua ini merupakan gua
pada permukaan cadas melalui sejenis
dengan ruang yang terluas dan salah satu
tabung atau pipa. Gambar ini dilakukan
gua yang terletak di lokasi paling tinggi di
dengan meletakan tangan atau telapak
kawasan tersebut. Pada makalah ini, akan
tangan
dan
dibahas mengenai hasil penelitian di Leang
meniupkan pewarna terhadapnya. Cara ini
Sumpang Bita baik terutama seni cadasnya
menghasilkan
dan juga temuan artefak di dalamnya.
pada
permukaan cetakan
cadas
negatif
terhadap
tangan tersebut atau sering disebut dengan istilah
“stensil”
di
Australia
(Whitley
2005:3). Salah satu kawasan situs seni cadas di Indonesia adalah di gugusan kars di Kabupaten
Maros
dan
Kabupaten
Pangkajene Kepulauan (lebih lanjut akan dituliskan
sebagai
Maros-Pangkep).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli seperti A.R.
Gambar 1. Gambar tangan dan babi di Leang Timpuseng, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. (Sumber: Aubert dkk 2014).
Wallace (ahli biologi) serta Paul dan Fritz Sarasin, P.V. van Stein Callenfels, dan H.R. van
Heekeren
(ahli-ahli
arkeologi),
1.2. Permasalahan Permasalahan pada tulisan ini adalah
diketahui bahwa kawasan ini mengandung
bagaimana
gambaran
sosial
ekonomi
bukti-bukti kehidupan manusia prasejarah,
masyarakat pendukung seni cadas di Leang
sejak sekitar 30.000 tahun yang lalu hingga
Sumpang Bita. Pandangan umum terhadap
sekitar 2000 tahun lalu (Balai Pelestarian
struktur sosial masyarakat pendukung seni
Peninggalan Purbakala Makassar 2010).
cadas di kawasan Maros-Pangkep dan
Pertanggalan terbaru terhadap seni cadas
Leang Sumpang Bita adalah pemburu-
tersebut bahkan mencapai usia ± 40.000
pengumpul makanan dalam sudut pandang 27
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
evolusi kebudayaan menurut Adam Smith (1776).
Pandangan
tingkat
masyarakat
tersebut
membagi
berdasarkan
sosial-
1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian adalah pada Leang
Sumpang
Kabupaten
ekonomi menjadi; (1) masa berburu dan
Pangkajene
mengumpulkan
masa
Sumpang Bita berada di Kompleks Taman
beternak, (3) masa agrikultur, dan (4) masa
Prasejarah Sumpang Bita yang berada dalam
komersial/perdagangan.
wilayah
makanan,
(2)
Pada makalah ini dibahas mengenai data
Kelurahan
(Sulawesi
Bita,
Kampung Balocci
Selatan).
Sumpang Baru,
Leang
Bita,
Kecamatan
arkeologi yaitu seni cadas dan artefak yang
Balocci, Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
ditemukan
Bita,
Di dalam kompleks ini terdapat dua situs
keruangan gua tersebut, dan teori sosial-
gua prasejarah, yaitu Leang Sumpang Bita
ekonomi
di
Leang
Sumpang
masyarakat
pemburu
dan
dan Leang Bulu Sumi yang telah ditetapkan
makanan.
Makalah
akan
sebagai situs cagar budaya melalui Surat
sosial-ekonomi
Keputusan 158/M/1998 Tanggal 1 Juli 1998
masyarakat pemburu-pengumpul makanan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
dengan teori-teori mengenai seni cadas
Prof. Dr. Juwono Sudarsono, M.A. Lahan di
untuk memahami fungsi Leang Sumpang
Taman Prasejarah Sumpang Bita juga telah
Bita bagi masyarakat pendukungnya.
dibebaskan dan memiliki sertifikat sebagai
pengumpul
membandingkan
teori
tanah negara seluas 225.203 m2 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar
1.3. Tujuan Seni cadas prasejarah di Leang Sumpang
2011).
Bita merupakan warisan budaya yang sangat
Leang Sumpang Bita terletak di posisi
penting nilainya baik dalam skala lokal,
astronomis 4°54’53.8”LS dan 119°38’38.7”
nasional, dan global. Penelitian ini bertujuan
BT dengan ketinggian ±280 mdpal. Akses
untuk memahami aspek sosial-ekonomi
menuju
masyarakat pendukung seni cadas tersebut.
tersedianya tangga yang terbuat dari semen
Makalah ini menggunakan teori-teori mengenai
sosial
relatif
mudah
dengan
selebar satu meter dari dasar bukit hingga
masyarakat
tiba dipintu gua. Untuk mencapai mulut gua
pemburu-pengumpul makanan mengguna-
juga disediakan tangga kayu dan melewati
kan metode analisis terhadap data arkeologi.
pintu gerbang gua yang terbuat dari kayu.
Pemahaman terhadap aspek sosial-ekonomi
Jarak dari kaki bukit (taman), sekitar 500
dapat memberikan gambaran lebih lanjut
meter pendakian dengan kemiringan lereng
mengenai fungsi seni cadas bagi masyarakat
berkisar antara 45-75°. Di sekitar gua
pendukungnya.
ditumbuhi pohon keras dan tumbuhan perdu
28
struktur
gua
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
Gambar 2. Mulut Leang Sumpang Bita (Foto: penulis)
(Balai Pelestarian Pening-galan Purbakala
ruang gua relatif terang dan sirkulasi udara
Makassar 2011).
cukup baik. Di dalam gua terdapat dua
Gua ini termasuk ke dalam gua kekar
lorong yang tidak terlalu panjang (Balai
lembaran dengan lorong gua yang horizontal
Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar
dan luas. Stalaktit dan stalagmit terlihat
2011).
sangat sedikit dan pilar hanya terlihat pada
Data arkeologi yang ditemukan berupa
mulut gua. Mulut gua menghadap ke arah
seni cadas, artefak batu, cangkang moluska,
timur laut (55°) dan memiliki lebar 12,77
fragmen gerabah, serta fragmen tulang dan
meter dengan kedalaman 31,79 meter. Gua
gigi. Seni cadas berbentuk gambar tangan
ini memiliki tiga ruangan, dimana ruangan I
dalam berbagai ukuran, cap kaki anak-anak,
berukuran panjang 25 meter, lebar 9 meter
gambar menyerupai babi dalam berbagai
dan tinggi langit-langit 5 meter. Ruangan II
ukuran, serta sebuah gambar menyerupai
berukuran panjang 16 meter, lebar 7,5 meter
perahu.
dan tinggi langit-langit 3 meter. Ruangan
merah dan sebagian besar ditemukan pada
III berukuran panjang 6 meter, lebar 3 meter
dinding sisi utara gua. Sementara temuan
dan
meter.
seperti artefak batu ditemukan tersebar di
Permukaan lantai gua cenderung datar
permukaan lantai gua. Cangkang moluska
dengan lebar 15 meter. Intensitas cahaya di
yang
tinggi
langit-langit
2,5
Keseluruhan
ditemukan
gambar
berasal
berwarna
dari
kelas 29
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
Gastropoda
dan
Pelecypoda,
tersebar
berhias, serta fragmen tulang dan gigi
dilantai hingga pelataran gua. Fragmen
manusia
yang
ditemukan
tersebar
di
gerabah juga ditemukan tersebar di lantai
permukaan lantai gua. Seni cadas berbentuk
dan pelataran gua. Fragmen tulang dan gigi
gambar tangan dewasa sebanyak 33 buah,
ditemukan dalam kondisi tersebar dengan
gambar tangan anak-anak sebanyak 24 buah,
frekuensi yang sedikit (Balai Pelestarian
cap kaki anak-anak sebanyak dua buah,
Peninggalan Purbakala Makassar 2011).
gambar menyerupai babi sebanyak tujuh
Kegiatan yang melibatkan instansi peme-
buah yang berukuran besar dan tiga buah
rintah dimulai pada tahun 1982 oleh BPCB
yang berukuran kecil. Secara kesuluruhan
Makassar (pada waktu itu bernama SPSP
gambar ini ditemukan di dinding sisi utara
Sulselra)
gua. Selain itu juga ditemukan gambar
yang
melakukan
kegiatan
pendataan situs Leang Sumpang Bita dan
menyerupai
Bulu Sumi di desa Balocci, Kabupaten
(panjang ±2 meter) pada dinding sisi utara
Pangkep. Pendataan tersebut menghasilkan
gua.
data arkeologi berupa seni cadas, cangkang moluska,
fragmen
gerabah
polos
dan
perahu
berwarna
merah
Ekskavasi dalam rangka penyelamatan oleh BPCB Makassar dilakukan pada tahun
Gambar 3. Leang Sumpang Bita memiliki sebuah lorong panjang yang lebih besar yang menghadap mulut gua (kiri) dan lorong lebih pendek yang berukuran lebih sempit di sisi utara mulut gua (kanan) (foto: penulis). Tabel 1. jumlah dan jenis gambar seni cadas di Leang Sumpang Bita. Gambar Cap Tangan
Jumlah 57 gambar (terdiri dari 33 cap tangan orang dewasa dan 24 cap tangan anak-anak)
Cap kaki
2 gambar (anak-anak)
Babi
10 gambar (7 berukuran besar dan 3 berukuran kecil)
Perahu
1 gambar (berukuran panjang ± 2 meter)
Sumber: BPCB Makassar 2011 30
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
Gambar 4. Seni cadas berupa Gambar Tangan, Anoa, Babi dan Perahu di Lorong Sisi Utara Gua (foto: penulis).
1984 (pada waktu itu bernama SPSP
2 meter dengan kedalaman penggalian 95
Sulselra) yang juga melibatkan mahasiswa
cm (dianggap steril) menggunakan sistem
jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin.
penggalian spit yang mencapai 9 spit
Dalam survei permukaan di dalam dan
dimana per spitnya dibatasi 10 cm.
sekitar gua terekam data arkeologi seperti
Spit 1 dikupas hingga kedalaman 15 cm.
mata panah bergerigi, lancipan, serpih bilah
Dari hasil penggalian terlihat adanya 6
(flakes),
cangkang
lapisan tanah (Balai Pelestarian Peninggalan
moluska, dan alat tulang. Dari hasil survei
Purbakala Makassar 2011). Temuan arkeolo
permukaan kemudian menjadi pertimbangan
-gis pada kotak ini berupa gerabah polos,
dalam membuka dua buah kotak ekskavasi
gigi, cangkang moluska dan tulang yang
yaitu
ditemukan
fragmen
kotak
gerabah,
PK.SB.I
(Pangkajene
pada
kedalaman
15
cm.
Kepulauan. Sumpang Bita. Kotak I) dan
Kedalaman 25 cm (spit 2) ditemukan
kotak PK.SB.II (Pangkajene Kepulauan.
gerabah
Sumpang Bita. Kotak II) yang digali di
memperlihatkan
Leang
untuk
dipoleskan pada permukaan luarnya dan
pembahasannya dimasukkan di situs Leang
temuan lain berupa tulang dan cangkang
Bulu Sumi. Kotak PK.SB.I berukuran 2,5 X
moluska. Pada kedalaman 35 cm (spit 3)
2,5 meter namun yang digali berukuran 2 X
ditemukan tulang yang juga menjadi temuan
Bulusumi
sehingga
berhias
pola
geometris
yang
warna
merah
yang
31
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
Gambar 5. Gambar Telapak Kaki di Leang Sumpang Bita (Foto: dokumentasi BP3 Makassar 2008).
Gambar 6. Gambar Babi dan Perahu sepanjang ± 2 meter di Lorong Sisi Utara Gua.
Gambar 7. Gambar Anoa dan Gambar Tangan sepanjang ± 2 meter di Lorong Sisi Utara Gua. 32
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
terakhir kotak ini. Spit 4 hingga 9 tidak lagi
South Wales (Australia) yang menggunakan
ditemukan sisa aktivitas budaya (temuan
teknik
arkeologi) (Balai Pelestarian Peninggalan
diketahui bahwa konvensi penggambaran
Purbakala Makassar 2011).
babi
Kesimpulan dari penggalian tersebut menyebutkan bahwa Leang Bulusumi telah diokupasi sejak 5000 sampai 1000 tahun
pertanggalan dan
gambar
uranium-thorium, tangan
memiliki
pertanggalan sekitar ±40.000 tahun yang lalu (McKie 2014). Pada
tahun
1985
dilakukan
studi
sebelum Masehi atau berasal dari masa
konservasi seni cadas yang dilaksanakan
Mesolitik (Balai Pelestarian Peninggalan
oleh
Purbakala Makassar 2011). Berdasarkan
Pemeliharaan
pertanggalan terhadap seni cadas di tujuh
sebagai
gua prasejarah di Maros oleh Maxime
Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan
Aubert, University of Wollongong, New
Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan.
Laboratorium
Sub
Direktorat
Ditlinbinjarah,
Depdikbud
bagian
dari
kegiatan
Proyek
Tabel 2. Temuan Ekskavasi Leang Sumpang Bita oleh BPCB Makassar tahun 1984 Jenis Temuan
Kedalaman
Gerabah Polos
15 cm
Gigi
15 cm
Cangkang Moluska
15 cm dan 25 cm
Gerabah pola gemoteris warna merah
25 cm
Tulang
15 cm, 25 cm, dan 35 cm
Sumber: BPCB Makassar 2011
Gambar 8. Ekskavasi Leang Sumpang Bita Tahun 1984. Sumber : BPCB Makassar 2016. 33
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
Kegiatan ini dilanjutkan pada awal tahun
hasil
1986 dengan melakukan konservasi tahap
bahwa Leang Sumpang Bita mempunyai
awal berupa pengalihan air hujan (sebagai
kedudukan yang sangat penting pada masa
penyebab utama pengelupasan seni cadas)
lalu sebagai situs ritual yang utama.
serta melakukan restorasi (menggambar
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan
ulang bagian yang tersamar/hilang) gambar
keletakan Leang Sumpang Bita yang lebih
menggunakan
haematit
tinggi dari gua-gua yang memiliki seni
dengan pelarut Paraloid B-72 5% dalam
cadas di sekitarnya dan profil gua yang
larutan ethyl acetate pada gambar perahu
memiliki tiga buah ruangan dengan kondisi
dan babi. Pada pertengahan tahun 1986
permukaan yang relatif datar, serta melihat
dilanjutkan kembali dengan kegiatan yang
laporan
sama. Teknis kegiatan pada kali ini berupa
menemukan sedikit peralatan sehari-hari dan
konsolidasi dan restorasi (tahap akhir)
sisa makanan (Balai Pelestarian Peninggalan
terhadap
Purbakala Makassar 2011).
bahan
gambar
berupa
perahu
dan
babi
penelitiannya,
hasil
dia
ekskavasi
berkesimpulan
yang
hanya
menggunakan bahan dan metode yang sama dari
tahap
awal
(Balai
Pelestarian
Peninggalan Purbakala Makassar 2011). R. Cecep Eka Permana pada tahun 2008 menulis
gua
Sumpang
Bita
2. Teori dan Metode Seni
cadas
merupakan
fenomena
universal karena ditemukan hampir di
dalam
seluruh benua di dunia. Pandangan umum
kedudukannya di antara situs-situs gua
melihat kebudayaan seni cadas dilakukan
prasejarah di kawasan gua-gua prasejarah
oleh pemburu dan pengumpul makanan
Maros Pangkep, Sulawesi Selatan. Dalam
walau
penelitiannya di Leang Sumpang Bita
menunjukkan kemampuan masyarakat untuk
teridentifikasi lukisan berupa gambar tangan
beternak (pastoralis) seperti seni cadas di
sebanyak 81 buah, 12 gambar babi, satu
Pulau Muna (Sulawesi Tenggara). Berikut
gambar anoa, dan satu gambar perahu. Dari
adalah foto dari seni cadas di Pulau Muna
terdapat
seni
cadas
yang
Gambar 9. Gambar menyer upai per ahu sebelum dikonser vasi (kir i), pelaksanaan konser vasi ber upa pembersihan bekas aliran air secara mekanis(tengah), gambar menyerupai perahu setelah dikonservasi(kanan). Dokumentasi BP3 Makassar 1986. 34
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
tersebut.
Teori
Penggambaran merupakan
adegan
materialisme
menekankan Marxis
yang
berpandangan bahwa masyarakat berdasar-
masyarakat pendukung seni cadas tersebut
kan kepada kekuatan-kekuatan material,
adalah bagian dari masyarakat pastoralis
dengan kata lain untuk hidup sejahtera
yang telah mengenal domestikasi kuda.
masyarakat harus memproduksi kebutuhan
Terdapat juga kemungkinan bahwa gambar
hidup yaitu makanan, tempat tinggal, dan
ini
lain-lain. Cara-cara masyarakat berinteraksi
oleh
penting
pandangan
sangat
bahwa
dibuat
penunjuk
berkuda
tersebut
masyarakat
pemburu-
pengumpul makanan yang menggambarkan
untuk
masyarakat tetangganya yang telah me-
tersebut, siapa yang menguasai produk-
ngenal domestikasi kuda. Dalam rangka
produk pekerjaan, dan bagaimana meng-
menghindari bias tersebut maka dirasakan
gunakannya menentukan tipe masyarakat
penting
tersebut (Naomi Byron dalam http://www.
untuk
memahami
pertanyaan
“siapa” pendukung seni cadas tersebut. Pada
memproduksi
seluruh
kebutuhan
marxism.org.uk/pack/history.html).
makalah ini selain dilakukan pengamatan
Pandangan Marxis tersebut meyakini
terhadap seni cadas di Leang Sumpang Bita
bahwa masyarakat atau kebudayaan sangat
juga dilakukan pengamatan terhadap inter-
dipengaruhi oleh mata pencaharian mereka.
pretasi sosial-ekonomi masyarakat pen-
Teori-teori yang kemudian berkembang
dukung seni cadas tersebut berdasarkan
dalam rangka interpretasi seni cadas masa
penelitian arkeologi yang telah dilakukan di
paleolitik atas di Eropa secara terus menerus
leang tersebut secara khusus dan kawasan
paralel
karst Maros-Pangkep secara umum.
masyarakat
Teori-teori
yang
berkembang
dengan
interpretasi
pemburu
dan
terhadap pengumpul
untuk
makanan. Teori-teori tersebut secara umum
menginterpretasi seni cadas pada umumnya
menyatakan mengenai kehidupan religi
berkaitan erat dengan interpretasi cara hidup
masyarakat pemburu-pengumpul makanan
masyarakat pendukungnya berdasarkan per-
melalui
kembangan sosial-masyarakat. Salah satu
dengan
seni cadas yang merupakan objek utama
makanan kontemporer (totemisme, shaman-
perkembangan teori interpretasi seni cadas
isme, dan kehidupan sehari-hari) (Sauvet
adalah seni cadas masa paleolitik atas di gua
2009).
perbandingan masyarakat
paralel-etnografi
pemburu-pengumpul
-gua prasejarah di Eropa. Teori yang paling populer
adalah teori
magis
perburuan
3. Hasil dan Pembahasan
(Sympatethic Magic) yang dipopulerkan
Telah menjadi semacam dogma bahwa
oleh Salomon Reinach pada tahun 1903.
seni cadas merupakan penanda utama 35
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
masyarakat pemburu-pengumpul makanan
tingkat pembedaan antar tipe masyarakat
dan karena ditemukan di gua-gua, terkadang
yang satu dengan yang lain menurut
timbul asumsi bahwa masyarakat prasejarah
pandangan Smith (1776) tersebut adalah
menetap
melakukan
pada produksi pangan pada masyarakat
“dekorasi” terhadap gua yang mereka huni.
tersebut. Pengertian masyarakat pemburu
Seringkali dengan memandang seni cadas di
dan pengumpul makanan yang dituliskan
gua timbul asumsi bahwa masyarakat
pada makalah ini dibatasi pada absennya
pendukungnya adalah masyarakat pemburu-
proses produksi pangan dalam bentuk
pengumpul makanan yang dianggap sebagai
beternak atau bercocok tanam di dalam
manusia “barbar”.
masyarakat.
di
gua-gua
dan
Masyarakat
diasumsikan
Oleh karena itu pemahaman terhadap
“mencari” kebutuhan pangan yang terdapat
masyarakat pemburu-pengumpul makanan
di alam liar, dan tidak membuat (produksi)
dapat
pangan untuk kebutuhan mereka.
memperkaya
kajian
seni
cadas.
Sebelum melangkah lebih jauh, pertamatama
harus
untuk
1984 maka hal yang meragukan bahwa gua
sosial-ekonomi
ini digunakan oleh masyarakat produsen
masyarakat pendukung Leang Sumpang Bita
makanan adalah adanya temuan gerabah.
menurut evolusi kebudayaan Adam Smith
Gerabah seringkali diidentikkan dengan
(1776). Dalam studi mengenai peradaban
masyarakat menetap yang identik dengan
secara khusus dan kebudayaan secara
masyarakat produsen pangan. Berdasarkan
umum, para ahli umumnya memandang
hasil penelitian terhadap fragmen gerabah di
bahwa peradaban manusia berkembang
gua Xianrendong di Provinsi Jiangxi, Cina
secara linear dari tingkat sederhana menuju
Selatan
tingkat lanjut. Walaupun evolusi linear
science/2012/jun/28/ancient-chinese-pottery
tersebut kini mulai ditolak oleh para ahli,
-oldest-yet) dan temuan keramik “Jōmon”
namun pembedaan antara satu masyarakat
di Jepang (http://www.york.ac.uk/news-and-
dengan masyarakat yang lain berdasarkan
events/news/2013/research/jomon/)
pembagian sosial-ekonomi tersebut pada
diketahui
makalah ini dirasakan cocok karena dapat
pengumpul
melihat tipe masyarakat seperti apa yang
mengembangkan
mendukung seni cadas di Leang Sumpang
gerabah bahkan keramik, dan teori bahwa
Bita secara khusus dan kawasan seni cadas
gerabah merupakan inovasi masyarakat
Maros-Pangkep secara umum.
produsen makanan perlu ditinjau kembali.
menentukan
disusun struktur
argumen
Jika melihat temuan ekskavasi tahun
Salah satu kata kunci untuk memahami 36
(http://www.theguardian.com/
bahwa
masyarakat
makanan
di
teknologi
pemburu-
Asia
Timur
pembuatan
Data-data arkeologi di Leang Sumpang
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
Bita dan hasil pertanggalan terbaru beberapa
mengatasi tantangan alam. Tipe masyarakat
seni cadas di kawasan gua-gua prasejarah
ini mungkin cocok untuk diterapkan dalam
yang menunjuk angka ±40.000 BP agaknya
kerangka teori penelitian terhadap spesies
menempatkan
manusia purba diluar Homo sapiens.
interpretasi
masyarakat
pemburu dan pengumpul makanan sebagai masyarakat pendukung seni cadas Leang
3.2 Masyarakat Pemburu-Pengumpul
Sumpang Bita. Pertanggalan seni cadas
Makanan Sejahtera (Affluent)
Leang Sumpang Bita diasumsikan dengan sudut
pandang
stilistik
yang
Tipe masyarakat ini merupakan tipe yang
melihat
disusun berdasarkan pengamatan etnografi
kesamaan gaya penggambaran babi di
masyarakat !Kung Bushmen dan Hadza di
Leang Sumpang Bita dengan penggambaran
Afrika (Svizzero dan Tisdell 2014:11).
babi di gua-gua di Maros yang telah diberi
Masyarakat
pertanggalan absolut. Leang Sumpang Bita
organisasi sosial yang dinamakan kelompok
merupakan satu gua di antara banyak gua-
kecil atau band yang umumnya memiliki
gua prasejarah di kawasan Maros-Pangkep
ikatan kekerabatan genetik.
ini
umumnya
memiliki
(berdasarkan pendataan BPCB Makassar
Band adalah istilah ilmu budaya yang
tahun 2014 tercatat terdapat 127 gua
umum digunakan pada antropologi sosial
prasejarah), oleh karena itu diduga kuat
untuk menunjuk kepada masyarakat yang
bahwa
terdapat
tidak memiliki institusi formal seperti
yang
hukum, polisi, pidana, tidak memiliki
mendukung satu kebudayaan dan mendiami
pemimpin-pemimpin yang berkuasa secara
kawasan karst tersebut. Svizzero dan Tisdell
penuh, dan tidak memiliki pembagian
(2014) lebih lanjut mengusulkan untuk
spesialisasi ekonomi selain dari usia dan
membagi masyarakat pemburu-pengumpul
jenis kelamin. Masyarakat tersebut tidak
makanan menjadi tiga tipe. Masing-masing
memiliki
sebuah
tipe masyarakat tersebut akan dijelaskan
permanen
dan
dalam
dalam kawasan tertentu (Sveiby 2009:4).
pada
kelompok
masa
prasejarah
masyarakat
bagian-bagian
besar
yang
terpisah
selanjutnya.
basis
hidup
pemukiman
berpindah-pindah
Antropologi sosial melihat masyarakat band yang memiliki mata pencaharian pemburu
3.1 Masyarakat Pemburu-Pengumpul
dan pengumpul makanan sebagai organisasi
Makanan Sederhana
manusia tertua dan telah ada sejak ratusan
Masyarakat ini sangat bergantung pada lingkungan
alam
mengembangkan
dan
tidak
kebudayaan
ribu tahun yang lalu.
dapat
Sveiby
untuk
berdasarkan
(2009)
menyatakan
pengamatannya
bahwa terhadap 37
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
masyarakat
pemburu
dan
pengumpul
Antropolog mengukur pengaruh individual
makanan kontemporer, diketahui bahwa
dalam
masyarakat tersebut menjunjung tinggi nilai-
tersebut,
nilai egalitarianisme. Nilai-nilai persamaan
pengalaman, dan nilai-nilai keunggulan dari
hak berulangkali ditekankan dalam tingkah
seorang individu adalah faktor terbesar yang
laku
menentukan pengaruh individu tersebut
sosial
sehari-hari
dalam
publik.
Mengenai pembagian sumber daya yang lebih
bernilai
regulasi
seperti
dalam
daging,
terdapat
masyarakat
untuk
memastikan distribusi yang lebih merata. Sveiby
(2009:13)
dan
keputusan
umumnya
band
pengetahuan,
dalam band. 3.3 Masyarakat Pemburu-Pengumpul Makanan Kompleks
melakukan
Svizzero dan Tisdell (2014) menyatakan
interpretasi struktur sosial pada masyarakat
bahwa kata kunci dari masyarakat ini adalah
pemburu dan pengumpul makanan Bushmen
“penguasaan
di Afrika melalui telaah pustaka. Band
pangan”
Bushmen umumnya terdiri dari dua sampai
Masyarakat
delapan orang yang memiliki hubungan
teknologi
genetik (keluarga). Band tersebut jarang
sistensi
mencapai jumlah lebih dari 50 orang dan
cakupan luas dari spesies-spesies binatang
menyebar
dan
menjadi
juga
pengambilan
unit-unit
kecil
per
sumber
dan
“kehidupan
ini
telah
untuk ekonomi
tanaman
daya”,
“surplus menetap”.
mengembangkan
mengembangkan yang
sub-
mengeksploitasi
pangan.
Masyarakat
ini
keluarga setiap musim dingin dimana
menguasai (konsep kepemilikan) lokasi
sumber makanan
yang
lebih sulit didapat.
memiliki
sumber
pangan
yang
Kelompok sosial bersifat fleksibel dan
berlimpah, mengembangkan permukiman
seringkali anggota band tersebut berganti-
jangka panjang bahkan permanen dan
ganti secara mutualime, bahkan beberapa
memiliki populasi yang besar hingga ±5000
lelaki dewasa sering memilih untuk hidup
orang. Masyarakat ini telah mengem-
menjadi pengembara seorang diri. Tidak
bangkan teknologi untuk menyimpan stok
terdapat kelompok sosial yang memonopoli
pangan yang dikumpulkan dari alam, yang
sumber daya.
kemudian berdampak terhadap pengelolaan
Sveiby
menyatakan
distribusi yang menghasilkan sistem sosial
bahwa tidak terdapat perbedaan kekayaan
hierarkis. Svizzero dan Tisdell (2014)
material dan pemimpin-pemimpin formal di
menyatakan bahwa jenis masyarakat ini
antara masyarakat pemburu dan pengumpul
merupakan
masyarakat
makanan. Akan tetapi terdapat perbedaan
masyarakat
pemburu
status
makanan dan masyarakat beternak atau
38
(2009:13)
dalam
juga
anggota
band
tersebut.
transisi dan
antara
pengumpul
Yosua Adrian Pasaribu. Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan
bercocok tanam, contoh: situs Natufian,
ini, diduga kuat masyarakat pendukung Seni
Levant, Mediterania Timur (Israel dan
Cadas di Leang Sumpang Bita dan gua-gua
Palestina).
prasejarah di kawasan Maros Pangkep
Berdasarkan bukti-bukti arkeologi yang
secara umum adalah masyarakat pemburu-
ditemukan di Leang Sumpang Bita secara
pengumpul makanan sejahtera berdasarkan
khusus dan gua-gua prasejarah di kawasan
pengertian
Maros-Pangkep pada umumnya, diduga kuat
yang berasal dari masa tertua ±40.000 tahun
bahwa seni cadas di Leang Sumpang Bita
yang lalu.
didukung
oleh
masyarakat
pemburu-
Svizzero dan Tisdell (2014)
Seni Cadas di Leang Sumpang Bita
pengumpul makanan sejahtera menurut
diduga
Svizzero dan Tisdell (2014:11). Interpretasi
keagamaan masyarakat tersebut. Banyaknya
Permana (2008) menyatakan bahwa Leang
gambar binatang di gua ini mengindikasikan
Sumpang Bita merupakan lokasi ritual
simbolisme
binatang
utama masyarakat pendukung seni cadas
masyarakat
prasejarah
kawasan karst Maros-Pangkep berdasarkan
cadas.
jumlah
yang
dilakukan terhadap motif gambar binatang
terbanyak dan jumlah variabel gambar seni
di gua-gua prasejarah di kawasan karst
cadas serta segi keruangan leang Sumpang
Maros-Pangkep dan gua-gua prasejarah di
Bita yang terletak paling tinggi di antara gua
Kabupaten Bone. Penelitian tersebut dapat
-gua di sekitarnya. Oleh karena itu diduga
memberikan gambaran mengenai konteks
kuat masyarakat prasejarah yang mendu-
budaya gambar binatang dalam seni cadas
kung seni cadas di Leang Sumpang Bita
prasejarah di kawasan karst di Sulawesi
secara khusus dan kawasan karst Maros-
Selatan.
lukisan
gambar
tangan
kuat
merupakan
Penelitian
sarana
ritual
dalam
religi
pendukung
seni
selanjutnya
dapat
Pangkep secara umum merupakan masyarakat berjumlah besar yang menggunakan seni cadas sebagai ekspresi religius mereka.
Daftar Pustaka Smith, Adam. 1776. A n Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. London. W. Strahan dan T.
4. Penutup Memahami
tipe
sosial
masyarakat
pendukung seni cadas diharapkan dapat
Cadell Whitley, David S.; Joseph M. Simon; dan
memberi pandangan yang lebih jernih
Ronald I. Dorn. 1998. Rock A rt Studies
terhadap upaya rekonstruksi fungsi bahkan
at CA-SBR-2347, The Paradise Bird Site,
makna
Fort Irwin N.T.C; San Bernandino
dari
seni
cadas
tersebut
bagi
masyarakat pendukungnya. Pada makalah
County, California. Report on filem 39
Siddhayatra Vol. 21 (1) Mei 2016: 25-40
Archaeological Information Center. San
Makassar. 2011. Zonasi Gua-Gua
Bernandino County Museum.
Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011.
Whitley, David S. 2005. Introduction to Rock Art Research. California. Left Coast Press. Inc. Permana, R. Cecep Eka. 2008. Bentuk-
Pariwisata. McKie. 2014. Cave art and harpoon tips show African roots of our creative
Bentuk Gambar Telapak Tangan pada
genius; The discovery of wall paintings
Gua-Gua Prasejarah di Kabupaten
in Indonesian caves suggests that the
Pangkajene Kepulauan, Sulawesi
human ability to express ourselves began
Selatan. dipublikasikan online di http://
before we trekked out of Africa. diakses
melayuonline.com/ind/article/read/798/
online pada tanggal 11 Oktober 2014 di
bentuk-gambar-telapak-tangan-pada-gua-
http://www.theguardian.com/
gua-prasejarah-di-kabupaten-pangkajene-
science/2014/oct/11/cave-paintings-
kepulauan-sulawesi-selatan.
indonesia-african-roots.
Sauvet, Georges; Robert Layton; Tilman
Svissero, Serge dan Clem Tisdell. 2014.
Lenssen-Erz; Paul Taçon; dan Andre
Hunter-Gatherer Societies: Their
Wlodarczyk. 2009. Thinking with
Diversity and Evolutionary Procceses
Animals in Upper Palaeolithic Rock Art;
dalam Economics, Ecology, and The
Cambridge Archaeological Journal 19:3,
Environment; University of Queensland.
McDonald Institute for Archaeological Research. Sveiby, Karl-Erik. 2009. The First
Vergano, Dan. 2014. Cave Paintings in Indonesia Redraw Picture of Earliest Art: The dating discovery recasts ancient cave
Leadership? Shared Leadership in
art as a continent-spanning human
Indigenous Hunter-Gatherer Bands. Draft
practice. diterbitkan pada tanggal 8
Paper for Book Chapter on Indigenous
Oktober 2014 di http://
Leadership to be published in 2009.
news.nationalgeographic.com/
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. 2010. Usulan Penetapan Kawasan Gua-gua Prasejarah MarosPangkep sebagai Kawasan Strategis Nasional. Direktorat Peninggalan Purbakala; Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata; Jakarta (tidak diterbitkan). Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala 40
Makassar. Kementerian Kebudayaan dan
news/2014/10/141008-cave-art-sulawesihand-science/.