Jakarta, 24 Februari 2014
Yang Kami hormati dan banggakan, Pengurus dan Anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia, Hadirin sekalian yang berbahagia, Selamat Malam dan Salam Sejahtera bagi kita semua, Perkenankan Saya mengajak kita semua memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat-Nya kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat dan suasana yang baik, dalam rangka “Perhumas Awarding Night 2014”. Sebuah kehormatan bagi Saya dapat hadir malam ini, menggenapi acara penganugerahan Perhumas 2014. Saya juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini, yang tentunya merupakan ajang pembelajaran bersama yang akan memperkuat komunitas humas Indonesia.
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Sebagaimana yang disampaikan oleh Alvin Toffler (Futurolog), Globalisasi merupakan rangkaian perjalanan peradaban umat manusia di muka bumi yang ditandai ke dalam tiga gelombang; Gelombang Pertama adalah pola hidup bercocok tanam. Gelombang Kedua adalah revolusi industri, dan Gelombang Ketiga adalah fase kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi. Kemajuan teknologi komunikasi telah melahirkan revolusi peradaban baru ketika informasi menjadi komoditi, yang menentukan interaksi antara umat manusia. Siapa yang menguasai informasi menjadi pemenang dalam setiap persaingan termasuk persaingan bisnis. Pada era inilah kita berada, dan berupaya untuk bertahan di dalam pusaran gravitasi informasi dan komunikasi yang tiada henti. Dalam konteks ekonomi, pada setengah dasawarsa terakhir Kita juga merasakan gejolak ketidakpastian yang kental mewarnai kondisi ekonomi global. Kondisi inilah yang kemudian memunculkan adagium “New Normal”, yaitu periode ketika lanskap ekonomi mengalami pergeseran yang cukup ekstrim sebelum akhirnya menyentuh titik ekuilibrium baru. Page 1 of 5
Perubahan drastis struktur ekonomi dunia itu terus menciptakan bandul ketidakpastian baru, sehingga tercipta fase-fase ”New Normal” baru yang berimplikasi terhadap ekonomi domestik.
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Tahun 2013 bukanlah tahun yang mudah buat kita semua. Ekonomi nasional menunjukkan perlambatan dengan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan. Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional meningkat terutama didorong oleh defisit Transaksi Berjalan. Nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian yang cukup tajam, sementara inflasi melewati sasarannya di 4,5+1% akibat pengurangan subsidi bahan bakar dan kenaikan tajam kelompok bahan makanan (volatile food). Ditengah turbulensi ekonomi dunia yang terus berevolusi, kita patut bersyukur ekonomi kita mampu bertahan pada level yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 5,7%, jauh diatas rata-rata pertumbuhan peer countries yang diperkirakan hanya sekitar 3,6%. Pada tahun 2014, perbaikan Ekspor diperkirakan akan mendorong menurunnya defisit transaksi berjalan dan menopang perbaikan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Membaiknya fundamental perekonomian Indonesia akan berdampak positif pada meredanya tekanan depresiasi nilai tukar rupiah. Sementara Inflasi 2014 diharapkan terjaga sesuai sasarannya 4,5±1%. Namun demikian berbagai tantangan internal dan eksternal tidaklah ringan dan berpotensi mengikis sentimen positif ekonomi kita. Dari sisi internal, berbagai guncangan ekonomi akibat bencana alam berpotensi mengganggu distribusi dan keseimbangan supply & demand. Dari sisi eksternal, kebijakan Tapering Off The Fed terasa semakin krusial ditengah perbaikan struktural negara berkembang.
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Berbagai tantangan tersebut perlu kita cermati seiring makin dekatnya komitmen Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) 2015. KEA merupakan perwujudan strategi komunal ASEAN untuk menjadi key player di dalam global production chain. Integrasi yang lebih dalam di kawasan ASEAN akan mengkonsolidasikan ASEAN centrality sehingga dapat menggeser gravity aktivitas ekonomi dunia ke ASEAN (Plummer & Yue, 2009). Pada satu sisi komitmen AEC akan membuka peluang pasar dengan aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal yang lebih bebas. Namun di sisi lain, hal ini juga memberikan konsekuensi semakin tingginya persaingan di pasar domestik masing-masing negara. Page 2 of 5
Dengan potensi pasar yang massive, Kami melihat substansi yang paling mendasar dari komitmen AEC tersebut adalah kemampuan kita menciptakan daya saing yang kompetitif. Mampukah kita memanfaatkan AEC sebagai pelaku utama dari rantai produksi global, atau kita hanya akan menjadi target pasar dan terpinggirkan? Dalam pandangan saya,
pada titik inilah kapabilitas kita untuk membaca dan mengantisipasi gerakan ekonomi ke depan semakin teruji. Survivors aren't always the strongest; they're the smartest. Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Berkaitan dengan komitmen KEA 2015 tersebut, Saya melihat terdapat beberapa fakta sosial ekonomi yang akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Pertama, kekayaan sumber daya alam Indonesia dengan populasi terbesar di Asia Tenggara hingga 240 juta jiwa. Data GDP berdasarkan purchasing power parity (PPP) IMF juga menunjukkan bahwa pada tahun ini GDP Indonesia sudah mencapai USD 1,2 triliun, dan diperkirakan pada tahun 2016 akan menyalip beberapa negara besar seperti Australia dan Kanada. Dengan magnitude ekonomi yang massive tersebut, laju pertumbuhan ekonomi kita dalam beberapa tahun terakhir bahkan jauh meninggalkan rata-rata pertumbuhan ekonomi peer countries. Kedua, margin keuntungan struktur pasar industri keuangan Indonesia yang cukup lebar sangat menarik bagi investor asing dari seluruh dunia. Goldman Sachs Asset Management yang dulu mempopulerkan akronim BRIC kini memunculkan akronim baru, MIST, yakni Meksiko, Indonesia, South Korea, Turki, sebagai negara anggota kelompok elite G-20 yang menjadi primadona baru investor internasional. Ketiga, middle class society yang diperkirakan terus tumbuh menjadi 150 juta jiwa pada 20141, artinya lebih dari 50% penduduk Indonesia adalah pasar potensial bagi sistem pembayaran. Pada tahun 2020 mendatang, jumlah konsumen kelas menengah di Indonesia tersebut diperkirakan akan bertambah dua kali lipat dari saat ini 2. Keempat, saat ini porsi terbesar penduduk kita berusia 0–24 tahun sehingga dalam jangka waktu 20–25 tahun akan berada di usia produktif. Demographic dividend tersebut semakin terasa ditengah fase aging society negara lain seperti Jepang dan negara-negara Eropa. Ekspansi kelas menengah Indonesia dalam satu dekade ke depan masih akan terus berlanjut dan pasar domestik kita akan terus membesar. 1 2
Nomura, World Bank, CEIC 2012 Proyeksi BCG, Maret 2013
Page 3 of 5
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Fakta-fakta tersebut di atas harusnya semakin membuka mata kita bahwa peran PR sebagai piranti dan perangkat komunikasi menjadi semakin vital dalam membuka mata dunia untuk mengenal wajah kita dengan baik. Dengan cara tersebut, kita akan mampu mendekatkan Stakeholders untuk semakin memahami produk yang kita hasilkan dan dapat berkontribusi positif sesuai dengan ekspektasi kita. “The History of PR is a History of a
Battle for What is Reality and How People Will See and Understand Reality” … (Stuart Ewen). Kami di Bank Indonesia sangat menyadari bahwa berbagai kebijakan strategis BI tersebut tidak akan terwujud tanpa kolaborasi dengan mitra strategis BI dan komunikasi yang baik dengan stakeholders, masyarakat luas dan media. Kerjasama yang baik tersebut pada akhirnya akan mendorong efektivitas kebijakan Bank Indonesia. Komunikasi kebijakan yang baik akan mengurangi uncertainty dan meningkatkan predictability. Peran PR dalam hal ini sangatlah sentral. Komunikasi yang dilakukan oleh Bank Sentral pada umumnya difokuskan pada 3 eleman utama, yaitu membangun akuntabilitas, memperkuat efektivitas kebijakan, dan meningkatkan kredibilitas. Apabila tercapai, maka kebijakan bank sentral diharapkan tidak saja diketahui oleh masyarakat (awareness), namun dapat diterima dan dipahami (acceptance), sehingga akhirnya dapat menggerakkan ekspektasi publik dan pelaku pasar (behaviour).
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Sebagai professional PR, setidak-tidaknya ada tiga tantangan yang paling utama. Tantangan Pertama bersifat internal, yaitu terkait dengan kompetensi terhadap piranti teknologi komunikasi. Tantangan Kedua adalah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat. Sepuluh tahun yang lalu, tidak ada yang memprediksi bahwa sebagian besar hidup kita akan bersentuhan dengan komunikasi elektronis dan digital. Media sosial (facebook, twitter, blog) bahkan menjadi tempat “persinggahan” terbesar di dunia. Kemajuan teknologi komunikasi telah merestrukturisasi pola komunikasi baik didalam perusahaan maupun terhadap lingkungan eksternal. Tantangan Ketiga terkait dengan reformasi politik. Efektivitas komunikasi Dalam hal ini akan sangat ditentukan oleh keberanian dan kreativitas PR dalam mengkomunikasikan stance institusi. Hal ini mengingat di era reformasi dan demokrasi yang semakin terbuka masyarakat semakin kritis terhadap pemberitaan yang tersebar luas melalui berbagai media. Page 4 of 5
Bapak dan Ibu, serta hadirin sekalian, Menghadapi berbagai tantangan tersebut, Saya mengajak kita semua untuk beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan inovasi komunikasi yang dapat merebut hati masyarakat dan stakeholder kita secara positif. Karena hanya dengan nilai yang positif tersebut peran dan posisi kita sebagai PR akan efektif dan tidak lekang oleh waktu seperti yang disampaikan Joseph Pulitzer: “Publicity is The Greatest Moral Factor And
Force In Our Public Life” … Akhir kata, Saya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Konvensi Nasional Perhumas ini. Selamat kepada para penerima penghargaan yang prestisius ini. Semoga prestasi yang diraih menjadi pemacu dan pemicu kita semua untuk berkarya lebih baik lagi. Saya juga berharap pertemuan ini dapat memperkuat interaksi dan komunikasi Perhumas Indonesia dan senantiasa melahirkan gagasan segar yang dapat menjadi terobosan dalam dunia teknologi dan komunikasi informasi.
Sekian dan Terima Kasih. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas
Page 5 of 5