Vol. 8 No. 1, Mei 2014
ISSN 1979 -3103 0000
i
PHYSICAL EDUCATION HEALTH AND RECREATION JOURNAL Jurnal PJKR
Jl. Menteri Supeno 13 Manahan Surakarta 57139 E-Mail :
[email protected], Fax. (0271) 714957
Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan November , berisi naskah hasil Penelitian, gagasan konseptual, iptek mengenai pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi. Ketua Dewan penyunting Drs. Sarwono, M.S Wakil Ketua Dewan penyunting Drs. Heru Suranto, M.Pd Mitra Bestari: Prof. Dr. Sugiyanto. (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd. (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof. Dr. Agus Kristyanto, M.Pd (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof. Dr. H. Harsuki, M.A. (Universitas Negeri Jakarta) Prof. Dr. Tandyo Rahayu, M.Pd. (Universitas Negeri Semarang) Prof. Dr. Gusril, M.Pd (Universitas Negeri Padang) Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.Kes (Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja) Prof. Drs. Wawan Sundawan, M.Pd (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Dr. M.E. Winarno (Universitas Negeri Malang) Dr. dr. BM Woro K (Universitas Negeri Yogyakarta) Penyunting Pelaksana Drs. Heru Suranto, M.Pd Drs. Agus Margono, M.Kes Drs. Sarwono, M.S Dra. Hanik Liskustyowati, M.Kes Drs. Budhi Satyawan, M.Pd Sekertariat : Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or. Deddy Whinata Kardiyanto, S.Or., M.Pd Ronny Syaifullah, S.Pd, M.Pd Tata Usaha: Sri Wahyuni Susanto Jurnal PJKR : Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Publikasi Naskah: Penyunting menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam jurnal dan lain sebagainya. (Petunjuk bagi penulis : baca pada bagian sampul belakang) Alamat Redaksi: JPOK FKIP UNS Surakarta. Jl. Menteri Supeno 13 Manahan Surakarta. 57139. Telp/Fax : (0271) 714957. E-Mail :
[email protected].
ii
PHYSICAL EDUCATION HEALTH AND RECREATION JOURNAL Jurnal PJKR
Jl. Menteri Supeno 13 Manahan Surakarta 57139 E-Mail :
[email protected], Fax. (0271) 714957
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat tersusun Jurnal “PHEDHERAL” ini. Jurnal ini berisi tentang pembahasan permasalahan yang ada hubungannya dengan pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi. Dengan adanya jurnal ini diharapkan mampu mewadahi ide, gagasan konseptual para peneliti dan penulis yang berupa artikel ataupun hasil penelitian, agar dapat terpublikasi kepada masyarakat. Setelah beberapa waktu berlalu, sehingga
jurnal ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana, dan dengan tersusunnya jurnal ini, kami selaku redaksi
ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada para penulis yang telah memberikan kontribusinya untuk penerbitan kali ini, dan mohon maaf kepada penulis yang artikelnya belum termuat. Demikian, mudah-mudahan jurnal ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi, dan taklupa redaksi tetap mengharap kiriman artikel atau hasil penelitian dari para penulis.
Surakarta, Mei 2014 Redaksi
iii
PHYSICAL EDUCATION HEALTH AND RECREATION JOURNAL Jurnal PJKR. Volume 8 No. 1 Me 2014
DAFTAR ISI Halaman Judul
……………………………………………………
i
Personalia
……………………………………………………
ii
Kata Pengantar
...............................................................................
Daftar Isi
……………………………………………………
iii iv
Sarwono
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Disiplin Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani................................................................
1 – 17
Deddy Whinata
Faktor Penyebab Terjadinya Agresivitas Saat Bertanding Pada Atlet Sepakbola Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Kab Sumenep..............................................................
18 – 30
Achmad Suparto
Pengaruh Latihan Rubber Dan Burble Terhadap Kekuatan Dan Power Otot Lengan Pada Pemain Bolavoli…………………….................................
31 – 45
Boby Ardiasyah
Dampak Kecemasan Pada Atlet Bola Basket
46 – 54
Sebelum Bertanding............................................. Yudha Ranto HB
Efektifitas Kemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi (Study Kasus Di Padepokan Angkat Besi Dan Angkat Berat Gajah Lampung)………................
55 – 73
Taufik Hidayat
Strategi Public Relations Pt. Deteksi Basket Lintas (Dbl) Indonesia Dalam Liga National Basketball League (Nbl) Indonesia 20132014......................................................
58-72
Petunjuk Penulisan
...............................................................................
73
iv
v
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Sarwono Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Passive and undisciplined behavior of students on the learning process implemented physical education is a frequent problem encountered by the teachers, especially for young teachers. In fact, an experienced teacher also still encounter students who are undisciplined and passive behavior of students in learning. Various efforts and strategies to improve student learning activities and disciplines need to be owned by the teachers as to increase its efforts to avoid these problems become more severe. Some of the guidance system of discipline is more emphasis on extrinsic motivation, while others emphasize the intrinsic motivation. Regardless of the coaching system selected by the teacher disciplined by the teacher, the application development needs to be done consistently disciplined, rigorous, and still appreciate the feelings and self-esteem. Keyword: learning activities; discipline students; learning, and physical education
“Sport
PENDAHULUAN
Education”
melalui
aplikasi
Mengawali tulisan ini ada baiknya dikemukan konsep “Level of Affective Development”. beberapa hasil penelitian yang topiknya serupa Penelitian untuk pengembangan aspek yang dan ada kaitannya dengan judul tulisan yang sama juga dilakukan oleh Hellison (2003) diajukan,
sekadar
komparasi
agar dengan sebutan model“Teaching Responsibility
pengkajiannya lebih komprehensif. Di antara through
Physical
Activity”.
Model-model
banyak penelitian dalam lingkup Pedagogi pembelajaran Penjas seperti itu, sekarang ini Olahraga khususnya, berikut disajikan beberapa banyak diterapkan di sekolah-sekolah dalam contoh
penelitian
dilaksanakan
relevan
di
yang
Amerika.
telah PBM Penjas di Amerika. Semua kegiatan
Siedentop, penelitian tersebut berdampak positif terhadap
Tousignant, dan Parker (1982) meneliti tentang pendidikan guru. Calon guru Penjas di Amerika Academic Learning Time-Physical Education sekarang ini mempunyai pengetahuan dan (ALT-PE). Zakrajsek, Darst, dan Mancini keterampilan
yang
lebih
luas
tentang
(1989) mengembangkan instrumen-instrumen manajemen kelas, disiplin siswa, supervisi, dan observasi untuk keperluan penelitian dalam keterampilan
mengajar
lainnya.
Namun
Proses Belajar Mengajar (PBM) Pendidikan demikian, penelitian dalam lingkup Pedagogi Jasmani
(Penjas)
yang
sampai
sekarang Olahraga di Indonesia masih jarang dilakukan.
instrumen tersebut banyak digunakan oleh Misalnya, lembaga-lembaga
persiapan
guru
(Physical Education = PE) di Amerika. Siedentop
(1994),
Lutan
(1992)
meneliti
tentang
Penjas Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) pada PBM Penjas di Jawa Barat yang hampir serupa
mengembangkan dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
model manajemen kelas dan pembinaan disiplin Siedentop et al., (1982) yaitu tentang Academic dalam PBM Penjas yang sering disebut sebagai Learning Time-Physical Education (ALT-PE). model Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian- orang tua mungkin kurang merasa puas penelitian praktis seperti Penelitian Aksi (Action terhadap Research
dan/atau
Penelitian
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
keberhasilan
program
sekolah
untuk anaknya. Pada akhirnya PBM Penjas kurang
Page 1
Pengembangan Kualitas Pembelajaran (PPKP) berhasil. lainnya
(Puslitjaknov
Depdiknas,
Untuk
2008; lingkungan
itu,
upaya
pembelajaran
penciptaan
Penjas
yang
Pusbangsisjar LPP UNS, 2010) dalam kerangka mendukung terhadap berhasilnya pencapaian ilmu Pedagogi Olahraga mungkin akan dapat tujuan pembelajaran dipandang perlu untuk lebih mengembangkan eksistensi Penjas di diupayakan. Namun demikian, usaha-usaha Indonesia saat ini.
yang sifatnya dapat menghambat kreativitas
Salah satu tantangan yang senantiasa siswa dalam belajar, misalnya, menghukum harus dicari pemecahannya oleh guru Penjas siswa dalam batas yang tidak wajar, harus pada waktu mengajar di sekolah akhir-akhir ini dihindari sedapat mungkin. Dengan hukuman adalah bagaimana menciptakan lingkungan dan seperti itu, mungkin saja anak kelihatannya taat, manajemen pembelajaran yang mendukung patuh, terhadap
kelancaran
pelaksanaan
selalu
mengikuti
segala
perintah
proses gurunya, dan sangat disiplin. Tetapi dibalik itu
pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai semua, mungkin saja siswa tersebut sebenarnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh bukannya disiplin dengan penuh kesadaran guru.
Penciptaan
tersebut
lingkungan
ditujukan
untuk
pembelajaran akan tetapi karena merasa takut hingga menghindari perilakunya mengesankan penurut.
kemungkinan terbentuknya kondisi lingkungan
Disiplin karena takut ini lambat laun
pembelajaran yang tidak kondusif terhadap dapat menyebabkan siswa tersebut menjadi pelaksanaan pembelajaran Penjas. Beberapa kurang berkembang dengan secara optimal, gejala tersebut dapat diamati dari kurangnya mulai dari takut bertanya, takut mengemukakan perhatian siswa terhadap penjelasan guru, antara gagasan, takut salah, takut dan selalu takut yang lain: siswa sibuk dengan urusannya masing- akhirnya kreativitas terhambat. Sifat penurut masing, tidak mengikuti petunjuk guru, tidak seperti itu tentu saja tidak diinginkan oleh mendengarkan guru, melalaikan perintah guru, semua guru Penjas, karena sifat penurut seperti tidak mau belajar, dan sebagainya. Keadaan itu
bukan
salah
satu
dari
tujuan
yang
tersebut sudah barang tentu tidak diinginkan diharapkan dalam tujuan pembelajaran Penjas oleh semua guru Penjas, karena hal itu akan yang sebenarnya. Sehubungan dengan uraian merugikan semua pihak. Guru Penjas mungkin tersebut, usaha-usaha yang sifatnya edukatif akan merasa jenuh, bosan, atau jengkel terhadap untuk meningkatkan aktivitas belajar dan siswanya. Siswa tidak cukup memadai dan lama disiplin siswa perlu diciptakan dan dikelola mendapat kesempatan belajar (active learning oleh guru Penjas. time =ALT atau
waktu aktif belajar =WAB
tidak memadai).
Demikian
juga
pihak proses pembejalaran dan manajemen kelas.
sekolah dan dan
Guru Penjas perlu membedakan antara
Interaksi, proses, atau kegiatan pembelajaran
mempresentasikan
informasi,
3) meliputi:1) mendiagnosis kebutuhan kelas, 2)
membuat pertanyaan, dan 4) mengevaluasi merencanakan
Universitas
Sanata
Dharma
kemajuan, sedangkan interaksi, proses, atau Yogyakarta), di Indonesia tidak ada filosofi kegiatan
manajemen
kelas
meliputi:
1) pendidikan. Pendapat itu didapatkannya dari
menciptakan dan memelihara kondisi kelas, 2) tilikan dokumen yang menjadi dasar kegiatan memberi pujian terhadap perilaku yang baik, sejak beberapa tahun ini. Bahkan dokumen
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 2
dan 3) mengembangkan hubungan guru dan rasional yang mendasari Sisdiknas Nomor 20 siswa.
Keterampilan
merupakan
hal
manajemen
yang
pembelajaran yang
penting
kelas Tahun 2003 pun tidak disertakan. Akibatnya, ... dalam dalam segala permasalahan praksis pendidikan
efektif-efisien. Praktik lebih
menonjolkan
pendekatan
pragmatis
manajemen kelas yang efektif-efisien yang daripada pendekatan filosofis. Kekurangan itu dilaksanakan oleh pendidik akan menghasilkan berdampak beruntun dalam kebijakan yang perkembangan keterampilan manajemen diri diambil,
yang
siswa yang efektif-efisien pula. Ketika siswa dimaksudkan
menyangkut
dengan
apa
pendidikan
yang
nasional,
telah belajar untuk mengatur diri lebih efektif- tujuan, dan proses mencapainya dominasi efisien,
guru
penjas
akan
lebih
mudah pragmatisme dalam kebijakan pemerintahan
berkonsentrasi untuk meningkatkan efektivitas pun tidak akan bertemu dengan pendekatanpembelajaran. Agar tulisan ini lebih bermakna, pendekatan pedagogis dan akademik, kecuali maka deskripsi diawali dengan pembahasan masing-masing mengambil posisi demi baiknya hakikat
pembelajaran
kemudian
dan
dilanjutkan
hasil
dengan
belajar, (Sularto, 2012). Dengan gambaran seperti
pembahasan itulah, akhirnya orang atau makhluk hidup
tentang: upaya meningkatkan aktivitas belajar, belajar
dan
menghayati
meningkatkan disiplin siswa, bentuk-bentuk pembelajaran
dalam
arti
adanya
proses
pendidikan
dan
latihan dalam tingkat pengembangan afektif, pembelajaran di Masyarakat dan Negara yang karakteristik sistem pembinaan disiplin yang lebih luas. efektif, dan menyikapi realitas secara berturut-
Di lingkup yang lebih sempit, di Sekolah
turut akan dikaji lebih lanjut dalam uraian konkretnya, pembelajaran dimaknai sebagai berikut.
akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan
PEMBAHASAN
konsep belajar (learning). Fathoni dan Riyana
Hakikat Pembelajaran dan Hasil Belajar
(2011) memaknai konsep pembelajaran lebih
Praksis
Pendidikan:
Dari
“Kujana” luas daripada konsep pengajaran, sementara
(Pintar, Terampil, tetapi Berperilaku Durjana) Suyono dan Hariyanto (2011) menyatakan Menjadi
Sujana
(Pintar
sekaligus
Arif- pembelajaran setara dengan pengajaran. Konsep
Bijaksana) Mungkinkah? Judul berita di Harian pembelajaran
(belajar-mengajar)
dan
“Kompas”, 1 Mei 2012 seminggu yang lalu pengajaran dapat diperdebatkan, atau diabaikan sungguh mengejutkan dan menarik untuk saja yang penting makna dari keduanya. disimak, karena menurut Paul Suparno (mantan Konsep-konsep
tersebut
dapat
dipandang
Rektor awalnya dalam memahami pembelajaran sebagai sistem belajar bagi siswa dan sistem ini
ditilik
dari
apa
itu
belajar,
yang mengajar bagi guru. Konsep awalnya dalam
penekanannya terletak pada perpaduan antara memahami pembelajaran ini ditilik dari apa itu belajar
dan
penumbuhan demikian,
mengajar, aktivitas untuk
yakni belajar.
memahami
kepada belajar, yang penekanannya terletak pada Dengan perpaduan antara belajar dan Pembelajaran hakikat adalah suatu proses interaksi
komponen-
pembelajaran, maka terlebih dahulu harus komponen sistem pembelajaran. Konsep dan dipahami
komponen
pembentuknya,
tentang hakikat belajar dan mengajar.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
yaitu pemahaman
pembelajaran
dapat
dipahami
dengan menganalisis aktivitas komponen: guru,
Page 3
Terhadap ketiga istilah tersebut yaitu siswa, bahan ajar, media, alat, prosedur, proses belajar, mengajar, dan pembelajaran; dalam dan tujuan belajar. Perubahan dan munculnya konteks kekinian dibatasi sebagai berikut: 1) beberapa konsep dan pemahaman tentang belajar adalah refleksi sistem kepribadian siswa belajar
merupakan
suatu
bukti
bahwa
yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan pembelajaran adalah proses mencari kebenaran, tugas yang diberikan, 2) mengajar adalah menggunakan
kebenaran,
refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak mengembangkannya secara profesional, dan 3) pembelajaran adalah pemenuhan
untuk
kebutuhan
dan kepentingan
hidup
manusia,
refleksi sistem sosial tempat berlangsungnya khususnya yang berhubungan dengan upaya mengajar
dan
belajar.
Kaitannya
dengan mengubah perilaku, sikap, pengetahuan dan
pembelajaran Penjas dalam konteks yang lebih pemaknaan spesifik,
maka
makna
didefinisikan
terhadap
tugas-tugas
selama
pembelajaran hidupnya. Dalam proses pembelajaran terdapat
sebagai:
1) unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil
aksi/tindakan/perbuatan atau cara menjadikan belajar. Melalui hasil belajar inilah maka orang belajar, dan 2) proses kegiatan interaksi pembelajaran antara
siswa-guru
dengan
pembelajaran
untuk
pembelajaran,
atau
lingkungan segala
mencapai 3)
proses
bisa
sesuatu
berkelanjutan,
yang
dibutuhkan
sehingga manusia
tujuan terpenuhi. untuk
Substansi tentang proses belajar dan
mengembangkan dan memberdayakan semua pembelajaran, yaitu adanya proses perubahan potensi siswa, baik potensi akademik (kognitif, perilaku (kognitif, afektif, psikomotor) sebagai afektif,
psikomotor)*,
potensi
kepribadian, hasil
interaksi
antara
siswa-guru
dengan
potensi sosial, dan potensi vokasional ke arah lingkungan pembelajaran. Dari pengertian ini yang lebih baik menuju kedewasaan dalam terkandung dua indikator atau unsur penting berpikir,
bersikap,
dan
bertindak
(Hasil yang menjelaskan tentang belajar yaitu: 1)
Refleksi, 2012). * Kognitif
perubahan perilaku, dan 2) hasil interaksi. =
kemampuan
yang
berkaitan
Dengan dua indikator ini dapat disimpulkan,
dengan hal yang bersifat intelektual.
bahwa siswa yang telah belajar pasti terjadi
* Afektif
perubahan perilaku, jika tidak maka belum
= kemampuan untuk memilih suatu
tindakan dalam menghadapi situasi yang bersifat spesifik. * Psikomotor
terjadi belajar. Selanjutnya bahwa perubahan yang terjadi itu, harus melalui suatu proses,
=
kemampuan
dalam
mengoordinasikan gerakan tubuh untuk mencapai
yaitu interaksi yang direncanakan antara siswaguru dengan lingkungan pembelajaran untuk
tujuan spesifik.
Oleh karena itu, perubahan perilaku pada terjadinya aktivitas atau proses pembelajaran, siswa perlu ditilik dari dua segi: 1) perubahan jika tidak maka perubahan tersebut bukan hasil perilaku sebagai hasil belajar, dan 2) perubahan belajar. 3) belajar menjadi diri sendiri, dan 4) perilaku yang bukan dari hasil belajar. Adapun belajar untuk hidup dalam kebersamaan. yang harus dipastikan guru Penjas adalah bahwa Bloom, Engelhart, Frust, Hill, dan Krahtwohl perubahan perilaku tersebut sebagai hasil (1956) menyebutnya dengan tiga ranah hasil belajar, yaitu: 1) kognitif, 2) afektif, dan 3)
belajar. Secara
umum,
hasil
belajar
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
siswa psikomotor. Mereka adalah penggagas awal
Page 4
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor- yang selalu memandang bahwa kerangka pikir faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor tersebut
sebagai
sesuatu
yang
selalu
eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar berkembang, tak pernah selesai dan tak pernah diri siswa. Darmawan dan Permasih (2011) menjadi baku. Mula-mula, hanya ranah kognitif memerinci dengan detail yang termasuk faktor yang disusun (Bloom et al., 1956), ranah afektif internal adalah: 1) faktor fisiologis atau jasmani disusun kemudian (Krathwohl et al., 1964). individu baik yang bersifat bawaan maupun Akan halnya ranah psikomotor, Simpson yang diperoleh dengan melihat, mendengar, (1964), Harrow (1972), serta Jewett dan Mullan struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya, 2) (1977) telah menyusun kerangkanya, tetapi para faktor psikologis baik yang bersifat bawaaan penggagas awal itu tak kunjung membuatnya. maupun keturunan, yang mencakup faktor
Anderson dan Karthwohl (2001) merevisi
intelektual, faktor non-intelektual, dan 3) faktor enam level proses kognitif Bloom et al. (1956), kematangan baik fisik maupun psikis. Adapun yang semula tersusun dari: 1) pengetahuan; 2) yang termasuk faktor eksternal terdiri atas: 1) pemahaman; 3) aplikasi; 4) analisis; 5) sintesis; faktor sosial, yang mencakup faktor lingkungan dan 6) evaluasi dalam tabel taksonomi satu keluarga,
lingkungan
sekolah,
lingkungan dimensi (kolom saja), sekarang direvisi ke
masyarakat, dan kelompok, 2) faktor budaya dalam tabel taksonomi dua dimensi (baris dan seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kolom), yakni empat level (baris) dimensi teknologi, kesenian dan sebagainya, 3) faktor pengetahuan:
1)
pengetahuan
lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas pengetahuan
konseptual,
3)
faktual,
2)
pengetahuan
belajar, iklim, dan sebagainya, dan 4) faktor prosedural, dan 4) pengetahuan metakognitif, spiritual atau lingkungan keagamaan. Faktor- sedangkan enam level (kolom) proses kognitif: faktor
tersebut
langsung
saling
atau
memengaruhi
berinteraksi
tidak
hasil
langsung
belajar
yang
seseorang. Secara
secara 1)
mengingat,
dalam mengaplikasikan,
2) 4)
memahami,
3)
menganalisis,
5)
dicapai mengevaluasi, dan 6) mencipta. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
khusus,
sebagaimana dasarnya proses pembelajaran ditandai dengan
dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar perubahan tingkah laku atau perilaku secara hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai keseluruhan
baik
yang
menyangkut
segi
melalui proses pendidikan dan pembelajaran, kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses yaitu: 1) belajar untuk mengetahui, 2) belajar perubahan dapat terjadi dari yang paling dengan melakukan, dalam proses serta hasil sederhana sampai yang paling kompleks, yang belajar.
bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya
Sementara itu, dalam Kurikulum Tingkat peranan kepribadian Setelah guru mempelajari Satuan
Pendidikan
(KTSP)
hasil
belajar kurikulum yang berlaku, selanjutnya guru
dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yaitu: membuat suatu desain pembelajaran dengan kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, mempertimbangkan kemampuan awal siswa; kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional. tujuan yang hendak dicapai; teori belajar dan Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai pembelajaran; karakteristik materi yang akan oleh siswa secara menyeluruh/komprehensif, diajarkan; pendekatan, strategi, model, metode,
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 5
sehingga menjadi pribadi yang utuh dan teknik, dan prosedur yang akan diterapkan; juga bertanggung jawab (Darmawan dan Permasih, media, sumber belajar yang akan digunakan; 2011).
serta unsur-unsur lainnya sebagai penunjang.
Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar
Setelah
desain
Peran guru tidak hanya terbatas sebagai pembelajaran
dibuat,
kemudian
proses
dilakukan.
Dalam
proses
pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi pembelajaran inilah guru Penjas memainkan juga sebagai pembimbing, pengembang, dan peran yang amat luas, setidaknya 4 (empat) pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat peran
utama
guru
profesional
dalam
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran, yaitu berfungsi: 1) sebagai mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gambar pendidik profesional sekaligus pengajar, 2) 1 berikut adalah bagan integrasi interaksi, sebagai pembimbing sekaligus konselor, 3) kegiatan, dan proses belajar dalam manajemen sebagai ilmuwan, peneliti, sekaligus inovator, pembelajaran.
dan 4) sebagai pribadi atau insan kamil. Selengkapnya peran guru dalam pembelajaran
REKAYASA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
GURU DESA IN PEMB ELAJ ARAN
KURI KULU M YANG BERL AKU SISW A
adalah
berfungsi
sebagai:
5)
desainer,
perencana, atau perancang dalam pembelajaran,
AKSI GURU MENGA JAR P B M AKSI SISWA BELAJ AR
DAMP AK PENG AJAR AN
6) manajer, pengelola, atau organisator dalam
HASI L BELA JAR
demonstrator dalam pembelajaran, 9) fasilitator
DAMP AK PENG IRIN G
pembelajaran,
PERKEMBANGAN SISWA SESUAI ASAS EMANSIPASI MENUJU KEUTUHASN DAN KEMANDIRIAN PRIBADI GAMBAR 1: INTEGRASI KEGIATAN, INTERAKSI, DAN PROSES PEMBELAJARAN
pembelajaran, 7) mediator dalam pembelajaran, 8) pemimpin sekaligus contoh, teladan atau
dalam pembelajaran, 10) motivator dalam 11)
evaluator
dalam
pembelajaran, dan 12) sebagai pemantau atau pengawas dalam pembelajaran (Hasil Refleksi, 2012). Berkenaan dengan implementasi fungsi guru dalam pemantauan atau pengawasan pembelajaran khususnya, agar aktivitas belajar siswa meningkat, maka seorang guru mutlak memahami jenis-jenis strategi
namun guru Penjas perlu mengetahui
pembelajaran
dan
teknik-teknik
dalam
pembelajaran.
jenis-jenis strategi dan teknik pengawasan mana
pengawasan
yang sesuai untuk diterapkan. Beberapa strategi
Walaupun tidak dapat menjamin seratus
sangat efektif digunakan oleh guru tertentu
persen, aktivitas belajar siswa.
terhadap siswa tertentu, sementara yang lainnya 4. Pengawasan Melekat kurang atau tidak efektif. Adapun jenis-jenis
Usaha
teknik
meningkatkan
lapangan dan dengan cara mendekati siswa
aktivitas belajar menurut Graham (Suherman,
pada dasarnya merupakan usaha untuk
1998) sebagai berikut:
menanamkan
1. Berdiri di Pinggir Lapangan
melekat”, yaitu usaha untuk memberi kesan
pengawasan
untuk
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
mengawasi
siswa
konsep
dari pinggir
“pengawasan
Page 6
Ada kalanya untuk mengawasi siswa agar
pada
siswa
bahwa
gurunya
sedang
tetap belajar sesuai dengan tujuannya, guru
mengawasi siswa yang sedang belajar.
Penjas berdiri di pinggir lapangan
Namun demikian guru yang baik terkadang
atau di luar garis batas lapangan. Dengan
mampu seolah-olah “menyimpan matanya
cara seperti ini sebagian besar siswa akan
di
terawasi dengan baik. Demikian pula siswa
demikian tanpa harus diawasi langsung
akan merasa dirinya diawasi oleh gurunya
oleh gurunya, siswa akan selalu belajar
yang berdiri menghadapi siswa. Sebaliknya
dengan sungguh-sungguh karena dirinya
guru yang berdiri di tengah-tengah siswa
merasa selalu diawasi oleh gurunya,
tidak bisa mengawasi siswa secara merata. 2. Mendekati Siswa
belakang
kepala
siswa”,
dengan
5. Mengabaikan Kasus Tertentu Dalam strategi ini, guru mengabaikan kasus
Cara kedua yang dapat dilakukan untuk
tertentu selama kasus itu tidak mengganggu
mengurangi siswa pasif dalam belajar
siswa yang lainnya dan siswa yang lainpun
adalah dengan cara mendekati, berdiri, dan
tidak menganggu kasus itu. Sebagai contoh,
melihat siswa atau kelompok siswa yang
misalnya dalam pembelajaran senam yang
pasif dalam belajar. Dengan cara seperti ini,
memfokuskan pada bentuk tubuh: bulat,
sekalipun guru tidak bicara, siswa sering
kecil, lebar, dan melilit. Setiap kali guru
kali mengetahui bahwa mengetahui bahwa
menyuruh siswa tidak melakukan bentuk
gurunya mengharapkan siswa belajar sesuai
tubuh tersebut, salah seorang siswa selalu
dengan perintahnya, dengan demikian siswa
ingin lari. Namun dalam kasus tersebut,
yang tadinya pasif menjadi giat belajar.
siswa yang lari tidak mengganggu siswa
Namun demikian, ini tidak berarti guru
yang lainnya, demikian juga siswa yang
harus diam terus di tempat yang sama.
lainnya tidak merasa terganggu oleh siswa
Setelah siswa aktif lagi belajarnya maka
yang lari tersebut. Maka dalam kasus ini
guru Penjas harus mengawasi lagi atau
guru Penjas bisa saja mengabaikan kasus
kelompok siswa lainnya, sehingga guru
siswa yang lari tersebut kalau saja cara
akan terus berjalan di sekitar tempat belajar
seperti itu akan lebih menguntungkan.
untuk meningkatkan
6. Secara Terpadu
yang berlangsung secara bersamaan,akan
Istilah ini merujuk pada kemampuan guru
tetapi masih tetap memelihara lingkungan
Penjas dalam mengatasi beberapa masalah
belajar seperti yang diharapkan. Sebagai
atau kejadian misalnya, empat nama siswa.
contoh: pada saat guru sedang mengawasi
Dengan demikian, lama kelamaan guru
jalannya proses pembelajaran, salah seorang
akan mengingat seluruh nama siswanya
siswa
dengan baik.
datang
dan
minta
ijin
untuk
mengambil bola, selanjutnya guru melihat 7. Modeling siswa itu sambil mengangguk, menepuk
Yang dimaksud modeling (pemodelan) di
bahunya, tersenyum, atau mengatakan “Iya” sini adalah guru Penjas menentukan dan sebagai tanda setuju. Dalam contoh itu, menunjuk satu atau beberapa siswa untuk perhatian guru terbagi dua, yaitu melayani dijadikan model atas perilaku atau keterampilan siswa yang minta ijin dan mengawasi yang dilakukannya dengan baik. Sebagai
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 7
jalannya
proses
pembelajaran.
Dengan contoh, guru memberhentikan kegiatan dan
demikian dalam waktu yang bersamaan, berkata pada siswa “Bapak senang melihat guru
mampu
melayani
siswa
secara bagaimana
Amir
dan
Agus
melakukan
individual dan mengawasi siswa lain sedang “dribbling”. Selanjutnya guru tersebut langsung belajar.
meneruskan penjelasan berikutnya, atau guru
3. Mengingat Nama
tersebut meminta siswa yang disebut tadi untuk
Salah satu aspek kesulitan mengajar adalah memperagakan kemampuannya di depan siswa mendapatkan perhatian dari siswa yang yang lain. Cara seperti ini biasanya sangat belum dihafal namanya. Pada siswa yang efektif bila diberikan terhadap siswa SD (anak sudah
tahu
namanya,
guru
dapat kecil) yang ingin mendapat perhatian gurunya.
menyebutnya dari kejauhan sehingga siswa Namun demikian, apabila strategi ini diberikan tahu bahwa gurunya mengharapkan siswa secara itu
memperhatikan
atau
monoton,
misalnya
guru
selalu
meneruskan menggunakan kalimat yang sama pada setiap
usahanya. Sebaliknya, pada siswa yang melakukan modeling, maka strategi ini acap belum diketahui namanya, guru mungkin kali diabaikan oleh para siswa. Oleh karena itu, harus mendekatinya atau memanggil tanpa efektivitas strategi ini sangat bergantung pada nama
yang
secara
psikologis
kurang tipe
siswa,
cara
menggunakannya,
dan
meninggalkan kesan yang baik. Oleh karena frekuensi penggunaannya. Betapa bagusnya itu, salah satu strategi yang sering juga guru dilakukan
para
guru
Penjas
Penjas
untuk tersebut,
menerapkan
terkadang
strategi-strategi
guru
masih
tetap
meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah menghadapi siswa yang tidak mau melakukan dengan Beberapa
cara
mengingat
cara
misalnya:
nama
siswa. apa-apa, dalam kesempatan tersebut maka
menanyakan hampir dapat dipastikan bahwa siswa tersebut
langsung nama siswa, memanggil dari menghadapi masalah disiplin. Oleh karena itu, daftar hadir, menulis pada kartu dan pembinaan disiplin terhadap siswa hendaknya ditempelkan pada baju siswa, atau secara diterapkan
secara
bersamaan
dan
dalam
terprogram yaitu setiap kali guru mengajar mengikuti pelajaran di sekolahnya. Usaha yang selalu mengingat, terus-menerus.
dilakukan secara bertahap dimulai dari: 1) bagaimana menciptakan lingkungan dan dalam
Meningkatkan Disiplin Siswa
Bagi siswa yang berdisiplin dan sudah mengikuti pelajaran di sekolahnya. Usaha yang menyatu dalam dirinya, amalan sikap dan dilakukan secara bertahap dimulai dari: 1) perbuatan disiplin yang dilakukan bukan lagi bagaimana
menciptakan
lingkungan
dan
dirasakan sebagai suatu beban, sebaliknya akan manajemen pembelajaran yang kondusif dalam merupakan beban bila siswa tersebut tidak pelaksanaan melakukan
disiplin,
karena
disiplin
proses
pembelajaran,
2)
telah menjelaskan dan membina kegiatan rutin dalam
menyatu menjadi bagian dari perilaku dalam proses
pembelajaran,
3)
mengawasi
dan
kehidupan sehari-hari. Mendisiplinkan siswa meningkatkan aktivitas belajar seperti yang tidak mudah dan memerlukan waktu yang relatif dijelaskan
sebelum
uraian
ini,
dan
4)
lama. Untuk meningkatkan disiplin siswa, maka menerapkan model-model pembinaan disiplin. perlu
dilakukan
pembinaan
disiplin
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
yaitu Sekadar untuk memperkaya pengetahuan guru
Page 8
dengan memberikan layanan konseling pribadi.
Penjas, berikut dikemukakan beberapa teori dan
Hampir dapat dipastikan bahwa setiap model pembinaan disiplin dari para ahli. guru Penjas menghadapi siswa yang kurang Model Disiplin Asertif disiplin. Lepas dari beberapa faktor yang
Orang pertama yang mengembangkan
memengaruhinya, guru Penjas seharusnya telah model ini adalah Canter (1976). Ia membuat berantisipasi
dan
memecahkan
siap
menghadapi
masalah
tersebut
dan model
pembinaan
melalui Canter’s
disiplin
Assertive
dengan
nama
Discipline
Model.
pembinaan disiplin siswa sejak dini. Hasil Pendekatan ini didasarkan pada beberapa penelitian Graham (2008) menunjukkan, usaha pandangan sebagai berikut: pembinaan disiplin yang efektif dilakukan 1. Semua siswa dapat berperilaku baik. secara terintegrasi dengan proses pembelajaran 2. Pengawasan yang ketat namun tidak pasif Penjas pada setiap kali mengajar dari sejak awal
dan tidak menakutkan adalah adil diberikan.
hingga akhir tahun ajaran. Selain itu, usaha 3. Harapan-harapan atau ekspektasi guru yang pembinaan disiplin hendaklah merupakan suatu
rasional terhadap perilaku siswa yang sesuai
kebutuhan bagi guru untuk menerapkannya.
dengan perkembangannya (seperti tercermin
Usaha pembinaan disiplin yang sifatnya sesaat,
dalam
sementara, atau hanya dilakukan pada saat
kepada siswa.
peraturan)
harus
diberitahukan
terjadi penyimpangan, biasanya membuat guru 4. Guru harus mengharapkan perilaku yang keteteran dan berjalan tidak efektif karena
layak dan pantas dilakukan oleh siswanya
pembinaan
serta mendapat dukungan dari orang tua
seperti
itu
efeknya
kurang
menyentuh nurani yang paling dalam pada diri siswa.
siswa,guru lain, dan kepala sekeloh. 5. Perilaku siswa yang baik harus segera
1. Sehubungan dengan masalah disiplin itu,
mendapat
dukungan,
dorongan,
atau
para guru Penjas selalu berusaha, baik
penghaargaan sementara perilaku yang
disadari maupun tidak, membuat siswanya
tidak baik harus mendapat konsekuensi
lebih disiplin perilaku harus ditetapkan dan
logis.
disampaikan kepada siswa. 6. Konsekuensi
haru
oleh konsekuensi perilaku itu sendiri.
dilaksanakan
secara Konsekuensi
konsisten tanpa bias.
mengakibatkan
yang
elok,
pengulangan
baik
(positif)
perilaku
itu.
7. Komunikasi verbal dan nonverbal harus Sementara konsekuensi tidak elok, tidak baik disampaikan dengan kontak mata antara (negatif) guru dan siswa. 8. Guru
harus
konsekuensi
Fokus melatih secara
ekspektasi mental
mengakibatkan pendekatan
ini
perilaku
terhenti.
menekankan
pada
dan perilaku elok dan mengabaikan perilaku yang
dengan tidak elok. Salah satu contoh penerapan
konsisten terhadap siswa. Contoh ekspektasi pendekatan ini misalnya guru Penjas segera yang dituangkan dalam bentuk peraturan, memberikan
pujian,
dorongan,
atau
dikembangkan di Sekolah Dasar meliputi: penghargaan kepada siswa yang berperilaku a) menghargai orang lain, b) bermain jujur, atau berpenampilan baik. Sebaliknya guru c) bermain dengan tidak membahayakan, d) Penjas
membiarkan
atau
tidak
memberi
melakukan yang terbaik, dan e) mengikuti penghargaan pada siswa yang tidak berperilaku
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 9
petunjuk
guru,
sedangkan
contoh baik.
konsekuensi sebagai berikut: a) peringatan,
Pemberian
penghargaan
tersebut
b) time-out 5 menit, c) time-out 10 menit, d) diharapkan agar siswa yang berperilaku atau memanggil
orang
tua
siswa,
dan
e) berpenampilan baik akan terus melakukan
mengirim siswa ke kepala siswa (Hill, sesuatu yang baik-baik. Sebaliknya dengan 1990).
membiarkan
atau
tidak
memberikan
Psikoanalisis
penghargaan
kepada
siswa
yang
tidak
Tokoh dari teori ini adalah C. Rogers berperilaku baik diharapkan agar siswa tersebut (Fuoss & Troppmann, 1981). Ia mempunyai tidak mengulang perbuatannya, tetapi akan pandangan bahwa penyatuan antara aspek selalu berusaha berperilaku baik agar mendapat emosional, sikap, dan intelektual manusia akan penghargaan seperti teman lain yang sudah menembah kesadaran tentang dirinya dan mendapat penghargaan. Pendekatan seperti ini lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini guru sangat efektif diterapkan terhadap siswa (anakbertindak selaku pendengar aktif, menerima dan anak kecil) yang masih berpikir realistik dan terbuka tanpa mempertimbangkan isi pesan banyak memerlukan perhatian gurunya. yang dikemukakan siswa. Cara seperti ini lebih Tingkat Pengembangan Afektif sering dilakukan oleh guru BK (Bimbingan dan
Model
Konseling) terhadap siswa yang berperilaku
dikembangkan
menyimpang di sekolah.
Perbedaan model yang dikembangkan oleh
Modifikasi Perilaku
Hellison
Teori modifikasi perilaku ini didasarkan
Canter
pembinaan
1981)
menekankan
menyatakan
bahwa:
perilaku
Hellison
yang
terutama
motivasinya.
yang
oleh
dengan
pandangan B.F. Skinner (Fuoss & Troppmann,
disiplin
pada
(2003).
dikembangkan
terletak
Model
ini
pada
Canter
motivasi
jenis lebih
ekstrinsik,
dibentuk pandangan bahwa siswa secara alami
seperti penghargaan, pujian, dan dorongan.
berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang
Sementara
baik dan penghargaan ekstrinsik adalah kontra
menekankan
produktif. Melalui model ini guru berharap
Hellison mempunyai guru Penjas tanpa
bahwa siswa berpartisipasi dan menyenangi
mengganggu yang lain. Siswa nampak
aktivitas untuk kepentingannya sendiri dan
hanya melakukan aktivitas tanpa usaha
bukannya untuk mendapatkan penghargaan
sungguh-sungguh.
ekstrinsik seperti yang dikembangkan dalam
misalnya: di rumah: menghindari dari
model Canter. Oleh karena itu, pada dasarnya
gangguan
model Hellison ini dibuat untuk membantu
walaupun hal itu itu tidak disenanginya, di
siswa mengerti dan berlatih rasa tanggung
tempat bermain: berdiri dan melihat orang
jawab pribadi.
lain bermain, di kelas: menunggu sampai
Rasa
tanggung
jawab
pribadi
itu,
model
pada
atau
Hellison
motivasi
intrinsik.
Sebagai
pukulan
lebih
contoh,
saudaranya
yang
dating waktu yang tepat untuk berbicara
dikembangkan dalam model ini terdiri dari lima
dengan temannya, dan dalam Penjas:
tingkatan, yaitu level 0, 1, 2, 3, dan level 4.
berlatih tetapi tidak terus-menerus.
Level 0 = dinamai Irresponsibility, level 1 = 4. Level 2: Involvement dinamai Self-Control, level 2 = dinamai
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Siswa pada level ini secara aktif terlibat
Page 10
Involvement,
Self-
dalam belajar. Mereka bekerja keras,
Responsibility, dan level 4 = dinamai Caring.
menghindari bentrokan dengan orang lain,
Detail kelima level tersebut dikaji sebagai
dan secara sadar tertarik untuk belajar dan
berikut.
untuk
1. Level 0: Irresponsibility
Sebagai contoh, misalnya: di rumah:
Pada
level
level
3
ini
=
siswa
dinamai
tidak
meningkatkan
kemampuannya.
mampu
membantu mencuci dan membersihkan
bertanggung jawab atas perilaku yang
piring kotor, di tempat bermain: bermain
diperbuatnya, dan biasanya siswa suka
dengan yang lain, di kelas: mendengarkan
mengganggu orang lain dengan mengejek,
dan belajar sesuai dengan tugas yang
menekan orang lain, dan mengganggu orang
diberikan, dan dalam Penjas: mencoba
lain secara fisik. Sebagai contoh, misalnya:
sesuatu yang baru tanpa mengeluh dan
di rumah: menyalahkan orang lain, di
mengatakan tidak bisa.
tempat bermain: memanggil nama jelek 5. Level 3: Self-Responsibility (ejekan) terhadap orang lain, di kelas:
Pada level ini siswa didorong untuk mulai
berbicara dengan teman saat guru sedang bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya menjelaskan, dan dalam Penjas: mendorong sendiri. Ini mengandung arti bahwa siswa orang lain pada saat mendapatkan peralatan belajar tanpa harus diawasi langsung oleh olahraga.
gurunya dan siswa mampu membuat keputusan
2. Level 1: Self-Control
secara independen tentang apa yang harus
Pada level ini siswa terlibat dalam aktivitas dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Pada belajar tetapi sangat minim sekali. Siswa level ini siswa sering disuruh membuat akan melakukan segala apa yang disuruh permainan
atau
sebelumnya.
dalam
mereka
biasanya temannya
urutan suatu
gerakan
bersama
kelompok
kecil.
menghabiskan waktu untuk berargumentasi Kegiatan seperti ini sangat sulit dilakukan oleh daripada
untuk
melakukan
gerakan siswa pada level orang tua. Informasi disaring
bersama-sama. Beberapa contoh perilaku tentang hal-hal yang sama, yang dialami secara pada level tiga ini misalnya: di rumah: konkret oleh setiap siswa dalam pengalaman membersihkan ruangan tanpa ada yang pendidikan, kemudian merupakan dasar untuk menyuruh,
di
mengembalikan
tempat peralatan
bermain: pengembangan teori. Namun semua teori tanpa
harus tersebut tidak akan bermakna dalam kehidupan
disuruh, di kelas: belajar sesuatu yang siswa terutama dalam sistem pembelajarannya, bukan
merupakan
bagian
dari
tugas apabila teori-teori tersebut tidak mengetuk hati
gurunya, dan dalam Penjas: berusaha siswa dan tidak berkontribusi membentuk cara belajar keterampilan baru melalui berbagai berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak sumber
di
luar
pelajaran
Pendidikan siswa. Potensi-potensi yang dimiliki seorang
Jasmani dari sekolah. 3. Level 4: Caring.
siswa tidak akan tumbuh kembang menjadi kemampuan, sifat, dan sikap yang konkret,
Siswa pada level ini tidak hanya bekerja melainkan
hanya
menjadi
redumeter
sama dengan temannya, tetapi mereka (Semiawan, 2011). tertarik ingin mendorong dan membantu
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Sebagaimana halnya upaya pembelajaran
Page 11
temannya belajar. Siswa pada level ini akan Penjas sadar
dengan
sendirinya
dan
pembinaan
disiplin
melalui
menjadi pendekatan model Canter dan model Hellison
sukarelawan (volunteer) misalnya menjadi pun harus dilakukan secara terintegrasi dengan partner teman yang tidak terkenal di kelas mata pelajaran Penjas, dan harus berlangsung itu, tanpa harus disuruh oleh gurunya untuk secara kontinu mulai usia dini. Penjelasan melakukan itu. Beberapa contoh, misalnya: tingkat perkembangan rasa tanggung jawab di rumah: membantu memelihara dan pribadi yang terdiri atas lima tingkatan tersebut menjaga binatang peliharaan atau bayi, di di atas terlebih dahulu harus diberikan dan tempat bermain: menawarkan pada orang selanjutnya lain (bukan hanya pada temannya sendiri) Beberapa
diikuti
dengan
bentuk
untuk ikut sama-sama bermain, di kelas: pengembangan
latihan-latihan.
latihan
afektif
dalam
tingkat
dikemukakan
oleh
membantu orang lain dalam memecahkan Masser (1990) sebagai berikut: masalah-masalah
pelajaran,
dan
dalam 4. Siswa
disuruh
mengambil
Penjas: bersemangat sekali untuk bekerja
olahraga.
sama dengan siapa saja dalam Pendidikan
menanyakan dan menyuruh siswa tentang
Jasmani.
bagaimana perilaku seseorang pada level 0,
Bentuk-Bentuk
Latihan
dalam
Tingkat
guru
Penjas
level 1, 2, 3, dan 4 pada waktu mengambil peralatan itu.
Pengembangan Afektif 1. Perkembangan
Selanjutnya
peralatan
manusia
dalam
menuju 5. Pada saat belajar keterampilan baru, siswa
pembangunan bangsa yang berkarakter
disuruh bekerja pada level yang paling
penting dipupuk sejak dini bukan hanya di
baik.
SD ataupun TK, melainkan dimulai dari
penghargaan,
rumah
terhadap siswa yang bekerja lebih baik.
oleh
para
diberi
tugas
untuk
memikirkan mengapa perilaku menyimpang
Selanjutnya
guru
pujian,
memberikan
atau
modeling
Pada saat siswa berperilaku menyimpang,
adalah level 0. Selanjutnya setelah siswa siswa tersebut mendapat “time out” dan mengetahui jenis perilaku pada level 1 atau motivasi level
yang
lebih
tinggi
dan
ekstrinsik
(disiplin
asertif)
atau
cukup motivasi instrinsik (tingkat pengembangan
meyakinkan, maka guru penjas mengijinkan afektif)? Pertanyaan tersebut agak sulit dijawab, siswa tersebut untuk kembali mengikuti karena keberhasilan pembinaan disiplin bukan pelajaran sebagaimana mestinya.
terletak pada jenis sistem pembinaan disiplin
2. Pada saat siswa mengeluh tentang perbuatan yang diterapkan, tetapi terletak pada bagaimana siswa yang lainnya, guru Penjas menyuruh karakteristik sistem pembinaan disiplin itu siswa
yang
mengeluh
itu
untuk diterapkann.
Setidaknya
ada
4
(empat)
mengidentifikasi pada level mana perbuatan karakteristik sistem pembinaan disiplin yang siswa yang dikeluhkan tersebut berada dan dapat dikatakan berhasil, yaitu sebagai berikut: mencari
beberapa
cara
bagaimana 4. Siswa betul-betul memahami dan mengerti
sebaiknya bergaul dengan siswa yang
pelaksanaan sistem pembinaan disiplin
dikeluhkan tersebut.
berikut alasan-alasan mengapa disiplin
3. Siswa kelas empat dan lima SD misalnya, disuruh bekerja sama dalam sebuah grup.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
perlu
diterapkan.
hendaklah
sistem
Oleh
karena
pembinaan
itu,
disiplin
Page 12
Sebelum
melakukannya
mereka
dijelaskan secara teliti dan hati-hati kepada
mendiskusikan bagaimana perilaku siswa
siswa. Selanjutnya diikuti oleh contoh-
pada level 4 dalam bekerja sama pada
contoh yang jelas dan dilatihkan secara
sebuah
memadai, dimulai dari setiap awal tahun
grup.
Topik
diskusi
adalah
bagaimana bekerja sama dengan siswa yang
ajaran.
Sehingga
siswa
akan
akan
mempunyai level 0 dan level 1.
memahami mengapa pembinaan disiplin
Karakteristik Sistem Pembinaan Disiplin
sangat penting dan siswa juga memahami
yang Efektif
bagaimana
1. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
diterapkan.
pembinaan
disiplin
itu
internal dan faktor eksternal. Pengaruh yang Guru Penjas secara konsisten menerapkannya. dimaksud adalah motif atau motivasi baik Sekali aktivitas rutin dan peraturan diterapkan, yang
berasal
dari
instrinsik
maupun maka guru harus konsisten menerapkan dan
ekstrinsik. Motivasi ini menjadi determinan menggunakan standar yang sama dari hari ke dalam pembinaan disiplin. Terkait dengan hari, sehingga siswa akan mengerti dan upaya pembinaan disiplin dalam belajar, memahami betul apa-apa yang sebenarnya maka pertanyaan yang acap kali dilontarkan diharapkan oleh gurunya. Hal ini sangat mudah oleh guru Penjas adalah sistem pembinaan dikatakan, tetapi sangat sulit diterapkan. Guru disiplin
mana
yang
paling
efektif lebih cenderung menerapkan sistem pembinaan
diterapkan? Apakah pembinaan disiplin disiplin ini hanya di awal-awal pertemuan saja. yang didasarkan pada Namun, setelah Misalnya, pada awal-awal pertemuan, pada saat beberapa pertemuan, seorang siswa tidak guru penjas bilang “stop”, semua siswa meletakkan bola setelah gurunya bilang meletakkan bola yang dipegangnya. Menyikapi “stop” dan guru mengabaikannya. Dalam Realitas contoh itu, guru kurang konsisten dalam
Pembahasan dalam uraian sebelumnya
menerapkan sistem pembinaaan disiplin. lebih banyak menyoroti bagaimana mengurangi Secara bertahap, bagaimanapun hal ini masalah disiplin siswa. Namun demikian, menjadi bertambah banyak; dua siswa, tiga kebanyakan guru Penjas, bahkan dalam situasi siswa,
enam
siswa
yang
akhirnya yang ideal sekalipun, terpaksa harus menerima
pembinaan disiplin memudar.
kenyataan mendapati seorang atau beberapa
2. Sistem pembinaan disiplin itu didukung siswa yang kurang disiplin. Tentu saja hal ini oleh kepala sekolah dan guru kelas. Pada akan
menimbulkan
rasa
jengkel
dan
saat tertentu mungkin guru Penjas akan menyakitkan bagi guru. Sehubungan dengan menemukan siswa yang tidak disiplin, siswa itu, terdapat beberapa strategi yang dapat dipilih tidak mau menerapkan peraturan dan oleh guru untuk mengurangi rasa kesal atau penghargaan maupun “time out” tidak kecewa tersebut sehingga tidak merugikan bagi berpengaruh
terhadap
disiplin.
Dalam guru dan siswanya, antara lain dengan:
kesempatan itu, guru Penjas memerlukan 2. Menyadari bahwa perilaku menyimpang bantuan kepala sekolah dan guru kelas.
bukan sifat individual, semua orang dalam
Mereka
dan
kondisi tertentu bisa saja berbuat hal yang
mengetahui mengapa siswa berbuat seperti
sama. Untuk itu, cobalah untuk tidak marah
mungkin
menyadari
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 13
itu dan bagaimana strategi yang harus
atau menyesal, ambillah nafas dalam-dalam
dilakukan untuk mengatasi masalah itu.
dan selanjutnya memperlakukan siswa yang
Oleh karena itu, salah satu konsekuensi bagi
kurang
siswa yang berperilaku menyimpang adalah
mestinya.
disiplin
tersebut
sebagaimana
harus berhadapan dengan kepala sekolah 3. Mencegah jangan pernah marah kepada yang
mungkin akan dapat
membantu
siswa dalam situasi dan kondisi apapun.
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
Interaksi yang tenang dan sabar jauh lebih
guru Penjas.
efektif daripada marah. Sekalipun siswa
3. Sistem
pembinaan
harus
jelas berperilaku menyimpang, guru Penjas
ditopang oleh orang tua siswa. Seperti
harus menjaga harga dirinya. Siswa yang
halnya bantuan kepala sekolah dan guru
sakit hati, marah, atau frustasi karena
kelas, manakala orang tua siswa mengetahui
melakukan kesalahan, harus disadarkan
dan mendukung sistem pembinaan disiplin
oleh guru, bahwa apa yang telah dilakukan
yang digunakan guru Penjas, maka orang
itu adalah melanggar peraturan, namun hal
tua siswa cenderung ikut membantu guru
itu wajar saja apabila dilakukan secara tidak
Penjas
sadar atau karena lupa.
dalam
disiplin
itu
memecahkan
masalah-
masalah penyimpangan disiplin siswa di sekolah.
Menjelaskan kepada siswa. Memanggil siswa yang tidak disiplin melalui teman
dan berilah kesempatan untuk berpikir. Berilah dekatnya, jelaskan kepada siswa peraturan apa waktu
untuk
simaklah
mengemukakan
pendapat
siswa
pendapatnya, yang dilanggar tanpa gejolak dan secara
dengan
penuh perlahan masalah tersebut sehingga diharapkan
perhatian, hargai pendapatnya, dan berusaha siswa dapat kembali aktif belajar mempelajari untuk memahami apa maksudnya. Setelah fokus pembelajarannya. selesai berinteraksi, guru menyimpulkan sambil
Ketika guru telah menerapkan berbagai
memberitahu konsekuensi yang harus diterima strategi peningkatan aktivitas belajar, akan akibat
penyimpangan
perilaku
yang tetapi perilaku menyimpang masih sering
diperbuatnya. 1. Melakukan
terjadi, maka hampir semua dapat dipastikan pendekatan
secara
pribadi. bahwa guru tersebut menghadapi masalah
Daripada berteriak-teriak memarahi siswa disiplin siswa. Oleh karena itu, sebagai yang tidak disiplin dari kejauhan, sementara tambahannya, guru juga harus menerapkan siswa
yang
lainnya
menonton
dan sistem
pembinaan
disiplin
yang
cukup
mendengarkan kejadiannya, maka lebih dimengerti oleh siswanya; siswa mengerti apa baik guru melakukan pendekatan secara yang diharapkan oleh guru, bagaimana akibat pribadi. Dekati siswa yang kurang disiplin dari perilaku yang salah, dan apa keuntungan tersebut, panggil ke pinggir lapangan, dan dari kerja sama dengan gurunya maupun denga lakukan interaksi singkat sehingga siswa siswa lain pada waktu belajar. lain
tidak
mengetahuinya
sebagaimana
Beberapa sistem pembinaan disiplin lebih
mestinya. Kalau pilihan yang ke dua itu menekankan
pada
motivasi
ekstrinsik,
sering dilakukan oleh guru penjas, maka sementara yang lainnya menekankan pada bukan hal yang mustahil siswa akan motivasi
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
intrinsik.
Terlepas
dari
sistem
Page 14
berpikir, bersikap, dan bertindak positif pembinaan disiplin yang dipilih oleh guru, terhadap lingkungan pembelajaran Penjas penggunaan sistem pembinaan sistem yang yang diperolehnya di sekolah.
efektif ditandai oleh penerapan yang dilakukan secara konsisten dan ketat akan tetapi tetap
SIMPULAN
Perilaku pasif dan tidak disiplinnya siswa menghargai perasaan dan harga diri anak sewaktu
proses
pembelajaran
Penjas didiknya.
berlangsung merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para guru, terutama guru pemula. Untuk mengatasinya, para guru perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan berbagai strategi yang efektif diaplikasikan untuk menghindari meningkatnya permasalahan tersebut menjadi lebih berat lagi. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbagai strategi peningkatan aktivitas
belajar
akan
menyadarkan
guru
terhadap kemungkinan pasifnya siswa pada waktu belajar dan memungkinkan guru siap mengantisipasi
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Judul asli: A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition. 2001. Addison Wesley: Longman, Inc. Arifin, Z. 2011. “Prinsip-prinsip Pembelajaran”. dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H. and Krathwohl, D.R. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Hanbook I: Cognitive Domain. New York: david McKay. Canter, L. 1976. Assertive Discipline: A Take Charge Approach for Today’s Educator. Santa Monica, CA: L.Canter & Associates. Darmawan, D. dan Permasih. 2011. “Konsep Dasar Pembelajaran”. dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 15
Fatoni, T. dan Riyana, C. 2011. “Komponen-komponen Pembelajaran”. dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Fuoss, D.E., and Troppmann, R.J. 1981. Effective Coaching: A Psyshological Approach. New York: John Wiley & Sons. Graham, G. 2008. Teaching Children Physical Education: Becoming A Master Teacher (3rd ed.). Champaign, IL: Human Kinetics Publisher Inc. Hill, D. 1990. Order in the Classroom, “Teacher” pp. 70-77. Harrow, A.J. 1972. A Taxonomy of the Psychomotor Domain: A Guide for Developing Behavioral Objectives. New York: Longman Inc. Hellison, D. 2003. Teaching Responsibility Through Physical Activity (2nd ed.). Champaign, IL: Human Kinetics, University of Illinois at Chicago. Jewett, A.E., and Mullan, M.R., 1977. Curriculum Design: Purposes and Procesess in Physical Education Teaching-Learning. Washington D.C.: American Association for Health, Physical Education, Recreation, and Dance. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., and Masia, B.B., 1964. Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational Goals. Handbook 2: Affective Domain. New York: Longman Inc. Lutan, R. 1992. Profil Pengelolaan Pengajaran Olahraga Pendidikan dalam Kaitannya dengan Kualifikasi Tenaga Guru SLTA, Laporan Penelitian. Bandung: FPOK IKIP Bandung Masser, L.S. 1990. “Teaching for Affective Learning in Elementary Physical Education”. JOPRED. 67 (2), 18-19. Semiawan, C.R. 2011. “Character Building for Children: Towards A National Identity of Quality and Dignity”. dalam Alih Kepakaran. Bogor: Gocara Press. Siedentop, D. 1994. Sport Education: Quality PE through Positive Sport Education. Champaign, IL: Human Kinetics, The Ohio State University. Siedentop, D., Tousignant, M., and Parker, M. 1982. Academic Learning Time-Physical Education Coding Manual. Colombus, OH: School of Health Physical Education and Recreation. Suherman, A. 1998. Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: IKIP Bandung Press. Sularto, ST. 2012. Praksis Pendidikan: Dari “Kujana” Menjadi Sujana, Mungkinkan?. Jakarta: Harian Kompas, 1 Mei 2012. Halaman 1&15. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 16
Zakrajsek, D., Darst, P., dan Mancini, V. 1989. Analysing Physical Education and Sport Instruction. Champaign, IL: Human Kinetics. Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengambangan. Jakarta: Puslitjaknovdik BPP Depdiknas. Tim Pusbangsisjar. 2010. Buku Pedoman Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP). Surakarta: LPP UNS. Wibowo, W. 2012. Langkah Kritis dan Kontemporer Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi. Jakarta: Bidik-Phronesis Publishing.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 17
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA AGRESIVITAS SAAT BERTANDING PADA ATLET SEPAKBOLA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) KAB SUMENEP Deddy Whinata Kardiyanto Universitas Sebelas maret Abstract This study aimed to determine the occurrence Causes Aggressiveness At Football Athletes Compete In Regional Sports Week (POPDA) Kab Sumenep. This study used a qualitative methodology with a phenomenological approach. The data collected by using observation and semistructured interviews. Determination of research subjects by using purposive sampling with a reference from your observation. Researchers took four of the 17 athletes that competed POPDA football as a primary Subject and two as secondary subjects, which includes the coach and one player. Data analyzed using an interactive model data reduction, the data display, and verification of conclusions by Miles andHuberman. The results indicate that the factors that caused the aggressiveness of the athletes POPDA Kab Sumenep is the referee's leadership, endangering any bodily contact that makes the aggressiveness of football athletes POPDA uncontrolled Kab Sumenep, any negative utterances spoken by the opponent, and the presence of other aggressive that wish to injure an opponent. Keywords: Aggressiveness At Compete, Athletes Football, Aggressiveness In Athlete 200 negara di hampir setiap
PENDAHULUAN
Sepakbola merupakan cabang olahraga paling populer dan paling digemari di seluruh tersebut
dapat
beberapa
survey
dunia.Pernyataan
dibuktikan
dengan
yang dilakukan di
beberapa negara di dunia.Berdasarkan hasil
survei
yang
dilakukan
oleh
Fédération Internationale de Football Association
(FIFA)
pada
tahun
2001(situs most- popular.net, 2006), menyatakan bahwa sepakbola adalah olahraga paling populer dimainkan. Survey ini menunjukkan bahwa lebih dari
240
juta
orang
bagian dari dunia. Tidak hanya sampai disitu saja, pada tahun 2008 diajang olimpiade yang diadakan di London, penonton
yang
menyaksikan
pertandingan sepak bola mencapai 2,13 juta.(www.yahoosportindonesia.com, 2008). Di Indonesia olahraga sepak bola merupakan olahraga paling populer dimasyarakat.Hal ini terlihat
dari
penuhnya tribun penonton saat ada pertandingan
resmi(situs
www.yahoosportindonesia.com
memainkan
olahraga sepak bola yang lebih dari penggemarnya olahraga
dibandingkan
dengan
yang lainnya. Indonesia
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Sebelum para atlet berkompetisi pada Divisi 2,
Divisi 1, Divisi
Page 18
mempunyai induk organisasi sepakbola
Utama,
resmi yang sudah terkenal di semua
biasanya mengikuti kompetisi atau
kalangan, yaitu Persatuan Sepak bola
turnamen antar Sekolah Sepak Bola
Seluruh Indonesia (PSSI) yang memiliki
(SSB). SSB ini biasanya dimulai
wewenang
pada
untuk
menyelenggarakan
dan
usia
Super
7
Liga,mereka
tahun,
yang
setelah
liga atau kompetisi, kompetisi ini dibagi
pemain
menjadi beberapa tahap, mulai dari
terpantau dan mengikuti seleksi untuk
Divisi 2, Divisi 1, Divisi Utama, dan
tingkatan kompetisi yang lebih luas,
Super Liga.
yaitu Pekan Olahraga Pelajar Daerah
2, Divisi 1, Divisi Utama, dan Super
(POPDA) pada usia dibawah 17 tahun,
Liga. Divisi 2 adalah kompetisi yang
dan
levelnya lebih rendah daripada Divisi
(PORPROV) pada usia dibawah 21
1, Divisi Utama dan Super Liga.
tahun.
Setelah
Pekan
berprestasi
itu
Olahraga
Pada
akan
Provinsi
turnamen
dengan
klub
yang
pengelompokkan usia ini dinaungi oleh
pertama
dan
Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI pada
1,
daerahnya sendiri-sendiri dan dicatat
menggantikan 2 klub Divisi 1 yang
pada situs resmi Pengcab PSSI daerah
berada pada posisi paling bawah, dan
setempat.
untuk 2 klub divisi 1 akan naik
Para
Divisi
menempati kedua
2,
2
peringkat
akan
naik
ke
Divisi
atlet
muda
SSB
menggantikan posisi 2 klub terbawah
berprestasi
yang ada pada Divisi Utama. Pada
bakatnya pada beberapa even yang
Divisi Utama ini sama halnya dengan
diselenggarakan
klub
tingkatan-tingkatan
yang
ada
pada
divisi-divisi
mampu
dari
oleh
menunjukkan
PSSI yang
dengan berbeda.
sebelumnya, yaitu 2 klub terbawah
Tingkat Daerah, yaitu tirta dharma,
akan turun ke Divisi 1 dan 2 klub naik
POPDA
tingkat ke level Super Liga. Pada Super
Daerah), PORPROV (Pekan Olahraga
Liga ini ada yang berbeda pada 2 klub
Provinsi).
Untuk
yang berada pada klub yang teratas, 2
(negara),
PON
klub ini akan mewaliki Indonesia pada
Nasional), liga remaja U-17.Sedangkan
kompetisi
tingkat internasional adalah Danone
di
benua
Asia.
(www.pssi.org.id). Tindakan
(Pekan
Olahraga
tingkat
Pelajar
nasional
(Pekan
Olahraga
Nation Cup, AFF Cup, dan Piala Dunia.
agresif
para
pemain
Ketiga tindakan tersebut sudah
sepak bola dikejuaraan saat bertanding
menjurus
juga bukan hal
untukmencelakai
yang
asing
lagi.
pada
tindakan orang
lain.
Menurut Sudibyo(Risna.2009) pemain
Berdasarkan hasil wawancara oleh
yang agresif sangat diperlukan untuk
peneliti (Grange dan Kerr, 2010), para
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 19
dapat
memenangkan
pertandingan
pemain
tersebutmengaku
seperti dalam sepak bola, tinju dan
melakukan
sebagainya,
sikap
agresif
dalam
agresif apabila tidak terkendali dapat
lanjut,
tindakan
menjurus
berbahaya,
mengakibatkan kerugian untuk dirinya
melukai lawan, melanggar peraturan dan
sendiri dan lawan tandingnya yang
mengabaikan sportivitas. Grange & Kerr
menjadi objek dari tindakan agresif
(2010)
tersebut.
Sudah
secara mendalam terhadapdelapan orang
tentang
agresivitas
pemain
olahraga yang sudah dilakukan, baik
tetapi
pada
sifat
tindakan
melakukan
Liga
dan
kajian
kualitatif
Sepakbola
yang mendapat
Australia
label sebagaipemain
dengan
para
pemaintersebut
terungkap
bahwa
tindakan
dilakukan
dengan
agresif
tingkatan-tingkatan tertentu. Menurut (2010),
Grange
tindakan
agresif
Kerr
tersebut
tindakan
pertandingan.
Lebih
agresivitas
dapat
banyakpenelitian dalam
dunia
Penelitian yang dilakukan oleh Lemieux,
McKelvie
&
(2002)membandingkan
Stout antara
mahasiswa atlet dan mahasiswa bukan atlet
dan
jenis
didalam maupun diluar negeri.
yang paling agresif. Melalui metode wawancara
semua
pernah
dalam
tindakan
hal
kecenderungan
agresif.Penelitian
itu
menunjukkan bahwa mahasiswa atlet
digolongkan menjadi empattingkatan,
ternyata
yaitu play, power, anger dan thrill.Play
perilakuagresif
aggression adalah jenis agresifyang
dibandingkan dengan mahasiswa bukan
bertujuan untuk sesuatu
yang ada
atlet.Halini
hubungannya
permainan
bahwa
dengan
mempunyai
kecenderungan
yang
juga
aktivitas
lebih
menjadi olahraga
besar
indikasi rentan
danmerupakan tindakan yang masih
terhadap
diperbolehkan
agresif.Terutama untuk jenis olahraga
oleh
peraturan
munculnyatindakan
pertandingan.Power, anger dan thrill
yangmemperbolehkan
merupakan tindakan agresif yang sudah
secara langsung dengan lawan serta
tidak lagidiperbolehkan oleh peraturan.
olahragayang bersifat beregu.
Guilbert
(2008)
kontak
tubuh
melakukan
stereotip karena remaja tidak
penelitian terhadap 420 orang atlet
selalu dalam kondisi “badai dan stres”.
yangmelibatkan
Meskipun
sembilan
cabang
demikian
tidak
dapat
olahraga yang terbagi menjadi olahraga
disangkal bahwa masa remaja awal
beregu
merupakan
danolahraga
penelitiannya
individu.Hasil
menunjukkan
bahwa
olahraga beregu dipersepsikan oleh para atletnya mempunyai tingkat kekerasan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
suatu
fluktuasi emosi
masa (naik
dimana
dan turun)
berlangsung lebih sering. Gejolak emosi pada atlet remaja Page 20
yang lebih tinggi.Lebih jauh,olahraga
akan berdampak pada tindakan mereka
beregu yang membolehkan kontak fisik
saat bertanding. Gejolak emosi tersebut
menempati
terjadi karena adanya tekanan pada diri
urutan
teratastingkat
kekerasan yang dipersepsikan oleh para
atlet,
atlet.
dari
meluapkannya pada saat bertanding.
cabangolahraga beregu dan kontak fisik,
Seperti tindakan agresivitas pada atlet
seperti sepakbola dan bola
lain. Hal serupa diungkapkan oleh
Bentuk
kekerasan
basket,
menghasilkan bentuk kekerasan yang juga
dipersepsikan
jauhlebih
Tindakan
agresivitas
bisa
mereka
stimulus
yang dirasa
dirinya,
Individu.
mengancam
yang
terancam
tersebutakan
dewasa
melakukan
tindakan
Mashhoodi,
atlet
Mokhtari
remaja. dan
Tajik
(2013) melakukan penelitian tentang perbedaan
agresivitas
remaja dengan atlet
antara
Oleh ingin
kawan
menunjukkan
siswa-siswi
remaja
lebih
agresif dibandingkan
agresi
karena
meneliti
POPDA
atlet
cenderung reaktif
melepaskan diri dari ancaman tersebut.
dari penelitian Mashoodi dan kawanbahwa
merasa
sebagai cara untuk mengurangi atau
atlet
dewasa. Hasil
saja
2000) ketika individu mendapat
muncul dari diri para atlet baik atlet maupun
bisa
Dodge dan Coie (Hurlock,
berat
dibandingkan dengan cabang yang lain.
sehingga
itu,
atlet
peneliti
sepak
bola
yang diperuntukkan pada yang
usianya
masih
dibawah 17 tahun. Pada akhirnya
dengan atlet dewasa. Hall (Santrock,
peneiliti
2007) menyebutkan bahwa masa remaja
Penyebab Terjadinya Agresivitas Saat
dianggap
sebagai
masa
badai
Bertanding Pada Atlet Sepak Bola
emosional.
Dalam
bentuknya
yang
Pekan Olahraga Daerah (POPDA) Kab
mengambil
judul
“Faktor
ekstrem, pandangan ini terlalu bersikap
Sumenep.“
KAJIAN PUSTAKA
ancaman
A. Definisi Agresivitas
seseorang bisa jelas dipahami dalam
Menurut
Berkowirz
(Sukadiyanto.
terhadap
harga
diri
kerangka ini.Orang seperti ini sangat
2005) pengertian agresifitas sebagai
sensitif
segala
yang
penghinaan.Lebih lanjut mereka bisa
menyakiti
menjadi sangat murka jika beranggapan
seseorang baik secara fisik maupun
bahwa pandangan mereka terhadap diri
psikis.
sendiri
bentuk
dimaksudkan
perilaku untuk
Baron dalam Gill (Sukadiyanto.
kemungkinan
terancam.Tantangan
dan
ancaman terhadap citra diri seseorang
2005) mendefinisikan agresifitas adalah
sangat
bentuk perilaku yang diarahkanuntuk
agresif
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
terhadap
mungkin mendorong reaksi oleh
individu
yang Page 21
tujuan
menciderai
orang
lain
atau
menyakiti
karena terdoronguntuk
menghindari perlakuan tertentu.
bersangkutan tidak
senang.
sebenarnya
murni sebagai hasil dari terusiknya
tingkah laku individu yang ditujukan
harga
untuk
menghasilkan
atau
Tetapi
jelas
perasaan tidak senang tersebut bukan
Agresi, menurut Baron adalah
melukai
karena mereka
mencelakakan
diri
itu
sendiri
yang
dorongan
untuk
individu lain yang tidak menginginkan
menyerang pengganggu atau pihak
datangnya
yang
Definisi
tingkah agresi
laku
dari
tersebut.
Baron
ini
mengancam,
melainkan
negatif dari luka psikologis yang
mencakup empat faktor: tingkah laku,
ditimbulkan
tujuan
gangguan terhadap harga diri.
untuk
mencelakakan atau
melukai
(termasuk
membunuh),
atau
yang
dari
Menurut
mematikan
individu
sifat
2009).
ancaman
Baron
Agresif
atau
(Gunarsa,
diartikan
sebagai
menjadi pelaku dan individu menjadi
“semua perilaku yang diarahkan untuk
korban, dan ketidakinginan si korban
menyakiti
menerima tingkah laku si pelaku (Sobur,
lain
2003).
menghindari perlakuaan semacam itu”.
atau
mencederai
yang
orang
dimotivasi
untuk
Bagi Berkowitz(Sobur, 2003),
Perbedaan dari denifisi agresi,
perasaan negatif yang ditimbulkan oleh
agresif dan agresivitas adalah agresi
suatu
menghasilkan
adalah sebuah tingkah laku individu
kecenderungan amarah dan perilaku
untuk mencelakakn orang lain atau
agresi.Pengaruh rasa tersinggung atau
benda, agresif adalahsebuah sifat
manusia untuk menyakiti orang lain,
b. faktor Belajar Sosial
tekanan
dapat
sedangkan untuk agresivitas adalah segala
bentuk
individu
yang
menyelakai
dari
tingkah
berusaha
laku untuk
atau meciderai orang lain
atau benda. B. Faktor
Dengan
menyaksikan
perkelahian meskipun
dan
pembunuhan
sedikit
menimbulkan
pasti
akan
rangsangan
dan
memungkinkan untuk meniru model Penyebab
Terjadinya
Agresivitas Menurut
kekerasan tersebut. c. Faktor lingkungan
Davidoff
(Mu’tadin,
Perilaku
agresi
disebabkan
2002) terdapat beberapa faktor yang
oleh
beberapa
dapat
uraian
singkat mengenai faktor-faktor
menyebabkan perilaku agresi,
faktor.
Berikut
yakni : a. Faktor Biologis Ada beberapa
tersebut : 1) Kemiskinan. Bila seorang
faktor
anak
biologis
yang
mempengaruhi
perilaku agresi, yaitu faktor gen, faktor Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
dibesarkan dalam
kemiskinan,
maka
lingkungan
perilakuagresi Page 22
sistem otak dan faktor kimia berdarah.
mereka
Berikut ini uraian singkat dari faktor-
peningkatan. 2) Anonimitas. Kota besar
faktor tersebut :
seperti Jakarta, bandung, surabaya, dan
1)
Gen
alami
mengalami
pada
kota besar lainnya menyajikan berbagai
neural otak
suara, cahaya, dan bermacam informasi
berpengaruh
pembentukan sistem
secara
yang
yang sangat luar biasa besarnya. Orang
dilakukan terhadap binatang, mulai
secara otomatis cenderung berusaha
dari yang sulit sampai yang paling
untuk beradaptasi dengan melakukan
mudah amarahnya, faktor keturunan
penyesuaian diri terhadap rangsangan
tampaknya membuat hewan jantan
yang
mudah marah dibandingkan dengan
banyak rangsangan indera kongnitif
betinanya.
membuat
2) Sistem otak yang terlibat dalam
impersonal, artinya antara satu orang
agresi ternyata dapat memperkuat
dengan orang lain tidak lagi saling
atau mengendalikan agresi.
mengenal atau mengetahui secara baik.
yang
3)
mengatur
Kimia
khususnya
penelitian
darah.
Kimia
darah
seks
yang
hormon
berlebihan
Lebih
tersebut.
dunia
jauh
cenderung
Terlalu
menjadi
lagi,
setiap
menjadi
sangat
individu
anonim
sebagian ditentukan faktor keturunan
mempunyai
mempengaruhi prilaku agresi.
seseorang merasa anonim, ia cenderung
berprilaku semaunya sendiri, karena
kekuatan dalam mempersiapkan diri
ia merasa tidak lagi terikat dengan
jauh-jauh hari sebelum pertandingan
norma
dimulai.
masyarakat
dan
kurang
bersimpati pada orang lain. 3) Suhu udara yang panas dan kesesakan.
identitas
(tidak
D. Terjadinya
diri).
Agresivitas
Bila
Pada
Atlet
Suhu suatu lingkungan yang tinggi
Menurut Sukadiyanto (2005) Perilaku
memiliki dampak terhadap tingkah
agresif dalam pertandingan olahraga
laku
dapat
sosial
berupa
peningkatan
dilakukan
olehpara
pemain
maupun para penonton. Munculnya
agresivitas.
agresifitas lain di antaranya karena :
d. Faktor amarah Marah merupakan emosi yang
1. Kepemimpinan Wasit
memiliki ciri-ciri aktivitas sistem
Wasit yang berlaku tidak adil dan
saraf parasimpatik yang tinggi dan
lebih memihak kepada salah satu
adanya perasaan tidak suka yang
tim, dapat menimbulkan agresivitas
sangat
biasanya
dari tim yang dirugikan, hal ini dapat
disebabkan adanya kesalahan, yang
berupa ejekan, mengumpat kepada
mungkin myata-nyata atau salah atau
wasit,
kuat
yang
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
dan
bersikap
tidak Page 23
juga tidak.
menghiraukan perkataan wasit. 2. Kontak Badan
C. Difinisi Atlet Menurut
Badudu–Zain
Kontak badan adalah segala bentuk
(Firmansyah, 2007), atlet merupakan
gerakan
olahragawan
menggunakan anggota badan.
ketangkasan
yang dan
memerlukan
kecepatan
serta
kekuatan.
gesekan
yang
3. Ucapan Ucapan adalah suatu kata-kata yang
Menurut adalah
dan
Sondakh(2009), atlet
pelaku
berprestasi nasional
olahraga
baik
yang
tingakt
maupun
daerah,
internasional.
ditujukan kepada pemain lawan untuk memprovokasi
atau
memancing
kemarahan pemain lawan. Hal ini dicontohkan
seperti,
mencemooh,
Sehingga bisa dikatakan atlet adalah
membentak, mengejek, mencaci lawan,
orang yang melakukan latihan agar
dan mengeluarkan kata-kata kotor atau
mendapatkan
mengumpat kepada lawan atau wasit.
daya
kekuatan
badan
,
tahan, kecepatan, kelincahan,
keseimbangan, kelenturan dan
4.
Prilaku
lain
yang
disengaja
mempengaruhi lawan
Perilaku atau tindakan lain yang dapat
terutama
menimbulkan
dapat
psikologis yang diikuti dengan adanya
dilakukan oleh pemain lawan untuk
proses peralihan dari masa anak-anak ke
memancing agresivitas pemain lawan
masa
dengan
merusak
dengan masyarakat dewasa. Berkaitan
konsentrasi dalam pertadningan,. Hal
dengan batas usia diatas, penelitian
ini dapat bermacam- macam,
yaitu
menggunakan rentang usia 19-24 tahun
lawan,
sesuai dengan batasan usia remaja
berupa
agresivitas
tujuan
untuk
menarik
baju
secara
dewasa
seksual,
untuk
mengangkat kaki terlalu tinggi dan
menurut Sarwono (2006).
menyuruh
METODE PENELITIAN
teman
satu
tim
untuk
mencederai pemain lawan.
sosial,
berintegrasi
Responden dan Desain Penelitian
E. Difinisi Remaja
Dalam proses penentuan subjek
Remaja dalam bahasa Inggris disebut
dalam
adolescance dan dalam bahasa latin
pendekatan purposive sampling yaitu
disebut
pengambilan
tumbuh
adolescere, ke
arah
memiliki
arti
kematangan.
penelitian
pertimbangan
ini
menggunakan
sampel tertentu
dengan menggunakan
Kematangan yang dimaksudkan tidak
teknik guide obsevation yang merupakan
hanya berarti kematangan secara fisik,
pengambilan sampel sebagai sumber
tapi terutama kematangan sosial dan
data,
psikologis (Sarwono, 2006).
diperkecil
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
yang
pada menjadi
awalnya 4
subjek
banyak yang
Page 24
Menurut
Sarwono
masyarakat
(2006)
dalam
Indonesia, batasan usia
kriterianya adalah
atlet
sepak
bola
POPDA Kab Sumenep yang bertanding.
remaja yaitu 11-24 tahun dan belum
Penelitian
menikah. Pada proses penyesuaian diri
penelitian kualitatif dengan pendekatan
menuju kedewasaan ada tiga tahap
fenomenologi.
perkembangan remaja, yaitu :
kualitatif
a. Remaja awal 10 – 13 tahun
fenomenologi
b. Remaja tengah 13 – 17 tahun
yang
c. Remaja Akhir 18 – 21 tahun
fenomena tentang apa yang dialami oleh
Berdasarkan
berbagai
definisi
ini
menggunakan
Metode
metode
penelitian
dengan
pendekatang
merupakan
penelitian
bermaksud untuk memahami
subjek
penelitian
dan
berusaha
yang ada di atas, dapat disimpulkan
memahami arti peristiwa dan kaitan-
bahwa remaja adalah individu yang
kaitannya terhadap subjek yang berada
telah mencapai kematangan fisik
dalam situasi-situasi tertentu (Iskandar,
2009).
Teknik
analisa
data
ini
menggunakan model interaktif Mils
menggunakan model interaktif Miles and
and Huberman.
Huberman,
HASIL PENELITIAN
dimana
terdapat tiga
pada
teknik
ini
macam tahapan dalam
1. AN sudah mengenal sepak
analisis, yaitu reduksi data, display data,
bola sejak usianya lima
dan verifikasi kesimpulan.
tahun.
Teknik
Pengumpulan
Datadan
Prosedur Penelitian
sepakbola yang
Teknik pengumpulan data yang
AN
dikenalkan
oleh
juga
sepakbola.
ayahnya, penggemar
Ayah
AN
dilakukan oleh peneliti dengan cara
menginginkan
observasi non-partisipan dan wawancara
kelak
semi terstruktur. Dengan demikian dalam
sepakbola profesional dan
penelitian ini menggunakan dua jenis data
bisa mengharumkan kota
primer dan data sekunder. Data primer
serta orang tuanya. Pada
pada penelitian adalah atlet sepak bola
tahun 2000 AN dikenalkan
POPDA Kab Sumenep yang sedang
dengan Sekolah Sepak Bola
bertanding, sedangkan data sekunder pada
(SSB)
penelitian ini adalah teman satu tim
Surabaya dan mulai dari
bersama subjek dan pelatih POPDA Kab
situlah AN berprestasi. AN
Sumenep.
berasal dari Surabaya, dan
Pada penelitian guide
penelitian bermula
line interview
ini
dari yang
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
prosedur
penyusunan kemudian
anaknya
menjadi
yang
atlet
ada
di
sekarang AN tinggal di Kab Sumenep
bersama
saudaranya. Page 25
guide
line
untuk
tersebut
Menjadi
acuan
2. RS berusia 17 tahun dan
melakukan wawancara kepada
bersekolah di salah satu
subjek dengan menggunakan pendekatan
SMAN
purposive
SUMENEP.
sampling.
Adapun
cara
di
kota
KAB
RS
sudah
dunia
sepak
pengambilan data dengan menggunakan
mengenal
guide observation yang telah disusun
bola sejak RS berusia 7
sebelumnya dengan cara menggunakan
tahun, RS mengikuti jejak
observasi
kakaknya
non-partisipan.
keseluruhan data yang
Kemudian telah didapat
seorang
dari hasil wawancara di analisa tua
yang
juga
pemain
sepak
bola. Akhirnya orang
RS memasukkannya di
bola saat IL berusia enam
Sekolah Sepak Bola (SSB)
tahun.
dengan tujuan agar RS bisa
kakaknya yang dulunya juga
mengembangkan bakat yang
seorang pemain sepak bola.
sudah dimilikinya sejak kecil.
IL
Setelah beberapa tahun RS
menjadi pemain sepakbola
bermain sepak bola akhirnya
profesional.
RS bisa berprestasi diberbagai
setelah
ajang yang diadakan di Kab
POPDA, IL dapat bermain
Sumenep.
di klub profesioanal sebagai
4. RM adalah seorang siswa
melihat
mempunyai
IL
cita-cita
berharap
selesai
ajang
awal IL memulai kariernya
yang bersekolah di salah satu SMKN di Kab. Sumenep.
Setelah
sebagai pemain sepak bola. DISKUSI
RM berusia 17 tahun, RM
Berdasarkan
hasil
penelitian,
menyebab
terjadinya
mengenal sepak bola sejak
faktor-faktor
RM
agresivitas yang dialami oleh subjek
berusia enam
tahun,
kemudian oleh sang ayah RM
AN, RM, RS
diikutkan sekolah sepakbola
adalah masalah dengan kepemimpinan
di salah satu klub anggota
wasit yang lebih memihak pada tim
Persema. Karena bakat RM
lawan,
sudah mulai terlihat, orang
yang
tua
subjek tidak dapat terkontrol, ucapan dari
RM
sepenuhnya
mendukung agar
anaknya
pemain
dan IL saat bertanding
masalah dengan kontak badan membuat
lawan
agresivitas
yang
keempat
memancing
bisa menjadi pemain sepak
kemarahan oleh keempat subjek, dan
bola
perilaku agresivitas lain yang bertujuan
orang
profesional. Cita-cita tua
RM disambut
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
untuk melukai pemain lawan. Page 26
dengan
gembira
oleh
A. Kepemimpinan Wasit
RM,karena RM sendiri juga
Menurut
menyukai
kepemimpinan
sepakbola
sejak
kecil. IL bersekolah di salah satu
Sukadiyanto
(2005)
wasit
adalah
sebagai
orang
mengawasi
jalannya
pertandingan
dan
SMAN yang ada di Kab Sumenep. IL
menjalankan aturan-aturan yang
menyukai sepak haruslah adil, tidak
berlaku
haruslah adil, tidak memihak salah satu
pertandingan, kepemimpian wasit
tim. Wasit yang berlaku tidak adil dan
menjalankan tugasnya.
dalam
lebih memihak kepada salah satu tim,
B. Kontak Badan
dapat menimbulkan agresivitas dari tim
Sukadiyanto
sebuah
(2005)
yang dirugikan, hal ini dapat berupa
mengungkapkan bahwa kontak
ejekan, mengumpat kepada wasit, dan
badan
bersikap tidak menghiraukan perkataan
gerakan
wasit.
menggunakan anggota badan. Faktor kepemimpinan wasit
Dalam
yang
badan
memihak
pada
tim
adalah dan
sepak
segala
bentuk
gesekan
bola
yang
kontak
diperbolehkan,tetapi
lawan membuat agresivitas
tidak
melanggar
peraturan
AN, RS, RM dan IL tidak
yang
berlaku.
Seperti,
terkontrol.
mentackling kaki lawan dengan
Hal
ini
ditunjukkan dengan beberapa
sengaja,
kali
hingga
keempat
melakukan
subjek
mendorong tersungkur,
lawan menyikut
perlawanan
lawan, menarik tangan lawan,
kepada wasit yang memimpin
menendang lawan tanpa adanya
pertandingan. Namun hal ini
bola, dan menginjak kaki lawan
juga
secara disengaja.
pelatih,
disampaikan akan
tetapi
oleh tidak
Faktor kontak badan yang sering
sepenuhnya kesalahan pada
terjadi
kepemimpinan wasit. Pelatih
pertandingan
menjelaskan
agresivitas AN, RS, RM dan
bahwa
anak
asuhnya kurang mampu untuk
IL
mengontrol
Karena
emosi
saat
dalam
semakin tidak keempat
sebuah membuat
terkendali. subjek
bertanding, sehingga sering
terpancing oleh gaya permainan
terjadi
lawan yang lebih memancing
pelanggaran-
pelanggaran yang
diperoleh
kemarahan dari keempat subjek
tim lawan, hal ini sesuai
dan membuat keempat subjek
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 27
dengan
yang
diungkapkan
keinginan
untuk
tindakan
yang
oleh Santrock (Harter, 2007)
membalas
dalam upaya melindungi diri,
dilakukan oleh lawan mereka.
remaja cenderung cenderung
Tindakan-tindakan
menyangkal karakteristiknya
seperti,
yang negatif dan cenderung
membentak, mengejek, mencaci
memandang
lawan, dan mengeluarkan kata-
yang
deskripsi
berupa
diri
dorongan,
kata
tersebut mencemooh,
kotor
atau
mengumpat
tarikan kepada anggota badan
kepada
lawan,
wasit.(Sukadiyanto, 2005).
sikutan
dan
kaki
lawan
mentackling dengan berupa
lawan
atau
C. Prilaku Agresivitas lainnya
dorongan,
Perilakuatau tindakan lain yang
tarikan kepada anggota badan
dapat menimbulkan agresivitas
lawan,
dapat dilakukan oleh pemain
sikutan
dan
kaki
lawan
mentackling dengan
sengaja.Hal
ini
lawan
untuk
memancing
agresivitas pemain lawan dengan
beberapa kali dilakukan oleh
tujuan
keempat
dalam
konsentrasi dalam pertadningan,.
pertandingan. Hal ini sesuai
Hal ini dapat bermacam-macam,
dengan
yaitu berupa menarik baju lawan,
oleh
subjek
yang
menjelaskan dapat
diungkapkan
Pavlov(2008)
generalisasi
C.
memiliki
dan
untuk
merusak
bahwa
mengangkat kaki terlalu tinggi
transfer
dan menyuruh teman satu tim
bahwa
memberikan
kita reaksi
untuk
mencederai
pemain
lawan.(Sukadiyanto, 2005)
yang telah dipelajari untuk
Perilaku
situasi yang belum pernah
untuk mencederai pemain lawan
kita jumpai sebelumnya, yaitu
terlihat
kita merespon situasi baru
dilakukan oleh AN, RS, RM dan
seperti ketika kita merespons
IL dalam pertandingan dengan
situasi
tujuan
yang
serupa
yang
lain
yang
beberapa
ingin
disengaja
kali
yang
memenangkan
sudah kita kenali.
perebutan bola dengan lawannya
UCAPAN
dengan mengangkat kaki terlalu
Ucapan adalah suatu kata-kata
tinggi dan menarik baju dari
yang ditujukan kepada pemain
lawan.
lawan untuk memprovokasi atau memancing kemarahan pemain Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 28
DAFTAR PUSTAKA Azaiez, Fairouz,Nasr Chalghaf,Kaïs Ghattassi, Karim Achour, Abdelhakim Cheri. (2013).Football and Aggressiveness According To the Gender.Jurnal IJES.Volume 2. No 4 hal 49-52.2013. Higher institute of Sport and the Physical Education of Sfax (Tunisia) Cahyo Utomo, Guntur. (2012). Agresivitas Pemain Sepak Bola: Studi Fenomenologi Tentang Kekerasan Pemain Sepak Bola Tingkat Universitas. Tesis.Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Dodge, K.A., & Coie, J.D. (1987). Social information pro-cessing factors in reactive and proactive aggression in children’s peer groups. Journal of Personality and Social Psychology, 53 (6), 1146-1158. Diakses http://fulla.augustana.edu:2048/login, 1 September 2013. Emzir.(2010). Metode Penelitian Kualitaitf. Jakarta: Erlangga Friman, Margareta, Claes Nyberg, and Torsten Norlander, (2004).Threats and Aggression Directed at Soccer Referees: An Empirical Phenomenological Psychological Study. Jurnal Psikologi. Volume 9 Number 4 Karlstad University, Sweden Firmansyah, M. A. (2007) Kecemasan Atlet renang dalam menghadapi Pertandingan, Skripsi. Universitas Gunadarma. Grange, Pippa, John H. Kerr. (2008). Physical aggression in Australian football: A qualitative study of elite athletes.Jurnal Psikologi Olahraga. Volume 11 (2010) 36–43. Toin University 1614 Kurogane, Aoba, Yokohama 225 8502, Japan. Gunarsa, D. Singgih, dkk. (2009). Psiokologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hergenhahn B. R and H. Olson Matthew (2008) the Teori Of Learning Edisi Ketujuh. Jakarta :k Kencana Prenada Media Group. Hurlock, E. B (2000).Devplopment Psycology : alife Span Approach. 5th Edition. New York: Megraw – Hill Kogahuha Ltd. Husdata, H. J. S. (2010). Psikologi Olahraga . Bandung: ALFABETA Koeswara, C. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco Maentiningsih, Desiani, (2008). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Jurnal Psikologi. 2008. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Mashhoodi, Samira, Pouneh Mokhtari dan Hamidreza Tajik, (2013).The comparison of the aggression of young and adult athletes in individual orteam sport.Jurnal Eksperimen. 2013,3(1):661-663. Department of Physical Education, Islamic Azad University, Shahre-Rey Branch, Tehran, Iran
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 29
Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mu’tadin, Zainun. (2002). Faktor Agresi.Http.www.spikologi.com/remaja/100602htm. Diunduh Desember 2013
Penyebab tanggal 22
Podungge, Risna .(2012). Dampak Kecemasan dan Agreivitas Terhadap Prestasi Olahraga Bela Diri.Skripsi. Pendidikan Keolahragaan FIKK UNG Sarwomo, S. W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Radja Grafindo Persada Satyobroto, Sudibyo. (2009).Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Anem kosong Anem Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung; Pustaka Setia Sukadiyanto. (2000). Perbedaan reaksi emosional antara Olahragawan Body Contact dan Non Body Contact.Jurnal Psikologi. Volume 33, No. 1, 50-62. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Sukadiyanto, (2005). Olahraga. Majalah Ilmiah. Volume 11 TH.IX, No. 03.Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Suyanto, Bagong. (2010). Pengantar Psikologi Sosial.Jakarta : Kencana. Anonimous (2014), http:/Penonton-Sepakbola-DiOlimpiade-PecahkanRekorYahooSportsIndonesia.htm. Diunduh tanggal 29 Januari 2014 Anonimous(2013), http:/www.pssi/liga-Indonesia.org.id. Diunduh tanggal 3 november 2013 Anonimous(2013), http:/ situs most-popular/olahraga-paling-populer-didunia.net. Diunduh tanggal 25 November 2013
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 30
PENGARUH LATIHAN RUBBER DAN BURBLE TERHADAP KEKUATAN DAN POWER OTOT LENGAN PADA PEMAIN BOLAVOLI
Achmad Suparto STKIP PGRI Sumenep ABSTRACT Arm muscle strength and power are determinants in performing movements that require the achievement of success in performing a service effort and smash in volleyball games. Volleyball is a dynamic sport with a high level of intensity in performing movements and strategic techniques, either currently or survive when attacked. In this study to have the strength and the muscle’s power you need to have burble and rubber exercise. This research aims to analyze 1) the effect of rubber and burble training for arm muscle Strength and of volleyball player. 2) The effect of rubber and burble training for arm muscle power of volleyball player. The objects of this research are 30 junior volleyball players in Official Training Center Branch (Puslatcab), Sumenep. This research uses quantitative research by using quasi experiment method. The research used a matching only design. The One way Anova is used to analyze the data. The data is collected by using test. Push up test is used to measure arm muscle strength and Ball Medicine Throw is used to measure the power in the pretest and post test. Result: 1) On increasing the strength of the arm muscles of Anova test results stating F-count > F-tabel, or 37.227 > 3.35. it can be concluded that there are significant differences between the groups of rubber, the burble group and the control group. 2). On increasing muscle power arm of the Anova test results stating F-count > F-tabel, or 16.773 > 3.35. it can be concluded that there are significant differences between the groups of rubber, the burble group and the control group. Conclusion. Rubber exercise more effective at increasing muscle power rather than exercise arm burble and control. While exercise is more effective burble to increase muscle strength and rubber sleeves Keywords : Rubber and Burble, Strength, Power, and Volleyball. tingkat
PENDAHULUAN
intensitas
Setiap cabang olahraga memerlukan kesiapan melakukan
yang
tinggi
gerakan-gerakan
dalam
teknik
dan
fisik dan penguasaan teknik yang tinggi di strategis, baik saat bertahan maupun saat samping faktor mental dan emosional sebagai menyerang, oleh karena itu permainan bagian
dari
keberhasilan Dalam
pencapaian
cabang
komponen penting,
sistem
olahraga
tersebut sebab
faktor
penentu bolavoli merupakan permainan yang bersifat
prestasi
tinggi. agresif.
bolavoli
memegang permainan
Hal
dua penampilan
tersebut pemain
ditandai
dalam
oleh
melakukan
peranan gerakan-gerakan selama permainan, yang bolavoli membutuhkan tingkat kelincahan, kelentukan
merupakan cabang olahraga dinamis dengan yang tinggi, kekuatan, dan eksplosif power yang relatif besar, khususnya dalam upaya dalam melakukan suatu usaha servis dan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 31
melakukan
servis,
serangan
(smash), smes dalam permainan bolavoli.
bendungan (block), serta kecepatan reaksi
Untuk dapat melakukan servis dan
untuk mengambil bola yang datang secara smes dengan benar seorang pemain bolavoli cepat dan mendadak.
harus
memiliki
komponen
kemampuan
Kemampuan melakukan servis dan seperti kekuatan dan power otot lengan. smes dengan tepat merupakan gabungan Dengan memiliki kekuatan dan power otot beberapa kondisi fisik yaitu eksplosif power lengan seorang pemain bolavoli akan lebih otot lengan (penggabungan antara komponen mudah untuk memukul bola ke sasaran yang kecepatan dan kekuatan), kekuatan otot ingin dituju. Seperti diketahui bahwa gerakan lengan, koordinasi dan sebagainya. Usaha servis dan smes, terutama pada perkenaan untuk meningkatkan kemampuan melakukan bola adalah “gerakan dengan meluruskan servis
dan
smes
perlu
komponen-komponen
memperhatikan lengan dan diayunkan ke depan seperti
tersebut,
serta gerakan
melempar”
(Sarumpaet,
dkk,
memperhatikan pelaksanaan teknis gerakan 1992:97). Sehingga dari gerakan melempar agar dapat dicapai kebenaran gerak. Hal itu ini diperlukan luas gerak lengan yang akan
menguntungkan
pemain
dalam maksimal.
mencapai efisiensi dan efektivitas gerakan.
Untuk
memiliki
kekuatan
dan
Untuk mencapai prestasi tersebut, faktor power otot lengan maka latihan rubber dan yang penting antara lain adalah kekuatan dan burble menjadi tolak ukur dalam penelitian power otot lengan.
ini. Latihan rubber merupakan latihan beban
Terkait hal tersebut di atas Sandra dengan menggunakan sebuah karet/elastis &
Michelle
(2010)
melaporkan
hasil yang diikat pada sebuah tiang, menarik
penelitiannya bahwa daya eksplosif dan rubber tersebut dari atas kepala ke arah lurus kekuatan otot lebih penting untuk menunjang depan. aktivitas fisik sebagai fungsi tubuh. Gerak
Sedangkan
latihan
burble
eksplosif membutuhkan daya eksplosif otot, merupakan latihan beban yang menggunakan sehingga gerakan menjadi efektif.
burble yang dilakukan dengan kontinyu pada
Kekuatan dan power otot lengan posisi berdiri, dilakukan di atas kepala ke sengaja
diangkat
dalam
penelitian
ini arah depan dengan mengayunkan salah satu
mengingat, unsur ini merupakan penentu tangan yang memegang sebuah burble. dalam melakukan gerakan-gerakan yang mengharuskan diduga
tercapainya
mempunyai
keberhasilan faktor latihan rubber dan latihan burble besar
pengaruh
terhadap sekali peranannya atau sebagai penyerang
kemampuan kekuatan dan power otot lengan maupun Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Berdasarkan uraian di atas, maka
sebagai
pemain
yang Page 32
terutama pada pemain bolavoli yunior putri mempertahankan diri. Permainan bolavoli Pemusatan
Latihan
Cabang
Pengurus merupakan permainan yang dinamis. Karena
Kabupaten Sumenep, yang merupakan subjek seorang atlit dituntut untuk selalu bergerak, dalam penelitian ini. Pada tingkat pemain baik bergerak ke depan, ke belakang, ke tersebut,
pengetahuan
dan
keterampilan samping maupun ke atas untuk melakukan
dalam bermain bolavoli diasumsikan relatif smes dan membendung. Oleh karena itu sama. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha seorang pemain bolavoli harus memiliki mengkaji perbandingan latihan rubber dan kemampuan
teknik,
taktik,
fisik
dan
latihan burble terhadap kekuatan dan power kemampuan mental yang baik. otot lengan. Sehingga diharapkan akan dapat
Terkait dengan pelatihan fisik,
diperoleh informasi empiris yang akurat Chin, Marjike, Van Uffelen, Riphagen, dan tentang tingkat kebermaknaan latihan rubber van Mechelen (2008) dalam penelitiannya dan latihan burble terhadap kekuatan dan tentang pengaruh latihan fisik terhadap power otot lengan dalam bolavoli yang kinerja fisik, hasil penelitiannya dilaporkan dilaksanakan pada pemain bolavoli putri bahwa tingkat kemampuan tubuh yang dilatih yunior Pemusatan Latihan Cabang Pengurus secara teratur melalui pelatihan fisik dapat Kabupaten Sumenep Tahun 2014.
meningkatkan kinerja fungsional. Dalam
KAJIAN PUSTAKA
rangka
perbaikan
fungsional
dan
agar
Permainan bolavoli adalah cabang olahraga pelatihan lebih berkualitas tinggi diperlukan yang dimainkan oleh dua regu (tim) dalam keberadaan petunjuk pelatihan yang baik. setiap lapangan permainan yang dipisahkan Keberadaan unsur-unsur pelatihan dalam oleh net. Terdapat versi yang berbeda untuk penyusunan
program
pelatihan
seperti
digunakan pada keadaan khusus dan pada jenis/model pelatihan, intensitas pelatihan, akhirnya
adalah untuk menyebarluaskan frekuensi
dan
lama
pelatihan
sangat
kemahiran bermain kepada setiap orang. dibutuhkan. Beutelstahl (2011:65) menjelaskan bahwa
Miranda, Fleck, Simao, Barreto,
bolavoli merupakan suatu cabang olahraga Da Restntas, & Novaes (2007) melaporkan yang ditandai dengan peraturan-peraturannya hasil penelitiannya bahwa pelatihan beban yang begitu khas dan kukuh. Bolavoli juga untuk anggota tubuh bagian atas terdiri dari merupakan permainan, dimana kemampuan tiga set untuk delapan ulangan tiap set dan kecermatan masing- masing individu kekuatan otot tubuh bagian atas (p <
mempunyai pengaruh yang signifikan pada ).
(2010:20) menjelaskan bahwa penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan eksperimen adalah penelitian untuk menguji Kawamori dan Haff (2004) dilaporkan bahwa apakah variabel-variabel eksperimen efektif Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 33
beban latihan yang digunakan merupakan atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya faktor
yang
menentukan
paling
penting
rangsangan
karena harus digunakan variabel kontrol.
pelatihan
dan
Penelitian
ini
menggunakan
memberikan konsekuensi terhadap adaptasi rancangan pretest dan posttest control group pelatihan.
design. Subjek penelitian dibagi menjadi dua De
Salles,
Belmiro,
Simao, kelompok eksperimen dan satu kelompok
Miranda, da Silva, Lemos dan Willardson kontrol
dengan
pembagian
kelompok
(2009) juga melaporkan hasil penelitiannya dilakukan secara ordinal pairing. bahwa
pelatihan
kekuatan
otot
dengan
menggunakan beban antara 50% - 90% dari IRM, direkomendasikan istirahat antar set selama tiga sampai lima menit pada jumlah ulangan yang banyak untuk meningkatkan kekuatan dan daya eksplosif otot.
(Maksum, 2009:100)
Ratamess, Faigenbaum, Mangine, Keterangan : Hofman, dan Kang (2007) juga melaporkan T1 : Pretest kekuatan dan power otot lengan hasil penelitiannya bahwa pelatihan yang T2 : Posttest kekuatan dan power otot lengan bersifat
mendorong
mengandalkan genggaman
otot tangan,
atau
menarik X1 : Kelompok 1 yang diberikan latihan
maksimal dapat
melalui rubber
bemberikan X2 : Kelompok 2 yang diberikan latihan
kontribusi yang bermakna pada peningkatan burble kekuatan otot yang dilatih.
X0 : Kelompok kontrol yang tidak diberikan
METODE PENELITIAN
latihan rubber dan burble
Jenis dan Rancangan Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
a. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
Populasi yang menjadi sasaran
dengan metode eksperimen semu (quasi dalam penelitian ini adalah pemain bolavoli experiment). Jenis penelitian kuantitatif yunior
putri
digunakan oleh peneliti atas dasar sifat Pemusatan
yang latihan
tergabung cabang
dalam Pengurus
penelitian yang memberikan perlakuan Kabupaten Sumenep yang berjumlah 30 terhadap subjek. Menurut pendapat orang, dengan kriteria sebagai berikut: Suryana (2010:20) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian
a. Atlet tim Pemusatan Latihan Cabang Kabupaten Sumenep
untuk menguji apakah variabel-variabel b. Jenis kelamin putri Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 34
d. Usia antara 14 - 16 tahun
(SPSS)
17.0.
Untuk
mengkaji
dan
mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh e. Tahun kelahiran 1998 – 2000
yang signifikan antara pelatihan rubber,
Sampel dalam penelitian ini adalah pelatihan burble dan kelompok kontrol semua populasi, karena jumlah populasi yang terhadap peningkatan kekuatan dan power ada hanya 30 orang pemain. Sehingga otot lengan pada pemain bolavoli. penelitian ini adalah penelitian populasi HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan
(Population Research). Tempat dan Waktu Penelitian
mengenai deskripsi data penelitian dan hasil
Tempat pelaksanaan penelitian ini pengujian hipotesis dari penelitian yang telah di lapangan Bolavoli Komplek GOR A. Yani. dilakukan. Deskripsi data yang akan Alamat Jl. Urip Sumoharjo, Pangligur – disajikan berupa data hasil tes dan Sumenep. Penelitian ini dilaksanakan selama pengukuran kekuatan dan power otot lengan 8 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam yang diperoleh dari pretest dan post test seminggu. Pelaksanaan penelitian mulai Push-Up dan Ball Medicine Throw yang Maret sampai April 2014.
diberikan pada masing-masing kelompok
Instrumen Penelitian
yang melitputi : kelompok rubber, kelompok
Instrumen penelitian yang digunakan burble, dan kelompok kontrol pada pemain bolavoli putri yunior Pemusatan Pelatihan adalah sebagai berikut : a. Tes eksplosif power otot lengan Cabang (Puslatcab) Pengurus kabupaten dengan menggunakan tes Medicine Sumenep tahun 2014 yang berjumlah 30 Ball Throw. (Pasurney, Sidik, Irianto orang dan dibagi menjadi 3 kelompok, dan masing-masing kelompok berjumlah 10 dan Dewanti, 2009 : 75). b. Tes kekuatan otot lengan dengan orang. menggunakan tes Push-Up. (Johnson, 1.Deskripsi data peningkatan kekuatan BL and Nelson JK., 1974). Teknik Analisis Data Sesuai dengan hipotesis dan jenis
otot
lengan
pada
kelompok
rubber,
kelompok burble, dan kelompok kontrol Deskripsi dari variabel-variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dianalisis dengan jumlah sampel 30 ini, maka analisis statistik yang digunakan atlet terdiri dari : latihan rubber : 10 atlet; adalah Analisis of Varians (Anova) dengan latihan burble : 10 atlet; dan kelompok taraf signifikansi 5 % menggunakan program kontrol : 10 atlet. Statistical Product and Service Solution
a. Latihan rubber : rata-rata = 2,90; simpangan baku = 0,994; nilai
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 35
terkecil (minimal) = 1; nilai terbesar Awal dan Tes Akhir Kelompok Kekuatan (maksimal) = 4.
Otot
c. Latihan burble : rata-rata = 4,10;
Lengan
pada
Tiga
Kelompok
Eksperimen.
simpangan baku = 0,738; nilai terkecil
Penghitungan uji normalitas data
(minimal) = 3; nilai terbesar (maksimal)
menggunakan kolmogorov smirnov test dan
= 5.
hasilnya menunjukkan bahwa seluruh data
d. Kelompok kontrol : rata-rata = 1,20;
pada tes awal dan tes akhir pada tiga
simpangan baku = 0,422 nilai terkecil
kelompok perlakuan adalah berdistribusi
(minimal) = 1; nilai terbesar (maksimal)
normal, dengan rincian sebagai berikut :
= 2.
1) Tes awal latihan kekuatan otot lengan
2. Dekripsi data peningkatan power otot
latihan rubber, yakni: 0,583 > 0,05, jadi data
lengan pada kelompok rubber, kelompok
berdistribusi normal.
burble, dan kelompok kontrol.
2) Tes akhir latihan kekuatan otot lengan
Pada tabel di atas menunjukkan deskripsi
dari
variabel-variabel
yang
latihan rubber, yakni: 0,948 > 0,05, jadi data berdistribusi normal.
dianalisis dengan jumlah sampel 30 atlet
3) Tes awal latihan kekuatan otot lengan
terdiri dari : latihan rubber : 10 atlet;
latihan burble, yakni: 0,564 > 0,05, jadi data
latihan burble : 10 atlet; dan kelompok
berdistribusi normal.
kontrol : 10 atlet.
4) Tes akhir latihan kekuatan otot lengan
a.
latihan burble, yakni: 0,819 > 0,05, jadi data
Latihan rubber : rata-rata = 3,0280;
simpangan baku = 0,67216; nilai terkecil
berdistribusi normal.
(minimal) = 1,82; nilai terbesar (maksimal)
5) Tes awal kekuatan otot lengan kelompok
= 3,67.
kontrol, yakni: 0,699 > 0,05, jadi data
b.
berdistribusi normal.
Latihan burble : rata-rata = 2,2230;
simpangan baku = 0,62172; nilai terkecil
6) Tes
(minimal) = 1,11; nilai terbesar (maksimal)
kelompok kontrol, yakni: 0,664 > 0,05, jadi
= 3,45.
data berdistribusi normal.
c.
Kelompok
kontrol
:
rata-rata
=
akhir
kekuatan
otot
b. Uji Normalitas Data Tes
lengan
Awal dan
1,3850; simpangan baku = 0,60739; nilai
Tes Akhir Kelompok Power Otot Lengan
terkecil (minimal) = 0,71; nilai terbesar
pada Tiga Kelompok Eksperimen.
(maksimal) = 2,72. B. Uji Persyaratan 1.
Penghitungan
uji
normalitas
data
menggunakan kolmogorov smirnov test dan
Uji Normalitas
hasilnya menunjukkan bahwa seluruh data
a.
pada tes awal dan tes akhir pada tiga
Uji Normalitas Data Tes
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 36
kelompok perlakuan (kelompok rubber,
Berdasarkan hasil penghitungan uji
kelompok burble, dan kelompok kontrol)
homogenitas
data
adalah berdistribusi normal, dengan rincian
menggunakan anova menunjukkan bahwa
sebagai berikut :
seluruh data pada tiga kelompok perlakuan
1) Tes awal latihan power otot lengan
(kelompok rubber, kelompok burble, dan
latihan rubber, yakni: 0,434 > 0,05, jadi
kelompok kontrol) adalah homogen dengan
data berdistribusi normal.
hasil (0,694 > 0,05).
2) Tes akhir latihan power otot lengan A.
Uji Hipotesis
latihan rubber, yakni: 0,993 > 0,05, jadi
1.
data berdistribusi normal.
di
atas
dengan
Uji Beda Rerata antar Kelompok Pada Kekuatan Otot Lengan
3) Tes awal latihan power otot lengan
Pengujian beda rerata antar kelompok
latihan burble, yakni: 0,870 > 0,05, jadi data
secara serempak dilakukan dengan
berdistribusi normal.
menggunakan
4) Tes akhir latihan power otot lengan
(Anova). Menurut Maksum (2012:
latihan burble, yakni: 0,646 > 0,05, jadi data
182) One Way Anova adalah teknik
berdistribusi normal.
statistik parametrik yang digunakan
5) Tes awal power otot lengan kelompok
untuk menguji perbedaan antara tiga
kontrol, yakni: 0,982 > 0,05, jadi data
atau lebih kelompok data. Adapun
berdistribusi normal.
langkah-langkah dalam perumusan uji
6) Tes akhir power otot lengan kelompok
hipotesis sebagai berikut:
kontrol, yakni: 0,906 > 0,05, jadi data
Ho:
yang
2. Uji Homogenitas Data Dalam penelitian ini terdapat dua
latihan
Adapun
kriteria
uji
homogenitas
antara
kekuatan pada
otot ketiga
kelompok eksperimen. Ha:
data
terdapat
perbedaan
signifikan
sebagai berikut : Kriterian
signifikan
lengan
variabel yang harus diuji untuk homogenitas
varian
tidak terdapat perbedaan
berdistribusi normal.
data yaitu kekuatandan power otot lengan.
Analisis
antara
yang latihan
kekuatan otot lengan pada pengujian
homogenitas
ketiga
data. 1) Jika tingkat signifikan (p) > α = 0,05. Maka varians homogen. 2) Jika tingkat signifikan (p) < α = 0,05. Maka varians tidak homogen. Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
kelompok
eksperimen. Kaidah pengujian signifikansi : Jika F-hitung ≥
F-tabel
maka Ho
ditolak Page 37
F-hitung ≤ F-tabel maka Ho
b.
Perbedaan rata-rata kelompok
diterima
latihan
Jadi
kelompok kontrol = 1,700
F-hitung > F-tabel, atau
37,227 > 3,35.
dengan
hasil beda
perhitungan
antar
uji
rubber
dengan
tingkat
signifikan
sebesar 0,000.
kelompok
c.
Perbedaan rata-rata kelompok
menggunakan One Way Anova
latihan
burble
dengan
(Anova satu jalur), dengan taraf
kelompok kontrol = 2,900
signifikansi
5%
hasilnya
dengan
menunjukkan
bahwa
F-hitung
sebesar 0,000.
tingkat
signifikan
sebesar 37,227 dengan tingkat
Berdasarkan analisis di
signifikan 0,000. Sedangkan F-
atas disimpulkan bahwa latihan
tabel = F{(0,95) (2) (27)} , F-tabel
burble
= 3,35.
dibandingkan Maka dapat disimpulkan
rubber
lebih
dan
bahwa terdapat perbedaan yang
terhadap
signifikan antara latihan kekuatan
otot lengan.
otot
lengan
antara
kelompok
latihan rubber, latihan burble dan
2.
Dengan
perbedaan
hasil
perhitungan
adanya
rerata,
akan
maka
dilanjutkan
jika
dengan
latihan
kelompok
kontrol
peningkatan
kekuatan
Uji Beda Rerata antar Kelompok Pada Power Otot Lengan
kelompok kontrol pada pemain bolavoli.
efektif
Langkah-langkah dalam perumusan uji hipotesis sebagai berikut: Ho: tidak
terdapat
perbedaan
dengan menggunakan Post Hoc
yang signifikan antara latihan
Test.
power diketahui
bahwa
ada
perbedaan yang signifikan diantara
otot
lengan
pada
ketiga kelompok eksperimen. Ha: terdapat
perbedaan
ketiga kelompok eksperimen.
signifikan
Dengan rincian sebagai berikut:
power
a.
ketiga kelompok eksperimen.
Perbedaan rata-rata kelompok latihan
rubber
dengan
kelompok burble = 1,200 dengan
tingkat
sebesar 0,004. Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
signifikan
otot
antara
yang latihan
lengan
pada
Kaidah pengujian signifikansi : Jika F-hitung ≥ F-tabel maka Ho ditolak b.
F-hitung ≤ F-tabel maka Ho Page 38
diterima
latihan Jadi F-hitung
>
F-tabel,
atau
dengan
beda
perhitungan
antar
dengan
kelompok kontrol = 1,643
16,773 > 3,35. hasil
rubber
uji
tingkat
signifikan
sebesar 0,000.
kelompok
c.
Perbedaan rata-rata kelompok
menggunakan One Way Anova
latihan
burble
dengan
(Anova satu jalur), dengan taraf
kelompok kontrol = 0,838
signifikansi
5%
hasilnya
dengan
menunjukkan
bahwa
F-hitung
sebesar 0,019.
tingkat
signifikan
sebesar 16,773 dengan tingkat
Berdasarkan analisis di
signifikan 0,000. Sedangkan F-
atas disimpulkan bahwa latihan
tabel = F{(0,95) (2) (27)} , F-tabel
rubber
= 3,35.
dibandingkan Maka dapat disimpulkan
burble
lebih
dan
efektif
jika
dengan
latihan
kelompok
kontrol
bahwa terdapat perbedaan yang
terhadap peningkatan power otot
signifikan antara latihan power
lengan.
otot
lengan
antara
kelompok DISKUSI HASIL PENELITIAN
latihan rubber, latihan burble dan
Dari
hasil
penelitian
yang
dibuat
suatu
kelompok kontrol pada pemain
didapatkan,
bolavoli.
adanya
pembahasan mengenai hasil-hasil dari
maka
analisis penelitian dan perlu didiskusikan
Dengan
perbedaan
hasil
perhitungan
rerata,
akan
dilanjutkan
dengan
maka
teori-teori
atau
hasil-hasil
dengan menggunakan Post Hoc
penelitian sebelumnya yang relevan untuk
Test.
dapat diketahui
suatu
simpulan.
ada
Pembahasan di sini membahas penguraian
perbedaan yang signifikan diantara
hasil penelitian tentang pengaruh latihan
ketiga kelompok eksperimen.
rubber dan burble terhadap kekuatan dan
Dengan rincian sebagai berikut:
power otot lengan pada pemain bolavoli.
a.
bahwa
membuat
Perbedaan rata-rata kelompok latihan
rubber
dengan
Peningkatan kekuatan dan power otot lengan dalam penelitian
kelompok burble = 0,805
ini,
dengan
pelaksanaan
tingkat
signifikan
sebesar 0,026. Perbedaan rata-rata kelompok 85%, Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
merupakan
dilakukan pembebanan
dampak
penelitian dengan
dari yang
menggunakan
eksternal
dengan Page 39
dengan lama pemberian program pelatihan
menggunakan
selama 8 minggu dan frekuensi pelatihan 3
rubber dan kelompok kontrol. Hal
kali seminggu, (Sandler, 2005: 214). Dapat
ini
dijabarkan
pemberian
hasil
penelitian
ini
setelah
diberikan perlakuan.
dapat
intensitas
60%
-
dikatakan
bahwa
pelatihan
burble
berpengaruh terhadap peningkatan
Sesuai dengan rumusan masalah
kekuatan otot lengan. Hasil tersebut
dan tujuan penelitian tentang adakah
memberikan bukti nyata bahwa
perbedaan
pelatihan burble merupakan salah
pengaruh
yang
signifikan
antara latihan rubber dan latihan burble
satu
terhadap kekuatan dan power otot lengan
fungsinya untuk melatih kekuatan
pada pemain bolavoli yunior putri yang
otot lengan.
tergabung
dalam
Pemusatan
bentuk
Latihan
pelatihan
Ratames,
yang
Faigenbaum,
Cabang Kabupaten Sumenep tahun 2014,
Mangine, Hoffman, dan King (2007)
dimana didapatkan bahwa latihan burble
melakukan
ternyata mempunyai pengaruh yang lebih
menggunakan
besar terhadap kekuatan otot lengan dari
digerakkan dengan cara didorong ke
pada latihan burble. Sedangkan latihan
depan dan ke atas, dengan hasil
rubber mempunyai pengaruh yang lebih
penelitiannya
besar terhadap power otot lengan dari
seluruh
pada latihan rubber. Untuk selanjutnya
terdapat perbedaan yang signifikan
akan dibahas dan diuraikan secara lengkap
antar perlakuan terhadap variabel
tentang hasil-hasil yang sudah diperoleh
kekuatan otot lengan. Pelatihan yang
sebagai berikut ini:
bercirikan
A. Pengaruh
Pelatihan
Peningkatan
Terhadap
Kekuatan
Otot
Hasil
burble
terdapat
perbedaan
Beban
dilaporkan
bahwa
perlakuan
gerakan
mendorong
hasilnya lebih meningkatkan kinerja kekuatan otot pada bagian otot yang secara
signifikan
0,05).
penelitian
menunjukkan bahwa, latihan rubber
dengan
dumble.
kelompok
dilatih
Lengan
dan
penelitian
C. Pengaruh
Pelatihan
Terhadap
Peningkatan Power Otot Lengan Pengaruh latihan rubber
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan otot lengan (p
dan
< 0.05). Pengaruh latihan burble
pengaruh yang signifikan terhadap
lebih besar dibandingkan latihan
peningkatan power otot lengan (p < secara
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
burble
terdapat
signifikan
perbedaan
dibandingkan Page 40
0.05). Pengaruh latihan rubber lebih
latihan burble dan kontrol terhadap
besar dibandingkan latihan burble
peningkatan power otot lengan. Dan
dan kelompok kontrol. Hal ini dapat
latihan burble memiliki pengaruh
dikatakan
pemberian
yang lebih besar secara signifikan
berpengaruh
dibandingkan latihan rubber dan
bahwa
pelatihan
rubber
terhadap peningkatan power otot
kontrol
lengan. Hasil tersebut memberikan
kekuatan otot lengan. Pada pemain
bukti nyata bahwa pelatihan rubber
bolavoli putri yunior yang tergabung
merupakan
dalam Pemusatan Latihan Cabang
pelatihan
salah
satu
bentuk
yang fungsinya untuk
melatih power otot lengan.
Robertson,
Nagle, Irrgang,
peningkatan
Kabupaten Sumenep tahun 2014. D. Kelemahan
Terkait hal tersebut di atas Ghigiarelli,
terhadap
dan
Kelebihan
Penelitian
Gross,
Dalam sebuah penelitian
Myslinski
semua mempunyai kelemahan dan
(2009) melakukan penelitian berupa
kelebihan
pelatihan dengan menggunakan pita
yang terdapat dalam penelitian ini
elastic
beban
akan menjadi koreksi oleh peneliti
kaitannya dengan kekuatan otot
selanjutnya. Kemudian kelebihan
tungkai. Kesimpulan hasil penelitian
dari penelitian ini adalah alat latihan
dilaporkan
ada
( rubber dan burble ) bisa dilakukan
perbedaan yang signifikan kedua
di tempat fitnes atau tempat latihan
bentuk pelatihan terhadap kekuatan
olahraga
otot yang diperoleh
kekuatan dan power otot lengan.
kedua
dan
pelatihan
bahwa
pelatihan
tidak
), memberikan
penelitian.
lainnya
Kelemahan
untuk
melatih
Dengan hasil penelitian ini
pengaruh yang signifikan terhadap
latihan
variabel prediktor kekuatan otot.
meningkatkan power otot lengan, dan
B. Perbedaan Pengaruh Pelatihan A. Pengaruh latihan rubber, burble dan
latihan
rubber
burble
lebih
lebih
baik
dalam
baik
dalam
meningkatkan kekuatan otot lengan pada
kontrol memiliki perbedaan pengaruh
pemain
bolavoli
putri
yunior
yang signifikan terhadap peningkatan
tergabung dalam
kekuatan dan power otot lengan. Latihan
Cabang Kabupaten Sumenep tahun 2014.
Pemusatan
yang
Latihan
rubber memiliki pengaruh yang lebih PENUTUP besar Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
pelatih
dalam
pemberian
latihan Page 41
peningkatan kekuatan dan power otot
PENUTUP A. Simpulan
lengan.
Hasil penelitian tentang pengaruh
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
latihan rubber dan burble terhadap
mengenai penerapan latihan rubber
kekuatan dan power otot lengan pada
dan
pemain bolavoli, khususnya pemain
populasi yang berbeda dan jumlah
bolavoli putri yang tergabung dalam
sampel
Pemusatan Latihan Cabang (Puslatcab)
nantinya
di
hasil
Kabupaten
Sumenep,
maka
kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut :
burble
dengan
yang lebih diharapkan
karakteristik
banyak,
agar
mendapatkan
yang lebih tepat
mengenai
penerapan metode latihan tersebut. 2. Pemanfaatan model latihan rubber
1. Terdapat perbedaan pengaruh yang
dan burble ini bisa digunakan oleh
signifikan antara pelatihan rubber,
pembina, pelatih, guru pendidikan
pelatihan
jasmani, dan orang tua bukan saja
kontrol
burble terhadap
dan
kelompok
kekuatan
otot
lengan pada pemain bolavoli.
untuk
peningkatan
kekuatan
dan
power otot lengan tetapi juga sebagai
2. Terdapat perbedaan pengaruh yang
evaluasi bagi pengambil kebijakan
signifikan antara pelatihan rubber,
dalam pembinaan cabang olahraga
pelatihan
bolavoli.
burble
dan
kelompok
kontrol terhadap power otot lengan pada pemain bolavoli. B. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan,
maka
saran
yang
disampaikan sebagai berikut : 1. Penerapan latihan rubber dan burble ternyata memberikan hasil yang lebih baik terhadap peningkatan kekuatan dan power otot lengan pada
pemain
Pemusatan
bolavoli Latihan
putri Cabang
Kabupaten Sumenep. Oleh karena itu latihan rubber dan burble ini dapat dijadikan sebagai acuan para Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 42
DAFTAR PUSTAKA Arazi, H. & Asadi, A. 2011. “Effect of 8 Weeks Equal-Volume Resistance Training with Different Workout Frequency on Maximal strength, Endurance and Body Composition”. International Journal of Sport Science and Engineering”. Vol. 05 (02) May 2011. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik: Jakarta: Renika Cipta. Beutelstahl, D. 2005. Belajar Bermain Bola Volley. Bandung. CV. Pioner Jaya. Bompa, T. 1986. Theory and Methodology of Training. Dhubuque, Iowa, Kendall/Hunt Publishing Company, USA. Chandler, T.J. and Brown, L.E. 2008. Conditioning for Trength and Human Performance. United States. Human Kinetics. Chin, A.P., Marjike., J.M., van Uffelen, J.G., Riphagen, I., dan van Mechelen, W. 2008. The Functional Effect of Physical Exercise Training in Frail Older People. A Systemic Review. Journal Sport Medicine. Vol. 38 (9) September 2008. De Salles, Belmiro, F., Simao, R., da Silva, N., Lemos, A., dan Willardson. 2009. Rest Interval Between Sets in Strength Training. Journal Sport Medicine. Vol. 39 (9) 2009: Suplemen Abstract. Ghigiarelli, J.J., Nagle, E.F., Gross, F.L., Robertson, R.J., Irrgang, J.J. & Myslinski, T. 2009. “The Effects of a 7 week Heavy Elastic Band and Weight Chain Program on UpperBody Strength and Upper-Body Power in a Sample of Division 1-AA Football Players”. Journal of Strength and Conditioning Research. Vol. 23 (3) May 2009. Suplement Abstract. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta. Harsono. 1993. Prinsip-prinsip Patihan. Jakarta. Komite Olahraga Nasional Pusat (KONI PUSAT). Kawamori, N., & Haff, G. 2004. “The Optimal Training Load for development of Muscular Power’. Strength And Conditioning J. Vol. 18 (3) 2004. Suplement Abstract. Department of Kinesiology, Midwestern State University, Wichita Falls, Texas 76308. Kemenegpora RI. 2007. Pelatihan Pelatih Fisik Level 1. Jakarta. Kemenegpora. Asdep Pengembangan tenaga dan Pembinaan Keolahragaan. Deputi Bidang Peningkatan dan prestasi dan Iptek Olahraga. Kusmawan, M.S. 2013.“Pengaruh Pelatihan Reverse Pushdown dan Triceps Extention Terhadap Kekuatan Otot Lengan”. Universitas Negeri Surabaya.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 43
Kusnanik, N.W. 2013. Pengembangan Pengukuran Antropometrik, Tes Fisiologis dan Biomotorik Dalam Mengidentifikasi Bibit Atlet Berbakat Cabang Olahraga Bolavoli. Disertasi. Universitas Negeri Surabaya. Mackenzie, B. 2005. 101Performance EvaluationTests. London. Maksum. A. 2009. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya. Maksum, A. 2012. Metodologi penelitian. Surabaya : Unesa University Press. Miranda, H., Fleck, S.J., Simao, R., Barreto, A.C., Da Restntas, E.H., & Novaes, J. 2007. :effect of two Different Rest Period Lengths on the Number of repetitions Performed Durring resistance Training”. Journal of Strength and Conditioning Research. Vol. 21 (4) Nov. 2007. SuplementAbstract. Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar. Universitas Udayana. Nurrochmah, S. 2012. Peningkatan Kekuatan dan Daya eksplosif Otot Tungkai dan Lengan Akibat Pelatihan Beban Dinamis dan Statis. Disertasi. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Program Pascasarjana. Pasurney, P., Sidik, D.Z., Irianto, D.P., dan Dewanti, R.A. 2009. Pelatihan Pelatih Fisik Level 1. Asdep Pengembangan Tanaga dan Pembina Keolahragaan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga. Program Pascasarjana. 2012. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Universitas Negeri Surabaya. Rahimi, R., Boroujerdi, S.S., Ghaeeni, S., dan Noori, S.R. 2007. The Effect of Different Rest Intervals Between Set on The Training Volume of Male Athletes. Journal Physical Education and Sport. Vol. 5. (1). Nov. 2007. Ratamess, N.A., Faigenbaum, A.D., Mangine, G.T., Hoffman, J.R., dan King, J. 2007. “Acute Muscular Strength Assesment Using Free Weight Bars of Different Thickness”. Journal of Strength and Conditioning Research Vol. 21 (1) Feb. 2007. Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan. Sandler, D. 2005. Sport Power. United States. Human Kinetics. Sandra, C.W., & Michelle, M.P. 2010. “Reliability of Ankle Isometric and Isokinetic Strength and Power Testing in Older Women”. Journal Physical Therapy. Vol. 90 (8) May 2010. Suplement Abstract. Sarumpaet, A, dkk. 1992. Permainan Besar. Jakarta. DEPDIKBUD. Dirjen Pendidikan Tinggi proyek Pengembangan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 44
Soebroto, M. 1975. Terjemahan: Problem of Sport Medicine and Sport Training and Coaching. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, Depdikbud. Soemardiawan. 2012. Tesis: Pengaruh Pelatihan Reverse Curl Dan Barbell Curl Terhadap Peningkatan Power Lengan Pemain Bulutangkis. Universitas Negeri Surabaya. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alvabeta. Suharno. 1993a. Metode Pelatihan. Jakarta : Depdikbud. Suharno. 1993b. Penyusunan Program Latihan. Jakarta. Komite Olahraga Nasional Pusat (KONI PUSAT). Suharno. 1993c. Metodologi Pelatihan. Jakarta. Komite Olahraga Nasional Pusat (KONI PUSAT). Sukadiyanto, dan Muluk, D. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung. Lubuk Agung. Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia. Willardson, J.M., & Burket, L.N. 2008. “The Effect of Rest Interval between Sets on Volume Components and Strength Gains”. Journal Strength Conditioning Res. Vol. 22 (1) Jan. 2008. www. ball medicine.com (diunduh tanggal 20 januari 2014) http://www.neomax.ro (diunduh tanggal 20 januari 2014) www.sporaletleri.org (diunduh tanggal 20 januari 2014)
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 45
DAMPAK KECEMASAN PADA ATLET BOLA BASKET SEBELUM BERTANDING Boby Ardiansyah Ikip Budi Utomo Malang ABSTRACT There search was conducted t odetermine the impact of anxiety on basket ball athletes before competing. This research used qualitative research methods to the case study approach. Determination of the subjectis done by using th etechnique of Extreme Sampling. Subjects consisted of three basketball athletes which have higher anxiety than fifteen basket ball athletes in basket ball club Bima Sakti Malang.Data collection techniques using semi-structured interviews, nonparticipant observation, anddocumentation. Theresultsof thisresearch istheimpact ofanxiety on basket ball athletes before competing caused by impaire dattention and concentration the naffec to ther psychicsymptoms. Physicalsymptoms arise due to thein fluenceof psychologicalsymptoms of anxiety and then have animpacton the basket ball athletes before competing. Keywords:Basketballathlete,beforecompeting,anxiety terhadap
Latar Belakang
prestasi
kesempatan Seorang
atlet
bola
basket
untuk
ini
atlet,
namun
peneliti
hanya
dalam akan
mengambil salah satu permasalahan yang
mencapai prestasi yang maksimal dibutuhkan
ditimbulkan
kesiapan fisik, teknik, dan taktik, selain itu
kecemasan.
dari
factor
internal
yaitu
diperlukan juga kesiapan psikologis untuk dapat
Kecemasan ini akan menyertai di
mencapai kemampuan permainan terbaik. Baik
setiap kehidupan manusia terutama bila
atau buruknya kemampuan seorang atlet di
dihadapkan padahal hal yang baru maupun
lapangan akan mempengaruhi keadaan psikologis
adanya
atlet tersebut khususnya pada perasaan seperti
kecemasan merupakan suatu kondisi yang
kecemasan.
pernah dialami oleh hampir semua orang,
Permasalahan kecemasan yang dialam oleh
atlet
bermacam-macam
seperti
sebuah
konflik.
Sebenarnya
hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Menurut
Chaplin
(Ghazalba,2009),
permasalahan yang ditimbulkan dari factor
kecemasan merupakan perasaan campuran
eksternal, yaitu permalahan yang berasal dari
berisikan ketakutan dan berisi keprihatinan
luar diri atlet, misalnya adanya lawan, wasit,
mengenai
penonton,
sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
dan
lingkungan.
Adapun
permasalahan yang timbul karena factor internal, yaitu permasalahan yang berasal dari dalam diri atlet itu sendiri, misalnya permasalahan emosi, motivasi,
intelegensi,
kecemasan
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
yang
masa yang akan datang tanpa
Dari pernyataan di atas, kecemasan dapat diartikan sebagai suatu reaksi emosi seseorang. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai
manifestasi dari berbagai proses
Page 46
tinggi,stres
yang
berlebihan.
Semua
permasalahan itu tentu akan berpengaruh ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
emosi yang bercampur baur yang terjadi Kajian Pustaka A. Pengertian kecemasan (Anxiety)
dan pertentangan. Hal ini muncul karena beberapa situasi yang mengancam diri manusia sebagai mahluk sosial. Ancaman ini berasal dari adanya konflik,kegagalan,dan adanya tekanan yang melebihi kemampuan (Ghazalba,2009). Menurut Weekes (Ghazalba, 2009) secara
Singer
(Gunarsa,
1996)
mendefinisikan kecemasan adalah reaksi dari rasa takut terhadap atau didalam suatu situasi. Secara lebih jelas Singe mengatakan bahwa kecemasan menunjukkan suatu kecederungan untuk mempersepsikan suatu situasi sebagai
emosional seseorang yang mengalami keletihan
ancaman
dalam menghadapi konflik akan merasakan
menekan). Sementara Kroll
ketakutan dan akhirnya menjadi apatis, tidak
2000) mengatakan bahwa dimana kecemasan
begitu menaruh minat terhadap sekelilingnya atau
dianggap sebagai akibat dari stress yang
bahkan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
sanggup untuk mempengaruhi tingkah laku.
atau
stressful
(situasi
yang
(Satiadarma,
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis
Evans (Gunarsa,1996) mendefinisikan
berharap dengan adanya penelitian ini, seorang
kecemasan sebagai suatu keadaan stress tanpa
atlet bola basket yang mengalami dampak
penyebab
kecemasan mampu untuk menanggulangi rasa
disertai gangguan pada susunan saraf otonom
kecemasannya sendiri sebelum pertandingan,
dan gangguan pada pencernaan. Kecemasan
sehingga atlet bola basket dapat memberikan
merupakan
kontribusi secara maksimal saat diturunkan
ketakutan atau adanya persepsi tentang
dilapangan oleh pelatih dalam pertandingan bol
sesuatuhal yang mengancam.
yang jelas dan hamper selalu
perasaan
khawatir
tentang
basket. Berangkat dari latar belakang masalah
Menurut Pahlevi (Firmansyah, 2007),
tersebut, maka peneliti ingin meneliti Dampak
berpendapat bahwa kecemasan merupakan
Kecemasan Pada Atlet Bola Basket Sebelum
suatu kecenderungan untuk mempersepsikan
Bertanding (Studi Kasus di Klub Bima Sakti
situasi
Malang).
mempengaruhi
tingkah
sebagai
keadaan
Rumusan Masalah
sebagai
suatu
ancaman
Bagaimana dampak kecemasan padaatlet bola
dialami oleh seseorang,
basket sebelum bertanding ?
tegang tanpa sebab-sebab
Tujuan Penelitian
dan
laku.
akan
Kecemasan
emosional
yang
dimana ia merasa yang nyata dan
keadaan ini memberikan pengaruh yang tidak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak
menyenangkan
kecemasan pada atlet bola basket sebelum
perubahan-perubahan pada tubuhnya baik
serta
mengakibatkan
secara somatic maupun psikologis. bertanding.
Straub (Husdarta,2010) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi situasional
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 47
terhadap
berbagai
atau
Akibatnya atlet tersebut akan merasa
ketegangan-ketegangan
terdesak dan selanjutnya tidak mampu
yang dimiliki atlet berlebihan, dan melebihi batas
lagi menguasai situasi yang sedang
normal atlet akan mengalami kecemasan.
dihadapinya.
ketegangan.
rangsang
Apabila
stress
Greist (Gunarsa,1996) secara lebih jelas merumuskan
kecemasan
sebagai
ketegangan mental yang
2)
Perasaan
–
perasaan
yang
suatu
memberikan beban mental pada
biasanya disertai
diri atlet itu sendiri, misalnya; atlet
dengan gangguan tubuh yang menyebabkan
merasa
individu yang bersangkutan merasa tidak berdaya
Demikian
dan mengalami kelelahan karena senantiasa
sebaliknya, yang seakan-akan dia
harus berada dalam keadaan waspada terhadap
telah menjatuhkan vonis pada diri
ancaman bahaya yang tidak jelas.
sendiri bahwa dia tidak akan
B. Sumber-Sumber
Yang
pula
bagus pada
sekali. perasaan
mencapai sukses.
Menimbulkan
Kecemasan.
bermain
3) Dicemooh atau dimarahi akan
Sumber kecemasan bermacam-macam, seperti
menimbulkan reaksi pada diri atlet.
tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak atau
Reaksi
belum dapat dipenuhi oleh individu yang
bertahan,
bersangkutan, standar prestasi individu yang
sesuatu
terlalu
menimbulkan
tinggi
dengan
kemampuan
yang
tersebut
akan
sehingga yang
tetap menjadi
menekan frustasi
dan yang
dimilikinya, seperti misalnya kecenderungan
mengganggu pelaksanaan tugas.
perfeksionis, perasaan rendah diri pada indivudu
4) Bila dalam diri atlet ada pikiran atau
yang bersangkutan, kekurangsiapan individu
rasa
sendiri untuk menghadapi situasi yang ada,pola
menanamkan benih-benih stress pada
fakir dan persepsi negative terhadap situasi yang
diri sendiri. Atlet akan dituntut oleh
ada
diri sendiri untuk mewujudkan sesuatu
ataupun
terhadap
diri
sendiri
yang
(Firmansyah,2007). Gunarsa
puas
(Firmansyah,
mengatakan bahwa terdapat
2007)
sumber-sumber
yang menimbulkan kecemasan, yaitu: a.Sumber kecemasan dari dalam,mempunyai arti bahwa penyebab kecemasan berasal
diri,
mungkin
kemampuannya.
maka
dia
berada Bila
telah
diluar demikian
keadaannya, maka sebenarnya atlet itu telah menerima tekanan yang tidak disadari (Firmansyah,2007). b. Sumber-sumber dari luar, diartikan
dari diri atlet itu sendiri, yakni:
sebagai kecemasan dari luar diri atlet.
1)
Seseorang atlet menghadapi lawan
Adapun
yang
menimbulkan
ulet dan cermat, sehingga
lawan itu mampu mengantisipasi setiap serangan yang ia lakukan.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
beberapa
factor
kecemasan
yang adalah
sebagai berikut: 1) Rangsangan yang membingungkan
Page 48
Salah satu bentuk rangsang yang
kali
membingungkan
menyalahkan diri sendiri.
adalah komentar
anggota pengurus atau pelatih yang
berbuat
ia
makin
4) Kehadiran atau ketidak hadiran pelatih
merasa berkompeten untuk melakukan
Pelatih
koreksi,strategi atau teknik yang harus
pertandingan
diterapkan serta petunjuk lain
membuat
pada
kesalahan,
tidak
hadir
pada
berlangsung
atlet
kurang
saat sehingga
mendapat
atlet. Menerima beberapa petunjuk
petunjuk, motivasi dari pelatihnya.
dan
Karena mungkin bagi atlet tersebut,
perintah
sekaligus
akan
membingungkan atlet.
pelatihnya
2) Pengaruh massa penonton, terlebih yang masih
asing,
dapat
mempengaruhi
bias
dipercaya
dalam
memberikan arahan-arahan yangbaik untuk
memenangi
pertandingan.
kestabilan mental atlet. Penonton juga
Namun bias juga atlet tersebut merasa
memainkan peranan yang sangat berarti
tertekan karena tuntutan pelatih yang
dalam suasana pertandingan. Pengaruh
terlalu tinggi, sehingga atlet kurang
mereka terhadap atlet bias dalam bentuk
konsentrasi
negative
(Firmansyah,2007).
seperti;
tindakan
agresif
dalam
pertandingan
berupa cemoohan terhadap atlet itu
MenurutCratty(Husdarta,2010)hubungan
sendiri,
antarakecemasandenganpertandingan:
disamping
pengaruh
yang
merugikan, ada pula pengaruh yang dapat membangkitkan semangat atau rasa percaya diri, sehingga dalam situasi yang kritis atlet merasa masih ada yang mendukungnya dan selanjutnya secara berangsur-angsur ia mampu menguasai keadaan
kembali
dan
melanjutkan
penampilan yang lebih baik.
atlet mengetahui lawan yang
akan dihadapi
adalah atlet peringkat
diatasnya atau lebih unggul dari pada dirinya, maka dalam hati kecil atlet tersebut telah timbul pengakuannya akan menang.
meningkat sebelum pertandingan yang disebabkan oleh bayangan akan beratnya tugas dan pertandingan yang akan datang. b) Selama pertandingan berlangsung, tingkat kecemasan mulai menurun
3) Saingan yang bukan tandingannya apabila
a) Pada umumnya kecemasan
karena sudah mulai adaptasi. c) Mendekati akhir pertandingan, tingkat kecemasan mulai naik lagi,terutama apabila skor pertandingan sama atau hanya berbeda sedikit.
ketidak mampuannya untuk Situasi
tersebut
menyebabkan
akan
berkurangnya
kepercayaan pada diri sendiri. Setiap kewajaran, dan lain-lain.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 49
C. Gejala-gejala kecemasan
D. Kecemasan Pada Atlet Saat Menghadapi
Menurut Gunarsa (2004), gejala-gejala
Pertandingan
kecemasan dapat dibedakan atas:
Kecemasan
a) Gejala Fisik
menghadapi
1) Adanya perubahan yang dramatis
saat
atlet
akan
pertandingan, terlihat
atlet akan mengalami
bahwa
puncak ketegangan
pada tingkah laku, gelisah atau tidak
beberapa jam sebelum pertandingan. Pada saat
tenang dan sulit tidur.
memasuki
2) Terjadi peregangan pada otot-otot
menit-menit
pertandingan
sampai
akhir
menjelang
dengan
dimulainya
pertandingan, ketegangan akan menurun atau
pundak,leher,perut. 3) Terjadiperubahaniramapernapasan.
hilang sama sekali .Akan tetapi, menurut
4) Terjadi kontraksi otot setempat; pada
Gunarsa, Satiadarma, dan Soekasah (1996), dalam
dagu,sekitar mata dan rahang.
pertandingan
yang
berlangsung
lama,tingkat kecemasan biasanya makin lama
b) Gejala Psikis 1) Gangguanpadaperhatiandankonsent
makin naik. Mendekati akhir pertandingan, tingkat kecemasan biasanya akan naik lagi
rasi.
terutama bilas kor pertandingan berimbang.
2) Perubahan emosi
E. Dampak Kecemasan Penampilan Atlet
3) Menurunnya rasa percaya diri 4) Timbul Obsesi
Menurut
5) Tidak ada motivasi
Fauziah
Terhadap
dan
Widury
juga
(Videman2007), kecemasan pada kadar yang
menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami
rendah membantu individu untuk bersiaga
kecemasan cenderung untuk terus menerus
mengambil langkah-langkah mencegah bahaya
merasa khawatir akan keadaan yang buruk, yang
atau memperkecil dampak bahaya tersebut.
akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang
Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat
dikenalnya dengan baik. Biasanya seseorang
mendorong
yang mengalami kecemasan cenderung tidak
Misalnya,cemas mendapat Indeks Prestasi (IP)
sabar, mudah
tersinggung, sering mengeluh,
buruk membuat seorang mahasiswa belajar
sulit konsentrasi, dan mudah terganggu tidurnya
keras dan mempersiapkan diri menghadapi
atau mengalami kesulitan untuk tidur. Penderita
ujian. Kecemasan semacam ini disebut sebagai
kecemasan
seperti;
facilitating anxiety. Namun, apabila kecemasan
berkeringat berlebihan (walaupun udara tidak
sangat besar, justru akan sangat mengganggu.
panas dan bukan setelah berolahraga), jantung
Misalnya kecemasan berlebihan
akan ujian
berdegup ekstra cepat atau telalu keras, dingin
skripsi
mahasiswa
pada tangan atau kaki, mengalami gangguan
mengalami blocking an tidak bisamenjawab
pencernaan,merasa
pertanyaan ujian. Hal ini disebut sebagai
Gunarsa
(Firmansyah,2007)
mengalami
gejala-gejala
mulut
kering,
tampak
pucat,sering buang air kecil melebihi batas
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
justru
meningkatnya
akan
membuat
performa.
sebenarnya berpotensi sangat baik untuk dapat
Page 50
berprestasi atau meraih gelar juara, akhirnya
debilitating anxiety. dan
gagal akibat sifatnya yang sangat pencemas
Marks(Videman,2007), kecemasan sampai pada
dan mudah tegang. Atlet tersebut bahkan
batas tertentu merupakan hal yang normal dan
mungkin sekali mengundurkan diri sebelum
berfungsi sebagai alarm yang memberikan
tampil maksimal karena tidak dapat menguasai
sinyal- sinyal (tanda-tanda) bahaya sehingga
kecemasannya. Oleh karena itu, penting sekali
orang yang mengalaminya menjadi lebih siap
untuk mengetahui apakah seorang calon atlet,
menghadapi keadaan yang akan muncul.
atlet junior, atau bahkan atlet elite memiliki trait
Menurut
Greist,
Jefferson
Gunarsa (Videman,2007) dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Olahraga
Prestasi
anxiety yang tinggi. F. Kerangka Berfikir
mengatakan bahwa dampak kecemasan dan
Kerangka berpikir penelitian pada
ketegangan terhadap penampilan atlet akan
dasarnya adalah dampak dari kecemasan atlet
secara bertingkat berakibat negatif.
Apabila
bola basket sebelum melakukan sebuah
tingkat kecemasan tinggi akan mempengaruhi
pertandingan, yang ingin diamati dan diteliti
peregangan otot-otot yang berpengaruh pula
oleh peneliti berdasarkan dengan teori-teori
terhadap kemampuan teknisnya, penampilan pun
yang ada khususnya dampak kecemasan pada
akan terpengaruh (tentunya lebih buruk) dengan
atlet bolabasket sebelum pertandingan.
akibat permainan atau penampilan menjadi lebih buruk.
Selanjutnya,
terganggu
dan
alam
muncul
pikiran
semakin
berbagai
pikiran
Dalam kerangka
berpikir penelitian
diatas, peneliti akan melakukan penelitian mengenai
bagaimana
dampak kecemasan
negatif,misalnya ketakutan akan kalah dan
pada atlet bola basket sebelum bertanding.
kembali muncul kecemasan baru.
Kecemasan pada atlet bola basket tersebut
Gunarsa (Videman, 2007) mengatakan bahwa jika memiliki
seorang atlet
trai tanxiety
pada dasarnya
yang
tinggi,
maka
akan menguji kemampuan seorang atlet basket pada saat biasanya
kondisi
sebelum bertanding, psikologis
atlet
akan
kecemasan yang ia miliki akan selalu berlebihan
berubah, hal ini disebabkan oleh situasi dan
dan mendominasi aspek psikisnya. Hal ini
kondisi yang akan di hadapi, dari kondisi
merupakan kendala yang serius
tersebut
bagi atlet
muncul
reaksi-
reaksi
yang
tersebut untuk dapat berpenampilan baik.Secara
menimbulkan dampak kecemasan seorang
teoretis, seorang atlet yang didominasi oleh trait
atlet bola basket tersebut.
anxiety
Metode Penelitian
dapat
kepribadiannya
mengubah tersebut
gambaran
melalui
berbagai
Penelitian
ini
menggunakan
pengalaman positif tertentu, seperti meraih
pendekatan kualitatif dengan memakai bentuk
sukses
pada
studi kasus (case study). Penentuan subjek
kenyataannya, hal tersebut tidak mudah terjadi.
dilakukan dengan cara menggunakan teknik
terus
menerus.
Namun,
Sehingga tidak mustahil, seorang atlet yang
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
emosi, timbul obsesi, dan tiada
Page 51
Extreme Sampling. Subjek terdiri dari tiga atlet
motivasi.
bola basket yang memiliki kecemasan tinggi dari
2. Gejala psikis MI adalah gangguan
lima belas atlet bola basket di klub Bola Basket
pehatian
Bima Sakti Malang. Teknik pengumpulan data
menurunnya
menggunakan observasi Teknik
dan
wawancara
semi terstruktur,
diri,timbul
non-partisipan,
dan dokumentasi.
motivasi.
analisa
data
deskriptif
dengan
konsentrasi, rasa
percaya
obsesi,dan
tiada
3. Gejala psikis HG adalah gangguan
menggunakan coding.
pehatian
Pengujian Validitas dan Reabilitas
dan
konsentrasi,
perubahan emosi, timbul obsesi,
Validitas dalam penelitian ini yang sesuai
dan tiada motivasi.
dengan hasil penelitian yaitu, Rhizomatic validity
Gejala-gejala psikis kecemasan yang
yang merupakan validitas yang mencoba untuk
dialami oleh atlet mempunyai pengaruh
member gambaran bahwa tidak ada peristiwa
terhadap timbulnya gejala yang dapat diamati
yang terjadi secara linear, namun dengan
atau disebut juga dengan gejala fisik dari
perhatian yang tinggi, setiap peristiwa itu dapat
kecemasan. Adapun gejala fisik yang dialami
dipahami dan diungkap banyak cerita sebagai
dari ketiga atlet tersebut, yaitu : Gejala fisik
kebenaran yang sahih. Reliabilitas
data
dalam
penelitian
1. Gejala fisik yang dialami SC adalah
iniadalah synchronic reability yang merupakan
nafas
kepercayaan karena kesesuaian. Kirk dan Miller
berlebihan, dingin pada tangan
(Moleong,2007), reliabilitas synchronic reability
dan muka tampak pucat.
ini mengacu pada kesesuaian data atau informasi
keringat
gelisah atau tidak tenang, nafas
mengamati perilaku manusia seringkali didapati
lebih cepat, keringat berlebihan,
adanya persamaan sikap, motif dan perilaku.
dingin pada tangan, muka tampak
Hasil Penelitian
pucat dan seringbuangairkecil.
Hasil kecemasan darivketiga
subjek
3.
tidaklah selalu sama, karena adavfaktor-faktor menyebabkan
cepat,
2. Gejala fisik yang dialami MI adalah
pada setiap kegiatan pengumpulan data, dalam
yang
lebih
timbulnya
adalah nafas lebih cepat, keringat
sumber
berlebihan, dingin pada tangan
kecemasan, dari sumber kecemasan ini tentu saja sangatlah berpengaruh terhadap timbulnya gejala psikis kecemasan pada atlet
dan sering buang air kecil. Pembahasan
tersebut, adapun
gejala psikis kecemasan yang dialami ketiga atlet yaitu : Gejala psikis 1. Gejala psikis SC adalah gangguan pehatian dankonsentrasi, perubahan
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Gejala fisik yang dialami HG
Faktor utama yang menyebabkan atlet mengalami kecemasan sebelum bertanding adalah
adanya
gangguan
perhatian
dan
konsentrasi yang kemudian member pengaruh Saran
Page 52
pada gejala psikislainnya. Gejala-gejala kecemasan fisik timbul karena
atlet mengalami gejala
Bagi subjek, melalui penelitian ini bisa lebih
memahami mengenai dampak
kecemasan psikis yang menimbulkan dampak
kecemasan yang dialaminya, memahami apa
kecemasan
yang
sebelum
bertanding.
Dampak
harus
dilakukan
jika
mengalami
kecemasan yang dialami atlet berasal dari luar atlet
kecemasan dan mampu mengontrol kecemasan
seperti kebingungannya atlet dalam memahami
untuk merubah menjadi hal yang positif. Bagi
strategi pelatih, merasa tidak sesuainya strategi
para pembina, pelatih,
dengan
memperhatikan
karakter
konsentrasi
yang
permainan
atlet,
disebabkan
gangguan
permasalahan
khususnya
kondisi
kecemasan
atlit bola basket agar psikologis dalam
atlit
pelaksanaan
keluarga, adanya pengaruh penonton dan merasa
program latihan maupun pertandingan. Dalam
lawan tanding memiliki kemampuan lebih baik.
upaya meminimalisir dampak kecemasan atlit
Sedangkan
bola
dampak
kecemasan
yang
basket sebelum bertanding, sebaiknya
dialamiatletberasaldari dalam diri atlet sendiri,
diberikan intervensi yang dapat mengurangi
seperti menimbulkan keyakinan dalam menghadapi
kecemasan atlit sebelum bertanding.
pertandingan, situasi ini tentu saja dapat membuat atlet
merasa
mengontrol
optimis,
sehingga
kecemasan
atlet
sebelum
dapat
bertanding.
Pengalaman akan kegagalan yang pernah dialami atlet sendiri juga bisa menimbulkan motivasi untuk tidak mengulangi kegagalan tersebut. Dari ketiga atlet bola basket diatas sumber kecemasan
dan
gejala-gejala
kecemasan
membuktikan adanya hubungan timbale balik psikis serta fisik, bila aspek psikis terganggu maka fungsi fisik juga ikut terganggu dan menimbulkan dampak kecemasan,yang pada gilirannya akan mengganggu keterampilan motorik pada atlet Satu
saat dilapangan.
hal penting yang banyak dilupakan bahwa
kecemasan tidak selamanya negatif, kecemasan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan untuk
mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu, dengan kemampuan mengontrol rasa cemas pada tiga atlet bola basket tersebut sebelum bertanding, maka hasil yang diharapkan bias tercapai.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 53
DaftarPustaka Firmansyah, M. A. 2007. Kecemasan Atlet Renang Dalam Menghadapi Pertandingan. Skripsi.UniversitasGunadarma. Ghazalba, F. A. 2009. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Terhadap Kecemasan Pada Atlet Karate.Skripsi.UniversitasMuhamadiyahSurakarta. Gunarsa,D.S.1996.PsikologiOlahraga.Jakarta:GunungMulia Gunarsa,S.D.,Satiadarma,M.P.danSoekasah,M.H.R.(1996):PsikologiOlahraga:Teori danPraktik.Jakarta:BPKGunungMulia. Gunarsa,D.S.2004.PsikologiOlahragaPrestasi.Jakarta:PTBPKGunungMulia Husdarta,H.J.S.2010.PsikologiOlahraga.Bandung:ALFABETA Moleong,L.J.2007.MetodePenelitianKualitatif.Bandung:PT.RemajaRosdakarya Satiadarma,M.P.(2000).Dasar-dasarPsikologiOlahraga.Jakarta:PustakaSinarHarapan. Videman, H. 2007. Kecemasan Atlet Sepakbola Tim Persija Junior. Skripsi. Fakultas Psikologi.UniversitasIndonesia.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 54
EFEKTIFITAS KEMIMPINAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI (STUDY KASUS DI PADEPOKAN ANGKAT BESI DAN ANGKAT BERAT GAJAH LAMPUNG)
Yudha Ranto HB, M.Pd Universitas Lampung ABSTRAK Permasalahan utama adalah efektivitas kemepimpinan lembaga swadaya masyarakat dalam pembinaan olahraga prestasi pada angkat besi dan angkat berat, dengan memperhitungkan konteks lingkungan sosial-budaya dan terhadap pembinaan prestasi olahraga yang berkaitan dengan penghargaan dan bantuan. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah menggunakan pendekatan kualitatif disusul dengan pendekatan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara,observasi,dokumentasi dang angket, sedangkan data kuantitatif melalui tes dan pengukuran serta angket. Kesimpulan didapat: model menejemen, gaya kepemimpinan pelatih, dan lingkungan sosial budaya dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembinaan.Kebijakan pemerintah dapat mendorong keberlangsungan pembinaan. Hasil data kuantitatif secara umum pada atlet putra menunjukkan bahwa faktor fisiologis berupa kekuatan tarikan lengan dan daya ledak terdapat hubungan dan pengaruh terhadap prestasi angkatan.
A. Latar belakang penelitian
Coackley dan Dunning (ed.) (2006 :253)
Mengacu pada karakteristikolahraga medern beart
(2006
yang diketengahkan oleh beberapa ahli,antara pengaruh
:253)
kekui
bearti
meniadakan
meniadakan
pengaruh
lain Guttmann (1978, 1988 : dalam Coackley kekuataan illahi di balik yang riil, hanya dan Dunning (ed), 2006:205) memaparkan menekan upaya manusia. Persamaan hak bahwa karakteristik olah raga bahwa modern atau equality bearti membuka kesempatan meliputi struktur formal, seperti sekulerisme, bagi semua orang tanpa pandang bulu persamaan hak, resionalisasi, spesifikasi, masalah asal-usul, suku bangsa, ras, atau birokratisasi, kuantifikasi dan perjuangan status sosial dan gender sehingga terbuka untuk mengejar rekor. Sekulerisme, seperti peluang bagi semua oranguntuk melakukan pernyataan seperti peningkatan pendidikan perubahan mobilitas sosial ke arah vertikal, dan
status
ekonomi.
Resionalisasi,
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Lebih
lanjut,karakteristik
olahraga Page 55
maksudnya
adalah
bahwa
olah
raga modern, tak terkecuali cabang angkat besi
terorganisasi dan terlembaga, yang tersusun atau berat misalnya kian kompleks. Selain dalam
aneka
bentuk
lengkap
dengan bersifat mendunia atau
global karena
peraturan, misalnya alat yang digunakan dan pengaruh “revolusi dalam transportasi dan ketentuan
permainan
serta
sanksi
bagi teknologi
pelaku, agar ketetapan tersebut dilaksanakan, dalam yang
diawasi
oleh
organisasi
komunikasi”
Coackley
dan
(Guttman,
1977;
Dunning,
(ed),
yang 2006:251), motif partisipasi individu dan
bersangkutan.
kelompok masyarakat dalam olahraga juga
Terkait dengan karakteristik struktur berubah, seperti motif nasionalisme yang formal
organisasi
merupakan
olahraga, birokratisasi diungkapkan oleh Allison (1986; dalam
ciri
penting
olahraga coackley dan dunning, (ed), 2006;352) dalam
modern,seperti terlihat oleh International beberapa kasus, seperti seperti kekuatan Uni Olympic Commite(IOC,), komite olahraga Soviet dalam olahraga sebelum runtuh, kasus indonesia(KOI)
atau
federsi
olahraga kanada
dengan
kebijakan
pembangunan
international misalnya FIFA yang dilengkapi olahraga untuk persatuan nasional, atau dengan
stafedersi
olahraga
international Brasil dengan keberhasilannya sepakbolanya,
misalnya FIFA yang dilengkapi dengan atau statuta,
struktur
organisasi
Cuba
dengan
prestasi
tinju
dan amatirnyayang menunjukkan tendeksi untuk
kewenanangan yang ketat untuk mengontrol mengaitkan identitas nasionaldengan tim dan atau menjatuhkan sanksi bagi organisasi di prestasinya. bawahnya seperti kasus PSSI akhir-akhir ini.
Meskipun tidak ada standar umum
Sementara itu spesifikasi dalam olahraga tentang bagaimana hubungan antara olahraga terwujud berupa kekhasan cabang olahraga, dan nasionalisme itu,tetapi secara emperik dan
bahkan
dipertandingan
nomor-nomor atau
yang dan
tak
terbantahkan,
misalnya
dalam
diperlombakan. konteks PON atau Kajurnas, prestsi suatu
Selanjutnya kuantifikasi merupakan satu ciri daerah diinterprestasikan oleh kelompok yang sangat menonjoldalam bentuk prestasi setempat
sebagai
keberhasilanya
yang
dan performa serta teramati dan terukur menjadi prestasi daerah, dan bahkan secara secara numerik seperti terkandung dalam politis
diakui
sebagai
keberhasilan
istilah ”Massen” dalam bahasa jerman atau pemerintah daerah. Dalam konteks lebih luas “measure” dalam bahasa inggris ( Guttman, keberhasilan Cina dalam Olympiade Beijing 2004.
2008 dapat dipandang sebagai metamorfosis
kekuatan Cina sebagai kekuatan baru dalam interprestasi asal usul olahraga moderen, atau olahraga
internasional
(misalnya
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
dalam “ achievement
sport “, yakni
cabang – Page 56
Lutan, 2010: 2494) atau indonesia sendiri cabang
olahraga
yang
prestasinya
dalam bungus visi olahraga sebagai alat bagi menjangkau jauh dibalik yang dicapai kini “national and character building” , olahraga dan selanjutnya” measured comparisonand merupakan bagian dari platform politik are
closey
conected
to
the
scientific
semasa pemerintahan Bung Karno tahun experimental atittudes of modern west “ ( 1960-an (Lutan, 2003:83). Semakin
lenk, 1972; dalam coakley dan dunning, ( ed
kompeks
karakteristik ), 2006: 256 ).
olahraga modern bila disimak dari kutipan
Salah
satu
ciri
atau
dari tulisan Coackley (1998, dalam Maguire , olahraga moderen adalah
karakteristik
pengejaran dan
et, al, 2002 :121) dibawah ini. “sport have penciptaan rekor dengan perbandingan antar never been so pervasive and influential in atlet dan atar waktu menyebabkan upaya the lives of
people is they are in many tersebut seolah tanpa henti dan tanpa limit,
socities today, and never before have bergerak maju daloam sebuah pencarian. physical activitas and games been personal Bergerak maju dalam sebuah pencarian. so closely linked to profit making, charater Kkarakteristik ini rupanya sangat cocok buiiding, patriotism, and personal health. dengan “ theory of progres “ yang diutarakan Organised sports in the united States have oleh ullmann, 1971; become
a
combination
of
dalam coakley dan
business, dunning, ( ed ): 2006: 250 ). Bila tercipta
entertainment, education of identity, and sebuah rekor olahraga, berikut terkandung endorsements of allegiance to countries and sebuah potensi, yaitu munculnya recor baru. corporate sponsor. Kutipan “watak”
Untuk mencapai hasil pembinaan yang
diatas
olahraga
konglomerasi
menggambarkan maksimal dari suatu performa seorang atlet sebagai
sifat,
dan
sebuah diperlukan
adanya
sistem
pembinaan
kemudian olahraga secara nasional yang meliputi
penjabarannya, bergantung pada pembuat sepuluh pilar kebmijakan, antara lain (1) kebijakan dan pelakunya, pemenuhan
kebutuhan
kearah mana dukungan dana ( finansial ), (2) lembaga individu
dan olahraga
terdiri dari struktur dan isi
masyarakat luas yang dirasakan mendesak. kebijakan olahraga terpadu, (3) pemasalan ( Dalam
kaitannya
dengan
karakteristik landasan dan partisipasi ), (4) pembinaan
olahraga moderen tersebut, filosof olahraga prestasi ( promosi dan identifikasi bakat), (5) hans lenk cenderung menyarankan
elip atau prestasi top ( sistem pengahargaan
dan rasa aman ), (6) fasilitas latihan, (7) pengadaan dan pengembangan pelatih, (8) kompetisi nasional, (9) riset atau iptekor, dan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 57
(10) lingkungan, media dan sponsor ( lutan,
30
2011 dan mutokhir, tohocholik 2009 ).
25
Pembinaan
dipusat
padepokan ) angat
pelatihan
(
besi dan angkat berat
24
20 15
lampung telah memberikan kontribusi yang sangat
berarti
bagi
pembangunan
dan
dibuktikan dengan perolehan prestasi dari
0
olahraga
indonesia,
hal
para lifter cabang olahrag tersebut pada berbagai kejuruan baik pada tingkat asia
Putra 6 1 0
5 3
Putri 3 2 1 11 1 0
Emas Perak Perunggu Emas Perak Perunggu Emas Perak Perunggu
ini
kemajuan
13
10
10 5
16
1515
tenggara seperti sea games, kejuaraan asia dan dunia. Catatan prestasi yang pernah
Gambar 2. Perbandingan perolehan medali
diraih oleh atlet para atlet padepokan gajah
lifer padepokan gajah lampung pada
lampung sepanjang dasawarsa terakhir ( 1999
setiap kejuaraan selama 1999-2009
– 2009 ). Catatan prestasi para lifter
Dari kedua grafik terseut menunjukan
padepokan
gajah
lampung,
ditampilkan bahwa lifer cabang olahraga angakat besi dan
grafik berikut :
angakat berat lampung telah memberi andil yang sangat besar terhadap nama baik negara
50 0
39 25 19 18 81 24 1 Asia
Dunia
Emas
bangsa indonesia di kancah internasional.
Perak
Demikian pula dalam keikut sertaannya di
Perunggu
pekan olahraga nasional (PON ), Kontagen lampung yang sebagian besar adalah atlet
Gambar1. Perolehan medali para lifer padepokan gajah lampung dalam priode 1999 – 2009
yang dibina di padepokan gajah lampung selalu mendominasikan perolehan medali, sehingga telah menjadikan prestasi lampung
Untuk melihat perbandingan perolehan sebagai pusat pembinaan ca bang olahraga medali pada setiap kejuaraan atau event pada angkat besi dan angkat berat nasional. setiap tingkatan, seperti asean, asia, dunia Pencapaiannya prestasi itu tentu saja tidak maupun
kejuaraan
international
diliha pada Gambar berikut :
lainnya datang sendirinya tetapi melalui perjuangan dan kerja keras yang dilakukan oleh pelatih peserta atlet yang didukung pula oleh berbagai
faktor,
baik
dari
dalam
dirinya(endogen ) maupun faktor dari luar(eksogen ) yang selalu mempengaruhi dibandingkan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
dengan
cabang
olahraga Page 58
keberhasilan seperti
dalam
pencapaian
dikemukakan
oleh
prestasi, lainnya terutama cabang olahraga permainan.
Rusli
Lutan
Selain faktor yang disebutkan, masih
(2005:13 )bahwa yang dimaksud dengan banyak
faktor
yang
mempengaruhi
faktor endogen ialah atribut atau ciri – ciri pencapaian prestasi seorang atlet, antara lain yang melekat pada aspek fisik dan psikis adalah sosial, struktur tubuh ( fisik ), seseorang seperti aspek fisik ( kekuatan, fisiologis
dan
psikologis,
seperti
yang
kecepatan, kelentukan, koordinasi dan daya dikemukakan Cratty (1967) dalam carron, A ledak ( explosive power ), ditambah pula oleh (1980:4-5 ) Bahwa As Having An Influence aspek psikis, yakni motivasi atau keinginan Upon Individual Performance: Physiological, untuk
meraih
kemenangan
(need Social, Body Structure And Psychological”.
achievement ) di bawah tekanan (stress) atau Herimarto dan Winarno, (2010:53) Bahwa toleransi , pembebanan, dan
eksternal interaksi sosial didasarkan atas berbagai
(eksogen) yakni faktor – faktor diluar faktor , antara lain faktor imitasi, s ugesti, individu, dan bisa dipersepsikan sebagai identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. lingkungan yang lebih umum pengertiannya Salah satu faktor yang menarik untuk seperti
lingkungan
fisikal
–
geografis, dibahas dari pencapaian prestasi yang telah
ekonomi, sosial dan budaya, bahkan tradisi diukir oleh para lifer angakat besi dan kegiatan
yang telah
lingkungan
melekat
masyarakat
di
suatu angakat berat di Padepokan Gajah Lampung
tertentu,
serta adalah identifikasi. Identifikasi adalah upaya
orientasi dan kemampuan ekonomi keluarga.
yang dilakukan individu untuk menjadi sama
Oleh karena itu, pembinaan yang (identik ) dengan individu yang ditirunya. dilakukan di Padepokan angkat besi dan
Prestasi yang dicapai tersebut di atas
angkat berat lampung gajah Lmapung Cukup bukan hanya atlet yang relatif usia mmuda menarik dabn fenomenal. Menarik, karena ca saja tetapi juga yang telah berrumah tangga bang ini telah banyak menorehkan prestasi bahkan ada yang berusia diatas 30 tahun. segitu banyak dan membanggakan seperti Begitu pula faktor
fisik, ternyata tidak
ditampilkan pada gambar 1 dan gambar 2 semuua atlet di Padepokan Gajah Lampung diatas. Dikatakan fenomenal, karena cabang memiliki tinggi badan yang relatif sama. ini hampir setiap
ikut selalu memperoleh Demikian pula para atlet remaja yang
penghargaan atau juara. Artinya, para atlet berdomisili disekitar Padepokan, mereka yang
dbina di Padepokan tersebut selalu selalu berusaha untuk meniru ( identifikasi )
berprestasi
dan
konsisten,
kepopulerannya sangat kuarang bila hidupnya,
Hal
ini
tentu
saja
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
namum dirinya dengan atlet yang sudah berhasil, terutama keinginan untuk merubah taraf sanfat iklim latihan, sosial, asal usul, dan gizi. Page 59
mendukung upaya pembinaan berkelanjutan, Disamping itu masih terdapat pula faktor karena tidak perlu melakukan upaya untuk yang mempengaruhi pencapaian prestasi, menjaring calon atlet secara khusus, tetapi seperti sarana dan prasarana yang memadai, dengan banyaknya atlet yang berminat maka dana, dan kebijakan. peluang pembinaan atlet usia muda cukup
Dari uraian tersebut, nampak sekalo
terbuka. Sehingga apa yang dianjurkan dari bahwa beragam faktor dapat mempengaruhi Depdiknas
(2004:xiv)
mengenai
“ keberhasilan seorang atlet untuk mencapai
Pembangunan olahraga Indonesia hakikatnya prestasi, khususnya pada cabang angkat besi adalah suatu proses yang membuat manusia dan angkat berat. Faktor lain yang dianggap memiliki banyak akses untuk melakukan sangat besar pengaruhnya terhadapa atlet aktifitas fisik”. Makin banyaknya akses atau pada cabang tersebut adalah fisik . Dengan kesempatan
yang
sangat
luas
pada fisik yang besar dan otot - otot yang nampak
masyarakat maka terbuka pula peluang kelihatan besar serta babdan yang pendek banyak orang untuk ikut terlibat dalam ca maupun tinggi bukan jaminan pula bisa bang olahraga yang bersangkutan.
mengangkat barbel secara maksimal dengan
Karena itu, keberhasilan seorang lifer mudah. Begitu pula dengan faktor fisiologis angkat
besi
dan
berat,
sesungguhnya yang dicerminkan dengan adanya perubahan
ditentukan oleh bebrmacam – macam faktor organisme tubuh seperti perubahan tonus otot yang saling mempengaruhi secara kompleks dan kepekaan syaraf mengantarkan implus dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. yang
ditunjukan
dengan
kemampuan
Seperti : usia, jenis kelamin, daya ledak, seseorang seperti kekuatan, daya ledak ( kelentukan
dan
lingkungan
sosial power ) dan kelentukan dapat mempengaruhi
mempengaruhi penampilan ( performance) kemampuan atlet untuk mengangkat beban atlet telah dikemukakan pula oleh Bompa ( secara maksimal dan mudah pula. 1990), Stillwell dan Willgoose ( 1997:38), C. Masalah Penelitian bahkan menyangkut kinerja fisik Barger
Adapun
masalah
penelitian
dapat
(1982;242) membaginya dalam dua kekuatan dirumuskan sebagai berikut : otot, yaitu tinggi dan renah. Adapun faktor internal,
dapat
efektifitas
lembaga
sebagai
swadaya masyarakat ( LSM ) dalam
fisik, penguasaan tehnik, dan
olahraga terhadap pembinaan prestasi
taktik serta mental (Harsono, 1988 dan
angkat besi ditinjau dari lingkungan
Bom.pa, 1990 ). Sedangkan
sosial bmudaya dan kepemimpinan
kemampuan
dipersepsikan
1. Bagaimana
faktor
yang
datang dari luar ( eksternal ) adalah, pelatih, 3. Terkait
dengan
keberadaan
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
LSM
pelatih ? 4.
Mengetahui
bagaimana
hubungan Page 60
tersebut bagaimana pola partisipasi
fungsional antara prestasi ang kat besi
para atlet usia muda atau sosialisasi
dan angakt berat dengan faktmor
cabang
fisik, fisiologis, dan motivasi para
olahraga
tersebut
dengan
memperhitungkan prasarana para atlet
atlet
pendahuluan sebagai model ?
Padepokan Gajah Lampung.
4. Se
jauhmana
pemerintah
peran
terhadap
pelaksanaan
berkaitan dengan penghargaan dan
kajian ini, antara lain : 1.
Kerangka hubungan
untuk
prestasi angakat besi dan
terutama bidang – bidang ( sub disiplin
fisiologis, dan motivasi para atlet
peningkatan prestasi atlet 2.
tujuan
penelitian
secara
segi
gambaran
dengan
yang
mempengaruhi
kepentingaqn
praktis,
sumbangan penting dari penelitian ini adalah
Memperoleh
)
Secara Praktis Dari
umum adalah :
diperolehnya
gambaran
kontribusi beberapa faktor terhadap
efektifitas kepemimpinan LSM dalam
peningkatan
olahraga terhadap pembinaan prestasi
mengidentifikasi
angkat bebsi dan angkat berat ditinjau
karakteristik suatu ca bang olahraga
dari lingkungan sosial budaya da n
khususnya bagi pembinaan.
kepemimpinan pelatih.
dengan
prestasi
atau sosialisasi
memperhitungkan
peranan
Penelitian ini bertitik tolak dari suatu pandangan yang melihat adanya pengaruh antara fokus ( karakteristik ) fisik, sosial, fisiologis dan motivasi
Mengkaji kebijmakkan terhadap
serta
berbagai
para atlet pendahulu sebagai model. lebih
atlet,
E. Kerangka Berfikir
Mengidentifikasi pola partisipasi para atlet usia mmuda
3.
berguna
mengembangkan ilmu pengetahuan
B. Tujuan Penelitian
2.
ini
fungsional
yang bebrsangkutan?
1.
Secara teoritis
angakat bebrat dengan faktor fisik,
Adapun
di
Manfaat yang dihharapkan dari hasil
bantuan ? 5. Bagaimana
bersangkutan
kebijakan D. Manfaat Penelitian
pembinaan prestasi olahraga yang
antara
yang
terhadap prestasi
jauh
peran
yang lifer angkat besi dan berat. Hal ini
pemerintah
daerah
sejalan dengan pemikiran Catty (1967 )
pelaksanaan
pembinaan
dalam
Carron,
A
(
1980:4-5)
prestasi olahraga bberkait dengan
Mengemukakan Bahwa As Having An
perhargaan dan bantuan.
Influence Upon Individual Performance
Physiological, Social, B Ody Structrure Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
untuk merubah kehidupan yang lebih Page 61
And Psychological.
baik lagi di masa yang akan datang.
Pemikiran tersebut secara visual di
d. Dengan faktor motivasi yang tinggi (
gambarkan dalam gambar berikut ini :
secara intrinsik maupun ekstrinsik ) segala bentuk tekanan dapat diatasi
KEBIJAKAN PEMBINAAN OLAHRAGA DAERAH
LSM OR PGL
POLA PARTISIPASI USIA MUDA (SOSIALISASI) ANGKAT BESI DAN BERAT
dengan baik. e. Proses
FISIK
MOTIVASI
pembinaan
secara
PRESTASIIR
yang
terencana
tersusun da
n
berkeseimbangan akan meningkatkan
FISIOLOGIS
kemampuan
LINGKUNGAN SOSIAL BNUDAYA DA N ORNIENTASI NILAI FIGUR PEMBINA & KEPEMIMPINAN
atlet
angkat
besi
terutama kekuatan, daya tahan
dan
power untuk bagian tubuh seperti Gambar 3. Kerangka pikiran penelitian
lengan, dada, perut, bahu, punggung, dan
F. Asumsi Dasar
tungkai ( Harsono dalam
Dengan merujuk dengan kerangka
Menegpora. 1990;31). Peningkatan
teori dan fakta empiris diajukan beberapa
itu disebabkan otot yang d igunakan
premis sebagai berikut :
atlet cabang tersebut.
a. Keadaan atlet angkat besi dan berat ( G.Hipotesis tinggi babdan, berat badan, usia, jenis
Adapun
kelamin ) yang berfariatif bukan dalam
hipotesis yang akan diuji
penelitian
ini
adalaha:
terdapat
kendala untuk mengangkat beban hubungan fungsional yang signifikan antara secara maksimal.
faktor fisik ( tinggi badan, berat badan, lemak
b. Pencapaian prestasi yang maksimal paha ), panjang lengann, panjang tungkai, pada
cabang
olahraga
seringkali tinggi duduk, lingkar kiri, tarik lengan,
ekonomis maupun sosial ekonomi dorongan
lengan,
kekuatan
tungkai,
para atlet, baik secara ekonomis fleksibilitas dan daya ledak ( power) terhadap maupun sosial. Sebagian besar atlet prestasi secara simultan maupun parsial pada yang menekuni cabang olahrag
ini atlet angkat besi dan angkat berat Padepokan
berasal dari keluarga kurang mampu.
Gajah Lampung, baik putra maupun putri.
c. Kondisi sosial ekon,omi atlet relatif H. Metode Penelitian rendah
dimungkinkamn
semangat
Pengambilan
data
menggunakan
berlatih dan bertanding lebih tinggi. pendekatan kualitatif dan kuantitatif maka Hl ini disebabkan karena adanya tehniki pengumpulan data untuk kuantitatif faktor motivasi yang mendorong dokumentasi,
sedangkan
data
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
melalui
observasi,
wawancara
dan
untuk kedudukannya, jika ada pekerjaan yang akan Page 62
kuantitatif melalui tes & pengukuran angket. dikerjakan
serta
adanya
pembagian
Analisis data yang digunakan adalah analisis pekerjaan. Jika terdapat unsur – unsur tehnis, regresi linier berganda ( multiple linier jika ada hubungan manusia yang satu dengan regression).
yang lainnya, sehinggga tercipta organisasi,
I. Pembahasan Diskusi Temuan )
dan
1. Beberapa temuan kuantitatif 1.
jika
ada
lingkungan
yang
saling
mempengaruhi, misalnya ada sisitem kerja
Efektifitas lembaga swadavya sama sosial.
masyarakat ( LSM ) dalam olahraga terhadap
Berdasarkan be berapa unsur tersebut
pembibnaan prestasi angkat besi dan angkat
atau manakala keempat unsur pokok tersebut
berat ditinjau dari lingkungan sosial budaya
terpenuhi yaitu people, technology
dan peran figur pembinaan kepemimpinan
enveroment, maka organisasi atau lembaga
yang berorientasi pada nilai – nilai sehingga
itu terbentuk.Karena itu padepokan angkat
tercipta proses pembinaan berkelanjutan.
besi dan angkat berat gajah lampung, bisa
Organisasi atau lembaga swadaya masyarakat
dikatergorikan sebagai suatu “organisasi”
( LSM ) dalam olahraga bernama “
atau
Padepokan Angkat Besi dan ANGKAT
semua unsur tersebut. Karena padepokan
Gajah Lampung , Terdapat di kabupaten
angakat besi dan angakat berat gajah
pringsewu Provinsi Lampung. Padepokan ini
lampung ini dapat dikategorikkan sebagai
didirikan pada tahun 1979 oleh IR mantan
suatu organisasi , maka
atlet angkat besi, yang prestasinya cukup
pengertian.
disegani pada zamannya (1970-an ). Kini ia
lembaga atau perkumpulan olahraga, Kedua
berperan sebagai pelatih di samping sebagai
berkenaan dengan proses pengorganisasian,
pengurus atau pembina Pengprov cabang
sebagai suatu cara dalam mana kegiatan
angakat besi dan angkat berat lampung,
organisasi di alokasikan dan ditugaskan di
tempat itu juga sebagai rumah tinggalnya (
antara
Lampung post, 2008:182-185).
organisasi dapat tercapai dengan efisien
Menurut model Davis dan Newton
dan
lembaga” yang tentu saja memiliki
Pertama,
para
terkandung dua
memadakan
anggotanya
agar
suatu
tujuan
(Handoko, 2003:167)
dalam Purwanto ( 2007:50) bahwa unsur –
Sebagai
suatu
organisasi
yang
unsur yang memedahai syarat berdirinya
bergerak dalam bida ng olahraga, padepokan
suatu organisasi , yaitu organisasi babru ada,
gajah
jika ada unsur manusia yang bekerjasama,
sangat jelas, yaitu pencapapian prestasi baik
ada pimpinan dan ada yang dipimpin, jika
nasional maupun internasional yang diraih
tujuan yang akan dicapai, jika ada tempat
secara efisien. Pengertian efisien menurut
la,mpung, memiliki tujuan yang
Robbin ( 1999, dalam Purwanto, 2007 : 18 ) staffing”. Bahkan lebih tegas Daft dan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 63
adalah mengacu pada hubungan antara Marcic (1998, dalam Bucher dan
Krotte,
masukan dengan keluaran. Dari s udut 2002:3), mengaris bawahi pendapat tadi pandang ini efisien seringkali dirujuk sebagai bahwa manajemen sebagai penca paian “melalukan segala sesuatu secara tepat,” atau tujuan organisasi secara efektif dan efisien tidak memboroskan sumber – sumber atauu melalui perenca naan,
pengorganisasian,
sarana.
kepemimpinan, dan pengendalian sumber
STRUKTUR DAN MANAGEMEN
daya
organisasi.
Sangat
beralasan
bila
Struktur organisasi dan managemen menghadapi suatu event atau pertandingan, di Pdepokan tersebut sangat sederhana, biasanya kalau diurus oleh banyak orang , bahkan dapat disebut tidak lazim atau tidak kata IR biasanya pengurus hanya mengurusi biasa dari organisasi keolahragaan lainnya, pengurus aja, bukan fokus pada kebutuhan hal
ini
seperti
dikatakan
penanggung jawab
IR
sebagai atlet”. Lebih lanjut
IR menjelaskan “
Padepokan tersebut Apabila organisasi diurus oleh banyak orang,
mengatakan “ Dari pada pengurus banyak, biasanya banyak orang plula yang merasa biasanya
yang
terjadi
hanya
“ngurusi” berkepentin
gan
seperti
karena
yang
pengurus dari pada mengurusi atlet, dan menandatangani surat maka harus ketua yang selalu lempar tanggung jawab ketika ada menjadi ketua kontigen, karena sekretaris masalah
dengan atlet dan begitu atlet yang membuat konsep surat maka sekretaris
menang semuanya ngaku memiliki andil”. itu pula yang harus berangkat sebagai Padahal, hampir semua le mbaga atau manager. organisasi keolahragaan pada menggunakan
model
Nah,
kalau
sudah
begitu,
umumnya bagaimana dengan simpelatih sendiri yang
pengelolah
atau punya tanggung jjawabb terhadap atlet
manajemen yang lebih lengkap, bahkan lebih asuhannya, biasanya hanya pergi sebagai besar jumlah pengurusnya dari pada jumlah penda mping saja, karena semua keperluan atlet yang dibinanya. Hal ini sesuai pendapat atlet dan official, termasuk untuk keperluan seperti Dubrin dan Williams (1989, dalam tanding harus ada izin ketua, sehingga Bucher dan Krotte, 2002:3)mendefinisikan kepentinganb managemen
as
the
cordinanted
yang
mendadak dan
and mendesak si a tlet sering terlambat karena
integrated process of resources (e.g., human, faktor otoritas yang dimiliki oleh ketua dan financial,
physical,
informational/ bendahara.
technological, techni-cal) to achive specific Kegiatan pembinaan yang dikelolah oleh objecttives though the functions of planning, kelompok kecil ini ( Padepokan Gajah organizing, leading, controlling, and Lampung ), jelas sangat efektif meningkatkan artinya, organisasi atau lembaga swadaya Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 64
prestasi , seperti terungkap dalam beberapa masyarakat ( LSM ) yang dikenal sebagai pendapat atlet, mantan
atlet dan asisten Padepokan
Gajah
Lampung
itu
bisa
pelaltih. Seorang mantan atlet mengatakan : “ dikatakan cukup efektif. Pengertian efekktif Saya setuju sekali dengan pola pembinaan menurut pendapat Robbins ( 1999:8) bahwa seperti ini, , bahkan T yang
sudah efektif
seringkali
dilukiskan
sebagai
“
mendapatkan medali emas dalam kegiatan melakukan hal - hal mencapai sasarannya. Sea Games , mengatakan bahwa kallau tanya Dengan kata lain, efektif berkaitan dengan “ soal ini (organisasi ) no commant, tapi hasil
akhir”
hasilnya ( terbukti) . Orang mau terima atau organisasi.
atau Dapat
pencapaian
sasaran
disimpulkan
bahwa
tidak , didalam kenyataan setiap kejuaraan , organisasi atau lembaga Padepokan Gajah baik
nasional
maupun
dunia
,
selalu Lampung memiliki cara atau lebih tepatnya
memperoleh juara. Hasil sea games 1997 dilakukan secara manajerial yang lazim kitas angakat besi dapat menyumbang 7 medali kita kenal dalam model pengelolahan suatu emas
dan 5 diantaranya berasal dari organisasi
modern.
Kepengurusan
atau
lampung”. Begitu pula pendapat JS, seorang organisasi yang dipimpin oleh sosok IR atlet yang dianggap pada saat ini sebagai nampaknya tidak biasa, bahkan cenderung andalan Lampung bahkan Indonesia. Sebagai agak “ unik” atau cara pengelolahan yang atlet pertama cabang olahraga angkat besi berbeda
dengan
kebanyakan
organisasi
yang meraih me dali di asiagames , Guang keolahragaan umumnya, bahkan lebih simple Zhu tahun 2010 komentarnya adalah ‘ bagi dari tujuan organisasi terbilang efektif dan saya setuju aja, yang pe,nting lihat hasilnya efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
maksudkan
pembinaan
yang
adalah
manajemen Handoko ( 2003: 7) bahwa, efisien adalah
sangat
sederhana. kemampuan
untuk
menyelesaikan
suatu
Kenyataan itu tentu saja tidak bisa di pekerjaan dengan benar, dan efektifitas pungkiri
lagi, karena teruji dilapangan merupakan
kemampuan
untuk
memilih
bahwa cabang olahraga lain khususnya tujuan yang peralatan yang tepat atau dilingkungan Lampung sendiri tidak ada peralaltan yang tepat untuk
pencapaian
yang mampu menyamai prestasi angakat besi trujuan yang telah ditetapkan. dan angkat berat yang berperan di tingkat Lingkungan sosial budaya nasional dan internasional. Hasil
pembinaan
Berkenaan denga hal ini Lutan ( 2005 di
Padepokan pengaruh faktor eksternal
( endogen )
Gajah Lampung tersebut cukup tinggi, terhadap prestasi, meliputi berbagai faktor di seperti: ditampilkan pada gambar 4.1 dan 4.2 lingkungan
tempat
atlet
berada
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
luar individu, yang dipersepsikan sebagai
atau tersebut cenderung berbuat menyimpang Page 65
lingkungan tempat berlatih. Lebih umum terhadap norma yang berlaku
didalam
pengertiannya seperti lingkungan fisikal- masyarakat pada dasarnyamanusia adalah geografis,
ekonomi,
sosial
dan
budaya makluk sosial dan eksistensinya selalu
bahkan tradisi Kegiatan yang telah melekaty dipengaruhi dan menmpengaruhi lingkungan di suatu lingkungan masyarakat tertentu, s osial budayanya ( Depdiknaa 2003:18 ). serta orientasi dan kemampuan ekonomi Demikian keluarga.
pula
Fraenken
(
1994
)
menambahkan bahwa, ada beberapa faktor
Dari temuan penelitian menunjukan yang mempengaruhi perbedaan motivasi bahwa pusat latihan angkat besi dan angkat berprestasi ( n-ach), Diatntar faktor - faktor berat di Padepokan Gajah Lampung memiliki tersebut adalah jenis kelamin, pola asuh, fasilitas yang sangat lengkap dan nyaman, kebudayaan dan tingkat sosial dan ekonomi. yaitu
selain
fungsinya
sebagai
tempat Begitu pula Singgih (1989) menegaskan
pemondokan atlet yang dilengkapi dengan bahwa, yang termasuk faktor eksternal adalah asrama putri dan putra yang letaknya fasilitas,
sarana
dan
lapangan,
metode
mengelilingi tempat latihan, juga sebagai latihan, dan lingkungan. Sebagai contoh, tempat latihan yang d ilengkapi dengan Brazil
berhasil
sarana dan peralatanb latihan yang cukup pelatihan dan
mengembangkan
prinsip
menerapkan iptek olahraga
komplit dan memadai bagi cabang olahraga tepat guna, sederhana tetapi efektif, dikaitkan tersebut.
Sehingga
tidak
heran
dari dengan faktor sosial ekonomi dan budaya (
padepokan ini, telah lahir pula lifter yang Lutan, 2003:179). telah
mengharumkan
nama
lampung
Lingkungan terutama tempat tinggal
Indonesia, Bahkan hamper 3 dasawarsa dan tempat latihan merupakan faktor penting menjadi tumpuan utama lampung dalam yang langsung dan sangat besar sekali pecan olahraga nasional ( PON ). Lairu ( pengaruhnya
terhadap
perubahan
atau
2007: 7 ) bahwa, hitungan sosial tempat perkembangan anak atau siswa / atlet. Seperti berdomisili
turut
mempengaruhi
dan ditegaskan Lutan (2005:425) bahwa “ faktor
menentukan sikap terjang seseorang dalam lingkungan sosial-budaya yang merupakan kehidupan sehari - hari, artinya orang - orang landasan perilaku anggota masyarakat yang yang tinggal dilingkungan masyarakat yang menyebabkan
terjadinya
pembedaan
tentram akan cenderung baik dan kecil kesempatan dan pemanfaatan peluang yang kemungkinan akan berbuat jahat, sebaliknya ada untuk melakukan aktivitas jasmani”. apabila
seseorang
bertempat
tinggal Anggota keluarga, seperti kakakdalam suatu
dilingkungan yang tidak tentram, maka orang
keluarga memberuikan pengaruh terhadap
pembentukan minat dan keterlibatan dalam untuk terus menekuni Kegiatan latihan dalam Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 66
Kegiatan olahraga. Teman sepermainan juga cabang angkat besi dan angkat berat. merupakan sumber pengaruh yang potensial Figur Pembina Dan Kemimpinan Yang dalam
proses
dimulai
sosialisasi
dilingkungan
olahraga
keluarga,
yang Terkait Dengan Orientasi Nilai bahkan
Perkembangan angkat besi dan angkat
pelatih guru olahraga merupakan agen sosial berat Lampung tidak terlepas dari sosok IR yang
penting
keterlibatan
yang
anak
mempengaruhi sebagai etnis Tionghoa. Pada zamannya, ia
dalam
olahraga
( merupakan
Greendorfer & Lewko, 1978b, dalam Lutan, nasional. 2005:426).
Karena
Singgih
(
1998
atlet Namun,
berprestasi pada
di
tingkat
tanggal
1979
) mengalami cedera akibat beberapa struktur
menjelaskan bahwa yang termasuk faktor tulangbelikat (scapula), bagian siku dan lutut, eksternal
adalah
fasilitas,
sarana
dan terpaksa ia berhenti sebagai atlet angkat besi.
lapangan, metode latihan, dan lingkungan.
Setelah pensiun sebagai atlet, ia membangun
Berdasarkan fakta tersebut terungkap sebuah padepokan di tempat tinggalnya di bahwa lingkungan sosial sangat berperan Prengsewu, yang ia sendiri beri nama dalam proses sosialisasi anak usia muda atau “Padepokan Angkat Besi Dan Angkat Berat usia
dini
kedalam
olahraga,
terutama Gajah Lampung”. Ia pun bertindak sebagai
keluarga antara lain orang tua dan saudara pelatih kepala dan manajer. Bagi warga sekandung. Sosialisasi dalam olahraga dapat Lampung khususnya bahkan indonesia, sosok pula ditelaah dari proses modeling, dan IR sangat identik denganpadepokan Gajah prosesnya
dapat
ditinjau
dari
teori Lampung, karena sebutan gajah lampung
pembelajaran sosial ( social learning ). Teori merupakan julukan yang ditujukan pada ini menekankan bahwa peranan lingkungan dirinya ketika menjadi lifter yang di segani, sebagai rujukan. Menurut Bandura ( 1977; bagi di tingkat nasional maupun internasional dalam Weinber & Gould, 1995 ) dengan (Lampung Post, 2008: 182-185). teorinya, bahwa modeling itu terdiri Dario
Berdasarkan hasil wawancara dengan
tiga unsur: observasi, reinforcement, dan para ( 6 orang) lifter di padepokan Gajah perbandingan mengamati
sosial. lingkungan
dijadikan model.
Para
atlet
muda Lampung, maupun mantan lifter terungkap
sekitarnya
untuk kesan tentang IR: “ia memiliki sifat yang
Mereka meniru prilaku sangat tegas dan menjunjung disiplin yang
model dan keberhasilan yang dicapai oleh sangat tinggi. ia memposisikan dirinya, selain atlet seniornya, demikian pula dukungan dari sebagai pelatih juga sebagai seorang manajer luar seperti dari orang tua, pelatih, atau guru, yang brilian dan sebagai ayah bagi atle sehingga mengukuhkan komitment mereka atlet
lainnya,
seperti
T,
MY,
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
asuhnya”. Demikian pula menurut beberapa
Iwyang sangat tinggi”, tanpa beliau saya tidak bisa Page 67
mengatakan bahwa “sebagai pelatih, IR seperti ini sampai menjadi juara beberapa sangat disiplin dan kerasdalam memegang kali
di
Sea
prinsip”. Pendapat ini di perkuat oleh asisten 2001,Vietnam,2003,
Games dan
(malaysia,
Philipina,2005).
pelatihnya, yakni IS : “ia sangat disiplin”, MY menambahkan ’ia bisa bertindak sebagai dan AM sebagai satu-satunya pelatih wanita ayah sehingga ia mampu menggantikan orang mengatakan, “dia orangnya keras, disiplin tua saya yang jauh di Bengkulu”. sangat tinggi, selalu harus onitime. Atlet
Begitu pula pendapat dari T ( mantan
wanita andalan Lampung, ODR mengatakan: atlet), “ia
menumbuhkan
semangat,
“IR
sangat berkharisma,
itu
pelatih
menemukan,
yang
sangat
melatih,
dan
care,disiplin luar biasa, dedikasinya sangat mendidik saya dari nol sampai menjadi juara tinggi. ia tidak mau terlalu santai, seperti Sea Games dua kali, yaitu Singapore (1993) mottonya ’lebih baik hujan batu di negeri perak, Chiang Mai (1995) emas, dan Jakarta sendiri dari pada hujan emas di negeri orang. (1997) emas”. Bahkan menurut W pemegang Masalah pribadi tidak dibawa dalam latihan”.
mendali perunggu di Olympiade Syidney
Oleh karena itu, tidaklah heran para (2000): “ia cukup kreatif, hal ini dibuktikan atlet sangat penurut dan disiplin ketika dengan menciptakan berbagai alat bantu yang intruksi pelatih harus dijalankan, bahkan mendukung latihan.” SI, rekan W yang samatidak ada seorangpun yang membantah atau sama yang dapat perunggu olympiade 2000 main-main, seperti yang disampaikan oleh menambahkan pula: “Selain didiplin, ia juga ES asisten pelatih:”beliau tidak kaku, juga bertanggung
jawab, [dan] terhadap atlet
pemaaf kepada atlet yang buat salah, dari sayang dan mampu seperti orang tua, sangat segi
disiplin
yang
ditanamkan
adalah perhatian, sampai pada jenis makanan yang
keseriusan,[dan] dalam latihan tidak boleh harus dimakan tlet pun ia sangat care”. main-main.” Disamping IR sebagai pelatih memiliki
disiplin
dan
sikap
Selanjutnya, para tlet senior yang
yang pernah berseberangan dengan sang pelatih
keras,seperti dipaparkan oleh berbagai pihak (IR), seperti G mengakui keunggulan IR:”ia seperti oleh atlet pemula, yunior, senior, disiplin, keras dan tegar serta penuh keping seorang tanggung
pembina, jawab,
yaitu
kharesmatik, jawab. Misalnya, untuk tanggung jawab ia
kreatif,
dan
penuh selalu perhatian ketika atlet sakit. Ia juga
perhatian, seperti disampaikan berikut ini menekankan teknik harus baik. Sebagai oleh atlet yang masih aktif (Su) “ia memiliki mantan atlet ia selalu menjaga kesehatan fisik dedikasi yang cukup tinggi”, atau MY melalui latihan fitness di dalam rumah nya (mantan atlet) mengatakan: “ia berdedikasi
dan lari di tempat”.kemudian SU sebagai a
atlet angkat berat yang paling senior (38 kebetulan dalam kontingen itu ada dr. Sony Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 68
tahun) peraih mendali emas lebih dari 15 Tobing
sebagai
keping di kejuaraan dunia, mengatakan berpesan tentang IR, “orangnya
“kalau
dokter nanti
kontingen. di
IR
Jakarta
ada
keras dan disiplin wawancara, siapa yangmendapingimu, maka
tinggi, bahkan saya saja yang sudah senior, jawab aja dr. Sony Tobing “, “kemungkinan kalu tidak latihan sekali saja uang makan hal ini dilakukan untuk menghindari rasa dipotong.” Selain sifat kepribadian dan sombong
dan
lupa
diri
pada
atlet”
kemimpinan yang khas, IR pun memiliki tambahnya. Demikian pula komentar dari kebiasaan yang sangat berbeda dengan beberapa orang sebagai wali atau orang tua kebanyakan latihan. Pelatih lain, ketika atlet yang mengatakan “ ia tidak pernah atletnya
menjuarai
dalam
suatu
event memuji di depan atlet. Itu sudah menjadi
misalnya, ia akan larut dalam kegembiraan, kebiasaannya, sehingga atlet pun sudahsudah seperti
memeluk,
jingkrak-jingkrak,
dan menyadrinya. Pada awalnya semasa jadi atlet,
difoto bersama atletnya itu. Tetapi ia anak saya merasa takut, tetapi lama kelamaan sebaliknya,seperti diungkapkan oleh W: “Pak sudah terbiasa.” IR tidak suka tampil di depan umum, karena
Hal unik lainnya dari sosok IR sebagai
orang yang banyak tampil biasanya banyak pelatih atau pemimpin dari padepokan Gajah membuang energi.” Begitu pula pendapat Lampung, para
atlet
berkaitan
maupun dengan
mantan
atlet
pengalamannya
terungkap
ketika
peneliti
yang menyaksikan sendiri, ucapan IR kepada salah ketika seorang atlet yang menghuni asrama, yang
menjadi juara dalam berbagai event, MY kebetulan
merusak
salah
satu
benda
mengatakan “Ia jarang memuji di depan dikamarnya. Dengan entengnya ia berkata atlet”, dengan alasan, kata IR sendiri “Hey, untuk mengganti barang itu, mungkin “menurut saya [cara itu] bagus biar, tidak bonus yang kamu terima pun belum tentu gede kepala.” Selanjutnya MY menambahi cukup untuk menggantinya”. Omongan yang “Pak IR malas kalau di puja-puja,malahan dianggap kasar oleh kebanyakan orang, tapi ketika pengalungan mendalipun, maunya [ia] bagi atlet ditanggapi sebagai hal biasa. Ketika pulang. Alasannya mungkin ia tidak mau di peneliti menanyakan hal ini kepada orang tua angkat,betul-betul
low profil atau ikhlas atlet, mereka menjawab: “Bagi anak-anak
saja.”
(atlet) hal itu tidak pernah ditanggapi sebagai Dalam
kesempatan
lain
SI penghinaan, tetapi malah diimplementasikan
menceritakan pengalamannya ketika menang sebagai bentuk motivasi” .
Bahkan TY
pertadingan di luar negeri (Chiang Mai). IR mengungkapkan, “IR jarang memberi ucapan tidak mau pulang bersama rombongan, dan
selamat, [dan] memberi motivasi dengan
caraq sedikit meremehkan dengan maksud persis, tapi sebagian nampak sekali, seperti : Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 69
agar kami terpacu.”
berpegang teguh pada prinsip (tegas dan
Sosok pelatih atau figur pembina keras ), menerapkan sistem hukuman untuk sekaligus pemimpin dari sebuah padepokan memaksa
atlet
patuh
pada
peraturan
angkat besi dan angkat berat, ,ia dianggap (contohnya, memotong uang saku ketika atlet suhu atau tokoh sentral dari sebuah puri tidak hadir latihan), ketat dalam rencana dan shaolin (Lampung Post, 2008: 182-185) yang jadwal latihan (tidak bisa seenaknya dalam telah melahirkan banyak atlet dan mantan mengikuti latihan sekalipun itu hari raya, atlet yang kemudian menjadi pelatih hampir apalagi pertandingan yang akan dihadapi di semua daerah di indonesia. Fakta empiris sangat penting),dia bukan pribadi yang ini
sesuaiyang
dikemukakan
Harsono hangat ( tidak pernah ikut larut bergenbira
(1988:7) bahwa, :”tinggi rendahnya prestasi saat
atlet
asuhannya
memenangkan
atlet banyak tergantung dari tinggi rendah kejuaraan), seringkali menggunakan tehnik nya
pengetahuan
dan
keterampilan ancaman untuk memotivasi para atletnya
pelatihnya”
(sering kali melontarkan omongan ketika
Temuan penelitian ini bahwa dibalik atletnya merusak sesuatu barang, dengan kata gaya
kemimpinan
ala
atau
model
IR seperti : walaupun besok kamu dapat bonus
nampaknya cukup berhasil dalam proses tidak akan cukup pembinaan
atlet
mencapai
prestasi
membanggakan regional
usia
baik
maupun
muda, yang tingkat
internasional.
untuk mengganti kursi
sehingga yang patah itu), tidak senang punya asisten cukup yang
mempunyai
nasional, dengannya Karena mengangkat
(karena anak
kepribadian itu nya
sama
wajarkalu sebagai
dia
asisten
prestasinya pula, ia cukup disegani bahkan pelatih). Semua itu meskipun dirasakan pahit PB
PABBSI
memberikan
ijin
dalam oleh sebagian atlet, tapi sisi baiknya cukup
menyelenggarakan pusat pelatihan nasional terasa pula seperti: pelaksanaan pembinaan (Pelatnas) untuk berbagi event internasional, (latihan) terorganisir dengan baik, sehingga seperti SEA Games, Asian games hingga di kagumi karena beberapa faktor (a) sukses Olympiade di Prengseweu, khususnya bagi yang diperoleh dengan cara melatihnya, (b) atlet-atlet Gajah Lampung. Hal ini sejalan kerja
keras
yang
diperlihatkan
dalam
dengan hasil penelitian Tutko dan Richards menangani atletnya, dan (c) atlet merasakan (1975) yang dikutip Harsono, (1988:46-54) manfaatnya untuk dilatih oleh pelatih dengan bahwa model kemimpinan mirip dengan tipe tipe pemikiran. pelatih otoriter (authoritarian coach) dengan ciri-ciri kepribadiannya walau tidak sama semua orang dapat menjadi pemimpinan Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Karena itu, Gordon (1990) dalam Muviarni (2008) mengemukakan bahwa tidak 3) Human
relationship,
yaitu Page 70
yang
efektif
dalam
suatu
organisasi.
mempunyai
pengetahuan
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin
hubungan
manusiawi
yang anggotanya dapat merasakan bahwa
dalam pergaulan.
tentang
dan
luwes
kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan
4) Personal motivasion, yaitu memiliki
kerja, motifasi, rekreasi, kesehatan, sandang,
motivasi untuk memimpinyang baik
pangan, tempat tinggal maupun kebutuhan
dan dapat memotivasi dari dengan
lainnya yang pantas didapatkannya. Artinya,
benar dan terarah.
semua kebutuhan anggota dalam organisasi terpenuhi dengan baik. Situasi yang demikian menggambarkan hubunngan yang positif antara
pemimpin
dengan
para
anggota
5) Communication skill, yaitu memiliki kecakapan komunikasi yang efektif. 6) Teaching kecakapan
skill,
yaitu
untuk
memiliki pengarahan,
organisasi. Namun, sampai saat ini belum ada
mengajarka,
menjelaskan
penelitian yang menyimpulkan bahwa salah
mengembangkan bawahan.
dan
satu tipe kepemimpinnan dari seseorang
7) Social skill, yaitu memiliki keahlian
pelatih itu lebih baik, tentu saja dari setiap
di bidang sosial; supaya terjamin
tipe memiliki kelemahan dan kelebihannya.
kepercayaan dan kesetiaan bawahan,
Karena
seperti peramah dan luwes dalam
itu,
denganseseorang
diidentifikasikan mirip
dengan salah satu
tipe kemimpinan bukan berarti orang tersebut dicap
100%
identik
dengan
nilai-nilai
pergaulan, dan lain-lain. 8) Technical
competent,
mempunyai
yaitu kecakapan
negatifnya saja. Akan tetapi cara seperti itu
menganalisis,merencanakan,
akan memudahkan dalam aspek analisis saja.
mendelegasikan
Menurut G. R. Terry, kemimpinan adalah
mengambil keputusan, serta mampu
kegiatan-kegiatan
menyusun
untukmempengaruhi
orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan (Purwanto, 2007: 63), Selanjutnya,
Purwanto
wewenang,
konsep
dan
mengoordinasikan. Untuk menunjang keberhasilan proses
(2007:64) pembinaan tentu saja harus ada program
menjelaskan ciri-ciri pemimpin yang baik:
latihan. Namun setelah dikonfirmasi kepada
1) Kekuatan,yaitu memiliki kekuatan phak-pihak yang terkait, seperti pelatih mental dan fisik yang baik.
maupun asisten pelatih, hampir semua tidak
2) Stabilitas emosi , yaitu tidak cepat bisa mengungkapkan secara nyata
tertulis
marah dan tenang mnghadapi masalah dari wujud program latihan itu. Ketika di yang pelik sekalipun.
diskusikan
mereka
mengemukakan
pendapatnya dangan fasih sekali tentang pembinaan seperti ini’, bahkan T yang sudah Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 71
program latihan, Misalnya, tentang tehnik mendukung emas Sea Games, mengatakan, yang di sesuiakan dengan karakter dan bahwa “kalau tanya soal ini i no comment kemampuan masing-masing atlet, periode ,tapi buktikan hasilnya, orang mau terima latihan di rancang dalam siklus mingguan atau tidak di dalam kenyataannya setiap sehingga ada minggu ringan, minggu sedang kejuaraan , baik nasional maupun dunia dan minggu berat. Dengan demikian, ujar ES, selalu memperoleh “Atlet
terkondisikan
dengan
juara, , hasil Sea
baik.” Games1997 angkat besi dapat menyumbang
Selanjutnya IS menambahkan, “meskipun 7 mendali emas, 5 emas diantara nya dari kami sebagai asisten menjalankan program atlet lampung”. Demikian pula pendapat JS, latihan, tapi semuanya tetap tergantung pada seorang atlet yang dianggap saat ini sebagai beliau,[IR]keputusan ada di tangannya.”
andalan Lampung bahakn Indonesia. Sebagai
Ketika hal itu didiskusikan dengan IR atlet
pertama cabang angkat besi yang
selaku pelatih kepala, tetap saja ia tidak meraih mendali di Asian Games,Guang Zhu pernah
menunjukkan
dokumen
program tahun 2010 (China), komentar nya adalah
latihan.” Bahkan ia sendiri berargumentasi “Bai saya setuju aja, yang penting lihat “Buat apa program latihan panjang lebar dan hasilnya”,yang cukup bagusm, tapi tidak bisa dilaksanakan manajemen dan
bahkan
tidak
pernah
ada
ia
maksudkan
pembinaan
yang
adalah sangat
hasil.” sederhana. Kenyataan ini tentu saja tidak bisa
Selanjutnya ia menerangkan, bahwa “ Disini dipungkiri lagi, karena teruji di lapangan pun ada program latihan yang dibuat sejak bahwa cabang olahraga lain khususnya di dulu dan tentunya selalu disesuaikan dengan lingkungan Lampung sendiri tidak adayang situasi dan kondisi anak”. Bahkan A sebagai mampu menyamai prestasi angkat besi dan asisten pelatih menegaskan, bahwa “hampir angkat berat yang berperan di tingkat 40 tahun ikut serta berkecimbung sebagai nasional dan internasional. pelatih cabang olahraga ini, Pak IR sudah SIMPULAN dapat mengetahui berbagai hal tentang aspek pelatihan”.
Dari
temuan
penelitian
khususnya
tentang pelaksanaan pembinaan, walaupun
Karena itu, pengelolaan manajemen di tidak ddapat menunjukan program latihan LSM Padepokan Gajah Lampung ini sangat secara tertulis,tetapi berdasarkan pengamatan “unik”,namun prestasi sungguh luar biassa, mereka
melakukan
pembinaan
sudah
seperti komentar atau pendapat dari beberapa memenuhi kaida-kaidah keilmuan atau paling atlet, mantan atlet dan asisten pelatih, antara tidak prinsip-prinsip latihan, antara lain ada lain A: “saya setuju sekali dengan pola
warming up sebelum latihan, ada prinsip
individual,prinsip variasi, dan prinsip beban Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 72
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor O (1990) Theory and methodology of Training, Beatrice, Publishing PTY.Ltd Depdiknas (2002) Indikator olahraga Indonesia 2002. Kerjasama Badan Pusat Statistuk dan Direktorat Jendral Olahraga, Jakarta. Harsono. (1998). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching.Jakarta.CV.Tambak Kusuma Sansen Situmorang.2008.Teori sosial.Online Tersedia: http://sansigerwordpress.com/tag/teori-sosial/ 10 APRIL 2012
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 73
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. DETEKSI BASKET LINTAS (DBL) INDONESIA DALAM LIGA NATIONAL BASKETBALL LEAGUE (NBL) INDONESIA 2013-2014 Taufik Hidayat Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Fokus penelitian ini adalah strategi Public Relations PT. DBL Indonesia dalam liga NBL Indonesia 2013-2014. Penelitian ini menarik karena basket bukan termasuk salah satu olahraga yang diminati masyarakat Indonesia (Bappenas 2007). PT. DBL Indonesia berhasil menarik ribuan penonton melalui penyelenggaraan liga NBL Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi Public Relations PT. DBL Indonesia dalam liga NBL Indonesia 2013-2014. Tinjauan pustaka yang digunakan pada penelitian ini adalah Public Relations dalam Perusahaan, Strategi Public Relations, dan Strategi Public Relations dalam Event. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan tipe penelitian eksploratif. Hasil penelitian ini adalah PT. DBL Indonesia menerapkan strategi PR dalam liga NBL Indonesia 2013-2014 didasari tujuan dan objective, yang dicapai melalui strategi PR yaitu stakeholder relations, media relations, PR Online, dan publikasi. Penerapan strategi PR tersebut tidak hanya mencitrakan atau mempublikasikan liga NBL Indonesia 2013-2014, melainkan juga PT. DBL Indonesia. Kata kunci: NBL Indonesia 2011–2012, Strategi Public Relations, PT. DBL Indonesia
PENDAHULUAN
Penelitian ini menjadi menarik karena
Fokus penelitian ini adalah strategi selama ini basket bukan termasuk salah satu Public Relations (PR) PT. Deteksi Basket olahraga yang diminati oleh masyarakat Lintas (DBL) Indonesia dalam Indonesia. Hal tersebut juga didukung oleh Bappenas (2007) yang penyelenggaraan liga National Basketball data dari League (NBL) Indonesia 2013-2014. menunjukkan bahwa kejuaraan dunia dalam Penelitian ini menjadi penting karena PT. berbagai cabang olah raga, seperti DBL Indonesia telah berhasil meningkatkan Olimpiade dan Piala Dunia Sepak Bola Indonesia mampu mengundang jutaan suporter dan di terhadap liga basket Indonesia melalui liga Indonesia olahraga yang paling diminati NBL Indonesia (NBL Indonesia 2011). Data adalah sepakbola, bukan olahraga basket. kembali
minat
masyarakat
tentang meningkatnya minat masyarakat Namun, PT. DBL Indonesia merubah Indonesia juga terlihat dari data Kemenpora anggapan tersebut dengan berhasil menarik (2010, p. 61) yang mengatakan bahwa basket ribuan penonton melalui penyelenggaraan merupakan salah satu olahraga yang sering liga NBL Indonesia. Antusiasme penonton dilakukan masyarakat Indonesia yaitu sebesar terhadap basket yang menurun setelah vakumnya Indonesian Basketball League 85,2 persen. Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 74
(IBL) tahun kembali oleh PT. DBL Indonesia melalui strategi PRnya dalam penyelenggaraan liga
Kesuksesan tersebut terlihat pada
penonton liga NBL Indonesia 2010-2011 yakni 2000 penonton setiap harinya (NBL Indonesia 2011). Pada musim kedua NBL 2013-2014
kesuksesan
kembali terlihat dari semakin luas kota yang dikunjungi
untuk
penyelenggaraan
liga,
yakni Jogjakarta dan Palembang. Selain itu, pada musim kedua, ada dua tim baru yang bergabung di NBL Indonesia, yakni NSH GMC Riau dan Pasific Caesar Surabaya. Pada Pre Season Tournament NBL Indonesia 2013-2014
jumlah
penonton
yang
menyaksikan liga tersebut hampir menembus angka 10.000 penonton (NBL Indonesia 2012). Kesuksesan NBL Indonesia 2013-
melihat bagaimana media relations yang
penyelenggaraan liga NBL Indonesia. Ketiga, peneliti melihat aktivitas PR Online yang dilakukan PT. DBL Indonesia dalam
Surabaya, penonton liga ini tembus hingga 6.200 penonton dalam satu hari. Jumlah liga NBL Indonesia 2013-2014
mencapai lebih dari 150 ribu orang, yang artinya tumbuh 50 persen lebih besar dari tahun sebelumnya (NBL Indonesia 2012). Pertama, peneliti melihat bagaimana stakeholder relations yang dilakukan oleh PT. DBL Indonesia dalam penyelenggaraan liga NBL Indonesia 2013-2014. Stakeholder atau publik dalam penelitian ini adalah publik Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
menyelenggarakan
liga
NBL
Indonesia 2013-2014. Aktivitas PR Online yang diteliti adalah penggunaan media sosial internal
PT.
DBL
Indonesia
untuk
mempublikasikan dan mencitrakan liga NBL Indonesia 2013-2014. Aktivitas PR Online yang diteliti adalah maintaining official websites dan fan page. Keempat peneliti melihat bagaimana publikasi liga NBL Indonesia yang dilakukan oleh PT. DBL Indonesia. Peneliti melihat aktivitas publikasi melalui
media
sosial
dan
juga
media
partnership liga NBL Indonesia 2013-2014, baik media cetak maupun elektronik. Rumusan masalah dalam penelitian
2014 juga terlihat pada seri kelima di
penonton
dihidupkan
sekunder, dan marjinal. Kedua, peneliti
musim perdananya tahun 2010-2011, jumlah
tahun
berhasil
dilakukan oleh PT. DBL Indonesia selama
NBL Indonesia 2013-2014.
Indonesia
2008
ini
adalah
bagaimana
strategi
Public
Relations PT. Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia dalam liga National Basketball League
(NBL)
Indonesia
2013-2014?
Tinjauan pustaka yang digunakan adalah Public Relations dalam Perusahaan, Strategi Public
Relations,
Relations
dalam
dan Event.
Strategi
Public
Metode
yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara dilakukan Yondang Tubangkit
Page 75
internal maupun eksternal, mulai dari primer,
(Communications Senior Manager PT. DBL
Indonesia), Dewi Indah Setyorini (Divisi diterapkan dalam liga NBL Indonesia 2013Sponsorship and Basketball Development 2014. Tujuan yang ingin dicapai adalah PT. DBL Indonesia), dan Didit Pamungkas dengan mendapatkan profit bagi perusahaan (Divisi Basketball Operations PT. DBL melalui liga tersebut. Objective yang dimiliki Indonesia).
PT. DBL Indonesia terkait dengan liga NBL
PEMBAHASAN
Indonesia 2013-2014 terlihat melalui strategi
hasil
Bab III ini peneliti membahas tentang PR yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, liga analisis mengenai strategi Public
dalam NBL Indonesia 2013-2014 merupakan salah penyelenggaraan liga NBL Indonesia 2013- satu strategi PR dari PT. DBL Indonesia. 2014. Peneliti menjelaskan terlebih dulu Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Relations
PT.
DBL
Indonesia
dari menerapkan strategi PR liga NBL Indonesia penyelenggaraan liga NBL Indonesia 2013- 2013-2014, PT. DBL Indonesia tidak hanya 2014. Tujuan penyelenggaraan liga tersebut memperkenalkan atau mencitrakan liga mengenai
tujuan
dan
objective
saja, melainkan juga adalah memberikan profit bagi perusahaan. tersebut PT. DBL Indonesia menerapkan objective memperkenalkan dan mencitrakan PT. DBL untuk mencapai tujuan tersebut melalui Indonesia. Hal tersebut dikarenakan liga NBL strategi PR yang dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi PR PT. Indonesia 2013-2014 merupakan bagian dari DBL Indonesia diterapkan melalui PT. DBL Indonesia. Sehingga penerapan stakeholder relations (hubungan dengan tim strategi PR dalam liga tersebut berkaitan yang bertanding, sponsorship relations, fans dengan strategi PR bagi perusahaan. and
audience
relations,
dan
hubungan
Strategi PR yang dilakukan PT. DBL
dengan karyawan), media relations, PR Indonesia dalam penyelenggaraan liga NBL Online, dan publikasi. Paparan selanjutnya Indonesia 2013-2014 adalah media relations, menjelaskan mengenai penerapan strategi PR marketing support, promotional and publicity work, sponsorship, websites management, tersebut. menentukan dan fan relationships. Strategi PR tersebut tujuan dan objective terlebih dahulu untuk sesuai dengan strategi PR yang disampaikan menentukan strategi PR pada liga NBL oleh L’Etang (2006, p. 386) pada penelitian Indonesia 2013-2014. Sehingga ada terdahulu mengenai strategi PR pada institusi PT.
DBL
Indonesia
kaitannya antara tujuan dan objective PT. British Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Sport
PR.
Strategi
PR
yang
Page 76
DBL Indonesia dengan strategi PR yang
diterapkan PT. DBL Indonesia dalam liga
NBL Indonesia adalah salah satu upaya untuk Indonesia 2013-2014 mencapai tujuan dan objective yang telah ditentukan
sebelumnya.
Hal
PT.
tersebut strategi
DBL
Indonesia
stakeholder
melakukan
relations
dalam
didukung oleh Ruslan (2002, p.120) yang penyelenggaraan liga NBL Indonesia 2013mengatakan bahwa menyusun strategi PR 2014.
PT.
DBL
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan stakeholder
Indonesia
primer
dan
memiliki
sekunder.
Hal
dari dunia kerja praktisi PR karena strategi tersebut mempengaruhi skala prioritas dari merupakan alternatif optimal yang dipilih PT. untuk
ditempuh
guna
mencapai
DBL
Indonesia
dalam
melakukan
tujuan stakeholder relations. Stakeholder relations
PR.Peneliti menjelaskan strategi PR tersebut sangat berkaitan erat dengan segmentasi dari kedalam empat strategi, yakni stakeholder suatu event (Lattimore, Heiman,&Toth 2010, relations, media relations, PR Online, dan p.102). publikasi.
Stakeholder
primer
PT.
DBL
Berdasarkan hasil analisis, PT. DBL Indonesia dalam liga NBL Indonesia 2013Indonesia memiliki stakeholder primer dan 2014 yaitu tim, sponsor, dan fans atau sekunder. Pembagian stakeholder tersebut penonton. berpengaruh
terhadap
bagaimana
Strategi
untuk
menjalin
dan
skala menjaga hubungan dengan tim-tim yang
prioritas yang diterapkan perusahaan dalam bertanding tentunya tidak hanya dilakukan menjalin stakeholder relations. Strategi PR oleh divisi BO saja, tetapi juga dilakukan yang kedua adalah media relations. Media oleh divisi PMR. Strategi yang dilakukan relations yang dilakukan oleh PT. DBL untuk menjaga hubungan dengan tim adalah Indonesia
fokus
dilakukan
ketika dengan selalu membangun komunikasi ketika
penyelenggaraan konferensi pers liga NBL liga sedang berjalan maupun ketika liga Indonesia 2013-2014. Ketiga adalah PT. selesai (off event). Koordinasi antara divisi DBL Indonesia melakukan strategi PR PMR dan BO juga dilakukan untuk memilih Online¸dimana media online yang sering tim mana yang bisa dijadikan narasumber digunakan adalah website dan akun Twitter dalam setiap konferensi pers. Stakeholder @nblindonesia. Keempat adalah publikasi, primer yaitu PT. DBL Indonesia berfokus pada sponsor. media partnership dari liga NBL Indonesia dengan
dalam
Strategi cara
dan media sosial yang dimiliki perusahaan komunikasi dalam melakukan publikasi.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
tingkatan
kedua
sponsorship
membangun dengan
dan
pihak
adalah relations menjaga sponsor,
menjalankan kerjasama sesuai dengan MOU
Page 77
yang disepakati dengan pihak sponsor, membuat media report sebagai salah satu membangun
hubungan
dengan
masing-
bukti bahwa PT. DBL Indonesia telah masing karyawan adalah dengan sering melakukan
publikasi
sponsor-sponsor koordinasi dan evaluasi. Cara lain yang
melalui iklan liga NBL Indonesia 2013-2014 digunakan oleh PT. DBL Indonesia dalam sesuai dengan kesepakatan. Berdasarkan membangun hubungan dengan karyawan dan penjelasan tersebut terlihat bahwa dalam tim outsourcing adalah berkaitan dengan sponsorship relations tersebut juga ada pembayaran gaji sesuai dengan kesepakatan susunan skala prioritas yang dilakukan oleh antara pihak PT. DBL Indonesia dan PT. DBL Indonesia. PT. DBL Indonesia karyawan atau tim outsourcing. Pembayaran terlihat lebih memprioritaskan tittle partner gaji sesuai dengan kesepakatan tersebut dapat daripada
official
partners
atau
official membuat karyawan dan tim outsourcing
suppliers. Prioritas tersebut menunjukkan loyal bekerja di PT. DBL Indonesia. pihak sponsor mana yang lebih primer bagi Media Relations dalam liga NBL Indonesia perusahaan.
2013-2014
Stakeholder primer liga NBL Indonesia
Media adalah stakeholder sekunder
2013-2014 pada tingkatan yang ketiga adalah dari liga NBL Indonesia. Strategi media fans dan penonton liga NBL Indonesia. relations
difokuskan
melalui
Strategi PR yang dilakukan adalah dengan penyelenggaraan konferensi pers liga NBL memenuhi kebutuhan informasi dari para Indonesia 2013-2014 setiap serinya, mulai fans dan penonton melalui media-media dari
pengiriman
press
release,
media
promosi yang dimiliki liga NBL Indonesia invitation, media alert, hingga memfasilitasi 2013-2014.
segala kebutuhan rekan media akan informasi
Cara lain yang dilakukan untuk mengenai liga. Menurut peneliti, hal tersebut menjalin dan menjaga hubungan baik dengan dikarenakan media merupakan stakeholder fans dan penonton adalah melalui event-event relations dari PT. DBL Indonesia, sehingga yang masih berkaitan dengan liga NBL tidak
menjadi
prioritas
utama
dalam
Indonesia 2013-2014, yaitu NBL Snapshot menjalankan strategi-strategi PR di liga NBL dan NBL Berbagi.
Indonesia 2013-2014. Selain itu, hal tersebut
Pembahasan
selanjutnya
adalah dikarenakan PT. DBL Indonesia merupakan
mengenai stakeholder sekunder dari liga perusahaan di bawah kepemilikian media NBL
Indonesia
2013-2014.
Stakeholder besar yaitu Jawa Pos Grup. Jawa Pos Grup
sekunder ada dua yaitu media dan karyawan memiliki beberapa media, baik media cetak
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 78
dan tim outsourcing. Cara menjalin dan
maupun elektronik di Indonesia. Hal ini.
membuat liga NBL Indonesia 2013-2014 dan informasi di Twitter daripada di Facebook. PT. DBL Indonesia dimuat dan diberitakan di Hal tersebut karena saat ini orang-orang lebih media-media milik Jawa Pos Grup. Sehingga memilih mengakses Twitter, sehingga untuk peliputan tentang liga NBL Indonesia dari melakukan strategi PR Online akan lebih media lain tidak menjadi prioritas utama dari efektif dengan menggunakan Twitter (Putri, PT. DBL Indonesia karena sudah ada RP 2012, PR PT. DBL Indonesia, 16 peliputan tentang liga NBL Indonesia 2013- January). 2014 melalui beberapa media milik Jawa Pos Publikasi dalam liga NBL Indonesia 2013Grup.
2014 Penelitian
PR Online dalam Liga NBL Indonesia
melihat
bagaimana
publikasi liga NBL Indonesia 2011 –2012
2013-2014 PT.
ini
DBL
Indonesia
melakukan yang dilakukan oleh PT. DBL Indonesia.
aktivitas PR online dengan menggunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. social media yang dimiliki oleh perusahaan DBL
Indonesia
melakukan
aktivitas
untuk memperkenalkan maupun mengupdate publikasi melalui media, baik media cetak, informasi mengenai liga NBL Indonesia elektronik, hingga social media. Publikasi 2013-2014. Aktivitas PR online selama ini melalui media yang dilakukan oleh PT. DBL yang
dilakukan
berfokus
pada
Twitter Indonesia
@nblindonesia.
hanya
berfokus
pada
media
partnership dari liga NBL Indonesia dan
PT. DBL Indonesia memiliki social media sosial yang dimiliki perusahaan. media yang berkaitan dengan liga NBL KESIMPULAN Indonesia, yaitu akun Twitter @nblindonesia,
Berdasarkan temuan dan analisis data,
dan Facebook NBL Indonesia. Selain itu, PT. kesimpulan yang dapat diambil adalah PT. DBL Indonesia juga memiliki website DBL Indonesia menerapkan strategi PR tentang liga NBL Indonesia, yaitu dalam liga NBL Indonesia 2013-2014 yang www.nblindonesia.com.
didasari tujuan dan objective. Strategi PR liga
Divisi Public and Media Relations NBL Indonesia 2013-2014 diterapkan (PMR) bagian online bertugas mengupdate melalui media relations, marketing support, pemberitaan mengenai liga NBL Indonesia promotional and publicity work, sponsorship, 2013-2014 di media cetak Jawa Pos Group websites management, dan fan relationships. berdasarkan timeline pemberitaan yang telah Stakeholder relations PT. DBL dibuat. Berdasarkan hasil observasi peneliti, Indonesia membagi stakeholder menjadi Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 79
divisi PMR lebih aktif untuk mengupdate
primer (tim, sponsor, dan fans atau penonton)
dan sekunder (media dan karyawan atau tim dengan target audience dari liga NBL outsourcing), yang berpengaruh terhadap Indonesia. Strategi PR yang keempat adalah skala prioritas yang diterapkan perusahaan publikasi melalui media, baik media cetak, dalam
menjalin
hubungan
dengan elektronik, hingga social media. Namun
stakeholder tersebut. Skala prioritas tersebut aktivitas publikasi tersebut hanya berfokus dibuat berdasarkan pengaruh yang diberikan pada media partnership dari liga NBL oleh stakeholder kepada liga NBL Indonesia Indonesia dan media sosial yang dimiliki 2013-2014 dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. dan objective yang telah sitentukan. Media
relations
fokus
Selain itu, penerapan strategi PR dalam tersebut tidak hanya memperkenalkan atau
penyelenggaraan konferensi pers liga NBL mencitrakan liga NBL Indonesia 2013-2014, Indonesia 2013-2014, yaitu melakukan media melainkan
juga
memperkenalkan
dan
invitations, media alert, hingga menjalin mencitrakan PT. DBL Indonesia. Hal ini komunikasi
dengan
rekan-rekan
media. dikarenakan liga NBL Indonesia 2013-2014
Media merupakan stakeholder sekunder dari merupakan bagian dari PT. DBL Indonesia. PT. DBL Indonesia, sehingga fokus strategi Sehingga penerapan strategi PR dalam liga media relations hanya pada penyelenggaraan tersebut berkaitan dengan strategi PR bagi konferensi pers. Temuan tersebut secara tidak perusahaan. Kesimpulannya strategi PR liga langsung menunjukkan bahwa PT. DBL NBL Indonesia 2013-2014 saling mendukung Indonesia tidak fokus pada peliputan media dengan strategi PR PT. DBL Indonesia. mengenai liga NBL Indonesia. Hal tersebut
Berdasarkan hasil penelitian yang
dikarenakan PT. DBL Indonesia merupakan telah dilakukan, strategi PR liga NBL perusahaan di bawah kepemilikan Jawa Pos Indonesia 2013-2014 juga berkaitan dengan Grup. Sehingga liga NBL Indonesia 2013- penerapan strategi PR dalam PT. DBL 2014 akan dimuat dan diberitakan oleh Indonesia. Maka penelitian selanjutnya dapat media-media milik Jawa Pos Grup di seluruh dikembangkan Indonesia.
menjadi
penelitian
yang
menghubungkan antara strategi PR dalam
Strategi PR selanjutnya adalah PR event dengan strategi PR perusahaan. Online melalui social media perusahaan. Aktivitas PR online yang dilakukan selama ini berfokus pada Twitter @nblindonesia, karena Twitter memiliki kemampuan menarik
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 80
audience yang mayoritas anak muda sesuai DAFTAR PUSTAKA Bappenas 2007, Kajian pengembangan industri budaya dan olahraga dalam mendukung pembangunanpariwisata, accessed 4 April 2012, Available at: http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/10490/. DBL Indonesia 2012, Penonton terbanyak sejarah basket professional, accessed 4 April 2012, Available at: http://www.deteksibasketball.com/index.php?act=newsdetail&no=7384. L’etang, J. 2006, ‘Public relations and sport in promotional culture’, PR and Sport, pp. 386394. Lattimore, D., Heiman, O.B.S.T. & Toth, E.L. 2010, Public Relations Profesi dan Praktik, Salemba Humanika, Jakarta. NBL Indonesia 2011, Hampir tembus sepuluh ribu orang, accessed 17 March 2012, Available at: http://www.nblindonesia.com/v1/index08.php?page=newsdetail &id=1252. Ruslan, R. 2002, Manajemen Public Relations dan Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta.
Phederal Vol. 8. No 1. Mei 2014
Page 81