Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
i
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
Jurnal
Sosio-Humaniora PENANGGUNG JAWAB Kepala LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Ketua Umum : Dr. Ir. Ch. Wariyah, M.P. Sekretaris : Awan Santosa, S.E., M.Sc. Dewan Redaksi : Dr. Kamsih Astuti, M.A. Dr. Hermayawati, M.Pd. Penyunting Pelaksana : Tutut Dwi Astuti, S.E., M.Si. Dra. Indra Ratna KW, M.Si. Restu Arini, S.Pd. Sumiyarsih, S.E., M.Si. Pelaksana Administrasi : Zulki Adzani Sidiq Fathoni Hartini
Alamat Redaksi/Sirkulasi : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213 E-Mail :
[email protected] Web : lppm.mercubuana-yogya.ac.id Jurnal yang memuat ringkasan hasil laporan penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian, yang belum pernah dipublikasikan baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal Sosio-Humaniora dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.
ii
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga Jurnal Sosio-Humaniora Volume 5, No. 1, Mei 2014 dapat kami terbitkan. Redaksi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang telah berkenan mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ini, Pada jurnal Sosio-Humaniora edisi Mei 2014 ini, disajikan beberapa hasil penelitian di bidang psikologi diantaranya artikel tentang hubungan antara religiusitas dengan terorisme, konsep pemimpin nasional yang baik, kecenderungan anorexia nervosa
pada model perempuan, prokrastinasi akademik dalam
penyelesaian skripsi, efektivitas terapi Spriritual Emotion Freedom Technique (SEFT) pada remaja residen NAPZA, sistem kebijakan manajemen karir pada suatu hotel di yogyakarta, serta faktor psikologis yang mempengaruhi konsumen Bali pada pembelian kendaraan pribadi. Redaksi menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian artikel dalam jurnal yang kami terbitkan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, agar penerbitan mendatang menjadi semakin baik. Atas perhatian dan partisipasi semua pihak, redaksi mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2014 Redaksi
iii
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1 ini telah direview oleh Mitra Bestari : 1. Awan Santosa, S.E., M.Sc. bidang studi Manajemen 2. Dr. Kamsih Astuti, S.Psi., M.Si. bidang studi Psikologi Masyarakat
iv
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar ........................................................................................... Daftar Mitra Bestari .................................................................................... Daftar Isi...................................................................................................... HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU TEROR PADA NARAPIDANA KASUS TERORISME DI INDONESIA ................................................................................................. Diannitha Phobe Yuliani Pertiwi dan Handrix Chrisharyanto KONSEP PEMIMPIN NASIONAL YANG BAIK: SURVEY PADA MASYARAKAT JAKARTA .......................................................................... Handrix Chrisharyanto, Tia Rahmania dan Fatchiah E Kertamuda PERAN KECENDERUNGAN KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK TERHADAP KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA PADA MODEL PEREMPUAN ..................................................................... Sowanya Ardi Prahara PROKRASTINASI AKADEMIK DALAM PENYELESAIAN SKRIPSI .......... Dyah Ayu Noor Wulan dan Sri Muliati Abdullah
iii iv v
1-22
23-43
44-54
55-74
EFEKTIVITAS TERAPI SPRITUAL EMOTION FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA REMAJA SEBAGAI RESIDEN NAPZA ........................................................................................ 75-101 Metty Verasari SISTEM DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KARIR SDM HOTEL X DI YOGYAKARTA ............................................................................................ 102-116 Mayreyna Nurwardani FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DI BALI DALAM MEMBELI KENDARAAN PRIBADI ...................................................................................................... 117-130 Dewi Puri Astiti PEDOMAN PENULISAN NASKAH .............................................................
131
v
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
KONSEP PEMIMPIN NASIONAL YANG BAIK: SURVEY PADA MASYARAKAT JAKARTA Handrix Chrisharyanto, Tia Rahmania dan Fatchiah E Kertamuda Program Studi Psikologi, Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta, Jl. Gatot Subroto Kav. 97, Mampang Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12790, Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi mengenai konsep pemimpin nasional yang baik pada masyarakat perkotaan di Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 443 responden. Metode yang digunakan berupa survei dengan penggunaan kuisioner terbuka mengenai persepsi pemimpin nasional yang baik menurut masyarakat Jakarta. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan konten analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pemimpin nasional yang baik pada masyarakat digambarkan dalam 9 kategori yaitu ketegasan (24,07%), peduli (19,44%), amanah (16,20%), jujur (12,31%), bijaksana (7,64%), bermoral (6,25%), panutan (5,56%), cerdas (2,31%), berintegritas (1,62%). Kategori-kategori tersebut memberikan pemaknaan bahwa pemimpin nasional yang baik menekankan pada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dibandingkan kecerdasan kognitif. Kata kunci : pemimpin nasional yang baik, masyarakat Jakarta. THE CONCEPT OF NATIONAL GOOD LEADER: SURVEY AMONG URBAN PEOPLE IN JAKARTA ABSTRACT This study identified the concept of national good leader among urban people in Jakarta, Indonesia. Respondents of the study was 443 respondents. The methode used was a survey research with open ended questionare about the perception of good national leader from the people of Jakarta. The data was analyzed with inductive content analysis. The result of this study showed that the concept of national good leader among Jakarta urban people where divided into 9 categories, such as firm (24,07%), care (19,44%), mandate (16,20%), honest (12,50%), wise (7,64%), high moral standards (6,25%), become a model (5,56%), smart (2,31%), integrity (1,62%). Respondent categories suggests that respondents interpret a national good leader with more emphasis on the context of emotional intelligence and spiritual intelligence than cognitive intelligence. Keywords : national good leader, people in Jakarta.
23
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
PENDAHULUAN
ISSN : 2087-1899
menggambarkan
bahwa
krisis
kepemimpinan ini mengarah pada Permasalahan
mengenai
kebutuhan
untuk
mendapatkan
seorang pemimpin nasional sampai
seorang
saat ini masih menjadi perbincangan
memiliki ketegasan, keberanian dan
hangat
diinginkan
bagi
para
kalangan
di
pemimpin
oleh
nasional
rakyat.
yang
Pemimpin
masyarakat. Lebih lanjut, keberadaan
nasional juga seringkali absen tidak
seorang
dalam
bersama
dinamika politik maupun bernegara
peristiwa
tidak jarang menuai pro dan kontra.
banyaknya
pembiaran.
Seorang
komunikasi
antara
pemimpin
idaman
pemimpin
yang
dituntut
rakyat
dalam
peristiwa-
kekerasan
dengan Selain
pemimpin
itu, dan
mampu memberikan kepuasan dan
rakyat dirasa tidak dapat hadir secara
kepercayaan
langsung. Komunikasi terlalu banyak
bagi
masyarakat
dianggap masih menjadi fenomena yang
langka
untuk
dicapai.
terjadi di media. Pernyataan
mengenai
krisis
Permasalahan seperti halnya tersebut
kepemimpinan ini diperkuat dengan
seringkali
adanya
digambarkan
dengan
survei
adanya krisis kepemimpinan di dalam
kepemimpinan
dinamika
Indonesia
bermasyarakat
dan
bernegara di negeri ini. Beberapa
terhadap
presiden
oleh
republik
Lembaga
Survei
Indonesia pada tahun 2013 (Guritno, pernyataan
2013). Berdasar pada hasil survei
mengenai krisis kepemimpinan telah
diketahui
diutarakan oleh para tokoh nasional.
masyarakat terhadap kepemimpinan
Pernyataan tersebut salah satunya
presiden Susilo Bambang Yudhoyono
diungkapkan oleh Anies Baswedan
hanya 35,91%. Hasil ini menurun
(Wibisono,
dibandingkan
2011)
yang
bahwa
kepuasan
dengan hasil
survei
24
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
pada Juni 2011 yang mana kepuasan
memahami penilaian subyektif terkait
masyarakat
pemimpin
nasional
merupakan
kajian
sebesar
Menurunnya pada
tingkat
47,20%.
kepuasan
dasarnya
juga
ini
yang yang
baik
menarik.
akan
Upaya untuk memberikan gambaran
mempengaruhi tingkat kepercayaan
mengenai konsep pemimpin nasional
masyarakat
yang baik tersebut salah satunya
terhadap
keberadaan
seorang pemimpin.
ada
dengan
menggunakan
responden
Pada penjelasan yang sudah
para warga Jakarta. Pemilihan warga
memberikan
Jakarta sebagai responden dalam
pemahaman
bahwasanya keberadaan pemimpin
penelitian
yang
keunikan Jakarta itu sendiri. Kondisi
efektif
sangat
dimungkinkan
ini
terlepas
dari
Jakarta
anggota
keberadaan Jakarta sebagai ibu kota,
pelabelan
tidak
terlepas
dipengaruhi oleh bagaimana para memberikan
ini
tidak
sebagai pemimpin yang baik. Ketika
pusat
para anggota telah memberikan kredit
heterogenitas
positif
ekonomi yang tidak jarang dinamika
akan
karakter
seorang
pemerintahan,
dari
hingga
politik
mengikuti perintah yang sudah dibuat
pemimpin daerah yang ada dijadikan
oleh pemimpinnya. Dengan adanya
sebagai
barometer
pandangan
sebuah pemimpin yang baik tersebut,
mengenai
perpolitikan
di
maka peran pemimpin yang efektif
nasional
untuk
menggunakan
diinginkan
bersama
tujuan akan
yang dengan
mudah dijalankan. Mendasarkan
(Afrido,
pemilihan
2013).
tingkat Dengan
barometer
pada
masyarakat Jakarta sedikit lebihnya dapat
pemaparan
satunya
pusat
pemimpin maka secara otomatis akan
mencapai
salah
etnis,
pusat
mengenai
memberikan bagaimanakah
gambaran persepsi
yang sudah ada, maka usaha didalam
25
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
secara nasional mengenai pemimpin nasional yang baik.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian
MATERI DAN METODE
surveI yang
merupakan
tergolong
dalam
desain penelitian yang berorientasi kuantitatif (Kerlinger & Lee, 2000).
Partisipan:
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam
Subjek dalam penelitian ini berjumlah
432
responden
yang
penelitian tujuan
survei,
untuk
peneliti
memiliki
melakukan
penilaian
merupakan warga Jakarta yang terdiri
mengenai suatu karakteristik tertentu
dari 268 responden laki-laki dan 164
dari
responden
Usia
menggunakan pendekatan sampel.
ini
Penggunaan sampel ini dilakukan
responden berkisar
perempuan. dalam
17-61
populasi
karena
dalam
populasi dirasa terlalu besar dan sulit
penelitian ini terdiri dari tidak sekolah
untuk melibatkan di dalam penelitian
(2
(34
secara
(28
menggunakan
kuisioner
sebagai
pengumpul
responden
responden),
lulusan
responden),
lulusan
responden),
lulusan
SD
SMP SMA
(273
kuantitas
dengan
tahun.
Pendidikan
antara
penelitian
suatu
subjek
dalam
menyeluruh.
alat
terbuka data.
responden),
lulusan
D1
(1
Penelitian
responden),
lulusan
D3
(7
Pertanyaan
responden),
lulusan
S1
(73
berupa
responden),
lulusan
S2
(10
mengenai seorang pemimpin nasional
(4
yang baik di Indonesia. Pertanyaan
responden)
dan
lulusan
S3
survei
yang
kuisioner pandangan
merupakan terbuka
ini
responden
responden).
terbuka dibangun atas pertanyaan
Metode Penelitian, alat pengumpul
bagaimanakah
data, sampling dan analisis data:
dapat dikatakan sebagai pemimpin
seorang
pemimpin
26
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
nasional
yang
baik?.
Cara
pengambilan sampel yang digunakan
ISSN : 2087-1899
dengan
pertanyaan
yang
telah
diajukan (Webber, 1990).
dalam hal ini adalah convenience
Elo
dan
Kyngäs
(2008)
sampling. Onwuegbuzie dan Collins
menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam
(2007) menjelaskan bahwa metode
analisis konten induktif ini peneliti
pengambilan
sampel
secara
tidak
convenience
merupakan
metode
pengambilan random.
sampel
Pengambilan
secara sampel
mengarahkan
pada
upaya
pembuktian teori yang sudah ada
non
berdasar pada hasil yang diperoleh.
ini
Peneliti dalam hal ini membangun
terkait dengan kerelaan dan kesedian
kesimpulan
responden
jawaban yang diberikan oleh para
untuk
menjadi
sampel
dalam penelitian.
responden.
Setelah data penelitian telah terkumpul
maka
jawaban
berdasarkan
Dalam
pada
penggunaan
analisis konten yang bersifat induktif
yang
ini merupakan upaya peneliti untuk
berdasarkan pada kuisioner terbuka
menganalisis data melalui 3 tahap
ini dianalisis dengan menggunakan
yaitu
analisis konten yang bersifat induktif.
kategorisasi dan membuat abstraksi.
Analisis konten ini merupakan salah
Pada proses open coding peneliti
satu analisis yang dapat digunakan di
memberikan
dalam penelitian yang menggunakan
tertentu pada jawaban responden
pertanyaan terbuka (Berelson dalam
yang merupakan proses pengkodean
Webber, 1990). Analisis ini nantinya
terhadap jawaban responden. Setelah
menghasilkan
peneliti
melakukan
respon berdasar pada proses koding
terhadap
jawaban
terhadap
jawaban
peneliti memasuki proses pembuatan
diberikan
oleh
kategori-kategori
bebas
yang
responden
terkait
open
coding,
satu
kategori-kategori
membuat
catatan-catatan
pengkodean
tersebut,
atas
maka
jawaban
27
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
responden. yang
ditemukan
merupakan masih
Kategori-kategori oleh
peneliti
kategori-kategori
bersifat
awal
bebas
ISSN : 2087-1899
yang ada pada kategori-kategori yang sebelumnya
sudah
di
dapatkan.
yang
Setelah tahap kategorisasi ini, maka
tanpa
peneliti melakukan proses abstraksi.
pengelompokan. Setelah proses open
Pada
tahap
abstraksi
coding tersebut maka peneliti akan
membuat suatu formulasi akhir yang
melakukan tahap kategorisasi. Pada
mendasarkan
tahap kategorisasi ini peneliti akan
kategorisasi yang telah dilakukan.
mengelompokkan
kategori-kategori
Dalam formulasi akhir ini peneliti
yang bebas tersebut menjadi kategori
membuat suatu deskripsi umum yang
yang memiliki tema yang lebih besar.
merupakan
Pengelompokan
kategori-kategori
model maupun konsep dari kategori-
yang lebih besar ini mendasarkan
kategori yang sudah di dapatkan.
pada
hasil
peneliti
proses
penggambaran
pada persamaan maupun perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil:
Gambar 1. Hasil kategori utama karakter pemimpin nasional yang baik.
28
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
Berdasarkan
hasil
Kategori keenam berkaitan dengan
analisis terhadap jawaban responden,
pribadi yang memiliki standar moral
terlihat bahwa ketegasan berada pada
yang
posisi paling tinggi sebagai salah satu
sebesar
ciri pemimpin yang baik yaitu sebesar
berupa individu yang dapat dijadikan
24,07%. Untuk kategori selanjutnya,
panutan dengan persentase sebesar
seorang pemimpin yang baik haruslah
5,56%.
peduli
seorang pemimpin yang baik adalah
dengan
sebesar
19,44%.
pada
ISSN : 2087-1899
nilai
persentase
Kategori
ketiga
tinggi
dengan
6,25%.
Kategori
Kategori
memiliki
persentase ketujuh
kedelapan
kecerdasan
untuk
dengan
didalam kriteria seorang pemimpin
persentase sebesar 2,31%. Untuk
yang baik adalah amanah dengan
kategori
persentase sebesar 16,20%. Kategori
pemimpin yang baik terkait dengan
keempat digambarkan dengan pribadi
integritas dengan persentase sebesar
yang
dikatakan
1,62%. Dua kategori yang tidak terkait
sebagai pemimpin yang baik dengan
dengan gambaran pemimpin yang
persentase sebesar 12,50%. Untuk
baik
kategori
kriteria
responden
tidak
pemimpin yang baik adalah bijaksana
pertanyaan
dan
dengan persentase sebesar 7,64%.
pertanyaan)
jujur
untuk
kelima
bisa
didalam
terakhir
adalah
untuk
others sesuai
menjadi
(jawaban dengan
tidak
menjawab
sebesar
4,40%.
29
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
Tabel 1. Subkategori pembangun 9 kategori utama. Kategori Tegas Tegas Berwibawa Peduli Peduli Rela berkorban Mensejahterakan Tidak mementingkan golongan Tidak mementingkan diri sendiri Amanah Amanah Bertanggung jawab Menepati janji Tidak korupsi Jujur Jujur Bijaksana Bijaksana Menentukan secara tepat Pandai bersikap Bermoral Bermoral Taat beragama Akhlak baik Sesuai norma Panutan Panutan Memberi contoh Suri tauladan Cerdas Cerdas Berwawasan luas Mengerti akan masalah Integritas Integritas Membuktikan perkataan Perkataan dan perbuatan sejalan Others Tidak relevan Blank
Total 104 (24.07)2 91 (21.06) 13 (3.01) 84 (19.44) 72 (16.66) 8 (1.85) 2 (0.47) 1 (0.23) 1 (0.23) 70 (16.20) 33 (7.63) 30 (6.94) 4 (0.93) 3 (0.70) 54 (12.50) 54 (12.50) 33 (7.64) 31 (7.18) 1 (0.23) 1 (0.23) 27 (6.25) 23 (5.32) 2 (0.47) 1 (0.23) 1 (0.23) 24 (5.56) 20 (4.64) 2 (0.46) 2 (0.46) 10 (2.31) 8 (1.85) 1 (0.23) 1 (0.23) 7 (1.62) 5 (1.16) 1 (0.23) 1 (0.23) 19 (4.40) 14 (3.02) 5 (1.51)
Total
432 (100)
Pada
Tabel
1
di
atas
memberikan penggambaran bahwa 9
1
kategori utama tersebut dibentuk oleh subkategori
yang
dikelompokkan
30
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
berdasarkan
pada
kesamaan-
ISSN : 2087-1899
dan suri tauladan (0,46%). Pada
kesamaan yang dimiliki. Pada kategori
kategori
utama
dibangun atas subkategori cerdas
berupa
dibangun
atas
tegas
(24,07%)
subkategori
utama
berupa
cerdas
tegas
(1,85%), berwawasan luas (0,23%)
(21,06%) dan berwibawa (3,01%).
dan mengerti akan masalah (0,23%).
Pada kategori utama berupa peduli
Pada kategori utama berupa integritas
(19,44%) dibangun atas subkategori
(1,62%) dibangun atas subkategori
peduli
integritas
(16,66%),
rela
berkorban
(1,16%),
membuktikan
(1,85%), mensejahterakan (0,47%),
perkataan (0,23%), perkataan dan
tidak
perbuatan
mementingkan
golongan
sejalan
(0,23%).
Pada
(0,23%) dan tidak mementingkan diri
kategori others (4,40%) dalam hal ini
sendiri (0,23%). Pada kategori utama
terdiri dari subkategori tidak relevan
berupa jujur (12,50%) dibangun atas
(3,02%) dan blank (1,51%).
subkategori kategori
jujur
utama
(12,50%). berupa
Pada
bijaksana
Pembahasan
dibangun atas subkategori bijaksana
Berdasarkan
pada
hasil
(7,18%), menentukan secara tepat
penelitian yang ada maka pemimpin
(0,23%) dan pandai bersikap (0,23%).
nasional yang baik menurut para
Pada kategori utama berupa bermoral
responden haruslah memiliki 9 ciri
(5,32%) dibangun atas subkategori
yaitu tegas (24,07%), peduli (19,44%),
bermoral
amanah
(5,32%),
taat
beragama
(16,20%),
jujur
(12,50),
(0,47%), akhlak baik (0,23%) dan
bijaksana (7,64%), bermoral (6,25%),
sesuai norma (0,23%). Pada kategori
panutan (5,56%), cerdas (2,31%),
utama
(5,56%)
integritas (1,62%). 9 ciri pemimpin
dibangun atas subkategori panutan
yang baik tersebut menurut para ahli
(4,64%), memberi contoh (0,46%0
digambarkan sebagai berikut:
berupa
panutan
31
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
Ketegasan
ISSN : 2087-1899
tergambarkan
Ketegasan merupakan salah
responden
dari salah
jawaban
satunya
yaitu
satu kriteria yang harus dimiliki oleh
“pemimpin yang berani tegas kepada
seorang pemimpin. Hal ini dijelaskan
seseorang
oleh
koruptor”.
Suggerman,
Scullard
dan
yang
bersalah
seperti
Wilhelm (2011) bahwa ketegasan ini sangat
erat
kaitannya
penggambaran
dengan
kepercayaan
Peduli
diri
Perhatian merupakan kriteria
seorang pemimpin. Pemimpin yang
yang harus dimiliki oleh seorang
tegas
pemimpin. Menurut Saros, Coper dan
dipersepsikan
memiliki
kepercayaan diri yang baik. Kondisi ini
Santora
juga
terhadap
menjadi salah satu karakter yang
bagaimana para pengikutnya melihat
wajib dimiliki oleh seorang pemimpin
kemampuan
dan nyata diimplementasikan dalam
berpengaruh
seorang
pemimpin
(2005)
bentuk
terhadap satu permasalahan. Ketika
digambarkan
seorang pemimpin dirasa memiliki
memperhatikan kesejahteraan yang
gambaran ketegasan yang rendah,
ada pada anggotanya dalam hal ini
dapat memberikan penilaian adanya
pemimpin harus memiliki peran di
ketidakmampuan seorang pemimpin
dalamnya. Lebih lanjut, Dirks dan
untuk
Ferrin (2002) menjelaskan bahwa
Dinamika
permasalahan.
tersebut
Perhatian
harus
didalam mengambil suatu keputusan
mengatasi
perilaku.
kepedulian
dengan
ini selalu
dalam
berdasarkan pada prinsip pertukaran
perkembangannya dapat memberikan
sosial masalah perhatian ini pada
pengaruh pada kondisi kepercayaan
dasarnya akan mempengaruhi proses
anggota terhadap seorang pemimpin.
hubungan saling timbal balik antara
Gambaran
pemimpin dan bawahan. Ketika para
mengenai
ketegasan
32
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
pemimpin dirasa sudah memberikan
amanah
bentuk
para
pribadi yang berusaha melakukan
anggota maka akan muncul perilaku
pemenuhan tugasnya sesuai dengan
timbal balik yang seharusnya berupa
perannya. Adanya pemenuhan akan
pemenuhan tugas hingga mengikuti
tanggung jawab terkait janji yang
perintah dari pemimpinnya. Dinamika
sudah dimunculkan maupun atas apa
tersebut
yang
perhatian
pada
membentuk
kepada
dasarnya
akan
kepercayaan
anggota
tersebut
menjadi komitmennya maka
pribadi
tersebut
kepada seorang pemimpin. Gambaran
(Solomon
mengenai
Gambaran
kategori
tergambarkan
peduli
dari
responden
salah
“pemimpin merasakan
jawaban
mengarahkan
dan
akan
dipercaya
Flores,
mengenai
2001). kategori
amanah tergambarkan dari jawaban
satunya
yaitu
responden
salah
satunya
yaitu
yang
merakyat,
mau
“pemimpin
yang
amanah
dan
apa
yang
dirasakan
bertanggung jawab”.
rakyat, dekat dengan rakyat”. Jujur Amanah
Kejujuran merupakan salah
Amanah
pada
dasarnya
satu karakter yang dipertimbangkan
mengarah pada suatu konteks titipan.
untuk bisa diberikan penilaian apakah
Supriadi
2010)
pemimpin tersebut dapat dipercaya
keberadaan
maupun tidak. Kejujuran dalam suatu
(Handoyo,
menjelaskan
bahwa
seseorang pemimpin yang amanah
kepemimpinan
diarahkan
dan Locke (1991), terkait dengan tidak
pada
suatu
bentuk
menurut
tanggung jawab seorang pemimpin
adanya
yang harus dilakukan secara baik dan
penipuan. Pemimpin yang sukses
benar.
merupakan pemimpin yang terbuka
Kondisi
pemimpin
yang
kebohongan
Kirkpatrick
maupun
33
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
dengan para pengikutnya tetapi juga
menyenangkan
dapat
tidak
Gambaran mengenai kategori jujur
atau
tergambarkan
secara
melanggar
bijak
serta
kepercayaan
bagi
pengikutnya.
dari
sembarangan membocorkan informasi
responden
yang
“pemimpin yang jujur akhlaknya”.
memiliki
potensi
salah
jawaban
satunya
yaitu
membahayakan. Kouzes & Posner (Kirkpatrick
dan
menjabarkan kejujuran
1991)
lanjut
bahwa
Keberadaan pemimpin yang
pemimpin
bijaksana menjadi salah satu hal yang
lebih
bagi
Bijak
Locke,
seorang
merupakan hal yang sangat penting.
harus
Kondisi kejujuran ini sangat
erat
Sternberg (2007), kebijaksanaan ini
kaitannya untuk bisa menguatkan
pada dasarnya tidak terlepas dari
kepercayaan pada pengikutnya. Tidak
suatu kosep kearifan. Pemimpin yang
jarang
bijaksana memiliki keterampilan yang
kejujuran
ini
juga
diperhatikan.
menggambarkan bagaimana integritas
baik
yang dimiliki oleh seorang pemimpin
kepentingan seluruh elemen termasuk
sehingga akan mempengaruhi para
kepentingan diri sendiri, para pengikut
pengikutnya
maupun
didalam
menjalankan
didalam
Menurut
menyeimbangkan
organisasi
itu
sendiri.
perintahnya. Selain kondisi tersebut,
Pemimpin
yang
Gabbaro
Locke,
menyadari
bahwa
bahwa
keselarasan akan kepentingan antara
pemimpin
organisasinya dengan organisasi lain
1991)
(Kirkpatrick
dan
menggambarkan
kejujuran
bagi
seorang
perlu
adanya
di
bagi
mendasarkan pada bahwasanya antar
pengikutnya
walaupun
kebijakan seorang pemimpin dirasa
organisasi
tidak
membutuhkan.
sejalan
atau
tidak
Hal
juga
kadangkala dapat menjadi nilai positif para
sekitarnya.
bijaksana
dipastikan
akan
Pemimpin
tersebut
saling yang
34
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
bijaksana juga mampu menyadari
melihat dinamika interaksi dengan
akan
kebijakan-kebijakannya
orang lain sebagai cara mendasar
tepat
baik
maupun
untuk
dalam
jangka
pendek
untuk
berperilaku.
Ketiga,
tingkat
panjang.
postconventional yang mengarahkan
Gambaran mengenai kategori bijak
pada prinsip-prinsip universal didalam
tergambarkan
membuat
keputusan.
Gambaran
mengenai
kategori
bermoral
dari
jawaban
responden
jangka
yang
dari salah
jawaban
satunya
yaitu
“pemimpin yang arif dan bijaksana”.
tergambarkan responden
satunya
yaitu
“pemimpin yang bermoral dan hanya
Bermoral Menurut De Hoog & Den Hartog
salah
(2008)
moralitas
takut kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
pada
dasarnya terkait dengan keberadaan
Menjadi panutan
konteks etika kepemimpinan. Turner,
Keberadaan
Barling, Epitropaki, Butcher, & Milder
sebagai
(2002)
bahwa
mengarahkan pada sosok panutan.
keberadaan moralitas salah satunya
Menurut Faturochman (1992) pada
tidak terlepas dari konsep tingkatan
dasarnya menjadi seorang pemimpin
penalaran moral menurut Kohlberg.
akan selalu disorot dan diuji untuk
Pertama, tingkat preconventional yang
menjadi
mengarahkan
untuk
mendasarkan pada konsep belajar
menghindari hukuman dan biasanya
sosial keteladanan diarahkan pada
mengarah pada kepentingan pribadi.
posisi pemimpin yang harus bisa
Kedua,
menjadi pusat perhatian yang bernilai
menjelaskan
ketaatan
tingkat
menjadikan
conventional
hukum
serta
yang aturan
sebagai pembimbing perilaku dan
positif
model
pemimpin
teladan.
dan
dalam
Lebih
menarik.
hal
ini
lanjut,
Keberadaan
keteladanan seorang pemimpin dalam
35
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
realitasnya tidak hanya mengarah
diperlukan bagi seorang pemimpin.
pada pencapaian hanya agar para
Dengan adanya kecerdasan yang baik
anggota
dari
ini maka akan mendukung didalam
Keteladan
kemampuan seorang pemimpin untuk
seorang pemimpin dalam puncaknya
bisa berpikir dan merespon dengan
akan
cepat segala sesuatunya. Selain hal
mengikuti
seorang
perintah
pemimpin.
menjadikan
melakukan
para
anggota
identifikasi
bahwa
tersebut,
keberadaan
seorang
pemimpinnya merupakan pribadi yang
pemimpin merupakan seorang pribadi
menjadi modelnya. Dengan adanya
yang
keteladanan
yang
akan
maupun mencari informasi lebih baik
menjadikan
para
anggotanya
dibanding individu pada umumnya
baik,
harus
mampu
menyerap
memberikan dukungan yang mutlak
sehingga kecerdasan yang
terhadap
yang
rata-rata sangat dibutuhkan untuk
dikeluarkan oleh seorang pemimpin.
dapat menjalankan fungsinya sebagai
Gambaran mengenai kategori menjadi
seorang
teladan tergambarkan dari jawaban
mengenai
responden
tergambarkan
segala
salah
kebijakan
satunya
yaitu
pemimpin.
diatas
Gambaran
kategori
cerdas
dari
jawaban
“pemimpin yang bisa dijadikan suri
responden
tauladan bagi bawahannya”.
“pemimpin yang cerdas, tidak banyak
salah
satunya
yaitu
bicara”. Cerdas Pemimpin
yang
cerdas
merupakan salah satu modal yang
Integritas Keberadaan
integritas
harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
merupakan salah satu perihal yang
Keberadaan kecerdasan ini menurut
berpengaruh pada dinamika seorang
Vaughan dan Hogg (2011) sangat
pemimpin.
Integritas
ini
secara
36
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
sederhana
seringkali
digambarkan
ISSN : 2087-1899
responden
salah
satunya
yaitu
dengan adanya keselarasan antara
“pemimpin yang memiliki integritas
perkataan dan perbuatan seorang
tinggi”.
pemimpin. Apa yang sudah dijanjikan
Keberadaan 9 ciri pemimpin
akan menjadi realitas yang akan
tersebut pada dasarnya memberikan
dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
pemahaman bahwa para responden
Keberadaan pemimpin yang mampu
dalam penelitian ini lebih menekankan
menepati
pada
janjinya
memberikan
kecerdasan
emosional
gambaran seorang pemimpin yang
kecerdasan
memiliki komitmen yang baik (Walker
mendapatkan label pemimpin yang
&
Pagano,
integritas
spiritual
dan untuk
2005).
Keberadaan
baik dibandingkan pada kecerdasan
didalam
dinamika
kognitif. Keberadaan akan kecerdasan
kepemimpinan
dijelaskan
oleh
kognitif/intelektual,
kecerdasan
Kirkpatrick dan Locke (1991) juga
emosional dan kecerdasan spiritual
berkaitan
dengan
merupakan konsep kecerdasan yang
karakter
maupun
adanya suatu
sebuah pendirian
berkembang
seiring
dengan
seorang pemimpin yang arahnya tidak
perkembangan keilmuan di bidang
akan melakukan pelanggaran secara
psikologi. Seperti halnya dijelaskan
etik maupun prinsip yang seharusnya.
oleh
Keberadaan integritas yang baik dari
bahwa
seorang pemimpin pada dasarnya
kecerdasan
akan
bagaimana
berkembang pada awal abad kedua
seorang
pengikut
puluh. Kecerdasan intelektual atau
pemimpinnya.
Gambaran
yang biasa disebut dengan rasional
kategori
integritas
merupakan bentuk kecerdasan terkait
dari
jawaban
mempengaruhi
kepercayaan terhadap mengenai tergambarkan
Zohar
dengan
dan
Marshall
perkembangan kognitif
pemecahan
(2000) konsep sudah
permasalahan
37
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
yang bersifat logika dan strategis.
terhadap permasalahan yang ada
Para psikolog dalam hal ini telah
dalam
banyak menyusun berbagai alat tes
hubungannya dengan orang lain.
untuk mengukur kecerdasan individu
Perkembangan
diri
yang kemudian muncul adanya istilah
keberadaan
IQ (intelligence quotient).
dalam
Pada
ranah
konsep
sendiri
maupun
selanjutnya,
kecerdasan
spiritual
hal ini merupakan bentuk
kecerdasan
ketiga
yang
mulai
kecerdasan emosional, di kalangan
berkembang pada akhir abad kedua
psikologi
puluh
Daniel
lebih
dipopulerkan
Goleman
dalam
oleh
(Zohar
&Marshall,
2000).
bukunya
Kecerdasan spiritual menurut Zohar
Emotional Intelligence and Working
dan Marshall (2000) dimaksudkan
with
pada
Emotional
Intelligence
kecerdasan
yang
berfungsi
menghadapi
serta
(Ruderman, Hannum, Leslie & Steed,
didalam
2001). Kecerdasan emosi dalam hal
memberikan
ini
yang
permasalahan yang terkait dengan
bersifat non kognitif yang membantu
makna dan nilai. Kecerdasan spiritual
orang
dengan
ini menempatkan perilaku dan hidup
semua aspek kehidupan. Kemampuan
individu dalam konteks makna yang
dalam
emosional
lebih luas serta sebagai kecerdasan
empat
yang digunakan untuk menilai bahwa
kompetensi dasar yaitu kesadaran
tindakan atau hidup seseorang lebih
diri, kesadaran sosial, manajemen diri
bermakna atau tidak dibandingkan
dan
dengan yang lain.
merupakan
untuk
kemampuan
beradaptasi
kecerdasan
memfokuskan
ketrampilan
pada
sosial
yang
pemecahan
mempengaruhi didalam penanganan
38
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
Gambar 2. Persepsi kecerdasan yang harus dimiliki seorang pemimpin dengan karakter yang baik
KESIMPULAN
secara kognitif. Persepsi mengenai karakter pemimpin yang baik terkait
Berdasar penelitian seorang
pada
hasil
menunjukkan pemimpin
yang
bahwa memiliki
dengan
kemampuan
seorang
pemimpin yang mendasarkan pada kecerdasan
emosional
kriteria baik bagi para responden
63,19%
dibangun atas 9 kategori yaitu tegas
kepedulian, kejujuran, panutan dan
(24,07%), peduli (19,44%), amanah
integritas. Persepsi mengenai karakter
(16,20%),
bijaksana
pemimpin yang baik terkait dengan
(7,64%), bermoral (6,25%), panutan
kecerdasan spiritual sebesar 30,09%
(5,56%), cerdas (2,31%), integritas
yaitu
(1,62%).
bijaksana
tersebut
jujur
(12,50),
Keberadaan memberikan
kategori gambaran
yaitu
sebesar
berupa dan
berupa
ketegasan,
karakter
amanah,
bermoral.
Persepsi
mengenai karakter pemimpin yang
bahwasanya pemimpin yang baik bagi
baik
para
kognitif sebesar 2,31% yaitu berupa
responden
diarahkan
cenderung
pada
lebih
konteks
terkait
dengan
kecerdasan
karakter cerdas.
penggambaran kecerdasan emosional dan spiritual dibandingkan kecerdasan
39
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
DAFTAR PUSTAKA
ISSN : 2087-1899
leadership, relationships with leader's social responsibility,
Afrido, R. 2012. Mengapa Pilgub DKI
top
management
team
jadi pusat perhatian?. Dalam
effectiveness
http://news.okezone.com/read/
subordinates'
optimism:
2012/03/22/437/598111/meng
multi-method
study.
apa-pilgub-dki-jadi-pusat-
Leadership Quarterly 19; 297–
perhatian.
(diakses
pada
and A The
311.
tanggal 26 Oktober 2014). Dirks, K. T. and Ferrin, D. L. 2002. Burke, C. S., Sims, D. E., Lazzara, E.
Trust in Leadership: Meta-
H. and Salas, E. 2007. “Trust
Analytic
in leadership: A multi-level
Implications for Research and
review and integration”. The
Practice. Journal of Applied
Leadership Quartely, vol. 18,
Psychology, 2002, 87, 611-
pp. 606-632.
628.
Chemers, M, M. 2001. Leadership
Findings
Elo, S. and Kyngäs, H. 2008. “The
Effectiveness: An Integrative
qualitative
Review. (eds: Michael A. Hogg
process”. Journal of Advanced
and R. Scott Tindale Blackwell
Nursing, vol. 62 (1), pp. 107-
Handbook
115.
of
Social
Psychology:
Group
Processes).
Blackwell
Publishers Inc: USA.
Faturcohman.
content
1992.
J.
D.
2011.
Emotional
intelligence and its role in collaboration.
analysis
Keteladanan
Pemimpin Analisis Psikologi (A Psychological
Cox,
and
Analysis
Leadership).
of
Kompas,
September 15, 1992.
Dalam
http://asbbs.org/files/2011/ASB BS2011v1/PDF/C/CoxJ.pdf.
Forsyth, D. L. and Burnette, J. 2010. Group
Processes.
In
Baumiester, R. F & Finkel, E. J De Hoog, A. H. B. and Den Hartog, D. N. 2008. Ethical and despotic
(eds).
Advanced
Psychology:
The
Social State
of
40
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
ISSN : 2087-1899
Science. New York: Oxford
Organization: The Case of
University Press.
Isfahan
Guritno. Y. 2013. LSI: Kepuasan
University.
Interdisciplinary
Journal
Of
Contemporary
Research
In
Masyarakat Pada SBY Turun.
Business, Vol. 3, No. 5, 536-
Dalam
545.
http://news.liputan6.com/read/ 499396/lsi-kepuasan-
Onwuegbuzie, A. J. and Collins, K. M. T. 2007. “A typology of mixed
masyarakat-pada-sby-turun.
methods sampling designs in Pengukuran
social science research”. The
Servant Leadership Sebagai
Qualitative Report, vol. 12 (2),
Alternatif
pp. 281-316.
Handoyo,
S.
2010.
Kepemimpinan
Institusi
Pendidikan
Pada
Masa
Organisasi.
di
Tinggi
Perubahan
Makara,
Ruderman, M. N., Hannum, K., Leslie,
Sosial
J. B. and Steed, J. L. 2001.
Humaniora, vol. 14, no. 2, 130-
Making Connection Leadership
140.
Skills
and
emotional
Intelligence. Kerlinger, F. N. and Lee, H. B. Foundatioan Research:
of
Behavioral
Fourth
https://www.hpsys.com/PDFs/ CCL_EI_Article.pdf.
Edition.
Harcourt, Inc: USA.
Saros, J. C., Cooper, B., and Santora, J. C. 2005. Building character:
Kirkpatrick, S. A. and
Locke, E. A.
A
leadership
1991. Leadership: do traits
Monash
matters?.
Volume 1; Issue 1.
Academy
of
Business
essential. Review;
Management Executive; vol. 5; no. 2.
Sinaga. E. K. 2013. Ini Kata JK Soal Kepemimpinan di Indonesia.
Labbaf,
H.,
Ansari,
M.
A.
and
Dalam
Masoudi, M. 2011. The Impact
http://www.tribunnews.com/na
of the Emotional Intelligence
sional/2013/02/09/ini-kata-jk-
on Dimensions of Learning
41
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
soal-kepemimpinan-di-
ISSN : 2087-1899
Tan, S., Y., M., Chin, S., T., S., Seyal,.
indonesia.
A., H., Yeow, J., A. and Tan, S., K. 2013. The Relationship
Solomon, R. C. and Flores, F. (2001).
between Spitirual Intelligence
Building trust in bussiness,
and
Transformational
politics, relationships and life.
Leadership
New York: Oxford University
Student Leaders. Journal of
Press.
Southeast
Style
Asian
Among
Research,
DOI: 10.5171/2013. 319474. Sternberg, R. J. 2007. A systems model of leadership WICS. Journal
of
American
Turner, N., Barling, J., Epitropaki, O., Butcher, V. and Milder, C.
Psychological Association; Vol.
(2002).
62, No. 1, 34-42.
leadership
Transformational and
moral
reasoning. Journal of Applied Sugerman,
J,.
Scullard,
M.
and
Psychology, 87, 304−311.
Wilhelm, E. (2011). The 8 dimensions
of
leadership:
Vaughan, G. and Hogg, M. (2011).
DiSC strategies for becoming
Introduction
a better leader. Berrett-Koehler
Psychology.
Publishing, San Fransisco.
Prentice Hall.
to 6th
Social ed.
NJ:
Tabatabei, S., A., N. and Zavareh, F.,
Walker, K. and Pagano, B. 2005.
B. 2014. Effect of Spiritual
Transparency: The Clear Path
Intelligence,
to
The
Moral
Leadership
Credibility.
Leadership of The Employee’s
Linkage:
Perspective:
Studi:
http://www.linkageinc.com/thin
Isfahan Univesity Staff and
king/linkageleader/Documents/
Najaf Abad Azad University).
Karen_Walker_%20Barbara_P
Arabian Journal of Business
agano_TRANSPARENCY_Is_t
and Management Review, Vol.
he_Clear_Path_to_Leadership
4, No. 1, 379-389.
_Credibility_0105.pdf.
(Case
Burlington.
Dalam
42
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Mei 2014
Weber, R. P. 1990. Basic Content Analysis
(second
Series Applications
in
edition)-
ISSN : 2087-1899
Terjemahan: Rahmani Astuti, Ahmad
Nadjib
Burhani
&
Quantitative
Ahmad Baiquni. PT. Mizan
the
Pustaka: Bandung.
Social
Sciences. SAGE Publication: USA.
Wibisono,
Lazovic, S. 2012. The Role and
B.
K.
Indonesia
2011. Alami
Kepemimpinan.
Anies: Krisis Dalam
Importance
of
Emotional
Intelligence
in
Knowledge
Management.
http://www.issbs.si/press/ISBN
http://www.antaranews.com/be
/978-961-6813-10-
rita/271538/anies-indonesia-
5/papers/ML12_148.pdf.
alami-krisis
22.
kepemimpinan.
Dalam
20-
(diakses pada tanggal 25 April 2013). Zohar, D. and Marshall, I. 2000.SQ: Kecerdasan
Spiritual,
43