ISSN : 2087-0795
12
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN
wayang beber, karena Bibit Waluya
Bibit Waluya Wibawa yang lebih dikenal dengan sebutan Jra-
terinspirasi dari cerita wayang kulit dan wayang beber.
bang lahir di Bantul, Yogyakarta
Penulis tertarik untuk meng-
pada tanggal 11 Maret 1973. Ia
kaji karya lukis Bibit Waluya, ka-
berasal dari keluarga petani dan
rena pada karya lukisnya dapat
dibesarkan dalam lingkungan pe-
mengamati pesan yang disampai-
desaan di sebuah kampung daerah
kan oleh Bibit Waluya tentang
Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Ibu-
pengalaman dalam kehidupan ma-
nya penjual sayuran, sedangkan
syarakat Jawa, perubahan bentuk
ayahnya seorang petani. (Wawan-
dari figur wayang beber tradisi
cara Bibit Waluya, 3 April 2013).
menjadi
Sejak tahun 1994 disela-sela
sesuai
bentuk karakter
wayang
beber
khasnya,
serta
kuliahnya Bibit Waluya mulai ter-
menggunakan teknik sungging ke
tarik untuk melukis dan serius me-
dalam karya lukisanya. Bentuk-
nekuni seni lukis, karena bakat
bentuk wayang dan teknik sungging
melukis yang sudah digelutinya se-
sudah dikuasai oleh Bibit Waluya
jak kecil. Wayang beber menjadi
semenjak masih kecil.
bahan referensi Bibit Waluya untuk
Penelitian ini guna mengeta-
mengembangkan bakat dan karak-
hui dan memahami sejumlah per-
ternya dalam teknik sungging.
masalahan yang terkait dengan
Bibit Waluya mengusung te-
kajian karya seni lukis Bibit Waluya
ma cultuur=tandur untuk dipakai da
perihal latar belakang budaya Ja-
lam pameran tunggalnya di Bentara
wa, konsep, bentuk, warna dan
Budaya Jakarta tahun 2012. Segala
teknik sungging yang terkandung
pengalamannya tentang tradisi bu-
dalam karya seni lukis Bibit Wa-
daya Jawa telah diungkapkannya
luya. Sehingga diharapkan dapat
ke dalam karya lukisnya. Sehingga,
mengenalkan dan menambah pe-
penulis tertarik untuk mengkaji 13
ngetahuan untuk para generasi
karya lukisannya yang ada di dalam
muda agar memahami peristiwa
katalog pameran tunggal tersebut.
budaya dalam hal kesenian, ke-
Karya-karyanya lebih dominan me-
percayaan, moral, gaya hidup, dan
gunakan simbol-simbol dalam buda
sebagainya. Latar belakang ter-
-ya Jawa dan menggunakan figur
sebut menarik untuk mengkaji se-
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
13
ISSN : 2087-0795
buah penelitian dengan judul, Kar-
dengan karya sebelumnya. Karya
ya Seni Lukis Bibit Waluya Pada
seni lukis Bibit
Pameran Tema Cultuur=Tandur Di
karang lebih menampilkan karak-
Bentara Budaya Jakarta Tahun
teristiknya mengenai latar belakang
2012.
budaya Jawa dan teknik sungging
Hal-hal yang perlu dikaji dalam artikel ini dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
Waluya yang se-
yang digunakan. Warna dalam lukisannya cen-
(1)
derung tidak menekankan pada
Bagaimana bentuk karya seni lukis
background yang berkesan datar.
Bibit Waluya pada pameran tema
Penyusunan bentuk objeknya dila-
cultuur=tandur di Bentara Budaya
kukan secara transisi agar meng-
Jakarta tahun 2012? (2) Bagai-
hasilkan symmetrical balance an-
mana
tara bentuk, warna dan garisnya.
persepsi
pengamat
seni
terhadap karya seni lukis Bibit Wa-
Bibit Waluya terinspirasi dari
luya pada pameran tema cultuur=
karya-karya seni rupa tradisi seperti
tandur di Bentara Budaya Jakarta
cerita dan bentuk visual dalam
tahun 2012?
wayang kulit dan wayang beber.
Pembahasan mengenai este-
Berawal dari bentuk-bentuk wayang
tika seni lukis karya Bibit Waluya
tersebut kemudian dirubah menjadi
menggunakan
teori
karakter wayang beber yang men-
Monroe Beardsley tentang kesatu-
jadi ciri khasnya (Wawancara Bibit
an (unity), kerumitan (complexity),
Waluyo, 27 Desember 2013).
pendekatan
dan kesungguhan (intensity).
Lukisan Bibit Waluya pada umumnya
menggunakan
warna-
warna cerah agar kelihatan aksen PEMBAHASAN
yang terang. Teknik block dan
Bentuk Karya Seni Lukis Bibit Waluya Pada Pameran Cultuur= Tandur di Bentara Budaya Jakar ta Tahun 2013
teknik sungging telah dipadukan dengan sangat halus dan rata. Objek yang dilukis juga telah mengalami perubahan menjadi distorsi
Karya seni lukis Bibit Wa-
dan stilasi baik dari segi warna
luya pada pameran yang bertema
maupun bentuknya. Hal ini, telah di
“Cultuur=tandur”, dapat memberi-
ungkapkan oleh Bibit Waluya se-
kan kesan apresiasi yang berbeda
suai dengan ekspresi emosi es-
14
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
ISSN : 2087-0795
tetisnya.
dari unsur rupa yang saling men-
Berdasarkan dari hasil pengamatan
karya
seni
lukis
dukung. Sedangkan yang menjadi
Bibit
point of interest dalam karya ini
Waluya yang bertema “Cultuur=
adalah dua sosok para bangsawan
tandur”, maka penulis menjelaskan
yang sedang berdiri saling ber-
interpretasi analisis dari 13 karya
hadapan sambil memberi hormat.
seni lukis Bibit Waluya dengan
Teknik
yang
menggunakan
proses
pewarnaan
pendekatan
teori
Monroe Beardsley antara lain :
digunakan
dalam
lukisan
ini
menggunakan teknik blok, teknik arsir dan teknik sungging untuk membuat goresan garis kontur. Gagasan yang diungkapkan oleh Bibit Waluya berkesan elegan dan berani, yaitu dengan membolakbalikkan sikap hormat yang dimiliki oleh budaya Jawa dan budaya Belanda.
Gambar 01 “Tabik”,acrylic on canvas,140 x 190 cm Tahun 2008, Dokumen Bibit Waluya (Copy file oleh Findha, 2013)
Lukisan “Tabik” ini mendeskripsikan tentang dua sosok orang orang
yang
berpakaian
seperti
bangsawan Belanda dan yang satu berpakaian adat Jawa. Bibit Waluya ingin menceritakan banyak hal dalam lukisannya tentang perbedaan kultur kedua orang tersebut dari
Gambar 02 “Cathok Asu”, acrylic on canvas, 140 cm x 190 cm, , 2012 Dokumen Bibit Waluya (Copy File oleh Findha, 2013)
segi cara memberi salam serta pakaian yang dikenakannya. Kesatu-
Lukisan “Cathok Asu” ini me-
an dalam penyusunan karya lukis
rupakan sebutan untuk teknik meng
berjudul “Tabik” ini berdasarkan
angkat karung dengan tangan yang
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
15
ISSN : 2087-0795
saling bertautan. Sistem ini biasa
Lukisan “Bakal Harapan” ini
digunakan oleh para pedagang
menggambarkan tentang sebuah
maupun petani untuk mengangkat
cita-cita seorang suami istri yang
karung
dalam
hidup di pedesaan dengan mata
bentuk postur objeknya dibuat sa-
pencaharian sebagai seorang peta-
ma ukurannya. Warna yang diguna-
ni. Kesederhanaan dalam kehidup-
kan cenderung menggunakan war-
an sangat ditonjolkan dalam lukisan
na hijau agar berkesan suasana
tersebut, karena sejak dari kecil
sejuk. Teknik yang digunakan da-
Bibit Waluya mempunyai keinginan
lam pewarnaannya menggunakan
untuk hidup di desa. Penyusunan
teknik blok, teknik garis untuk
bentuk objek dan warna agar dapat
membuat motif kain sarung dan
menyatu maka dibuat sejajar ukur-
petai, sedangkan teknik sungging
annya dan selaras dalam penyu-
sebagai aksen untuk goresan garis
sunan warnanya.
berat.
Kesatuan
kontur. Gagasan yang diungkapkan
Unsur garis sangat dominan
oleh Bibit Waluya menggambarkan
dalam lukisan tersebut, karena ga-
suasana yang giat bekerja serta
ris merupakan karakter dari karya
kesibukan para petani pada waktu
Bibit
memanen petai.
menggunakan teknik blok dan tek-
Waluya.
Pada
pewarnaan
nik sungging sebagai aksen dalam membuat garis kontur agar warnawarnanya dapat menyatu. Ungkapan gagasan yang ingin disampaikan oleh Bibit Waluya nampak berkesan suasana yang harmonis, ekspresi yang tegas dan sabar.
Gambar 03 “Bakal Harapan”, acrylic on canvas, 150 cm x 200 cm, , 2008 Dokumen Bibit Waluya (Copy File oleh Findha, 2013)
Persepsi Pengamat Seni Terhadap Karya seni Lukis Bibit Waluya Pada Pameran Cultuur= Tandur Di Bentara Budaya Jakarta Tahun 2013 Menurut Soegeng Toekiyo ide atau gagasan karya lukis Bibit Waluya adalah tentang budaya
16
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
ISSN : 2087-0795
Jawa serta simbol-simbol dalam
kosong serta komposisi dalam su-
adat Jawa. Teknik sungging yang
sunan
digunakan mempunyai aturan yang
sangat balance dan mempunyai
berdasarkan atas apa yang tampak
ritme yang simetris.
bentuk-bentuk
obyeknya
pada alam dan rasa. SIMPULAN
Sedangkan menurut Sukirno, sungging
artinya
Jadi,
Berdasarkan temuan peneli-
menggambar dengan teknik yang
tian yang telah diungkapkan pada
dimulai dari gelap ke terang secara
uraian pembahasan maka dapat
berirama supaya benda mendapat
ditarik kesimpulan dalam penelitian
cahaya.
berbeda
ini bahwa Bibit Waluya sebagai
dengan tanggapan Tony Purnomo
seorang pelukis muda yang meng-
bahwa karya lukis Bibit Waluya
ekspresikan
tidak bisa dikatakan dengan meng-
hadap dunia seni rupa sekarang ini,
gunakan teknik sungging. Teknik
dengan mengambil konsep dan
garap dalam karya Bibit Waluya
bentuk dari wayang kulit dan wa-
bisa dikatakan teknik gradasi yang
yang beber.
Akan
gambar.
tetapi,
kegelisahannya
ter-
bebas. Menurut Kunara pada karya
Berdasarkan karya-karya di-
lukisan Bibit Waluya ini mengguna-
pamerkan, tema cultuur=tandur ter-
kan teknik sungging yang bebas,
sebut merupakan pengalaman ke-
karena
gradasi
hidupannya di pedesaan, sehingga
warna seperti yang ada dalam gaya
telah menjadikan identitas budaya
tradisi.
Jawa sebagai tema yang diusung
tidak
Secara
mengikuti
keseluruhan
karya
dalam pameran tunggalnya. Bibit
lukisan Bibit Waluya yang berkaitan
Waluya memberikan kejutan kepa-
dengan tema cultuur=tandur dapat
da masyarakat melalui ungkapan
simpulkan bahwa lukisan Bibit Wa-
ide gagasan dan pemikiran lewat
luya mempunyai ciri khas tersendiri
karyanya dengan sangat menarik.
diantaranya: karakter etnik Jawa
Bibit Waluya juga mengangkat se-
yang sudah menjadi pengalaman
gala
dan melekat dalam aktivitas ke-
Jawa dalam aktivitas kehidupan se-
hidupannya, pada segi pewarnaan
hari-hari.
permasalahan
masyarakat
karyanya yang sengaja dibuat datar
Pada masa sekarang identitas
agar berkesan mempunyai ruang
budaya Jawa sudah semakin diting-
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
17
ISSN : 2087-0795
galkan masyarakat pada umumnya. Hal inilah yang menjadi ke-
annya.
Berkat
dukungan
motivasi dari teman-temanya,
prihatinan Bibit Waluya, sehingga
hirnya
membuat karya lukis untuk meng-
bangkit dari kevakumannya.
angkat kesejahteraan budaya jawa
dan
Bibit
Waluya
Beranjak dari
ak-
berusaha
pengalaman-
yang sudah semakin punah. Lukis-
nya tersebut, maka terwujudlah
an Bibit Waluya banyak member-
suatu pameran tunggal dengan
kan kesan terhadap kritik sosial
tema “Cultuur=tandur” yang diada-
tentang semakin memudarnya tra-
kan di Galeri Bentara Budaya
disi budaya Jawa. Sehingga, pada
Jakarta pada tanggal 10-19 Mei
karya-karya
2012.
lukisannya
banyak
menyeimbangkan tentang adat tradisi.
Berdasarkan dari unsur-unsur seni rupa bahwa seni lukis karya
Perubahan pada gaya dan
Bibit Waluya lebih menonjolkan
bentuk-bentuk visual terjadi pada
karakter
olah
rupa
pada
figur
lukisan yang sekarang. Hal ini,
manusia dari bentuk wayang beber
disebabkan oleh kevakumannya se
tradisi menjadi wayang beber yang
telah dua tahun merasa jenuh
sesuai dengan khasnya. Selain itu
dengan gaya lukisannya. Peng-
Bibit Waluya juga cenderung lebih
alamannya di masa lalu memben-
menekankan pada garis yang men-
tuk maka jati diri yang membuatnya
jadi karakternya dengan mengguna
untuk terus berjuang dengan cara
-kan teknik sungging sebagai teknik
mengasah kemampuannya dengan
garap dalam karyanya dan meng-
cara mengevaluasi karya sebelum-
angkat konsep-konsep yang ber-
nya dan mencari karakternya. Ak-
hubungan dengan budaya Jawa.
hirnya Bibit Waluya menemukan
Warna yang digunakan oleh
bakat terpendamnya yaitu dalam
Bibit Waluya cenderung mengguna-
hal teknik sungging dan karakter
kan warna yang cerah, karena
wayang beber yang sudah dikuasai
warna-warnanya saling berlawanan
-nya semenjak dari kecil.
sehingga Nampak kontras dan ber-
Kemudian Bibit Waluya meng-
kesan datar. Pada bagian back-
gunakan teknik sungging dan ka-
ground sengaja diibuat datar agar
rakter wayangbeber tersebut ke da-
berkesan memliki ruang kosong.
lam proses penciptaan karya lukis-
Menurut
18
Vol. 8, No. 1, Juli 2016
para
pengamat
seni,
ISSN : 2087-0795
karakter Bibit Waluya sangat kuat
wawasan tentang karya lukis yang
dalam figur wayang beber yang
menggunakan teknik sungging.
telah diolah rupa dengan pewarna-
Bibit Waluya juga mempunyai
an menggunakan teknik sungging-
sisi lain tentang talenta yang di-
nya. Hal ini, dapat dilihat dalam
kuasainya, sehingga perlu untuk
goresan unsur garis, warna, bentuk
dikaji mengenai jati dirinya dalam
yang dibuat sesuai dengan naluri-
hal berkesenian. Hal ini bertujuan
nya. Susunan penempatan objek
agar pembaca dapat menyadari
dalam karya seni lukis Bibit Waluya
bahwa indonesia memiliki kebuda-
cenderung berada ditengah dan
yaan yang bisa dibanggakan serta
symmetrical balance. Akan tetapi,
sekiranya dapat melestarikan ke-
warnawarna pada lukisannya nam-
budayaan wayang khususnya wa-
pak kontras dan datar sehingga
yang beber.
berkesan memiliki ruang kosong. Sedangkan, menganalisis karya ten -tang unsur-unsur yang terkandung
*Penulis adalah alumni Prodi, Seni Rupa Murni ISI Surakarta.
dalam lukisan Bibit Waluya perihal unity, complexity, intensity adalah untuk mengetahui masalah kompo-
DAFTAR PUSTAKA
sisi keseimbangan antara obyek dengan background, point of interest, unsur-unsur mengenai goresan garis, warna, bentuk, distorsi, stilasi. Semua itu merupakan ungkapan gagasan tentang rasa yang
Ahmad David Ruasa. Studi Tentang Reorientasi Wayang Beber Hotel Sahid Raya Surakarta. Skripsi ISI Surakarta. 2003. Bagyo Sudaryono. Wayang Beber Wonosari. Wonogiri : Bina Citra Pustaka. 2005.
dituangkan oleh Bibit Waluya terhadap kehidupan mengenai masalah pesan moral kebudayaan Jawa pada khususnya serta masalah sosial politik pada umumnya. Kajian seni lukis Bibit Waluya ini semoga bermanfaat untuk setiap pembaca
dengan
mengenalkan
Dharsono Sony Kartika. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa Sains. 2007 Drs. Sumadi, Drs. Kusmadi, Drs. Nofnjon, Dra. Ermi Ermiliyan, Identifikasi Pola dan Sunggingan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta. Laporan Penelitian Kelompok Dosen ISI Surakarta. 1997
pengetahuan baru atau menambah Vol. 8, No. 1, Juli 2016
19
ISSN : 2087-0795
Lexy J. Moleong. Metodologi Pene litian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.
Rimaru, 11 Januari 2014, pukul 03.06, diunduh oleh Findha, 6 Januari 2014, pukul 22.00 WIB
Mikke Susanto. Diksi Rupa: Kum pulan Istilah Seni Rupa. Yogya karta: Kanisius. 2002.
DAFTAR NARASUMBER
Sadjiman Ebdi Sanyoto. Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra. 2009. Soedarso SP. Tinjauan Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana. 1990 Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Yogyakarta : Saku Dayar Sana. 1990. Soegeng Toekio M. Nekawarna Pasunggingan Pada Wayang dan Topeng Panji. Laporan Penelitian ISI Surakarta. 1996 The Liang Gie. Garis Besar Este tika (Filsafat Keindahan). Yogya karta.1976
Bibit Waluya, 40 tahun, seniman yang diteliti. Albertus Rusputranto P A, 35 tahun, dosen di Seni Rupa Murni, Institut Seni Indonesia Surakarta. Soegeng Toekiyo, 71 tahun, purnabakti dosen di Kriya Seni, Institut Seni Indonesia Surakarta. Drs. Tony Purnomo, 58 tahun, dosen di Seni Rupa Murni, Institut Seni Indonesia Surakarta. Kunara, 52 tahun, seniman di Sanggar Pujosari, Surakarta. Sukirno, 60 tahun, dosen di Seni Rupa Murni, Institut Seni Indonesia Surakarta.
INTERNET http://sincio.blogspot.com/2013/02/t eknik-teknik-menggambarbentuk.html, diposkan oleh Miga , 10 Februari 201, pukul 00.32 WIB, diunduh oleh Findha, 5 Februari 2014, pukul 15.00 WIB http://muftysaid.wordpress.com/200 9/11/22/garis-kontur/, diposkan oleh Mufty Said, 22 November 2009, pukul 01.00 WIB, diunduh oleh Findha, 5 Februari 2014, pukul 15.30 WIB http://rimalrimaru.com/definisipersepsi/, diposkan oleh Rimal
20
Vol. 8, No. 1, Juli 2016