Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
PEMILIHAN SISTEM PENGAMANAN PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: PANTAI WORI DI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA) Rizky Reine Plangiten H. Tarore, M. Sibi, D. R. O. Walangitan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:
[email protected] ABSTRAK Dalam rangka mengatasi persoalan dalam pengambilan keputusant, disajikan sebuah metode pengambilan keputusan yang disebut Analytical Hierarchy Process, AHP. Dengan menggunakan metode AHP ini akan membantu pemecahan untuk pemilihan bangunan pengaman pantai. Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif terbaik untuk mencapai sasaran, mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan antara beberapa tindakan alternatif untuk tujuan pencapaian sebuah sasaran atau lebih. Pengambilan keputusan meliputi empat tahapan utama yaitu kecerdasan, desain, pilihan, dan implementasi. Penggunaan metode AHP dalam perencanaan sistem pengaman pantai untuk pantai Wori mencakup prioritas penanganan masalah lokasi dalam ruas pantai dan pemilihan sistem pengaman pantai terbaik dalam hal ini konstruksi bangunan pengaman pantai yang cocok pada lokasi. Sistem pengaman pantai yang dimaksud dalam studi ini adalah struktur pengaman pantai yang masuk dalam urutan tiga besar hasil analisis AHP yaitu, Seawall, Groin, dan Jetty. Metode Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang cukup representatif dalam membantu proses pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif yang memiliki posisi yang mendekati satu sama lain. Hal ini terbukti dengan penerapan metode AHP pada pemilihan alternatif sistem pengaman pantai dapat menghasilkan keputusan yang secara kuantitatif dapat diterima. Metode Analytical Hierarchy Process dapat digunakan untuk pemilihan alternatif bangunan pengaman pantai dimana pada pantai Wori, penerapan metode ini menghasilkan keputusan sebagai berikut Seawall : 42,25 % , Groin : 20,78 %, Jetty : 36,97 % Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, Alternatif, Keputusan
Wori yang terletak di desa Wori Kabupaten Minahasa Utara.
PENDAHULUAN Latar Belakang Sulawesi Utara merupakan daerah yang memiliki wilayah pantai yang cukup luas. Sebagian wilayah pantai merupakan daerah cukup padat pemukiman. Sebagian besar dari mereka bermukim sangat dekat dengan garis pantai sehingga tidak ada lagi daerah sempadan pantai, bahkan di sebagian tempat pemukiman sudah berada di atas air. Selain itu, pantai Sulawesi Utara memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Salah satu pantai yang dekat dengan pemukiman yakni pantai
Rumusan Masalah 1. Apakah Metode Analytical Hierarchy Process yang tepat dalam pengambilan keputusan yang optimal? 2. Bagaimana menganalisis sesuai prosedur dan mekanisme Analytical Hierarchy Process? Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut, yaitu :
579
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
1. Kriteria-kriteria yang dipakai tidak diambil berdasarkan hasil survey yang cukup mendalam. 2. Tidak menggunakan bangunan pengaman pantai tipe non struktur. 3. Kriteria yang dipakai meliputi hidrooseanografi, pengaruh terestorial, dampak sosial-ekonomi, pengaruh lingkungan, dan tingkat kerusakan lokal. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini tugas adalah: 1. Menetapkan sistem pengaman pantai pada lokasi pantai wori berdasarkan hasil keputusan dari metode AHP yang digunakan secara optimal. 3. Menganalisis sistem pengaman pantai dengan menggunakan metode AHP.
menyelesaikan permasalahan yang mensyaratkan pemilihan dari perangkat pilihan yang bersifat menerus, serta pengambilan keputusan multi-kriteria, di mana digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang mensyaratkan pemilihan dari pilihan multikriteria yang bersifat diskrit. Metode Analytical Hierarchy Process, AHP Teori Keputusan Garis besar langkah-langkah siklus analitis keputusan : dari informasi awal yang dikumpulkan, dilakukan pendefinisian dan penghubungan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pada tahap deterministik. Informasi Awal
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui metode pengambilan keputusan yang tepat dalam suatu perencanaan proyek.
Tahap deterministik (perumusan alternatif dan kriteria)
Tahap probabilistik (penetapan nilai dan variasinya)
LANDASAN TEORI Informasi
Pengambilan Keputusan Keputusan adalah suatu pilihan yang dibuat antara dua atau lebih alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif terbaik untuk mencapai sasaran. (Saaty ,1993), mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan antara beberapa tindakan alternatif untuk tujuan pencapaian sebuah sasaran atau lebih. Pengambilan keputusan meliputi empat tahapan utama yaitu kecerdasasan, desain, pilihan, dan implementasi. Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria Pengambilan keputusan multi-kriteria adalah bagian dari ruang lingkup penelitian yang disebut obyek keputusan multi-kriteria. Pengambilan keputusan ini merupakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Analisis Pengambilan Keputusan MultiKriteria Tipe analisis yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan multi-kriteria adalah pengambilan keputusan multiobyektif, dimana digunakan untuk
baru Pengumpulan informasi baru
Pengumpul an informasi
Pengambilan keputusan
Tahap informasional
Tindakan
Gambar 1. Skema Siklus Analisis Keputusan.
Model keputusan dengan AHP Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process-AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai, (Saaty, 1993). Prinsip Kerja AHP Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi
580
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki.
Matriks Banding Berpasangan. W1
W2
...
Wj
1
A12
…
A1j
A = Aij = W2
1/A12
1
...
A2j
Wi
1/A1i
1/A2i
...
1
Ide dasar prinsip kerja AHP adalah: a. Penyusunan hierarki. Suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman dan pandangan orang lain. (Saaty, 2000), Karenanya, tidak ada suatu kumpulan prosedur baku yang berlaku secara umum dan absolut untuk pembentukan hirarki. Struktur hirarki tergantung pada kondisi dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi serta detail penyelesaian yang dikehendaki.
W1
c. Penilaian Kriteria dan Alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. (Saaty,1993). Hierarki yang terbentuk memiliki level-level yang memperlihatkan faktor-faktor yang hendak dianalisis seperti terlihat pada Tabel 1. Pada setiap hierarki, dilakukan prosedur perhitungan perbandingan berpasangan (pair wise). Tabel 1. Penilaian Kriteria dan Alternatif metode AHP Nilai
Keterangan
1
Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
Gambar 2. Model AHP secara umum.
Sumber: Saaty (2000)
3
b. Matriks Pair Wise Comparison.
5
Perhitungan bobot input dalam baris/kolom.
7
Aij = Wi/Wj
A sedikit lebih penting dari B A jelas lebih penting dari B
untuk i = 1,2,3,...,m
9
dan j = 1,2,3,...,m
2,4,6,8
Wi = Bobot input dalam baris
A sangat jelas lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Wj = Bobot input dalam kolom Perhitungan matriks baris berpasangan W1, W2...,Wn adalah set elemen pada suatu tingkat keputusan dalam hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil; komparasi berpasangan membentuk matriks i x j. Nilai Aij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Wi terhadap Wj seperti pada gambar.
Sumber: Crowe et al., 1998; Saaty, 2000; Hafeez et al., 2002 Ket : Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. d. Penentuan Prioritas. Langkah pertama dalam menetapkan prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif adalah dengan membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilainilai perbandingan relatif kemudian diolah
581
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. e. Konsistensi logis. Perhitungan Manipulasi Matriks. 1) Kuadrat dari matriks A. A dikuadratkan menjadi A’ij. Elemen A’ij jika ditulis secara matematis adalah
A12 1 1 / A 1 {CR}m x1= 12 1 / A1i 1 / A2i
m
(a
a’ij =
ij
i 1, j1
Untuk menentukan Consistency Ratio (CR) dihasilkan dengan mengalikan matriks perbandingan berpasangan awal dengan nilai eigen pada iterasi terakhir, atau dalam ekspresi matematik dapat ditulis :
.a ji )
... A1 j ... A2 j ... 1
Bbn1 n Bb 2 n Bbm
dimana n menandakan tingkat prosedur iterasi.
2) Perhitungan jumlah bobot dalam baris A’ij. m
Bb =
a' i 1
Selanjutnya dilakukan perhitungan vektor konsistensi (Consistency Vector).
i
CR1 / Bbn1 n CR2 / Bb 2 {CV} = CRm / Bbin
3) Perhitungan Jumlah dari jumlah bobot dalam baris A’ij. m
BT =
m
a' j1 i 1
i
4) Matriks Stokastik (normalisasi) dihasilkan dengan merubah jumlah bobot baris A’ij.
Nilai rata-rata (p) dari vektor konsistensi dapat ditulis :
m
B’b =
a' m
i 1 m
m
CV
i
a' j1 i 1
p= i
Perhitungan Consistency Ratio (CR) CR merupakan parameter yang digunakan dalam teknik AHP untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Perlu diketahui bahwa ratio yang dianggap baik yaitu apabila CR 0,1 dimana CR merupakan perbandingan antara CI dan RI. Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang berupa tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Nilai Random Indeks (RI). N 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 0 1 2 3
0 R , I 0 0
1 , 4 9
0 , 0 0
0 , 5 8
0 , 9 0
1 , 1 2
1 , 2 4
1 , 3 2
1 , 4 1
1 , 4 5
Sumber: Saaty, (2000)
1 , 5 1
1 , 5 4
1 , 5 6
i 1
i
m
Nilai Konsistensi Indeks (CI) dapat dihitung sebagai berikut : m
CI =
pm m 1
CV
i
i 1
m2
m2 m
Setelah nilai CI didapat maka nilai Consistency Ratio (CR) dapat dihitung menjadi CR = CI / RI dimana RI ditentukan banyaknya alternatif, ”m”.
berdasarkan
Bangunan Pengaman Pantai Umum Penanganan masalah pantai yaitu perlindungan pantai, shore protection, merupakan satu hal yang sangat penting untuk dilakukan.
582
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast), dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. d. Pemecah gelombang lepas pantai. Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai.
Bangunan Pengaman Pantai a. Tembok Laut (Sea Wall) dan Revetment. Seawall adalah struktur vertikal yang cenderung akan melindungi pantai terhadap perubahan garis pantai dan erosi akibat gelombang laut.
Gambar 5. Pemecah Gelombang
Lepas Pantai Kriteria-Kriteria Yang Digunakan Gambar 3. Seawall b. Groin. Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus pantai dan berfungsi untuk menahan transport sedimen sepanjang pantai sehingga bisa mengurangi atau menghentikan erosi yang terjadi. Tipe dan bentuk groin terlihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 4. Tipe dan Bentuk Groin. c. Jetty. Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mencegah
a. Gelombang. 1) Riwayat, faktor penting = 2, adalah rekaman peristiwa sebelumnya. a) Rendah - Skor 1-3 : 0-1 kali kejadian dalam 10 tahun terakhir b) Sedang - Skor 4-7 : 2-3 kali kejadian dalam 10 tahun terakhir c) Tinggi - Skor 8-10 : > kali kejadian dalam 10 tahun terakhir 2) Kerawanan, faktor penting = 5, a) Rendah - Skor 1-3 : < 1% terimbas b) Sedang - Skor 4-7 : 1-10% terimbas c) Tinggi - Skor 8-10 : > 10% terimbas 3) Probabilitas, faktor penting = 7, adalah kemungkinan kejadian tersebut di kemudian hari dalam suatu periode waktu tertentu. a) Rendah - Skor 1-3 : kira-kira satu kali kejadian dalam 15-20 tahun b) Sedang - Skor 4-7 : kira-kira satu kali kejadian dalam 10-15 tahun c) Tinggi - Skor 8-10 : kira-kira satu kali kejadian dalam 5-10 tahun 4) Ancaman maksimum, faktor penting = 10, a) Rendah - Skor 1-3 : < 5% terimbas b) Sedang - Skor 4-7 : 5-25% terimbas c) Tinggi - Skor 8-10 : >25% terimbas
583
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
b. Erosi. 1) Perubahan garis pantai a) Rendah - Skor 1-3 : < 0,5 m/tahun b) Sedang - Skor 4-7 : 0,5-2,0 m/tahun c) Tinggi - Skor 8-10 : 2,0-5,0 m/tahun 2) Gerusan di kaki bangunan a) Rendah - Skor 1-3 : tidak membahayakan konstruksi b) Sedang - Skor 4-7 : cukup berbahaya terhadap konstruksi c) Tinggi - Skor 8-10 : sangat membahayakan stabilitas bangunan tersebut dan bangunan lain disekitarnya. 3) Panjang pantai yang tererosi a) Rendah - Skor 1-3 : 5 – 10 m b) Sedang - Skor 4-7 : 10 -100 m c) Tinggi - Skor 8-10 : > 100 m c. Abrasi. 1) Lebar pantai terabrasi a) Rendah - Skor 1-3 : < 0,5 m/tahun b) Sedang - Skor 4-7 : cukup berbahaya terhadap konstruksi c) Tinggi - Skor 8-10 : sangat membahayakan stabilitas bangunan tersebut dan bangunan lain disekitarnya. 2) Panjang pantai terabrasi a) Rendah - Skor 1-3 : 5 – 10 m b) Sedang - Skor 4-7 : 10 -100 m c) Tinggi - Skor 8-10 : > 100 m d. Sedimentasi. 1) Lama muara tertutup a) Rendah - Skor 1-3 : 0-1 bulan b) Sedang - Skor 4-7 : 1-2 bulan c) Tinggi - Skor 8-10 : > 2 bulan 2) Presentase pembukaan muara a) Rendah - Skor 1-3 : > 80% b)
Sedang - Skor 4-7 : 50-80%
c) Tinggi - Skor 8-10 : < 50% 3) Pengaruh sedimentasi dari sungai terhadap sekitar a) Rendah - Skor 1-3 : lokal b) Sedang - Skor 4-7 : lokal dan sekitarnya (1-2 km2) c) Tinggi - Skor 8-10 : daerah yang luas (2 km2) e. Lingkungan. 1) Kualitas air laut
a)
Rendah - Skor 1-3 : pencemaran berada di bawah ambang batas b) Sedang - Skor 4-7 : pencemaran berada di sekitar ambang c) Tinggi - Skor 8-10 : pencemaran berada di atas ambang batas 2) Terumbu karang a) Rendah - Skor 1-3 : kerusakan pada 10-30% luas areal terumbu b)
Sedang - Skor 4-7 : kerusakan pada 30-70% luas areal terumbu
c)
Tinggi - Skor 8-10 : kerusakan pada 70-100% luas areal terumbu
3) Hutan Mangrove a) Rendah - Skor 1-3 : kerusakan pada 10-30% luas areal hutan b) Sedang - Skor 4-7 : kerusakan pada 30-70% luas areal hutan c) Tinggi - Skor 8-10 : kerusakan pada 70-100% luas areal hutan.
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang diambil berdasarkan berlokasi di pantai Wori Kabupaten Minahasa Utara. Waktu penelitian dilakukan mulai awal bulan Oktober 2012 dimulai dari persiapan, studi literature, pengumpulan data, sampai penyusunan hasil penelitian. Bahan dan Peralatan 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian/penulisan skripsi yaitu: a. Buku-buku penunjang yang menyangkut dengan penelitian/judul penulisan sebagai pedoman untuk penyelesaian penulisan skripsi yang merupakan studi kepustakaan dalam penulisan skripsi. b. Data-data proyek yang di tinjau. Peralatan yang digunakan yaitu 1 (satu) unit komputer sebagai fungsi untuk pengetikan penyelesaian penulisan skripsi Bagan Alir Penelitian Adapun penelitian ini mengikuti bagan alir seperti pada Gambar 3.
584
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
c. Analisis data. d. Kesimpulan dan saran.
Mulai
Studi Literatur
PEMBAHASAN Pengumpulan Data
Data Primer - Profil pantai -Tipe bangunan pengaman pantai/alternatif
-
-
Analisa Awal Definisi Masalah Kriteria-kriteria AHP yang diambil adalah kriteria yang memberikan pengaruh signifikan terhadap sistem. Adapun kriteria yang ditetapkan untuk pemilihan bangunan pengaman pantai mencakup: a. Gelombang. b. Erosi. c. Abrasi. d. Sedimentasi. e. Lingkungan.
Data Sekunder Observasi Lapangan Wawancara Langsung
Penyusunan Kriteriakriteria untuk setiap pantai
Tidak
Tingkat Kerawanan O K?
Tabel 3. Tingkat kerawanan Pantai Wori
Ya
Evaluasi
Analisis Data dan Pembahasan - Penyusunan Model Keputusan AHP - Pengambilan Keputusan
NO
Komponen
Indikator Kategori
1
Gelombang
Riwayat Kerawanan Ancaman Probabilitas Maks
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
2
Erosi
Perubahan Garis Pantai
Sedang
Gerusan Panjang pantai
Pemilihan tipe Bangunan pengaman pantai
Kesimpulan 3
Abrasi
Selesai 4
Sedimentasi
Gambar 5. Bagan Alir Penelitian Prosedur Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup kajian dan studi literatur, pengumpulan data, penyusunan dan penerapan model keputusan Analytical Hierarchy Process, output keputusan. Metode Pelaksanaan Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup kajian dan studi literature, pengumpulan data, penyusunan dan penerapan model keputusan Analytical Hierarchy Process, output keputusan. Secara ringkas dijelaskan sebagai berikut : a. Kajian dan studi literatur. b. Pengumpulan data.
5
Lingkungan
Bobot Skor Faktor 2 10 5 10 10 10 7 10 Skor Sub-1
Total Skor 20 50 100 70 240
7
6
42
Tinggi
3
10
30
Tinggi
10
8
Lebar terabrasi Panjang terabrasi
Sedang
Skor Sub-2 6 7
152 42
Sedang
10
70
Lama tertutup % Muara Terbuka Pengaruh Sedimentasi ke daerah sekitar
Rendah
Skor Sub-3 10 2
112 20
Sedang
6
6
36
Tinggi
3
8
24
Kualitas Air Laut Terumbu Karang Hutan Mangrove
Sedang
5
Rendah
10
2
20
Rendah
10
1
10
7
Skor Sub-4 4
Skor Sub-5 Skor Akhir Level Kerawanan dan Kerusakan :
80
80 20
50 634 Sedang
Syarat-syarat Alternatif Pada penelitian ini akan dipakai tiga tipe bangunan pengaman pantai, yaitu, Seawall, Groin, dan Jetty. a. Seawall. 1) Tidak ada sungai 2) Keadaan gelombang besar
585
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732
3) Keadaan lingkungan berkualitas rendah 4) Tingkat erosi dan abrasi besar 5) Proses sedimentasi di muara rendah
Hasil AHP adalah sebagai berikut : - Seawall = 0.4225 - Groin = 0.2078 - Jetty = 0.3697
b. Groin. 1) Tidak ada sungai 2) Keadaan Gelombang sedang 3) Tingkat erosi dan abrasi besar 4) Kualitas lingkungan berada dalam interval rendah–sedang 5) Proses sedimentasi di muara rendah
Dari hasil AHP didapatkan score tertinggi pada Seawall. Berdasarkan score ini maka akan digunakan Bangunan Pengaman Pantai jenis Seawall. PENUTUP
c. Jetty. 1) Terdapat sungai 2) Keadaan gelombang berada dalam interval rendah – sedang 3) Tingakt erosi dan abrasi berada dalam interval rendah – sedang 4) Kualitas lingkungan berada dalam interval rendah – tinggi 5) Proses sedimentasi di muara besar
Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut, yaitu : 1. Metode Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang cukup representatif dalam membantu proses pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif yang memiliki posisi yang mendekati satu sama lain. Bobot Alternatif. 2. Metode Analytical Hierarchy Process dapat digunakan untuk pemilihan Tabel 4. Matriks hubungan Kriteria dan alternatif bangunan pengaman pantai Alternatif. dimana pada pantai Wori, penerapan metode ini menghasilkan keputusan Gelom Abras Sedimen Lingku Bobot sebagai berikut : Erosi bang i tasi ngan Kriteria Seawall : 42,25 % Groin : 20,78 % Jetty : 36,97 % 0,6250 0,2385 0,1634 0,2970 0,2970 0,4833 Seawall Groin
0,2385
0,1365
0,2970
0,1634
0,1634
Jetty
0,1365
0,6250
0,5396
0,5396
0,5396
0,2919
Saran Adapun hal-hal yang disarankan yakni 0,1194 kualitas penelitian dapat ditingkatkan dengan 0,0648 melakukan kajian-kajian yang mendalam 0,0405 dengan melibatkan ahli-ahli multidisiplioner yang telah teruji kredibilitas dan kapabilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Saaty, T., L., 1993.”Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks”, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Saaty, T. L., 2000. Decision Making for Leaders. University of Pittsburgh. Saaty, T.L. and Vargas, L.G., 2000. Models, Methods, Concepts and Applications of the Analytic Hierarchy Process, Boston: Kluwer Academic Publishers.
586