ISSN : 2087-0795
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
83
ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN
ingin mencapai sesuatu yang lebih
Berawal dari ketertarikan pe-
bermakna dan tetap bertahan mes-
nulis akan beragamnya budaya
kipun telah pergi dari Indonesia.
Indonesia, membuat saya ingin
Kepuasan yang didapatkan dari
mempelajari kesenian luhur dari
membuat sebuah karya lukisan
Negara ini. Terutama tradisi dan
adalah sebagian besar berasal dari
budaya Jawa di bidang seni rupa.
pengalaman pribadi saat merasa-
Saya ingin mempelajari pola dan
kan waktu terhenti. Melalui karya
motif yang ada di sini dan meng-
lukis adalah suatu cara untuk dapat
gabungkannya ke dalam karya me-
berkontribusi terhadap kemanusia-
lalui proses kerja kreatif Hal ini
an. Setelah pergi, beberapa lukisan
disebabkan oleh pengalaman sejak
tersebut akan tetap ada dan mung-
kecil yang tertarik pada pola-pola
kin akan memberikan pengaruh
yang rumit, gambar yang detail,
kepada orang lain di masa yang
dan garis-garis warna-warni yang
akan datang. Mungkin saja be-
saling berdampingan.
berapa orang akan mendapatkan
Dua elemen utama dari bu-
ide menarik saat melihat salah satu
daya tradisional Jawa adalah wa-
lukisan. Itulah kontribusi kecil pe-
yang dan batik, karena dua karya
nulis terhadap dunia.
seni leluhur ini memiliki filosofis
Beberapa bulan pertama ting-
sendiri-sendiri pada masing-masing
gal di Indonesia, mendapat peng-
jenisnya. Kedua bentuk kesenian
alaman psikologis yang mendalam
ini sangat menginspirasi. Hal ini
karena merasa begitu banyak hal
mendorong penulis untuk membuat
dan pengalaman baru, yang mem-
lukisan-lukisan yang idenya ber-
bingungkan dan beragam informasi
sumber pada tradisi dan pola-pola
visual yang sebenarnya menarik
motif tersebut. Selain itu, juga ber-
namun tidak bisa sepenuhnya di-
dasarkan apa yang terlihat di se-
mengerti. Begitu banyak stimulasi
keliling dalam keseharian.
visual, benar-benar membuat “ke-
Hal itulah yang menjadi tujuan
sakitan” yang menyebabkan rasa
utama penulis untuk melanjutkan
kurang nyaman. Meskipun hanya
program studi di Pascasarjana Ins-
untuk
titut Seni Indonesia Yogyakarta.
stimulant tersebut mampu menge-
Melalui lukisan-lukisan ini, penulis
jutkan dan memukau.
84
beberapa saat,
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
kekuatan
ISSN : 2087-0795
Sebagai seorang perupa yang
sar dan mengejutkan karena per-
mengalami, melihat dan menang-
bedaan kebiasaan saat sebelum
kap keindahan dunia melalui indera
dan sesudah berada di Indonesia.
penglihatan, merasa telah terkonPEMBAHASAN
disikan dengan sebagian besar sensasi kota Yogyakarta. Hal ini
Proses interaksi penulis deng-
sangat berbeda saat tinggal di kota
an lingkungan, secara otomatis me-
sebelumnya, Jakarta.
rupakan eksplorasi pertama dalam
Meskipun sudah mempunyai
proyek kerja seni. Ketertarikan ke-
banyak pengalaman hidup di kota
pada suatu hal, respon dan empati
Yogyakarta, tetapi tetap saja setiap
menghadapi kondisi sosial budaya
hari masih sering terkejut dengan
dalam proses bermasyarakat men-
hal-hal
baru
jadi dasar utama dalam berkarya.
inilah yang membuat ide terus
Ide dan gagasan yang menyebar
berkembang dan menyebar.
dikembangkan menjadi satu ke-
baru.
Pengalaman
Di dalam lukisan penulis, ada
satuan garis benang merah ke da-
banyak hal yang tersembunyi/ me-
lam bahasa rupa yang diharapkan
tamorfosis di dalam bentuk-bentuk
mampu memberikan respon positif
geometris. Pengalaman pribadi ser-
atas sesuatu yang melibatkan rasa
ta beberapa kejadian yang dilihat
serta imajinasi.
ternyata menggerakkan intuisi un-
Jika orang-orang bertanya je-
tuk mengangkat masalah ini. Dari
nis lukisan apa yang dibuat, pe-
pemikiran
tentang
pe-
nulis selalu memberitahukan bahwa
ngalaman
pribadi,
memunculkan
membuat lukisan pola dengan figur
ide-ide yang terinspirasi oleh se-
di dalamnya. Dengan visualisasi
jumlah “aesthetic moment” yang
imajinasi bentuk abstrak geometris
telah dialami, sehingga merasa
sebagai wakil dari ide penciptaan,
perlu untuk
yang
ingatan
menunjukkan rang-
sangan pemikiran, ketertarikan dan dorongan
atas
beberapa
per-
merupakan
metafora
dari
sketsa
dan
pengalaman pribadi. Memindahkan
tanyaan yang asumtif dan nor-
pemikiran ide dari ruang imajinasi
matif. Sebagian besar “aesthetic
ke atas bidang gambar (kanvas),
moment” itu muncul dari latar be-
menggoreskan bentuk-bentuk hasil
lakang perbedaan yang cukup be-
imajinasi hingga tersusun bentukan
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
85
ISSN : 2087-0795
yang representatif, pengekspresian
dari idealisme pribadi penciptanya,
figur dan transformasi objek di-
yaitu keinginan yang bersifat sub-
komposisikan dengan ritme yang
jektif yang menjadikan karya mem-
harmonis dengan membentuk ga-
punyai semacam nilai khas serta
ris-garis pola yang sinergis, dan
keunikan sebagai cerminan jiwa
keseluruhan objek yang ditampilkan
penciptanya. Seni bukanlah des-
dipertegas dengan detail kaya war-
kripsi fakta objektif atau analisa
na.
terhadapnya seperti ilmu pengeMengolah
bidang
kanvas
tahuan. Hal ini seperti yang di-
dengan objek-objek garis yang me-
kemukakan M. Sastraprateja (1998:
nimbulkan ketakjuban optis. Objek-
73) bahwa: pada seni masih selalu
objek yang hadir mempermainkan
tersembunyi subjektifitas seniman
kelemahan mata ketika menjumpai
sebagai faktor penentu.
objek yang bertentangan dengan
Transformasi pengalaman ba-
kebiasaan mata melihat suatu ob-
tin ke dalam sebuah karya me-
jek. Sifat ilusi yang tertanam dalam
rupakan pencitraan objek terhadap
mata diubah sehingga menimbul-
nilai-nilai kehidupan yang dipan-
kan keterkejutan persepsi. Kebiasa-
dang sebagai sumber aktualisasi
an mata yang menagkap objek
karya
yang membentuk sudut, permuka-
sebagai suatu ekspresi diri dari ide-
an, bagian yang seharusnya ter-
ide yang bersifat personal.
sembunyi, justru hadir dalam euforia pola garis dan warna. Akibatnya, persepsi mata yang terlanjur normatif oleh penglihatan sehari-hari dikejutkan oleh tangkapan mata. Pemberian blok warna menggunakan warna gelap (hitam) pada bidang yang tersisa, mutlak dilakukan untuk memperjelas keindahan komposisi warna dan detail visual objek gambar. Dalam
perwujudan
sebuah
karya seni biasanya tidak terlepas 86
yang
bermakna
simbolik
Ide terbentuk dari impresi-impresi berita-berita keinderaan, angan-angan, penangkapan khusus dan pengalaman-pengalaman rasa batin. Karena ini pengalaman-pengalaman yang tercatat mempunyai kecenderungan untuk menampakkan diri dalam suatu tindakan, layaknya suatu fungsi khas manusiawi yang membutuhkan suatu bentuk kegiatan lahiriah khas manusiawi. Hal itulah yang kita lihat dalam ekspresi murni ide ide. Pada fase ini diperlukan prinsip-prinsip yang lebih kuat yang bisa mengkombinasikan pembentukan ide. ……Dalam
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
ISSN : 2087-0795
proses simbolisasi bahan yang diberikan oleh indera senantiasa ditempa menjadi simbol-simbol yang merupakan ide-ide elementer manusiawi. (Ida Bagus Yudha Triguna, 2000: 19-20).
karta, Jakarta dan Medan. Penulis memperkaya pengalaman psikologis dengan bereksplorasi ke setiap sudut kota yang dianggap menarik. Aspek historis dan geografisnya mempengaruhi gaya dan bentuk
Dari pengalaman estetik, manusia memperoleh kesan dalam kehidupannya. Dan manusia cenderung ingin mengabadikan kesan yang dimilikinya, kesan-kesan inilah yang kemudian diabadikan dalam
kerja kreatif. Masing-masing kota memiliki karakter kuat yang mampu memberikan pengalaman psikologis mendalam. Setiap visual membawakan detail, komposisi dan keindahan.
sebuah karya seni.
Pengalaman psikologis yang
Fungsi seni adalah untuk mengekspresikan konsep tentang kehidupan, realitas batin, dan seluruh emosi manusia, termasuk yang menyedihkan, mengerikan, dan juga keburukan, yang diekspresikan pada suatu kreasi, mengingat seni tidak hanya mengabdi pada keindahan (Langer, 19 57: 80)
ditangkap itu masuk ke dalam ruang imajinasi, kemudian objek-objek yang terekam serta kegelisahan-kegelisahan tentang hal-hal yang ternyata normatif itu telah bermetafora dalam ruang imajinasi, yang kemudian ditransformasikan dan
diwujudkan
dalam
bahasa
Singkatnya, konsep pencipta-
gambar, sesuai dengan kacamata
an penulis adalah karya lukisan se-
visual melalui proses kerja kreatif.
bagai visualisasi dari pengalaman
Konvergensi antara permainan ob-
pribadi.
jek-objek geometrik dengan euforia
Penciptaan karya-karya lukisan ini merupakan bentuk ungkapan
warna-warni menghadirkan komposisi visual yang sinergis.
kekaguman serta pengalaman psi-
Warna di dalam visualisasi
kologis penulis terhadap ”aesthetic
karya dapat memberikan kekuatan
moment” selama tinggal di Indone-
elemen, kekuatan sebuah warna
sia yang divisualisasikan dalam
dapat mempengaruhi besar kecil-
komposisi bentuk dan warna. Se-
nya sebuah bentuk (Haryanto,1996:
bagian besar pengalaman tersebut
8).
didapat pada saat berada di YogyaVol. 5, No. 1, Juli 2013
87
ISSN : 2087-0795
Gambar 01 ”Sakit-Mata-1”, karya Finn Yngvesson. 150x100-acrylic-on-canvas,-Jogjakarta,-2012
Warna meminta reaksi pada tingkat emosional subyektif sehingga memberikan
efek
psikologis
yang dapat mempengaruhi perasaan manusia. Berkaitan dengan warna dan pengaruhnya terhadap psikologis Sidik dan Prayitno (1981: 12) mengemukakan :
Dengan warna-warna
pemilihan yang
cermat
mendominasi
dan mengatur hubungan antar ber-
Peranan warna yang terutama adalah kemampuannya 88
untuk lebih dalam mempengaruhi mata, getaran-getarannya menerobos hingga membangkitkan emosi respon kita terhadap warna jauh lebih kompleks dari pada satu warna yang tampak.
bagai macam warna dalam suatu
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
ISSN : 2087-0795
bidang karya, dapat mendorong
mampu bermain diantara ungkapan
dan mempengaruhi cara publik me-
personal dan kreatifitas bahasa
resepsi sebuah karya seni.
yang eksoterik itu. Kerja kreatif se-
Dengan sentuhan kaya warna
orang perupa menentukan bagai-
pada karya lukis ini, dilakukan
mana isi pesan dalam karyanya
dengan memberikan suatu tampilan
dapat dipahami oleh publik.
visual
dengan
mengatur
kesan SIMPULAN
mendalam untuk menimbulkan efek tiga dimensional dengan membuat
Penulis memiliki keberuntung-
perbedaaan pada aspek perspektif
an yang luar biasa, untuk dapat
sehingga meningkatkan sifat artistik
menghabiskan waktu di luar buda-
bahasa visual, memberikan tekan-
ya asli dan negara asal, serta me-
an dinamis yang dapat mencipta-
lihat bagaimana cara hidup masya-
kan momentum dan aktivitas serta
rakat di bagian lain dunia ini. Sema-
keseimbangan sehingga dapat me-
kin banyak tempat yang dikunjungi
narik perhatian.
dan amati, semakin memberi ke-
Saat perupa mengekspresi-
sadaran bahwa segala sesuatu
kan sebuah karya seni, maka se-
yang tadinya belum dapat dipahami
buah karya idealisme akan men-
adalah merupakan suatu hal yang
dominasi, yaitu keinginan yang ber-
normatif.
sifat subjektif, yang menjadikan
Penulis banyak belajar ten-
karya memiliki identitas. Sehingga,
tang tradisi dan adat istiadat Indo-
tanpa publik harus mencari tahu
nesia. Memperkaya pengetahuan
penciptanya, sebuah karya seni
tentang budaya leluhur negara ini
yang
mampu
adalah sesuatu yang tak ternilai
“berbicara” siapa perupanya, mem-
harganya. Belajar tentang elemen-
publikasikan melalui bahasa visual-
elemen budaya yang menjadi keter-
nya. Jika karya seni adalah media,
tarikan utama, menambah kekrea-
maka perupa adalah pengirim pe-
tivitasan dalam proses bekerja seni.
san, dan publik adalah penerima
Saat menciptakan kreasi dan
dihadirkan
sudah
pesan. Tetapi, proses komunikasi
bentuk-bentuk
dalam seni melibatkan konvensi
karya, ruang imajinasi penuh akan
bahasa yang eksoterik yang telah
inspirasi
disepakati. Seorang perupa, harus
tentang pengalaman psikologis, ya-
Vol. 5, No. 1, Juli 2013
dan
pola
motif
pada
metafora-metafora
89
ISSN : 2087-0795
itu
tentang
“aesthetic
moment”
DAFTAR PUSTAKA
yang telah dialami secara mendalam dan masih terus berpikir bahwa karya seni lukis penulis
Adorno, Theodor. (1972), Aesthetic Theory, Routledge & Kegan Paul Inc, New York.
dengan tema abstraksi geometris akan terus berkembang. Penulis belum fokus pada proyek baru yang besar. Untuk saat ini masih ingin bekerja terus membuat karya yang mulai berevolusi sejak pertama kali datang ke Indonesia, terutama karya garis geo-
Barthes, Roland. (1982), The Empire of Signs, Farrar, Strauss & Giroux, New York. Berger, Maurice. (1998), The Crisis of Criticism, The New Press, New York. Carroll, Noel. (2001), Beyond Aesthetics, Cambridge University Press, New York
metris lukisan terbaru pada gulungan kain sutra yang panjang. Penulis akan mencoba membuat lukisan untuk dinding interior. Penulis juga berharap untuk dapat berkenalan dengan orang-orang yang dapat membantu di masa depan. Sebagai seorang yang agak
Djoemena, Nian S. (1990), Ungkapan Sehelai Batik, Djambatan, Jakarta. Gregory R.L. ( 1973), Illusion in Nature and Art, Gerald Duckworth and Co.London. Sastraprateja, M. (1998), Manusia Multidimensional, PT. Gramedia, Jakarta.
introvert, penting bagi penulis membuat koneksi baru dan mencari orang-orang yang bisa membantu untuk membawa karya seni dari studio dan muncul ke panggung publik.
Sidik, Fajar & Aming Prayitno. (1981), Disain Elementer, STSRI “ASRI”, Yogyakarta Sudarmaji. (1979), Dasar-dasar Kritik seni Rupa, Balai Seni Rupa, Jakarta
*Penulis adalah mahasiswa Program Pascasarjana Penciptaan Seni ISI Yogyakarta.
90
Vol. 5, No. 1, Juli 2013