ISSN : 2087-0795
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
1
ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN
arifan lokal atau Local genius adalah merupakan local identity atau
Badan serikatan
Internasional
Bangsa-bangsa
Permelalui
identitas
budaya
menyebabkan
bangsa
bangsa
yang
tersebut
(United Nations Educational, Scien-
mampu menyerap dan mengolah
tific
Organization)
kebudayaan asing sesuai dengan
UNESCO telah mengakui wayang
watak dan kemampuannya sendiri
sebagai
kekayaan
(Warto dalam Sutriyanto, 2011: 215).
bangsa Indonesia yang tak ternilai
Memiliki beberapa jenis yang dapat
harganya, demikian wayang telah
dibedakan
dinobatkan sebagai Masterpiece of
yang digunakan, wilayah perkem-
The Oral and Intangible Heritage of
bangannya,
Humanity atau karya agung budaya
kannya, dan aktor atau aktris pe-
dunia, pada tanggal 7 November
merannya. Salah satu jenis wayang
2003. Bangsa Indonesia patut ber-
yang menjadi babon dari wayang
bangga diri dengan penghargaan
yang purwa, yaitu wayang beber. Sri
tersebut. Karena tidak hanya bangsa
Mulyono dalam bukunya yang mem-
Indonesia
saja yang memiliki wa-
bahas sejarah wayang mengatakan
yang (boneka mainan) di dunia ini.
bahwa wayang purwa merupakan
Salah satu kewajiban yang seharus-
wayang yang diciptakan pada jauh
nya dilakukan bangsa kita adalah
sebelum
harus tetap menjaga keutuhan dan
dukuangan
keberlangsungan kebudayaan ter-
nyataan tersebut sangat kurang.
sebut.
Sudah
Berbeda dengan pernyataan dari
jawab
lembaga
untuk
mendukung
and
Cultural
salah
satu
menjadi
tanggung
perguruan
berdasarkan
cerita
zaman
yang
material
dimain-
sejarah
referensi
atas
tetapi per-
tinggi
beberapa arkeolog dan sejarah seni
tersebut
setelahnya, memiliki stetmen yang
sesuai dengan kapasitas dan kom-
berbeda, dinyatakan bahwa wayang
petensi yang dimiliki (Walter Angst,
beber merupakan babon terciptanya
2009: hal. 13 kolom 6).
wayang purwa, merupakan krea-
hal
Wayang merupakan hasil ke-
tivitas yang bersumber dari wayang
arifan lokal bangsa Indonesia, ke-
beber. Bahkan dikatakan oleh Danys
2
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
bahwa Wayang beber merupakan
lembaran kain yang digulung di ma-
nenek moyangnya komik yang terdiri
na bila direntangkan akan nampak
atas serangkaian gambar yang di-
sebuah gambar beberapa wayang
lukiskan pada gulungan kertas dan
dalam sebuah cerita yang biasa
melukiskan secara berurutan episod-
disebut dengan adegan. Adegan
episod sebuah cerita. Dalam pemen-
megambil cerita rakyat perjalanan
tasannya wayang beber mengomen-
asmara Panji Asmoro Bangun yang
tari gambar demi gambar dengan
biasa pula disebut dengan Joko
iringan gamelan. Adanya seni ter-
Kembang
Kuning
sebut untuk pertama kali dilaporkan
Sekartaji.
Dalam
pada awal abad ke-15 oleh Ma
wayang beber memiliki 24 adegan,
Huan, yang menyertai perjalanan
yang terbagi dalam enam gulung jadi
laksamana Zheng He dalam ber-
dalam setiap gulung terdiri dari 4
bagai
adegan. Pada pementasaanya se-
ekspedisi
wayang
beber
lautnya. dijelaskan
Visual oleh
orang
dengan
Dewi
pementasannya
dalang tinggal menujukan
lombard sebagai sebuah karya seni
wayang lalu bertutur kata layaknya
yang hadir sebelum masa barat,
tokoh pada adegan bicara, me-
yang agaknya lebih bagus daripada
nyesuaikan dengan karakter wayang
lukisan Bali tradisional dengan satu
yang ditunjuk, demikian seterusnya.
gaya khasnya yang berbeda. Di-
Sehingga terjadi sifat kemonotonan
katakan bahwa sekarang keberada-
bila dibanding dengan wayang pur-
annya terdapat dua buah di seluruh
wa yang dapat bergerak layaknya
pulau Jawa yang satu berada di
manusia. Adapun faktor eksternal
Pacitan Jawa Timur dan yang satu
terkait dengan fungsi pementasan
lagi berada di sebuah desa tak jauh
wayang beber pada zaman dahulu,
dari Yogyakarta. (Danys Lombard,
di mana difungsikan sebagai media
1996: 185).
ritual meruat seseorang dari ke-
Dalam
perkembangannya
sakitan atau nasib buruknya. Fungsi
wayang beber mengalami banyak
tersebut yang membuat salah satu
hambatan, yang dipengaruhi oleh
alasan, wayang beber tidak boleh
beberapa faktor. Baik itu faktor intern
dipentaskan pada zaman kerajaan
maupun extern. Faktor intern terkait
Mataram, karena mengandung un-
visik dan teknis pementasan. Fisik
sur kemusrikan. Ritual tersebut di-
wayang
lakukan pada saat adegan ke 4 yang
beber
yang
merupakan
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
3
ISSN : 2087-0795
digunakan untuk meruat seseorang
yang sangat istimewa bila dilihat dari
dari nasib buruknya dan adegan ke
sudut pandang seni rupa, baik ben-
13 yang digunakan untuk penyem-
tuk,
buhan pasien oleh sang dalang.
karakter tokoh-tokohnya, dan latar
Keterangan
belakang dari setiap lembar ade-
tersebut
dapat
jelas
garis,
proporsi,
komposisi,
terlihat dari fisik wayang beber pada
gannya.
Keistimewaan
adegan ke 13, yang tampak rusak
gambar yang ada di dalam wayang
karena seringnya terkena semburan
beber
air dari sang dalang. Semburan air
ketelitian dalam proses pembuatan-
tersebut ditujukan kepada pasien
nya. Jika kita lihat secara sekilas
dan pada wayang dengan maksud
tehnik pembuatannya mungkin lebih
menghilangkan penyakit pasien.
mudah dibandingkan dengan wa-
dibutuhkan
gambar-
kejelian
dan
Wayang beber yang pada
yang purwo tetapi bila diamati se-
awalnya ditampilkan secara hitam
cara detail dalam setiap penyajian
putih Saat Majapahit diperintah Pra-
adegan untuk bisa menampilkan
bu Brawijaya, bentuk wayang beber
kesan harmoni, artistik, dan seperti
mengalami penyempurnaan. Brawi-
ada nilai keruangan ada tehnik
jaya termasuk raja yang memiliki
tersendiri untuk mencapainya. Mi-
perhatian besar terhadap wayang
salnya dalam pewarnaan tokoh dan
beber. Ia memerintahkan kepada
latar belakang ada beberapa warna
salah satu anaknya yang memiliki
yang
kepandaian melukis, yakni Raden
penempatan warna, antara warna
Sungging
untuk
tokoh/figur dan latar belakang bisa
menyempurnakan penampilan wa-
tumpang tindih dan mengacaukan
yang beber. Lukisan wayang yang
visual secara keseluruhan. Hal ini
semula hanya hitam putih, oleh
dapat kita lihat/amati pada karya
Sungging Prabangkara dibuat men-
wayang beber Joko Sri Yono pada
jadi berwarna, sehingga penampilan
adegan ke-17.
Prabangkara,
sama
tetapi
jika
salah
wayang beber menjadi lebih hidup
Begitu agungnya wayang be-
dan menarik. Proses penyempur-
ber pada saat itu, bahkan tergolong
naan wayang beber ini terjadi tahun
dalam kategori high art atau seni
1378 Masehi.
agung adhiluhung yang berkembang
Jika diamati dan dikaji Wa-
di lingkungan istana. Sebagaimana
yang beber memiliki unsur-unsur
di utarakan oleh Arnold Houser yang
4
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
membagi seni dalam 4 kategori ya-
beberapa
itu, high art (seni tinggi) yang
bahkan pengerajin wayang beber
berkembang di lingkungan Istana
dapat dihitung dengan jari, salah
dan adhiluhung. Folk art (seni rak-
satunya adalah bapak Joko Sri Yono
yat) seni yang berkembang di luar
yang akrab dipanggil Joko Gambar.
istana,
Beliau salah satu dari dua seniman
bersifat
sederhana,
dan
seniman,
pemerhati
art (seni pop) seni yang berkembang
pernah belajar dari Yang Ngabei
antara seni istana dan seni rakyat
selama belasan tahun, seorang abdi
dan
kaum
dalem juru sungging keraton Sura-
moderat. Mass art (seni massa) seni
karta. Joko memiliki koleksi be-
yang berkembang secara komersial
berapa wayang beber baik itu gaya
dan
tanpa
Pacitan maupun Wonosari. Joko
adanya pembatas antara seni tinggi
memiliki pikiran sangat mulia, dirinya
maupun seni rendah (Arnold Hauser,
sangat khawatir terhadap keberlang-
1974: 556).
sungan wayang beber. Maka dari itu
bersifat
oleh
menghibur
beber
atau
berorientasi pada kebersamaan. Pop
dikembangkan
wayang
dalang
yang
Kategori seni tersebut ber-
dirinya sangat senang bila ada anak
gantung dari individu yang akan
muda yang menghendaki belajar
menggunakan. Di sebagian keraton
membuat wayang beber. Bahkan di-
masih exis menjalan berbagai seni
rinya telah membuat sketsa wayang
dan budaya leluhurnya, tetapi di
beber lengkap 23 adegan dengan
sebagian lagi sudah tidak nampak
menggunakan plastik mika, dengan
sedikit, jangankan untuk memper-
tujuan untuk mempermudah siapa-
tahankan kesenian tersebut, untuk
pun
mempertahankan kondisi bangunan
beberapa sketsanya juga terdapat
keraton pun sudah sangat berat.
beberapa
Tetapi di sisi lain masyarakat awan
cerita rakyat lain, seperti Ande-ande
yang memiliki kemampuan finansial
Lumut, Ken Arok, dan cerita Ra-
mencoba mengadopsi kebudayaan
mayana. Kini Joko pun tidak menjadi
tinggi tersebut sebagai gaya hidup.
seniman yang total terhadap wayang
Terjadi kerancuan mana seni tinggi
beber.
dan mana seni rakyat.
sebagai konsultan batik baik untuk
Kini wayang beber mengalami
kondisi
yang
sangat
kritis
yang
ingin
sketsa
Dirinya
belajar.
dengan
juga
Dari
tokoh
berprofesi
desain maupun proses produksi. Joko kini berusia lebih dari 62 tahun
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
5
ISSN : 2087-0795
tetapi semangat untuk nguri-uri ke-
dalam dari setiap karakter, bentuk,
budayaan
beber)
proporsi dari obyeknya tidak terlepas
sangat tinggi. Beliau merasa takut
dari peniruan obyek-obyek yang ada
apabila kelak kebudayaan wayang
dilingkungan sekitar misalnya: ana-
beber ini musnah, kedua anaknya-
tomi dari setiap tokohnya sangat
pun tidak ada yang mewarisi ilmu-
mirip dengan anatomi manusia, un-
nya.
tuk obyek tanaman meskipun sudah
Jawa
(wayang
distilasi bentuk anatominya masih METODE PENDEKATAN
jelas terlihat bahwa tanaman ter-
Dalam setiap penelitian atau
sebut menunjuk pada jenis tanaman
kajian sangat dimungkinkan meng-
tertentu, hal ini dapat kita lihat pada
gunakan
beberapa adegan
dengan
beberapa
pada wayang beber tersebut. De-
berbeda, hal itu ditujukan untuk
mikian, karya seni, menurut dia,
mempermudah mencapai sasaran
tidak sampai ke dunia ide, tapi
dan memperjelas hasil yang di-
hanya bentuk tiruan dari bentuk
perolah. Hal ini berlaku pula dalam
yang aslinya, dan dunia tiruan tidak
pengkajian seni yang dimungkinkan
pernah sama dengan yang ditirunya.
tidak hanya diperlukan satu sudut
(Bertnens, 1979:13).
ilmu
keilmuan
yang terdapat
yang
pandang
sumber
pendekatan
saja,
me-
Meniru alam bagi Aristoteles
mecahkan beberapa permasalahan
dinilai secara positif. Ia tidak me-
yang
tetapi
rendahkan karya yang dihasilkan
dapat juga bersifat multi disiplin
dari meniru realitas. Realitas yang
(R.M. Soedarsono, 1999: 11). Dalam
sejati adalah dunia yang tampak,
penelitian ini yang menjadi obyek
dan bukan dunia idea. Meniru ke-
adalah wayang beber dengan minitik
nyataan itu sendiri sesuai dengan
beratkan kajian pada aspek seni
kodrat manusia yang merasa se-
rupanya yaitu tehnik dan media
nang bila melihat karya yang mirip
pembuatan
dengan aslinya. Manusia adalah
dikemukakan,
wayang
untuk
akan
beber
gaya
Pacitan karya Joko Sri Yono. Dalam
memang
dan ia mulai belajar justru dengan
tidak bisa disangkal bahwa wayang
meniru. Dengan meniru, merepro-
beber adalah mimesis dari alam
duksi atau merepresentasikan se-
dimana dia dibuat. Jika diamati lebih
cara tepat realitas yang ditirunya,
6
visualnya
makhluk yang paling suka meniru
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
sehingga orang yang mengamati
perhatikan kaidah-kaidah atau logika
karyanya akan merasa senang.
yang
dapat
dimengerti,
bila
ia
Aristoteles menganggap se-
melukiskan hal-hal atau peristiwa.
niman dan sastrawan yang me-
Lewat pengamatan seorang seni-
lakukan mimesis tidak semata-mata
man,
menjiplak kenyataan, melainkan se-
pada suatu tingkat yang universal.
buah proses kreatif untuk meng-
Dan karena itu, karyanya dapat
hasilkan kebaruan. Seniman dan
memurnikan atau menjernihkan (pu-
sastrawan menghasilkan suatu ben-
rifies)
tuk baru dari kenyataan indrawi yang
perasaan kita. Sebenarnya secara
diperolehnya.
prinsip
Pandangan positif Aristoteles terhadap
seni
dan
mimesis
di-
pengaruhi oleh pemikirannya ter-
Idea-idea
jiwa,
peristiwa
diangkat
menyucikan
Aristoteles
dan
alam
Plato
berpandangan sama yaitu membuat konklusi bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
hadap ada dan idea-idea. Aristoteles menganggap
sebuah
Selain bentuk visual teknik
manusia
pembuatan karya seni merupakan
bukan sebagai kenyataan. Jika Plato
sesuatu yang sangat penting untuk
beranggapan bahwa hanya idea-lah
diungkap dan dijabarkan, tentang hal
yang tidak dapat berubah, Aristo-
ini Alfred Gell berpendapat bahwa
teles justru mengatakan bahwa yang
kekuatan benda atau objek seni
tidak dapat berubah (tetap) adalah
berasal dari proses teknik untuk
benda-benda jasmani itu sendiri.
mewujudkan teknologi, untuk meng-
Benda
Aristoteles
hadirkan nilai pesona pada karya
diklasifikasikan ke dalam dua ka-
tersebut dapat di sandarkan pada
tegori, bentuk dan kategori. Bentuk
pesona teknologi. Pesona teknologi
adalah wujud suatu hal sedangkan
adalah kekuatan yang ada pada
materi adalah bahan untuk membuat
proses
bentuk tersebut, dengan kata lain
membentuk atau memproyeksikan
bentuk dan meteri adalah suatu
bagian-bagian objek, sehingga kita
kesatuan.
dapat melihat dunia nyata dalam
jasmani
oleh
Maka, meniru bukan suatu tindakan mekanis, merekam apa
bagaimana
teknik
untuk
bentuk yang mempesona (Alfred Gell, 2005: 43-44).
yang ada begitu saja seperti kamera
Seni sebagai bagian yang
(alat potret). Seniman harus mem-
sah dari aktifitas teknik hanya mem-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
7
ISSN : 2087-0795
perdalam pesona yang ada pada
Masehi,
semua jenis aktifitas teknik melalui
mengalami perkembangan perkem-
suatu jenis kerumitan yang dilalui.
bangan pesat sebelum tahun 1000,
Wayang
proses
terkait dengan pendapat itu, Hazen
pembuatannya murni dengan ke-
mengajukan sebuah tesis bahwa
lihaian tangan, proses sunggingan
wayang
yang dilakukan tanpa tersentuh oleh
ciptaan bangsa Jawa sendiri, bukan
tehnologi atau mesin sebagai alat
tiruan
produksi baik itu berperan secara
menolak teori B.M Gosling yang
esensial maupun pembantu, maka
menyatakan, bahwa wayang Jawa
jelas
beber
berasal dari Cina yang didasarkan
merupakan suatu karya seni yang
pada kemiripan perkataan Jawa,
sangat mempesona yang memiliki
yakni ringgit dengan perkataan Cina
nilai seni yang sangat tinggi.
ying-hi atau ying-gih, artinya per-
beber
bahwa
dalam
wayang
kemudian
di
dari
pulau
India.
kesenian
Jawa
Hazeu
ini
adalah
juga
tunjukan wayang. Menurut Hazeu, wayang di Indonesia, khususnya PEMBAHASAN
wayang di Jawa mempunyai bentuk
Keberadaan wayang Beber
yang ekspresif, stilitatif, dekoratif dan
tidak akan lepas dari pengaruh
simbolis. Ciri-ciri wayang seperti itu
kerajaan di tanah air khususnya
berbeda dengan wayang Cina yang
yang berada disekitar kelahiran dan
dibuat dalam bentuk yang naturalis. (
penyebarannya yaitu di pulau Jawa.
SP. Gustami, 2007: 69)
Beberapa kerajaan terlibat secara
Wayang di Jawa diciptakan
langsung, ada yang mendukung na-
dalam wujud bermacam-macam, sa-
mun ada pula yang menolak ke-
lah satunya adalah wayang beber.
beradaanya. Demikian keberadaan-
Wayang beber seusia dengan wa-
nya tergolong fenomenal, bagaima-
yang kulit dan mungkin lebih tua.
na tidak sebuah kesenian yang
Mungkin
tergolong
justru
dikaitkan dengan ritus-ritus animistik
dilarang dipentaskan dilingkungan
dan penyembahan nenek moyang,
yang semestinya mendukung.
tetapi ketika wayang kulit menjadi
high
art
tetapi
wayang
beber
aslinya
Menurut G.A.J Hazen, wa-
lebih canggih dan sangat berkem-
yang telah dikenal di Jawa sekitar
bang sebagai sebuah bentuk seni
pada tahun 700 Saka atau 784
dan ketika wayang purwa menggan-
8
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
tikan wayang beber sebagai per-
Pengalaman
menciptakan
tunjukan istana, ia juga mengan-
narasi visual Ramayana dan Ma-
tikan
habharata
banyak
fungsi
keagamaan
dalam
bentuk
hiasan
yang semula dilakukan oleh wayang
relief, menuntun terciptanya bentuk
beber.(James R. Brandon, Terj. R.M.
wayang yang dilukiskan di atas daun
Soedarsono, 2003: 66)
rontal.
Daun
rontal
merupakan
Dirunut berdasarkan analisa
bahan yang memiliki daya tahan
teknis dan gejala visual, tampaknya
tinggi, yang di masa lampau di-
orang
gunakan sebagai bahan welit untuk
Jawa
bermula
dari
mengenal
yang
atap rumah. Wayang beber yang
menceritakan epos Ramayana dan
dilukis diatas daun rontal berisi
Mahabharata. Berangkat dari cerita
fragmen yang termuat dalam epos
lisan itu, kemudian ditransforma-
Ramayana dan Mahabharata, dilan-
sikan
bangunan
jutkan penggambaran di atas kain
candi, terabadikan dengan nama-
(kertas) yang mengambil kisah kasih
nama candi sesuai dengan tokoh
Panji Asmarabangun dengan Dewi
dalam epos Mahabharata. Bukti itu
Sekartaji (SP.Gustami. 2007: 70).
menjadi
tradisi
wayang
lisan
bentuk
tergelar di daratan tinggi Dieng,
Bentuk wayang beber yang
seperti nama candi Puntadewa, can-
berupa gambar narasi cerita wayang
di Bima, dan sebagainya. Tampak-
yang dilukiskan pada daun rontal
nya visual berupa candi, sebagai
tersebut menjadi tonggak asal-usul
pengganti cerita lisan belum me-
wayang beber, yang berasal dari
muaskan
kerajaan Jenggala abad XI (SP.
agama
masyarakat Hindu,
pemeluk kisah
Gustami. 2007: 70-75) . Wayang
religius yang bersumber pada epos
tersebut dinamakan wayang rontal,
Ramayana dan Mahabarata tersebut
cara melukiskannya dengan digaris-
diberi bentuk berupa relief, seperti
kan pada daun rontal yang masih
yang
dinding-
basah, lama-kelamaan helaian daun
dinding candi. Sebagai contoh, relief
ini akan mengering menjadi keras
yang menggambarkan epos Rama-
dan tahan lama. Garisan yang di-
yana itu dapat dilihat pada dinding
lukiskan pada daun ini akan mem-
candi Prambanan di Jawa Tengah
bekas dan sukar hilang, menjadi
dan candi Penataran di Jawa Timur
gambar- gambar yang terlukis pada
(Gustami, 2007: 69-70).
permukaan
terpampang
sehingga
pada
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
daun
rontal.
Helaian 9
ISSN : 2087-0795
daun rontal dirangkai menjadi se-
disebut
macam
atau
Suharyono, 2005: 56). Pada masa
Sastra-
kerajaan Majapahit, wayang beber
miruda, pada tahun 1144 Saka
menjadi populer di kalangan rakyat
Raden Panji Kasatriyan (Raden Inu
dan istana. Pada tahun 1301 Saka
Kertapati)
atau 1379 Masehi wayang beber
benang.
buku
dengan
Menurut
bergelar
tali
Serat
Prabu
Surya
wayang
beber
(Bagyo
Hamisesa ingin membuat gambar
mengalami
wayang purwa pada daun rontal dan
menurut Serat Sastramiruda, Raden
didistorsi tingginya (Bagyo Suhar-
Sungging Prabangkara putera Prabu
yono, 2005: 51-52).
Brawijaya yang terakhir,
Selanjutnya
wayang
rontal
penyempurnaan,
memper-
baharui pakaian (busana) wayang
mengalami perubahan media dan
beber.
Dihias
dengan
macam-
ukurannya. Pada tahun 1166 Saka
macam warna, disesuaikan dengan
(Hyang ana rupaning Janma), media
(busana) satria, punggawa, dan para
lukisan wayang yang semula meng-
raja (Bagyo Suharyono, 2005: 56).
gunakan bahan daun rontal diganti
Beberapa sumber menyata-
dengan bahan kertas Jawa dan
kan, bahwa pada masa kejayaan
diperbesar oleh penerus raja Jeng-
hingga menjelang berakhirnya ke-
gala yang kerajaannya pindah di
kuasaan kerajaan Hindu-Budha, raja
darerah Pejajaran, yaitu Raden Ku-
Majapahit maupun masyarakatnya
da
sangat gemar menonton wayang,
Laleyan
atau
Prabu
Surya
Miluhur (Sri Mulyono, 1975: 34).
seperti yang dirasakan oleh ma-
Kemudian pada tahun 1283
syarakat luas pada saat ini (SP.
Saka atau 1361 Masehi, wayang
Gustami.
kertas tersebut dikenal dengan na-
kesaksian
ma wayang beber. Mengenai mun-
sekretaris seorang
culnya istilah wayang beber, Serat
ulung bernama Mahuan, dikirim oleh
Sastramiruda memberikan keterang-
Kaisar Ming sebagai misi ke Asia
an bahwa Raden Jaka Sesuruh
tenggara,
menjadi raja, bergelar Prabu Bratana
pada tahun 1416, sebagai berikut:
kerajaannya di negara Majapahit, membuat wayang purwa di atas kertas digulung menjadi satu gulung, serta ditambahkan perlengkapannya 10
2007:
70-75).
seorang
menulis
Seperti
muslim
Cina
admiral yang
tentang
Jawa
...ada seorang pria yang melukis di atas kertas, orang, burung, binatang, insek, dan sebagainya; kertas itu seperti sebuah gulungan dan dipa-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
sang diantara dua penggulung dari kayu tiga kaki tingginya; pada satu sisi gulungan-gulungan ini setinggi dengan (pinggir) kertas, sementara mereka menonjol pada sisi yang lain. Pria itu berjongkok ke bawah di atas tanah serta meletakkan gambar itu di hadapannya, membuka satu bagian demi satu bagian, dan membaliknya ke hadapan penonton, sembari dengan bahasa pribumi serta dengan suara keras; ia memberi keterangan dari setiap bagian; para penonton duduk sekelilingnya serta mendengarkan, tertawa, dan berteriak sesuai dengan apa yang ia ceriterakan kepada mereka...(Claire Holt, 2000: 163-164) Wayang ini hampir sama dengan wayang kulit, bahwa dalang mengutarakan sebuah cerita dengan diiringi musik, jika dalang wayang kulit memainkan boneka-boneka kulit di depan sebuah lampu begitu saat menayangkan
bayang-bayang
di
atas layar, sedangkan dalang wayang beber menggambarkan ceritanya dengan menggelar gulungan gambar dari kertas panjang (James
perubahan yang menentukan
per-
kembangan wayang beber di masa selanjutnya, karena dalam
agama
Islam tidak diijinkan gambar- gambar manusia (makhluk hidup).
Pada
masa kerajaan Demak terdapat suatu peristiwa penting, an cerita wayang
yaitu pergantibeber. Wayang
beber yang sebelumnya mempunyai cerita purwa, diganti dengan cerita gedhog
(siklus Panji) oleh Sunan
Bonang
pada tahun 1564 Masehi
(Bagyo Suharyono, 2005: 59-61). Berdasarkan berbagai peristiwa yang berpengaruh terhadap visual wayang beber yang telah diuraikan di atas, maka wayang beber termasuk jenis wayang yang cukup banyak mengalami perkembangan dan perubahan visual sesuai dengan jiwa zamannya. Demikian, wayang beber
merupakan
wayang
yang
cukup tua sejarah kemunculannya. Di antara yang masih tersisa pada saat ini adalah apa yang disebut dengan
wayang
beber
Pacitan,
karena berasal dari desa Karangtalun, Kelurahan Gedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan.
R. Brandon, 2003: 66). Dari masa Majapahit, wayang beber terus berkembang sampai ke masa kerajaan Demak. Pada waktu itu mulai timbul kerajaan Islam di Jawa, dan mulai terjadi perubahan-
Wayang beber tersebut dibuat pada sesudah pemerintahan Amangkurat II (1677-1678) dan sebelum pemerintahan Amangkurat III (17031704) di Kartasura. Wayang beber
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
11
ISSN : 2087-0795
Pacitan melukiskan cerita panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji.
PERKEMBANGAN WAYANG BEBER PACITAN
Wayang ini berjumlah 6 gulungan
Wayang beber yang lahir
dan masing-masing gulungan me-
pada masa zaman kerajaan Ma-
muat 4 adegan, sehingga jumlah
japahit di Jawa Timur, kemudian
adegan ada 24. Konon adegan yang
berkembang di Pacitan Jawa Timur
ke-24 tidak boleh dibuka. Adegan
dan berakhir pula dengan tidak
pertama menceritakan Joko Kem-
adanya generasi dalang keturunan.
bang Kuning memohon ijin Prabu
Wayang
Brama
mengikuti
mengalami kondisi yang kritis. Pasca
sayembara mencari Dewi Sekartaji
meninggalnya mbah Mardi wayang
yang telah pergi tanpa pamit karena
beber yang dimilikinya kini diwaris-
tidak mau dipersunting oleh Prabu
kan kepada Rudhi Prasetyo. Rudhi
Klana
ke-4
sendiri sebenarnya bukanlah ke-
Joko
turunan mbah Mardi Guna Carito
Kembang Kuning untuk mengadakan
melainkan hanya anak didiknya,
pertunjukan keliling, kemudian ia
yang konon sering membantu mbah
dapat menemukan Dewi Sekartaji di
Mardi dalam pementasan, sekarang
pasar Paluh Ambo. Adegan ke-9
berprofesi sebagai guru SMP N 3
menggambarkan Prabu Klana meng-
Arjosari Pacitan. Rudhi yang me-
hadap
dengan
rupakan dalang penerus mbah Mardi
mengaku bahwa dialah yang dapat
tidak memiliki pengetahuan isoterik
menemukan Dewi Sekartaji, dan
walau dia telah lama ikut membantu
untuk membuktikannya Prabu Klana
sembari
Swandana disuruh bertanding me-
Mardi. Melalui Rudhi seni tradisi
lawan Tawangalun. Adegan ke-23
wayang beber khusunya di daerah
menggambarkan sepasang pengan-
Pacitan dapat terus bertahan hingga
tin yaitu Raden Panji Asmarabangun
kini.
Wijaya
untuk
Swandana.
mengisahkan
Prabu
Adegan
penyamaran
Brawijaya
dengan Dewi Sekartaji. Adegan ke-
beber
Pacitan
belajar
Kini
sudah
bersama
sebagian
mbah
masyarakat
24 tidak diketahui isinya karena ada
Pacitan terutama pemangku kepen-
pantangan untuk membukanya (Tim-
tingan baik itu pemerintah setempat
bul Haryono, 2009: 7-8).
dan
masyarakat
pencinta
seni
khususnya seni wayang beber berusaha 12
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
sebisa
mungkin
memper-
ISSN : 2087-0795
tahankan keaslian bentuk maupun
membuka adegan ke-24 tersebut
fungsinya,
sejak dahulu.
didasarkan
atas
ke-
yakinannya bahwa wayang beber
Rudhi Prasetyo selaku da-
memiliki nilai yang sakral. Hal itu
lang Satu-satunya tokoh yang kini
dibuktikan dengan seringnya pemen-
tersisa di Pacitan yang berprofesi
tasan wayang beber didasarkan atas
sebagai guru bahasa Jawa ini di
kebutuhan upacara ritual khusus
salah satu SMP N di Pacitan, saat ini
ruwatan, bukan sebagai media hi-
Rudhi berjuang dengan keras men-
buran semata.
jaga dan mengembangkan kesenian
Sebagaimana dijelaskan oleh
ini. Pada akhir tahun 2011 Rudhi
Warto dalam laporan hasil penelitian
telah menggagas membuat sanggar
bahwa pementasan wayang beber
seni yang bernama “Lung” berasal
bila disajikan secara utuh 6 gulung-
dari kata “elung” bahasa Jawa yang
an. Memerlukan durasi waktu 1,5
berarti “memberi”, dari sanggar ini
hingga 2 jam. Pementasan tersebut
Rudhi berharap dapat selalu mem-
biasanya digunakan untuk acara
beri kontribusi terhadap kelestarian
yang lebih sakral, seperti ruawatan,
seni dan budaya yang terdapat di
nadzar atau untuk penyembuhan.
Pacitan salah satunya adalah wa-
(Warto, Supariadi, Margana) De-
yang beber.
mikian tutur Rudhi yang menyatakan
Sanggar ini bertujuan meng-
pada saat ini dirinya masih sering
kembangkan wayang beber baik dari
mementaskan
wayang
ranah seni rupa maupun seni per-
beber antara 5 hingga 10 kali dalam
tunjukan. Selain mengajarkan cara
satu
membuat
tahun,
masyarakat
kesenian
sesuai setempat
upacara
ritual
merti
sebagai
pengusir
permintaan sebagai
wayang
beber,
juga
mengajarkan bagaimana menabuh
desa
atau
gamelan,
petaka
atau
langgam Jawa, dan juga bagaimana
menghindarkan dari bencana (Wa-
menjadi seorang dalang. Peserta
wancara Rudhi Prasetya, 2013).
didiknya tidak terbatas hanya anak-
Belum lagi keyakinan akan kekuatan
anak tetapi juga orang dewasa
mistis negatif yang akan terjadi pada
bahkan orang tua.
seseorang bila membuka gulungan
menyanyikan
Salah
satu
yang
langgam-
menjadi
ke-6 tepatnya adegan ke-24. Karena
harapan besar dari Rudhi yaitu ke
adanya
ikut sertaan cucu dari mbah Mardi,
pesan
yang
melarang
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
13
ISSN : 2087-0795
harapannya
semoga
tersambung
kurang begitu menarik karena dari
kembali tali keturunan dalang dari
setiap cerita yang disajikan hanya
mbah Mardi.
menunjukan lembar demi lembar
Beberapa perguruan tinggi kini
terlibat
dalam
upaya
dari setiap cerita yang ditampilkan apalagi
jika
dari
dalang
tidak
mempertahankan sekaligus mengu-
menarik dalam mementaskannya,
payakan
dalam
sehingga terkesan monoton, tetapi
wayang
jika dilakukan upaya-upaya peng-
bentuk
kembangan dengan serius dengan
kegiatan seperti Penelitian, Pengab-
cara yang kreatif dan inovatif tidak
dian Kepada Masyarakat, Praktek
menutup kemungkinan wayang ini
Kerja
se-
dapat populer dan mendapatkan
bagainya. Baik kesenian wayang
tempat dihati masyarakat seperti
beber yang ada di Pacitan maupun
wayang purwo.
berbagai
solusi
pengembangan kesenian beber,
melalui
berbagai
Lapangan
kesenian
lain
dan
serta
lain
beberapa
Namun demikian bila ditelaah
sumber daya lain bisa saling mem-
secara
lebih
seksama,
wayang
berikan kontribusi yang mengarah
beber telah mengalami pengem-
pada peningkatan tercapainya ke-
bangan yang signifikan.
lestarian segala kekayaan yang di-
pihak telah berusaha mengupayakan
miliki daerah tersebut.
pengembangan, jika di Pacitan Ru-
Berbagai
dhy Prasetyo dengan latar belakang WAYANG BEBER SAAT INI
seorang guru melakukan pelestarian
Hingga saat ini progresivitas
dan pengembangan dengan mem-
visual wayang beber terasa sangat
buat replikanya dengan member-
statis, tidak sepopuler wayang purwo
dayakan sanggarnya, di Klaten di-
karena faktor minimnya penggemar
dapatkan sebuah informasi, bahwa
dan
terlibat
masih ada pembuat wayang beber
didalamnya. Wayang beber yang
berdasarkan pesanan dalang wa-
sarat dengan historis penuh nilai
yang beber Pacitan, bahkan pem-
mistis tidak banyak penggemarnya
buat wayang beber Pacitan tersebut
hal
juga
pelaku
ini
seni
yang
disebabkan
kurangnya
berprofesi
sebagai
dalang
intensitas pementasan, tidak banyak
wayang beber. Seniman pembuat
dalang yang bisa mementaskan dan
wayang
dalam penyajiannya bisa dikatakan
bernama Musafiq, dahulu memang
14
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
beber
Pacitan
tersebut
ISSN : 2087-0795
Musafiq
sempat
selama
memberikan pengaruh dan inspirasi
masa
yang kuat bagi seniman-seniman
pensiunnya, dan kini bertempat ting-
dalam penciptaan karyanya. Banyak
gal di desa Gading Tulung, Be-
seniman-seniman masa kini men-
langwetan, Klaten, Jawa Tengah.
jadikan
Bagi Musafiq, pembuatan wayang
acuan visual karyanya meskipun
beber Pacitan tidak hanya sekedar
hanya sebatas visual, namun se-
membuat
niman-seniman
beberapa
tahun
seperti
tinggal hingga
aslinya,
tetapi
wayang beber menjadi
masa
kini
telah
beliau berusaha membuat terobos-
memberikan warna tersendiri ter-
an-terobosan
bentuk
hadap pelestarian dan pengembang-
(visual) maupun penyajiannya agar
an peninggalan karya yang adi
wayang beber Pacitan mampu men-
luhung ini. Tanpa disadari pada saat
curi perhatian masyarakat umum,
ini wayang beber telah mengalami
sehingga wayang beber bisa me-
transformasi bentuk yang baru. Hal
narik dan diminati lagi oleh semua
ini salah satunya dibuktikan dengan
kalangan baik tua, muda maupun
adanya pameran yang diselenggara-
anak-anak.
kan Bentara
dalam
Bukan
hal
perkara
yang
Budaya dan Balai
mudah untuk mewujudkannya, na-
Sujatmoko 25 Maret – 1 April 2013.
mun
Musafiq
Pada pameran tersebut telah di-
selama ini dalam mempertahankan
sajikan karya-karya wayang beber
wayang beber Pacitan perlu di-
dalam berbagai wujud dalam bentuk
apresiasi dan dikaji lebih mendalam
seni lukis dengan media cat minyak
melalui
penelitian
ini,
dan cat akrilik pada kanvas bahakan
muncul
beberapa
masalah,
peran
dan usaha
sehingga di-
ada yang mwujudkannya dalam ben-
antaranya, bagaimana perkembang-
tuk komik. Memang secara visual
an visual wayang beber Pacitan
tidak semua karya disajikan secara
hasil
yang
utuh seperti wayang beber yang
menurut berita beliau telah membuat
terdiri dari 24 adegan, hanya meng-
suatu bentuk wayang beber yang
ambil adegan-adegan tertentu saja.
tidak lazim dengan beberapa faktor-
Hal ini patut diberikan apresiasi yang
faktor yang melatarbelakangi ter-
tinggi meskipun zaman mengalami
ciptanya karya-karya Musafiq.
perubahan global namun wayang
kreatifitas
Musafiq
Di dalam dunia seni rupa
beber yang eksistensinya sudah ada
khususnya seni lukis wayang beber
berabad-berabad yang lalu masih
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
15
ISSN : 2087-0795
dapat diurai, diapresiasi, dan dinik-
pekerjakan orang tidak hanya untuk
mati
memproduksi,
meskipun dalam wujud yang
berbeda.
belajar,
tetapi
sehingga
juga
untuk
dirinya
harus
bertindak ketat. Orang yang baru mengenal hanya boleh membuat BIOGRAFI JOKO SRI YONO
sketsa dan dilarang untuk bermain
Joko Sri Yono lahir pada
warna. Demikian pula yang terjadi
tanggal 7 November tahun 1951 di
pada Joko saat mengawali belajar
kalangan
membuat
kerabat
keraton
Ka-
wayang
Beber.
Joko
sunanan Surakarta, baik ayahnya
sangat senang bisa belajar membuat
Sopawi Atmowiyono dan ibunya Wiji,
wayang
semua mengabdi di keraton Kasu-
Bahkan dirinya lebih mengutamakan
nanan. Joko memiliki 4 bersaudara
membuat wayang Beber ketimbang
sekandung dan dirinya sebagai anak
harus sekolah, yang pada saat itu
bungsu. Karena tempat tinggalnya
masih Sekolah Rakyat atau biasa di
sangat dekat dengan keraton Ka-
sebut SR, sekolahnya ada di sekitar
sunanan maka kehidupan sehari-
Gajahan no 52 Surakarta. Sekolah
harinya juga banyak di sekitar ke-
di jalani pada siang hari setelah
raton.
dirinya bekerja pada Eyang, dan hal
beber
dengan
Eyang.
Joko mengenal wayang be-
itu berlangsung hingga tingkat Se-
ber pada usia sekitar 8 tahun (1959)
kolah Menengah. Joko sendiri mulai
melalui Raden Ngabehi Atmosoe-
bermain
pomo (1896-1964) atau biasa di-
selama kurang lebih 9 tahun waktu
sebut Eyang Ngabehi yang merupa-
dirinya mulai menginjak Sekolah
kan juru sungging Keraton Kasu-
Menengah, itupun dilakukan dengan
nanan Surakarta,
mencuri-curi saat berlangsung istira-
rumahnya dekat
warna
setelah
dengan Joko di Kampung Horde-
hat
nasan, Baluwarti, Keraton Kasuna-
istirahat siang, Joko justru berada di
nan Surakarta. Joko belajar dan
ruangan di mana proses menyung-
membantu membuat wayang beber
ging wayang di garap. Sedikit demi
secara runtut dan tekun di rumah
sedikit dia mengamati dan mencoba
Eyang Ngabehi, diawali dari mem-
menyungging
buat sketsa hingga bertahun-tahun
siapapun. Alhasil pekerja yang ber-
lamanya.
tugas menyunggingpun tidak pernah
16
Eyang
Ngabehi
mem-
siang. Ketika
bekerja
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
tanpa
semua orang
di
ketahui
ISSN : 2087-0795
merasa ada yang janggal dengan
nya. Setelah 1 tahun Joko mencoba
garapannya, meski sudah ada cam-
bertahan
pur tangan Joko. Demikian Joko
membuat pola batik secara lepas
menyimpulkan bahwa dirinya sudah
untuk ditawarkan/ melayani pesanan
mampu
dari
menyungging
wayang
dengan
beberapa
tetap
bekerja
perusahaan
batik
beber, meski belum diperbolehkan
yang dibantu dengan 2 orang te-
oleh Eyang. Hingga pada saat Joko
mannya, usahanya kembali bangkit
mendapat tawaran dari Eyang diri-
dan bekas karyawan lama banyak
nya
mensung-
diundang kembali. Tetapi tidak lama
ging(memberi warna), sehingga ti-
kemudian pada tahun 1975, Joko
dak lagi mengalami kesulitan mem-
justru kembali ke Solo untuk me-
buat wayang Beber hingga proses
nikah dengan gadis Sragen yang
finishing. Pada saat tersebut wayang
bernama Sukarti. Sejak itu Joko
produksi Eyang banyak dibeli Ghotik
kembali hidup di Solo dan menjadi
Kwan orang pribumi keturunan Chi-
desainer di batik Semar. Setelah
na dan Ong Hukam salah satu Do-
lima tahun, pada tahun 1980 Joko
sen Universitas Indonesia. Semua
dikarunia seorang putra dan keluar
karya di jual ke luar negeri terutama
dari batik Semar, dan kembali ke
Amerika. Setelah ke dua orang ter-
Jakarta untuk mengulangi usahanya
sebut meninggal maka terhentilah
yang lalu. Tidak begitu lama hanya
produksi
berkisar 3 tahun Joko mendirikan
diijinkan
untuk
wayang
beber
Eyang
Hangabei.
usaha serupa di rumahnya yang
Setelah lulus Sekolah Menengah pada tahun
Joko
Di sini Joko mengembangkan
berbekal keahliannya melukis wa-
usaha menjadi desain batik printing,
yang beber merantau ke Jakarta dan
dan mengalami kejayaan, hingga
bekerja di perajin batik bernama
banyak pelanggan. Bahkan bebe-
Liong Kun, di perajin tersebut Joko
rapa seniman besar seperti Sapto
memiliki tugas membuat pola batik
Hudoyo
yang sedianya akan dibuat bentuk
memesan desain pada Joko Sri
desain kain batik. Pada tahun 1974
Yono. Desain yang paling banyak
semua
batik
digemari adalah motif tenun tetapi
tersebut pulang kampung, kecuali
dibuat dengan teknik batik printing
Joko Sri Yono dan 2 orang teman-
atau biasa disebut Stim. Begitu
pekerja
di
1970
hingga sekarang didiami.
perajin
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
dan
perusahaan
besar
17
ISSN : 2087-0795
larisnya hingga Joko sudah memiliki
tradisi. Hal ini dapat kita lihat pada
nama Bima dengan logo Bima.
bentuk
anatomi
wayang
yang
Disela-sela kesibukannya Jo-
dihasilkan dari karya Joko Sri Yono
ko merasakan akan kerinduannya
dengan wayang beber Pacitan. Jika
pada wayang Beber, terlebih bila
pada anatomi tubuh wayang beber
melihat banyak pelukis yang bersifat
Pacitan
natural,
mulai
Nolodermo misalnya lebih ramping
menggeluti wayang Beber kembali
bila dibandingkan dengan wayang
pada
beber karya Joko.
sehingga
tahun
dirinya
2003
meski
masih
yang
asli
untuk
tokoh
bersifat sambilan, karena kewajiban-
Kini Joko Sri Yono lebih
nya menafkahi keluarganya. De-
fokus pada wayang Beber ketika
mikian dirinya mulai sadar akan
dirinya sudah merasa lelah kerja
masa depan wayang Beber. Bagai-
pada orang lain. Demikian dirinya
mana dirinya harus melestarikan
tetap
budaya
maka
utamanya karena faktor finansial
ketika orang yang datang mem-
yang tidak bisa diharapkan. Joko
bicarakan
beliau
mengerjakan wayang Beber pada
hati
saat tenang atau tidak disibukan
bersedia membantu apa yang men-
oleh urusan lain, karena kini dirinya
jadi kehendaknya. Terutama maha-
memiliki kewajiban mengasuh cucu
siswa atau pelajar yang mau belajar,
yang orang tuanya berada di Papua.
maupun hanya sekedar mencari
Joko Sri Yono memberikan apresiasi
data lisan. Apalagi pada saat ini
yang tinggi pada peninggalan karya
menurutnya dalam pelukisan wa-
yang adiluhung ini meskipun dari
yang beber banyak yang keluar dari
keturunnanya belum ada yang ter-
pakem keraton. Meskipun wayang
tarik untuk ikut mengapresiasinya,
beber yang dibuat Eyang Ngabehi
tetapi Joko berharap suatu saat ada
sudah
penerusnya.
sangat
bangsa
tersebut,
wayang
senang
mengalami
Beber
dan
rela
gubahan/
pe-
tidak
menjadikan
profesi
nyempurnaan bentuk dari wayang
Joko memiliki koleksi be-
beber Pacitan yang menjadi acuan
berapa wayang beber baik itu gaya
sebelumnya
Pacitan
karena
menurutnya
maupun
Wonosari.
Dari
keraton adalah sumber pakem atau
beberapa sketsanya dengan media
kaidah dari setiap produk budaya di
pena pada plastik mika juga terdapat
masyarakat
beberapa
18
terutama
seni
rupa
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
sketsa
dengan
tokoh
ISSN : 2087-0795
cerita rakyat lain, seperti Ande-ande
lumnya yang pernah dibuat dengan
Lumut, Ken Arok, dan cerita Ra-
media tinta pada kertas yang mudah
mayana. Meskipun Joko mempunyai
rusak/ sobek.
karya
wayang
beber
Wonosari
dalam bentuk satu adegan dengan media cat akrilik pada kain mori dengan ukuran 90cm X 120cm, secara bentuk Joko lebih senang Wayang
beber
Pacitan.
Koleksi
karya wayang beber Joko Sri Yono terdiri dari 2 media yaitu media cat akrilik kain mori dan tinta pada plastik mika. Karya dengan media cat akrilik pada kain mori terdiri dari 1 set 23 adegan 6 gulungan yang setiap
taferilnya
untuk
lebarnya
90cm sedangkan panjangnya antara 90cm s/d 120cm mensesuaikan dari setiap taferilnya, karya ini pernah dipamerkan di Balai Sujatmoko pada tanggal 25 Maret – 1 April 2013 yang bertajuk
Wayang
Beber
Antara
Inspirasi dan Transformasi. Sedangkan
dengan media
Gb. 1. Master karya wayang beber karya Joko Sriyono, “Rama dan Shinta” dengan media tinta pada plastik mika, 60cm x 90cm, 2013. Foto: Sutriyanto
tinta pada plastik mika, yang terdiri dari 23 adegan dengan masingmasing ukuran 90cm s/d 120cm, karya dengan media mika ini dibuat
MATERIAL WAYANG BEBER KARYA JOKO SRI YONO
master
Sebagaimana telah diutara-
supaya tidak mudah rusak/sobek
kan di depan bahwasanya wayang
dan untuk memudahkan pembuatan
Beber semula diciptakan menggu-
wayang beber pada proses mem-
nakan daun rontal yang dirangkai
buat sketsanya. Hal ini didasarkan
menjadi sebuah lembaran-lembaran
pada
yang tersusun rapi, dan pada per-
dengan
tujuan
pembuatan
sebagai
master
sebe-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
19
ISSN : 2087-0795
kembangannya terbuat dari kertas
yang dicampur dengan binder
yang dibuat dari kayu hasil produksi
bagai pengikatnya. Adapun warna
pabrik di Ponorogo. Seiring dengan
yang digunakan warna primer dan
perkembangan waktu alat dan ba-
putih. sedangkan untuk membuat
han jika mengacu pada pembuatan
tingkatan warna dicampur dengan
wayang beber aslinya terlalu sulit
warna
diperoleh mengingat tidak keter-
dengan kebutuhan tingkatan warna
sediaan di untuk mepermudah pen-
dengan
ciptaan alat dan bahan yang dipakai
sungging sendiri merupakan tehnik
menggunakan alat dan bahan yang
membuat tingkatan warna dari gelap
banyak dijual dipasaran yaitu untuk
keterang ataupun sebaliknya
kuas di toko alat tulis dan sablon.
hingga jika dilihat dari jarak
Dalam pembuatan wayang beber
Joko
menggunakan
china
yang
ujungnya
kuas
putih
tehnik
yang
se-
disesuaikan
sungging.
Tehnik
sepan-
dang tertentu akan terkesan seperti gradasi warna.
berbentuk
Pena drawing adalah pena
runcing hal ini untuk memudahkan
yang biasa digunakan untuk meng-
dalam memulaskan cat
yang di-
gambar tehnik. Pena ini digunakan
sesuaikan dengan bentuk dari setiap
untuk finishing dengan membuat
obyek wayang beber baik figur
kontur
maupun
yang
sekaligus digunakan untuk membuat
terdapat pada setiap bagian obyek-
isian berupa ornamen secara detail.
nya dengan tehnik sungging. Untuk
Pena yang digunakan juga terdiri
pengerjaan
dari beberapa ukuran 0,1mm –
ornamen-ornamen
dibutuhkan minggu
dalam waktu
itupun
satu 2
taferil
sampai
dikerjakan
3
tanpa
pada
0,5mm,
yang
setiap
obyek
dan
mempunyai fungsi
sendiri-sendiri,
misalnya
pena
batas jam. Menurut penjelasan Joko
dengan ukuran 0,5mm digunakan
memang untuk mengerjakan wayang
untuk kontur anatomi tokoh/figurnya,
beber dibutuhkan ketekunan, ke-
sedangkan
rajinan, dan keuletan karena tingkat
dipakai pena dengan ukuran 0,1mm.
untuk
isian
ornamen
kesulitan dan kerumitan dari setiap bagian harus
dikerjakan dengan
hati-hati, dengan toleransi kesalahan
TEKNIS PEMBUATAN WAYANG BEBER
yang
Secara teknis Joko dalam
digunakan adalah pigmen sablon
pembuatan wayang beber dimulai
yang
20
kecil.
Bahan
warna
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
dari pembuatan masternya terlebih
2. Sketsa dari kertas dipindahkan
dulu, untuk master ini pada awalnya
dengan media pena pada mika
Joko menggunakan kertas minyak
yang digunakan sebagai master,
(kertas
media
agak
transparan)
untuk
mika
dipakai
dengan
memudahkan dalam membuat skets.
tujuan supaya tidak mudah rusak.
Karena master yang dibuat dengan
Ide dengan memakai medium
bahan kertas mudah rusak akhirnya
mika ini dari pengalaman Joko
Joko membuat master gambarnya
ketika
dengan media tinta pada plastik
printing.
menggeluti
dunia
batik
mika. Karena tehnik yang digunakan
3. Setelah itu gambar pada mika
Joko adalah dengan tehnik blat
dijadikan master untuk dipindah-
tembus pandang yaitu tehnik dengan
kan pada kain dengan tehnik blat
meletakan media (kain mori) di atas
dengan penyinaran
master
bawah meja kaca yang dilanjut-
yang
telah
dibuat
se-
dengan
lampu di-
belumnya kemudian diletakan di
kan
melakukan
pe-
atas meja kaca yang disinari dengan
nebalan kontur/ garis sketsa su-
lampu sehingga gambar masternya
paya lebih tajam sekaligus me-
terlihat pola/gambar yang sudah
lakukan koreksi jika ada bentuk
dibuat sebelumnya.
yang kurang tepat.
Adapun proses pembuatan
4. Dari sketsa kain yang sudah jadi
wayang beber yang dilakukan Joko
mulai diberi warna dari setiap
adalah sebagai berikut:
objek dengan tehnik sungging,
1. Terlebih dulu Joko membuat sket
dengan campuran warna yang
awalnya
pada
kertas
dengan
menggunakan pensil agar jika ada kesalahan mudah dihapus, dengan
ukuran
akan diwarnai. 5. Jika proses pewarnaan sudah
sudah
selesai tahap berikutnya pem-
ukuran
berian kontur dan membuat isian
yaitu
berupa ornamen dengan meng-
dengan lebar 90cm dan untuk
gunakan pena dari setiap detail
disesuaikan wayang
dengan
beber
panjangnya
yang
disesuaikan dengan objek yang
aslinya
antara
120cm tergantung
100cm
–
obyeknya.
dari setiap
adegannya.
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
21
ISSN : 2087-0795
7. Dari gambar wayang yang sudah jadi diberi kayu pada bagian kanan dan kirinya yang berfungsi sebagai
penggulung
sebagai
tiang
sekaligus
pancang
untuk
pembentang ketika dilakukan pementasan.
SIMPULAN Dalam setiap penelitian sangat diperlukan beberapa metode Gambar .02. Proses pewarnaan yang dilakukan secara bertahap dengan tehnik sungging. Foto: Sutriyanto
guna mendapatkan data yang valid dan
relefan.
Kajian
ini
lebih
mengarah pada aspek rupa atau 6. Finishing dilakukan dengan mem-
visual yang terdapat pada wayang
dengan cairan be-
beber koleksi Joko Sri Yono, baik itu
rupa binder yang biasanya di-
bentuk maupun warna yang digu-
gunakan untuk medium sablon,
nakan serta makna yang terkandung
dengan tujuan supaya melindungi
di dalamnya dengan menggunakan
warna tidak mudah pudar/tahan
kajian kualitatif, sehingga apa yang
lama, kotor, dan mudah dibersih-
tersurat dan tersirat dalam wayang
kan.
beber dapat diketahui secara detail.
beri lapisan
Sesuai dengan ranah yang penulis geluti, maka beberapa metode yang digunakan mengarah pada aspek seni
rupanya.
Dalam
metode
penelitian kualitatif Burham berpendapat. Metode observasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi itulah dikenali Gambar. 03 Gambar wayang beber yang sudah diberi lapisan binder sebagai pelindung. Foto: Sutriyanto
22
berbagai
rupa
kejadian,
peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari kehari di tengah
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
masyarakat (Burhan Bungin, 2005:
merupakan stetmen dari penulis atas
65).
hasil penelitian yang telah dilakukan. Selama
proses
penelitian
banyak hal yang diperoleh baik berupa
informasi
secara
maupun
tertulis
ataupun
artefak.
Adapun
dalam
lisan berupa
kegiatan
penelitian ini dengan diperolehnya data-data baru yang sebelumnya belum tergali dapat memberikan informasi yang penting untuk melakukan penelitian lanjutan mengingat dirasa banyak informasi yang belum
tergali
secara
maksimal.
Misalnya sebuah informasi mengenai guru/pembimbing Joko Sriyono yaitu seorang juru sungging Keraton Ksunanan Surakarta yang bernama Raden
Ngabehi
(1896-1964)
yang
*Penulis adalah Dosen Seni Rupa ISI Surakarta
Atmosoepomo biasa
disebut
Eyang Bei, bahwa selama membuat wayang beber gaya Pacitan Eyang Bei pernah melakukan penyempurnaan bentuk dari beberapa bagian anatomi dari setiap tokohnya. Hal ini jika dikaji lebih mendalam tidak menutup kemungkinan dapat melengkapi data-data yang belum tergali. Penulis mencoba memberikan persepsi pada hasil yang telah
DAFTAR PUSTAKA Angst, Walter. Maret 2009. ”Wayang Perlu Inovasi Multi Media” dalam Yogyakarta Studium Generale di MMTC. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, edisi Jumat 6. Bertens, K, 1979. Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, Bungin, Burhan . 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasan Model Aplikasi . Jakarta: Raja Grafindo Persada, edisi 3. Cassirer, Ernst dalam Agus Sachari, 2006. Estetika Makna, Simbol dan Daya (Bandung: Penerbit ITB Bandung. Gell, Alfred, 2005. Anthropology Art and Aesthetics, Clarendon Press, Oxford. Hauser, Arnold. 1974. The Sociology Of Art, Terj. Kenneth J. Chicago dan London: The University of Chicago Press. Hogart, Burne, 2003. Dinamic Anatomy and Revised Expanded Edition, Watson Guptil, New York.
didapat berdasarkan kroscek bersama para nara sumber dan data pustaka, di mana persepsi tersebut
James R. Brandon, 2003. Jejak-jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara, Terj. R.M.
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
23
ISSN : 2087-0795
Soedarsono, Bandung: P4ST UPI. Lombard, Danys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya I . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Maulana, Ratnasih. 1997. Ikonografi Hindu . Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
SumberLain Wawancara dengan Rudhi Prasetya, 9 September 2013. 15.00 – 17.00 Wawancara dengan joko Sri Yono, 11 desember 2013, 19.00 – 21.30 WIB Wawancara dengan joko Sri Yono, 17 Oktober 2014, 16.00 – 18.00 WIB
Soedarsono, R.M. 1999. Metodelogi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Arti line, cetakan pertama. Shoishcate, Anna & Sparow Keith. 2011. pada tahun Drawing Manga Expressions and Poses, Rosen Central. Bagyo Suharyono, Wayang Beber Wonosari (Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2005), 51. Teew. A, 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta, Dunia Pustaka Jaya Warto dalam Sutriyanto, Juli 2011. Ornamen, Jurnal Kriya Seni ISI Surakarta, Vol 8 No. 2. Hal 125-137. Sri Mulyono, Wayang, Asal-usul, Filsafat, dan Masa Depannya (Jakarta: Gunung Bagyo
Suharyono, 2005: 59-61. Periksa juga Bennedict R.O.G. Anderson, The Last Picture Show Wajang Beber, Conference on Modern Indonesia Literarure Madion, U.S.A, 1974), 34.
Claire
Holt, Melacak Jejak Perkembangan di Indonesia, Terj. R.M. Soedarsono (Bandung: MSPI, 2000), 163164
24
Vol. 6, No. 1, Juli 2014