ISSN : 2087-0795
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
97
ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN Lingkungan
an ketika akan bepergian jauh dari
tempat
tinggal
desa/kampung, selamatan
ketika
saya dahulu (di lingkungan pedesa-
memiliki kendaraan baru dan lain-
an, desa Rompegading, kecamatan
lain.
Liliriaja, kabupaten Soppeng, pro-
Ritual, upacara atau selamat-
pinsi Sulawesi Selatan), masih di-
an yang dilakukan disertai dengan
liputi oleh hal-hal yang bernuansa
pemotongan hewan ternak seperti
magis.Para orang tua waktu itu
kerbau, sapi, kuda, kambing
sering bicara mengenai tempat-
ayam. Jenis dan jumlah hewan
tempat keramat, pohon keramat,
yang dipotong tergantung pada
juga dukun masih sangat diper-
jenis ritualnya.Daging hewan yang
cayai untuk penyembuhan berbagai
telah dipotong kemudian dimasak
macam penyakit. Masih melekat
dan di makan bersama warga
dalam ingatan saya setiap malam
lainnya.Selain daging hewan yang
Jumat, para warga termasuk ke-
telah
luarga saya menyalakan dupa di
berbagai
bawah tangga rumah (rumah pang-
kelengkapan ritual. Antara lain Nasi
gung), dengan maksud jin atau
putih, sokko (seperti nasi dari beras
setan (roh jahat tidak masuk ke
ketan), kaddo' (terbuat dari beras
dalam rumah). Berbagai ritual juga
ketan dimasak bersama santan dan
sering
ritual
diberi garam), sawa’ (terbuat dari
maccera’ tanah (upacara sebagai
beras yang dibungkus dengan daun
bentuk rasa syukur karena telah
kelapa yang masih muda) dan lain-
diberikan kesuburan tanah), ritual
lain.
pada saat mendirikan rumah, se-
menyerupai gunung yang dibagi ke
lamatan ketika menempati rumah
dalam empat bagian warna yang
yang baru didirikan, upacara per-
menyimbolkan keempat unsur ke-
kawinan,
sunatan,
hidupan di dunia yaitu warna hitam
maddoja bine (begadang menung-
yaang melambangkan tanah, putih
gui benih padi yang dilakukan pada
melambangkan air, merah melam-
malam hari sebelum menanam be-
bangkan api dan kuning melam-
nih padi keesokan harinya), se-
bangkan udara. Sebelum makan
lamatan karena memperoleh hasil
bersama terlebih dahulu dibacakan
pertanian yang melimpah, selamat-
serangkaian doa oleh Imam (pe-
98
dilakukan,
seperti;
aqikahan,
dimasak jenis
Sokko
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
dan
disediakan
pula
makanan
untuk
biasanya
dibentuk
ISSN : 2087-0795
muka agama), agar ritual yang
guna menebus dosa, kesalahan,
dilaksanakan memperoleh berkah
menyingkirkan keburukan dan un-
dan keselamatan dari-Nya. Kadang
tuk
-kadang juga dibacakan doa ba-
kekuatan batin, keberanian dalam
razanji (beberapa orang laki-laki
menapak hidup ke depan. Serang-
membaca doa-doa yang dilakukan
kaian ritual dilakukan untuk mem-
sambil berdiri dengan alunan nada
bina hubungan yang baik dengan-
yang seirama).
Nya, tertuju pada Sang Penguasa
Rachmat Subagya, (1981 :
mendapatkan
ketenteraman,
alam semesta. Dalam buku Mencari Tuhan Sepanjang Masa Alfred
139) menulis bahwa:
North Whitehead, (2009:13) men-
Setiap upacara merupakan wahanah mengarah ke kelepasan, pemudaran, pemulangan dan realisasi diri, yang dapat diperbandingkan dengan penebusan yang dirasa kebutuhannya oleh setiap manusia.Pada taraf kehidupan jasmani manusia menghadapi bahaya, kesialan, kegagalan, musibah lebih-lebih mengancamnya pada saat orang beralih dari stadium yang satu ke stadium yang lebih lanjut.
jelaskan:
Masyarakat desa yang homogen (sejenis, sebangsa) cenderung pemikirannya masih alami karena belum mendapat pengaruh yang
…kepercayaan kepada mitos memuat keyakinan bahwa sesuatu harus diambil dari “hero-person” atau “hero-thing” atau sesuatu yang ditakuti dari mereka harus dihindari. Maka, muncullah mantra, doa, puji-pujian dan ritual untuk menyatukan diri dengan dewa pahlawan. Jika pahlawan pujaannya berupa pribadi, kita menyebut ritual beserta mitosnya sebagai “agama”; jika pahlawannya berupa benda, kita menyebutnya “magi”.Dalam agama, kita memohon; dalam magi, kita memaksa.
Sejalan
dengan
itu
Karen
berarti dari luar, di alam pikiran
Amstrong dalam buku Masa Depan
masyarakat desa di lingkungan
Tuhan (2011:64) menjelaskan:
tempat tinggal saya dahulu ritual adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Ritual dilakukan baik kelompok,
keluarga
maupun
per-
orangan dilakukan secara insidentil maupun secara periodik. Diadakan
Manusia merasakan kerinduan akan yang mutlak, merasakan kehadirannya di sekeliling diri mereka, dan berupaya sekuatnya untuk memelihara perasaan tentang yang transenden ini melalui ritualritual kreatif. Namun, mereka juga merasa asing
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
99
ISSN : 2087-0795
dengan-Nya.
yang terjadi.Ini adalah cara saya dalam
Pengalaman hidup di kam-
dunia
yang
tidak saya pahami pada waktu itu.
pung halaman tersebut masih melekat dan mempengaruhi pema-
menghadapi
Pada saat berangkat melanjutkan studi S2 di Yogyakarta.Saya
haman saya terhadap sang pengu-
mengalami perasaan “kesendirian,
asa alam semesta yang terus
kekosongan dan kehilangan”, kare-
berevolusi sampai saat ini.
na berpisah dengan keluarga dan
Pengalaman lain ketika terjadi suasana seperti hujan lebat terkadang hujan es, kilat dan guntur yang menggelegar, banjir besar, kebakaran hebat yang mengerikan. Sebagai anak kecil waktu itu, saya merasa takut dan secara spontan berdoa sambil membaca beberapa surat dan ayat-ayat Al-Q’uran yang telah dihafal untuk menenangkan hati, memohon agar diberi perlindungan dan keselamatan dari Tuhan Sang Penguasa alam semesta. Hal ini terjadi sepanjang hidup saya, ketika mengalami ketidakselarasan
dengan
alam
maupun suasana batin yang mengganggu.Sehingga hal ini telah menjadi kebiasaan bila terjadi hal yang menakutkan dan menyulitkan dalam kehidupan, secara spontan berdoa kepada Tuhan mohon pertolongan dan keselamatan dari-
lingkungan tempat tinggal.Dari sini kemudian,
intensitas
komunikasi
saya dengan Tuhan semakin meningkat. Sepanjang perjalanan ke tempat tujuan, saya terus memohon kepada Tuhan melalui shalat, berdoa, dan berzikir, berpasrah diri kepada Tuhan dan berharap pertolongan dari-Nya. Teman sepanjang perjalanan adalah Tuhan. Tuhan lalu selalu hadir di setiap relung hati saya di manapun saya berada.Tuhan terasa ada di manamana dalam “kesendirian” saya. Berpisah dengan keluarga ternyata dapat lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, kewajiban shalat, sebagai muslim lebih meningkat, berzikir,
dan
belajar
doa-doa
selamatan untuk memberikan rasa aman pada diri. Sholeh dan Imam Musbikin, (2005:157) menjelaskan: Adanya pengenalan yang
Nya. Dengan berdoa maka ada
benar akan menumbuh-
perasaan
dari
kan rasa membutuhkan,
perasaan takut terhadap situasi
ingin bertemu, ada hajat
lega
dan
lepas
untuk menjalin komuni100
ke-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
kasi. Jika hati dalam kon-
secara penuh terhadap sesuatu,
disi seperti ini, kemudian
yang pada umumnya berujung pa-
menegakkan shalat, maka
da perenungan terhadap realitas
ada peluang kekhusyu’an
tertinggi. Lebih lanjut Weber (2012:
hadir menyertai.
398) menjelaskan bahwa kontemSeiring dengan berjalannya waktu, kehidupan saya di perantauan telah dapat beradaptasi di lingkungan tempat tinggal dengan baik, tetapi kesendirian masih terus membayangi diri saya, walaupun telah memiliki teman yang banyak dan lingkungan yang bersahabat serta keluarga kecil. Whitehead menyebut
bahwa
dunia
adalah
plasi adalah: …sebuah perjuangan untuk bisa beristirahat di dalam Tuhan dan di dalam Dia saja. Ini mengandung ketidakaktifan, dan di bentuknya yang paling konsisten, mengandung penghentian berpikir, menampik segala sesuatu yang mengingatkan kepada dunia, dan tentunya, pemininimalan absolut semua aktivitas eksternal dan internal diri.
panorama dari kesendirian dalam
Sebelum lebih jauh berbicara
kebersamaan, (2011:98). Karena
masalah kontemplasi perlu dijelas-
lingkungan dan budaya yang ber-
kan makna kata tersebut. Kontem-
beda, terutama adat istiadat di
plasi menurut Kamus Besar Ba-
masyarakat.Ada
“ke-
hasa Indonesia adalah renungan
kosongan” dan “kesendirian” dalam
dan sebagainya dengan kebulatan
kehidupan saya, kehilangan ko-
pikiran atau perhatian penuh. Ada-
munikasi dengan kehidupan masa
pun asal-usul kata kontemplasi ber-
lalu.
asal dari Bahasa Latin (contem-
perasaan
Kesendirian adalah ciri dari
plore) berarti merenung dan me-
kontemplasi. Menurut Max Weber
mandang. Max Weber, (2012:399-
kontemplasi
400) menjelaskan:
merupakan
pelarian
dari dunia. Maksudnya bahwa seseorang yang berkontemplasi harus menarik diri dari berbagai aktivitas formal keduniawian, meninggalkan segala hal yang mengganggu pikiran dan larut dalam kesendirian dalam rangka pemusatan pikiran
Kontemplasi tidak selalu mengabaikan secara pasif mimpi atau hipnotis-diri sederhana, meski inilah yang sering ditemukan dalam praktiknya. Sebaliknya jalan kontemplasi agak berbeda, yaitu pengkonsentrasian penuh semangat kebenaran-kebe-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
101
ISSN : 2087-0795
naran tertentu. Aspek penentu proses ini bukan isi kebenaran - kebenaran, yang seringkali terasa sederhana bagi yang bukan mistikus, melainkan lebih merupakan tipe penitikberatan yang diberikan kepada kebenaran. Kebenaran – kebenaran mistis mulai dengan measumsikan posisi sentral di dalam dunia, dan berupaya mengintegrasikan semua jalinan pengaruhnya, sebuah pandangan yang total tentang dunia.
kesadaran manusia tentang keberadaan-Nya
cayai adanya Tuhan. Sejak dahulu manusia telah berkontemplasi religius bentuk dan prakteknya masih dapat kita lihat sampai sekarang, baik kepercayaan asli masyarakat desa maupun yang
melakukan persatuan dengan Tusering juga disebut
dengan jalan mistisisme mengandung unsur kontemplasi.Baik meditasi, yoga, tapabrata, hidup membiara, yang di dalamnya terkandung
Kontemplasi diri adalah buah dari pengalaman hidup manusia. Ada banyak cara yang dilakukan individu dalam berkontemplasi. Tetapi tentu ada titik di mana kontemplasi itu praktik dan tujuannya sama. Pada praktiknya orang yang berkontemplasi melakukannya dengan “sendiri (individu)”, Kesadaran tidak dihilangkan akan tetapi ditujukan pada satu objek. Tujuan kontemplasi pada dasarnya sama perenungan
mendalam
yang berujung pada peningkatan 102
berintegrasi dengan
diciptakan oleh nenek moyang kita dahulu yang berbeda satu sama lain dari daerah satu dengan lainnya sebagai sarana menghubungkan dirinya dengan sang penguasa alam semesta. Kadang-kadang memiliki kemiripan walaupun tidak ada hubungan secara langsung. Banyak
“konsentrasi” tinggi dan penuh.
adalah
telah
agama resmi. Banyak simbol yang
dalam setiap usaha manusia untuk
yang
makhluk
Tuhanbagi manusia yang memper-
Perlu juga dipahami bahwa di
han,
sebagai
hal
yang
ada
di
sekeliling kita yang dapat dijadikan subjek pengamatan dalam berkontemplasi diri, namun objek kontemplasi yang menjadi amatan saya adalah yang bersifat religius. Religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa kedalaman isi pribadi manusia, (Y.B. Mangunwijaya, 1988:12). Merasakan kehadiran Tuhan
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
adalah sesuatu yang bersifat re-
shalat,
ligius. Tuhan tidak hanya hadir
tengah malam (tahajjud), membaca
dalam ibadah di Mesjid, di Gereja,
ayat-ayat suci al-Q’uran, dan ber-
di Kuil dan tempat ibadah lainnya,
puasa.
tetapi Tuhan bisa hadir di manamana
seperti
dalam
ritual,
di
berzikir,
berdoa,
shalat
Berkontemplasi dapat dilakukan di mana saja. Sebagai individu
rumah, di gunung, di pantai, di
urban yang tinggal di
hajatan, di kendaraan, di jalanan di
perkotaan, kontemplasi
religius
kuburan dan lain sebagainya. Da-
saya lebih tertuju kepada
ibadah
lam hal ini, saya tidak bermaksud
keagamaan.Kita bisa memahami
menyatakan bahwa ada banyak
bahwa di lingkungan perkotaan ma-
Tuhan atau berbuat syirik tetapi
syarakatnya
saya
majemuk. Masyarakat kota juga
ingin
berbagai
menyatakan
fenomena
bahwa
dalam
ke-
adalah
lingkungan
masyarakat
lebih realistis. Sehingga sangat ja-
hidupan ini dapat menjadi tanda-
rang
tanda kehadiran Tuhan di balik
ligiusitas selain ibadah wajib dalam
semua misteri kehidupan yang kita
keagamaan. Salah satu ritual selain
hadapi sehari-hari, seperti kubah
ibadah keagamaan dapat dijumpai
langit yang tidak bisa kita jangkau,
di perkotaan antara lain adalah
laut yang begitu luas tanah yang
grebeg Syawal dan grebek Maulid
kita
tumbuh-tumbuhan
Nabi Muhammmad sebagai ritual
yang beraneka ragam dan masih
tahunan yang diadakan di ling-
banyak lagi yang memberikan tan-
kungan
da-tanda misteri keajaiban Tuhan.
keraton Ngayogyakarta. Pada aca-
tempati,
Kesendirian adalah ciri kon-
mendapati
keraton
fenomena
Surakarta
re-
dan
ra grebek warga masyarakat be-
templasi, secara tidak sadar dahulu
rebut
untuk
mendapatkan
sebelum saya sadari telah berkon-
gunungan yang biasanya diisi oleh
templasi religius di dalam ling-
hasil bumi dan panganan (ma-
kungan tempat tinggal saya waktu
kanan).Aspek religiusitasnya ada-
itu, dengan berbagai ritual yang
lah
dilakukan bersama keluarga dan
mengambil isi gunungan berharap
kerabat serta masyarakat setem-
mendapatkan berkah dan rezeki
pat. Di samping ibadah keagamaan
dari-Nya. Kita juga dapat melihat
yang menjadi kewajiban seperti
sisi religiusitas pada saat ada orang
masyarakat
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
yang
isi
berebut
103
ISSN : 2087-0795
takkan pernah meninggalkan Tuhan, dan Tuhan takkan pernah meninggalkan mereka; dan dengan tinggal di dalamnya, mereka akan mengalami Tuhan dalam segala sesuatu.”
yang meninggal, orang-orang yang melayat diliputi rasa keheningan mengisyaratkan bahwa mereka merenungkan Tuhan di balik semua yang terjadi, keranda mayat, taburan bunga adalah simbol-simbol
Hal penting yang utama da-
yang menyentuh hati para pelayat. Kontemplasi religius saya da-
lam kontemplasi adalah konsen-
bentuk
keagamaan
trasi. Semua jalan kerohanian da-
adalah shalat lima waktu dan shalat
lam mencapai yang Ilahi dan peng-
sunnat lainnya, berzikir, membaca
alaman akan Tuhan dalam berane-
ayat-ayat suci Al-Quran serta ber-
ka ragam cara menggunakan teknik
puasa.
konsentrasi, (Mariasusai Dhavano-
lam
ibadah
Mariasusay Dhavamony, (19
vy: 1995:279). Untuk berkonsentrasi tidaklah mudah, butuh latihan
95:266) menjelaskan:
secara terus menerus, butuh ke-
Islam memandang diri sebagai bentuk terakhir dari hubungan dengan Allah dan sebagai agama yang benar, sempurna dan penuh kepastian yang dimungkinkan di dunia ini. Menurut kaum muslim, makna religius dari Tuhan di atas manusia dan manusia di bawah Tuhan secara paling autentik diwujudkan dalam Islam. Kesadaran akan Allah yang begitu vital.
seriusan, dalam mencapai tujuan. Tanpa latihan secara terus menerus,
maka
seseorang
yang
berkontemplasi tidak akan sampai pada
perenungan
dalam
dan
secara
menyeluruh.
menDalam
berkontemplasi penting untuk memantapkan tujuan, dan butuh sarana berupa objek kontemplasi. Umpamanya yang transenden
Ada kerinduan universal dari
(yang melingkupi segala sesuatu di
jiwa manusia pada persekutuan
alam ini), atau objek lainnya di
pribadi dengan Tuhan. Mariasusai
alam.
Dhavamony, (1995:285) menjelaskan:
adalah
perjalanan
menuju Allah, menghampiri Allah, Kontemplasi di dalam teisme dimengerti sebagai persekutuan. “Mereka akan sedemikian bersatu dengan Tuhan sehingga
104
Shalat
dengan larut dalam ucapan dan kata-kata dalam shalat, maka akan lebih
mudah
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
untuk
merasakan
ISSN : 2087-0795
kehadiran Tuhan. Setelah melaksa-
cara tertentu bisa memukau para
nakan shalat maka dalam hati dan
pendengarnya. Ada dua hal yang
jiwa, ada perasaan lega, lepas, dan
perlu diperhatikan dalam berdoa,
kenikmatan yang luar biasa, ketika
yaitu keyakinan dan bahasa doa itu
dapat fokus dalam kegiatan shalat.
sendiri. Yang baik, tentu saja yang
Zikir adalah bentuk kontem-
disertai keyakinan yang tinggi da-
plasi terhadap-Nya, Tuhan menye-
lam berdoa, dan mengerti makna
ru kita untuk menuju padanya,
doa yang diucapkannya. Dengan
salah satunya dengan jalan ber-
berdoa diharapkan seseorang da-
zikir. Zikir adalah menyebut kata-
pat melindungi dirinya dari berbagai
kata tertentu secara terus-menerus
gangguan. Kontemplasi selalu di-
dan berulang-ulang.Biasanya kata
lakukan dalam suasana doa, dan
pujian
Dalam
merupakan sebuah aktivitas doa,
Islam zikir dapat dilakukan dengan
yaitu sebuah komunikasi dengan
bertasbih dengan kata “Subhana-
Tuhan
llah”, tahmid dengan kata “Alham-
diingat adalah bahwa Tuhan bisa
dulillah” dan takbir dengan kata
bekerja lewat imaginasi kita dan
“Allahu Akbar. Selain itu dilakukan
mengarahkan diri kita untuk lebih
dengan
nama-nama
dekat kepadanya lewat seluruh ak-
baik dari Allah yang biasa disebut
tivitas budi dan inderawi kita. Maria-
Asmaa-Ul-Husna. Ada 99 nama
susai
baik
terhadap
Tuhan.
mengulang
dari
Allah.
nama-nama
yang
Hal yang patut
Berkontemplasi juga dapat di-
agung
lakukan dengan membaca ayat-
sifat-sifat
ayat suci Al-Q’uran. Dengan meng-
dari Allah yang mengingatkan um-
ucapkan kemudian merenungkan
mat manusia akan kebesaran Allah.
maknanya,
tersebut
Allah
Masing-masing
sendiri.
menunjukkan
seperti
kontemplasai
Setelah menyelesaikan shalat
atas kehadiran Allah.Allah Hadir
wajib maupun shalat sunnat, bia-
denganku, Allah melihatku, Allah
sanya dilanjutkan dengan berdoa.
bersamaku (Allahu hadhiri, allahu
Doa adalah percakapan langsung
Nazhiri, Allahu Ma’i) dan kemudian
dengan Tuhan, sampai tidaknya
merenungkan kehadiran Allah ber-
doa kita, tergantung bagaimana ca-
samanya. (K.H. Muhammad Sholi-
ra kita menyampaikannya. Kalimat
kin, 2010:456).
yang indah yang diucapkan dengan
Kontemplasi religius merupa-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
105
ISSN : 2087-0795
kan pergulatan manusia dalam hi-
alam semesta yang maha luas dan
dupnya secara terus menerus da-
akan mempengaruhi karya-karya
lam
selanjutnya.
upaya
untuk
mendapatkan
ketenangan, kesehatan serta keba-
Sumber inspirasi dari aktivitas
hagiaan batin. Sebagai transforma-
kontemplasi menurut saya menarik
si dalam kehidupan rohani, dari
untuk diciptakan karena kontem-
chaos (kekacauan) menuju cosmos
plasi adalah hal yang hakiki bagi
(keteraturan). Manusia melakukan
manusia untuk sejenak merenung-
berbagai cara untuk mencapai ke-
kan hakekat hidup, menyadari ke-
tenangan
dengan
hidupan kita sebagai manusia dari
keheningan
mana sumber dan tujuan hidup kita
dalam berbagai bentuk, mengkon-
selanjutnya setelah kehidupan di
sentrasikan diri secara penuh deng-
dalam dunia ini.
berdiam
batin diri
seperti
dalam
an melakukan meditasi dengan me-
Dalam proyek penciptaan ini
narik diri dari hiruk pikuk ke-
pokok pembahasan meliputi masa-
duniawian. “hening”, “diam”, pene-
lah konsep isi dan konsep bentuk
nangan emosi, menjernihkan piker-
karya seni. Pembahasan konsep isi
an. Disiplin yang dilakukan oleh
memuat tentang perspektif penga-
manusia dalam mencari makna hi-
laman kontemplasi diri saya selama
dup penting untuk diapresiasi ka-
ini baik secara pribadi maupun
rena berdampak baik bagi diri sen-
sosial. Untuk membahas konsep isi
diri dan dapat memberi pengaruh
digunakan pendekatan Fenomeno-
baik bagi orang lain di sekitarnya.
logi Eksistensialis, dan konsep ben-
Pada
pengalaman
spiritual
tuk digunakan teori komposisi yang
yang paling berkesan ketika “ke-
termuat dalam buku Concerning the
sendirian”
Spiritual in Art yang ditulis oleh
dalam
arti
psikologi,
membayangi kehidupan keseharian
Wassilly Kandinsky.
saya dahulu sampai sekarang. Ke-
Permasalahan dalam proyek
sendirian itu telah mengintensifkan
penciptaan ini dirumuskan menjadi
diri saya dalam merenungkan Tu-
dua, yaitu: 1) Bagaimana mencip-
han. Serta dinamika kehidupan sa-
takan karya seni lukis yang ber-
ya yang telah melandasi karya-
landaskan kontemplasi diri secara
karya saya terdahulu, yang cen-
personal dan 2) Bagaimana men-
derung dinamis dan bernuansa
ciptakan bentuk-bentuk visual yang
106
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
bersumber pada refeleksi dari kon-
mana manusia berada berbeda-
templasi diri secara religius menjadi
beda.Sarana-sarana, situasi yang
sebuah karya seni lukis yang es-
tersedia di alam menentukan dan
tetis.
mempengaruhi
pemikiran,
pe-
nilaian, tradisi dan kebiasaan maKONSEP PENCIPTAAN
nusia
Berdasarkan sumber tertulis
nyataan. Masyarakat belajar dari
serta pengalaman empiris, konsep
alam meresapinya yang tidak ter-
utama dalam penciptaan karya lu-
batas pada kegiatan jasmani, tetapi
kisan ini adalah kontemplasi diri
juga dimensi rohani dan menen-
secara religius sebagai sarana un-
tukan
tuk mencapai keselarasan, harmo-
Mutlak (Tuhan). Hal ini kemudian
nisasi
dalam
melahirkan berbagai macam bentuk
hidup. Rachmat Subagya, (1981 :
ritual, pemujaan, adat, nilai upaca-
2) menulis bahwa:
ra, agama dan kepercayaan kepa-
dan
kebahagiaan
Manusia menurut kodratnya menyadari bahwa ia terbatas dan lemah. Ia mengalami juga, bahwa jiwanya terarah kepada alam lain yang mengatasi kelemahan dan keterbatasannya. Alam rohani itu dipikirkan olehnya sebagai wujud cita-citanya, sebagai sesuatu yang utuh, sempurna dan membahagiakan. Di dalamnya kerinduan akan kebahagiaan dipenuhi; manusia berusaha mengarahkan kegiatannya untuk mencapai kebahagiaan itu.
dalam
menghadapi
sikapnya
terhadap
Ke-
Roh
da Roh mutlak (Tuhan). Berbagai fenomena atau sikap-sikap manusia dalam mendekati Roh mutlak (Tuhan) tersebut, termasuk dalam ranah religiusitas, yang menjadi amatan saya dalam proyek penciptaan ini, namun yang akan diaktualisasikan adalah sebatas jangkauan pengamatan saya secara empiris serta pengalaman intuitif yang melingkupi alam pe-
Cara manusia mewujudkan kebahagiaan tertinggi tersebut pada masing-masing tempat berbeda tapi menunujukkan suatu kesamaan. Ini dikarenakan kesatuan asasi mengikat seluruh umat manusia, namun kondisi dan situasi alam di
mikiran saya. Fenomena tersebut dielaborasi
untuk
menghasilkan
bentuk karya lukisan sesuai dengan konsep tema yang diinginkan. Sikap manusia dalam meraih kebaikan Tuhan dilakukan dengan macam-macam bentuk dan sarana. Di era modern ini, ibadah kepada
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
107
ISSN : 2087-0795
Tuhan dalam berbagai macam aga-
Salah satu objek visual yang akan
ma dan kepercayaan adalah upaya
digunakan sebagai subjek matter
manusia dalam mencapai kebaha-
adalah drapery (seluk beluk kain)
giaan rohani. Di beberapa masya-
dan subjek-subjek lain yang diang-
rakat tradisional agama dan tradisi
gap sesuai dengan tema untuk
ritual
beriringan
mempertegas makna pada karya
dengan suatu tujuan meraih simpati
lukisan. Drapery merupakan istilah
dan kebaikan dari Tuhan.
yang digunakan pada lekuk-lekuk
magis
Dari
berjalan
religiusitas
atau lipatan-lipatan yang terdapat
yang saya amati sebelumnya. Lahir
pada kain. Lekukan terjadi karena
beberapa tema dalam penciptaan
adanya hukum gaya berat, titik-titik
karya saya. Antara lain: Tema
penyangga, titik tegang dan bentuk
“Menuju Pada-Mu”, pada karya ini
bawah kain. Lekuk-lekuk pada kain
menggambarkan pengalaman saya
saya
dalam merenungkan keberadaan
dinamika dalam kehiduan manusia.
Tuhan yang tak terjangkau oleh
Aspek
indra manusia. Tema “Renungan
diproyeksikan ke dalam karya seni
Ilahi”, pada karya ini menggambar-
lukis.
kan
fenomena
pengalaman
saya
andaikan
simbolik
Pemilihan
ketika
adalah
ini
sebuah
yang
drapery
akan
sebagai
melaksanakan ibadah shalat, ketika
subjek matter dalam karya, ber-
ingin konsentrasi memusatkan pi-
sumber dari budaya atau perilaku
kiran pada Tuhan. Tema “Menuju
masyarakat di kampung saya da-
Cahaya” menggambarkan harapan
hulu, kain terutama kain sarung
saya akan kebahagiaan dalam ke-
dahulu selalu digunakan dalam
hidupan.
berbagai fungsi, terutama dipakai oleh orang tua dalam berbagai
ESTIMASI KARYA
kegiatan
adat
dan
keseharian,
Pengalaman kontemplasi diri
seperti ketika shalat, acara adat,
yang telah diuraikan dalam ide
mandi, tidur, ayunan anak, pem-
penciptaan selanjutnya diproyeksi-
bungkus sesajian dan lain-lain.Kain
kan dalam karya seni lukis, dengan
bila
menggunakan media cat minyak di
lekukan yang bermacam-macam.
atas kanvas. Pengalaman kontem-
Lekuk-lekuk
itu
plasi diri tersebut bersifat religius.
disimbolkan
dengan
108
dipakai
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
akan
menimbulkan
kemudian
bisa
keruwetan,
ISSN : 2087-0795
kekacauan, liku-liku atau dinamika
yang memanfaatkan drapery
kehidupan, tergantung pada bagai-
bagai bagian
mana menyusun lekuk-lekuk kain-
mereka. Pada masa munculnya
nya. Di samping itu saya juga me-
agama Kristen sampai zaman gotik
miliki kekaguman pada keindahan
seniman masa itu juga
dan keunikan drapery pada karya
faatkan drapery sebagai salah satu
seni patung dan seni lukis seniman
objek dalam karma
pada
dan
dalam seni patung, relief, mozaik,
baroque-rococo di Eropah.Juga jika
fresco dan lukisan. Namun penera-
drapery kain disusun dengan baik
pannya masih sangat kaku.Pada
dapat membentuk keindahan dan
masa puncak Reaniasance dengan
keunikan tersendiri, tergantung ba-
ditemukannya teori perspektif, dra-
gaimana kita menata sesuai deng-
pery sebagai objek dalam karya
an yang diinginkan, dengan kata
seni digarap dengan visioplastik
lain fleksibel dalam penyusunan-
sempurna atau berdasarkan de-
nya.
ngan tangkapan optik atau mata
jaman
renaissance
se-
dari objek karya
meman-
seninya baik
Pemanfaatan drapery dalam
senimannya.Pemanfaatan drapery
karya seni muncul sejak masa Yu-
dengan sangat sempurna sebagai
nani
ke-5
objek dalam karya berlanjut sampai
adalah
zaman baroque, rococo sampai
realistik-idealistik yang mengutama-
masa seni modern awal yakni pada
kan imitasi yang di tambah dengan
masa neo klasikisme dan romantic-
idealisasi.
karya-karya
me. Setelah lahirnya seni modern
yang dihasilkan adalah berwujud
perlahan-lahan, drapery tidak me-
realis tetapi disempurnakan sesuai
nonjol lagi sebagai objek dalam
dengan idealisasi mereka tentang
lukisan.Karena
kesempurnaan sebuah dewa atau
bermunculan ide-ide baru dalam
dewi pujaan mereka.Hal ini dapat
tema dan bentuk lukisan.
klasik
SM.Jenis
sekitar
karya
abad
mereka
Sehingga
semakin
banyak
diidentifikasi melalui karya seni pa-
Pemanfaatan drapery seba-
tung masa Yunani klasik yang
gai salah satu objek pada jaman
masih tersimpan sampai sekarang.
Yunani
Pada masa kejayaan Romawi de-
sikisme dan Romantisme digarap
ngan kebudayaan yang tinggi juga
secara visioplastik. Sedangkan dra-
ditemukan karya patung dan fresco
pery sebagai subjek dalam ke-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
klasik
sampai
Neo-kla-
109
ISSN : 2087-0795
karyaan saya, tidak diwujudkan
lebih enak dilihat. Salah satu
ja-
secara visioplastik, tetapi secara
wabannya terkait erat dengan ma-
idealistik simbolik. Karena drapery
salah komposisi.
dalam karya saya penyusunannya tergantung pada tema yang akan diwujudkan sehingga penyusunan bentuk
drapery
mengikuti tema
bukan menurut model drapery kain secara nyata. Wujud drapery yang saya ciptakan lebih cenderung meekspresikan
perasaan
seperti
pergerakan, perjalanan, emosi dengan kesan bentuk bergerak menuju ke suatu tempat, menjulur, memanjang, memendek dan melilit. Dengankata lain drapery dalam karya saya diabstraksi menjadi subjek lain, meninggalkan bentuknya
Penyusunan atau pengkomposisisan benda dan subjek lainnya dalam lukisan sangat tergantung pada pengaturan komposisi pada kanvas.Komposisi
objek
mempunyai dampak yang sangat besar pada cara pandang kita terhadap suatu karya seni. Penempatan objek yang tepat dan harmonis dapat meningkatkan mutu karya seni. Kadang kita bertanyatanya, mengapa karya A lebih menarik dibanding karya B walaupun objeknya sama. Atau apa yang membuat karya seniman terasa 110
Penciptaan karya seni lukis dengan
tema
kontemplasi
diri
melalui beberapa tahapan dalam perwujudannya. Sebagai landasan teori dalam penciptaan digunakan teori dari L.H. Chapman. Teori proses mencipta menurut L.H. Chapman adalah : 1). Upaya menemukan gagasan (inception of an idea) atau mencari sumber gagasan, inspirasi atau ilham, 2). Menyempurnakan, mengembangkan, dan memantapkan gagasan awal (elaboration and refinement), 3). Visuali-
sebagai drapery.
bidang
METODE/ PROSES PENCIPTAAN
sasi ke dalam medium (heention in a medium). Menurut L.H. Chapman terdapat tiga tahapan dalam mencipta yakni:
Pertama,
berupa
upaya
menemukan gagasan (inception of an idea) atau mencari sumber gagasan, inspirasi atau ilham. Merupakan
dorongan
kuat
untuk
mencipta. Pada tahap ini seorang kreator seni dihadapkan pada berbagai macam pilihan ide, tetapi pasti ada sesuatu yang paling menyentuh
yang
menggerakkan
hati untuk dijadikan objek kajian
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
untuk diciptakan dalam karya seni.
sebelumnya dan yang dialami se-
Ide/ inspirasi bisa datang darimana
karang. Mengkaji dan merumuskan
saja termasuk dari dunia kehidupan
kembali, yang dibantu dengan ulas-
subjek seniman, seperti yang saya
an-ulasan dari berbagai sumber
lakukan, yakni ide bersumber dari
tertulis yang keterkaitan dengan
alam spiritul yang saya alami se-
kontemplasi.
lama ini. Kedua menyempurnakan,
Eksplorasi ciptaan karya di-
mengembangkan, dan memantap-
lakukan dengan mengamati berba-
kan gagasan awal (elaboration and
gai gambar atau rekaman
refinement). Menyempurnakan, arti-
ciptaan terdahulu, gambar- gambar
nya mengembangkannya menjadi
yang diperoleh dari katalog pamer-
gambaran pravisual yang nantinya
an, majalah, video dan
dimungkinkan untuk diberi bentuk
dikumpulkan diamati dan dicermati,
atau wujud kongkrit-lahiriah.Pada
untuk meningkatkan pemahaman
tahap ini ini dilakukan ekspolarasi
atas karya-karya terdahulu, dan
(penjelajahan,
pene-
juga agar dapat mengetahui karya-
muan), yang menjadi objek kajian
karya orang lain sehingga tidak
atau ciptaan. Pada proyek pen-
salah tafsir ketika mendapatkan
ciptaan ini, eksplorasi dibagi dalam
karya yang kebetulan ada kemirip-
dua bagian, yakni eksplorasi untuk
an dengan karya yang diciptakan,
merumuskan
penciptaan
selain itu dapat memperkaya wa-
dan eksplorasi untuk pembentukan.
wasan dalam penciptaan bentuk-
Eksplorasi diperlukan guna meng-
bentuk dalam proses berkarya.
kumpulkan objek kajian dan cipta-
Untuk memperkaya hasil ciptaan
an. Dalam perumusan objek kajian
maka dilakukan percobaan-perco-
pengalaman empiris dipadukan de-
baan atau “improvisasi”.
pencarian,
konsep
ngan dokumen terkait yang ter-
Konsep
penciptaan
karya
internet,
yang
dapat dalam buku, majalah, jurnal
telah dirumuskan kemudian diterje-
dan sumber dari internet.
mahkan dalam bentuk percobaan-
Karena kontemplasi diri ber-
percobaan berupa sket, dalam ber-
sumber dari pengalaman pribadi,
bagai variasi sesuai dengan konsep
maka objek kontemplasi digali lagi
yang akan diwujudkan. Berbagai
untuk mengingat kembali pola-pola
kemungkinan sket dibuat, diulang,
kontemplasi yang telah dilakukan
dipilah, dan dipilih yang paling
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
111
ISSN : 2087-0795
menarik dan sesuai dengan konsep
mendapatkan
yang ingin diciptakan. Pada tahap
namun hanya merupakan “garis
improvisasi ini objek yang telah
bantu” untuk menentukan kompo-
ditentukan untuk diwujudkan di atur
sisi dan proporsi yang tepat dalam
dan dikomposisikan agar mengha-
sebuah karya seni.
silkan karya yang harmonis.
hasil
yang
Beberapa abad silam
Komposisi menjadi salah satu
man
lukis
menemukan
baik,
seni-
formula
hal yang paling penting dalam me-
yang bisa diterima sebagai prinsip
dia visual. Dalam seni, digunakan
dasar panduan membuat gambar
untuk meletakkan komponen se-
yang harmonis.Prinsip dasar ini
suai dengan keinginan sang seni-
dinamakan Golden Section.
man. Selain itu, komposisi juga ber-
Pelukis, pemahat serta arsitek
guna untuk mempermudah menga-
telah menggunakan metode ini da-
rahkan
orang
lam mengekspresikan gagasannya
yang melihat karya untuk melihat
untuk menghasilkan karya yang
ke semua sudut dalam karya yang
indah. Di antara jenis komposisi
dilihat dan berakhir kepada poin
tersebut adalah komposisi golden
utama dalam karya tersebut, dan
ratio, komposisi rules of third ,dan
pada
mengerti
komposisi Golden Triangle. Ketiga
makna dari karya yang dilihat. Un-
jenis komposisi ini bila dipakai akan
tuk menghasilkan bentuk karya seni
menghasilkan karya yang dinamis,
lukis
karena
pandangan
akhirnya
yang
mata
dapat
harmonis
diperlukan
penempatan
point
of
prinsip penyusunan komposisi se-
interest-nya di salah satu sudut
bagai
bidang lukisan.
panduan.Komposisi
yang
baik harus terdiri dari unsur-unsur
Komposisi golden ratio atau
yang tampil menarik dan saling
golden section atau rasio emas.
bersinergi. Kesemuanya berpadu
Komposisi ini adalah susunan objek
menjadi kesatuan yang jelas. Te-
dimana point of interest atau subjek
tapi
bahwa
utama diletakkan pada titik persim-
komposisi adalah rasa, sehingga
pangan dua garis horizontal.Pada
tidak ada aturan yang boleh mem-
gambar di bawah ini kita me-
batasi kreatifitas. Aturan komposisi
nemukan titik pertemuan antara
yang berlaku bukanlah sesuatu
garis diagonal hijau dan merah.Titik
yang mutlak dan harus diikuti demi
inilah posisi yang disebut dengan
112
perlu
juga
diingat
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
golden ratio dalam komposisi lu-
dari sebuah lukisan di salah satu
kisan. Menyusun lukisan dengan
titik tersebut, maka secara ke-
komposisi golden ratio memberi
seluruhan karya seni lukis akan
efek
karena
menjadi lebih balance dan enak
dipercaya adalah komposisi yang
dilihat. Tidak semua empat titik
selaras dengan alam dan ber-
harus diisi bersamaan, cukup salah
imbang. Pembagian setiap garis
satu. Dalam ilmu desain disebutkan
khayal
sebuah
bahwa saat melihat sebuah gam-
penghitungan rumus matematika
bar, mata manusia secara natural
yaitu dengan bilangan Fibonacci
tertuju pada salah satu titik di atas
(0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55 dst.)
dibandingkan pada pusat titik teng-
visual
yang
didapat
kuat
melalui
ah gambar. Sehingga gambar yang disusun dengan komposisi rules of thirds lebih enak dimata karena sejalan dengan cara mata kita melihatnya. Aturan rules of thirds juga mengatakan bahwa tidak ada bagian dari sebuah gambar yang tidak bernilai, meski itu hanya back-
Gambar 01 Komposisi Golden Ratio
ground atau ruang kosong. Dengan demikian sebuah ruang kosong
Komposisi rules of thirds. Pada komposisi rules of thirds, bidang
adalah bagian dari kombinasi artistik sebuah karya seni.
kanvas dibagi menjadi tiga bagian sama besar baik secara vertikal maupun horisontal sehingga memiliki sembilan area yang sama besar.
Dengan
demikian,
pada
bidang memiliki pertemuan empat titik. Keempat titik pertemuan yang diwarnai merah dibawah ini bisa kita sebut sebagai empat titik mata. Jika kita menempatkan “point of interest” atau bagian paling menarik
Gambar 02 Komposisi Rules of Thirds
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
113
ISSN : 2087-0795
Komposisi Golden Triangle adalah
komposisi
yang
baik
lah mencampur cat sesuai dengan warna
yang
diinginkan
dengan
untuk digunakan ketika subjek
menggunakan pisau palet sampai
yang kita lukis mengandung ele-
rata. Lalu memindahkan sket ke
men garis diagonal yang kuat.
dalam kanvas, dengan mengguna-
Golden triangle dapat dibentuk
kan model drapery yang diatur
dengan membagi bidang menjadi
lekuk-lekuknya.
3 buah segitiga. Hal yang perlu
Selanjutnya mulai menyeket
kita lakukan adalah membayang-
pelan-pelan bentuk dengan penera-
kan garis diagonal yang mem-
pan warna secara merata pada ba-
belah bidang untuk membentuk
gian drapery yang sedang dikerja-
segitiga seperti ditunjukkan gam-
kan. Bentuk drapery ini disusun
bar dibawah.Kita dapat memilih
bagian perbagian, demi untuk me-
mempertemukan garis pada se-
hasilkan komposisi sesuai yang
belah kiri atau kanan, sesuai
diinginkan. Kemudian mengkompo-
dengan ilustrasi di bawah golden.
sisikan
objek
pendukung
untuk
memperkuat makna pada karya. Tahap selanjutnya adalah membuat background dan finishing berupa pengamatan kembali untuk lebih memantapkan hasil lukisan, Setelah itu kemudian diberi tanda tangan. Berikut adalah visualisasi hasil karya seni lukis yang mengikuti salah satu kaidah komposisi rules
Gambar 03 Komposisi Golden Triangle
of thirds, di mana letak objek dititik
Teori Chapman yang ketiga adalah visualisasi ke dalam
me-
dium (heention in a medium). Pada tahap pembentukan, beberapa alternatif sket yang dipilih dan
di-
siapkan untuk diwujudkan ke dalam karya seni lukis dijadikan acuan penciptaan karya. Selanjutnya ada114
beratkan pada salah satu titik pertemuan garis yang merupakan acuan komposisi rules of thirds, dari sini terlihat bahwa gambar yang mengikuti kaidah komposisi rules of thirds nampak proporsional dan memiliki nilai estetika yang lebih baik.
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral. (2002), PilarPilar Filsafat Kontemporer, Jalasutra, Yogyakarta. _________________.(2003), Martin Heidegger, Teraju, Jakarta. Ali,
Mathius. (2009), Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani Kuno sampai Zen Budhisme, Sanggar Luxor, Tangerang.
Al-Hujwiri, Ali Ibn Usman, Al-Jullabi. (1976), The Kashf alMahjub; the Oldest Persian Treatise on Sufism atau, Keajaiban Sufi; Menemukan
Kebahagiaan Sejati dengan Jalan Syariat, Tarikat, Makrifat, dan Hakikat. (2008), terjemahan Ahmad Affandi, Diadit Media, Jakarta. Amstrong, Karen. (1993), A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam atau, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan oleh Orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam Selama 4.000 tahun. (2009), terjemahan Zaimul Am, Mizan, Bandung. _______________. (2009), The Case for God: What Religion Really Means atau Masa Depan Tuhan: Sanggahan terhadap Fundamen-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
115
ISSN : 2087-0795
talisme dan Ateisme. (20 11), terjemahan Yuliani Lupito, Mizan, Bandung. Audifax. (2008), Psikologi Jiwa, Pi nus Book Publisher, Yogyakarta. Bachtiar, Harsa W. (1977), Pengamatan sebagai Suatu Metode Penelitian dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta. Bakker, Anton. (2000), Antropologi Metafisik, Kanisius, Yogyakarta Bangun, Sem C. (2001), Kritik Seni Rupa, ITB, Bandung. Bertens, K. (2006), Psikoanalisis Sigmund Freud, PT. Gramedia, Jakarta. Capra,
Fritjof. (1999), Menyatu dengan Semesta, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta.
_______________. (2000), The Tao of Physics: An Exploration of the Parallels between Modern Physics and Eastr Mysticism-4th edition atau Tao of Physics: Menyingkap Kesejajaran Fisika Modern dan Mistisisme Timur, terjemahan Aufiya Ilhamal Hafidz. (2009), Jalasutra, Yogyakarta. Chandra, Julius. (1994), Kreativitas: Bagaimana Menanam, Mebangun dan Mengembangkannya, Kanisius, Yogyakarta. Ciptoprawiro, Abdullah, (1992), Filsafat Jawa, Balai Pustaka dan Media Wiyata, 116
Semarang. Dhavamony, Mariasusay, (1995), Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta. Effendy, Irmansyah. (2011), Kundalini; Teknik Efektif untuk Membangkitkan, Membersihkan, dan Memurnikan Kekuatan Luar Biasa dalam Diri Anda, PT Gramedia, Jakarta. Eliade, Mircea. (1991), The Myth of the Eternal Return or, Cosmos and History Mitos atau Gerak Kembali Yang Abadi, Kosmos dan Sejarah, terjemahan Cuk Ananta. (2002), Ikon Teralitera, Yogyakarta. Geertz, Clifford. (1983), Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Jakarta. Hadiwijono, Harun. (1983), Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa, Sinar Harapan, Jakarta. _________________. (1990), Agama Hindu dan Budha, Gunung Mulia, Jakarta. Johnston, William, (1995), Mystical Theology: The Science of Love atau Teologi Mistik: Ilmu Cinta, terjemahan Wil lie Koen. (2001), Kanisius, Yogyakarta. Kandinsky, Wassily. (1911), Concerning the Spiritual in Art terjemahan Michael T.H. Salder.(2008), The Floating Press. ______________.
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
(2000),
The
ISSN : 2087-0795
Better Part: Stages of Contemplative Living, atau Tahap-tahap Hidup Kontemplatif, terjemahan Hendrik. (2006), Kanisius, Yogyakarta. Keene, Michael. (2006), AgamaAgama Dunia: Hinduisme Yudaisme Buddhisme Kristianitas Islam Sikhisme Konfusianisme Taoisme Zoroastrianisme Shintoisme Kepercayaan Baha’i. Kanisius, Yogyakarta. Koentjaraningrat. (1987), Sejarah Antropologi I, UI-Press, Jakarta. Mahmudi. (2005), Wirid Mistik Hidayat Jati: Mutiara Pemikiran Teologi Islam Kejawen, Pura Pustaka, Yogyakarta.
Hamlyn Publishing Group Limited, London. Nasr,
Noor, Faus. (2009), Berpikir Seperti Nabi, Lkis, Yogyakarta. Nugroho, Vict. Ito Prajna. (Th. XXIX no. 2/ 2007), Kebenaran dalam Tegangan Antara Intensionalitas Kesadaran dan Kepenuhan Makna (Sketsa Awal Tesis-Tesis Dasar Fenomenologi Edmund Husserl) dalam Jurnal Driyarkara, Senat Mahasiswa STF Driyarkara, Jakarta. O’Donnell, Kevin. (2009), Sejarah Ide-Ide, Kanisius, Yogyakarta. Osho,
Mngunwijaya. Y.B. (1994), Sastra dan Religiositas, Kanisius, Yogyakarta. Mulder, Niels. (1983), Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kultural, PT. Gramedia, Jakarta. ___________. Mysticism in Java Ideology in Indonesia atau Mistisisme Jawa; Ideology di Indonesia, terjemahan Noor Cholis. (2011), LKiS, Yogyakarta. Musbikin, Imam. (2011), Serat Dewa Ruci (Misteri Air Kehidupan), Diva Press, Yogyakarta. Myers, Bernard S. (1992), The History of Art: Architecture, Painting, Sculpture, The
Seyyed Hossen. (1993), Spiritual dan Seni Islam (terj.), Mizan, Bandung.
(1992), Psikologi Alam Ghaib, terjemahan Soedjatmo Soemowerdojo, Alumni 1992, Bandung.
Purwadi. (2004), Semar: Jagad Mistik Jawa, Media Abadi, Yogyakarta. Rakhmat, Jalaluddin, et, al. (2008), Petualangan Spiritual: Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan Abadi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Russel Bertrand. (2002), Sejarah Filsafat Barat; dan Kaitannya dengan Kondisi SosioPolitik dari Jaman Kuno hingga Sekarang, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Saraydarian, Torkom. Meditasi, Delphi, karta.
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
(2007), Yogya-
117
ISSN : 2087-0795
Shadily, Hassan. (1980), Ensiklopedi Indonesia, Ikhtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. Sholeh, Mohammad & Musbikin, Imam. (2005), Agama sebagai Terapi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. S.J., J. Sudrijanta. (2011), Meditasi sebagai Pembebasan Diri, Kanisius, Yogyakarta.
Allah, Kanisius, Yogyakarta. Whitehead, Alfred North. (2009), Mencari Tuhan Sepanjang Zaman; Dari Agama Kesukuan Hingga Agama Universal, Mizan, Bandung. Widyastini. (2004), Filsafat Manusia menurut Confucius dan Al Ghazali, Paradigma, Yogyakarta. W.M.,
SP,
Soedarso. (2000), Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, CV. Studio delapan Puluh Enterprise bekerja sama dengan Badan penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Abdul Hadi. (2004), Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas; Esai-easi Sastra Sufistik dan Seni Rupa, Mahatari, Yogyakarta.
Subagya, Rachmat. (1981), Agama Asli Indonesia, Sinar Harapan dan Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta. Sunardi, ST. (2013), Vodka dan Birahi Seorang “Nabi”; EsaiEsai Seni dan Estetika, Jalasutra, Yogyakarta. Susanto, Budi. (1993), Jalan Kesempurnaan dalam Bhagavad-Gita dalam Jelajah Hakikat pemikiran Timur, PT Gramedia, Jakarta. Susetya, Wawan. (2007), Renungan Sufistik; Kontemplasi jawa atas Islam: Simbolisme, Perumpamaan, dan Filosofinya, Narasi, Yogyakarta. Syatra, Abdul Khafi. (2010), Misteri Alam Bawah Sadar Manusia, Diva Press, Yogyakarta. Tjaya,
118
Thomas Hidya. (2002), Kosmos: Tanda Keagungan Vol. 6, No. 1, Juli 2014