VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan kajian pengembangan rnasyarakat yang dimulai dari pemetaan sosial hingga penyusunan program penguatan hubungan kernitraan sebagai program pengembangan rnasyarakat bagi pengrajin kayu ukir dan hias diperoleh kesirnpulan sebagai berikut: 1. Pola kemitraan yang terjalin antar pengrajin kayu ukir dan hias di Desa
Cipacing meliputi tiga pola yaitu pola Kerjasama Operasional, pola Subkontrak dan pola Dagang Umum. Hubungan kemitraan yang tejalin antar pengrajin Ji Desa Cipacing khususnya dalarn aspek sosial dan ekonomi merniliki beberapa permasalahan yang menghambat perkembangan usaha pengrajin. Dalam hubungan kemitraan tersebut bandar kerajinan rnemegang peranan sentrai dalam usaha kerajinan serta memegang peranan tertinggi dalam penentuan etika kemitraan yang berlaku sehingga menirnbclkan ketidakadilan dalam penentuan jumlah upah dan w k t u pembayaran upah. Hal ini rnenggambarkan rendahnya posisi tawar pengrajin kecil dan bumh pengrajinterhadap bandar. a. Aspek sosial dalam hubungan kemitraan yang terjalin adalah: Jejaring kerja yang terjalin rnerupakan sistem pembagian kerja dari bandar kerajinanterhadap buruh pengrajin dan pengrajin kecil dengan pola kerjasama operasional, subkontrak dan dagang umum. Komunikasi yang terjalin antar pengrajin kurang lancar terutama antara bandar kerajinan dengan pengrajin kecil dan buruh pengrajin. Hal ini rnenyebabkan pengrajin Desa Cipacing cenderung individualis dan berjalan sendiri-sendiri dalam usaha dan kesehariannya. Kepercayaan yang tejalin antar pengrajin hanya terbatas pada pembagian pekerjaan dan tidak terdapat kepercayaan pada bidang permodalan. Kepercayaan dalarn bidang permodalan hanya terdapat dalam pola kemitraan kerjasama operasional namun dalam ha1 ini pengrajin kecil dan buruh berada dalam ketidakadilan. Etika kemitraan yang terbenhik adalah etika hegemonik pada pola Kerjasama Operasional, di mana kegiafan produksi terpusat pada bandar kerajinan dan cenderung kurang adil bagi pengrajin kecil dan buruh pengrajin. Seperti dalam penentuan harga, penentuan waktu
pembayaran, pernbagian pekerjaan, dll. Pada pola Subkontrak etika yang ada adalah etika komersialism, sedangkan pada pola dagang umum terjadi etika pertukaran jual beli atau resiprositas. b. Hubungan kemitraan pada aspek ekonomi yang terjalin adalah: Pengrajin lebih memilih bermitra dalam bidang permodalan dengan orang atau kerabat yang berasat dari luar wilayah Desa Cipacing. Hubungan kemitraan dalam bidang permodalan secara internal terjalin hanya pada pola kemitraan kerjasama operasional. Hubungan kemitraan dalarn pengadaan bahan baku belum terjalin secara kolektif. Pengrajin masih berjalan sendiri-sendiri dalam pengadaan bahan baku. Kemitraan pada bidang pengadaan bahan baku hanya terjadi pada pola kemitraan kerjasama operasional. Hubungan kemitraan dalam pemasaran terjalin antara pengrajin kecil dengan bandar kerajinan, namun dalam semua pola kemitraan bandar memegang peranan dalam penentuan harga. Hubungan kemitraan secara eksternal lebih nyata terlihat karena beberapa pengrajin telah mampu memasarkan produknya secara luas. Dalam pentsasaran sering tejadi persaingan yang tidak sehat yaitu bantingmembanting harga. Hubungan kemitraan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan secara informal berjalan lancar. Setiap pengrajin tidak keberatan untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam membuat kerajinan. Pendapatan pengrajin kecil dan buruh pengrajin cenderung kecil dan sangat berbeda jauh dengan bandar kerajinan. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan secara ekonomi dan sosial antar pengrajin. Kesenjangan terjadi terutama dalam pelaksanaan pola kemitraan kerjasama operasional. Faktor intemal yang mempengaruhi terjalinnya hubungan kernitraan antar pengrajin adalah motivasi yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta pendidikan yang rendah terutama yang dimiliki pengrajin kecil dan buruh pengmjin sehingga mereka cenderung tidak memiliki pilihan selain menerima ord-yan dari bandar kerajinan meskipun dengan upah yang rendah dan telat dalam pembayaran. Faktor ekstemal yang mempengaruhi terjalinnya hubungan kemlraan antar pengrajin ada:ah kondisi makro ekonomi yaitu
ditandai dengan naik atau turunnya permintaan dari pihak eksportir, pemilik showroom di tempat pariwisata dan lain-lain. Serta kebijakan lokal yaitu upaya untuk mengurangi pengangguran maka dilakukan pembagian pekerjaan dari pengrajin yang memiliki order pada para penganggur. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah yang dilakukan bersamasama stakeholder maka perrnasalahan yang dialami dalam hubungan kemitraan ini adalah belum adanya etika kemitraan yang adil, belum adanya paguyuban dan perkembangan usaha yang terhambat akibat kurangnya modal, serta kurangnya kerjasama akibat rendahnya kepercayaan dalam ha1 pengadaan modal, pengadaan bahan Saku, dan pemasaran. Program yang disusun sebagai program pengembangan masyarakat adalah Program Penguatan Hubungan Kemitraan pengrajin kayu ukir dan hias. Program ini berupaya memperkuat hubungan yang telah ada serta berupaya menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh pengrajin. Program yang telah berhasildisusun bersama-sama masyarakat yaitu:
a. Penguatan Modal Sosial meliputi kegiatan: Pembentukan Paguyuban Forum Komunikasi, Peningkatan Kepercayaan (Pengajian, An'san)
Etika kemitraan; Reformasi Etika Hegemoni pola KOA Pelatihan dan sosialisasi kemitraan Pendampingan b. Pengembangan Usaha, meliputi kegiatan: Hubungan kemitraan di bidang Permodalan, meliputi lnformasi Fasitii~sKredit Hubungan kemitraan di bidang bahan baku Hubungan kemitraan di bidang pernasaran (Menentukan standar harga jual produk kerajinan, melakukan kegiatan promosi dan bazar, rnelakukan distribusi lnformasi Pemasaran) Hubifngan kemitraan
di
bidang
pendidikan dan
Pelatihan
(melaksanakan Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Manajemen Sederhana)
7.2. Rekomendasi
Dalam rangka penguatan hubungan kemitraan antar pengrajin kayu ukir dan hias di Desa Cipacing, dalam kajian ini telah disusun rancangan Program secara partisipatif. Untuk mendukung terlaksananya program direkomendasikan hal-ha1 sebagai berikut: 1. Bagi Pengrajin Kayu Ukir dan Hias
o Menghubungi Dinas dan instansi terkait; Dinas Perindustfin dan
Perdagangan dan LSM, untuk melakukan kerjasama dalam bidang
pendampingan
kemitraan.
Pendampingan
akan
mengurangi kemungkinan terjadi penyimpangan dalam kemitraan yang dijalankan. o Memanfaatkan potensi yang dimiliki terrnasuk potensi lokal yang
ada di lingkungannya sebagai upaya mengoptimalkan aspekaspek: perluasan jaringan pemasaran, perluasan jaringan kerja, permodalan, bahan baku pengetahuan dan keterampilan. Bagi Pemerintah Kelurahan dan kecamatan o
Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan pemberdayaan pengrajin
kayu ukir dan hias dalam upaya menumbuhkan motivasi pengrajin serta mengembangkan potensi dan usahanya melalui pengelolaan usaha yang baik, memiliki pola fikir ke depan sehingga mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Partisipasi aktif tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan peran tokoh-tokoh masyarakat dan kelembagaan lokal. o
Memberikan kemudahan akses terhadap program-program pengembangan masyarakat mengingat Desa Cipacing jarang tersentuh oleh program-program pemerintah.
o Memberikan perhatian kepada pengrajin dengan mengadakan kunjungan lapangan, pertemuan rutin dan berkala serta membantu
penyelesaian
masalah
mereka
melalui
mengoptimalkan sumberdaya lokal. 3. Bagi Pemerintah atau lnstansi terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
o Meningkatkan bimbingan teknis dan pendampingan petugas
profesional dalam upaya pengembangan usaha dan kemitraan pengrajin. o Mendukung dan memfasilitasi realisasi program partisipatif melalui
program-program kerja instansi terkait yang relevan dengan program-program pengrajin.