KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana kelompok, pemenuhan tujuan kelompok, efektifitas kelompok, kemampuan mengelola modal usaha, usia, ketrampilan, dan ketokohan atau status dalam klan. Secara rinci dapat disimpulkan tiga hal pokok berkaitan dengan hasil kajian, yakni sebagai berikut : 1. Dinamika kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di Desa Hambapraing, berbeda berdasarkan aspek yang mempengaruhinya. Tujuh kelompok yang ada berbeda karakteristiknya sesuai keaktifannya masing-masing yakni, dua kelompok aktif, dua kelompok kurang aktif dan tiga kelompok tidak aktif. Hal yang dinilai adalah aspek kekuatan kelompok atau dimensi dinamika kelompok, aspek pengembalian modal, dan aspek keragaan anggota. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok pengrajin tenun ikat, adalah kekompakan kelompok, suasana kelompok, pemenuhan tujuan kelompok, dan efektifitas kelompok. Keempat unsur ini sangat besar pengaruhnya bagi kekuatan kelompok yang aktif. Kelompok yang kompak didukung atau didasari oleh rasa keterikatan yang besar diantara anggota, sehingga selalu sejalan dalam melakukan aktivitas kelompok. Terpenuhinya tujuan kelompok ditandai oleh a) pemenuhan kebutuhan anggota, dalam hal pendapatan dan bantuan modal, b) aktivitas produksi yang berkelanjutan, dalam hal produksi dan pemasaran c) kerjasama antar anggota, dalam hal proses kerja, ketrampilan, bahan baku, hingga pemasaran. Suasana kelompok didasari oleh perasaan saling percaya dan saling menerima antar anggota, sehingga terjalin kerjasama dalam proses kerja. Efektifitas kelompok didukung oleh tercapainya aspek-aspek seperti, pemenuhan tujuan kelompok, kepuasan anggota, semangat dan sikap anggota, serta produktivitas dalam hal proses produksi dan pemasaran, sehingga kelompok aktif dianggap cukup efektif untuk dikembangkan secara profesional. Suasana
kelompok dan kekompakan kelompok berpengaruh pada perasaan berkelompok, motivasi berusaha, dan kerjasama. Keragaan anggota dilihat dari usia anggota, ketrampilan anggota, status dan kecakapan pengurus, dimana kelompok yang dominan terdiri atas usia muda, ketrampilan yang lebih baik dan komplit cenderung lebih aktif. Unsur pengembalian modal adalah salah satu unsur yang menentukan mampu atau tidaknya suatu kelompok dalam mengelola modal, misalnya karena prilaku konsumtif dan pengelolaan modal yang lemah berpengaruh pada rendahnya tingkat pengembalian modal. Unsur-unsur tersebut akan besar pengaruhnya, jika dikaitkan dengan masalah atau kelemahan yang dialami oleh kelompok pengrajin dan cara menguatkan kelompok pengrajin. Rendahnya pembinaan yang dialami oleh setiap kelompok, menunjukkan bahwa kelompok baru terbatas pada pemberian modal. Kelompok yang kurang aktif dan tidak aktif, memiliki kekurangan pada setiap unsur yang dinilai. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang memperkuat kelompok aktif dapat menjadi hal penting dikembangkan untuk pemberdayaan kelompok yang ada. 3. Program penguatan kelompok pengrajin tenun ikat tradisional, terbagi berdasarkan kebutuhan masing-masing kelompok. Program secara umum meliputi keseragaman masalah yang dihadapi semua kelompok, sedangkan program spesifik diperuntukkan bagi perbedaan masalah yang dihadapi tiap-tiap kelompok. Masalah yang dihadapi oleh kelompok pengrajin adalah, rendahnya kerjasama antar kelompok dan antar anggota dalam kelompok, rendahnya perasaan berkelompok, keterbatasan pasar, rendahnya motivasi berusaha, keterbatasan ketrampilan dan teknik yang baru, kurang mampu mengelola modal, dan keterbatasan modal usaha. Berdasarkan masalah tersebut dilakukan penguatan kelompok, untuk menunjang aktifitas usaha kelompok. Program penguatan kelompok meliputi : pertemuan atau rapat rutin, pembentukan kelompok tingkat desa, promosi dan pemasaran, produksi bersama, pelatihan ketrampilan dasar dan teknik yang baru, pelatihan pengelolaan modal, pendampingan kelompok dan sosialisasi, kredit lunak, dan pelatihan pembuatan proposal. Kegiatan ini dapat berlangsung melalui kerjasama semua stakeholder dalam mendukung keberadaan
kelompok pengrajin, sehingga mampu mencapai tujuan pembentukannya, yakni pemberdayaan pengrajin khususnya dan masyarakat secara umum. Tercapainya pemberdayaan pengrajin akan nampak melalui tiga hal yakni, tercapainya pendapatan
yang
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
pokok,
adanya
pengembangan kemampuan pengrajin atau bertambahnya kemampuan pengrajin, serta mempunyai akses usaha dan kesempatan kerja yang lebih luas.
Rekomendasi Program yang sudah disepakati bersama, tentu tidak hanya membutuhkan partisipasi stakeholder dalam merancang dan pelaksanaan, tetapi memerlukan monitoring dan evaluasi untuk mendukung keberlanjutannya. Fungsi setiap stakeholder yang konsisten akan menunjang keberhasilan program-program yang diusulkan dan disusun berdasarkan kebutuhan dan masalah yang ada. Oleh sebab itu, untuk mendukung program-program tersebut, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Salah satu langkah yang dapat mengentaskan kemiskinan di Desa Hambapraing, adalah penguatan kelompok pengrajin tenun ikat berupa pembinaan kelompok, pendampingan, promosi dan pemasaran, pelatihan, dan bantuan modal usaha. Hal ini agar mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat, dan perkembangan usaha kerajinan. Keterkaitan semua pihak yang berkepentingan atau stakeholder adalah hal yang paling mendasar untuk pencapaian tujuan. 2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah, dalam memberikan program ke desa atau daerah, tidak dilakukan secara searah, tetapi membutuhkan kesiapan dari masyarakat, sehingga tidak hanya tercatat secara administratif saja tetapi dapat beroperasi dengan terencana. Hal ini dapat dilakukan jika kesiapan masyarakat dilakukan melalui sosialisasi yang lebih intensif, dan keterlibatan pihak-pihak dengan pendekatan yang unik dan berbeda sesuai dengan keadaan masyarakat. 3. Bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, program-program pemberdayaan yang masuk sebaiknya dikoordinasikan sehingga tidak terjadi tumpang tindih program yang melibatkan masyarakat yang sama. Hal ini akan menimbulkan persepsi bantuan sebagai hibah, sehingga ketergantungan masyarakat semakin besar. 4. Bagi Tim Koordinasi Dekranasda untuk Usaha Kerajinan Tenun (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata, Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Sumba Timur, dan Dekranasda Kabupaten Sumba Timur). Kegiatan yang sudah dilakukan tidak hanya bertumpu pada kegiatan promosi saja, dengan pembiayaan yang cukup besar. Hasil yang diperoleh harus ditindaklanjuti melalui
evaluasi bersama secara berkelanjutan, sehingga fungsi promosi pun dapat memberi pengaruh bagi pengrajin. Fungsi kerjasama dan jejaring yang sudah menjadi tugas masing-masing unit, dapat berjalan jika dilakukan melalui kegiatan bersama. Selain itu, pentingnya mengenal fungsi dari pihak-pihak lain seperti pembeli perantara, pemilik toko, dan pembeli langsung. Dari hasil tersebut, maka salah satu tanggungjawab yang dapat diperankan oleh Dekranasda, adalah penguatan kelompok melalui kerjasama antara investor dengan pengrajin, lalu diikuti pembinaan kelompok dari dinas teknis (Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pariwisata), sehingga mendukung keberlanjutan pengembangan usaha kerajinan.