VI. SKIM KREDIT KARYA USAHA MANDIRI 6.1. Mekranisme Penyalnran dan Pengembalian Skim KUM 6.1.1. Latar Belakang Skim KUM
Slcim kredit Karya Usaha Mandiri (KUM) yang berlokasi di desa Kalong I1 kecamatan Leuwiliang, Bogor adalah sebuah kaji tindak tentang pelayanan kredit mikro yang ditujukan khusus bagi mmahtangga miskin di pedesaan. Skim ini mulai dirintis pada tahun 19139 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian. dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, bekerjasama dengan Asian and Pacific Development Centre (APDC) yang berkedudukan di Kuala Lumpur, dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), yang sekarang menjadi Institut Bankir Indonesia (IBI). Keberhasilan Skim Kredit Grameen Bank di Bangladesh memberikan inspirasi kepada A.sian and Pacific Development Centre (APDC) untuk mereplikasi keberhasilan pendekatan Grameen Bank (Grameen Bank A p p r d G B A ) di wilayah Asia Pasifik. Untuk itu APDC menawarkan dana operasional kepada negara-negara di Asia Pasifik yang berminat untuk mereplikasi GBA tersebut. Hanya saja dana yang akan disalurkan (seed capita[) kepada calon peserta kredit harus disediakan oleh pihak ketiga di negara bersangku tan. Palla mulanya replikasi GBA di Indonesia direncanakan akan dilaksanakan oleh tiga lembaga yang memiliki latar belakang berbeda, yaitu : (1) Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor yang memiliki latar belakang bidang penelitian, (2) Institut Pertanian Bogor yang memiliki latar belakang bidang pendidikan, dan (3) Bank Pembangunan Daerah
Jawa Bamt yang memiliki latar belakang perbankan. Untuk maksud tersebut diatas, wakilwakil dari ketiga lembaga tersebut diundang untuk mengunjungi Grameen Bank pada tahun 1988. Selanjutnya ketiga lembaga diharapkan untuk menyusun proposal untuk program
replikasi kameen Bank di Indonesia. Mengingat dana APDC yang terbatas maka replikasi GBA di [ndonesia hanya dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Llana untuk seed capital disediakan oleh Bank Indonesia melalui Lembaga Pengembr~nganPerbankan Indonesia (LPPI). Dengan demikian kegiatan kaji tindak (action research) KUM dilaksanakan atas kerjasama tiga lembaga, yaitu Pusat penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. APCD dan LPPI. Sejak tahun 1992 manajemen KUM dilakukan oleh Institut Biinkir Indonesia (dahulu LPPI), Jakarta. Hingga penelitian ini dilaksanakan KUM masih ber:;tatus sebagai sebuah kaji tindak (action research) dibawah pengelolaan IBI. 6.1.2. Replikasi Grameen Bank 1. Pendekatan Grameen Bank
Sel~agaimanatelah dikemukakan sebelumnya, skim kredit KUM adalah skim kredit dengan mc:nggunakan pendekatan skim kredit Grameen Bank. Skim Grameen Bank dinilai berhasil membantu masyarakat miskin di wilayah pedesaan di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank dikenal sebagai sebuah bank bagi masyarakat miskin, yang dalam operasionalnya tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian @rudential banking).
Hanya saja prinsip
kehati-hatian yang diterapkan diterjemahkan dalam konteks memahami kemampuan sumberdaya masyarakat miskin. Artinya, Grameen Bank tidak mengharuskan masyarakat miskin untuk menyediakan agunan (colla/eral) yang merupakan syarat utama dalam praktek
perbankan konvensional. Sistem perbankan yang ada saat ini tidak berpihak pada masyarak,at miskin. Ketidakperpihakan sistem perbankan komersial konvensional pada masyarakat miskin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) kehamsan adanya agunan yang hams disediakan, padahal dalam kenyatannya masyarakat miskin sangat terbatas kekayaannya yang dapat dijadikan agunan pinjaman. Ini berarti bahwa masyarakat tidak boleh berharap terlalu besar untuk akses pada sumber kredit dari lembaga perbankan komersial konvensional bila tidak dapat menyediakan agunan; (2) bila tidak mungkin untuk menyedialcan agunan, maka diperlukan orang yang dapat menjadi penjamin. Dalam kenyataannya orang miskin lebih banyak bergaul dengan orang miskin. Dalam kondisi yang demikian adalah sangat kecil peluangnya untuk mendapatkan orang yang bersedia menjadi penjamin ikredit bagi orang miskin, (3) jarak lembaga perbankan komersial dengan wilayah pedesaan. Masyarakat miskin di pedesaan bekeja sangat keras dan menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk sekedar dapat bertahan hidup. Karenanya sangat tidak mungkin untuk hadir ke kantor lembaga perbankan yang seringkali jaraknya juga tidak terlalu dekat. Bila hams datang ke kantor bank, maka itu berarti biaya. Memahami keterbatasan sumberdaya yang dimiliki masyarakat miskin itu, dan disisi lain adanya keyakinan bahwa sebenarnya masyarakat miskin memiliki kemampuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki, telah memberikan inspirasi dan mendorong seorang gumbesar ekonomi dari sebuah perguman tinggi Chitagong University, Profesor Muhammad Yunus, untuk melakukan pilot proyek bank untuk orang miskin. Setelah melalui pilot proyek selama hampir tujuh tahun yang dimulai pada tahun 1976, mak,l pada tahun 1983 berdiri sebuah bank bagi rakyat miskin di Bangladesh yang
diberi nama Grameen Bank, yang dalam bahasa Benggali berarti Bank Desa (grameen berarti de:sa). Skim Grameen Bank dirancang sedemikian rupa sehingga tanpa agunan dan penjaminipun prinsip kehati-hatian itu masih dapat ditegakkan. Sebagaimana telah dikemukakan, sukses Grameen Bank dalam melayani pembiayaan bagi masyarakat miskin ini telah mendorong Asian and Pacific Development Centre (IPDC) yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia untuk melaksanakan program replikasi di negara-negara Asia-Pasifik. Salah satu diantaranya adalah skim Karya Usaha Ma~ndiri. 2. Elemen Esensial Grameen Bank (GB)
Banyak penulis yang telah memberikan penjelasan tentang elemen yang sangat esensial dari Grameen Bank, diantaranya adalah Gibbons dan Kasim (1990) sebagaimana dikutip ol4:h Thas dan Getubig (1993). Beberapa elemen esensial dari Grameen Bank (GB) adalah (T11asdan Getubig, 1993) : 1. Sasaran ditentukan secara jelas dengan kriteria yang jelas (exclusive targeting). Tidak terdapat keraguan bagi petugas dalam menetapkan siapa yang berhak memperoleh pinjaman dari skim tersebut. Misalnya, yang berhak memperoleh pinjaman skim GB adalah mereka yang memilki lahan tidak lebib dari 0,s acre atau memiliki kekayaan tidak Icbih dari nilai sebidang lahan yang subur seluas 1,O acre. 2. Menekankan pada peminjam wanita.
GB m'engkonsentrasikan pada sasaran wanita. Wanita adalah peminjam yang lebih disiplir~dibandingkan pria. Wanita hanya akan menggunakan pinjaman untuk kegiatan
produktif dan dapat menjamin bahwa angsuran pinjaman akan diambil dari keuntungan usaha. 3. Lembaga pelayanannya berada di tingkat yag paling bawah (grussrod level).
Petugiis b e h n g s i sebagai motivator untuk sasaran (calon anggota). Calon anggota yang terdiri dari 5 (lima ) orang anggota mengorganisasikan diri membentuk sendiri kelompoknya. Setelah membentuk enam kelompok, maka mereka akan membentuk centre Cenfre mengadakan pertemuan satu minggu satu kali. Dalam centre inilah seluru h kegiatan GB dilaksanakan. 4. Peminjam dikenakan bunga komersial dan pinjaman hanya boleh digunakan untuk
kegiattanproduktif (income generating activities). Dalam pengajuannya peminjam tidak diwajibkan menyediakan agunan dan tidak memerlukan penjamin. 5. Aplikasi dan prosedur pinjaman yang sederhana.
Peminiam hanya mengisi satu lembar aplikasi pinjaman yang sangat sederhana, dan bila perlu c:ukup secara lisan dengan hanya membubuhkan tandatangan sebagai tanda bahwa merekii memiliki tanggungjawab pinjaman. Hal ini untuk mengakomodasi bagi sebagian besar wvanita di Bangladesh yang 80% adalah buta huruf 6 . Jumlah pinjaman yang manageble dan dibayar mingguan.
Pinjaman diberikan dalam bentuk tunai dan dibayar selama satu tahun berbasis mingpan. Diberikan pemahaman bahwa peminjam hanya akan meminjam sebatas kemampuan membayar membayar kembali.
7. Penyaluran pinjaman baru (first loan) terhadap anggota dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 (lima) anggota tersebut dilakukan secara bergiliran dengan pola 2-2-1.
Tujuan utama pola penyaluran demikian (2-2-1) adalah untuk menguji kesungguhan anggota untuk mengembalikan tepat waktu sebelum anggota lainnya dalam kelompok tersebut memperoleh giliran pinjaman. 8. Terdapat sistem insentif dan pinalti.
Bila anggota dapat melunasi pinjaman pertama dengan baik, maka mereka berhak memperoleh pinjaman lebih besar pada periode berikutnya (insentit). Bila tidak mengtxnbalikan pinjaman secara lancar, maka waktu perolehan pinjaman berikutnya akan clitunda beberapa waktu (pinalti). 9. Akuntabilitas.
Seluruh transaksi dari GB dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab pada pertenluan mingguan. Petugas lapang (bank worker) didorong untuk dapat memberikan kritik yang konstruktif untuk perbaikan sistem administrasi bank agar selalu diperoleh perbai kan sistem administrasi. 10. Mobilisasi Tabungan. Terdapat berbagai jenis tabungan, diantaranya adalah tabungan wajib mingguan, tabungan yang diperoleh dari persentase tertentu dari nilai kredit yang diperoleh anggora. Kewajiban menabung adalah bagian dari mendidik disiplin anggota. 11. Otonorni
Kegiatan operasional di lapangan dilakukan tanpa adanya intervensi dari pemerintah, walau~lundana yang disalurkan sebagian besar diperoleh dari pemerintah. 12. Pelatihan Staf Secara Praktis, Disiplin dan Teliti. Semua staf dilatih dengan cara magang di lapangan (selain di kelas) selama 6 bulan. 13. Kepemimpinan Yang Memiliki Komitmen Tinggi.
6.1.3. Modifikasi dan Mekanisme Penyaluran
Secara umum elemen-elemen esensial dari GB diadop oleh KUM. Namun dalam implementasinya, khususnya yang menyangkut adanya perbedaan dalam kondisi sosial ekonomi iintar negara tentu saja tidak diadop oleh KUM. Tingkat bunga pinjaman, adanya kewajiban "hormat" pada petugas lapang, cara membayar bunga pinjaman adalah beberapa adaptasi yang dilakukan oleh KUM. Prinsip bahwa anggota tidak diwajibkan menyediakan agunan, tidak ada penjamin, peminjam dikenakan bunga pinjaman (dalam KUM disebut biaya administrasi) adalah prinsip-prinsip utama yang tetap digunakan oleh KUM. Tiga prinsip KUM adalah: (1) tidak memerlukan jaminan dan penjamin, (2) peminjam dikenakan biaya administrasi dan (3) apabila peminjam meninggal dunia, maka tidak ada kewajiban ahli waris untuk membayar sisa pinjaman (peminjam dibebaskan dari kewajiban membayar sisa pinjaman). Prinsip pertama dan kedua adalah prinsip-prinsip yang umum digunakan oleh semua replikator Grameen Bank. Tetapi tidak demikian halnya dengan prinsip yang ketiga Prinsip ketiga diadopsi oleh KUM dari prinsip yang digunakan oleh Amanah Ikhtiar Malaysia (AM). Adaptasi ini penting karena ternyata ketidakharusan membayar sisa pinjaman apabila meninggal dunia m e ~ p a k a ndaya tarik tersendiri bagi calon anggota KUM. 2. Mekanisme Penyaluran (Delivery Mechanism)
Mekanisme delivery dalam skim KUM pa& dasarnya mengikuti mekanisme yang normal sel~agimanalayaknya kaidah-kaidah skim perbankan konvensional. Artinya, calon
anggota yiing akan memperoleh pinjaman hams diuji kelayakannya dengan suatu alat uji yang spefisik untuk KUM. Bila sistem perbankan menggunakan agunan sebagai bagian yang tidak terpisahkan (untuk mengurangi risiko kegagalan pinjaman), maka dalam skim KUM ha1 tersebut ti'dak dilakukan (mengingat prinsip yang dianut). Namun demikian KUM memiliki tahapan-tahapan dalam keanggotaan sebelum seseorang berhak memperoleh pinjaman dari skim ini. Tahap-tah;ipkeanggotaan skim kredit KUM adalah sebagai berikut : a. P&muan
Umum
Mengingat skim KUM adalah skim kredit yang relatif baru, maka masyarakat perlu diberikan :pengetahuan umum tentang skim ini. Pertemuan ini diadakan untuk memberikan informasi 1:entang adanya skim kredit KUM sehingga timbul public awareness tentang KUM. Diusahakan semaksimal mun&n
agar seluruh tokoh masyarakat, baik formal maupun
informal, lcelompok masyarakat yang tergolong miskin yang direncanakan menjadi sasaran atau peserta KUM, dan aparat pemerintah, hadir pada pertemuan tersebut. Materi yang dijelaskan pa& acara ini adalah tujuan umum, sasaran dan syarat-syarat keanggotaan bagi calon peselta KUM. b. Uji Kehyakan
Uji kelayakan adalah tahapan yang hams dilakukan untuk "memotret" kondisi sosial ekonomi cdon peserta, yang meliputi keadaan rumah, anggota rumah tangga, pekejaan dan pendapatar~.Informasi ini diperoleh melalui survei dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)~.Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa calon peserta adalah benarbenar termiisuk kategori sasaran KUM. Dalam elemen esensial GB kegiatan ini disebut sebagai
exclusive krrgeti?~g.
c Petttbeiukkan Kumpulan Kiunpulan adalah kelompok yang terdiri dari 5 orang anggota yang memiliki karakteristiik sosial ekonomi yang relatif sama. Diusahakan agar anggota kumpulan mempunyiii tingkat pendidikan yang tidak jauh berbeda, bettempat tinggal berdekatan dan tidak meniiliki hubungan darah yang dekat (misalnya bapak-anak, adik-kakak). Hal ini didasarkan. atas pemikiran bahwa dengan syarat-syarat ini akan dihasilkan kumpulan yang dinamis, kq~kohsaling percaya dan kontrol antar anggota akan lebih baik. Kumpulan ini bukan dibentuk oleh petugas KUM, tetapi dibentuk oleh calon peserta. Cara pembentukan kumpulan adalah berantai melalui referensi dari setiap calon yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan oleh petugas KUM. Dengan kata lain, bagi calon peserta yang telah lulus uji kelayakan harus mencari zmnggota lain yang memiliki karakteristik yang mirip dengannya kemudian menyampaikannya kepada petugas KUM. Selanjutnya petugas KUM akan melakukan uji kelayakan kepada calon peserta yang telah mendapat referensi tersebut. Proses ini dilakukan
secara bera.ntai hingga terbentuk satu kumpulan yang terdiri dari 5 (lima) anggota.
6 Lah'hant Waji6 Kumpulan (LWK) LMK adalah salah satu tahapan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap calon anggota KUM. Setelah anggota membentuk kumpulan, maka mereka wajib mengikuti LWK. LWK berlangsung selama 5 hari (1 jamhari) dan diakhiri dengan Ujian Pengesahan Kumpulan (UPK). Dalam LWK dijelaskan: (1) semua persyaratan dan tata-cara skim kredit KUM; (2) memilih ketua dan sekretaris kumpulan; (3) menentukan dua anggota yang berhak memperoleh pinjaman 1t:bih dahulu (sesuai dengan pola 2-2-1 dalam elemen esensial GB) ;(4) menentukan nama kuml~ulan.
Secara keseluruhan LWK bertujuan untuk memupuk rasa kebersamaan sesama anggota, disiplin clan tanggung jawab. Setelah mereka dinyatakan lulus LWK, maka kumpulan berhak untuk membentuk Rembug Pusat (RP). Apabila dalam UPK beberapa anggota masih belum patam tentang materi LWK, maka LWK akan diperpanjang waktunya sehingga semua calon anggota mengerti clan memahami semua materi LWK.
e. Pemher~iukanRembug &sat (RP) Rembug Pusat adalah gabungan beberapa kumpulan, minimal terdii dari 2 kumpulan (10 anggcsta) dan maksimal delapan kumpulan (40 anggota). Rembug Pusat mengadakan
pertemuan satu kali seminggu. Pa& pertemuan RP inilah semua kegiatan KUM dilaksanakan, yaitu pen,gajuan dan penyerahan pinjaman, pembayaran angsuran dan menabung, dan membahas semua persoalan yang berkaitan dengan pinjaman KUM. Intensitas pertemuan rutin satu mainggu satu kali ini dimaksudkan sebagai wahana untuk d i n g tukar informasi dan kontrol terhadap sesama anggota. Bila disimak secara seksama pertemuan rutin tersebut sebenamyi~merupakan biaya bagi setiap anggota yang hadir. Karena itu dapat saja ha1 tersebut dalam jangka panjang menyebabkan kebosanan bagi setiap anggota, yang dapat menjadi faktor
drsincentive untuk skim tersebut Tetapi disisi lain dapat saja ha1 tersebut tidak terjadi mengingat ketiadaan wahana bagi kelompok ini untuk bertemu secara rutin. Selain itu pertemuan yang hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 1 jam setiap minggu justru menjadi wahana yang efektif untuk melakukan kontrol dan tukar informasi sebagaimana yang telah dikemukak:an sebelumnya.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, agar calon anggota berhak memperoleh pinjaman dari skim lcredit KUM calon anggota hams membentuk Rembug Pusat (RP) yang minimal terdiri dari 2 kumpulan, masing-masing kumpulan beranggota 5 orang. Ini berarti sebelum membentuk RP maka anggota harus membentuk kumpulan terlebih dahulu. Meskipun anggota harus membentuk kumpulan, tetapi pada prinsipnya pinjaman dari KUM digunakan secara perorangan. Pengajuan pinjaman dilakukan di pertemuan Rembug Pusat yang wajib dihadiri oleh semua anggota kumpulan. Apabila ada satu anggota kumpulan yang mengajukan pinjaman, maka 4 (empat) anggota laimya harus menyetujui dengan cara membubuhkan tanda tangan pada boraing (formuli) pengajuan pinjaman sebagai bukti persetujuan (approvar). Dengan demikian diharapkan seluruh anggota lainnya akan ikut mengontrol dan bagi anggota yang meminjani akan merasa dikontrol oleh anggota lain. A~hpunpengembalian pinjaman dilakukan dengan cara mengangsur setiap minggu selarna 50 minggu atau 5 0 kali angsuran dengan maw tenggang (grace perial) 2 minggu. Pinjaman Skim KUM diienakan biaya administrasi sebesar 2.9% per bulan atau 35% per tahun. Sebagaimana pengajuan pinjaman, maka pengembalian pinjaman juga dilakukan pada pertemuan Rembug Pusat. Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya angsuran adalah set~agaiberikut : A=
A
=
P(l + r ) 50
.dimana
besamya angsurdminggu (Rp)
FI = besarnya pinjaman yang disetujui (Rp) r
=
biaya administrasi (35%/tahun)
50 = konstanta 6.1.4. Kinerja Karya Usaha Mandiri
Hingga akhir Desember 1999 KUM telah menjangkau 31 desa di tiga kecamatan di kabupaten Bogor, yaitu kecamatan Nanggung. Leuwiliang, dan Cigudeg, dengan total kumulatif penyaluran pinjaman sebanyak Rp 1 491 780 000. Jumlah anggota yang dilayani sampai bulan Desember 1999 adalah sebanyak 1 430 orang, semuanya adalah anggota wanita. 1. Penyalr~ranPinjaman
Parkembangan penyaluran pinjaman skim KUM selama periode tahun 1990-1999 &pat dilihat patla Tabel 5. Dari Tabel 5 tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan penyaluran pinjaman ineningkat rata-rata 83.6% per tahun. Persentase kenaikan yang paling besar terjadi antara tahm 1990-1991. Besarnya kenaikan persentase pada tahun tersebut terkait dengan terjadinya perubahan strategi pengembangan wilayah jangkauan KUM. Bila pada tahun 1990 strategi pengembangan KUM, yang berdampak pada penambahan jumlah anggota dan penyalurar~pinjaman, menganddkan pada penambahan jumlah anggota per Rembug Pusat hingga penuh sampai 40 anggota, maka pada tahun
pada tahun 1991 dirubah menjadi
penambhm Rembug Pusat sebanyak mungkin di berbagai desa meskipun setiap Rembug Pusat (RP) hanya terdiri dari 10 orang anggota (syarat minimum pembentukan Rembug Pusat). Pe~ubahanstrategi ini ternyata telah membawa dampak yang sangat luas dalam ha1 public awtrrenw tentang keberadaan skim kredit KUM. yang berakibat semakin dikenalnya
skim kredit ini dan semakin banyak masyarakat golongan miskin yang berminat menjadi peserta. Kondisi ini telah menjadikan anggota KUM bertambah dengan cepat dan dengan demikian penyaluran pinjaman juga semakin besar dalam waktu yang singkat. Tingginya pertsentase kenaikan penyaluran pinjaman berlangsung hingga tahun 1993. Penyaluran pinjaman rahun 1993-1994 relatif rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini utamanya disebabkan oleh teqadinya persiapan pengembangan wilayah ke dua kecamatan, yaitu keca~natanLeuwiliang dan kecamatan Cigudeg Tabel 5 Perkembangan Penyaluran Pinjaman KUM Tahun 1990 - 1999 Jumlah Kumulatif Penyaluran (RP000)
Tahun
1
TotWtaRata
I
-
Jumlah Penyaluran (RP 000)
Pertumbuhan
I
Sumber : Laporan Tahunan KUM , 1991-2000 (Diolah)
(%)
1
Kinej a kenaikan persentase penyaluran yang rendah terjadi hingga tahun 1996 Bahkan pada periade 1996-1997 terjadi penurunan dalam penyaluran pinjaman. Tampaknya krisis ekonomi jrang mulai melanda pada pertengahan tahun 1997 berdampak pada tejadinya pengetatan penyaluran pinjaman oleh manajemen KUM. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran terjadinya palah guna kredit dan tingkat tunggakan yang tinggi. Selanjutnya persentase kenaikan pinjaman meningkat kembali pada periode tahun 1998-1999 sejalan dengan perbaikan dalam manajernen KUM dan kondisi perekonomian yang diduga telrih mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan Kenaikan penyaluran pinjaman ini juga disebrtbkan oleh adanya kebijakan baru dalam manajemen KUM sejak thun 1998 yang menetapkan adanya produk bary yaitu skim penyaluran yang berbasis bulanan dengan besarnya p~njamanpertarna bagi anggota baru sebesar maksirnal Rp 500 0001anggota. Biki diiihat dari sektor yang dibiayai oleh KUM tampak, bahwa kredii dari KUM banyak digmakan untuk kegiatan perdagangan. Sektor berikutnya yang memanfaatkan pinjaman ELUM berturut-tmt adalah sektor jasa, kerajinanlindustri dan pertanian (Tabel 6). Rendahnya alokasi kredit pada sektor pertanian berkaitan erat sifat perkreditan KUM itu sendii. Pola pengembalian kredit dengan basis mingguan b a n g memungkinkan penggunaan kredit utnuk kegiatan musimam sebagaimana halnya karakterisitik usaha pertanian. Namun demikian Qunpaknya secara berangsur-angsur penggunaan kredit untuk sektor pertanian secara perlahan ju.9 meningkat
2. Wilayah Kerja dan Perkembangan Anggota
Janlgkauan wilayah kerja KUM menunjukkan perkembangan yang tidak terlalu pesat. Selama satu dasawarsa ini (1989-1999) KUM telah menjangkau 33 desa di 3 kecamatan.
Namun hingga akhir Desember 1999 jangkauan jumlah menurun menjadi 31 desa. Hal ini disebabkan oleh karena pada dua desa yang tidak lagi dijangkau terdapat Rembug PusatRembug ]%sat (RP)
yang tidak aktif. Pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan
menyebabkan RP-RP tersebut tidak lagi memiliki aktivitas.
Tabel 6. Jumlah Penyaluran Kredit KUM Menurut Sektor Usaha, Tahun 1989- 1998
Su~nber: Laporan Tahunan KUM, Berbagai Tahun (Diolah) Junllah desa dan jumlah anggota yang juga semakin menurun menunjukkan bahwa skim KUhf telah banyak mengalami penurunan kineqa dalam pelayanan pada masyarakat miskin di ~lrilayahsasaran. Namun dalam tahun 2000 hingga 2001 KUM telah merencanakan
melakukan konsolidasi di dalam manajemen operasionalisasi dengan merencanakan pengembangan wilayah sasaran ke beberapa kecamatan tetangga di kabupaten Bogor. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa salah satu strategi yang harus ditempuh KUM agar tetap eksis sebagai sebuah lembaga pembiayaan mikro (microfnancial insfitution), adalah dengan menambah jumlah sasaran melalui pengembangan wilayah operasi. Salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan W i t adalah jumlah peserta yang keluar (drop mt) atau tidak lagi menjadi peserta. Data yang diperoleh di lapangan rnenunjukkan bahwa jumlah peserta KUM yang keluar selama tahun 1999 adalah sebanyak :273 orang. Dari jumlah yang keluar pada tahun 1999 tersebut, 90.% adalah d i k e l u h ~oleh pihak manajemen KUM sementara itu 10°? sisanya keluar atas inisiatif sendiri. A l i m utama dikeluarka~yaanggota oleh KUM adalah disiplin anggota yang sangat rendah. Kttidakdisiplinan anggota dalam memenuhi kewajiban hadir pada RP adalah faktor utama yang berakibat pada rendahnya pengembalian pinjaman. Sementara itu alasan utama anggota yzng keluar atas inisiatif sendiri adalah pindah tempat tinggal, kekhawatiran tidak &pat mengpngsur pinjaman, dan tidak lagi memerlukan pinjaman dari KUM. De~lganmelihat besarnya jumlah anggota yang dikeluarkan akibat kurang disipli~ya anggota mr:merlukan perhatian yang serius dari manajemen KUM. Rendahnya disiplin anggota dapat diset~abkanoleh beberapa faktor. Faktor utama yang diduga berpengaruh pada disiplin anggota adalah faktor secreening (seleksi), motivasi dan pengawasan. Ketiga faktor ini secara simultan bcrpengaruh pada kualitas anggota.
3. Tabungan dan Tingkat Tunggakan Pinjaman.
Sebelum sampai pada pembahasan tentang indikator keberlanjutan suatu skim kredit bagi rumahtangga miskin, maka indikator awal yang mudah diamati adalah sejauh mana kineja perkembangan tingkat tunggakan pinjaman clan pembentukan modal anggota selama periode wiktu tertentu. Dilihat dari indikator tingka! pengembalian pinjaman tampak bahwa skim KUbI menunjukkan kinerja yang baik. Artinya, selama tahun 1990-1999 tingkat tunggakan pinjaman berkisar antara 1.5% hingga 8.4%. Ini menunjukkan bahwa mekanisme delivery skim ini dapat menekan tunggakan pinjaman. Khusus tentang tunggakan pinjaman ini, skim KUhI memiliki kinerja lebih baik, utamanya bila dibandingkan dengan kineja tunggakan skim kredit program yang diperkenalkan pemerintah bagi masyarakat miskin atau petani kecil di wilayah pedesaan, yang umunya memiliki tunggakan lebih besar dari 10°?. Selain itu perkembangan jumlah tabungan anggota KUM selama periode tahun 1990-19951 juga menunjukkan kinerja yang cukup baik (Lihat Tabel 7.). Selama periode tersebut r,lta-rata kenaikan jumlah tabungan anggota adalah sebesar 80.8% per tahun. Sementara itu pinjaman dana tabungan rata-rata juga meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah tabungan. Rata-rata tabungan yang dipinjam kembali oleh anggota adalah 64% dengan k i w a n antara 56% hingga 70%. Besarnya rata-rata kenaikan pinjaman dari dana tabungan adalah sebesar 78.9%. Tabungan anggota KUM berasal dari 4 (empat) sumber yaitu: (1) tabungan wajib selama mengikuti Latihan Wajib Kumpulan (LWK), (2) tabungan wajib mingguan. Besarnya tabungan wajib adalah Rp. 500,-/minggu/anggota, (3) 5% dari jumlah pinjaman yang diterima ruiggota, (4) biaya administrasi dari pinjaman dana tabungan kumpulan.
Tabel 7.Perkembangan Jumlah Tabungan Anggota KUM Tahun 199 1 - 1998
r
Tabungan
(Rp) 5 730 550
Pinjaman (Rp)
Saldo Tabungan
1
(Rp)
3 984 400
1 746 150
k c )
Sumber :Laporan Tahunan b y a Usaha Mandiri. Tahun 1992-1999. Talungan ini merupakan sumbe dana yang sangat liquid (mudah dicairkan) bagi anggota. Dalam skim KUM anggota dapat menggunakan dana tabungan kumpulan maksimum 50% dari saldo dana, dan atas persetujuan anggota. Bila satu anggota bermaksud akan
meminjam dari dana kumpulan, maka empat anggota lain wajib membubuhkan persetujuannya. Bila salah satu anggota tidak setujy maka pinjaman dari dana kumpulan tidak dapat direiilisasi. Tujuan penggunaan dana tabungan dapat bermacam-macam. Bila dana pinjaman dari KUM hanya diperuntukkan untuk kegiatan produktif, maka pinjaman dari dana tabungan kumpulan dapat dgunakan untuk tujuan konsumsi, pendidikan, kesehatan, dan lainlain. Pengembalian dana tabungan kumpulan dilakukan selama 10 kali angsuran (10 minggu) dengan me~lambahkanbiaya administrasi pinjaman dana tabungan kumpulan
Seringkali dibahas bahwa kemampuan pemupukan modal yang rendah di kalangan masyarakat msikin menyebabkan mereka tidak dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Dalam kasus skim KUM, anggota diwajibkan secara teratur dan disiplin untuk menabung dengan tujuan untuk memupuk modal usaha. Meskipun informasi yang diperoleh sangat terbatas clan bersifat kualitatic kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dana tabungan kumpulan yang dipinjam oleh anggota tidak hanya digunakan untuk tujuan konsumsi tetapi ada juga sebagian untuk kegiatan produktif Ini menunjukkan bahwa pemupukan modal di kalangan masyarakat miskin sebenarnya dapat ditingkatkan. T~juanyang hendak dicapai oleh skim ini adalab merubah lingkaran kemiskinan yang bermula dari - use! re&,
pemupukm modal re&
p d k t i v i t a s rendah, keuniungan rendah, kemampuan mdalui tabungan juga rendah, dun selerusnya yang be&&
masyarakot miskin akan te&p miskin - menjadi lebih baik, yaitu : kredit usaha p d k f t i f ;
produkti~vilns tinggi, keuntungan tinggi, kemampuan pemupukan modal tinggi, asef meningkcrl,p d k i i v i t a s mningkat atas modal sendiri, keuniungan meningkai, pemupukan modal meningkat dan seterusnya. Dengan demikian melalui pendekatan ini masyarakat miskin
dapat meningkatkan kesejahteraamya dan keluar dari garis kemiskinan. 6.2. Fakto~Faktoryang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Rembug Pusat yang dianalisis adalah sebanyak 80 buah yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu kecamatan Nanggung Cigudeg dan Leuwiliang. Rata-rata tingkat pengemba.lian pinjaman pada tingkat Rembug Pusat adalah 74%. Sementara itu rata-rata umur ketua RP adalah 39 tahun, dengan kisaran antara 26 tahun hingga 65 tahun. Dengan demikian ketua RP pada skim KUM tergolong pada usia produktif Rata-rata pendidikan
ketua RP adalah 5 tahun. Secara umum ketua RP tergolong berpendidikan rendah (tidak tamat sek'dah dasar). Rata-rata jumlah kredit yang disalurkan kepada setiap Rembug Pusat adalah sebesar Rp 3 428 000, sementara itu rata tabungan yang dapat dihimpun oleh setiap Rembug Pusat adalah sebesar Rp 689 950. Rata-rata anggota Rembug Pusat adalah 16 orang, sedangkan persentasc: anggota aktif adalah 59%. Usia Rembug Pusat berkisar antara 2 bulan hingga 9.8 tahun, der~ganrata-rata usia Rembug Pusat adalah 5 tahun. Hasil pendugaan dengan metoda OLS terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian tepat waktu pada tingkat rembug pusat ditampilkan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 tersebut dapat dilihat bahwa dari 12 peubah penjelas yang diduga berpengaruh terhadap pembayariin tepat wakty terdapat 4 peubah yang nyata berpengamh pada tingkat a = 0,01, yaitu peubah kredit yang disalurkan, jumlah anggota dalam rembug pusat, persentase anggota aktif dalam rembug pusat, dan umur rembug pusat. Selain itu juga terdapat satu peubah berpengaruh positif dan nyata pada tingkat a
=
0,05, yaitu intensitas pembinaan.
Koefisien determinasi (R') model tersebut adalah 0.7992. Ini berarti bahwa 79% keragaman peubah dependen dapat dijelaskan oleh independen (peubah penjelas). Sedangkan nilai F juga cukup besar, yaitu sebesar 22.226 dan nyata pada tingkat a = 0.01. Bila diperhatikan Tabel 8 secara cermat tampak bahwa persentase keaktifan kehadiran anggota j)ada pertemuan pusat ternyata berpengaruh positif nyata terhadap tingkat pengembaiian pinjaman tepat waktu. Hal ini sejalan dengan hasil analisis pada tingkat rumahtangga dengan menggunakan model persamaan simultan pada persamaan tingkat
pengembalian pinjaman tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa disiplin untuk hadir pada pertemuan RP merupakan faktor penting yang berpengaruh pada pengembalian pinjaman. Tidrlk semua arah peubah penjelas sesuai dengan harapan. Terdapat dua perubah penjelas yang tidak sesuai dengan harapan, yaitu jumlah anggota RP dan usia RP. Pengaruh negatif jumlah anggota RP terhadap tingkat pengembalian pinjaman diduga disebabkan oleh tingkat cohesiveness RP yang semakin menurun, sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada pengembalian pinjaman. Sedangkan pengaruh negatif usia rembug pusat disebabkan oleh faktor eksternal, dimana RP-RP yang berusia lama umumnya berada pada desa-desa di kecamatan Nanggung yang terkena dampak aktivitas penambangan emas. Banyak arlggota KUM di RP-RP ini yang pergi menjadi buruh tambang dan tidak lagi aktif dalam kegiatan mingguan KUM, termasuk dalam mengembalikan pinjaman. Bila diperhatikan secara seksama pada Tebel 8 tampak bahwa jumlah kredit yang disalurkan berpengaruh positif dan nyata. Ini berarti bahwa skim KUM memiliki keunggulan dalam mendorong pesertanya untuk membayar tepat waktu meskipun jumlah penjaman yang disalurkan semakin besar. Hal ini terkait erat dengan mekanisme penyaluran dan pengembalian kredit skim KUM yang memiliki karakteristik yang khusus yang dalam proses kamggotaannya harus melawati pentahapan yang dapat menjamin bahwa peserta skim ini m~emilikidisiplin dan komitmen untuk mengembalikan kredit yang diterima. Peubah lain yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pinjaman tepat waktu adalah pengalaman petugas lapang. Petugas lapang yang berpengalaman, yang berarti telah lama menjadi petugas KUM akan memiliki naluri yang kuat untuk memahami perilaku peserta K I M . Dengan demikian petugas tersebut akan dapat secara baik memotivasi dan
mendorong peserta untuk berdisiplin mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan KUM dan dengan demikian berpengamh positif terhadap tingkat pengembalian pinjaman, Tabel 8.
Koefisien Dugaan Parameter Faktor-Faktor Yang Mempengamhi Pengembalian Kredit pada Skim Kredit KUM, 2000 Parameter
Satuan
Koefisien
1nter:;ep
ta
3.138132
0.9729
Umu:r Ketua Rembug Pusat
Tahun
0.061492
0.8628
Pend idikan Ketua Rembug Pusat
Tahun
0.151047
0.9182
Jumlilh Kredit Disalurkan
Rp 000
0.004456
0.0017
Jumli~hTabungan
Rupiah
0.000003976
0.4107
Jumlilb Anggota Rembug Pusat
Orang
Anggota Aktif dalam Rembug
YO
Usia Rembug Pusat
Tahun
Pengillaman latihan Petugas
Waktu Tempuh ke Lokasi RP Duminy Jenis Kelamin Petugas
"
Dumtny Lokasi Rembug Pusat b,
- 1.532995
0.0005
0.6583 19
0.0001
- 0.636859
0.0002
Minggu
6.224451
0.3866
Menit
0.011481
0.9557
- 13.307340
0.1709
1
/-
Dumtny Intensitas Pembinaan )'
5.452102
/
24.209439
0.4778
/
0.01 14
Nilai R~= 0,7992 Nilai Fa = 0,0001 :eteranf:an : a) 1 = laki-laki, 0 = perempuan; b) 1 = kosmopolit, 0 = lokalic; c) 1 = tin& 0 = rendah Dari peubah boneka juga dapat diamati adanya kecenderungan bahwa Rembug Pusat yang beralia pada lokasi yang remote (lokalit) memiliki kinerja pengembalian pinjaman yang lebih. baik dibandingkan dengan Rembug Pusat yang berada di wilayah kosmopolit (sub urban). Bila tingkat pengembalian pinjaman mempakan acuan utama untuk mengimp1t:mentasikan
sebuah
skim
kredit,
tarnpaknya
skim
ini
lebih
tepat
diimp1emc:ntasikan pada wilayah-wilayah yang lokalit. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor tiadanya pilihan lain bagi mmahtangga yang berada di wilayah lokalit. Hal ini juga didukung oleh hasil pembahasan karakteristik responden dimana KUM mempakan sumber utarna kre~litdan tempat untuk menabung. Sedangkan bagi mmahtangga yang berada pada wilayah yang sifatnya kosmopolit, pilihan untuk meminjam kredit tidak terbatas pada skim
KUM saja. Dengan demikian terbuka kemungkinan untuk akses pada sumber kredit yang lain. Hal ini berdampak pada komitmen yang rendah terhadap pinjaman yang diperoleh dari
KUM, yang dicerminkan dari hasil analisis ini yang menunjukkan bahwa semakin kosmopoli t diikuti semakin rendahnya tingkat pengembalian pinjaman. Peubah boneka petugas lapang juga menunjukkan perilaku yang menarik. Terdapat kecenderu~lganbahwa petugas wanita berpengamh positif terhadap tingkat pengembalian pinjaman clibandingkan dengan petugas pria. Anggota KUM yang 100% wanita diduga lebih mudah berkomunikasi dan memberikan motivasi kepada peserta. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab adanya motivasi untuk mengangsur tepat waktu. Pada taraf nyata a = 0.20 terdapat perbedaan pengembalian pinjaman pada rembug-rembug yang ditangani
petugas lapang pria dan petugas lapang wanita.