UNIVERSITAS INDONESIA
PENYEBAB DISKRIMINASI GAJI ANTARA PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI PERUSAHAAN JEPANG
MAKALAH NON SEMINAR
AIDA MUTHMAINNAH NPM 1006663303
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI, 2014
Penyebab diskriminasi ..., Aida 1 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Penyebab diskriminasi ..., Aida 2 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Penyebab diskriminasi ..., Aida 3 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Penyebab Diskriminasi Gaji antara Pekerja Laki-laki dan Perempuan di Perusahaan Jepang Aida Muthmainnah dan Lea Santiar Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok
Email :
[email protected]
Abstrak Diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan diperusahaan Jepang disebabkan oleh beberapa faktor. Pada penulisan kali ini, penulis akan membahas mengenai penyebab diskriminasi dari segi latar belakang pendidikan dan usia. Pertama adalah pendidikan, pendidikan memiliki pengaruh yang penting dalam penerimaan gaji, baik laki-laki maupun perempuan. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi/besar pula gaji yang diterimanya. Kedua adalah usia, usia juga menjadi penyebab terjadinya diskriminasi gaji antara laki-laki dan perempuan. Lamanya masa pekerja dalam perusahaan tersebut akan berpengaruh pada besaran gaji yang diterimanya. Ketika perempuan bekerja pada suatu perusahaan banyak hambatan yang terjadi yang menyebabkan perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan pekerja laki-laki. Sedangkan pekerja laki-laki, tidak memiliki hambatan seperti pekerja perempuan. Kata kunci : Diskriminasi gaji, Pendidikan, Usia, Pekerja laki-laki dan pekerja perempuan
The Payment Discrimination between Male and Female Worker In Japanese Corporations Abstract There are some reason that cause the payment discrimination between male and female workers in Japanese corporations. This paper will be concerned in discrimination based on age and educational background. Education has big impact in determining payment for both male and female worker. The higher the education is, the payment will be bigger too. Next is the factor which also causes the payment discrimination, those who have worked longer will receive bigger payments. When a female worker works for a Japanese company, there is more obstacle she has to face compared to follow male worker, which causes her to get different payment, mostly less. While the male workers don’t have to face the same obstacles as the workers. Keywords : The Payment Discrimination, Education, Age, male and female worker
Penyebab diskriminasi ..., Aida 4 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Pendahuluan
Penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan masing-masing daerah di Jepang berbeda-beda. Masing-masing daerah memiliki standar upah minimum regionalnya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Jenis upah minimum pekerja menurut peraturan undang-undang pemerintah Jepang mengenai upah minimum terdapat dua jenis sistem pengupahan yaitu upah minimum regional dan upah minimum spesifik. Upah minimum regional merupakan upah minimum yang diterima oleh seluruh pekerja dari masingmasing prefektur terlepas dari jenis industrinya. Sedangkan upah minimum spesifik merupakan upah yang secara khusus diberikan untuk pekerja inti pada jenis pekerjaan tertentu. Berdasarkan data statistik Bureau hasil survei Ministry of Internal Affairs and Communication Pada tahun 2011, rata-rata upah minimum nasional yang didapat sebesar ¥737 per jamnya. Berdasarkan hasil survei Ministry of Internal Affairs and Communication pada tahun 2011, jenis pekerjaan yang didominasi oleh perempuan seperti pengobatan, kesehatan dan kesejahteraan, rata-rata total jam kerja perbulannya adalah 142,6 Jam. Sedangkan pada jenis pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki seperti jasa, rata-rata total jam kerja perbulannya adalah 143 jam. Jam kerja perempuan dan jam kerja laki-laki perbulannya tidak jauh beda, hanya selisih 0,4 jam. Namun, meski jam kerjanya tidak jauh beda, tetapi ada perbedaan penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan. Diskriminasi gaji di perusahaan Jepang terjadi antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare pada tahun 2011, diskrimanasi gaji terjadi antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan meskipun berasal dari pendidikan yang sama. Pada tahun 2011, pada pekerja laki-laki lulusan Universitas menerima gaji sebesar ¥205.000, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar
Penyebab diskriminasi ..., Aida 5 Muthmainnah, FIB UI, 2014
¥198.000, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar ¥7.000.1 Perbedaan penerimaan gaji ini tidak hanya berbeda antara pekerja laki-laki dan perempuan saja, namun perbedaan penerimaan gaji juga terjadi ketika pendidikan pekerja berbeda. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi perusahaan dalam menggaji pekerjanya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka gaji yang diterimanya pun akan semakin tinggi/besar. Perbedaan penerimaan gaji tidak hanya dinilai dari faktor pendidikan. Usia juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan penerimaan gaji dalam perusahaan Jepang. Pekerja Jepang memulai masuk ke dunia kerja pada usia 15-19 tahun dan kemudian terus berkembang hingga mencapai usia pensiun. Oleh karena itu, semakin lama seorang pekerja bekerja di perusahaan tersebut, maka akan semakin besar pula gaji yang diterimanya. Hal ini Seperti sistem manajemen Jepang yaitu sisitem berdasarkan senioritas (nenkoujouretsu). Dalam penulisan ini, penulis akan membahas mengenai penyebab diskriminasi penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan di perusahaan Jepang. Pada penulisan ini, penulis fokus mengenai dua penyebab terjadinya diskriminasi penerimaan gaji di perusahaan Jepang yaitu berdasarkan latar belakang pendidikan dan usia.
Tinjauan Teoritis
Terdapat tiga pilar dalam manajemen perusahaan Jepang yaitu sistem bekerja seumur hidup (shushinkoyo), sistem senioritas (nenkoujouretsu) dan serikat pekerja. Sistem manajemen Jepang ini banyak diterapkan di perusahaan besar Jepang.2 Tiga pilar ini juga berpengaruh pada 1
Ministry of Intenal Affairs and Communication. Starting Salary of New School Graduates
2
by Size of Enterprise, Industry and Academic Career (1990-2011). www.stat.go.jp Cabbelgen, Jamec and George Stalk. Kaisha – The Japanese Coorporation. USA: Basic
Book. 1985
Penyebab diskriminasi ..., Aida 6 Muthmainnah, FIB UI, 2014
penerimaan gaji pekerja Jepang, salah satunya yaitu nenkoujouretsu. Nenkoujouretsu telah ada setelah Perang Dunia I terjadi. Nenkoujouretsu merupakan sistem dimana gaji pekerja akan bertambah setiap jangka waktu tertentu seiring dengan bertambah lamanya ia bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini digunakan untuk mempertahankan ahli-ahli terampil agar tidak berpindah ke perusahaan lain. 3 Sistem ini membuat pekerja untuk tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan enggan untuk berpindah ke perusahaan lain. Hal ini dikarenakan jika pekerja tersebut berpindah ke perusahaan lain, maka gaji yang akan diterimanya pun akan kembali ke titik awal seperti pekerja baru, dan jika pekerja tersebut tetap pada perusahaan yang sama, maka gaji yang akan diterimanya pun akan terus bertambah seiring dengan bertambah lamanya bekerja di perusahaan tersebut. Gaji pekerja dinilai dari latar belakang pendidikan dan usia.4 Latar belakang pendidikan dalam bahasa Jepang disebut dengan Gakureki. Gakureki berasal dari dua kata yaitu gaku dan reki. Gaku merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui suatu pembelajaran. Sedangkan reki merupakan sejarah, latar belakang atau riwayat.5 Kamus ruigigo mendefinisikan Gakureki sebagai berikut : がくれき
がっこう
そつぎょう
けいれき
〚学歴〛どういう学校を 卒 業 したかとういう経歴 Artinya : Gakureki merupakan riwayat seseorang yang telah lulus dari sekolah Pendidikan sangatlah berperan penting dalam masyarakat Jepang. Pendidikan di Jepang mulai disadari oleh masyarakatnya ketika memasuki Restorasi Meiji yaitu ketika Jepang mulai membuka dirinya dari Negara barat. Saat itu Jepang baru menyadari bahwa negaranya telah tertinggal dari Negara barat yang telah berkembang seperti dari segi pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, Jepang mulai menata negerinya dan mulai mengirim orang-orangnya ke luar negeri untuk belajar. Sejak saat itulah, Jepang mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan.
3 4 5
Sasajima, Yoshio. Labour in Japan. Japan: Foreign Press Center. 2003 Ibid, 12. Yamadashin. Ruigigo daijiten. Japan: Kodansha. 2002
Penyebab diskriminasi ..., Aida 7 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Pendidikan juga berpengaruh pada penerimaan gaji pekerja didalam suatu perusahaan. Masyarakat Jepang tamatan SMA tentunya memiliki gaji yang rendah dibandingkan dengan tamatan Universitas begitupula terjadi diskriminasi penerimaan gaji antara laki-laki dan perempuan. Salah satu teori mengenai diskriminasi gaji yaitu diskriminasi berdasarkan statistik (Statistical Discrimination). Diskriminasi tipe ini ada ketika perusahaan (majikan) mengaplikasikan karakteristik-karakteristik grup/kelompok ke individu anggota-anggota grup/kelompok. Sebagai contoh, perusahaan dalam proses menggaji pekerja baru. Ada karakteristik tertentu yang sangat individual dalam sifatnya dan bervariasi dengan pelamar lainnya seperti, tingkat pendidikan, pengalaman atau nilai ujian penempatan. Karakteristikkarakteristik lainnya sangat umum dan ketika dijadikan sebagai ukuran kemampuan pekerja, menghasilkan diskriminasi statistik (statistical discrimination). Gender atau ras merupakan contoh dari beberapa diantaranya, yang ketika digunakan oleh perusahaan untuk menentukan kemampuan, hal ini memberikan peningkatan pada diskriminasi statistik (statistical discrimination). Sebagai contoh, ketika perusahaan membuka sebuah lowongan, dan mereka mengambil predikisi untuk pekerja adalah pendidikan dan gender. Ketika perusahaan menganggap pendidikan merupakan prediksi yang paling baik untuk produktifitas, maka perusahaan akan menggaji atau memilih tenaga kerja yang paling berpendidikan tinggi, baik itu laki-laki maupun perempuan, mereka yang memiliki kemampuan sebanding akan mendapat gaji yang sama. Bagaimanapun, jika gender juga berkorelasi dengan produktivitas, perusahaan juga menggunakan karakteristik ini untuk menentukan siapa (laki-laki atau perempuan) yang paling produktif. Perempuan sebagai suatu grup mungkin lebih kurang produktif, karena secara historik, perempuan lebih sedikit masuk ke dalam pasar tenaga kerja dibandingkan dengan lakilaki. Dengan demikian, perusahaan yang menyediakan pelatihan khusus untuk pekerja-pekerja mereka akan menemukan seorang pekerja perempuan sebagai investasi yang relatif beresiko, karena pekerja-pekerja perempuan ini bisa jadi meninggalkan perusahaan sebelum mereka
Penyebab diskriminasi ..., Aida 8 Muthmainnah, FIB UI, 2014
memulihkan biaya-biaya pelatihan yang telah diberikan sebelumnya. Jika perusahaan menemukan bahwa gender berkorelasi dengan produktivitas, maka perusahaan yang memaksimalkan profit akan melihat ini sebagai karakteristik mereka dalam membuat keputusan menyewa pekerja untuk suatu pekerjaan. Ketika, dalam contoh tersebut, produktivitas rata-rata lebih rendah, perusahaan secara sistematik akan lebih mengutamakan laki-laki dibanding perempuan meski mereka sama secara pendidikan, dengan demikian menuntun kepada gaji yang lebih rendah untuk perempuan dengan kemampuan yang sebanding. Jika kita telaah implikasi-implikasi dari keputusan penggajian (menerima tenaga kerja), kita dapat melihat bahwa perusahaan yang menggaji laki-laki muncul menjadi sebuah perusahaan yang mendiskriminasi, tapi dalam kenyataan, hal ini hanyalah tindakan sebagai perusahaan yang memaksimalkan profit. Perusahaan yang menggaji dari satu grup/kelompok bahwa, secara umum, akan menjadi lebih produktif daripada grup lainnya. Dengan demikian, pekerja perempuan bisa jadi pekerja yang disingkirkan karena perusahaan bertindak rasional dan sebagai pemaksimalisasi profit, sehingga penambahan perempuan ke pasar tenaga kerja menjadi lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Diskriminasi statistik (statistical discrimination) oleh karena itu, dapat menuntun ke gaji yang tidak sama antara pekerja perempuan dan pekerja laki-laki dari kualifikasi identik berdasarkan pada afiliasi grup/kelompok mereka. Dalam kasus ini, perbedaan akan terjadi bahkan dalam ketiadaan dari prasangka.
6
Penyebab Diskriminasi Gaji
1. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu karakteristik pekerja sebagai ukuran kemampuan. Kemampuan ini yang nanti akan dijadikan landasan bagi perusahaan dalam memilih pekerjanya. 6
Matthew K. kershener. 1997. Journal of Male and Female Wage Differentials : Theories and
Empirical Result of Labour Market Discriminaton.
Penyebab diskriminasi ..., Aida 9 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Ketika suatu perusahaan menganggap pendidikan merupakan suatu hal yang baik, maka perusahaan akan menggaji atau memilih pekerjanya yang paling berpendidikan baik atau tinggi. Kesadaran masyarakat Jepang yang tinggi dalam bidang pendidikan mempengaruhi masyarakat Jepang untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tipe dan Jumlah Institusi Pndidikan Tertinggi (2009)
Source : MEXT, Statistical Abstract, 2010 Edition *Excluding 1st – 3rd grade students (the equivalent of senior high school students)
Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa masyarakat Jepang menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang penting. Pada tahun 2009, sebanyak 3.656.894 siswa mendaftarkan dirinya pada 4.591 institusi (universitas sebanyak 773 institusi, Junior College (program diploma satu sampai dua tahun) sebanyak 406 institusi, perguruan tinggi teknologi sebanyak 64 institusi dan perguruan tinggi pelatihan khusus sebanyak 3.348 institusi).
Penyebab diskriminasi ..., Aida 10 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Sebanyak 2.845.908 mahasiswa diantaranya memilih Universitas untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Hal ini dikarenakan lulusan dari universitas mendapatkan prioritas utama dibandingkan dengan institusi yang lainnya dan hal ini pun terus berkembang hingga saat ini. Sehingga sampai saat ini pendidikan sangatlah memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan dalam menerima pegawainya, begitupun dalam penerimaan gaji. Hal ini pula yang menyebabkan penerimaan gaji dalam perusahaan Jepang berbeda-beda. Pendidikan sangatlah berperan dalam penerimaan gaji pekerja di perusahaan Jepang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula gaji yang diterimanya. Seorang pekerja tamatan SMA tentu akan menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan tamatan Universitas, begitupun seterusnya. Penerimaan gaji ini juga berbeda antara pekerja perempuan dan pekerja laki-laki meski mereka berasal dari lulusan yang sama yaitu SMA, Junior College (diploma satu sampai dua tahun), atau Universitas. Beikut ini adalah data yang menunjukkan hal tersebut :
Tabel 2. Gaji awal Pegawai baru berdasarkan Pendidikan
Year
高校卒
高専・短大卒
大学卒
Upper secondary schools
Technical colleges and Junior colleges
Universities
男
女
男
女
男
女
Male
Female
Male
Female
Male
Female
1990
133
126
145
138
170
163
1995
154
145
165
159
194
184
2000
157
148
172
164
197
187
2005
156
148
170
164
197
189
2009
161
153
176
172
201
195
2010
161
153
174
168
200
194
2011
159
152
176
171
205
198
Source: Statistics and Information Department, Minister's Secretariat, Ministry of Health, Labour and Welfare.
Penyebab diskriminasi ..., Aida 11 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Pada tabel diatas dapat terlihat perbedaan penerimaan gaji pada pekerja laki-laki dan perempuan, semakin tinggi pendidikan, maka semakin besar pula gaji yang diterimanya. Pada lulusan SMA tahun 2011, terjadi perbedaaan penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan dimana pekerja laki-laki menerima gaji sebesar ¥159.000, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar ¥152.000, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar ¥7.000. Pada lulusan Junior College (diploma satu sampai dua tahun) tahun 2011 terjadi perbedaaan penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan dimana pekerja laki-laki menerima gaji sebesar ¥176.000, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar ¥171.000, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar ¥5.000. Pada lulusan Universitas tahun 2011 terjadi perbedaaan penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan dimana pekerja laki-laki menerima gaji sebesar ¥205.000, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar ¥198.000, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar ¥7.000. pada kasus diatas, perempuan memiliki gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan tingkat produktif perempuan jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, karena secara historik, perempuan lebih sedikit masuk ke dalam pasar tenaga kerja dibandingkan dengan lakilaki. Selisih perbedaan-perbedaan dalam penerimaan gaji ini membuktikan adanya diskriminasi penerimaan gaji diantara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Namun, dalam perusahaan Jepang diskriminasi ini dianggap sebagi suatu cara yang efektif dalam memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian pekerja perempuan bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan.
2. Usia Usia memiliki pengaruh yang besar pula dalam perbedaan penerimaan gaji di perusahaan. Di Jepang, pada usia 15-19 tahun, masyarakatnya sudah mulai bekerja dan akan berakhir hingga usia 70 tahunan. Perbedaan penerimaan gaji pada tingkat usia ini dapat terlihat
Penyebab diskriminasi ..., Aida 12 Muthmainnah, FIB UI, 2014
pada kurva M. Kurva M mulai muncul di Jepang pada tahun 1960 ketika Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi. Pada saat itu, perekonomian Jepang tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak ada pekerja perempuan. Ketika perempuan belum menikah, dia dapat fokus pada pekerjaanya. Tidak jarang perempuan yang sudah menikmati pekerjaan sehingga tidak ingin untuk menikah dan lebih memilih untuk fokus bekerja. Bagi perempuan, bekerja dan mengurus keluarga merupakan suatu tanggung jawab yang berat. Seorang perempuan yang telah menikah dan bekerja, dia memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengurusi pekerjaan dan keluarganya. Sehingga perusahaan khawatir terhadap pekerja perempuan yang bekerja sambil mengurusi keluarga. Hal ini dikhawatirkan pekerjaan akan terbengkalai karena fokus pekerja perempuan sudah terbagi antara pekerjaan dan keluarga. Perusahaan Jepang menganggap bahwa pekerja perempuan relatif beresiko karena pekerja perempuan bisa saja meninggalkan perusahaan karena menikah, hamil dan mengurus keluarga sebelum mereka memulihkan biaya perusahaan yang telah dikeluarkannya. Pada NewYork Times seorang perempuan berkata: “I reported to my boss that I was pregnant and would like to take off for a medical check. When I came back from the hospital, I was sacked...{My bodd} had just left a message, saying that I needn’t bother coming to work anymore.” Hal ini membuktikan sikap perusahaan terhadap pekerja perempuan bahwa ketika pekerja perempuan tersebut menikah, hamil dan memiliki anak, saat itu perusahaan tidak lagi membutuhkan pekerja tersebut dan akan diganti dengan pekerja yang baru. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada tingkat gaji yang akan diterimanya. Hal ini dapat kita lihat pada bentuk Kurva M pada pekerja perempuan dan pekerja laki-laki di perusahaan Jepang dimana terjadi diskriminasi penerimaan gaji.
Penyebab diskriminasi ..., Aida 13 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Grafik 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dan usia
Source: Statistical Survey Department, Statistics Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communication
Berdasarkan hasil survei Ministry of Intenal Affairs and Communication, dapat dilihat bahwa pekerja laki-laki dan pekerja perempuan mulai bekerja pada usia produktif yaitu usia 1519 tahun dan terus mengalami peningkatan hingga usia 20-24 tahun. Pada usia 15-19 tahun, pekerja laki-laki dan pekerja perempuan yang baru tamat SMA, ada yang melanjutkan kuliah atau mulai mencari pekerjaan. Pada usia ini, terjadi peningkatan pekerja yang disebabkan oleh pelajar yang telah lulus SMA dan memutuskan untuk bekerja. Pada usia 20-24 tahun, terjadi peningkatan juga dimana pekerja laki-laki dan pekerja perempuan yang telah tamat dari Junior College (diploma satu tahun sampai dua tahun) dan Universitas, lalu memutuskan untuk bekerja.
Penyebab diskriminasi ..., Aida 14 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Sehingga pada usia ini, tingkat presentase mengalami kenaikan. Pada usia 25-29 tahun, jumlah pekerja laki-laki dan pekerja perempuan mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pada usia ini, pekerja perempuan mengalami puncak tertinggi jumlah pekerja. Hal ini dikarenakan, pada usia ini pekerja perempuan belum menikah dan belum mempunyai keluarga sehingga fokus mereka masih dalam hal pekerjaan. Namun setelah itu, pada usia 30-34 tahun, pekerja perempuan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pekerja perempuan sudah mulai menikah dan mulai memiliki anak. Ketika pekerja perempuan hamil anak pertama, dia akan mengambil cuti melahirkan dan ketika itu, posisi pekerja perempuan mulai tersingkirkan oleh pegawai baru. Hal ini dikarenakan perusahaan khawatir jika pekerja perempuan yang telah menikah, hamil dan mempunyai anak, maka ia akan lebih fokus untuk mengurusi anak dan keluarganya, sehingga pekerjaan dikhawatirkan akan terbengkalai. Diatas telah dicontohkan bahwa, seorang pekerja perempuan yang akan memeriksakan kandungannya ke dokter dan ketika ia akan kembali untuk bekerja, maka pimpinan perusahaannya berkata jika perusahaan sudah tidak lagi membutuhkan dirinya. Selain itu, jika perempuan yang telah menikah dan mempunyai anak dan ingin bekerja, maka mereka akan mengkhawatirkan keadaan anaknya. Hal ini dikarenakan tempat penitipan anak di Jepang sangatlah sedikit hanya ada di didaerah tertentu saja. Sehingga perempuan pada usia ini banyak yang memutuskan untuk mengurusi anak terlebih dahulu hingga anak besar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan pekerja perempuan pada usia ini. Hal ini tentu saja berpengaruh pada tingkat gaji yang diterimanya. Pada kasus ini, pekerja perempuan yang bekerja pada usia 15-19 tahun, maka mereka akan mendapatkan gaji permulaan dan terus meningkat hingga ia berhenti bekerja dan apabila ia sudah berhenti dan ingin melanjutkan pekerjaannya, maka jumlah gaji yang diterima akan kembali ke awal seperti pegawai baru. Begitu juga dengan pekerja perempuan yang berada pada usia 30-34 tahun dimana pekerja perempuan berhenti bekerja untuk mengurusi anak, maka ketika pekerja perempuan ini memutuskan untuk bekerja kembali pada usia 35-39 tahun, maka
Penyebab diskriminasi ..., Aida 15 Muthmainnah, FIB UI, 2014
gaji yang akan diterimanya pun akan seperti pekerja baru, meskipun pekerja perempuan tersebut bekerja pada perusahaan yang sama. Pada usia 35-39 tahun, pekerja perempuan mulai kembali untuk bekerja setelah anaknya besar dan mengalami peningkatan hingga usia 49 tahun, meski tingkat kenaikan pekerja perempuan tidak sebesar dengan jumlah pekerja laki-laki. Setelah itu, pada usia 50-70 tahun keatas, pekerja perempuan terus mengalami penurunan karena pekerja perempuan sudah mulai berhenti bekerja dan pensiun dari pekerjaan dan fokus untuk mengurus keluarga mereka. Pada kurva M, pekerja laki-laki usia 15-30 tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki telah lulus dari SMA, Junior College (diploma satu atau dua tahun) dan Universitas dan memutuskan untuk bekerja. Selanjutnya pada usia 30-59 tahun, pekerja laki-laki menunjukkan kestabilannya di perusahaan. Tingkat kestabilan pekerja lakilaki ini menunjukkan bahwa pekerja laki-laki tidak mengalami seperti yang dialami oleh perempuan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada usia ini, pekerja laki-laki terus bekerja hingga mencapai usia pensiun yaitu 60-70 tahunan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada gaji yang diterima oleh pekerja laki-laki sesuai dengan sistem manajemen Jepang yaitu nenkoujouretsu, dimana gaji yang diterima oleh pekerja laki-laki akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai usia pensiun seiring dengan bertambah lamanya mereka di perusahaan tersebut. Hal ini berbeda dengan yang dialami oleh pekerja perempuan dimana ketika pekerja perempuan akan berpotensi untuk mengalami kenaikan gaji, mereka harus berhenti bekerja karena menikah, hamil dan mempunyai anak dan ketika mereka kembali bekerja, maka gaji yang akan mereka terima akan kembali ke titik awal seperti pekerja baru. Sedangkan pekerja laki-laki tidak mengalami hal tersebut sampai mereka berhenti bekerja. Pekerja laki-laki akan mengalami proses dimana pekerja laki-laki tersebut akan terus bekerja hingga mencapai usia pensiun. Dalam perusahaan Jepang diskriminasi ini dianggap sebagai suatu cara yang efektif dalam memaksimalkan keuntungan perusahaan. Ketika perempuan menikah, hamil dan
Penyebab diskriminasi ..., Aida 16 Muthmainnah, FIB UI, 2014
mengurus anak dan keluarga, bisa jadi pekerja perempuan lebih mementingkan keluarga dan anak sehingga dikhawatirkan pekerja perempuan keluar dari perusahaan sebelum biaya pengeluaran terhadap pelatihan perusahaan terpenuhi. Hal ini tentunya akan berdampak pada keuntungan perusahaan. Dengan demikian pekerja wanita bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja pria dan wanita.
Kesimpulan
Diskriminasi antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, latar belakang pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula gaji yang diterima dan sebaliknya, semakin rendah pendidikan seseorang maka akan semakin rendah pula gaji yang diterimanya. Ketika perusahaan menganggap pendidikan merupakan prediksi yang paling baik untuk produktifitas, maka perusahaan akan menggaji atau memilih tenaga kerja yang paling berpendidikan tinggi, baik itu laki-laki maupun perempuan. Namun, secara historik Perempuan sebagai suatu grup lebih kurang produktif dalam perusahaan dikarenakan faktor-faktor tanggung jawab alaminya seperti menikah, melahirkan, dan mengurus anak, dengan demikian perempuan lebih sedikit masuk ke dalam pasar tenaga kerja dibandingkan dengan laki-laki.
Kedua adalah Usia, usia sangat berpengaruh juga dalam perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan dimana pekerja perempuan pada usia 20-30an yang menikah, hamil dan memiliki anak akan berhenti bekerja untuk mengurusi keluarga mereka dan ketika mereka kembali bekerja maka mereka akan menerima gaji ketitik awal seperti pekerja baru. Hal ini berbeda dengan pekerja laki-laki yang terus bekerja hingga mencapai usia pensiun sehingga
Penyebab diskriminasi ..., Aida 17 Muthmainnah, FIB UI, 2014
gaji yang akan mereka peroleh akan terus bertambah besar sesuai dengan manajemen Jepang yaitu nenkoujouretsu.
Daftar Referensi
Buku : Bishop, Beverly. 2004. Globalisation and the Japanese Women Workforce. London : Taylor and Francis Cabbelgen, Jamec and George Stalk. 1985. Kaisha – The Japanese Coorporation. USA: Basic Book. Sasajima, Yoshio. 2003. Labour in Japan. Japan: Foreign Press Center. Shipman, Hilary. 1990. Women in The Japanese Workplace. London: Hilary Shipman Limited Sugimoto, Yoshio. 2010. An Introduction to Japanese Society. Third Edition Tachibanaki, Toshiaki. 1996. Wage Determination and Distribution in Japan. New York: Oxford University Press, Inc Kamus : Yamadashin. 2002. Ruigigo Daijiten. Japan: Kodansha. Journal : Matthew K. kershener. 1997. Journal of Male and Female Wage Differentials : Theories and Empirical Result of Labour Market Discriminaton. Laporan Penelitian : Cabinet Office, Government of Japan. 2003. Toward Active Participation of Women as the Core of Growth Strategies from “White Paper on Gender Equality 2013”. Internet : Balai Penelitian Kebijakan Pendidikan Nasional (国立教育政策研究所). Higher Education in Japan. www.nier.go.jp
Penyebab diskriminasi ..., Aida 18 Muthmainnah, FIB UI, 2014
Career Women and Working Mothers in Japan. http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=624. Diunduh pada 29 Oktober 2013 pukul 22.19 WIB. Ministry of Intenal Affairs and Communication. Labour Force Participation Rate by Sex and Age Group. www.stat.go.jp Ministry of Intenal Affairs and Communication. Starting Salary of New School Graduates by Size of Enterprise, Industry and Academic Career (1990-2011). www.stat.go.jp Mext. Type and Number of Higher Education Institutions (2009). www.mext.go.jp
Penyebab diskriminasi ..., Aida 19 Muthmainnah, FIB UI, 2014