UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA PROMOSI KEAMANAN PANGAN DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH YANG AMAN
TESIS
YUSTINA MULIANI 1006745165
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCA SARJANA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI JAKARTA 2012
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Yustina Muliani
NPM
: 1006745165
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 3 Juli 2012
ii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh: Nama NPM Judul
: Yustina Muliani : 1006745165 : HUBUNGANANTARA PROMOSI KEAMANAN PANGAN DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAKSEKOLAH YANG AMAN
Tesis ini berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan unutk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana, FakultasIlmu Sosial danIlmu Politik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI : Ketua Sidang : Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, PhD
.................................................
Pembimbing : Dr. Pinckey Triputra, Msc
.................................................
Penguji Ahli : Dr. Hifni Alifahmi, MSi
..................................................
Sekretaris Sidang : Ir. Firman Kurniawan Sujono, MSi
.................................................
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 3 Juli 2012
iii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master dalam program studi Ilmu Komunikasi pada Program Pasca SarjanaUniversitas Indonesia Jakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikandorongan, bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulismenyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Dr. Pinckey Triputra M.Sc. selaku pembimbing yang telahmemberikan pengetahuan dan bimbingannya yang sangatbermanfaat bagi penyusunan tesis ini.
2.
Seluruh
staf
pengajar
dan
staf
administrasi
Program
Magister
IlmuKomunikasi UI. 3.
Seluruh Kepala Sekolah, guru dan siswa dari 11 SD yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu dimana telah menerima dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
4.
Badan POM RI yang telah memberikan dukungan materiil dalam melaksanakan pendidikan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai.
5.
Orang tuaku yang selalu mendoakan, suamiku Wimpy dan anak-anak tersayang Wendy dan Wilson serta seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan, menghibur, mendampingi dan memberikan dukungan moril yang sangat berarti sehingga tesis ini dapat diselesaikantepat waktu.
6.
Sahabat dan teman-temanku yang tidak mungkin saya sebutkansatu persatu, atas segala dukungan, bantuan dan sarannya sehinggatesis ini dapat diselesaikan dengan baik. iv Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
7.
Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini,terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan,oleh karenanya
kritik
dan
saran
sangat
penulis
harapkan
guna
menyempurnakanpenulisan ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis inidapat berguna bagi kita semua.
Jakarta, Juli 2012
Yustina Muliani
v Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Yustina Muliani NPM : 1006745165 Program Studi : Ilmu Komunikasi Departemen : Pascasarjana Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenis Karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkal data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya ini tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 3 Juli 201223 Juni 2011 Yang menyatakan
(Yustina Muliani)
vi Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
ABSTRAK Nama : Yustina Muliani Program Studi : Manajemen Komunikasi Judul : Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman Tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang masih rendah dan tingginya persentase Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan akibat PJAS di lingkungan SD, merupakan masalah serius karena terkait dengan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Social Change Campaign– GerakanAksiNasional dengan taktik promosi keamanan PJAS menggunakan model proses komunikasiS-M-C-R-E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiapakahtaktikpromosikeamananpanganyang dilakukanpadasiswa SD (R) mempunyaihubunganterhadapsikapmemilih PJAS yang aman (E) yang terkaitdenganvariable kompetensiPenyuluh (S), pesan yang bersifatattention, comprehension, acceptance (M) dankesadaranmemilih PJAS yang amansetelahmendapatdiseminasipesanmelaluiberagamsalurankomunikasi (C). Atas dasar ini diajukan model teoritis yaitucommunication competency theory, reinforcement theorydan teoriumumbagiSocial Change Campaigndan 3 hipotesis untuk diuji dengan metode analisis multivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taktikpromosikeamananpanganmempengaruhisikapmemilih PJAS yang amandanketiga variable tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi outcomes sikap dari suatu Social Change Campaign karena ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap sikap.
Kata Kunci : sikap, promosi keamanan pangan, siswa SD
viii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
ABSTRACT Nama : Yustina Muliani Program Studi : Communication Management Judul : The relationship between the Food Safety Promotion to Attitude Of Choosing Food Consumed by School Children
Low safety level of food consumed by school children and high percentage of food poisoning outbreak among elementary school children are serious problems since they are related to the human resources development in Indonesia. Social Change Campaign – National Act Movement through promotion strategy of the food consumed by school children was conducted by using S-M-CR-E as communication process model. This study was aimed to analyze whether the promotion strategy for the food safety, which was addressed to the elementary schoolchildren (R), had association with attitude to choose safe food consumed by school children (E) which was related to educator competence variable (S), to message with such characteristic as attention, comprehension, acceptance (M), and to awareness in choosing safe food consumed by school children after receiving message which has been disseminated via various communication channels (E). Based on these problems, it was proposed a theoretical model, i.e. communication competency theory, reinforcement theory, and general theory for Social Change Campaign; and also three hypotheses to be tested by using multivariate analysis method. The study results showed that food safety promotion strategy influenced the attitude to choose safe food consumed by school children and those three variables could be used as criteria or standard in evaluating outcomes from a Social Change Campaign since those three variables have significant impact to attitude changes Keywords: attitude, food safety promotion, school children
ix Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
iii
KATA PENGANTAR
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
v
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Konseptualisasi Masalah
5
1.3Identifikasi Masalah
8
1.4Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian
9
1.4.1 Pembatasan Masalah
9
1.4.2 Tujuan Penelitian
11
1.5Signifikansi Penelitian
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah
13
2.2
Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
13
2.3
Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS
15
2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif
17
2.5
28
Penelitian Persuasi Carl Hovland
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori
30
x Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
3.1.1
Teori umum bagi Social Change Campaign
3.1.2
Reinforcement Theory
38
3.1.3
Communication CompetencyTheory
42
3.1.4
Promosi Keamanan Pangan
30
43
3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan
44
3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan
45
3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan
46
3.1.5
Promosi Keamanan PJAS di Sekolah
53
3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah
53
3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah
55
3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS
55
3.1.6
56
Hasil Studi Terdahulu
3.2 Aplikasi Teori- Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap 60 3.2.1
Aplikasi TeoriUmum bagiSocialChangeCampaign, Communication Competency Theory dan Reinforcement Theory
3.2.2 Saluran Komunikasi
60 61
3.2.3
Penyuluh Keamanan PJAS
62
3.2.4
Pesan Keamanan PJAS
63
3.2.5
Sikap Memilih PJAS yang Aman
63
3.2.6
Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang Amansetelah MenggunakanSaluran Komunikasi terhadap Sikap MemilihPJAS yang Aman
3.2.7
63
Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS melaluiBeragam SaluranKomunikasiterhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman
3.2.8
64
Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh PJAS terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman
3.3. Hipotesis Teoritis
65 65
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian
67
4.2 Jenis Penelitian
67
xi Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian
69
4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran
69
4.3.2Hipotesis Penelitian
76
4.4 Populasi dan sampel
77
4.5 Metode Pengumpulan Data
80
4.6 Rencana Analisis
82
4.6.1
Analisis Validitas dan Reliabilitas
82
4.6.2
Analisis Univariate
83
4.6.3 Analisis Bivariate
83
4.6.4 Analisis Multivariate
84
4.7
84
Keterbatasan Metode Penelitian
BAB V ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI 5.1
Analisis Data
86
5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas
86
5.1.1.1 Analisis Validitas
86
5.1.1.2 Analisis Reliabilitas
94
5.1.2
98
Analisis Univariate
5.1.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden
98
5.1.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
102
5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman
114
5.1.2.4 Analisis Repeated Measure ANOVA
114
5.1.3
116
Analisis Bivariate
5.1.3.1Analisis Korelasi Sederhana
116
5.1.3.2Analisis Tabulasi Silang
117
5.1.4 Analisis Multivariate
121
5.2 Diskusi dan Interpretasi
125
5.2.1Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan SaluranKomunikasi terhadap Sikap
125
xii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
5.2.2 Pengaruhopini terhadapattention,comprehension,acceptance dari pesan keamananPJAS melaluiberagam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap
128
5.2.3Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan,Keterampilan Berkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari PenyuluhKeamananPJAS terhadap
Sikap
132
5.2.4Efektivitas sikap
134
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan
136
6.1.1 Pengaruh Awareness(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi terhadap Sikap
136
6.1.2 PengaruhOpini terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan KeamananPJASmelalui Beragam Saluran Komunikasi (poster,komik,penyuluhaninteraktif, film) terhadap Sikap
136
6.1.3 Pengaruh Opiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJASterhadap Sikap
137
6.2 Implikasi Hasil Penelitian
138
6.2.1Implikasi Praktis
138
6.2.2Implikasi Akademis
139
6.3 Saran
139
DAFTAR PUSTAKA
141
DAFTAR LAMPIRAN
xiii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Profil PJAS Tahun 2008-2011
3
Gambar 1.2 Data KLB di Sekolah Tahun 2007-2011
4
Gambar 1.3 Data KLB
Keracunan
Pangan
PanganPenyebabnya (tahun 2006-2011)
berdasarkan
Jenis
4
Gambar 3.1Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu
32
Gambar 3.2 Teori Penguatan
42
Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual
66
Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian
77
xiv Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar
52
Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran
72
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11SD yang Terpapar Taktik PromosiKeamanan PJAS dengan Beragam Saluran Komunikasi di Provinsi DKI Jakarta
79
Tabel 5.1 Output Bivariate CorrelationAwarenessMemilih PJAS yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi
87
Tabel 5.2 Output Bivariate CorrelationOpiniterhadap Attention, Comprehension,AcceptancedariPesan Keamanan PJAS melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
88
Tabel 5.3 OutputBivariate CorrelationOpini terhadap Attention, Comprehension,Acceptance dariPesan Keamanan PJAS melalui Komik PoMpi“Memilih Makanan Aman”
89
Tabel 5.4OutputBivariate CorrelationOpini terhadapAttention, Comprehension,Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Penyuluhan Interaktif“Keamanan Pangan”
90
Tabel 5.5 Output Bivariate Correlation Opiniterhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Film PoMpi “AkibatSalah Makan”
91
Tabel 5.6 Output Bivariate Correlation OpiniterhadapPengetahuan, KeterampilanBerkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari PenyuluhKeamanan Pangan
92
Tabel 5.7 Output BivariateCorrelationSikap Memilih PJAS yang Aman
93
Tabel 5.8 Output Reliabilitas AwarenessMemilih PJAS yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi
94
Tabel 5.9 Output Reliabilitas Opini terhadap Attention, Comprehension,Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Poster PoMpi “HindariJajan Sembarangan”
xv Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
95
Tabel 5.10Output Reliabilitas Opiniterhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”
95
Tabel 5.11 Output Reliabilitas Opini terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”
96
Tabel 5.12 Output ReliabilitasOpini terhadap Attention,Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Film PoMpi “Akibat Salah Makan”
97
Tabel 5.13 Output ReliabilitasOpiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan
97
Tabel 5.14 Output Reliabilitas SikapMemilih PJAS yang Aman
98
Tabel 5.15 Usia
99
Tabel 5.16 Kelas
100
Tabel 5.17 Jenis Kelamin
100
Tabel 5.18.Uang Saku
101
Tabel 5.19 Frekuensi Jajan
101
Tabel 5.20 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel Awareness (kesadaran)setelah Menggunakan Saluran Komunikasi Tabel 5.21 DeskripsiJawaban
103
Responden padaVariabelOpini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Poster
105
Tabel 5.22 Deskripsi Jawaban Responden padaVariabel Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Komik
106
Tabel 5.23 Deskripsi Jawaban Respondenpada Variabel Opini terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan KeamananPJASyangDisampaikan melalui Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS
107
xvi Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
Tabel 5.24 Deskripsi Jawaban
Responden pada Variabel Opini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Film Tabel 5.25 Deskripsi Jawaban
109
Responden pada Variabel Opini
terhadapPengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
110
Tabel 5.26 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJASyang Aman
112
Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman Tabel 5.28 Rata-rata opini
responden
terhadap
114
Attention,
Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui (1) Poster PoMpi, (2) Komik PoMpi, (3) Penyuluhan Interaktif KeamananPJASdan (4) Film PoMpi Tabel 5.29 Korelasi Opini
115
Pesan Poster, Pesan Komik,
Pesan Penyuluhan danPesan Film Terhadap Sikap
116
Tabel 5.30 Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
117
Tabel 5.31 Kelas Responden dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
118
Tabel 5.32 Jenis Kelamin Respondendengan SikapMemilih PJAS yang Aman
119
Tabel 5.33 Uang Saku Responden dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
119
Tabel 5.34 Frekuensi Jajan Responden denganSikap MemilihPJAS yang Aman
120
Tabel 5.35 Metode Regresi Enter
121
Tabel 5.36 Rangkuman Regresi
122
Tabel 5.37 Anova
122
Tabel 5.38 Koefisien Beta
123
xvii Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada Konferensi Internasional FAO/WHO tahun 1992 tentang gizi, dideklarasikan bahwa masalah keamanan pangan telah menjadi keprihatinan dunia. Ratusan juta manusia di dunia menderita penyakit menular maupun tidak menular karena pangan tercemar dan bahwa memperoleh pangan yang cukup, bergizi dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang. Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi masyarakat. Kurangnya perhatian terhadap keamanan pangan dapat menimbulkan dampak seperti gangguan kesehatan mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Oleh karena itu keamanan pangan di sepanjang
rantai
pangan
merupakan
tanggung
jawab
bersama
antara
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya. Tantangan keamanan pangan semakin kompleks di mana ruang lingkup pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat luas. Tantangan keamanan pangan seperti keragaman jenis produk pangan serta luasnya area pengawasan, keterbatasan dana, dan pengetahuan produsen dan konsumen tentang keamanan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
2
pangan yang kurang, mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu sehingga koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait termasuk dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan pangan sebagai komponen penting untuk menjamin keamanan suplai pangan dan menentukan risiko kesehatan pada level nasional. Permasalahan keamanan pangan yang masih dijumpai di Indonesia adalah keamanan dan mutu mikrobiologis tidak memenuhi syarat karena kondisi higiene dan sanitasi yang buruk, penyalahgunaan bahan berbahaya dilarang untuk pangan, pencemaran logam berat, pestisida serta penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya saat mereka mencapai usia produktif. Pangan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Akan tetapi peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan BPOM RI cq Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2011 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas aman serta akibat cemaran mikrobiologi (gambar 1.1).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
5
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan POM RI dalam rangka Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Nasional tahun 2008, diketahui bahwa 48,1% responden siswa SD sering atau selalu (≥ 4 kali/minggu) jajan sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan dalam waktu seminggu. Sebagian besar responden siswa SD (68,6%) biasa jajan di kantin/warung sekolah sedangkan 28,1% responden siswa SD lainnya sering jajan di penjaja PJAS di sekitar sekolahnya. Data-data ini semakin memperkuat fakta bahwa jajan sudah sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa (Badan POM RI, 2008). 1.2 Konseptualisasi Masalah WHO (2003) menyederhanakan tujuan promosi keamanan pangan di sekolah menjadi dua yang terdiri atas : 1) tujuan umum (goal) yang merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai; dan 2) tujuan khusus (objective) yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan atau kesadaran, sikap dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. Dalam hal ini promosi keamanan PJAS memiliki tujuan khusus meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran terhadap keamanan PJAS. Dalam suatu komunikasi kampanye dapat memiliki efek yang berbeda – khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek tersebut dapat muncul di tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari efek saluran komunikasi (Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi yang direncanakan, diawali dan terutama berpengaruh pada informasi (pengetahuan), kemudian sikap dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah perilaku. Menurut Ray, M.L (1973, 149) dalam “The Marketing Communication and the Hirerarchy of Effect” menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye persuasif maka subyek diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan belajar mengenai suatu ide atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang favorit, kemudian diadaptasi menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut dinamakan Hierarki Belajar. Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan sikap manusia merupakan akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini mempunyai urutan yang relatif tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama pada level perubahan kognitif.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
6
Artinya, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki kompetensi. Selanjutnya memasuki level afektif meliputi sikap, evaluasi dan perasaan. Terakhir adalah level konatif meliputi maksud dan perilaku aktual. (Denis & Windahl, 1996 : 190) Promosi keamanan PJAS merupakan
suatu proses komunikasi antara
komunikator kepada komunikan yang dilakukan secara intensif dalam jangka waktu tertentu, secara berencana dan berkesinambungan, yang menurut Hovland dan Janis (1959) meliputi isi pesan, identitas sumber, jenis saluran, predisposisi terhadap pesan (misalnya, dalam situasi manakah suatu pesan diterima), proses mediasi internal (perhatian, pemahaman dan penerimaan) sehingga dapat menghasilkan efek komunikasi dapat diamati (perubahan opini, persepsi, memengaruhi, dan tindakan). Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses komunikasi tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan feedback berupa berbentuk positif atau sebaliknya negatif. Hal tersebut tergantung dari korelasi logis dari bauran komunikasi tersebut, misalnya berhasil atau tidaknya komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran yang dipilih dan diseleksi dan apakah pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang
diinginkan komunikator. Bila komunikatornya kurang menguasai tehnik berkomunikasi (suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian pesan melalui kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya), sehingga pesan kurang dimengerti atau tidak pas dalam proses penyampaiannya; bila pesan yang disampaikan tidak mempunyai arti dan manfaat bagi khalayak sasaran dan tidak memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi publik serta tidak disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikannya, serta bila saluran komunikasi yang digunakan untuk berkampanye kurang tepat bagi khalayak sasarannya tidak tepat dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud; begitu juga
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
7
komunikan yang menjadi khalayak sasaran tidak jelas dan terfokus, akibatnya dapat menimbulkan zero feed back atau negatif feed back. (Denis & Windahl, 1996 : 14) Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setelah mengidentifikasi siapa dan bagaimana khalayak sasaran, maka komunikator, pesan, saluran komunikasi sebagai wahana pesan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan feed back positif atau efek tertentu (efek kognitif, afektif dan konatif) pada komunikan. Salah satu teori yang menjelaskan tentang kompetensi komunikator dalam mengubah sikap komunikan adalah communication competency theory. Menurut teori ini bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunkasi dan motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator (Liliweri, 2011 : 173). Adapun salah satu teori yang menjelaskan rancangan pesan dalam mempengaruhi perubahan sikap (attitude) adalah reinforcement theory. Menurut teori ini perubahan sikap komunikan merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang menarik perhatian komunikan (attention), pesan yang disampaikan sendiri harus lengkap dan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan yang mudah dipahami komunikan (comprehension) dan pesan yang disampaikan tidak bertentangan dengan lingkungan sosial dan budaya komunikan (acceptance) (Liliweri, 2011 : 171). Sedangkan teori umum bagi Social Change Campaign menjelaskanbahwa sasaran akhir yaitu perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku. Namun untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku) maka aktivitas komunikasi kampanye mulai bergerak dari diseminasi pesan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
8
melalui media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku (Liliweri, 2011 : 739).
1.3 Identifikasi Masalah Gerakan Aksi Nasional PJAS terus berlanjut di tahun 2012. Gerakan ini merupakan Social Change Campaign dengan menggunakan taktik promosi keamanan PJAS yang mana menurut WHO (2003) mempunyai tujuan khusus terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku untuk mengatasi masalah keamanan pangan yang ada (Notoatmodjo dkk, 1996 : 102). Metode Social Change Campaign yang dilakukan Badan POM RI dalam Gerakan Aksi Nasional PJAS ini dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu dengan menggunakan model proses komunikasi S-M-C-R-E “who says what to whom with what effect?” (Smith, Laswell, & Casey, 1946 pada Petty & Cacioppo, 1996 : 60)
Source
: Penyuluh Keamanan Pangan
Message
: Pesan Keamanan Pangan
Channel
: Print ads (majalah Keamanan Pangan, tabloid Nova, surat kabar
Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik, poster, leaflet), television and radio ads (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat di radio dan stasiun TV), website (www.klubpompi.com), Spoken and visual word dalam bentuk film, media pertemuan seperti seminar, ceramah, penyuluhan, festival (pameran dan lomba dan demo koki cilik). Receiver
: Sasaran primer, sekunder dan tersier
Efek
: Pengetahuan baru, perubahan sikap dan perilaku terhadap
memilih dan menyediakan PJAS yang aman
Beranjak dari taktik promosi keamanan PJAS yang telah dilakukan pada Gerakan Aksi Nasional PJAS ini, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah Social Change Campaign ini dapat dikatakan berhasil, dilihat
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
9
dari dari efek atau dampak yang ditimbulkan yang terkait dengan kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan, pesan keamanan pangan dan diseminasi pesan keamanan pangan melalui print ads (poster, komik), spoken and visual word dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti penyuluhan interaktif, yang dilakukan oleh Badan POM RI terhadap dampak sikap. Hal penting dalam penelitian tesis ini, terutama sekali hendak mengetahui apakah taktik promosi keamanan pangan mempunyai hubungan terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman. Adapun sikap dapat dipengaruhi variabelvariabel berupa awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS dan opini
terhadap
kompetensi
(pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi,
memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS.
1.4 Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Pembatasan Masalah Penelitian ini membatasi diri pada communication competency theory , reinforcementtheory
dan
teori
umum
Social
Change
Campaign
yang
mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini hendak mengevaluasi outcomes “sikap” dari Social Change Campaign pada siswa SD pada 3 (tiga) aspek sebagai berikut :
1. Awareness/kesadaran memilih PJAS yang aman setelah mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran. 2. Opini khalayak sasaran terhadap pesan keamanan PJAS yakni bersifat attention artinya pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian khalayak sasaran dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam lingkungan sosial dan budaya khalayak sasaran, dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
10
3. Opini khalayak sasaran terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS yakni komunikator yang mempunyai kompetensi (mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikan) dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran.
Khalayak sasaran yang menjadi responden penelitian ini adalah siswa SD sebagai sasaran primer. Pada penelitian ini yang akan didiseminasikan adalah pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi melalui saluran komunikasi poster, komik, penyuluhan interaktif, dan film animasi. Penelitian terbatas pada evaluasi outcomes “sikap” dikarenakan bahwa menurut Lawrence Green (1980) kegiatan promosi keamanan pangan sebagai pendekatan efek perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang, faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku serta faktor penguat (reinforcing factor) yang merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku. Badan POM RI melalui Gerakan Aksi Nasional PJAS yang dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 31 Januari 2011 baru akan memulai pelaksanaan pengembangan fasilitas PJAS dalam hal penyediaan dan perbaikan infrastruktur di sekolahsekolah di tahun 2012 sehingga peneliti belum dapat meneliti terhadap efek perilaku dikarenakan belum adanya enabling factor yang memadai. Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan permasalahan penelitian untuk kepentingan tesis ini adalah : 1. Apakah awareness/kesadaran siswa SD memilih PJAS yang amansetelah mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)
mempengaruhi sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS? 2. Apakah opini siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
11
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS? 3. Apakah
opini
siswa
SD
terhadap
pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS?
1.4.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan (eksplanasi) variabel-variabel yang mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS. Berikut ini adalah rinciannya: 1. Untuk menjelaskan pengaruh awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS. 2. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS 3. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS 4. Untuk mengetahui efektivitas sikap memilih PJAS yang aman dari siswa SD sebagai outcomesSocial Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
12
1.5 Signifikansi Penelitian Dalam konteks Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa SD maka variabel-variabel seperti awareness / kesadaran siswa SD setelah menggunakan saluran komunikasi, opini siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasidan opini siswa SD terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan terhadap sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman, menjadi hal penting yang perlu ditelaah dalam kaitannya dengan tercapainya outcomes “sikap” Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS karena hal ini menunjukkan efektivitas kampanye tersebut (dari segi tingkat ketercapaian sikap memilih PJAS yang aman). Hasil penelitian berupa studi eksplanatif mengenai Social Change Campaign dalam konteks hubungan awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman, diharapkan dapat memberikan signifikansi sebagai berikut :
1. Secara akademis, penelitian ini
dapat menambah dan melengkapi
perbendaharaan literatur dan wawasan tentang variabel-variabel yang menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomesSocial Change Campaign secara empiris, khususnya untuk khalayak sasaran siswa SD melalui beragam saluran komunikasi(utamanya saluran personal yaitu penyuluhan intensif dan saluran non personal yaitu print ad, audio visual) dalam diseminasi pesan keamanan pangan dikaitkan dengan perubahan sikap tertentu. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi Badan POM RI dalam memahami efektivitas Gerakan Aksi Nasional PJAS yang ditujukan pada siswa SD
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Aksi Nasional PJAS Gerakan ini diprakarsai oleh Badan POM RI dan telah dicanangkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2011 adalah merupakan gerakan untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi melalui peran serta aktif yang lebih terpadu dari seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah serta pemberdayaan komunitas sekolah. Aksi ini diharapkan menjadi wahana untuk menggalang komitmen dari stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan keamanan PJAS. Gerakan Aksi Nasional ini merupakan Social Change Campaign yaitu jenis kampanye publik yang menjual ide atau gagasan perubahan sosial, yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang
terkait. Gerakan ini, memiliki tujuan utama yaitu
pemberdayaan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS melalui perubahan sikap, perilaku serta tindakan komunitas sekolah untuk memilih dan menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Rencana Aksi Nasional dilaksanakan melalui penerapan pada lima sasaran utama, yaitu perkuatan program PJAS, peningkatan awareness komunitas PJAS, peningkatan kapasitas sumber daya PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah dan optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS (Badan POM RI, 2012).
2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (Promosi Keamanan PJAS) Untuk mendukung kesuksesan suatu social change campaign maka perlu diterapkan perencanaan strategi dari kampanye public relationsyang terdiri dari 9 (sembilan tahapan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) fase yaitu fase formative research, strategi, taktis dan evaluative research. Fase ketiga yaitufase taktik merupakan elemen yang tampak dari perencanaan strategi, elemen tersebut adalah
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
14
yang orang lihat dan lakukan. Dalam fase ini berbagai alat komunikasi dipertimbangkan meliputi interpersonal communication tactics merupakan peluang tatap muka bagi keterlibatan dan interaksi personal, dan organizational media tactics merupakan media yang dapat dikontrol organisasi, dan diperlukan jika sasaran khalayak tersebar luas sehingga sulit dilakukan interaksi secara personal, new media tactics adalah wahana komunikasi untuk mempresentasikan informasi yang mempunyai nilai berita kepada berbagai audiens. (Smith, 2002 : 12). Promosi keamanan PJAS merupakan salah satu taktik (cara memobilisasi semua kekuatan untuk mengirimkan pesan mencapai publik yang luas) yang dilakukan pada Social Change Campaign ini. Pada dasarnya tujuan promosi keamanan PJAS adalah mempersuasi khalayak sasaran untuk mengubah pengetahuan atau kesadaran, sikap komunitas sekolah yaitu siswa SD (sasaran primer), kepala sekolah, guru pembimbing UKS, pengelola kantin sekolah, penjaja PJAS, komite sekolah, dan masyarakat sekitarnya (sasaran sekunder) dan mengubah perilaku komunitas sekolah dan masyarakat terhadap keamanan PJAS yang dilakukan melalui kontak langsung maupun tanpa kontak langsung dengan khalayak sasaran. Selain itu promosi keamanan PJAS juga dilakukan kepada sasaran tersier yaitu seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah sehingga penanggulangan keamanan PJAS lebih komprehensif, terpadu dan sistematis. Aktivitas diseminasi pesan keamanan pangan yang dilakukan dalam promosi keamanan PJAS adalah melalui print ads (majalah Keamanan Pangan, tabloid Nova, surat kabar Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik, poster, leaflet), television and radio ads (talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat di radio dan stasiun TV), website (www.klubpompi.com), spoken and visual word dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti seminar, ceramah, penyuluhan, festival (pameran, lomba koki cilik dan pentas seni). Adapun penyajian pesan telah disesuaikan dengan karakteristik khalayak sasaran yang terdiri dari sasaran primer, sekunder dan tersier sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima dan dipahami. Khususnya untuk siswa SD (sasaran primer) beberapa tema pesan yang disampaikan yaitu Jagalah Kesehatan dengan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
15
selalu Mencuci Tangan, Ayo Kenali Bahan Kimia Berbahaya pada Makanan dan Minuman !, Pilihlah Tempat Jajan yang Bersih dan Makanan yang Aman, Bacalah Label sebelum Membeli supaya Aman, Waspadalah terhadap 3 Bahaya pada Pangan; untuk Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah Bahan Tambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar Terhindar dari Bahaya, Bacalah Label saat Membeli Makanan dan Minuman, Lima Kunci Keamanan Pangan, Simpan Pangan dengan Benar, Terapkan Perilaku Kerja yang Baik, Jagalah Kebersihan Tempat dan Peralatan di Kantin Sekolah!.; untuk Guru yaitu Ayo Kita Tumbuhkan Sadar Keamanan Pangan pada Anak Didik Kita! dan Panduan Sinergisme Peran Pemangku Kepentingan Terkait. Sebagai narasumber/komunikator dalam kegiatan promosi keamanan PJAS adalah petugas Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dari Badan POM RI dan Balai Besar/Balai POM yang tersebar di 31 Ibu Kota Propinsi. 2.3 Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS Berbicara mengenai evaluasi, maka tidak dapat dipisahkan dari penilaian. Evaluasi dapat memberikan penilaian (assessment) terhadap efek atau dampak sebuah Social Change Campaign
dengan taktikpromosi keamanan PJAS.
Terutama sekali evaluasi dapat memberikan informasi praktis yang berguna tentang apa yang berjalan dan apa yang tidak, dalam sebuah upaya komunikasi untuk mempengaruhi perubahan sosial. Pada dasarnya evaluasi adalah segala bentuk penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat efektivitas atau apa yang telah dilakukan dalam sebuah program, strategi, aktivitas secara spesifik dengan mengukur outputs dan atau outcomes(berupa pengukuran ilmiah terhadap peningkatan kesadaran, atau perubahan opini, sikap dan perilaku) dari program berdasarkan seperangkat sasaran (objectives) yang telah ditetapkan sebelumnya. (Cutlip, 2006 : 419). Evaluasi social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi, mengkaji, yang memungkinkan untuk menentukan tingkatanyangtelahdicapaisesuaidengantujuanyangtelahdinyatakan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
16
dan apakah taktik promosi keamanan PJAS perlu dimodifikasi atau tetap dilanjutkan. Secara operasional evaluasi social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan (input) , pencapaian keluaran (output), dan dampak (outcome) dengan standar atau indikator yang telah direncanakan. Hasil evaluasi ini diharapkan memberikan gambaran seberapa jauh social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS ini telah mencapai tujuannya. Selain itu hasil evaluasi ini merupakan umpan balik atau masukan untuk perbaikan atau peningkatan program Gerakan Aksi Nasional PJAS Fokus evaluasi dapat dibagi menurut tahapannya yaitu evaluasi input, evaluasi proses, evaluasi hasil (output) dan evaluasi dampak (outcomes) : (Badan POM , 2012)
Evaluasi input meliputi : a. Jumlah siswa yang mengikuti program bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS b. Jumlah guru yang mengikuti program bimbingan teknis/ pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS c. Jumlah pengelola kantin yang mengikuti yang mengikuti program bimbingan teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS d. Jumlah penjaja PJAS yang mengikuti yang mengikuti program bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS e. Biaya yang dikeluarkan untuk program bimbingan teknis / pelatihan/ penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS f. Jumlah dan jenis media yang diproduksi dan digunakan untuk program bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS g. Sarana dan prasarana mendukung program bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
17
Evaluasi Proses meliputi: a. Frekuensi rapat membahas program bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS b. Frekuensi supervisi dan bimbingan dari petugas BPOM, Balai Besar/Balai POM
Provinsi
terhadap
yang
mengikuti
program
bimbingan
teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS c. Banyaknya poster, selebaran, leaflet tentang informasi keamanan PJAS yang didistribusikan d. Dikeluarkan kebijakan kantin dan pedagang PJAS harus menyediakan makanan yang aman
Evaluasi Ouput meliputi: a. Menurunnya persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat b. Meningkatnya opini publik positif yang ditulis di media c. Meningkatnya publisitas yang diperoleh dari media d. Meningkatnya persentase khalayak yang dijangkau pesan e. Program sinergisme dengan pemangku kepentingan terkait
Evaluasi Outcome meliputi : a.
Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan PJAS dari komunitas sekolah (sasaran primer dan sekunder)
b.
Menurunnya angka absensi dari siswa karena sakit
c.
Menurunnya persentase KLB siswa karena keracunan PJAS
d.
Meningkatnya persentase social involvement
2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif Hovland dan koleganya mempelajari komunikasi dan perubahan sikap melalui pertanyaan“siapa mengatakan apa kepada siapa dan efek apa yang diharapkan?”
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
18
(Smith, Laswell, & Casey, 1946 dalam Petty dan Caccioppo (1996:60)). Mereka melakukan studi tentang efek sikap pada sumber (siapa yang mengatakan), pesan (apa yang dikatakan), dan penerima (kepada siapa pesan disampaikan). Efek dari saluran komunikasi dan lama retensi pesan dan perubahan sikap juga dipelajari.
1.
Faktor pengirim Komunikator (source) dalam suatu komunikasi persuasif dapat berupa individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain atau sekelompok orang. Hovland, Janis dan Kelley (1953) dalam Petty dan Caccioppo
(1996:61)
berpendapat
bahwa
terdapatbeberapakomponen
komunikator yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yakni : a. kredibilitas (communicatorcredibility) Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi akan lebih persuasive dibandingkan dengan komunikator yang memiliki kredibilitas rendah jika pengukuran sikap segera dilakukan setelah pesan disampaikan Aspek dari kredibilitas meliputi : a.1 Keahlian (expertise) Keahlian sangat penting dalam menginduksi perubahan sikap awal komunikan terutama saat posisi yang diadvokasi agak berbeda dari komunikan (Kelman dan Hovland (1953) dalam Petty dan Caccioppo (1996:62)). a.2 Layak dipercaya (trustworthiness) Komunikator yang layak dipercaya merupakan determinan yang sangat penting dalam perubahan sikap (Choo, 1964; Craig & McCann, 1978). Andreoli dan Worchel (1978) menggagas bahwa sumber yang dapat dipercaya lebih persuasive dibandingkan komunikator yang tidak dipercaya. (Petty dan Caccioppo (1996:64).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
19
b. Atraktif (communicator attractiveness) Chaiken (1979) menemukan bahwa komunikator dengan postur tubuh secara fisik menarik dan berpenampilan gaya bahasa menarik akan lebih mempersuasi dibandingkan komunikator dengan postur tubuh secara fisik tidak menarik dan berpenampilan gaya bahasa tidak menarik. (Petty dan Caccioppo (1996:67) c. Kesamaan komunikator dengan komunikan (communicator similarity) Komunikator mungkin dapat disukai oleh komunikan
bila terdapat
kesamaan (Byrne, 1971 : Rokeach, 1960), berpenampilan fisik menarik (Berscheid and Walters, 1974), dan familiar (Sherif & Sherif, 1953; Zajonc, 1968) dapat meningkatkan persuasive dan disukai komunikan. Brock (1965) menyimpulkan bahwa semakin banyak kesamaan antara komunikator dengan komunikan, maka semakin besar penerimaan dan dampak persuasi pesan d. Kekuasaan (communicator power). Kelman (1958) mengemukakan, persetujuan publik
bahwa masyarakat memberikan
lebih besar kepada komunikator yang memiliki
kekuasaan dibandingkan kepada komunikator yang tidak memiliki kekuasaan 2.
Faktor Pesan Beberapa syarat pesan yang menentukan keberhasilan komunikasi persuasif antaralain, yakni :
a. Pesan yang dapat dipahami (message comprehensibility) Agar sebuah pesan dapat mempersuasi khalayak maka menurut Hovland (Petty and Cacioppo, 1996: 70), pesan tersebut harus diperhatikan
dan
dipahami. b. Jumlah argument (number of arguments) Mayoritas komunikan akan merasa bosan dan berhenti menyimak, terutama jika argumendalampesan tersebut terlalu panjang dan terlalu sering diulang (Petty dan Cacioppo (1996 : 71; 1976b).Semakin banyak argumen dipresentasikan dalam rentang waktu tertentu , semakin sedikit waktu yang dimiliki seseorang untuk
mengingat atau merekam tentang argumen tersebut ( Calder, 1978).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
20
Beberapaargumenakan
menjadilebih
kuat,
lebihmeyakinkan,dan
lebih
berpengaruhdaripada yang lain,dan memberikan kepada seseorang beberapa argumenyang
sangat
meyakinkanmungkin
dapat
mempromosikan
perubahansikap yang lebihdari sekedar menyediakanargumen inibersama dengansejumlah argumen yang jauh lebih lemah. (Anderson, 1974). (Petty dan Cacioppo, 1996 : 71-72) c. Imbalan Pesan (Rewards within the Message) Argumen dalam pesan diasumsikan dapat
memotivasi perubahan sikap
melalui insentif yang dikandungnya. Semakin banyak argument dalam pesan akan lebih mempengaruhi perubahan sikap. Imbalan (reward) lebih berpengaruh, jika diterapkan segera dibandingkan setelah adanya penundaan. Pesan yang persuasif lebih efektif saat argument dalam pesan dipisahkan dari kesimpulan, sedikit, dibandingkan banyak, dari materi yang netral (Weiss, Buchnan, & Pasamanick , 1965 dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 72)). d. Pendekatan Fear Appeals (The arousal and Reductional of Fear) Leventahl (1970) menemukan bahwa pesan berkategori high fear umumnya lebih efektif dibanding pesan berkategori moderate atau low fear. Pesan berkategori fear arousing efektif menginduksi perubahan sikap terutama jika memenuhi kondisi sebagai berikut: o Pesan
menyediakan
argument
kuat
untuk
kemungkinan
komunikanmenderitabeberapakonsekuensiyang sangat negatif o Argument tersebut menjelaskan kosnekuensi negatif akan timbul jika tindakan yang direkomendasikan tidak diterima o Pesan memberikanjaminanyang kuat bahwapenerapanrekomendasiefektif menghilangkankonsekuensinegatif.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
21
Sikap defensif – yang dapat menurunkan efektivitas pesan akan timbul jika terdapat keraguan tentang tindakan yang harus diambil berkaitan dengan bahaya tersebut.(Petty dan Cacioppo, 1996 : 73). e. Pesan Satu Sisi vs Pesan Dua Sisi (One sided versus Two sided Message) Hovland, Lumsdaine dan Sheffield (1949) menemukan tidak terdapat perbedaan efektivitas menyolok antara pesan satu sisi dengan pesan dua sisi, namun mereka menemukan beberapa hal menarik, antara lain : o Orang yang secara pribadi setuju dengan pendapat yang terkandung dalam pesan, akan lebih mudah terpengaruh oleh pesan satu sisi. Sedangkan mereka yang tidak setuju akan memperlihatkan efek sebaliknya o Orang yang telah terpapar oleh pesan satu sisi akan lebih mudah terpengaruh
oleh
pesan
lain
yang
melawan
pesan
pertama
(counterpropaganda) o Orang yang telah terpapar oleh pesan dua sisi cenderung memperlihatkan penolakan terhadap pesan counterpropaganda
Petty dan Cacioppo (1996 : 75) menemukan bahwa sebagian besar pengiklan cenderung menggunakan pesan satu sisi yang efektif jika. Namun jika produk tersebut kurang dikenal, atau khalayak telah memiliki pengetahuan tentang kompetitor, maka pesan dua sisi akan lebih efektif. f. Penarikan Kesimpulan (Conclusion – drawing) Penarikan
kesimpulan
dalam
komunikasipersuasifbiasanyabermanfaat
ataudiperlukan bagi komunikan untukmemahami dan mengingatsepenuhnya argumen pesan danadvokasi (Hovland dan Mandell, 1952; Thistlethwaite, de Haan,danKamenetzky,1955). Sehubungan dengan penerjemahan konklusi, Mc Guire
(1969) dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 77) memberikan pernyataan, bahwa dalam situasi tertentu, seseorang dapat saja lebih terpersuasi jika komunikan sendiri menarik kesimpulan dibanding, jika komunikator yang menarik kesimpulan. Akan tetapi yang kerap menjadi masalah adalahkomunikan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
22
tidak memiliki cukup intelegensi atau motivasi untuk menarik kesimpulan sehingga terjadi kesalahan penarikan kesimpulan yang serius.
g. Pengulangan Pesan (Message Repetition) Teori Pembelajaran Pesan (Message Learning Approach) yakin bahwa pengulangan pesan akan meningkatkan perhatian pemirsa, pemahaman dan pengingatan mereka terhadap isi pesan. Wilson dan Miller (1968) dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 79) membuktikan bahwa presentasi yang disampaikan sebanyak 3 kali, memberikan pemahaman dan pengingatan lebih baik lagi bagi pemirsa dibandingkan presentasi yang hanya disampaikan hanya satu kali. Temuan Wilson dan Miller didukung Moriarty (1991 : 38-39), bahwa suatu pesan harus diulang sekurangnya tiga kali sebelum dapat menembus wilayah persepsi dan terekam dalam ingatan. Namun demikian beberapa penelitian memperlihatkan pula bahwa walaupun pengulangan akan meningkatkan ingatan khalayak, akan tetapi hal ini juga akan menurunkan efektivitasnya dalam perubahan sikap (Cacioppo dan Petty, 1979, 1980; Gorn dan Goldberg, 1980; Miller, 1976).
h. Gaya Presentasi (Style of Presentation) Hemsley dan Doob (1978) menemukan bahwa komunikator yang melihat komunikan dinilai lebih kredibel dan lebih meyakinkan daripada komunikator yang
menatap
jauh
kefasihanberbicarajuga penilaianmasyarakat
ketika
mereka
telahditunjukkan
berbicara.
Tingkatdan
untukmempengaruhi
terhadapkredibilitaspembicaradankerentanan
mereka
terhadappersuasi. Lind dan O‟Barr (1979) melaporkan bahwa komunikator yang menggunakan gaya powerful berbicara di depan lebih persuasif daripada komunikator yang menggunakan gaya powerless. Miller et all (1976) melaporkan bahwa komunikan lebih rentan terhadap persuasi ketika komunikator memberikan pesan dengan kecepatan tinggi, bukan pada kecepatan normal berbicara. Komunikator dengan gaya powerful dan cepat dianggap lebih memiliki pengetahuan tentang topik dan karenanya lebih kredibel.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
23
Hall (1980) mengindikasikan bahwa isyarat suara non verbal yang dapat digunakan komunikator, seperti nada suara, juga dapat mempengaruhi kerentanan komunikan akan persuasi. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 79-80)
3.
Faktor Penerima (Recipient Factor) a. Intelegensia McGuire (1968) mengajukan model perubahan sikap , yang ditentukan oleh 2 hal, yaitu : 1. Penerimaan terhadap argumen dan advokasi yang terkandung dalam pesan, meliputi proses perhatian , pemahaman dan pengingatan 2. Penyerapan terhadap pengaruh
McGuire menemukan bahwa faktor-faktor komunikan kerap memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap kedua hal di atas. Sebagai contoh, khalayak yang lebih cerdas mampu memahami dan mengingat lebih banyak argumen dibanding khalayak yang kurang cerdas. Seharusnya akan meningkatkan perubahan sikap dalam kelompok khalayak yang lebih cerdas. Namunternyata kecerdasan juga membuat khalayak lebih sulit dipengaruhi karena mereka lebih percaya terhadap kemampuan kritis mereka. Lebih jauh , hal
ini menyebabkan mereka lebih yakin tentang sikap awal yang telah merekaambil.Keyakinan ini cenderung akanmenurunkantingkat perubahansikap. Eagly dan Warren (1976) meneliti tentang pengaruh relatif komponen tingkat
kecerdasan (pemahaman terhadap iklan) dan tingkat pengaruh (penerimaan terhadap iklan) terhadap perubahan sikap. Tingkat kecerdasan (kemampuan verbal) subyek diukur lalu diterjemahkan dalam bentuk pesan yang sederhana
atau kompleks. Mereka berpendapat bahwa khalayak yang cerdas akan mampu memahami dan mengingat pesan yang kompleks dibanding khlayak yang kurang cerdas, namun kurang menunjukkan persetujuan terhadap pengaruh yang diberikan. Disisi lain khalayak yang kurang cerdas, kurang mampu memahami dan mengingat pesan yang
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
24
kompleks tetapi akan menunjukkan penerimaan yang baik terhadap pengaruh yang diberikan. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 80-82)
b. Harga Diri (Self Esteem) McGuire‟s (1968) menggagas model kepribadian dan persuasif yang dapat diterapkan juga pada hubungan antara harga diri dan perubahan sikap. Harga diri
merujuk pada nilai, penghargaan maupun penghormatan terhadap seseorang. Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa kurang percaya diri,
memandang diri sendiri kurang mampu dan kurang bahagia dibanding orang dengan harga diri yang tinggi. McGuire berasumsi bahwa orang dengan harga diri rendah akan lebih mudah dipengaruhi (susceptible to influence). Di samping itu harga diri positif berkaitan dengan kecerdasan danminat seseorang sedangkan harga diri negatif berkaitan dengan penyerapan .
Nisbett dan Gordon menemukan hubungan antara harga diri (rendahsedang-tinggi) dan perubahan sikap tergantung pada
seberapa menarik dan
sulituntuk memahami pesan itu. Ketika pesan itu sederhana, komunikan dengan
harga diri sedang yang paling menunjukkan perubahan sikap. Tapi ketika pesan kompleks, komunikan dengan harga diri tinggi yang paling menampilkan perubahan sikap. Namun demikian perbedaan menyolok ditemukan antara model McGuire dengan hasil observasi Nisbett dan Gordon (1967), dimana komunikan dengan harga diri sedang adalah yang terpersuasi paling menonjol (bahkan dibandingkan dengan orang yang memiliki harga diri rendah)
c. Perbedaan Jenis Kelamin (Sex Differences) Beberapa penelitian tentang gender menunjukkan bahwa perempuan lebih dipersuasi dibanding laki-laki (Cooper, 1979; Eagly, 1978). Eagly berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampua verbal lebih baik daripada laki-laki, sehingga dapat memahami argumen pesan dengan lebih baik. Oleh karena itu perempuan menunjukkan persuasi lebih tinggi dari laki-
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
25
laki. Akan tetapi, teori ini dibantah sendiri , Eagly karena penelitian lebih jauh tidak mendukung (Eagly 1974; Chaiken dan Eagly, 1976). Saat ini ada dua penjelasan yang dianggap sahih, yaitu o Perbedaan gender dapat disebabkan oleh peran sosial yang dipelajari oleh masing-masing pihak. Seorang wanita secara sosial diharapkan bersikap koperatif dan menjaga harmoni sosial sehingga akan memfasilitasi
persetujuan
terhadap
pengaruh.
Sedangkan
pria
diharapkan dapat bersifat asertif dan mandiri sehingga akan memfasilitasi penolakan terhadap pengaruh o Perbedaan gender juga tampak dalam banyak studi tentag pengaruh pesan persuasi, dimana pria memperlihatkan minat dan pengetahuan yang lebih tinggi dari wanita.
Perbedaan gender secara sederhana memperihatkan fakta, bahwa lebih mudah untuk mempersuasi seseorang yang hanya memiliki sedikit minat ataupun pengetahuan tentang isu yang dibawakan oleh pesan. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 83).
4. Faktor Saluran (Channel Factors) Hovlanddan mendidik
koleganyajelas
menunjukkanbahwa
komunikasimassadapat
danmempengaruhikomunikan.Efeksikapdari
berbagai
mediadi
manakomunikasidapat ditransmisikanseperti mediacetak : surat kabar, majalah dan buku; mediaaudio : radio, telepon dan rekaman; dan mediaaudio visual : televisi, filmdan video recordings. Saluran ini merupakanmedia massa, yang mana efek nya dapat dibandingkan dengankomunikasitatapmuka.
a. Saluran Personal vs Media Massa (Face to face vs Mass Media Appeals) Media massa dianggap sebagai sarana untuk menjangkau sejumlah besar orang (yang berbeda-beda) secara cepat dan efisien (Weiss, 1969 : 70). Dampakyang lebih besar darisaluran personal telah ditemukanberulang kali
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
26
(Berelson, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Katz & Lazarsfeld, 1955). Argumenpersuasifyang menghasilkanperubahan sikaptidak harusberasal
daribeberapa jeniskomunikasi verbal atau tulisan formal. Burnstein dan Vinokur (1975, 1977) menganalisa perubahan sikap berasal dari kelompok diskusi. Argumenyang dihasilkanoleh orang-orangdalam kelompok diskusi dipelajarioleh dandapat
mengubah
sikaporang
laindalam
kelompok
diskusi.Karenaorangseringdibujuk olehargumenbahwa orang laindalam diskusi kelompokmenghasilkan, fenomena menarik dapat terjadisebagai akibat
daridiskusi
tatap
muka.
Sikapmasyarakat
setelahdiskusi
kelompokseringkali lebihekstrim dibandingkansikapmerekasebelumdiskusi. Kebanyakan anggotakelompok berada disisi yang sama dari suatu masalah, dananggota kelompok dapat memiliki alasanyang berbeda untukmendukung
suatu
sisimasalah.Selama
diskusikebanyakananggotakelompok
akan
mendengarargumendisisi mereka sendiridari suatu masalah dan bahwa ini
tidak mereka pertimbangkan sebelumnya (Burnstein & Sentis, 1981). Saluran
personal
umumnya
komunikasi,puluhan
memilikidampaklebih
miliardolar
padakomunikasipersuasifyang
darimedia
dihabiskansetiap
disampaikan
melaluimedia
tahun massa.
(McGuire, 1978). Saluran media massa merupakan saluran yang popular karena
saluranini
digunakansebagai
sarana
yangterorganisiruntuk
mencapaisejumlah besarjenisberagam orangdengan cepat dan efisien. (Weiss,
1969
:
70).
Bahkankampanyeyang
berhasilmeyakinkanmasing-
masing1.000 orangdengan siapaiaberbicaraakanmenyedihkan karena di balikkampanyeyang meyakinkansatu persen dariwaktuperdana televisi audiens (Bauer, 1964).
b. Atribut Saluran Komunikasi (Channel Attribute) Komunikasipersuasif
menjadi
denganatributkhusus
darisaluran
paling
yang
efektif
biladisesuaikan
digunakannya
(Klapper,
1960).Media cetakmenyediakan catatanpermanen sehingga orangdapat membacanya dan kembali membacanya saat mereka inginkan.Mediaaudio visualdan audio
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
28
menjangkau khalayak yanglebih besar, lebihberagam dibandingkanmedia cetak,dan komunikasimelaluiaudio visualatau audio dapat segera sampai ke penerima sedangkanmedia cetak harus menunggu (Weiss, 1969).Media audio visualadalah salurankomunikasiyang sangat potensial yang mana orangdapatmelihat
dan
mendengar(Bradack,
Konsky,
&Davis,1976;Frandsen, 1963), dan masyarakat cenderung lebihkritisdan menganggapkurang
validmateri
yangditulisdibandingkanmateri
yang
disajikanpadaaudio atauvideo tape(Carver, 1935; Maier&Thurber, 1968). Di sisilain,isyaratnon verballebihjelas dalamaudio visualdibandingkan komunikasi dan audio dibandingkan dengan pesantercetak (Wright, 1980). Keuntunganunik
danketerbatasan
yang
terkait
dengansetiap
saluranmenunjukkanbahwa tidak ada bentuksalah satutransmisiyang terbaikmelainkan
bahwasaluranyang
paling
efektiftergantung
pada
berbagaifaktor.Sebagai contoh, hal ini menunjukkan bahwa: o
Pesan
kompleksdipahamicetak
yang
lebih
baikdaripadadalam
bentukaudio visualatau audio. o
Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih baik dibandingkan media cetak (Chaiken &Eagly, 1976).
Maka kemudianbahwapesanmudahdipahami dalam rekaman videoharus lebih
menimbulkanperubahansikapdibandingkanbila
dicetak.
Namun,
media cetak mungkin yang palingefektif menimbulkan perubahan sikap bilapesankompleks, dipahamiketika
karena
secara
disajikandi
audio.Selanjutnya,presentasiaudio
substansial
pesandapat
cetakdaripadabentukaudio atauaudiovisualyang
lebih
visualatau
tidak
mudah
dipahami dapat membuat lebihfrustasi dan tidak menyenangkanuntuk diikutidibandingkanmembaca handout presentasinya. (Petty dan Cacioppo, 1996: 86-87).
2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
29
Penelitian Carl Hovland mengenai proses perubahan sikap meliputi : (Rogers, 1997 : 380-381) a. Komunikator dengan kredibilitas tinggi menyebabkan perubahan sikap lebih cepat setelah aksi komunikasi, tetapi a sleeper effect terjadi di mana komunikator tersebut dilupakan setelah jangka waktu. b. Fear appeals (rasa takut) yang ringan menyebabkan perubahan sikap yang lebih dibanding fear appeals (rasa takut) yang kuat. Propagandis sering menggunakan fear appeals (rasa takut). Hovland membuktikan bahwa efek dari fear appeals (rasa takut) yang kuat yang digunakan komunikator dapat mengganggu upaya persuasi. c. Pesan satu pesan menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap khalayak dengan pendidikan dan / atau intelijen lebih rendah, sementara pesan dua sisi menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap khalayak sasaran yang lebih terdidik dan / atau cerdas. Hovland dan temuan rekan-rekannya mengenai efek kuat dari dua jenis sisi pesan bertentangan dengan strategi propaganda Nazi tidak pernah menyebutkan sisi yang berlawanan dari sebuah argumen (Janis 1968, p 528). d. Menyatakan kesimpulan pada pesan lebih mempengaruhi perubahan sikap dari menyatakan kesimpulan secara implisit. Di sini tampak bahwa kejelasan di awal pesan dapat lebih mempersuasif pesan. e. Individu yang merasa secara sosial tidak memadai dan memiliki harga diri rendah akan mengalami perubahan sikap yang lebih dibandingkan individu yang
agresif
.
Konsepdiri
yang
kuatdapat
memberikanresistensi
terhadappesan persuasif. f. Pesertaaktif dalam prosespersuasi(sepertidengan membacapesan dengan suara kerasataumempresentasikansudut pandang tertentu) lebih memiliki perubahansikap
daripadapesertalebih
studiKurtLewinroti
manis,
individu
pasif.Seperti yang
terlibatdalam
dalam proses
komunikasilebih mungkin untukmengubah sikapmereka (danperilaku). g. Individu yang sangat tertarikke dalam kelompok memilikiperubahan sikap yang
kurang
terhadap
denganstandarkelompok.Temuan
ini
isu
yangbertentangan
mirip
dengangeneralisasidari
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
30
penelitiandinamika
kelompokyang
mana
kohesi
kelompokmendorongindividu-individu darianggotakelompokagar sesuai dengannormakelompok.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
31
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kajian Teori Kerangka berpikir yang melandasi penulisan tesis ini adalah konsep-konsep teori
yang dianggap berhubungan dengan judul dan topik pembuatan tesis yakni terdiri dari Teori Umum bagi Social Change Campaignadalah bahwa untuk mencapai sasaranjangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku
dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku) maka aktivitas komunikasi kampanye diawali dari diseminasi pesan melalui saluran komunikasi yaitu saluran personal
(penyuluhan interaktif) dan non personal (media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku),Communication CompetencyTheory yaitu teori yang menjelaskan tentang kompetensikomunikator dalam mengubah sikap komunikan, dan Reinforcement Theory yaitu teori yang menjelaskan penyusunan pesan yang bersifat attention,
comprehension dan acceptance dapat menghasilkan perubahan sikap (attitude).
3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye komunikasi publik (SocialChange Campaign) selalu memanfaatkan saluran komunikasi sebagai wahana yangdigunakan untuk menyalurkan pesan yang telah ditata dengan baik kepada khalayak
sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis kampanye ini bertujuan mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan segala akibatnya, mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif, mempengaruhi individu untukmenerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi inti penggerak perubahan,
mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang dikehendaki dan menghasilkan perubahan individu yang tampil sebagai pendukung program. Rogers dan Storey (Grossberg, 1988, Synder, 2002, Klingemann & Rommele, 2002) mendasarkan definisi kampanye pada dua hal yaitu pertama, bahwa kampanyemerupakan wujud tindakan komunikasi dan kedua, adalah dapat mencapai keseluruhan proses dan fenomena praktek kampanye yang terjadi di lapangan. Kampanye mencakup empat elemen yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan,
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
32
yaitu kampanye selalu berbasis lingkungan seperti peraturan dan perundangan yang berlaku, struktur media massa dalam suatu negara, tujuan strategis bahwa kampanye diorganisasikan untuk menggalang kemampuan berkomunikasi, secara langsung atau dengan bantuan media untuk mendapatkan cara mengomunikasikan pesan sehingga dapat mencapai sasaran, dan mempunyai dampak tertentu bagi khalayak sasaran yang telah ditargetkan. Social Change Campaigns atau Kampanye Perubahan Perilaku Individu sering disebut public information atau public education campaign (kampanye pendidikan publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang kurang berkenan dan menganjurkan perilaku baru yang dianjurkan. Adapun tujuan dari Social Change Campaigns adalah mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan segala
akibatnya,
mempengaruhi
sikap
untuk
mendukung
perilaku
persuasif,
mempengaruhi individu untuk menerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi inti penggerak perubahan, mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang dikehendaki dan menghasilkan perubahan perilaku individu yang tampil sebagai pendukung utama suatu program. Adapun sebagai khalayak sasaran adalah segmen individu dari populasi yang perilakunya akan diubah dengan strategi pemasaran sosial dan saluran komunikasi yang digunakan print ads atau publisitas, surat kabar, majalah, radio, televisi dan iklan. Perubahan sikap dan perilaku individual itu merupakan outcomes dari kampanye yang sekaligus dapat menginisiasi perubahan sikap dan perilaku keluarga, kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahkan masyarakat luas. Seiring dengan semakin berkembangnya Social Change Campaigns dalam beberapa dekade terakhir, maka pelbagai temuan kampanye telah mendorong pengembangan konsep-konsep teoritis bagi kerjasama antar disiplin. Para peneliti perubahan perilaku individu (Fishbein, Triandis, Kanfer, Becker, Middlestadt, & Eichler, 2001) sepakat bahwa
terdapat sejumlah faktor yang telah terbukti mempengaruhi
perubahan perilaku individu. Peraga di bawah ini menawarkan teori umum bagi kampanye perubahan yang dapat dijadikan dasar bagi kampanye perubahan perilaku individu. Alur-alur proses kampanye sebagaimana terlihat dalam peraga ini menggambarkan sasaran akhir (ultimate outcome) adalah perubahan perilaku individu. Ternyata perubahan perilaku individu dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku, dan variabel lain yang berkaitan degan perilaku. Dengan melihat sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye maka
aktivitas
komunikasi
kampanye
diawali
dari
diseminasi
pesan
pada
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
33
salurankomunikasi : print ads, TV ads, radio, websites, billboard, poster, leaflet,
brosur. Seluruh kegiatan awal komunikasi kampanye tetap berbasis pada pendekatan community based dan aktivitas lain yang sejenis. (Liliweri, 2011 : 676-678, 683-684,738-740).
Gambar 3.1 Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu Activities Message dissemination Community based outreachPrints ads, Tv ads, Websites, Billboard, Transit Poster, Other activity Brochures, Leaflet, Pamphlet
Short Terms and Intermediate Outcomes
Ultimate Outcomes
---------Awareness-----------
Individual Behavior Changes
------------Attitude---------------------Saliance--------------------Self Efficacy---------------Social Norms-------------Subjective Norms------
Sumber : Liliweri, 2011 Saluran
: 739
----Behavioral Intention---Other variable
komunikasi
yang
digunakan
that affect or
untuk mendiseminasikan
----moderate behavioral---
pesan
antara
komunikator dengan komunikannya, dapat digolongkan sebagai berikut : (Ardianto, 2009 : 73-75) 1. Media umum seperti surat menyurat, telepon, facsmile, dan telegraf 2. Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan media elektronik, yaitu televisi, radio dan film 3. Media khusus, seperti iklan, logo nama perusahaan atau produk yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang efektif dan maskot 4. Media internal, adalah media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan non komersial, serta lazim digunakan dalam aktivitas public relation yaitu a. House journal seperti majalah bulanan, profile perusahaan, laporan tahunan perusahaan, prospectus, buletin dan tabloid
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
34
b. Printed material seperti barang cetakan untuk publikasi dan promosi c. Spoken and visual word seperti audio visual, video tape record, slide film, broad casting media, perlengkapan radio dan televisi d. Media pertemuan seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran, acara khusus, sponsorship dan gathering meet
Sasaran jangka pendek dan sasaran antara yang memediasi ultimate outcomes (perubahan perilaku individu)meliputi : a. Kesadaran Adalah kemampuanuntuk melihat, merasakan, atau menjadisadar terhadap suatu peristiwa, objekatau polasensorik. Dalamtingkat kesadaran, data yangmasuk akaldapat dikonfirmasikantanpaharusmenyiratkanpemahaman. b. Sikap Menurut Sarwono (2003) adalah kecenderungan/ kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang sering dipakai berupa teori rangsang balas (stimulus-response theory) atau teori penguat (reinforcement theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku. Menurut Moriarty (1991:45), sikap berakar pada psikis seseorang dan berkaitan dengan banyak nilai-nilai serta opini sedangkan Allen, Guy dan Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu dalam interaksi sosial terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada di sekelilingnya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2005 : 2425)
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
35
1.
Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. 3. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. 4. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu 6. Faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
36
semacam penyaluran frustasi atas pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego
Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar, 2005). Sikap seseorang
sangat menentukan bagaimana tindakan seseorang.
Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat diketahui, maka dapat diduga bentuk tindakan apa yanga akan dilakukan oleh seseorang itu. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa ternyata tindakan yang dilaksanakan tidak sejalan dengan sikap yang telah diambilnya. Terdapat tiga jenis ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya yaitu : (1) ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan informasi mengenai kenyataan yang terjadi, (2) ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan sikap panutannya, dan (3) ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan tindakan seseorang itu sendiri (Taryoto, 1991 pada Aci, 2009 ). Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu obyek maka arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu sama intensitasnya. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap dimaksud. Sehubungan dengan keberlangsungan perubahan sikap, Petty dan Cacioppo (1996:87-89) mengetengahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ingatan terhadap pesan. Menurut Moriarty (1991: 38), ingatan manusia tersimpan dalam bentuk fragment dan traces. Untuk membangkitkan ingatan ini suatu pesan menggunakan cue berupa kalimat atau gambar yang berfungsi sebagai pengingat. Hal lain yang memudahkan dalam mengingat pesan adalah pengulangan.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
37
Hovland (1949) dalam Petty dan Cacioppo (1996:87) menyatakan bahwa, jika perubahan sikap diukur segera setelah komunikasi dilakukan maka perubahan sikap tersebut merupakan hasil dari perhatian, pemahaman dan penerimaan atas argument dan penjelasan dalam pesan. Lebih jauh perubahan sikap berlangsung selama pesan tersebut dapat diingat. Jika seseorang telah melupakan isi pesan tersebut, hampir dipastikan ia akan kembali ke sikap awalnya. Hovland juga menemukan bahwa sebagaian besar orang tetap ingat akan substansi dalam pesan walaupun argumennya terlupakan. Jika pengingatan akan substansi pesan lebih penting daripada argumen pesan, maka perubahan sikap akan bertahan lama. Watts dan Mc Guire (1964) dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89 melakukan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa dan menemukan bahwa perubahan sikap dan retensi akan isi pesan akan maksimal segera setelah komunikasi persuasif dilakukan. Namun, perubahan sikap dan pengingatan tersebut akan menurun seiring dengan waktu. Studi lain menemukan bahwa penurunan dalam perubahan sikap dan retensi akan isi pesan, tidak berjalan bersamaan. Pada awalnya perubahan sikap dan retensi berkorelasi, namun selanjutnya hubungan ini terputus dan bahkan cenderung berlawanan setelah waktu tertentu (Cacioppo and Petty, 1979, Iinsko, Lind and LaTour, 1976 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89)). Penemuan lebih lanjut menunjukkan bahwa perubahan sikap lebih banyak disebabkankarena khalayak mengingat substansi pesan, atau bahkan tafsiran mereka sendiri tentang pesan, dibanding argumen spesifik yang terkandung dalam pesan (Greenwald, 1968; Petty, 1977 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89)). Untuk melihat bagaimana sebuah pesan dapat mempengaruhi perubahan sikap, Hovland, dkk (S. Amvar, 1989 : 65 pada Regina, 2003) menguraikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi persuasive yaitu perhatian (attention), pemahaman (comprehension), penerimaan (acceptance). Proses ini dipengaruhi oleh faktor komunikator (source), pesan (message), penerima (receipt) dan saluran (channel).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
38
c. Saliency Adalah tingkat kepentingan suatu masalah. Betapa sering audiens mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap suatu masalah, namun masalah itu tidak dilihat sebagai masalah penting, hal itu karena kita tidak mempunyai informasi tentang manakah isu yang menonjol.
d. Self Efficacy Adalah keyakinan seseorang bahwa dia memiliki kemampuan atau kompetensi untuk melakukan sesuatu, termasuk keyakinan bahwa seseorang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melancarkan kampanye. Kinerja perilaku sering dipengaruhi oleh persepsi tentang efektivitas diri dan karena itu variabel ini memiliki kapasitas untuk mempengaruhi hasil kampanye.
e. Norma sosial Adalah standar tentang sikap dan perilaku yang dapat diterima seseorang atau sekelompok orang. Kadang-kadang apa yang disebut norma merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai perubahan perilaku, hal ini karena perilaku yang berubah itu selalu dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Norma sosial menunjuk pada adanya
harapan-harapan
mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, yang secara umum maupun secara khusus ada pada kelompok dimana seseorang itu berada. Apabila norma sosial lebih kuat pengaruhnya maka seseorang akan bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut pada kehendak sikapnya.
f. Norma subyektif Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
39
g. Intensi berperilaku Adalah kemungkinan seseorang akan menampilkan suatu tingkah laku. Intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku; dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut. h. Variabel lain yang mempengaruhi perilaku moderat Pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan menunjuk pada adanya sanksi atau penghargaan atau suatu perilaku yang dilakukan (Taryoto, 1991 pada Aci, 2009).
Sedangkan ultimate outcome adalah perubahan perilaku individu dimana seorang individu akan
melakukan
suatu perbuatan atau bersikap dalam suatu cara
berkaitan dengan obyek yang disikapi.
3.1.2
Reinforcement Theory Agar suatu kampanye berjalan efektif maka langkah ke 4 adalah
diperlukan adanya perencanaan. Namun perencanaan dimaksud disini difokuskan pada perencanaan pesan kampanye komunikasi. Mengingat tujuan kampanye adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, dan sosial, maka dalam merencanakan pesan komunikasi yang efektif hendaknya mengacu pada tujuan kampanye tersebut. Misalkan suatu pesan ditujukan untuk sekedar merubah pengetahuan komunikan, maka pesan tersebut hanya diisi informasi-informasi baru yang belum pernah didengar atau dilihat oleh komunikan di masa lalu. Berbeda dengan pesan yang ditujukan untuk mengubah sikap, maka pesan komunikasi harus
dibuat
sedemikian
rupa, sehingga dapat menggugah
emosi atau perasaan komunikan. Demikian pula dengan pesan yang ditujukan untuk mengubah perilaku maupun sosial, maka terdapat perbedaan dalam merancang isi pesan. Sekali lagi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa perencanaan pesan harus disesuaikan dengan tujuan kampanye. Hovland, Janis dan Kelly pada tahun 1967 memperkenalkan suatu teori yang dikenal sebagai Teori Penguatan (Reinforcement Theory) (Elliot, R.M., Lindzey, G.,MacCorquodale, K., (Eds), Theories of Attitude Change, p 12-63). Agar pesan dapat
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
40
efektif mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui: a. Perhatian (attention) Konsep perhatian adalah proses psikis yang terjadi pada alam bawah sadar, yaitu proses perubahan sebuah stimulus atau satu rangkaian stimulus menjadi jelas atau nyata, sementara stimulus lainnya cenderung untuk menghilang atau memudar. Selain itu, perhatian juga dapat merupakan suatu penyatuan serangkaian sensori saraf (neural) dan sensori psikis yang difokuskan pada suatu stimulus khusus. (Kenneth, 1972 : 46). Sedangkan Shimp
(1997 : 118) berpendapat
perhatian berarti
berkonsentrasi pada dan mempertimbangkan suatu pesan yang dipaparkan kepadanya. Faktor penentu yang mempengaruhi proses ini menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990 : 367) terbagi menjadi dua kategori yaitu stimulus dan personal. Faktor penentu stimulus mengacu pada karakteristik stimulus itu sendiri yaitu ukuran, warna, intensitas, kontras, posisi, arah, gerakan, isolasi, novelty, perhatian sebagai hasil pembelajaran, pembicara yang menarik dan perubahan adegan. Sementara factor intern menurut Guarsa (1983 : 107) adalah motif, kesediaan dan harapan. Perhatian menurut pendapat Shimp (1997 : 118) sangat selektif. Selektivitas menjadi penting karena kapasitas proses informasi terbatas dan penggunaan secara efektif dari kapasitas ini menuntut konsumen mengalokasikan energi mental hanya pada pesan yang relevan dan diminati untuk tujuan saat ini. Sutisna (2001 : 73) menemukan bahwa perhatian yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian yang dilakukan secara sengaja disebut Voluntary Attention. Kegiatan ini terjadi ketika seseorang secara aktif mencari informasi yang
mempunyai
relevansi
pribadi. Selective
Perception terjadi ketika seseorang melakukan Voluntary Attention, dimana pemirsa memilih pesan yang menarik minat atau yang mereka setujui dan menyaring pesan dengan cara tidak memperhatikan pesan-pesan yang tidak menarik dan tidak mereka setujui (Moriarty, 1991 : 35). Akibatnya persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi juga dikatakan memiliki sifat subyektif (Sutisna, 2001 : 62). Kemudian yang dimaksud dengan dengan perhatian secara tidak sengaja (involuntary attention) adalah ketika kepada khalayak dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingan seseorang (Sutisna, 2001:73).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
41
b. Pemahaman (comprehension) Pemahaman merupakan proses dalam pikiran seseorang yang akan memberikan arti pada stimulus tertentu. Pemahaman meliputi derajat kesesuaian antara arti yang diharapkan dengan arti sesungguhnya sehingga jika secara mutlak tidak terdapat arti yang terkandung dalam suatu stimulus maka dapat dikatakan tidak ada pemahaman terhadap stimulus tersebut. Jika dapat terbentuk asosiasi antara stimulus dan kesan samar-samar dari beberapa arti dan karakter maka pemahaman sebagian akan terbentuk. Jika arti-arti yang telah diseleksi seluruhnya kurang tepat dan sama sekali tidak berhubungan dengan konsep atau stimulus maka akan terjadi kesalahan pemahaman atau pengertian. (Kenneth, 1972 : 46). Memahami diartikan secara sederhana oleh Shimp (1997 : 122) sebagai mengerti dan menciptakan arti dari stimuli dan simbol-simbol. Pemahaman yang merupakan tahap ketiga dalam proses informasi, mengacu pada peneterjemahan stimulus. Ini berarti tergantung bagaimana suatu stimulus dikategorisasikan dan dielaborasikan yang kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada. Kategorisasi stimulus melibatkan pengklasifikasian suatu stimulus dengan menggunakan konsepkonsep yang tersimpan di dalam memori. Sementara pengelaborasian mengacu pada penggabungan sejumlah informasi, antara yang baru dengan pengetahuan yang telah tersimpan di dalam memori (Engel, Blackwell dan Miniard, 1990 : 376-377). Pemahaman merupakan dasar dari penerimaan, walaupun kadangkala kesalahan dalam pemahaman dapat merupakan kunci untuk mencapai penerimaan tersebut. Untuk mencapai bergantung
kesuksesan
dalam
pemahaman
maka
proses
pemahaman
pada perhatian. Bila pada suatu tingkatan proses pemahaman, suatu
stimulus salah dimengerti, tidak lengkap dimengerti atau diabaikan maka proses tersebut akan terhalang. Jika perhatian tertuju pada stimulus yang tidak relevan atau
mengganggu maka proses pemahaman akan menjadi lemah. Jika stimulus
tidak berkaitan dengan ketertarikan, nilai-nilai, kebutuhan, tujuan maupun motivasi seseorang maka tidak ada landasan yang cukup untuk suatu usaha mencapai pemahaman suatu materi. Sebaliknya, kita akan melakukan usaha yang keras untuk memahami suatu materi bila materi tersebut tampak berhubungan dengan minat dan kebutuhan kita. Pembentukan, pengelolaan dan penyusunan kata-kata serta pembuatan model dan penyampaian pesan berhubungan langsung dengan kemampuan untuk mencapai pemahaman. Demikian pula persepsi seseorang mengenai sumber pesan juga mempengaruhi proses pemahaman.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
42
Berkaitan dengan hal pemahaman, Sumarsono (1995 : 7) menemukan bahwa dalam prosesnya, pemahaman dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar pengalaman seseorang dan kerangka acuan yang dimilikinya. Proses pemahaman ini akan menghasilkan pesan yang berhasil ditangkap atau persepsi tentang sesuatu. Kata pemahaman menurut Shimp (1997 : 122) dapat digunakan bergantian dengan persepsi, kedua kata tersebut berarti interpretasi. Persepsi dirumuskan oleh Desiderato dalam Rahmat (2000 : 51) sebagai pengalaman tentang obyek peristwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi, sedang stimuli atau stimulus adalah bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Menurut Moriarty (1991 : 32) persepsi adalah proses
dimana
penerima
memperoleh
pesan,
menginterpretasikannya
dan
menyimpannya di dalam ingatan. Sementara interpretasi merupakan tahapan ketika kita mulai menafsirkan stimulus yang kita perhatikan. Penafsiran atau interpretasi adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana,2000). Proses penafsiran inilah yang memberi makna dalam persepsi
yaitu
setelah
rangkaian
seleksi
dan
penyusunan,
kita
akan
mengidentifikasikan atau menarik kesimpulan dari stimulus yang diterima (Hadju, 1992 : 22 dalam Regina, 2003).
c.
Penerimaan (acceptance) (Kenneth, 1972 : 46) Penerimaan merupakan suatu proses mempercayai suatu klaim. Menerima suatu
klaim berarti memperoleh sebuah pengetahuan baru. Proses penerimaan melibatkan perubahan
dalam
perilaku
sebagai
hasil
dari
penambahan
suatu
bagian
pengetahuan terhadap struktur kognitif seseorang, walaupun dapat saja terjadi penerimaan suatu informasi atau data tanpa melakukan suatu apapun terhadap data tersebut. Proses penerimaan lain yang dapat terjadi adalah menerima suatu informasi tanpa secara sengaja memasukkannya ke dalam struktur kognitif. Penerimaan dapat pula merupakan perubahan dalam arti, kepercayaan, sikap, nilai, aksi, respon emosional maupun perubahan lainnya, termasuk proses pemantapan unsur-unsur tersebut (arti, kepercayaan, sikap, nilai, dan seterusnya) dari kondisi sebelumnya. Terdapat berbagai jenis penerimaan yang seringkali diperlukan untuk menentukan jenis penerimaan yang muncul.
Gambar 3.2 Teori Penguatan Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
43
Komunikator menyusun pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian dari komunikan.
Attention
Comprehansive
Acceptance
Komunikator menyusun pesan yang lengkap agar mempermudah komunikan memahami pesan Komunikator menyusun pesan dapat berterima oleh komunikan sumber Liliweri, 2011 : 172
3.1.3
Communication CompetencyTheory Kampanye merupakan kegiatan komunikasi publik yang dilakukan secara
berencana yang
bertujuan
untuk
mempersuasi
khalayak
sasaran
untuk
mengerti, memahami, dan melakukan perubahan sikap dan perilaku demi kesejahteraan hidup. Agar suatu kampanye komunikasi berjalan efektif maka salah satu langkah yang perlu direncanakan dalam strategi kampanye adalah langkah ke 6 yaitu messenger / komunikator. Pesan-pesan yang sama dapat membawa dampak yang berbeda, tergantung dari siapa yang mengomunikasikan pesan itu (Liliweri, 2011 : 677). Spitzberg
&
Cupach
(1989)
memperkenalkan
Communication
Competency Theory, yang mana dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator
atas
suatu topik makin lengkap, komunikator makin terampil
berkomunikasi (berinteraksi dengan komunikan secara efektif) dan dapat menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan mengubah sikap komunikan (Liliweri, 2011 : 173).
3.1.4
Promosi Keamanan Pangan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
44
Promosi keamanan pangan merupakan taktik yang digunakan dalam social change campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS ini. Keamanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 1 ayat 4 adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, cemaran kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia. Promosi keamanan pangan adalah merupakan revitalisasi dari pendidikan dan penyuluhan
keamanan
pangan. Promosi
keamanan pangan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan keamanan pangan untuk “memasarkan” atau “menjual” atau “memperkenalkan” pesanpesan keamanan pangan atau “upaya-upaya” keamanan pangan sehingga masyarakat “menerima” atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku keamanan pangan) atau “mengenal” pesan-pesan keamanan pangan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku keamanan pangan dan mengintervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi keamanan pangan (Notoatmodjo, 2011 : 24). Promosi keamanan pangan merupakan kegiatan sistematis
mengatasi
masalah dan meningkatkan keamanan pangan melalui aktivitas pendidikan, penyuluhan, advokasi untuk pengembangan kebijakan dan fasilitasi lingkungan (Notoadmodjo dkk., 1996 : 21). Promosi keamanan pangan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku keamanan pangan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan demikian kegiatan promosi keamanan pangan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green (1980) perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni : (Notoatmodjo, 2011 : 27) 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang 2. Faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
45
3. Faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undangundang, peraturan-peraturan, surat keputusan. Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi keamanan pangan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada 3 faktor tersebut: (Notoatmodjo, 2011 : 29) 1. Kegiatan promosi keamanan pangan untuk faktor predisposisi adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan keamanan pangan. Tujuan kegiatan ini memberikan peningkatan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang keamanan pangan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat sehingga memudahkan terjadinya perilaku keamanan pangan pada mereka. 2. Kegiatan promosi keamanan pangan yang ditujukan kepada faktor pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian atau pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat mampu untuk memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berperilaku keamanan pangan. 3. Kegiatan promosi keamaan pangan yang ditujukan kepada faktor penguat adalah pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun informal.
3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kualifikasi penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan diberikan kewenangan untuk melakukan penyuluhan, kompeten di bidang keamanan pangan (berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010, dalam hal Disain Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) / Good Manufacturing Product (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) &/ Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), Disain Lengkap Persiapan HACCP, Disain dan dokumentasi 7 prinsip HACCP, Perencanaan Sistem Penerapan Manajemen, Penerapan CPPOB / GMP dan SSOP &/ HACCP) dan diberikan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
46
kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan pada industri pangan termasuk masyarakat (Badan POM, 2010 : 7).
3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan Adalah informasi tentang keamanan pangan yang dipublikasikan atau dipromosikan
untuk
menciptakan
kesadaran,
pengertian,
pemahaman,
memotivasi, mendidik, mencari dukungan dan mendorong khalayak sasaran bertindak sesuai dengan program rencana suatu Kampanye Keamanan Pangan. Agar pesan keamanan pangan efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Command attention Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut. b. Clarify the message Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal. c. Create trust Pesan harus dapat dipercaya, jujur, dan terjangkau. Misalnya mencuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit diare, dengan demikian harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya. d. Communicate a benefit Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya khalayak sasaran termotivasi memilih PJAS yang aman karena mereka akan memperoleh keuntungan terhindar dari keracunan akibat pangan.
e. Consistency Pesan harus konsisten, artinya bahwa satu pesan utama di media apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
47
f. Cater to the heart and head Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. g. Call to action Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “Ayo, peduli jajanan sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan keamanan pangan dalam berkampanye, menurut Wilbur Schramm (The Process dan Effects of Mass Communication) adalah pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian, pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran, pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari khalayak sasaran dan pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan kondisi dari khalayak sasaran. Pesan keamanan pangan tidak dapat disampaikan secara menyeluruh, tetapi harus disampaikan secara bertahap, sesuai dengan tujuan pesan yang ingin disampaikan, meliputi : Tahap I : Untuk menimbulkan kesadaran khalayak sasaran terhadap keamanan pangan Tahap II : Untuk memotivasi perilaku Tahap III : Untuk menguatkan dan memantapkan perilaku yang telah terbentuk
3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan Adalah saluran (“medium”) untuk menyampaikan informasi /pesan dari Penyuluh
Keamanan
Pangan
(komunikator)
kepada
khalayak
sasaran
(komunikan). Diseminasi pesan dapat dilakukan melalui : a.
Saluran personal: langsung (tatap muka) melalui pertemuan tatap muka, diskusi panel, rapat, penyuluhan, pameran
b.
Saluran non personal: media massa yang bersifat periodik yaitu media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buletin, komik, leaflet,
brosur), media
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
48
elektronik (televisi,radio, film), media display (billboard, rambu, poster), dan media online (internet).
Pemilihan jenis saluran komunikasi menggunakan media praktek, poster,
yang digunakan apakah akan
buklet,
brosur, atau
film
ini akan
berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam menggunakan media, misalnya brosur atau buklet kurang tepat digunakan, untuk khalayak yang terbatas kemampuan membacanya, untuk khalayak ini, film, poster tunggal atau poster seri akan lebih tepat. Selain itu, pilihan jenis saluran komunikasi juga tergantung pada tujuan/fungsi penggunaan saluran komunikasi tersebut, misalnya: buklet biasanya bersifat informasional dan instruksional, komik biasanya bersifat cerita untuk bahan diskusi kasus, film bisa bersifat dokumenter maupun kasus yang menggugah, dan sebagainya. Cara kerja saluran komunikasi komunikasi tersebut
baik
menyangkut
karakteristik
saluran
berdasarkan jenis/format maupun tujuan/fungsi
saluran komunikasinya. Misal: poster digunakan untuk diskusi kelompok; film ditayangkan sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan sebagai bahan bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan diskusi refleksi, dan sebagainya. Selain itu juga perlu diperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide, film dan „dongeng dijital‟ dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk semua peserta dalam sebuah kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster serial atau komik foto (fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Dari segi teknologi, penyampaian pesan harus mempertimbangkan jumlah dan keberadaan khalayak sasaran. Dengan pertimbangan itu, maka akan dapat ditentukan jenis saluran komunikasi yang sesuai untuk menyebarkan pesan komunikasi. Misalkan khalayak sasaran
yang dituju jumlahnya banyak dan
berada di tempat yang saling berjauhan satu dengan lainnya, agar komunikasi berjalan efektif dan efisien, sebagaimana yang disarankan Wilbur Schramm, maka saluran komunikasi yang digunakan adalah gabungan saluran media massa
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
49
dengan saluran personal. Pemilihan saluran komunikasi ini pada dasarnya bergantung pada tujuan komunikasi yang hendak dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan. (Denis&Windahl, 1996 : 185-186)
Penggolongan saluran komunikasi dapat ditinjau dari berbagai aspek : (Notoatmodjo, 2011 : 286-293).
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi Penyuluhan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Penyuluhan dibedakan menjadi: 1. Penyuluhan langsung Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll. 2. Penyuluhan tidak langsung Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb.
b. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai 1. Pendekatan Perorangan Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain. 2. Pendekatan Kelompok Dilakukan pada dua jenis sasaran yaitu sasaran kelompok kecil (sekitar 10-15 orang) dan sasaran kelompok besar (15-40 orang). Pada kelompok kecil, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan teknik diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, atau teknik lain yang
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
50
sesuai. Komunikasi kelompok kecil adalah aktivitas penyuluhan melalui tatap muka serta dilengkapi dengan alat bantu atau media. Sedangkan pada kelompok besar, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan teknik ceramah dan seminar.
3. Pendekatan Massa Dilakukan untuk mengomunikasikan pesan-pesan keamanan pangan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Yang termasuk saluran komunikasi secara massa ini adalah pertemuan umum, pertunjukkan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, pemutaran film, dll c. Berdasarkan indera penerima 1.
Dengan melihat/memperhatikan Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran Dinding, Pemutaran Film. 2.
Dengan mendengar Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dll. 3. Dengan kombinasi Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).
d. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya : 1. Bahan bacaan : modul, buku rujukan, folder, leaflet, majalah, buletin 2. Bahan peragaan : poster tunggal dan seri, flipchart transparan, slide, film dan sebagainya e. Berdasarkan cara produksi : 1.
Media cetak Media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual umumnya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk media ini adalah :
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
51
Flip chart ( lembar balik ) ialah media penyampaian pesan atau informasi keamanan pangan dalam bentuk lembar balik . Biasanya dalam bentuk buku gambar dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut .
Booklet ialah pesan-pesan keamanan pangan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
Poster ialah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang, misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lan-lain. Gambar dalam poster berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.
Leaflet adalah selebaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan terlipat
Komik adalah buku cerita yang dilengkapi oleh gambar maupun teks wacana, secara langsung akan mengarahkan pembacanya mendapat dua pemahaman, yakni yang diperoleh melalui visual – gambar-gambar dan verbal-teks wacana Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah keamanan pangan Foto dikemas dalam bentuk album sehingga merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain
Adapun kelebihan media cetak adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman, setiap saat dapat dibaca atau diulang-ulang, meningkatkan gairah belajar. Namun
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
52
media ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
2. Media elektronika Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah:
Televisi: penyampaian pesan keamanan pangan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah keamanan pangan.
Radio: penyampaian pesan keamanan pangan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara radio, ceramah tentang keamanan pangan. Video: penyampaian pesan keamanan pangan dengan pemutaran video yang berhubungan dengan keamanan pangan. Film animasi: penyampaian pesan keamanan pangan dengan bantuan media elektronika berupa LCD. Film animasi adalah film kartun berupa rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolah-olah hidup yang menggambarkan kejadian tertentu dengan suatu alur cerita dan disertai dengan suara, bersifat menghibur namun bernuansa edukatif, bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atas sesuatu sikap
terhadap orang, situasi atau kegiatan
tertentu. Seperti halnya dengan media cetak, media elektronik juga mempunyai kelebihan yaitu sudah dikenal komunikan, mengikutsertakan semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang. Sedangkan kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit lebih rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan pengoperasian.
3. Media luar ruang
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
53
Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar. Adapun kelebihannya adalah sebagai informasi umum dan hiburan, mengikutsertakan panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkaun relatif lebih besar, dapat menjadi tempat bertanya lebih detail, dapat menggunakan semua panca indera secara langsung, sedangkan kelemahannya adalah biaya lebih tinggi, rumit, ada yang memerlukan listrik, ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan
selalu
berkembang
dan
berubah,
perlu
keterampilan
dalam
mengoperasikan.
f.
Berdasarkan tingkat intensitas penerimaan pengetahuan yang diperoleh Media promosi untuk menyampaikan informasi dapat dikelompokkan berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap oleh panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima
sesuatu
maka
semakin
banyak
dan
semakin
jelas
pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar Dale (Notoatmodjo, 2011) membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap media tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurut dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar media tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kata-kata; 2) tulisan: 3) Rekaman, radio; 4) Film: 5) Televisi; 6) Pameran; 7) Fieldtrip; 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda Tiruan; 11) Benda Asli.
g. Berdasarkan karakteristik media Tiap media promosi mempunyai kelebihan dan kelemahannya sendiri. Tidak ada satu media yang dapat mengatasi media lainnya dalam segala aspek sehingga dapat menggantikan segala bentuk media yang lain. Karena itu perlu dipahami
ciri
atau karakterisitik masing - masing media. Berikut
adalah karakteristik dari beberapa jenis media menurut kelebihan dan kekurangannya terhadap tujuan belajar meliputi info faktual, pengenalan visual, prinsip konsep, prosedur, sikap dan keterampilan (Kemp,1975).
Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
54
Tujuan belajar
Media Visual Diam Film Televisi Obyek 3D Rekaman Audio Pelajaran terprogram Demonstrasi Buku Teks Sajikan lisan
Info Aktual
Pengenalan Visual
Prinsip Konsep
Prosedur
Keterampilan
Sikap
Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang
Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah
Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang
Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah
Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah Sedang Sedang
Sedang Rendah Rendah
Rendah Sedang Sedang
Tinggi Sedang Sedang
Sedang Rendah Rendah
Sedang Sedang Sedang
(sumber Miarso, 1986 : 56)
3.1.5
Promosi Keamanan PJAS di Sekolah Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang diprakarsai oleh
Badan POM RI dengan target sasaran komunitas SD/MI di 33 propinsi, bertujuan untuk mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang mengarah pada perbaikan tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu, komunitas sekolah dan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Adapun target Gerakan Aksi Nasional ini yang dilaksanakan oleh Badan POM dan lintas sektor dalam kurun waktu empat tahun (2011-2014) adalah 10% dari jumlah total SD/MI seluruh Indonesia (178.369 SD/MI). Dengan demikian promosi keamanan PJAS akan dilakukan sekurangnya pada 18.000 SD/MI selama empat tahun atau sekitar 4500 SD/MI per tahun. Walaupun target sasaran Gerakan Aksi Nasional PJAS ini adalah komunitas sekolah, namun pada penelitian ini, peneliti memfokuskan khalayak sasaran yang diteliti yaitu pada sasaran primer yaitu siswa Sekolah .
3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah Adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar, membangkitkan keinginan dan minat yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
55
pengaruh psikologis pada siswa, contohnya visual diam, film, televisi, obyek 3 D, rekaman audio, pelajaran terprogram, demonstrasi, bahan cetak, sajikan lisan. Itu semua dapat dipandang sebagai media pembelajaran jika saluran komunikasi tersebut membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Berdasarkan klasifikasi media menurut tujuan belajar maka pemilihan saluran komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS, perlu mempertimbangkan aspek yang akan dicapai. Jika mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara penyuluhan langsung (kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga komunitas sekolah tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan keamanan pangan (Effendi, 1998)), pemasangan poster dan spanduk di lingkungan sekolah, sehingga komunitas sekolah sering melihat dan membacanya yang akan berdampak terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh konkrit sehingga dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap siswa, misalnya denganmemperlihatkan foto, slide atau pemutaran film. Jika mengembangkan aspek keterampilan tertentu maka siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut(Notoadmodjo dkk., 1996 : 105). Penyerapan suatu informasi dipengaruhi oleh panca indera. Setiap indera ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana gambaran berikut :1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indera pencium, 11% melalui pendengaran, 83% melalui penglihatan.Apa yang bisa kita ingat adalah 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan. Petty dan Cacioppo (1966) menyimpulkan bahwa kelebihan dan keterbatasan unik dari masing-masing media menyebabkan tidak adanya media yang terbaik, melainkan yang paling efektif. Karena hal ini tergantung pada banyak faktor , antara lain khalayak yang ingin dijangkau, nilai-nilai, komprehensibilitas, relevansi pesan dan karakteristik sumber. Untuk itu, Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo (1996) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut : 1. Pesan yang kompleks dipahami lebih baik dalam bentuk media cetak dibanding bentuk audio visual 2. Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih baik dibanding media cetak.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
56
Dengan demikian pesan yang sederhana akan menghasilkan perubahan sikap lebih besar dalam bentuk audio visual dibanding dalam bentuk tercetak. Sedangkan jika pesan tersebut kompleks, maka media cetak akan menjadi lebih efektif karena secara substansial pesan tersebut akan lebih mudah dipahami jika dalam bentuk tercetak. Klapper (1960) menyatakan bahwa komunikasi persuasif akan sangat efektif jika dirancang dan disesuaikan dengan kelebihan-kelebihan istimewa saluran media yang digunakan untuk menghantarkan komunikasi tersebut (Petty and Cacioppo, 1996 : 86). Untuk memperoleh positif feedback berupa pengetahuan, sikap dan perilaku dari khalayak sasaran maka Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu penyuluhan interaktif (saluran komunikasi personal) dan media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film) (saluran komunikasi non personal)
3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah Penyuluh Keamanan PJAS adalah petugas daerah dari Balai Besar/Balai POM di 30 Ibu Kota Propinsi dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan yaitu - Jagalah kesehatan dengan selalu mencuci tangan, Ayo kenali bahan kimia berbahaya pada makanan dan minuman !, Pilihlah tempat jajan yang bersih dan makanan yang aman, Bacalah label sebelum membeli supaya aman, waspadalah terhadap 3 (tiga) bahaya pada pangan; kepada
Pengelola Kantin
dan
Pedagang
PJAS yaitu Gunakanlah
BahanTambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar terhindar dari bahaya, bacalah label saat membeli makanan dan minuman, Lima Kunci Keamanan Pangan, Simpan pangan dengan benar, Terapkan perilaku kerja yang baik , Jagalah kebersihan tempat dan peralatan di kantin sekolah !; Ayo kita tumbuhkan sadar keamanan pangan pada anak didik kita !.
3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masing-masing khalayak sasaran dari komunitas sekolah. Pesan keamanan PJAS tersebut bertujuan untuk menciptakan kesadaran, pengertian, pemahaman, memotivasi, membujuk/mendidik, mencari dukungan dan mendorong komunitas sekolah bertindak sesuai dengan Program Rencana Social Change Campaign - Gerakan Aksi Nasional PJAS dan diharapkan dapat mengubah secara pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), sikap (dari tidak setuju dapat berubah
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
57
menjadi setuju) dan perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif yaitu menjaga dan meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia. Adapun dalam penelitian ini pesan PJAS yang diteliti adalah pesan PJAS yang diperuntukkan bagi khalayak sasaran primer (siswa sekolah) dan pesan yang akan dijadikan penilaian skor terhadap sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman meliputi memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).
3.1.6
Hasil Studi Terdahulu Studi terdahulu yang membahas pengaruh penggunaan saluran komunikasi
terhadap pengetahuan dan sikap antara lain yang dilakukan oleh Helrina (tesis pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia, 2000), M.I Murniati (tesis pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia, 2004), Mastoni Sani (tesis pascasarjana Ilmu Komunikasi Massa, Universitas Indonesia, 1991), Rumondang Pulungan (tesis pascasarjana kekhususan Administrasi dan Kebijakan Komunitas/Epidemiologi, 2008) dan Efriza (tesis pasca sarjana Magister Profesi, Institut Pertanian Bogor).
1. Helrina : Hubungan antara keterpaparan media komunikasi massa dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2 Sinjai dan SMUN Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan Tujuan penelitian untuk melihat gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Kabupaten Sinjai dan hubungannya dengan keterpaparan informasi dari berbagai media komunikasi massa (televisi, radio, VCD/LD, film, majalah, koran, buku dan poster). Keterpaparan pada media komunikasi massa ini bersifat umum dan tidak secara khusus memuat pesan-pesan tentang HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desian Cross Sectional Study dengan menggunakan data primer. Responden berjumlah 400 orang yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang cukup dan kurang sama besar yaitu 50% dengan keterpaparan yang paling sering dengan media radio, televisi dan buku. Secara statistic diperoleh hubungan yang bermakna antara keterpaparan majalah, poster, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
58
remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka faktor keterpaparan majalah, keterpaparan poster dan tingkat pendidikan ayah merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
2. M.I Murniati : Hubungan pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan remaja tentang pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS Di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya Jakarta Timur Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan pajanan media komunikasi massa (pajanan media elektronik dan pajanan media cetak) dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya Jakarta Timur Tahun 2004. Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, pajanan media komunikasi masa, informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dan teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga dan informasi dari narasumber. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data dianalisis dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan remaja dengan pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS 49% sedangkan remaja yang pengetahuannya baik tentang HIV/AIDS 51%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, sedangkan informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dari teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga serta informasi dari narasumber bukan merupakan perancu bagi hubungan tersebut. 3. Mastoni Sani : Peranan media massa dalam pembentukan sikap kemandirian berkeluarga berencana: Suatu studi terhadap wanita dari Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh media massa terhadap sikap kemandirian dari wanita. Pasangan Usia Subur dalam berkeluarga berencana atau KB Mandiri. Dari analisis ini diharapkan diketahui bagaimana korelasi antara pengenaan media massa dan tingkat pengetahuan wanita dari PUS mengenai KB Mandiri, tanggapan dari wanita PUS mengenai KB Mandiri, kecenderungan perilaku wanita dari PUS untuk melaksanakan KB Mandiri serta pembentukan sikap kemandirian berkeluarga berencana.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
59
Penelitian ini didasarkan pada teori Belajar Sosial dari Bandura dan model StimulusOrganisme-Respons (S-O-R). Berdasarkan teori dan model tersebut hipotesis disusun, bahwa makin tinggi pengenaan media massa terhadap wanita dari Pasangan Usia Subur makin tinggi pengetahuan, tanggapan, kecenderungan perilaku dan sikap mereka mengenai Keluarga Berencana. Untuk mengetahui hipotesis tersebut, kuesioner dan wawancara disebar dan dilakukan terhadap 100 orang wanita dari Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hasil tersebut dianalisis secara komputerisasi dengan mempergunakan program Statistical Analysis System (SAS) yang hasilnya menunjukkan bahwa media massa berpengaruh. 4. Rumondang Pulungan : Studi mengenai pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di kecamatan Helvetia Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan terhadap dokter kecil, baik dalam bentuk ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap dokter kecil terhadap PSN-DBD Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pre test- post test group design. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Helvetia dengan melibatkan 51 SDN dan swasta yang memiliki dokter kecil. Populasi penelitian adalah seluruh dokter kecil yang terdapat pada siswa sekolah tersebut, yang berjumlah 120 orang dan seluruhnya ditetapkan sebagai sampel, kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok ceramah dengan film. Untuk analisis data pre test dan post test dilakukan dengan uji T test. Hasil penelitan menunjukkan, bahwa pengetahuan dan sikap kedua kelompok dokter kecil sebelum diberikan penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet maupun dengan metode ceramah dan film adalah setara yaitu berpengetahuan sedang dan bersikap negatif. Sesudah penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap yang bermakna. Pengaruh dengan menggunakan metode ceramah dan film lebih bermakna dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dokter kecil tentang PSNDBD dibandingkan dengan penyuluhan metode ceramah dan leaflet. 5. Efriza : Efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
60
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan, siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap siswa-siswa kelas 5, guru sekolah, penjaja PJAS, kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2008 dan berakhir bulan Juni 2008, di wilayah SDN wilayah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat kriteria A dan B. Pemilihan daerah tersebut di samping faktor jarak dan biaya, dan telah mendapat intervensi Promosi Keamanan PJAS. Populasi penelitian ini adalah komunitas sekolah di 3 SDN kriteria A dan 3 SDN kriteria B, wilayah kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dan sebagai responden adalah 192 orang siswa kelas 5, guru sekolah 30 orang dan pedagang 18 orang. Hasil penelitan menunjukkan, bahwa media promosi poster lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa daripada media promosi leaflet atau komik. Persentase selisih skor siswa yang menggunakan poster 12.38 pada sekolah kriteria A dan 19.04 untuk sekolah kriteria B, untuk media promosi komik 5,43 untuk sekolah kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Sedangkan untuk media promosi leaflet, 11.48 untuk sekolah kriteria A dan 3.65 untuk sekolah kriteria B. Untuk menyampaikan pesan kepada siswa perlu diperhatikan media yang dipakai, media poster ternyata lebih efektif dipakai menyampaikan pesan kepada siswa. Untuk guru dan pedagang, selisih skor sebelum dan sesudah diberikan media promosi, tidak menampakkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan penelitian ini pengetahuan guru dan pedagang tentang keamanan pangan pada sekolah contoh cukup bagus. Guru dan pedagang menunjukkan sikap yang positif terhadap media promosi yang digunakan untuk menyampaikan pesan keamanan pangan.
Dari berbagai penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pajanan media komunikasi berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisis variabel-variabel selain pajanan media komunikasi yang dapat mempengaruhi sikap sehingga dapat memberi masukan secara akademis mengenai variabel-variabel lainnya yang dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi outcomes sikap Social Change Campaign khususnya terhadap khalayak sasaran siswa SD berdasarkan model Hierarki Belajar.
3.2
Aplikasi Teori-Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
61
3.2.1
Aplikasi Teori umum bagi Social Change Campaign, Communication Competency Theory dan Reinforcement Theory
Pada hakikatnya
Social
Change
Campaign – Gerakan Aksi Nasional
PJASbertujuan untuk mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang mengarah pada perbaikan tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu, komunitas sekolah dan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS. Namun dari sumber-sumber penelitian dan pengalaman praktis dapat terungkap bahwa peranan informasi yang disampaikan melalui saluran komunikasi (prints ads, television ads, websites, billboards, transit poster, brochures, phamphlets) sangat penting bagi upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran individu apalagi jika individu bersedia mengadopsi perilaku tertentu meskipun harus diakui bahwa beberapa jenis perilaku tertentu tidak dengan sendirinya mengalami perubahan yang bersumber dari kampanye. Contoh kasus ini adalah kasus kampanye anti rokok namun di pihak lain ternyata kampanye tersebut tidak berhasil mengurangi jumlah perokok, padahal target audiens telah mengetahui informasi tentang risiko kanker. Akibatnya adalah sebagian besar kampanye hanya bertujuan menyebarkan informasi untuk menggugah kesadaran individu, kelompok, dan masyarakat namun sering kali dianggap gagal untuk mengubah perilaku
individu.
Berdasarkan
teori
umum
bagi
Social
Change
Campaign
menggambarkan bahwa sasaran akhir (ultimate outcome) berupa perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku, dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku. Untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye tersebut maka diperlukan aktivitas komunikasi kampanye yang dimulai dari diseminasi pesan melalui media cetak, televisi, radio, websites, billboard, poster, brosur dan pamflet. Sosial Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk mengetahui apakah penggunaan saluran komunikasi personal yaitu penyuluhan interaktif dan non personal yaitu media cetak (poster, komik) , media eletronika (film)
yang memiliki karakteristik media menurut tujuan belajar
(Kemp, 1975) terhadap sikap yaitu “sedang” untuk penyuluhan interaktif, film dan ”rendah” untuk poster dan komik dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap khalayak sasaran primer (siswa sekolah) untuk memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
62
Seorang Penyuluh Keamanan PJAS (petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI) dapat dipastikan mempunyai kompetensi pengetahuan dan pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan, namun menurut communication competencytheory bahwa agar dapat menghasilkan positif feedback dalam arti khalayak sasaran (siswa sekolah) mengubah sikapnya maka seorang Penyuluh Keamanan PJAS selain memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan keamanan PJAS, juga kompeten dalam hal keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi yang mana dua kompetensi terakhir tidak dipersyaratkan dalam kompetensi inti Penyuluh Keamanan Pangan berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010. Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti siswa sekolah. Namun untuk dapat mengubah sikap (dari tidak setuju dapat berubah menjadi setuju) siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman, menurut reinforcementtheory maka pesan PJAS selain bersifat comprehension artinyapesan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”) sehingga mempermudah komunikan memahami pesan, juga bersifat attention artinya pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian komunikan dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan.
3.2.2 Saluran Komunikasi Definisi konseptual dari saluran komunikasi adalah alat perantara yang digunakan dalam menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah. Adapun Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi (variouschannel) yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu saluran komunikasi personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran komunikasi non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film). Adapun saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan keamanan pangan tersebut menurut teori umum bagi Social Change Campaign dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat kesadaran dan sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman. Secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975) maka masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu sedang untuk penyuluhan interaktif, film dan rendah untuk poster, komik.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
63
Adapun definisi konseptual dari penyuluhan interaktif, poster, komik, film adalah sebagai berikut : Penyuluhan interaktif sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar (Notoatmodjo, 2010, : 288). Penyuluhan interaktif dilakukan oleh Penyuluh Keamanan PJAS dengan menggunakan alat bantu transparansi atau powerpoint slide untuk menjelaskan materi “Sehat dari Diri Sendiri, 3 Bahaya Keamanan Pangan dan Kantin Sehat”. Poster “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan sehelai kertas berisikan foto-foto sebagai ilustrasi dan visualisasi contoh yang benar dan contoh yang salah, menggunakan warna kontras dengan sedikit kata-kata. Poster biasanya ditempelkan pada majalah dinding sekolah. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar yang tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita bercerita tentang pengalaman siswa sekolah bernama PoMpi dan teman-temannya akibat jajan sembarangan. Film PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan rangkaian gambar-gambar bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton siswa sekolah mengandung unsur cahaya, suara dan durasi waktu 30 menit bersifat menghibur namun bernuansa edukatif, menggunakan warna, gerakan, efek musik, pergerakan/perubahan, humor, kejutan, perubahan adegan, ilustrasi verbal dan visual yang menarik berkisah tentang Ucup dan Ito (teman PoMpi) yang menderita diare akibat jajan sembarangan.
3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS Mempunyai definisi konseptual sebagai berikut petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan pada komunitas sekolah.
3.2.4 Pesan Keamanan PJAS
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
64
Mempunyai definisi konseptual sebagai informasi mengenai “Memilih PJAS yang Aman” yang dipublikasikan atau dipromosikan disampaikan kepada komunitas sekolah melalui beragam saluran komunikasi untuk diketahui, dipahami, dan dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya (Ruslan, 2008 : 29).
3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman Definisi konseptual dari sikap adalah predisposisi mental individual untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau yang tidak disukai (Liliweri, 2011 : 165). Sikap yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).
3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi
terhadap Sikap Memilih
PJAS yang Aman Saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu saluran personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film). Adapun menurut teori umum bagi Social Change Campaign dinyatakan bahwa saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS tersebut dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat kesadaran dan sikap siswa sekolah untuk memilih PJAS yang aman (Liliweri, 2011 : 173). Adapun secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975) maka masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu “sedang” untuk penyuluhan interaktif, film dan ” rendah” untuk poster, komik (Miarso, 1986 : 56). Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi didefinisikan secara konseptual sebagai kesadaran khalayak
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
65
sasaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan alat perantara yang digunakan untuk menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah. Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS melalui Beragam saluran komunikasi terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman
Reinforcementtheory menyatakan bahwa perubahan sikap merupakan perubahan opini komunikan dan perubahan itu dihasilkan melalui pesan yang disusun
sedemikian
rupa
sehingga
pesan
tersebut
bersifat
attention,
comprehension dan acceptance (Hovland, Janis dan Kelly : 1967). Definisi konseptual pesan yang bersifat attention adalah pesan yang memiliki keterkaitandengan
sesuatu
yang dibutuhkan
khalayak
sasaran
sekaligus
memberikan cara-cara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut dan meningkatkan perhatian khalayak sasaran, misalnya menarik dari sisi visual, ukuran, bentuk, warna, gambar/foto, tata letak, tokoh cerita, alur cerita dan lain sebagainya. Definisi konseptual pesan yang bersifat comprehension yaitu pesan yang menggunakan bahasa yang digunakan mengandung pengertian denotatif (mengandung makna seperti yang tercantum dalam kamus), tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis serta lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”) sehingga mempermudah komunikan memahami pesan. Definisi konseptual pesan yang bersifat acceptance yaitu pesan yang diterima dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan. Opini terhadap pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi didefinisikan secara konseptual sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film). Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
66
bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman
3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh PJAS terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman
Menurut Spitzberg & Cupach (1989) melalui Communication Competency Theory dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah sikapnya
apabila
komunikator
mempunyai
pengetahuan
tentang
apa
yang
diinformasikan (keamanan PJAS), keterampilan berkomunikasi dan motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas suatu topik makin lengkap, komunikator makin terampil berkomunikasi (berinteraksi dengan komunikan secara efektif) dan dapat menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan mengubah sikap komunikan (Liliweri, 2011 : 173). Opini terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS didefinisikan secara konseptual sebagai opini khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI
yang mempunyai kualifikasi penyuluh,
kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah. Semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan, mampu berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta penyuluhan menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman
3.3. Hipotesis Teoritis Berdasarkan penjelasan kajian teori, dan konseptualisasi permasalahan di atas, maka hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh secara positif antara awareness/kesadaran memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
67
2. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS 3. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual Awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi
Sikap memilih PJAS yang aman
Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
68
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Paradigma dapat diartikan sebagai sudut pandang dalam melihat suatu fenomena atau gejala sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis. Paradigma positivis menempatkan ilmu sosial sebagai metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan empiris. Tujuannya adalah untuk, secara probabilistik, menemukan atau memperoleh konfirmasi tentang hubungan sebab-akibat yang bisa digunakan memprediksi pola-pola umum gejala sosial tertentu. Paradigma positivis digunakan dalam penelitian ini karena berangkat dari teori yang diposisikan sebagai suatu realita yang memerlukan konfirmasi mengenai hukum sebab-akibat yang bisa dipergunakan untuk memprediksi. Selain itu paradigma positivis juga dipilih dengan pertimbangan sifatnya yang lebih mementingkan obyektivitas daripada subyektivitas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan perspektif yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi. Peneliti menggunakan data kuantitatif dan melakukan pengukuran secara obyektif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kuantitatif adalah dalam bentuk angka-angka. Penelitian kuantitatif berguna untuk menggeneralisasi hasil temuan penelitian pada populasi.
4.2 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menggunakan data yang sama, dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian eksplanatif mengumpulkan informasi mengenai topik yang telah diketahui dan memiliki gambaran yang lebih jelas. Penelitian jenis ini bertujuan menjelaskan secara akurat sebuah teori dan implementasinya
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
69
dalam kehidupan nyata. Penelitian eksplanatif digunakan karena memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial (Burhan Bungin, 2006:38). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS, terhadap sikap memilih PJAS yang aman (dalam konteks Survey Gerakan Aksi Nasional PJAS) Tujuannya adalah untuk menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan hubungan-hubungan antar variabel yang diselidiki. Desain pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah post treatment research, artinya penelitian dilakukan setelah responden menerima terpaan taktik promosi keamanan PJAS. Peneliti memilih desain penelitian ini karena cara ini tetap dapat melihat terjadinya hubungan pengaruh antar variabel dengan metode statistik tertentu. Berdasarkan pemilihan desain penelitian, peneliti tidak menggunakan quasi-experimental research yaitu meneliti sampel yang sama dua kali pada waktu berbeda (pre-and-post treatment research design) untuk membuktikan terjadinya hubungan kausal. Dari aspek waktu, penelitian ini bersifat crosssectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu (one shot). Peneliti melakukan pengamatan pada bulan Februari 2012 yakni ketika taktik promosi keamanan PJAS telah berlangsung 1 tahun maka temuannya tidak dapat meliputi perubahan sosial secara luas Penelitian
ini
menggunakan
paradigma
penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan pendekatan positivisme (klasik atau objektif) artinya pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive methode : survey eksplanatif dengan analisis kuantitatif. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk menguji suatu kerangka teori mengenai pola hubungan serangkaian variabel yang mempengaruhi variabel tertentu
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
70
4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian Penelitian kuantitatif dalam bentuk studi hubungan korelasional ini digunakan untuk menjelaskan proses yang bersifat kausal antara 3 variabel bebas (independen) dan 1 variabel terikat (dependen). Sesuai dengan kerangka pikir yang dibuat, maka variabel terikat (dependen) yang diteliti adalah sikap sedangkan variabel bebas (independen) yang diteliti adalah awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS.
4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran Pada penelitian ini akan diteliti beberapa konsep, yaitu awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi,
opini
terhadap
pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi,
memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS.
a. Sikap memilih PJAS yang aman (variabel dependen) Sikap memilih PJAS yang aman didefinisikan sebagai predisposisi mental individual untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau yang tidak disukai. Konsep ini akan diukur melalui sejumlah indikator yaitu memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman ( tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah) Definisi operasional : “Skor yang diperoleh responden sebagai derajat penerimaan atau penolakan atas pernyataan mengenai memilih PJAS yang aman”. Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap memilih PJAS yang aman terdiri dari 16 item pernyataan yang menggunakan 5 skala Likert mulai
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
71
dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya atas pernyataan tersebut. Indikator memilih tempat membeli PJAS, akan diukur dengan 3 item pertanyaan, indikator penjaja PJAS akan diukur melalui 2 pertanyaan, indikator peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS diukur melalui 4 item pertanyaan, indikator kemasan PJAS diukur melalui 3 pertanyaan, indikator PJAS yang menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah) dan tidak kedaluwarsa diukur melalui 4 pertanyaan. Makin tinggi nilai skor, makin postif sikap responden untuk memilih PJAS yang aman.
b. Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi (variabel independen) Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran untuk
komunikasi didefinisikan sebagai
kesadaran
memilih PJAS yang aman setelah
khalayak sasaran
mengetahui/mengenal pesan
keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film) kepada komunitas sekolah. Secara operasional didefinsikan sebagai : “Skor kesadaran yang diperoleh responden setelah mengetahui/mengenal pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)”. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Awareness (kesadaran) setelah mengetahui/mengenal pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film) ini terdiri dari 4 item pertanyaan yang menggunakan 5 skala Likert, mulai dari skala 1 (sangat tidak sadar) hingga skala 5 (sangat sadar). Untuk masingmasing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya atas pernyataan-pernyataan (1) Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
72
yang aman, (2) Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang Aman” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (3) Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (4) Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman.
c. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS (variabel independen) Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS didefinisikan sebagai sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS. Secara operasional didefinisikan sebagai : “Skor
yang
diperoleh
responden
atas
opini
terhadap
attention,
comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS”. Instrumen
yang
digunakan
untuk mengukur
Opini
terhadap
attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS terdiri dari 6 item pertanyaan yang menggunakan skala Likert, mulai dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan opininya atas pernyataan (1) menarik , (2) meningkatkan perhatian, (3) kelengkapan terhadap pesan yang disampaikan, (4) pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, (5) dapat diterima di lingkungan sosial, (6) dapat diterima di budaya.
d. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS (variabel independen) Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS didefiniskan sebagai opini khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
73
Secara operasional didefinisikan sebagai : “Skor yang diperoleh responden atas opini terhadap kompetensi (pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi,
memotivasi
komunikasi)
Penyuluh Keamanan PJAS”. Instrumen yang digunakan untuk mengukur opini terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang menggunakan skala Likert mulai dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan opininya atas (1) pengetahuan, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan. Berikut ini adalah tabel operasionalisasi konsep dan pengukuran dari variabel hipotesis penelitian yang diukur:
Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran Variabel
Indikator
Skala
Awareness yang diperoleh Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Interval responden setelah Sembarangan”, saya ....... untuk memilih makanan mengetahui/mengenal pesan menggugah kesadaran saya untuk memilih keamanan PJAS yang makanan/minuman jajanan yang aman didiseminasikan melalui Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih saluran komunikasi (poster, Makanan yang aman” , saya ....... untuk memilih komik, penyuluhan interaktif makanan/minuman jajanan yang aman dan film) (X1) : Untuk mengukur skor Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif pernyataan responden “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” saya mengenai kesadaran yang ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan diperoleh responden setelah mengetahui/mengenal pesan yang aman keamanan PJAS yang Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster, saya ....... untuk memilih makanan/minuman jajanan komik, penyuluhan interaktif yang aman dan film) Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS (X2) : Untuk mengukur
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
Interval
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
74
skor pernyataan responden mengenai opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS
Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”) Pesan yang disampaikan mempermudah saya memahami pesan Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS (X2) : Untuk mengukur skor pernyataan responden mengenai opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
Interval
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”) Pesan yang disampaikan mempermudah saya memahami pesan Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS” Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS (X2) : Untuk mengukur skor pernyataan responden mengenai opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
Interval
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”) Pesan yang disampaikan mempermudah saya memahami pesan Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
75
Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya Film PoMpi “Akibat Salah Makan” Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS (X2) : Untuk mengukur skor pernyataan responden mengenai opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
Interval
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”) Pesan yang disampaikan mempermudah saya memahami pesan Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari Penyuluh Keamanan Pangan (X3) : untuk mengukur skor pernyataan responden mengenai opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari Penyuluh Keamanan Pangan Sikap memilih PJAS yang aman (Y) : untuk mengukur skor pernyataan responden terhadap sikap memilih PJAS yang aman yaitu memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan
Penyuluh mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan / minuman jajanan yang aman
Interval
Penyuluh mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan Penyuluh mampu memotivasi saya untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang terlindung dari debu/asap kendaran bermotor
Interval
Sebelum jajan penting memperhatikan kebersihan tempat jajan Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang jauh dari tumpukan sampah Sebelum jajan penting untuk memperhatikan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
76
untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman ( tidak menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah)
kebersihan penjaja makanan/minuman jajanan Membeli makanan/minuman jajanan dari penjaja yang tidak langsung menyentuh makanan/minuman dengan tangan Sebelum jajan penting untuk memperhatikan kebersihan peralatan yang digunakan penjaja untuk mengambil makanan jajanan Membeli makanan/minuman jajanan yang disajikan menggunakan peralatan makan/minum (piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih Sebelum jajan penting memperhatikan tanggal kedaluwarsa pada kemasan Sebelum jajan, penting untuk memperhatikan kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja untuk penyajian dan makan ,dll) Sebelum jajan penting untuk memperhatikan kebersihan wadah untuk menjual makanan/minuman jajanan Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas dengan kemasan dalam kondisi baik (plastik snack tidak bocor/kaleng minuman tidak penyok/berkarat) Membeli makanan jajanan yang tidak dibungkus dengan kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong kresek hitam Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas dengan kemasan yang bersih Membeli makanan/minuman jajanan yang tidak mengandung formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow Membeli minuman yang dibuat dari air matang Membeli es campur yang menggunakan es batu dari air matang
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
77
4.3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tertentu. Sesuai dengan permasalahan dari hipotesis penelitian dan tujuan penelitian ini maka hipotesis yang akan dibuktikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
2.
Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
3.
Semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan, mampu berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta penyuluhan menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
78
Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi
Sikap memilih PJAS yang aman
Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
4.4 Populasi dan sampel Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan elemen yang memiliki karakteristik-karakteristik tertentu dalam suatu lingkungan (pada Malhotra, 1999 : 328). Dalam rangka menjelaskan populasi sebuah penelitian, peneliti harus membuat definisi yang spesifik berdasarkan unit yang akan dijadikan sampel (individu, bisnis, komersial dan lain-lain), lokasi geografis, dan batasan waktu (Neuman, 2006). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu (siswa SD kelas 4,5, dan6) dan level analisis pada level mikro (individu). Menurut Jean Piaget seorang ahli psikologi kogntif, pada usia 7-11 tahun, anak secara perkembangan intelek/kognitif telah mencapai tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi atau menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Sedangkan pada usia 11 tahun ke atas, anak telah mencapai tahap operasional formal (11 tahun ke atas) yang mana pada
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
79
tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik, dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis (Ali dkk, 2011 : 34). Dengan demikian diharapkan obyek penelitian dapat memahami dan mencerna pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan baik. Selain itu berdasarkan hasil survei pada Monitoring dan Verifikasi Profil PJAS Nasional yang dilakukan oleh Badan POM tahun 2008 menunjukkan aktivitas jajan siswa kelas 4,5, dan 6. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, yang menyebutkan bahwa sebanyak 48,1% responden siswa kelas 4,5 dan 6, sering atau selalu (≥ 4 kali/minggu) sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan dalam waktu seminggu. Meskipun jumlah siswa SD yang menjadi khalayak sasaran primer Gerakan Aksi Nasional PJAS dengan taktik promosi keamanan PJAS sejak tahun 2011 – 2014 sangat luas mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, namun untuk kepentingan penelitian ini, peneliti membatasi populasi yaitu pada siswa SD yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi, di provinsi DKI Jakarta tahun 2011 berdasarkan Laporan Gerakan Aksi Nasional PJAS tahun 2011. Karena penelitian ini bersifat sampling bukan sensus, maka sebelum menentukan jumlah sampel yang representatif untuk menggambarkan populasi, maka dibutuhkan kerangka sampel (sampling frame). Kerangka sampel adalah suatu daftar dari elemen-elemen populasi (Vaus, 2002 : 70). Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa SD yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi di provinsi DKI Jakarta tahun 2011. Berikut adalah data jumlah siswa yang terpapar taktik promosi keamanan PJAS di 11 SD di provinsi DKI Jakarta tahun 2011:
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
80
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11 SD yang Terpapar Taktik Promosi Keamanan PJAS dengan Beragam Saluran Komunikasi di Provinsi DKI Jakarta
No
Nama SD
Jumlah Siswa (orang) Kelas4+5+6
1
SDN Johar Baru 01 Pagi
10
2
SDN Johar Baru 09 Pagi
8
3
SDN Johar Baru 10 Pagi,
16
4
SDN Johar Baru 31 Pagi
10
5
SDN Kramat 06 Pagi
10
6
SDN Kramat 07 Petang
9
7
SDN Kramat 08 Pagi
10
8
SDN Cempaka Putih Barat 09 Pagi
8
9
SDN Cempaka Putih Timur 02 Petang
9
10
SDN Rawasari 01 Pagi
8
11
SDN Pondok Pinang 03 Pg
157
Total
265
Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas 4,5,6 yang terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi dari 11 SD pada tabel 3.2 yang berjumlah 265 orang. Sampel merupakan jumlah satuan yang dianalisis yang diambil dari populasi, sehingga sampel adalah bagian dari dan merupakan representasi dari populasi (Silalahi, 2009 : 257). Terdapat dua cara penarikan sampel yaitu probabilty sampling dan non probability sampling. Probability sampling berarti ketika semua anggota dalam sebuah populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel yang diteliti. Dalam non probability sampling, kemungkinan
anggota
populasi
untuk
terpilih
menjadi
sampel
tidak
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
81
diketahui.Probability sampling biasanya dipakai untuk penelitian eksplanatif, dengan tujuan memprediksi atau menggeneralisasi temuan pada populasi. Namun, sehubungan dengan terbatasnya jumlah SD dan siswa SD di Propinsi DKI Jakarta yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi terbatas maka penelitian ini menggunakan penarikan sampel secara purposive sample yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan sampling jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah seluruh responden (siswa kelas 4,5,6) yang terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi tersebut di 11 SD pada tabel 4.2 yaitu berjumlah 265 orang.
4.5 Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer dengan teknik pengumpulan melalui survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang pokok. Ada tiga ciri utama penelitian survei yaitu data dikumpulkan dari responden atau sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan umumnya unit analisisnya individu. Metode survei merupakan metode pengumpulan data dengan memperoleh data secara langsung dari sumber lapangan penelitian Metode survei dipilih karena metode ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, banyak informasi yang dapat diperoleh dari populasi yang luas. Populasi yang luas atau besar dapat dikaji dengan biaya yang jauh lebih ringan dan waktu yang jauh lebih cepat daripada jika dilakukan sensus, walaupun cenderung lebih mahal daripada eksperimen lapangan. Kedua, informasi dari penelitian survei itu akurat – tentu saja dalam batas galat penarikan sampel. Sedangkan kelemahan dari metode survei antara lain informasi survei biasanya tidak menukik cukup dalam. Survei mengutamakan ruang lingkup informasi yang luas tapi kedalamannya kurang. Pengumpulan data atau informasi serta fakta lapangan secara langsung, dilakukan melalui kuesioner tertulis secara tatap muka antara peneliti dan responden. Teknik Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
82
ini dilakukan dengan cara peneliti menentukan jumlah responden yang akan diteliti kemudian mendatangi lokasi penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan dari para responden melalui kuesioner yang diisi oleh responden. Survei (kuesioner) menanyakan responden yang berhubungan dengan perilaku (behavior), sikap/kepercayaan/pendapat (attitudes/belief/opinions), karakteristik (characteristics), harapan (expectations), klasifikasi-diri (self-classifications), dan pengetahuan (knowledge) sekarang, atau masa lalu mengenai objek-objek. (Silalahi, 2009 : 291-294). Kuesioner dipilih karena penyusunan dan perumusan pertanyaannnya dapat benar-benar dilakukan dengan teliti mengikuti suatu sistematika yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kemudian data yang terkumpul setiap saat dapat diperiksa kembali karena semua pertanyaan dan jawabannya tertulis. Selain itu, denga waktu dan tenaga yang terbatas, maka penggunaan kuesioner merupakan alternatif terbaik, sebab dapat diberikan kepada beberapa responden secara serentak dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk menganalisa. Namun, Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa kuesioner tetap memiliki beberapa kekurangan yaitu kakunya kuesioner sehingga hanya sedikit memberikan keleluasaan untuk mengubah pertanyaan agar cocok dengan alam pikiran dan pengetahuan responden, dan juga sulit untuk mengharapkan hasil yang mendalam karena kuesioner dimaksudkan untuk meneliti sejumlah besar responden. Karenanya untuk meminimalkan kekurangan dari digunakannya kuesioner dalam penelitian ini, maka peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk mengisi kuesioner, dengan harapan responden dapat mengisi dengan tenang dan tidak terburu-buru sehingga dapat menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan pertanyaan 2. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya pada peneliti apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti 3. Melakukan uji coba kuesioner kepada beberapa responden yang memiliki kriteria yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan dan instruksi dalam kuesioner sudah cukup dapat dipahami oleh responden
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
83
Kuesioner akan berisikan sejumlah pertanyaan yang ditarik dari operasionalisasi variabel. Jumlah pertanyaan akan disesuaikan dengan banyaknya indikator, dengan satu bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan tertutup. Hal ini untuk memastikan bahwa jawaban yang diberikan responden sesuai dengan kerangka pemikiran dan relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup juga memungkinkan agar jawaban yang sesuai dengan suatu pertanyaan lebih diserahkan kepada responden, bukan kepada peneliti.
4.6 Rencana Analisis Setelah data diperoleh melalui instrumen kuesioner, selanjutnya data tersebut akan dikelompokkan, diolah dan dianalisis dengan teknik statistik tertentu yang sesuai dengan keperluan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan.
4.6.1
Analisis Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor item dengan skor total item. Dari hasil suatu perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0.05 artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap total. Menurut Azwar (1999) jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0.3 daya pembedanya dianggap memuaskan. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Bivariate Pearson.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
84
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsiten jika pengukuran tersebut diulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cronbach‟s alpha yang sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala. Menurut Sekaran (1992) reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. (Priyatno, 2010 : 90).
4.6.2 Analisis Univariate Distribusi frekuensi data responden digunakan untuk mengolah data responden agar diperoleh gambaran umum mengenai profil responden meliputi usia, kelas, jenis kelain, besar uang jajan/hari dan frekuensi jajan dalam seminggu yang
dinyatakan dalam persentase. Sedangkan distribusi frekuensi variabel
penelitian digunakan untuk mengolah data variabel independen dan dependen agar dapat diperoleh gambaran umum mengenai frekuensi untuk tiap-tiap indikator penelitian dari masing-masing variabel. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana efektivitas sikap memilih PJAS yang aman secara keseluruhan maka seluruh pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang aman, kemudian dikonversi dari skala interval ke dalam skala ordinal untuk mendapatkan kategorisasi dari efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi meliputi poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif dan film PoMpi, maka peneliti menggunakan tehnik pengujian repeated measureANOVA. (Hidayat T.,Ishadah N., 2011 : 118)
4.6.3
Analisis Bivariate Selain itu peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana karakteristik
hubungan statistical significance (signifikansi < 0.05) dan kekuatan hubungan khususnya hubungan masing-masing saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan keamanan PJAS yang bersifat attention, comprehension, acceptance terhadap sikap memilih PJAS yang aman serta mengetahui arah
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
85
hubungan yang terjadi. Oleh karena itu akan dilakukan analisis korelasi sederhana dengan Product Moment Pearson. Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah ( X naik, maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik ( X naik, maka Y turun). Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektivitas sikap memilih PJAS yang aman berdasarkan usia, kelas responden, jenis kelamin responden, uang saku responden dan frekuensi jajan (karakteristik responden) maka dilakukan crosstab (tabel silang).
4.6.4
Analisis Multivariate Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan pengujian model
statistik dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis), untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS, opini
terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS) terhadap variabel dependen (Sikap memilih PJAS yang aman). Dan untuk mengetahui bagaimana arah dan besar kekuatan hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Data penelitian akan diolah menggunakan peranti lunak SPSS for windows.
4.7 Keterbatasan Metode Penelitian Pada saat pelaksanaan survei, terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya: Pertama, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya sehinga lokasi penelitian hanya dilaksanakan di provinsi DKI Jakarta yang mana untuk provinsi DKI Jakarta, Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang menggunakan taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi baru dilaksanakan di beberapa SD di provinsi DKI Jakarta (sebagai pilot project) dan kepada perwakilan siswa SD kelas 4,5 dan 6 sehingga total
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
86
sampel yang diteliti berjumlah 265 orang. Dengan demikian sampling error untuk jumlah sampel sebesar 265 adalah 2.7 (dikalkulasi untuk tingkat kepercayaan pada 95%) (Simmon, 1990 : 206). Kedua, data karakteristik responden, hanya diambil pada siswa SD yang terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi(sebagai pilot project) yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta, sehingga belum diperoleh pemahaman komprehensif tentang pengaruh promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi terhadap sikap secara nasional. Ketiga, studi disain penelitian menggunakan post campaign condition only sehingga tidak ada kontrol terhadap validitas hasil. (Simmon, 1990 : 112). Keempat, taktik promosi keamanan PJAS telah dimulai sejak 31 Januari 2011 sehingga ada kemungkinan ingatan responden sudah menurun dan mempengaruhi responden ketika memberikan jawabannya. Kelima, teknik pengumpulan data dengan kuesioner memiliki keterbatasan yaitu tidak adanya kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban di luar pilihan jawaban yang telah diberikan peneliti, sehingga ada kemungkinan tidak mewakili keadaan yang sebenarnya. Keenam, masih ada variabel-variabel lain yang sesungguhnya ikut berkontribusi dalam mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
87
BAB V ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI 5.1 Analisis Data 5.1.1
Analisis Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dan konsistensiinstumen dalam mengukur awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi yang memiliki 4 indikator, opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam salurankomunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) yang memiliki 6 indikator dan opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan yang memiliki 3 indikator dan sikap memilih PJAS yang aman yang memiliki 16 indikator.
5.1.1.1 Analisis Validitas Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini yang dilakukan terhadap 30 orang responden : 1. Variabel awarenessmemilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi Dari output pada tabel 5.1berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasidengan skor total item. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item pertanyaan 1,2,3,4 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total sehingga butir instrumen tersebut valid.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
92
Tabel 5.5Output Bivariate Correlation Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJASmelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” Correlati ons Item No 1
Item No 2
Item No 3
Item No 4
Item No 5
Item No 6
Skor Tot al
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Item No 1 1
Item No 2 Item No 3 Item No 4 Item No 5 Item No 6 Skor Tot al ,397* ,247 ,569** ,122 ,288 ,607** ,030 ,189 ,001 ,520 ,123 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,397* 1 ,279 ,675** ,595** ,535** ,824** ,030 ,136 ,000 ,001 ,002 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,247 ,279 1 ,386* ,340 ,477** ,622** ,189 ,136 ,035 ,066 ,008 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,569** ,675** ,386* 1 ,375* ,288 ,771** ,001 ,000 ,035 ,041 ,123 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,122 ,595** ,340 ,375* 1 ,543** ,708** ,520 ,001 ,066 ,041 ,002 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,288 ,535** ,477** ,288 ,543** 1 ,733** ,123 ,002 ,008 ,123 ,002 ,000 30 30 30 30 30 30 30 ,607** ,824** ,622** ,771** ,708** ,733** 1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
3.
Variabel
opini
terhadap
pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi,
memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan Dari output pada tabel 5.6di bawah dapat diketahui nilai korelasi antara skor item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan dengan skor total item. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item pertanyaan 1,2,3 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total sehingga butir instrumen tersebut valid.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
93
Tabel 5.6Output Bivariate Correlation Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan Cor relati ons Item No 1
Item No 2
Item No 3
Skor Tot al
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Item No 1 1
Item No 2 Item No 3 Skor Tot al ,471* * ,200 ,727* * ,009 ,289 ,000 30 30 30 30 ,471* * 1 ,471* * ,844* * ,009 ,009 ,000 30 30 30 30 ,200 ,471* * 1 ,727* * ,289 ,009 ,000 30 30 30 30 ,727* * ,844* * ,727* * 1 ,000 ,000 ,000 30 30 30 30
* *. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
4.
Variabel sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman Dari output pada tabel 5.7di berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor
item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman dengan skor total item. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30 yaitu0,306.Nilai
korelasi
untuk
item
pertanyaan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total sehingga butir instrumen tersebut valid.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
95
5.1.1.2AnalisisReliabilitas Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabilitasinstrumen dalam penelitian ini yang dilakukan terhadap 30 orang responden :
1.
Variabel awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi
Tabel 5.8Output Reliabilitas AwarenessMemilih PJAS yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,841
N of Items 4
Item-Total Statistics
Item Item Item Item
No 1 No 2 No 3 No 4
Scale Mean if Item Deleted 13,33 13,23 13,30 13,23
Scale Variance if Item Deleted 1,609 1,771 1,872 1,633
Corrected Item-Tot al Correlation ,701 ,650 ,577 ,783
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,789 ,810 ,840 ,752
Dari output pada tabel 5.8 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelawareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasisebesar 0,841. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
2. Variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) a. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
96
Tabel 5.9Output Reliabilitas Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJASmelalui Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,850
N of Items 6
Item-Total Statistics
Item Item Item Item Item Item
No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6
Scale Variance if Item Deleted 3,827 3,494 4,098 3,368 3,772 3,706
Scale Mean if Item Deleted 21,86 21,73 21,76 21,83 21,93 21,87
Corrected Item-Tot al Correlation ,603 ,757 ,410 ,740 ,565 ,765
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,831 ,801 ,866 ,803 ,838 ,804
Dari output pada tabel 5.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” sebesar 0,850. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel. b. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” Tabel 5.10Output Reliabilitas Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJASmelalui Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,804
N of Items 6
Item-Total Statistics
Item Item Item Item Item Item
No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6
Scale Mean if Item Deleted 21,77 21,71 21,61 21,74 21,84 21,87
Scale Variance if Item Deleted 3,271 2,863 3,599 3,123 3,270 3,292
Corrected Item-Tot al Correlation ,567 ,815 ,325 ,647 ,415 ,708
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,773 ,713 ,826 ,754 ,815 ,750
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
97
Dari output pada tabel 5.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melaluiKomik PoMpi “Memilih Makanan Aman” sebesar 0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel. c. Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan” Dari output pada tabel 5.11 berikut menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melaluiPenyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan” sebesar 0,877. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel. Tabel 5.11Output Reliabilitas Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJASmelalui Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan” Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,877
N of Items 6
Item-Total Statistics
Item Item Item Item Item Item
No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6
Scale Mean if Item Deleted 22,21 22,14 21,94 22,17 22,21 22,20
Scale Variance if Item Deleted 4,073 3,862 4,238 3,886 3,839 4,028
Corrected Item-Tot al Correlation ,653 ,751 ,558 ,748 ,669 ,733
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,861 ,845 ,877 ,845 ,860 ,849
d. Film PoMpi “Akibat Salah Makan” Dari output pada tabel 5.12 di bawah ini, menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” sebesar 0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
98
Tabel 5.12Output ReliabilitasOpini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS MelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,804
N of Items 6
Item-Total Statistics
Item Item Item Item Item Item
3. Variabel
No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6
opini
Scale Mean if Item Deleted 22,17 22,07 21,97 22,17 22,17 22,13
terhadap
Scale Variance if Item Deleted 3,583 3,091 3,489 3,238 3,224 3,361
Corrected Item-Tot al Correlation ,427 ,710 ,463 ,645 ,542 ,598
pengetahuan,
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,802 ,738 ,795 ,755 ,779 ,766
keterampilan
berkomunikasi,
memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan
Tabel 5.13Output Reliabilitas Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,793
N of Items 3
Item-Total Statistics
Item No 1 Item No 2 Item No 3
Scale Mean if Item Deleted 8,87 8,93 8,80
Scale Variance if Item Deleted ,740 ,754 ,855
Corrected Item-Tot al Correlation ,694 ,708 ,513
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,652 ,640 ,844
Dari output pada tabel 5.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan sebesar 0,793. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
99
4.
Variabel Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman
Tabel 5.14Output Reliabilitas Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,917
N of Items 16
Item-Total Statistics
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item
No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6 No 7 No 8 No 9 No 10 No 11 No 12 No 13 No 14 No 15 No 16
Scale Mean if Item Deleted 66,72 66,59 66,65 66,60 66,62 66,85 66,65 66,79 66,79 66,65 66,72 66,62 66,65 66,52 66,65 66,72
Scale Variance if Item Deleted 29,436 27,837 27,200 27,766 27,251 27,785 27,586 27,732 27,884 28,083 29,629 28,713 27,614 28,424 27,724 27,905
Corrected Item-Tot al Correlation ,377 ,678 ,806 ,713 ,794 ,401 ,728 ,745 ,713 ,629 ,290 ,505 ,722 ,574 ,700 ,678
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,919 ,910 ,907 ,909 ,907 ,924 ,909 ,909 ,909 ,912 ,922 ,915 ,909 ,913 ,910 ,910
Dari output pada tabel 5.14 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelsikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sebesar 0,917. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
5.1.2 Analisa Univariate 5.1.2.1Analisa Distribusi Frekuensi Data Responden Analisa distribusi frekuensi dilakukan terhadap data responden untuk memperoleh gambaran umum mengenai (1) usia, (2) kelas, (3) jenis kelamin, (4)
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
100
uang saku, (5) frekuensi jajan, (6) kenal terhadap poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan Interatif Keamanan PJAS, film PoMpi, (7) tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan Interatif Keamanan PJAS, dan film PoMpi.
1.
Usia Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi usia responden
sebagaimana tercantum dalam tabel, berikut : Tabel 5.15 Usia Frequency
Valid Percent
Valid 9 tahun
38
14,3
10 tahun
76
28,7
11 tahun
99
37,4
12 tahun
49
18,5
13 tahun
3
1,1
265
100,0
Total
Dari tabel 5.15 diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah siswa SD yang berusia 11 tahun dengan frekuensi 37,4% dari total responden sebanyak 265 responden, diikuti dengan kelompok berusia 10 tahun sebanyak 28,7%, kelompok berusia 12 tahun sebanyak 18,5% dan kelompok berusia 9 tahun sebanyak 14,3%. Sedangkan kelompok responden yang paling sedikit adalah kelompok berusia 13 tahun yaitu sebesar 1,1%. Siswa SD dengan usia 11 tahun mendominasi penelitian ini. 2.
Kelas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi, apabila dilihat dari tingkatan kelas yang sedang ditempuh responden dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
101
Tabel 5.16 Kelas Frequency
Valid Percent
Valid Kelas 4
81
30,6
Kelas 5
79
29,8
Kelas 6
105
39,6
Total
265
100,0
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.16, 105 orang responden terbanyak adalah siswa kelas 6 ( 39,6%) sedangkan responden siswa kelas 5 sebanyak 79 orang (29,8%) dan 81 orang responden siswa kelas 4 (30,6%). Siswa kelas 6 memang mendominasi penelitian ini karena memang siswa SD yang dipilih untuk mengikuti pilot projecttaktik promosi keamanan pangan dalam Social Change CampaignGerakan Aksi Nasional PJAS adalah mereka yang duduk di kelas 6.
3.
Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi, apabila dilihat dari jenis kelaminresponden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.17 Jenis Kelamin Frequency
Valid Percent
Valid Laki-laki
119
44,9
Perempuan
146
55,1
Total
265
100,0
Pada tabel 5.17 terungkap bahwa jumlah responden laki-laki dan perempuan hampir seimbang banyaknya, yaitu perempuan sebanyak 55,1% dan laki-laki sebanyak 44,9%.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
102
4.
Uang saku Berdasarkan hasil penelitian terungkap besar uang saku responden per hari
dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 5.18. Uang Saku Frequency
Valid Percent
Valid Tidak diberi uang saku
1
0,4
Rp 1000 – Rp 2500
34
12,8
Rp 2600 – Rp 5000
94
35,5
Rp 5000
136
51,3
Total
265
100,0
Pada tabel 5.18 dapat dilihat bahwa uang saku per hari yang diberikan kepada responden terbanyak adalah di atas dari
Rp 5000 dengan jumlah responden
mencapai 136 orang (51,3%), 94 orang responden (35,5%) menerima uang sakuantara Rp 2600 sampai dengan Rp 5000, 34 orang responden (12,8%) menerima uang saku antara Rp 1000 hingga Rp 2500
dan hanya 1 orang
responden (0,4%) yang tidak diberi uang saku. 5.
Frekuensi Jajan Pertanyaan ini untuk mengetahui kebiasaan jajan responden, dan berdasarkan
presentase jawaban responden yang dapat dilihat pada tabel 5.19, sebagian besar responden mengaku jajan 1-3 kali dalam seminggu (57%). Sisanya responden dengan frekuensi jajan ≥ 4 kali dalam seminggu (41,5%) sedangkan responden yang tidak pernah jajan hanya 4 orang (1,5%). Dengan demikian dapat diperoleh gambaran bahwa jajan sudah menjadi kebiasaan bagi para siswa SD. Tabel 5.19 Frekuensi Jajan Frequency
Valid Percent
Valid Sering atau selalu (=> 4 kali/seminggu)
110
41,5
Kadang-kadang (1-3 kali seminggu)
151
57,0
Tidak pernah jajan
4
1,5
Total
265
100,0
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
103
6. Kenal dengan Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi Pertanyaan ini untuk memastikan bahwa seluruhresponden pernah membaca posterPoMpi, komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan menonton film PoMpi Dari kuesioner menunjukkan bahwa semua responden (100%) telah terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam salurankomunikasi (poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”, Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”). 7.
Tahu pesan memilih PJAS yang aman dari Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi Pertanyaan ini untuk memastikan apakah responden mengetahui pesan
memilih PJAS yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan film PoMpi. Dari hasil kuesionermenunjukkan bahwa seluruh responden (100%) mengetahui pesan keamanan PJAS dari masing-masing saluran komunikasi yaitu dari poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi.
5.1.2.2 Analisa Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Pada bagian berikut akan disajikan analisis deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai variabel(1) awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, (2) opini terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi, (3) opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS dan (4) sikap memilih PJAS yang aman. Hasil dari skor masing-masing item dalam keseluruhan variabel penelitian dibuat distribusi frekuensi untuk tiap-tiap indikator penelitian sebagai manadisajikan berikut ini :
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
104
1.
Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi Pertanyaan-pertanyaan
mengenai
awareness
(kesadaran)
setelah
menggunakan saluran komunikasididesain untuk mengetahui apakah setelah responden membaca poster PoMpi, Komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan menonton Film PoMpi, dapat menggugah kesadaran responden untuk memilih PJAS yang aman. Pada variabel awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, jawaban responden terhadap 4 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 4 item pertanyaan tentang awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi pada 265 responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.20. Tabel 5.20Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi No
1
Item Petanyaan
STS
Awareness setelah
TS
R
S
SS
Mean
N
f
%
f
%
f
%
F
%
f
%
4
1,5
8
3,0
7
2,6
118
44,5
128
48,3
4,35
265
2
0,8
6
2,3
9
3,4
106
40,0
142
53,6
4,43
265
1
0,4
4
1,5
9
3,4
110
41,5
141
53,2
4,46
265
2
0,8
4
1,5
14
5,3
104
39,2
141
53,2
4,43
265
membaca poster 2
Awareness setelah membaca komik
3
Awareness setelah membaca penyuluhan
4
Awareness setelah membaca film Total skor mean
4,40
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi dan skor ratarata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden merasa tergugah kesadarannya
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
105
setelah mendapat diseminasi pesan memilih PJAS yang aman melalui poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi.
2.
Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Beragam Saluran Komunikasi Pertanyaan-pertanyaanmengenai opini terhadap attention, comprehension,
acceptance dari pesan keamanan PJASdidesain untuk mengetahui bagaimana opini
responden terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi (poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi).
a.
Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster , jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,
acceptance
dari
disampaikan melalui poster
pesan
keamanan
pada 265 responden
PJAS
yang
didapatkan
sebagaimana pada tabel 5.21. Berdasarkan tabel 5.21 berikut di bawah, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
setuju dan sangat setuju terhadap
semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada poster PoMpi bersifat attention, comprehension, acceptance.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
106
Tabel 5.21Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Poster No
1
Item Petanyaan
STS
Pesan menarik
TS
R
S
SS
Mean
N
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
4
1,5
8
3,0
7
2,6
118
44,5
128
48,3
4,35
265
2
0,8
6
2,3
9
3,4
106
40,0
142
53,6
4,43
265
perhatian 2
Pesan meningkakan perhatian
3
Pesan lengkap
1
0,4
4
1,5
9
3,4
110
41,5
141
53,2
4,46
265
4
Pesan mudah
2
0,8
4
1,5
14
5,3
104
39,2
141
53,2
4,43
265
1
0,4
4
1,5
15
5,7
119
44,9
126
47,5
4,38
265
2
0,8
5
1,9
14
5,3
116
43,8
128
48,3
4,37
265
dipahami 5
Pesan dapat diterima di lingkungan sosial
6
Pesan dapat diterima di budaya Total skor mean
b.
4,40
Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan
PJAS yang
disampaikan
melalui
komik PoMpi
,
jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik PoMpi pada 265 responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.22
Berdasarkan tabel 5.22 berikut di bawah, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
107
semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada komik PoMpi bersifat attention, comprehension, acceptance. Tabel 5.22Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention, Compehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Komik No
1
Item Petanyaan
STS
Pesan menarik
TS
R
S
SS
Mean
N
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
1
0,4
6
2,3
3
1,1
132
49,8
123
46,4
4,40
265
2
0,8
1
0,4
21
7,9
119
44,9
122
46,0
4,35
265
2
0,8
12
4,5
100
37,7
117
44,2
4,49
265
20
7,5
117
44,2
126
47,5
4,38
265
perhatian 2
Pesan meningkakan perhatian
3
Pesan lengkap
1
0,4
4
Pesan mudah
2
0.8
1
0,4
3
1,1
15
5,7
124
46,8
128
48,3
4,37
265
2
0,8
2
0,8
15
5,7
128
48,3
118
44,5
4,35
265
dipahami 5
Pesan dapat diterima di lingkungan sosial
6
Pesan dapat diterima di budaya Total skor mean
4,39
c. Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif keamanan PJAS , jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
108
setuju.
Dari
6
item
pertanyaan
tentang
opini
terhadap
attention,
comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan sebagaimana pada tabel 54.23.
Tabel 5.23Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang Disampaikanmelalui Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS No
1
Item Petanyaan
STS
Pesan menarik
TS
R
S
SS
Mean
N
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
3
1,1
3
1,1
7
2,6
123
46,4
129
48,7
4,40
265
2
0,8
2
0,8
12
4,5
117
44,2
132
49,8
4,42
265
3
1,1
13
4,9
92
34,7
157
59,2
4,52
265
18
6,8
114
43,0
132
49,8
4,42
265
perhatian 2
Pesan meningkakan perhatian
3
Pesan lengkap
4
Pesan mudah
1
0,4
2
0,8
3
1,1
17
6,4
112
42,3
109
41,1
4,38
265
2
0,8
1
0,4
16
6,0
109
41,1
137
51,7
4,43
265
dipahami 5
Pesan dapat diterima di lingkungan sosial
6
Pesan dapat diterima di budaya Total skor mean
4,43
Berdasarkan tabel 5.23, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptancedaripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
109
penyuluhan interaktif keamanan PJAS bersifat attention, comprehension, acceptance.
d.
Film PoMpi “Akibat Salah Makan” Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi, jawabanresponden terhadap 6
item pengukuran indikator adalah
bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,
acceptance
dari
pesan
keamanan
disampaikan melalui film PoMpi pada 265 responden
PJAS
yang
didapatkan
sebagaimana pada tabel 5.24
Berdasarkan tabel 5.24 di bawah ini, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada film PoMpi bersifat attention, comprehension, acceptance.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
110
Tabel 5.24Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang Disampaikanmelalui Film No
1
Item Petanyaan
Pesan menarik
STS
TS
R
S
SS
Mean
N
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
4
1,5
8
3,0
7
2,6
118
44,5
128
48,3
4,35
265
2
0,8
6
2,3
9
3,4
106
40,0
142
53,6
4,43
265
perhatian 2
Pesan meningkakan perhatian
3
Pesan lengkap
1
0,4
4
1,5
9
3,4
110
41,5
141
53,2
4,46
265
4
Pesan mudah
2
0,8
4
1,5
14
5,3
104
39,2
141
53,2
4,43
265
1
0,4
4
1,5
15
5,7
119
44,9
126
47,5
4,38
265
0,8
5
1,9
13
4,9
114
43,0
131
49,4
4,38
265
dipahami 5
Pesan dapat diterima di lingkungan sosial
6
Pesan dapat diterima di lingkungan sosial Total skor mean
4,41
3. Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai
opini
terhadap
pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS didisain untuk mengetahui bagaimana opini
responden terhadap
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS. Pada variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS, jawaban responden terhadap 3 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 3 item pertanyaan tentang
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
111
opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.25
Tabel 5.25Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS No
1
2 3
Item Petanyaan
Penyuluh Mempunyai Pengetahuan Penyuluh Berinteraksi Penyuluh Memotivasi Total skor mean
STS
TS
R
S f
SS f
N
f
%
f
%
f
%
2
0,8
1
0,4
8
3,0 113 42,6 141 53,2
4,47
265
2
0,8
2
0,8 18 6,8 108 40,8 135 50,9
4,40
265
4
1,5 13 4,9
4,51
265
92
%
Mean %
34,7 156 58,9
4,46
Berdasarkan tabel 5.25, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa Penyuluh Keamanan PJASmempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman, mampu berinteraksi aktif dengan responden dan mampu memotivasi responden untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman.
4. Sikap Memilih PJAS yang Aman Pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap memilih PJAS yang aman didisain untuk mengetahui bagaimana penilaian sikap responden untuk memilih PJAS yang aman,jawaban responden terhadap 16 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
112
proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 16 item pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang amanpada 265 responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.26. Berdasarkan tabel 5.26 berikut, menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang Aman dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden menyetujui bahwa sebelum jajan penting untuk memperhatikan tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, tanggal kedaluwarsa, kemasan PJAS dan PJAS yang menggunakan bahan yang aman.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
113
Tabel 5.26 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
Item Petanyaan
STS
Tempat jajan yang terlindung dari debu/asap kendaran bermotor Penting memperhatikan kebersihan tempat jajan Tempat jajan yang jauh dari tumpukan sampah Penting untuk memperhatikan kebersihan penjaja makanan/minuman jajanan Penjaja yang tidak langsung menyentuh makanan/minuman dengan tangan Kebersihan peralatan yang digunakan penjaja untuk mengambil makanan jajanan Peralatan makan/minum (piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih Tanggal kedaluwarsa pada kemasan
TS
R
S
SS
Mean
N 265
f 7
% 2,6
f 2
% 0,8
f 1
% 0,4
f 72
% 27,2
f 183
% 69,1
4,59
1
0,4
1
0,4
3
1,1
77
29,1
183
69,1
4,66
265
1
0,4
1
0,4
5
1,9
75
28,3
183
69,1
4,65
265
1
0,4
1
0,4
9
3,4
87
32,8
167
63,0
4,58
265
7
2,6
1
0,4
14
5,3
80
30,2
163
61,5
4,48
265
3
1,1
4
1,5
81
30,6
177
66,8
4,63
265
2
0,8
8
3,0
83
31,3
172
64,9
4,60
265
3
1,1
1
0,4
7
2,6
73
27,5
181
68,3
4,62
265
Kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja 4 untuk penyajian dan makan ,dll) Kebersihan wadah untuk menjual makanan/minuman jajanan Kemasan dalam kondisi baik (plastik snack 1 tidak bocor/kaleng minuman tidak penyok/berkarat) Makanan jajanan yang tidak dibungkus dengan 10 kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong kresek hitam
1,5
2
0,8
9
3,4
74
27,9
176
66,4
4,57
265
4
1,5
6
2,3
82
30,9
173
65,3
4,60
265
0,4
6
2,3
6
2,3
86
32,5
166
62,6
4,55
265
3,8
5
1,9 15 5,7 78 29,4 157 59,2
4,38
265
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
114
(Sambungan Tabel 5.26) Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman
No
13
14
15 16
Item Petanyaan
STS
Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas dengan kemasan yang bersih Membeli makanan/minuman jajanan yang tidak mengandung formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow Membeli minuman yang dibuat dari air matang Membeli es campur yang menggunakan es batu dari air matang Total skor mean
f
%
1
0,4
1
0,4
1
0,4
TS f
3
1
%
1,1
0,4
R
S f
SS %
f
Mean
N
f
%
%
7
2,6 72 27,2 185 69,8
4,66
265
3
1,1 75 28,3 183 69,1
4,65
265
8
3,0 70 26,4 187 70,6
4,68
265
2
0,8 72 27,2 189 71,3
4,69
265
4,59
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
115
5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman Seluruh pertanyaan tentang sikap untuk memilih PJAS yang aman berjumlah 16 dan keseluruhan pertanyaan tersebut dijumlahkan. Berarti kita memiliki skor terendah 0, yaitu jika responden tidak menjawab satu pun dari pertanyaan yang diajukan, sedangkan nilai tertinggi adalah 81. Nilai skor ini kemudian dikategorisasi menjadi 3 kelompok yaitu efektif – kurang efektif – tidak efektif. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kategorisasi untuk efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Kategori efektif : jika skor yang didapat adalah 55-81
Kategori kurang efektif : jika skor adalah 28-54
Kategori tidak efektif : jika skor yang didapat adalah 0-27
Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.27 dibawah ini bahwa sikap untuk memilih PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori Efektif yaitu sebanyak 98,9 %. Nilai kurang efektif sebanyak 1,1% dapat disebabkan karena responden yang kurang mempunyai atensi terhadap taktik promosi keamanan pangan di sekolahnya.
Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman
Frekuensi
Valid Percent
Valid Kurang Efektif (Nilai Skor 28-54)
5
1,9
Efektif (Nilai Skor 55-81)
260
98,1
Total
265
100,0
5.1.2.4 Analisis Repeated MeasureANOVA Disain analisis repeated measureANOVA memungkinkan peneliti untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi yaitu Poster PoMpi, Komik
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
117
Dari output diperoleh hasil bahwa statistik Friedman (sama dengan Chi – Square) adalah 13,644. Dengan probabilitas 0.003 atau lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau bisa disimpulkan bahwa jenis saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan, film) memberikan hasil yang berbeda terhadap rata-rata antara opini responden terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang disampaikan melalui ke empat saluran komunikasi tersebut.
5.1.3
Analisa Bivariate
5.1.3.1 Analisis Korelasi Sederhana Hasil analisis korelasi sederhana antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui masing-masing saluran komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik, Pesan Penyuluhan dan Pesan Film Terhadap Sikap
Pearson
Sig (2-tailed)
Correlation Sikap * Pesan Poster
0,520**
0,000
Sikap * Pesan Komik
0,629**
0,000
Sikap * Pesan Penyuluhan
0,511**
0,000
Sikap*Pesan Film
0,461**
0,000
** correlation is significant at the 0,01 level (2 tailed) Dari hasil output yang tersaji di tabel 5.29, didapat korelasi yang signifikan antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif, film terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Terdapat hubungan yang sedang antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster, penyuluhan dan film terhadap sikap memilih PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,40 – 0,599 dan hubungan yang
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
118
kuat antara
opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui pesan komik terhadap sikap memilih PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti mengindikasikan adanya hubungan kausalitas sebagai berikut semakin pesan yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif, film bersifat attention, comprehension, acceptancemaka semakin meningkatkan sikap memilih PJAS yang aman.
5.1.3.2 Analisis Tabulasi Silang Selain menganalisis data melalui tampilan tabel distribusi frekuensi seperti di atas, dilakukan juga pengolahan data melalui tabulasi silang antar berbagai variabel yang dianggap relevan dan menarik. Hal ini terutama dilakukan untuk dapat melihat sebaran data secara lebih mendetail. Analisis tabel silang ini secara khusus digunakan untuk melihat hubungan frekuensi antara variabel karakteristik responden (usia, kelas, jenis kelamin, uang saku dan frekuensi jajan)dengan variabel sikap memilih PJAS yang aman. Adapun hasilnya disajikan dalam tabeltabel berikut : 1. Usia dengan sikap memilih PJAS yang aman Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan usia responden yang terdiri dari 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, dan 13 tahun, dihasilkan tabelseperti dibawah ini.
Tabel 5.30Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman No
Usia
Kategori Sikap Kurang Efektif
Jumlah
Efektif
n
%
n
%
n
%
1
9 tahun
1
0,14
37
14,00
38
14,30
2
10 tahun
4
1,50
72
27,20
76
28,70
3
11 tahun
0
0,00
99
37,40
99
37,40
4
12 tahun
0
0,00
49
18,50
49
18,50
5
13 tahun
0
0,00
3
1,10
3
1,10
265
100
Total
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
119
Dari tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman berdasarkan usia terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektif dan efektif. Mayoritas responden berada pada tingkat efektif dengan persentase tertinggi berada pada usia 11 tahun, sedangkan pada tingkat kurang efektif, didominasi oleh responden berusia 10 tahun.
2. Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan kelas responden yang terdiri dari kelas 4,5 dan 6 SD, di hasilkan tabelseperti dibawah ini. Tabel 5.31 Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman No
Kelas
Kategori Sikap Kurang Efektif
Jumlah
Efektif
n
%
n
%
n
%
1
4
5
1,90
76
28,70
81
30,60
2
5
0
0,00
79
29,80
79
29,80
3
6
0
0,00
105
39,60
105
39,60
265
100
Total
Berdasarkan tabel di atas hasil skoring terhadap variabel sikap memilih PJAS yang aman dengan tingkatan kelas responden menghasilkan dua kategori tingkat sikap memilih PJAS yang aman, yaitu efektif dan kurang efektif. Mayoritas responden, baik yang duduk di kelas 4,5 dan 6 SD berada pada tingkat efektif, dengan presentase tertinggi berada pada kelas 6 akan tetapi 1,9% dari responden kelas 4 SD berada pada tingkat sikap memilih PJAS yang aman, kurang efektif.
3. Jenis Kelamin dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dihasilkan tabelseperti dibawah ini.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
120
Tabel 5.32 Jenis Kelamin dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
No
Jenis Kelamin
Kategori Sikap Kurang Efektif
Jumlah
Efektif
n
%
n
%
n
%
1
Laki-laki
3
1,10
116
43,80
119
44,90
2
Perempuan
2
0,80
144
54,30
146
55,10
265
100
Total
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan efektif. Mayoritas respondenbaik laki-laki maupun perempuan berada pada tingkat efektif sikap memilih PJAS yang aman, dengan skor tertinggi berada pada responden perempuan. Dari chart tersebut juga terlihat bahwa sebagian kecil responden laki-laki dan perempuan berada pada tingkat kurang efektif.
4. Uang Saku dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan uang saku yang terdiri dari, tidak diberi uang saku, Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.
Tabel 5.33 Uang Saku denganSikap Memilih PJAS yang Aman No
Uang saku
Kategori Sikap Kurang Efektif
Jumlah
Efektif
n
%
n
%
n
%
1
Tidak diberi
0
0,00
1
0,40
1
0,40
2
Rp 1000 – Rp 2500
1
0,40
33
12,50
34
12,80
3
Rp 2600 – Rp 5000
2
0,80
92
34,70
94
35,50
4
Rp 5000
2
0,80
134
50,60
136
51,30
265
100
Total
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
121
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden berdasarkan uang saku terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan uang saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000 serta seluruh responden yang tidak diberi uang saku, memiliki kategori sikap memilih PJAS yang aman pada tingkat efektif dengan skor tertinggi berada pada respnden dengan uang saku lebih dari Rp 5000. Dari tabeltersebut juga terlihat bahwa sebagian kecil responden dengan uang saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000 berada pada tingkat kurang efektif.
5. Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan frekuensi jajan yang terdiri dari frekuensi jajan tidak pernah, kadang-kadang dan selalu/sering, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.
Tabel 5.34 Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
No
Frekuensi Jajan
Kategori Sikap Kurang Efektif
1
Sering atau selalu
Jumlah
Efektif
n
%
n
%
n
%
1
0,40
109
41,40
110
41,50
4
1,50
147
55,50
151
57,00
0
0,00
4
1,50
4
1,50
265
100
(=> 4 x/minggu) 2
Kadang-kadang (1-3 x/minggu)
3
Tidak pernah
Total
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden berdasarkan frekuensi jajan terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan frekuensi jajan kadang-kadang (1-3 kali seminggu) dan sering atau selalu (=> 4 kali/seminggu) serta seluruh responden yang tidak pernah jajan memiliki kategori
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
124
Tabel 5.38Koefisien Beta Model
Koefisien Beta
Signifikansi
0,108
,037
Opini terhadap pesan keamanan PJAS
0,349
0,000
Opini terhadap Penyuluh Keamanan PJAS
0,331
0,000
1 (Constant) Awareness setelah menggunakan saluran komunikasi
Variabel dependen : Sikap memilih PJAS yang aman
Dari hasil pengamatan pada tabel Koefisien Betadapat disimpulkan bahwa
Terdapat hubungan antara variabel awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasiterhadap sikap untuk memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,108 dengan taraf signifikansi sebesar 0,037 memberikan makna bahwa awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta tersebut beradadi bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa pengaruh
awareness
(kesadaran)
setelah
menggunakan
saluran
komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman, lemah
Terdapat
hubungan
antara
variabel
opini
terhadap
attention,
comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 memberikan makna bahwa opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut memiliki nilai berada di bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman, lemah
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
125
Terdapat hubungan antara opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,331 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 memberikan makna bahwa opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJASmemberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap untuk memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut berada di bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap memilih PJAS yang aman, lemah
Dengan demikian bila merujuk pada koefisien betayang dihasilkan, mendukung hipotesa penelitian yang diajukan yaitusemakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yangaman setelah menggunakan saluran komunikasi, akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman; semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman; semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman, mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu memotivasi peserta penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman. Dari masing-masing nilai koefisien beta, variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap memilih PJAS yangaman adalah opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
126
5.2 Diskusi dan Interpretasi Suatu kampanye komunikasiSocial Change Campaigndapat memiliki tingkatan efek yang berbeda – khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek tersebut dapat muncul di tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari efek saluran komunikasi ( Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi yang direncanakan, diawali dan terutama berpengaruh pada informasi (pengetahuan), kemudian sikap dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah perilaku. Menurut Ray, M.L (1973, p.149) dalam “The Marketing Communication and the Hirerarchy of Effect” menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye persuasif maka subyek diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan belajar mengenai suatu ide atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang favorit, kemudian diadaptasi menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut dinamakan Hierarki Belajar. Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan sikap manusia merupakan akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini mempunyai urutan yang relatif tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama pada level perubahan kognitif. Artinya, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa
audiens
meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki kompetensi. Selanjutnya memasuki level afektif meliputi sikap, evaluasi dan perasaan. Terakhir adalah level konatif meliputi maksud dan perilaku aktual.
5.2.1 Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi terhadap Sikap
DalamSocial Change Campaign, aktivitas kampanye diawali dengan diseminasi pesan melalui beragam saluran komunikasi untuk mendiseminasikan pesan sosial. Diseminasi pesan sosial tersebut bertujuan mengubah pengetahuan atau kesadaran khalayak sasaran.Bagi khalayak sasaran siswa, social change campaignini merupakan suatu proses kegiatan belajar/mengajar. Menurut penelitian para ahli, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana kurang lebih 75% sampai 87% dari
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
127
pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indera penglihatan, sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2007dalam Rumondang, 2008). Teori ini juga didukung oleh De Porter (2000) yang mengungkapkan bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Elgar di mana alat peraga/media pembelajaran disusun berdasarkan prinsip pengetahuan pada manusia diterima melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima
sesuatu
maka
pulapengertian/pengetahuan
semakin yang
banyak
diperoleh
dan
semakin
sehingga
jelas
mempermudah
pemahaman.Kegiatan belajar melalui saluran komunikasi (media pembelajaran) terjadi bila ada komunikasi antara siswa Keamanan
Pangan)
melalui
saluran
dengan komunikator (Penyuluh
komunikasi
tersebut.
Pesan
yang
didiseminasikan melalui saluran komunikasi oleh komunikator akan dapat dikomunikasikan kepada siswa apabila terdapat daerah lingkup pengalaman yang sama antara komunikator dan siswa. Dan proses komunikasi berhasil setelah terdapat umpan balik. Saluran komunikasi yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya “dialog internal” dalam diri siswa yang belajar. Dengan demikian terjadi komunikasi antara siswa dengan saluran komunikasi atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau komunikator.
Saluran komunikasi dikatakan berhasil menyampaikan pesan
informasi bila kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa sesuai dengan tujuan belajar. Dengan demikian tidak ada satupun saluran komunikasi yang dapat mengatasi saluran komunikasi lainnya dalam segala aspek sehingga dapat menggantikan segala bentuk saluran komunikasi yang lain. Segala sesuatu yang aktif dan bergerak
akan
sangat
menarik
minat
dan
perhatian
anak
Dengan
demikian,diseminasi pesan sosial keamanan PJAS ini dilakukan melalui beragam saluran komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
128
keamanan PJAS dan film PoMpi) akan memudahkan siswa untuk mempelajari dan memahami pesan keamanan PJAS tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya. Walaupun masing-masing saluran komunikasi memiliki jenis dan karakteristik yang berbeda terhadap dampak kegiatan belajar/mengajar namun masing-masing saluran komunikasi tersebut dapat menjadi wahana untuk menggugah kesadaran siswa. Hal ini tercermin dari siswa yang membaca poster PoMpi dan komik PoMpi, siswa yang menonton film PoMpi serta siswa yang mengikuti penyuluhan interaktif Keamanan PJASdapattergugah kesadarannya memilih PJAS yang aman. Hal ini terungkap dari tabel 5.20“Deskripsi Jawaban Responden pada VariabelAwareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)”. Dalam social change campaign, setelah siswa tergugah kesadarannya kemudian akan diikuti dengan perubahan sikap (Coffman, J.Lessons in Evaluating Communications Campaign: Five Case Studies. Cambridge, MA : Harvard Family Research Project, 2003). Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa awareness (kesadaran) siswa SD memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi) memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap siswa SD memilih PJAS yang aman.Nilai koefisien beta yang dihasilkan melalui analisis SPSS didapatkan nilai sebesar 0.108 dengan taraf signifikansi sebesar 0.037. Nilai koefisien beta tersebut memberikan makna bahwa hubungan antara awareness (kesadaran) siswa SD memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi) dan sikap siswa SD memilih PJAS yang aman, lemah. Hasil penelitian ini secara langsung
telah
mendukung
konsep
teori
umum
bagi
Social
Change
Campaignyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin khalayak sasaran memiliki awareness (kesadaran) untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
129
5.2.2Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap Setelah terjadi perubahan pada level kognitif dari pengetahuan dan kesadaran khalayak sasaran, maka dengan terpaan komunikasi berupa pesan sosial yang disusun dengan menarik dan meningkatkan perhatian khalayak sasaran, pesan yang lengkap dan mempermudah khalayak sasaran memahami pesan dan pesan dapat berterima oleh khalayak sasaran maka mempengaruhi level afektif khalayak sasaran.Setelah siswa melihat, membaca, menonton, dan mendengar pesan keamanan PJAS, lalu berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS yang disampaikan
bersifat
attention,
comprehension,
dan
acceptanceakan
mempengaruhi level afektif siswa. Opini siswaterhadapperhatian (attention), kelengkapan (comprehension), dan keberterimaan (acceptance) dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui beragam saluran komunikasi tercermin dari tabel “Deskriptif Jawaban Responden terhadap Opini terhadap Attention, Comprehension dan Acceptance terhadap Pesan Keamanan PJAS” melalui Poster pada tabel 5.21; melalui Komik pada tabel 5.22; melalui Penyuluhan Interaktif pada tabel 5.23; dan melalui Film pada tabel 5.24, bahwa pesan yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif dan film menarik dan meningkatkan perhatian responden; lengkap dan mudah dipahami oleh responden serta dapat diterima di lingkungan sosial dan budaya responden. Masing-masing
pesan
keamanan
PJAS
yang
bersifat
attention,
comprehension dan acceptancedan didiseminasikan melalui beragam media pembelajaran yaitu penyuluhan interaktif keamanan PJAS , pemasangan poster, membaca komik dan pemutaran film di lingkungan sekolah memilik karakteristik yang berbeda-bedabaik berdasarkan jenis format, maupun tujuan/fungsi medianya dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Dari hasil analisis repeated measure ANOVA dapat terungkap bahwa pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan dan film, berbeda signifikan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
130
terhadap rata-rata opini responden terhadap segi attention, comprehension, dan acceptance nya. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan media visual diam berupa sehelai kertas yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa foto dalam tata warna dengan sejumlah kata, tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak, ditempelkan di papan pengumuman sekolah atau di kantin sekolah. Pada saat membaca Poster PoMpi hanya mata yang berperan membaca informasi yang disampaikan melalui kata-kata dan melihat foto untuk memvisualisasikan informasi yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi sebanyak 30% dari foto yang dilihatnya dan 10% dari informasi yang dibacanya. Walaupun persentase penyerapan materi pada media cetak tidak sebanyak media audio visual, namun melalui media cetak, siswa dapat sering melihat dan membacanya dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, dengan demikian akan mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan siswa. Dengan semakin memahami pesan memilih PJAS yang aman akan mempermudah pemahaman siswa, serta mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang aman, Komik PoMpi “Memilih Makanan yang Aman” merupakan media visual diam berupa buku yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa rangkaian gambar yang sederhana dalam tata warna sebagai ilustrasi untuk mendukung alur cerita dalam komik tersebut, tetapi tidak disertai suara,dan dibagikan kepada siswa. Pada saat membaca Komik PoMpi hanya mata yang berperan membaca informasi yang disampaikan melalui alur cerita dan melihat rangkaian gambar untuk memvisualisasikan cerita yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi sebanyak 30% dari rangkaian gambar yang dilihatnya dan 10% dari cerita yang dibacanya. Walaupun persentase penyerapan materi pada media cetak tidak sebanyak media audio visual, namun melalui media cetak, siswa dapat sering melihat dan membacanya dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, dengan demikian akan mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan siswa. Dengan semakin memahami pesan memilih PJAS yang aman akan mempermudah pemahaman siswa, dan dengan cerita yang dapat menggugah emosi dan perasaan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
131
siswa dapat mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang aman. Film Animasi PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan media audio visual gerak merupakan media yang paling lengkap karena memiliki rangsangan suara, visual, warna maupun gambar bergerak, karena menggunakan lebih banyak panca indera dan lebih banyak menimbulkan daya tarik serta minat siswa sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima. Film PoMpi dengan durasi selama 30 menit , bersifat menghibur tetapi disisipi dengan pesan memilih makanan/minuman yang aman yang bersifat edukatif. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi sebanyak 50% dari film yang didengar dan dilihat (audio visual). Film mampu mengungkapkan perasaan melalui gambar, musik dan kata-kata sehingga dapat menimbulkan multiple effect (Depkes, 2002 dalam Rumondang, 2008) dengan demikian dapat lebih menggugah emosi dan perasaan siswa dapat mendorong dan mempengaruhi sikap siswa memilih PJAS yang aman. Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, adalah metode ceramah dengan media power point untuk menyampaikan pesan memilih PJAS yang aman. Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, merupakan komunikasi
tatap muka
antara Penyuluh Keamanan Pangan dengan siswa bertujuan untuk mempengaruhi perubahan perilaku siswa meliputi perubahan pengetahuan dan sikap siswa, pendapat dan perilaku siswa
untuk memilih PJAS yang aman. Penyuluhan
interaktif merupakan saluran dalam proses komunikasi persuasif, dimana memungkinkan Penyuluh Keamanan Pangan melihat dan mengkaji diri siswa secara langsung, semua indera siswa berfungsi sehingga respon siswa atas pesan keamanan PJAS yang disampaikan penyuluh dapat tersalurkan langsung sehingga umpan balik atas pesan yang disampaikan penyuluh (perubahan sikap) terjadi secara langsung juga. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan kausalitas yang signifikan dan nilai korelasi antara attention, comprehension, acceptance
daripesan poster, komik, penyuluhan, film terhadap sikap (tabel
5.29). Pesan poster,penyuluhan dan film terhadap sikap masing-masing bernilai positif sedang, sedangkan pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat. Nilai
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
132
positif menandakan adanya persetujuan/respon positif dari responden terhadap pesan yang disampaikan, namun memang diperlukan pesan yang dapat menggugah emosi dan perasaan responden untuk dapat menghasilkan hubungan yang kuat dengan sikap. Dalam hal ini komik adalah komunikasi yang dapat diulang-ulang untuk pemahamannya
sehingga
lebih
dapat
menimbulkan
respon
dari
yang
membacanya. Sesuatu yang diulang-ulang cenderung lebih tertanam pada jiwa manusia (Sanyoto, 2006 dalam Rumondang, 2008). Selain itu khalayak sasaran akan jauh lebih kritis menyikapi pesan tertulis, dibanding materi dalam audio visual (Carver, 1935; Maier and Thurber, 1968) serta pesan yang kompleks dipahami lebih baik oleh siswa dalam bentuk media cetak dibanding bentuk audio visual (Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo (1996)), dengan demikian khalayak sasaran dapat lebih mengingat jumlah argumen pesan sehingga pesan lebih persuasif (Petty dan Cacioppo (1996). Selain itu alur cerita pada komik poMpi diindikasikan lebih menggugah emosi dan perasaan siswa dibandingkan poster Pompi, film PoMpi dan penyuluhan interaktif PJAS. Karena sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan (Azwar, 2005 : 24-28). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa nilai koefisien beta opini siswa SD terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam saluran komunikasiterhadap sikap memilih PJAS yang aman sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000. Hal ini memberi makna bahwa hubungan antara opini siswa SD terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam saluran komunikasidan sikap siswa SD memilih PJAS yang aman, lemah tetapiopini siswa SD terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam saluran komunikasiberpengaruh positif signifikan terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Hasil
penelitian
ini
secara
langsung
telah
mendukung
konsepreinforcementtheoryyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
133
pesan
keamanan
PJAS
yang
disampaikan
melalui
beragam
saluran
komunikasibersifat attention, comprehension dan acceptancemenurut opini khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya untuk memilih PJAS yang aman.
5.2.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap Sikap Selain kualitas pesan, ketepatan saluran komunikasi turut berperan kualitas komunikator dalam mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara Social Change Campaigndalam tingkatan sikap. Khalayak sasaran akan mengubah sikapnya kalau mempunyai opini bahwa komunikator mempunyai kompetensi yaitu mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi. Opini siswa SD terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan terungkap dari tabel 5.25“Deskripsi Jawaban Responden terhadap Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS”. Jika
pengetahuan Penyuluh Keamanan Pangan
terhadap keamanan PJAS makin lengkap, Penyuluh Keamanan Pangan makin terampil berkomunikasi dan memotivasi komunikasi maka akan mengubah sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman.
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap siswa untuk memilih PJAS yang aman memiliki nilai koefisien beta sebesar 0, 331 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000. Nilai ini memberikan makna bahwa hubungan opini
siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap untuk memilih PJAS yang aman, lemah namun opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS berpengaruh positif signifikan siswaterhadap sikap siswa untuk memilih PJAS
yang aman. Artinya semakin komunikator mempunyai
pengetahuan tentang topik yang disampaikan, mampu berinteraksi aktif dengan khalayak sasaran dan mampu memotivasi khalayak sasaran menurut opini
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
134
khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap khalayak sasaran tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan proposisi yang dikemukakan Spitzberg & Cupach (1989) melalui Communication Competency Theory. Secara keseluruhan, promosi keamanan PJAS untuk faktor predisposisi berupa pemberian informasi atau pesan keamanan PJAS yang dilakukan kepada siswa SD dapat mempengaruhi sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman melalui awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari Penyuluh Keamanan PJAS. Dengan demikian awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan sosial yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari komunikator dapat menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomes Social Change Campaign secara empiris. Terkait dengan hasil uji regresi berganda, hal penting yang perlu dicermati adalah angka koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi R2 hasil uji regresi dari ketiga variabel independen tersebut dengan sikap memilih PJAS yang aman adalah sebesar 0,425. Berarti 42,5% varian sikap memilih PJAS yang aman dapat dijelaskan oleh awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan sosial yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari komunikator, sedangkan selebihnya 57,5% dipengaruhi oleh variabel/faktor lain yang belum tergali dalam penelitian ini (karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi)). Dalam kaitannya dengan variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap memilih PJAS yang aman, maka berdasarkan nilai koefisien beta yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah opini
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
135
terhadapattention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi kemudian variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat dipahami, bahwa selain ketiga variabel di atas, ada variabel lain yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman diantaranya karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi).
5.2.4 Efektivitas Sikap Evaluasi terhadap efektivitas Social Change Campaign- Gerakan Aksi Nasional PJAS sebuah kampanye komunikasi publik perlu dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana efektivitas kampanye tersebut. Terkait dengan hasil perhitungan efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman pada tabel 5.27, dari seluruh responden (100%) yang terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi, menunjukkan sikap untuk memilih PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori efektif yaitu sebesar 98,9%. Hal tersebut mencerminkan pengaruh promosi keamanan dengan beragam saluran komunikasi terhadap efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman. Adapun skor kurang efektifnya sikap memilih PJAS yang aman dapat disebabkan karena kurang atensinya responden pada saat membaca poster, komik, mengikuti penyuluhan interaktif dan melihat film. Sebagai pelengkap penelitian, peneliti juga melakukan analisis tabulasi silang beberapa karakter responden dengan tingkatan efektivitas sikap memilih PJAS yang aman. Salah satu aspek karakter responden yang dicermati adalah soal faktor kelas dan usia dan korelasinya dengan tingkatan efektivitas sikap memilih PJAS yang aman. Dari data tabulasi silang antara kelasdan tingkatan efektivitas sikap memilih PJAS (tabel 5.31) dan data tabulasi silang antara usia dantingkatan efektivitas sikap memilih PJAS yang aman (tabel 5.30) menunjukkan bahwa mayoritas responden kelas 6 SD berusia 11 tahun dan 12 tahun. Berdasarkan kelompok usia, seluruh responden berusia 11, 12 dan 13 tahun memiliki tingkatan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
136
sikap memilih PJAS yang efektif sedangkan untuk pendidikan, seluruh responden kelas 5 dan 6 serta mayoritas responden kelas 4 memiliki tingkatan sikap memilih PJAS yang efektif. Merujuk pada kurikulum SD/MI yang mana terdapat sekuensi kesinambungan muatan keamanan pangan antar tingkat kelas maka secara pengetahuan siswa kelas 6 akan lebih memahami tentang keamanan pangan dibandingkan kelas 5 dan kelas 4. Semakin siswa mempunyai kepercayaan atau pengetahuan yang positif terhadap keamanan pangan maka yang timbul adalah perasaan positif dalam hal ini sikap memilih PJAS yang baik. Secara keseluruhan, hal-hal diatas didukung pula oleh skor rata-rata tiap variabel independen dan dependen, dimana keseluruhan nilai Mean pada setiap variabel hampir mendekati nilai Mean maksimun pada variabel tersebut. Artinya taktik program promosi yang dilakukan melalui beragam saluran komunikasi menghasilkan tingkatan sikap memilih PJAS yang aman yang baik melalui awareness responden yang baik untuk memilih PJAS yang aman;
attention,
comprehension dan acceptance yag baik daripesan keamanan PJAS yang disampaikan;
pengetahuan,
keterampilan
berkomunikasi
komunikasi yang baik dari Penyuluh Keamanan PJAS.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
dan
memotivasi
137
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian untuk menjawab perumusan masalah seperti yang disampaikan pada bab pertama, implikasi hasil penelitian dan saran.
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengaruh Awareness (kesadaran)
setelah
Menggunakan
Saluran
Komunikasi terhadap Sikap
Awareness
(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu teori umum bagi Social Change Campaign yang menjelaskan bahwa penggunaan saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan sosial dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi dengan sikap. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
6.1.2 Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap
Opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
138
langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu reinforcement theory, yang menjelaskan bahwa agar pesan dapat efektif mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang bersifat attention, comprehension, acceptance. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
6.1.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh terhadap Sikap
Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu communication competency theory, yang menjelaskan bahwa komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman, mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu memotivasi peserta penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman. Di samping itu, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian ini:
1. Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film),
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
139
opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh dalam konteks Social Change Campaign, dapat menjadi tolak ukur evaluasi outcomes sikap secara empiris, 2. Variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap untuk memilih PJAS yang aman, adalah opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi 3. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan kausalitas dan nilai korelasi antara attention, comprehension, acceptance dari pesan poster terhadap sikap , dari pesan penyuluhan terhadap sikap serta dari pesan film terhadap sikap
masing-masing bernilai positif
sedang, sedangkan dari pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat
6.2 Implikasi Hasil Penelitian
6.2.1 Praktis Perlu bagi Badan POM agar 1. Taktik promosi keamanan pangan perlu untuk menitikberatkan pada peningkatan cakupan diseminasi pesan keamanan PJAS kepada khalayak sasaran primer (siswa SD) melalui beragam saluran komunikasi (saluran personal dan non personal) dengan demikian pada saat dilakukan kegiatan penyuluhan keamanan PJAS kepada siswa SD harus selalu disertai dengan pemberian produk informasi keamanan pangan untuk mendukung efektivitas outcomes Gerakan Aksi Nasional PJAS yaitu sikap memilih PJAS yang aman. 2. Perancangan, pesan kampanye Gerakan Aksi Nasional PJAS perlu mengutamakan aspek
cater to the heart and head selain attention,
comprehension, acceptance untuk mendukung efektivitas sikap memilih PJAS yang aman.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
140
6.2.2 Akademis Bagi akademik perlu mengembangkan model evaluasi outcomes Social Change Campaign dengan menggunakan structural equation modeling (SEM). Dengan demikian variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sikap dapat diidentifikasi dan peneliti juga dapat mnegetahui bagaimana keterkaitan timbal balik variabel sikap dengan variabel lain seperti pengaruh kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, pribadi, pengalaman dan lembaga pendidikan dan agama
6.3 Saran Disarankan kepada penelitian yang akan datang : 1. Mengambil sampel siswa SD di luar provinsi DKI Jakarta menurut wilayah, status dan akreditasi sekolah karena social change campaign – Gerakan Aksi Nasonal PJAS dilakukan pada tingkat nasional. Jika ditemukan hasil yang sama, maka penelitian ini bisadigeneralisasikan pada siswa SD secara keseluruhan. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lainnya di luar penelitian ini yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman (karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi) sehingga dapat dirancang taktik promosi keamanan pangan dengan intervensi khusus bila diperlukan. 3. Untuk menggali faktor lain di luar hasil temuan dalam penelitian ini yang mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebaiknya dilakukan dengan beragam saluran komunikasi(dengan teknik kuesioner juga disertai dengan wawancara mendalam dan observasi) agar responden dapat leluasa mengomunikasikan respon atau sikapnya sehingga diperoleh hasil yang optimal dan tidak bias. 4. Mengambil jumlah sampel dan lingkup yang lebih besar, bukan hanya terbatas pada kalangan siswa SD saja namun juga komunitas sekolah lainnya, diteliti
terhadap sikap keamanaan pangan. Dengan demikian,
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
141
akan diperoleh gambaran keberhasilan taktik program promosi keamanan pangan secara nasional dalam rangka Gerakan Aksi Nasional PJAS. 5. Melakukan penelitian terhadap ketepatgunaan saluran komunikasi yang digunakan pada taktik promosi
keamanan pangan terhadap perilaku
keamanan pangan.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
142
KEPUSTAKAAN
Buku Azwar, Saifuddin, 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Ali, Asrori,Mohammad, 2011, Psikologi Remaja Perkembangan Didik, Bumi Aksara, Jakarta
Peserta
Anonim, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Pusat Promosi KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta Ardianto, Elvinaro, 2009, Public Relations Praktis, Widya Padjajaran, Bandung Beck, Andrew, Bennet, Peter& Wall, Peter, 2002, Comunication Studies The Essential Introduction, Routledge, New York Bungin, Burhan, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta Cutlip, Scott M., et al, 2006, Effective Public Relations. Trans Tri Wibowo. B.S, KencanaPrenada Media Group, Jakarta Di Iorio, Colleen Konicki, 2005, Measurement in Health Behavior, John Wiley & Sons, Inc, USA Denis&Windahl Sven, McQuail, 1996, Communication Models, Longman London & New York, New York Depari, Edward dan Collin Mac Andrews, 1991, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Pusat Promosi Kesehatan, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Engel, J.F., Blackwell, R.D & Miniard, P.W., 1990, Consumer Behavior, The DrydenPress, United States of America Fisher, B.Aubrey, 1990, Teori-Teori Komunikasi Massa, Remadja Karya, Bandung Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate denganSPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Griffin EM, 2002,A First Look At Communication Theory, Fifth Edition, Mc. Graw Hill, Boston
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
143
Hidayat Taufik, Istiadah N, 2011, Mengolah Statistik Penelitian, Media Kita, Jakarta Kang NE, Kim JH, Kim YS, Ha AW, 2010, Food Safety Kknowledge and Practice by the Stages of Change Model in School Children. Nutr Res Pract
Kenneth E., Andersen, 1972, Communication Theory, Practice, Menlo Park, California Kotler, Phillip & Ed L.R., 1989, Social Markting Strategies for Changing Public Behaviour, The Free Press, New York Liliweri, 1991, Memahami Peran Komunikasi Dalam Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung ---------------, 2009, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta ---------------, 2011, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Kencana Prenada Media Group, Jakarta Lin W, Yang HC, Hang CM, Pan WH. 2007, Nutrition Knowledge, Attitude, and Behavior of Taiwanese elementary school children. Asia Pac J Clin Nutr. Lok KYW, Chung YW, Benzie IFF, Woo J, 2011, Synthetic Colourings of some Snack Foods Consumed by Primary School Children Aged 8-9 years in Hong Kong. Food Additives Contaminants. Husby I, Heitmann BL, Jensen KO, 2008, Meals and snacks from the child’s perspective: the contribution of qualitative methods to the development of dietary interventions. Public Health Nutrition.
Malhotra, Naresh K, 1999, Marketing Research An Applied Orientation, Prentice Hall, New Jersey. M. Roger, Everett and Shoemaker , W. Flyod, 1971, Communication of Innovation, Free Press, W. Flyod. Miarso, Yusufhadi, 1986, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, CV. Rajawali, Jakarta. Moriarty, S.E, 1991, Creative Advertising Theory and Practice, Prentice Hall. Inc, United State of America
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
144
Neuman, William Lawrence, 2006, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 6th Edition. Boston: Pearson Education, Inc. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo et all, 1996, Promosi Kesehatan di Sekolah, Pusat Promosi Kesehatan,Departemen Kesehatan, Jakarta Nasution, Zulkarimein, 1989, Prinsip - prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, LP FE UI,Jakarta Badan POM RI, 2010, Pedoman Sistem Sertifikasi Profesi PKP dan DFI, DirektoratSurveilan danPenyuluhan Keamanan Pangan Deputi 3 Badan POM RI, Jakarta Petty, R.E & Cacioppo, J.T., 1996, Attitudes and Persuasion: Classic and ContemporaryApproaches, Westview Press, Inc, United States of America Prastowo, Andi, 2011, Memahami Metode Penelitian, Ar Ruzz Media, Yogyakarta Priyatno, Duwi, 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Media Kom, Jakarta Ruslan, Rosady, 2008, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta ---------------------, 2008, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Rachmat,Kriyantoro, 2010, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta Rakhmat,Jalaluddin, 2000,Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Ray, Michael L, 1973, The Marketing Communication and the Hierarchy of Effects,Baverli Hills, CA.Sage, USA Rice, Ronald E&Charles K Atkin (editor), 1990, Public Communication Campaigns 2 ndedition, Sage Publication, USA Rogers, Everett M. Rogers, 1997, A History ofCommunication Study 1 st edition, Free Press, USA Shimp, Terence A., 1997, Advertising, Promotion Management and
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
145
Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communication, 4 th ed., The Dryden Press, Flarcourt Brace College Publisher, Orlando, Philadelphia Simmons, Robert E., 1990, Communication Campaign Management: A System Approach, White Plain, NY Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (Editor), 1995, Metode Penelitian Survei, PT Pustaka LP3ES, Jakarta Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung Severin, Werner J., Tankard, James W., 2005, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta : Prenada Media Smith, Ronald D., 2002, Strategic Planning for Public Relations, Lawrence Erlbaum Associates, Inc, New Jersey Sugiyono, 2011, Statistika untuk Penelitian, PT. Alfabeta, Bandung Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung Supranto, J., 2010, Analisis Multivariat : arti dan interpretasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta World Health Organization, 1996,Food Safety Unit, Essential Safety Requirements For street-vended foods Laporan Badan POM RI, 2008, Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan JajananAnak Sekolah (PJAS) Nasional Badan POM RI, 2012, Grand Disain Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Tesis Aci Debby Oktori Nasution, 2009, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolahtentang Gizi dan Keamanan Pangan di lingkungan Kota dan Kabupaten Bogor Efriza, 2009, Efektivitas Media Promosi dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa, Guru dan Pedagang tentang Keamanan Pangan Helrina, 2000, Hubungan antara Keterpaparan Media Komunikasi Massa dengan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2 Sinjaidan SMUN SinjaiSelatan
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
146
MI Murniati, 2004, Hubungan Pajanan Media Komunikasi Massa dengan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya Jakarta Timur Mastoni Sani, 1991, Peranan Media Massa dalam Pembentukan Sikap KemandirianBerkeluarga Berencana Regina Damayanti Darmadji, 2003, Pengaruh Iklan TV terhadap Pemahaman dan Sikap Rumondang Pulungan, 2008, Studi Mengenai Pengaruh Metode Penyuluhan TerhadapPeningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Terhadap PSNDBD Jurnal Cho Hyunyi&T. Salmon, Charles, 2007, Unintended Effects of Health CommunicationCampaigns, Journal of Communication, 293-317
Chung, Sungeon& L. Fink, Edward, 2008, The Cognitive Dynamics of Beliefs : The Effect of Information on Message Processing,Journal of Communication, 477-503 Yasmin, Ghaida dan Mdanijah, Siti, 2010, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi, Jurnal Gizi dan Pangan,148-157 Ida Husby, Berit L Heitmann and Katherine O‟Doherty Jensen,2008, Meals and Snacks from the childs perspective : the contribution of qualitative methods to thedevelopment of dietary interventions, Journal of Public Health Nutrition,739-747
Artikel dari database internet http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/ Story M, French S., 2004, Food advertising and marketing directed at children and adolsecent in the US. Int J Behavioral Nutr Phys Activity. 2004;1:3 (http://www.ijbnpa.org/content/1/1/3).
http://www.t4cd.org/Resources/ICT_Resources/Projects/Pages/ICTProject_306.a spxCatalog 2Wcom Early Warning System, Germany.
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
0
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Kuesioner Penelitian
Lampiran II
: Output Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden
Lampiran III : Output Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Lampiran IV
: Output Efektivitas Sikap Memilih PJAS yang Aman
Lampiran V
: Output Analisis Repeated Measure ANOVA
Lampiran VI
: Output Analisis Korelasi Sederhana
Lampiran VII : Output Analisis Tabulasi Silang Lampiran VIII : Output Analisis Multivariate
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
5. Berapa kali kamu jajan makanan atau minuman dalam seminggu di sekolah? (pilih salah satu dengan melingkari jawaban) a. Sering atau selalu ( ≥ 4 kali/seminggu) b. Kadang-kadang ( 1-3 kali/seminggu) c. Tidak pernah jajan
Kenal terhadap Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Film PoMpi 6. Saya pernah membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” a. Ya b. Tidak 7. Saya pernah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang aman” a. Ya b. Tidak 8. Saya pernah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” a. Ya b. Tidak 9. Saya pernah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” a. Ya b. Tidak
Tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Film PoMpi 10. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” a. Ya b. Tidak 11. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Komik PoMpi “Memilih Makanan yang aman” a. Ya b. Tidak 12. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” a. Ya b. Tidak
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
13. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Film PoMpi “Akibat Salah Makan” a. Ya b. Tidak
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
B. Awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik, 1 = STS : Sangat Tidak Sadar 2 = T: Tidak Sadar 3 = R : Ragu-ragu 4 = S : Sadar 5 = SS : Sangat Sadar
No
Pernyataan
1
Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” , saya (sangat tidak sadar/tidak sadar/raguragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
2
Setelah saya membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang aman”, saya (sangat tidak sadar /tidak sadar/raguragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
3
Setelah saya mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah”, saya (sangat tidak sadar /tidak sadar/ragu-ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
4
Setelah saya melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” saya (sangat tidak sadar /tidak sadar/raguragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
Sangat Tidak Sadar
Tidak Ragu- Sadar Sangat Sadar ragu Sadar
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
C. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut: 1 = STS : Sangat Tidak Sadar 2 = T : Tidak Sadar 3 = R : Ragu-ragu 4 = S : Sadar 5 = SS : Sangat Sadar Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” No
Pernyataan
1
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
2
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya
3
Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
4
Pesan yang disampaikan mudah dipahami
5
Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
6
Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” No
Pernyataan
1
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
2
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya
3
Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
4
Pesan yang disampaikan mudah dipahami
5
Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
6
Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS” No
Pernyataan
1
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
2
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya
3
Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
4
Pesan yang disampaikan mudah dipahami
5
Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
6
Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
Film PoMpi “Akibat Salah Makan” No
Pernyataan
1
Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya
2
Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian saya
3
Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
4
Pesan yang disampaikan mudah dipahami
5
Pesan yang disampaikan dapat diterima di lingkungan sosial saya
6
Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya saya
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
D. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut: 1 = STS : Sangat Tidak Sadar 2 = T: Tidak Sadar 3 = R : Ragu-ragu 4 = S : Sadar 5 = SS : Sangat Sadar No
Pernyataan
1
Kakak yang membawakan materi powerpoint slide (penyuluh) mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan / minuman jajanan yang aman
2
Kakak yang membawakan powerpoint slide (penyuluh) mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan
3
Kakak yang membawakan powerpoint slide (penyuluh) mampu memotivasi saya untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
E. Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut: 1 = STS : Sangat Tidak Sadar 2 = T: Tidak Sadar 3 = R : Ragu-ragu 4 = S : Sadar 5 = SS : Sangat Sadar
No
Pernyataan
1
Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang terlindung dari debu/asap kendaran bermotor
2
Sebelum jajan penting memperhatikan kebersihan tempat jajan
3
Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang jauh dari tumpukan sampah
4
Sebelum jajan penting untuk memperhatikan kebersihan penjaja makanan/minuman jajanan
5
Membeli makanan/minuman jajanan dari penjaja yang tidak langsung menyentuh makanan/minuman dengan tangan
6
Sebelum jajan penting untuk memperhatikan kebersihan peralatan yang digunakan penjaja untuk mengambil makanan jajanan
7
Membeli makanan/minuman jajanan yang disajikan menggunakan peralatan makan/minum (piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
No
Pernyataan
8
Sebelum jajan penting memperhatikan tanggal kedaluwarsa pada kemasan
9
Sebelum jajan, penting untuk memperhatikan kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja,dll)
10
Sebelum jajan penting untuk memperhatikan kebersihan wadah untuk menjual makanan/minuman jajanan
11
Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas dengan kemasan dalam kondisi baik (plastik snack tidak bocor/kaleng minuman tidak penyok/berkarat)
12
Membeli makanan jajanan yang tidak dibungkus dengan kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong kresek hitam
13
Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas dengan kemasan yang bersih
14
Membeli makanan/minuman jajanan yang tidak mengandung formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow
15
Membeli minuman yang dibuat dari air matang
16
Membeli es campur yang menggunakan es batu dari air matang
Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Tidak Setuju ragu Setuju Setuju
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Poster PoMpi
Valid
Ya
Frequency 265
Percent 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulat iv e Percent 100,0
Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Komik PoMpi
Valid
Ya
Frequency 265
Percent 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulat iv e Percent 100,0
Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Penyuluhan Interaktif
Valid
Ya
Frequency 265
Percent 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulat iv e Percent 100,0
Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Fil m PoMpi
Valid
Ya
Frequency 265
Percent 100,0
Valid Percent 100,0
Cumulat iv e Percent 100,0
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
8
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 ,0%
Valid N
Usia * Sikap
265
Percent 100,0%
Total N
265
Percent 100,0%
Usia * Sikap Crosstabulation
Usia
9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Sikap Kurang Ef ektif Ef ektif 1 37 ,4% 14,0% 4 72 1,5% 27,2% 0 99 ,0% 37,4% 0 49 ,0% 18,5% 0 3 ,0% 1,1% 5 260 1,9% 98,1%
Total
38 14,3% 76 28,7% 99 37,4% 49 18,5% 3 1,1% 265 100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 7,698a 9,018 3,691
df
4 4
Asy mp. Sig. (2-sided) ,103 ,061
1
,055
265
a. 6 cells (60,0%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is ,06.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012
9
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 ,0%
Valid Uang Saku * Sikap
N
265
Percent 100,0%
Total N
265
Percent 100,0%
Uang Saku * Si kap Crosstabulation
Uang Saku
Tidak diberi uang saku Rp.1000 - Rp. 2500 Rp. 2600 - Rp. 5000 > Rp. 5000
Total
Sikap Kurang Ef ektif Ef ektif 0 1 ,0% ,4% 1 33 ,4% 12,5% 2 92 ,8% 34,7% 2 134 ,8% 50,6% 5 260 1,9% 98,1%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total
1 ,4% 34 12,8% 94 35,5% 136 51,3% 265 100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value ,380a ,379 ,311
df
3 3
Asy mp. Sig. (2-sided) ,944 ,945
1
,577
265
a. 5 cells (62,5%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is ,02.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012