TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt BANDUNG
Disusun oleh ZULFIKAR, S.Farm
: 073202111
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt BANDUNG
Disusun oleh ZULFIKAR, S.Farm
: 073202111
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
Lembar Pengesahan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI Di
LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt BANDUNG Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Disusun oleh
:
ZULFIKAR, S.Farm
073202111
LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA Drs.ROOSTYAN EFFENDIE, Apt BANDUNG Pembimbing,
Drs. Akmal, M.Si., Apt Mayor Kes NRP 527570 Mengetahui, Kepala Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt
Drs. Purwanto Budi T. Apt. MM Kolonel Kes NRP 516754
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt NIP. 131 283 716
ii
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya kepada kita sehingga kegiatan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Bandung, dapat berjalan dengan baik dan lancar. Praktek Kerja Lapangan ini untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman tentang aspek industri farmasi bagi mahasiswa profesi apoteker sehingga setelah lulus dan menjadi apoteker mempunyai kompetensi yang mampu bersaing di dunia kerja. Kami menyadari bahwa pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sampai penyusunan laporan ini dapat terlaksana dengan lancar berkat kerjasama, bantuan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kolonel Kes Drs. Purwanto Budi T., M.M selaku Kepala Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie Bandung, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi USU dan Bapak Drs. Wiryanto, M.Si., Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas dan saran kepada penulis. 3. Mayor Kes Drs. Akmal, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie, Bandung. 4. Kapten Kes Siswandi, S.Si., Apt., selaku pembimbing II dari Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie, Bandung.
iii
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
5. Bapak Drs. Daniel Azali, Apt., selaku pembimbing yang dengan tulus, sabar dan penuh perhatian telah membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan latihan kerja profesi hingga selesainya penulisan laporan ini. 6. Segenap apoteker, staff dan karyawan Lembaga Farmasi Angkatan Udara yang telah banyak memberikan bimbingan, dan masukan selama Pelatihan Program Kerja Profesi Apoteker (PPKPA) di Lembaga Farmasi Angkatan Udara. 7. Segenap dosen, karyawan dan pengelola Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 8. Orangtua serta saudara kami tercinta atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada kami. Rekan-rekan Mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas Sumatera Utara. 9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan selalu memberkati dan membalas semua bantuan yang telah diberikan kepada kami. Kami sadar bahwa Laporan PKL ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan segala kerendahan hati , semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi Almamater dan mahasiswa seprofesi serta sejawat
Bandung, Februari 2008
Penulis
iv
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
DAFTAR ISI Halaman JUDUL
........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1. Latar belakang ..................................................................................
1
1.2. Tujuan Latihan Kerja Profesi ............................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
4
2.1. Sistem Manajemen Mutu ..................................................................
4
2.2. Sumber Daya Manusia ......................................................................
5
2.3. Bangunan ..........................................................................................
6
2.4. Peralatan ...........................................................................................
9
2.5. Sanitasi dan Higiene .........................................................................
10
2.6. Produksi.............................................................................................
11
2.7. Pengawasan Mutu ..............................................................................
12
2.8. Inspeksi Diri ......................................................................................
13
2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian ..........................................................................................
14
2.9.1. Keluhan dan Laporan .............................................................
14
2.9.2. Penarikan Kembali Obat Jadi..................................................
15
2.9.3. Obat Kembalian .....................................................................
15
2.10 Dokumentasi.....................................................................................
17
BAB III TINJAUAN UMUM LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA
18
3.1. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Ankatan Udara Roostyan Effendie..............................................................................
18
3.2. Kedudukan, Tugas, dan Kewajiban Lafiau ........................................
21
3.3. Visi, Misi, Dan Sasaran......................................................................
21
3.3.1 Visi dari LAFIAU adalah ........................................................
21
3.3.2 Misi dari LAFIAU adalah........................................................
22
3.3.3 Sasaran yang hendak dicapai oleh LAFIAU di tahun-tahun v
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
anggaran dan masa depan adalah .............................................
22
3.4. Profil Lafiau.......................................................................................
22
3.4.1 Sumber Daya Manusia ............................................................
22
3.4.2 Susunan Organisasi .................................................................
23
3.4.2.1 Kalafiau..........................................................................
23
3.4.2.2 Sekretaris Lafiau (Sesla) .................................................
24
3.4.2.3 Pelayanan dan Pegurusan Kas/Keuangan (Pekas)............
25
3.4.2.4 Bagian Produksi..............................................................
25
3.4.2.5 Bagian Gudang Pusat Farmasi (Gupusfi) ........................
26
3.4.2.6 Bagian Pengujian dan Pengembangan.............................
28
3.4.2.7 Bagian Penunjangan .......................................................
30
3.5. Lokasi gedung dan Sarana..................................................................
30
3.5.1 Lokasi Gedung ........................................................................
30
3.5.2 Sarana produksi.......................................................................
30
3.5.3 Sarana gudang .........................................................................
32
BAB IV KEGIATAN LEMBAGA FARMASI..................................................
33
4.1. Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan............................
34
4.2. Unit Pergudangan ..............................................................................
34
4.3. Gudang transit (Gutrans) ...................................................................
34
4.4. Gudang bahan jadi dan bahan baku (Guhanjabaku) ............................
34
4.5. Gudang Peralatan Kesehatan (Gupalkes)............................................
35
4.6. Gudang penyaluran (Gulur)................................................................
35
4.6.1 Penerimaan..............................................................................
37
4.6.2 Penyimpanan...........................................................................
38
4.6.3 Distribusi.................................................................................
39
4.6.3.1 Rutin...............................................................................
40
4.6.3.2 Non rutin ........................................................................
40
4.6.4 Penghapusan ...........................................................................
41
4.6.5 Pelaporan ................................................................................
41
4.7. Unit Produksi Lembaga Farmasi Angkatan Udara..............................
42
4.7.1 Tata Letak dan Klasifikasi Ruang Produksi .............................
42
4.7.2 Produksi Obat..........................................................................
43
4.7.3 Produk Unit Produksi Khusus..................................................
47
4.7.4 Unit Pemeriksaan In Process Control dan Pengujian Obat Jadi
47
vi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
4.7.5 Pengemasan.............................................................................
49
4.7.6 Pengujian Sampel Pertinggal ...................................................
50
4.7.7 Pengawasan Mutu ...................................................................
50
4.7.8 Sanitasi dan Higiene ................................................................
50
4.8. Produk ...............................................................................................
52
BAB V KEGIATAN KERJA PRAKTEK PROFESI APOTEKER DILEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA................................
53
5.1. Bagian Pengujian dan Pengembangan (Ujibang) ................................
53
5.1.1 Pengenalan Bagian Pengujian dan Pengembangan (Ujibang) ...
53
5.1.2 Pengembangan Formula Granul Effervescent ..........................
54
5.2. Bagian Gudang Pusat Farmasi............................................................
54
5.3. Bagian Produksi.................................................................................
56
5.3.1 Produksi Non-betalaktam ........................................................
56
5.3.2 Produksi Betalaktam................................................................
64
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................
66
6.1. Personalia ..........................................................................................
67
6.2. Banguanan dan Fasilitas.....................................................................
68
6.3. Peralatan ............................................................................................
71
6.4. Sanitasi dan Higiene .........................................................................
71
6.5 Penanganan Terhadap Hasil Pengamatan Keluhan dan Penarikan Kembali
Obat yang Beredar ............................................................
73
6.6 Bagian Produksi..................................................................................
73
6.7 Bagian Pengawasan Mutu ...................................................................
74
6.8 Dokumentasi.......................................................................................
75
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
76
7.1 Kesimpulan.........................................................................................
76
7.2 Saran ..................................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
78
vii
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi Lafiau ........................................................
80
Lampiran 2 Struktur Jabatan Lafiau .............................................................
81
Lampiran 3 Denah Bangunan LAFIAU ........................................................
82
Lampiran 4 Daerah Ruang Produksi Sediaan Beta Laktam...........................
83
Lampiran 5 Denah Ruang Produksi Sediaan Non Beta Laktam ....................
84
Lampiran 6 Alur Kegiatan Produksi Tablet ..................................................
85
Lampiran 7 Alur Kegiatan Pembuatan Tablet Salut Gula..............................
86
Lampiran 8 Alur Kegiatan Produksi Kapsul .................................................
87
Lampiran 9 Alur Kegiatan Produksi Sirup....................................................
88
Lampiran 10 Alur Kegiatan Produksi Salep....................................................
89
Lampiran 11 Pengelolahan Limbah Cair ........................................................
90
Lampiran 12 Alur Proses Penerimaan Obat Jadi dari Produksi .......................
91
Lampiran 13 Alur Proses Pengeluaran Obat Jadi dan Alkes oleh Lafiau Bandung....................................................................................
92
Lampiran 14 Alur Alokasi Materil Kesehatan.................................................
93
Lampiran 15 Alur Alokasi Proses Pengadaan dan Penerimaan Barang............
94
Lampiran 16 Denah Ruang Labolatorium .......................................................
95
Lampiran 17 Label karantina, Obat jadi, Produk Ruahan/Antara.....................
96
viii
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, baik secara jasmani, rohani dan sosial sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Dalam usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan upaya kesehatan dan salah satu sarana dalam melaksanakan upaya kesehatan adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pengendalian
pekerjaan mutu
kefarmasiaan
sediaan
farmasi,
terutama
menyangkut
penyimpanan,
pengadaan,
pendistribusian
dan
pengembangan obat. Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie merupakan salah satu realisasi untuk mencapai kemandirian tersebut. Lembaga ini berfungsi memproduksi obat-obatan dengan mutu, khasiat, serta keamanan yang terjamin untuk digunakan oleh TNI AU dan keluarganya serta PNS TNI AU. Lembaga yang berada dibawah Dinas Kesehatan Angkatan Udara (Dinkesau) ini berupaya menerapkan prinsip-prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dengan tujuan meningkatkan kualitas, keefektifan dan keamanan obat yang diproduksi, meminimalkan terjadinya kesalahan dan menjamin agar obat yang dihasilkan
1 Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
2
memenuhi persyaratan sesuai dengan tujuan penggunaan saat sampai ditangan konsumen. Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, maka setiap industri farmasi harus menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sedangkan harga yang ekonomis dapat diperoleh dengan perbaikan efisiensi dan produktifitas. Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Apoteker sebagai personalia profesional harus memahami aspekaspek teknik dan non teknik penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan. Latar belakang tersebut diperlukan program pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi calon-calon farmasis atau apoteker baru. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PPKA) di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie Bandung merupakan salah satu sarana pelatihan bagi mahasiswa profesi apoteker sebelum menjalankan perannya di bidang Industri farmasi. Dengan adanya pelatihan dari tanggal 4 Februari sampai dengan 29 februari 2008 ini diharapkan mahasiswa peserta Praktek Kerja Profesi (PKP) mendapatkan pengalaman langsung dan dapat mempelajari ilmu-ilmu yang diterapkan dalam industri farmasi. Sehingga nantinya dapat digunakan sebagai gambaran mengenai fungsi, peran dan tugas seorang farmasis atau apoteker dalam lingkup industri farmasi, sehingga akan terwujud seorang apoteker yang profesional.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
3
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan Praktek kerja lapangan bertujuan untuk membekali calon apoteker dengan wawasan, pengetahuan dan keterampilan mengenai seluruh aspek dalam industri farmasi terutama yang berhubungan dengan bidang penelitian dan pengembangan, pengawasan mutu dan bagian produksi sesuai dengan pedoman CPOB sehingga dapat menghasilkan calon-calon Apoteker yang siap terjun kedalam dunia kerja profesinya.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Hal
ini
didasarkan oleh
Keputusan Menteri
Kesehatan
RI.
No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI. No.04510/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai tujuan penggunaannya. Pengawasan menyeluruh pada pembuatan obat sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Tidak cukup bila obat jadi hanya sekedar lolos dari serangkaian pengujian, tetapi sangat penting bahwa mutu obat harus dibentuk dalam produk obat tersebut. Semua obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau. CPOB meliputi beberapa hal pokok yang menjadi perhatian utama antara lain: 2.1 Sistem Manajemen Mutu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
4 Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
5
Dalam ketentuan umum, ada beberapa landasan yang penting untuk diperhatikan, yaitu : a. Pengawasan menyeluruh pada proses pembuatan obat untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. b. Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang digunakan dan personalia. c. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan pada suatu pengujian tertentu saja, melainkan semua obat hendaknya dibuat dalam kondisi terkendali dan terpadu dengan cermat. CPOB merupakan pedoman yang dibuat untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap tercapai. 2.2 Sumber Daya Manusia Jumlah sumber daya manusia pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya. Setiap karyawan juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB. Struktur organisasi perusahaan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga bagian produksi dan pengawasan dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak bertanggung jawab satu dengan lainnya. Masing-masing mempunyai wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk melaksanakan tugasnya serta tidak boleh memiliki kepentingan lain diluar organisasi pabrik yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
6
Penanggung jawab produksi maupun penanggung jawab mutu hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industri farmasi, sehingga memungkinkan pelaksanaan tugasnya secara profesional. Untuk menunjang dan membantu tugasnya dapat ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk melaksanakan supervisi langsung dibagian produksi dan pengawasan mutu. Selain itu tersedia juga tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan. Seluruh karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan pembuatan obat diberikan pelatihan oleh tenaga yang kompeten mengenai tugasnya sesuai dengan CPOB. Latihan dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang memadai serta menurut program yang tertulis yang telah disetujui penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu. 2.3 Bangunan Bangunan untuk pembuatan obat sebaiknya memiliki ukuran, rancangan, kontruksi serta letak yang memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaknya memadai sehingga resiko terjadinya kekeliruan dan pencemaran silang dapat dicegah sedini mungkin. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung adalah kesesuaian dengan kegiatan produksi, luasnya ruang kerja, pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
7
umum bagi karyawan. Rancang bangun dan penataan gedung harus memenuhi persyaratan: 1. Mencegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda. 2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang produksi obat. 3. Ruang
terpisah
untuk
membersihkan
alat
yang
dapat
dipindah-pindahkan dan ruang untuk menyimpan bahan pembersih. 4. Kamar ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerah produksi tetapi letaknya terpisah. 5. Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik. Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat mencegah pencemaran lingkungan disekelilingnya seperti pencemaran udara, tanah dan air maupun terhadap kegiatan di sekitarnya. Permukaan bagian dalam ruangan seperti dinding, lantai dan langit-langit sebaiknya licin, bebas keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Lantai di daerah pengolahan harus dibuat dari bahan kedap air, permukaan rata dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antar dinding, lantai dan langit-langit harus berbentuk lengkungan. Saluran air limbah sebaiknya cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara, pipa-pipa dan saluran hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
8
Bangunan harus mendapatkan penerangan yang cukup dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara termasuk pengaturan suhu dan kelembaban untuk kegiatan dalam bangunan. Disamping itu tersedianya tenaga listrik yang memadai akan menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan laboratorium. Pintu yang menghubungkan ruangan produksi dan lingkungan luar seperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk mencegah masuknya cemaran. Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gedung dan koridor serta daerah sekeliling gudang hendaknya dirawat agar senantiasa bersih dan rapi. Daerah penyimpanan barang harus cukup luas, terang serta tertata rapi untuk memungkinkan penyimpanan bahan produk dalam keadaan bersih dan teratur. Untuk menjamin mutu obat dan kelangsungan produksi, maka penentuan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kegiatan-kegiatan lain. Sehubungan dengan itu, maka daerah produksi dibagi atas empat kelas: Kelas A : zona untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misalnya zona pengisian,
wadah
tutup
karet,
vial,
dan
ampul
yang
terbuka,
penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) ditempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36-0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
9
dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan. Kelas B : untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A. Kelas C dan D : area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih rendah. 2.4 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam produksi obat sebaiknya memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat, ukuran yamg memadai serta ditempatkan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan agar tiap produk obat terjamin keseragamannya
dari
tiap
batch
serta
memudahkan
pembersihan
dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi yang dapat mengubah identitas mutu dan kemurniannya dari batas yang telah ditetapkan. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk dan sebaiknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam maupun bagian luar. Bahan yang diperlukan untuk tujuan khusus misalnya pelumas tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah. Setiap peralatan utama hendaknya diberi nomor pengenal yang jelas. Selain itu juga diberi nomor pengenal untuk saluran air, uap, udara bertekanan tinggi untuk membedakan satu dengan yang lainnya dan perlu diperhatikan keamanannya baik terhadap pekerja maupun terhadap peralatan itu sendiri.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
10
Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi baik dan dapat mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurnian produk. Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaknya dibuat dan digunakan. 2.5 Sanitasi dan Higiene Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran dapat dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Semua karyawan yang berhubungan dengan pembuatan obat harus memiliki kesehatan yang baik dan menggunakan pelindung badan dan penutup rambut yang sesuai dengan tugas yang dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan dapat terhindar dari pencemaran oleh personal. Karena itu harus dilakukan higiene perseorangan yang baik, khususnya pada saat penerimaan karyawan baru. Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat harus dirancang dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik. Disamping itu tersedia pula toilet dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi karyawan yang letaknya mudah dicapai di daerah kerja, serta fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian karyawan. Prosedur sanitasi dan higiene harus selalu divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan memenuhi persyaratan.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
11
2.6 Produksi Produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sehingga menjamin obat yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk bahan baku yang baru datang harus dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk digunakan oleh penanggung jawab pengawasan mutu. Semua bahan awal yang tidak memenuhi persyaratan ditandai dengan jelas, disimpan secara terpisah dan secepatnya dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan. Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan kesehatan, mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus harus diberikan pada masalah pencemaran silang. Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran batch dan lot secara rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk dapat dikenali dari nomor lot atau batch tertentu. Setiap penimbangan atau pengukuran hendaknya dilakukan pembuktian kebenaran, ketepatan identitas, dan jumlah bahan yang ditimbang dan diukur oleh dua petugas secara terpisah. Bahan baku, produk antara, dan produk ruahan hendaknya diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi. Penanganan bahan dan produk kering atau tablet menimbulkan masalah pengendalian debu dan pencemaran silang, sehingga perlu dilengkapi dengan pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
12
menghindari campur aduk antara produk. Tiap mesin hendaknya ditempatkan dalam ruangan terpisah. Terjadinya kesalahan dalam pengemasan dapat diperkecil dengan pemakaian label gulungan, pemberian kode batch langsung pada jalur pemasangan label, penggunaan alat pembacaan label, dan penghitung label elektronik. Label dan barang cetak yang lain dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki tanda yang berbeda jelas terhadap produk yang berlainan. Disamping pemeriksaan visual selama pengemasan berlangsung juga dilakukan pemeriksaan secara terpisah oleh bagian pengawasan mutu setelah pengemasan. Produk yang bentuk dan warnanya sama atau hampir sama tidak boleh dikemas pada jalur yang berdampingan, kecuali ada pemisah secara fisik. Pada setiap jalur pengemasan, nama dan nomor batch produk yang sedang dikemas hendaknya dapat terlihat jelas. Produk antara atau produk ruahan dapat diolah ulang asalkan bahan tersebut layak untuk diolah ulang dengan prosedur tertentu yang disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan. Produk antara, produk ruahan, dan obat jadi hendaknya dikarantina sambil menunggu hasil pemeriksaan dan keputusan dari bagian pengawasan mutu. 2.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisa yang ada di laboratorium, termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
13
antara, produk ruahan, dan produk jadi. Disamping itu juga dilakukan program uji stabilitas, pemantauan lingkungan kerja, validasi, dokumentasi suatu batch, program penyimpanan contoh dan penyusunan serta sertifikasi yang berlaku dari tiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya. Bagian pengawasan mutu hendaknya memberikan bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi untuk menjamin bahwa tiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. 2.8 Inspeksi Diri Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi diri harus dilakukan secara teratur dan dibuat prosedur serta pencatatannya. Tindakan perbaikan yang disarankan sebaiknya dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim yang mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB. Hal-hal yang diinspeksi meliputi karyawan, bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, serta pemeliharaan gedung dan peralatan. Inspeksi diri dapat diakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan pabrik
yang
bersangkutan.
Inspeksi
diri
yang
menyeluruh
dilakukan
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
14
2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian 2.9.1. Keluhan dan Laporan Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek samping yang merugikan dan masalah medis lainnya. Keluhan dan laporan ditangani secara: 1. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan yang diterima. 2. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yang bersangkutan sesuai dengan jenis keluhan dan laporan yang diterima. 3. Terhadap tiap keluhan dan laporan dilakukan penelitian dan evaluasi secara seksama, termasuk meninjau seluruh informasi yang masuk tentang pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan
terhadap
contoh
pertinggal
batch
yang
bersangkutan dan meneliti kembali semua data serta dokumentasi yang berkaitan. Tindak lanjut terhadap keluhan dan laporan: 1. Tindakan perbaikan yang diperlukan termasuk penarikan kembali batch obat jadi atau seluruh obat jadi yang bersangkutan dan tindak lanjut lainnya yang sesuai. 2. Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk evaluasi penelitian dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian yang bersangkutan dan kepada pejabat pemerintah yang berwenang.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
15
2.9.2. Penarikan Kembali Obat Jadi Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi instansi pemerintah yang berwenang. Keputusan untuk melakukan penarikan kembali obat jadi adalah tanggung jawab apoteker penanggung jawab pabrik dan pimpinan perusahaan. Penarikan kembali obat jadi dapat pula sekaligus merupakan penghentian pembuatan obat jadi yang bersangkutan. Pelaksanaan penarikan kembali obat jadi: 1. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui adanya obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan atau mempunyai efek samping yang tidak diperhitungkan sebelumnya dan membahayakan kesehatan. 2. Obat jadi yang mempunyai resiko besar terhadap kesehatan selain tindakan penarikan hendaklah segera diambil tindakan khusus agar obat yang bersangkutan dikenakan embargo untuk tidak digunakan. Dalam hal ini penarikan dilakukan sampai ke tingkat konsumen. Sistem dokumentasi pabrik dapat mendukung pelaksanaan penarikan kembali dan embargo secara efektif, cepat, dan tuntas. 2.9.3. Obat Kembalian Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar dan kemudian dikembalikan ke produsen karena adanya keluhan kadaluarsa, masalah keabsahan,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
16
atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, kualitas, dan kuantitas obat jadi yang bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki, dan menganalisa obat yang dikembalikan, serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan. Terhadap obat kembalian dilakukan evaluasi yang seksama untuk menentukan apakah obat jadi yang bersangkutan dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian digolongkan sebagai berikut: 1. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan masih dapat digunakan. 2. Obat kembalian yang masih dapat diolah ulang. 3. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang. Prosedur penanganan obat kembalian dibuat dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Jumlah dan identifikasi obat kembalian harus dicatat. 2. Obat kembalian yang diterima hendaklah dikarantina. 3. Terhadap obat kembalian dilakukan penelitian dan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu untuk menentukan tindak lanjut. 4. Keputusan untuk melakukan pengolahan obat kembalian hendaklah dilakukan oleh pimpinan perusahaan atas dasar pertimbangan yang seksama dan proses pengolahan harus diawasi secara ketat. Obat kembalian tidak dapat diolah ulang harus dimusnahkan. Hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak yang mencakup
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
17
pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegah kemungkinan jatuhnya obat tersebut ke tangan orang yang tidak berwenang. 2.10 Dokumentasi Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan laporan, serta jenis laporan lain yang ditentukan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara terinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot, sehingga memungkinkan penyelidikan atau penelusuran terhadap batch atau lot bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB III TINJAUAN UMUM LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA
3.1. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie Perjalanan sejarah di mulai ketika di Pangkalan Udara belum mempunyai satuan kesehatan, anggota AURI mendapatkan perawatan dan pengobatan di poliklinik dan Rumah Sakit Angkatan Darat RI (ADRI). Untuk mengurangi ketergantungan terhadap DKAD, maka pimpinan berusaha mencukupi kebutuhan obat dan Alkes secara mandiri dengan mendirikan Apotek di Pangkalan Udara ANDIR yang di pimpin oleh Lmu I Badris Nuch dan di Cililitan dipimpin oleh Ramelan. Keberadaan Apotik tersebut mendorong Pimpinan untuk mendirikan Depot obat guna mendukung Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Operasional AURI. Periode Tahun 1951 sampai dengan !963 DOP di Pimpin oleh Lmu I Amir Andjilin. Kiprahnya disamping tugas rutin juga turut serta mengirimkan personel dan logistik dalam operasi Trikora. Pada tahun 1964 di bawah kepimpinan LU I Drs Roostyan Effendie, mulai dikembangkan produksi obat-obatan dengan skala lebih besar, dan di datangkan pula peralatan produksi obat dari USA. Juga di laksanakan renovasi bangunan untuk produksi obat sesuai dengan persyaratan teknis Farmasi saat itu. Unit Produksi obat di resmikan oleh Deputi Menteri Bidang Logistik tanggal 16 Agustus 1965. selanjutnya tanggal ini di tetapkan sebagai Hari Jadi Lembaga Farmasi Angkatan Udara.
18
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
19
Berdasarkan keputusan Panglima Angkatan Udara No. 5 tanggal 5 februari 1968, Puskalkes di kembangkan menjadi dua unit satuan yang masing-masing berdiri sendiri yaitu Pusalkes dan Pusprodkes. Puskalkes bertugas melaksanakan penerimaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku dan embalage. Dipimpin oleh Mayor Far Drs. Soekarsono, Apt, di lanjutkan oleh Mayor Dk Drs. Poedjiadi Soemodimedjo dan kemudian oleh Mayor Far Drs. Amin Mustofa, Apt. Pusprodkes bertugas melaksanakan produksi obat dengan bahan baku dan embalage dari Puspalkes di Pimpin oleh Kapten Far Drs. Beatus Gunawan, Apt, di lanjutkan oleh Mayor Far Drs Sartono, Apt, kemudian nama Pusprodkes berubah menjadai Lembaga Farmasi Angkatan Udara (Lafiau). Pada tahun 1981 dan 1982 Lafiau di percaya melaksanakan pemeriksaan terhadap ransum tempur ABRI dalam rangka Latgab dan HUT ABRI. Pada tahun 1985, Lafiau dan Pobekkes di gabung menjadi Depo Perbekalan Kesehatan Angkatan Udara disingkat Pobekkessau dibawah pimpinan Letkol Kes Drs. Poedjiadi Soemodimedjo, MT, dilanjutkan oleh Kolonel Kes Drg. Sutarman, kemudian secara berturut-turut Kolonel Kes Drs. Kurnia K.N.,Apt., Kolonel Kes Drs A. Ngaddeni., Msc.,Apt., dan Kolonel Kes Drs H Haruman K.,Msc,Apt. mulai tahun 1991 hingga saat ini secara bertahap di lakukan renovasi fasilitas bangunan produksi dalam rangka memenuhi standart cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Adapun fasilitas yang direnovasi meliputi bangunan produksi non beta laktam, beta laktam, sefalosporin dan laboratorium gudang penyimpanan bahan baku dan obat jadi, ruang sampling serta gedung mako.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
20
Saat ini Lafiau di pimpin oleh Kolonel Kes Drs Purwanto Budi.Apt. yang dalam pengambilan kebijakannya tetap berpedoman pada kebijakan para pendahulunya. Dengan selesainya pembangunan fasilitas produksi sefalosporin berikut sarana penunjangnya, maka dilakukan pemenuhan persyaratan sertifikat CPOB produk tersebut. Mengeluarkan tiga dari empat sertifikat CPOB yang diajukan yaitu : sediaan tablet, kapsul dan syrup kering. Satu sertifikat CPOB yang masih tertunda adalah untuk injeksi kering. Hal ini di sebabkan persyaratan yang terus berkembang dan semakin ketat, sehingga perlu di lakukan pembenahan fasilitas dan sarana penunjangnya. Dalam mengemban peran Farmasi Militer di harapkan Lafiau tidak hanya berorientasi kepada produk hanya, tetapi juga pada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care), yang langsung menjangkau personel Angkatan Udara. Dalam mengemban peran mencerdaskan bangsa, Lafiau aktif membimbing mahasiswa praktek kerja dan tugas akhir di Lembaga ini, serta ikut menyusun kurikulum dan mengirim personelnya sebagai dosen pada pendidikan D3 Farmasi di Poltekkes Ciumbeleuit Bandung. Buah pikiran dan keberanian Drs Roostyan Effendie Apt, untuk mulai memproduksi obat-obatan sesuai ketentuan Farmasi telah memberi dorongan dan semangat bagi generasi berikutnya sehingga terbentuk lembaga Farmasi Angkatan Udara seperti saat ini. Sebagai bentuk penghargaan jasa beliau di masa lalu dan sesuai dengan keputusan KASAU No.KEP/95/VII/D2007 tanggal 31 juli 2007 maka pada tanggal 1 november 2007, diresmikan LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA ROOSTYAN EFFENDIE dan tanggal 16 agustus 1965 di tetapkan sebagai hari jadi.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
21
3.2. Kedudukan, Tugas, dan Kewajiban Lafiau Lafiau adalah pelaksana teknis yang berkedudukan di bawah Dinas Kesehatan Angkatan Udara (Diskesau). Lafiau bertugas membina kemampuan dan pelaksanaan produksi obat jadi, pembekalan dan pengawasan kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian untuk melaksanakan dukungan dan pelayanan kesehatan bagi anggota Angkatan Udara pada khususnya dan ABRI pada umumnya. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Lafiau mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. melaksanakan kegiatan produksi obat serta pengendalian mutu dari bekal kesehatan Angkatan Udara, 2. melaksanakan penerimaan, penyimpanan, penyaluran, dan penghapusan bekal kesehatan berdasarkan kebijaksanaan Diskesau, 3. melaksanakan pengawasan atas kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian bekal kesehatan dengan cara pengujian dan percobaan serta penelitian, 4. melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. 3.3. Visi, Misi, Dan Sasaran 3.3.1 Visi dari Lafiau adalah : Terpenuhinya obat berkualitas bagi anggota Angkatan Udara dan keluarganya, berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan obat nasional, terlaksananya pembekalan matkes tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran dan aman serta tegaknya sistem manajemen mutu dalam kinerjanya. 3.3.2 Misi dari Lafiau adalah : a. Melaksanakan produksi obat jadi dengan menerapkan CPOB secara konsisten.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
22
b. Melaksanakan pembekalan matkes mulai dari penerimaan, penyimpanan, penyaluran, pencacahan dan penghapusan berdasarkan kebijaksanaan Diskesau. c. Melaksanakan pengawasan dan pemastian mutu matkes sesuai dengan persyaratan teknis kefarmasian. d. Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan dengan mengedepankan profesionalitas, efisien, efektif dan modern. 3.3.3 Sasaran yang hendak dicapai oleh Lafiau di tahun-tahun anggaran dan masa depan adalah : a) Mengajukan sertifikat CPOB untuk sediaan obat injeksi kering golongan sefalosporin. b) Menyiapkan produksi obat antibiotik golongan sefalosporin. c) Melaksanakan revisi Vademicum Lafiau. d) Melaksanakan kerjasama dengan berbagai instansi/lembaga farmasi pemerintah dan swasta. 3.4. Profil Lafiau 3.4.1 Sumber Daya Manusia Keseluruhan personil Lafiau terdiri dari 59 orang, meliputi 35 orang militer, calon pegawai 2 orang dan 22 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Terdiri dari 12 orang Apoteker, 8 orang D3 Farmasi, 10 Asisten Apoteker, 6 orang STM Mesin, 1 orang STM Kimia, 3 orang SMEA dan Pendidikan Umum sebanyak 19 orang. Setiap personil yang terlibat dalam pembuatan obat telah mendapatkan pendidikan dan latihan tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
23
Personel yang ada saat ini belum mencukupi jumlah yang diharapkan karena ada beberapa personel yang merangkap tugas tetapi pada unit Produksi dan unit Ujibang tidak terjadi perangkapan jabatan. Jumlah personel yang ada sekarang sudah mampu menjalankan setiap tugas yang ada. 3.4.2 Susunan Organisasi Organisasi di Lafiau tersusun dari tiga eselon, yaitu eselon pimpinan, eselon pembantu pimpinan / staf dan eselon pelaksana. Eselon pimpinan yaitu Kepala Lembaga Farmasi Angakatan Udara (Kalafiau) dan eselon pembantu pimpinan/staf adalah Sektretaris Lembaga (Sesla), sedangkan eselon pelaksana meliputi Kepala Bagian Produksi (Kabag Prod), Kepala Gudang Pusat Farmasi (Kaguspusfi), Kepala Bagian Pengujian dan Pengembangan (Kabag Ujibang) dan Kepala Bagian Penunjangan (Kabag Jang). Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 3.4.2.1 Kalafiau Kalafiau adalah pelaksana teknis Diskesau yang bertanggung jawab kepada Kadiskesau dalam hal pembinaan kemampuan dan pelaksanaan produksi farmasi yang diperlukan oleh Angkatan Udara, perbekalan kesehatan yang diperlukan bagi pelaksana dukungan dan pelayanan kesehatan Angkatan Udara serta pengawas atas kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian bekal kesehatan Angkatan Udara. Kalafiau mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut: i.
melaksanakan bimbingan dan petunjuk teknis kegiatan produksi serta mengendalikan dan mengarahkan kegiatannya,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
24
ii. melaksanakan penerimaan, penyimpanan, penyaluran, dan penghapusan bekal kesehatan berdasarkan kebijaksanaan Diskesau, iii. melaksanakan pengawasan obat-obatan Angkatan Udara, iv. melaksanakan pengawasan atas kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian bekal kesehatan dengan cara pengujian dan percobaan serta penelitian kualitas kefarmasian, v. melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi. 3.4.2.2 Sekretaris Lafiau (Sesla) Sekretaris Lafiau (Sesla) adalah pembantu staf Kalafiau dalam menyelenggarakan perencanaan dan pengendalian pentahapan pelaksanaan kegiatan produksi, perbekalan, serta program dan dukungan kegiatan Lafiau, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Bagian Program dan Anggaran, kepala Pembina Profesi (Kabinprof), Kepala Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kataud). Sesla mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: i.
menyusun dan menyiapkan kebijaksanaan dan perencanaan pentahapan pelaksanaan dan kegiatan administrasi produksi dan perbekalan, pengendalian produksi, dan pembekalan serta pembinaan personil,
ii. menyusun dan menyiapkan kebijaksanaan dan perencanaan pentahapan pelaksanaan kegiatan program kerja dan anggaran, pengelolaan data kegiatan serta mengembangkan dukungan materiil dan fasilitas, iii. melaksanakan urusan tata usaha dan urusan dalam di lingkungan Lafiau.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
25
3.4.2.3 Pelayanan dan Pegurusan Kas/Keuangan (Pekas) Pekas adalah staf pembantu dan pelaksanan Kalafiau dalam bidang pelayanan dan pengurusan keuangan. Pekas memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut: i.
menyelenggarakan penerimaan dan penyimpanan uang di kas dan di bank serta pembayaran pada pihak ketiga atas dasar pengujian dokumen tagihan yang sah,
ii. menyelenggarakan pengujian kualitatif dan kuantitatif atas segala dokumen sebelum dilakukan pembayaran tagihan atau penerimaan uang, iii. mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi pelaksanaan pengurusan dan pelayanan keuangan, iv. mengadakan kerja sama dengan staf dan satuan yang ada di lingkungan Lafiau untuk kepentingan tugasnya. 3.4.2.4 Bagian Produksi Bagian
produksi
Lafiau
adalah
pembantu
pelaksana
Kalafiau
melaksanakan produksi bekal kesehatan. Bagian produksi dipimpin oleh Kepala Bagian Produksi (Kabagprod) yang bertanggungjawab langsung kepada Kalafiau. Kegiatan yang dilakukan bagian produksi dalam rangka menjalankan tugasnya adalah : i.
melaksanakan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong dan embalage dalam rangka persiapan proses produksi,
ii. menyiapkan alat pembantu produksi yang diperlukan dalam kegiatan produksi, iii. menyiapkan bahan baku dan bahan penolong untuk proses selanjutnya, iv. menyiapkan embalage yang dibutuhkan,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
26
v. melaksanakan kegiatan produksi sesuai kebijaksanaan Diskesau berdasarkan surat perintah pelaksanaan produksi yang dikeluarkan oleh Kalafiau. Bagian produksi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: i. Unit produksi tablet yang bertugas melaksanakan produk obat jadi dalam bentuk tablet. ii. Unit produksi kapsul yang bertugas melaksanakan produksi obat jadi dalam bentuk kapsul. iii. Unit produksi khusus yang bertugas melaksanakan produksi khusus, seperti sirup, salep, cairan, antiseptik, tetes, dan lain-lain. 3.4.2.5 Bagian Gudang Pusat Farmasi (Gupusfi) Gudang bertanggungjawab
Pusat kepada
Farmasi Kalafiau.
dipimpin Kaguspusfi
oleh
Kaguspusfi
bertugas
yang
melaksanakan
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, penyaluran serta penghapusan bekal kesehatan. Dalam rangka pelaksanaan tugasnya Kaguspusfi melaksanakan kegiatannya sebagai berikut: a. Menerima, menyimpan, memelihara, menyalurkan bekal kesehatan sesuai dengan ketentuan dan perintah Kadiskesau selaku ordonatur materiil kesehatan b. Mengajukan barang-barang yang akan dihapuskan sesuai ketentuan yang berlaku c. Melaksanakan pertanggungjawaban bekal kesehatan melalui laporan yang berkala d. Melaksanakan administrasi penerimaan, penyimpanan, penyaluran, dan penghapusan bekal kesehatan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
27
Kaguspusfi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh : 1). Kepala Unit Gudang Transit (Ka Unit Gutrans), unit ini bertugas menerima alat kesehatan (alkes) dan perbekalan kesehatan (bekkes) dari hasil pengadaan Dinas Pengadaan Angkatan Udara (Disadaau) dan obat jadi dari bagian produksi Lafiau, bersama komite penerimaan barang melaksanakan pemeriksaan terhadap alkes dan bekkes yang diterima dari hasil pengadaan Disadaau dan obat jadi dari bagian produksi Lafiau, menuangkan hasil pemeriksaan dalam berita acara pemeriksaan, mengembalikan alkes dan bekkes yang tidak memenuhi persyaratan pada kontrak jual beli kepada rekanan yang mengirimkan alkes dan bekkes, mengirimkan hasil alkes dan bekkes serta bahan baku yang diterima dan memenuhi syarat ke gudang Palkes dan Guhanjabaku. 2). Kepala unit gudang penyaluran dan pengemasan (Ka Unit Gulur), bertugas melaksanakan
pengemasan/penyiapan
barang
yang
akan
dikirim
berdasarkan Surat Perintah Kadiskesau selaku ordonatur materiil kesehatan, mengusahakan angkutan darat dan udara melalui seksi Angkatan
Udara
untuk
mendukung
kegiatan
penyaluran,
serta
melaksanakan kegiatan penyaluran barang pada satuan kerja dengan kelengkapan administrasi melalui sarana yang tersedia. 3). Kepala unit gudang peralatan kesehatan (Ka Unit gupalkes), bertugas menerima palkes dari gudang transit sesuai berita acara yang telah disahkan ordonatur, menyimpan, merawat dan mengeluarkan palkes sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta melaksanakan administrasi pergudangan terhadap peralatan yang disimpan memalui pembukuan,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
28
pengkartuan serta penyimpanan dokumen yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran barang. 4). Kepala unit gudang obat jadi, bahan baku, embalage (Ka Unit guhanjabaku), bertugas menerima obat jadi, bahan baku, embalage dari unit gudang transit sesuai dengan berita acara yang telah disahkan oleh ordonatur, menyimpan, merawat/memelihara dan mengeluarkan barang (obat jadi, bahan baku, embalage). sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta melaksanakan administrasi pergudangan terhadap obat jadi, bahan baku, embalage yang disimpan melalui pembukuan, pengkartuan dan penyimpanan dokumen yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran barang. 3.4.2.6 Bagian Pengujian dan Pengembangan Bagian Pengujian dan Pengembangan (Ujibang) adalah pembantu pelaksana Kalafiau yang bertugas melaksanakan pengujian dan percobaan atas kualitas bekal kesehatan, melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan hasil produksi obat jadi dan menyelenggarakan perencanaan serta pelaksanaan pendidikan dan latihan. Bagian Uji Bang dipimpin oleh Kepala Bagian Ujibang yang bertanggungjawab kepada Kalafiau. Dalam pelaksanaan tugasnya Kabag Pengujian dan Pengembangan melaksanakan kegiatan antara lain: i.
Pengujian terhadap bekal kesehatan berdasarkan persyaratan dan ketentuan kefarmasian yang berlaku
ii. Melaksanakan percobaan dalam rangka meningkatkan kualitas hasil produksi obat jadi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
29
iii. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kefarmasian terutama yang menghasilkan formula-formula baru dalam rangka meningkatkan hasil produksi iv. Pemantauan langsung dan tidak langsung bekal kesehatan yang disimpan baik di gudang Lafiau maupun gudang satker (satuan kerja) kesehatan di masingmasing pangkalan Angkatan Udara v. Melaksanakan perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan dan latihan Kabag Pengujian dan Pengembangan dibantu oleh : 1). Kepala Unit Pengujian dan Percobaan (Ka Unit Uji Coba) yang bertugas melaksanakan
percobaan-percobaan
dalam
rangka
perbaikan
dan
pengembangan formula obat jadi yang sudah ada, melaksanakan “In Process Control” dalam setiap tahap produksi, melaksanakan pengujian terhadap kualitas obat jadi yang dihasilkan oleh Unit Produksi Lafiau, melaksanakan pemantauan terhadap kualitas bekkes (bekal kesehatan) yang disimpan di Unit gudang Lafiau dan di satker (satuan kerja) kesehatan Angkatan Udara. 2). Kepala Unit Penelitian dan Pengembangan (Ka Unit Litbang) yang bertugas melaksanakan kegiatan seperti penelitian dan pengembangan formula-formula baru dalam rangka pengembangan obat jadi hasil produksi Lafiau, penelitian dan pengkajian terhadap pustaka-pustaka yang telah teruji dalam rangka pengembangan potensi yang dimiliki Lafiau, membantu unit produksi untuk meneliti kerusakan hasil produksi dan memberikan sarana untuk memperbaikinya dan menyimpan dan menguji
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
30
“retain sample”
sebagai contoh pertinggal obat jadi yang diproduksi
Lafiau. 3). Kepala Unit Pendidikan dan Latihan (Ka Unit Diklat) yang bertugas membuat perencanaan serta melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan latihan. 3.4.2.7 Bagian Penunjangan Bagian penunjangan adalah pembantu pelaksana Kalafiau yang dipimpin oleh Kepala Bagian Penunjangan yang bertanggungjawab kepada Kalafiau. Bagian Penunjangan bertugas mendukung kelancaran operasional Lafiau. Dalam pelaksanaan tugasnya Bagian Penunjangan dibantu oleh : 1) Kepala Unit Penunjangan Material (Ka Unit Jangmat) bertugas mendukung kelancaran operasional produksi dan pembekalan serta pengujian dan pengembangan 2) Kepala Unit
Fasilitas dan Material (Ka Unit Harfasmat) bertugas
merencanakan dan menyelenggarakan pemeliharaan terhadap fasilitas dan material dalam rangka mendukung kelancaran operasional Lafiau. 3.5. Lokasi gedung dan Sarana 3.5.1 Lokasi Gedung Lembaga farmasi Angkatan Udara Roostyan Effendie berlokasi di Jl. Nurtanio Utara Komplek Lapangan Udara Husein Sastranegara Bandung tepat di belakang gedung Poliklinik dan gedung Pertemuan Graha Antariksa. 3.5.2 Sarana produksi Lafiau telah dilengkapi dengan gedung dan peralatan yang memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Untuk bagian produksi,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
31
Lafiau memiliki tiga gedung yang terpisah, satu gedung sefalosporin, gedung beta laktam yang digunakan untuk memproduksi antibiotik beta laktam dan gedung non beta laktam. Semua ruangan produksi terpisah sesuai jenis produksinya, hal ini untuk menghindari adanya kontaminasi silang antara produk beta laktam dengan produk non beta laktam. Pada ruang produksi non beta laktam dirancang berurutan sesuai dengan urutan proses produksi. Ruang produksi terdiri dari gudang produksi, tempat ganti pakaian, laundry, penimbangan, granulasi, pengeringan granul, pencetakan tablet, pengisian kapsul, produksi kapsul, produksi salep, produksi sirup, stripping, ruang antara, ruang produk ruahan serta ruang pencucian alat dan ruang kemas. Pada ruang produksi beta laktam susunannya hampir sama dengan ruang produksi non beta laktam, namun pada ruang antara sudah dilengkapi dengan air shower untuk membersihkan partikelpartikel yang menempel pada baju khusus yang dikenakan personel. Bagian dalam ruang produksi Lafiau baik dinding maupun lantai dibuat licin dan tanpa sudut , hal ini ditujukan untuk mempermudah pembersihan. Lantai bagian produksi dilapisi dengan epoksi sehingga lebih tahan goresan dan tidak cepat terkelupas, kondisi seperti ini harus terus dijaga agar mutu produk tetap terjamin. Lafiau mempunyai fasilitas pembuatan aqua demineralisata dan fasilitas pengolahan limbah untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Lafiau juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk pengujian dan analisis produk.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
32
3.5.3 Sarana gudang Lafiau
mempunyai
bangunan
yang
digunakan
sebagai
tempat
penyimpanan atau gudang. Bangunan pertama digunakan sebagai gudang penyaluran dan gudang perbekalan kesehatan, bangunan kedua digunakan sebagai gudang bahan baku dan obat jadi yang dipisahkan oleh dinding, gudang ini dilengkapi dengan humidifier yang berfungsi menyerap kelembaban udara dalam ruangan. Untuk obat-obat jenis narkotika dan sediaan steril disimpan dalam ruangan tersendiri, gudang juga dilengkapi lemari es untuk menyimpan obat-obat yang tidak stabil pada suhu kamar/harus disimpan pada suhu dingin (serum). Pada gudang terdapat alat ultrasonik yang digunakan sebagai antiserangga.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB IV KEGIATAN LEMBAGA FARMASI
4.1 Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan Pengadaan perbekalan kesehatan yang mengacu kepada Program Kerja. Dinas Kesehatan Angkatan Udara (Diskesau) dan Pusat Kesehatan Angkatan Udara (Puskesau), diajukan oleh Kalafiau kepada Kepala Dinas Kesehatan Angkatan Udara (Kadiskesau) dengan pertimbangan seperti rencana produksi satu tahun anggaran, persediaan perbekalan kesehatan dan kebutuhan satuan kerja. Usulan dari Kalafiau akan dipertimbangkan dan dievaluasi lebih lanjut sesuai dengan kebijaksanaan dan anggaran dari Diskesau. Setelah melalui proses evaluasi, usulan pengadaan perbekalan Angkatan Udara (Disadaau) oleh Diskesau. Disadaau akan mengadakan tender untuk mencari rekanan yang dapat memenuhi barang-barang yang diusulkan. Rekanan yang
dicari
harus
memenuhi
kualifikasi
tertentu
dan
diutamakan
penanggungjawab rekanan tersebut adalah seorang militer untuk memudahkan semua urusan. Setelah pemenang tender ditentukan, maka dilaksanakan pengadaan barang oleh rekanan menurut kontrak jual beli. Kontrak jual beli tersebut dapat digunakan untuk mengirimkan perbekalan farmasi. 4.2 Unit Pergudangan Gupusfi atau Gudang Pusat Farmasi merupakan pembantu pelaksana Kalafiau yang bertugas menerima, menyimpan, memelihara dan mengeluarkan serta menghapus perbekalan kesehatan yang ada di Lafiau. Gupusfi dipimpin oleh kepala gudang yang tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafiau. Kepala gudang
33
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
34
dibantu oleh unit gudang transit, unit gudang obat jadi dan bahan baku, unit gudang peralatan kesehatan dan unit gudang penyaluran. Bangunan gudang terdiri dari empat unit gedung, denah gudang dapat dilihat pada lampiran 4.3 Gudang transit (Gutrans) Bekal kesehatan yang dikirim dari rekanan ke Lafiau akan diterima di gudang transit untuk dikarantina menunggu pemeriksaan dari panitia penerimaan barang selesai. Untuk bahan baku atau obat jadi yang diberi label kuning (karantina) menandakan bahwa obat jadi atau bahan baku tersebut masih dalam uji pemeriksaan laboratorium Ujibang. 4.4 Gudang bahan jadi dan bahan baku (Guhanjabaku) Obat jadi atau bahan baku yang telah diberi label hijau (diluluskan) menandakan bahwa barang tersebut sudah boleh disimpan pada tempatnya yaitu gudang bahan baku, obat jadi dan embalage, sementara untuk label merah (ditolak) menandakan bahwa barang tersebut ditolak karena hasil pemeriksaan laboratorium tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Bahan baku yang dalam penyimpanannya membutuhkan kondisi khusus maka harus segera disimpan dalam gudang bahan baku, obat jadi dan embalage yang sudah dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban udara. Setelah barang dinyatakan memenuhi syarat yang ditandai dengan dikeluarkannya berita acara oleh panitia penerima barang, maka barang dipindahkan ke gudang bahan baku, obat jadi dan embalage. Barang yang masuk disusun berdasarkan fungsi terapi atau farmakologi dan alfabetis. Jumlahnya dicatat dalam kartu stok barang yang terdapat dimasing-masing gudang. Kartu stok harus dipisahkan untuk tiap jenis barang.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
35
Penyusunan barang digudang menggunakan sistem First In First Out (FIFO)
dengan
memperhatikan
waktu
masuknya
barang
dan
tanggal
kadaluarsanya sehingga memungkinkan barang yang masuk lebih awal akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sehingga dapat dicegah rusaknya barang akibat penyimpanan terlalu lama. Sedangkan untuk barang-barang yang waktu kadaluarsanya singkat disusun menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO). 4.5 Gudang Peralatan Kesehatan (Gupalkes) Gupalkes di Lafiau merupakan salah satu gudang yang kedudukannya berada di bawah bagian pergudangan Lafiau. Kegiatan penyimpanan dan pengendalian peralatan kesehatan merupakan kelanjutan dari kegiatan penerimaan peralatan kesehatan. Tujuan penyimpanan dan pengendalian peralatan kesehatan ini adalah untuk memelihara mutu, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan serta menjaga keseimbangan antara persediaan dan penggunaan peralatan kesehatan. Bekkes yang termasuk dalam kategori peralatan kesehatan adalah barang, instrumen atau alat yang digunakan dalam pemeliharaan dan peralatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan dan pencegahan penyakit, kelainan badan atau gejala yang terjadi pada manusia, dan tidak termasuk dalam golongan obat. 4.6 Gudang penyaluran (Gulur) Pengeluaran barang dari Gupalkes atau Guhanjabaku dan embalage dilakukan di Gulur setelah ada SPPB dari Kadiskesau kepada Kalafiau yang disertai dengan bentuk 051. Bentuk 051 berisi tentang barang yang dibutuhkan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
36
oleh Satker. Bentuk 051 haruslah dipisahkan untuk setiap Satker dan dibuat rangkap delapan untuk arsip Gupalkes, arsip Guhanjabaku dan embalage, arsip Gulur, arsip Suburminbekkes sebelum bekkes dikirim, arsip Matfaskesau sebelum bekkes dikirim, dan 3 rangkap dikirim bersama dengan bekkes dengan rincian yaitu setelah ditandatangani penerima 1 rangkap arsip penerima, 1 rangkap dikirm ke Matfaskesau sebagi bukti bekkes telah diterima, dan 1 rangkap dikirim kembali ke Suburminbekkes Lafiau sebagai bukti bekkes telah diterima. Berdasarkan bentuk 051, barang dikeluarkan dari Guhanjabaku dan embalage, serta Gupalkes sebelum dikirim ke Satker akan disimpan di Gulur. Di Gulur ini barang akan dikemas dan didistribusikan untuk Satker di seluruh Indonesia. Untuk Satker di Pulau Jawa pengirimannya dapat menggunakan jasa angkutan darat sedangkan untuk Satker di luar Pulau Jawa pengirimannya menggunakan armada udara milik Angkatan Udara. Kalafiau dapat mengeluarkan SPPB kepada Ka Unit Pergudangan setelah menerima SPL dan bentuk 051 dari Kadiskesau. SPL mempunyai 2 jenis yaitu Log A untuk obat-obatan dan Log B untuk peralatan kesehatan. Tahap-tahap penyaluran Material Kesehatan : i) Material Kesehatan diturunkan dari rak penyimpanan dan dicek sesuai bentuk 40501 menyangkut jumlah dan nomor kodefikasinya. ii) Material Kesehatan tersebut dikirimkan ke Gudang penyaluran oleh petugas gudang penyimpanan dan diserahterimakan dengan petugas gudang penyaluran sambil mengecek kembali jumlah dan nomor kodefikasinya.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
37
iii) Material Kesehatan beserta daftar koli dimasukkan ke dalam kantong plastk dan disegel, kemudian dimasukkan dalam dus ditutup, dilakban dan diberi plat ezer. Material Kesehatan siap dikirim ke tempat tujuan melalui darat dan udara. 4.6.1 Penerimaan Anggota KPB berasal dari unit gudang, unit produksi dan unit litbang. Panitia ini bertanggungjawab kepada Kadiskesau dan dibentuk setahun sekali. Perbekalan kesehatan yang dikirimkan ke Lafiau diterima oleh Panitia Penerimaan Barang (PPB). Semua barang yang diterima oleh Lafiau harus diperiksa, dan selama menunggu pemeriksaan, barang-barang tersebut diletakkan dalam gudang transit. Gudang transit merupakan gudang penerimaan barang sebelum diperiksa dan berfungsi sebagai gudang karantina. Sebelum diuji barang diberi label berwarna kuning atau label “karantina”, yang berisi: nama barang, jumlah, nomor batch/ nomor order, tanggal diterima, unit penerimaan, dan tanda tangan penerima. Semua barang tersebut akan diperiksa oleh Komite Penerimaan Barang (KPB). KPB anggotanya ditunjuk oleh Kalafiau dan diangkat oleh Kadiskesau. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi spesifikasi barang, jumlah, ukuran dan bentuk. Komite Penerimaan Barang bertugas memeriksa perbekalan farmasi sesuai standar kefarmasian dan surat Perjanjian Jual Beli (SPJB). Pengujian dilakukan di laboratorium, barang yang diterima juga dicocokkan dengan surat pengantar barang dan surat pesanan. Setelah semua perbekalan kesehatan diperiksa dan telah memenuhi spesifikasi sesuai dengan perjanjian, PPB akan mengeluarkan berita acara sebagai bukti penerimaan barang dan sebagai dokumen untuk mencairkan dana bagi rekanan. Berita acara penerimaan barang akan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
38
ditandatangani oleh PPB, Kepala Gudang dan diketahui oleh Kalafiau. Barang yang diterima lolos uji/memenuhi kriteria, diberi label “Diluluskan” yang berwarna hijau, label tersebut berisi: nama barang, tanggal diterima, jumlah, pembuat/penyalur, nomor batch asal, dan data yang diisi oleh petugas unit uji coba. Data tersebut berisi tanggal uji, nomor lot, tanda tangan, dan tanggal berlaku. Barang tersebut akan disimpan di gudang sesuai dengan spesifikasinya. Barang yang berupa obat jadi, bahan baku dan embalage akan disimpan di gudang alat kesehatan. Barang yang tidak memenuhi kriteria diberi label “Ditolak” berwarna merah, berisi nama barang, jumlah, nomor batch/nomor order, tanggal diterima, dan tanda tangan unit uji coba. Barang yang ditolak akan ditempatkan tersendiri dan unit uji coba akan membuat surat penolakkan kepada pemasok dengan menyebutkan alasan penolakkan. Contoh berita acara penerimaan barang dan label dapat dilihat pada lampiran 4.6.2 Penyimpanan Penyimpanan mencakup kegiatan penyusunan, pengawetan, dan pengadministrasian materiil secara tertib dan teratur sesuai dengan sifat fisika, kimia, dan biologi dari bekal kesehatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan pergudangan. Sasaran penyimpanan adalah materiil dapat disimpan dan dipelihara dengan baik sehingga memudahkan dalam pemeliharaan, pengawasan yang baik secara fisik maupun administratif. Penyimpanan barang menggunakan sistem FIFO (First In First Out) sesuai dengan sifat dan klasifikasi barang. Barang yang disimpan diatur dengan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
39
kodifikasi meliputi jenis barang, alfabetis, sehingga memudahkan dalam pengambilan dan menghindari kekeliruan pengambilan barang. Barang yang mudah terbakar disimpan di gudang tahan api yang letaknya terpisah dari gudang bahan baku/obat jadi/embalage. Penyimpanan bahan baku berdasarkan perbedaan konsistensi, bahan padat dan kering terpisah dari bahan cair. Peralatan kesehatan (palkes) disimpan di gudang Palkes berdasar urutan barang yang akan disalurkan ke satker di seluruh Indonesia. Obat jadi golongan narkotika disimpan di lemari khusus yang dilengkapi kunci sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Obat jadi dan bahan baku yang memelukan suhu kelembaban terkendali seperti cairan infus dan cangkang kapsul, disimpan di ruang khusus yang dilengkapi dengan AC. Beberapa obat injeksi yang memerlukan suhu penyimpanan yang rendah disimpan di lamari es. 4.6.3 Distribusi Distribusi bekal kesehatan keseluruh jajaran satker kesehatan Angkatan Udara diseluruh Indonesia dilakukan oleh bagian Gupusfi yang meliputi rumah sakit, seksi kesehatan, Lakespra dan Lakesgilut. Dasar dalam penyaluran perbekalan farmasi adalah surat perintah logistik (SPL) dalam bentuk 051 oleh Kadiskesau kepada Kalafiau yang kemudian dikeluarkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB). Sedangkan administrasinya dilakukan oleh bagian Minbekkes untuk diteruskan ke bagian produksi dan pergudangan. Bentuk 051 dibuat rangkap 7, yang berisikan tentang penjabaran atau rincian SPL, 1 lembar untuk Minbekkes, 3 lembar untuk pergudangan, 3 lembar untuk penerima atau
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
40
satker, 1 lembar sebagai arsip,1 lembar dikirim lagi ke Minbekkes dan 1 lembar dikirim ke Diskesau. Kegiatan pengeluaran barang terbagi dalam 2 kegiatan yaitu: 4.6.3.1 Rutin Pendistribusian rutin dilakukan alokasi kebutuhan 6 bulan sekali. Satker mengajukan kebutuhan dan sisa persediaan ke Diskesau, Diskesau lalu akan menunjuk Matfaskes untuk mengeluarkan rencana surat perintah logistik (RSPL) ke Minbekkes. Minbekkes akan mencocokkan dengan kartu stok dan melaporkan ke Diskesau, sebagai acuan SPL. Dengan SPL, Kalafiau mengeluarkan surat perintah pengeluaran (SPPB) ke gudang. Penyaluran barang dari gudang dari gudang penyaluran menggunakan jalur darat dan udara. Penyaluran dilakukan pada : semester I pada bulan Januari dan semester II pada bulan Juni. 4.6.3.2 Non rutin Pengeluaran non rutin (Suplisi) adalah pengeluaran barang yang dilakukan mendadak, diluar SPL seperti bencana alam, bakti sosial, dan operasi militer. Pengeluaran suplisi dilakukan dengan menggunakan bon sementara yang disetujui oleh Kalafiau kepada unit pergudangan. Pengeluaran bahan baku berdasarkan atas Surat Perintah Produksi (SPP) dari Kalafiau, ke bagian produksi, dan mengajukan permintaan bahan baku ke Diskesau. Diskesau akan mengeluarkan SPL bahan baku produksi dan embalage ke bagian produksi. Setelah itu, berdasarkan SP3 produksi dilaksanakan.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
41
4.6.4 Penghapusan Penghapusan materiil kesehatan adalah usaha untuk membebaskan bendaharawan materiil dari tuntutan pertanggungjawaban materiil yang berkaitan dengan administrasi perbendaharaan berdasarkan ketentuan yang berlaku serta memanfaatkan materiil tersebut dalam bentuk lain. Materiil kesehatan yang akan dihapuskan harus memenuhi kriteria: barang yang dinyatakan tercela; rusak/tidak dapat diperbaiki lagi, rusak atau masih dapat diperbaiki namun tidak ekonomis, berbahaya jika disimpan lama, kadaluarsa, berlebih, tidak dapat digunakan karena alasan tertentu. Sedangkan barang yang dinyatakan sah untuk dihapuskan, apabila: telah dikeluarkan surat keputusan
penghapusan,
telah
penghapusan,
berita
acara
bendaharawan
dan
ordonatur,
diterbitkan
penghapusan telah
surat yang
dikeluarkan
perintah
pelaksanaan
ditandatangani dari
buku
panitia inventaris
/perbendaharaan. 4.6.5 Pelaporan Laporan persediaan barang dilakukan oleh bagian administrasi Perbekalan Kesehatan (Minbekkes). Pertanggungjawaban persediaan barang ini dilaporkan tiap satu bulan dan triwulan. Laporan satu bulanan berisi : nomor, kode, nama, satuan, jumlah (baik/rusak), tanggal kadaluarsa, sedangkan laporan triwulan berisi: nomor, tujuan, harga (alkes/obat), jumlah, tanggal SPL, No. Reg, jumlah item, jumlah berat, jumlah isi dan keterangan. Bagian Minbekkes akan memasukkan data barang yang diterima ke dalam kartu stok sesuai dengan berita acara. Laporan barang dilaporkan ke Diskesau setiap bulan dan tiga bulan. Laporan ini meliputi jumlah dan keadaan fisik barang yang tersisa dan barang-
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
42
barang yang mendekati ED. Laporan satu bulanan berisi : kode, nama, satuan, jumlah (baik/rusak), tanggal kadaluarsa, sedangkan laporan triwulan berisi : nomor, tujuan, harga (alkes/obat), jumlah, tanggal SPL, No.Reg., jumlah item, jumlah berat, jumlah isi dan keterangan. Laporan ini juga berguna untuk mengontrol jumlah barang dan keperluan atau alokasi setiap semester. Stok opname dilakukan tiap akhir semester. Perbekalan kesehatan yang diterima dari Diskesau atau Puskes Angkatan Udara maupun hasil produksi Lafiau selanjutnya di simpan di gudang untuk di alokasikan ke satker-satker AU seluruh Indonesia. 4.7 Unit Produksi Lembaga Farmasi Angkatan Udara 4.7.1 Tata Letak dan Klasifikasi Ruang Produksi Gedung produksi Lafiau terdiri dari dua bagian, yaitu bagian produksi obat beta laktam dan non beta laktam. Ruang-ruang produksi terpisah satu sama lain sesuai dengan jenis produksi. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi antara produk yang satu dengan produk yang lain. Ruangan dirancang berurutan sesuai dengan urutan proses produksi. Denah ruang produksi beta laktam dan non beta laktam dapat dilihat pada bagian lampiran. Berdasarkan tingkat kebersihan ruangan, ruang produksi Lafiau dibagi menjadi dua kelas, yaitu: 1) Black area (daerah hitam/kelas IV) Daerah ini meliputi kamar ganti pakaian, toilet, kamar mandi, ruang pengemasan, ruang pencetakan nomor batch, ruang mesin cuci botol, ruang administrasi produksi, ruang istirahat, dan gudang produksi.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
43
2) Grey area (daerah abu-abu/kelas III) Daerah ini meliputi ruang pengolahan dan pengemasan obat non steril, ruang timbang, pembuatan dan pencampuran sirup dan salep/krim, ruang pencampuran, pembuatan granul, pencetakan tablet, pengisian kapsul, ruang in process control, penyalutan, stripping, dan ruang penyimpanan obat setengah jadi. Pakaian yang digunakan di daerah ini adalah pakaian khusus produksi yang terbuat dari bahan dengan serat yang tidak mudah lepas dan dilengkapi dengan sarung tangan, penutup kepala, serta penutup hidung dan mulut. 4.7.2 Produksi Obat Produksi di Lafiau dilakukan berdasarkan adanya Surat Perintah Produksi (SPP) yang dilakukan oleh Kadiskesau kepada Kalafiau kemudian Kalafiau mengeluarkan SP3 kepada Kabagprod dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kaunit (Kepala Unit) berdasarkan Surat Perintah Kerja. 1. Sub Unit Produksi Tablet Unit produksi tablet bertanggung jawab dalam memproduksi tablet dan kaplet baik antibiotik maupun non antibiotik. Kegiatan produksi tablet yang dilakukan dimulai dengan penimbangan bahan baku yang dinyatakan telah memenuhi syarat oleh unit uji coba. Bahan baku tersebut meliputi : bahan aktif, fase dalam dan fase luar, selanjutnya dilakukan pencampuran bahan aktif dan fase dalam. Sebelum digranulasi, diperiksa dulu oleh unit uji coba untuk mengetahui apakah pencampuran sudah homogen. Granul yang diperoleh dari proses granulasi basah dikeringkan, dilakukan pengujian kadar air oleh unit uji coba. Granul yang lulus pemeriksaan dicampur dengan fase luar dan dicetak menjadi tablet
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
44
dan mengalami proses “coating” untuk tablet salut sebelum dikemas. Setelah proses pencetakan, tablet diperiksa secara fisik (bentuk, bau, warna, keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, dan disolusi) dan secara kimia. Metode yang banyak dipakai untuk produksi tablet non beta laktam adalah granulasi basah, selain itu metode cetak langsung juga dilakukan. Untuk produksi tablet beta laktam, metode yang dipakai adalah granulasi kering dan cetak langsung. Jika tablet yang dicetak telah memenuhi persyaratan, maka produksi tablet dapat terus berjalan dan jika tidak memenuhi persyaratan, maka produksi dihentikan. Sisa sampel di simpan untuk sampel pertinggal. Hasil pengujian selama proses dan akhir akan dibuat catatan pengujian kemudian dikirimkan ke Kabagprod (Kepala Bagian Produksi). Produk-produk yang diproduksi oleh unit produksi tablet Lafiau antara lain tablet Ampisilin 500mg, Amokisilin 500mg, Antalgin 500mg, Antiflu, Asetilet 81mg,
Aupirin 200mg,
Baktrim AU, CTM, Deksametason 0,5mg,
Dekstometorphan HBr, Energic C, INH Plus 100mg, Lactas Calcicus 500mg, Magtacida HCl 400mg, Paracetamol 500mg, Prednison, Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin B kompleks, Vitamin C. Alur produksi tablet dapat dilihat pada bagian lampiran. 2. Sub Unit Produksi Kapsul Unit produksi kapsul bertanggungjawab dalam memproduksi kapsul, tablet atau kaplet antibiotik dan non antibiotik serta sirup kering antibiotik. Kegiatan produksi kapsul dimulai dengan penimbangan bahan baku, diayak dan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
45
dicampurkan. Selanjutnya dilakukan pengisian kapsul lalu dikemas. Pada setiap tahap mulai dari tahap pencampuran sampai tahap pengemasan dilakukan pengemasan mutu oleh unit uji coba Produk-produk kapsul yang diproduksi oleh unit produksi kapsul Lafiau antara lain Afostan 250mg, Amoxicillin 250mg, Aurobion, Chloramphenicol 250mg, Tetrasiklin 250mg. Alur produksi kapsul dapat dilihat pada bagian lampiran. 3. Sub Unit Produksi Khusus Unit produksi khusus Lafiau memproduksi sediaan cair baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar, sediaan semisolid (salep/krim), dan pengolahan air demineralisata. Proses produksi sirup Produksi sirup dimulai dengan penimbangan bahan baku meliputi bahan aktif, bahan pembantu dan bahan sirup simpleks. Bahan aktif dan bahan pembantu dilarutkan, sementara sirup simpleks disaring, larutan bahan aktif dan sirup simpleks dicampur, larutan hasil pencampuran diuji kadar, viskositas, pH dan berat jenisnya oleh unit uji coba. Bila kadarnya tidak sesuai maka dilakukan penambahan aktif atau dilakukan pengenceran. Jika kadarnya sudah sesuai maka dilakukan penyaringan. Larutan jernih hasil penyaringan diisi ke dalam botol yang sudah dicuci. Botol yang telah diisi larutan disortir dan diberi etiket. Proses produksi salep Proses pembuatan salep dimulai dengan penimbangan bahan aktif, basis salep dan bahan pembantu. Basis salep dan bahan pembantu dilebur dan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
46
dicampur dengan bahan aktif, hasil pencampuran diuji kadar, homogenitas dan konsistensi oleh unit uji coba. Setelah hasil pengujian dilakukan pengisian dan penutupan tube, penyortiran dan pemberian etiket. Proses produksi krim Proses pembuatan krim dimulai dengan penimbangan bahan baku, basis dilebur dan dicampur dengan bahan penolong sebelum membeku dan diuji homogenitasnya selanjutnya basis dicampur dalam bahan aktif. Setelah itu dilakukan pengujian kembali yang meliputi homogenitas, kadar dan konsistensi. Setelah hasil pengujian memenuhi syarat maka dilakukan penutupan tube dan pengemasan. Proses pembuatan aqua demineralisata (aqua DM) Lafiau mendapatkan air demineralisata dengan cara memproduksi dan mengolahnya sendiri. Sumber air yang digunakan untuk membuat aqua DM berasal dari sumur artesis. Dalam mencukupi kebutuhan aqua DM untuk proses produksi dan pemeriksaan laboratorium maka dilakukan proses pengolahan air. Air artesis disaring terlebih dahulu dan dialirkan ke ”Multi Sorb” yang merupakan penyaringan zat secara mekanik termasuk dapat menyaring besi, kemudian air dialirkan ke penukar ion positif dan penukar ion negatif. Setelah itu air dididihkan dan dapat digunakan untuk proses produksi. Reaksi yang terjadi adalah resin, sebagi contoh Mg2+ sebagai kation dan SO42- sebagai anion. Proses reaksinya adalah sebagai berikut : Kation
Mg2+ + Resin
Mg-Resin + 2H+
Anion
SO42- + Resin
Resin-SO4 + 2OH-
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
47
Aqua DM berasal dari air bersih yang diproses lebih lanjut dengan menggunakan resin penukar ion (ion menjadi lebih sedikit). Parameter mutu air yang dapat diperiksa disini adalah kejarnihan, bau, rasa, warna, pH serta kandungan ion. Air yang telah diolah harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna serta pH sekitar 6-7. Air yang telah diolah selanjutnya dididihkan jika langsung dipakai dalam proses produksi. 4.7.3 Produk Unit Produksi Khusus Obat-obatan yang diproduksi oleh unit produksi khusus, adalah sebagai berikut : Sirup Difenhidramin-DMP , Salep Terra-cord, Sirup DifenhidraminExp, Salep Tetrasiklin, Sirup Prometazin, Krim prometazin, Tetes telinga Klorampenikol, Sirup Deflugen, Larutan antiseptik Lafiodin dan Salep Klorampenikol Jenis produk yang diproduksi oleh unit produksi khusus Lafiau adalah : a.
Cairan
:
Deflugen,
Diphenhidramin
DMP,
Diphenhidramin
Exp,
Paracetamol, Prometazin, Hawk 2000 (minuman kesehatan), Lafiodin, Rivanol (untuk pemakaian luar). b.
Salep/krim : Chloramphenicol, Prometazin, Terracort, Tetrasiklin dan Chloramfecort.
c.
Tetes telinga : Chloramphenicol tetes.
4.7.4 Unit Pemeriksaan In Process Control dan Pengujian Obat Jadi Pemeriksaan in process control (IPC) dan pengujian obat jadi dilakukan pada bentuk sediaan tablet, kapsul, sirup, dan salep.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
48
a
Sediaan Tablet Pemeriksaan tablet pada saat IPC dilakukan terhadap granul meliputi pemeriksaan kadar air dan zat aktifnya. Setelah proses pencetakan, tablet diperiksa secara fisik (bentuk, bau, warna, keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, disolusi) dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat berkhasiat secara kuantitatif).
b
Sediaan Kapsul Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan meliputi pemeriksaan kadar zat aktifnya. Kapsul diperiksa secara fisik (keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi) dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat aktif secara kuantitatif). Selama proses pengisian ke dalam kapsul, beberapa sampel diambil untuk dilakukan pengujian keseragaman bobot setiap 15 menit sekali. Jika ada penyimpangan selama pengisian kapsul, maka proses dihentikan dan diperbaiki. Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama dengan pengujian IPC pada pengisian kapsul.
c
Sediaan Sirup Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan meliputi pemeriksaan secara fisik (warna, bau, rasa, kejernihan, viskositas, stabilitas, pH) dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat aktif secara kuantitatif). Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama dengan pengujian pada saat IPC.
d
Sediaan Salep
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
49
Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan meliputi pemeriksaan secara fisik (warna, bau, homogenitas) dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat aktif secara kuantitatif). Pada saat pengisian salep, pemeriksaan dilakukan terhadap bobot rata-rata isi tube dan kadarnya. Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama dengan pengujian pada saat IPC. Alur kerja bagian pengawasan mutu dan contoh catatan pengujian obat dapat dilihat pada bagian lampiran. 4.7.5 Pengemasan Proses pengemasan sediaan obat di Lafiau sebagai berikut: i. Tablet, tablet salut, dan kapsul Pengemasan dilakukan dengan cara stripping kemudian sejumlah tertentu dimasukkan ke dalam dus disertai brosur dan dikemas dalam kotak karton. Untuk tablet-tablet tertentu dikemas ke dalam kantong plastik kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik. ii. Salep Salep dikemas dalam tube kemudian tube yang telah diberi nomor batch dimasukkan ke dalam kardus disertai brosur. Sejumlah kardus tertentu dikemas dalam kotak karton. iii. Sirup Botol-botol sirup diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kardus. Untuk semua jenis obat yang telah dikemas baik berupa tablet, kapsul, salep, dan sirup dilakukan pemeriksaan secara manual terhadap kemasan obat untuk melihat apakah terdapat kerusakan pada kemasan.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
50
4.7.6 Pengujian Sampel Pertinggal Sampel pertinggal yang disimpan adalah obat jadi yang telah dikemas. Sampel disimpan lengkap dengan etiket yang memuat nama sampel, nomor batch, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa. Sampel disimpan selama lima tahun dan jika ada keluhan dari konsumen, maka dilakukan pengujian terhadap sampel tersebut. Setelah lima tahun, sampel pertinggal dapat dimusnahkan. 4.7.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu terhadap obat jadi, bahan baku, dan embalage di Lafiau dilakukan dalam suatu laboratorium yang sama. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, maka dibutuhkan pengujian yang dilakukan mulai bahan baku diterima sampai obat jadi yang siap untuk di distribusikan. 4.7.8 Sanitasi dan Higiene Lafiau memiliki sarana pengolahan limbah, baik untuk limbah padat berupa debu-debu yang tersebar di daerah produksi maupun limbah cair dari pencucian peralatan. a. Pengolahan Limbah Padat Pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector untuk debu-debu yang tersebar di ruang produksi yang ditempatkan di atas ruangan, vacum cleaner untuk debu-debu yang berserakan pada peralatan dan lantai. b. Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah cair terdiri dari proses destruksi, penetralan, pengendapan, dan aerasi di dalam beberapa kolam yang saling berhubungan satu sama lain berdasarkan proses pengolahan. Proses pengolahan limbah beta dan non beta laktam yaitu :
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
51
1) Limbah dari produksi obat beta laktam dialirkan ke kolam pertama, kemudian ditambahkan asam/basa kuat untuk memecah cincin beta laktam. Dari kolam pertama dialirkan ke kolam kedua untuk diendapkan. 2) Cairan dari limbah kolam kedua dialirkan ke kolam ketiga. Limbah dari produksi obat non beta laktam masuk ke kolam ketiga sehingga terjadi pencampuran. Kemudian dilakukan penetralan (pH=7 namun jika terlalu asam ditambahkan NaOH dan jika terlalu basa ditambahkan HCl) dan pengenceran dengan penambahan air. 3) Limbah dari kolam ketiga dialirkan ke kolam keempat untuk proses pengendapan kedua. 4) Cairan dari limbah kolam keempat dialirkan ke kolam kelima dimana terjadi proses aerasi, yaitu penambahan oksigen yang bertujuan untuk menurunkan biologycal oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) dari limbah tersebut. Air kolam kemudian diuji di laboratorium untuk penentuan nilai BOD, COD, dan kadar ion. Persyaratan kualitas limbah yang diperbolehkan untuk di buang ke lingkungan: COD <100 mg/l, BOD <75 mg/l, Suspended Solid <60 mg/l 5) Limbah dari kolam kelima dialirkan ke kolam keenam yang merupakan kolam kontrol. Sebagai kontrol digunakan ikan sebagai bio indicator, apabila air pada kolam memenuhi persyaratan, maka akan dialirkan ke pembuangan umum. Denah bak pengolahan air limbah dapat dilihat pada bagian lampiran. Untuk pengolahan limbah laboratorium pada dasarnya sama dengan pengolahan
limbah
produksi.
Untuk
limbah
yang
mengandung
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
52
mikroorganisme terlebih dahulu harus didestruksi dengan tujuan untuk mematikan mikroorganisme tersebut. Penanganan limbah berada pada wewenang dan tanggung jawab Kepala Unit Produksi Khusus. 4.8 Produk Obat-obatan yang telah diproduksi oleh Lafiau hingga saat ini antara lain sebagai berikut : a. Kaplet dan Tablet Antibiotik : kaplet Amoxicillin, kaplet Rifampisin, tablet Bactrim AU dan tablet Sefadroksil. b. Kaplet dan Tablet Non Antibiotik : kaplet Afostan , tablet Antalgin, tablet Antiflu, tablet Asetilet, tablet CTM, tablet Vitamin B-12, tablet B-kompleks, tablet Dekstrometorphan, kaplet Energic-C, tablet INH Plus, tablet Vitamin C, tablet Prednison, dan lain-lain. c. Kapsul antibiotik : kapsul Amoxicillin, kapsul Erytromisin, dan kapsul Chloramphenicol. d. Kapsul non antibiotik : kapsul Afostan. e. Sediaan khusus : salep kulit Chloramfenicol, salep detoksimetason, salep ketokonazol, salep kulit Terracort dan krim Tetrasiklin. f. Sedian cair : sirup Deflugen, sirup Difenhidramin-DMP, sirup Difenhidramin Exp, Lactas Calcicus, sirup Chloramphenicol, tetes telinga Chloramphenicol, larutan antiseptik Lafiodine, minuman kesehatan Hawk 2000, sirup kering Amoxicillin.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB V KEGIATAN KERJA PRAKTEK PROFESI APOTEKER DILEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA Praktek Kerja Profesi (PKP) yang diselenggarakan di Lembaga Farmasi Angkatan Udara (Lafiau) berlangsung mulai 4 Februari 2008 – 29 Februari 2008. Pihak Lafiau telah banyak melakukan hal untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta kerja praktek mengenai industri farmasi antara lain dengan melibatkan peserta kerja praktek dalampelaksanaan dan pemantauan proses produksi, kegiatan pengawasan mutu, pengembangan formula dan perbekalan kesehatan serta diskusi mengenai CPOB dan industri farmasi secara keseluruhan dan khususnya di Lafiau. Dalam kerja praktek ini, peserta diberi kesempatan untuk mengetahui dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang didapat dalam kegiatan kerja di Lafiau. Berikut ini adalah berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama masa kerja praktek di Lafiau bedasarkan bidang kegiatannya : 5.1 Bagian Pengujian Dan Pengembangan (Ujibang) Bagian pengujian dan pengembangan Lafiau memiliki 3 unit yaitu unit uji coba, unit penelitian dan pengembangan (litbang) serta unit pendidikan dan pelatihan (diklat). Kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek dibagian ujibang adalah : 5.1.1 Pengenalan Bagian Pengujian dan Pengembangan Unit uji coba bertugas melakukan pengawasan mutu terhadap bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Unit penelitian dan pengembangan bertugas melakukan riset dan pengembangan terhadap produk
53
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
54
obat yang telah atau akan dibuat oleh Lafiau. Unit pendidikan dan pelatihan bertugas mengatur pendidikan dan pelatihan terhadap anggota Lafiau dan pelajar atau pun mahasiswa yang sedang PKL di Lafiau. Ruangan kerja bagian pengujian dan pengembangan meliputi kantor, ruang timbang, ruang R&D, ruang pereaksi, ruang sampel pertinggal, ruang instrumen, serta laboratorium pengujian kimia dan mikrobiologi. Bagian ujibang memiliki peralatan analitik yang cukup lengkap diantaranya timbangan, pH meter, alat pengukur Viskositas, alat uji kekerasan tablet digital, alat uji waktu hancur, alat uji disolusi, alat pengukur aliran granul, spektrofotometri UV-sinar tampak, KCKT, dan lain-lain. 5.1.2 Pengembangan Formula Granul Effervescent Pada pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pengembangan formula granul effervescent. Hal ini dilakukan sebagai salah satu program kerja dari unit penelitian dan pengembangan, kemudian diteruskan di ruangan produksi untuk skala yang lebih besar. 5.2 Bagian Gudang Pusat Farmasi Gudang pusat farmasi bertugas menerima, menyimpan, memelihara dan mengeluarkan serta menghapuskan perbekalan kesehatan yang ada di Lafiau. Gupusfi memeliki empat unit gudang yaitu : unit gudan transit, unit gudang bahan jadi dan bahan baku, unit peralatan kesehatan dan unit gudan penyaluran. Gudang bahan jadi dan bahan baku terdiri atas tiga tempat penyimpanan yang berbeda suhunya, yaitu suhu kamar, suhu sejuk dan suhu dingin. Ruangan suhu kamar digunakan untuk menyimpan obat-obat yang stabil pada suhu kamar, ruangan suhu sejuk digunakan untuk menyimpan obat injeksi dan cangkang,
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
55
kapsul. Sedangkan ruangan suhu dingin digunakan untuk menyimpan vaksin dan hormon. Selain ruang penyimpanan bahan jadi, juga terdapat ruang kantor, ruang bahan baku dan ruang sampling. Gudang peralatan kesehatan terdiri atas : ruang kantor, ruang peralatan kesehatan dengan suhu kamar dan ruang peralatan kesehatan dengan suhu rendah seperti film rontgen. Gudang penyaluran terdiri atas kantor dan ruang penyimpanan barang yang akan disalurkan. Alur penerimaan barang dimulai dengan adanya barang yang dikirim oleh rekanan disertai dengan surat Surat Perjanjian Jual Beli antara Disadau dengan rekanan, surat jalan dan sertifikat analisis dari pihak rekanan. Barang diterima oleh Panitia Penerimaan Barang (PPB) yang kemudian akan memeriksa barang dan disesuaikan dengan spesifikasi yang tercantum pada SPJB. Selama pemeriksaan, barang disimpan di gudan transit dan diberi label karantina (label kuning). Setelah semua barang diperiksa dan memenuhi spesifikasi, maka PPB akan mengeluarkan berita acara penerimaan barang yang dibuat rangkap 7 dan ditanda tangani oleh Kalafiau, Ketua Panitia Penerimaan Barang dan Kagupusfi. Berdasarkan berita acara ini maka barang diizinkan masuk ke gudang penyimpanan dan diberi label hijau. Alur pengeluaran barang dimulai dengan adanya SPL dari Diskesau yang masuk ke Kalafiau dan kemudian Kalafiau mengeluarkan SPPB dan disampaikan ke gudang. Gudang akan memindahkan barang yang dimaksud ke gudang penyaluran. Gudang penyaluran akan menyusun dan memasukkan barang dalam kardus kemudian kardus tersebut diberi identitas berupa alamat tujuan, no registrasi dan nomor koli berdasarkan SPL. Untuk pengiriman dalam Pulau Jawa
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
56
digunakan jasa angkutan darat Caraka milik Angkatan Udara, sementara untuk pengiriman keluar Pulau Jawa menggunakan armada udara milik Angkatan Udara dan dilakukan dari lapangan udara Halim Perdana Kesuma. Setelah barang dikirim, gudang penyaluran akan mengirim radiogram kepada satker tempat tujuan pengiriman. Apabila selama pengangkutan terjadi kerusakan, maka barang tersebut akan dikembalikan kegupusfi kemudian dilaporkan ke Diskesau agar segera diganti. 5.3. Bagian Produksi Bagian produksi terbagi menjadi 3 unit yaitu unit tablet, unit kapsul dan unit khusus. Terdapat tiga bangunan produksi di Lafiau yaitu bangunan produksi betalaktam, non-betalaktam dan sefalosporin yang telah mendapat sertifikat CPOB dari BPOM. Kegiatan kerja praktek di bagian produksi selama lebih kurang 4 minggu. 5.3.1. Produksi Non-betalaktam Bagian produksi non-betalaktam membuat produk-produk yang tidak mengandung turuan antibiotik betalaktam yang meliputi bentuk sediaan tablet, kaplet, sirup, krim, salep dan serbuk. Bangunan produksi Lafiau ini dapat pula digunakan untuk mengerjakan produksi industri farmasi lain atau yang dikenal dengan produk maklon yang dikerjakan oleh anggota Lafiau dan bekejasama dengan personil dan industri farmasi yang terkait. Kegiatan yang dilakukan di bagian produksi non-betalaktam antara lain : a. Pengenalan Bagian Produksi Non-betalaktam Bangunan produksi non-betalaktam dikondisikan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyarata CPOB untuk ruang produksi kelas III.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
57
Lantai dan diruangan produksi kelas III sudah menggunakan epoksi sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak menyerap debu atau partikel. Sambungan antara lantai, dinding, langit-langit dan jendela serta dudukan lampu sudah dibuat tidak bersudut untuk memudahkan pembersihan dan mencegah akumulasi partikel dan mikroba pada sambungan-sambungan tersebut. Ruangan-ruangan disusun berdasarkan alur proses pembuatan, namun beberapa ruangan yang pintu masuknya harus melalui koridor yang agak memutar. Disetiap ruangan pengolahan terdapat mesin penghisap debu untuk meminimalkan debu yang ada saat proses produksi berlangsung. Ruangan-ruangan yang terdapat dalam bangunan produksi non-betalaktam antara lain : -
Loker pria dan wanita
-
Toilet dan tempat cuci tangan pria dan wanita
-
Gudang bahan baku
-
Gudang bahan pengemas
-
Ruang supervisor
-
Ruang antara / penyangga
-
Ruang IPC
-
Ruang timbang
-
Ruang super mixer
-
Ruang cetak tablet /kaplet
-
Ruang penyalutan tablet
-
Ruang produksi salep
-
Ruang produksi sirup
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
58
-
Ruang isi kapsul
-
Ruang mixer
-
Ruang isi salep dan krim
-
Ruang fluid bed drier dan oven
-
Ruang granulator
-
Ruang stripping
-
Ruang produk antara
-
Ruang produk ruahan
-
Ruang cuci alat
-
Ruang produksi larutan luar
-
Ruang hospital packing
-
Ruang pengemasan
Masing-masing ruangan memiliki pintu tersendiri. Peralatan yang terdapat dalam bangunan produksi non-betalaktam antara lain : -
Alat timbang
-
Alat pengukur kekerasan tablet/kaplet
-
Super mixer
-
Mixer
-
Granulator
-
Mesin cetak tablet/kaplet
-
Mesin pengisi kapsul
-
Dehumidifier
-
Hot sealer
-
Mesin stripping
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
59
-
Mesin pengisi salep
-
Mesin pengisi kapsul
-
Fluid bed drier
-
Oven
-
Mesin coating
-
Mesin produksi sirup
-
Deduster
-
Mesin produksi dan regenarasi aqua dm
b. Pengamatan Proses Pembuatan Sediaan Kaplet Proses pembuatan sediaan tablet/kaplet dilakukan berdasarkan catatan pengolahan bets yang telah ditetapkan oleh Kabagprod. Proses pembuatan meliputi : kegiatan penimbangan, pencampuran, pengeringan, pengayakan, pencetakan, penyalutan (bila diperlukan) dan pengemasan. Metode pembuatan yang paling sering digunakan adalah granulasi basah. Bahan baku pembuatan tablet/kaplet meliputi fasa dalam dan fasa luar yang terdiri dari bahan aktif, pengisi, pengikat, lubrican/pelincir, penghancur, pengawet, pewarna dan perasa jika diperlukan. Bahan pengikat yang biasa digunak dalam granulasi basah adalah mucilago amyli dan polivinil pirolidon atau plasdon. Pembuatan larutan pengikat dilakukan sebelum pencampuran. Larutan plasdon dibuat dengan cara melarukan plasdon dalam alkohol 96% dan di aduk sampai terbentuk larutan yang homogen. Mucilago amyli dibuat dengan cara mendispersikan amylum kedalam air bebas mineral dingin dan diaduk, sementara ditempat lain pengawet dilarutkan dalam air bebas mineral yang baru mendidih. Dispersi amylum dimasukkan kedalam larutan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
60
berisi pengawet, kemudiang diaduk dengan segera dan kuat sehingga didapatkan mucilago amyli yang homogen. Pencampuran fasa daalam yang terdiri dari bahan aktif, pengikat, pengisi, pengawet dan penghancur dilakukan dengan menggunakan mixer stokes atau super mixer disesuaikan dengan bobot massa granul yang dibuat hingga didapatkan granul yang baik. Massa granul dikeringkan dalam oven atau fluied bed drier. Pengeringan menggunakan oven memakan waktu yang lebih lama, daripada menggunakan fluied bed drier yang menggunakan prinsip adanya blower dan heater. Setelah dikeringkan dilakukan pemeriksaan kadar air. Apabila kadar air granul telah memenuhi syarat yang tertera pada catatan pengolahan bets maka proses pengeringan granul dihentikan. Granul yang telah dikeringkan kemudian diayak menggunakan granulator dengan mesh 16 agar diperoleh granul yang ukurannya seragam. Selanjutnya granul dicampur dengan fasa luar menggunakan mixer sampai homogen dan diperoleh massa tiap cetak yang kemudian dicetak menggunakan mesin cetak tablet/kaplet. Mesin cetak sebelumnya dipasang punch dan dies yang sesuai dengan bentuk sediaan (tablet/kaplet) dan bobot setiap tablet/kaplet. Pada pencetakan awal, unit uji coba akan mengambil sampel / kaplet untuk dilakukan pengujian yang meliputi keseragaman bobot, penentuan waktu hancur, abrasi/friabilitas, disolusi dan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan. Apabila sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka pencetakan akan dilanjutkan. Selama proses pencetakan tetap dilakukan IPC yang meliputi keseragaman bobot kaplet/tablet pada selang waktu pencetakan tertentu. Setelah seluruh massa
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
61
dicetak,
tablet/kaplet
dibersihkan
menggunakas
mesin
deduster
untuk
menghilangkan debu pada permukaannya. Pada beberapa tablet/kaplet dapat dilakukan proses penyalutan. Ada 2 jenis penyalutan, yaitu salut gula dan salut film. Metode penyalutan dipilih sesuai kebutuhan dan tujuan yang dikehendaki. Salut gula ditujukan untuk menutupi rasa yang tidak enak atau mencegah oksidasi bahan aktif yang rentan terhadap udara. Salut gula terdiri dari 2 tahap penyalutan yaitu penyalutan dasar dan penyalutan gula. Bahan utama penyalut gula terdiri dari pharmacoat, PEG 6000, glukosa oral, titan dioksida, pewarna, aceton dan alkohol. Berdasarkan fungsinya, salut film dapat dibedakan menjadi salut film konvensional, salut film untuk memodifikasi pelepasan obat dan salut enterik. Salut film konvensional dimaksudkan untuk meningkatkan penampilan tablet/kaplet dan meningkatkan stabilitas obat. Salut film untuk memodifikasi pelepasan obat dapat digunakan untuk pelepasan diperlama dan pelepasan ditunda. Salut enterik dimaksudkan untuk terdisolusi di usus kecil bertujuan untuk mempertahankan aktivitas obat yang tidak stabil terhadap kondisi lambung atau meminimalkan terjadinya mual atau muntah dari obat
yang merangsang iritasi lambung. Bahan yang biasa digunakan dalam
penyalut film yaitu pharmacoat, etil selulosa, PEG, tween 80, aceton, alkohol, talc, titan oksida dan pewarna. Penyalutan dilakukan hingga tablet/kaplet yang disalut memenuhi syarat bobot yang ditetapkan. Tablet/kaplet yang telah disalut kemudian ditambahkan polisingwax agar menjadi mengkilap. Proses selanjutnya adalah penyortiran. Tablet/kaplet yang telah disalut kemudian disortir untuk memisahkan antar yang rusan dan yang kondisinya baik. Hasil penyortiran (produk ruahan) kemudian dikarantina dan disimpan dalam
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
62
ruang produk ruahan sampai hasil pengujian dari unit coba dikeluar. Produk ruahan yang memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dibawah keruang pengemasan primer untuk dikemas dalam bentuk strip dan atau hospital packing. Produk ini kemudian dibawa keruang pengemasan sekunder untuk dikemas lagi dalam bentuk botol plastik dan atau kardus serta pemberian label / etiket. Pada bulan februari 2008, Lafiau melakukan produksi : Kaplet Amoxcycillin Tablet Antiflu c. Proses Produksi Salep Proses pembuatan salep dimulai penimbangan aktif, basis salep dan bahan pembantu. Basis salep dan bahan pembantu dilebur dan dicampur dengan bahan aktif, hasil pencampuran diuji kadar, homogenitas dan konsistensi oleh unit uji coba setelah hasil pengujian dilakukan pengisian dan penutupan tube, penyortiran dan pemberian etiket. Pada bulan februari 2008, Lafiau melakukan produksi Salep kloramfenikol maklon dari PT.Solas. d. Proses Produksi Sirup Produksi sirup dimulai dengan penimbangan bahan baku meliputi bahan aktif, bahan pembantu dan bahan sirupus simplex. Bahan aktif dan bahan pembantu dilarutkan, sementara sirupus simplex disaring larutan bahan aktif dan sirupus simplek di campur, larutan hasil pencampuran diuji kadar viskositas, pH dan berat jenisnya oleh unit uji coba. Bila kadarnya tidak sesuai maka dilakukan penambahan aktif atau dilakukan pengenceran. Jika kadarnya sudah sesuai maka
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
63
dilakukan penyaringan. Larutan jernih hasil penyaringan di isi kedalam botol yang sudah dicuci. Botol yang telah diisi larutan disortir dan diberi etiket . Pada bulan februari 2008, Lafiau melakukan produksi sirup difhenhidramyn HCL e. Pengamatan Proses Pembuatan Aqua demineralisata Sumber air yang digunakan untuk membuat aqua DM berasal dari sumur artesis. Pembuatan aqua demineralisata dilakukan dengan menggunakan resin penukar ion yang terdiri dari saringan luar, multisorb, penukar kation, penukar anion dan penampungan. Air dari sumur artesis dialirkan kedalam bak penampungan dibawah permukaan tanah dan tangki atas. Jika akan digunakan, air dilewatkan kedalam filter/penyaring yang berisi karbon aktif, pasir, batu koral dan ijo sehingga dihasilkan air bersih yang dapat digunakan sehari-hari seperti untuk mencuci peralatan, mencuci baju dan mandi, anggota lafiau dan lain-lain. Air bersih tersebut sudah layak untuk diminum karna sudah memenuhi persyaratan mutu air bersih yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan memiliki pH mendekati netral (pH 6-9). Air bersih dari tangki kemudian dilewatkan kedalam suatu filter (multisorb) yang berisi karbon aktif dan pasir silika yang berfungsi mengikat bau, warna dan racun yang terdapat dalam dan bahan organik. Air yang keluar dari multisorb ini diuji dahulu kadar besi, ion klorida dan bahan organiknya. Jika air telah memenuhi persyaratan yaitu kadar besi maksimal satu ppm, klorida maksimal 0,1 ppm dan bahan organik maksimal 5 ppm, sebagai kalium permanganat, maka air kemudian dilewatkan kedalam resin penukar ion. Dialirkan dari kolom penukar kation menuju kolom penukar anion. Pada saat air melewati demineralizer, semua
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
64
kandungan ion yang terlarut dalam air akan ditukar oleh resin yang ada dalam penukar kation dan anion. Apabila kolom penukar kation/anion sudah jenuh maka salurannya dibersihkan/diregenerasi terlebih dahulu menggunakan larutan asam (HCI) untuk kolom penukar kation dan larutan basa (NaOH) untuk kolom penukar anion. Air bebas mineral yang digunakan dalam proses kegiatan produksi memiliki persyaratan konduktifitas (daya hantar listrik) harus kurang dari 6 mikromhos/cm. Apabila kondisi tersebut belum tercapai, maka air yang dihasilkan harus dibuang. Setelah air memenuhi persyaratan tersebut, air ditampung. Kondisi air ini disebut sebagai air murni/air bebas mineral. Air bebas mineral selalu dibuat baru ketika ada rencana produksi obat. Dari tangki terakhir kemudian dialirkan keruang produksi, dipanaskan dan langsung dipakai untuk produksi. Air ini juga dipakai untuk pembilasan terakhir pada pencucian botol sebelum dipakai. 5.3.2 Produksi Betalaktam Bagian produksi betalaktam bertanggung jawab membuat produk-produk yang mengandung turunan antibiotik betalaktam yang meliputi bentuk sediaan kaplet,kapsul dan sirup kering. Bangunan produksi betalaktam dikondisikan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyarat CPOB untuk ruang produksi kelas III. Ruangan-ruangan disusun berdasarkan alur proses pembuatan yang terdiri dari : -
Ruang penerimaan bahan baku
-
Ruang gudang bahan baku
-
Ruang gudang kapsul
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
65
-
Ruang penimbangan dan supervisor
-
Ruang mixer
-
Ruang granulator
-
Ruang produk antara
-
Ruang cetak kaplet
-
Ruang isi kapsul
-
Ruang produk ruahan
-
Ruang pengering
-
Ruang stripping
-
Ruang sirup kering
-
Ruang hospital packing
-
Ruang simpan alat
-
Ruang cuci alat
Mesin dan alat yang terdapat diruang produksi betalaktam adalah : -
Alat timbang
-
Mixer
-
Granulator
-
Oven
-
Mesin cetak kaplet
-
Mesin isi kapsul
-
Mesin deduster
-
Mesin stripping
-
Hot sealer
-
Butch cointer
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB VI PEMBAHASAN
Lafiau merupakan sebuah Lembaga industri Farmasi Angkatan Udara yang berperan sebagai pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan TNI AU (Diskesau) yang memproduksi obat jadi. Sebagai industri farmasi, Lafiau mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan produksi obat jadi, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan lainnya dengan pengawasan kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian untuk pelaksanaan dukungan pelayanan kesehatan bagi seluruh anggota TNI AU dan keluarganya. Ditinjau dari sisi manajemen Lafiau bukan lembaga yang didirikan untuk bisnis atau mencari keuntungan (non profit), melainkan untuk memenuhi kebutuhan internal TNI AU khususnya obat-obatan dan
bekal
kesehatan
lainnya.
Meskipun
demikian
dalam
pelaksanaan
operasionalnya sebagai industri obat, Lafiau berusaha untuk menerapkan CPOB di seluruh aspek kegiatan produksi guna menjamin mutu / kualitas produk yang dihasilkan. Struktur organisasi Lafiau dibagi dalam tiga eselon, yaitu eselon pemimpin yang dijabat oleh Kalafiau, Eselon pembantu yang dijabat oleh Sesla dan Pekas, serta eselon pelaksana. eselon pelaksansa terdiri dari Bagian Produksi (Bagprod), Gudang Pusat Farmasi (Gupusfi), Bagian Pengujian dan Pengembangan (Bagujibang). Ditiap- tiap bagian eselon dipimpin oleh seorang apoteker yang berbeda- beda. Pemisahan pimpinan Bagian Produksi dan Bagian Pengujian dan Pengembangan sesuai dengan persyaratan CPOB yang mengharuskan diadakanya pemisahan antara manager produksi dan manager pengawasan mutu (QC).
66
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
67
Pengadaan bahan baku dan embalage yang dibutuhkan oleh Lafiau dilakukan oleh Disadaau dari pusat, dan bukan oleh Lafiau sendiri sehingga pihak Lafiau tidak bisa menentukan merk atau pabrik bahan baku. Pihak Lafiau hanya bisa menetapkan spesifikasi bahan baku dan kebutuhan lainnya untuk suatu produksi yang akan dilakukan oleh Lafiau tetapi pihak Disadaau yang berwenang menentukan kualitas pilihan bahan dan merk dari produsen pengirim bahan. Jika barang kebutuhan sudah diterima pihak Lafiau, maka pihak Lafiau akan mengadakan pengawasan mutu untuk bahan baku yang telah diterima untuk nantinya dapat diputuskan bahwa bahan tersebut akan diterima atau ditolak, biasanya pengawasan mutu tersebut dilakukan oleh bagian ujibang, bagian produksi dan juga bagian gudang melalui wakil-wakilnya yang tergabung dalam tim komisi pemeriksaan materiil. Peran lain yang dilakukan Lafiau adalah melaksanakan penerimaan, penyimpanan , penyaluran dan penghapusan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebijaksanaan Diskesau. Perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah sediaan farmasi hasil produksi Lafiau, sediaan obat jadi yang dibeli dari industri lain dan peralatan kesehatan yang diadakan oleh Disadaau (Dinas Pengadaan AU) melalui sistem tender. 6.1 Personalia Sumber
daya
manusia
(SDM)
yang
mempunyai
pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya dan juga memilki kesehatan mental dan fisik yang baik merupakan modal terpenting yang dimiliki oleh Lafiau. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan pegawai adalah melalui kegiatan olah raga yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
68
Secara umum, Lafiau memiliki sumber daya manusia berkualitas yang dapat mendukung tugas dan fungsi Lafiau dimana jumlah personil yang dimiliki sebanyak 61 orang, meliputi 6 orang Apoteker S2 (Manajemen, Teknologi Farmasi, Kimia Farmasi, Farmakologi), 8 orang Apoteker, 8 orang Akademi Farmasi, 9 orang Asisten Apoteker, dan 30 orang tenaga lainnya yang berlatar belakang pendidikan sekolah menengah, jumlah personil ini belum memadai untuk berlangsungnya proses produksi. Sumber daya manusia tersebut dapat benar-benar bermanfaat apabila ditempatkan sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan didukung dengan penataan organisasi yang baik. Dengan didukung 14 orang apoteker sebagai pengemban utama dalam pelayanan kesehatan maka proses pembuatan, pengadaan obat dan persediaan perbekalan kesehatan dapat terlaksana dengan baik dan profesional. Hal penting dalam penataan organisasi perusahaan farmasi adalah bahwa bagian produksi dan pengawasan mutu harus dipimpin oleh apoteker yang berbeda. Di Lafiau hal ini sudah diterapkan dimana pada Bagian Produksi dan Bagian Ujibang dipimpin oleh apoteker yang berbeda. Meskipun pada Bagian Produksi dan Bagian Ujibang di Lafiau tidak terjadi perangkapan jabatan namun ada perangkapan jabatan pada sub unit-sub unit tertentu, hal ini terjadi karena keterbatasan personil. 6.2 Bangunan dan Fasilitas Bangunan Lafiau terdiri dari bangunan produksi, pengawasan mutu, gudang, dan bangunan untuk administrasi. Lafiau memiliki tiga bangunan utama produksi yang terpisah satu sama lain dan sesuai dengan CPOB. Bangunan tersebut digunakan untuk produksi obat golongan beta laktam, non beta laktam
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
69
dan sefalosporin. Pemisahan bangunan produksi bertujuan untuk menghindari reaksi alergi, resistensi dan mencegah kontaminasi silang. Ruangan produksi baik beta laktam maupun non beta laktam terbagi menjadi dua kelas yaitu black area dan grey area. Sedangkan untuk ruangan produksi sefalosporin terbagi menjadi tiga kelas yaitu black area, grey area dan white area. Ruang kerja dibuat teratur dan logis sedemikian rupa sehingga menunjang kelancaran dan mempermudah dalam bekerja serta lalu lintas barang dan personil. Bagian dalam ruang produksi Lafiau baik dinding, langit-langit maupun lantai dibuat licin, kedap air, tidak retak, tanpa sudut dan tertutup rapat untuk mencegah pencemaran dari ruang atas. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pembersihan. Lantai bagian produksi dilapisi dengan epoksi sehingga lebih tahan goresan dan tidak mudah terkelupas. Lantai dan dinding ruang produksi terbuat dari bahan yang kedap air. Fasilitas penerangan cukup efektif dan ventilasi udara baik, ditunjang dengan adanya pengendalian udara melalui sistem AHU (Air Handling Unit), pengaturan suhu, kelembaban dan penyaring udara. Pengaturan suhu dan kelembaban diatur pada tingkat kenyamanan karyawan dengan mengatur suhu agar tidak menyebabkan karyawan kedinginan atau berkeringat secara berlebihan dalam pakaian kerjanya sehingga proses kerja tidak terganggu. Disamping faktor kenyamanan, faktor lain yang terpenting adalah diharapkan pengaturan suhu dan kelembaban tidak mempengaruhi stabilitas obat yang sedang di produksi pada saat itu. Pada ruang produksi dilakukan juga pengaturan tekanan udara. Ruangan produksi tablet beta lactam dan non beta laktam, tekanan udara pada koridor
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
70
dibuat lebih positif dibandingkan ruang produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah agar partikel atau debu dari ruang produksi tidak keluar dan langsung dapat dibersihkan dengan dust collector. Untuk ruang produksi sirup tekanan ruangan dibuat positif untuk mencegah partikel atau debu dari luar mencemari proses produksi. Pengaturan tekanan udara ini dilakukan dengan menggunakan AC dan exhaust fan serta dengan adanya ruang antara yang dirancang untuk membatasi ruangan yang memiliki tekanan berbeda. Ruangan laboratorium di Lafiau terpisah dari ruang produksi, di dalamnya dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk uji secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Meja untuk pengujian dilapisi porselen untuk memudahkan dalam proses pembersihan. Prosedur kerja setiap instrumen atau alat di letakkan dekat alat yang bersangkutan. Pereaksi yang digunakan tersusun rapi dan teratur disertai dengan label pada rak-rak yang ada di laboratorium untuk memudahkan pengambilan. Catatan pengujian yang ada di laboratorium memuat nama, nomor batch, dan jumlah yang diuji, nama petugas penguji, metode analisa, peralatan, perhitungan dan rumus, pernyataan syarat spesifikasi dan tanda tangan penguji. Catatan pengujian ini disimpan dalam bentuk dokumen selama 5 tahun. Di dalam laboratorium terdapat ruangan khusus yang digunakan sebagai ruang penyimpan contoh pertinggal dengan suhu kamar tapi tidak dilengkapi pengatur suhu. Contoh pertinggal dimaksudkan untuk pengujian ulang apabila terjadi komplain pada obat yang telah beredar. Selain bangunan produksi, gudang merupakan bangunan lain yang harus dijaga kondisinya. Gudang sebaiknya kering, tidak lembab, bebas hama dan memudahkan arus pergerakan barang dan manusia serta dijaga kebersihannya.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
71
Gudang di Lafiau memanfaatkan exhaust fan untuk menjaga aliran udara dalam gudang. Untuk mencegah masuknya hama dan serangga yang dapat menyebabkan rusaknya material yang disimpan, gudang Lafiau dilengkapi dengan pest control (ultrasonic). 6.3 Peralatan Penempatan peralatan di Lafiau disesuaikan dengan tahapan kegiatan yang dilakukan, dan jarak yang memadai untuk memudahkan kegiatan karyawan di dalamnya. Hal ini untuk menghindari adanya kontaminasi silang antar bahan di daerah yang sama. Peralatan dirawat menurut jadwal yang tepat sesuai protap yang ada. Peralatan juga dilengkapi dengan label yang menunjukkan alat tersebut siap/tidak digunakan. Disetiap alat / mesin diberi kode tertentu dan terdapat protap penggunaan yang akan memudahkan pemakaian peralatan. 6.4 Sanitasi dan Higiene Prosedur sanitasi dan higiene hendaknya selalu diterapkan dalam industri farmasi pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Lafiau sudah menerapkan prosedur sanitasi dan higiene ini dengan baik. Untuk personalia sudah diterapkan prosedur penggunaan pakaian khusus dengan penutup kepala dan sarung tangan. Selain itu, protap mengenai higiene sebelum masuk ruang produksi sudah ada dan terdokumentasi. Bangunan produksi juga dilengkapi dengan toilet, locker yang berfungsi untuk menyimpan keperluan pribadi karyawan. Kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan khususnya daerah di sekitar produksi, laboratorium dan gudang diadakan seminggu sekali setiap hari Rabu melalui program kurve yang dilakukan oleh semua personilnya.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
72
Selain itu setiap selesai produksi 1 macam obat dilakukan clearance line supaya tidak terjadi kontaminasi silang. Sistem pengolahan limbah di Lafiau dibagi menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Pengolahan limbah padat dilakukan dengan pembakaran, sedangkan untuk limbah cair terbagi menjadi dua yaitu limbah beta laktam dan non beta laktam. Pengolahan limbah cair menggunakan 6 bak yang sistem kerjanya sebagai berikut: · Bak I : untuk menampung limbah produksi beta laktam dan limbah dari laboratorium. Pada bak I ditambahkan air yang berfungsi untuk hidrolisis dan pengenceran ditambah H2SO4 pekat (40%) yang ditujukan untuk memecah cincin beta laktam sehingga menjadi tidak aktif lagi. · Bak II : dipergunakan untuk menampung residu (pengendapan) yang terbentuk dari bak I dan pengenceran dengan air. · Bak III : sebagai tempat pencampuran antara cairan dari bak II dengan limbah non beta laktam dibantu dengan mixer. Kemudian dilakukan cek pH untuk mengetahui keasaman limbah. Setelah itu dilakukan netralisasi dengan penambahan basa kuat (NaOH) dan air. Range pH yang diharapkan 5-9. · Bak IV : terjadi proses pengendapan cairan yang mengalir dari bak III. · Bak V : dipasang aerator untuk menambah mutu oksigen dalam limbah sehingga meningkatkan kemampuan bakteri aerob untuk menetralkan limbah di bak V.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
73
· Bak VI : untuk menampung cairan dari bak V, dimana dilengkapi dengan ikan mas dan ikan nila sebagai bio indicator. Serta dilakukan pemeriksaan pH, BOD, COD dan logam berat pada limbah. Apabila ikan-ikan di bak VI tidak mati maka limbah dinyatakan aman untuk dialirkan ke tempat pembuangan umum. Bila tidak lolos pemeriksaan maka diproses ulang. Untuk penanganan endapan yang terdapat di dalam bak tiap akhir periode produksi dikumpulkan, dikeringkan kemudian dibakar ditempat khusus. 6.5 Penanganan terhadap Hasil Pengamatan keluhan dan Penarikan Kembali Obat yang Beredar Keluhan dari konsumen ditangani oleh bagian uji coba dengan menelusuri dokumen dan prosedur yang ada serta melakukan uji ulang pada sampel pertinggal. Apabila obat tersebut memang tidak memenuhi persyaratan maka dilakukan penarikan kembali obat tersebut dari distribusinya. Sedangkan untuk obat kembalian karena rusak, bagian uji coba akan menanggulanginya dengan cara : · Obat kembalian yang tidak memerlukan proses produksi ulang dan hanya rusak kemasannya akan dilakukan repacking. · Obat kembalian yang memungkinkan dilakukan produksi ulang akan direproduksi ulang. · Obat yang tidak dapat dilakukan proses reproduksi akan dimusnahkan. 6.6 Bagian Produksi Produksi obat di Lafiau dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan yang menjamin obat jadi yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
74
yang ditentukan. Untuk itu selalu dilakukan validasi terhadap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu. Produksi di Lafiau berdasarkan anggaran tahunan. Produksi berdasarkan kebutuhan satker-satker yang terealisasi dengan adanya surat perintah produksi dari Kadiskesau untuk melaksanakan produksi, sehingga jenis dan jumlah obat jadi yang akan diproduksi telah ditentukan dalam satu tahun, yang teknis pelaksanaan produksinya diserahkan kepada Lafiau. Selain memproduksi obat jadi, Lafiau juga memproduksi air demineralisata yang dapat digunakan untuk kepentingan produksi sehingga mengurangi biaya produksi. Hasil produksi disimpan di gudang obat jadi dengan sistem ALMS / Automatied Logistic Management System dengan menggunakan sistem 9 digit yang dikembangkan yaitu; suatu tata cara memberikan kode nomor dengan menggunakan angka dan huruf yang terbagi dalam 6 segmen. 6.7 Bagian Pengawasan Mutu Bagian Ujibang berperan dalam pemeriksaan dan pengawasan mutu bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Pengawasan mutu di Lafiau dilakukan oleh bagian uji coba yang berada di bawah bagian pengujian dan pengembangan. Pengambilan contoh untuk uji dilakukan dengan metode yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan yang
dapat mewakili seluruh
bahan/produk yang digunakan, yaitu dengan rumus: Ön+1, untuk tiap sampel minimum dilakukan tiga kali pemeriksaan. Dalam setiap batch produksi diambil contoh pertinggal yang akan disimpan pada suhu kamar dan diuji tiap tiga bulan tahun pertama dan setiap
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
75
tahun pada tahun selanjutnya untuk mengetahui stabilitas dari produk. Contoh pertinggal dapat sewaktu-waktu diuji jika ada laporan / klaim dari satker-satker. Contoh pertinggal disimpan dalam jangka waktu lima tahun untuk selanjutnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam sesuai dengan sifat obat tersebut. Penentuan waktu kadaluarsa (Expired Date) ditetapkan setelah 5 tahun dari waktu produksi dan atau sesuai dengan ED bahan baku yang digunakan. 6.8 Dokumentasi Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencaan, pelaksaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Sistem dokumentasi di Lafiau menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap batch produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi ini digunakan pula untuk pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia. Sistem administrasi di Lafiau belum menggunakan komputerisasi sehingga kurang efektif dan efisien. Meskipun demikian, barang yang didistribusikan
tercatat
dengan
baik,
untuk
mengawasi
distribusi
dan
mempermudah evaluasi barang. Pendistribusian ke satker menggunakan sarana darat (Caraka) dan udara.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil program pelatihan kerja profesi apoteker, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PPKPA adalah sarana pelatihan kerja yang sangat bermanfaat bagi calon apoteker guna mempersiapkan diri sebagai bekal pengalaman kelak dalam memasuki dunia kerja, sehingga siap menjadi tenaga profesional di bidang kefarmasian khususnya bidang industri. 2. Lafiau adalah pelaksana teknis dari Diskesau yang mempunyai tugas membina kemampuan dan pelaksanaan produksi obat jadi, pembekalan dengan pengawasan kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian untuk pelaksanaan dukungan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI AU pada khususnya dan TNI pada umumnya. 3. Lafiau bukan lembaga yang didirikan untuk bisnis/mencari keuntungan, melainkan lembaga yang didirikan untuk pemenuhan kebutuhan internal TNI AU khususnya obat-obatan dan bekal kesehatan lainnya. 4. Lafiau telah memenuhi persyaratan CPOB yang meliputi personalia, peralatan, bangunan,
produksi,
pengawasan
mutu,
sanitasi dan
higiene,
serta
dokumentasi. Lafiau telah memperoleh 15 sertifikat CPOB untuk berbagai golongan obat dari DepKes.
76
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
77
7.2 Saran 1.
Perlu penekanan aspek inspeksi diri CPOB bagi para personel ruang produksi.
2.
Sistem administrasi akan lebih berjalan dengan baik jika ditunjang dengan sistem komputerisasi sehingga dapat cepat dan mudah dalam memonitor pelaksanaan kegiatan.
3.
Perlu dilakukan validasi secara berkala dan sistem dokumentasi yang telah ditetapkan sesuai rencana produksi baik untuk alat, bahan-bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang dilakukan.
4.
Pengolahan limbah padat akan lebih efisien jika dilengkapi dengan incenerator, sehingga limbah dapat terurai sempurna dan tidak mencemari lingkungan khususnya untuk pengolahan bahan yang berbahaya.
5.
Perlu dilakukan pengepoksian kembali lantai yang berada di ruang produksi non beta laktam
6.
Perlu dilakukan regenerasi alat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan produksi.
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
78
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997, Sejarah Perkembangan Pobekkes AU sampai tahun 1997, Lembaga Farmasi Dinas Kesehatan TNI AU Bandung. Anonim, 1999, Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Lembaga Farmasi TNI AU, Lembaga Farmasi Dinas Kesehatan TNI AU Bandung. Anonim , 1990, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.245/MenKes/SK/V/1990, Tentang Industri Farmasi, Jakarta. Badan POM ., ASEAN Operational Manual For Implementation Of GMP, Jakarta, 2000 Badan POM., Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta, 2006 Badan POM ., Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta, 2006 British Pharmacopeia Commission ., British Pharmacopeia 2001, the Stationery Office Limited, London, 2001 British Pharmacopeia Commission ., British Pharmacopeia 2000, the Stationery Office Limited, London, 2000 Commission Of The European Communities ., Good Manufacturing Practice For Medicinal Products In The European Community, Strasbourg, 1992 Council of Europe ., European Pharmacopeia Fourth Edition, Council of Europe, Strasbourg, 2004 Departemen Kesehatan RI ., Undang-undang Kesehatan no.23, Jakarta, 1992 Departemen Kesehatan RI , Surat Keputusan Menteri kesehatan RI No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri farmasi, Jakarta, 1990. Departemen Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 208/MenKes/Per/IV/1985 tentang Pemanis Buatan, Jakarta, 1985 Departemen Kesehatan RI ., Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta. 1995 Direktorat Jendral POM ., ASEAN; Good Manufacturing Practices Guidelines Third Edition, Jakarta, 1996
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
79
Editio Cantor Verlag Aulendorf ., EC Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal Products, Frankfurt, Germany. 1993 Faculty Of Pharmacy, Cairo University, Central Administration of Pharmaceutical Affairs, Ministry of Health ., Guideline For Good Manufacturing Practice In Egypt, Cairo, 1996
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
80
Lampiran 1. Struktur Organisasi Lafiau
KALAFIAU
ESELON PIMPINAN ESELON PEMBANTU PIMPINAN / STAF
SESLA
ESELON PELAKSANA
BAGPROD D
GUPUSFI
BAGUJIBANG
BAGJANG
UNIT TABLET
UNIT GUTRANS
UNIT UJI COBA
UNIT JANGMAT
UNIT KAPSUL
UNIT GULUR
UNIT LITBANG
UNIT HARFASMAT
UNIT KHUSUS
UNIT GUPALKES
UNIT DIKLAT
UNIT GUHANJABAKU
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
81
Lampiran 2. Struktur Jabatan Lafiau KALAFIAU SESLA KAPROGAR
KABINPROF
KATAUD KAURMIN
KASUB URTU
KABAGPROD KAUNIT TABLET
KAGUPUSFI
KASUB URDAL
KASUB MINBEKKES
. KABAGUJIBANG KABAGJANG
KAUNITGUTRANS
KAUNIT UJICOBA
KAUNIT JANGMAT
KAURPROD TABLET
KAURGUTRAS
KAUR UJICOBA
KAUNIT HARFASMAT
KAUNIT KAPSUL
KAUNITGULUR
KAUNIT LITBANG
KAURPROD KAPSUL
KAUNIT GUPALKES
KAUR DIKLAT
KAUNIT KHUSUS
KAUNIT GUPALKES KAURGUPALKES
KAUPRPOD SUS
KAUNIT GUHANJABAK KAURGUHANJABAKU
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
82
Lampiran 3. Denah Bangunan LAFIAU
1 7
2
3
8 5
6 4
3 10
9 11
Keterangan : 1. Pos Jaga 2. Sekretariat, Gedung Pertemuan 3. Mushola, Toko 4. Gudang Penerimaan 5. Gudang Bahan Baku 6. Gudang Alat Kesehatan Dan Penyaluran 7. Produksi Non Beta Laktam (Tabel Dan Khusus) 8. Produksi Beta Laktam 9. Produksi Sefalosporin 10. Laboratorium, Bengkel, Dapur 11. Gudang, Embalage
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
83
Lampiran 4. Daerah Ruang Produksi Sediaan Beta Laktam Ruang Pengemasan Sekunder 20 24 20 19 18 17 16 10 9 6 4 2 28
27 26 25 22 15 14 13
12 21 11 8 7 5 3 1
Barang Keterangan : 1. Gudang Produksi 2. Gudang Produksi 3. R. Mixer 4. R. Penimbangan 5. R. Mixer 6. R. Glanualator 7. R. Produk Antara 8. R. Sirup Kering 9. R. Pengering 10. R. Isi Kapsul 11. R. Locker Pria 12. R. Locker Wanita 13. R. Toilet Pria 14. R. Air Shower
15. R. Toilet Wanita 16. R. Striping 17. R. Hospital Packing 18. Produk Ruahan 19. R. Simpan Alat 20. R. Cuci Alat 21. R. Laundry 22. R. Gudang Embalage 23. R. Karanatina 24. R. Antara 25. R. Locker Pria 26. R. Locker Wanita 27. R. Gudang 28. R. Antara
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
84
Lampiran 5. Denah Ruang Produksi Sediaan Non Beta Laktam Ruang Oven dan Aqua Dm 19
PRODUKSI SIRUP
17
18
Kemas Skunder
Gudang Embalage Loker Pria
20
16
13
14 12
11 9
10
Personel Laundry
Loker Wanita
ka. Unit Produksi
21
4 2
5 3 1
Personel
Sampling
7
8 6
Gudang Bahan Baku
15
Keterangan : 1. R. Loker Pria 2. R. Loker Wanita 3. R. Mixing 4. R. Supervisor 5. R. Mixing 6. R. Timbang 7. R. Granulasi 8. R. Stagging 9. R. Drying 10. R. Mixer Kapsul
11. R. Cetak Tablet 12. R. Isi Kapsul 13. R. Coating 14. R. Produk Antara 15. R. Hospital Packing 16. R. Striping 17. R. Simpan Alat 18. R. Produk Antara 19. R. Antara 20. R. Loundry
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
85
Lampiran 6. Alur Kegiatan Produksi Tablet Penimbangan
Pencampuran
Granulasi basah
Oven, suhu 600C
Granulasi kering IPC : LOD Lubrikasi
IPC : Kadar zat berkhasiat LOD Pemerian
Karantina Produk Antara
Pencetakan
IPC : Pemerian Friabilitas Keseragaman bobot Waktu hancur Kekerasan Kadar zat berkhasiat
Karantina Produk Ruahan
IPC : Pemerian Diameter Keseragaman bobot Waktu hancur Kekerasan Ketebalan Friabilitas
Pengemasan
Karantina Obat Jadi Finished Pack Analysis Gudang Obat Jadi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
86
Lampiran 7. Alur Kegiatan Pembuatan Tablet Salut Gula Penimbangan
Pencampuran
Granulasi basah
Pengeringan di FBD 600C, 30 menit
Granulasi kering IPC : LOD Lubrikasi/penambahan bahan pelicin
IPC : Kadar zat berkhasiat LOD Pemerian
IPC : Pemerian Friabilitas Keseragaman bobot Waktu hancur Kekerasan
Karantina Produk Produk Antara Karantina Antara
Pencetakan
IPC : Pemerian Keseragaman bobot Waktu hancur Kekerasan Ketebalan Friabilitas
Karantina Produk Ruahan
Sealing
Pengeringan di Oven pada suhu 350C ,7 jam
Subcoating
Smoothing
Coloring IPC : Homogenitas warna IPC : Homogenitas warna Keseragaman bobot Waktu hancur
Polishing
Sortir Gudang obat jadi
Pengemasan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. Finished Pack Analysis Karantina obat jadi USU e-Repository©2008
87
Lampiran 8. Alur Kegiatan Produksi Kapsul
Bahan Baku Penimbangan QC ( IPC )
Pengayakan
Mixing Pengisian/Percetakan Pengemasan
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
88
Lampiran 9. Alur Kegiatan Produksi Sirup BAGAN PROSES PEMBUATAN SIRUP
Penimbangan
Pelarutan
· · · ·
IPC : pH larutan Berat Jenis Kadar zat berkhasiat Viskositas
Pencampuran
Karantina
Pengisian ke wadah
IPC : Keseragaman volume Kadar zat berkhasiat
Karantina
Pengemasan Finished Pack Analysis
Karantina
Gudang Obat Jadi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
89
Lampiran 10. Alur Kegiatan Produksi Salep Penimbangan
Basisi Salep Bahan Pembantu
Bahan Aktif
Pencampuran IPC Pengisian dan Penutupan
Pengisian dan Penutupan Sortir Produk jadi
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
90
Lampiran 11. Pengelolahan Limbah Cair
Bak II Bak Pengendapan I
Bak IV
Bak Penetralan
Pengendapan 2
Bak V
Bak VI
Bak Aerasi
Bak Kontrol
Bak I
pembuangan
Bak III
Bak Limbah Beta Laktam
Limbah Non Beta Laktam
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
91
Lampiran 12. Alur Proses Penerimaan Obat Jadi dari Produksi
Produksi
Unit Pergudangan
Team Penerimaan Barang (TPB) - Jenis - Jumlah Sesuai dengan BPB (Bukti Penerimaan Barang)
Gudang Penyimpanan Gudang Obat Jadi / Bahan Baku
Berita Acara (BA) - Min Bakkes - Gudang - Diskes
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
92
Lampiran 13. Alur Proses Pengeluaran Obat Jadi dan Alkes oleh Lafiau Bandung
Diskes
Rencana SPL
Min Bekkes
Administratif
Gudang Obat Jadi
SPL + Bentuk 40510
Unit Pergudagan
Gudang Alkes
ACC Kalafiau
Gudang Penyaluran
Distribusi
Rumah Sakit/Satkes Siekes
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
93
Lampiran 14. Alur Alokasi Materil Kesehatan KADISKASAU SPL + BENTUK 40510
MINBEKKES KALAFIAU
SPP ADMINISTRASI
KAGUPUSFI
KAGUPUSFI
KAGUPUSFI
PENYALURAN CARAKA/DAAU SATKER-SATKER
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
94
Lampiran 15. Alur Alokasi Proses Pengedaan dan Penerimaan Barang
STOCK OPNAME
MINBEKKES
DISKES
DISADA
PEMASOK
PENGIRIM
DITOLAK
PEMERIKSAAN
PENERIMAAN / GUDANG TRANSAKSI
DITERIMA
GUDANG OBAT JADI / BAHAN BAKU
GUDANG EMBALAGE
GUDANG PALKES
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
95
Lampiran 16. Denah Ruang Labolatorium
R. Cetak Tablet
R. Simpan Alat Gelas
R. Sampel Pertinggal
R. Timbang
R. Kantor Laboratorium
R. Instrumen & Lemari R. Instrumen Asam
R. Mokrobiologi
R. Pereaksi
Pintu Masuk
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
96
Lampiran 17.Label karantina, Obat jadi, Produk Ruahan/Antara
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008
97
Zulfikar : Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung, 2008. USU e-Repository©2008