TUGAS AKHIR “DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS (S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Usaha Pemerintah Dan Pemulung Dalam Mengatasi Permasalahan TPA Putri Cempo Yang S udah Di Ambang Batas)
OLEH : Nama N.I.M
: Agustian Tri Yuanto : D1205505
Diajukan untuk melengkapi tugas–tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar S arjana S osial
PRGRAM S -1 NON-REGULER FAKULTAS ILMU S OS IAL DAN ILMU POLITIK UNIVERS ITAS S EBELAS MARET S URAKARTA 2009
i
PERS ETUJUAN
“DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS (S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Usaha Pemerintah Dan Pemulung Dalam Mengatasi Permasalahan TPA Putri Cempo Yang S udah Di Ambang Batas)
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Ujian Tugas Akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas M aret Surakarta
Surakarta,
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Subagyo, SU NIP. 130 814 592
Drs. Hamid Arifin, M .Si NIP. 131 792 201 ii
PENGES AHAN Karya Tugas Akhir berjudul ” DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS ” (S ebuah Video Dokumenter Yang Mengangkat Permasalahan Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Yang S udah Di Ambang Batas)
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Skripsi/Tugas Akhir
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas M aret Surakarta Hari
:………………….
Tanggal :…………………. Tim Penguji: DRS. PAWITO,Ph.D NIP. 195408051985031002
Ketua:
NORA NAILUL AM AL,S.Sos,M LM Ed,Hons NIP. 198104292005012002
.................................... Sekretaris: .................................... Penguji I:
DRS. SUBAGYO,SU NIP. 195209171980031001
.................................... Penguji II
DRS. HAM ID ARIFIN, M .SI NIP. 196005171988031002
.................................... M engetahui Dekan
Drs. Supriyadi SN, SU NIP. 195301281981031001 iii
MOTTO
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima Mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia“
(Yakobus 1 : 12 )
Berserulah kepadaku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku. (Mazmur 50 : 15 )
iv
PERS EMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:
My parents My brother Angelica niken chrissanti
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus, yang dengan berkatNya telah memberikan kekuatan sehingga p enulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas akhir yang berjudul “DIBALIK BAYANG-BAYANG AMBANG BATAS” (Sebuah Video Dokumenter Yang M engangkat Permasalahan TPA Putri Cempo Yang Sudah Di Ambang Batas) Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Komunikasi Universitas Sebelas M aret Surakarta. Keberhasilan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itulah, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Supriyadi, SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas M aret Surakarta. 2. Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M .Si selaku ketua Jurusan Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas M aret Surakarta. 3. Bapak Drs. Hamid Arifin M si, selaku pembimbing I yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam mebimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini 4. Bapak Drs.Subagyo SU, selaku pembimbing II yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.
vi
5. seluruh dosen dan staff administrasi jurusan ilmu komunkasi yang telah membantu kelancaran studi penulis. 6. Bapak Ir.Gatot Sutanto.M si selaku Kasie kebersihan DKP Surakarta yang telah bersedia mambantu penulis memberikan informasi untuk penelitian ini. 7. Bapak Jamal selaku ketua kelompok pemulung TPA Putri Cempo yang telah bersedia mambantu penulis memberikan informasi untuk penelitian ini. 8. Bapak dan ibu atas ketulusan cinta, doa dan semangat dan kesabaran yang tak kan pernah berujung. 9. Keluarga Sumanto 10. Nita, Dian, Bandoro, Fatur, M ita, Song-Song, Fajar anggun dan semua teman seperjuangan, thakns for your support. 11. Studio biru, mas romy terima kasih atas pinjaman kameranya 12. Demikian pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapt penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan dalam penulisan skrispsi iniM eskipun jauh dari sempurna, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi masyarakat, bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 20 M ei 2009 Penulis,
Agustian Tri Yuanto
vii
DAFTAR IS I
Halaman JUDUL ...........................................................................................................
i
PERSETUJUAN ............................................................................................
ii
PENGESAHAN .............................................................................................
iii
M OTTO .........................................................................................................
iv
PERSEM BAHAN ..........................................................................................
v
KATA PENGANTAR...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
ABSTRAK .....................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Rumusan M asalah ................................................................................
4
C. Visi, M isi Dan Tujuan Produksi ..........................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembangunan ......................................................................................
8
B. Perubahan Sosial Dan Difusi Inovas...................................................
10
BAB III DESKRIPSI LOKASI A. Data Fisik...........................................................................................
14
B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tpa Putri Cempo.........................
14
C. Kondisi Sampah Di TPA Putri Cempo .............................................
16
viii
BAB IV TAHAPAN PEM BUATAN FILM DOKUM ENTER A. Pengenalan Program Dokumenter ................................................
20
B. Tahapan Program Dokumenter ....................................................
21
1.Tahap Pra Produksi ...................................................................
23
2. Tahap Produksi.........................................................................
24
3. Pasca Produksi ..........................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA LAM PIRAN
ix
ABS TRACT
Agustian Tri Yuanto. (D1205505). “Dibalik Bayang-Bayang Ambang Batas”(A Documentary Video Which Raise The Problem Of TPA PUTRI CEMPO /Putri Cempo Junkyard, which is nearly overloaded). A final project, communication program, social and politics faculty, sebelas maret university, 2009. The increase of human activties gives impact to increase of dump volume. The increase amount of dump volume is handled by DKP(Sanitation Dept), collected in the TPS (Temporary Junkyard), and then brought to TPA Putri Cempo to be disposed or recycled. The wide area of TPA Putri Cempo is abaout 17 hectares and has been planned to be use for 20 years. Howe ever, the fact6 has occured that its 15th the junkyard capcity and the dump disposal. The thing raised in this documentary film is the efforts taken by goverment and the trasmen to solve the problem of TPA putri Cempo whisch is nearly overload. The aim of this research is to increase and support the goverment’s and the trashment’s efforts in solving the problem of TPA Putri Cempo which is nearly overloaded. The background and the motivation are also included. The research held in TPA Putri Cempo. The data collecting methods are through documentation, observation, and interview. After a deeply research, it can be concluded that the existance of TPA Putri Cempo is nearly reach its maximum capacity limit and it needs immediate solving. So the goverment supposes to find the effectives solutions so that the dump problem in surakarta city can be solved. The mutual relationship among the DKP and the thrasmen of TPA Putri cempo is a good beginning to solve the junkyard problem. The close relationship built by the goverment and the thrasmen becomes a good example for the people/society whenever the dump mangement problem seems to be wider and wider.
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MAS ALAH Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi, oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masy arakat. Gaya hidup masyarakat yang kurang berwawasan lingkungan merupakan penyebab utama dari permasalahan sampah. Benturan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah adalah mental masyarakat yang belum peduli terhadap sampah. ini memang proyek jangka panjang, mengubah mental tidak bisa dilakukan dan dirasakan hasilnya dalam satu-dua bulan, bisa jadi bertahun-tahun. Peningkatan aktifitas manusia memberikan dampak terhadap peningkatan volume sampah. Volume sampah yang meningkat di kelola oleh pihak DKP, ditampung di TPS, diangkut lalu di buang di TPA Putri cempo untuk di kelola dan diolah. Upaya pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo dengan cara Sanitary Landfill. Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir sampah dengan teknik
2
tertentu sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan membahayakan kesehatan. Teknik ini masih mengandalkan luas areal TPA yang mana suatu saat masih menimbulkan masalah. Luas areal TPA inilah yang menjadi permasalahan di TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo luasnya 17 hektare dan diperkirakan bisa digunakan untuk 20 tahun. Tetapi kenyataannya baru berjalan 15 tahun, TPA tersebut sudah mencapai ambang batas. Kondisi TPA yang sudah diambang batas disebabkan karena volume sampah buangan tidak sebanding dengan luas lahan TPA dan pengelolaanya. Dalam usaha mengurangi volume sampah di TPA Putri Cempo, pihak DKP juga tertolong dengan keberadaan sapi serta pemulung di TPA Putri Cempo. Setidaknya 10% sampah bisa dikurangi karena dikonsumsi oleh 1.187 sapi serta aktivitas 116 pemulung. Aktivitas pemulung dalam mengais sampah di TPA sejak daerah ini menjadi TPA sampah kota Solo dua puluh tahun silam. Para pemulung tersebut berasal dari desa sekitar TPA, antara lain desa Kandangsari, Jatirejo, Jengglong dan Sulurejo. M ereka bisa meraup rejeki antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000 perhari. Pada beberapa tahun ini kelompok pemulung mendapat bantuan sapi dari pemerintah, sapi-sapi tersebut oleh para pemulung dilepas dan digembalakan di sekitar areal TPA. Sapi-sapi tersebut telah dilatih mencari makan di TPA sehingga sekarang ini
TPA
Putri
Cempo
juga telah menjadi ladang
penggembalaan. Sampah memang kotor, tetapi membawa rezeki jika
3
mau sedikit bekerja dan kreatif, bahkan bisa menjadi sandaran hidup. Para pemulung bersedia membagi pengalaman ke daerah lain untuk mendayagunakan sampah secara maksimal, termasuk cara beternak sapi dengan pakan sampah. Keberadaan sapi dan aktivitas pemulung di TPA tidak cukup banyak membantu dalam mengurangi sampah yang sudah mulai menggunung. Langkah cepat mencari investor adalah solusi yang diambil pemerintah, mengingat kapasitas TPA Putri Cempo yang semakin turun. Jika tidak segera diatasi, diperkirakan dalam tiga tahun mendatang Putri Cempo tidak dapat
lagi menampung sampah-sampah yang dihasilkan
masyarakat Solo. M aksimal hanya mampu (menampung sampah) sampai tiga tahun mendatang. Perubahan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala normal yang dapat berpengaruh pada bagian-bagian pada suatu tempat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagian besar disebabkan karena keinginan untuk mengadakan pembangunan yang diartikan sebagai proses dari pada menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan menuju kehidupan yang lebih baik inilah yang sedang diperjuangkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta dan kelompok pemulung yang ada di TPA Putri Cempo. Dengan kondisi TPA yang sudah di ambang batas membuat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta mencari solusi untuk menangani permasalahan
dengan mengoptimalkan sistem daur ulang agar
4
permasalahan sampah tidak kian pelik. Berbagai cara telah ditempuh tetapi masih belum ada cara yang efektif. M endatangkan investor merupakan solusi yang efektif, tetapi dengan datangnya investor keberadaan kelompok pemulung yang selama ini secara tidak langsung ikut mengurangi volume sampah di TPA terancam kehilangan mata pencahariannya. Dengan adanya permasalahan ini kelompok pemulung menawari tanah seluas 7 hektar, meski demikian langkah ini belum dapat diambil mengingat pengolahan sampah menjadi prioritas utama. Segala kebijakan ada ditangan pemerintah untuk itu diharapkan keputusan yang diambil merupakan solusi yang terbaik untuk masyarakat secara umum dan khususnya bagi warga sekitar TPA Putri Cempo. Perjuangan kedua pihak patut di jadikan sebuah contoh terjalinnya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan kelompok pemulung dalam mengatasi permasalahan sampah
B. RUMUS AN MAS ALAH Bagaimana permasalahan TPA Putri Cempo yang sudah di ambang batas?
C. VIS I, MIS I DAN TUJUAN PRODUKS I Untuk dapat memproduksi Dokumenter yang baik maka fakta yang dipilih haruslah menarik dan informational. Dalam Dokumenter dengan judul “Dibalik Bayang-Bayang Ambang Batas” akan fokus
5
pada permasalahan Tempat Pembuangan akhir Putri Cempo yang sudah di ambang batas, termasuk di dalamnya latar belakang dan motivasinya, dengan tehnik penyajian yang dikemas semenarik mungkin, untuk itu tetap diperlukan visi dan misi yang jelas agar memiliki arah yang jelas pula. 1. Visi a. M enggali ide kreatif dengan mengkomunikasikan fakta dalam berkarya dengan media audio-visual. b. Terbentuknya rasa ketertarikan terhadap masalah-masalah sosial yang muncul di tengah kehidupan masyarakat. c. M eningkatkan kesadaran masyarakat dalam gaya hidup yang sadar lingkungan 2. Misi a. M enggali lebih dalam tentang masalah TPA Putri Cempo yang sudah diambang batas. b. M engangkat sistem pengelolaan sampah TPA Putri Cempo yang sudah di ambang batas 3. Tujuan Produksi a. Sebagai tugas untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana (S-1). b. Praktek
Produksi
Dokumenter
M edia
Audio
Visual
dalam
format
1
BAB II KAJIAN TEORI A. PEMBANGUNAN Peningkatan jumlah penduduk di Surakarta memberikan dampak terhadap peningkatan volume sampah. Upaya mengurangi volume sampah yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Surakarta belum menemukan solusi yang jelas. Karena itu Pemerintah Surakarta menganggap perlu memiliki lokasi tempat pembuangan yang memadai dan memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan hidup. Pemerintah
Surakarta yang menetapkan salah satu daerah di
wilayah kecamatan M ojosongo sebagai Tempat Pembuangan Akhir sampah sudah memasuki masa overload. Hal ini membuat pemerintah mencari solusi yang efektif agar permasalahan sampah di kota Surakarta terpecahkan. Pemerintah mempunyai alternatif solusi untuk permasalahan
sampah ini yaitu dengan perluasan lahan dan
mengundang investor dalam pengelolaan sampah. Untuk kepentingan pembangunan maka solusi untuk mendatangkan investor dinilai solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Investor dinilai sangat membantu dalam pembangunan oleh pememerintah. Pembangunan sekarang ini telah menjadi slogan dan nampaknya menjadi acara harian. Pembangunan telah diasumsikan sebagai status seorang tokoh atau pemimpin dan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan
2
atau kegagalan dari suatu pemerintahan. Pembangunan merupakan hasil interaksi dari banyak faktor seperti perubahan, pertumbuhan, kemajuan, dan modernisasi Dimana faktor-faktor tersebut hampir sama dan saling mendukung. Faktor-faktor tersebut merupakan hasil perencanaan yang disadari dan disengaja, dan hasil usaha yang dilaksanakan akan mengansumsikan sifat-sifat karaketristik dari pembangunan. Pembangunan merupakan suatu proses yang bergerak dari keadaan yang tidak memuaskan ke keadaan yang memuaskan, bersifat dinamis dan tidak statis. Dapat juga diartikan pula sebagai suatu tujuan, program, gerakan (aksi) dan proses.1 Timbulnya pembangunan kebanyakan tumbuh dari partisipasi dan kepuasan rakyat. Dan unsur2
unsurnya adalah:
1. Rasa berpartisipasi aktif 2. Rasa bangga dalam mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi 3. Rasa berprestasi baik mental dan fisik Kondisi TPA Putri Cempo yang butuh perhatian khusus dari pemerintah memaksa pemerintah merencanakan pembangunan dan inovasi dalam pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo. Rencana pemerintah untuk mendatangkan investor ditentang oleh penduduk
1
PRR Sinha, Komunikasi, Difus Inovasi Dan Pembangunan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,1984, hal 2
Ibid, hal.28
3
sekitar TPA yang setiap harinya bekerja sebagai pemulung di TPA. Inovasi yang ditawarkan pemerintah diartikan merugikan penduduk sekitar TPA yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan mengais sampah di TPA. Dengan adanya investor maka mereka tidak bisa lagi mencari sampah di TPA karena sampah di TPA sudah menjadi hak investor.
B. PERUBAHAN S OS IAL DAN DIFUS I INOVAS I 1. Perubahan S osial Perubahan
sosial
merupakan
salah
satu
dampak
dari
pembangunan, dampak itu terjadi dalam perubahan struktur dan fungsi suatu sosial. Perubahan sosial terdiri dari tiga aspek:
3
1. Kreasi dan pengembangan dari ide-ide baru 2.
M engkomunikasikan ide-ide baru kepada anggota-anggota suatusistem sosial
3.
Perubahan-perubahan sebagai hasil atau akibat dari penerimaan ataupun penolakan terahadap ide-ide baru tersebut
3
PRR Sinha, Komunikasi, Difus Inovasi Dan Pembangunan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,1984, hal 16
4
2. Difusi Inovasi Difusi didefinisikan sebagai tipe khusus dari komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran ide-ide baru. Dalam difusi inovasi terjadi heterophily yaitu tingkat dimana pasangan dari individuindividu yang berinteraksi berbeda dalam atribut-atribut tertentu. Heterolphily adalah “ the mirror opposite” dari homophily, yaitu tingkat dimana pasangan dari individu yang berinteraksi adalah sama dalam atribut-atribut tertentu, seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, dan status sosial. Suatu tingkat heterophily yang tinggi dari sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) kerap kali muncul di dalam difusi inovasi. Hal ini disebabkan ide-ide baru itu sering berasal dari orang-orang yang sangat berbeda dengan penerimanya. Inilah yang justru mendatangkan problem-problem yang unik dalam rangka mencapai komunikasi efektif.4 Dalam model konseptual tentang difusi, suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu secara terus menerus kepada anggota-anggota suatu sistem sosial. Paradigma proses innovation decision terdiri dari tiga unsur utama: 1.Antendents (unsur-unsur yang mendahului) a. Ciri kepribadian seorang individu (misalnya sikapnya terhadap perubahan)
4
Ibid, hal 16
5
b. Ciri-ciri sosial c. Desakan akan perlunya diterimanya inovasi itu 2.Prosesnya sendiri (kognitif, afektif) 3.Konsekuensi-konsekuensinya (menerima atu menolak, yang biasanyadiikuti oleh alternative yang terakhir.
Seorang individu mengalami proses
mental pertama-tama dari
kesadaranya terhadap keputusan yang diambil tentang mengadopsi inovasi atau menolak inovasi. Proses yang demikian diperinci dalam 4 tahap: 5 1.Knowledge Individu dihadapkan pada andanya inovasi dan mengusahakan suatu pengertian mengenai bagaimana fungsinya. 2.Persuation Individu mengambil sikap yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap inovasi tersebut 3.Decision Individu melibatkan diri dalam aktifitas-aktifitas
yang
mengarah pada suatu pilihan atau mengadopsi atau menolak inovasi
5
Ibid, hal 17
6
4.Confirmation Individu berusaha memperkuat keputusan inovasi yang dibuatnya, tapi bisa juga membatalkan keputusan yang terdahulu jika didapatkan pada pesan-pesan yang bertentangan tentang inovasi tersebut.
BAB IV DES KRIPS I LOKAS I TPA PUTRI CEMPO
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi, oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang kurang berwawasan lingkungan merupakan penyebab utama dari permasalahan sampah. Benturan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah adalah mental masyarakat yang belum peduli terhadap sampah. ini memang proyek jangka panjang, mengubah mental tidak bisa dilakukan dan dirasakan hasilnya dalam satu-dua bulan, bisa jadi bertahun-tahun. Peningkatan aktifitas manusia memberikan dampak terhadap peningkatan volume sampah. Volume sampah yang meningkat di kelola oleh pihak DKP, ditampung di TPS, diangkut lalu di buang di TPA Putri cempo untuk di kelola dan diolah. Upaya pengelolaan sampah di TPA Putri Cempo dengan cara Sanitary Landfill. Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir sampah dengan
teknik tertentu sehingga tidak menimbulkan
pencemaran
dan
membahayakan kesehatan. Teknik ini masih mengandalkan luas areal TPA yang mana suatu saat masih menimbulkan masalah. Luas areal TPA inilah yang menjadi permasalahan di TPA Putri Cempo. TPA Putri Cempo luasnya 17 hektare
dan diperkirakan bisa digunakan untuk 20 tahun. Tetapi kenyataannya baru berjalan 15 tahun, TPA tersebut sudah mencapai ambang batas. Kondisi TPA yang sudah diambang batas disebabkan karena volume sampah buangan tidak sebanding dengan luas lahan TPA dan pengelolaanya. Dalam usaha mengurangi volume sampah di TPA Putri Cempo, pihak DKP juga tertolong dengan keberadaan sapi serta pemulung di TPA Putri Cempo. Setidaknya 10% sampah bisa dikurangi karena dikonsumsi oleh 1.187 sapi serta aktivitas 116 pemulung. Aktivitas pemulung dalam mengais sampah di TPA sejak daerah ini menjadi TPA sampah kota Solo dua puluh tahun silam. Para pemulung tersebut berasal dari desa sekitar TPA, antara lain desa Kandangsari, Jatirejo, Jengglong dan Sulurejo. M ereka bisa meraup rejeki antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000 perhari. Pada beberapa tahun ini kelompok pemulung mendapat bantuan sapi dari pemerintah, sapi-sapi tersebut oleh para pemulung dilepas dan digembalakan di sekitar areal TPA. Sapi-sapi tersebut telah dilatih mencari makan di TPA sehingga sekarang ini TPA Putri Cempo juga telah menjadi ladang penggembalaan. Sampah memang kotor, tetap i membawa rezeki jika mau sedikit bekerja dan kreatif, bahkan bisa menjadi sandaran hidup. Para pemulung bersedia membagi pengalaman ke daerah lain untuk mendayagunakan sampah secara maksimal, termasuk cara beternak sapi dengan pakan sampah. Keberadaan sapi dan aktivitas pemulung di TPA tidak cukup banyak membantu dalam mengurangi sampah yang sudah mulai menggunung. Langkah cepat mencari investor adalah solusi yang diambil pemerintah, mengingat kapasitas TPA Putri Cempo yang semakin turun. Jika tidak segera diatasi,
diperkirakan dalam tiga tahun mendatang Putri Cempo tidak dapat lagi menampung sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat Solo. M aksimal hanya mampu (menampung sampah) sampai tiga tahun mendatang. Perubahan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala normal yang dapat berpengaruh pada bagian-bagian pada suatu tempat. Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat,
sebagian
besar
disebabkan
karena keinginan untuk
mengadakan pembangunan yang diartikan sebagai proses dari pada menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan menuju kehidupan yang lebih baik inilah yang sedang diperjuangkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta dan kelompok pemulung yang ada di TPA Putri Cempo. Dengan kondisi TPA yang sudah di ambang batas membuat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surakarta mencari solusi untuk menangani permasalahan dengan mengoptimalkan sistem daur ulang agar permasalahan sampah tidak kian pelik. Berbagai cara telah ditempuh tetapi masih belum ada cara yang efektif. M endatangkan investor merupakan solusi yang efektif, tetapi dengan datangnya investor keberadaan kelompok pemulung yang selama ini secara tidak langsung ikut mengurangi volume sampah di TPA terancam kehilangan mata pencahariannya. Segala kebijakan ada ditangan pemerintah untuk itu diharapkan keputusan yang diambil merupakan solusi yang terbaik untuk masyarakat secara umum dan khususnya bagi warga sekitar TPA Putri Cempo. Perjuangan kedua pihak patut di jadikan sebuah contoh terjalinnya suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan kelompok pemulung dalam mengatasi permasalahan sampah
1
BAB IV
TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere
bersaudara
yang
berkisah
tentang perjalanan
(travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata „dokumenter‟ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk Film M oana (1962) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas.
1
Film dokumenter termasuk dalam kategori film non cerita, Pada mulanya ada dua tipe film non cerita yaitu yang termasuk dalam film dokumenter dan film faktual. Film faktual, umumnya menampilkan fakta. Kamera sekedar merekam peristiwa. Film ini hadir dalam bentuk film berita (newsreel) dan film dokumentasi. Film berita, titik beratnya pada segi pemberitaan atau suatu kejadian aktual, sedangkan film
1
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Panduan, Yogyakarta, 2002, hal 11
2
dokumentasi hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasi peristiwa perang atau upacara kemerdekaan. 2
John Ivens, pembuat film dokumenter terkenal dari Belanda, menyebutkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki film dokumenter terletak pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film dokumenter yang lengkap tanpa mengaitkan faktor-faktor subyektif pembuatnya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film dokumenter.
Film
dokumenter,
selain
mengandung
fakta,
ia
juga
mengandung subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu.3
Seorang pembuat film dokumenter lain yaitu DA. Peransi mengatakan
bahwa
film
dokumenter yang baik adalah yang
mencerdaskan penonton. Sehingga kemudian film dokumenter menjadi wahana
2
yang tepat
untuk mengungkap
realitas, menstimulasi
Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1996, hal 13 3
Ibid
3
perubahan. Jadi yang terpenting adalah menunjukkan realitas kepada masyarakat yang secara normal tidak terlihat realitas itu.4
Layaknya sebuah gambar atau foto, kontras adalah salah satu hal menarik perhatian. Demikian pula dalam film dokumenter, “kontras” diwujudkan dengan adanya pertentangan di dalam konteks film itu. Apakah pertentangan dalam hal idealisme pendapat, dikotomi, ataupun pertentangan dalam satu konteks film itu sendiri.
Dalam pembuatan film dokumenter, kejelian adalah hal yang pokok. Sehingga diperlukan suatu pemikiran dan proses teknis yang matang. Suatu produksi program film memerlukan tahapan proses perencanaan, proses produksi, hingga hasil akhir produksi. Tahapan tersebut sering dikenal dengan Standard Operation Procedure (SOP), yang terdiri dari:
1. Pra Produksi (ide, perencanaan, persiapan) 2. Produksi (pelaksanaan) 3. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penay angan)
A. Pra Produksi
4
Ibid, hal 15
4
M erupakan tahap awal dari proses produksi, termasuk didalamnya adalah penemuan ide, pengumpulan bahan berupa data-data untuk mendukung fakta atau subyek yang dipilih. Tahap pra produksi ini sangat penting karena merupakan landasan untuk melaksanakan produksi dan harus dilakukan dengan dengan rinci dan telliti sehingga akan membantu kelancaran proses produksi. Jika tahap ini telah dilaksanakan secara rinci dan baik, sebagian dari produksi yang direncanakan sudah beres.5 Kegiatan ini meliputi :
1. Memilih S ubyek Film Dokumenter (choosing a subject)
Ada beberapa kemungkinan yang menjadi dasar untuk memilih subyek. Subyek film dokumenter bisa berhubungan dengan sejarah, mitos atau legenda, sosial budaya, sosial ekonomi, atau yang lainnya. Pertimbangan dipilihnya suatu subyek bukan hanya karena kebetulan semata tetapi melalui proses panjang, melalui penelitian dan memiliki dasar pemikiran yang kuat. Dalam sebuah film dokumenter, apa yang disajikan mengandung subyektivitas pembuatnya, dalam arti sikap atau opini pembuat film terhadap realita yang didokumentasikannya.
2. Riset (Research)
5
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Grasindo, Jakarta, 1997, hal 20
5
Riset (penelitian) adalah salah satu bagian terpenting sebelum pembuatan film dokumenter. Riset digunakan untuk mendukung faktafakta tentang subyek yang telah dipilih. Riset dilakukan untuk mendapatkan data-data yang bisa diperoleh melalui wawancara dengan tokoh ahli, kepustakaan, media massa, internet, dokumen mapun sumber lain.
M enurut Garin Nugroho, riset juga berhubungan dengan tema film. Riset tema film berhubungan dengan penguasaan pada wacana yang menyangkut disiplin ilmu dan kebutuhan mendiskripsikannya ke bentuk visual. Pendampingan kepustakaan dan ahli lokal juga penting dan harus dilakukan.
3. Mempersiapkan Detail Produksi
M empersiapkan detail berarti menyiap kan segala hal yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan tersebut antara lain:
a. Data Teknis b. Sinopsis atau tulisan ringkas mengenai garis besar cerita, meliputi adegan adegan poko dan garis besar pengembangan cerita. 6
6
Marselli Sumarno, Opcit, hal 117
6
c. Treatment, dapat dijabarkan sebagai perlakuan tentang hal-hal yang dijabarkan dalam sinopsis. Sebuah uraian mengenai segala urutan kejadian yang akan tampak di layar TV atau Video. Uraian itu bersifat naratif, tanpa menggunakan istilah teknis. 7 d. Naskah atau skenario, yaitu cerita dalam bentuk rangkaian sekuen dan adegan-adegan yang siap digunakan untuk titik tolak produksi film, tetapi belum terperinci. e. Shooting Script adalah naskah versi siap produksi yang berisi sudut pengambilan gambar atau angle dan bagian-bagian kegiatan secara rinci dan spesifik. f. Timetable Shooting atau penjadwalan Shooting yang berbentuk Shooting Breakdown dan Shooting Schedule.
B. Produksi
Tahap ini merupakan kegiatan pengambilan gambar atau shooting. Pengambilan gambar dilakukan berdasarkan shooting script dan shooting breakdown dengan pengaturan jadwal seperti yang tercantum dalam shooting schedule.
7
PCS. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, Grasindo, Jakarta, 1993. hal 46
7
Beberapa istilah yang digunakan dalam pengambilan gambar atau shooting antara lain :
Shot, adalah sebuah unit visual terkecil berupa potongan film yang merupakan hasil satu perekaman.
8
Camera Angle, atau biasa disebut sudut pengambilan gambar, adalah posisi kamera secara relatif terhadap subyek dan obyek.
Sequence, atau serangkaian shot-shot yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
Scene, atau adegan adalah salah satu shot atau lebih dari suatu lokasi atau action yang sama.
Close Up (CU), atau pengambilan terdekat. Tembakan kamera pada jarak yang sangat dekat dan memeperlihatkan hanya bagian kecil subyek, misalnya wajah seseorang.9
Long Shot (LS), shot jarak jauh yang kepentingannya untuk memeperlihatkan hubungan antara subyek-subyek dan lingkungan maupun latar belakangnya.
8
Marselli Sumarno, Opcit, hal 116
9
Ibid, hal 112
8
Medium Shot (MS), shot yang diambil lebih dekat pada subyeknya dibandingkan long shot. Bila obyeknya manusia, medium shot menampilkan bagian tubuh dari pinggang ke atas.
10
Medium Long Shot (MLS), atau disebut juga knee shot. Bila obyeknya manusia, maka yang tampak adalah dari kepala sampai lutut, bagian latar belakang tampak rinci.
11
Composition, merupakan teknik menempatkan gambar pada layar dengan proporsional.
Pan, menggerakkan kamera ke kanan dan ke kiri pada poros (as) horisontalnya.12
Tilt, gerakan kamera menunduk dan mendongak pada poros vertikalnya.
13
Tracking Shot, shot yang diambil dengan memindahkan kamera mendekat ke subyek (track in) maupun menjauh dari subyek (track out). Kamera bisa diletakkan diatas peralatan beroda karet yang disebut dolly.14
10
Ibid, hal 115
11
Ibid
12
Ibid
13
Ibid, hal 117
14
Ibid
9
Follow, adalah gerakan kamera yang mengikuti kemana obyek bergerak.
C. Pasca Produksi
Pasca produksi bisa dikatakan sebagai tahap akhir dari keseluruhan proses produksi. Tahap ini dilaksanakan setelah semua pengambilan gambar selesai. Tahap pasca produksi
ini meliputi
logging, editing, dan mixing.
Logging
merupakan
kegiatan pencatatan
timecode hasil
shooting, setelah logging, dilakukan penyusunan gambar sesuai skenario atau shooting script melalui editing. Setelah editing selesai dilakukan mixing gambar dengan suara. Suara dapat berupa atmosfir, suara asli, background musik, atau narasi. Untuk lebih rinci, ketiga tahapan ini akan diuraikan melalui data teknis yang terlampir.
10