tr
4
l
=-.€ l:. '
CA ;RIBISNIS
.'=4
,ffi- ,*:' +€t=-i' m,-
€
.4q{s{
:4+v+rg
'{
a!
i\c.Rri ujtjj'IRl
fl""
.'
',',!-' I 11,11r.ti '-!'11,. i) unb,et Dqya il Llill
)'tl.,,r;i. ' ) ,r':t',t1.
Penge-lolaeLr r
Buku ini merupakan buku teks bidang ilmu Agroforestri. Titik
berat buku ini adalah agar metode ekonometrika, valuasi
ekonomi, dan penentuan fungsi produktivitas pada bidang ilmu
agroforestri mampu diterapkan oleh pembaca. Bagi
mahasiswa yang sedang berencana menulis skripsi, tesis, dan disertasi bidang ilmu agroforestri, disajikan banyqk contoh penerapan ilmu sosial dan ekonomi pada bidang agroforestri. Contoh-contoh yang diberikan dalam buku ini merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan beberapa peneliti lainnya di lndonesia, disebutkan dalam buku ini. Selain itu, dalam buku ini juga
diberikan contoh-contoh penerapan kearifan lokal berkenaan dengan pengelolaan agroforestri. Dalam buku ini dijelaskan cara penerapan metode
ekonometrika pada bidang ilmu agroforestri dan cara membahas beberapa hasil analisis data menggunakan berbagai model regresi, misalnya regresi double log dan regresi panel data-fxed effect model dan random effect model. Berkenaan dengan metode valuasi ekonomi lingkungan, diuraikan dengan jelas metode valuasi kotingensi-metode WTP (willingness to pay); metode biaya perjalanan (travel cost method); pendekatan nilai properti (property value method); dan metode biaya pengobatan (cosf of illness method). Selain itu, diberikan contoh penerapan metode ECBA (exfended cost benefit analysis) dengan pendekatan Total Econom i c Val ue (TEV). ProL llr.lL Usman Riansc,
il,S., adalah
Professor bidang Sosial Ekonomi
Pertanian, staf dan peneliti di Universitas Haluoleo. Menyelesaikan pendidikan Doktor (2006)
dan Magister (1993)
di
Universitas Gadjah Mada
dan Sarjana Pertanian (1986) dari Universitas Haluoleo Kendari. Saat ini
aktif mengajar di program sarjana
dan
pascasarjana Universitas Haldoleo dan beberapa perguruan tinggi lainnya di Sulawesi Tenggara. Penelaah dan penguji Disertasi pada beberapa perguruan tinggi di lndonesia, antara lain: UGM,
Univ. Brawijaya, dan Univ. Padjajaran. menulis di berbagaijurnal ilmiah tingkat nasional
maupun internasi0nal. Pada tahun 2007 mendapat penghargaan lndonesian Most lnisiator Development Award dan Top Leader ol
The Yard Award. Saat U
ini sebagai
Re
niversitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
AIdi,
SP., lllP., adalah staf pengajar dan peneliti pada
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.
Pendidikan sarj ana pertanian diselesaikan pada Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo pada tahun 1997. Pendidikan Magister di bidang Sosial Ekonomi Pertan ian diperoleh dari Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada pada tahun 2006. AKif menulis pada berbagai jurnal ilmiah dan ide-ide ilmiah populernya, pernah dimuatdi media massa lokal seperti Kendari Pos. Saat ini merupakan Kandidat DoKor di Universitas Gadjah Mada dan aKif sebagai peneliti pada Lembaga Penelitian SMERU Jakarta. Sejak tahun 2010 aKif sebagai peneliti lokal pada ERM lndonesia-Lembaga Konsultan lnternasional.
Penerbit AilF&*S'{$\ . Fax. 027-2020373
Jt.rGeqerkalong Hitir Bandung
Tetgi, 022-2008822
e-mait:
[email protected] * website:wwv{.cvalfabeta.com Huto2-34O
AGROFORESTRT: Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin terhilis dari Penerbit.
zoro, PenerbitAlfabeta, Bandung Huto2 (xii + gz8) r6xz4cm @
Judul Buku
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Penulis
Penerbit
Cetakan Kesatu ISBN
Prof. Dr. Usman Rianse Abdi, S.P., M.P. ALFABETA, CV Telp. (ozz) 2oo 8822 Fax. (ozz) 2o2o gTB Websitei www.cvalfabeta.com Email :
[email protected] Desember zorb 978-602-88oo-49-5
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPD
USMAN RIANSE Buku ini kupersembahkan kepada ayahanda LA RIANSE dan ibunda WA NISAHI yang mewasiatkan bahwa warisan terbesar dan paling bermanfaat bagi seorang anak adalah menuntut ilmu. Ingat doa ibu: "Sepere jibinku, seperti matahari, ghindulu kaasihku be kamboiku, Bisimillah " (Bahasa Muna). Kepada istriku Dra. WA KUASA BAKA dan anak-anakku ILMA SARMUSTAQIYMA RIANSE, MUHAMMAD ALIM AL FATH RIANSE, MUHAMMAD IQBAL KUSUMABAKA RIANSE dan MUHAMMAD NUR-YAASIIN KUSUMABAKA RIANSE, semoga buku ini merupakan salah satu persembahan yang terbaikku bagi keluarga.
Kupersembahkan buat Ibu Ku WA ODE RAMLAH (Aln3;?"?l anaK Ku: PRESTASI UTAMA ABDI; ANDRA RIZAL
MUSTAKIM; ADE FALERIO ABDI; INDI NETANYA ABDI; IRGI GERALDI ABDI; VIOLA N. ABDI. Buat Bangsa dan Negara Ku Tercinra.
-
.'v
Usman Rianse Abdi
PERHATIAN
KECELAKMN BAGI ORANGORANG YANG CURANG (QS Al-Muthaffifin ayat 1) Para pembajak, penyalur, penjual, pengedar, dan PEMBELI BUKU BAJAKAN
adalah bersekongkol dalam alam perbuatan CURANG. Kelompok genk ini saling membantu memberi peluang hancurnya citra bangsa, umerampas" dan nmemakan' hak orang lain dengan cara yang bathil dan kotor. Kelompok 'makhluk' ini semua ikut berdosa, hidup dan kehidupannya tidak akan diridhoi dan dipersempit rizkinya oleh ALLAH SWT.
AGROFORESTRI:
Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
(Pesan darl Penerbit A!.FAAEIA)
PENERBITALf1\BI
fA
BANDUNG
I(ATA PENGAI\TTAR LATAR BELAKANG DAN TUJUAN Disusunnya buku ini berkenaan dengan obsesi penulis untuk membuat sebuah buku teks yang dapat menjadi pegangan bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti dalam mempejari dan mengajarkan Bidang Ilmu Agroforestri. Sayangnya, buku teks Agroforestri yang ditulis oleh penulis Indonesia masih seputar teori dan sangat jarang yang memberikan contoh penerapan dalam dunia nyata. Buku ini mencoba mengisi kurangnya literatur Agroforestri, utamanya kajian sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, buku ini dibuat dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa pada berbagai jenjang kesarjanaan (S1, 52, dan 53) berkenaan dengan teori dan aplikasi sosial-ekonomi lingkungan pada bidang agroforestri. Selain itu, buku ini juga diperuntukan bagi dosen dan peneliti pada lembaga pemerintah dan swasta untuk meningkatkan pengetahuan dan skill mereka dalam menerapkan metode ilmu sosial dan ekonomi dalam bidang agroforestri. Namun buku ini tidak dimaksudkan untuk menggurui dosen dan peneriti berkenaan dengan pengetahuan agroforestri. Buku ini dapat digunakan untuk peningkatan pengetahuan menghitung nilai jasa lingkungan sumberdaya hutan yang selama ini diabaikan oleh para rimbawan.
yang diberikan dalum buku ini merupakan penelitian yang relah dilakukan oleh penulis dan beberapa peneliti lainnya di Indonesia, disebutkan dalam buku ini. Selain itu, dalam buku ini juga diberikan contoh-contoh penerapan kearifan lokal berkenaan dengan pengelolaan agroforestri. Dalam buku ini dijelaskan cara penerapan metode ekonometrika pada bidang ilmu agroforestri dan cara membahas beberapa hasil analisis data menggunakan berbagai model regresi, misalnya regresi double log dan regresi panel data-fixed effect model dan random effict model. Berkenaan dengan metode valuasi ekonomi lingkungan, diuraikan dengan jelas metode valuasi kotingensi-metode WTP (willingness to pay); metode biaya perjalanan (travel cost method); pendekatan nilai properti Qtroperty value methoA; dan metode biaya pengobatan (cost of illness method). Selain itu, diberikan contoh penerapan metode ECBA (extended cost benefit analysis) dengan pendekatan Total Economic Value (TEV). Secara umum, buku ini diharapkan berguna bagi mahasiswa dan dosen dalam proses belajar mengajar mata kuliah "Pengantar Agroforestri, sosial Forestri, dan Ekonomi sumberdaya Hutan" khususnya aplikasi ilmu sosial, ekonomi, dan lingkungan pada bidang kehutanan". Buku ini dapat menjadi pedoman dalam penelitian sosial ekonomi kehutanan. selain itu, buku ini dapat menjadi pedoman praktis bagi peneliti pada lembaga pemerintah dan
swasta dalam lnerencanakan
dan
melaksanakan penelitian bidang
agroforestri. sebelum menjadi sebuah buku teks seperti yang Anda pegang saat ini, buku
ini
awalnya merupakan sebuah bahan kuliah "Pengantar Agroforestri; Ekonomi Sumber Daya Hutan; dan Ekonomi Sumber Daya Alam" yang diberikan kepada mahasiswa
sl
(Fakultas Pertanian Jurusan Kehututan dan
Ekonomi Pertanian) dan bahan kuliah "Ekonomi Sumber Daya Aram: Masalah Khusus Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat pertanian" yang diberikan kepada mahasiswa s2 pada seluruh program studi pascasariana universitas Haluoleo. Uji coba selama beberapa tahun temyata disambut baik oleh mahasiswa. saran dari mahasiswa menjadi bahan perhatian dan masukan yang berharga bagi penulis.
Titik berat buku ini adalah metode ekonometrika, valuasi ekonomi, dan penentuan fungsi produktivitas pada bidang ilmu agroforestri manpu diterapkan oleh pembaca. Bagi mahasiswa yang sedang berencana menulis skipsi, tesis, dan disertasi bidang ilmu agroforestri, disajikan banyak contoh penerapan ilmu sosial dan ekonomi pada bidang agroforestri. Contoh-contoh vt
EDISI PERTAMA Dalam edisi pertama ini, penulis membagi isi buku teks ini menjadi 4 (empat) bagian utama yang terdiri dari I I bab. Pembagian seperti ini untuk memudahkan pembaca memahami kajian sosial, ekonomi, dan lingkungan bidang agroforestri. Keempat bagian dan I I bab buku ini adalah sebagai berikut:
Bagian Pertama: bagian ini berisikan 2 bab yang membahas tentang agroforestri: ilmu baru, teknik lama; dan pembangunan pertanian dan degradasi lingkungan. L Pada bab I didiskusikan dengan jelas rentang sejarah dan perkembangan agroforestri, sasaran dan tujuan agroforestri, ruang I ingkup agroforestri, jenis-jenis agroforestri, tantangan dan keremahan agroforestri.
vil
2.
Dalam bab 2, berisikan keterkaitan antara pembangunan pertaniun dan degradasi lingkungan, paradigm pembangunan pertanian, dan dasar hukum dan kebijakan pengelolaan hutan lindung
Bagian Kedua: terdiri dari 2 bab yang membahas tentang fungsi produksi dan produktivitas agroforestri dan produktivitas agroforestri berbasis kakao. 3' Bab 3, mendiskusikan teori produksi dan fungsi produksi, serta penerapan teori produksi pada penentuan fungsi produktivitas agroforestri. 4. Dalam bab 4, didiskusikan tentang moder ekonometrika produktivitas agroforestri, perbandingan produkvitas berbagai pola agroforestri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas agroforestri. Bagian Ketiga: terdiri dat'' 4 bab yang membahas tentang valuasi ekonomi sumberdaya alam, valuasi ekonomi agroforestri pada kawasan hutan lindung, valuasi ekonomi agroforestri berbasis kako, dan kebijakan perbankan bagi agroforestri yang menyejahterakan petani. Bab 5 membahas tentang konsep dasar ekonomi lingkungan, metode valuasi dalam ekonomi sumberdaya aram, dan berbagai metode analisis manfaat dan biaya.
5. 6, 7. 8.
Pada bab 6 membahas tentang metode varuasi ekonomi agroforestri kawasan hutan lindung, valuasi ekonomi degradasi hutan lindung, dan valuasi ekonomi pengelolaan hutan lindung. Dalam bab 7 didiskusikan tentang metode valuasi ekonomi agroforestri berbasis kakao, analisis finansial dan ekonomi agroforestri, analisis kepekaan pola agroforestri, dan pilihan arternatif pola agroforestri. Pada bab 8 membahas keterkaitan bank, hutan, dan industri, risiko
keuangan yang terkait dengan sektor kehutanan, dan kebijakan
perbankan pada agroforestri.
Bagian keempat: terdiri dari 3 bab, membahas tentang kelembagaan dan sistem pengelolaan agroforestri, agroforestri ruang partisipasi dalam pengelolaan hutan, dan kearifan lokal pengelolaan agroforestri. Dalam bab 9 didiskusikan berbagai model kelembagaan agroforestri. Bab l0 membahas tentang konsep partisipasi, pengembangan partisipasi
9.
l0'
ll.
masyarakat dalam pengelolaan agroforestri, dan perencanaan terpadu berbasis masyarakat dalam pengelolaan DAS. Dalam bab diulas tentang konsep resolusi konflik, konflik sosial di kawasan hutan lindung, nilai-nilai kearifan lokal dalam pemilikan dan pengelolaan lahan, penerapan sistem penguasaan lahan dengan sistem
ll
vlil
knwaagho dun katrlolkaf'otai, clan pengelotuan hutan ctcngan polu k rc ndc a-mode I agroforestri berbrg i s keari fan lokal.
Dalam mempelajari dan membaca buku
ini,
pembaca tidak mesti
mempelajarinya berdasarkan urutan bagian dalam buku ini. pertama, bagi pembaca yang sudah memiliki pengetahuan tentang agroforestri, dapat
langsung membaca Bagian Kedua dan Ketiga tanpa membaca Bagian Pertama, selanjutnya membaca Bagian Keempat, Kedua, bagi mahasiswa yang ingin mengetahui tentang aspek sosial agroforesti dapat langsung membaca Bagian Keempat tanpa membaca bagian Kedua dan Ketiga. Tetapi sebelumnya harus memnaca Bagian Pertama. Ketiga, bagi dosen yang akan menggunakan buku ini dalam proses belajar mengajar mata kuliah "Agroforestrilsosial Forestri", dimulai pada Bagian pertama, selanjutnya Bagian Empat. setelah memberikan materi bagian tersebut, dapat memberikan materi pada Bagian Kedua dan Ketiga. Kedalaman materi yang diajarkan harus disesuaikan dengan jenjang kesarjanaan mahasiswa (sl, s2, dan s3). selain itu, bagian materi yang akan diberikan sangat tergantung pada kebutuhan dan kurikulum pada masing-masing perguruan tinggi/ universitas, dan urutan materinya dapat disesuaikan dengan style dan selera masing-masing dosen/pengaj ar.
UCAPAN TERIMA KASIH sebuah karya sulit dikatakan sebagai usaha satu orang, tanpa bantuan orang lain. Demikian juga buku ini. Buku teks ini tidak mungkin terselesaikan tanpa dorongan terus menerus, bantuan, dan kritik membangun dari banyak pihak. Pertama, penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalammnya kepada Zulfrkar, S.P. dan La Ode Midi, S.p., M.p., yang tetah banyak membantu dalam editing bahasa draf buku ini. Penulis menghaturkan terima kasih kepada guru-guru kami
di
universitas
Haluoleo: Prof. H.E.A. Mokodompit, M.A.; prof. Dr. H. Abdunauf Tarimana (Alm.); Prof. Dr. soleh solahuddin, M.Sc.; prof. Ir. H. Mahmud Hamundu, M.Sc.; Yakup B. Solo; Prof. Dr. Arifin Salatang; Ir. H. 'l.aane Laola, M.P.; Prof. usman Daeng Masikki; prof. Dr. Ir. H. Muhammad Akib Tuwo, M.S.; Prof. Dr. H. Yusuf Abadi, S.E., M.S.; Drs. Suleman; Ir. Hanurung, M.S. (Alm.); Ir. Gatot Ilhamto, M.Sc.; prof. Dr. La Ode Sidu Marafad, M.S.; dan Drs. H. La Hay, M.Pd., serta dosen lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan teladan dan
Daftar Isi
meletakan dasar-dasar akademik yang kuat bagi penulis. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada guru-guru kami selama menempuh penoiditan di sekolah Dasar, sekolah Menengah Pertama dan sekolah Menengah Atas yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis' jenjang Buku ini pantas menjadi pegangan bagi mahasiswa pada pelbagai kesarjanaan dan dosen serta peneliti dikarenakan penulis memasukan sebagian besar pengetahuan penulis berkenaan ekonomi lingkungan dan evaluasi proyek yang diperoleh selama mengikuti program Magister dan Doktor di universitas Gadjah Mada. untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sri Widodo, M.sc., Dr. Ir. Slamet Hartono, su.,
M'Sc'danProf.Dr.Ir.kham,M.Sc.,yangtelahmengajarkancara
juga melakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam' Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Masyhuri; Prof. Dr. Ir. Dwidjono Hadi Darwanto, M.S.; dan Prof. Dr. Tumari Jatileksono, M.A., M.Sc., serta dosen-dosen lainnya di Program Studi Ekonomi Pertanian atas segala bimbingan dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis. (ayah Penulis menghaturkan terima kasih setinggi+ingginya kepada keluarga dan ibu, mertua, istri, dan anak-anak), yang telah dengan sabar dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan buku ini, yang selalu mengingatkan obsesi menulis buku ini di kala tenggelam dalam kesibukan yang lain.
I(ata Pengantar Daftar Isi ..........
..........
xl
BAGIAN SATIJ
Agroforestri: Paradigrna Baru Pernbangunan Pertanian dan l(ehutanan BAB BAB
r z
Sistem Agroforestri .......... Pembangunan Pertanian dan Degradasi Lingkungan ..........
BAB
3 4
Fungsi Produksi dan Produktivitas
Agroforestri
..........
Produktivitas Agriforestri Berbasis
BAB
masih jauh dari sempurnHiada gading yang tak retak, kata pepatah' Namun upaya mencari gading yang tidak retak setidaknya telah penulis usahakan. Segala komentar, kritik, dan saran mengenai buku ini akan diterima dengan senang hati. Penulis selalu belajar dan memahami kritik betapapun kerasnya dengan arif dan bdaksana'
BAGIAN TIGA Valuasi Ekonorni Pola Agroforestri
e-mail: ilma-rians3
@
Yahtxl.com
ftaa c-mail : cedcabdi
@
yahtto'com
34
BAGIAN DIJA Produktiwitas Agroforestri
Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam analisis dan penyajian, buku ini
Tf,,r** $6*tn"
VI
Kakao
BAB 5 Valuasi Ekonomi Sumber Daya AIam BAB 6 Valuasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan
Hutan Lindung BAB 7 Valuasi Ekonomi Agroforestri
Berbasis Kakao BAB 8 Kebijakan Perbankan bagi Agroforestri yang Menyejahterakan Petani
5g 70
1o1
rS7 1So
rg9
BAGIANSATU
BAGIAN EMPAT I(elernbagaan Agroforestri dan l(earifan Lokal
AGROFORESTRI:
g
Kelembagaan dan Sistem Pengelolaan 209 Agroforestri .......... BAB ro Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan 24L Sumber Daya Hutan BAB rr Kearifan Lokal: Resolusi Konflik Pengelolaan Hutan Berbasis Agroforestri -........ 283 BAB
Daftar Pustaka Indeks
PERTAI\IIAN DAN KEHUTANAN
Pada bagian ini dibahas tentang agroforestri: ilmu baru, teknik lama; dan pembangunan pertanian dan degradasi lingkungan. Di dalamnya diuraikan
Larnpiran Lampiran r Peta Partisipatif Masyarakat Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan Papantiri ........!....... Lampiran z Biaya Finansial Berbagai Pola Usaha Tani Kakao Lampiran 3 Manfaat Finansial Berbagai Pola Usaha Tani Kakao .... Lampiran 4 Biaya Ekonomi Berbagai Pola Usaha Tani Kakao Lampiran 5 Manfaat Ekonomi Berbagai Pola Usaha Tani Kakao .....
PARAD IGMA BARU PEMBAI\GUNAN
305
tentang sejarah agroforestri dan berbagai manfaat serta kelemahan dan tantangan agroforestri di masa yang akan datang. Juga diuraikan keterkaitan pembangunan pertanian dan degradasi lingkungan serta paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan yang mengarah pada penerapan pola agroforestri.
306 307
308 309
31r 323
I
didiskusikan dengan jelas tentang sejarah dan perkembangan agroforestri,. sasaran dan tujuan agroforestri, ruang lingkup agroforestri. j eni s-j eni s agroforestri, tantangan dan kelemahan agroforestri. Pada bab
Dalam bab 2, berisikan keterkaitan antara pembangunan pertanian dan degradasi lingkungan, paradigma pembangunan pertanian, dan dasar hukum dan kebijakan pengelolaan hutan lindung-kebijakan yang mengizinkan pengelolaan hutan lindung oleh masyarakat dengan penerapan pertanian berbasis agroforestri.
BAB r
SISTEM AGROFORESTRI
Tujuan pembelajaran:
l. 2. 3. 4.
A.
Mengenal bentuk-bentuk agroforestri yang ada di Indonesia.
Memahami evolusi dan proses-proses yang terjadi dalam sistem
agroforestri. Mendapatkan gambaran tentang keuntungan, kendala, potensi, dan peluang dari agroforestri bagi petani maupun pemerintah. Mengerti tentang agroforestri kompleks sebagai salah satu bentuk utama dari sistem asroforestri di Indonesia.
Pendahuluan
Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora
dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri menjadi salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat mengatasi masalah yang timbur akibat adanya alih-guna lahan dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Agroforestri, sebagai suatu cabang irmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem Agroforestri yang telah dipraktikkan petani sejak dulu kala. secara sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen
pokoknya (subyek). Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Penanaman berbagai macam pohon dengan atau tanpa tanaman setahun (semusim) pada lahan yang sama sudah sejak lama dilakukan petani
di Indonesia. contoh ini duput dilihut dcngun muduh puclu luhan pckurungurr sekitar tcnrpat ringgal petani.praktik ini banyak clilakukan cli d.crah pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang scmakin tcrbatas.
di
Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Maka lahirlah agroforestri sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis seiak berabad_ abad yang lalu.
Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk
mencegah
perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan
mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktikkan oleh petani di berbagai tempar di
Indonesia (Michon dan de Foresta, l9g5), misalnya sistem ladang berpindah,
kebun campuran
di
penggembalaan.
lahan sekitar rumah (pekarangan) dan
B.
Agroforestri: Ilmu Baru, Teknik Lama
1. a.
Sejarah dan Perkembangan Agroforestri Fase Agroforestri Klasik i
sekitar tahun 7000
padang
permudaan yang sudah ada.
Baru pada perkembangan selanjutnya dilakukan
terjadi perubahan budaya manusia dalam mempertahankan eksistensinya dari pola hidup berburu (hunting) d,an mengumpulkan makanan (food gathering) ke cara bercocok tanam dan
beternak (plants and animals domestication). sebagai bagian dari proses ini mereka menebang pohon, membakar seresah dan selanjutnya melakukan budidaya tanaman. Dari sini lahirrah sistem pertanian tebas (tebang) bakar
yang merupakan awal dari agroforestri (MacDicken dan vergara, 1990; Swaminathan, 1987). Praktik tebas bakar atau perladangan ini tidak saja berkembang di daerah tropis, tetapi juga di Eropa. Di Jerman hingga awal abad 20 masih dijumpai praktik pertanian seperti perladangan (perladangan berpindah) yang
kita kenal di daerah tropis. Sebelum meninggalkan areal pertanian tersebut (dan bahkan seringkali setelah menanam tanaman perranian) dilakukan penanaman pohon-pohonan (King, lg87).
f.n@
budidaya
itu tidak saja dijumpai di daerah tropis di Asia, akan tetapi juga di Amerika Latin dan Afrika (a.r. rihat Padoch dan deJong, 1987; Okafor dan Fernandes, 1987). Hal yang menarik, sistem berkebun tersebut umumnya berhubungan erat dengan praktik perladangan (Sardjono, 1990: Soemarwoto, et.al., 1985). Tradisi pemeliharaan pepohonan dalam bentuk kebun pada areal perladangan, pekarangan dan tempat-tempat penting lainnya oleh masyarakat tradisional itu dikarenakan nilai-nilainya yang dirasakan tinggi sejak manusia hidup dalam penanaman. sistem berkebun semacam
hutan.
b.
sM
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
Pcrludnngan buksnlah sutu-satunya sisrcm ugrol'orestri klasik yang dikcnul, Menurut wiersum 11982; {lE7) praktik agro{brcsrri, baik yang tradisional maupun yang sccura ilmiah dikembangkan saat ini dimulai clari sistem berkebun (gardening) yang banyak dijumpai di daerah Asia Tropis, rnisalnya sistem kebun hutan dan kebun pekarangan (fbrest aner honrc gurclens) masyarakatasli di Kalimantan Timur (Sardjono, 1990). prakrik berkebun semacam itu kemungkinan besar dimulai dari tanaman yang tumbuh spontan dari biji-biji yang dibuang di lahan-lahan perranian sekitar tempat tinggal atau mempertahankan/memelihara pohon-pohon dan
Pra-AgroforestriModern
Pada akhir abad XIX, pembangunan hutan tanaman (pepohonan sengaja ditanam -man-made forert) menjadi tujuan utama. Agroforestri dipraktikkan
sebagai sistem pengelolaan lahan. Pada pertengahan r800-an dimulai - verbenacece) di sebuah daerah di Birma oleh Sir Dietrich Brandis (seorang rimbawan Jerman yang bekerja untuk Kerajaan Inggris). Penanaman jati dilakukan melalui sistem *Taungya, (Taung = bukit; ya = budidaya), diselang-seling atau dikombinasikan dengan tanaman pertanian (tanaman pangan semusim). Kelebihan dari sistem ini bukan saja dapat menghasilkan bahan pangan, tetapi juga dapat mengurangi biaya pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman yang memang sangat penanaman jati (Tectona grandis
mahal.
Kesuksesan sistem ini mendorong penyebarannya semakin luas, tidak saja keseluruh Birma (1867), akan tetapi juga ke daerah-daerah jajahan
Inggris lainnya, a.l. Afrika selatan (1887), India (1890) dan Bangladesh (1896) (King, 1987; Lowe,1987; MacDicken dan Vergara, 1990). Sistem taungya diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia oleh pemerintah Kolonial Belanda dalam rangka pengelolaan hutan jati juga sekitar akhir Sistem Agroforestri
xlx.
selanjutnya taungya dikenar di Indonesia sebagai sistem tumpangsari. Banyak ahli yang berpendapat bahwasistem taungye adalah cikal bakal agroforestri modern.
abad
Agroforestri klasik atau tradisionar sifatnya lebih polikultur dan
lebih besar manfaatnya bagi masyarakat setempat dibandingkan agroforestri modern (Thaman, 198s). Agroforestri modern hanya melihat kombinasi antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Dalam agroforestri modern, tidak terdapat lagi keragaman kombinasi yang tinggi dari pohon yangbermanfaat atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem tradisional. Dalam perkembangan sistem taungya selama lebih dari seratus tahun sejakdiperkenalkan (periode 1856 hinga pertengahan 1970-an), hanya sedikit ataubahkan sama sekali tidak ada perhatian terhadap komponen pertanian, petaniataupun produk-produknya. Pada saat itu, sistem taungya memang dirancang dan dilakukan melulu untuk kehutanan saja. Tidak heran bila waktu itu ada yang berpendapat, bahwa di beberapa bagian dunia,
masyarakat setempat telah dieksploitasi untuk kepentingan kehutanan. Kesuksesan sistem taungya dikatakan karena adanya masyarakat yang .lapar tanah' (akibat dari keterbatasan penguasaan lahan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi), pengangguran dan kemiskinan (King, 1987). Dengan kata lain, keikutsertaan masyarakat dalam sistem taungya pada waktu itu lebih banyak disebabkan keadaan atau keterpaksaan, bukan keuntungan yang dapat diperolehnya. Pada waktu itu jarang sekali disinggung oleh para ahli tentang aspek
positif konservasi tanah dari pelaksanan sistem taungya. Tujuan tuungya
hanyalah pembangunan hutan (dengan pemikiran bahwa keberadaan hutan dapat melindungi produktivitas tanah) dan mengeluarkan petani secepatnya dari hutan. Namun problema pengaruh manusia terhadap erosi tanah tidak pernah terlintas dalam pemikiran rimbawan pada waktu itu (King, l9g7). Pada waktu itu, ada empat pertimbangan dalam kaitannya dengan hal tersebut:
t) 2)
Hutan negara dianggap tidak bisa diganggu gugat. Ancaman/gangguan terhadap kawasan hutan sebagian besar dianggap
berasal dari para petani, khususnya meralui praktik perladangan berpindah.
3)
Ada anggapan bahwa lebih menguntungkan mengganti
hutan-hutan
alam yang terlantar atau yang kurang menghasilkan dengan hutan tanaman.
AGROFORESTRI: solusi sosial dan Bkonomi pengelolaan-umbe.
Dafrffii
.-.d
4)
Pembangunan hutnn tanaman merupakan'niaga yang mahal, khususnya karena masa pemeliharaan yang laqru.
Oleh karenanya filosofi yang ada pada waktu itu
adalah
pembangunan hutan tanaman dengan memanfaatkan tenaga kerja dari para tuna karya dan tunalahan yang ada. Sebagai imbalan, mereka diperkenankan
memanfaatkan lahan-lahan di sela-sela anakan tanaman kehutanan untuk bercocok tanam atau aktivitas pertanian. Penjabaran selanjutnya dari sistem teungya tentu saja berbeda di masing-masing negara atau dari satu daerah ke daerah lainnva. Akan tetapi apa yang diuraikan di atas adalah gambaran umum danmerupakan asal mula konsep sistem taungya.
c.
Agroforestri Modern
Sejak awal tahun 70-an ada pendapat akan pentingnya peran pepohonan
dalam mengatasi berbagai problema petani kecil dalam
memenuhi
kebutuhan hidupnya, khususnya kebutuhan bahan pangan. Tujuan peningkatan produksi pangan melalui program "Revolusi Hijau" yang dilaksanakan pada waktu itu memang dapat dicapai. Akan tetapi sebagian besar petani tidak punya cukup modal untuk dapat berpartisipasi dalam program tersebut, karena besarnya biaya untuk irigasi, pemupukan, pestisida dan bahkan untuk penyediaan lahannya sendiri. Selain itu status kepemilikan lahan sebagian petani masih belum pasti. Sementara itu permasalahan penciutan kawasan hutan akibat peningkatan jumlah penduduk dan sebab-sebab lainnya juga menuntut diperolehnya jawaban yang tepat. Inilah yang mendorong Bank Dunia (World Bank) untuk menggalakkan Program-Program Perhutanansosial (social forestry), yang dalam pelaksanaannya dirancang khusus untuk peningkatan produksi pangan dankonservasi lingkungan tanpa mengabaikan
kepentingan pihak kehutanan untuk tetap dapat memproduksi dan memanfaatkan kayu. Pertengahan tahun 70-an juga ditandai dengan perubahan kebijakan Organisasi Pangan dan Pertanian se-Dunia (FAO), yaitu dengan penetapan Direktur Jenderal Kehutanan dalam struktur organisasinya. programprogram "Kehutanan untuk Pembangunan, Masyarakat Pedesaan" (Forestry
for Rural
Development) digalakkan melalui sejumlah seminar atau lokakarya. Puncak dari perubahan kebijakan FAO adalah pada Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 tahun 1978 di Jakarta, di mana tema pokok yang dipilih adalah "Forests for People atau "Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat" dan penetapan kelompok diskusi khusus "Forestry for Rural Communities" (Kehutanan untuk Masyarakat Pedesaan).
Sistem Agroforestri
.,
Tumbuhnya agrolbrestri modern tidak lepas dari studi yong dibiuyui oleh PusatPenelitian Pembangunan lnternational (lnternutictrutl Devehrynu:nt ReseacrhCentre) Canada (Bene et al., 1977| Dalam hasil studi dengan.iudul "Trees, Foodand People: ktnd Management in the Tropics" (Hutan, Bahan Pangan dan Masyarakat: Pengelolaan Lahan di Wilayah Tropis) telah direkomendasikan pentingnya penelitian-penelitian Agroforestri. Pada tahun 1977 dibentuk Badan International yang menangani penelitian dalam bidang
agroforestri bernama ICRAF singkatan dari International Council .for Research in Agroforestri (yang pada mulanya berpusat di Royal Tropical Institute, Amsterdam, sebelum dipindahkan ke Nairobi 1978), dan pada tahun 1990 berubah menjadi International Centre for Research in
Agroforestry. Akhirnya pada awal bulan Agustus tahun 2O02, namanya berubah menjadi 'World Agroforestry Centre, ICRAF". Kantor pusat ICRAF ini terletak di Nairobi (Kenya), dan kegiatannya dilakukan di Afrika, Amerika Latin dan Asia Tenggara. Hasil pemikiran dan kajian oleh berbagai pihak tersebut melahirkan konsep-konsep dan pendekatan baru agroforestri. Pendekatan dan pandangan terhadap agroforestri mulai berubah, khususnya para ilmuwan dan ahli dari bidang kehutanan maupun pertanian.
2.
DefenisiAgroforestri
Sampai dengan saat ini belum ada kesatuan pendapat di antara para ahli tentang definisi "agroforestri". Hampir setiap ahli mengusulkan definisi yang berbeda satu dari yang lain. Mend'bfinisikan agrofuresrri sama sulitnya dengan mendefinisikan hutan. Dalam jurnal "Agroforestri Systems" Volume I No.l, halaman 7-I2Tahun 1982 ditampilkan tidak kurang dari 12 definisi antara lain:
rcwal
rlengnn buclavu mawnrakat
Chnndler)
,urr*rnt' 1r(.f',S. Kirr,q clan M.'l'.
i
,,,,.,. penutnunun pepohotttut secara bersunumn atuu heruruttm deng,utt lilnunum pertanian dan/utau peternakan, haik dalam lingkup kelunrga kccil ald,tlrun perusahaan besar.Agroforestri tidak sama dengan hutan kemasyu-
mkatnn (community forestry), akan tetapi seringkali tepat
untuk
peltkstnuan proyek-proyek hutan kemasyarakatan. ( L. Roche ) Huxley (1999) beberapa definisi Agroforestri yang digunakan oleh lcrnhaga penelitian agroforestri internasional (ICRAF = International Centre .for Rcsearch in Agroforestri) adalah:
,,... sistem peng,gunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pcpohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman ticlak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang acla komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk intcraksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen luinnya.
,,... sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman.
..... sistem pengeloloaan sumber daya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian otau padang pengqem-
Agroforestri adalah
balaan untuk memperoleh berbagai produk secara berkelanjutan sehinggu dapat meningkatkan ketmtungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua penggunt lahan.
...... sistem penggunaan laha4 terpadu, yang memiliki aspek sosial clan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengon
banyak definisi agroforestri dengan rumusan sebagai berikut;
tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optinnal dalam arti berkesinambungan. (P.K.R. Nair)
...... sistem pengelolaan lahan berkelanjutan dan mampu meningkatkon produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutun dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dikrksanakan pada satu bidang lahan dengan menerapkan teknik pengelolaan praktis yang
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Selanjutnya Lundgren dan Raintree (1982) mengajukan ringkasan
Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologiteknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu
unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perclu, pulem, bambu dll.) dengan tanarnqn pertanian dan/atau hewan (tenmk) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergili.run sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
Sistem Agroforestri
Dari bcberapa definisi yang telah dikutip sccara lcngkup tersebut, agroforestri merupakan suatu istilah baru dari praktik-praktik pemanlaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-unsur:
1) 2) 3)
Penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia.
4) 5)
Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode teftentu. Ada interaksi ekologi, sosial,danekonomi.
Penerapanteknologi. Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau hewan.
Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (Bene, 1977;King 1978; King, 1979). s Tugas
t. 2.
3.
Carilah definisi-definisi tentang agroforestri dari berbagai literatur di luar yang sudah dituliskan dalam teks ini, kemudian buatlah ringkasannya! Setelah membaca dan memahami berbagai definisi tadi, susunlah dengan kalimat sendiri definisi agroforestri menurut pemahaman anda!
Istilah Lain Agroforestri
Di kalangan masyarakat berkembang beberapa istilah yang sering dicampuradukkan dengan agroforestri. Hal ini sangat membingungkan. Ada yang memandang agroforestri adalah suatu kebdakan pemerintah atau status kepemilikan lahan, bukan sebagai sistem penggunaan lahan. Berikut ini beberapa contoh definisi agroforestri yang berkembang di masyarakat:
a.
Perhutanan Sosial (Social-Forestry)
Perhutanan sosial (socfal forestry) adalah upaya/kebijakan kehutanan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar hutan. Produk utama dari perhutanan sosial berupa kayu dannon-kayu. Oleh karena itu dalam praktiknya dapat berupa pembangunan hutan tanaman (man-made forest) atau penanaman pohon-pohon pada lahan milik masyarakat yang dimanfaatkan bagi industri besar.
10
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Kogiotun porhutanun sosiul kadong-faaurii menerapkun agrolbrestri, yaltuupubilu penunsmun pohon-pohon.harus dilaksanakan bersama-sama dengun komponen pertanian dan/atau peternakan. Walaupun demikian, perhutunun sosial adalah tetap merupakan kegiatan kehutanan, karena pada lntinyo kehadiran komponen pertanian sebagai kombinasi tidak mutlak harus
dilnkukan. Istilah social-foresfry sebenarnya dipopulerkan di India pada tahunT0-an dan dalam kegiatannya FAO memberikan istilah "Forestry for Ru
rnlC o mmunity
b.
D ev
eI
oprnent ".
Hutan Kemasyarakatan (Community-Forestry) dan Hutan Rakyat (Farm-Forestry)
Kedua istilah ini merupakan bagian dari perhutanan sosial (social-forestry). Hutan kemasyarakatan (community forestry) adalah hutan yang perencanaan, pembangunan, pengelolaan, dan pemungutan hasil hutan serta pemasarannya dilakukan sendiri oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Pelaksanaannya dapat pula dilakukan oleh pihak kehutanan yang membantu masyarakat dengan mengutamakan keuntungan bagi seluruh masyarakat, bukan untuk individu. Hutan rakyat (farm-forestry) adalah hutan di mana petani/pemilik lahan menanam pepohonan di lahannya sendiri. Mereka biasanya telah mengikuti pendidikan, latihan dan penyuluhan kehutanan ataupun memperoleh bantuan untuk kegiatan kehutanan.
Bentuk Agroforestri mungkin dipilih dan diterapkan pada kedua kegiatan tersebut bila pepohonan ditanam bersama dengan tanaman pertanian. Dengan demikian hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat tidak selalu identik dengan agroforestri, karena agroforestri adalah pemanfaatan lahan terpadu tanpa batasan kepemilikan lahan.
c.
Hutan Serba.Guna (Multiple Use Forestry)
Hutan serba-guna adalah praktik kehutanan yang mempunyai dua atau lebih tujuan pengelolaan, meliputi produksi, jasa atau keuntungan lainnya. Dalam penerapan dan pelaksanaannya bisa menyertakan tanaman pertanian atau kegiatan peternakan. Walaupun demikian hutan serba guna tetap merupakan kehutanan (dalam arti penekanannya pada aspek pohon, hasil hutan dan lahan hutan), dan bukan merupakan bentuk pemanfaatan lahan terpadu sebagaimana agroforestri yang secara terencana diarahkan pada pengkombinasian kehutanan dan pertanian untuk mencapai beberapa tujuan yang terkait dengan degradasi lingkungan serta problema masyarakat di pedesaan.
Sistem Agroforestri
11
d.
Forcsl l,'armlng
hntuk ngrotbrostri
Istilalr Forcst Jhrntlrrg sebcnarnya mirip dengan nturriprt, ust,.fitre,rrr.v, yflng digunakan untuk upaya peningkatan produksi rahan huian, yaitu ticlak mcruru
produk kayu, tetapi juga mencakup berbagai bahan pangan dan hijauan. Praktik ini juga sering disebut "Dreidimensionare Foriwirtsch.ft, atau kehutanan dengan tiga dimensi. Di Amerika, istirah forest Jnrming digunakan untuk menyatakan upaya pembangunan hutan tanaman oreh
petani-petani kecil.
e.
luhrrryn:
lt
2)
Adunyu pengkombinusian yang terencana/disengaja dalam
satr"r bidang
lnhtn antara tumbuhan berkayu (pepohonan), tanaman pertanian dun/utau ternak/hewan baik secara bersamaan (pembagian ruang)
lllilupun bergil iran (beryantian waktu); Ada interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang nyata/jelas, baik positif dan/atau negatif antara komponen-komponen sistem yang berkayu rnuupun tidak berkayu.
Ecofarming
Ecofarming adalah bentuk budidaya pertanian yang mengusahakan sedapat mungkin tercapainya keharmonisan dengan lingkungannya. Daram hal tefientu dalam ecofarming bisa saja memasukkan komponen pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya sehingga dapat disebut agroiorestri. Daram ecoforming tidak selalu dijumpai unsur kehutanan dalam kombinasinya, sehingga dalam hal ini ecffirming merupakan kegiatan pertanian. Ada berbagai bentuk sistem atau praktik agroforestri, baik yang bersifat tradisional atau modern yang tersebar di wilayah tropis dan sub-tropis. Berbagai contoh tersebut menunjukkan betapa ruasnya ,=ntung agroforestri, sehingga para ahli kehutanan dan pertanian konvensionai sulit untuk
menerimanya.
Beberapa
meliputi rentang yang ruas dari sistbm-sistem pe.anfaatJn rahan primitif, tradisional maupun modern. oleh sebab itu, diperlukan adanya batasan yang
jelas kapan atau bilamana suatu sistem dapat dikategorikan
l)
a
2)
Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih
di
antaranya tumbuhan
berkayu. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan
4)
tanaman tidak berkayu. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi producr), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan.
.5)
Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function),
6)
7)
misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dij adikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat. untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen. sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur
dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan
peternakan selalu dapat diklasifikasikan sebagai suatu sistem agroforestri.
ft
oleh
3)
dan/atau
Kuenzel (1989) menyarankan untuk merihat adanya interaksi yang nyata dari komponen-komponen penyusunnya. sebagai contoh sederetan pohon cemara yang ditanam pada pinggir sawah/ladang yang dimaksudkan melulu untuk produk kayunya, maka sistem tersebut bukan sistem agroforestri. Namun, bira penanaman pohon tersebut sekarigus juga dimaksudkan untuk merindungi tanaman pertanian dari terpaan angin (windbreak), maka sistem itu dapat dikatakan sebagai agroforestri. Lundgren dan Raintree (l9g,), definisi agroforestri seyogyanya menitikberatkan dua karakter pokok yang umum dipakai pacra seruruh
penting Agroforestri yang dikemukakan
(tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu
sebagai
agroforestri. Batasan semacam ini diperlukan untuk menghindari timbuln pendapat bahwa setiap kombinasi komponen kehutanun, p.rtuniun
ciri
Lttndgren dan Raintree (1982) adalah:
Dari uraian tersebut diketahui bahwa definisi agroforestri dapat
AGROFORESTRI; Solusi Sosial dan
,-.+
yang mombednkun denguir nintom pcnggunnan lnhun
sistem budidaya monokultur. 4.
Sasaran dan Tujuan Agroforestri
Agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestri utamanya diharapkan dapat membanru mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan.
Sistem Agroforestri
13
Kondisi tersebut mcrupakan reflcksi dari udanyn konservrci cumber duyu
Z)
alum yang optimal oleh sistem penggunailn lahun yung diadopsi.
3)
Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestri diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar. Di samping itu agroforestri
4) 5)
diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan
ekologi) berikut menjadi mandat agroforestri daram pemecahannya (von Maydell, 1986):
a.
Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan:
l)
2) 3)
b.
Meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau tiaptiap musim; perbaikan kualitas nutrisi, pemasaran, dan proses-proses dalam agroindustri. Diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen. Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.
Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian:
t)
2)
d.
Pemanfaatan berbagai jenis'pohon dan perdu, khususnya untuk produk-produk yang dapat menggantikan ketergantungan dari luar (misal: zat pewama. serat, obat-obatan, zat perekat, dll.) atau yang mungkin dijual untuk memperoleh pendapatan tunai. Diversifikasi produk.
b)
c)
yangmenarik. yang tradisional, pemukiman, pengaturan pemilikan lahan.
3) Memelihara nilai-nilai
e.
budaya.
Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan produksi
Shcltarbclt, pohon pelindung (shade trees), windbrake, pagar hidup (lifefence). Pengelolaan sumber air secara lebih baik. Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimal-
Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang surit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai: l) Mengusahakan peningkatan pendapatan, ketersediaan pekerjaan
2) Mempertahankan orang-orang muda di pedesaan, struktur keluarga
i
interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponenkomponen tersebut dengan lingkungannya. Dalam kaitan ini ada beberapa kcunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yritu dalam hal: u) Produktivitas (Productivty). Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja
bakar:
c.
pcrdu.
ktn
Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu suplai yang lebih baik untuk memasak dan pemanasan rumah (catatan: yang terakhir ini terutama di daerah pegunungan atau berhawa dingin).
Perlindungun kounekuragsman huyati. ,' Perbaikun tunuh mclului fungsi pgmpa' pohon dan perdu, mulsa dan
d)
keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya;
Diversitas (Diversity). Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur);
Kemandirian (Self-regulation). Diversifikasi yang tinggi
dalam
agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petanikecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (misalnya, pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur; dan Stabilitas (StabiliA). Praktik agroforestri yang memiliki diversitas danproduktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani (Rianse, 2006).
dan jasa lingkungan setempat:
l)
Mencegah terjadinya erosi tanah, degradasi lingkungan. AcRoFoREsrRI: solusi sosial dan Ekonomi reng"totaan
sumu".ffifriiin
Sistem Agroforestri
15
5.
Ruang Llngkup Agroforeetrl
l,
Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponcn pokok yaitu kehutanan, pertanian, dan peternakan, di mana masing-masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri sebagai satu bentuk sistem
penggunaan Iahan (Gambarl.2). Hanya saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi satu komoditi khas atau kelompok produk yang
serupa. Penggabungan tiga komponen tersebut menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut:
Agrisilvikultur
Agropastura Silvopastura
=
Kombinasi antara komponen atau kegiatan
=
kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dan lainlain.) dengan komponen pertanian Kombinasi antara komponen atau kegiatan
=
pertanian dengan komponen peternakan
Kombinasi antata komponen atau
kegiatan
kehutanan dengan petemakan
Agrosilvopastura
=
Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/ hewan
Slilom Agroforestrl
C.
=
-nrEnanam
Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adnlah tumpangsari (Bratamihardja, 199 l). Dalam perkembangannya, sistem ngroforestri sederhana ini juga merupakan campuran dari beberapa jenis pcpohonan tanpa adanya tanaman semusim. Sebagai contoh, kebun kopi biusanya disisipi dengan tanaman dadap (Erythrina) atau gamal (Gliricidia) rebagai tanaman naungan dan penyubur tanah. Bentuk agroforestri sederhana juga bisa dijumpai pada sistem pertanian tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya pctani dalam mengintensifkan penggunaan lahan karena adanya kendala ulam.
Sislem Fenggunoon Lohsn
kehutanan dengan perikanan budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan atau komponen kehutanan
. AF rederhono {mini.
lndu*lri (llTll
,J
. AF Kompleks (AF muHillrclu, peko.
Menurut De Foresta dan Michon (lgg7), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks.
I
rf,ngon, agroforeet)
I
..
Gambar
Ekonoma@
. tlutun Tsnqmon
msl 2 ieniE tunsrncn)
Jenis Agroforestri
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan
s
pepohonan secara tumpangElrtotn ngrotirrestri sederhanu adaluh jenis tanaman tlengan satu stuu beberapa semusim. Jenis-jenis pohon rari ycng ditanum bisa bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, den juti utuu bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro, dan kaliandra. Jenin tanuman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (Bogo). jagung, kedelai, kacangkacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rorumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Dari keempat kombinasi tersebut, yang termasuk dalam Agroforestri adalah Agrisilvikutur, silvopastura dan Agrosilvopastura. sementara agropastara tidak dimasukkan sebagai agroforestri, karena komponen kehutanan atau pepohonan tidak dijumpai dalam kombinasi. Di samping ketiga kombinasi tersebut, Nair (19g7) menambah sisremsistem lainnya yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri. Beberapa contoh yang menggambarkan sistem lebih spesifik yaitu: Silvoftshery = kombinasi antara komponen atau kegiatan Apicuhure
Sederhana
l.l.
Sistem Agroforestri
..i
Skema sederhana sistem penggunaan lahan yang utama
17
2.
2l
Slstem Agroforestrl Kompleks
sistem agroforestri kompleks, merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini tercakup beraneka jenis komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan daram jumlah banyak. Kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu, sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest (ICRAF, 1996).
a. 1)
Terbentuknya Agroforestri Kompleks Pekarangan
Pekarangan atau kebun adarah sistem bercocok tanam berbasis pohon yang
di Indonesia selama berabad-abad. Kebun yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar kemudian ditanami dengan tanaman semusim serama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase ke dua pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) paling terkenal
ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun
campuran). Pada fase ketiga beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asri setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-
buahan (fase talun). pada fase ini tanaman semusim yang -FaJ tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase 'tarun,. Dengan demikian pembentukan tarun memiliki tiga fase yaitu kebun, kebun campuran dan talun (Gambar 1.2).
Agroforurtrl
Agroforestri biusanyu dibentuk pada thhan bekas hutan alam atau semak belukar yang biasanya diawali dengan penebangan dan pembakaran semua tumbuhan. Pembukaan lahan ini biasanya dilakukan pada musim kemarau. Itnda awal musim penghujan, lahan ditanami padi gogo yang disisipi tunaman semusim lainnya (misalnya jagung dan cabe) selama satu dua kali punen. Setelah dua kali panen tanaman semusim, intensifikasi penggunaan luhan ditingkatkan dengan menanam pepohonan jenis tanaman keras.Pada periode awal ini, terdapat perpaduan sementara antara tanaman semusim dengan pepohonan. Pada saat pohon sudah dewasa, petani masih bebas memadukan bermacam-macam tanaman tahunan lain yang bermanfaat dari segi ekonomi dan budaya. Tanaman semusim tidak ada lagi karena adanya masalah naungan.Tumbuhan asli asal hutan yang bermanfaat bagi petani tetap dibiarkan kembali tumbuh secara alami, dan dipelihara di antara tanaman utama.
Ditinjau dari letaknya, agroforestri biasanya berada di tepian hutan (forest margin) atau berada ditengah-tengah antara sistem pertanian dan hutan. Berdasarkan uraian di atas, semua agroforestri memiliki ciri utama yaitu tidak adanya produksi bahan makanan pokok. Namun sebagian besar kebutuhan petani yang lain tersedia pada sistem ini, misalnya makanan tambahan, persediaan bahan bangunan. Pada prinsipnya, bentuk, fungsi, dan perkembangan Agroforestri itu dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologis dan sosial (FAO dan IIRR, l9g5), antara lain sifat dan ketersediaan sumberdaya di hutan, arah dan besarnya tekanan manusia terhadap sumberdaya hutan, organisasi dan dinamika usaha
tani yang dilaksanakan, sifat dan kekuatan aturan sosial dan adat istiadat setempat, tekanan kependudukan dan ekonomi, sifat hubungan antara masyarakat setempat dengan 'dunia luar', perilaku ekologis dari unsur-unsur pembentuk agroforestri, stabilitas struktur agroforestri , cara-cara pelestarian yang dilakukan. Dibandingkan sistem agroforestri sederhana, struktur dan penampilan fisik agroforestri yang mirip dengan hutan alam merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelestarian lingkungan.
Kelebihan lain agroforestri adalah terletak pada pelestarian sebagian besar keaneka-ragaman flora dan fauna asal hutan alam (Bompard, 1985; Kebun
lGaden)
Kebun campuran
wixed garden)
Tatun
{Mlxedtree gddeo}
Gambar 1.2. Perkembangan sistem kebun tarun (de Foresta et ar,2000). AGROFORESTRI: Solusi
to.t,
Michon, 1987; Seibert, 1988; Michon, 1990).Bentuk, fungsi, dan perkembangan agroforestri dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologis dan sosial (FAO dan IIRR, 1995), antara lain:
a) Silut dan ketorscdiaun surnbor duyu di lrutun; b) Arah dan bcsarnya tekanan manusia tcrhaclap sunrbcr craya hutrn; c) Organisasi dan dinamika usaha tani yang dilaksanakan; d) Sifat dan kekuatan aturan sosial dan adat istiadat setempat; e) Tekanan penduduk dan ekonomi;
menghcrankun tin8kut
petoni.
Aneka Praktik Agroforestri di Indonesia
ini
Mengapa Agroforestri Perlu Mendapat perhatian?
Kebun-kebun agroforestri asli Indonesia memperlihatkan ciri-ciri yang pantas diberi perhatian dalam kerangka pembangunan pertanian dan kehutanan, khususnya untuk daerah-daerah yang kurang subur. pada daerahdaerah tersebut hanya tanaman tahunan saja yang dapat berproduksi secara berkelanjutan, sedangkan untuk tanaman pangan dan tanaman musiman lain hanya dimungkinkan melalui pemupukan besar-besaran. Berikut ini diuraikan secara ringkas manfaat penerapan sistem agroforestri bagi beberapa pihak/sudut pandang: (l) pertanian, (2) petani, (3) peladang, (4) kehutanan
a. Sudut Pandang Pertanian Agroforestri merupakan salah satu moder pertanian berkelanjutan yang tepat-guna, sesuai dengan keadaan petani. pengembangan pertanian komersial khususnya tanaman semusim menuntut terjadinya perubahan sistem produksi secara total menjadi sistem monokultur dengan masukan energi,
modal, dan tenaga kerja dari luar yang reratif besar yang tidak sesuai untuk kondisi petani. selain itu, percobaan-percobaan yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi tanaman komersial selalu dilaksanakan dalam kondisi standar yang berbeda dari keadaan yang lazim dihadapi petani. Tidak
20
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
p.ng.iola* Su-G. D;F
padu
:
kehun damar, kebun karet dan kebun kayu manis menjadi andalan pernasukan modal di Sumatera. Bahkan, agroforestri seringkali menjadi satuNrtunya sumber uang tunai bagi keluarga petani. Agroforestri mampu rncnyumbang 507o hingga 807o pemasukan dari pertanian di pedesaan nrclalui produksi langsungnya maupun tidak langsung yang berhubungan
sistem agroforestri sepertinya hanya diterapkan oleh petanipetani kecil. Usaha-usaha agroforestri kebanyakan bisa ditemukan di sekitar pemukiman penduduk. sekeliling rumah merupakan tempat yang cocok untuk melindungi dan membudidayakan tumbuhan hutan, karena memudahkan pengawasannya. Kebun-kebun pekarangan (homegarden) memadukan berbagai sumberdaya tanaman asal hutan dengan jenis-jenis tanaman eksotis yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman untuk penyedia bumbu dapur, tanaman obat.
4.
tJngalumi kegugulun
rnclninkan sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Misalnya:
Sifat hubungan antara masyarakat setempat dengan .dunia luar'; g) Perilaku ekologis dari unsur-unsur pembentuk agroforestri; h) Stabilitas struktur Agroforestri; dan i) Cara-cara pelestarian yang dilakukan.
sekarang
pcrcoUoun
Agrolbrestri mempunyai fungsi' ekonomi penting bagi masyarakat Hetempilt, Peran utama agroforestri bukanlah produksi bahan pangan,
f)
3.
biln banyak husil
dffi
dcngan pengumpulan, pemrosesan, dan pemasaran hasilnya.
Di lain pihak,
sistem-sistem produksi asli setempat (salah satunya ugroforestri) selalu dianggap sebagai sistem yang hanya ditujukan untuk pcmenuhan kebutuhan sendiri saja (subsisten). Oleh karena itu, dukungan tcrhadap pertanian komersial petani kecil biasanya lebih diarahkan kepada
upaya penataan kembali sistem produksi secara keseluruhan, daripada pcndekatan terpadu untuk mengembangkan sistem-sistem yang sudah ada. Agroforestri pada umumnya dianggap hanya sebagai "kebun dapur" yang tidak lebih dari sekedar pelengkap sistem pertanian lainnya, di mana produksinya hanya dikhususkan untuk konsumsi sendiri dengan menghasilkan hasil-hasil sampingan seperti kayu bakar. Oleh karena itu, sistem ini kurang mendapat perhatian.
b. SudutPandangPetani Keunikan konsep pertanian komersial agroforestri adalah sistem ini bertumpu pada keragaman struktur dan unsur-unsumya, tidak terkonsentrasi pada satu spesies saja. Usaha memperoleh produksi komersial ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani
l)
Aneka hasil kebun hutan sebagai 'bank" yang sebenarnya. Pendapatan dari agroforestri umumnya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari yang diperoleh dari hasil-hasil yang dapat dipanen secara teratur misalnya
lateks karet, damar, kopi, kayu manis dan lain-lain. Selain itu, Agroforestri juga dapat membantu menutup pengeluaran tahunan dari hasil-hasil yang dapat dipanen secara musiman seperti buah-buahan. cengkeh, pala, dan lain-lain. Komoditas-komoditas lain seperti kayu bahan bangunan juga dapat menjadi sumber uang yang cukup besar meskipun tidak tetap, dan dapat dianggap sebagai cadangan tabungan
Sistem Agroforestri
2L
2)
untuk kebutuhun mcndudsk, Di beberupu rJueruh di lnclonesiu nrcnubung uang tunai masih bclum merupakan kebiasaun, maku kcrugumun bcntuk sumber uang sangatlah penting. Keluwesan agrofbrestri juga penting di daerah-daerah dimana kredit sulit didapatkan karena mahal atau tidak ada sama sekali. semua ini adalah kenyataan umum yang dijumpai di pedesaan di daerah tropis. struktur yang tetap dengan diversifikasi tanaman komersil, menjamin keamanan dan kelenturan pendapatan petani, walaupun sistem ini tidak memungkinkan adanya akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset yang dapat segera diuangkan.
3) Keragaman
tanaman melindungi petani dari ancaman kegagalan panen
salah satu jenis tanaman atau risiko perkembangan pasar yang sulit
diperkirakan. Jika terjadi kemerosotan harga satu komoditas, spesies ini dapat dengan mudah ditelantarkan saja, hingga suatu saat pemanfaatan-
nya kembali
menguntungkan. proses tersebut tidak menimbulkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun. petak kebun tetap utuh dan produktif dan spesies yang ditelantarkan akan tetap hidup dalam struktur kebun, dan selalu siap untuk kembali dipanen sewaktu_waktu. sementara itu spesies-spesies baru dapat diperkenalkan tanpa merombak sistem produksi yang ada.
ciri
keluwesan yang lain adarah perubahan nirai ekonomi yang mungkin dialami beberapa spesies. spesies yang sudah puluhan tahun berada di dalam kebun dapat tiba+iba mendapat nilai komersil baru akibat evolusi
pasar, atau pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan baru. Hal seperti ini telah terjadi pada buah durian, duku, dan cengkeh serta terakhir kayu ketika kayu dari hutan alam menjadi langka
Melalui diversifikasi hasil-hasil sekunder, agroforestri menyediakan kebutuhan sehari-hari petani.Agroforestri juga berperan sebaga i ,,kebun dapur" yang memasok bahan makanan pelengkap (sayuran, buah, rempah, bumbu). Melalui keaneka-ragaman tumbuhan, Agroforestri dapat menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan hasil-hasil yang akhir-akhir ini
semakin langka dan mahal seperti kayu bahan bangunan, rotan, bahan atap, tanaman obat, dan binatang buruan.
c. Sudut Pandang Peladang 1) Kebutuhan tenaga kerja rendah Agroforestri merupakan model perarihan dari perladangan berpindah ke pertanian menetap yang berhasil, murah, menguntungkan, dan lestari. 22
AGROFORESTRI: Solusi So.iul dun
Mcukipun monurut ctsndor konvennionut proOutctiiitasnyu diunggap rcnduh, bilu ditinjau duri sisi alokasl tennga tc5Ja yang dibutuhkan, agrofbrestri lcbih menguntungkun dibandingkan sistem peftanian monokultur. Penilaian
buhwu produktivitas agrofbrestri rendah, disebabkan kesalahpahaman terhadap sistem yang dikembangkan petani. Hal ini karena umumnya hanya t0naman utama yang diperhitungkan sementara hasil-hasil dan fungsi ckonomi lain diabaikan. Pembuatan dan pengelolaan agroforestri hanya membutuhkan nilai investasi danalokasi tenaga kerja yang kecil. Hal ini sangat penting terutama untuk daerah-daerah yang ketersediaan tenaga kerja dan uang tunai jauh
lcbih terbatas daripada ketersediaan lahan, seperti yang umum terjadi di wilayah-wilayah perladangan berpindah di daerah beriklim tropis basah.
2) Tidak memerlukan teknik canggih Selain manfaat ekonomi, perlu juga dijelaskan beberapa ciri penting lain yang membantu pemahaman terhadap hubungan positif antara peladang berpindah dan agroforestri. Pembentukan agroforestri berhubungan langsung dengan kegiatan perladangan berpindah. Bentuk ladang berpindah mengalami perkembangan dengan adanya penanaman pohon yang oleh penduduk setempat dikenal bernilai ekonomi tinggi. Tindakan yang sangat sederhana ini dapat dilakukan oleh peladang berpindah di semua daerah tropis basah.
Agroforestri dapat dikelola tanpa teknologi yang canggih, tetapi bertumpu sepenuhnya pada pengetahuan tradisional peladang mengenai lingkungan hutan mereka. Hasilnya, terdapat perbedaan yang sangat nyata antara sistem agroforestri yang lebih menetap dengan sistem peladangan berpindah yang biasanya melibatkan pemberaan dan membuka lahan pertanian baru di tempat lain. Ladang-ladang yang diberakan untuk semen-
tara waktu, selanjutnya ditanami kembali dengan pepohonan untuk diwariskan pada generasi berikutnya. Kedudukan komersil tanaman pohon dan nilai ekonomisnya sebagai modal dan harta warisan dapat mencegah terjadinya pembukaan ladang-ladang baru, dengan demikian lahan tersebut menjadi terbebas dari ancaman perladangan berpindah lainnya. d. Sudut Pandang Kehutanan 1) Mekanisme sederhana untuk mengelola keanekaragaman Seperti halnya pada semua lahan pertanian, sebagian terbesar agrofbrestri tercipta melalui tindakan penebangan dan pembakaran hutan. Perbedaana groforestri dengan budidaya pertanian pada umumnya terletak pada tindakan yang dilakukan pada tumbuhan perintis yang berasal dari hutan. Pada budi Sistem Agroforestri
23
daya pertanian, keberadaan tumbuhan perintis nlnmi dianggap nebagni gulma yang mengancam produksi tanaman pokok. Pada sistem agrotirrcstri, petani tidak melakukan pembabatan hutan kembali, karena mereka menggunakan
ladang sebagai lingkungan pendukung proses pertumbuhan pepohonan. Proses pembentukan agroforestri seperti ini masih dapat dijumpai di sumatera, antara lain di Pesisir Krui (Provinsi Lampung) untuk agroforestri damar, di Jambi untuk agroforestri karet. oleh karena pada sistem agroforestri tidak melibatkan penyiangan intensif, maka kembalinya spesiesspesies perintisdapat mempertahankan sebagian spesies-spesies asli hutan.
2) Pengembangan hasil hutan non-kayu Sejak tahun 1960-an bentuk pengelolaan hutan yang dikembangkan terfokus pada produksi kayu gelondongan. Kayu gelondongan merupakan unsur
dominan hutan yang relatif sulit dan memerlukan waktu lama untuk diperbaharui. Eksploitasinya yang berbasis tegakan bukan individu pohon, mengakibatkan degradasi drastis seluruh ekosistem hutan. Hal ini memunculkan suatu usulan agar pihak-pihak kehutanan dalam arti luas lebih mengalihkan perhatiannya pada hasil hutan non-kayu (disebut juga hasil hutanminor) misalnya damar, karet remah dan lateks, buah-buahan, bijibijian, kayu-kayuharum, zat pewarna, pestisida alam, dan bahan kimia untuk industri obat. Pemanenan hasil hutan non-kayu merupakan pengembangan
J) Modol nltcrnatlf produksl kayu
-"o
Agrtllitrestri bcrbnsis pepohonun kltusup penghasil kayu di Indoncsia masilr heltttn ada. Numun karena berciri pembangunan kembali hutan alam, ngroforcstri merupakan sumber pasokan kayu berharga yang sangat potensial yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sejauh ini kayu-kayu
yung dihasilkan dalam agroforestri masih diabaikan dalam perdagangan ttusional (deForesta, 1990). Pohon yang ditanam di agroforestri (buahbuuhan, karet, dan lain-lain) sering pula memasok kayu bermutu tinggi tlulam.iumlah besar, sehingga ada pasokan kayu gergajian dan kayu kupas yung selalu siap digunakan (Martawijaya, 1986 dan 1989). Di daerah Krui (l,nmpung), pohon damar yang termasuk golongan meranti sangat ttrcndominasi kebun damar, dengankepadatan yang beragam. Dalam setiap Irektar agroforestri terdapat antara 150sampai 250 pohon yang dapat dirnanfaatkan (Torquebiau 1984; Michon, 1985). Kayu-kayu itu biasanya dianggap sebagai produk sampingan yang tidak mempunyai nilai ekonomi. hukan karena teknologi yang rendah, tetapi karena belum dikenali pasar. Pengguna kayu mengelompokkan kayu berdasarkan kelas keawetan
dan kekuatan. Klasifikasi asli tersebut banyak mengalami revisi, karena semakin langkanya hutan yang mengandung jenis pohon yang menguntungkan. Karena kelas I sudah dieksploitasi berlebihan dan menjadi langka, maka
II
I dan seterusnya (Kostermans, 1984). Pohon meranti misalnya, belakangan ini merupakan jenis kayu kelas utama di Asia menjadi kelas
sumber daya yang dapat mendukung konservasi hutan karena mengakibatkan kerusakan yang lebihkecil dibandingkan dengan pemanenan kayu.
kelas
Agroforestri di Indonesia, yang bertumpu pada hasil hutan non-kayu, merupakan salah satu alternatif menarik terhadap domestikasi monokultur yang lazim dikerjakan. Pengelolaan agroforestri tidak ekslusif pada satu sumberdaya yang terpilih saja, tetapi memungkinkan kehadiran sumber daya lain yang mungkin tidak bermanfaat langsung bagi masyarakat. Selain itu membangun agroforestri merupakan strategi masyarakat sekitar hutan untuk memiliki kembali sumber daya hutan yang pernah hilang atau terlarang bagi
Tenggara, padahal pada tahun 1930-an hampir tidak memiliki nilai komersil. Contoh yang lebih mutakhir adalah kayu karet, hingga tahun 1970-an masih dianggap tidak berharga, tetapi dewasa ini menduduki tempat penting dalam pasar kayu Asia.
mereka.
Agroforestri memungkinkan adanya pelestarian wewenang
dan
tanggung jawab masyarakat setempat atas seluruh sumber daya hutan. Hal
ini merupakan sifat utama agroforestri yang bisa menjadi peluang urama bagi pengembangan sistem agroforestri oleh badan-badan pembangunan resmi terutama kalangan kehutanan yang selama ini masih tetap khawatir akan kehilangan kewenangan menguasai sumber daya yang selama ini dianggap sebagai domain ekslusif mereka.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi pengelolaan Sumber
a;ya Hutan
Sejalan dengan perkembangan teknologi transformasi dan pemantaatan kayu, ciri-ciri kayu bahan baku semakin tidak penting (Kosrermans,
1984). Untuk memenuhi permintaan besar di tingkat regional, beberapa tahun belakangan ini berkembang budidaya pohon kayu, terutama surian, bayur, dan musang dalam agroforestri di sekeliling danau Maniniau, Sumatera Barat (Michon, 1985; Michon, 1986). Di daerah Krui, Lampung, terjadi pemaduan sungkai di kebun damar. Jenis pohon perintis ini yang sebelumnya tidak bernilai, baru sejak l990-an mulai ditanam di kebun. Dengan meningkatnya permintaan kayu sungkai untuk bangunan pada tingkat nasional, pohon sungkai kini ditanam dan dirawat dengan baik oleh petani (de Foresta, 1990).
Sistem Agroforestri
1C ZJ
Kajian-kajian kuantitatif rebih lanjut tontu sa.ia masih dibutuhkan untuk menentukan potensi pepohonan dan pengelolaan yang optirnal clalam agroforestri, dengan tetap memperhitungkan hasil-hasil lain. Dampak sampingan penjualan kayu perlu juga dikaji dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi. Dengan memenuhi persyaratan ketersediaan pasokan yang besar dan lestari, agroforestri merupakan sarah satu sumber daya kayu tropis di masa depan. Dengan mudah sumber daya ini dapat diperkaya dengan jenisjenis pohon bernilai tinggi, sebab kantung-kantung ekologi agroforestri yang beragam merupakan lingkungan ideal bagi pohon berharga yang membutuhkan kondisi yang mirip dengan hutan alam. Selain itu, tidak seperti dugaan umum, sasaran utama agroforestri di Indonesia bukan cuma untuk pemenuhan kebutuhan sendiri tetapi untuk menghasilkan uang. Bagi petani agroforestri, menanam kayu dan memelihara ternak adalah semacam life insurance yang siap "dilikuidasi" sewaktu-waktu bila diperlukan. Dengan orientasi pasar, agroforestri akan mampu dengan cepat memadukan pola budidaya baru, asalkan hasilnya menguntungkan pemiliknya.
S.
Kelemahan dan Tantangan Agroforestrl
a. |)
Kclemahan
Kcsulltan visual
Kcberagaman bentuk, kemiripan dengan vegetasi hutan alam dan kesulitan tnembedakannya dalam penginderaan jauh (remote sensing) menjadikan hentang lahan agroforestri sulit dikenali. Kebanyakan agroforestri dalam peta-peta resmi diklasifikasikan sebagai hutan sekunder, hutan rusak, atau belukar, oleh karena itu biasanya disatukan ke dalam kelompok lahan yang nrcnjadi target rehabilitasi lahan dan hutan.
Dalam kenyataannya di lapangan, seringkali agroforestri sukar dibedakan dari "hutan rakyat", walaupun intensitas pemeliharaan yang dilakukan pada agroforestri nampaknya lebih nyata daripada pemeliharaan hutan rakyat.
2)
Kesulitanmengukurproduktivitas
Mungkinkah Agroforestri sebagai penghasil Kayu Dikembangkan?
Ahli ekonomi pertanian terbiasa dengan perhatian hanya kepada jenis
Pengembangan agroforestri komprek sebagai sumber kayu tropis bemilai
tanaman dan pola penanaman yang teratur rapi. Biasanya mereka enggan
tinggi tampaknya tidak akan memenuhi hambatan yang berarti, jika dilakukan reorientasi pasar yang memberikan peluang bagi kayu asal
agroforestri untuk memasuki pasar nasional. Keputusan reorientasi terkait
erat dengan kondisi nyata pemanfaatan hutan alam di tiap negara tropis, dan
karenanya tergantung pada tujuan/kemauan politik. perwujudan kemauan politik semacam ini diharapkan terjadi secepatnya, karena sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi (a) produksi kayu tropis (kayu peitukangan dan kayu bulat) pada masa transisi dari sistem penebangan hutan alam menuju sistem budidaya menetap untuk wilayah pedesaan, (b) pelestarian alam yang akan muncul akibat masuknya kayu hasil agroforestri ke pasar. Menyertai
usaha pencegahan perusakan hutan daram jangka panjang, integrasi pengelolaan pepohonan penghasil kayu ke dalam agroforestri akan mengurangi tekanan terhadap hilangnya/perusakan hutan alam yang masih tersisa. Selain meringankan kesuritan dalam mendapatkan kayu bangunan akibat penurunan sumber kayu dari hutan alam, perluasan pungru pasar ke jenis kayu asal agroforestri tersebut akan memacu terjadinya peningkatan pembangunan masyarakat pedesaan. peningkatan nilai ekonomi agroforestri dan adanya integrasi pengeroraan kayu komersil diharapkan dapat merangsang perluasan areal agroforestri, yang akan mendorong pelestarian lahan dan keanekaragaman hayati di luar hutan alam. AGROFORESTRI: solusi sosiar dan ntionomi retrgerolaan Sumber Dava Hutan
memberi perhatian terhadap nilai pepohonan dan tanaman non-komersial (apalagi nilai yang sifatnya sulit terukur/intangible, seperti konservasi dan jasa lingkungan lainnya).Mereka juga biasanya tidak memiliki latar belakang yang cukup untuk mengenali manfaat ekonomi spesies pepohonan dan herbal/semak.
Rimbawan terbiasa dengan memperlakukan pohon dalam satuan tegakan sedangkan dalam agroforestri diperlukan penanganan pohon secara individual. Keahlian memperlakukan pohon secara indivual adalah kelebihan
seorang agroforester yang tidak dimiliki oleh rimbawan. Sebagai contoh keahlian menebang sebuah pohon di antara pohon-pohon lainnya tanpa banyak merusak tetangganya adalah salah satu ciri dari sistem silvikultur agroforestri yang berbeda dengan sistem silvikultur kehutanan tradisional.
3)
Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan pohon pada lahan pertanian
Adanya penyisipan pohon di antara tanaman semusim akan menimbulkan masalah yang sering merugikan petani karena kurangnya pengetahuan petani akan adanya interaksi antar tanaman. Tidak sedikit petani yang masih beranggapan bahwa menanam pohon pada lahan usaha mereka akan mengurangi produktivitas panen pertaniannya. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya pemahaman para penyuluh lapangan penanian akan Sistem Agroforestri
27
fungsi pohon dalam ugrotbrcstri, buik yang berktitan dengan totul d*n
kebcrlanjutan produksi lahan.
b.
Tantang
-.q
merekn sendiri belum ntentilh",
3)
Tantangan agroforestri adalah ancaman keberlanjutan (de Fore sta 2000)
et til.,
1)
Kesulitan mengubah pandangan ahli agronomi dan kehutanan Besarnya jenis dan ketidakteraturan tanaman dalam agroforestri membuat_ nya cenderung diabaikan. Kebanyakan ahli pertanian dan kehutanan yang sudahsangat terbiasa dengan keteraturan sistem monokultur dan agroforestri sederhana menganggap ketidakteraturan dan keberagaman tanaman ini sebagai tanda kemalasan petani. Kebanyakan ahli agronomi dan kehutanan yang akrab dengan pola pertanian sederhana dan keaslian hutan alam masihsulit untuk mengakui bahwa agroforestri adalah sistem usaha tani yang produktif. salah satu kesulitan bagi seorang rimbawan dalam mengelola sistem agroforestri di lahan hutan adalah lebih rumitnya metode yang dipakai dalam
penaksiranhasil daripada pekerjaan rutinnya yang relatif lebih sederhana. Di samping itu, rimbawan tidak terbiasa untuk bekerja./berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam semangat kemitraan, partisipatif, dan paradigma yang berbeda.
orif clun sehngni ilmuwirn holch dikntukan "masih
Kcpadatan penduduk
l)cngembangan agroforestri membutuhkan ketersediaan luasan lahan, karenanya agroforestri sulit berkembang di daerah-daerah yang sangat padat pcnduduknya. Ada kecenderungan bahwa peningkatan penduduk menyebab-
kan konversi lahan agroforestri ke bentuk penggunaan lain yang lebih lncn guntungkan dalam j angka pendek.
4)
Penguasaan lahan
l,uas agroforestri di Indonesia mencapai jutaan hektar, tetapi tidak secara resmi termasuk ke dalam salah satu kategori penggunaan lahan. Hampir scmua petani agroforestri tidak memiliki bukti kepemilikan yang resmi atas lahan mereka. Banyak areal agroforestri yang dinyatakan berada di dalam kawasan hutan negara, atau dialokasikan kepada perusahaan perkebunan besar dan proyek pembangunan besar lainnya. Ketidakpastian kepemilikan ,iangka ini berakibat keengganan petani untuk melanjutkan sistem pengelolaan yang sekarang sudah mereka bangun.
5)
Ketiadaan data akurat
dengan pertanian
Pengecualian untuk agroforestri karet dan sebagian kecil lainnya, belum ada upaya serius untuk mendapatkan data yang akurat mengenai keberadaan/ luasan agroforestri yang tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia. Akibatnya, belum ada upaya untuk memberikan dukungan pembangunan terhadap agroforestri tersebut, seperti yang diberikan terhadap sawah, kebun
adaptasi, dan inovasi yang terus menerus yang berkaitan dengan perubahan
monokultur (cengkeh, kelapa, kopi, dan lain-lain), atau Hutan Tanaman Industri (HTI).
2)
Agroforestri adalah sistem kuno (tidak modern)
Banyak kalangan memandang agroforestri sebagai sesuatu yang identik primitif yang terbelakang, sama sekali tidak patut dibanggakan' Padahal, agroforestri merupakan wujud konsep petani, proses ekologi, keadaan sosial ekonomi, dan perkembangan pasar. Sistem agroforestri yang ada saat inimerupakan karya modern dari sejarah panjang adaptasi dan inovasi, uji coba berulang-ulang, pemaduan spesies baru dan strategi agroforestri baru. orang sering membenturkan antara teori ..ilmiah"
modern dengan pengetahuan tradisional yang sudah teruji secara lokal yang
dianggap kuno.
Bekerja dalam agroforestri, orang akan mendapat kesempatan yang tanpa batasuntuk melakukan pendaraman ulang (ret'ining) teori umumnya,
yang pada hakikatnya merupakan hasil generalisasi ilmiah dengan pengetahuan tradisional yang dijumpainya di lapangan. Bila sampai pada kesimpulan, mereka masih membenturkan kedua pengetahuan itu berarti AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan nkono'ni
iffi
Pengembangan agroforestri menuntut adanya kerjasama yang baik antara kehutanan dan pertanian (dalam arti luas). Akan tetapi, khususnya di Indonesia, terjadi pembagian administrasi yang sangat jelas antara sektor pertanian dan kehutanan. Meskipun dari sisi pengetahuan dan semangat untuk mengembangkan agroforestri di masing-masing sektor sangat besar, kesulitan sering terjadi pada taraf implementasinya (mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya di lapangan). Hal tersebut dikarenakan kesulitan melaksanakan koordinasi antar berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yang terkait dengan kebijakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab teknis dan finansial. Padahal di sisi lain, untuk membentuk agroforestri menjadi sektor dan memiliki departemen sendiri sangat tidak
Sistem Agroforestri
29
ini mengakibatkan pengembangan agrottrrestri hingga saat ini Iebih banyak berhasir dalam kontcks penelitiun dan u.ji-cobu pada skala yang terbatas. Keberhasilan itupun juga belum optimal, karcna tidak adanya dukungan kebijakan yang diperlukan, tidak terkecuali pada fase pasca panen dan pemasaran dari keseluruhan produk yang dihasilkan. dimungkinkan. Kondisi
Tugac a, Kunjungi
dacrah asal anda. Silahkan kenali dan berdiskusi dengan petani untuk mengetahui:
L
Rangkuman
2. 3.
Sejarah perkembangan agroforestri terdiri dari: (l) fase agrofbrestri klasik; (2) f'ase pra-agroforestri modern; dan (3) fase agroforestri irodern. Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan -d"ngun lahan, yang secara
4.
terencana dilaksanakan pada satu unit lahan
mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pida waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interatsi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Agroforestri merupakan suatu istilah baru dari praktik-praktik pemanfaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-unsur:
l) 2) 3) 4) 5)
Penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia;
Penerapanteknologi; Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau hewan; waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu; Ada interaksi ekologi, sosial, ekonomi. Istilah lain agroforestri meliputi: (l) perhutanan sosial (social forestry)i e) hutan kemasyarakatan (community-forestry) dan hutan rakyat (farm:-forestry): (3) hutan serba-guna (multipl.e use forestry); (4) forest farmiig; aan (Si ecofarming. Tujuan agroforestri terdiri dari: (l) menjamin dan memper6aiki kebututran bahan pangan; (2) memperbaiki penyediaan energi rokar, khususnya produksi kayu bakar; (3) meningkatkan, memperbaiki secari kualitatif dan divlrsihkasi produ[si bahanmentah kehutanan maupun pertanian; (4) memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususny_a pada daerah dengan persyaiatan hidup yang surit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai; (5) memelihara dan bila mungkin memp-erbaiki kemampuan produksi dan jasa ringkungan setempat. Keuungirran
angroforestri terdiri dari:
(l)
kemandirian; dan (4) stabilitas.
produktivitas lebih tinggi;
(2j
diversitas;13)
Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri iompreks. Keremahan pengembangan agroforestri meliputi; (l) kesuritan visuai; (2) kesuritan mengukur produktivitas; (3) kurangnya pengetahuan tentang pengetoraan pohon pada rahan pertanian. Tantangan pengembangan agroforeitii teralt dari: (l) kesuritan mengubah pandangan ahli agronomi dan kehutanan; (2) agroforestri adalah sistem kuno (tidak modern); (3) kepadaran penduduk; (4)'pengiiasaan rahan; dan
l
beberapa lahan petani yang mengusahakan sistem agroforestri di
b.
Tahapan pendirian agroforestri, komponen penyusun agroforestri dan pengaturannya dalam lahan. Pola kepemilikan atas lahan dan tanamar/pepohonan. Keuntungan dan kendala-kendala yang ada dalam mengusahakan agroforestri baik ditinjau dari segi biofisik (teknik) maupun dari segi ekonomi.
Bandingkan dengan contoh-contoh agroforestri lain di Indonesia. Adakah persamaan dan perbedaan dengan sistem agroforestri yang anda amati? Mana yang termasuk agroforestri sederhana dan mana
yang kompleks? Bandingkan contoh-contoh agroforestri di Indonesia dengan di negara lain. Adakah persamaan dan perbedaan dengan sistem agroforestri yang anda amati?
Bahan Bacaan Buku Teks dan Bahan Ajar
A. Cote, 1977. Trees, Food and People. IDRC, Ottawa, Canada. De Foresta H. and G. Michon, 1993. Creation and management of rural Agroforestrys in Indonesia: potential applications in Africa. /n Hladik C.M et al. (eds.): Tropicalfurests, people and food. Biocultural Interactions and applications toDevelopment. De Foresta H., G. Michon and A. Kusworo, 2000.Complex AgroJbrestris. Lecture note l.ICRAF SE Asia. De Foresta H, Kusworo A, Michon G dan WA Djatmiko, 2000. Ketikct Bene J.G., H.W. Beall and
Kebun Berupa Hutan
-
Agroforestri Khas Indonesia
Sumbangan M asyarakat ICRAF,Bogor. FAO, IIRR., 1995. Resource management for upland areas
-
Sebuah
in SE-Asia.An Information Kit. Farm field document 2. Food and Agriculture
Organisation of the United Nations,
Geertz,
C., 1983. Involusi
Pertanian. Proses Perubahan Ekotogi di
Indonesia. BhataraKarya Aksara, Jakarta.
(5) ketiadaan data akurat.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan
nton@
Sistem Agroforestri
31
Hairiah, K.. Widiunto, S.R, t.Itami, D, Suprayogo, Sunaryo. S.M. Sitompul, B' Lusiana, R. Muria, M. van Noorrrwijk cran G. cardisch, 2(x)0. Pengelolaan Tanah Masam secara Biorogi: Refleksi pengarnntrut truri Lampung Utara.ICRAF SE Asia, Bogor, Huxley' P', 1999. Tropicar Agroforestry. Brackwell science Ltd., uK, ISBN 0-632_04047_5.
Kuenzel, w., 1989. Agroforestry in Tonga. university of New Engrand, Armilade,England. Lundgren, B.o. and J.B. Raintree, lgg2.sustained Agroforestry. 1n Nester B. (Ed.). 1982. Agricultural Researchfor Development. potentials ancl Challenges in Asia.ISNAR,The Hague, The Netherl and,s.37_49. Maydell, H.J., 1986. Agroforstwirtschaft in den Tropen und sub-Tropen. Dalam Rehm s" (Ed.). 19g6. Grundragen des pflanzenabaus in den Trop e n und sub -Trop en.Eugen urmer, stuttgart, Germany. l 6 g- l 90. Michon, G. and H. de Foresta, 1995. The Indonesian agro-forest moder: forest resource management and biodiversity conservation. In Halladay P' and D.A. Gilmour (eds). Conserving Biocriversity outside protected areas. The role of tralitional agroecosistem s.IUCN: 90-
R,. 1989. f{ninforcst Spesies Manngernent within thc ('intcx of ljxisting Agruforestri ri Sistcm. ln, llcuvcldop J., Hornolu M., von Maydcll tI.J. nnd C. van Tuyll. (Eds.).G'IZ Regirnul Forcstry Sani nu r.(]'lZ, Suva, F'ij i.354-37 I Ilncsco MAll Series, No 13, Unesco and Parthenon Publishing Group: 709-
Tlrnrrrrnnn
.
24.
llnsll I'cnclitian dan Jurnal Ilmiah
H. and G. Michon, 1997. The Agroforestri altemative to Inryeratu grasslands: when smallholder agriculture ancl Jbrestrv re oc h s u st ainability. A g rofo re stry Sy stems: 36: I 05 - I 20. Kirrg, K.F.S., 1968. Agrisilviculture: The Taungya Sistem. Bulletin No. l. Department of Forestry, University of Ibadan, Nigeria. l.rrndgren B.O.. 1982. Cited in Editorial: What is Agroforestry. Agroforestry l)e
l.'oresta
Systems: I:7-12. P.K.R., 1987. AgroforestrySistems Inventory. Agroforestry Systerns 5: Nrrir, 25-42.
,
106.
-
' 1999. Agro-forests: incorporating a forest vision inAgroforestry. rn Buck L.E., Lassoie J.p. and E.C.M. Femandes (eds). Agroforestry insustainable Agricultural system. cRC press, Lewis pubrishers: 3gt_
406.
i
.
Nair, P.K.R., 1993. An introduction to Agroforestry. Kruwer Academic
Publisher, The Netherlands. swaminathan, M.s., 1987. The promise of Agroforestry for Ecorogicar and
NutririonalSecurity. In steppler H.A. and p.K.R. Nair (Eds.). Agroforestry a Decade ofDevelopment. ICRAF, Nairobi (Kenya). 25_
42.
wiersum, K.F., rg97. Deveropment and Apprication of Agrotbrestry Practices in Tropicar Asia. /n Beer J., Fassbender H.w. and J. Heuveldop (Eds') Advance s inA g rofore stry Re s earc h. c ATTIE/GT.,
1987. Agroforestry Sistem Inventory. AgroJorestry Systems 3:
375-382. llianse, U.,2006. Analisis Produktivitas, Finansial, dan Ekonomi Usahatani Kakao dalam Kawasan Hutan di Sulawesi Tenggara. Disertasi, UGM, Yogyakarta. Wiersum, K.F., 1982. Tree Gardening and Taungya on Java: Examples of Agroforestry Techniques in the Humid Tropic. AgroJorestry Systenrs
l:53 -70. Web site http://www. worldAgroforestrycentre.org/sea utau
http://www. icraf.cgiar.org/sea
Turrialba, Costa Rica.
Makalah, Paper, prosiding King K.F.s., lgTg.Agroforestry.pro ceeding of the Fiftieth symposium on ropicar Agricurture. Royal rropicar Institute, Amsterdam, The Netherlands.
AGROFORESTRI: Solusi Soi
Sistem Agroforestri
33
BAB 3
FUNGSI PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI
'l'ujuan Pembelajaran:
l.
Menjelaskan konsep produksi.
2. Menjelaskan dan menuliskan persamaan matematika fungsi produksi. 3. Menjelaskan dan mengaplikasikan penerapan teori produksi
dalam
penentuan persamaan matematika fungsi produktivitas agroforestri.
A.
Produksi dan Fungsi Produksi
l.
Produksi
Widodo (1993), Produksi adalah penciptaan kegunaan. Definisi produksi scperti ini terlalu luas, sehingga produksi dapat didefinisikan sebagai penciptaan barang dan jasa yang ingin dibeli oleh masyarakat. Teori produksi adalah menganalisis perilaku perusahaan dengan teknologi yang ruda, mengkombinasikan berbagai faktor input untuk menghasilkan output yang secara ekonomi efisien.
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan guna atas scsuatu benda atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Macam-macam kegunaan yang dihasilkan dari proses produksi yaitu: (a) guna bentuk (form utilitv) yaitu tambahan guna yang diperoleh dengan cara mengubah bentuk dari sesuatu barang. Misalnya, pengusaha tekstil yang membuat tekstil dari benang, pengusaha televisi yang
membuat televisi dari suku cadang dan plastik; (b) guna tempat Qtlace utility) yaitu tambahan guna yang diperoleh dengan jalan memindahkan suatu barang dari satu tempat ke tempat yang memerlukan. Misalnya,
53
pengus'na bnrung drn penumpsng yong kegiatunnyu membuwu barangatau 'ngkut'n penumpangdarisatu tempat ke tempat lain atuu dari satu kota ke kota lain. Dengan demikian ia telah menciptakan guna tempat; (c) guna
waktu (time utititv). vaitu penambahan
s""; v;;; il;# dengan cara menyimpan sesuatu barang pada waktu berrimpah dlan menyediakan kembari pada waktu diperrukan. Misarnya, kegiatan yang d'akukan oreh pengusaha jasa pergudangan' Dorog atau para pJdagangttengkurak yang memberi beras pada waktu panen dari perani dan dijuar lembari pada waktu-di pasar kurang persediaan; (d) guna mirik (posse ssion ut,ityt yultu p"nu-buhun guna yang diperoleh dengan jaran menyerahkan sesuatu barang daram penguasaan orang yang memerlukannya. Misarnya, sebidang tanah-yang mula_mula buat pemiliknya tidak ada gunanya, tetapi seteran aituusui o.u'ng iuin gunanya besar sekali karena orang yang menguasai dapat memakai b-arang tersebut; dan (e) guna jasa (service utittyl yiitu penambahan guna yang diperoreh
karena sesuatu kegiatan yang berlangrungi".rumaan dengan pemakaian jasa
tertentu' Jadi kegiatan produksi dan klnsumsi d'akukun t"..uma_sama. Misalnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dokter, ahri hukum, penyanyi, guru dan sebagainya (Winardi, l9g3). Produksi dapat pura diartikan sebagai kegiatan menghasirkan barang dan jasa yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan-keuulunan orang rain melalui pertukaran dan perdagangan. Dengan demikian setiap kegiatan menghasilkan yang ditujukan untuk .".uaskan kebutuhan sendiri dan keluarga, tidak termasuk daram pengertian produksi karena tidak ada unsur perdagangan daram arti adanya p".nbuyurun. Misarnya, (a) produksi rang_ sung untuk keluarga, terutama pembuatan bahan n,ukunun dari hasir kebun dan sebagainya; (b) kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam lingkungan rumah .*ngga misarya ibu rumah iunggu utuu unggota rumah tangga rainnya yang menjahit, mencuci dan membersihkan iumatr untuk keruarganya sendiri; (c) pekerjaan-pekerjaan yang d'akukan karena kesukaan (hohbv) misalnya, melukis, memerihara uu.utrg, berkebun karena hobi dan hasirnya bukan untuk dijuar arau pekerjaan-pJkr4uun yang dirakukan karena rasa wajib untuk masyarakat atau golongan, misalnya gotong royong, mem_ bangun masjid membersihkan yaian daln sebagainya (partadireja, l 9g5). Harding (1984) produksi adarah kegiatan unruk menghasirkan berbagai barang atau produk. pusat kegiatan yang u"rhubungan dengan produksi atau sistem produksi adarah irorr. produksi. sistem produksi terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: (a) subsistem masukan; (b) subsistem keluaran; (c) subsistem perencanaan; dan (d) subsistem p"ng.;a;flun.
l.
Fungrl Produksl
'yrihg menunjukkan hubungan antara Fungsi produksi adalah suatu fungsi hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input) (Mubyarto, 1989; Henderson dan Quandt, 1980; Nicholson, 1995; Pindyck dun llubinfeld, 2001; Papas dan Hirschey, 1995; Salvatore, 2001 dan 1989; Sukirno, 1994; Widodo, 1993). Secara matematik fungsi produksi dapat dlfirrmulasikan sebagai berikut:
O
= ftXt,
X2, Xs, ...,
(3.1)
X,)
keterangan:
o Xt, ..,,
Xn
= Output yang dihasilkan = Faktor-faktor produksi
Untuk menghasilkan satu hasil produksi diperlukan bantuan kerja Buma atau kombinasi beberapa faktor produksi sekaligus. Jika berada dalam kcudaan pasar persaingan sempurna di pasar faktor-faktor produksi dan hasil produksi, maka petani akan berbuat rasional dalam mengombinasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga rasio dari tambahan hasil fisik atau nrtrginal physical product (MPP) dari faktor produksi dengan harga faktor produksi sama untuk setiap faktor yang digunakan, atau:
MPPI _ P*,
MPPX2
P*,
-
MPP*t tDx3
-
...
=ff,r,
kcterangan:
MPPil,...,
MPPyn
=
Tambahan output fisik akibat tambahan satusatuan faktor-faktor produksi X!, ..., Xn
Pxt, .,., Pxn
=
Harga faktor produksi masing-masing (Xr, ..., Xn)
Model fungsi produksi memperlihatkan adanya hubungan antara input dan output. Dalam teori ekonomi terdapat suatu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yang tunduk kepada suatu hukum yang disebut The Law of' Diminishing Return, yang menyatakan bahwa bila salah satu input ditambah penggunaannya (misalnya tenaga kerja), sedangkan input lainnya tetap. maka tambahan satu unit input tersebut pada mula-mula produk total akan cenderung naik, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produk tambahan (marginal product) akan semakin berkurang dan akhirnya negatif. Apabila input tersebut ditambah penggunaannya, produk rata-rata (average product) yang akhirnya menurun, hal ini menyebabkan pertambahan
AGROFORESTR Fungsi Produksi dan Produktivitas Agroforestri
55
i<e m u d i a
n
;;, ;;; ft
Stoge I
(e)> l)
I
j
:
il:}.:,'iltil:f ff ; : ll.;, :ll:ilj ;u
$age
t.i= ot II *>ir*
(0<ar< t)
Stage
ks
i
rnu,
III
(o
A I I
da
n
Untuk fungsi produksi totnl kontinue (gninbar 3.1) kemiringun kurvu ??'menunjuk sampai titik (titik mclengkung pada kurva ?p), nol pada titik (', rlnn negiltif sesudahnya.^Di sisi lain, APTa dihasilkan oleh kemiringan garis yong herasal dari titik asal menunju rP. Kemiringan kurva zp naik sampai tltik /, dan turun setelahnya, tetapi tetap positif selama rp positif. Apy naik :anrpai titik B'dan turun setelah itu. Pada titik B, kemiringan dari garis yang bcrusul dari titik asal menunju kurva TP (atau Apy) adalah sama dengan ketniringan TP (atau MPi. Sehingga APy= MPypad,a ririk B (titik tertinggi dari kurva APv). Perlu dicatat bahwa kurva APy naik selama ktrva Mpy beruda di atas dan turun pada saat MPyberadadi bawah. Dari gambar 3.1, kita juga dapat melihat bahwa sampai dengan titik r{, kurva TP naik laju yang bertambah, sehingga Mpy meningkat. setelah tltik A, ZP naik dengan laju yang menurun sehingga Mpx menurun. llubungan antara kurva MPy dan APy dapat digunakan untuk mendefinisikan tlga tahap produksi dari penggunaan input X (input variaber) Titik A merupakan tahap I dari produksi (stage I of production) untuk variabel X. 'Iitik ini merupakan inflection point dari ?'P. Produk marginal x (kemiringan kurva produk total) meningkat sampai titik A' dicapai, dan sesudahnya produk marginal mulai menurun. Nilai elastisitas produksi (rtt) pada stage I lcbih besar dari satu artinya tambahan variabel x sebesar satu unit akan mcningkatkan produksi lebih satu unit. Stage II dari produksi dimulai pada titik B', pada ini Apx mencapai nilai maksimum dan menurun sesudahnya. Nilai elastisitas produksi pada stuge rr berkisar antara lebih besar nol namun lebih satu (0 < to < /). Daerah dirnana MPv negatif (melewati titik c') adalah stage ill dari produksi
vuriabelX. Produsen yang rasional tidak akan beroperasi pada stage ilr d,ari x, karena MPynegatif . Hal ini berarti output yang lebih besar atau TP dapat diproduksi dengan menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit bahkan graris. Demikian juga, produsen tidak akan berproduksi pada stage I dari penggunaan variabel X. Iadi, produsen yang rasional akan lrorproduksi pada stage II dimana Mpy dari variabel x adalah positif tetapi penggunaan variabel
nlcnurun (Salvatore, 200 I ).
Gambar3.l.
Tahap_tahap produksi (dimodifikasi dari Widodo, t993: Nicholson, 1995; papas dan Hirschey, 1995; Salvatore, 200t; Beattie dan Taylor, 1996)
Fungsi produksi yang secara umum digunakan dalam estimasi cmpiris adalah fungsi pangkat dari bentuk: Q = AK"LI
'"
ACROFORES ttungsi Produksi dan Produktivitas Agroforestri
(3.3)
Bentuk umum dari fungsi tersebut, yaitu: Q = AKoLf
(3.4) dimana Q' K, L, mengacu pada kuantitas output, modar dan tenaga kerja, dan e, a f adalah parameter yang akan diestimasi secara empiris. persamaan (3'4) sering disebut fungsi produksi cobb-Dougras (Masyhuii,
zoo+rchiang,
dan
adulah fungsi homogen secara linear; (3) isokuannya mempunyai kemiringan
Rubinfeld, 2001 ; papas dan Hirsche
y, 1995 ;Salvatore, 200D;. Alasan penggunaan fungsi produksi cobb-Dougras . daram estimasi empiris karena memiliki beberapa keunggulan, dimana selain cara penyelesaiannya lebih mudah karena dapat ditrlnsformasikan daram bentuk ,v.r!sN rinier rrtrtwt ini akan diperoleh koefisien regresi J6tvot yang JqttE 31",1_:l"r:_t..:.r:1 t':duksi t":-,::":TukkT besaran.etastisitas produksi dan parameter vr Jyang srtS 4u4 ada :3t Di.samnins itu, selain bisa digunakan sebagai f,:::ij:::l:.,:1*:,1:,cate.
."ood;;^";;;".;d:; 3ff::, l{er. frontiei,p,oiur.-,i fungsi keuntungan- 0"" I**";;"r; :::::::,j:lr,':^l:oouusi (Soekartawi, 1994). fynesi
salvatore (2001) bahwa fungsi produksi cobb-Dougras mempunyai beberapa ciri yang berguna. Pertima,'produk marginal dari modal dan tenaga kerja tergantung pada kuantitas keduanya, baik kuantitas modar mau pun kuantitas tenaga kerja yang digunakan daram produksi, seperti yang terjadi dalam dunia nyata ' Keiua, rungsi produksi cobb-Dougras dapat diperoleh dengan estimasi melalui analisis regresi dan ditransformasikan menjadi bentuk linier daram logaritma, Ketiga, fungsi produksi cobb-."nggunutan Douglas dapat dengan mudah dikembangkun d"ngun lebih dari dua input (misarn-ya modar, tenaga le4a, oan ,umber?yaaram atau tenaga kerja produktif dan tenaga kerja tidak produktif) aun , rc""*irrl, pangkat K dan L (a dan s mencerminkan secara berturut-turut bahwa elastisitas tenaga kerja dan modar terhadap output (atK dan atL), dan .iuga jumlah pangkatnya (a + mengukur return to scale. Jika q + f b, = I, kita I
a + p > l, kita memperoleh l. kita memperoleh decreosing,
ciri utama dari fungsi produksi Cobb-Dauglas, yakni (l) homogen berderajat (a + F); (2) dalam kasus a + F = 1, fungsi tersebut
1986; Henderson dan euandt, l9g0; Nicholson, iggSi pindyck
oflll",-
memperoleh constant return to scale..iika lnrreusing retunt to st:ule dan jika u.+8,< retttrn lo scule2. Beberapa
yung negatif dan cembung mutlak untuk setiap nilai positif dari K dan L; dan (4) kuasi cembung mutlak untuk nilai K dan L yang positif (Chiang, 1986). lrungsi produksi Cobb-Douglas mempunyai ciri elastisitas substitusi = l, lrcrsifat return to scale d = aK (elastisitas produksi modal, (l - a) = roL (elastisitas produksi tenaga kerja) (Widodo, 1993).
Jika fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan dalam hubungan Y dun X, maka untuk memudahkan pendugaan, persamaan (3.4) diubah dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan dalam bentuk double notural logaritm (/n), sehingga menjadi:
ln I'= ln ft + p1ln
X1 +
p2ln Xz + ... + pnln X, + u
(3.5)
Persamaan tersebut linier dalam logaritma, sehingga dapat diselesai-
krn dengan metode kuadrat terkecil (OLS
=
Ordinary Least Square). menggunakan metode Dcngan OLS dapat diperoleh parameter atau koefisien rcgresi (Gujarati, 1991). Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dun diubah dalam bentuk fungsi persamaan linier maka ada beberapa syarat yung harus dipenuhi, yaitu: Pertama, tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang
tidak diketahui (infinite); Kedua, dalam fungsi produksi, perlu usumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Ini lrtinya kalau fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan sebagai model dalam besarnya
suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisis yang lebih dari satu model, maka perbedaan tersebut terletak pada intercepr dan bukan pada kemiringan
guris (slope) model tersebut; Ketiga, tiap variabel input adalah perfect Persamaan untuk produksi nurginal dari modal adalah
MPr-#=qAK'-tLP =o.9
I
,r=P'K aKO-(aQ)'L=o K O
Persamaan untuk produksi marginal dari tenaga kerja adalah
Mp,
=#
=
pAK,Lf4 = p.?
#lJrll?#l-'**1,1::i:r'#rT:nurun
(fungsiproduksicobb-Dougras
tslastisitas modal terhadap ourput adalah
lllastisitas tenaga kerja terhadap output adalah: hanya menampirkan rrase u
aLO=(Pg)-.L= L O f
0,=P.L
AGROFOREST* Fungsi Produksi dan Produktivitas Agroforestri
59
competitioni Kecnpat, pcrbecruan rokasi seperti ikrirn suduh tcrcukup faktor kesalahan elisturbance c rror).
pacru
Model fungsi produksi cobb-Dougras juga memiriki keremahan, ^vt 9t t4l tall I, produk -u[,i_ur; (b) adanya nutti_ ::i::,-^9).131 ry:"1.,T"1.10ui di hind ari ; o."i r", k"'"; ; i,,' t
;;;;' ;:;;
:::: :::7,:-"T- :11
^{i* ;;,-u;;ffi /s^4rr 4tt6l\c ;;i;
maka un t uk vari abe I y"n s ::":::,"::11. 1,":t*, nol atau negatif tidak :su'i:T1, dapat dianarisa kecuari dalam beniuk
au*-y. unturi bernlai nor r.1"r dapat di ganti dengan ., ffi1t:j:':yl,:. i1Y_relatif :::?,0"' . bilangan positif yang kecil lSoekartawi , Igg4). Debertin (19g6) menyatakan bahwa keremahan fungsi produksi cobb-Douglas adarah (a) besarnya elastisitas produksi .u-u dengan koefisien pangkat, sehingga erastisiiasnya konstan t".upupun tingkat peng_ gunaan input dan (b) hanya cocok digunakan paaa oaeratr rasionar (daerah II), sehingga tidak sesuai dengan rungJi produksi neo-krasik (ada daerah I, II dan III). Karena tidak semua petani ri'rionut, mungkin fungsi froouksi cobb_ Douglas tidak selalu cocok digunakan pada daerah I dan III.
B.
Penerapan Teori produksi pada penentuan Fungsi Produkvitas A groforestri
penjualan.
=f
(Xi, Zi)
(3.6a)
Jatileksono dan Otsuka (1993); dan Jatileksono (1993), memfor_ mulasi fungsi produksi diasumsikan bahwa ada tigainput yang menentukan jumlah produksi (f) daram proses produksi yaitu tanah (A),tenagakerja (L), dan modal lancar (c)- Di samping itu produksi dipengaruhi ringkungan fisik usaha tani (E), teknorogi (7) dan kurakteristik sosiar ekonomiieruarga tani (,1). Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: Y
=JlA, L, C, E,T,
MPP^= dY/dX = fAXt't
(3.7)
Syarat orde peftama untuk keuntungan maksimum, dimana (z) adalah rotal penerimaan (ZR) dikurangi total biaya (ZC). Sccara matematik adalah sebagai berikut: (Doll dan Orazem. 1984; kcuntungan
Sockartawi, 1995; Nicholson, 1998; Hirschery, 2000)
n=TR-TC
(3.8a)
atau
r=pY-vX-TC dn
-dX
(3.8b)
=0:
(3.8c)
dY
P'dx -Y=o
(3.8d)
dY D.=V
(3.8e)
'dx
sadoulet dan Janvry (19g5) memformurasi fungsi produksi yang sederhana, dengan memasukkan variaber input dan faktoiterap seperti Jisalrtan paaa persamaan 3'6a' Variaber input (x) biasanya meriputi t"nugu kerja, pupuk, pestisida, bibit, jam penggunaan traktor, dan rainnya; dun"fukto, tetap (a seperti lahan, peraratan, infrastruktur dan perayanan penyuluhan, atau kondisi eksogen seperti cuaca dan tempat Y
-persumsnn 3.1 dun 3.6u (Debertin, lgtl(rl Sudoulet clan Janvry, l9g5l Nicholson. 1998), dengan lungkah-langkoh sebagai berikut:
S)
(3.6b) Berdasarkan teori ekonomi neokrasik, dapat diperoreh fungsi permintaan input dan penawaran output yang dituruntun ouri ir"gr, produksi
p.MPP,= p. pAXf't = y atau nilai marginal produksi dari penggunaan input X (VMP) = harga input.r. Xr-t = v/p.fA N = (v/p. p A)t
(3.80 t Ut -
I
)
-
vt
t @' t )
p-
t t qt'
I
)
(p
4y-
r r Ut
- t',
Jadi permintaan input X adalah fungsi dari harga dari input (v), harga dari output (p) dan koefisien dari fungsi produksi (/). Atau:
x
=
g(f, p, r)
(3.9a)
Untuk hal yang sama, dapat diformulasikan fungsi penawaran ourput adalah:
Q= h(f,p,v)
(3.eb)
Jika lahan usaha tani/agroforestri diasumsikan sebagai faktor
produksi (x) maka fungsi permintaan atas lahan jangka panjang dapat ditbrmulasikan secara matematis sebagaimana persamaan (3.9a) yang diperluas clcngan memasukan variabel-variabel populasi penduduk dan jumlah petani, kondisi perekonomian, teknologi dan dummy kondisi wilayah dan ncfiural /ag (Spillane, 1995) diperoleh persamaan 3.10, sebagai berikut: A.u=.f (nn, HDr-t.HEt-t, HNt, HPt, Wt, ERt, T, Di.u)
60
(3.8g;
(3.10)
AGROFORBST*t, Itrngsi Produksi dan Produktivitas Agroforestri
6I
At,
hr
= luas usaha tani tahun ke_l
= jumlah petani yang mengusahakan tanaman ke_i HD,t - harga domestik kakao runun ."idumnya (l_l) HErt
-
!!, HP,
harga ekspor kakao tahun sebelumnya (1_l) harga pupuk urea pada = tahun ke_r = harga TSp/Sp36 puAu
,ut un t"_, = upah renaga kerja pada ,ut,un Y: t"-, ER, = nilai tukar $US datam Rupiuh;;;u tahun T = variabel tekn, (trend waktu) Di = dummyo"roro'ott
kondisi r."-u'iluln
;;,":ir::,
Fungsi penawaran
dan sesudatr
f#;";*in,ffi ;;;;'
J '!
teui;atan
HNr,
Hpr, Wr,
ERr, Xit,
T,
Di,u)
j #:g iliilil!";*;. ",";; ;;.;n ke.i narga
domesdk kakao rurrun
r.i"iu;;;i;:i)
#:' fF ;fifi';::T.:iffi:T::r;ii1tr#iiff.Tffj:H"TJ; Y: = nilai ER, =
:T
"i.)'i'
= rukaigus;;;; = ".;;;;;,ffi,flfillfif,::Iiiiuiunoun
=
x
TP-KI (ag.otbrestri)
g
"ot".*nj
Qt =\ produksi kakao pada tahun ke-r Ai, = ,nutiub"l =
fungsi
i;i:T'T'#':,1?;t#i'1*iil:ti:i,ffi
(e/A).u=.ftAit, nit, HDr-r,HEr-t,
HEj-1
kesalahan .atau error
t
^r
Ho,,
=
€lO
"Tti: n',rtdisi perekonomian, teknorogt r*"0 *.q.1;*"i tu), dumm) perbedaan kondisi daerah"dan^-'))rJi', rnenjeraskan penyesu untuk produk terhadap t*gu ou;u r'"i^[rl' r"oerumnya (persamaan r.'rlj]""uutan Keterangan:
u
vuriabcl dumttry (soperti: perbedaan kondisi fisik daerah dun kebijukan pemerintqh-sebelum kebijakan agroforestri dan sesudah kebijakari agroforestri)
untuk tanaman tahunan/agroforestri dapat digambarkan
ke_r
"rro)"i
c
=
produktivitas terhadap waktu atau umur tanaman (gambar 3.2).
variasi ( ;il,f"Xt":' dan Tllt#::"r:3a kebijakan o"m".intuhlJ;#";
= kesalahan uruu
D
variabel teinotogi (trend waktu)
(3.11)
4uIt162024
0
Lrmur Talaman (T)
Gambar
3.2. Trend Produktivitas Kakao Monokultur dan Kakao Integrasi (agroforestti) berdasarkan Umur Tanaman (diadopsi dari Nelliat dalamPalaniappan, 1984; Spillane, 1995; Lahjie, 2003; Budiadi, 2005)
Keterangan:
TP = KI =
Total Produktivitas; KM = Kakao Monokultur Kakao Integrasi (agrofbrestri)
Berdasarkan gambar 3.2, pada umur teftentu akan diperoleh produk-
tlvitas puncak dan setelah itu akan diperoreh kenaikan produksi yang temakin menurun. Produktivitas kakao monokultur, secara teknis akan mulai bcrproduksi antara umur tanaman 34 tahun dan diperoleh produksi puncak pnda umur l0-15 rahun (Spillane, 1995). Pada tingkat umur tanaman yang sama, secara teoritis produktivitas kukao yang diusahakan secara monokurtur mempunyai produktivitas yang
lcbih tinggi daripada produktivitas kakao yang diusahakan secara integrasi (rgrotbrestri). Hal ini terjadi karena populasi tanaman kakao yang diusahaknn secara monokultur lebih banyak daripada populasi tanaman kakao yang diusahakan secara integrasi karena jumlah populasi tanaman kakao yang lebih banyak daripada usaha tani kakao pola integrasi (agroforestri). Namun l\rngsi Produksi dan Produktivitas Agroforestri
,
*.1:_ usu.h.lkan dengun m ugrorb, ^a,,i ;;ffi ;:T,fi :,,:: lo,1?,,0 r, blh i. iii y_ ;ilil iliT ;illl il::ffi "r,lj:1l ll1g ;; d. ;;;d;J,,#J,il:Ill j;ffi i
sis
rc
.
"
il:,Tl;*:i "."::,: "::::l 1l ". ff [?T:1,1il'",ff1":::::y:.:::1ii,"r'."il;;;';il;,il:Jl
";:i:Jff
esr
f
l;fi I"#:]3-*::"_':d_1*il',";;-ffi ;,':lf,:; ; Tfifl , f :il", nH :T: 1"T,::-::-' "*,;;;" "#',#?' ":TT" ffi;JTIJ-H?I"' tir:,: ):xT:* f - T'ir"' ffi " .?J,l'#nff *:i:,tr\,:::::'T"'::i:_o;i;"',iffi E kos rem ',';'";'ffi T"J*:irT; -ioOs fproduksi *il: 1::T,,1
;;
il *
is
-i.irr.-
"s#;;;;;"d l.
keuntungan.
(1)
dan
(b)
.?l*:T
i
memberik
,:il]
(2)ftil-tffi il#egah/mengh"'u'i.'"'i"o#;;?,i:,:lfi lain: (a) . manfect - para petani memperoleh ^u^-^j,nt1ru L'"e. v;* ;#j;f ":TiTfi ;:i]:''1"fi ; ;nff;;ffi " "e
(d)
(c)
(f)
pertanian, bahkan tidak memungkinkan, demikian halnya dengan manipulasi permukaan tanah untuk kepentingan tanaman pertanian terentu menjadi sulit; dalam beberapa kasus, pada areal yang sama, hasil tanaman pertanian bisa lebih rendah daripada monokultur, dan juga tanaman pepohonan terlambat dipanen dan bahkan agak sulit dipanen, sehingga membutuhkan waktu lebih untuk memanfaatkan nilai ekonomi langsungnya; cbih banyak dibutuhkan tenaga kerja manual; dan sistem agroforestri sering dihubungkan dengan sistem pemanfaatan lahan yang dipraktikan oleh masyarakat miskin.
r
ili
akal
o"r, **Jian, buah_ buahan terrentu, .kavu rerrenrrr pakan rernak untuk hewan;;;"^il"1i",?ilJ;
^f::._:.T"
bakar,
l,lfiL-
;i1nru, (b) pohon merupakan
modar lTl;u,l";ffi tegakan Tjl""r:j:",?rT; yans dapar
il; drilik";-';;;#, ffiJ ;H::fil
segera; (c) dapat melce'ah #J:irilTll,i"f::::.Jr""*-ilemerrukanuangrunaidengan
efek
tanaman secara monokurtur, seperti
samping';*;; ffitr#,X*il; p"ii"*rr, hujan yang tidak reratur,
pasar komoditi yang berfluktuasi,,i"-r"uutny.
;:1il,j.'i:^:;:t:5-f:1k,di
penyerobota",.n.",
ruar
p;"y;kl;?un
a"""'r', iar poi"" auJi
Tifi,l'#"il";fli j;?,,l:;g
ffi"'ffi:Tfi1,-f#j' 'r"#'i..' o,o.rno,;!ljr':#t#!*"leh
-i.r.rron_ o,:uo,uon
*Jm*l
vans rebih stabir
,unpa
hasil vang optimal, beberapa har yang pertu
baiwa,..,u;;il{;,:rlffi mengkombinasikan
#::ffi,ji.ll?,;.:il,,11*,,";trj;; jenis-jenis'r.;;;" yang dapar diintegrasikan
,
pcpohonan bersaing dalam hal perorehan cahaya matahari clengan tanaman yang berasosiasi pada strata yang lebih rendah dan hal ini dapat mengurangi hasil panen dan kualitas tanaman pertanian; akan terjadi persaingan dalam hal perolehan unsur hara dan air tanah, meningkatkan kelembaban udara, dapat membuat tanaman pertanian tidak nyaman jika terjadi hujan yang berrebihan sekaligus dapat merusak pembungaan buah tanaman pertanian;
e
.;"* "A;Jil Jl?lljl,
-orr"ooour*^*-L^---,
(n)
lain;
(c) sulit dilakukan mekanisasi
Aspek biorogis antara rain: (a) dapat dicapai pemanfaatan secara rebi oui suatu titik rertenru, ""::".-l]' men dapi nT',:"#:i3-,:l':: i ru kan bentu k dan sff uktur ur lebih besar dalam siklus u_iur, ;"iu" unru, t,rm karena kq,ono akar ,.m.nungkuf,, ^1.^-- pepohona ni.X'X'""ffi engan, tanaman pepohona dapat pula
;;,;;
kekurungan, nntaru
:;'
datam j angka panj ang fn uaiuAi,
Lahjie (2003) menjelaskan bahw kakao int"gruri agroforestri) "u::;X*
dcngun luinnyu. Dnri nspek biologis, integrusi aneku tunrmun.iugu rnemiliki
saru
Itr n gsi Produksi dan produktivitas
egioforestri
Rangkuman Definisikan umum produksi adalah penciptaan barang dan jasa yang ingin dibeli oteh masvarakat. [;;;"""" yang dihasirkan dari proses 1vu"u.n';1"u";;' produksi yaitu: (1) guna.bentuk 60rm utitityi;(2) guna rempat (ptace ut,ity); (3) guna wakru (time utility).; (4) qu.n1 milik (pissession utitity);
dan (5) guna jasa (service utititv). Fungsi proJuksi uauiuf,-rrutu rungri yang menunjukkan hubungan antara hasii.,produksi nsi| foutp)t) dengan
(input)' Secara matematik fungsi produkri
e = f(Xt,Xz,Xs,,..,X)
i"p",
faktor_faktor produksi diformurasikan sebagai berikut:
-'o--
(Rl)
dengan Q =. Output yang dihasilk an; X1, ..., X, =Faktor_faktor produksi
u'u'
"0","f?liil,?l'"i'l5l.nT""',"""u1'"
Q=
iigunakan dalam
"rti-uri
trYa2t'a
(R2)
e = AKILa
(R3) dimana Q, K, L, mengacu pada-kuantitas output, modal dan tenaga kerja, dan B adalah parameter yang akan dlestimasi secara empirir. i"rrurnuun A, (R3) sering disebut.fungsi produks-i C"bb_t;Gil" Perminraan input x^adarah rung"si dari harga dari inpur (v), harga dari output (p) dan koefisien dari fungsi prodiksi
4
1p. uruu,
g(f, p, y)
. Q=h{S,p,v)
untuk hal yang
sama, dapat diformulasikan fungsi penawaran output adalah:
i
(R4b)
b;;k;r;
j,,'-:, {ly,y aort,no,-t, HN,v Hp,, W,, ERu T, D;.u) Fungsi penawaran o.ujput daramjangka
(R4b) dengan menambahtun
4.
(R5.1
panjang dapat digunakan persamaan
uuriuuii-t?*t"r variaber-variaber ruas ranaman kakao, kondisi perekonomia", *mr"gi iiiJra ,unul , dummy keadaan cuaca dan perbedaan kondisi.daer']l
produk terhadap harga ourput !;;;i;r'r;;i;r.untuk menjeraskan penyesuaian tahun sebeiumiyi lp"rruruan R6). Q/A),r=.fi,Air, ny, HDl_1.H8,-t, HN,, Hpt, Wt, ERt. Xit, T, Dr, u) (R6)
i
Jelaskan konscp peroduksi! Jelaskan dan tuliskan persamaan matematika fungsi produksi!
sebutkan dan jelaskan jenis-jenis fungsi produtsi selain fungsi produksi Cobb-Douglas dan tuliskan persamaan matematikanya!
Jelaskan dan aplikasikan penerapan teori proauksi dalam penentuan
.5,
persamaan matematika fungsi produktivitas agroforestri
!
carilah contoh jurnal penelitian tentang penerapan fungsi produksi pada usaha agroforestri untuk kasus di Indonesia dan berikan ulasan sin kat
terhadap jurnal tersebut
!
Bahan Bacaan Buku Teks dan Bahan Ajdr Beattie' 8.R., dan Taylor, c.R., 1996. Ekonomi produksi. Alih Bahasa soeratno Josohardjono. Gadjah Mada university press. yogyakarta. chiang, A.c., 1986. Dasar-Dasar Matematika Ekonomi. Edisi Ketiga. Alih Bahasa Susatio Sudigno dan Nartanto. Erlangga, Jakarta.
(R4a)
Apabila rahan usaha tani/agroforestri (x) maka fungsi permintSl utir rrrr"" diasumsikan sebagai faktor produksi :utgtu panjang dapat diformurasikan secara matematis sebagaimana p"^u'nuunyil- ddd,*s dengan memasukan variaber-variaber popurasi J\i")" penJuduk i*'.iui'rui^?tini, r.nnoiri perekonomian, rcknoroqi dan iummy toriairi*iruyah dan naturarlag (spirane. 1995) diperoleh persamaan R5, sebalai
l. 2. 3'
empiris
Bentuk umum dari fungsi tersebut, yaitu:
x =
'fugas
Dcbertin, D.L., 1986. Agricultural production Ekonomics. second Edition. Mc. Graw-Hill Inc., New york.
Doll, J.P. dan F. orazem, 1984. production Economics: Theory with applications. John Wiley and Sons. New york: USA.
oudjarati,
D.,
1991. Ekonometrika Dasar. Arih Bahasa sumarno Zain.
Erlangga, Jakarta.
flurding, H.A., 1984. Manaiemen produksi. Balai Aksara, Jakarta. Henderson, J.M. dan Quandt, R.E., 1980. Microekonomic Theory, A Mathematical Approacft. Third Edition. McGraw-Hill Inc, New York.
llirschey, M., 2000. Manajerial Economics. The Dryden press. Harcourt College Publishers. USA.
llirskleifer, J. And A. Glazer, 1992. price Theory and Application. Fifth Edition. hintice Hall Inc. A. Simon and schuster company, Englewood Clifts, New Jersey.
lnhjie, A'M., 2003. Pendekatan pengusahaan Hutan dengan Ag
rofo r e s t ri. Uni versitas Mulawarman.
AGROFORESTRt,. lfu ngsi
Produksi dan produktivitas Agroforestri
S
amarinda.
Ekosistem
rvrssynuni
A^n. Ekmunlkt
Mulemalikrt
Mutcri Kuliuh l)rogram Pascasarjana program Studi Ekonomi pertanian Univcrsitas Gadjah Mada, yogyakarta.
t"or"1:li98l9'
pengantar Ekonomi pertanian. Edisi Ketiga. Lp3Es,i
Nicholson' w" lgg5. Mikro Ekonomi Intermeaiate dan Aprikasinya. Kelima. Alih Bahasa Agus Maulana. Binarupa Aksara, Jakarta. _ prinsip Dasar rtan pertuasan. Edis .:,t,:?t ^r:::(itco_!klnomi Kerima.ArihBahasa'o"^li!r"#,'r{^i#,1^''"?::fi Nicholson, W., 199g. Microeconomic Theory: Basic principles Extensions' seventh Edition. Harcourt co'ege pubrishers. uSA. Palaniappan,, St_stem in The Tropic: principtes j:t*^-1n11; and ,,rro!r,nr y::,:"^tll., y' :{,!",tern i,i mi ted N;; Nandu Agricultural Univesity. CoimUato... Papas, J.L. dan Hirschey, M., 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi Keenam. Alih Bahasa Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta. Partadireja, A., I 9g5. pengantar Ekonomika.BpFE, yogyakarta.
:K:;::,"f:{:;:ot
llsrll
Penelltlan dnn .Iurnal
llucliadi, 200-5. Agroforestri, naungLinRarr Mengatasi permasalahan sosial dan Lingkun gdn? Humaniora. Y (3/XVII): 4-8. Jllilcksono, T. and K. otsuka, 1993. Impact of Modern Rice Technology on Land Price: The Case of Lampung, Indonesia. American J. of Agric. Econ. Y(75): 652-665. Jnlilcksono, T., 1993. Ketimpangan Pendapatan di pedesaan: Kasus Daerah Padi di Lampung. Jurnal Ekonomi Indonesiay(2):5I-73.
;J; ?a;;T ?"*
|
Pindyck, R'S' dan Rubinferd, D.L., 2001. Mikroekonomics. prentice-Har, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Salvatore,
D., 19g9. Teori Mikro Ekonomi.Edisi Kedua. Alih Bahasa Rudy Sitompul. Erlangga, Jakarta. 2001. Managerial Economics dalam Perekonomian Globttl.
Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta. Sadoulet, E. dan A. de Janvry,
-,
1995. Quantitative Development policy Analysis. The Johns Hopkins University press. Baltimore and
London.
uy*:,
soekartawi pokok Bahasan Anarisis lyduksi Denlan Fungsi cobb Douglas. RajaGrannao peisJa, Jakarra. Spillane, J. J., 1995. Komoditi Kakao: peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. yogyakarta.
)?,rl^[::
Sukirno,
S., lgg4.
RajaGrafi ndo
pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi persada, J akarta.
Kedua.
Widodo, S., 1993. Ekonomi Mikro, Hand Out. Program pascasarjana, Program Studi Ekonomi pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Winardi, 1983. pengantar IImu Ekonomi.Tarsito, Bandung. AGROFORES Produksi dan ProduktMtas Agroforestri
Fcrnumnun (4,1) dapat digunakan .flkn r1 tierkorelasi dengan tldEk bcrkorelusi ctengun nuka"nrpdel yang digunakarr adalah
PROD UI(TTWTAS AGROFO RES TRI
Ell}, t' t s lis t i mut iort
BERBASIS KAKAO
Y,r
=
fr.
fr,
(RE) scbugui bcrikut:
Jiku
r4
Rcutclonr
B0+ 0tX,n+ &Xzt + ... + p*Xn+ u.uG.2)
kelerlngan: Y1
x.iu
I q
nilai dari variabel dependen untuk unit i pada waktu l; nilai dari variabel independen ke7 untuk unit i pada waktu t; L, .,.,p', t = l, ..., m; "/= l, ..., k dampak dari variaber yang tidak diobservasi serama periode
analisis atau perbedaan wilayah.
L
2.
'
Memahami model ekonometrika produktivitas agroforestri. Menj et askan pe n veba b. li rur. u".uugai pol a agroforestri. p,oauni u tuJ ug,ororestri Uil,,?'fff
p*il;;;;".J;L,i
Uffi;Xf ,#i ffi#Hla,ur,i
Fungsi produktivitas kakao didekati dengan fungsi penawaran output
U:ahu tani kakao, sebagai berikut:
(Q/A)*=.ftAn,
Model Ekonometrika produkvitas
Agroforestri
Metode ekonometrika yang digunakan .untuk menganarisis produktivitas berbasis t atao aaatli tf,3.fot"'o1 ".rirt regresi berganda moder ,,doubre
1.
Pendekatan Makro
untuk menganarisir fu\'.orfultor yang mempengaruhi produktivitas forestri berbasis kakao agrodigunakan o"ni.uurun nermintaan input (rahan) penawaran ouFut kakao dan yang mempertimbanlkan p".u.auJ,i wirayah dan periode waktu. oreh karena ir", f#;l;si yang digunakan adarah moder "Pooted Cross-Section and ri*;_;;;;, Estimatlon,, (jor,nston Greene, 1993; Kuncoro; , t984: 2001;
w""ldrd;;
u,,,*,,#flld::f;"L1T:jll,ln'u Yu=
ft
Xrn+ 0zXzn+ ...+
n anar
isi
FtXmi e,+
u1
c
-
pllnAs+ p2lnTANIy + pjlnl-tD1-1
palnHE,-1
+ + BslnHN, + B6lnHp,+ pTlnWr+ pslnERr+ BelnT + 6pBK + r)2HKm * a1D1* a2D2 * a6Dj * aaDa * e;1 (4.4a)
ln(Q/A)i, = P0+ plnAp + p2lnTANIi, + 0.rlnHD,.1 + BalnHE,-1 + p5 lnHN, + p6lnHpr+ p7lnW,+ psln?R,+ BslnT + 6pBK + iitHKm
*8u
(4.4b)
l€lerungan: (Q/A)t,
Ai,
= =
TANIi,
=
HDrt
=
t,t
(4.r)
(4.3)
Untuk model RE seperti disajikan pada persam aan (4.4b):
z00z).
s data paner adar ah F i x e d Ettb
Hpt, Wr, ERt, Xit, T)
Dlnusun persamaan doubre rogaritma naturar diperoleh persamaan untuk ffittdel FE seperti disajikan pada persam aan (4.4a):
ln(Q/A)i,
A.
ni1, HD14,HE1_1, HN1,
Produktivitas biji kakao Sulawesi Tenggara setiap kabuparen (i), setiap tahun (r) dalam
satuan kg/ha;
Luas tanaman kakao Sulawesi Tenggara setiap
kabupaten (j), setiap tahun (l) dalam-satuan ha; Jumlah petani kakao seriap kabupaten (i), setiap tahun (l) dalam satuan orang; Harga riil rata-rata biji kakao dalam negeri (Rp setiap tahun) satu tahun sebelumnya, tahun
dasar 1993;
nurga nil ekspor (f.o.b) dolum $ US sctilp sutu tahun sebclumnya, rahun dusar iqgi,"-"""
Harga
pupuk urea pada tahun ke-i,
harga dasar tahun 1993;
=
HP,
riil
Hf;:To;:1.r,!rr{
W,
rsp/sp36 pada tahun
atas ke_/,
ln(Q/A)1,,
tenaga kerja sektor perkebunan rahun ke-/, tahun dasar 1993;
Dummy PBK
DummyHKm B;dan
6;
j,p:]"I:ll"n
=
=
Error.
Pilihan moder FE atau RE ditentukan berdasarkan tingkat signifi antara q dan up menggunakan Hausman Test (Greene, 199 Wooldridge, 2002) dengan kriteria:
tidak ditorak, maka menggunak an R'dan jika menggunakan FE. Tingkat penolakan hipoteis pada F1o
F/e
a=
Si)
Fungsi produktivitas biji kakao pada tingkat petani
atau d7 signifikan, maka
protluktivitas pola usaha tani kakao monokultur dan pola integrasi aneka ttnntnan berbeda. Untuk selanjutnya persamaan (4.6) disebut Model-2A
b,
Fungsi produktivitas lahan usaha tani
modifikasi (4.6). p€rt&maan Variabel bebas dimodivikasi ke dalam penerimaan usaha hnl pcr hektar (MA;) Total output setiap seluruh tanaman dikonversi ke dnlurn total penerimaan usaha tani (Rp per ha), seperti disajikan pada prrumaan (4.7).
ditorak
O,OS.
ln(MA)i,
biji kakao pada tingkat petani (e/A) dipengaruhioreh vJaber ruas ranaman kakao, variaber tenaga kerja, variabel input (pupuk, insektisida,
dan herbisida), variabel lingkungan dan agroekosistem (umur ,unurun, kemiringan rahan dan perbedaan rokasi usaha tani), variaber teknorogi lpota usatraiani kakao) dan variabel sosial ekonomi (pengetahuan tentang sistem budidaya ranaman
=
lnps+ Bl lnA;o+ p2ln(PPWHA)+ pjIn(TNG|HA) + Baln(INSK/HA) + p5\n(HERBI|HA) + B6InURTAN
pTlnuMUR+ pslnJAK + pslnPSBD +BlytnpEND + pl2lnPEDIST + FttInPEDTING + d1 POLTAM +
+
d2
HKm + dj STI,AHAN + d4 KFL + ds ?EKIAIN
+ daSULSEL + dj JABAL +
(4.s)
Berdasarkan persamaan 4.5. dinyakan bahwa-produktivitas
AGROFOREST
(4.6)
llkn koefisien dummy pola tanaman (POLTAAI)
I*llX?"lilffi i:::i:::"i:::
a.
KFL + d5?EKLAIN
+ dqLADONGI
menganarisis produktivitas antara pora monokurtur dengan pora integrasi aneka tanaman serta faktor_fakt ti vi tas us aha ran i k"k;" pada tingka, o.,un, digun akan modi ri kas i persamaan (3. 6b)-Ba b 3 B"sl;;;: #,'j|ff::,?:|]"t
T,
d4
+ daSULSEL + dzJABAL + d6MBADIA
Mikro-Data Tingkat petani
Cb Lb Ei,
+ pl2lnPEDTING + dt pOLTAM
+ d2HKm + djSTI,AHAN +
untuk
(Q/A) =flAr
fiIInPEDIST
Untuk pendekatan produktivitas lahan, digunakan
Hs: qtidak berkorelasi dengan ui, Hi eberkorelasi dengan ui,
Pendekatan
+
program hutan kemasyarakaran
(1999-2002), 0 sebelum 1999; Koefisien regresi dari variabei independen;
filnAio+ p2In(PPIAHA)+ &ln(TNGlHA) + paln(INSK/HA) + p5In(HERBI|HA) + p6tnURTAN lnps+
+ pTlnUMUR+ B6lnJAK+ ByInPSBD + BlstnpEND
I sebelum ledakan serangan hama pBK (1996), 0 setelah 1996;
=
€i1
=
Teknologi (trend waktu); Rate (nitai tukar gUS datam *"1:!e" pada Rupiah (Rp/$US) tahun ke_r);
ER,
2.
hentrrk clouble /og natural, seperti pada persamaan (4.6) sebagai berikut:
yl1h.lit
T
Jika
tekno. pendidikan petani, pendidikan istri. pcrididikan tcrtinggi anggotu leltttrga, jumluh ilnggotu kcluargu, pekeqjqan lain di luar sektor perranian, rlslus luhan, dan asal daerah). Secara'matematis diformulasikan dalam
d6
LABADIA
+ dsLADONGI (4.7)
Jlku koefisien dummy pola tanaman (POLTAI\ atau d1 signifikan, maka pnxluktivitas lahan pola usaha tani kakao monokultur dan pola integrasi rncku tanaman berbeda. untuk selanjutnya persamaan (4.7) disebut Model-
ilt,
Q,, (Q/A)ip
(MA)ip
= = =
TENAGA TNG.HA
INSEK
UA4UR
JAK PSBD
PEND PEDIST PEDTING POLTAM HKm STI"4HAN
KFL SULSEL
JABAL
ABADIA
ha),
Penerimaan usaha
tani kakao rata_rata per
hektar
i
dun
d1
independen
Perbandingan Produktivitas Berbagai pola Agroforestri
Dnlam bagian ini dijelaskan secara deskriptif produksi, produktivitas, biaya produksi, pendapatan berbagai pola usaha tani kakao baik sekitar maupun dalum kawasan hutan serta faktor-faktor teknik dan sosial ekonomi yang nrempengaruhi produktivitas usaha tani kakao yang digarap oleh petani. 'l'ubel 4.1 menunjukkan secara aktual produktivitas usaha tani kakao pola tnonokultur lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata gabungan semua
(ltr per ha), Jumlah herbisida
pola tanam.
;*;i
= =
B.
= I dun lainnyu.=p);
= Intersep, = Koefisien regresi dari variabel
fi, p1
Dummypotani kakao Ai ioiomutun Ladongi (Laclongi
runu qi;,;;il p"il"i rr.er, il*l:l p,puk TTI I*: kimia per il;";1|;jffi; l::l:l qi;;;;d#,"?i r"o.r, igl:l j:::9: k"'r' fr"'*g u ;"' ;;;u; &;K"#;'J l::l:l ::llgi Jurnlah insektisida p". fr"ti*
rgunakan petani (lrr), Junrlah insektisida per hektar yang digunakan petani
INSKlHA
URTAN
Produktivitas biji kakao per hektar setiap petani per
l::
PUPUK PPKlHA
=
UDONGI kakao yang diperoteh pctani sampel
setiap perani (Rp per ha), kakao pada setiap petani (ha), 11"rn
Aip
HERBI HERBI/HA
Alduksi
biji
r yang digunakan petani (ltr), Jumlah herbisidaPper hektar yang digunakan petani (ltrperha),
Umur hnaman kakao rata{ata(tahun), Umur perani (tahun), Jum.lah tanggungan keluarga petani (orang),
Pengetahuan petani tentang budidaya tanaman kakao, Pendidikan petani (tahun),
Pendidikan istri (tahun), Pendidikan tertinggi anggota kel uarga (tahun), Dummy pola usaha tani (pola
in*!.uri--=
lumrut (anggota
l;
-
lainnya
partisipasi petani sebagai angota HKm
Perbandingan Umur dan produktivitas Usaha tani Kakao yang Dikelola Petani di sekitar dan Dalam Kawasan Hutan, Menurut pola usaha tani.
Dummy asal Sulawesi Selatan (Sulawesi Selatan lainnya = 0),
Dummy asal Jawa dan Bali (Jawa dan Bali
No.
Pola Usaha tani
(Kg/Ha)
SKH
DKH
SKH
9.09
Kakao monokultur
12.37
l;
^t.
Kakao intesrasi tanaman non-kayu
t8,03 9.27 t4.47
0_
3.
tanaman
= t;
Kakao integrasi
kayu-kayuan
(agroforestri Rata-rata tnie
Rata-rata
(Tahun)
L
bukan
0,
lainnya = 0),
Tubel4.l.
Rata-rata Umur Tanaman
anggota = 0), =l; Dummy status lahan (Ol seHtar tcawasan huhn = dalam kawasan 0), = Dammy kondisi fisik lahan (kemiringan > ISVo=l; l1Vo
umur tanaman kakao, yang diusahakan dengan pola integrasi aneka Irnaman non kayu lebih tinggi daripada pola monokultur dan pola integrasi aneka tanaman kayu-kayuan. Berdasarkan umur tanaman tersebut juga dapat dijelaskan bahwa usaha tani kakao di sekitar kawasan hutan lebih tinggi dengan umur tanaman di dalam kawasan hutan, kecuali pola integrasi aneka tanaman kayu-kayuan. Keadaan tersebut berkorelasi positif dengan rata-rata produktivitas setiap pola usaha tani kakao pada lokasi usaha taninya.
produktivitas
DKH
10,32 981,02 782,76 t.010.57 717.35
869.88
5,50 7,46 6,69 354.00 53i.32
s22.30
)
_ I;
Dummy petani kakao di Kecamatan Lambandia (Lambandia I dan lainnya = = 0t;*'**"
839,4J
!iurnber: Rianse (2006).
Kcterangan: sKH = sekitar Kawasan Hutan; DKH Dalam Kawasan Hutan (i = Gabungan Sekitar dan Dalam Kawasan Hutan =
r^ruuf,rvrr'r u80n0 tuni kakoo di sekitur kuwrsan hulun rerurir.rcbih tinggi daripada di
4'2
produktivitas usaha tani Kakao petani Menurut Umur Tanaman dan pola Usaha tani. Dalam Kawasan
Umur Tanaman
(tahun)
Monokultur (kg/ha)
Integrasi/ agroforestri
Monokultur (kg/ha)
tliperoloh trend produktivitgs kakao.pgla monokurtur dan pola integrasi (ngrolirrestri) baik di dalam, maupun di sekitar kawasan hutan (taber 4.3). 'l'ubel
4.3.
Hasil Estimasi Koefisien Resgresi Trend Produktivitas Kakao pada Tingkat Petani.
(bo) kukao Monokultur
I
(c) Kokao Integrasi/
agroforestri
Monokultur (kg/ha)
Kukao Monokultur
0)KH) agro
(k
Kakao Monokultur
(sKH)
2t3
t77
250
4
186
565
213
247
9t5
t77
5
510
877
64t
591
247
921
6
950
847
888
953
685
823
7
1042
1033
837
620
983
997
Kakao Integrasi/ Agrotbrestri
1200
t028
813
(sKH)
J
Kakao Integrasi/ Agrofbrestri
876
988
to64
9
l0l6
988
952
946
988
I 193
946
1080
930
946
I t05
l(ctcrangan:
877
I 165
1047
827
903
8Kl"l
t2
t07
827
1055
n02
I
l3
1000
u02
1045
1034
1026
t4
t072
t026
923
1056
950
t026
t036
950
t295
992
97t
950
940
tt20
1062
It43
856
985
946
I t73
844
948
895
918
85s
l0
II
l5 t6
t023
u76 l0l8
Rata-
rata
9t7
Sumber: Rianse (2006).
1
I3t
827
f
r (b)
-228,44.'.
238,39s
-231,66***
195,377
-162,61'.*
213,889
-79,694*.*
.-. r**
@r)
-10,498...
34,49""'
0,862
***
1g,74*.*
0,773
-8,947.**
22,39**.
0,903
229,45***
-10,725'**
14,30*"-
0,722
-239,97***
196,742***
-6,477***
lg,g7***
0.7g4
-95,634'**
210,123"**
-9,444*r*
6,80"**
0,553
-**
-'7,229
(l)KH)
8
R2
Ftritung
Konstanta
l(J,)
Gabungan
/
Koefisien Regresi
Ptrxltrktivitas Berbagai Itrln t.lsaha tani Kakao
Aglofbrestri (G)
Sekitar Kawasan Integrasi
secura statistik clengan menggunukan mocler persom&an kuadratik.
lutrrhcr: Rianse (2006).
G :..
=Sekitar Kawasan Hutan; DKH = Dalam Kawasan Hutan = Gabungan Sekitar dan Dalam Kawasan Hutan
=signifrkan pada (o = lT%o);"*= signifikan pada(g = 5fto)i =signifikan pada(0 = l%o)i
Berdasarkan hasil estimasi, produktivitas puncak untuk usaha tani Itakuo, yaitu (l) pola monokultur rata-rata di daram dan di sekitar kawasan hulrrn berada pada umur sekitar r0-r2 tahun; (2) pola integrasi rata-rata di tlnlrrrn dan di sekitar kawasan hutan berada pada umur sekitar r2-r5 tahun; (l) pola monokultur di dalam kawasan hutan berada pad,a umur sekitar ll-13 tahun; (4) pola monokultur di sekitar kawasan hutan berada pada rurnur sekitar l0-12 tahun; (5) pola intergasi di dalam kawasan hutan berada prrdu umur 15-17 tahun; dan (6) pola integrasi di sekitar kawasan huran henrda pada umur I
l-13
tahun.
AGROFOREST
l,ro(luktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
77
_
jf
tebih ringgi trrggl dari_pio;,il;" ro*.run r,,l,ul. 0aripada usaha ;::ii hutan,T;::"r.:jlf l I:k:,: aiaya proa';'ir tani krk;";il; ayu-kayuai kakao u -k av u u'i pola inreprnci rrri,.5,* "l^I'-th: a' ";::*, ,tani tani ff fi lainnya. :,nl:l
ft
;i il, f :ll
Tabel4.4.
.;::ffiFirtl No.
Kakao integrasi tanaman non_kayn
t.s54.238
Kakao integrasi tanaman kayu-
(Rp/ha)
894.223
L004.400
Rara-rata IntegmJ
pola
s:H:x1Tfr#?:;:::t
Rara-rata Biaya produksi
pola Usaha hni
il :[ ;,r;;
r,lH fi:i#-i
Rata-rah pendapatan
881.938
7.733.600
5.ssg.402
1.58t.253
t.t25.625
Riun."fri?] Keterangan: *) pendaoatan Surnber;
t
.237.9t2
9.903.371
5.774.336
10.
7.5 t3.7
,roor-^ usaha
"
nkd;'g;;$t,,l,;id,f i*r,ffi ;l;*}",fri; ;ffiji'?,?ffi ;r*i.:il',:xr;?i'lJi""j.,nrru:,:#
r'u'run,,
l,:.1"rmasins-
;;#;XJ;#j fj Hl jii'"' tanaman il#ffi'ollunu $eDesar Rpe'48e' Rend ahnya#":::I:u"r:il$"*1ff;ffi 114 pet ha' di,l:** ,unu'nunTliiTfi::"q3 akn dari;;' daripadapendapaian
-
r monokuitu,
tani kakao ya
r
aisebabkai""l#'iJ:t
kakao pota integrasi dengan
lnaman kakao beluir mencapai
-----:-
antar tanaman.
l'aktor Yang Mempengaruhi produktivitas-pendekatan Makro
produktivitas kakao secara serempak .fficts dlpcngaruhi oleh variasi jumlah petani, harga domestik tahun seberumnyu -ha.ga-harga hurga ekspor tahun sebelumnya, input, nilai rukar, teknorogi, ledflkan populasi PBK dan kebijakan Nilai koefisien dererminasi Rz = 0.9917 menunjukkan bahwa seluruh variasi variaber yang dimasukkan daram mrdel, memberikan pengaruh sebesar gg,rTvo terhadap produktivitas usaha lnni kakao dan hanya 0,g3vo ditentukan oreh variabei-variabel yang tidak dimasukkan
irr-.
dalam rnodel tersebut (tabel 4.5).
Luas tanamrn kakao
(A,1,)
tidak berpengaruh terhadap produktivitas
tani kakao' Har ini menunjukkan bahwa daram jangka panjang penambahan ruas tan3man kakao tidak mempengaruhi perubahan produktivitas. Hal ini terjadi karena semakin ruas tan;man rrsnha
kakao yang dimiliki petani dan junrlah prot yang terpencar, maka pengeroraan usaha tani remakin kurang intensif, akibatnya produktiuitas usaha tani yang diperoreh lidak akan mencapai rever optimar. Har ini sejaran dengan Tuwo (2002); soehardjo dan patong (Igg4) bahrva usaha rani yuni ,"r."uar dengan lopografi lahan yang berbukit sampai bergunung rnenyuritkan pemni untuk
fi #d;T1;3,t"-i11;+1*:.#rff'Tffii:$:il,H?f:;i
j,"j.'i{!,il*
sepanjang dilakukan d"ngun teknis yang memadai, terutama dullrn pemilihan dan penataan kombinasi
Penggunaan data panel cross-section arur Time-series dianarisis dengan pcndekatan Random Moders
tani dalar rni terdiri dari pendapa o*t dari ;::1L tanaman :anaman kakao tut*';:-.-""'po.ta 0", T,Lo,lu.ini oan nilai tanaman nnn ollfesrasiL,belum ;J'""i,:::::,.,;;;l;Ti# fin dihitung l;- ly",.kareni t dipanen.
{polad ;i:i,, ;::Hk;;"T ,T::'re,il,;; usaha tani kakao
pc'dapatan (taber 4.4) menunjuk[an bahwa pora integrasi
d*l'rn kawasan hutan rebih lrospektif daripada pora aneka tanumun usaha tani kakuo Itxtttokultur,
('.
(Rp/Ha)
t.237.551 10.703.t60 n.88t.637
tur'ur produktif puncak.dan krrcnc rayr-.ttun, crirakukan pemrnen'n sert' tltllk
|
l
mcngaplikasikan secara baik penggunaan iipur.teknologi.
Tnbel 4.5.
No.
Husil Anolisis Fuktor-fuktor yong Mempongaruhi produktivitas Usaha tani Kakao di SulawesiTenggara (lgg2_2003). Koefisien Regresi
Sumber Variasi OLS
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
I
l.
l3
0,7g15
Kakao
HKm 0,2242," 0,2242," **' 44,820 .* 1,9693 Kabupaten Kolaka (D7) n' Kabupaten Kendari (D2) 1,3145 43,166** Kabupaten Buton (Dj) 0,6399*** 43,491*. -'' Kabupaten Muna (Da) 42,951 -Konstanta 42,85! lummyKebijakan
Dummy Wilayah (Lokasi):
48 R2
0,6909
Sumber: Rianse (2006).
Keterangan:
= signifikan pada a= lTVoi signifikan pada a = 5To; .._ = = signifikan pada a - IVo; = tidak signifikan pada
cr
0,9682
0,8498
-
penggunaan input pupuk. Penggunaan pupuk biasanya dilakukan pada saat lattuman mulai berumur 34 tahun setelah tanaman mulai berproduksi.
Harga dalam negeri satu tahun sebelumnya (HD,_) tidak berpe_ nguruh pada tingkat kesalahan Ljvo.Hal ini menunjukkan bahwa perubahan hurga dalam negeri mempunyai tren yang tidak searah dengan tren peningkatan produksi kakao di sulawesi renggara. Hal lain yang memungkinkan fonomena ini dapat terjadi adalah sebagai dampak dari orientasi utama dalam p€musaran kakao asal daerah ini adalah memenuhi kebutuhan ekspor kakao. Harga ekspor satu tahun sebelumnya (HE,_) berpengaruh positif dan rlgnifikan pada tingkat kesalahan l\vo. Dengan demikian, petani kakao di $uluwesi renggara lebih respons terhadap harga ekspor daripada harga domestik. Jika pada tahun sebelumnya terjadi peningkatan harga ekspor, muka petani di daerah ini akan termotivasi untuk meningkatkan produksi dengan perbaikan teknik pemeliharaan tanaman yang baik. Demikian rebaliknya jika terjadi penurunan harga ekspor petani akan mengurangi produktivitasnya dengan mengurangi penggunaan input usaha tani seperti pupuk dan tenaga kerja. Berdasarkan kondisinya dapat dijelaskan adanya fcnomena natural /ag (spillane, 1995) atau time lag adiusmant penawaran output kakao terhadap harga ekspornya (Tomek dan Robinson, l9g2:
74,994"""
Mubyarto, 1989; Nicholson, 1998).
48
Harga urea (ln^F/N,) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usaha tuni kakao pada tingkat kesalahan l\vo. Berdasarkan kecenderungan ini, muka apabila terjadi kenaikan harga pupuk urea, petani belum tentu tnengurangi penggunaan pupuk urea pada usaha tani kakao yang
0,99t7
tlikelolanya.
*_
n'
Randont
.. 0,7g15-*** OliStS ". _0,4841 n, _0,s116 o, _0,6998 n, ,\i#t,,.,, Harga Ekspor (lnHEr_) 0,6952"" 0,9995 -1,3074* -0,666 n' -0,666 n' Harga Urea (lnf1ry,) 0,1733 n' Harga TSP/SP36 (ln1Pt) 4,2744.. 4,2744." 2,9658n" Upah Tenaga Kerja (lnW,) -12,675-. -12,6'15**" -20,541""' 0,4713n" 0,4713-" O,7Og7. NilaiTukar (lnER,) Teknologi (lnZ) 1,2258n 1,225g," 3,56,,,, Ledakan Populasi 0,1253 n' _O,If2:O* 0,1253 ^ lummt Penggerek Buah (lnZ14N1;,) Dalam Negeri
Jumlah Petani
(PBIO
t2.
Fixed
Jumlah petuni (TANIn) tldak berpengaiur, pada tingkut kesalahan l0% tcrhadap produktivitos usrhu tani kukao. Hal ini merupakan l'cnomena yung terjadi di lokasi penelitian, bahwa penambahan jumlah petani tidak aknn berdampak pada peningkatan produktivitas usaha tani kakao karena biusanya petani-petani baru belum memiliki pengalaman dalam mengelola umha tani yang lebih baik dan biasanya mereka belum mengaplikasikan
Harga TSP/SP36 (lnHP,) tidak berpengaruh rerhadap produktivitas usaha tani kakao pada tingkat kesalahan l\vo. Hal ini mengindikasikan
= lTTo
hlhwa meskipun harga TSP/SP36 berpengaruh negatif terhadap
luas
lunuman kakao (Model-lA), tetapi keadaan tidak sepenuhnya dapat menekan
produktivitas.
Upah Tenaga Kerja (lnW,) berpengaruh negatif dan signifikan ini
terhadap produktivitas usaha tani kakao pada tingkat kesalahan 5To. Hal 80
AGROFORESTRI: Solusi
to
l'r'rxluktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
::-::y::::j:l:_:
rploila upah buruh tani p[da sektor .
il::Tjil:j"rljl.jil -
L1li
ran
perke bunun
akan mengurangi p.nggunuun tenagu kerja dapartetani berdampak padi
f.l"*ri/'."g ka kao vari Jer ;il;;;;r";ffi
::::ilTi:n.,j"'nuouo variabel lainnya.
,".il#ilffi;;
;d;' T:IJJ.,Tj'T l"jn: paling" n:i kuat
perubahan produktivitas aiuanoin"gran dengan
Nilai tukar (ER,) berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat tlrhadlp produkti vitas r saha r."r.i.' lil';"ffi; ::.i,,?3i :o-*,
#il:
""i
an produktivitas kakao, uur."n1 petani beranggapan bahwa harga kakao dalam oemirul"n' puru,"uuil;; ::j::,,1'":::]iT'^-1"1'':qf""1 berdampak pada penurunan produktivitas qv. -tHal kakao. ral'l IIll ini ::,lgg",i: lapatperubahan terjadi karena nilai rupiah akan berpengaruh pada keberanian petani dalam menerapkan sarana produksi yung ."Iuru tuing.rng .",n0"1 ngaruhi produktivitas kakao.
il ffi;
Perkembangan teknorogi (7) berpengaruh positif dan signifikan pada Ini berarti lita -p"tuni -.n"rupkun perbaikan teknologi (terutama perbaikan varietas ian manajemen usaha tani dari waktu ke waktu) pada usaha tani kakao, maka aktivitas tersebut
tingkat kesalahan
ro\.
dapat mening_ katkan produktivitas kakao. Dengan demikikan dapat disimpurkan bahwa jika petani penerapan teknologi ,".uru baik akan meningkatkan produktivitas karena pengelolaan menjadi lebih intensif. Ledakan hama pBK tidak bbrpengaruh pada tingkat kesarahan l07o terhadap luas rahan usaha tani kakao. Hai ini te4aoi se[agai at
pBK
dari tahun ke tahun. Meskipun masih terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah buah kakao yang rusak akibat serangan hama pBK terurama pada tahun (1996- rggg). pada kurun waktu tersebut petani hanya dapar memanen sebagian kecil dari buah kakao. produktivitas kakao sebeium redakan hama PBK (1991-1995) menurun rata-rata sebesar 5,59 To per tahun, sementara pada periode setelah ledakan hama pBK (1996_2002) menurun rata_rata
sebesar 6,92Vo per tahun.
Kebijakan HKmberpengaruh postif dan signifikan terhadap pr.duksi kakao pada tingkat kesarahan r0%. penerapan kebijakan HKm oreh
pemerintah memotivasi petani daram penggunaan teknorogi daram
berusaha tani kakao baik di 0i11'n kawasan, ruuiun di ruar kawasan hutan. serain karena adanya subsidi oleh pemerintai dalam bentuk bantuan sarana produksi pupuk dan biaya tenaga kerja, juga
adanya penyuruhan pertanian,
perkebunan dan kehutanan yang dllnkukan ,..ui"i.rintegrasi kepada petani tdnnrnn. Inovasi tersebut tidak hunya dapat diaplikasikan pada usaha tani di lrrkusi l/Km, tetapijuga dilakukan pada usaha tani kakao di luar lokasi HKm. Terkait dengan program ini, mulai dikembangkan kelompok tani komoditas
Jterkcbunan khususnya kakao yang dapat digunakan sebagai saluran pnyuluhan bagi petani
D.
l-aktoryangMempengaruhi produktivitas-pendekatan Mikro
ltroduktivitas usaha tani kakao dipengaruhi oleh jumlah pupuk, jumlah Ittsoktisida, herbisida, jumlah tenaga kerja, pola usaha tani, tingkat kemiringan lahan, umur tanaman, pengetahuan petani tentang budi daya tnnuman, pengetahuan tentang fungsi lingkungan hutan dan pola partisipasi nusyarakat dalam pengelolan hutan, pekerjaan di luar usaha tani, asal daerah tlun lokasi usaha," digunakan analisis regrasi d,ouble logaritma natural Ada 2 (dua) model yang digunakan yaitu (i) produktivitas usaha tani kakao dan (//) produktivitas lahan sebagai variabel tidak bebas.
Hasil analisis model produktivitas (Model-2A) sebagai variabel tlduk bebas dengan metode ozs menunjukkan adanya masalah heterorkcdastisitas, tetapi tidak terdapat masalah multikolineritas. Korelasi antar vuriabel bebas dan .R2 regresi tambahan (auxiliary regression) antar variabel lndependen tidak ada yang mencapai 0,80 menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil pengujian asumsi non-heteroskedastisitas model dengan multiplikative, varlin (variance is a linear function ol' exogenous variabel), stdlin (standard deviation is a linear .fiinction ol' exogenous variable) dan dependent variable terdapat gejala heteroskedaslisitas yang ditujukkan oleh beberapa koefisien regresi variabel bebas yang oignifikan secara statistika pada tingkat kesalahan lVo-l}Vo,
Pengaruh masing-masing variaber bebas, terhadap produktivitas (Model-2A) disajikan pada tabel 4.6. Luas tanaman kakao yang dimiliki oleh pctani (Ai) berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kesalahan l7o lcrhadap produktivitas usaha tani (multiplicative, varlin, stdlin dan depvar). llal ini menunjukkan bahwa bila luas lahan meningkat sebesar lo/ct, maka produktivitas kakao akan meningkat sebesar 0,074vo. Berdasarkan kondisi ini, maka perluasan lahan usaha tani kakao pada tingkat petani masih dapat
dilakukan.
Jumlah pupuk per hektar (ppK/HA) berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kesalahan r\vo terhadap produktivitas usaha tani kakao
AGROFORESTRt,to,u I'roduktivitas Agroforestri Berbasis Kakio
j u mI ah p up
-p,, u r,
;;'il*lli ffifi
tani kakao yang dikelolanya.
fl
[:,1ll ffi :lT?:lll ffi
fi
Jumlah insektisida per hektar (\NSEI(HA) berpengaruh negatif I tvts,q Ll I signifikan terhadap produktivitas usaha tani kakao puou ingtut kesara SVo (varlin, stdlin, dan depvar). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida oleh petani tidak efektif untuk mencegah penurunan Kondisi ini terjadi karena sebagian besar pera :,T::1, fl1ry^y:1,n1ma. pengendalian hama tanaman kakao.
,n"tu -u"u- t""."tirto.
Jumlah herbisida per hektar (HERBI/HA) berpengaruh negatif rrvS4Lt I signifikan terhadap produktivitas usaha tani kakao paoa iingtat kesal 5vo (stdlin)' Seperti harnya penggunaan insektisida, p"ngguiuun herbisi juga tidak efektif untuk meng"na*un gurma. t;gJ;#-nJrotr,ou vrersq Jq, berlebihan akan berdampak terhadap p.iurunun kualitas ringkungan mik pertanaman. Karena penurunan kualitas ringkungan seranjutnia akan babkan penurunan produktivitas usaha tani.
Umur tanaman kakao @RZ:Alg berpengaruh positif dan rt orSrttrtt signifik produktivitas usaha tani kakao paaa tingtat kesatahan I ::::?::y,variasivarlin, stcllin, dan depvar). Berdasarkan hasil anatisis, 9,!!r:!jtr*,ive, dijelaskan bahwa usaha tani kakao sampai saat ini rata-ratamasih pada umur produktif (10,g tahun). umur tanaman rata-rata tersebur )vuqt DgL4l klrq:rt umur produktivitas puncak kakao faitu berkisa :::::l,T:':}.f.:" antara (10-15) tahun (Spilane, 1995). ah tenaga kerja per hektar (TNG/HA) berpengaruh positif dan signifikan rerhadap produktivitas usaha iani kakao puou ,igr.ut keserahan lvo (multiplicative, varlin, stdlin, dan depvar). Berdasarkan hasilr analisis 4lt4ttDti ini llll usaha tani kakao yang dikelola petani sampai ,uu, ini menyerap tenagi rrt" :1,,if:."l.lj1l produksi dan produktivitas usaha tani.
3:lir""]::l3oioyi
J"r#;;** ffi "_#;
":::l
Jurnluh onggotu kcluurgu (JAKI tiduk bc-ryiirrgaruh tcrhadap prtxlukllvitrrs usuha tani kakao pada tingkat kclrlahan l0%,. l"lul ini tcrjacli karcna lldtk scmua anggota keluarga clapat terli6ai langsung dalam kegiatan usaha lurri, meskipun anggota keluarga merupakan sumber tanaga kerja potensial ynng dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu dalam usaha tani. Wuluupun tidak semuanya memiliki ketrampilan dalam pengelolaan usaha lani kukao. Pengetahuan tentang sistem budidaya tanaman kakao (PSBD) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produktivitas usaha tani kakao pada llngkat kesalahan 5Vo (multiplicative). Walaupun hampir seluruh responden (112%,) memiliki pengetahuan sistem budidaya kakao yang memadai tetapi
pctuni kurang mengaplikasikan dalam praktik usaha taninya, antara lain: penggunaan bibit kakao asalan, pemupukan yang belum teratur dan tidak berirnbang (dominan pupuk urea), tidak melakukan pemangkasan wiwilan dengan baik dan belum menerapkan pengendalian hama secara terpadu.
Pendidikan petani (PEND) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas usaha tani kakao pada tingkat kesalahan SVo (nrultiplicative). Hal ini menunjukkan bahwa petani yang memiliki pendidlkun memadai akan memudahkan petani dalam pengambilan keputusan Untuk implementasi penggunaan input teknologi dalam pengelolaan usaha teni kakao. Keputusan yang tepat akan berdampak pada perbaikan produktivitas usaha tani (Rogers dan Shoemaket 1997; Hanafi, l936). Pendidikan istri (PDIST) tidak berpengaruh terhadap produktivitas u:uha tani kakao pada tingkat kesalahan l\Vo. Kecenderungan ini terkait dcngan peran istri dalam usaha tani kakao yang cukup intensif, meskipun memiliki pendidikan formal yang terbatas. Berbeda dengan perani sebagai kcpula keluarga, ibu rumah tangga di lokasi penelitian seperti halnya musyarakat pedesaan lainnya, memiliki akses yang terbatas untuk mengembnngkaan diri terutama melalui pendidikan formal (Rahaya dan Awang, 2(D3; Rianse dan Widayati,2005).
negatif dan signifi kan rerhadap y:) Y,::',::n",.:y,y rani kakao paaa tingt at kesatahan tE" g::::yr @";';p;i;';;;;. J:1"aniris.is, dapat dijeralkan jr ;' ;';;; ;:;:,1 :::y.,.li:: f is berpengaruh
il;;.;;
. umur yang telah berusia ranjut akan memperoreh produksi dan produktivitas usaha tani kakao yang rebih rendah. petani manura (usia ranjut) akan menurun kemampuan untuk mengerora usaha tani, terrebir, Lgi jika lahan b.ertoro.Srafi berbukit sampai bergunung dengan .jarak kebun yang jauh dari rumah tempat tinggal petani.
ff:i.1":",,:y1
AGROFORESTRI,T Itroduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
85
FFFFFpF.'.F!^|
gggggsil
Etr EE
tE €s J O
En' g.B
+1lo rF
rf:n 7q
$5gs$gF
g6
s$
Ft' Sr
:{ si
+
!\
I
o\
{ggsr
€ d
F'+*iE-
F$FgI
5X'EI' ! a rraEL
F
P
1,,
gFfi$gF
qqqqqqqqqqqqqq
U)
-' A'
r d E
C'
M
I
tt
9
5
9>
CD
FD
FU
EE.irqqqqqrqq\q
qqqqqqqqqqqq€q
ttsqqqq{qqqqqq
:]o iz ta
:s
oa po or
i.< Na)
o 5
tta FD
E FU
A FO
t{qqqqqq{qqqqq qqqeqqxqqqqiql
a ,f
0a FD
a
FO
A)
qqqqqqqqqqqeEq
X F9
x
A)
si cf ri
ll
d
;
I
d
d
3
d
e
'qcIo c\:de €e-n
e-
qqs" Iq g"
E
E
d+rJ
fi ru
s!l
EaF
sl
Fi
s!S 6
&
tr
.g) q
lt
J
-f I A
.tl
fi=s €-€r
r
g
bg+ gb
E
*t
blr
d E
i5r
P<
fitN Lq)
>l oE
E> I
a! 'i€c a
cl $$Yr
r
pllt
r
E9
d{{
.90
= rf{ >-
d6{ rn al -r€:€
.q
c..l
.'d
d qt
fl
l]. c d J
lt
*
bb$ ad
}; ,$ I
q. q. cI. €
,9S
.ES do l! 0r
r€af
ll
la Ft"l
Ft{frn('|
b d
.:.,:
1..
l
{{ (lF+\Oh
3++
oc
H
..1
#i 6 F
k sh's
fr dq
E
c
d di
\6 q.
Et.n F;S
5$ 5
B
d !t
.{d
5tr
.:p 5
FI
I
lrl
^G-$
el
EL
gd;
lt
il
3
d
lt a
F
;
d r'
q
56
r
$
F
{ A ti
5
ao
E
3a!
6
d
$ltlI \OFt-€rffi
&
F)
o\
i
'tr
t)
?
,f
ffEE q de
J
o
qqqeqqqrqqqqqq
N ni o*.tEfrd
€
/cl
]i
&
J
*6"tr €*6
qcf q'
R'
&
IFhtsri
h
s"sE q q c
I
F,E
H
lltirr tv.-5OE
il .F
Ath
tl (Da)
"$s-F-Aoso
€s-v.d-
il 4
-
F3
s*q €rc? q
il
o
83.
ltttt
I I
€ tsts s €t
FI
rf € Ft
igH'fir?$ 5 { I l"n^l g g
E
F
X 'fo
!r
s$$$s.g$$sss$ vi dFc AGROFORESTRt,t l'roduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
('r
ff
]::
eEb
s'6 lln !t'..
ES Ef;
f;J
' v'u'!urf,ur renrnggi ungg'tu kcru'rga (pD'nNci) tid'k bcrpcngur tingkat kesa,ahan t0%, Hat i fr:ll11lf#i"i,ii'i::: men unj u kkan adanla *ec.na..ungun
l:klli;il;;;;;, ;';*^J" *lJiJliH,,,,{;;tr;
anggora keluarga terhadap keputusJn
t vo (mut t ipti c ativ
e,
va
rr in,
n !ti.n,
p"ig"fofuun usaha tani.
i;-;;i:;:
!'"ffX, :TllT:"::
*"."ilki popurasi tanaman ,iffill vang banvak l.T#::ljlxl daripada por lll"L,::::ii111 a terga, i un"ru- tu-*#, : J ifi: JTr:.i in
;0"r.,
lT#?#;:,1.".
tanaman kakao perl*,1",^:":_rl unir rahan dan
tanaman perkebunan lainnya (Lahjie,
berkurangnya popr
"u,o"t o",J";;;";ior1H'TJ"tJ#,ff#l
iOil,
zOOql.
Keanggotaan dalam hutan kemasyarakatan (HKm) berpen ui,us usaha ran i kakao pada ti kesat ffi;,:l#". ahan 5 U:\t:^i vo dan ::,1:j1l,p-o,rti 1mu t t i t t, r r"r,ii,^'iii|,, T#" r;;:: dibandingkan dengan hasir lt, ", ;|" anaris; ;;1"' ,uber 5.2, trat ini menunjukk berbeda..r*, rn""l"iiuun bahwa oanwa secara keselurul kes"r,,",,h, kebijakan ttt
v"
fT,T:: lyr
;:*,,
i
i','
^^u"rrtun'io;;;il;;;'""'r i r:ieq",. l:li,
l* :*r,"'
penggunaan *:'" *input ::: daram " usaha rani tutuo.
I!:
j".ff f ", J#l' fi fr :l *-"#;';;ffJd;;:;il:
,:uuri p*"n,iun r'vrq^ur\'1rr merakukan penJarangan penjarangan
kakao il??j1"ilr::,:" !^t lalu menan&rl tanaman ;;:;--;,:,.:
tanamar ranama
**::;:1"",:Ti,i",:Hili"[:'#JJ1l;#ffi p;*'ffi,;;# ;:;_r*l,#,il i:il::'''#; popurui ,*urnun
daripada pora monokurtur, sehins;u
;:::":::#'ilj,:*:::g:fu
persaingan biorogis dengan tanaman-tan;r*
kakao per unit rahan dan
;;ffi#;ilrlt?il#:
2003;2004)' Serain itu tanaman kakao yung uuru dikembangkan pada HKm masih berumur antara 5-7 tahun. Ini berarti o.rur--ln"apai rokasi produktif puncak yaitu berkisar *".riro-:,5) tahun (Spirane, lg95). umur hutan. (s r LA HA N ti aak berpen garuh ,.,nuouot'jil:,,?l1l":"',i:,.1u:1:un terhadap produkti vitas usaha tani pada ;;::ffi"1:1 menunjukkan bahwa pengeroraan usaha tani di sekitar kawasan cenderung lebih baik aaripada hutan ai aaram iawasan hutan produktivitas tani luar kawasan rata-rata usaha 97g,26 kg;.; ha dan di daiam kawasan hutan "0.11. rata-rata 765,t2 u* ha (rabet ,^ ini -..ngambir t"rtaii j*run tingkar f, kenyamanan dan kereruasaan outur keputusan penerapan teknologi daram berusaha tani paaa iur,un .irit rebih ^baik dibandingkan
;d#;:;'i^;;:*,
padn luhan yang stntusnya pinluman Ht$u huk pakai l,soehardio dan patorrg,
lqf4).
i
Kondisi fisik lahan atas dasar kelerengan >I\vo (KFL) berpengaruh negntil'terhadap produktivitas usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat lernlahan l\vo sampai lvo (multiplicative, varlin dan stdtin). usaha tani lekno pada kemiringan (>l5%o) rata-rata g27,Bo kg per ha lebih rendah deripada usaha tani kakao pada kemiringan0-r5vo rata-rata 1090,9g kg/ha. Hal ini terjadi karena pada lahan-lahan dengan kemiringan 0-l5vo sangat :exuul untuk pengembangan tanaman pertanian dan perkebunan (DEpHUT, 19116; Arsyad, 1989). Pada beberapa lahan datar di lokasi penelitian cukup Frucdia saluran pengairan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan air 3unn kegiatan pertanian sepanjang tahun seperti di Desa Andowengga, polipolia, Pangi-pangi dan Aere. walaupun demikian pada lokasi-lokasi tertentu :epcrti di Desa Lowa pada periode tertentu juga terdapat kendala mengenai londisi curah hujan yang tidak stabil. Jika terjadi hujan, lahan-lahan yang dltur akan terjadi genangan dan pada musim kemarau lahan-lahan tersebut mngat kering sehingga pada daerah datar (bekas rawa) dan kakao akan nenguning pada musim hujan dan akan meranggas dan bahkan mati pada filusim kemarau. Pekerjaan di luar usaha rani (?EKLAIM tidak berpengaruh terhadap produktivitas usaha tani kakao pada tingkat kesalahan r\vo. petani yang memiliki pekerjaan di luar usaha tani kakao berkurang kesempatannya untuk mengelola secara langsung usaha taninya. Namun pada saat tertentu mereka mcrnpekerjakan buruh tani dalam bentuk sewah atau sistem bagi hasil dengan proporsi 75-80vo pemiliki dan z0-25vo untuk pekerja Untuk hengurangi biaya produksi biasanya mereka menggunakan input produksi dnlam jumlah yang terbatas, kecuali untuk insektisida dan herbisida. Hal lniluh menyebabkan adanya kecenderungan pengaruh negatif variabel ini lerhadap produktivitas usaha tani kakao.
Petani asal daerah Sulawesi selatan (suLSEL) dan Jawa-Bali IIABAL), secara konsisten hasil analisis Mode-2A menunjukkan produkllvitas lahan usaha rani kakao lebih tinggi daripada perani asal sulawesi I'enggara. Hal ini ditunjukkan oleh variaber dummy suLSEL dan JABAL yung signifikan pada tingkat kesalahan yang bervariasi antara 5%t sampai l%, (nuiltiplicative, varlin, stdlin, dan depvar). Keadaan ini terjadi karena adanya pcrbedaan intensitas usaha tani kakao. Masyarakat lokal Sulawesi Tenggara Itrusih menerapkan perladangan berpindah (sangat ekstensif) sementara pctani asal daerah lain khususnya Jawa-Bali bersifat intensif dalam
l)r'oduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
89
menerapkan teknologi pertanian. Petani asal Jawa-Bali bcrupaya meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani kakao dengan pola intensifikasi, karena kurang memiliki akses untuk menambah lahan di dalam kawasan hutan.
Lokasi usaha di Kecamatan Lambandia (r.4BADIA). berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi dan produktivitas usaha tani kakao pada tingkat kesalahan 5vo (varlin dan stdlin). usaha tani kakao di Kecamatan Lambandia menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dari kecamatan lainnya, karena di lokasi tersebut merupakan daerah pengembangan baru dengan lahan-lahan yang relatif lebih subur untuk tanaman kakao. Sebagai lahan bekas hutan dengan ketersediaan air sepanjang tahun, sangat menunjang kestabilan produktivitas kakao. Di Kecamatan Ladongi petani, melakukan penjarangan tanaman kakao untuk mengembangkan hutan kemasyarakatan dan petani kakao di Kecamatan wolo telah banyak berpe-
ngalaman mengusahakan tanaman kakao pola integrasi aneka tanaman khususnya integrasi kakao dengan tanarran kelapa dan cengkeh.
Hasil analisis model produktivitas lahan (Mode-2B) sebagai variabel tidak bebas dengan metode oLS menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas, tetapi tidak terdapat masalah multikolineritas. Korelasi antar variabel bebas dan R2 regresi tambahan (auxitiary regression) antar variabel tidak ada yang mencapai 0,80 menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil pengujian asumsi non-heteroskedastisitas model dengan multiplikative, varlin (variance is a linear function of exogenous variabel), stdlin (standard deviation is a linear function of exogenous variabel) dan dependent variable terdapat gejala heteroskedastisitas yang ditujunjukkan oleh beberapa koefisien regresi variabel bebas yang signifikan secara statistika pada tingkat kesalahan lvo-lTvo (tabr-l4.7). Pengaruh masing-masing variabel bebas, terhadap penerimaan (produktivitas lahan) usaha tani kakao adalah sebagai berikut: pada Model2B, variabel luas tanaman tidak berpengaruh terhadap produktivitas lahan usaha tani kakao pada tingkat kesalahan l0zo. untuk memperoleh penerimaan pada tingkat tertentu, petani akan terus menambah luas usaha taninya. Kondisi ini sejalan dengan fenomena fungsi produktivitas jangka panjang usaha tani kakao di Sulawesi Tenggara (tabel 4.1).
Jumlah herbisida per hektar (HERBI/HA) berpengaruh negatif terhadap penerimaan per hektar usaha tani kakao dan secara statistik signifikan pada tingkat kesalahan r\vo (varlin, dan depvar). Hal ini berarti AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
p"@
Jlku penggunaan hcrbisida kimiawi ditingkatkari jurtru akan menyebabkan porlrunun produktivitas lahan usaha tanl Hal dimungkinkan karena petani tlilokasi penelitian petani melakukan ailitasl herbisida dengan intensitas tlnggi untuk menghindari gulma. Penggunaan herbisida yang berlebihan akun berdampak pada penurunan kualitas lingkungan mikro pertanaman. Kurena penurunan kualitas lingkungan akan menyebakan penurunan produktlvitus lahan usaha tani (penerimaan rata-rata usaha tani). Umur tanaman kakao @RZAI{) berpengaruh positif dan signifikan tcrhadap penerimaan usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesalahan lol, (multiplicative; varlin, stdlin dan depvar). Berdasarkan hasil analisis ini dupat dijelaskan bahwa usaha tani kakao yang dikelola petani sampai saat ini rtttu-rata masih menguntungkan ditinjau dari umur tanaman. Jumlah tenaga kerja per hektar (TNGIHA) perpengaruh positif dan signifikan lcrhadap variasi produktivitas lahan usaha tani kakao pada tingkat kesalahan l% (multiplicative; varlin, stdlin dan depvar) Berdasarkan hasil analisis ini dupat dijelaskan, bahwa penambahan tenaga kerja dalam usaha tani kakao, musih meningkatkan peroduktivitas lahan usaha tani kakao. Umur petani (UMUR) berpengaruh negatif terhadap penerimaan usuha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesalahan 5Vo sampai I%, (multiplicative; varlin, stdlin dan depvar). Hal ini konsisten dengan hasil nnalisis Model-2B. Petani yang berusia lanjut akan memiliki produksi dan produktivitas kakao yang akan menurun dan pada gilirannya juga memperoleh penerimaan yang rendah.
Jumlah anggota keluarga petani
QAn
mempunyai pengaruh negarif
terhadap penerimaan usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesarahan llvo dan 5vo (multiplicative dan stdlin). Hal ini disebabkan oleh kebiasaan
petani dalam menggunakan anggota keluarga khususnya anak-anak yang belum trampil sebagai tenaga kerja, terutama pada saat panen dan pasca pInen. Pengetahuan petani tentang sistem budidaya tanaman kakao (ISBD) bcrpengaruh positif terhadap penerimaan usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesalahan 5Vo (depvar). Hal ini menunjukkan bahwa penge-
tnhuan berusaha tani penting untuk meningkatkan penerimaan usaha tani sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan (penerimaan rata-rata) usaha tani kakao pada tingkat petani. Hal terjadi karena membaiknya uplikasi teknologi pada tingkat pengelolaan usaha tani yang selanjutnya herdampak pada meningkatnya penerimaan usaha tani (produktivitas lahan).
l'roduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
91
I
!r lr., :- F I
F J
F\ F,b
f, N
-l -l
!.
h
gggggggggggEgg
E
r
l. r r
A
J
b b
It I ;
qqqqqqqqqqqqq
q
EgE€EEEEf;EEEHE I r I B t ! . ! I r r r-l
qqiqqqtqqqqqq
r I
r I
5 r
.\t
:
F
Irt
d
i :
,l f,i oF
l=+g l, rO r+ lr't
s?
!+< HD) .. ate
rrc IO
"l$b* bb
?>
9a
sd |J ll
l, I :
ED d6
€
i
60 &
rq
\6'
f{
JI
€
s
s
lr
;4
e s
g
{d
iI
qr F.
hl (l {
s
;d d
Ea fr
J
!€
$
5
I I
I I
Hbii i :
i
F a
f-
E
6
s
s
*
dl
c
€Er. c
ch
i
tr
s
4
FI
d
$
F
.f, rs E!
.f_
b0 5
€
{
H
t
l{
I o € I
c
F
rl
E il s
{ .? (\t
sf {)
-o
F So.iit
€
E
s$ $+$ r r I I l, r I 'lggg s3 $$i t^ "lg+5
t
t-
AGROFORESTRI; Solusi
c\
€ (:-
+$t
irrt rO
ae
lo
tr
q
I
E4
Or
!o
qqqqqqqeqqqqq
FI
{
*lE8-5qe-a flcl q q e = o o o
*5
FO
qqqqqqqqqqqqqq
?a
d .tr o.
r ! | 'g'$$ d cf
F
lt
"lb'Eh Lb'rbb ci
a.
q
i I
g
I
d;' 5 ro TJ
; t
d
'lg-$ s$
FD>
A:J
uzr
ttqqqqqqqqqqqq qq1qqqrqqqqqqq
6
*lE-{q $B ct €f lg e e
FD iJi
qqrtqqqqiqqqqt
I
=13gg gg ++s l, r r
-l F)
E E
i
E
l$iHu$lgli l$ $ggg$g$ggs3 s ft -lonoo t-
l,mduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
J
"&
a
$t tlI s '.. .9H Etb
iE HS rl l{
93
.
Pcndidikon petani
(.END) tidak
usaha tani kakao pada tingkat kesarahan
bcrpengaruh terhudap penerimaan
rcn. rut ini
menunjukkan bahwa lama menempu pendidikan bagi perani tidak memberikan kontribusi yang
penerimaan usaha rani. Dengan demikian dapat f*ruatan ditunjukkan bahwa pengetahuan petani terhadap sistem
::::i::"*P,
i,rora"*'i"il;;;
pengaruhnya daripada pendidikan formar yang dim'ikinya daram penge. lolaan usaha tani kakao justru variabel pengetahuan tentang budidaya berpengaruh positif terhadap produktivitas lahan (penerimaan rata-rata) usaha tani kakao. Pendidikan istd (pDls?) berpengaruh negatif terhadap penerimaan tintkat kesarahan 5vo (murtiptikative), Hal terkait dengan peran istri daram usaha tani kakao namun memiliki Ini usaha tani kakao dan signifikan pada
:"j:lli":^9*l
terbatas. Daram kenyataannya meskip un perempuan
-r":r memiliki pendidikan formar yang terbatas juga memiliki ukr", yung rendah dalam pelayan pendidikan non formal terkait l"ngun pil;i"h* usaha tani. Pendidikan tertinggi keluarga petani (pDTfNG) berpe_ .anggota penerimaan usaha tani kakao dan signifikan trrr\4tt pada P4Ll4 Hllllj":",Tr]j1i::':adapampai t.vo (mut t ip t i c at iv e v a rt in dan s l-d t i ry. De ; n gan ".t, uett5qtl :t::Y : Y"" !!: -s iryulkan bahw a anssota keluarga yang memitiki lf pendidikan formal tltinggi mempunyai konlribusi r"rt"uaup p.nerimaan ini juga menggambarkan bahwa pengambilan kepu_ :111j.:T_1i: usaha tani tidak hanya attentur<-an oteh vrv.r perani yvl4ttt :::1:.l]1T,f",relolaa1 dapat merupakan keputusan kotektif anssota l"i,T:^:li:1dlil,.::ili
:::,,Y1:9{nit
::::
keluarga (Sajogyo, 1983).
Pola usaha tani (poLTAM) berpenge'uh negatif dan signifikan terhadap penerimaan usaha tani kakao *ou ting;; t un rvo (rnultiplicative dan stdtin). Har ini menunjukkan bahwa"rutut petani yang mengembangkan usaha tani kakao monokurtur memiliki penerimaan per hektar lebih tinggi daripada petani yang mengusahakan kakao pora integrasi. Nilai negatif dimungkinkan karena daram Moder-2B, umur tanaman kakao dalam pola ini berum_mencapai umur puncak (taber 7.2) dan penerimaan kayu-kayuan belum diperhitungkan, karena umumnya berum memasuki
umur panen.
Keanggotaan petani dalam hutan kemasyarakatan (HKm) pada Model-28 berpengaruh negatif terhadap penerimaan per hektar yang rebih rendah dan signifikan pada tingkat t<esataian r\vo (muttipricative).Dengan demikian, dapat dijeraskan bahwa petani anggota HKm memiriki penerimaan per hektar usaha tani kakao lebih rendah daripada petani bukan anggota.
Keudaan ini lebih disebabkan oleh faktor t.tnis"r"liputi populasi tanaman yarrg lebih sedikit dan unrur tunaman yang belum mencapai umur puncak
untuk memperoleh produktivitas tertinggi. Hal ini disebabkan oleh jumlah pnlduksi kakao rendah berpengaruh pada penerimaan yang rendah pula. Status lahan dalam kawasan hutan (S?./,AHAM) berpengaruh positif lerhadap penerimaan usaha tani dan signifikan secara statistik pada tingkat kcrirrlahan 5vo (multiplicative; varlin, stdlin dan depvar). Hal ini menunjuk-
krn bahwa pengelolaan usaha tani di sekitar kawasan hutan lebih baik rohingga menghasilkan penerimaan usaha tani yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha tani kakao dalam kawasan hutan. Hal ini terkait dengan kcsempatan untuk menerapkan intensifikasi usaha tani dalam kawasan hutan mcmiliki risiko yang lebih tinggi, terutama terkait dengan tingkat kenyamnnan dan sejumlah hambatan yang bersifat teknis untuk menerapkan poralatan dan sarana produksi (Tuwo,2002; Soehardjo dan Patong, 1984). Pekerjaan di luar usaha tani (PEKI"AIII) berpengaruh positif terhadrp penerimaan usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesalahan 57o (nuliplicative dan stdlin). Petani yang memiliki alternatif sumber pendapgtsn di luas usaha tani biasanya melibatkan tenaga kerja upahan yang telah berpengalaman dalam usaha tani kakao terutama pada saat pembersihan kebun, pengumpulan hasil dan penanganan pasca panen.
Petani asal daerah Sulawesi Selatan (SULSEL) berpengaruh positif lcrhadap penerimaan usaha tani kakao dan signifikan pada tingkat kesalahan 5'*, (varlin). Petani asal SULSEL memperoleh penerimaan yang lebih tinggi duri kelompok petani lainnya karena petani asal sulawesi Selatan lebih berpengalaman dalam mengelola usaha tani kakao serta memiliki akases yung lebih baik terhadap informasi harga kakao dibandingkan kelompok pctani lainnya.
Lokasi Kecamatan Ladongi (L-A,DONGI) berpengaruh negatif terhadup penerimaan usaha tani dan signifikan pada tingkat kesalahan bervariasi lo/o (multiplication,
varlin, stdlin dan depvar). Peneriman usaha tani bagi Kecamatan Ladongi lebih rendah daripada petani kakao di Kccamatan wolo dan Kecamatan Lambandia. Kondisi ini secara spesifik tttcrupakan dampak dari perbedaan intensitas serangan hama pBK lebih hunyak di Kecamatan Ladongi yang secara bersamaan mulai mengembangkan pola usaha tani kakao integrasi dengan kayu-kayuan. Fenomena ini re.jalan dengan data yang ditunjukkan pada tabel 4.4. petani
di
AGROFOREST*' Produktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
95
Rungkuman 'l'ugas:
l.
2, 3.
4'
Uraikan model ekonometrika produktivitas agroforestri! Jelaskan penyebab perbedaan produktivitas berbagai pola agroforestri!
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produkiivitas agroforestri baik secara makro maupun secara mikro! carilah contoh jurnal penelitian tentang penerapan fungsi produksi pada usaha agroforestri untuk kasus di negara lain dan berikan ulasan singkat terhadap jurnal tersebut!
Yir=
fo + Ft Xn+ B2X2ir+ ... + BpX1,1r+ ui, dengan )j, (nilai dari variabel dependen unruO u* , ncdo .,,^r-+., .r. variiber i nd"p"n J"n' r"7 u nruk,;
""
il;;;
.,
(R2)
;;_ffi i .:1,: I i k); 4 (dampak dari,variaber ili; :T: tung";;;;''iobr"ruuri serama periode anarisis
ili:
:I
I:I:T:;;:i,;liii));,ifl?;;;"d"k;;;;"mikroltingk",p",l"liiigunakan Til'tr ;"Tlltr; *"r:ffilfi '"* y": ," ran re r h ti g i t:3,iqt.i kan d_engan rang diusahihu
;;i;;;A;;ri
aneka ranaman
I f'.ffi
r
ati
r
e bi
ng
"""'J:.1.Y9-"it11,lakao
;ii:ll"^:l*".,"ffi Il;,t::i:ili i kikao :T,:"#ffi -:: fe,HTf ; ;",i"1;l:il1$"."ff1T"i$: berfungsi sebagai,un1T1l t; i::::"_p.rindung-f;'nfoupu, iffi ; memberikan oreh
in
tegras
miko yang lebih ideal bagi produksi r.onoisi ir.tim tanaman kakao. Dalam jangka panling, p.tL*u""grn p.oout
HfiilE[' ffi:1;ft l.'-"il- ffiffi
;;;;;Td;'l'
pada tingkat petani.produktivitas
. ffi'JTfi lffi
;'j"j#''o'l
r
pmduktivitas
t,1,
uuuo,,
usahatani "l"nuouo dipengaruhi secara uu' tanu'u""m r..", j um _kaka. rah i rpr, ?r""i""aga
"o#li,'ii:;'1ffi::lli1#illTfl
ker j a
:*r-f" ff *lT"**iCrnena1. lilil?#;*n:,;jl;;'otrii,,i"iii,i,'i*:,,1hiiilil:,':l,l',i:1:,:TXHi.il'i
llnhan Bacaan lluku Teks dan Bahan Ajar Arsyad, S., 1989. PengawetanTanahdanAir. IpB press. Bogor.
DEPHUT, 1986. Petunjuk Pelaksanaan penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi kthan dan Konservasi ranah. Direktur Konservasi Tanah. Jakarta.
orcene, w. H., 1993. Econometric Anarysis. second Edition. Macmillan Publishing Company. New york USA.
lJanafi,
A.,
1986. Memasyarakatkan lde-ide Baru. usaha Nasional.
Surabaya.
Johnston, J., 1984. Econometric Methods. Company. Singapore.
Third Edition. McGraw-Hill
Kuncoro, M., 2001. Metode Kuantitatif
reori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP-AMP YKPN. yogyakarra. l,uhjie, A.M., 20o3. Pendekatan pengusahaan Hutan dengan Ekosi,rtem A g roJor e s t ri. Universitas Mulawarman. Samarinda. 2004.
knik
slri. uni versitas Mulawarman. samari nda. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi pertanian. LP2ES. Jakarta.
Nicholson,
w.,
Te
Ag
rofo
re
1998. Microeconomic Theory: Basic principles
and
Extensions. Seventh Edition. Harcourt college publishers. uSA. sajogyo, P., 1983. Peranan wanita dalam perkembangan Masyarakat Destt.
CV. Rajawali Press. Jakarta.
soehardjo, A. dan D. Patong, 1979. sendi-sendi pokok Lephas.Ujung Pandang.
l'roduktivitas Agroforestri Berbasis Kakao
llmu (Jsaha tani.
Indonesiu. Kanisius, yogyakarta. Rogers
rsrunrnnya d0lam Perekonomian
8.M., dan F. Shoemaker, l9Zl. Communiccttion
Free press. Newyork.
oJ'
BAGIANTIGA
Inovrilions. The
Tomek' G'W' dan
Tuwo'
K. L. Robinson, rgg2. Agicurturar procruct prices, Cornell University press. Ithaca and London.
M' A',
VALUASI EKONOMI POLAAGROFORESTRI
2002. perkebunan Kakao Rakyat: Aspek
Ekonomi dadi Kesejahteraan' Edisi pertama. Badan penerbit Magister rvrq'rDlsr Akuntansi,i srIE Tridharma. Bandung.
wooldridge' J' M" 2^,2--Introductory Econometrics: A Modern Approacht. Thomson South_Western. USA.
Hasil Penelitian dan Jurnal
YDi 2003.,, Analisis Jender dalam pengel olaan Hutan Rakyat". Jurnal Hutan R"ky";.i'(l-): 9_36.
Rahava,
_aiL,i;,l,!:::::
Rianse,
Y;,,j::.].L'*g:
.,3095
"A_pprying Gender Anarysis to
7:,:::::l?"":':o-"yt,.lyomi[r'i'"r"i"ii,i,,]*ii)','")) j:'::Editor:;'**;";,;';':;:Ii"';:^"Y 3:,i:i::r::"1!: Nurkin. Departement of Geografi Universl iversity
295-320.
ini didiskusikan tentang konsep dasar ekonomi ringkungan, vuluasi ekonomi sumber daya, dan analisis biaya dan manfaat dalam merencanakan suatu kegiatan atau proyek. Dalam u*ri.i, uiuyu dun dldiskusikan perbedaan metode [""i""ri"""r dan metJe'anarisis',,.,unfout ysng diperluas (memasukan biaya dan ringkungan). raaa bagian -unr*i inijugu dlbahas tentang penerapan mertode varuasi ekonomi pada penentuan TEV hutun lindung dan kerayakar poru ugioror"stri berbasis tai.ao. serain itu, didiskusikan peranan perbankan darari rrtro, kehutanan oan urutan kebi.iaknn perbankan untuk mendukung p.ng"rniungan agroforestri. Pada bagian
of Waterloo.
Canada:
Bub 5 membahas tentang konsep dasar ekonomi lingkungan, metode valuusi sumber-auvu
uiu.,-aun'L"ruugui
ffltilr;:*omi
t.toi"
unuii.r,
manraat
Pada bab 6 membahas tentang metode varuasi ekonomi agroforestri kawasan hutan lindung, varuasi
ekonomi o"r*rt lindung.--o'*-'
ekonomi pengelolaan hutan
hutan rindung, dan varuasi
l)alam bab 7 didiskusikan tentang metode varuasi ekonomi agrotirrestri berhusis kakao, anarisis finansiar po I a
oi
agroforestri, agroforestri, dan pilihan utt"rnutii "t"n"ri poia agroforestri.
oniiri,
kepekaan
l'ada bab 8 membahas keterkaitan bank, hutan dan industri, risiko keuangan dengan sektor kehutanan, dan kebijakan
ffit":::|j:t AGROFOREST*
p"ruunr,un pouo
,
.r.
EIlvrrEnmonr&t rSconomics
and
suetuinablo
BAB 6
loyoytjcs. Edited by: D. W. Bromley. Blackweil pubtishers Inc. Oxford IIK and Cambridge USA: 2644. World Bank, 1976. sociar Cost-Benefit Anarysis: A Guide for country and Project Economists to the Derivation and Apprication of Economic and Social Accounting. World Bank Staff. Working paper.
VALUA,SIEKONOMI AGROFORESTRI PADA KAWASAI\ HUTAN LINDUNG
Dovelopment. World Bank Environmcnt paper Nunbcr 2. Randall, A. and M.C. Farmer, 1995. ,,Benefits, Costs, and Safe Minimum Standard of Conservation". The Handbook of Envi
I' 2' 3'
Memahami metode valuasi ekonomi agroforestri pada kawasan hutan lindung. Memahami penerapan metode valuasi ekonomi degradasi hutan lindung. Memahami penerapan metode varuasi ekonomi pengeloraan hutun tinaung.
A. Meode varuasi Ekonomi Agroforestri Kawasan Lindung
Hutan
l,angkahJangkah yang dilakukan daram anarisis varuasi ekonomi (biaya dan manfaat) pengeloraan kawasan hutan rindung adarah sebagai berikut:
(l)
AGROFORESTRL
to,u,
Menghitung biaya pengeroraan daram kawasan hutan meriputi: biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan seberum tanaman yang diusahakan berproduksi, meriputi: biaya pembukaan rahaniland crearing, pemberian peraratan, biaya penyiapan tanaman bibit, biaya penanaman dan pemeliharaan tanarnan sebelum berproduksi. Biaya yang digunakan Jaram anarisis adarah biaya-biaya aktuar yang dikeruarkan dalam pengeroraan usaha tani/ agroforestri. secara finansiar tidak memp-ertritungkan biaya eksternalitas, sementara secara ekonomi biaya ekstelaritas atau dampak kegiatan usaha tani/agroforestri terhadap penurunan kuaritas lingkungan (termasuk biaya perbaikan lingkungani dipertrirungkan.
\3'
rvrEntrtrung rnntS0l u80ha tani
di dalam
kuwasun hutun
manfaat eksternalitusnya). Manfaat yang diperhitungkun ekonomi adalah manfaat langsung dan manfaat tidak 1
Tabel 6.1, Perubuhan Kandungarr,Karbon Akibat Konversi Hutan untuk Kegiatan Peitanian
(eskternalitas).
(3)
Menghitung nilai kriteria
Npv,
NBCRdan lRR-Bab 5 Bagian
selanjutnya aplikasi anarisis biaya manfaat pengerolaan kawasan lindung adalah sebagai berikut:
(l) Nlai
ekonomi usaha tani ditentukan dengan menghitung man
langsung, manfaat tidak langsung,
a. Manfaat langsung
n'ai pilihan
Perubahan Kandungan Karbon (ton C/tra)
c.
dan kebJradaan.
dan manfaat tidak langsung
Dalam analisis ekonomi manfaat langsung berdasarkan bayangan dan manfaat tidak langsung uautut, eksternalitas dihitung berdasarkan valuasi non pu*, (non market Manfaat langsung usaha tani adalah penjumlahan nilai p;;" semua tanaman yang diusahakan pada unit lahan yang s,tma; manfaat tidak langsung adalah nilai ekstemalitas dari usaha meliputi manfaat sosial, nilai keanekaragaman hayati, serta ni dan air dari berbagai pola usaha tani ya fi:::frt T:uh. diterapkan. Untuk menentukan nilai manfaat UOaf< iang.
Kondisi Ladangan Pertanian Awal C Berpindah Menetap Kandungan akhir C Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Terbuka
Peternakan
79
63
63
283
-204
-220
-220
t94
-
t06
-t52
-t22
l15
-36
-52
-52
Nilai minimum I ton C = US$ 10-30 (Kuusipalo dalamKim,2002)
BBa dihitung
berdasarkan indeks keanekaragaman hayati. Untuk hutan primer ditetapkan sekitar US$ 6.000 per ha per tahun. Untuk usaha pertanian proporsinya akan disesuaikan dengan indeks pertanian intensif keanekaragaman sekitar 0,061 atau setara dengan US$ 750 per ha per tahun (Kim, 2002).
BH,
dihitung dengan persamaan:
merupakan jasa-jasa konservasi yang dapat disumbangkan oleh tanaman yang diusahakan untuk mencegah erosi tanah dan banjir, serta meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini sangat tergantung pada pola tanam dan kelerengan lahan.
Br= BC, + BH,,+ BB,t6.I)
Tabel6.2. Nilai Faktor C (tndeks Pengelolaan Tanaman)
Keterangan:
B" = manfaat tidak langsung (indirect benefits),
No. Jenis Tanaman/ Pengelolaan Tanaman
Faktor C
l.
Tanah kosong
I
2.
Tanaman perkebunan
3.
TanamanPerkebunan/Reboisasitanpasemak 0,32
akibat
4.
Tanaman Perkebunan, tanah berpenutupan
pertanian. Besarnya penyimpanan kaibon pada berbagai
5.
Kebun campuran Ladang
BC, = manfaat penyimpanan karbon B_!! = manfaat sebagai sumber keanekaragaman hayati BH, - manfaat konservasi tanah dan air
BC" dihitung berdasarkan
n'ai
karbon yang hirang
perubahan vegetasi tanaman dari hutan primer ,n.n3iai tuhun
ekosistem sangat bervariasi sebagaimana dikemukakan oreh
Brown dan pearce dalam pearce dan Moran (lgg4), seperti
disajikan pada Tabel 6.1.
6.
diolah berpenutupanjelek
0.5
rapat
0,1
(kacang-kacangan) Berpindah
0,4 0,4
Sumber: Abdulrachman, Sopiyah, dan Undang,
l98l
dalam DEPHUT. 1986
Angka pada kolom Faktor C merupakan proporsi kehilangan sumber daya (biaya) akibat terjadinya erosi. Selain itu manfaar terhadap konservasi tanah dan air ini dapat pula dihitung dari selisih antara biaya erosi tanah terbuka dengan biaya erosi tanah pertanian intensif. Biaya erosi tersebut seperti disajikan pada Tabel 6.3.
AGROFORESTRtttot Valuasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan Lindung
139
r.roer o..r. ntoye Erosi dalum berbagui ekosistem EkosistEil Biaya
No
Erosi(rrsT
tahun)
l. 2. 3.
Tanah belukar
20,98
Tanah pertanian intensif
19,87
Lokasi HTI Acacia
2,58
mangium
4.
-$
Hutan asli
b. Nilai pilihan (Option
s',
No. l.
0,08
Sumber:Oia@ p hilippine
ilrm;:
dalam Kim, 2002.
Forestry Devel
Vatue)
nilai. pilihan sangat potensiar pada masa yung oLun datang teruti untuk mempertahankan nilai_nilai t uian yang bersifat t; langsung, waraupun belum tentu akan memanfaatkan hutan lind
tersebut (Kim, 2002). Nilai hutan yang tidak atau belum keterbatasan ilrnu "dan teknologi yang :::T:T,Y^I*::. sekarang, retapi di masa depan uau t",nun;i.n.u"n";"#'". sehingga pertu diberi nitai (Barto n, t994;pearce |l-*tuillun lgg4)' sebagai conr6h bahan menrah yang merupakan bahi flgran' r::1li:1 kimia dan obat_obatan fuou-il;,uu, sekarang betu 3:}1, dimanfaatkan dapat karena keterbatasan ;;'";""u"; daya genetik (ptasma nurfah) yans sar :::::*-r:lidalam :_".0* dipertukan pengembangan r"r,uyu* ; akan datang. Secara rinci nllai Hng'kungan dari kawasan lindung disajikan pada Tabel 6.4.
g*il;;Jff
Nilai kebera ilaan (Existence Value) Nilai keberadaan daram peneritian ini dihitung dengan menggunakan pendekatan pada jasa-jasa_rekreasi, pendidikunl
dun p"".ilri.,
r994
Jasa Ekosistem
Nilai
2.
Pengatur Udara Pengatur Iklim Mikro Pengatur Gangguan
223
J.
Ekosistem
5
4.
Pengatur Tata Air Penjaga Ketersediaan Air Penjaga Erosi dan Sedimentasi
6
5.
, ()'
Nilai pilihan adalah nilai.harapan yang dapat y,?g akan dahng, sehingga melinJungi digunakan pada hutan saar ini disamakan dengan mengeruarkan biaya uri.unri. pada hutan rind
sebagaimana disajikan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4, Nilai Jaaa dan Fungsl Ekosistem Kawasan llutan Lindung (tlS$ per !a.per tahun)
7. 8. 9. 10. I l. 12. 13. 14. 15. 16. tn Lt'
Pembentukan
7
8
245
Lapisan
Tanah
l0
Siklus Nutrien Pengolahan Limbah
922 81
Vo
2003
Nilai
0,32 l0 10,09 346 0,23 0,27 0,36 l1,08
Vo
0,29 10,00
8
0,23
g
0,26
t2
0,35
380
r0,99
0,45 16 4t,70 t430 3,93 135
0,46
4t,34 3,90
Penyerbukan
t12
I,l3 35 0,09 36 7,64 262 1,45 50 14,25 489 1,85 64 5,07 t74
5,03
2
0,09
3
0.09
22il
r00,00
3459
100,00
(Pollination)
25
Pengontrol Biologi Refugia Produksi Pangan Bahan Baku Sumber daya Genetik
2
4t
Rekeasi Budaya (Pendidikan dan Penelitian)
Total
t69 32 315
l,0l t,O4 7,57 1.45
t4,t4 1,85
Sumber: Nilai
rengah diambil dari Costanza, dkk. fl997) unruk sisrem hutan tropis yang dinaikan 5 ?o per tahun diperoleh angka tahun 2003
(sasmitawidjaj a, 2cn,4 (Enviromental Economics and p olicy special ist) dalam ULIN Edisi 27 Mei 2004 (Tribun Kaltim)
Dengan demikian, manfaat total usaha tani/agroforestri dihitung dengan persamaan:
B=Ba*B,
6.2)
Keterangan:
B = manfaat total Ba = direct benefits (manfaat
B =
langsung)
indirect benefits (manfaat tidak langsung, tidak termasuk nilai pilihan)
AGROFOTSTN Vnluasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan Lindung
147
d. Blaya langrung dan blaya tldak langcung
C=C,t +Cr+C,
(6.3)
keterangan: Ca
c.
= direct cosrs (biaya lansung),
=
indirect costs
or
external environmental costs (biaya
eksternal),
Cp = mitigatin costs or environmental protection costs (biaya
perlindungan lingkungan).
Ca biaya langsung dalam
pengelolaan usaha tani, meliputi: bi investasi awal sebelum usaha tani berproduksi dan bia operasional setelah tanaman berproduksi. Biaya investasi meliputi: penyediaan dan pembukaan lahan, pembelian peralatan, pengeluaran untuk bibit, pengeluaran untuk tenaga pemupukan, obat-obatan sebelum usaha tani menghasil Biaya operasional meliputi, pegeluaran untuk pemelih tanaman pada saat tanaman mulai menghasilkan se pembersihan kebun, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan biaya tenaga kerja pada setiap tahapan kegi termasuk biaya panen, dan pasca panen. Ca komponen dalam analisis secara finansial dan ekonomi,
C" dan
Qu
merupakan komponen biaya yang hanya digu
dalam analisis secara ekonomi. C,
ditekankan untuk nilai lingkungan yang hilang atau dari aktivitas usaha tani, seperti: (l) kehilangan potensi nonkayu (opportunity cost). Manfaat non-kayu disesuaikan jenis produk non-kayu yang ada di lapangan (seperti: rotan] madu, getah, buah-buahan, tanaman obat-obatan. dan lain-lain)l
(2\ biaya kehilangan unsur hara dalam tanah karena
adanya
tingkat erosi'yang lebih tinggi; (3) biaya kehilangan kandungan karbon; (4) biaya penurunan keanekaragaman hayati; dan (5) manfaat nilai pilihan dan keberadaan hutan yang hilang.
B. valuasi Ekonomi Degradasi Hutan Lindung-studi Kasus Kawasan Hutan Papantiri
Kubupaten Muna, 2003). Selanjutnya pada tahun 2005 tegakan hutan jati ulum sudah hampir punah sisanya * 1.000 ha (Sidu, 2005). Laju kerusakan hutan secara besar-besaran terjadi pada periode tahun 1989-2000 ketika sistem pengelolaan hutan jati di kendalikan oleh 2 (dua) institusi yaitu Perusahan Daerah Perhutanda dan Dinas Kehutanan. Kerusakan tersebut sudah meliputi kawasan hutan Papantiri (Hutan Kontu) yang menjadi wilayah konflik dengan luas 401,59 ha. Sehinggapada tahun 2000 kawasan hutan Papantiri mulai diserobot oleh masyarakat dan dijadikan sebagai kuwasan perladangan.
l. Nitai Guna Nilai guna dari sumber daya hutan terdiri dari nilai guna langsung yaitu nilai duri manfaat yang langsung dapat diambil atau dinikmati dari hutan dan nilai guna tidak langsung yaitu nilai dari manfaat yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya. Penentuan nilai guna langsung dari sumber daya yang uda di hutan Papantiri didasarkan pada harga pasar yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner untuk hasil hutan yang bernilai guna langsung bcrupa kayu seperti: kayu jati, kayu uris, kayu rimba, dan kayu bakar serta husil hutan non kayu seperti madu, aren, dan tanaman hias. Sedangkan untuk mengestimasi nilai ekonomi produk kehutanan yang langsung dimanfaatkan oleh pemungutnya tanpa melalui penjualan seperti kayu bakar, nilainya diperkirakan dengan menggunakan metode pasar pengganti dengan menghitung biaya opportunitas harga barang subtitusinya atau alternatifnya misalnya minyak tanah. Penentuan nilai guna tidak langsung berupa manfaat ckosistem dan jasa lingkungan menggunakan pendekatan benefit transfer hal lni dilakukan karena keterbatasan waktu dan pengetahuan responden dalam melakukan estimasi nilai manfaat ekosistem hutan. Penilaian ekonomi manfaat dari ekosistem hutan tersebut merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan pada ekosistem hutan hujan tropis di beberapa negara oleh Constanza dkk. dalam Sasmitawidj aya, 2004) yang sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam melakukan valuasi ekonomi seperti yang disajikan pada Tabel 6.4.
2. Nilai Bukan Guna
t
jati yang ada di Kabupaten Muna 34.000 ha yang terdiri dari 20.000 jati alam dan 14 000 ha hutan jati ranaman. I)ari 20.000 ha jati alam 17.000 ha diantaranya sudah rusak dan 3.000 ha yang
Pada tahun 2001 luas hutan
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
duri 14.0m ha jai.itanaman 8.000 ha sudah yang rusuk dun masih produktif tinggal 6.000 ha (Dinas Kehutanan rrrusih procluktif, sedangkan
fungi@
Nilai bukan guna adalah manfaat yang tidak dapat diukur yang diturunkan duri keberadaan hutan di luar nilai guna langsung dan nilai guna tidak lungsung. Nilai bukan guna terdiri dari nilai keberadaan dan nilai warisan.
Vnluasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan Lindung
t43
Pcnentuan nilai bukan gunrt sams dengun nilai guna tidak langsung kuronl sifatnya sama-sama tidak harus melalui penggunaan secaru langsu'g (ann
use value) sehingga metode valuasinya menggunakan ,,benefir trnns.lbrtr, metode ini memperkirakan nilai ekonomis suatu ekosistem dengan caIl mentransfer perkiraan adanya keuntungan dari pembelajaran yang te diselesaikan bagi lokasi lain.
sama halnya dengan nilai guna tidak rangsung, penentuan nild
keberadaan dan nilai warisan dilakukan dengan pendekatan benefit transfef,
sehingga besarnya nilai ekonomi total degradasi hutan papantiri yanl menjadi wilayah konflik disajikan pada Tabel 6.5.
Tabel6.5. Nilai Ekonomi
Degradasi Hutan papantiri Kabupaten
(Rp/ha/Thn).
Macam Nilai
Metode Valuasi
Nilai Guna Langsung
o
o
o
Kayu (ati, uris, Kayu Bakar Hasil
beringin) Harga Pasar
hutan non kayu
Harga Pasar Pengganti Harga Pasar
Nilai 319.630.000,00 i 315,000.000,00 | 630.000,00 I,
4.000.000,00
I
(madu, tanaman hias, dan aren)
Nilai Guna Tidak Langsung Benpfit transfer Nilai Ekonomi Total
' '
valuasi Ekonomi pola Agroforestri pada Kawasan Hutan Lindung-rStudi Kasus Kawasan Hutan papantiri
Analisis valuasi ekonomi untuk pengerolaan hutan papantiri dilakukan pada saat kondisi kawasan hutan sudah kosong (tidak ada tegakan pohon) akibat kasus illegal logging, dimana sebelumnya kawasan tersebut merupakan hutan tanaman Jati. valuasi ekonomi dihitung menggunakan analisis biaya manfaat pada 3 (tiga) alternatif/skenario model pengelolaan yakni:
nt
Biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan hutan dari ketiga model pengelolaan tersebut di atas diidentifikasi dan dicatat selama umur kegiatan selama 30 tahun dengan asumsi bnhwa pada tahun ke-30 tanaman kayu sudah dapat dipanen. Total biaya yung dikeluarkan selama pelaksanaan kegiatan merupakan penjumlahan dari temua pengeluaran dalam kurun waktu 30 tahun, dan pelaksanaan kegiatan tertentu disesuaikan dengan jadual pelaksanaan. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan adalah biaya langsung atau biaya
ylng terukur (tangible) yang terdiri dari: (l) pengolahan lahan, (2) pengadaan benih/bibit, (3) pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit), (4) penjarangan/pemanenan, dan biaya tidak langsung atau biaya yang tidak terukur (intangible) yang ditekankan pada nilai lingkungan yang hilang akibat aktivitas atau perubahan fungsi kawasan duri hutan menjadi pemukiman seperti: (l) hilangnya potensi hasil non kayu
(2) biaya kehilangan unsur hara dalam tanah karena adanya erosi yang lebih tinggi, (3) biaya kehilangan kandungan karbon, dan (4) biaya penurunan keanekarugaman hayati biaya-biaya tersebut dinamakan dengan biaya lingkungan.
353.630.000,00
Nilai ekonomi total degradasi hutan di kawasan papantiri diperoleh sebesar Rp653.630.000,00/Ha/tahun yang terjadi selama kurun waktu + l0 tahun (1989-1999). sehingga nilai ekonomi degradasi hutan Kontu dengan luasan keseluruhan 40 1.59 ha sebesar Rpl 42.014.27 1 .700,00/tahun.
AGROFORESTRI: Solusi Sosiat aan
tnonokultur; alternatiJ' kedua mengelola kawasan Papantiri bersama masyarukat dengan pola agroforestri; alternatif ketiga mengikuti pola rencana pcngelolaan kawasan yang dibuat oleh masyarakat Papantiri secara mandiri dengan penggunaan lahan 35%o untuk kawasan lindung, 407o kawasan budidaya dan257o untuk kawasan pemukiman.
(madu, tanaman hias, tanaman obat-obatan, dan lain-lain), 34.000.000,00
Sumber: Rianse dkk. (2009).
c.
perlama mengcmbalikan kawosan Papantiri s"dagui hutun tunarnan .iati sepcrti (sebelum terjadinya illltgal loggi,ng) dengan menanam jati secara
Sedangkan manfaat yang diperoleh selama kegiatan meliputi manfaat lungsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dimaksud adalah nilai kayu yang diperoleh dari hasil penjarangan dan panen dari tanaman kayu, hasil panen dari tanaman semusim dan tanaman perkebunan. Sedangkan manfaat tidak langsung berupa nilai ekosistem dan jasa lingkungan diperoleh pada ketiga skenario model pengelolaan yang masing-masing diperhitungkan mulai tahun ke-5 sampai ke-30.
Dari ketiga skenario tersebut. biaya lingkungan hanya terjadi pada ulternatif 3 karena 25Vo areal (t 100.59 ha) dijadikan sebagai areal pemukiman, dan nilai lingkungan yang hilang akibat perubahan fungsi kawasan tersebut mulai diperhitungkan pada tahun ke-5 dengan asumsi bahwa apabila nreal tersebut ditanami jati atau kayu rimba lainnya baik secara monokultur nnupun secara agroforestri pada tahun ke-5 sudah dapat memberikan
Valuasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan Lindung
145
manfaat perlindungan tcrhed&p llngkungan atau memborikun nitai ekosistem danjasa lingkungan.
Hasil analisis ekonomi diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagl pemerintah dan masyarakat beserta stakeholder dalam merumuskan modil penyelesaian konflik yang terjadi di kawasan hutan papantiri. Kelayakari
ekonomi dari beberapa alternatif model pengelolaan kawasan dituniukarl dengan nilai NPV (net present value), Blc ratio (Benefit-cost Ratio), atad IRR (lnternal Rate of Return) pada tingkat suku bunga diskonto l2vo dan 187o. suatu kegiatan dikatakan layak secara ekonomi (menguntungkan bagl pemerintah dan masyarakat) bila nilai NpV-nya positif. Bila Npv posi artinya nilai B/c ratio-nya lebih besar dari satu, dan nilai mn-nya lebil,l besar dari tingkat suku bunga diskonto (discount rate) yang dipergunakafl dalam perhitungan nilai Npv. Jadi, sarah satu dari ketiga nilai tersebut da dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu kegiatan al menguntungkan (layak) atau tidak secara finansial dan ekonomi. , Berdasarkan hasil analisis finansial dan ekonomi yang dilakr
terhadap beberapa model pengelolaan hutan dapat dilihat pada Tabel 6.6. Tabel.6.6. Hasil Analisis Ekonomi Beberapa Model pengelolaan
Model
NPV
B/C
ratio
Rp. l8 1.854.346. 190,00
20,52
25,27Vo
Rp. 204.959
17,56
25,62Vo
Alternatif 3
Rp. 99.170.973.530,N
2,89
25,38Vo
.97
4.630,00
',
Sumber: Rianse dkk. (2009).
Tabel 6.6 menunjukkan moder pengeroraan hutan papantiri padq alternatif l, 2, dan 3 secara ekonomi layak untuk dilaksanakan, karena masing-masing alternatif diperoleh nilai Npv positif dan nilai B/c rati berada di atas angka l. Namun jika kita membandingkan model pengelolaal hutan alternatif 1, 2 dan 3 secara ekonomi sama-sama menguntungkan, akan tetapi nilai NPV, B/c ratio dan IRR untuk alternatif I ian 2lebih besar dibanding alternatif 3. untuk menerapkan model pengelolaan alternatif l, dengan skenario mengembalikan fungsi kawasan sebagai hutan jati seperti sebelum terjadinya illegal logging dengan menanam jati secara monokultur,' tentu langkah awal yang harus dilakukan adalah mengosongkan kawasan
dari aktivitas perladangan yang dilakukan masyarakat yang bermukim dalam
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan
Ekono@
perladangan masyarakat
nya. Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pengosongan dan kerugian yang
dirasakan oleh masyarakat akibat aksi penggusuran dapat digolongkan rcbagai biaya sosial (social cosr). Sehingga apabila dalam analisis ekonomi untuk mengembangkan skenario pengelolaan alternatif I biaya sosial turut diperhitungkan sebagai biaya/ongkos, maka nilai keuntungan yang diperoleh ukan berkurang. Demikian pula jika masyarakat dikeluarkan dari kawasan nkan berdampak sosial terhadap meningkatknya jumlah masyarakat miskin yung akan menimbulkan kerawanan sosial lainnya, tentu bila hal ini terjadi akan menjadi beban pemerintah sendiri.
buhwa pengusahaan lahan dengan pola agroforestri memberikan jasa ecolunction dan nilai keragaman hayati yang lebih tinggi. Sehingga dalam analisa ekonomi untuk model pengelolaan berbasis agroforestry (alternatif 2)
IRR
Alternatif I Alternatif 2
aktiv-iil
oleh aparat pemerintah daoruh sudah qering dilakukan sejak tahun 2003 hingga tahun 2005. Aksi pengosongari kawasan pada saat itu sekalipun disertai dengan tindakan kekerasan seperti: pembakaran gubuk/pondok w&rga, intimidasi serta penangkapan terhadap warga dengan tuduhan menduduki kawasan hutan lindung namun sampai saat ini belum juga berhasil. tlpaya pengosongan yang dilakukan tentunya membutuhkan biaya yang Bungat besar dari kedua belah pihak baik pemerintah daerah yang memiliki kewenangan mengawasi hutan maupun masyarakat yang menjadi sasaran-
Model pengelolaan pada alternatif 2, di samping layak secara ekonomi juga layak secara ekologi karena menurut kajian ekologi hutan
Papantiri Kabupaten Muna. pengelolaan
kuwasan hutan, Pongorongan kawasan dari
biaya lingkungannya tidak diperhitungkan atau diasumsikan sama dengan nol. Hanya saja penerapan model pengelolaan hutan yang akan dilakukan berdasarkan alternatif 2 menghadapi kendala seperti masih adanya perbedaan presepsi dan kepentingan antara pemerintah dan masyarakat dalam penguasaan kawasan. Namun kendala ini tidak hanya terjadi pada model pengelolaan alternatif 2 tetapi terjadi pula pada model pengelolaan alternatif I dan alternatif 3. sehingga salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengelolah hutan Papantiri adalah pengelolaan yang memiliki dampak yang minimal baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat yaitu model pengelolaan ulternatif 2 yang dipadukan dengan pengelolaan hutan bersama masyarakat. Pengelolaan hutan bersarna masyarakat dilakukan dengan .jiwa berbagi dalam pemanfaatan ruang atau lahan dilakukan dengan jiwa berbagi yang meliputi berbagi dalam pemanfaatan lahan dan atau ruang, berbagi dalam pemanfaatan waktu, berbagi dalam pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumber daya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperValuasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan
Ltrdurg
kuat dan saling mendukung. Modcr pengeloluan hutun bcrscmr masyurukot: merupakan suatu model kolaborasi yang bersinergi untnra pemcrintah dan masyarakat atau para pihak yang berkepentingan seperti pemcrintah claerah,, lembaga swadaya masyarakat, lembaga ekonomi masyarakat, lembaga sosial, masyarakat, usaha swasta, lembaga pendidikan dan lembaga donor dalant upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan yang
optimal.
I
Iluhan Bacaan lluku Teks dan Bnhan
A.fnr
i
.
llurton, D.N., 1994. Economic Factors and valuasi of rropicar coastal Resources. center for studies of Environment and Resources. University of Bergen. Norway. (SMR-Report) (littinger, J. Price, 1986. Economis Analysis of Agricultural projects. world Bank, Washington DC, USA.
Rangkuman Lang-kah-langkah yang dilakukan dalam analisis valuasi ekonomi (biaya dan manfaat) pengelolaan kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut; (l) menghitung biaya pengelolaan dalam kawasan hutan meliputi biaya investasi dan, biaya operasional; (2) menghitung manfaat usahatani di dalam kawasan hutan (termasuk manfaat eksternalitasnya); dan (3) menghitung nilai kriteria Npv,, NBCR dan 1RR. Nilai ekonomi usaha tani ditentukan dengan menghitung manfaat langsung, manfaat tidak langsung, nilai pilihan, dan kebiradaan. -_ Metode TEV digunakan dalam penentuan nilai ekonomi degradasi hutan lindung. Nilai ekonomi total degradasi hutan di kawasan papanliri diperoleh sebesar Rp653.630.000,00/rlaltahun yang terjadi selama kurun waktu + l0 tahun (1989-1999). Sehingga nilai ekonomi degradasi hutan Kontu dengan luasan
keseluruhan 40 I .59 ha sebesar Rp I 42.0 I 4.i7 I .700,00/tahun.
Metode ECBA digunakan dalam penentuan valuasi ekonomi pengelolaan hutan lindung berbasis agroforestri. menunjukkan model pengeroraan hutan Papantiri pada alternatif l,z, danS secara ekonomi layak untuk-dilaksanakan, karena masing-masing alternatif diperoleh nilai NPV positif dan nilai B/C ratio . berada di atas angka l. Namun jika membandingkan model pengelolaan hutan alternatif l, 2, dan 3 secara ekonomi, seluruh alternatif menguniungkan, akan
tetapi nilai NPV,
B/c ratio
dibanding alternatif 3.
dan IRR untuk alternatif
I
din 2 lebih
besar
(iray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur; P. F. L. Maspaitela dan R. C. G. Varley, 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
l'carce, D.W. dan D. Moran, 1994. The Economic Value of Biodiversity.ln Association with the Biodiversity Programe of IUCN-The World Conservation Union. Earthscan Publications Ltd. London. l'carce, D. w. dan R. K Turner. 1990. Economics of Natural Resources and The Environment. Harvester Wheatsheaf. Pudjosumarto, M., 2002. Evaluasi Proyek, (Jraian singkat dan soar Jawab, Liberty, Yogyakarta Scluire, L. dan H.G. van der Tak, 1982. Analisa Ekonomi proyek-provek Pembangunan. Edisi Bahsa Indonesia. Penerbit UL Jakarta.
Makalah, Paper, dan Prosiding Seminar
DEPHUT, 1986. Petunjuk Pelaksanaan penyusunan Rencana T'eknik Lapangan Rehabilitasi I'ahan dan Konservasi ranah. Direktur Konservasi Tanah. Jakarta. sasmitawidj aja, 2004. Enviromental Economics and policy specialist. Edisi2T Mei 2004, Tribun Kaltim.
uLlN
llasil Penelitian dan Jurnal Kim, c.Y., 2002.Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasar pada Konsep Nilai Tbgas:
l.
Ekonomi Total. Disertasi, Universitas Gadjah Mada. yogyakarta.
Jelaskan metode valuasi ekonomi agroforestri pada kawasan hutan lindung.
2. Jelaskan 3.
llianse
u..
llianse,
u., R. Marzuki Iswandi, Dasmin sidu,dan l,a ode Midi, 2009. Valuasi Ekonomi dan Analisis Pengembangan partisipasi Masyarakat serta Penyusunan Model Resolusi Konflik di Kawasan Hutan papantiri Kabupaten Muna. Laporan penelitian Rusnas, I*mbaga penelitian
penerapan metode valuasi ekonomi untuk menentukan nilai
ekonomi degradasi hutan lindung.
Jelaskan penerapan metode valuasi ekonomi untuk menghitung nilai ekonomi pengelolaan hutan lindung.
2006. Analisis Produktivitas, Finansial. dan Ekonomi usaha tani Kakao dalam Kawasan Hutan di sulawesi renggara. Disertasi, uc;M.
Yogyakarta.
Universitas Haluoleo, Kendari.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan
Ekonomi@
Valuasi Ekonomi Agroforestri pada Kawasan Hutan
Lindung
- ------TJF
,'.4,5 7
terhadap pcnurun&n kualltar lingkungan "(termasuk biaya perbaikun lingkungan) diperhitungkan. I Menghitung manfaat usaha tani kakao di sekitar dan di dalam kawasun hutan (termasuk manfaat eksternalitasnya). Produksi awal usaha tani kakao adalah umur tiga tahun. Namun untuk usaha tani kakao yang dikombinasikan dengan tanaman pangan seperti jagung dan kacangkacangan petani dapat memperoleh manfaat mulai pada tahun ke-O. Demikian pula dengan nilai kayu dari hutan yang dikonversi untuk tanaman kakao. Manfaat yang diperhitungkan secara finansial adalah berupa manfaat langsung, sedang manfaat yang diperhitungkan secara ekonomi adalah manfaat langsung dan manfaat tidak langsung ,
VALUASIEKONOMI
(2)
AGROFORESTRI BERBASIS
I(AI(AO
(eskternalitas).
(3)
Penilaian manfaat dan biaya baik secara finansial maupun secara ekonomi. Umur ekonomi dari tanaman kakao adalah 20 tahun (Spillane,
1995). Untuk menentukan trend produksi dari usaha tani kakao (Q) terhadap umur tanaman
l, Memahami metode ylyul ekonomi agroforestri berbasis
2'
Memahami has' anarisis
fi
nansiar
Jr"""t"""ri
digunakan persamaan kuadratik produksi atau waktu (7), sebagai berikut: kakao.
agroforestri. 3. Memahami hasil analisi, L.p"f.uunfriu ulrofo."rt i 4. Memahami hasil analtsls metode penentuan pilihan alternatif agroforestri.
A'
Qt= bo+
e.D
keterangan: pola
- produksi kakao pada tahun ke-t. I = ufilur tanaman kakao.
Q1
4= Metode varuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
Menghitung biaya
daram. pengeroraan usaha tani kakao di sekitar dan dalam kawasan hutan meriputi: biaya investasi dan biaya operasionar. Biaya investasi daram peneritian ini uautur, aiuyu
ying dikeruarkan seberum tanaman,- kakao berproduksi, meriputi: ;hw ranah dan pembukaka n rahu.nr I and cr e arin g, pemberian perar atan, ;'i Jya p"nyi upun tanaman bibit' biaya penanaman dan pemeriharaan tanaman seberum berproduksi. Biaya yang digunakan daram anarisis adarah biaya-biaya aktual yang dikeluarkal. daram pengeroraan usaha .uni kakao. secara finansial tidak memperhitungkan biiya eksternutitu., r"."nrara secara ekonomi biaya eksternalitas atau dampak kegiatan usaha tani kakao
koefisien regresi.
Persamaan (7.1) juga digunakan untuk menghitung trend produksi tanaman perkebunan lainnya yang diusahakan secara integrasi dengan tanaman kakao. Untuk menghitung produksi tanaman kayu digunakan volume produksi berdasarkan umur panen, sesuai dengan skenario pemanenan secara rotasi tanaman dan penanaman kembali setelah
Langkah-langkah dalam anarisis varuasi ekonomi (biaya dan manfaat) pora agroforestri berbasis kakao, adalah sebagai berikut:
(l)
bf + b2t'
dipanen.
(4)
Menghitung nilai kriteria NPV, NBCR, dan /RR.
Asumsi dari penggunaan kiteria IRR adalah bahwa semua hasil yang diperoleh oleh petani dari usaha tani kakao tidak diinvestasikan kembali untuk kegiatan selain usaha tani kakao. Hal ini didasari oleh penimbangan bahwa petani memiliki keterbatasan sumber daya untuk mengalihkan investasi ke sektor lain dan juga karena kegiatan usaha tani kakao memerlukan biaya operasional untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi selama umur ekonomi kakao (pujawan, 1995; Pudjosumarto, 2002; Riggs dkk., 1998; Sullivan dkk., 2OO3). Dampak
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
151
pengelolsan usohs tani terhudap masyarukut dan lingkungun sudah diperhitungkan dalam kriteria Npv dun NBCR datam penclckatan ECBA
(Barton, 1994; Lubis, 1995). (5) Analisis kepekaan dimaksudkan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek bila terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Ini perlu dilakukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian. Yang penting dalam har ini adalah mengetahui para. meter yang bersifat pokok dan memilih nilai-nilai yang wajar sebagai nilai batas dalam analisis kepekaan tersebut. Anarisis kepekaan j merupakan parameter pokok dalam analisis risiko yang bertujuan un menentukan bahwa proyek yang akan memberikan Npv yang bernil negatif. Ini dilakukan dengan memeriksa hasil sebagai kombinasi parameter pokok yang diusahakan mengukur probabilitas teriadi setiap kombinasi (Gray dkk., 2002).
(6)
Menentukan alternatif pilihan pola usaha tani kakao yang me timbangkan kepentingan finansial dan ekonomi.
untuk selanjutnya aplikasi anarisis biaya manfaat
penerapan
agroforestri berbasis kakao adalah sebagai berikut:
(l)
Nilai ekonomi usaha tani kakao ditentukan dengan menghitung manf langsung, manfaat tidak langsung, nilai pilihan dan keberadaan.
a. Manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung
Dalam analisis finansial hanya memperhitungkan manfaat langsung berdasarkan harga pasar, sementara dalam analisis ekonomi manfaat langsung berdasarkan harga bayangan dan manfaat tidak langsung adalah eksternalitas yang dihitung berdasarkan valuasi non pasar (non market valuation).. Manfaat langsung usaha tani kakao adalah penjumlahan nilai produksi semua tanaman yang diusahakan pada unit lahan yang sama; dan manfaat tidak langsung adalah nilai eksternalitas dari usaha tani kakao, meliputi manfaat sosial (nilai kesempatan kerja bagi masyarakat), nilai keanekaragaman hayati, serta nilai konservasi tanah dan air dari berbagai pola usaha tani kakao.
untuk menentukan nilai'manfaat tidak langsung, dihitung
dengan
persamaan:
B" = BC, + BH,+
Bo
"
= manfaat tidak lungsung(inflirect benefits),
BC., = manfaat penyimpanan karbon BBl = manfaat sebagai sumber keanekaragaman hayati BH,. = manfaat konservasi tanah dan air
BC, dihitung
berdasarkan nilai karbon yang hilang akibat perubahan vegetasi tanaman dari hutan primer menjadi usaha tani kakao. Besarnya penyimpanan karbon pada berbagai ekosistem sangat bervariasi sebagaimana dikemukakan oleh Brown dan Pearce dalam Pearce dan Moran (1994), seperti disajikan pada tabel 6.l-Bab 6 Bagian A.
BB,r dihitung berdasarkan indeks
keanekaragaman hayati. Untuk hutan primer ditetapkan sekitar US$ 6.000 per ha per rahun. Untuk usaha pertanian proporsinya akan disesuaikan dengan indeks pertanian intensif keanekaragaman kakao sekitar 0,061
atau setara dengan US$ 750 per ha per tahun (Kim, 2002).
BH,. merupakan jasa-jasa konservasi yang dapat disumbangkan oleh usaha tani kakao untuk mencegah erosi tanah dan banjir, serta meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini sangat tergantung pada pola tanam dan kelerengan lahan. Penilaian manfaat konservasi berbagai pola usaha tani kakao digunakan indeks konservasi seperti disajikan pada tabel 6.2-Bab 6 Bagian A. Angka pada kolom Faktor C merupakan proporsi kehilangan sumber daya (biaya) akibat terjadinya erosi. Kakao monokultur sebanyak 80Vo dan nilai sumber daya yang tersisa adalah 20Vo. Selain itu manfaat terhadap konservasi tanah dan air ini dapat pula dihitung dari selisih antara biaya erosi ranah terbuka dengan biaya erosi tanah pertanian intensif. Biaya erosi tersebut seperti disajikan pada tabel 6.3-Bab 6 Bagian A. Kakao termasuk pada ekosistem tanah pertanian intensif
b. Nilai pilihan (Option Value) Usaha tani kakao menghilangkan seluruh nilai pilihan (produksi pangan dalam hutan, bahan baku obat-obatan alami dan sumber daya genetik). Oleh karena setelah hutan lindung dikonversi untuk usaha
tani kakao, maka opportunity untuk manfaat pilihan dianggap nol.
886
AGROFORBSTRI: Solusi Sosial dan
Keterangan:
0.2)
ntono@
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
153
c. Nllal keberadaan
(Existence Value)
Nilai keberadaan daram penelitian ini dihitung dengan menggunakan pendekatan pada jasa-jasa rekreasi, pendidikan, dan pareritian. Karena usaha tani kakao terutama pola integrasi akan mampu memperbaiki vegetasi dan jika dilakukan dengan pora tanam yang teratur akan mengandung estetika (Lahjie, 2004). Nirai keberadaan usaha tani kakao dihitung dengan mengkonversi nilai-nilai pada tabel 6.5-Bab 6 Bagian A (nilai rekreasi dan nilai budaya) sesuai dengan indeks konservasi setiap pola usaha tani kakao yang diusahakan (tabel 6.2)-Bab 6 Bagian A. Dengan demikian, manfaat totar usaha tani kakao dihitung dengan
persamaan:
B=BalB"
(7.3)
B
rotan, madu, getah, buah-buahan, tanaman obat-obatan, dan lain-
lain); (2) biaya kehilangan unsur hara dalam tanah
Dalam penelitian ini, seluruh nilai pilihan hutan lindung (penghasil bahan baku kimiawi dan obat-obatan serra
kakao.
= direct benefits (manfaat langsung) = indirect benefits (manfaat tidak langsung, tidak termasuk
d. Biaya langsung dan biaya tidak langsung C=Ca+C,+Co
Untuk menghindari bias yang besar dalam menentukan manfaat tidak langsung dan biaya tidak langsung usaha tani kakao dalam kawasan hutan, dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: (7.4)
(1)
keterangan: Ca = direct costs (biaya lansung),
cu = indirect costs or external environmental costs (biaya eksternar), cp = mitigatin costs or environmentar protection cosls (biaya perlindungan lingkungan).
ca biaya
langsung dalam pengerolaan usaha tani kakao, meliputi: biaya investasi awal sebelum usaha tani berproduksi dan biaya operasional setelah tanaman berproduksi. Biaya investasi meliputi: penyediaan dan pembukaan lahan, pembelian per_ alatan, pengeluaran untuk bibit, pengeluaran untuk tenaga ke4a, pemupukan, obat-obatan sebelum usaha tani menghasilkan. Biaya operasional meliputi, pegeluaran untuk pemeliharaan tanaman pada saat tanaman mulai menghasilkan seperti pembersihan kebun, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan biaya tenaga kerja pada setiap tahapan kegiatan termasuk biaya panen, dan pasca panen. Ca merupakan AGROFORESTRL
karena
adanya tingkat erosi yang lebih tinggi, (3) biaya kehilangan kandungan karbon, (4) biaya penurunan keanekaragaman hayati dan (5) Manfaat nilai pilihan dan keberadaan hutan yang hilang.
sumberdaya genetik) dihitung sebagai biaya dalam usaha rani
B = manfaat total Ba
kompuon drlam rnalisis secara nnaisiaf dan ekonomi, sedang C, dan C, morupakan komponen biaya yang hanya digunakan dalam tnulisis secara ekonomi. C" ditekankan untuk nilai lingkungan yang hilang atau berkurang dari aktivitas usaha tani kakao, seperti: (l) kehilangan potensi non-kayu (opportunity cosr). Manfaat non-kayu disesuaikan dengan jenis produk non-kayu yang ada di lapangan (seperti:
to,urt to.tu,
(2) (3) (4)
(5) (6)
Biaya eksternalitas usaha tani kakao diperoleh dari manfaat lingkungan hutan yang hilang atau berkurang. asumsinya adalah hutan tetap dipertahankan dan jika ada kegiatan pengolahan kayu dengan sendirinya manfaat lingkungan akan hilang; Petani membuka lahan dengan menebang kayu-kayu secara serentak untuk lokasi usaha tani kakao;
Pada tahun ke-O dan tahun ke-l; dianalogikan sebagai tanah kosong yang diolah (biasanya petani melakukan land clearing dan pembakaran); Pada tahun ke-2 sampai ke-4; dianalogikan sebagai kebun campuran (kacang-kacangan) untuk usaha tani kakao sekitar kawasan hutan dan ladang berpindah untuk lahan di dalam kawasan hutan;
Setelah tahun ke-5; usaha tani kakao monokultur diberi nilai Faktor C sebesar 0,8 (tabel 6.2-Bab 6 Bagian A); Setelah tahun ke-5; usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan hanya I jenis tanaman perkebunan dikategorikan
Vsluasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
155
dengan tanaman perkebunun penutupsn .ielek (tubel 6.2-Bab 6 Bagian A), diberi nilai Fuktor C scbcsar 0.5 yang berarti hanya mampu memulihkan jasa_jasa ling-
(7)
kungan secara keseluruhan sebesar 0,5;
..J*
Tobol 7.1, Volume Produksi Kayu Jeiiis Gmelina dan Sengon Gmelina Umur
Diameter (cm)
i
Sengon
Produksi Diameter Produksi
(m')
(cm)
(m3)
Setelah tahun ke-5; usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tanaman kayu-kayuan dan perkebunan dikategori-
I
2.5
0.05
pengelolaan
2
5,0
0.10
6
o.t7
J
7.5
0.15
9
o.25
4
10,0
0.20
0.33
5
12.5
0.25
0.30
l2 l5 l8 2t
kan sebagai tanaman perkebunan dengan
intensif (tabel 6.2-Bab 6 Bagian A) nirai Faktor c sebesar 0,32 yang berarti mampu memulihkan jasa_jasa lingkungan sebesar 0,68.
(8) Setelah tahun ke-5; usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tanaman kayu-kayuan dan atau perkebunan dan buah-buahan dengan penurupan rapat (tabel 6.2-Bab 6 Bagian A) pada umur 5-10 tahun dikategorikan sebagai tanaman reboisasi/penghijauan (tabel6.2_Bab 6 Bagian A) diberi nilai Faktor C sebesar O,32 yang berarti mampu memulihkan jasa-jasa lingkungan sebesar 0,6g. Sementara
pada umur 11-20 tahun dikategorikan sebagai tanaman perkebunan berpenutupan rapat (tabel 6.2-Bab 6 Bagian A) nilai Faktor C sebesar 0,1 yang berarti -u*pu memulihkan jasa-jasa lingkungan secara keseluruhan sebesar 0,9; dan
(e) Panen kayu-kayuaniyang diintegrasikan dengan tanaman kakao, tidak dilakukan secara serentak, tetapi secara rotasi dengan tetap mempertimbangkan kerapatan dan keteraturan fanaman. Panen tahap pertama mulai dilakukan pada tahun ke-6 sampai tahun ke-10 untuk 50Zo tanaman kayu_
kayuan. Panen tahap kedua dimulai pada tahun ke-15 sampai tahun ke-20 yaitu tanaman yang tersisa pada panen tahap pertama dan tanaman yang ditanam kembali pada
tahun ke-6. Bobot hasil kayu ditentukan berdasarkan indeks kayu setiap jenis kayu pada umur tertentu seperti disajikan pada tabel 7 . l.
J
0.08
0.42
6
15,0
7
17.5
0.35
8
20,0
0.40
24
0.67
9
22.5
0.45
27
0.15
l0
25,O
0.50
30
0.83
ll
21.5
0.55
33
0.92
30,0
0.60
36
1.00
32.s
0.65
39
1.08
l2 l3 t4
0.50 0.58
35,0
0.70
42
t.t7
15
37.5
0.75
45
1.25
l6
40,0
0.80
48
1.33
t7
42.5
0.85
5l
t.42
l8 l9
45,0
0.90
54
1.50
47.5
0.95
57
1.58
20
50,0
1.00
60
t.67
Sumber: Andayani (2003); Rianse (2006).
Cp Biaya perlindungan lingkungan dihitung dari biaya
yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk memelihara lingkungan atau hutan lindung. Berdasarkan acuan standar biaya pembuatan tanaman reboisasi/rehabilitasi hutan konservasi yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan untuk wilayah Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan yaitu berkisar RpI.663.000-Rp2.151.000/ ha/thn (DEPHUT,2005).
156
AGROFORESTRI: Solusi Sosiat d
Vlluasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
157
(2) Penentuan kriteria analisis manfaat dan biaya:
C.=SW Cp
(7.s)
*Lt+SERt,2$1,Xx
(7.g)
j= t
Keterangan:
Keterangan:
NPV =
Q, = Hasil panen kakao dan lainnya (satuan fisik per tahun); Lt = Jumlah orang hari kerja dalam setahun; Xj, = Jumlah sarana,/ yang dipergunakan dalam tahun
81 B, Ca c"
net present value (nilai sekarang),
= direct benefits (manfaat langsung). = indirect benefits (manfaat tidak langsung), = direct costs (biayalansung),
=
Cp =
indirect costs or externar environmentar costs
eksternal),
(biaya
mitigatin costs or environmental protection costs (biaya perlindungan lingkungan).
Memasukkan unsur discounting pengaruh waktu dan shadow interest rate, maka:
NPV
T
=
2(8,-
t4
C,y
(I
+ i)t
(7.6)
Keterangan:
I
-
1,.
Shadow interest rate faktor produksi modal.
Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa usaha tani kakao akan memberikan kenaikan konsumsi yang sama untuk semua golongan penduduk di lokasi penelitian. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
nilai penimbang konsumsi untuk golongan pendapatan (d) = l. Artinya peningkatan sebesar Rpl,0 konsumsi golongan masyarakat berpendapatan rendah sama dengan peningkatan sebesar Rp 1,0
O, =
Analisis ekonomi memperhitungkan semua biaya baik biaya investasi, biaya operasional dan biaya ringkungan. Demikian pura untuk manfaat setiap pora usaha tani kakao serain diperhitungkan manfaat langsung, juga dimasukkan manfaat eksternaritas seperl kesempatan kerja yang tersedia, dan peningkatan konsumsi serta manfaat konservasi lingkungan. Berdasarkan hal tersebut maka anarisis extended cost-benefit digunakan persamaan (7.7) dan(7.g), sebagai berikut:
#u)
(World Bank,1976)
(7.7)
(7.e)
Nilai tukar bayangan (sER) sebesar Rp8682.3 per $uS. Nilai sER diperoleh dari pembagian antara nilai kurs tengah rupiah terhadap $US pada tahun 2003 sebesar Rp8682.44 per $US d"ngun faktor
konversi standar (SCD sebesar 0.9872.
Upah tenaga kerja menggunakan upah bayangan (shadow wage) yakni Rp17.500 per hari. Nilai shadow wage ditetapkan sama dengan upah rata-rata finansial yang berlaku untuk usaha tani kakao Penetapan seperti ini didasari oleh beberapa
di lokasi penelitian.
Manfaat ekonomi (bruto) adalah:
B,=SB xg,
.SB = Shadow Border (harga tradeble output); SW = Shadowwage; SER = Shadow Exchange Rate (Rp per Dollar); Sj = Harga impor (c.i.f) sarana produksiT,.
konsumsi ruta-rata golongan masyarakat berpendapatan yang lebih tinggi:
Bt = manfaat ekonomi tahun t (Rp) Ct = biaya ekonomi pada tahun t (Rp) i = shadow interest rate
158
-..'*
kl
(a)Analisis Np%
NPV = Ba+ B"-Ca- C"-
adalah:
Biayu sosial (bruto)
alasan, yakni (l) mempertimbangkan adanya pengangguran di sulawesi renggara sebesar 5-9vo padatahunz0oz-2003, maka upah finansial tersebut lebih rendah dibandingkan upah minimum propinsi (uMP) sulawesi renggara untuk sektor perkebunan tahun 2003, yaitu sebesar Rp560.000 per bulan atau Rp23.333 per hari; (2) selisih antara upah yang diterima tenaga kerja pada usaha tani kakao
AGROFORESTRT,S Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis
Ibkao
,-'s
dergan marginnl producrivity tl, labour (Mpt,1 sektor pcrtani'n sebesar Rp13.648 (BPS-SULTRA, 2003) clengun upuh rara-rara sebesar Rp17.500 atau (RplZ.sUr_Rp 13.684) senitai $tyal Rp3'816 diasumsikan sebagai surprus kesepakatan antara pemirik usaha tani dengan pekerja tak terdidik yang bekerja pada uruhu tuni kakao; dan (3) adanya variasi tingkat upah pada-setiap sektor dan kesulitan untuk memperkirakan pu.un,"i", sosial dan terbatasnya j.y1nUn upah tenaga kerja tak terdidik, maka shadow wage dapat didekati dengan upah finansial yang berlaku untuk daerah dan pekerjaan yang bersangkutan (Gray dkk., 2OO2). (bxRR adalah tingkat suku bunga yang menyebabkan Npv bernilai 0, 1RR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasirkan
mencapai tujuan finnnslul, sosiul dan bkonomi (Marimin, zo04). Persamaan matematis anulisis CrAI, adalah sebagai berikut:
Au -
lRR=
i.* '
ddk,
- i,) - N1UG,
,4.. tu
Xa
suku bunga
riil
sebesar 12,22?o.
$4-g
=
Xr+rj
!* 0*
i'l
i.4-g hT+[
(7.n)
> l dan Npv > 0, maka usaha pengembangan usaha tani kakao daram kawasan hutan dengan pora tertentu dapat dirakukan.
Jika ffBcR
(d)Analisis Perbandingan Indeks Kinerja (comparative perJbrmance Index-cPD digunakan untuk menentukan arternatif pirihan terbaik dari berbagai pora usaha tani kakao yang terapkan petani daram
AGROFORESTRI: Solusi
t
(7.t2d)
=
= =
Nilai alternatif ke-i pada kriteria ke7 Nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke7 Nilai altematif ke-i +1 pada kriteria ke7 Nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke-"1
= = = = =
Pj
Iij
(c)Analisis NBCR dihitung dengan menggunakan persamaan (7.11):
Net B/c
(min)
Ae+ tA
(7.10)
Indonesia, 2003). Atas dasar perhitungan tersebut diperoreh tingkat
(7.t2b) (7.12c)
Keterangan:
2002).
social discount rate atas dasar harga konstan yang didefinisikan sebagai tingkat bunga riir yaitu serisih antar tingkat bungu nominar dengan tingkat inflasi. Daram perhitungan sociar discount rate digunakan suku bunga riir yang r"rup-ukun nirai rata-rata suku bunga nominal sektor perkebunan tahun 2003 sebesar rg,0l% dikurangi rata-rata inflasi sebesar 6,77vo tahun 2003 (Bank
(7.12a)
j=l
NPV,
Npvt
(min) x 100 / Xa (min)
= i(t,)
Ii
tingkat keuntungan. Kegiatan usaha tani kakao dalam kawasan hu dapat dikembangkan jika IRR > social Discount Rate. IRR da dihitung dengan rumus: (pudjosuma rto, 20O2; Gray,
Xa
ra = (Xt * rx / Xs (min) xl00 Iij = AiixPi A( *
Ii
I J
Bobot kepentingan kriteria ke7 Indeks alternatif ke-l Indeks gabungan kriteria pada alternatifke-1
I,2,3,.,,,n 1,2,3,,.,,n
Secara ringkas perbedaan komponen analisis finansial dan ekonomi
dalam penelitian ini disajikan padatabelT.2.
TabelT.2.
Ringkasan kompoen-komponen daram analisis finansial dan
ekonomi Komponen
No.
l.
Finansial
Ekonomi
Manfaat: a.
Manfaat
(l)
langsung
(2)
Kakao Tanaman lain (tanaman semusim, tanaman perkebunan, tanaman buahbuahan dan atau tanaman kayukayuan
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
l) 2)
Kakao Tanaman lain (tanaman perkebunan, tanaman buah-buahan dan atau tanaman kayu-kayuan
, ...'9
Tabel7,2. (lanJutan)
Kritcria kolayakan umhg agroforcstri berbasis kakao ditentukan dcngan kriteria sebagal
b. Manfaat tidak langsung
l)
Manfaat eksternalitas
2)
Kenaikan konsumsi
Biaya: a.
Biaya langsung
l) Biaya investasi
(a)
Pengadaan
lahan/pembelian
(b) Pembersihan lahan (c) Pengolahan lahan (d) Pengamanan lahan/ pemagaran
(e)
Penanaman pohon
pelindung
(f) 2) Biaya variabel
Pembibiran kakao
(g) Peralatan usaha tani (a) Tenaga kerja (b) Pupuk (c) Obat-obatan (d) Bibit tanaman
(a) Sewa lahan (b) Pembersihan lahan (c) Pengolahan lahan (d) Pemagaran (e) Penanaman pohon pelindung
(f)
Pembibitan kakao
(g)
Peralatan usaha tani
(a) Tenaga kerja (b) Pupuk (c) Obat-obatan (d) Bibit tanaman
semusim, tanaman perkebunan,
perkebunan, tanaman buah-buahan dan atau tanaman kayu-kayuan
tanaman buahbuahan dan atau tanaman kayukayuan
3) Biaya tetap
(a)
Penyusutan peralatan
(b)
Pajak tanah
b. Biaya tidak langsung
Sumber: Rianse (2006).
Penyusutan peralatan
(a) (b)
Biaya eksternal Biaya perlindungan lingkungan
bcrlkut:
l)
,^
,
Kegiatan pengembangan usaha tani dalam kawasan hutan menjadi usaha yang prospektif dikembangkan jika rRR > i. Biasanya hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa NpV > 0. (2) Jika NNBCR > I dan NPV > 0, maka pola usaha tani kakao dalam kawasan hutan prospektif untuk dikembangkan. Jangka analisis dari penelitian ini didasarkan pada umur produktif kakao, yakni 20 tahun. (3) Analisis kepekaan (sensitivity): mengingat adanya ketidakpastian di antara banyak parameter, perlu dilakukan dengan asumsi perubahan nilai-nilai parameter pokok, seperti produktivitas, nilai tukar dan inflasi pada batas nilai yang wajar dan rasional. Namun dalam analisis ini, hanya digunakan nilai inflasi paling ekstrim selama lima tahun terakhir (1999-2003) yaitu I4,23Vo, dengan tiga skenario yaitu: (l) manfaat tetap dan biaya naik r4,23vo, (2) manfaat turun 14,23vo dan biaya tetap dan (3) manfaat turun I4,23Vo dan biaya naik 14,23Vo. (4) Analisis Perbandingan Indeks Kinerja (comparative performance Index-cPl digunakan untuk menentukan arternatif kombinasi pola integrasi kakao dengan aneka tanaman dalam mencapai tujuan lingkungan, sosial dan ekonomi dari berbagai pora usaha tani kakao yang dikembangkan petani (Marimin, 20U). penentuan peringkat digunakan persarnaan (7.L2>. software yang digunakan untuk (
menganalisis adalah ANDAPI-AN (La Rianda, 2001).
B. Analisis Finansial dan Ekonomi
Pola Agroforestri
Dalam valuasi ekonomi agroforestri berbasis kakao digunakan dua macam rnalisis manfaat biaya (cBA) yang digunakan, yaitu (l) analisis finansial; dan (2) analisis ekonomi pengusahaan kakao rakyat di sekitar dan dalam kawasan hutan. Penggunaan analisis ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya sosial serta manfaat dan biaya lingkungan ccbagai akibat perubahan lingkungan/ekosistem kawasan hutan lindung atau tuman nasional. Penggunaan analisis finansiar dan analisis ekonomi, sekaligus membandingan berbagai altematif pola pengusahaan kakao rakyat yang dikembangkan oleh rumah tangga petani di sekitar dan di dalam kawasan hutan.
Kegiatan usaha kakao dalam bentuk konversi kawasan hutan, meskipun layak secara finansial, namun tidak dapat dipungkiri terjadinya
kehilangan berbagai potensi hutan yang dapat menimbulkan berbagai AGROFORESTRIttoturt b
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
163
rr'r14r'
rtrruf,sngan' rao0 Swal-awal
tahun pengusahnun kakuo dalum kawasan hutan, masyarakat dapat menikmati-manfaat tangsung yaitu berupa hasil kayu dan hasir hutan non kayu dan seranjutnya tidak daput diperoroh terjadi secara akumulatif sampai kebun 3?r, dapat :.t:1'd_.i,,ringkungan kakao menghasilkan. pengusahaan kakao
jj::.
yang diinteg*r*i'" o"lrXl kayu-kayuan, dengan pola penebangan si srem rotasi, funsel fl:T.1.i1li-:n. lingkungan hutan dapat secara berangsur-angsur purih sementara pengusahaan kakao monokurtur akan terjadi t"titungun rungri nurun secara permanen.
Melalui pendekatan finansiar, dianarisis manfaat dan biaya finansir yang dip.erhitungkan dalam analisis ini meriputi: LrrerrPuu l (l l,':,i::::ji:T::_11f
biaya investasi (seperti: pembersihan lah"an, pengolahan lahan, pengama lahan/pemagaran' penanaman pohon perindung, pembibitan
kakao, peralatan usaha tani); (2) biaya variabei (sepertii t"nugu kerja, pupuk, r obatan/racun, bibit tanaman semusim, tanaman perkebunan, tanaman b
buahan dan tanaman kayu_kayuan); (3) biaya tetap (seperti: O"nruri atas tanah). Manraar finansial berupa -unruut rung, yang diperoreh dari pengusaan tanaman kakao dan tanama" ,*";;:-;
't89l0ltt2t3
::::t"j?:::,13:l
umur dan pora usaha tani disaji pada tabel 4.1 dan tabel 4.2-Bab ^u"*u..u1tn 4 Bagian B. Penentuan nilai produksi tanaman perkebunan dan tanaman 4rrr.ur bu uuilllr dihitung berdasarkan trend produksi setiap j.ni, tunurun. l,::11".y:ya Untuk tanaman kayu-kayuan disesuaikun o.ng* ;;;;J;;"" rr
UnDr Tana[En (tahmt
'il*rkao
5::::i:,'i"lT::.::y:
Monokultur
{-
Kdso intergrsi
tililml
no}kayu
-*-
17 18 t9
xt
hlakilo integnsi ;uruu*ur kayu-k'yuiur
Gambar 7.la' Trend Biaya Finansiar Berbagai pola Usahatani Kakao
secara garis besar, seperti ditamp'kan pada gambar 7.ra dan 7.lb biaya dan manfaat finansial berbagai pora usaha tani kakao dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(l)
(2)
Biaya finansiar usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tanaman kayu-kayuan lebih tinggi daripada pola usaha iani kakao integrasi aneka tanaman perkebunan dan kakao monokurtur. Biaya finansiar pada tahun ke-O lebih tinggi daripada tahun ke-l dan ke-2, karena pada rahun ke-, terdapat pengeluaran untuk penyiapan dan pembukaan lahan a'u land clearing yang hanya dilakukan pada tahun ke-' tersebut. pada tahun ke_ l0 sampai tahun ke-12 merupakan biaya tertinggi dan seranjutnya murai 'l tahun ke-I3 sampai tahun ke_20 mengalami p.nurunun. Manfaat finansiar pora usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tanaman kayu-kayuan rebih tinggi daripada fora usaia tani rainnya. Trend nilai finansiar pola integrasi aneka tanaman kayu-kayuan sesuai
pola panen (sistem rotasi).
AGROFORESTRI,to, Valuasi Ekonomi
agtofor"rtri
Berb;mE;
165
lingkungan. Manfrrt nunfrat okonomi bor;pu monfaat rangsung yang tlipcroleh dari pengueaan tanaman kqkao, dan tanaman lainnya dan munfaat lirluk langsung meriputi manfaat eksterriaritas dan
Trond Manlaat F,lnenclal Uraha Trnl Kskao
kenaikan konsumsi.
Niloi ekonomi ringkungan kawasan hutan lindung sebagai dasar konversi .,pportunity cost akibat dikonversi menjadi perkebunari kakao. Aktivitas unuha tani kakao di sekitar dan daram kawasan hutan tanaman nasionar dan hutan lindung, secara teknis dan lingkungan surit diharapkan dapat nrcmpercepat pemurihan berbagai nilai dan jasa ringkungan hutan -finansiar :ebagaimana disajikan pada taber 5.3. waraupun ,""u.u dapat mcmberikan manfaat yang lebih besar, namun pengembangan pertanian
monokultur secara besar-besar dapat menyebabkan beberapa n-a antara rain: kerusakan bentang alam; (2) erosi tanah; aan (3) hilangnya keseimbangan biorogis dan keanekaragaman ekosistem (Egger dan Martens, (f
7 8 9 l0 tt l2 t3 t4 15 16 l? 18 t9 -+IGkao
Gambar
Monokultur
-+Kakuo
intcgnsi trulmln nou ku1ru
-*-Kakoo integrui
20
)
teSl).
rauunm kryu-kr,ruur
7'lb. Trend Manfaat Finansiar Berbagai pora Usahatani Kakao
Tubel7.3.
Jasa dan Fungsi Ekosistem yang Mengalarni pergeseran akibat
Pengusahaan
Kokao dalam Kawasan Huian Lindung
Berdasarkan Pendapat Masyarakat. Jasa
Ekosistem
Pengatur udara
Fungsi Ekosistem
Pergeseran
tangTe{adt
(Pendapat Masyarakat) Pengatur komposN kimia pada atmosfir
Penebangan hutan &an pengupasan permukaan tanah (lahan dalam keadaan gundul keseimbangan COz/Oz; Or
untuk perlindungan sinar ultra violet dan tingkat SO* lenyap
Pada tahun pertama sampai tahun ketiga terdapat manfaat finansiar yang
diperoleh dari pengusahaan tanaman slmusim.
Pengatur iklim
Melalui pendekatan ekonomi, dianalisis manfaat dan biaya ekonomi yang diperhitungkan datam analisis ekonomi uuilu aqalan adatah l,*,,3:j:Yl.biaya langsung dan "lu.ru biaya tidak rangsunglBiaya langsung meripuri: rrl uiavl iarran', pengolahan lahan, X:::::'_S:r:i:_pembers*ran lahan/pemagaran, penanaman pohon pelindung, pembibir." o"n*urunu,l peralatan usaha tani); (Z) biaya variaUei (seperti: tenaga kerja, pupuk, obatobatar/racun, bibit tanaman semusim, tanaman perkebunan. tanaman buah_ kayu-kayuan); (3) biaya terap (penyusutan t peratatan). P9|.rtaLantt Biaya tidak :i:1T" rangsung meripuii: biaya eksternaritas dan biaya
lllt"T il;
!1*i,*l
perrindungan
AGROFORESTRI: Solusi Sosiat
at
Pengelolaan sumbe.
oiF
mikro
Pengatur temperatur setempat, hujan dan proses iklim lainnya
Pengatur tata air dan ketersediaan
hidrologi
air
Pengatur aliran
Keadaan temperatur menjadi lebih panas dari sebelumnya Pada musim hujan terjadi banjir
dan sebaliknya pada musim kemarau terjadi kekeringan sehingga banyak tanaman yang mati Penyediaan air untuk pertanian (irigasi) atau transportasi dan konsumsi terganggu
Pcnjaga erosi dan sedimentasi
Pcnungkup sedimentosi dalam ekosistem
Tcrjadi kchilangtn lupirun tanah karonu ulirtn uir permukaan pada lahun dcngm topografi miring dan terjadi
Tnbol 7.3 (lanjurun) .t
il.
endapan (sedimentasi pada bagian tanah datar Pembentukan lapisan tanah
Proses pembentukan
lapisan tanah
Produksi pangan
Adanya hambatan proses pembentukan tanah melalui
12,
Bahan baku
pelapukan karena perubahan cuaca dan akumulasi bahan
Bagian yang digunakan sebagai gross produksi
Hilangnya potensi pangan seperti ikan, hewan buruan dan lainnya
ekstraksi pangan
fionga dan lebah madu) sangat menurun drastis.
Bagian yang digunakan sebagai gross produksi ekstraksi bahan baku
Produksi bahan bakar biomass dan hasil hutan non kayu lainnya.
organik. 6.
Siklus nutrient
Penyimpanan, siklus
internal, proses dan pembentukan nutrien 7.
Pengolah
Proses pembusukan
limbah
nutrien dan sisa proses metabolisme pada ekosistem
8.
Penyerbukan
Qtollination)
Pemindahan gametes tanaman
Sumber dari materi dari produk biologis yang
unik
Pengolahan limbah, pengontrol bahan pencemar, penyerap racun secara alami sulit terjadi.
14.
Reproduksi populasi tanaman tidak mungkin terjadi sehingga dipastikan semua spesies kayu
punah.
Pengontrol
Pengontrol populasi
Terjadi ledakan hama dan
biologi
di wilayah tropis
penyakit tanaman karena spesi predator, pengontrol hewan herbivor oleh predator menjadi sangat kurang. Termasuk meningkatnya serangan hama tikus dan tupai serta PBK untuk
yang dinamis
Sumberdaya
genetik
nutrien tidak terjadi
akan 9.
13.
Pembentukan nitrogen, N, P dan elemen lain dari siklus
Refugia
Penyedia habitat
Habitat untuk species lokal atau
untuk populasi hewan menetap dan transit untuk hewan bermigrasi
tempat mengungsi hewan terganggu Sering ter.jadi buaya dan ular memangsa manusia
Anoa sejenis sapi lokal sulawesi punah (hilang) di kawasan hutan lindung tersebut.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi pengelolaan Sumber Daya
Bahan obat-obatan, materi untuk
ilmu pengetahuan, genes untuk ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, tanaman hias.
(seperti: sumber ramuan obat tradisional dan sumber pewarnaan alami sudah tidak ada lagi)
Rekeasi
Menyediakan kesempatan untuk kegiatan rekreasi
Ekowisata dan kegiatan rekreasi luar rungan lainnya. (hilangnya jenis-jenis satwa yang dilindungi dan menjadi salah ada tempat wisata alam di kawasan tersebut seperti Rusa, Anoa dan
1
Rangkong).
15.
Budaya
Menyediakan kesempatan untuk pemanfaatan non
komersil
tanaman kakao
10.
Seperti lebah madu dan roran
mulai sulit ditemukan
Pendidikan, penelitian, adat istiadat, spiritual dan keindahan dari ekosistem hilang yang terjadi adalah budayajual beli tanah di dalam kawasan hutan sehingga
terjadi konflik baik secara horisontal maupun vertikal. llumber;
l. 2.
Sasmitawidjaja,2004dalam ULIN (Media Untuk Lingkungan) Edisi Kamis
27 Mei2004 (Tribun Kaltim) Rianse (2006).
salah satu kelemahan dalam pengelolaan usaha tani kakao pola nronokultur adalah ketidak mampu untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan fungsi hidrologis (widianto dkk., 2004). untuk mengatasi hal tersebut perlu pcrubahan sistem pertanaman dengan pola agroforestri yang mengomhinasikan beberapa species pohon dengan aneka tanaman perkebunan rcbagai "tanaman bawah" (understory) dapat menghindari penebangan Voluasi Ekonomi Agroforestri Seilasis Kakao
169
Evre,rrsf, s.n momDcnKan magukan aneka bahan organik tanah (Lahjie, ZOO4;
jenie sercrah rcbagai WiJiunto dkk., 2fi)5), pola aqr uE Juga mempunyai nirai keindahan dan jika dikerora secara baik
lingkungan yang drprt drkonrorvasi,
sebagai obyek agrowisata.
Biaya dan manfaat ekonomi berbagai pora usaha tani kakao pada gambar 7.2a dan 7.2b secaragaris besar dapat dijeraskan sebagai berikut: Trend Biaya Ekonomi Usaha Tani Kakao
sebagiun
memberikan kontribusi pada konservasi ekosistem karena tidak ditebang dalam jangka panjang.
tli
147 25000000.00
sekitar kawasan hutan terbukti menunjutt
20000000.00 1000m000.00
rsoooooo.oo
9mm00.00
t0000000.00
5000000.00
800mm0.00
mmm0.00
.
{ &
6t
o I 2 3 a ,r6
7 8 9 ,o'r,'12
13,o',r,,u,
Umur Tanaman (tahun)
-tF-Kakao Monokultur
Gambar
(l)
dari
dcngan tanaman sela tumpang sari tanaman pangan Jagung + Kacang Tanah
30000000.o0
; !
rangsung
Berdasarkan hasil anarisis kerayakan finansiar yang disajikan pada label 5'4, dapat dijelaskan bahwa poiu p"ngusahaan kakao monokultur
35000000.00
< cA
rulror,
tsnaman kayu yang drpanen sccrra rotasi (25vo runu,nu'n kayu sengon dan atau gmerino tidak dipanenj. Demikian pura adanya manfaat dari pengusahaan buah-buahan berkayu serain bern'ai ekonomi tinggi juga
7
{-
Kakao integrasi tanaman non-kayu
*
Kakao integrasi tallr
'2a.Trend Biaya Ekonomi Berbagai pola usahatani Kakao
Biaya ekonomi usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tana kayu-kayuan lebih rendah daripaia loiu urur,u tani kakao inre< an9k1 tanaman
p'*ffi
;ilTffi.t:i;'
lffi 'ffi"iifi:,.'Hi
ekonomi. totat ekosistem hutan yans dt .ltul., dipertahankan atau dikonservasr puJu ,"", i"ul"'i"aneka tanaman lebih tinggi daripada pengu.ahaan kakao Aengan usaha tani lainnya.
l?::j:"}:T
il;-;;",*
(2) Manfaat ekonomi pola usaha tani kakao yang diintegrasikan aneka hnaman kayu-kayuan lebih tinggi daripada pola usaha tani
<
rntegrasi aneka tanaman perkebunan aan buah-buahan serta
o"r; ;il; tani kakao monokurtur. Har ini terjadi akibat adanya n.,unruul AGROFOruSTRI
6m00m0.00
G
5mmm0.m
6'
4(m0.00
-
3mmm.00 2mm000.00
lmmo.m
o t 2 3 4 s 6 7 g'n',0
,
12',r',0 15 16 t7
UnurTanamln (tahun)
-*-lekao
Mornkulnr
+
Iekao tntegrasi Anannn non-kayr
_ts
Kakao integrasi Lrnanl
Gambar 7.2b. Trend Manfaat Ekonomi Berbagai pola usahatani Kakao
berikut:
(l)
Decerr rebih rinci hasir analisis finansiar
seluruh pora usaha kakao di sekitar kawasan hutan baik secara kultur' maupun kakao integrasi aneka tanaman rayak dan seca:a finansial daripada usaha tani r.uruo
f::fylt hutan' Integrasi tanaman kakao dengan cengkeh
Tubel 7.4. Husil Anslirle Flnunciulclun Ekonoili lterbagui pora usaha tani Kukno di Sekitar daq Dalam Kawasan Hutan, Tahun
(3)
merupakan pora usaht
tani kakao integrasi yang secara finansiar ,i""Lrt, yaitu sebesar r43'75vo, nilai NBCR = 3,36 dan Npv yang cukup ti sebesar Rp 56.980.272; Usaha kakao di dalam kawasan hutan yang memiliki 1RR tert adalah kakao + rambutan + durian dengan nilai 1RR sebesar 6r,48 nilai NBCR sebesar 3,2g dan NpV yang cukup tinggi se
Rp65.553.222;
semua pora usaha tani kakao baik hutan layak secara finansial.
di sekitar
maupun daram kawasan
pengembangan berbagai pora usaha tani kakao di sekitar dan di daram kawasa-n menunjukkan pJ.ror-un yang cukup beragam' secara rinci hasil anarisis ekonomi (taber 7.4) dapat dijeraskan sebagai berikut:
(2)
Pola L'sahltmi Kakao
Finensial
1134
seluruh pora usaha tani kakao monokurtur di sekitar dan daram kawasan hutan tidak layak secara ekonomi;
dari seluruh pora usaha tani yang dievaluasi, hanya l l pora usaha tani yang memenuhi ketiga kriteria analisis investasi (wpv, incndan /RR): (3) pora usaha tani di sekitar kawasan hutan yang memiriki 1RR reratif paling tinggi adalah pola integrasi kakao jamuu + mete + jeruk + lada, yaitu sebesar r7'2\vo, nilai NBCR sebesar l,rg dan Npv sebesar Rp34'616.737. Sementara di dalam kawasan hutan pora usaha tani yang rebih tinggi secara ekonomi adatah orr pota ::::::t,:l1i' PUta integrasi ^* ,relatifsengon*nuiiku*ramburan kakao+gmerina+ dengan ni rai /R/t sebesar 17,00vo, nirai NBCR sebesa-r r,20 dan Npi sebesar Rp 40.808.233; serta (4) berdasarkan performan hasil anarisis ekonomi dibandingkan dengan hasil analisis finansial, pengusahan kakao dalam ku*urun'hutan secara ekonomi kurang prospektif daripada tinjauan aspek finansiat.
Eh$n$mi
FIBL' R
tR,R
:d"r
t{?.t0
IRR.
NB{'R
r\,6i
JE' i
Krlcro lllonokultur
r
SckitgrKawssan Kakao -Ja.gungKacang
IJ
!i
T,Bruh
Kaloo-JegunyKacang H[jar
b. Dala.m Kswasan
l?J
r.2tt'6{r
J|t.?!d.8i!*
r!.St6.?!9
Kakro lntcgrrti
Has, anarisis ekonomi
(l)
I
rebih
aitli", t.;;;
"irffiffi#;;
(2)
2003
r
lJ.l il6,96 r,$J lJjtt
Sckit^er KE,r.argn
ti
Kalue{:cnglcch
2J Kakao-Ja.mbu lVicts 1J Kalcro-Jrmbu
{adl
h{cr.-Jcruk
4i Kakao-Kclapa 5l KetarKclapr-Jembu tvlctc
ih.ll9Jg{
JJ6 t{3.?5 J.r{ r t3.t! lJil l{ll.al !.gd I td.*r l.t! t*{.?s 2Jd f,t,,S l,0l rr)*J* 2,t0 r tt.6t :JJ t{{rB{ l,?t t.:{.9t tJ6 al.?6
{srHr*.?6.t}
l.l{
{tl.U
J, t{ J"l$ 2&
ft?*l
563
S*J?t
sl. rJ{ Jd.J
il+.6?tllljl 44.tJ6t6t 31.,r9{..:fi}
6f Kalcro-Kclapa-Ladn
It{ Jg{i.l
KatarKclapa-Pi5E1g Itl Kaho-l*Eda
J{.9nl.d{{l
T)
9l Kaka*-Pisang l0! Kakao-lElsk IIi
lli
Ks$ss{!ffrc I ina-t(cmiri *pi$anE
Kshrr{imE ina-ScngonI
Knpi-Nangka
B Dal,rm l(arvasan ll Kahao{:cngleh ?i Ka.tao-Ehris:n-Rlm butln 3l Kakas-$rnc ina-Jam bu I
lllEtc-Duris.r-Kopi 4J
Ka.[ac{irnclinaR.rmbutan
3l Kakw-{irnr ina-Scng,on 6l Kaluu{irnc1 ina-ScngonI
Ouian 7l Fralcsc{i rrr i nr- S cngorrI
lif
Krlap-Rnmbuun K*ac{inrl lna-Scngor
flt
Jl.fisJ.?6,{ ill.0l{I.96{t
.t?.8fi.sr9
{:, t {e.|ljJ a{ a(t ttl
5SJl:.e?*
$lJttlr:
ll4 :Jt J.tl!
t6il.ll39tI
2ill
ts6st.s0t tSlx$.s:
I
I t,st
4$.lf
-3 l.{36,..111$
1.,{:
*.*6
J.l.il6.lJ?
l.tlr r lJil *.itl :, t2 '1,*J -t,t: {),Jt6 t,gll
.t:.9: $.ttt9 .3S.9 r6.6!
t
"l t/6$.9J2
-clj
r f,
l*?
.r HJ*9Jt2 ,;6, t.tJ t$
l,*r
$,*t
{r,s2
?,97
l-lJ{ll.itl
i1.66 ,l!,it{t 0,ftl :,{s r.rI I!.il1
t9.7teJfl$
l.[t
"t9.1,16.tf5
'JLtl{J,s* -
{1.*6
-l l.'l$?,.llS
ti -:9t.{9!
li.?ild.6J0
t{i6
,il.trJ lJl il.*3 T,{t lrl ? t6JJ
rlsJ|l
.3 I I
,1t.69
.3JJf;$IJ2
$3"1?
Jt.?sJil*J
il,tl: r,66 rl,ttt 6Jt I,r5 tsi{
{5.?t
{0.rt{ul}
lJ0
l';I.:{jl
rf,"*{
AGROFORESTRt,to,url Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
773
.swf r.r. \rdnJulln,
tani kakao pola intcgrsri sneka tsnamsn
9) Kakao+Gmelina*Seryron+ 0) Kakao+Cmelina+Sengon+
I
l)
l2) lGkao+Kelapa Mere
l4) Kaftao+pisang I
5) Kakao+PisanS+Duri an+
Mangga
l6) Kakao+Ramburan I
7) KakaerRambutan+Kelana+
237 2,et
3t.4t 5.353
2,AZ
25.t26.666
,88 2,t6
48rt9J63
2,Cg
50,23
40.242)at
2At 2A1
25.088.974
42204sts
Petai
.tt, t 9
47.s79.680
56..1073E8
Pisang
Kakao+Omelina
13) KakaorKelapa+Jambu
25C
63J66.938
Nangka +Rarnbutgn I
I
43,39
40.t0t.233
rrririti
manfaat ganda mening-
katkan produktivitas lahan dan memelihgra kelestarian lingkungan.
(t7
l'20
Selain kebijakan subsidi tersebut, pemerintah Indonesia harus rnelakukan beberapa hal, antara lain sebagai berikut: (l) memperketat pengawasan ekspor kakao kualitas asalan (non-fermentasi) yang sangat melemahkan citra kakao Indonesia pada perdagangan dunia; (2) perluasan
t7,00
7.272370 tot
41,94
-46.479.044
0,80
3,58
43,05
-52.418.422
0,76
-0,6t
36,7 t
-56.186.61
pangsa ekspor akan mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia ke negara
0,75
41,3s
-55.819.908
0,75
' l;83 .2,96
29.t66.S29 I,t5
15193
importir utama Amerika Serikat yang mulai menerapkan kebijakan pembatasan quota impor kakao asal Indonesia di negara tersebut; (3) meningkatkan peran Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) dalam menetralisir persaingan tidak sehat antar negera eksportir utama, baik yang tergabung dalam Organisasi Kakao Intemasional (ICCO) maupun non-ICCO (Spillane,
sa,67
49,8s
I
{9.208.355
0,79
0.50
29.546.745 t,t6
16,02
l
1995). Sumber: Rianse (2006).
Berdasarkan kedua pendekatan analisis ini, pengusahaan ka lavak secara finansiat namun cara ekonomi tidak lroa ta karena pola ini tidak mampu mensubstitusi biaya lingkungan yang akibat pengusahaan kakao ,".uru rnonotutiur.
::::1 Til"lTlli
Keadaan tersebut juga menunjukan bahwa pengusahaan kakao dari
segi ekonomi sangat
pada perdagangan internasional
_tergantung perubahan ringkungan. Kakao tranyu aina.ittan
itetr'""g;;;-;;g"ra
dan sedang
position. perubahan"1"]::'1'-".y'i:h'ss'kurang;".*;;barsainins harga, kurs varutal-sing, tuli serta kebijakan perdagangan "';"X;.':;:I tarif dan non tarif mempunyai Jampak yang serius terhadap perkakaoan dunia (Spillane, 1995). Untut tetap meniaga stabilitas ekspor komoditas kakao tnaonesia, pemerintah perru memberikan berbagai subsidi terhadap biaya ringtungan pada sentra-sentra produsen kakao termasuk surawesi Tenlgara "yung aiimti dengan pembinaan dan pendampingan teknis pengusahaan nanao integrasi unJtu ;;;-on perke*.{"*uyu-, sehingga biaya_biaya akibat perubahan ringkungan 11i dapat iiteku" negara maju terhadap pengusahaan kakao yang menimburkan kerusakan. Budiadi (2005) menjeraskan bahwa potu rnr.rgusi (agroforestri) memanfaat_ kan sinar matahari dan tanah untuk meningkatkan produktivitas rahan dan melindungi rahan dari kerusakan ,.nu,n"n..gah penurunan kesuburan tanah melalui mekanisme arami. Ekosistem agroforestri mampu memerihara kelestarian produksi daram jangka p*:r"g. Dengan demikian, maka usaha
n::;::^it""jffi
3::ff;r,l"i*)::::_
;;;;ffi;
a- ;;ff"J"";fi;-r;'iJ',"ffi:T
C.
Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Pola Agroforestri
Mengingat adanya ketidakpastian di antara banyak parameter yang digunakan dalam analisis biaya dan manfaat, walaupun dilakukan dengan asumsi perubahan nilai-nilai parameter pokok, seperti produktivitas, nilai tukar, dan inflasi pada batas nilai yang wajar dan rasional, hal tersebut mengandung risiko bias sebagai akibat adanya perubahan yang kemungkinan dapat terjadi sepanjang waktu umur analisis yang ditetapkan selama 20 tahun.
Analisis kepekaan yang digunakan dalam tiga skenario, yaitu (l) manfaat tetap dan biaya naik sebesar I4,23Vo; (2) manfaat turun l4,23Vo dan biaya tetap dan (3) manfaat turun l4,23vo dan biaya naik 14,23vo. Berdasarkan skenario tersebut sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7.5 sampai dengan tabel 7.7, dapat dijelaskan bahwa beberapa pola usaha tani kakao yang dianalisis sangat rentan terhadap adanya inflasi, terutama pada tingkat suku bunga 12,227o. Berdasarkan skenario pertama, dengan pendekatan analisis finansiat (tabel 7.5), ternyata usaha tani kakao pola integrasi kakao+cengkeh di sekitar kawasan hutan merupakan pola usaha tani kakao yang paling layak secara
finansial dibandingkan pola usaha tani lainnya. usaha tani kakao pola monokultur masih layak secara finansial dikembangkan pada skenario ini. Namun pola ini tidak layak dilihat dari aspek ekonomi. Dari seluruh pola usaha tani yang dianalisis pada skenario ini, sangat terbatas pola usaha tani yang prospektif ditinjau dari aspek ekonomi.
ACROFORESTR Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
175
Tabel 7.5. Hasil Analisis Finanslur dan Ekonomi Borbagai pora usahu tani
Kakao
di Sekitar dan Dalam Kawasan Hutun, Tuhun 2003:
Tubel7.5. (Lanjutan) 7
Manfaat Tetap dan Biaya Naik l4,23To
B. Dalam Kawasan Finansial
Pola Usaha tani Kakao
NBC
IRR
R
(vo)
It
l)
Ekonomi
NPV
KakaorCengkeh
2) KakaorDurian+Rambutan
NBC
IRR
R
(%,
3) KakacrGmelina+Jambu
Mete+Durian+Kopi 4) KakaorGmelina+ Rambutan 5) KakaorGmelina+Sengon
a. Sekitar Kawasan I
(r) Kakaorcmelina+Sengon+
) KakaorJagung+Kacang 34.083.012
Tanah
b. Dalam Kawasan
Durian
I18,27
7) Kakao+Gmelina+Sengon+
2) KakaorJagung+Kacang Hijau
2,31
3l .540. 108
2,22
93,58
12.461,347
I,60
28,85
Kelapa+Rambutan 8) KakaorGmelina+Sengon+
Kopi
Kakao Integrasi
9) KakaorGmelina+ Sengon+
a. Sekitar Kawasan
l)
Kakao+Cengkeh
53.546.664
2) KakaorJambu Mete
46.800.550
2,94 2,75
l0) KakaerGmelina+
91,33
44.541.763
4) KakaorKelapa
41.M8.867
2,08 78,26 2,57 92,74
32.781.s97
I,87
Mete
6) KakaorKelapa+lada
39,543.465
7) KakaorKelapa+pisang
30.015.887
8) Kakaorlada
54.794.188
Sengon+Pisang 6.926.441
Mete
37.198.169
l0) Kakao+Salak
43.873.899 40.903,235
t.98 38.09
_4.428.866
1,87 35,74
-8.562.994
+Pisang
I I ) Kakao+Gmelina
l2) Kakao+Kelapa 13) Kakao+Kelapa+Jambu
9) KakaorPisang
l) KakaorGmelina+Kemiri
r,03
81,29
1,97 65,29 |,77 8 t,81 236 88,82 2,22 nt,32 2,38 99,43
I
Sengon+
39.390.552
AGROFORESTRIrao,uit
55,70 43,93
5.880.618 1,03
12.88
44,30
38,42
76.153.9t5
2,6'1
50,4'/
1.802. r 53
l,01
t2,45
50.382.667
z,tl
4l,06
1t.823.722
I.05
13,50
39 2,tl
40,09
10.590.293
r,05
13,37
12.39t.t l8
I,05
13.55
2.349.qt0
I,01
t2,49
2,757.e03
l.0t
12.54
50.301.
r
57.656.059
2,26
43,56
50.535.446
2,07
39,02
2,29 28.658.545 2,30 2t.m7 .918 I,65
38,63
38.16
3t,71
21.998.066
1,89
36,00
l5) Kakao+Pisang+Durian+
44.307.5t9 2,34
45,00
2,12
44,80
38.t20.437 2.16
44.t9
2.58
42.t"1
16) Kakao+Rambutan
l7) KakaorRambutan+ Kelapa+Petai
n,72
43.384.7'16
14) IGkaorPisang
Mangga
l2) Kakao+Gmelina+ Kopi+Nangka
46,91
Nangka+Rambutan
r 16,90
3) KakaorJambu Mete+Jeruk +Lada
5) KakaorKelapa+Jambu
2,79 2,88 54.t33.733 2,32 51.M7.972 2,13 49.443.009 2,O5 39.404.998 61.478-176
18) KakaorSengon
36.229.721
58.734.422
Sumber: Rianse (2006). 0.96
I 1.25
Beberapa pola usaha tani yang masih dapat diusahakan ditinjau dari rspek ekonomi pada situasi kenaikan biaya (skenario pertama) adalah yaitu ( I ) integrasi kakao + jambu mete + jeruk + lada di sekitar kawasan hutan; (2) integrasi kakao + gmelina + jambu mete + durian + kopi; (3) integrasi kakao + gmelina + sengon + durian; (4) integrasi kakao + gmelina + sengon + kelapa + rambutan; 5) integrasi kakao + gmelina + sengon + kopi; (6) integrasi kakao + gmelina + sengon + nangka + rambutan; (7) integrasi
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis lGkao
L77
T yrosuE T qsnan kelapa + petai.
+
mangg0: dan (g) lntegrasl kakao
+
rambutan
Dari delapan pola usaha tani tersebut, pola integrasi kakao + gmeti ram b utan r,un ioi; ;;;
.
:,::i1"J.l_T:gIi '".'upu tj:,:* u.1.\"1 yai tu ?Ti I'l? l.rr',' ""
;-.*:11?i ;;;'r ffi; ; i, ^ri",'ffi; i iil :'j;:: ; 3
dijeraskan bahwa dilihat ou., u.oJf ii#ffi: ::],'llili*"lyj,i itatyang pola tani kakao dievaluasi masih mampu bertahan, vrJvr4DA4lt ualtwa qlll
semua
usaha
mampu bertahan. Hmn*skenario
rrr4ll, sePenl seperti
I
pertama. Secara ekonomi hanya beberapa pola yang
rPengembangan vrrsv'ru.rr=4u usaha usa'a .anr tani KaIQO kakao monokultur o
TjT,:::*
r,usana\L
rffi;^ ;o*' ffi;'ffi':? ;;;; i-io. ; fi #lfi fi';
. *ek:l p'h f,':"tji:'hutan yang paling prospektif:",upuiun serta secara finansial.
Integrasi kakao + cengkeh di sekitar kawasan hutan diperoreh tl,t7 vo dengan nilai NBCR
111.r:*rl.,t
l,lli:f*
::::::.Yt
Poh
d;;;;;il;";;;'::;# y r"*,*"
r..
:^*lli Rp52.149.953.
d,an
NpV
Trfislt 2)
(l)
Hijeu
ttT:t
lRn NPV NBC R. a!(l
x"??JJ06
EJ94.2r{ trJ20,r$?
e tic&itrrl&waem t)frho*{engtch
t/a{sJl?
ql(r*ls+lGlaF+l.arb
l.tgtds
I,S
fll(alro+tgtags+P1sry
2'otr.?t6
IJJ
E)
.f,.?e{11!
rJl
{.ada
fr@tftq*
4)KelEseFlGkF 5)
lft&ec+KctgF+faofuu frb{G
tcrlcrrtrdr 9)l(alar#Piliq
6r|u?1
sd6d$il flJ?tflB t$0iJtt)
umo*tt
lapv '-"
NAC E
tRR
r$r
17,t)
,r(r
zil il4lt} t"l[ otlt lJ? 29.1t 1J8 2# rp{ r,$ ls
2) fetcao+Jesrhr lvfiete 3) l(efac*Janfu
sgoesar
I
ll,t? 88J!
?t,l! t967 ?r.02
fisr ?3ro
1l62-ile
I,l?
85J? r00,r?
l0l l(afea*6ala*
flI68.A2
13r
91,9t
I
u{srr€
rJ*
t?,3?
.?t?t.tJl
!"98J-S5
ur
It"06
.nSitstl
0,9r
t0.?t
tl ltulucrGoqghd
s/0tst
{6J0
!.r{0.s3
r,?!
4fa*rc+Ouiupnrsenro
ll}8tr4S
r,ot
t2J0
sebesar
integrasi kakao + jambu mere + jeruk + rada di sekitar kawasan hutan; (2) integrasi kakao +imerina + jambu mete + auriun + kopi; (3) integrasi kakao + gmerina * ,rnion + kerapa + rambutan; int"gru.i 1+; kakao + gmelina + sengon + kopi; dan (5) integrasi kakao + gmelina + sengon + nangka + rambutan.
l(e*eo*Jagury+Kcery
h lhlmKsratsan Krfn htegmd
n'ai
Beberapa pora_usaha tani yang masih dapat diusahakan ditinjau dari aspek ekonomi (tabel 7.6) pada riiuari penurunan manfaat (skenario kedua) adalah yaitu
ltutrm
l) l(allrstJqfrry+!turlg
tani di daram hutan yang Ll;,"1""T:T,li.l:-!_,":"1, pora integrasi kakao + durian + rambutan."*i", . 1\tr4t //{/r ,^i 54,83Vo dengan nitai ./BCR sebesar 2,82
:i!::
Urehfri
lll{567 X*,rMod,rftrr r. SolcitrrKalrau
di sekitar kawasan
nnansiar. pengu sahaan 44tr POla por a lnl, in i,
:1q?:,' ir^* T:ara jf :::"^,T1,"::1"^l:tfl *"9"^y.]t4,2lvodengannitaiN-ncRse*,sar2,27 skenario pertama, pola lil 1..I :"fesar Rn28
:i:,: I
Tabcl7.6. Hasit Analirir Flnanrlel dan Ekonomitleruagai polu usaha Tani Kakao di Sckltar dan Dalam Kawasan Hutan, Tahun 2003: Manfaat Turun 14,23% dan Biaya Tetap
I) l(rtoo*ftroliru+Kaariri
{FiluE
12)
l(alcrommfiur+terywr l6Pi+Nrryl11
Ellabol(rrlcaa
Xlfrhofirnlin+Irer
lillc+Drlitrr+Kspi QKelnortimliaa+
e.s&lra
5)lieluo*Bnclim+@m Ol(rlqotGmlin+Soqmr
Ildrl
rs
6.t(r16!
zfi
flJt .l'12
{rollSil
0,96 I l:l
r,o
{!Jt
{J?ljrt
2,01
!?.?5
flJl0J90
r,€ .lul
.2r&ll!l
$$9
e#tftt
2sl
il0a.9l0
r.0!
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
roJr
tEoet /,o. (LanJuton) 2
+ Nangka +Rambutan l0) Kakao+Gmelina+ Sengon+Pisang I
l) Kakao+Gmelina
12) I 3)
Kakao+Kelapa KakaefKelapa+Jambu Mete
_-- 1 "_
3 6584. I 06
42508.674
2,03
38,34
36.614. r88
2,24
37,57
24.t88.14t
2,25
37,96
t7.502.393
t,62 t,85
30,94 35,19
14) Kakao+Pisang
18.42?.905
5) Kakao+Pisang+Durian+ Mangga 16) Kakao+R.ambutan l7) Kakao+Rambutan+ Kelapa+ Petai
37.4t7.443
2,29
44,21
30.503.270
2,08
43,90
32.tt4.?36
2,12
43,34
49.7t6.918
2.53
4
t,03
t3,01
'l'ubcl 7.7' Husil Analisis Finanrial dnn Ekonoml'iteruagai pola tlsaha tani Kakao di sekitar dnn Dnragr, Kawasan Hutan, Tahun 2003: Manfaat Turun 14,23%, dan Biaya Naik l4,Z3To Tinrkrn Suku Burss t2J?% Polr lfish.ct&ti
ttulm
I
-1.E00.487
I) Krlrao+JagqgtfiEcsrg -t.446.599
t2,02
2)
Kebo+Jagrrg+X*erg
Hiieu h llalamt(ewagrn
r,59
Sumber: Rianse (2006)
tl tcatss*&og&Gb bfdc
l) KalaerJrrnhr
dikembaigtan secara
{{-df,
Beberapa har yang dapat dijeraskan terkait dengan hasir anarisis kepekaan dari aspek finansiar pengembangan berbagi pola usaha tani di sekitar dan dalam kawasan hutan di rokasi peneritian adarah sebagai berikut: (l) Pengembangan usaha tani kakao pora monokurtur di sekitar kawasan hutan sangat rayak secara finansiar, namun di dalam kawasan hutan tidak layak. (2) secara finansial pengembangan usaha tani kakao yang diintegrasikan dengan tanaman perkebunan dan atau pepohonan buah-buahan di sekitar kawasan rebih prospektif daripada diusahakan di dalam kawasan
(3) secara finansiar pengembangan usaha tani kakao yang diintegrasikan tanaman kayu-kayuan di daram kawasan hutan rebih prospektif {ensan
I'lctc+.lcrulr
5l Katao*Ktlapa+Janbnr
bttG
6)Xaloo+rchps+|.s0r 7}
tfulcrqrKclryr+Pis&rtg
8)
Kdeo+kdr
AGROFORESTRt,t
2JSl
u2
91,:C
t2ti4Jl3
2,36 ?0,sr r.?9 57:?
il.Rtlx4
2"aO
?1,?J
99.9t ?0.90
a.?J0Jta
tfit
ts,ra
i[.ra4.?0[
t,69
4{,?r
2,0!
{6J0
il.nej9t
l?-5tsjl2
rJ2
djrt893r6
8f9
t0J0
r"90 {t?t
$.119.95:
2${
?510
.+is"r,t
:$.12t:sa
l;?0
!2'6?
dt"l)t6?J
0$84
?85
Kqi+Nury&r
nx73n
16l
r0J6
.l9s?"tru
oJr
112
ilJ65f6t
$9 4t/6 47 40J! r,0r ilJt
d6.il9-l6t
oln
t8.s{11$
r,*t l,?6 1J$
4JS7
dtI20"9?t
36.ir?Jg,{
r,8r
3lJ+
.22:tt9.?t?
0J5 0,9o
$.?2t"!st
tJr
t*p0
.xll?r:63
0J90 gJl
l) Kalcao+Grrlina+Ktmiri
lfu.hofcrrliru*Scrtsr
B XhlamKawsran
tlfrUctfqlct l| Katan*Orrirn*narnh*an 3) Kalcao+srrrlisa+janibu
f&tcrlhriartKryi
4)
IfutrorGrslina+
fismbutilt
{8Sr{.M rOJ[2-?SB
t?.st.?4?
ll.?29llt
daripada di usahakan di sekitar kawasan hutan. (4) usaha tani kakao pora integrasi kakao+cengkeh merupakan pora usaha tani yang paling layak secara finansial.
180
l.9l tJ?
{1.2?4Jt?
q KseaefPisaxg l0)Kelcaot'Salet 12)
a-!77J14
36J32.6t7
d)ftuftrc+Kalapa
I
1.9+
'll.6{3&l
2) KaJcaallrrnbu
finansial, namun tidak ada satupun pora usaha tani kakao layak dikembang. kan dilihat dari aspek ekonomi.
ts-gfi,4iS
?.?0{"0r!
K*solrirgrd r SckiterKaurasan
Berdasarkan skenario ketiga (taber 7.7), ternyata konsisten dengan skenario pertama dan kedua semua pola usaha tani kakao rayak
nutan.
-
Tansi
0,99
Valuasi Ekonomi Agroforestri
Serlisis Kakao
!8J9
!!JC ?.iJ
s6?
181
Tabel T.7. (Lanjutan) t 9) Kakao+Gmcl in8+Scngon +Nangka+Rambutan I
0) IGkaarGmet ina+Sengon
I
l) Kakao+Gmelina
+Pisang 12) Kakeo+Kelapa
3) I(akaallGlapa+Jarnbu Mete 14) KakaofPisang I 5) Kakao+Pisang+Durian+ I
Mangga 15) IGkao+Ramburan
l7)
Kakao+Rarnbutan+ Kelapa+ Petai
I
234 I,94 38, 9 %..636.732 t,78 33,9t t2.4r9.2u t,96 33,?6 2r.43r.333 tg7 33,67 13.453.645 tr4r 25,94 42.928.043
15.336.996 33.305.599 26.490.89A 28.030.667 45.081.669
t
1,62 30,09 2,Ot 39,r I
t,82 38,16 t,85 37,82 22t 37,U
"Auri ekonomi pcrlu mendapetkan pendampingrn aunu pihak lain. Dengan esumsi bnhwa jasa-jasa dan manfaat .lingftungan sebagai barang publik Qtublic gooA, maka pemerintah harusnya memberikan fasilitas subsidi tcrscbut, paling tidak dengan tingkat bunga rendah.
36 .2r.833.010
0,90
Mengacu pada analisis kepekaan dari aspek ekonomi, pengembungan usaha tani kakao pola monokultur tidak layak baik di dalam maupun di sekitar kawasan hutan. Secara implisit pilihan-pilihan untuk mengintegrusikan tanaman kakao dengan berbagai jenis tanaman, sebaiknya tidak didominasi pertimbangan finansial, tetapi harus pula meliputi pertimbangan aspek teknis seperti kelerengan, pola interaksi antar tanaman dan kerapatan
_28.6t7.105
l$naman.
-'a.?l.5.442
D.
Sumber: Rianse (2006).
Beberapa alasan teknis dan ekonomis yang berhubungan hasil analisis ini adalah bahwa sesuai dengan kondisi topografi lahan usaha tani kakao di dalam kawasan hutan yang didominasi gunung denl kemiringan berkisar antara l5vo sampai di atas 45vo sangit sesuai un penanaman kayu-kayu dan untuk kamoditas perkebunan dapat dikembr kan secara terbatas (Arsyad, 19g9; Harjowigeno, 1995). secara stati produktivitas usaha tani kakao pada kelerengan di atas lsvo lebih daripada usaha tani kakao yang diusahakan pada kelerengan 0*l5vo, disajikan pada tabel 4.r-Bab 4 Bagian B. Selain itu, pemilihan ranz,mari yang diintegrasikan oleh petani tidak didasarkan pada sifat hubungan positii antar berbagai jenis. oleh karena itu, dibutuhkan ketrampilan r
teknis da pemilihan jenis tanaman serta penataan kerapatan tunu-un agar ti menghambat produktivitas tanaman pertanian dan juga kepentingan kelestarian lingkungan (Lahjie, 2004). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pola usaha tani kakao monokultur dan kakao yang dlintegrasikan dengan tanaman cengkeh paling prospektif dari aspek finaniial, terutama di sekitar kawasan hutan. Selain kesesuaian terhadap lahan, kedua jeni tanaman ini memiliki jaminan pasar produk yang cukup stabil. Berdasarkan pendekatan analisis ekonomi pada discount .factor l2,22vo skenario ketiga (manfaat turun sebesar 14,23% dan biaya meningkat sebesar l4,23vo) ternyata tidak satupun pola usaha tani kakao yang masih
layak diusahakan petani
Hal ini dapat dijadikan alasan, bahwa pengeroraan usaha tani yang mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan, pada situasi krisis
AGROFORESTRI: Solusi Sosial a
Pilihan Alternatif Pola Agroforestri
Flasil penilaian indeks perbandingan kinerja (CPI) yang mengintegrasikan heberapa kriteria yang digunakan dalam analisis ECBA yaitu IRR, NBCR dan NPV secara finansial dan aspek ekonomi (tabelT.4). Secara finansial, dari 33 pola usaha tani kakao yang dikembangkan
oleh petani, dapat dipilih lima alternatif terbaik berdasarkan peringkat, yaitu ( l) integrasi kakao+cengkeh di sekitar kawasan hutan; (2) kakao monokultur rckitar kawasan hutan; (3) integrasi kakao + jambu mete; (4) integrasi kakao + pisang di sekitar kawasan hutan; dan (5) integrasi kakao + salak di sekitar knwasan hutan.
Tabel 7.8. Sepuluh Pola Alternatif Berdasarkan Peringkat
dengan
Pendekatan Finansial, Tahun 2003
No l. 2. 3. 4.
'"lXffilL:T:31',fi1f Monokultur
''
Npv
NBcR
IRR
32,09
54,14
246,31
332,53
356,76
I
317,05
6
50.18
242,97 212.43 200,77
58,4t
2t4,21
Total
Peringkat
Integrasi: Kakao+Cengkeh Kakao+Jambu Mete
KakaorJambu Mete+Jeruk+lada
5. Kakao+Kelapa 6, Kakao+Kelapa+Jambu 7. Kakao+Kelapa+Pisang 8. lGkao+lada 9, KakaorPisang 10. K{kao+Salak
49,00 43,tt 42,72 38,47 Mete 32.25
30,00 5 t,43 3s,27
41,13
64,79 61,50
293,67
I
I,l5
'l
3t
46,52
2M,t2
282,89
I
M,86
20s,62
280,47
54,95
2n,93
t0
3t8,30
5
52,45
240,16
327,88
3
55,31
224,t8
320,62
4
Sumber: Rianse (2006).
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis lGkao
183
Dongan domikian, secara finaneisl usuhu tani kaklo yung dikembangkan petani di sekitar kawasan hutan memiriki arternutif banyak, termasuk pola usaha tani kakao monokultur. Tabel
tnnaman kehutanan berkayu.
Sepuluh Pola Alternatif Berdasarkan peringkat Pendekatan Ekonomi, Tahun 2003 tani
l.
) J.
Altematif
IRR
NpV
Dl dalam kawasan'hutan
dipanen.
Total
Sekitar Kaawasan Hutan: Kakao+Jambu Mete+Jeruk+lada Kakao+Gmelina+Kemiri+pisang Katao+Gmelina+Sengon+Kopi
t42,80 96,95 8l,51
63,24 61,55 60,95
354,t8 560,22 4 347,59 506,09 I 346,26 488,73 l0
Dalam Kawasan Hutan:
{
6.
Kakao+Gmelina+farnUu Mete+Durian +Kopi
139,04 63,08 351,30 553,42 Kakao+Gmelina+Sengon+Durian 135,15 62,44 352,26 549,g6 Kakao+Gmelina+Sengon+Kelapa ..__t65,79 63,93 353,14 582,85 +Ramburan Kakao+Gmeli na+Sen gon+Kopi KakaorGme li na+Sengon+Nan gka +Rambutan
9. 10.
KakaorPisang+Durian+Mangga
t20,32
Kakao+Rambutan+
121,89
5
6 2
63,75 3s2,75 64,01 353,33
577,03
J
585,68
I
62,57
533,00
8
534.90
7
Sumber: Rianse, 2006
secara ekonomi (tabel 7.9) dapat dipilih rima alternatif terbaik.pc (l) integrasi kdkao + gmelina + sengon + nangka rambutan dalam kawasan hutan; (2) integrasi kakao * g',"-iinu + sengon kelapa + rambutan daram kawaan hutan; (3) integrasi kakao + gmerina sengon + kopi dalam kawasan hutan; (4) integrasi kakao + gmerina + sr + kopi di sekitar kawasan hutan; dan (5) integrasi kakao + gmelina + j mete + durian + kopi dalam kawaan hutan. usaha tani kakao yaitu
Dari kedua pendekatan tersebut dapat dijeraskan pora usaha tani yang sangat prospektifadalah integrasi kakao + cengkeh di sekitar kawasan hutan, namun pola ini tidak prospektif di kembangkan daram kawasan
Hal yang sangat menarik adarah tinjauan aspek ekonomi yaitu
pengusahaan kakao
yung diintegrasikan dengun tsnaman- kayu-kayuan dengan pertimbangan pcnataan cahayanya yang baik, lebih prospektif daripada diintegrasikan dcngan tanaman perkebunan lainnya. Penambahan jenis tanaman buahbuahan akan meminimalkan risiko terbukanya lahan pada saat tanaman kayu
hutan.
dengan
memasukan komponen biaya dan manfaat ringkungan, justru pola usaha tani yang paling prospektif adalah integrasi kakao dengan tanaman kayu_kayuan di dalam kawasan hutan.
Dari hasil penilaian
cpr secara spesifik ternyata untuk di sekitar kawasan hutan integrasi antara tanaman kakao dengan tanaman perkebunan
lainnya yang memiliki pertumbuhan meman;ang tlbifr prospektif AGROFORESTRt,to,ui
Valuasi Ekonomi Agroforestri Berbasis Kakao
Rangkuman Langkah-langkah daram analisis varuasi ekonomi (biaya dan manfhat)
sebagai L"'ir.u" it #;sh-;,,Jiiuvo, jii::: pengelolaan ::::';:TT: :::',#:: usaha rani kakao:1i?l di sekitar d;;;;ilffi;;ilil;'ni"i,rJ,1,Ti (
oqerasional; -kawasan fzl r"ieitt"ng manfaat usaha tani kakao huran
::::,:r:"*1,b11v,1 sekitar dan di daram
r".ir"r"i".""i"il'J;:li#ilrffXi",
f::'::1.:::,"3::jll ?:,
baik.secara ekonomi dari tanaman kakao- adalah zo
lYly
f3ff *1"ttr
n"""rir
rini"i
kepekaan ;.dan
usaha tan i kakao:(l] vang mempertimban gkan
maupun secara ekonomi. )ml. um
<+r menghitung nilai kriteria ivp arternati r p' i han po
di sekitar kawasan hutan
bi
."#ik; il;i";;',irolj'i"'r1",[
y;;; ringgi sebesar Rp56 ! l1*llT:*iiljl9t,: :36 1y.N lv semua pota usaha tani kakao ";k,p baik di
'"ri,u?;"d;xi;ilil;i'r";'r::(^;:i
seruruh pora usarra tani kakao monor
ly'pv
;
i+.iiii#:##,^";i"Jir:
sebesar
yan_g
iI
iki nir;i
H?lro:li ""::i::T: adalah-pola -mem inregrasi kakio + sr"lin;;
rRR ;"rati
f tebih ti nggi
^Il'L!,
secara ekor ;;;s;;; ffiiJ'f1ffiffi".
nilai 1RR sebesar t7,00,o, iilur. isCR"iebesa, t,20
Rp40.808.233.
dan NpV
menunjukkan: pengembangan usaha jl:1",1i11.l1t-f tani fp.:kaan pola kawasan r.',i,"".""g"ir""yrt ,""i*'r,llX'lir,ruJJi "^," monokultur di sekitar
f;i::
5::::l-*:i:,:ig:k,rayak. kakao yang diintegrasikan dengan
s;;;;ffi."siar
pengembansan usaha
;;;#;="#':i# JjJ:f,"f# y*asan-rebih";;; r-,t,il; il*ffiLf o, ou,u,n n.'n;u;;t il3i*1i:i' ::lg n n. sl: ;,'# g"fi ;;;#i;#ffiffi:?,""$ ;.jil; ot" monokurtur 1".n1i"" tid'ak ravak ilili;; dara' maup;;i;;il", kawasan flff ka wasa
h
ura
Ana
ra
ri
secara finansial,.dari 33 pora usaha tani kakao yang dikembangkan oreh petani, dapat dip'ih rima arternatir teruair<-berdasarkan peringkat, yairu (l) integrasi kakao+censkeh di sekitar tu*rr.iiutun; (2) kakao monokurtur sekitar kawasan hutan; (3) Integrasi kakuo*iun,lu-r ete; (4) inregrasi kakao+pisang di sekitar kawasan hutan;.da.n..(S_; int"g;i-ka[ut*ruur, di sekitar kawasan hutan secara ekonomi dapat dipirih riru u"rr*u#ilrua'< poru ururruiuJ'lutuo yuitu (l) integrasi kakao+gmeiinu*."ngon*-nffiu*ruo,uutan aatam .tu lu*urun t,utun;
H::'1
:T::::li: ll
t,i
,,iL rntegrasi f11::-.f kakao+gmelina+sengon+kopi "fu*,,,u dalam
I*nm":
.:::::::j:l
l::\,,f
r,,
buku ini.
k#;;;';Cil#;i'ffi Jiil:l.,l
integrasi aneka tanaman tffi aun prospektif secara finansial daripada ururti iuni kakao di dalam kawasan '-erupakan Integrasi tanaman kakao dengan pola usaha tani integrasi vans secara finansiar ""ngt"t
:ffil1|f::fl:::lll :l:yi,
finansial dan ekonomi (gunakan data pada lampiran 2_5) 4. Bandingkan hasil analisis yang Anda peroleh dengan hasil analisis datam
ioi ."n"n,ukan
secara finansiar, Seruruh pora u-saha ka?ao secara monokultur, rnulqul kakao
1
t. Jelaskan metode valuasi okonomi agroforestri berbasis kakao Hitung nilai NPV, NBCR, dan IRR usahatani agroforestri berbasis kakao secara finansial dan ekonomi (gunakan data pada limpiran 2_5) -berbasis 3. Lakukan analisis kepekaan usahatani agroforestri kakao secara 2.
*,,."
*, i"i",
*il i
"
hutan; .kawasan .ii
; au" gmelina+jambu ff mete+durian+kopi aufurn fu*uun hutan. r, u
tun
fi
n
utun ;
r
:
r
(4)',ill"?r[i
"i,i,
j, i
ka
kar, +
llahan Bacaan lluku Teks dan Bahan Ajar Arsyad, S., 1989. Pengawetan Tanah dan Air. IpB press. Bogor. Ilarton, D.N., 1994. Economic Factors and valuasi of Tiopical Coastal Resources. center for studies of Environ-"nt und Resourceg. University of Bergen. Norway. (SMR-Report) Dephut, 2005. Ancar-Ancar Harga satu pokoi Kegiatan (HSpn Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan perhutanan Ditjend RLPS Departemen Kehutanan. Jakarta. Egger, K. dan Martens, 1981. ,,Teori dan Metode Ekofarming se Implementasinya.di Rwanda, Afrika Timnr,, dalai Espiq
1988. Ekologl. Obor Indonesia, Jakarta. Gittinger, J. Price, L986. Economis Analysis of Agricultural projects.w Bank, Washington DC, USA. Gray, C-, P. Simanjuntak, L. K. Sabur, p. F. L. Maspaitela dan R. C. d, Varley, 2002. pengantar Evaluasi proyek. Edisi Kedua. Gramodh
Pustaka Utama.
Jakarta.
,r
s., r99s. IImu Tanah. Akademika presindo. Jakarta. Lahjie, A.M., 2003. pengusahaan Hutan dengan Ekosistcnt _pendekatan Harjowigeno, N., Ag
r ofo r e s t ri. Un i versitas Mul awarman. Samarinda.
,
2004. Teknik Agroforestri. universitas Murawarm*,
Samarinda.
Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi pengambilan Keputusan Kritqlo Pearce,
M aj e muk. Grasindo. Jakarta. dan D. Moran, 1994. The Economic varue oJ'Biodiversity, rn
D.w.
Association with the Biodiversity programe or
fi;cN-rhe world
conservation union. Earthscan pubrications Ltd. London. Pearce, D. w. dan R. K Turner. 1990. Economics of Naturar Resources and The Environment. Harvester Wheatsheaf. Pujawan, I. N., 1995. Ekonomi reknik. candimas Metropole. Jakarta.
AGROFORESTRT'toi Valuasi E
M.,2002, Eval uasi p roy e k. Li berty. yogyakarta. Riggs, J.L., D.D. Bedworth dan S.U. nandhawa,- tqgg. Economics. The McGraw-Hill Companiers. Singapore. Spillane, J. J., 1995. Komoditi Kakao: peranannya Joton, perekonomi Pudj osumarto,
BAB 8
KE B IJAI(AI\
Indonesia. Kanisius. yogyakarta squire, L. dan H.G. van der Tak, r9g2. Analisa Ekonomi proyek-p, Pembangunan. Edisi Bahsa Indonesia. penerbit UL Jakarta. Sullivan, W.G., E.M. Wicks, J.T. Luxhoj, 2003. Engineering Pearson Education, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. USA. world Bank, 1976. social cost-Benefit Analysis: A Guide for country Project Economists to the Derivation and Application of and Social Accounting. World Bank Staff Woit ing paper.
PERBAI\KAN BAGI AGROFORESTRI YANG MENI'EJAHTERAKAN PETANI
Makalah, Paper, Prosiding Seminar
Lubis, R., 1995. Teknik Evaluasi Ekonomi dalam pembangunan: Extended Cost-Benefit Analysis. Makatah dalam kurru, Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 20 November 1995. Kerjasama pSL-Lp UNHALU dengan BAPED/ P_"_r_"$"t PUSAT. Kendari.
world Bank, 1976. social cost-Benefit Analysis: A Guide for country Project Economists to the Derivation and Application of Econo and Social Accounting. World Bank Staff. Wirtctng paper.
Hasil Penelitian dan
Jurnal
L
Menjelaskan keterkaitan antara bank, hutan, dan industri.
2.
Menjelaskan risiko-risiko keuangan yang dihadapi perbankan pada usaha
3.
Menjelaskan kebijakan perbankan pada pengembangan agroforestri.
sektor kehutanan. i,
Andayani, W., 2003. Efisiensi pemasaran Kayu Sengon Rakyat di Dae sentra Produksi Kabupaten wonosobo. Jurni Hutan Rakyat. 37-77.
v(l
Kim, C.Y., 2002. Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasar pada K Nilai Ekonomi Total. Disertasi, Universitas Gadjah l
Yogyakarta. La Rianda, 2001. Rekayasa sistem pengembangan Agroindustri perkebunad Rakyat dengan pendekatan Wilayah. Disertasi, pertanian Bogor. Bbgar. (Disertasi). _Pascasarjana Institut Rianse u., 2006. Analisis produktivitas, Finansial, dan Ekonomi Usaha tani Kakao dalam Kawasan Hutan di Sulawesi Tenggara. Disertasi,
'
UGM, Yogyakarta.
sasmitawidj aja, 2004. Enviromental Economics and policy specialist. uLlN
Edisi 27 MeiZ}}4,Tribun Kaltim. Widianto, D. Suprayogyo,H. Noveras, R. H. Widodo, p. purnomosidhi dan M. van Noordwijk, 2004. Arih Guna Lahan Hutan dapat Digantikan Sistem Kopi Monokultur?. A grivita. y (26): 47 _52. 188
Tujuan Pembelajaran:
AGROFORESTRI: Solusi Sosid aan
A.
Keterkaitan Bank, Hutan, dan Industri
l.
Bank dan Hutan
llank dan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) lainnya adalah kekuaran utama dalam memfasilitasi penggunaan sumber daya hutan. Lembaga-lembaga ini udalah pemain penting dalam sektor kehutanan maupun dalam perekono-
ini membantu mendanai pcrdagangan dan investasi pada sektor yang bergantung kepada sumber daya hutan-industri kayu dan pertanian (misalnya kelapa sawit dan kedelai), juga minyak, gas dan industri pertambangan. Industri kayu memanfaatkan kayu dari hutan alam dan hutan tanaman untuk memproduksi produk-produk kayu rtrian secara lebih luas. LembagaJembaga
seperti kayu lapis dan bubur kertas (pulp). Industri-industri nonkayu membabat hutan alam untuk mendapatkan akses kepada lahan untuk
189
.t, J
Usman Rianse Abdi
PERHATIAN
KECELAKMN BAGI ORANGORANG YANG CURANG (QS Al-Muthaffifin aYat 1) BAJAKAN Para pembajak, penyalur, penjual, pengedar, dan PEMBELI BUKU genk ini Kelompok perbuatan cuRANG. adalan bersekongtrol dalam atam bangsa,'merampasn citra saling membantu memberi peluang handurnya
AGROFORESTRI:
Solusi Sosial dan Ekonomr Pengelolaan Sumber Daya Hutan
dan-"memakan'hakoran$laindengancarayangbathildankotor' .makhluk" ini semua ikut berdosa, hidup dan kehidupannya Kelompok
tidak akan diridhoi dan dipetsempit rizkinya oleh ALLAH SWT'
(Pesan dari Penerbit AIFABEIA)
PENERB
tr
ALF1\B E'Jt\ BANDUNG
BAB ro
Daltar Bacaan Buku Teks dan Bahan Ajar
{\{ASYARAI(AT DAI.AM PENGELOI-AAI\ SUMBER DAYA HUTAI\
PARTI
Ani adwinata, dkk.. 2008. Rehabilitasi Hutan di Indorrcsic.
Center
International Forestry Research. Bogor-Indonesia
Helmi, dkk, 2006. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (Perja menuju kepastian) Departemen Kehutanan atas dukungan The
SI
PA,S I
Foundation. Jakarta Potter,
L.
1996. Forest Degradation, Deforestation, and Reforestation Kalimantan: towards a sustainable land use? In C. Padoch and N Peluso (eds.), Borneo in Transition: People, Forests, Conservati and Development. Oxford University Press, Kuala Lumpur. pp. I 40.
Tujuan Pembelajaran:
l.
Memahami konsep partisipasi.
2. Memahami
cara pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
hutan.
3. Memahami cara
Makalah, Paper, Prosiding Awang, San Afri, 2001. Masa Depan Hutan Papua, Pengelolaan Berbasis Negara Menjadi Berbasis Masyarakat. Makalah Semi Reformasi Kehutanan Provinsi Irian Jaya. Yogyakarta 7-8 N 200r
A.
senaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari
dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) terhadap keseluruhan proses kegiatan pembangunan, mulai perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, evaluasi dan pengawal pembangunan sampai pemanfaatan hasil (Cohen dalam Sidu, 2006).
Earth Indonesia.
ltmiah
i;
Anonim, 2007. Analisis Pembangunan Hutan Tanaman Ralcyat Polh Kemitraan Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus). Kerjasama Fakultas Pertanian-Univeritas Kapuas Sintang-EC-Indonesia FLEGT.
Website www.dephut. go. id/temp/index.php?lempar=dl.php&&idlempar=3069)
www.lei.or.id
240
Konsep Partisipasi
Partisipasi masyarakat adalah merupakan bentuk keterlibatan dan keikut-
Hasanuddin,L., 1996. Mitos-mitos pengelolaan hutan di Indonesia. Posisi No. 02. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia/ Friends of
Hasil Penelitian dan Jurnal
merencanakan kegiatan berbasis masyarakat dalam
pengelolan DAS.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Menurut Sambroek dan Eger dalam Indrawati dkk (2003) partisipasi merupakan suatu proses dimana seluruh pihak terkait (stakeholder) secara aktif terlibat dalam rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Pelibatan semua kelompok tidak selalu berarti secara fisik terlibat, tetapi yang penting adalah prosedur pelibatan menjamin seluruh pihak dapat terwakili kepentingannya. Partisipasi dalam pembangunan
pedesaan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana caranya, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program dan keputusan dengan menyumbangkan beberapa sumber daya atau bekerjasama dalam organisasi/ kegiatan tertentu, bagian manfaat dari program pembangunan, dan/atau keterlibatan masyarakat dalam upaya evaluasi program. Oleh karena itu, 24r
pengukuran partisipusi dilakukun dengan melihut ketcrlibutan musyurakut dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, peluksanuan dan pemeliharaan/pemanfaatan hasil kegiatan.
Menurut Sutrisno dan Mary dalam Inderawati dkk. (2003), prinsip-
prinsip pengembangan masyarakat antara lain adalah program harus ditentukan oleh masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. selain itu, harus selalu dilakukan pendampingan dan pemberian bimbingan kepada masyarakat baik dalam persiapan, perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan. walaupun sudah diberikan bimbingan yang sama, dalam kenyataanya tingkat partisipasi masyarakat bisa berbeda karena pengaruh dari beberapa faktor. Langkah-langkah administratif yang perlu diambil dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
(1) Pemberian dukungan kepada (2)
(3) (4)
(5) (6) (7)
masyarakat dalam bentuk bantuan keuangan, teknis, dan sumber daya manusia dan mendorong investasi masyarakat atau swasta dalam pengelolaan hutan secara kolektif;
Melaksanakan program peningkatan kemampuan/keterampilan bagi pegawai Pemerintah, anggota-anggota LSM, dan Masyarakat guna meningkatkan kemampuan di bidang pengelolaan hutan & lahan yang berkelanjutan; Mendukung dan mendorong pengelolaan hutan secara kolektif oleh masyarakat disamping pengelolaap hutan skala besar oleh perusahaan, dalam proses pemberian ijin oleh pemerintah; Pemerintah memberikan wewenang pengelolaan kolektif kepada suatu Lembaga/Badan yang dibentuk masyarakat, guna menjalankan kegiatan pengelolaan dan menyediakan dukungan teknis kepada Lembaga/Badan tersebut Penyusunan rencana untuk mendukung penanaman pohon dan distribusi manfaat dalam rangka pengelolaan hutan perorangan (individual-based
forest management); Pembentukan sistem pemantauan guna menjamin kegiatan yang sah dalam produksi dan distribusi kayu masyarakat; dan Penyebaran informasi yang berkaitan dengan pengelolaan hutan dan lahan serta jaminan akses ke informasi secara terbuka dan ber-etika (Sidu,2006).
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan perlu memperhatikan sedikitnya 6 (enam) tolok ukur yang menjadi prasyarat agar suatu partisipasi dapat disebut "partisipasi yang sesungguhnya" atau partisipasi 242
AcRoFoREsrRI: solusi sosial dan Ekonomi
eengelorain-'mbetSfrEiii
teftinggi. Keenam tolok ukur tereobut adalah: iii akses dan kontrol (penguasaan) atas lahan dan sumber (aya hutan"uunyo oreh warga; (2) adrnyt keseimbangan kesempatan dalam mehikmati hasir-hasil dari hutani (!l adanya komunikasi (tukar wacana) yang baik dan hubungan yang konrtruletll (saling rnenopang) antar pihak yang berkepentingan terhadap hutrni ({} adanya keputusan kampung yang dibuat oleh warga kampung tanpa tokrnli, dari luar (masyarakat tidak didikte saja oleh pihak luar) dan pnkutl.t prakarsa dilakukan sendiri oleh warga kampung tanpa tekanrn plhrlr manapun; (5) adanya pengaturan untuk mengatasi perbedaan-porbd$r kepentingan yang berkaitan dengan sumber daya hutan, dengan crra yrts mengarah pada penghindaran terjadinya perselisihan dan pcngadrli, penyelesaian perselisihan secara adil; dan (6) adanya kemampuan toknh masyarakat dalam mengelola hutan
B.
(Nanang,2004).
l
studi Kasus padr, Kawasan Hutan Papantiri Kabupaten Muna provlnrl
Pengembangan Partispasi Masyarakat: Sulawesi Tenggara
Tingkat partisipasi masyarakat yang bermukim di kawasan hutan papantiri lebih tinggi, hal ini dibuktikan dengan tingkat peran serta masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara kolektif baik kegiatan pembenahan dan penataan lokasi pemukiman maupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya seperti peringatan hari-hari besar keagamaan. Pemetaan rencana pengelolaan
kawasan hutan Papantiri dilakukan masyarakat sendiri mulai dari pengambilan titik koordinat menggunakan Geographic positioning system (Gps) sampai dengan proses layout hingga menjadi sebuah peta dilakukan secara bersama-sama di bawah koordinasi organisasi rakyat Kontu. Berdasarkan peta tersebut, masyarakat menata batas-batas lahan antara pemilik yang satu dengan lahan yang lainnya, sekaligus merintis bebarapa ruas jalan serta membangun berbagai fasilitas umum lainnya seperti balai pertemuan, dan rumah ibadah sehingga menjadi sebuah kawasan selayaknya kawasan pemukiman. Dari beberapa fasilitas umum yang dibangun tersebut secara utuh merupakan hasil pekerjaan yang dilakukan secara swadaya yang dilaksanakan secara terjadwal sebanyak 2 kali seminggu yakni pada hari Kamis dan Hari Minggu. Tingkat partisipasi masyarakat juga dapat dilihat
dari tingkat kehadiran dan antusiasme masyarakat dalam beberapa kegiatan keagamaan termasuk pertemuan seperti Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan tim peneliti bersama masyarakat dan LSM pendamping di lokasi penelitian.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
243
rvrfrssr pcngerora&n nut'n yang dirumuskon oreh musyur.rkut scncririt merupakan hasir perencana0n yang ditakukan secara poii*iporir tanprl melibatkan pemerintah setempat. se[ingga pora pcngeroraan kawason yant] dilakukan saat ini baru sebata. ,n"nunu.i tanaman semusim seperti jagunxi dan sebagian ada yans menanam hnaman) perkebunan
C.
seperti pisang, kakao, kerapal dan tanaman "#;::l:":-i11jl_tl'", uuurr-uuat lffir;
Langkah.Langkah Slstemntls Perencanaan Terpadu llerbasis Masyarakat Pengembangan'Alroforestri Bagi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS): Studi Kasus pada DAS Jompi
t.
Perencanaan
ffi
yang dikumpulkan adalah mengenai:
a" Padahal daram perencanaan yang qr oalamnya urr4^u^au di Jq,t6 dlakukan ouru.nlu meriputr,r meliputfu poru ug,oio,",i,i,".rnu,ur1 pengusahaan :f|;il,:""iT:T *:.'::::nssunakal tanaman kayu, namun mereka belum ,n.tututunny;d;: alasan belum ada kesepakatan dan regitimasi r;r; ;;;i;#erintah yang menangani permasarahan hutan papantiri t"niunj status' kurorun yang, dikelola' Sehingga ketika pemerintah daerah memberikan program yangl terkait dengan pengembalian fungsi hutan seperti program GERHAN danr penghijauan dengan membagikan bibit kepada \ rrrvr -J ---'r..!' mereka -uryurukut, enggan untuk menanamnya. fl
I
Faktor yang mempengaruhi tingginya partisipasi
masyarakat Papantiri nampaknya didorong oreh tu3uan oan torit-"n yung sama untuk melawan kebijakan pemerintah daerah daram mempertahankan kawasan yang telah lama menjadi konflik. Tingkat partisipasi masyarakat papantiril. yang ada saat ini merupakan sarah satu potensi yang aapat dikembangkanr dalam rangka pengeroraan hutan bersan,u d.ngun masyarakat
daram bentukr hutan rakyat. Karau kita merujuk pada paradigma baru cara pandan!) pengelolaan hutan yangtaik dan harus dipahami bersama adalah
masyarakatl tidak dapat dipisahkan dari hutan dan lingkungannya. sehingga pengeroraapr
hutan harus berbasis pada ru.yuruiu, (community Based M anagemenr),
Foresrj dimana masyarakat menjadi peraku utaru,'r"rufi utnya hutanr merupakan sebuah ekosistem yang bersifat integral. Karena itulp"ng.loluuni hutan konvensionar yang hanya berorientasi pudu kuyu (trm,i* extraction)l
j;:
p""
;;l;
yan g terori e i ; umber d aya ",", hasil hutan kayu maupuilff'dt;
" 1"1:". HT yang3.1"::y alam bersifat :T?r_", murti-produk, baik
jasa lingkungan serta manfaat hutan rain (forest resources management).
based
waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah l0 hari. Informasi awal
o o o r r
Tipologi desa yang terdapat di Kawasan DAS Jompi; Penelusuran desa-desa dan masyarakat sebagai pelaku dan penerima dampak dan memiliki keterkaitan dengan DAS Jompi; Identifikasi calon peserta; dan Kondisi dan potensi sosial ekonomi masyarakat di dalam kawasan DAS Koridisi DAS secara global, serta potensi sumber daya DAS secara teknis.
Metode yang digunakan adalah:
(1) (2) (3) (4) (5)
Dokumentasi (data sekunder), laporan-laporan penelitian seberumnya baik oleh akademisi maupun oleh instansi tekhnis; Interview dengan pemerintah kecamatan dan desa; Interview dengan informan kunci; Orientasi lapangan; Pengaktifan interaksi dengan masyarakat
a. Penentuan kriteria dan calon peserta potensial pada tingkat
desa,
melalui wawancara dengan Camat, Kepala Desa, informan kunci dan pemuka masayakat pada tingkat desa, (dilakukan selama 3 hari). Informasi kunci dan pemuka masyarakat ditentukan berdasarkan hasil penelusuran lapangan bersama masyarakat desa. pertimbangan utama calon peserta adalah keterwakilan mata pencaharian dan kelembagaan pedesaan. sebagai alat bantu penentuannya dirakukan dengan metode diagram venn kelembagaan dan diagram venn mata pencaharian.
AGROFORESTRT't Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
245
[:??"til't"
o
o o
kelembagaan tersebut dilakukan dengan tangkah.
Menggali informasi dari wawancara kerompok dan wawancara pemuka masyarakat;
Menanda.i rembaga, organisasi dan individu kunci dalam pengambilan keputusan di dalam msayarakat desa; Menandai tingkat,kontak dan_ ,u_pung tindi di antara lembaga, organisasi dan individu tersebut aarai pengambilan
Hasil yang diharapkan dalam kegiata4 ini adalah:
(a) Teridentifikasinya masalahimasalah pokok
(b)
(c) (d)
Teridentifikasi solusi menurut versi petani dan masyarakat pedesaan,
tersusunnya 6'agenda desa", meluputi:
o
Mengambarkan linekga.l_lingtain yang melukiskan masingmasing lembaga atau individu-, -"nuniukkan pentingnya, ruang
o
lingkupnya, dan jumlah anggota JJngun ukuran ringkaran. Catatan: (a)lingkaran terpisah l-erarti tanpa kontak; (o) il;;;un bersentuhan berarti infoimasi te.ru,'puitun, C) ;il;;;"r^i"i*, . sedikut berarti terdapar te4asama dalam d;ilili", keputusan; dan (d) tu-pung iino"
kerjasama yang cukup berarti atau keanggotaan ganda.
iuru-
teua.
ueriJ'-ilffiu,,,
nur pengambilan keputusan
Catatan: Langkah-langkah
tersebut
juga berlaku i"nn *oto
untuk pembuatan diagro*
pencaharian
dan
perisitiwa penting berkaitan dengan DAS Jompi, Teridentifikasinya potensi yang dimiliki oleh masyarakat desa,
keputusan
serta menanadai keanggotaan yang tumpang iinaifr;
masyarakat
berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan
o
Rumusan apirasi dan kebutuhan setiap kelompok masyarakat dalam rangka pengembangan usaha ekonomi, pemulihan kondisi dan pengelolaan DAS Jompi; Bentuk-bentuk kelembagaan lokal alternatif yang kondusif
dengan upaya pengelolaan sumber daya hutan, pengembangan usaha ekonomi serta membangun hubungan positif antara masyarakat dan kawasan DAS; Rumusan rencana-rencana aksi yang bersifat jangka pendek (1 tahun) dan jangkah
menengah
(5 tahun) pada tingkat
desa.
Metode yang akan digunakan adalah:
a. Pertemuan desa: Kegiatan ini dihadiri perwakilan stakeholder tingkat desa, yang jumlahnya disesuaikan dengan dinamika masyarakat desa yang bersangkutan.
b' orientasi rapangan
cryss check pada informan kunci unruk !a1 pengenaran awar oreh tim fasiritator dan penentuan kepastian caron peserta, (dilakukan selama 3 hari setiap desa).
Peserta pertemuan desa aknn melibatkan masyarakat berdasarkan mata pencaharian (petani, pedagang tingkat desa, peternak,
pengrajin dan buruh bangunan) dengan pertimbangan prespektif gender.
Penyusunan "Agenda Desa":
Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun "agenda desa,, berkaitan dengan peningkatan ekonomi masyarakat desa dan upaya pengeroraan DAS Jompi menurut kebutuhan dan apirasi petani
AGROFORESTRI'.o
aun,nuryurJ;;;;;r""".
Pada kegiatan pertemuan desa, I orang anggota tim fasilitator menangani 4 desa setiap desa selama 5 hari ekktif.
o
o
sebagai fasiritator Tim pplp-unharu hanya sebatas pengarah dan tidak dibenarkan untuk mengambii arih p"ruilirurn terutama berkaitan den_gan pengambilan t"puru.o;-;;;, kesimpulan pertemuan. Daram t"liutun ini fasilitator akan lebih banyak menyimak dan pembicaraan peserta -"nJutut
Hasil yang diharapkan
titik temu aspirasi dari masyarakat petani/pedesaan dengan kelompok masyarakat lainnya
Metode yang akan digunakan adalah:
Tetapi fasilitator diperlukan untuk memberikan isyarat-isyarat penting jika pembicaraan terlalu menyimpang
pembicaraan mendominasi
atay
beberapa kelompok
-
pembicaraan.
(a)
i,i:rri
_uryu.'ukut ----vrs'sr\s
,
b' untuk menghindari bias perwak'an
setelah pertemuan desa Tir4 PPlP-unhalu akan merakukan wawancara mendalam secara intormaj sebagai klarifikasi dan penajaman pada masyarakat yang tidak mampu mengungkapkan permasalahan dan kebutuhannya"dalar4 pertemuan formal. Sasaran utama dalam kegiatan ini
(b)
adalah:
c'
kaum perempuan; masyarakat yang sangat miskin secara ekonomi; masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Kunjungan rapangan untuk rebih menjamin akurasi
(c)
Desa" 2)
Penelusuran "aspirasi pertanian".
dan kebutuhan stakehorders desa
non
Search Conference (SC). Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan tokoh masyarakat selain petani seperti: guru-guru, ibu-ibu pKK tingkat kecamatan, Kepala Desa, Camat, Aparat Kecamatan, Instansi Kehutanan, Pertanian, Kimpraswil, Bapedalda, LSM Lokal dan Pegusaha Menengah/Besar. Kegiatan ini akan dilakukan selama 2 hari bertempat pada salah satu Kecamatan di kawasan DAS. Jika dalam SC ini ternyata masih ada pihak-pihak yang ridak terlibat, maka akan dilakukan kegiatan wawancara mendalam kepada kelompok tersebut agar informasi yang diperoleh benarbenar dapat mewakili aspirasi masyarakt secara keseluruhan. Kunjungan lapangan, untuk mendiskusikan masalah-masalah dan rencana yang perlu di lakukan sesuai dengan kondisi obyaktif di lapangan.
informasi dad
rumusan-rumusan rencana aksi yang dimuat dalam ---'-r setiap ,,Agend4 .
I
Teridentifikasinya kesenjangan dan
daripada berbicara;
du.i
adalah:
3)
Penyusunan "Agenda Kecamatan"
Kegiatan
ini bertujuan untuk
menyusun agenda kecamatan yang merupakan berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat baik pada tingkat pedesaan maupun stakeholders lain yang berkepentingan.
Tujuan kegiatan ini:
a'
b.
untuk mengetahui aspirasi tokoh+okoh masyarakat di ruar petaml masyarakat pedesaan yang berkaitun" a"nfun-upuyu perbaikan lingkungan dan kebuiuhin seriap masya_ rakat serta peningkatan kesejahteraan kelompok sosial ekonomi masyarakat di kawasan DAS Jompi. Identifikasi upaya-upaya jangka p.nO"f. dan menengah menurut versi mereka berdasarkan iiu_isu pokok Vung Aip?rot"t-puAa kegiatan pendahuluan dan pertemuun d.ru.
AGROFOREST*ttt Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
249
Hasil yang diharapkan dalam
t.gi*;;;;;;
Hasil yang diharapkan dalam kegiatan inl adalah:
Tersusunnya
Tersusunnya "agenda kabuilateh", sebagai kristarisasi dari agenda kecamatan dan aspirasi stakeholders lainnya, meluputi:
"agenda kecamatanrr, sebagai kristarisasi dari agenda desa dan aspirasi stakeholders lainnya, meluputi:
o
o
Rumusan apirasi dan- kebutuhan sedap kelompok mas p:lqTgungu. u*hu"lronori, y,r{u 9:lTpengelolaan DAS Jompi; pemutihan oan o Bentuk-bentuk kelembagaan lokal alternatif yang kondusif dlyu hutan, pengemban gan ekonomi :fl;#_1":"rj1"'::*:lT, serra membangun hubungan 0".,ffi:'ffilrT",i: dan kawasan DAS; o Rumusan rencana rahun)J;"
j;il"i.;H:ffi-i],lili,?""T,'iliilf
o
usaha ekonomi serra membangun hubungan porTiii
o
[:.:#;1,t
Metode yang digunakan adalah:
iin
;; ;"ffi;ffi"$:
i
;.tdffi;,
kecamatan yang pada akhirnya akan terkristalisasi sef,agai ,.agenda
_3,*u"" penajaman_penajar ffiilt;* j::i:*:** il;;;;J##?ffHrl[:i
kabupaten". Agenda tersebut merupakan p"nulumariaenajamun agenda kecamatan yang dihasilkan pada sarasehan tingkat kecamatan. Kegiatan ini dijadualk an 2 hai efektif.
agenda desa yang dihaslkan
n.i"' ,ff:T*'*.::.r:::i.:lg.*n:ur luar perani dan masyarakat pedesaan
(b)
dijadualkan 2 hari efektif setiai Interview mendalam brgi
f#":i?: jii::y
;:ffi:*:::1tr':#:
(c)
4)
r" bagi pihak_pihak dr
#;;t:lll#;-,
t".r_.r"".
k;fi;;;il
2o!"*
_uryurutat atau pihak_pi
;;;.|];d;lff
pendelc dan menengah pengelolaan DAS Jornpi,, i"tligrri yeyda kesepakatan antar berbagai sta*eno&ers yiig
:fiffl
berkepentingan.
"agenda kecamatai" benar' brnur-
v."g"ffi;'r,#n
(b) Interview mendaram kepada pihak-pihak yang tidak dapat berpar-
Kunjungan rapangan untuk menamtah pemahaman penyesuaian, aspirasi serta kebutuhan sesuai kondisi lapangan. Penyusunan,.Angenda Kabupaten,,
fi"r:lffirhbertujuan kegiatan,.o"il"lff
unruk melahirkan agenda kabupaten yang
l::,nffiffi JTrrJ,Hlin"*i,jL:i;#;
yang relevan dengan tujuan kegiatan ini.
tisipasi dalam kegiatan lokakarya kabupaten sebagai
upaya
penajaman dan klarifikasi hasil rakakarya tingkat kabuplten oatam bentuk audiensi
5)
Evaluasi dan Monitoring: Kegiatan ini akan seraku dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan. Evaruasi dan monitoring difokuskan pada: (a)
proses kegiatan dan
(b)
perubahan perilaku timbal balik antars
fasilitator dan peserta. Har tersebut disajikan pada matriks kegiatan. Partisipasi tvtasy
ib-_
kegiatan workshop tersebut diharapkan
tersusti dokumen payung ,,Rencana aksi berbasis maiyarakat jangka
ti1$1.recaru,un tidak dapat terwaki ri
_l'*1nk"; benar'.^'ooa6'^]:rl ligg: :"Tlsan benar representatif bagi pihat-p'r.r.
masyarakat dan kawasan DAS; Rumusan rencana-rencana aksi yang bersifat jangka pendek (l tahun) dan jangkah menengah (5 iahun) pada tingkit t"camaran.
(a) Workshop Tingkat Kabupaten Kegiatan lokakarya tingkat kabupaten dihadiri oreh perwakilan kecamatan dan stake horders lain yang memiliki kepentingan. pada lokakarya tingkat kabupaten akan dibahas -*g"nui agenda
tuJ tr,?:Jll k..urnatun uuun'o,ounus jrTI.: mengenai asenda ll3: ::::"111 desa vang pada akhim va akan ffirt#"i,ff: fas il
Bentuk-bentuk kerembagaan rokal arternatif yang kondusif
dengan upaya pengelolaan sumber daya hutan, b"rri"_Lungun -uituru
Metode yang akan digunakan adalah: (a) sarasehan Tingkat Kecamatan: Kegiatan ini dihadiri oleh wakilan kawasan dan stakeho&rrc yang memiliki kepenti Setian s eti ap kec keno_o+oamaran akan ^r-^_ r,r di
Rumusan apirasi dan kebutuhan masyarakat dalam rangka
pengembangan usaha ekonomi, pemulihan kondisi dan pengelolaan DAS Jompi;
Padu setiup tuhup kcgiutun nrelul.ui proscdur pRA, ukun dilukukun sosialisasi mengenai:
(a) (b)
Keuntungan-keuntungan perencanaan pengelolaan DAS dcngun melibatkan masyarakat pertanian/pedesaan, dan Rencana kegiatan, serta tujuan kegiatan dan hasil akhir yang akan dicapai pada setiap tahapan kegiaran serta hasir akhir dari kegiatan
ini secara keseluruhan.
o o
2.
Pelaksanaan
a.
Penyusunan Agenda Desa
Dari hasil observasi awal dan penyusunan agenda desa/kelurahan di seluruh kawasan DAS Jompi terlihat adanya perbedaan spesifik dari masing-masing kelompok wilayah bagian hulu, tengah, dan hilir. Demikian pula adanyi perbedaan kegiatan dan matapencaharian penduduk yang erat kaitanya dengan eksploitasi hutan. Ringkasan masing-masing agenda desa/kelurahan di kawasan DAS Jompi disajikan dalam proses dan hasilnya adalah sebagal
berikut: Pertemuan pada penyusunan agenda desa dibuka oleh kepala Desa, selanjutnya diserahkan kepada fasilitator pplp-unhalu. Fasilitator memp€r. kenalkan diri, menyampaikan tujuan pertemuan dan agenda pertemuan, Agenda pertemuan dibagi menjadi 4 tahap yaitu: (1) penggali aspirasi'
(masalah) dan kebutuhan,
..'.'*
Pemandu: o Menjelaskan tujuan dan proses kegiatan,kelembagaan desa. o Menanyakan jenis-jenis lembaga yang berhubungan langsung dengan
(2)
o o
desa yang berada didalam dan diluar desa/desa terangga (sampai tingkat kecamatan).
Meminta peserta diskusi untuk menuliskan nama-nama lembaga tersebut diatas selembar kertas HVS.
Mendiskusikan bagaiman kegiatan atau program yang telah dikembangkan oleh lembaga, bagaimana anggota dan pengurusnya, manfaat lembaga bagi masyarakat, pengambilan keputusan dan hubungan kerja antar lembaga. Meminta salah seorang peserta untuk membuat lingkaran dan disepkati oleh semua peserta.
Menentukan jarak penempatan lingkaran-lingkaran lingkaran lainnya.
tadi dari
jarak
Penyusunan rencana kegiatan dilakukan sendiri oleh peserta bagitu juga juru tulisnya. Pada akhir pertemuan, fasilitator meminta kepada para peserta untuk menilai apa manfaat, kekurangan dan saran dalam menghadiri pertemuan. Setelah selesai semua acar, pertemuan ditutup oleh kepala desa. Hasil agenda desa seperti pada tabel 9.1.
pengidentifikasian kelembagaan lokai
alternatif, (3) penyusunan rencana kegiitan, (4) monitoring dan eialuasi. I Dalam penggalian dan kebutuhan fasilitator mengusulkan agar pesertq
dibagi ,menjadi kelompok-kelompok berdasarkan keterwakilan matq pencaharian. Daftar masalah dan kebutuhan peserta tersebut dikumpul dan didaftar untuk memilah-milah. pemilahan ini dilakukan oleh peserta sendiri
baik yang memimpin maupun yang menuris. proses diskusi identifikasi masalah pada penyusunan agenda desa berdasarkan kelompok matS pencaharian yang ada pada masing-masing desa/kelurahan. untuk memecahkan masalah, maka peserta agenda desa menyusun daftar kegiatan dengan prioritasnya. urutan prioritas didasarkan pada: (l) manfaat; (2) potensi/ sumber daya; (3) kemudahan pelaksanaan; (4) kebutuhan mendesak; dan (5) program sudah terencana Masing-masing peserta di persilahkan untuk memilih prioritas kegiatan dan suara terbanyak iturah urutan kegiatannya. proses diksusi kelembagaan local alternative yang kondusif dalam upaya pengelolaan DAS Jompi.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
253
r srrsr No
r. r. rartu agcnog dcm
ilrh
didr
Xl. Rrrddryrprign
hr hh teqldaSrnqlrtr
IttlIl
tr!!t*d ll" Srqpl,r Frdnrlrbrry pagtt*n
r
I.IIIIIIIITI
lingfoqtp
4* Brrqgrirnaert
Ittr
flihHrgn lfiuurrrr
X { 5. 4
Lduprnimyq st&h alXl Hrl&br, r r&fupradrn Tnlednyrprur
rtr II
II
lmg $qprnq Titlr Eudlbujirilaryl'nr
lsin fur sFfr tlgrrotrpnt ri rrryi 7. Absdfffi petuhmr I hndrrr p&rynHrm it sdf 9. hrbtlarmdrl u& 10. fduqnpcnlelr uSgrd&if ll. Srrq4r brqitnus drfrilitbrifi 12- fuqgnprfran r dnpr*.np 13. Xqnpttu& r ptrtqn la. trrnqgrp pqd&n ur& 15" Tia*rrrdinpl&it uqrrdpfnb rtuf 16" frqgalgurrd trd ptbgntu itr&iri N?. tlsrydrnihrn prlpnjmhr rEt t8- &a&flfrjtif
dir'*b bra{l
l}"
It
Ksrrqgblrf,rrxrlt
lanrftrgr pargil-rry lingblrgr
3{. KffisgtDE pttdrgrn pogFlfu trlit paacdxr
?5- rt&ryrudhqgm 16" ndrmyrb&ra lrilE 8- f3argnrhorrlt'ti
III
plruiu
ttr
II
! I
I
I!
,
du r-ltrr&it uranur.
rlttrr
I
II II
t
t
I
It
TI
I I t I I
lt
A. Krrreg4lrprynbtm r ! 29. Ptrcruuhsil r ltI gaudu brug Sl" filrqgA,rruW r !r! ptnur&elntrrne !!, PPL hmrgr[*if r I 34. Felcnplrtdheig r tIt *rif :1. Kurtidltuyq I trt lgbil tu ffidil !1. Echm&*rrnyqg , ItI jdu@q
arqg F shelqu&qf. ntugt4ruluqg ffinrrsllw firdrkrFnxtt Ess&r Tmp) !5. FaEaUrndn IJPKDrru
36" Kq6nlrgrtn gclhfrq
rr r
r
r
r
$"Tirggiqrlrlrgr$urrrt b&.:!dr !ll. lltuigqyrnrrL {1" fiat&nrnsr-rt r
r
!7" Trnornimttl6 yreg6&hgi potb&if
l:hdm'rsrlsrgr
AGROFORESTRI Partisipasi
"
rI
I r
r
I
r
!
t
r
I
r
r
Sumber: Anonim (2002).
Keterangan: (l-12
adalah desa./kelurahan): l. Lakoud uma,2 Bangkari, 3 wari, 4, Labaha,5. Bungi,6. Mabodo,7. Masalili, g. Bolo,9. Ngonsume, 10, Palangga, I l. Laende, 12. Manggakuning
Kelembagaan yang sebagian besar ada di
a)
b) c)
b.
l2 desa/kelurahan diatas
6)
adalah:
Pokaowa dan pokaduru (lembaga gotong royong tradisionar dalam pengelolaan usaha tani) Lembaga pengelolaan lingkungan: yayasan Rahmat Lembaga adat Muna yang mengatur kehidupan bermasyarakat dl kawasan hutan dan DAS Jompi Penyunan Agenda Kecamatan
Penyusunan agenda kecamatan dilaksanakan pada tanggar l0-ll Juli 2002 masing-masing untuk kecamatan Katobu-Lohia dan kecamatan Kontunaga, Peserta penyusunan agenda kecamatan adalah: masing-masing 2-3 orang wakil desa./kelurahan, apa',t muspika tingkat kecamatan, dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan. Kecamatan Katobu-Lohia mencakup desa/kelurahan Bolo, Ghonsume, parangga, Laende, dan Mangga Kuning, Kecamatan Kontunaga meriputi desa/kerurahan Lakouduma, Bangkari, wali, Labaha, Bungi, Mabodo, dan Masalili. ,
7)
8)
! I
3) 4) 5)
penyusunan agenda kabupaten. Penutupan
Hasil Agenda Kecamatan Masalah umum; (1) kondisi Jompi mulai rusak; (2) sumber konflik berbagai kepentingan masyarakat; (3) kegiatan rehabilitasi bersifat sektoral dan pendekatan SPPD; (4) perencanaan lebih banyak dari pemerintah; (5) mekanisme kerja tidak transparan; dan (6) masyarakat yang berkepentingan terutama masyarakat dan pemerintah desa kurang dilibatkan (saling lepas tangan)
Proses Penyusunan Agenda Kecamatan:
1) 2)
-untut< sejnruh musing-musing desu, seclangkun kccamatan KutobuLohil setiap kclompok terdiri dari wakil desa/kelurahan yang ada pa
Tabel9.2.
Pembukaan oleh kepala wilayah kecamatan atau seketaris kecamatan
Masalah
Penyampaian Tujuan penyusunan Agenda Kecamatan oleh fasilitator dari PPlP-unharu dengan menjeraskan secara keseruruhan rangkahlangkah yang akan dilakukan serama penyusunan agenda kecamatan
AGROFOREST*trto,ut
Solusi
Penebangan kayu/perambahan hutan (fungsi pengawasan yang
Pengembangan sarana prasarana
lemah)
seperti: jembatan
Pelaksanaan kegiatan tidak
kolam renang
Penghijauan
a
melibatkan masyarakat Batas hutan tidak jelas
o
Kurang penataan untuk wisata
Pelibatan masyarakat
dan hasil yang diharapkan.
Penyajian ringkasan agenda desa/kelurahan oleh wakil masyarakat masing-masing desa/kerurahan. secara singkat wakir dari masingmasing desa/kerurahan menyampaikan masarah, kerembagaan dan rencana kegiatanjangka pendek dan menengah. Klarifikasi dan diskusi. Dari masing-masing wakil desa/kerurahan memberikan karifikasi dan beberapa tambahan informasi atau saran yang perlu dimasukkan. Kerja kelompok identifikasi peran kerembagaan tingkat kecamatan. Peserta dibagai ke daram dua kerompok berdasarkan kehendak peserta. untuk kecamatan Kontunaga, kerompok didasarkan pada kedekatan
turut
a
yang dapat mendukung wisata, gantung,
kemiri
dan
beringin secara
aktif
Fasilitas peninggalan Belanda rusak
a
Pemberdayaan masyarakat
a
Kurangnya cek dam
a
a
Hutan DAS Jompi
Pelibatan masyarakat dalam penataan dan sosialisasi batas
karena perambahan
menipis
hutan
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
257
Proyek penghiiauan a
o
o o o
tidak .
melibatkan masyarakat Modal usaha terbatas
Kurang peralatan
dan
kegiatan
a a
Erosi/banjir Kurang pemanfaatan
rakat secara penuh
pekarangan
Penguatan
sebagai tempat wisata
pengelolaan lingkungan
o
I
a
musim
a
kemarau usaha
Kelompok pemberi jasa air
Penangkaran beniMbibit tanaman
pangan, hortikultura
dan
perkebunan
bibit unggul sapi,
Pengadaan
kambing dan unggas
(1)
o
(2)
Tingkat
kesuburan pertanian sangat rendah
tanah
o Serangan hama-penyakit
Pengadaan/penggunaan
pupuk
(bokasi)
o o
Pengadaan pestisida
Penyuluhan/pelatihan teknik penggunaan pestisida
Pengembangan alternatif mata pencaharian (kerajinan tenun dan pertukangan)
o Sekolah lapang pengendalian o Pemasaran hasil pertanian yang
o
tidak pasti
o
hama terpadu
Perlu ada pengaturan tataniaga pertanian
Adanya lembaga yang menangani hasil pertanian
Sumber: Anonim (2002)
o Sulit mendapatkan bahan baku
Tabel9.3. Masalah dan Solusinya di Kecanmatan Kontunaga
meubel
Solusi
(l)
o
(2)
o Adanya perambahan hutan
o
o
Penyuluhan tentang
Penghijauan kembali kawasan
o masih
tradisional
o o
AGROFORESTRI,totu
penataan ulang/
ketrampuan/
khusus
o Penebangan
jati
secara liar
karena desakan kebutuhan
o Kekurangan modal usaha
tentang pemanfaatan ujung-ujung kayu
Adanya pelatihan/magang sesuai bidang masing-masing
a
Terciptanya lapangan kerja
o
Penerapan hukum yang tegas
Bermitra
dengan
lembaga
keuangan
Pemberian
kawasan
Penyuluhan/pelatihan pertanian secara proaktif Penempatan penyuluh pertanian
.
yang mendatangkan nilai ekonomis
Hutan yang terambah
reklamasi kawasan Pemberdayaan masyarakat sekitar
Tidak memiliki keahlian
p""ti"g"f
kelestarian hutan
o Perlu adanya
tani
Pemanfaatan ujung-ujung kayu berdiameter < 19 cm
Adanya Perda
Masalah
usaha
unggul
Resetlement permanen
Tingginya harga bahan baku
Sistem
Pengadan mekanisasi pertanian
a
(pertanian dan petemakan)
bersih
o
Sulit mendapatkan bibit
partisipasi
Pengerukan dan perbaikan kola renang untuk mendukung Jompi
pemahaman teritang
o Kurangnya air di
i
tanaman
masyarakat
pengawasan
r
o
ekonomis (bambu, jati, enau, dll.) dengan pelibatan masya-
o Tidak melibatkan lembaga lokal, sebagai fungsi I
o
a"
Pembuatan cek dam Penanaman beringin 500 meter
dari mata air,
rendalinya
kesadaran masyarakat
o Kurang
a
di setiap'desa Adanya pendamping dari LSM Pembuatan embung dan demplot
pengowasan dan pengeloluun DAS dalam bentuk PERDA
produktif dan ketrampilan
Kemiskinan
.'.$
Ketegasan aturan maln dakrm
kedit lunak
bunga rendah
o Kurangnya peran kelembagaan yang ada
F
Pemberdayaan
dengan
Kurangnya
o
pomahtman masyarakat terhadapl lingkungan
Penyuluhun
Skulu kopentingun musuluh utus
(a) Iuusnya masulah (b) keterkaitan dengan ekonomi &
hidup
Kurangnya persediaan musim kemarau
Banyaknya
I
air
KK yang
pada
Pengadaan sarana penampung air
belum
a
memiliki lahan
a
o 'Terjadinya longsor akibat erosi yang terus menerus dilahan
r Banyaknya sawmill
yang
Peninjauan kembali pemerintah tentang
beroperasi
Dihentikan o Sistem penanganan
kebijakan
perizinan operasi
Pelibatan masyarakat pemerintah desa
pelaksanaan
kurangielas
a
Kurang kompaknya
terkait dalam
sementara
sawmil
kegiatan proyek pada DASJompi o
dan
sawmil
instansi
penanganan
a
dan
PAM swakarsa Perlu koordinasi lintas sektoral dalam penanganan kawasan
Penyusunan Agenda Kabupaten
Proses Penyusunan Anemia
Kabupaten
I Langkah langkah operasionar workshop tingkat kabupaten pada tanggar 16l7 Juli
Identifikasi masalah dan
(a)
sasaran
t
kebutuhan
: pendataan masalah umum
& spesifik lokasi
1
(l)
Penyusunan rencana aksi
Sumber: Anonim (2002)
c.
.
so'sial masyarakat
teridentifikasinya lembaga formal & non formal; (b) teridentifikasinya peran masing-masing lembaga dalam pengelolaan DAS (perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi/kontrol dan pengawasan), masing-masing untuk kegiatan ekonomi sosial masyarakat, pemulihan kondisi fisik DAS dan kawasan hutan di sekitamya, serta kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat kawasan hutan DAS Jompi; dan (c) teridentifikasinya mengenai kearifan lokal (b) alat bantu: daftar pertanyaan (c) metode : diskusi antar kelompok (masyarakat, pemda kecamatan dan kelurahan, pemda kabupaten, dan LSM) (d) skala kepentingan: (a) interaksi antar lembaga; (b) kecendemngan kedepan; (c) penguatan kontrol masyarakat dan pemerintah desa: dan (d) keterkaitan dengan kondisi DAS
(a) sasaran:
kehutanan)
diijinkan oleh pemerintah untuk
-,o
Idcntifikasi kelembagaan
Perlunya persediaan lahan Pengelolaan lahan kawasan DAS Jompi oleh masyarakat Penanaman pohon penguat kebun
(tanaman perkebunan
masyarakat
kriteriu: -.
(a) sasaran: (a) rumusan operasionalisasi dari rencana aksi tingkat desa dan kecamatan; (b) penentuan prioritas program danjadual pelaksanaan tingkat kabupaten; dan (c) nimusan strategi implementasi jangka pendek & menengah (b) alat bantu : agenda desa & agenda kecamatan (c) metode : diskusi kelompok (dalam kelompok masing-masing terdiri dari unsur masyarakat, Pemda kecamatan dan kelurahan, pemda Kabupaten dan LSM) & pleno . skala kepentingan: (a) keterkaitannya dengan peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat di dalam dan di sekitar DAS dan (b) memiliki dampak langsung arau ridak langsung.
(b) alat bantu : agenda desa & agenda kecamatan s (c) metode : presentasi wakir masyarakat kecamatan Kontunaga dan Katobu-Lohia. Diskusi antara peserta workshop , taburasi dari masalah yang serupa, dan penentuan skala kepentingan masalah dengan pemberian skor oleh masing_masing peserta.
AGROFORESTRt,to,utt
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
26r
ruru lagcnor [8Dup8tcn
-.{
di .l'ingkut
Rohabilitnsi trnggul/bcndung
KEGIATAN
PENANGGUNG JAWAB
Pembuatan teras Pada tanah
(3)
(4)
Tabel 9.4. Identifikasi Masalah dan Solusi pemecahannya
Kabupaten
an yang
PRIORITAS
SOLUSI
(r)
miring
(2)
A. Fisik
l.
Pencemaran sungai Jompi
Penyuluhan
l.
oleh bakteri
E.Coli dan
2.
detergen
Dukungan
PERDA
L
Penyuluhan sanitasi dan
Bapedal, Dinas kesehatan
lingkungan Penyuluhan Pengolahan sarana air bersih Perda mengenai Pengelolaan dan Pemeliharaan
DAS Jompi Pembuatan MCK
2.
Kab.Muna, Bapedal, BP DAS
Pembuatan MCK
Pemda,
Umum
DinasKesehatan
dangkalan, Kekeruhan
dalam dan di
Penanaman pohon yang mempunyai
sekitarkawasan
Dinas Kehutanan, Dinas
manfaat ekonomi
hutan
maslarakat dan mempunyai manfaat ekologis
Pertanian. Diias Perkebunan
erosi Pembuatan cekdam (Desa Labaha,
Pembuatan 4 buah Dam di empat desa
cek
Kimpraswil, pemda
Penanaman
debit dan
kembalitanah-
tinggimuka
tanah yang
air yang drastis dari
dibuka (reboisasil
tahun ketahun
penghijauan)
sesuai SDM
Membangun
teras
Penyuluhan kepada masyarakat baik dalam kawasan maupun diluar kawasan
1.
Membentuk kelompokkelompok
Kehutanan, pemda
Kehutanan.PPIP-
Unhalu
LSM/KPA, Bapedal, BPDAS Kehutanan,
BPDAS, LSM
pengawasan DAS
2. Memberikan dukungan Fasilitas kepada kelompok pengawas
l. Beternak
ayam Pemda, Kehutanan
dan kambing
2. Usaha perbengkelan
3. Garmen 4. Maubel 5.Perambahan/ penebangan secara
Penciptaan
Usaha ternak
lapangan kerja
home industri
dan
hukum
Koperasi, Pertanian/
peternakan
alternatif
Penegakan hukum
Penegakan Pcnanaman pohon bambu dan beringin
Kehutanan, BPDAS
sering didaerah-daerah kemiringan baik dalam kawasan maupun sekitar kawasan
liar
bantaran sungai 3.Penurunan
tentang kelestarian hutan
Penciptaan lapangan keria
kayu
Masalili, Bolo & Ghonsume) Penanaman pohon sepanjang
Penyuluhan
Pengawasan dan Penegakan hukum Pada semua orang
Pemda
p.nghijauafi;
sedimentasi/
4. Perambahan kawasan untuk lahan pertanian
Meningkatkan fungsi
Penoleh
vanq adu disekitar mata air Jompi
bobol/bocor
DAFTAR
MASALAH
Membanguntanggul Kimpruswil,Pcmda
khusus-
nya di
DAS
khususnya
di
dan Perindag Pemda, Kehutanan
DAS
Jompi
Jompi Penanaman tanarn.an
Produktifantara lain: kemiri,durian,nangka, duku dan lain-lain.
Kehutanan. Perkebunan, Bp
DAS
Penyuluhan
Penyuluhan
Kehutanan, PPIP-
tentang
Unhalu,
pentingnya hutan lindung
LSM, KPA
pada masyarakat di kawasan DAS Jompi (termasuk Penebangan liar)
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
263
rcngndonn
f eilf.fflltn ololl unggul yang alam kawasan bermilai tidak bersifat ekonomis dan konservatif juga mempunyai
pertoni&n
bibit
rombutan,kemirl.
duku, ntngka, sukun
-.$
utnnon.
Pcrtnniun/
Ponatuun
Pcrkcbunan,
sarana dun
Rchnbilitasi ' kolam renang. yang ada di
Prasarana
Jompi yang didesain
wisata dalam
sesuai adat Muna
dan lain-lain
kemampuan
bemuansa adat
Muna
penyuluahan
Penyuluhan kepada masyarakat
dan pelatihan usaha tani konservasi pembuatan teras pada lahan_lahan
I t f
miring
7. Pengelolaan
lahan dalam kawasan yang tidak jelas
Kepemilikan lahan harus
diperjelas seingga masyarakat mengetahui status lahan
Perlu ada PERDA tentang pengelolaan kawasan hutan
(2)
hiils
(3)
Unhalu, LSM,
Pengembalian
KPA
jenis-jenis
BPDAS. Kehu
serin pada lahan miring di dalam maupun di luar kawasan
Sertifikasi tanah jelas
(1)
pplp.
fauna
Membangun teras
l.
Kehutanan,
atau
satwa habitatnya.
2. Penetapan kawasan hutan
l.
8. Rusaknya tempat-tempat
masyarakat (lembaga lokal
burung, rangkong, burung peragam puith dan hijau
Masyarakat)
l. Deperindag 2. Pertanian 3. LSM 4. PPIP Unhalu
studi banding
dengan menggunakan alat tenun mesin 2. Pelatihan teknis petemakan
kerajinan tenun
3. Kursus menjahit 4. Pertukangan kayu 5. Kursus anyamanyaman
hukum
Pemda,Kehutanan
Pemulihan kondisi tempat-
Penetapan yangjela,
Pemda, Kehutaniil Bapedal
lokasi di kawasan DAS Jompi yang dapat dijadikan rempat
wisata di mata
tempat
wisata'yang telah mengalani
wisata dan yang
kerusakan
dilarang
perbaikan dan penataan ulang
seperti ayam hutan,
keterampilan
Pcmda, Kehutanan
Pemberilakuan hukum ih kasih
melalui
Kelompok
l. Pelatihan
Jompi
airlSungai Jompi
Kehutanan, KPA,
di kawasan hutan Jompi
Pelatihan dan magang dan
rendah
Pengelolaan dan Pemeliharaan DAS
pernah hidup
Pengetahuan dan berusaha
PERDA mengenai
(4)
Melepas satwa yang
B. Ekonomi Pemda. Kehutanii
DAS Jompi yang elum jelas Penegakan
Masyarakat
tampilan yang
mengikat air dan mencegah erosi (fungsi ganda)
I
Pemdn, Kelompok
2. Kurangnya mata pencaharian
Bantuan modal
Mitra dengan
Pemerintah Desa,
usaha
lembaga-lembaga keuangan
LKMD, BPD
Penciptaan lapangan kerja
l.
alternatif
2.
batu
3.
kapur Pembuatan genteng tanah liat Pembukaan
L
Kredit UKM
altematif
Pemberian
Pengolahan
Deperindag, Pemerintah Desa,
LSM, PPIP
tambang
modal usaha
Koperasi, Pemerintah Desa, LSM. PPIP
ACROFOTSr Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Dava
Hutin
LsPrngan xcue
baru di
luor
sektor pertanian
1.. Pongolnhnn batu kapur 2. Pembuatan genteng tanah liat 3. Pembukaan
f)cpcrindlg. Pcmerintah
.5. Kurangnya sumber modul
LSM, PPIP
usaha
tambang golongan C
3.Kurangnya
Penyediaan
sarana produksi sarana produksi usaha disekitar
PengadaanTi6Gffi
ninas
pettaiiiil
LSM, PPIP
Jompi secara tepat jumlah,
Pemberdayaan
kelompok usaha masyarakaV pendampingan
Perlu bantuan peralatan Usaha
tani modern
4.Promosi dan Pembentu6i pemasaran hasil lembagausaha rendah Iembaga pemasaran hasil
modal Dari
ekonomi
lembaga[,embaga keuangan Untuk
produktif
BUMN,
B
6.
traktor 2. Pengadaan mesin
Dinas Pertanian, Pemerintah Desa,
LSM, PPIP
Kffi
ninas
proaktif sebagai
2.
Adanya
Peninjauan/
sawmill
penertiban
yang
kembali tentang perizinan swamil dan tidak boleh menerima kayukayu ilegal
semakin marak
3. Pengadaan mesin pemipil jagung Pembinaan
l.
pemberi kredit modal dengan bunga rendah*
LSM, PPIP
modal 1. Pengadaan hand
Lembaga keuangan
Pemerintah l)esa.
pelanggaran
hukum
KUD&KSU)
Pemberhentian banding
(2)
Tataniaga-}i! Jelas (penataan
Deperindag, Dinan Pertanian
masyarakat
(3) Standarrtisasi-----
harga pertanian
Deperindag, Pertanian
produktif Penetapan
perdi
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Dllili
Operasi Tertib
Pemerintah
Penyuluhan/sosiali sasi
Pemerintah Daerah
operasi sawmill 7. Jati merupakan
bahan utama meubel
(4) harga-
usaha
ekonomi
melakukan
usaha (antara
kelompok usaha
Kredit
Dinas Koperasi
sawmill yang
LSM.PPIP
Kursus, magang, studi
Kredit usaha tani (KUT)
Penindakan tegas Penetapan perda terhadap setiap
tcop&iil
lain: Pemberdayaan
usaha
Jompi
tepat mutu, dan tepat harga
Mitra usaha
Kredit usahn tnni
"{KUT) 2. Kredit
masyarakat di Kawasan DAS
tepat waktu,
(kemitraan)
l.
mendukung Berbagai usaha ekonomi bagi
Pemerintah Desa,
kawasan DAS
unyn buntuan penguatan
Perlunya diberikan
Daerah
pemahaman kepada masyarakat bahwa kayujati bukan merupakan satu-
Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan-umbeiDiya
Huiii
sttunyu bahnn
2.Sanksi
baku dnlam pembuatan
hukum yang tidak jelas
meubel
nils
jelas dan tegas
Rancangan Perda pengelolaan DAS
Kehutanan, dan Bapedalda Kabupaten
Jompi
2. Pengajuan Perlu budidaya tanaman lain sebagai bahan baku Pelayanan bahan baku keperluan meubel C. Kapasitas
1.
Budidaya
tanaman pemerintah
Budidaya tanaman industri
Perlu memasang
l.Perlu pemasangun
batas
pal batas kawasan hutan yang permanen
pal-pal
kawasan hutan
yang
bersifat
permanen
dengan
serta
mudah
diketahui
Pemerintah Daerah
Dinas Kehutannn Provinsi atau Kabupaten
Sanksi hukum terhadap perusak DAS
Jompi harus diterapkan pada semua pihak
pemerintah
perundang-
oleh masyarakat
Provinsi, Tim
bidang lingkungan
undangan di
pelaksanaan pal batas Penetapan tapal batas
diikutsertakan
Team terpadu Pemerintah
masyarakat di sekitar
Kabupaten
DAS Jompi Peninjauan
Rekonstruksi
kembalitapal
pal batas
batas khususnya kawasan DAS
dan
Pemerintah
provinsi Team terpadu Pemerintah
Penyidikan
oleh
PPNS Dinas Kehutanan 2. Pelimpahan berkas
3.
DPRD Kab. Muna
I
Polri
.
2. Kejaksaan dan
Pengadilan
ketingkat lebih tinggi
(sesuai
Kabupaten dan Pemerintah
Pelibatan masyarakat
Setda Kabupaten
uu4u99) Perlunya sosialiasi aturan
2.Koordinasi antara
l.
Muna Bagian Hukum
yang bersalah
tidak dirusakkan
dan
2.
industri
&
Penetapan tapal batas kawasan yang tidak jelas
Penetapan Perda 3. Penetapan Perda
Penyuluhan pada Masyarakat sekitar DAS Jompi tentang aturan perundangundangan bidang
Tim Terpadu
lingkungan
pada seluruh masyarakat yang bermukim
di kawasan DAS Jompi
J. rengawasan pengawasan l. pembentukanpAM l. LKMD/BPD yang kurang multipihak Swakarsa Setempat (pemerintah & 2. Melaksanakan 2. LKMD/BPD
Kabupaten dan Pemerintah
masyarakat)
provinsi
Keterlibatan
Keterliban lembaga-
LKMD/BPD
lembaga sosial masyarakat desa
lembaga LKMD,
Setempat
pengawasan proaktif
Setempat
di lapangan
BPD, Karang Taruna,
LSM,
Pemerintah
Pramuka Pendampingan dari pihak LSM,
Desa
Pemerintah Desa
LSM dan
AGROFOREST*trao Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Hutan
LKMD/BPD Setempat
q.tmptcment6sl
Keterllbatnn
proyck untuk
kutsertokon
masyarukut
pengelolaan
secara
scluruh komponcn masyarakat sekitar DAS
DAS sifatnya
Setcmpnt
ada
tidak
secara lugas disampaikan sebagai berikut: Xegiatan dan evaluasi proyek
pendampingan/ seharusnyatidak
Program Pemeliharaan yang berkesinambungan
pembinaan lebih berakhir pada lanjut setiap akhir tahun anggaran, tetapi
Dinas Kehutaniril
Bapeldalda, Pemerintah Desa
perlu dilakukan pembinaan lanjutan
Adanya tenaga pendamping
Dari unsur LSM Pemerintah
masyarakat desa
serta
dan LSM, Desa Desa
pemer
(TpMD)
perlu melibatkan LSM dan ppA
KOMpAS*
Melakukan pengawasan BPD/LKMD, yang berkelanjutan pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten
Sumber: Anonim (2002\.
3.
2) 3)
4)
Desa Lakouduma (tanggapan masyarakat): (a) kami sangat setuju dengan adanya program ini sangat menyentuh apa yang kami inginkan; (b) upaya masyarakat bisa merencanakan dan bertanggung jawab dalam rangka penanggulangan DAS Jompi; (c) supaya masyarakat merasakan sendiri dan
terketuk hatinya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui program ini; (d) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan menyelamatkan mata air Jompi; (e) saya menjadi tahu tentang pelibatan masyarakat dalam perencanaan sehingga hidup menjadi lebih baik dihari mendatang; (f) masyarakat lebih dituntun untuk menjadi petani yang
professional; (g) kawasan DAS dihijaukan guna untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan juga berfungsi sebagai hutan penyangga; (h) menggali
potensi sumber daya desa yang mengarah pada kepentingan masyarakat yang telah disepakati oleh semua unsur masyarakat; (i) kami belum menemukan
kekurangannya; C) kami minta dukungan pada
pplp untuk
merealisasikan
apa yang telah disepakati dalam agenda desa; (k) kita berterima kasih dengan adanya program ini dan harapan kami agar apa yang disepakati dari program
semoga p.ogru,n ini menJapat dukungan yang lebih proaktif dari pemerintah Kabupaten Muna khususnya
Langkah-langkah monitoring dan evaluasi sebagai berikut:
.tujual
desa
ini cepat direalisasikan kemasyarakat; (l)
Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
l) y"Tlllr:-
utama yang merupakan ringkasan infqrmasi keseluruhan.
Monitoring dan Evaluasi penyusunan Agenda Desa Ringkasan hasil monitoring dan evaluasi dari peserta penyusun agenda
masyarakat 5. Proyek
Hasil ovaluasi yang ditnmplrkan datam luO*un merupakan penemuan
a.
Jompi
sektoral/tidak melibatkan
5)
monitoring dan evatuasi, yairu memperoteh
pelaksanaan masing-masing kegiatan, aktivitas fasilitator dan manfaat yang diperoleh dalam kegiatan.
Informasi monitoring
dan evaluasi diperoreh dari seruruh peserta dari masing-masing kegiatan (agenda desa, kecamatan, dan kabupaten;.
Pengumpulan informasi dengan cara menuriskan pada kr*u, yung dibagikan oleh fasilitator pada setiap akhir kegiatan lagenJa desa,
kecamatan, dan kabupaten).
Informasi yang diperoleh dari informasi yang sama.
AGROFOREST*Itt
peserta diseleksi dari
Desa Bangkali (tanggapan masyarakat): (a) dapat membantu kami berpikir secara profesional tentang cara-cara menyelesaikan masarah desa
dan mercncanakan sesuatu untuk penyelamatan kawasan DAS Jompi; (b) akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan keterampilan dan merubah perilaku masyarakat tentang teknik bertani; (c) membantu masyarakat dalam hal pemanfaatan lahan, pengolahan secara profesional sehingga produksi akan meningkat; (d) kami sangat setuju dengan adanya program ini sangat menyentuh apa yang kami inginkan; (e) tidak melibatkan masyarakat bangkali secara keseluruhan dalam pertemuan; (f; apabila telah tercapai tujuan program ini, mohon masyarakat didampingi sampai berhasir; (g) harus disosialisasikan lebih jauh kepada masyarakat; (h) mohon, apa yang telah direkomendasikan secepatnya direalisasikan kepada masyarakat; (i) pemerintah daerah/instansi terkait harus memperhatikan/ mendukung program tersebut; () agar semua program yang kami usulkan dipertahankan sampai di tingkat kabupaten. Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Hutan
rluurehan Wnll (tanggapan mnsyrrakat): (a) blsa
borsumu-suma
masyarakat menggari gsgasan, masarah dan aspirasi keingin'n serta duput diajak bersama daram menggari potensi desa dan DAS; (bl probrema sositrr ekonomi, pertanian dan kehutanan dapat teridentifikasi; 1c; menghijauakan hutan yang telah rusak dan menyeramatkan mata air; (d) masyarakat tidak banyak yang hadir; (e) sistem perwakiran tidak dapat'n'"*ot iri aspirasi masyarakat; (f) cara pengambilan data masih kurang representative; (g) penggalian gagasan agar supaya lebih mendekati keinglnun
familiar; (h) pplp-unhalu hams sering meribatkan -u.yurukat dan kegiatan bersama masyarakat; dan (i) apa-apa yang telah direncanakan agar dapat direalisasi-
kan secepatnya.
Desa Labaha (tanggapan
masyarakat): (a) kegiatan rersebur sangat baik manfaatnya karena dapat menyentuh rangsung; (b) apa yangdiinginkan oreh masyarakat sehubungan dengan p"."n"unuun hutan DAS lolpi; (c) kegiatan
tersebut dapat menambah wawasan bagi peserta tentang permasarahan, aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam perencanaan hutan DAS Jompi; (d) kegiatan tersebut dapat memberdayakan -uryurut uii*1"; t u.ongnya narasumber; (f) kurangnya kehadiran dari kaum perempru", r*J kegiatan jni agar ditindak lanjuti dan jangan putus direngah jaran; (hy kefiatan rersebut harus didukung oreh segenap masyarakat pemerintah dan daeih
I
agar sukses dan dirasakan manfaamya oleh masyarakat; (i) apa-apa yang -'r- J '"b terah 'v'4) direncanakan agar dapat direalisasikan
secepatnya.
r
Desa Bungi (tanggapan masyarakat): (a) proses perencanaan partisipatif
dan penyusunan agenda desa merupakan peristiw
a yangpertama
oleh masyarakat; (b) dapat menjadi sebuah p"ng:uiu_un kari diaramj b".urti ;;;j
masyarakat; (c) penyusunan agenda desa memberikan penjelasan mengenai masalah dan kekurangan_kekurangan serta kebutuhan masyarakat; dan (d) masyarakat berharap.kegiatan tersebut dapat berianjut dan betul_betul dapat memecahkan masarah yang dihadapi seita menciptakan r---'-" ringkungan yang "rrbr\
berkelanjutan.
Desa Mabodo (tanggapan masyarakat): (a) proses perencanaan partisipatif
yang' memberikan kebebasan bagi masyarakat mengeruarkan pendapat mengemukakan masarah dan menyampaikan berbagai u.utun, (b)
amat membantu masyarakat untuk memurai proses penyeresaian sesuai kebutuhan. Masyarakat banyak berharap adanya k"."riurun berbagai pilrut
ini instansi terkait) untuk membaniu
loutum har
peraksanaan kegiatan yang direncana. kan oleh masyarakat Mabodo secara cepat dan UertJsinamLungun, dan (c) dapat betul-betur memecahkan masalah yang dihadapi masyarakar terutama AGROFORESTRtr
to,urra
dalam up'yu peningkatan pondnpetan yung paa'-ulhimya dapat menciptukan kehidupan dan lingkungan yang bcrkelanjutan.
Masaliti masyarakai): (a) panisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan penyusunan agenda desa; (b) merupakan peristiwa yang pertama kali dilakukan; dan (c) diharapkan hal tersebut dapat berlanjut dan betul-betui dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta menciptakan lingkungan yang berkelanj utan. (tanggapan
Desa
Desa Bolo (tanggapan masyarakat): (a) kami (masyarakat)
sudah
mendapat pengetahuan yang dapat menambah wawasan bagi masyarakat umumnya dan pribadi saya tentang perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup. semoga usulan-usulan yang kami sampaikan dapat terealisasi denlan baik dan (b) Tim PPlP-unhalu dapat memberikan penjelasan kepada kami atas segala kekurangan-kekurangan, semoga harapan kami kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan khususnya pelestarian DAS Jompi. Desa Ghonsume (tanggapan masyarakat): (a) menambah pengetahuan dan wawasan berpikir; (b) mampu merumuskan program-program penghijauan,
modal usaha; (c) belajar memecahkan masalah; (c) merumuskan potensi yang dapat di kembangkan di Desa Ghonsume; (d) menunjang program pembangunan nasional; (e) pertemuan ini bisa mengungkap aspirasi masyarakat tentang keinginan-keinginan yang berguna untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat; (f) memberi harapan liidup tentram di masa yang akan datang; (g) kurangnya pertanyaan masyarakat; (h) perwakilan masyarakat yang menghadiri pertemuan sedikit; (i) waktu pelaksanaan terlalu terbatas; () pelatilr/fasilitator hanya I orang; (k) kekhwatiran hanya janji, biasanya program yang diusulkan tidak ada realisasi sehingga masyarakat merasa jenuh; (l) secepatnya usuran ini direalisasikan; (m) perlu pertemuan selanjutnya; (n) program yang diusulkan harus betul-belul dipertahankan; dan (o) bila program yang diusulkan akan tereahsasi, maka pelaksanaannya diorganisasikan melalui wadah yang sudah ada di desa.
Kelurahan Palangga (tanggapan masyarakat): (a) masyarakat dihimbau supaya menghindari penebangan pohon jati sehingga tidak merusak DAS Jompi; (b) dengan pertemuan ini dapat dilahirkan program yang dapat menambah keterampilan; (c) sebagai tempat mengadu untuk perencanaan
proyek;
(d)
(e) meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kawasan hutan dalam kehidupan sehari-hari; dapat terprogramnya sistem penanganan DAS Jompi dalam
(f
memenuhi harapan masyarakat kecil;
r''rEA. IrEfrrnsurgan q'n perc'r'rrun sumber mlt' arr; (g) mcmberi petuung kepada masyarukat untuk memperoreh rapangan kerja dan bantuun modar; (h) kurangnya fasiritator (hanya l orang); (i) tidai terribatnya sebagian masyarakat yang sangat dihrapkan rnurukon dan pandangonnyu, dan ()
pertemuan tidak tepat waktu (banyak orang sibuk)
Kelurahan Laende (tanggapan masyarakat): (a) kegiatan perencanaan
terpadu yang berbasis masyarakat dalam upaya pengeroraan DAS Jompr seperti yang dilakukan oleh pplp sangat kami harapkin keranjutannya; (b) perencanaan yang dilakukan selama ini hanya bersifat satu arai (auri utas), dan oleh karenanya kami masyarakat Kelurahan Laende yang hidup di sekitar kawasan hutan Jompi tidak pemah d'ibatkan daram pengeroraaq hutan; dan (c) baru yang pertama karinya kami warga masyarakat Kerurahan Laende diajak secara aktif untuk memikirkan dan membicarakan pengelolaan hutan Jompi dengan sasaran melibatkan warga masyarakat sebagai pelaku, dan bukan penonton.
Kelurahan Mangga Kuning (tanggapan masyarakat): (a)
kegiatan
perencanaan terpadu yang berbasis masyarakat daram upaya pengeroraan
I
DAS Jompi seperti yang dilakukan oreh pplp sanga; k# h;;.;k, kelanjutannya; (b) perencanaan yang dilakukan serami ini hanya bersifat satu arah (dari atas), dan oleh karenanya kami masyarakat KelurahaJ Mangga Kuning yang hidup disekitar kawasan hutan Jtmpi tidak p".utJ dilibatkan dalam pengeroraan hutan; (c).kegiatan yang dilakutun ,"r*u lnj bersifat
keproyekan; (d)-keranjuran program ini kami ,.-ungut n*"pu""-o#i baru yang pertama kalinya kami warga masyarakat r"ruruiun M;;;;; Kuning diajak secara aktif untuk -r-ikirkun dan membicarakan penge. lolaan hutan Jompi dengan sasaran meribatkan warga masyarakat sebagai pelaku bukan penonton; (e) kami yang merupakan komponen dari keseluruhan warga Kerurahan Mangga duning meniiai prtutrunu'ui u"*r."; yang dilakukan oleh ppl Unhalu sangat baik; (f) semua unek-unek kami yang selama ini terpendam dapat tersalurkan melalui fasilitasi yang dibangun oleh tim PPIP-Unhalu; dan (g) perru dicatat oreh tim pplp-unhalu adarah jangan sampai program ini hanya pemanis teringa uagi warga Kelurahan Mangga Kuning tanpa dibarengi suatu tindak nyutu yung-tonnJt.
b.
Agenda Kecamatan
Kecamatan Katobu'Lohia: (a) manfaat dari pada pertemuan ini untuk menyatukan persepsi masing-masing wilaya'/desa, terutama usul Desa Laende yaitu penanaman pohon beringin, kemiri, dan perbaikan
ada sorta pombustan jalan kota; (b) kokurangon aitur pertemuan ini tidak melibatkan dinas-dinas terkait terutama (c) keterlibatan pplp^kehutanan; unhalu sangat kami harapkan daram proyek penghijauan dan pemeliharaan
DAS Jompi secara transparan; (d) apabila hasil kesepakatan ini berhasil diusulkan pada pemerintah daerah maka manfaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat Muna pada umumnya, lebih khusus masyarakat sekitar DAS Jompi; (e) kita peserta pertemuan ini membantu berpikir pemerintahan Kecamatan Katobu untuk dilanjutkan kepada pemerintah kabupaten; (f) dapat memandu kami para peserta sejak dari tingkat desa./lurah sampai kabupaten; (g) adanya rasa kebersamaan dari peserta rapat dalam membangun kawasan DAS Jompi; (h) peran dan harap dari ppp-unhalu Dapat bekerjasama dengan semua unsur terkait sebagai fasilitator buat pencari dana untuk pembangunan DAS Jompi; (i) agar dalam pelaksanaannya nanti
perlu diikutkan Kelompok pencita Alam (KoMpAS sowITE), yang anggotanya terdiri dari siswa-siswi sMp dan sMA serta guru-guru dan
pemuda-pemudi yang sudah tamat maupun yang putus sekolah;
O
untuk
rapat-rapat selanjutnya agar dikiutkan instansi-instansi yang terkait: Kehutanan, Bapedalda dan lain-lain; (k) saya siap untuk teriibat langsung dalam kegiatan penyelamatan DAS Jompi ini; (l) masyarakar mengetahui dengan baik akan fungsi DAS; (m) fasililator pplp-unhalu sebagai
pembimbing dan pengawas sekaligus untuk mengembangkan dan menambah
disiplin ilmunya yang bisa menyentuh dengan kebutuhan rnasyarakat; (n) peran yang diharapkan dari Ppp-unhalu sebagai kontol dan instansi terkait terhadap DAS; (o) suasana diskusi kurang semangat (kaku); (p) dengan pertemuan ini dapat menambah kerjasama guna menangani DAS Jompi; (q) peserta rapat dari Desa dan kelurahan kurang lengkap; (r)jangka waktu tidak ditentukan berapa tahun, satu tahun, dua tahun atau lima tahun; (s) tersalurnya keinginan dan harapan perhatian DAS Jompi unruk langkahlangkah pengelolaan ke depan; (r) tidak terlibatnya yang mewakili kelompok yang memanfaatkan hutan sebagai sumber pendapatan keluarga utamanya sekitar DAS Jompi; (u) langkah pengerolaan paradigma ,"-u.urn ini sudah tepat, karena itu diharapkan tindak lanjut yang tegas dengan memberdayakan masyarakat dan aparat penegak hukum; (v) kegiatan rencana yang disusun
sudah berjalan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui perencanaan masyarakat
yang berkompoten dengan kebutuhannya berkaitan dengan pengelolaan hutan dan DAS Jompi yang saling bersinggungan dengan desakan ekonomi masyarakat; dan (w) kekurangan yang dirasakan adalah kekurangan fasilitas
pertemuan.
sarana yang
Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Hutan
#;;;;'k.r"ffi iliiffiil.ffijllil
di
masing-masins desa; ( b) berajur suatu masalah; (c) dupat mengetahui cara penyusunun suatu pnrgrum; (d) tidak semua Desa yang ada diwirayah kecamatan diikutkan; (e) peran yang diharapkan dari ppp-Unhalu, jika kegiatan ini diranjutkan adarah sebagai Tenaga Pendamping masyarakat nesa geuD); (0 dapat meningkatkan wawasan dalam suatu penyelesaian masalaVprogram;
G) ,"Uagai bahan acuan daram penyusunan program yang ueitaitan aen"gan kepentingan masyarakat; (h) kekuranganya: fasilitas yang tidak mendukung (masih ditolerir); (i) diharapkal pplp-unharu dapar memfasilitasi usuran program yang disusun masyarakat (Tingkat Desa, Kecamatan); o dapat saring melengkapi di antara usuran-usulan yang ada dari setiap tsa; (k) unture sementara kekurangannya tidak ada karena masing-masing pihak turut berperan aktif; (l) masyarakat dapat mengkomunikasikan seiara rangsung pennasalahan dan sorusi yang diharapkan; (m) masyarakat ikut berperap sena dalam proses penggahan programtanpa intervensi dari pihak siapapun3 (n) masyarakat masih terpaku pada budaya menunggu dari partisipasi dari mereka sangat kurang; ";:;f;; 1oy kekurangnnya adalah kareni kurangnya pemahaman rakyat tentan! faedah hutan; (p) saring berrukar pikiran dengan utusan dari desad"* t"tungga daram berpikir tentang pengelolaan DAS Jompi; (q) masyarakat itcui aiUerOayatun dari usahr pemulihan kawasan hutan; (r) masyarakat secara rangsung ilmu pertanian perkebunan .rruui habitat masyarakat menyerap ilmu. itu sendiri; .(s) prosram'ini pada tingkat d.r, 11,,"*lt_::1lT terlibat langsung memilih masalah yang diklmukaka-n; c) ,u'g ffi;r-.; dari PPP-unharu jika kegiatan ini dilinjutkan maka Iangsung bersama-sama untuk terjun di lapangan demi untuk ''uryu*i.* kelestarian kawasail DAS Jompi dan sekaligus mendapatkan manfaatnya untuk meningkatkan
*l*sun
;;.;;;J;;
ekonomi.
c.
Agenda Kabupaten
Kelebihan (tanggapan
1) 2) 3)
masyarakat):
Kelebihannya sangat berjalan dengan baik dan Dapat menyusun materi secara bersama antara masyarakat dengan PPlP-unharu, pemerintah kecamatan dan desa, instansi terkait rainnya, LSM dan masyarakat secara transparan yang
terpadu.
berum pemah terjadi; selama ini. Dapat membuka pemikiran yang ruas tentang pemeliharaan DAS Jompi secara umum.
AGROFORESTRt,to,urt
! j
4) 5) 6) 7) 8) 9) l0)
ll)
sudah Bongat bagus karon' perencnnaunny-u*dirurui dari bawah (yung selalu diharapkan seluma ini) . a ,
Kekurangannya teman-teman p'eserta terraru monopori daram
penyusunan kelembagaan. Semua materi terah dipaparkan dengan jeras dan menyentuh apa yang telah diinginkan masyarakat. Proses penyusunan agenda Kabupaten cukup dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dengan banyaknya agenda yang telari dibahas dararn workshop kali ini dapat membuat masyarakat terkhusus peserta mengerti akan pentingnya DAS Jompi. Proses penyusunan sangat bagus dan baik karena telah diadakan rembuk dan pelaksanaanya sangat transparan.
Para fasilitator sangat semangat untuk mensukseskan workshop kali ini kami sangat berterima kasih. Dapat menambah irmu pengetahuan yang rebih efisien daram perorehan tabulasi data yang tepat.
12) Dapat bertukar pikiran yang sehat antara masyarakat, pemerintah, dan LSM 13) Kami peserta merasa sangat kagum kepada pplp-Unharu dengan perencanaan agenda kegiatannya.
14) Dalam pemberian tugas kami sangat kagum karena ini kami
berum
dapat kita ketemukan dalam kegiatan lain_lain. Kekurangannya tidak ada.
15) 16) Pemerintah kabupaten harus pro-aktif dalam perencanaan kemitraan pentingnya DAS Jompi.
t7) Adanya kemi traan bersama antara pemeri ntah Kabupaten dan fasi l8) Adanya kebersamaan yang baik buat membangun DAS Jompi. le) Materi dari PPP-Unhalu cukup baik.
r
i
tator.
20) Tidak semua instansi terkait mengikuti acara ini adapun yang mengikuti kayanya tidak sungguh-sungguh (cepat pulang). 2t) Kelebihannya; saya kira sudah cukup baik. 22) PPlP-unhalu telah berupaya keras memperhatikan apa yang diaspirasikan masyarakat selama ini yang ada berhubungan dengan DAS Jompi. 23) saya sangat bersukur karena merarui penyusunan agenda Desa, agenda Kecamatan, sampai berkelanjutan di Kabupaten yang membawa dampak yang jelas untuk penanganan DAS Jompi untut ,niri ke depan sehingga saya merasa berbangga dengan penyusunan agenda kabupaten supaya secepatnya direalisasikan untuk dirasakan langsung masyarakat.
t Partisipasi Ua
EEr- vr.rggr ssngsn rSStrtator
rirgr."rg* nas
Jompi.
2s)
menambah wawasan di f:l:1T:ll,ul?]un kawasan daerah Al iran Sungai dan men gt"rtr"'
26) Menventuh keinoinrn
,t,
i
moorrn-^r-^r
n
bidang pengetotaan
p*g;;;"#;:
;;; il;;;'T;;
karena perencanaannya mulai dari bawah. permasalahan baik pembuaran program dapat diluruskan dengan ;;,?"
28) Sangat tertarik dengan mekanisme yang diiakukan oleh fasilitator tentang workshop ini. 29) Dapat atau cenderung dapat mengubah pora pemikiran rama daram
merumuskan pembangunan di Kabupaten Muna DAS Jompi khususnya.
30) Dapat menimbulkan
konstruks
i,
dapat menghasilkan suatu rumusan.
u-u-nyu
cara berpikir yang
dan kawasan
positif
sehingga
31) Dapat memberikan- materi yang maksimar serama 2 hari sungguh-sungguh dan kami ucapkan terima kasih yang
dengan
sedalam-
dalamnya.
32) Maten yang terhimpun dari semua yang terah dim-jsbangdeskan
ditingkat Desa dan Kecamatan dari segi fem6ahasan"y" rvvr sistematis -----'E4r'rrs i"fin dan jelas.
I
I I
33) Proses penyusunan berdasarkan maferi ditingkat desa dan kecamatan. 34) Sangat sistematis dan teratur oaram har pemberian materi. Dan - r-'-'vvrt* kekurangnya tidak tepat
I
waktu
35) Dapat menghas'kan konsep program DAS Jompi untuk dapat aitinAananyuti.
36) Masih kurangnya fas'itas pendukung 37) Agendanya dapat d'aksanakan
r
perencanaan untuk pengeroraan
daalm kegiatan worksop ini.
o"engan tepat
ll]
waktu serta
kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Jidlk adany a agenda untuk-rnengudakun kunj ungan lapangan. Fasilitator sudah bekerja dengun --uksimal.
39) 40) Fasilitator sangat partisipatif daram membimbing peserta pelaksanaan kegiatan.
41) Materi agenda kabupaten
saya
proses
diundang untuk mengikuti kegiatan workshop ini.
akhir kegiatan. Kami harapkan kepada pplp-Unhalu untuk terus melaksanakan program ini dari perencanaan, aksi sampai pada pengawasannya. Karena menyangkut kelangsungan hidup masyarakat di kota Raha dan setelah berhasil nantinya, nama pplp-Unhalu ini akan dikenang sebagai Dewa./Dewi penolong kelangsungan hidup. 44) sudah bertukar pikiran antara masyarakat dan pemerintah kabupaten, pemerintah kecamatan dan LSM. 45) Agenda pembahasan materi perlu ada penambahan waktu. 46) Setelah merekrut pendapat dari peserta tentang masalah solusi dan penilaian bobot perlu mengembalikan kepada forum/peserta untuk dibahas bersama agar poin yang dipilih dapat teruji melalui adu argumen peserta.
47) Sudah cukup sesuai konsep proyek. 48) Bisa melibatkan semua komponen pengambil keputusan khususnya masyarakat dan bisa mengakomodasi semua keinginan peserta. Waktu pelaksanaan terlalu singkat.
49) 50) Lebih terarah dari segi kegiatan yang umum ke kegiatan yang lebih khusus dan dapat menambah pengetahuan tentang penyususnan program kerja yang lebih menyentuh kemasyarakat. 51) Kurang instansi yang terkait yang melibatkan diri dalam program. 52) Penyampaian materi cukup baik. 53) Perlu penambahan fasilitator. 54) Banyak instansi yang dibutuhkan dalam kegiatan ini tidak hadir. 55) Materi agenda kabupaten sangat aktual karena mengangkat masalahmasalah yang dihadapi oleh masyarakat.
56) sangat aspiratif karena melibatkan multi pihak dalam
proses
57) Fasilitator cukup daram
kira sudah bagus, sudah
di
semangat dan antusias untuk mengik'uti seluruh proses dari awal sampai
perencanaan.
tercapai kesepakatan untuk memperUaiki kawasan DAS Jompi yang semakin parah.
42) Harusnya seruruh instansi/institusi yang ada
43) Faeilitator dalam kogiatan inr yakni pprp seima 2 hari ini suya lihat cukup bagus dalam memantau "kegiatan sehingga forum kelihatan
Kabupaten Muna
58)
menguasai jarannya workshop sehingga workshop dapat berjalan baik. Diharapkan penerapan agenda ini semoga seluruh instansi yang terkait dapat memperhatikan penerapan dengan baik.
59) Prosesnya sangat rinci. 60) waktu yang sangat kurang, instansi yang kami butuhkan untuk
6l)
membantu dalam proses pelaksanaan nanti banyak tidak hadir. Nuansa kemasyarakatan kental.
AGROFORESTRTT
Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Sumbir Oaya nutan
279
62) Kekuatiran krmi jangun sampui pihuk pomerintah
knbuparen ridak mendukung program musyarakat kami mengumati kesungguhun kurang,
buktinya penyediaan fasilitas kurang dan pada waktu pernbukaan
Rangkuman
terlambat. i
63) saya menilai materi kabupaten dengan menyusun program
tentang pelestarian kembali DAS Jompi dengan melibatkan banyak pihak antari lain Pemda, instansi terkait seperti pertanian, Bapeldalda, Kehutanan, LSM dan masyarakat yang bermukim di sekitar DAS Jompi.
Kekurangan/Kelemahan (tanggapan masyaakat):
1) 2)
Pelaksanaan workshop tidak tepat waktu dan fasilitas pelaksanaao kurang lengkap. semua proses sudah cukup berjalan lancar dan diharapkan wujud nyata
3)
Kami anggap yang memfasititasi penyelenggaraan program tersebut
sesuai agenda yang telah direncanakan bersama peserta workshop.
cukup berupaya maksimal tentang pemulihan DAS Jompi dalam jangko panjang.
4) 5) 6)
Kekurangan hari ini semoga ada kelebihan untuk hari esok. selama mengikuti workshopini cukup baik dan aman serta menilai dan pada pembawa materi serta pelayanan semua terpenuhi. Penyajiannya cukup memasyarakat karena diliimpun dari agenda kelurahan/desa dan agenda kecamatan yang ada disekitar kawasan DAS
Jompi.
Partisipasi masyarakat merupakan bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) terhadap keseluruhan proses kegiatan pembangunan, mulai perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, evaluasi dan pengawal sampai pemanfaatan hasil pembangunan. Pada kasus pengelolaan hutan lindung Papantiri, model pengelolaan hutan yang dirumuskan oleh masyarakat sendiri merupakan hasil perencanaan yang dilakukan secara partisipatif tanpa melibatkan pemerintah setempat. Sehingga pola pengelolaan kawasan yang dilakukan saat ini baru sebatas menanam tanaman semusim seperti jagung sayur-sayuran dan ubi-ubian dan sebagian ada yang menanam tanaman perkebunan seperti pisang, kakao, kelapa dan tanaman
buah-buahan lainnya. Faktor yang mempengaruhi tingginya partisipasi masyarakat Papantiri dalam pengelolaan hutan didorong oleh tujuan dan komitmen yang sama untuk melawan kebijakan pemerintah daerah dalam mempertahankan kawasan yang telah lama menjadi konflik. Langkah-langkah dalam sistematis perencanaan terpadu berbasis masyarakat pengembangan agroforestri bagi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
terdiri dari:
(l)
perencanaan bersama masyarakat-penyusunan agenda desa,
kecamatan, dan kabupaten; (2) pelaksanaan kegiatan bersama mhsyarakat-tahap agenda desa, kecamatan, dan kabupaten; dan (3) monitoring dan evaluasi kegiatan bersama masyarakat.
,
7)
Tidak semua agenda kelurahan dapat terkafer pada agenda kabupaten disebabkan keterbatasan pilihan prioritas
8)
Mekanismenya cukup baik karena perumusannya berdasarkan aspiraoi semua pihak yang mengikuti workshop di tingkat kabupaten.
e)
Performance kinerja fasilitator sudah memuskan dan metode seperti inilah yang paling tepat diterapkan ditengah masyarakat yakni metodo pembelajaran yang mengaktifkan peserta workshop sedangkan fasilitator hanya memfasilitasi jalannya workshop.
kegiatan.
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
feng.lotian Sumbe,
,1
Ofrffi
Tugas:
l. 2.
Carilah hasil penelitian atau jurnal ilmiah yang membahas tentang partisipasi dan presentasi di depan kelas!
Jelaskan kelebihan dan kelemahan pola perencanaan berbasis masyarakat pada kasus pengelolaan DAS !
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan
287
BAB
Buku Teks dan Bahan AJar
KEARIFAI\LOKAL: RESOLUSI KONFLIK
Mikkelsen, B, 199g. Metode penelitian partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, Sebuah Buku pegangan Bagi Para Praktisl Lapangan. yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Nanang
PENGELOI-AAI\ HUTAIV B ERBA,SIS AGRO FO RESTRI
M., Devung G.S., 2004. panduan
pengembangan Peran dan Partipasi Masyarakat daram pengeroraan Hutan. Insltut" for Global Environmental Strategies (IGES), Kanagawa: Jepang.
Hasil Penelitian dan Jurnal Ilmiah Anonim, 2002. perencanaan Terpadu Berbasis Masyarakat pengeroraan Daerah Ariran Sungai (DAs) Jompi Kabupaien Muna Surawesi Tenggara. r'aporan peneritian, Kerjasama pplp universitas Haluoleo dan DFID Multistakeholders Forestri program, Development Section, Kedutaan Inggris. Indrawati D'R', hawan E., Haryanti N., yuriantoro D., 2003. partisipasi Mmasyarakat daram rJpaya Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT). Jurnal pengelolaanDA,S, SurakartaVol IX I, 2003 Sidu D', 2006. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna provinsi Surawesi renggara. Drirrnorr,nt, Bogor.
TT
Tujuan Pembelajaran:
l. 2. 3' 4. 5.
A.
Menjelaskanmodel-model penyelesaian konflik Menjelaskan faktor-faktor penyebab konflik sosial di kawasan hutan lindung
Menjelaskan nilai-nilai kearifan lokal dalam pemilikan dan
pengelolaa=n
lahan
Menjelaskan penerapan sistem penguasaan lahan dengan sistem kawaagho dan kaadalKafotai. Menjelaskan pengelolaan agroforestri berbasis kearifan local.
Resolusi Konflik
Konflik sosial bisa berlangsung pada aras antar-ruang kekuasaan. Terdapat tiga ruang kekuasaan yang dikenal daram sebuah sistem sosial kemasyarakatan, yaitu "ruang kekuasaan negara", "masyarakat sipil atau kolektivitassosial", dan "sektor swasta" (Bebbington daram Darmawan, 2006). Konflik sosial bisa berlangsung di dalam setiap ruangan ataupun melibatkan agensi atau struktur antar-ruangan kekuasaan yang diitunjukkan pada Gambar I l.l.
secara umum strategi resolusi konflik harus dimulai dengan pengetahuan yang mencukupi tentang peta atau profil konflik sosial yang terjadi di suatu kawasan. Dengan berbekal peta tersebut, segala kemungkinan dan
peluang
resolusi konflik diperhitungkan dengan ."r.ut, sehingga setiap manfaat dan kerugiannya dapat dikalkulasi dengan baik. Seringkali dijumpai banyak kasus bahwa sebuah pilihan solusi-tindakan rasional untuk mengatasi
konflik sosial, tidaklah benar-benar mampu menghapuskan akar-persoalan konflik secara tuntas dan menyeluruh. pada kasus-kasus yang demikian itu, maka resolusi konflik sepantasnya dikelola (conflict managemenl) pada AGROFORESTRIT
qeruJrr
srn Buus'n0 y0ng sedemikiun rupa schinggu reduk,rr hcrupu ,,c,rtnrt-
s)ciAl" yang bisa berdampak sangut oesrrurtir dupat dihindarkan (Darmawan, 2006).
belakang terjaclinyu sesuutu kontlik clitiadukan Ouii.tiOut disisukan konclisikondisi yang menggantung atau antagoni^sme-antagonisme untuk penyebab timbulnya lagi konflik pada masa mendatdng (Winardi, lgg4).
Konflik vertikal dalam hal penguasaan tanah merupakan perselisihan atau sengketa yang terjadi antar masyarakat dan pemerintah. Bentuk konflik vertikal dalam penguasaan tanah dapat berupa hal-hal berikut:
IVlasyarakat sipil atau
kolektivitas sosial
(1) Konflik (2)
"Rnang kekuasaau" dimaua konflik sosial bisa berlangsung NegaralPemerintah.
(3)
SrvastaiBadan Usaha berorientasi profit NegaraPeme riutah
mengenai keabsahan hak individu atau keluarga atau masyarakat yang diklaim oleh masyarakat. Konflik mengenai batas pemilikan atau batas dan fungsi kawasan hutan
dengan tempat perladangan masyarakat. Konflik mengenai pengambilalihan hak tanah atau tanaman masyarakat oleh pemerintah dengan alasan untuk kepentingan umum atau kegiatan pembangunan lainnya.
I I
Pendekatan yang dilakukan untuk menghadapi situasi konflik
'f
Gambar I I
l.l.
Tiga Ruang Dimana Konflik Sosial dapat Berlangsung (dimodifikasi dari Bebbington dalamDarmawan, 2006)
i
Mengingat betapa rumitnya permasarahan konflik yang sering di tengah masyarakat maka diperrukan adanya manajemenionflik,terjadi yaitu suatu proses yang diarahkan pada pengeloraan t
dalikan konflik agar menjadi lebih uuii a""g; ;;;;.rh"'iengenaarikan konflik diharapkan tidak sampai terjadi akumulasi dan besaran berkembangnya konflik menjadi destruktif. salah satu upaya yang dapatdirakukan untuk menangani konflik dengan manajemen konflik adalah resolusi konflik yaitu suatu bentuk usaha untuk menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan rama diantara kerompokkelompok yang bermusuhan.
Konflik dapat dihadapi dengan cara: bersikap tidak acuh terhadapnya, menekannya, atau menyelesaikaanya. sikap tidak acuh berarti bahwa tidak adanya upaya rangzung untuk menghadapi sebuah konflik yang terah termanifestasi. Maka daram keadaan yang demikian, konflik dibiarkan berkembang menjadi sebuah kekuatan konstruktif atau sebuah kekuatan destruktif. Menekan sebuah r
AGROFORESTRI: Solusi ao.t
digunakan lima macam gaya manajemen konflik yaitu:
a.
Tindakan menghindari; bersikap tidak kooperatif, dan tidak asertif; menarik diri dari siatuasi yang sedang berkembang, dan atau bersikap netral dalam segala macam situasi.
b. Kompetisi atau Komando otoritatif; bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif; bekerja dengan cara menentang keinginan pihak lain, berjuang untuk mendominasi dalam suatu situasi "menang atau kalah", dan atau memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
Akomodasi atau meratakan; bersikap kooperatif, tetapi tidak asetif, membiarkan keinginan pihak lain menonjol, meratakan perbedaanperbedaan guna mempertahankan harmoni yang diciptakan secara buatan.
d. Kompromis; bersikap cukup kooperatif dan asertif, tetapi tidak hingga tingkat ekstrim. Bekerja menuju kearah pemuasan kepentingan parsial semua pihak yang berkepentingan, melaksanakan upaya tawar-menawar untuk mencapai pemecahan "akseptabel" tetapi bukan pemecahan optimal, hingga tak seorang pun merasa bahwa ia menang atau kalah secara mutlak.
Kolaborasi (kerjasama) atau pemecahan masalah;
bersikap
kooperatif maupun asertif, berupaya untuk untuk mencari kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada, mencari dan memecahkan
sebagai
hasilnya.'
rr rt'P' rrngg! BGIIIP or0ng moncapii keuntungan
sesungguhnya cukup banyak moder penyeresoian konflik yang ada, namun yang perlu diingat bahwa sebagai bangsa yang besar dengan
memikeberagaman budaya, dan masint-masing aaeratr memiriki nirai_nirai kearifan lokal (tocar wisdom) yunj ,"tuh tumbuh bersamaan dengan peradaban masyarakat serempat yan! dapat ditumbuhkembangkan untuk mengatasi konflik yang terjadi. oreh karena kearifan rokar merupakan sesuatu yang sudah mengakar dan biasanya tidak hanya berorientasi profan semata, tetapi juga berorientasi sakral sehingga peraksanaannya bisa rebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat. Beberapa kearifan daram sistem pengelolaan dan kepemilikan rahan (rand tenur)) yang berkembang di kalangan masyarakat dapat dijadikan
liki
sebagai model yang diadopsi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara masyarakat a"nga'n pemerintah.
B'
Konflik Sosiar di Kawasan Hutan-studi Kasus
Hutan Papantiri
Kawasan
Konflik yang terjadi di kawasan hutan papantiri diawari dengan penyerobotan rahan (versi pemerintah Kabupaten tvtuna; yang dirakukan 'zdoo. masyarakat sekitar hutan yang terjadi sejak tahun Masyarakat
mengklaim bahwa kawasan tersebut adarah tanah adat -uryurut u, watopute, dan mereka masuk mengolah rahan darap kawasan hutan pada saat kondisi
hutan sudah kosolg.
ditebang
habis oleh ot num yang tidak bertanggungjawab. sebelum kawasan in-i aiaominasi oleh trgutun tanaman latiyangmenjadi ikon hasil hutan Kabupaten Muna. pemerintah berdasarkan Permenhut no 454rKpts-rr/r999 tentan; batas wilayat p".a-i*n dan hutan provinsi Surawesi renggara, menyatakan bahwa hutan papantiri merupakan kawasan hutan lindung yang merupakan bagian dari kawasan hutan rindung Jompi' Perbedaan presepsi dan lepentingan terhadap penguasaan rahan
l.*-u
tersebut merupakan awar terjadinya konflik antara pr-"iintur, daerah Kabupaten Muna dengan masyarakaiyang berkebun di w'ayah papantiri. Diduga bahwa akar masalah konflik rahan ini disebabkan karena pemerintah daram menetapkan (membuat) tata guna rahan (misarnya Tata Guna Hutan Kesepakatan pada awar tahun lgg0-an, yang di antaranya menetapkan wilayah kawasan hutan rindung) tidak i"*"ur, meribatkan masyarakat' khususnya masyarakat aoat. paJanur r".ungguinya hak-hak masyarakat adat atas suatu arear lahan tertentu sudah ada sejak lama (sebelum masa kemerdekaan) terah menjadi hak urayat n,uryurutut uout AGROFORESTRt,toi
nlmun ccringkuli tirluk diakui oloh pemerintah.,i(.rudian, pemadusernsiun untara TGHK dengan RTRwp (rencana tats ruang wirayarr provinsi) pada tahun 1990-an pun dibuat dan disepakati tanpa- meraiukan mekanisme
konsultasi publ i k (tanpa meli batkan masyarakat).
Konflik tersebut mencapai puncaknya pada buran Januari tahun 2003, ketika Bupati Muna mengeluarkan kebijakan pengosongan kawasan hutan Papantiri dari aktivitas perladangan masyarakat. Imprikasi dari penerapan kebijakan tersebut adalah terjadinya kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap masyarakat yang berkebun di kawasan papantiri dan sekitar_ onerasi pengosongan tersebut berhasil menangkap i orung warga dan 111' diajukan ke pengadilan atas tuduhan meranggar tru No. 4r rahun 1999 tentang Kehutanan (menduduki dan merambah kawasan hutan lindung). Namun tuduhan tersebut tidak dapat dibuktikan di pengadilan, sehingga tuduhannya dirubah menjadi merambah kawasan hutin produksi dan menduduki tanah negara tanpa izin. Vonis pengadilan adarah 9 bulan penjara bagi 4 orang warga Kontu, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena masyarakat tetap mempertahankan wilayah konflik dengan darih bahwa kawasan tersebut merupakan wilayah udut -uryurakat watopute. selain itu tindakan penyerobotan adalah wujud dari kekecewaan masyarakat terhadap lemahnya pengawasan dari aparat pemerintah khususnya instansi terkait dalam menekan kasus ilregar logging yang terjadi hampir di seruruh kawasan di Kabupaten Muna. Perjuangan yang dilakukan masyarakat untuk mempertahankan kawasan tersebut mendapatkan advokasi dari sejumlah rembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti: swami dan warhi. pendampingan oreh LSM dilakukan dengan memberdayakan masyarakat yang ada di-kawasan hutan dengan dibentuk kelembagaan sosiar ono-i masyarakat yang "t mengorganisasi masyarakat yang disebut organisasi Rakyat Kontu (oR Kontu) yang mewadahi 4 (empat) komunitas masyarakat iang aaa daram kawasan hutan, yakni: Komunitas patu-patu, Komunitas Lasukara, Komunitas Kontu Daram dan Komunitas Kontu Luar. organisasi tersebut dibentuk oleh masyarakat untuk melawan kebijakan pemoa yang selaru melakukan tindakan penggusuran. Meralui organisasi ini masyarakat dengan mudah dikoordinir untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial misalnya kegiatan penataan kawasan dan pembangunan berbagai fasiritas umum, seperti: jalan, sarana ibadah (masjid) dan fasilita, u-u. tainnya yang dilakukan secara partisipatif, terjadwal dan berkelanjutan. Bahkan mereka telah berhasil membuat pemetaan partisipatif tentan! rencana pengeroraan kawasan hutan berbasis masyarakat (lampiran l).
rerEcq'un pansangon anf'f' pomorrntuh dan munynrgkat dr hutun Pupantiri, hendaknya dijembatani ,r.oru arif dan brjuksana, kurena apabitu perbedaan dibiarkan berkeranjutan dengan masing-masing pihak tidak bergeser dari norma-norma yang menjadi sumber regitimisinya pastiruh tidak menguntungkan. petani akan semakin terpuruk kehidupannya;
yong ditcliti, ternyata ak;cs anruru puiJrpuun dan ruki.ruki ticrak berbeda. winti/ronso ini bukan nrcrupukun unit pemerintahan fbrrnur, tetapi tidak menutup kemungkinln seorang pimpinan fbrmar scperti kepala kampung menjadi pimpinan winti/ronso. Jika winti tersebut dikelola untuk pengusahaan tanaman pangan atau semusim dikenar dengan istilah Rea (hamparan) danjika bentuk pengusahaannya sebagai
kemiskinan akan tetap diwariskan ke anak cucunya, sehingga pada akhirnya
pemerintah sebagai representasi negara, menjadi
tia*
erer,tif
daram
mengelola negara yang efek jangka panjangnya akan memerosotkan kualitas kehidupan bernegara.
c. Nilai-Nilai
(4)
rotasi)
Kearifan Lokal Masyarakat dalam pemilikan/
sebagai contoh; (r) Kararaano (nama kari), wakarambau (nama binatang = kerbau betina; mitos), dan Langkabarano (nama kuburan) sebagai Dasa dari kampung Lambubalano; py eyon (nama kari) Dasa dari kampung wakontu; (3) Lakanaha, wabula dan Kanseri(nama kari) merupakan dasa dari kampung wadasa; (4) Amoriri (nama kari) merupakan dasa dari kampung Wou, Wadasa dan Wampodi; (5) Ahorowau, oensiwulu, dan Anggara (nama kari) merupakan dasa dari kampung Latompe, dan (6) Makaclenge dan Kaanowera (nama air)
Beberapa sistem tradisional model pengerolaan dan pemilikan lahan pada masyarakat Muna pada umumnya dapat berbentuk pemilikan individuar dan pemilikan kelompok atau kolektif. Secara umum sistem pemilikan lahan atau sumber daya alamiah oleh masyarakat setempat disebut alaha. penamaan
beberapa sistem kepemilikan
rahan sangat berkaitan erat dengan model pengelolaanya. Beberapa peristilahan pemilikan sumber-sumber agraria atau sumber daya alamiah rahan yang berkembang di lokasi peneritian sebagai
merupakan dasa dari kampung Lasosodo.
berikut:
(2)
ome adalah bentuk pemilikan perorangan yang orientasi utamamanya
adalah sebagai ladang (pengusahaan tanaman pangan). penamaan yang lebih umum disebut sebagai karibu atav galu (istilah garu dapat pura berati jamak). Jika ome ini tidak diolah nampak sepertiiahan tidur arau hutan sekunder.
Kaendea adalah bentuk pemilikan perorangan yang orientasi utamanya adalah pengusahaan tanaman tahunan dan pepohonan pada satu arear.
secara
(3)
fisik
kaenclea nampak seperti hutan d"ngun tingkat
keanekaragaman tanaman yang tinggi.
wintilLonso bentuk pemilikan kolektif yang merupakan unit wilayah aktifitas pertanian oleh kerompok keruarga. penamaan winti/ronso
biasanya berdasarkan nama tempat atau nama pohon atau situs tertentu (contoh: Katapi = nama pohon, Moraa= nama tempat, kabawongkakuni = nama gunung dan Kamponisa = nama kuburan). winti/ronso dipimpin
oleh salah seorang kepala keluarga yang dianggap rebih tua atau pimpinan pada waktu awar pembukaan (tura = bahasa Muna) rahan tersebut' setiap winti/ronso ini beranggotakan sekitar 20 orang dari turunan keluarga tertentu. satu har yang menarik pada sarah satu winti AGROFORESTRtrto,urt
air tawar
secara di bawah kekuasaan kampung. penamaan dasa biasanya
disesuaikan dengan nama sungai, nama gunung, nama situs dan lainnya.
Penguasaan dan pengelolaan Lahan
(l)
campuran tanaman tahunan dan pepohonan disebut Rahia.
Dasa adalah bentuk pemilikan lahan untuk aktifitas berkebun/berradang dan atau aktivitas (mengoleksi hasil hutan dan ikan
secara historis
pengakuan masyarakat terhadap pemirikan/ penguasaan atas sumber daya lahan atau sumber-sumber agraria yang dipraktikan secara turun temurun pada masyarakat Muna yang : didasarkan atas berbagai aktivitas atau proses perolehannya,
(l)
yakni:
Katura adarah rahan atau sumber daya agraris pertama kari dimanfaat_ kan sumber daya aramiah tersebut. orang atau kerompok atau kampung yang pertama memanfaatkan sumber daya agraris tersebut disebut
meturano. waraupun seterah pembukaan rahan itu seseorang hanya mengusahakan satu kali saja, masyarakat dapat mengakui bahwa lahan tersebut adalah milik meturano. (2) sampuha (warisan) adarah pemilikan sumber daya lahan terhadap seseorang atau kelompok masyarakat karena warisan dari orang tua. cara pewarisan dapat merubah bentuk pem'ikan dari perorangan menjadi pemilikan kolektif. (3) Kagholi adalah lahan atau sumber daya agraris yang dimiriki dengan cara memberi' orang atau keruarga yang merakukan pemberian disebut megholino.
Kearifan t
ota
r
(5)
I
melalui
prtu"fr,ioffi,l,f-t"*uo
ransn atau cumber duya agruris
Kafotui adarah orang yang mengerora rahan orang rain tetapi tidak memiliki hak atas lahan tersebut, kekuasaan p"ngeiol.un lahan dapat diberikan pada orang yang hanya mempunyai hak untuk mengolah sebagian rahan yang ada. Jika seruruh ratran iipinjamkan kepada orang lain disebut kaada,.te.tapi tidak merupakan peminiahan hak. serain itu dalam cara ini peminjam dibatasi dalam pengusahaan tanaman. Mereka hanya bebas mengusahakan tanaman jangka pendek (musiman) dan sama sekali tidak dapat menanam tanaman tahuan untuk kepentingan dirinya dan keruarga. Jika pemilik tanah mempunyai tanaman
tahunan dalam kebun yang dipinjamkan tersebut, sipeminjam dapat memerihara
dan mengamb'hasirnya sesuai kesepakatan oengan
p;'il (6) Pololi (Barter) adarah proses pengarihan hak aras
tanah.
lahan anhra
masyarakat dengan pemerintah, melalui resetremen dan transmigrasi. di Kabupaten Muna. pemindahan masyarakat dari kampung lama meniebabkan masyarakat pindahan . kehilangan hak atas-rahan pada kampung rama (menurut pandangan sepihak pemerintah) karena mereka mendapatkan lahan baru di daerah Resetlemen sangat popurer
resetlemen.
D'
Penerapan sistem penguasaan Lahan dengan sistem Kaw aagho dan Kaadal Kafotai
Menyangkut status kawasan yang dipersengketakan, masing-masing pihak harus duduk bersama mencari jaran kompromi untuk menemukan sorusi yang terbaik dalam penyelesaian konflik yang harus oiiur.umn secara transparan, jujur, dan obyektif. seterah menganarisis dan mencermati secara mendaram tentang kraim yang d'akukan oreh masing-,nuring pihak baik penetapan hutan papantiri sebagai hutan rindung uJrri p",i"rintah dan sebagai hutan adat versi masyarakat, ditemukan berbagai kejanggalan yang menjadi pemicu/ sumber konflik diantaranya adarah sebagai berikut: (l) Kerusakan hutan papantiri tidak dapat dicegah oreh aparat terkait daram hal ini Dinas Kehutanan akibat ,regat rogging, jika kawasan ini merupakan kawasan hutan rindung, seyogianya karena fungsi rindungnya seharusnya patut dijaga dan dipertahankan secara ektr; ketat dari berbagai aktivitas yang dapat -.nggunggu kelestarian fungsi ekosistem hutan' serta instansi yang 6rrr"nui! menjaga hutan bertanggung jawab akan kerusakan yang terjadi, tetapi Lahh ,"buliknyu ,r".?.i kambing AGROFORESTRT
hitam dengan menuduh maoyarakat yung uerteuun di papanriri sebagai
pelaku pengrusakan.
(2) Masyarakat yang melakukan p.ngdpiingun tanah di dalam kawasan hutan sebagian besar adalah oknum pegawai negeri termasuk di dalamnya aparat kehutanan, hal ini berdasarkan pengakuan sebagian masyarakat yang berkebun
di
adaan mereka hanya berkebun pegawai negeri.
daram kawasan, bahwa awalnya keber-
di rahan yang menjadi kaplingan oknum
(3) Kawasan hutan
di wilayah sidodadi yang letaknya tidak jauh dari kawasan hutan Papantiri dan memiliki karakteristik biofisik dan vegetasi yang sama telah dijadikan sebagai kompleks perkantoran (Kantor
Bupati Muna' Rumah Sakit umum Daerah dan Kantor pengadilan Agama), dan fasilitas pendidikan (sekolah unggulan). (4) Jenis tanaman yang ada sebelum terjadi kerusakan didominasi oleh tanaman jati yang merupakan tanaman produktif yang memiliki nirai ekonomi tinggi, padahal pada umur 2o-3o tahun pohon/batangnya sudah dapat diperjualbelikan. Hal ini bertentangan dengan peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang pemanfaatan Hutan pasar 23 yang menyatakan bahwa pemanfaatan hutan pada hutan lindung hanya dapat dilakukan merarui kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. (5) Klaim masyarakat bahwa hutan Kontu sebagai hutan adat tidak terdapat bukti secara fisik selayaknya kaendea yang memiliki keanekaragaman pohon sebagai indikator bahwa kawasan tersebut merupakan bekas kebun (ome: bahasa Muna) yang sudah ditinggarkan sejak lama.
untuk mengakhiri konflik yang sudah berkepanjangan tersebur maka masing-masing pihak baik pemerintah sebagai pengayom maupun masyarakat harus bersikap kooperatif dan arif untuk mencari jalan penyelesaian yang kompromis, santun, damai, dan beradab daram.unglu mengembarikan fungsi lingkungan yang terpadu secara ekologi, ekonomi, dan sosiar untuk kepentingan berama. Jika mencoba mereview masa raru cukup banyak kebijakan yang telah dilahirkan oleh pemerintah untuk melindungi dan mempertahankan kelestarian hutan beserta ekosistemnya akan tetapi kenyataannya justru dari masa ke masa laju kerusakan hutan semakin
bertambah.
Mulai dari masa pemerintahan orde baru yang bersifat sentraristik hingga orde reformasi dengan kebijakan otonomi daerahnya hutan telah dijadikan sebagai salah satu sektor utama penghasil devisa negara dan
!,E*s.perun rru oacrnh yang dljarah tonpn torkondali. ttuktik y&ng diterapkan cenderung sentraristik, eksproitutir, tiduk acranya supremusr hukurn' tidak adanya ruang penyelesaian konflik (resolusi) bahkan telah menyisakan berbagai persoaran strukturar (kemiskinan, kesenjangan sosiar dan bencana alam). oleh karenu itu, ,"kurung bukan ragi saatnya untuk saling menyarahkan dan mencari kambing
hitam siapa yang
l"j:::*::i,yjr"^i.:i:n
tersebut, akan
tetapi falcurnvu .r,u,uo mencari win win sorution untuk menyeresaikan konflik ."turigu". balikan kondisi hutan sesuai fungsinya.
illlr':LiTfft'.t:,T
I
harur harur
Tdil:
Salah satunya adarah meraksanakan hutan vang lestari dengan memadukan fungsi ekorogi,
Jika kembari merihat kehidupan masyarakat di masa rampau, interaksi antara masyarakat dengan hutan sangat akrab, bahkan diawal peradabannya manusia mem'iki hubungan yang sangat spesifik dengatr hutan' baik sebagai pemburu maupun sebagai-pengJ-pui/p"ramu yang semua bahan bakunya bersumber dari hutan. waraupun tidak memiriki sertifikat atau pengakuan tanah secara tertulis, masyarakat rokar/adat amat memahami bagaimana bentuk tradisionar pengeroraan sumber daya hutan mereka. sejak reformasi digurirkan paradigma pengeroraan hutan sudah berubah dengan terbukanya ,uung t .uriurut ui daram pengelolaan hutan yang ditandai aenian"t..iiuut* diterbitkannya sK Menhutbun No. 67 7 tKptsJ 1998 tentan g' r"l,nuryurutatan (HKm),,, yan g diperbaha*i {ytan i melalui sK No. 3rtKpts-rn2001. serain itu permenhut No. p.0l/rVlenhut-
(5) Eru produksi, yrng mengutumakun husil krryu akan dikurlngi sccurn bertahrtp (stft lnnding proces,r), rneny.iu era rehabilitasi clan konservasi untuk pemulihan kualitas Iingkungan yang lestari.
Prinsip dasar pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah para-
digma pembangunan kehutanan yang bertumpu pada
pemberdayaan
ekonomi rakyat. Secara konseptual prinsip dasarnya adalah masyarakat yang menjadi pelaku utama dalam pengelolaan sumber daya hutan, karena mereka memiliki jaminan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, sekaligus menjadi pemeran utama dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan pengelolaan hutan. Hal ini dapat terwujud bila terdapat pengakuan terhadap hak-hak pengelolaan, pengendalian, dan pemanfaatan sumber daya hutan. operasionalisasinya di lapangan diserahkan kepada kelembagaan lokal sesuai dengan sistem sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya. Sehingga pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk menangani permasalahan dengan memadukan antara kebijakan pemerintah dalam hal moder penge-
lolaan hutan berbasis masyarakat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang di masyarakat dalam hal sistem penguasaan lahan. Kearifan lokal dalam sistem pembagian/penguasaan lahan dan model pengelolaan
berkembang
lahan dimaksud adalah Kawaagho (hibah), Kaada/Kafotai, dan Kaendea.
1.
Sistem Kawangho (Hibah)
fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan;
Kawaagho merupakan sistem pemilikan lahan yang diperoleh melalui pemberian (hibah) dari orang lain atau pihak lain. orang atau rembaga yang memberikan/menghibahkan tanah kepada orang lain dilakukan atas dasar hubungan kekerabatan, balas jasa, hadiah atau pemberian lahan yang dilakukan pada keluarga baru yang belum memiliki tanah/lahan untuk keperluan kebun atau membangun rumah. salah satu sorusi yang dapat menyelesaikan konflik adalah pemerintah sebagai wakil negara yang menguasai hak atas tanah negara, dapat menghibahkan kawasan hutan Papantiri kepada masyarakat untuk dikelolah berdasarkan peta rencana pengelolaan kawasan hutan Papantiri yang dilakukan masyarakat secara partisipatif di bawah koordinasi organisasi Rakyat Kontu atau pengelolaan yang direncanakan bersama pemerintah dan stakeholders dengan tetap mengacu pada prinsip pengelolaan hutan lestari dan berkelanjutan.
kesempatan kepada daerah untuk mengelola hutan secara demokratis, partisipatif, dan terbuka;
Hanya saja hibah atau pelepasan lahan bisa dilakukan manakila status kawasannya terlebih dahulu sudah jelas apakah hutan lindung, hutan produksi, atau areal penggunaan lain agar tidak bertentangan dengan
pp No. 6/2007, 113331,j'J'l'\1,::,'::'"! !:restry",..setaniutnyu di daram pengganti Pp 34/2002, yang kemudian direvisi menjadi pp 3/2;;;, "Tata Hutan dan penyusunan Rencana pengeloraan Hutan serta pemanfaatan hutan"' Beberapa konsep dasar tentang hutan kemasyarakatan, yakni: (1) Pemberian hak penguasaan huran yang.awarnya rebih ditujukan kepada usaha skara besar, berarih pada usatra berbasis n'uryu*tui' (community bas e d fo re s t manag e me nt); (2) Pengeroraan hutan diubah dari sistem hutan berbasis produksi kayu (timber managemenr) menjadi berbasis sumber daya hutan yang berke_ lanjutan (resources based management):
ffi;
(3) orienrasi kerestarian hutan ylng Jit"kunkun pada aspek ekon'mi (produksi kayu) saja, diubah pulu upuyu mengakomodir kerestarian (4) Pengelolaan hutun yang semula sentraristis menuju desentraristis, memberikan
AGROFORESTRT,
Kearifan Lokal: Resolusi Konfl ik Pengelolaan Hutan Berbasis egrofoieitri
293
r,-'rt''E'r rfrr.r'stu-unsant&n. D.ran Setu r'ngkah yang dapat ditempuh adalah pcmerintah pusat bersama dcngnn pemcrintuh provinsi dan
Kabupaten meninjau kembari status hutan dan tata batas sebagaimana yang tertuang dalam Kepmenhut Nomor 454 tahun 1999 tentang lu,u, wirayah perairan dan hutan rindung di provinsi surawesi renggai khususnya di Kabupaten Muna. Langkah selanjutnya adarah menata kembari batas-batas hutan yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Muna termasuk wilayah papantiri dan sekitarnya berdasarkan kriteria pengukuhan kawasan hutun yung diatur dalam Kepmenhut Nomor 32/Kpts-ra200r. Jika secara hukum hutan yang ada di kawasan hutan papantiri memungkinkan untuk dihibahkan/ dilepaskan, maka terrebih dahulu menginventarisasi kepemilikan rahan masyarakat yang berkebun di kawasan papantiri mulai dari ukuran, bentuk pemilikan/ penguasaan, lokasi, sampai dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah di desa/kelurahan asarnya masing-masing J"ngun cara bekerjasama dengan
aparat pemerintah Desa/Kelurahan setempat menggunakan
sistem
Manajemen Pertanahan Berbasis Masyarakat rruPnrta;. Fln"rupun MPBM merupakan salah satu cara untuk mencegah
terjadinya p"lunggurun yung mengarah pada penguasaan/kepemilikan tanah yan; trmparg dan juga sebagai landasan daram merakukan redistribusi ,unur, rcpuaa masyarakat (Yasa,2008).
Har lain yang perru d'akukan adalah menginventarisir kapringankaplingan tanah yang d'akukan oreh oknum pegawai negeri yang sampai saat ini masih ada. Inventarisasi ini perru dilakukan un-tuk menghindari ketimpangan dalam har kepemilikan lahan, jangan ,u-pui disatu sisi masyarakat telah memiliki rahan yang banyak aengan ruasan yang besar dan disisi lain masih banyak masyarakat yang berum ,n"-ititi tanah, sebab karau terjadi ketimpangan seperti ini maka lonflik penguasaan rahan terhadap tanah negara tidak akan pernah berakhir. Hal ini sesiai dengan rekomendasi yang dihasilkan oreh suraefi dkk. (2008) sebagai tim tu;ia,iJir;dil ;."; negara tentang persyaratan penerima distribusi tanah negara, yaitu warga negara Indonesia (petani) atau sanggup untuk bertani, berferuarga, berumur produktif (20 s.d. 45 tahun), dan tidak memiliki tanah untuk bertani atau tanahnya kurang dari ruas minimum tanah yang berlaku di daerahnya. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa masyarakat yang rebih berhak untuk mendapatkan tanah hibah adalah petani. selanjutnya untuk menghindari adanya tendensi perolehan tanah untuk kepentingan juar beri, harus ditempuh prosedu, ii,'unu kepada
pcnerima hak/hibah diberikan hak pakui u,o, ,onjn tersebut untuk jangka waktu l0 tahun dengan larangan pemindehan hak, apabila selama jangka waktu tersebut masih atas nama penerima hibah/distribusi (atau ahli warisnya), selanjutnya dapat dilakukan perubahan status kepemilikan dari hak pakai menjadi hak milik. Kriteria lain yang harus disepakati adalah pengelolaannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan lestari seperti pola agroforestri atau hutan rakyat berdasarkan standar sertifikasi ekolabel.
sertifikasi ekolabel merupakan sertifikasi yang digunakan untuk memberi nilai bahwa suatu produk merupakan hasil dari kegiatan pengelolaan hutan yang memperhatikan norma-norma lingkungan hidup, norma ekonomi dan norrna sosial, sehingga kelestarian sumber daya alam dapat terjaga.
sertifikasi merupakan sertifikasi ekoraber yang dikembangkan oleh
LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) yang bertujuan untuk mendorong
perbaikan-perbaikan pengelolaan hutan melalui penerapan standar pengelolaan dengan harapan dapat mengembalikan jalur pengelolaan hutan dan memperbaiki kondisi pengelolaan hutan agar menjadi lebih baik. Hutan maupun industri yang mengolah hasil hutan perlu melalui proses sertifikasi apabila ingin menghasilkan produk hasil hutan yang bersertifikat. produk-
produk hasil hutan yang telah lolos penilaian sertifikasi ditandai dengan
adanya sertifikat dan label. Label berupa rogo LEI pada produk-produk kayu memberikan jaminan bahwa keseluruhan produksi, mulai dari sumber bahan
baku, hingga ke pengolahan akhir memenuhi kaidah-kaidah lingkungan secara ekologi, ekonomi, dan sosial.
Agar pengolaan hutan rakyat dapat berjalan efektif sesuai dengan sasarannya, maka diperlukan kolaborasi dari beberapa elemen dalam perencanaan, yakni; Pertama, masyarakat di sekitar hutan yang bertugas mengolah hutan. Kedua, pengusaha yang mau menjadi donatur pengelolaan hutan
rakyat. Ketiga, lembaga pemandu yang membawa konsep manajemen kolaborasi, sekaligus sebagai pihak yang mendistribusikan pengetahuan tentang perhutanan kepada masyarakat pengelola hutan rakyat. Keempat, pihak pemberi izin pengelolaan hutan rakyat, yakni pemerintah daerah. Supaya masing-masing elemen yang saling berkolaborasi tidak bertindak semaunya, perlu diadakan legal aspect (kesepakatan resmi) ketika pengelolaan hutan rakyat tengah berjalan. Kesepakatan resmi ini sebaiknya disepakati sejak dini, agar setiap elemen tersebut lekas mengetahui hak dan kewajibannya.
z,
StrtemKaada/Kqfotat
Pcnguasaan lahan atau tanah dengan sistem kmtkt mcrupakan hcntuk penguasaan lahan/kebun (gatu) dengan cara meminjam kepada orang rain dan bersifat sementara, dengan sisiem pengorahannya dirakukan scndiri tanpa bersama-sama dengan pemilik rahan. Kayuar merupakan bentuk penguasaan lahan untuk sebagian areal kebun dan bersifat sementara dan aktivitas pengolahannya dirakukan bersama-sama dengan pemirik kebun/ lahan' Penguasaan lahan lahan dengan sistem kaada dan kafotai keduaduanya bersifat pinjam karena tidak disertai dengan pemindahan hak dengan jangka waktu 2-6 musim tanam tergantung kesepakatan dengan pemirik tanah.
Peraturan yang disepakati dalam sistem pengerolaan lahan dengan kafotai yang biasa dilakukan masyarakat Muna, uagi si pengolah hanya bisa
mengusahakan tanaman jangka pendek (semusimj aan ,u-mu sekari tidak dapat menanam tanaman tahunan untuk kepentingan diri dan keluarganya, Hanya saja bila di rokasi kebun terdapat tanaman buah-buahan mirik tuan tanah, maka pengorah/peminjam dapat memerihara dan mengambir hasirnya sesuai dengan kesepakatan pemirik tanah. Apabira tanah yang diolah masih dalam kondisi kosong (berum memiliki tanaman perkebunan) maka pemirik tanah dapat menanam tanaman jangka panjang dan pengorah berkewajiban untuk memelihara tanaman selama mengolah lahan teisebut. Penguasaan lahan dengan sisteqr tersebut
cocok untuk diterup"t an
sebagai penyelesaian konflik yang rerjadi di hutan papantiri yang dapat dipadukan dengan moder pengeroraan hutan bersama masyarakat (pHBM). sistem PI{BM dilaksanakan di dalam kawasan hutan de;gan tidak meng_ ubah status kawasan hutan, fungsi hutan, dan status tunuh N"gura, tetapi pendekatan yang dilakukan daram pengelolaan hutan bersama masyarakat ditekankan pada keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masya_ rakat miskin di sekitar huran.
Pengelolaan rahan dengan sistem kaada/kaJbtai dengan moder PIIBM masing-masing pihak baik masyarakat maupun pemerintah serta beberapa stakeholders terribat secara ransung murai dari perencanaan, peraksanaan' pengawasan sampai dengan pemanfaatan hasil. pHBM dilaksanakan dengan jiwa bersama' berdaya, dan berbagi yang meriputi pemanfaatan lahan/ruang, waktu, dan hasil daram pengeroraan sumber daya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, memperkuat dan mendukunj serta kesadaran akan tanggung jawab sosiar. perpaduan sistem kafotaii.ngun masyarakat mendapatkan keuntungan yang rebih besar 'HBM, kur"na-
AGROFORESTRTTaoturt
t
di
samping
daput menununr tunuman senrunim juga dapat ror,rrillu* tanaman perkebunun sebagai tanuman sclu yang dapat dipetik sendiri hasilnya termasuk menik-
mati fungsi ekosistem dan jasa lingkungan. Konsep pengelolaan
hutan
bersama masyarakat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang strategis antara lain:
(a)
Perubahan pola pikir pada semua jajaran birokratis yang bersifat sentralistik, kaku dan ditakuti menjadi fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai;
(b)
(c)
Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah; Fleksibel, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan tanggung jawab sosial;
(d) Keterbukaan,
kebersamaan, saling memahami
dan
pembelajaran
bersama;
(e) Bersinergi dan terintegrasi dengan
(0
program-program Pemerintah
Daerah;
Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan kewajiban yang jelas;
(g) (h)
Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan; Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan;
C)
Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif menuju masyarakat mandiri dan hutan lestari; Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para pihak.
(i)
Organisasi Rakyat Kontu yang selama ini menjadi lembaga sosial ekonomi masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas di dalam kawasan Papantiri, terlebih dahulu harus mendapatkan pengakuan secara formal dari pemerintah sehingga dapat dijadikan ebagai lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang biasa dikenal dalam program PHBM sekaligus menjadi mitra pemerintah dan/atau lembaga/perusahan yang dipercayakan pemerintah untuk menangani pengelolaan hutan. Disamping itu melalui organisasi ini pula masyarakat menjalin kerjasama dengan stakeholders yang berkepentingan terhadap hutan.
Untuk menghindari rasa kecurigaan dari masing-masing pihak yang tercipta selama terjadinya konflik, maka dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat harus ada keterlibatan multipihak seperti Pemerintah Daerah. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan, dan Lembaga Donor. Keterlibatan dari masing-masing komponen ini harus Kearifan lokal: Resolusi Konflik Pengelolaan Hutan Berbasis Agroforestri
297
;. #il:lTffl, ",1ff kewajiban petani
masinf-mas'"r
ilfi,?^
nll,::[,fi
T,Jl# utamanya mengerorah hutan yang i.ruui o?ngan standar sertifikasi ekoraber. sertifikasi etotauet merupakan instrumen berbasis pasar sebagai sebuah pengakuan atas praktik pengeroraan hutan yang restari. Praktik pengelolaan hutan yang Luit oitru.uir<;il;o;;"menuhi suatu standar pengelolaan aspek ekorogi, ekonomi, dan sosial. sebuah sertifikat atas pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat memberikan sebuah Ioncatan luar biasa (enormous boost) bagi proses rekognisi dan pubrisitas terhadap unit manajemen yang bersangktitan. sehingga Ini menjadi peruang rasar basi kelompok tani hutan untuk Lema.-t* t"v" ,
;;**
harga rebih
salah satu contoh kerompok tani yang terah sukses meraih sertifikasi ekoraber adarah kerompok tani koperasi Hutan Jaya Lestari 6ruI_1 yung ada di Kabupaten Konawe seratan. Sebelum ada t op".uri, -usyarakat yang menjual kayu has'.i'egar roging hanya mendapatkan Rp300 ribu hingga Rp400 ribu
per kubik, nu-un r"t"tut, ada koperasi dan disertikasi oreh smartwood' harga kayu meningkat jauhyakni dihargai Rp3-4 juta p€r kubik. Tingginya hargajuar kayu-tersJbut karena saat ini pemberri kayu dari negara-negara uni E.:oa seperti Inggris,. Jerman, Norwegia, dan beberapa negara asia seperti Jepang dan cina hanya kayu
-"iu"ri
-uu yang bersertifikasi sekaripun denlan harga rebih ,nuhul, r"bugui ;;;;uk dukungan mereka terhadap perestarian hutan ai ,.ne*a:? berkembang. o""iiu lainnya dari sertifikasi ekolabel adalah sebagai berikut: a) sebagai alat untuk mencapai hubungan yang saring merengkapi antara kepentingan ringkungan, kerestarian sumber daya h-utan dengan kepentingan ekonomi dan perdagangan. b) Dari sisi konsumen yaitutrisumen yang cinta ringkungan mempunyai
a"i
pilihan atas produk-produk yung
,ui*h
ringkungan dan berasar dari
hutan yang dikelola secara ramahlingkungan.
c) Dari sisi pengusaha
yaitu puru i"ngusaha mempunyai arat untuk menunjukkan kemampuannya mengelola uruhunyu, le,galitasnya dan menunjukkan ranggung jawab moralnya terhaiap i;;;rrgu" dan masyarakat. pengusaha pada akhirnya dapat ,n.nitruti akses yang meningkat karena dapat menembus pasa. yang ecosensitive.
E. Pengelolaan
Hutan dengan Pola KaeiaJl-vfoA.l Agroforestrl
Berbasls Kearlfan
Lokal
i
Umumnya pengelolaan hutan baik melalui penguasaan lahan dengan sistem kaw aag ho, pololi, maupun kafo tai/kaada diusahakan dengan menggunakan pola agroforestri. Pengelolaan lahan dengan pola agroforestri ini sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan masyarakat Muna yang dinamakan kaendea. Hanya saja model penanaman yang dilakukan pola kaendea pada jaman dulu tidak teratur, karena penanamannya tidak serentak dan tidak menggunakan sistem jalur. Terbentuknya kaendea, awalnya merupakan pengelolaan lahan dengan sistem berputar (rotasi) dengan menanam tanaman semusim sambil menyisipkan beberapa tanaman perkebunan atau buah-buahan pada batasbatas kebun seperti: kelapa, mangga, kapuk, dan jenis tanaman buah-buahan lainnya serta beberapa tanaman kayu yang tumbuh liar dan merasa sayang untuk ditebang.
Setelah pohon sudah besar dan rindang, areal untuk menanam tanaman semusim menjadi semakin sempit marginal, sehingga kebun dikonversi menjadi kaendea/rahia dengan cara ditanami tanaman perkebunan pada seluruh areal dengan maksud di samping dapat dipungut hasilnya juga dijadikan sebagai alat pembuktian atas kepemilikan tanah. Jika merujuk pada hasil analisis valuasi ekonomi terhadap beberapa skenario pengelolaan hutan Papantiri, model pengelolaan hutan sistem agroforestri lebih menguntungkan
dari sisi ekonomi dan lingkungan bila dibandingkan dengan model pengelolaan hutan jati secara monokultur rnaupun model pengelolaan hutan berdasarkan perencanaan yang dilakukan masyarakat Kontu. Pada masa kerajaan Sugi Laende (awal abad 15) penerapan kaendea (hutan rakyat) di desa Labone untuk tanaman jati sudah mulai dilakukan melalui pendekatan penekanan dari pihak kerajaan agar setiap petani yang membuka kebun/ ladang diwajibkan mencabut akar jati karena bibit jati yang terbatas untuk ditanam di ladangnya masing-masing (Sidu, 2006). Sistem agroforestri memiliki beberapa keunggulan baik dari segi ekologi/ lingkungan, ekonomi, sosial-budaya dan politik.
Keunggulan ekologi/lingkungan, agroforestri memiliki stabilitas ekologi yang tinggi, karena agroforestri memiliki: (1) Multi-jenis, artinya memiliki keanekaragaman hayati yang lebih banyak atau memiliki rantai makanan/energi yang lebih lengkap.
AGROFORESTR
Kearifan lokal: Resolusi Konflik Pengelolaan Hutan Berbasis Agroforestri
299
t"
F ffi;fi:;il,Lfr,il:fJlffiffi;;:,llll
dan airyuns iJcii tanaman semusim dapat
[:llil"Tnsan
rnengurangi roungun hama dan penyakit, vesetori, r.t ingiu iiaur. p.rn.,,;;il;;"keterbukaan
(4)penggun;;;;il#
jilix'3lll'"il:,:::.i.f"'H11'"ffi"1;1i#
kinan terdapat 'rerun!' @iches)*"* o"r"r"m tergantung pada kesuburan tanah' kemiringan lereng, -erosi, terhadap
t"r"nt#ilt"rr"oioun oir, i".";;;;-'niches' l#"r'-T:?##uouou'i'"- """"kultur, ini petani meml
iki
ull;#ffi ff ffif #}:ff }hT*agrorores
rri,
aun bukan ..";;u;;?Jl"Jili 'ches' *T.1::Tiil ljfi'""i",,xii',i,-tetsebut, yang seringkali
Keunggulan polirls. Agrof'orestri dupat r.rn.nuLit'rasrat poritik musyurakat luas dan kepentingan bangsu sccara kcselyruhan, yakni:
(l)
Agroforestri dapat dan sangat cocok dilakukan oleh masyarakat ruas, adanya pemerataan kesempatan usaha, serta menciptakan struktur supply yang lebih kompetitif.
(2) Dapat meredakan ketegangan atau konflik politik, yang selama ini
terus
memanas akibat ketimpangan peran antar golongan dan ketidakadiran ekonomi.
Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan direspon dengan .rasa memiliki' dan menjaga sumber daya hutan/lahan yang memberi manfaat nyata kepada mereka.
lustrJ memboroskan
biaya dan tenaga.
an kepa a peran ii rer ati r f:;:ff#,;r:: i:n ^:f _t'' il; ke ry-|iffi} ;"#i,l*i""n I ranaman
geri Iebih ti nggi dan berkes inambungan, l (
)
s
ej
a h te ra
d
yang riasanya dipil h jeni is ff *1T:: j:1,1,j:i:":"":$;iiffi l^:,lilm, j]"#:iill; fi ;:::l?.#f#T,":l:?:, ij,'ii;,f i'.:T#jT'*,.^:ryi;ff i* iillff T"lffi l#f fi T:ffi "#l-Tjfl Ili:fffii. j'T:i:l"'i,:'::T-:1;Jli"fi il'i"]"['T:iffi .'T:; iJ,llllllf;,, j'.,l'i:, ini :ll"*'{;;;' .""jiil;#l* i
Hf
sepanjang il:Tl;ngun tahun.
"r""
s_jen
TJ,i",'iJlff T.,.*;
(2) Kebutuhan investasi yang reratif rendah, atau mungkin secara bertahap.
dapat dirakukan
Keungguran sosiar budaya, yaitu keungguran agroforestri yang berhubungan dengan kesesraian Gaopriiitiry) yang tinggi dengan kondisi li,.,ililill?;,jili3jil-dan sikap iuouvu'"u,vffi, ]",on, Har ini
(l) Teknorogi
yang fleksiber, dapat diraksanakan murai dari sangar intensif
untuk masyuru:l yang suiah
rulu, ,u-pai kurang intensif untuk
yang masih tradisional din subsisten. .^. Kebutuhan Tu:yurukat (2) input, proses p"ng.tolu;, sampai
l#ffi"
sudah sangat dikenaidan biasa
jenis hasil agroforestri diierg"""i.""'"i",,, masyarakar
(3) Filosofi budidaya yang efisien, yakni memperoleh hasil yang relatif besar dengan biaya atau pengorbanan yang relatifkecil.
Kearifan lokal: Resolusi Konflik Pengelolaan Hutan Berbasis Agrofor-itri
301
Kengl(um!n Model yang d'akukan untuk mcnghadapi situasi konflik digunakan rima gaya manajemen konflik, yaitu ('i; macam tini"Lun-r"nghi"d;d i;J-ioro",iri komando otoritatif; (3) akomodar; o,uu
Jelaskan model-model penyelesaian t olnitt Jelaskan faktor-faktor penyebab konflik sosial di kawasan hutan lindung! Jelaskan nilai-nilai kearifan lokal dalam pemilikan dan pengelolaan lahan/
;;;t$a1;.(4) kompromii; dan (5) kolaborasi (kerjasama) atau pemecahan "* masar-ah. serain modet itu, nirai_nirai kearifan lokar (rocar wisdomjyung l"di r-i"r, bersamaan dengan peradaban oii"'u"r*"'langkan un,*
vang dapat
hutan
,ffiisi
konflik filr?|fi:XTetempat Konflik yang terjadi di kawasan hutan papantiri diawali dengan penyerobotan lahan (versi pemerintah),
kaadall
Jelaskan pengelolaan agroforestri berbasis kearifan lokal
aaaiililii"
K;;;;il;;"
antaranya menetaokan
*iluy; ;;;urun r.nuru*yi rurr"*tui
masyarakat dan pemerintah dan antara masyarakat dan perusahaan pemegang hak pengelolaan hutan!
;h;l&6
,.,urun lindung)
carilah contoh-contoh kearifan lokar pengelolaan sumberdaya hutan dan pertanian yang ada di Indonesia dan di negara lain. Bandingkan contohcontoh yang Anda temukan. Uraikan kelebihai dan kelemahannia!
tidak"n,pernah
melibatkan masyarakai, sistem tradisionar moder ienger;i;;;'l;""our. pem'ikan rahan pada masya_ rakat Muna pada umumnya dapat uJ.r"ni"i'plmirikan individuar dan pemirikan ketompok atau korektir.
u.u,n;;;#;ilrk; ffi
.S".uru alamiah oreh masyarakar r","-ilr'"iJ"iri
ffilrlnu"rauyu
rt"n". Beberapa peristirahan pemilikan sumber-sumber agraria utuu-ruri".auyu^uturiui'lliai yaitu rrl ome; (2) kaendea; (3) wint-iltont",
ii"-(il)""r. s".#
iirilri1.'p",nrirunr
penguasaan atas sumberdaya lahan utuu ,urnb agraria pada masyarakat iakai Muna yang u"i" Jilr*"knn didasark"i arao k^-L^-^: , ^]"1ltutb"r katura; (2) sampuha; "11-u"ri";.;;il;,;il' ol roifit'i; iq ro*oogt i; (5) kafotai; dan (6)
ffi ;rT#:'r:1ffiffii::
fif:}u'
Kawaagho merupakan sis,tem pemirikan. rahan yang diperoleh merar.ui pemberian (hibah) dari orang lain atau pl'fr,u[ Lin. penguasaan Lhan atau tanah dengan sistem kaada r".upu'kun u"nrut'ffiuasaan rahan/k ebun cara meminjam kepada orang rain @aru)dengan aun- u?r.,tut sementara. dengan pengolahannya dirakukan. sistem senJiri,unpu- u"rrura-sama dengan pemirik rahan. Kafotai merupakan bentuk p"nguuruu'n-.tuiun unrur, sebagian arear kebun dan
H'jlilri#ilf;;"Jffi"'i,i"i.'lama
p"";;;;u""yu
Pengeroraan lahan dengar-pora agroforestri d
iI
akukan
kaendea' awarnya
varakui l,tunu-
ua;;;
Buku Teks dan Bahan Ajar
Winardi, 1994. Manajemen Konflik (Konflik P en g e mbangan ).
r,
kebun.
perubahan
dan
Mandar Maj u: Bandung.
Makalah, Paper, Prosiding Seminar Darmawan A.H., 2006. Konflik sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-
Budaya (Dengan Fokus perhatian Kalimantan Barat). Makalah, seminar dan Lokakarya Nasional pengembangan perkebunan wilayah Perbatasan Kalimantan, dengan tema: "pembangunan sabuk Perkebunan wilayah perbatasan Guna pengembangan Ekonomi wilayah dan pertahanan Nasional", pontianak l0-l r
ini sezungguhnya sudah sejak
Januari2007.
nyu
berpurar (rotasi) dengan menanam tanaman semusim sambir menyisipkan beberapa perkebunan atau tanaman buah-buat an paaa
Bahan Bacaan
dlak-ukan t",,u,u_,o,nu
vi"r' ; 1;r, kan ko i#"ntu meiupakan p"ng"riu;i riiun "=rTi.'' o"ngun-sisrem
mas
!
carilah contoh-Qontoh konflik dan penyelesaian pengelolaan hutan antara
r"aungtun
masyarakat mengklaim bahwa kawasan tersebur adalah tanatr watopure. akar masarah konflik lahan ini disebabkan karena pemerintah iaram menetapkan (membuat) tata guna lahan (misatnya,rata gunu irlgai pada awal yang
di
!
Jelaskan penerapan sistem penguasaan rahan dengan sistem kawaagho dan
Masjud Y I., 2000. Kajian Karakteristik dan Dampak Lingkungan Kegiatan Petani sekitar Hutan. Southeast Asia policy Research working Paper, No. 10, Bogor.
Hasil Penelitian dan Jurnal
M,2004. Anarisis Debit sungai Akibat Alih Guna Lahan dan Aplikasi Model Genriver pada Das way Besai, sumberjaya. Agrivita Y ol. 26 No. l, Bogor.
Farida, Noordjwik
AGROFORESTR
Keuti
Rianse' U., Dasmin .S., Mnrzuki I.. tlnn Ln Odc Midi, z(x)g. Vttltuni liktttuttni
Dun Annlisis
I.AMPIRAN
p,rrisipusi Mrts.vttntkttr srrrrt KctnJlik Di Kawcuatt llukut pupttntiri
pengc:rnhungun
Penyustman Model Resorusi Kabupaten Muna. Laporan peneritian Insentif Riset Ungguran Strategi Nasionar Tahun Anggaran 2009. Lembaga peneritian Universitas Haluoleo, Kendari. sidu D., 2006. Pemberdayaan Masyarakat sekitar KAwasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna provinsi Surawesi renggara. Disertasi, rpB, Bogor. Sulaefi, Surono, A., yogaswara, H., Muliyana, 200g. Kajian Distribusi
Lampiran
1.
Peta Partisipatif Masyarakat Rencana Pengelolaan Kawasan
Hutan Papantiri
Tanah Negara' Buletin LMpDp Land Media pengembangrtn
Kebijakan Pertanahan, Edisi 09 Nov. 200g_Jan 2009. verbist 8., Putra A.8., Budidarsono, s., 2004. penyebab Arih Guna Lahan dan Akibatnya Terhadap Fungsi Daerah Ariran sungai (DAS) pada Lansekap Agroforestri Berbasis Kopi di sumatera. Agrivitayor.26
No.t.
Yasa
M, 2008. MPBM sebagai persiapan usaha Mengatasi Ketimpangan Penguasaan Tanah di Indonesia. Buletin LMpDp Lancl Media Pengembangan Kebijakan pertanahan, Edisi 09 Nov. 200g-Jan 2009.
AGROFORESTRI: Solusi Sosiat a
305
]T t,
Lamplran 2, Blaya Finansial Berbagoi pola Usaha Tani Kakuo Kakao Tahun ke0
integrasi-
Kakao integrasi tanlmnnTayu-
Monokultur
tanaman non-kayu
3.900.000
3.900.000
3.57.5.000
3.179.688
2.123.942
2.1t6.740
kayuan
2
1.592.362
1.888.856
'tr1
3
4
t.064.426 2.024.590
, aoA
5
2.r48.t9
2.073.834 2.804.531 3.077.097 4.014.651 3.371.418 3.560.63s 3.769.865
6
3.091.529
7
2.317.6& 2.326.404 2.747.378 2.546.552
J.U
13
2.859.642 3.573.515 2.701.435
I4
4.849.669 4.306.369
[email protected]
4.3t0.567
8
9
l0 {
Kakao
II t2
l5
lU.9)5
3.980.635
3.6t1.72t 4.546.487 A 41<
7.
1
8.034.040 11
RM
6.6'1
5.54t.692 5 \AA I
3.926.183
6.695.445
l9
t.897.3t0
7 r'.OR r sa
2.850.981
20
1.858.48s
z)24.406
7.088.682 12.390.288
0
0 81,000
4.698.500 4.538.750 5.009.323 7.514.087 8.837.856
kayuan
101.250
2.625.799 4.O91.498 4.836.889 5.530.412 23.355.802 26.527.s58 28.880.458 62.199.694
4.845.4tt
6
5.667.341 6.391.974
10.158.037
7
7.0t9.3t0
n.4tt.1t4
8
7.549.350 7.982.092 8.317.537
12.372.3s2
8.555.686 8.696.537 8.740.091 8.686.348
5.100.43s s.473.954 s.628.873 5.672.491
8.535.308 8.286.972
5.585.377
9.028.932
4.4t0.525
t9.793.78s
7.94t.338
3.635.774
7.498.407
2.854.30r
25.558.671 27.898.410
1.882.362
30.271.660
9
l0
ll t2
l5 l6 l7
3.239.t98
Kakao integrasi tanaman kayu-
4
5.025.4W 6.283.726
3.635.058
Kakao integrasi tanaman non-kayu
5
t3
2.706.38s
AGROFORESTRt,to
2 3
t4
l8
Monokultur 0 4.587.500 4.400.000
5.003.033
t7
4.369.150 3.712.853
Kakao Tahun ke0
4.997.t82
2.938.755 2.782.103 2.185.09t
l6
Lampiran 3. Manfaat Finansial Berbagai pola Usdha Tanl Kakao
l8 l9
6.958.179
20
6.320.654
3.247.737
4.179.t42
10.893.560
8.212.896 8.564.720 8.873. r 59
9.203.882
6t.7t9.393
Lompirun 4. Bioya Ekonomi llorbagai polu Usaha Tunl Kukro Tahun ke0 I
;
Kakao
Kakao intcglasi
Monokultur
tanaman non-kayu
32.841.703 29.450.567
2
17.586.&9
3
t7
.t7l
.672
F
4
t8.250.443
F
5
28.636.278 29.710.407 29.073.844 29.226.751
r
6 7
t I I
8
I
Knkuo intcgruli tlnurruin kuyukrryuan
33.577.056 34.277.s97
Kakao Tahun ke0
Monokultur
I
4.690.3t3 t9.573.638
17.887.31.5
2
19.553.079
J
20.56t.371
4
19.999.315
21.062.220 23.328.363
5
6
60.000
22.640.732 24.551.379 6.071.021 7.523.780
43.664.88 r
47.224.627
33.1&.124
50.834.297
0
t5.619.253
2t.303.501
83.478.t47
I
t5.799.827
2
21.787.633 22.094.228
34.344.123 36.371.476 37.010.007 37.280.319 37.273.549 37.044.026 35.483.158
,4.eigste 30.618.435
J
22.t90.472
t5.634.777 15.858.2s2
4
23.r42.909 22.83t.216
t7.326.079 17.96t.449
6
23.430.629 22.877.815 22.803.426
7
22.087.304 21.830.660 21.400.853 20.677.571
18.908.995
8
19.813.939
17
l8
l9 20
3t.t27.955 30.754.s94 31.510.722 30.948.222 31.168.302
AGROFORESTRI: Solusi Sosiu,
U
26;187.96t 28.694.869 30.436.474
23.70t.286
l5 l6
15.529.910
19.990.736 22.t72.9',16 24.308.556 25.470.477
31.894.030
23.978.977 22.583.710 23.643.512 23.269.55s 23.40s.044 23.590.798
30.438.229 30.575.157 3 r.071.606
t9.984.120 23.307.241 26.586.092
8.742.t27
29.799.t02
t4
6t.250 300.406
9.756.685 20.659.330
29.757.220 30.237.202
31.t26.3t1
Kakao integrasi tanaman kayukayuan
8
I t2 l3
Kakao integrasi r tanaman non-kayu 60.000 5.127.359
7
24.24t.206
l0
ll {
33.902.05
3s.357.s94 19.026.766 r9.368.015 20.212.945 22.370.533 23.467.508 22.997.890 23.342.868
Lampiran 5. Munfuat Ekonomi Berbagai Pola Usahitani Kakao
15.434.8s3
18.836.09s
%n62Bss
9
5
34.527.45t 34.9t5.284 [email protected] 45.380.600
34.332.3t3
50.907.565 53.058.387 86.378.348
9
18.820.894
33.134.422 31.775.508
20
17.595.624
30.2t0.946
Lampiran
33.638.616 34.093.981
55.215.622
309
DAETAR PUSTAI(A
Alqadrie, I.S., Ngusmanto, Budiarto, T. dan Erdi, 2002. Decentraliz.ation Policy of Forestry Sector ancl Their Impacts on Suslainuble Forests uul Local Livelihoods irt District Kapuas Hulu, West Kolimuntan. CIFOR, Bogor, Indonesia, dan Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Andayani, W., 2003. Efisiensi Pemasaran Kayu Sengon Rakyat di Daerah Sentra Produksi Kabupaten Wonosobo. Jurnal Hutan Rakyat. V (1): 37-77.
2O08. Rehabilitasi Hutan di Indonesia. Center For International Forestry Research. Bogor-Indonesia.
Ani adwinata, dkk,
Anonim, 2002. Perencanaan Terpadu Berbasis Masyarakat Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Jompi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Laporan Penelitian, Kerjasama PPIP Universitas Haluoleo dan DFID Multistakeholders Forestri Program, Development Section, Kedutaan Inggris. Analisis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Pola Kemitraun Propinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus)' Kerjasama Fakultas
_,2007.
Pertanian-Univeritas Kapuas Sintang - EC-Indonesia FLEGT. Arsyad, S., 1989. Pengawetan Tanah dan Air.IPB Press. Bogor. Awang, San Afri, 2001. Masa Depan Hutan Papua, Pengelolaan Hutan Berbasis Negara Menjadi Berbasis Masyarakat. Makalah Seminar
Reformasi Kehutanan Propinsi Irian Jaya. Yogyakarta 7-8
November 2001 Barr, C.. 200l Banking on sustainability: Structural Qdiustnrcnt andtbrestrv
in post-Suharto
Indonesia. WWF Macroeconomics fbr Sustainable Development Program Office, Washington, DC, USA, dan CIFOR, Bogor. Indonesia. Barton, D.N., 1994. Economic Factors and valuasi of Tropical coastal Resources. Center for Studies of Environment and Resources. University of Bergen. Norway. (SMR-Report). Beattie, 8.R., dan Taylor, C.R., 1996. Ekonomi Produksi. Alih Bahasa Soeratno Josohardjono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta'
reJorm
AGROFORESTRI: Solusi Sosial dan Ekonomi
fun@
311
A, L.ote, t977. Trees, Foocl and peoplct, IDRC:. ottawa, Budiadi, 2005' Agroforestri, ""J;;:"" Mungkinkah Mengatasi permasalahan sosial dan Lingkungan? Humaniora. V (3/XVU): 4_g. .. Budiarto, T" 2003. case stucry on ,bg;t bggiug, riverihoocr sec.uritt, untr cortfl ict: The case stucty oJ West Kalinten,t.n. Ad"lJ;'il;Liff, Pontianak, West Kalimantan, Indonesia.
"n"-|1;* ;l?if;If-b
I
chiang, A'
c.,
an g un
an M a sy arrakat D e s a: Mutai dari
B
e
I
akan g,
19g6. Dasar-dasar
Matematika Ekonomi.Edisi Ketiga. Arih Bahasa Susatio Sudigno dan Nartanto. Erlangga, Jakarta. Darmawan A.H., 2006. ronnit Sosiar dan Resorus]-ronftit, anarisis sosio_ Budaya (Dengan
Fokus perhatian Karimantan guruo. Makarnh, p".kJunan wilayah Perbatasan Kalimantan, dengan tema: ,,pembangunan Sabuk Perkebunan Witayah perbatas]an Guna p"";;;;;g"" Ekonomi wilayah dan pertahanan Nasionar", pontianak r0-l r Januari 2007. Debertin, D.L., 1996. Agricurturar protduction Ekonomics.J".ono Edition. Mc. Graw_Hill Inc., New york. De Foresta H' and G. Michon, 1993. creation and management Seminar dan Lokakarya Nasional pengembangun
of rurar Agroforestrys in Indonesia: potentiar apprications in a?ri"u. In Hradik c'M et al' (eds.): Tropicit forests, people and food. Biocultural Interactions and applications to Development.
De Foresta H. and G. Michon, rggT.TheAgroforestri alternative to Imperata grassrands:
_ De
sustainab ility.
when smathorder agricurture and forestry Ag
rofo re s try Sy s tems: 36: I 05_ I 20.
reach
Foresta H" G' Michon and A. tcur*ro, 2000. comprex Agroforestris. Lecture note l. ICRAF SE Asia. De Foresta H, Kusworo A, Michon G dan wA Djatmiko, 2000. Ketika Kebun Berupa Hutun-Agroforestri Khas Indonesia-sebuah Sumbangan Masyarakat lCnaf, Bogor.
,
DEPHUT' 1986' Petuniuk Pelaksanaan penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehab,itasi Lahan dan Konservasi ratn-ah. Direktur Konservasi Tanah. Jakarta.
2005' Ancar-Ancar Harga satu pokok Kegiatan (HsprQ 2006: Direktorat Jenderar Rehab'itasi Lahan dan perhutanan Sosiar.
Ditjend RLPS Departemen Kehutanan. Jakarta. -' DEPTAN, 2001. Membangun prrtonio, Uodern. yayasan pembangunan Sinar Tani. Jakarta.
Doll, J. P. Dan F. Orazcm, 1984, Proctuctitii..hconomics: Theory wirh applications. John Wiley and Sons, New York: USA.
Egger,
K. dan Martens, 1981. "Tebri iian Metode
Ekofarming serta
Implementasinya di Rwanda, Afrika Timur" dalam Espiq (Ed), 1988. Ekologi. Obor Indonesia, Jakarta. FAO, IIRR., 1995. Resource management for upland areas in SE-Asia. An
Kit. Farm field
document 2. Food and Agriculture Organisation of the United Nations, Farida, Noordjwik M'2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan dan Aplikasi Model Genriver Pada Das Way Besai, Sumberjaya. Agrivita Y ol. 26 No. l, Bogor. Fauzi, A.,2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Firebaugh, F.M., 1990. "Sustainable Agricultural System: A Concluding View". Sustainable Agricultural System. Edited by: C.A. Edwards, R. Lal, P. Madden, R.H. Miller and G. House. Soil and Water Conservation Society. Iowa USA: 674476 Furtado, J. I. dan K. Ruddle, 1997. "Masa Depan Hutan Tropis". Ekosistem dan Penerapannya. Editor: N. Polunin (diterjemahkan oleh: P. Astuti, A. Hana dan Harsoyo serta disunting oleh: M. P. E. Moeljiono). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Geertz, C., 1983. Involusi Pertanian. Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. Gittinger, J. Price, 1986. Economis Analysis of Agricultural Projects. World Bank, Washington DC, USA. Gray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur, P. F. L. Maspaitela dan R. C. G. Varley, 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Gramedia
Information
Pustaka Utama. Jakarta.
Greene, W. H., 1993. Econometric Analysis. Second Edition. Macmillan Publishing Company. New York USA.
Gudjarati,
D.,
1991. Ekonometrika Dasar.
Alih
Bahasa Sumarno Zain.
Erlangga, Jakarta.
Hairiah, K., Widianto, S.R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S.M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk dan G. Cardisch, 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi: ReJleksi Pengalaman dari Lampung Utara.ICRAF SE Asia, Bogor, Hanafi, A., 1986. Memasyarakatkan lde-ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya.
AGROFORESTRt,t Daftar Pustaka
313
Ha rj o w i ge
n
o, N., s.,
;;;;: ;ff; ;;: ;.Iffi Hl f, TlJl;,i,Lllill,
n,.
L.' 1996. Mitos-mitos pengeroraan hutan dr Indonesia.
Hasanuddin,
Jatlloksono, T. and K. Otcuku, 1993. Impact of Modtrn Rico Technology on Land price: The Case of Lampung, Indonesia. American J. of Agric. Kertos
Posisi No. 02. wahana Lingkungan Hidup Indonesia/ Friends of the Earth Indonesia.
Hayami,
Y'
dan
v.w'
Ruttan, r9g5. Agriculturar Deveropment: An
Internasionar prespective. Revised and Expanded Edition. The John Hopkins University press. Baltimor and London. Henderson, J.M. dan euandt, R.8., 19g0. Microekonomic Theory, A
Mathematical Approac&. Third Edition. McGraw_Hill Inc, New York. Helmi, dkk., 2006. pengeroraan Hutan Berbasis Masyarakat (perjarana menuju kepastian) Departemen Kehutanan atas dukungan The Ford Foundation. Jakarta. Hirschey, M., 2000. Manajeriar Economics, The Dryden press. Harcourt College publishers. USA. Hirskleifer, J' And A. Grazer, 1992. price Theory and Apprication. Fifth
Edition' printice Halr Inc.
A. simon and schuster company, Englewood Clifts, New Jersey. Howe, C,W., 1978, Natural Resource Economics: Issues, Analysis, and Policy. John Wiley and Sons. New york. USA.
Hufschmidt,
M. M., et al.
P e mban g unan. IJ GM press,
lgg7. Lingkungan Sistem Alami
yogyakarta.
dan
Huxley, P., 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd, UK, ISBN 0-632_04047_5.
IAI'
1998. The statement of Finunciar Accounting stuncrard (psAK) No. s4 on accounting .for non-perfornting loans. Ikatan
Akuntan Indonesia,
Jakarta.
Indrawati D'R., kawan E., Haryanti N., yuriantoro D., 2003. partisipasi masyarakat daram upaya Rehabilitasi Lahan dan Konservasi ranah (RLKT). Jurnal pengelolaanDAS, SurakartaVol IX I, 2003. hawan dan M' Suparmoko, r99g. Ekonomi pembangunan. Edisi 5. BPFE. Yogyakarta.
hham, 2001. "Anarisis Biaya Manfaat daram proyek pembangunan Berdampak Lingkungan". Environmental Economics
Jbr Practitioners: seminars in Appried Environmentar Economics and Natural Resource Acconting. cEpI. canora (Asia) Incorporated-clDA
Proj ect. Montreal-Canada.
AGROFORESTRI,
to,urt aortu
Econ.Y(75): 652-665. Jatileksono, T., 1993. Ketimpangan Pendapatan di Pedesaan: Kasus Daerah Padi di Lampung. Jurnal Ekonomi IndonesiaY(2):51-73' Johnston, J., 1984. Econometric Methods. Third Edition. McGraw-Hill Company. SingaPore' Kasryono, F., 1984. "Kerangka Analisa Ekonomi Pembangunan Pedesaan" d.alamProspek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Editor: F' Kasryono. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Kim, C.Y., 20O2. Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasar pada Konsep
Nilai Ekonomi Total. Disertasi,
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
King, K.F.S., 1968. Agrisilviculture: The Taungya Sistem. Bulletin No' 1. Depanment of Forestry, University of Ibadan, Nigeria' 1979. Agroforestry' Proceeding of the Fiftieth Symposium on ropical Agriculture. Royal Tropical Institute, Amsterdam, The Netherlands.
Kuenzel, W., 1989. Agroforestry -, England.
in
Tonga. University
of New
England,
Armilade, Kuncoro, M.,2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Lahjie, A.M., 2003. Pendekatan Pengusahaan Hutan dengan Ekosistent A g rofore s t ri. Universitas Mulawarman. Samarinda. 2004. Teknik A g r ofo r e stri' Universitas Mulawarman. samarinda' La Rianda, 2001. Rekayasa Sistem Pengembangan Agroindustri Perkebunan dengan Pendekatan Wilayah. Disertasi, Progtam Pascasarjana -, Rakyat Pertanian Bogor. Bogar. Institut Lubis, S.M., T. Mumpuni, T. Kuswartojo, A. Firman dan H. Kushardanto, 2000. Membuat Pembangunan Berlaniut: upaya Mencapai Kehidupan Makin Berkualitas. ICEL. Jakarta. Lundgren, B.O. and J.B. Raintree, 1982. Sustained Agroforestry . /n Nestel B. (Ed.). 1982. Agricultural Research for Development. Potentials and challenges inAsia. ISNAR, The Hague, The Netherlands. 37-49. Lundgren B.O.. 1982. Cited in Editorial: What is Agroforestry. Agroforestry Systems: I:7-12. Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria M ai emuk. Grasindo. Jakarta.
Daftar Pustaka
315
r r,r zr rqrrsn rs8raKtofl8ilr( dm.D0mpak Lingkungun Kegiutun ^r. Petani sekitar Hutan. southeast Asia policy Rescarch wirking Paper, No. 10, Bogor. Masyhuri, 2004. Ekonomika Matumatika. Materi Kuriah program Pascasarjana program studi Ekonomi pertanian universitas Gadjah ,v'oJsf.
Mada, Yogyakarta.
Maydell, H.J., 1986. Agroforstwirtschaft in den Tropen und sub-Tropen. Dalam Rehm s.. (Ed.). 1986. Grundragen des pflanzenabaus in den
Tropen und Sub-Tropen.Eugen Ulmer, Stuttgart, Germany. 169_190.
MENHUT, 2006. sambutan Menteri Kehutan Repubrik Indonescria.
Disampaikan pada Lokakarya Dephut "Membangun Komitmen para Multi Pihak dalam Rangka penghentian Kerusakan Hutan AIam,,. Lampung tanggal 26 Juli 2O06.
Michon' G' and H. de Foresta, 1995. The Indonesian agro-forest moder: forest resource management and biodiversity conservation. 1n Halladay P. and D.A. Gilmour (eds). conserving Biodiversity outside protected areas. The role of traditional agroecosistem s. IUCN: 90_ 106.
vision
1999. Agro-forests: incorporating a forest
in Agroforestry. In
Buck L.E., Lassoie J.p. and E.C.M. Fernandes (eds). Agroforestry in sustainabre Agricurturar system.
CRC Press, Lewis Publishers: 391406. Mikkelsen, B, 1999. Metode penelitian pgrtisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan, Sebuah Buku pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta.
M. dan Valuation in
Munasinghe,
E. Lutz,
lgg3. Environmental Economics ancl Development Decisionmaking. World Bank. Environmen tal Wo rking paper. Munasinghe, M. 1993. Environmentar Economics" and sustainabre Development. World Bank Environment paper Number 2. Nair, P'K.R., 1987. Agroforestry systems Inventory. Agroforestry systems 5: 2542. 1987. Agroforestry system Inventory. Agroforestry systems 3: 375-
382.
-'
1993. An introduction to Agroforestry.
The Netherlands.
-' AGROFORESTRI: Solusi tortu,
Kluwer Academic publisher,
M., Devung O.S., 2(n4.
Panduan nen$mUangan Perun dan Partipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan. Institute for Global Environmental Strategies (IGES), Karlagawa. Jepang. Nas, T.F., 1996. Cost-Benefit Analysis: Theory and Application. SAGE Publications. Califomia. USA. Nicholson, Vy'., 1995. Mikro Ekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi Kelima. Alih Bahasa Agus Maulana. Binarupa Aksara, Jakarta. 1995. Teori Mikro Ekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan. Edisi Kelima. Alih Bahasa Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta. 1998. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions. -, Seventh Edition. Harcourt College Publishers. USA. Notohadinegoto, T., 1999. "Diagnosis Fisik, Kimia, dan Hayati Kerusakan Lahan". Prosiding Seminar Penyusunan Kriteria Kerusakan Tanah: Kerjasama Direktorat Kerusakan Lahan BAPEDAL dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UGM dan CEPI. Yogyakarta. Nurdin, 2.,2002. Jambi Province. dalam Sudradjat, A. dan Yustina, I. (eds.) Mencari Fonnat Desentralisasi Kelrutanun. Nectar Indonesia,
Nanang
Jakarta, Indonesia.
Palaniappan, S.P., 1984. Cropping System in The Tropic: Principles and Management, Wiley Eastern Limited New Delhi India and Tamil Nandu Agricultural Univesity. Coimbatore. Papas, J.L. dan Hirschey, M., 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi Keenam. Alih Bahasa Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta. Partadireja, A., 1985. Pengantar Ekonomika. BPFE, Yogyakarta. Pearce, D.W. dan D. Moran, 1994. The Economic Value of Biodiversity.ln Association with the Biodiversity Programe of IUCN-The World Conservation Union. Earthscan Publications Ltd. London. Pearce, D. W. dan R. K Turner. 1990. Economics of Natural Resourt:es uncl The Environment. Harvester Wheatsheaf. Pindyck, R.S. dan Rubinfeld, D.L., 2001. Mikroekonomics. Prcntice-Hall. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Pinstrup-Andersen, P., 1982. Agricultural Reserarch and Technology in Economic Developmenl. Published in the United States of America by Long an Inc. New York. Pomeroy, R. S. 1992. Economic Valuation: Available Methods dalam Chua T. E. dan L. F. Scura. Integrative Framework and Methods .for Coastal Area Management. Association of Southeast Asian Nation/ United States Coastal Resources Management Project.
Ou
Daftar Pustaka
317
Potter. L. 1996. Forest dogradation. dcforestutlon, and rcfbrcstntion in Kalimantan: towards a sustainabre rand use? /n c. pudoch and N.L. Peluso (eds), Borneo in Transition: people, Forests, conscrvatirn, and Development. oxford university press, Kuara Lumpur. pp. l3-40. Pudjosumarto, M., 2002. Evaruasi proyek, uraian singkat d)n soar Jawab. Liberty, Yogyakarta. Pujawan, I. N., 1995. Ekonomi reknik. candimas Metropore. Jakana. Rahaya, YDS. dan s.A. Awang, 2003. "Analisis Jendei daram pengeroraan Hutan Rakyat". Jurnal Hutan Rakyat. V (l): 9_36. Randall, A. and M.c' Farmer, 1995- "Benefits, costs, and Safe Minimum standard of conservation". The Handbook of Environmentar Economics. Edited by: D. w. Bromrey. Blackweil pubrishers Inc. Oxford UK and Cambridge rJSA:2644. Ready, R. c., 1995. Environmental valuation under uncertainty. The Handbook of Environmental Economics. Edited. by: D. w. Bromrey. Blackwell Publishers Inc. oxford UK and cambridge USA: 56g_593. Reksohadiprodjo, s., 1999. Natural Resource Accounting: penerapannya pada Kerusakan Lahan. prosiding seminar penyusunan Kriteria Kerusakan Tanah: Kerjasama Direktorat Kerusakan Lahan BAPEDAL dengan pusat penelitian Lingkungan Hidup UGM dan
CEPI. Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S. dan A.B.p. Brodjonegoro, 1997. Ekonomi Lingkungan: Suatu Pengantar. BPFE yogyakarta.,
u.,
Analisis produktivitas, Finansiar, dan Ekonomi usahatani Kakao dalam Kawasan Hutan di Surawesi renggara. Disertasi,ucM, Yogyakarta. Rianse, U. dan W. Widayati, 2005 "Applying Gender Analysis to Environment Development,. From Sky to Sea: Environmental and Development in Sulawesi. Editor: S. Wismer, T.Babcock dan B. Nurkin. Departement of Geografi University of Waterloo. Canada: Rianse,
2Cf],6.
295_320. Rianse, u., Dasmin s., Marzuki I., dan La ode Midi, 2009. varuasi Ekonomi
dan Analisis
pengembangan partisipasi Masyarakat serta Penyusunan Moder Resorusi KonJtik Di Kawasan Hutan papantiri Kabupaten Muna. Laporan penelitian Insentif Riset ungguran strategi
Nasional
Tahun Anggaran 2009. Lembaga peneritiii' universitas Haluoleo, Kendari. Rianse, U., R. Marzuki Iswandi, Dasmin Sidu,dan La Ode Midi, 2009. Valuasi Ekonomi dan Anarisis pengembangan partisipasi Masyarakat
AGROFORESTRI: Solusi Sosial a"n
r f
Scrta Pcnyusunan Model Resolusi fonfl.il di Kuwasan Hut&n Papantiri Kabupaten Muna. Inporan Penelitian Rusnas, Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo, Kenlari. Richards, P. W., 1997. "Sifat Ekosistem Hutan'Tropis". Ekosistem dan Penerapannya. Editor: N. Polunin (diterjemahkan oleh: P. Astuti, A. Hana dan Harsoyo serta disunting oleh: M. P. E. Moeljiono). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Riggs, J.L., D.D. Bedworth dan S.U. Randhawa, 1998. Engineering Economics. The McGraw-Hill Companiers. Singapore. Rogers E.M., dan F. Shoemaker, 1971. Communication of Inovations. The Free Press. NewYork. Sadoulet, E. dan A. de Janvry, 1995. Quantitative Development Policy Analysis. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Salvatore, D., 1989. Teori Mikro Ekonomi. Edisi Kedua. Alih Bahasa Rudy Sitompul. Erlangga, Jakarta. 200L. Managerial Economics dalam Perekonomian Global. Edisi
_,
Keempat. Erlangga, Jakarta. Sajogyo, P., 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa.
CV. Rajawali Press. Jakarta. Sasmitawidj aja, 2004. Enviromental Economics and Policy Specialist. ULIN Edisi 27 Mei2004,Tribun Kaltim. Sastrosoedarjo, S., 2002. Beberapa Pendapat Tentang Taman Nasional Merapi-Merbabu. Dialog Interaktif Menyusun Rencana Taman Nasional Gunung Merapi. Diselenggarakan oleh PSLH-UGM, KALIGAMA dan PESIL-UGM. Yogyakarta. Setiono, B. dan Yunus Husein, 2005. Memerangi Kejahatan Kehutanan dan Mendorong Prinsip Kehati-hatian Perbankan untuk Mewujudkan Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan. Cifor, Bogor. Occasional Paper, No.44(i): 1-40. Setiono, B. 2005. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) untuk Nasabah Sektor Kehutanan. Cifor, Bogot. Governance Brief, November 2005, No. 19: 1-6. Sidu D., 2006. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar KAwasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Disertasi,IPB, Bogor. Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas, RajaGrafindo Persada, Jakarta. _, 1995. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Daftar Pustaka
319
ryt rrr!,({ung rgnoang, ^ .\ioemAfwol(r n trvrr /,
i.Y,iii;"?;','#l);,n!:^t:r::^Y:d:ri:ptyrtytisrnaBorupensetotutn
-riJfl: '*,!::zl:""y:i:i,ni::#":,;:{";:"Y^:;^:#:,:;:f til;, :{':;:;:: mi s, bertet nj"uta
f"ffi
no
a
Yogyakarta.
"
.
"",flgg5. spilrane, J. J., Komoditi Kakao:
o.ai"r,''
3!:il1'
I
^iXl peranannya daram perekonomian
Indonesia. Kanisius. V"gr"t"r". sugandhy' A, .,gg.-"e"n""gui?Jo"r't.,o",rhan Kerusakan sumber daya Lahan"' rros.ili?s sriino, i)riu*no, Kriteria Kerusakan Tanah: Kerjasama Direktorat rou*tui" Lahan uo"eo,[ Penelitian Lingkungan dengan pusar Hia"pUCna dan CEpI. yogyakarta. --
::!:::,'::-*: " I I' l'{"it'o,l?,11i. Sulaefi, Surono, A., yogasw"*-"., Tanah Negara. Buretin
Kebijakan pertanahan,
M ik r
i
o n u, i*,
nao
Ked ua
Muliyana, 200g. Distribusi tirgembangan rupip ;:"; 'rf,i,r^Kajian
Edisi Oq N"". 200g_Jan 2009. van der Tak, tgaierohra Ekon)mi proyek_proyek pembangunan. EdisiBahsa ,"d""Jr.. penerbit UI. Jakarta. Swaminathan, M's., 1987. The til;iAgroforestry for Ecorogicar and Nutritional security.- l" s,"pp[J'H.e Ag.roforestry a Decacle ""a ,.r.nl-Nair (Eds.). o7 O"r"ffient.ICRAF,Nairobi (Kenya). 25Thamman R'' 1989' Rainforest species Management within the cintex of Existing Agroforestri ri Sistem. a fr."""-.rO# J., Homola M., von
squire'
L' dan H'G'
W
#i!,
311.,"ri,
iT,i;f,i
:,*;r:
Tt
R eg ion a
tr
o
u, i,1,
Tomek, G.w. dan K. L.'nouinron, rgg2. Agricurturar product prices. cornet university press. Ithaca and London. Turner R.K., D.W. p"arce n, 1994. Environmental Economic ""J"ur"n,u Elementary Introduction An Harvester Wheatsheaf. Tuwo, o.t zooz. Kakao nrU"i.- tpek Ekonomi dan Badan p"n",uit Mugi.t",
r. i"ri:;:r;, ffH;t1ffifffffi:ma.
unesc;faaB series, *" Untung,
K.,
Akuntansi-
tr' u".rco and parrhenon pubrishing
tO,S.!.,
eembangunan pertanian Berwav Wahana Mimp,ertahankan Memberdayakan Sumb", D,oyo Manusia Desa Sebagai
Group: 70g_
r_;;;;;:;:* rlrrl*rff, Menuju Keluarga
seJahtcra' Mukurah puda lreringutan-.'huri pangun sedunin di Yogyakartu, I Oktober 1996. Verbist 8,, Putra A.8., Budidarsono, Sl, ,ZttO+. Penyebab Alih Guna Lahan dan Akibatnya Terhadap Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Lansekap Agroforestri Berbasis Kopi di Sumatera. Agrivita Vol. 26 No.l. widodo, s.' 1986' An Econometric study of Rice production Efficiency Among Rice Farmes in lrrigated Lowland vilrages in Java, Indonesia. Tokyo-Japan.
_,
1993. Ekonomi Mikro, Hand Out. program pascasarjana, program studi Ekonomi pertanian, Universitas Gadjah Mada, yolyakarta. , I 999. "Reorientasi pembangunan pertanian daram Era-blobarisasi,,. Agro Ekonomi. yI (l): 3g44. Widianto, D. Suprayogyo, H.Noveras, R. H. Widodo, p. purnomosidhi dan M' van Noordwijk, 2004. "ArihGuna Lahan Hutan dapat Digantikan Sisrem Kopi Monokultur?". A grivita. y (26): _52. 47 wiersum, K.F', 1982. Tree Gardenin! and raungya on Java: Exampres of Agroforestry Techniques in the Humid rropic. Agroforestry systems
l:53-70.
1987' Development and Apprication of Agroforestry practices in Tropical Asia' In Beer J., Fassbender rt.w. ana J. Hewerdop (Eds.) Advances in Agroforestry Research. ,ATTETGTZ, Turriarba, costa Rica.
linardi,
1983. pengantar llmu Ekonomi.Tarsiro, Bandung.
Winardi, lgg4.Manajemen Konflik (Konflik perubahan din
Pengembangan), Mandar Maju, Bandung. wooldridge, J. M., 2002. Introductory Econometrics: A Modern Approach. Thomson South-Western. USA. world Bank, 1976. sociar cost-Benefit Anarysis: A Guide for country and Project Economists to the Derivation and Apprication of Economic and Social Accounting. World Bank Staff. Woriing for", Yasa M' 2008' M'BM sebagai persiapan usaha tu"nluturi Ketimpangan Penguasaan Tanah di Indonesia. Buretin LMpDp Land Media Pengembangan Kebijakan pertanahan, Edisi 09 Nov. 200g_Jan 2009.