174 Faridah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajat Murid Pelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS I SD INPRES LAKIYUNG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA Faridah, S. Pd SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran Matematika melalui metode pemberian tugas di kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan fokus penelitian adalah murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa yang berjumlah 32 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan, wawancara dengan indikatorindikator pada tahap refleksi dari siklus penelitian. Data yang terkumpul disetting ke dalam penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh murid kelas 1 SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa secara umum mengalami peningkatan hasil belajar dengan penggunaan metode tanya jawab aspek-aspek yaitu:1) hasil belajar matematika murid mengalami peningkatan dengan menggunakan metode pemberian tugas,2) perhatian dan kesadaran murid meningkat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan baik tugas di sekolah maupun di rumah, begitu pula tugas perorangan maupun tugas kelompok, 3) keberanian murid meningkat untuk tampil kedepan kelas untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Metode Pemberian Tugas Pendahuluan Kegiatan pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuannasional, sebagaimana dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 pada Alinea IV, yang berbunyi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka peran pendidikan menempati posisi sentral dan strategis. Kegiatan pendidikan seyogyanya mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh pengambil kebijakan maupun pelaksana pendidikan di lapangan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi penyelenggaraan pendidikan hendaknya
dilakukan secara optimal dan profesional, sehingga dapat memeperoleh hasil yang maksimal, dalam hal ini efektifitas proses dan hasil sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung diruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru kelas memegang peranan yang sangat penting. Guru kelas adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi murid untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ideide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus guru kelas akan berperan sebagai model bagi anak didik. Kebesaranjiwa, wawasan dan pengetahuan guru dan perkembangan masyarakatnya akan mengantarkan para murid untuk dapat berfikir melewati batas-batas kekinian,berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.Guru sebagai
175 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
pendidik, tidak hanya mengajar tetapi juga melatih beberapa keterampilan terutama sikap mental murid yang akan mempengaruhi perilaku murid. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup hanya mengajarkan sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya. Mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan perilaku gurunya, diharapkan murid dapat menghayati dan kemudian menjadikan miliknya sehingga dapat menumbuhkan sikap mental dan perilaku yang baik. Mendidik adalah mengantarkan murid agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiannya. Mendidik adalah memanusiakanmanusia. Dengan demikian secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu juga berperan sebagai pengajar yang menstransfer nilai pribadi sehingga tidak terjadi penyimpangan perilaku bagi murid.Tugas utama guru kelas adalah mengembangkan potensi murid secara maksimal, baik melalui penyajian mata pelajaran maupun dalam pembentukan kepribadian murid. Baik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri, oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru kelas dalam penyampaian suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi mata pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam usaha mata pelajaran itu sendiri. Untuk mengetahui hasil belajar matematika dapat dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode pemberian tugas di kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Tinjauan Pustaka Pengertian belajar Pada hakikatnya, manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar yang dipacu oleh hasrat ingin tahu dan kadang oleh kemampuan untuk mengetahui. Belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan meliputi kegiatan yang lebih luas, yakni mengalami perubahan tingkah laku. Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu situasi yang didalamnya di tidak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk kebiasaan untuk menghadapi tantangan atau apabila ia harus mengatasi rintangan dalam aktivitasnya. Dengan demikian, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakukan baru atau mengubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaanlatihan melainkan pengubahan kelakuan. Selanjutnya Halling (2004: 27) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dirancang atau sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Amiruddin (dalam Slamet,2005:8) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Sadiman (1996: 1) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak dia masih bayi hingga ke lahat nanti. Salah satu pertanda seseorang telah belajar tingkah laku. Senada dengan pengertian tersebut, Djamarah dan Azwan Zain (2002: II) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
176 Faridah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajat Murid Pelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sardiman (2000: 61) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu. Perubahan sebagai hasil daripada proses belajar dapat dilihat dan berbagai bentuk seperti perubahan pada segi pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Perubahan dalam arti belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, artinya seseorang yang belajar menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia telah merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, dimana perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan.Dari beberapa penjelasandi atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu baik dan segi pengetahuan maupun sikapnya. Sadiman, (1996:3) berpendapat bahwa ciri-ciri belajar dapat dilihat sebagai berikut bahwa: (a) belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku; (b) belajar itu perubahan tingkah laku relatif permanent; (c) perubahan tingkah laku itu pada dasarnya diperoleh kecakapan baru; (d) dalam belajar perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar dan pengalaman atau latihan. Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana (1989: 5) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri yang dapat diamati untuk mengetahui murid belajar dalam proses pembelajaran diantaranya: (a) Murid tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari dan memberi informasi; (b) Murid mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada murid lainnya; (c) Murid mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru terhadap pendapat yang diajukan oleh murid lainnya;(d) Murid diberi
kesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaan sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang dianggap masih belum memadai; (e) Murid membuat sendiri kesimpulan pekerjaan dengan bahasà dan cara masing-masing baik secara sendiri maupun secara berkelompok; (f) Murid memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada di sekitarnya secara optimal. Menurut Sudirman (1988: 9) adapun tujuan belajar pada diri manusia mempunyai tujuan sebagai berikut: (a) tujuan belajar mengubah tingkah laku ke arah yang lebih berkualitas; (b) tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman; (c) tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan nilai dan sikap; (d) tujuan belajar sebagai suatu pembentukan keterampilan personal. Menurut Slameto (1998:27) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan kegiatan belajar. Faktor-faktor itu antara lain: (a) Faktor kecerdasan. Tingkat kecerdasan manusia tidak sama; ada yang lebih tinggi. Ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi kecerdasannya dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit, dan dilakukan dengan cepat dan tanpa melalui banyak kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. (b) Faktor belajar, yang dimaksud faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkiatan dengan proses belajar sehingga tidak dapat memahami pelajaran. (c) Faktor sikap. Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, seorang mempelajari pelajaran yang dihadapinya atau tidak dan masih banyak lagi yang lain. (d) Faktor fisik, yang dimaksud faktor fisik adalah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik
177 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
seseorang sebagaimana telah diketahui, bahwa badan yang tidak sehat membuat kosentrasi terganggu, sehingga menghambat kegiatan belajar. (e) Faktor emosi dan sosial, faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja sama yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar. Ada diantaranya faktor ini yang bersifat mendorong terjadinya belajar, tetapi ada juga menjadi penghambat terhadap proses belajar yang efektif. (f) Faktor lingkungan yang dimaksud dengan faktor lingkungan disini adalah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar.Slameto (1998: 37) mengemukakan bahwa untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan beberapa syarat antara lain: (a) Belajar secara aktif baik mental maupun fisik didalam belajar murid harus mengalami aktivitas mental, misalnya mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis. (b) Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.(c)Dalam penyajan bahan pelajaran pada murid, guru perlu memberikan masalah yang merangsang anak untuk berpikir. (d) Dalam interaksi belajar mengajar guru harus memberikan kebebasan pada murid untuk dapat menyelidiki sendiri dan mencari pemecahan masalah sendiri. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (1994: 23), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotor. Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bruner, salah satu penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (dalam Syah, 2001:99), mengungkapkan bahwa proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/tahap, yaitu: (a) tahap informatika (tahap penerimaan materi); (b) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); (c) tahap evaluasi (tahap penilaian materi). Metode Pemberian Tugas Sudirman (1991:141) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatanbelajar. Kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya. Disadari dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu murid untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum di dalam kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas sebagai selingan untuk variasi teknik, penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. Adapun tujuan pemberian tugas oleh guru, seperti dikemukakan oleh IL.Pasaribu dan B. Simandjuntak, (1983:31) adalah: (a) Merangsang murid berusaha lebih baik memupuk inisiatif bertanggung jawab, berdiri sendiri. (b) Menyebarkan kegiatan sekolah ke dalam penggunaan waktu secara konstraktif. (c) Memperkuat hasil belajar dengan menyelenggarakan latihanlatihan. Sudah dipahami bahwa tidak ada metode mengajar yang terbaik atau lebih unggul dari metode-metode mengajar lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain: faktor tujuan, bahan pelajaran, kemampuan guru, karakteristik murid, situasi dan kondisi lingkungan belajar dan sebagainya. Hal ini semua
178 Faridah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajat Murid Pelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
yang dikemukakan oleh Ali Pandie (1984: 72) bahwa tidak jarang terjadi metode yang sama secara efektif dan efisien dilakukan oleh guru yang satu, tetapi gagal ditangan guru yang lain. Karena itu kebaikan dan kelemahan masing-masing metode itu sendiri relatif sifatnya. Adapun kelebihan metode pemberian tugas seperti yang dikemukakan oleh Sudirman (1990: 142) yaitu: (a) metode ini merupakan aplikasi prinsip pengajaran modern,prinsip atau disebut juga asas “aktivitas” dalam mengajar, yaitu guru dalam mengajar harus merangsang murid agar melakukan berbagai berbagai aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajari. Prinsip aktivitas akhir-akhir ini lebih digalakkan lagi oleh para ahli agar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar dengan munculnya cara belajar murid aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). (b) Tugas lebih merangsang murid untuk belajar lebih banyak, baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas, atau dengan kata lain, baik murid dekat dengan guru maupun jauh dari guru. (c) Metode ini dapat mengembangkan kemandirian murid yang diperlukan dalam kehidupannya kelak. (d) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari; (e) Tugas dapat membina kebiasaan murid untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat;(f) Metode ini dapat membuat murid bergairah dalam belajar karena kegiatankegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. (g) Metode ini diharapkan dapat membawa efek instruksional (instruksional effects) apabila dilakukan murid di dalam kelas, lebih-lebih lagi efek pengiring (nurturant effects) untuk tugas di dalam kelas maupun di luar kelas. (h)
Metode ini dapat membina tanggung jawab dan disiplin murid. (i) Metode ini dapat mengembangkan ketivitas murid. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptik. Disebut kualitatif karena data yang diperoleh melalui observasi untuk melihat gambaran seluruh aktivitas atau kegiatan guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan bentuknya penelitian ini tergolong jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2008) bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran dan mengatasi permasalahan secara langsung melalui suatu tindakan dan refleksi diri yang didasarkan pada hasil kajian dalam konteks pembelajaran di kelas. Adapun cara pelaksanaanya meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah murid kelas I yang mengikuti mata pelajaran Matematika tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah murid 45 orang yang terdiri atas murid laki-laki 23 orang dan murid perempuan 22 orang. Berikut ini disajikan tabel keadaan murid SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui: (a) Observasi, bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. (b) Wawancara, bentuk wawancara yang
179 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
digunakan adalah wawancara bebas. (c) Pengecekan keabsahan data dapat Tes, data yang dikumpulkan hasil belajar dilakukan melalui diskusi dengan guru murid dan perubahan sikap murid selama dan teman sejawat. Selain itu pengecekan pembelajaran berlangsung. keabsahan data dapat dilakukan dengan Teknik Analisis Data yang digunakan membandingkan dan mengecek kembali adalah analisis data statistik deskriptif. informasi yang diperoleh melalui tes, Data yang diperoleh beripa hasil nilai tes wawancara, pengamatan, dan catatan belajar dan observasi aktifitas, diolah lapangan. Atau dengan membandingkan dengan menggunakan analisis kuantitatif seluruh hasil pengamatan dengan hasil deskriptif,namun terlebih dahulu diskoring wawancara. Pengecekan keabsahan data rata-rata, skor (mean) dan persentase dilakukan untuk memvalidkan informasi sehingga menjadi acuan untuk deskripsi. yang diperoleh guna melaksanakan. Tabel 1. Tingkat Penguasaan Materi No Interval Kategori Hasil Belajar 1 0 – 34 Sangat Rendah 2 35 – 54 Rendah 3 55 – 64 Sedang 4 65 – 84 Tinggi 5 85 – 100 Sangat Tinggi Sumber: Depdikbud, 2008 pada siklus I ini berlangsung selama 1 kali Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan pertemuan dengan lama waktu setiap ini adalah bila hasil belajar murid selama pertemuan adalah 2x45 menit. Pertemuan prosespembelajaran tiap siklus mengalami berupa pemberian tes kemampuan awal peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal untuk mengetahui pemahaman murid ini ditandai dengan daya serap individu terhadap materi yang akan diberikan minimal 60% dan ketuntasan klasikal 70% sekaligusmenyelidiki apakah pengetahuan serta observasi murid dan pengelolaan prasyarat tentang materi yang akan pembelajaran berada dalam kategori baik diajarkan telah dimiliki oleh murid. dan sangat baik. Pelaksanaan tes kemampuan yang diberikan kepada murid berkaitan dengan Hasil Penelitian Dan Pembahasan Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap ini bagaimana memahami materi pelajaran peneliti melakukan telaah terhadap kemudian pembagian kelompok untuk kurikulum, khususnya kurikulum sekolah didiskusikan bersama teman kelompok. dasar. Hal tersebut dilakukan untuk Ini dilakukan untuk melatih murid mencapai standard kompetensi yang ingin sehingga hasil belajar murid dapat dicapai pada mata pelajaran matematika meningkat. Tahap observasi dan evaluasi yaitu membuat skenario pembelajaran, Pada tahap ini dilaksanakan proses membuat rencana pelaksanaan observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran, membuat lembar kerja dengan menggunakan lembar observasi murid, membuat lembar observasi sebagai yang telah dibuat serta melaksanakan alat pengumpul data untuk mengetahui evaluasi berupa tes hasil belajar siklus I. bagaimana kondisi belajar mengajar di Tes hasil belajar yang diberikan berbentuk kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan teks bacaan sebagaimana tercantum pada pembelajaran, baik murid maupun guru, lampiran. Berdasarkan hasil evaluasi membuat alat evaluasi, membentuk diperoleh bahwa minat dan motivasi kelompok belajar berdasarkan hasil murid selama mengikuti kegiatan evaluasi tes awal. Tahap Pelaksanaan pembelajaran matematika cukup baik. Hal TindakanAdapun pelaksanaan tindakan ini diindikasikan oleh:(a) Kehadiran murid
180 Faridah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajat Murid Pelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
yang mengikuti kegiatan pembelajaran depan kelas sebanyak 21 murid. (f) Murid pada siklus I dari 45 sebanyak 36 murid. yang melaksanakan kegiatan lain pada (b) Murid yang memperhatikan saat pembahasan materi pelajaran pembahasan materi pelajaran sebanyak 16 sebanyak 7 murid. (g) Murid yang serius murid; (c) Murid yang mengajukan memperhatikan pelajaran ang diberikan pertanyaan yang sehubungan dengan sebanyak 29 murid. Berdasarkan hasil pekerjaan sebanyak 15 murid. (d) Murid evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar yang aktif mengerjakan tes mengerjakan murid diperoleh tabel statistik deskriptif sebanyak 36 murid. (e) Murid yang sebagai berikut. memberanikan diri mengerjakan soal di Tabel 2. Persentase Skor Hasil Belajar Matematika di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pada siklus I Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 0 – 20 Sangat rendah 0 0 21 – 40 Rendah 8 17,7 41 – 60 Sedang 12 26, 7 61 – 80 Tinggi 20 44,5 81 – 100 Sangat tinggi 5 11,1 Jumlah 45 100 Gambaran persentase hasil belajar murid kegiatan pembelajaran berlangsung karena Kelas 1 SD Inpres Lakiyung Kecamatan sebelumnya murid telah terbiasa pasif Somba Opu Kabupaten Gowa siklus I, 25 dalam menerima materi pengajaran. dari 45 murid termasuk dalam kategori Selain itu masih terdapat murid yang tidak tuntas dan 20 dari 45 murid termasuk mengumpulkan tugas/PR dan murid yang dalam kategori tidak tuntas, berarti masihperlu bimbingan dalam mengerjakan terdapat 20 murid yang perlu remedial soal latihan. Siklus II Tahap Perencanaan karenamereka belum mencapai ketuntasan Pada tahapan ini peneliti merancang individual. Hal ini menunjukkan belum kembalirencana pelaksanaan pembelajaran tercapainya ketuntasan klasikal sebesar sebagai kelanjutan materi dari siklus I 85%. Serta masih terdapat murid yang dengan memperhatikan rekomendasi dari melakukan kegiatan lain pada saat siklus I, kegiatan perencanaan dilanjutkan kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan membuat instrumen penelitian karena sebelumnya murid telah terbiasa berupa tes hasil belajar dan lembar pasif dalam menerima materi pengajaran. observasi. Tahap Pelakasanaan Adapun Selain itu, masih terdapat murid yang pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tidak mengumpulkan tugas dan murid berlansung selama 2 kali pertemuan yang masih perlu bimbingan dalam dengan lama waktu setiap pertemuan mengerjakan soal latihan. Maka perlu adalah 2 x 35 menit. Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus II dengan dilanjutkan dengan pemberian tugas. memperhatikan aspek-aspek di atas. Tahap Observasi dan evaluasi Pada tahap Tahap Refleksi Setelah melalui tahapan ini dilaksanakaan proses observasi pelaksanaan serta sekaligus tahapan terhadap pelaksanaan tindakan dengan observasi dan diakhiri dengan evaluasi menggunakan lembar observasi yang telah hasil belajar murid maka selanjutnya dibuat serta melaksanakan evaluasi berupa dilakukan tahap refleksi, berdasarkan hasil tes hasilbelajar siklus I setelah pertemuan. observasi dan evaluasi diperoleh informasi Tes hasil belajar yang dibrikan berbentuk bahwa masih terdapat murid yang uraian sebanyak 2 item sebagaimana melakukan kegiatan lain pada saat tercantum pada lampiran.Berdasarkan
181 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
hasil obsevasi diperoleh gambar bahwa mengerjakan soal di depan kelas sebanyak minat dan motivasi murid selama 28 murid. (f) Murid yang melaksanakan mengikuti kegiatan pembelajaaran kegiatan lain pada saat pembahasan materi matematika cukup baik. Hal ini pelajaran sebanyak 7 murid. (g) Murid diindikasikan oleh: (a) Kehadiran murid yang serius memperhatikan pelajaran yang yang mengikuti kegiatan pembelajaran diberikan sebanyak30 murid. Berdasarkan pada siklus I sebanyak 36 murid. (b) hasil evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar Murid yang memperhatikan pembahasan murid diperoleh peningkatan hasil belajar materi pelajaran sebanyak 18 murid. (c) murid melalui metode Pemberian Tugas Murid yang mengajukan pertanyaan yang mengalami peningkatan dari siklus sehubungan dengan pekerjaan sebanyak 9 sebelumnya. Hal ini berarti hasil belajar murid. (d) Murid yang aktif mengerjakan murid pada siklus II dari penerapan tes mengerjakan sebanyak 36 murid. (e) metode pemberian tugas tergolong tinggi. Murid yang memberanikan diri Tabel 3. Persentase Skor Hasil Belajar Matematika di Kelas 1 SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa pada siklus II Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 0 – 20 Sangat rendah 0 0 21 – 40 Rendah 0 0 41 – 60 Sedang 5 11,1 61 – 80 Tinggi 25 55,6 81 – 100 Sangat tinggi 15 33,3 Jumlah 45 100 Gambaran persentase ketuntasan belajar murid. Siklus I Dari awal penelitian murid Kelas 1 SD Inpres Lakiyung berlangsung hingga berakhirnya siklus I Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, tercatat sejumlah perubahan yang terjadi sebanyak 40 dari 45 murid termasuk pada murid yaitu: (a) Perhatian murid dalam kategori tuntas dan 5 dari 45 murid terhadap proses pembelajaran makin baik. termasuk dalam kategori tidak tuntas, Dalam hal ini ditandai dengan kuantitas berarti terdapat 5 murid yang perlu murid yang bertanya meningkat. (b) remedial karena mereka belum mencapai Keberanian murid untuk menceritakan ketuntasan individual.Halini menunjukkan masalah di depan kelas. Hal ini ditandai tercapainya ketuntasan klasikal sebesar dengan adanya beberapa murid yang 70%. Tahap Refleksi Setelah melalui mengacungkan tangannya untuk naik ke tahapan pelaksanaan serta sekaligus depan kelas; (c) Jumlah murid yang tahapan observasi dan diakhiri dengan mengrjakantugas mengalami peningkatan, evaluasi hasil belajar murid maka sebaliknya murid yang tidak selanjutnya dilakukan tahap refleksi, mengumpulkan tugas yang diberikan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi mengalami penurunan jika dibandingkan diperoleh informasi bahwa seluruh murid dengan keadaan sebelum berlangsung telah mencapai ketuntasan sehingga tidak penelitian ini. Siklus II perubahanperlu lagi dilanjutkan ke siklus berikutnya. perubahan dasar ditemukan pada murid adalah sebagai berikut: (a) Perhatian Pembahasan Hasil Penelitian Pada analisis kualitatif diperoleh data murid pada proses pembelajaran darim pengamatan guru pada saat dibandingkan siklus sebelumnya semakin pembelajaran berlangsung dan tugas yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin telah diberikan. Dalam hal ini yang banyaknya jumlah murid yang mengikuti menjadi fokus pengamatan adalah sikap, proses pembelajaran pada mata pelajaran kesungguhan dan tanggapan-tanggapan matematika. Jika pada siklus I rata-rata
182 Faridah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajat Murid Pelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
persentase jumlah ketidakhadiran murid adalah sebanyak 95% maka pada siklus II meningkat menjadi 100%. (b) Kesungguhan murid dalam mengerjakan tiap tugas yang diberikan juga mengalami peningkatan jika dibandingkan siklus I. Pada siklus I rata-rata persentase 85% maka pada siklus II meningkat menjadi 100%. (c) Kemampuan dan keberanian murid untuk tampil di depan kelas meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya murid yang mengacungkan tangan untuk menceritakan masalah di depan kelas. Pada pertemuan awal siklus I,semangat dan keaktifan murid mengikuti kegiatan belajar mengajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan hampir tidak mengalami perubahan yang berarti dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan penelitian ini. Soal yang diberikan pada pertemuan pertama, walaupun umumya murid mengerjakan tugas tersebut dari pengamatan terhadap jawaban yang diberikan dan penguasaan merekaterhadap jawaban itu menunjukkan bahwa mereka hanyalah mencontoh jawaban dari temannyan yang dianggap mampu, tanpa mengetahui bagaimana penyelesaian yang sebenarnya dari tugas tersebut. Dari pengamatan juga diketahui bahwa masalah murid sebagian besar di didengar dari temannya yang telah lebih dahulu menceritakan masalahnya di depan kelas.Dari tugas kelompok yang diberikan umumnya murid masih sangat lemah dalam konsep dasar yang seharusnya telah mereka kuasai. Utamanya konsep menyelesaikan soal, murid yang demikian sangat kesulitan mengikuti materi yang diajarkan. Pada siklus ini motivasi murid untuk memberikan jawaban yang benar untuk setiap tugas yang diberikan masih sangat kurang. Dari segi sikap terhadap ;proses pembelajaran matematika pada awal-awal pertemuan siklus 1 tidak jauh beda dengan proses pembelajaran sebelum penelitian dilakukan. Namun pada pertemuan berikutnya murid sudah mulai tertarik. Ini terlihat dari berkurangnya
murid yang tidak hadir pada setiap belajar matematika. Hal ini juga disebabkan karena contoh-contoh soal yang diberikan hampir seluruhnya berkaitan langsung dengan kegiatan sehari-hari murid. Secara umum dapat dikatakan bahwa siklus ini murid sudah mulai menampakkan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini diiringi dengan adanya beberapa murid yang antusias menaggapi tugas-tugas yang di berikan, walaupun yang banyak memberikan komentar maupun jawaban adalah berkisar pada murid tertentu. Proses pembelajaran pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus sebelumnya saat berlangsungnnya proses pembelajaran. Murid yang mengajukan pertanyaan hanya tertentu yakni murid yang memperoleh nilai baik saja. Demikian halnya dengan jawaban dari pertanyaan balik guru, hampir tidak ada murid yang menjawabnya. Dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan umumnya murid masih selalu memerlukan bimbingan dari guru. Walaupun demikian perhatian murid terhadap pelajaran Matematika telah dianggap positif. Hal ini terlihat dari jawaban setiap murid. Pada akhir pertemuan siklus II terlihat kesungguhan murid dalam mengikuti proses pembelajaran mengalami kemajuan. Hal tersebut terlihat oleh jawaban murid menyelesaikan tugas-tugas dengan model tugas mandiri dan individual. Tugas ini di ramu sedemikian rupa sehingga murid termotivasi untuk menyelesaikan tugastugas yang diberikan. Pada pelaksanaan siklus ini walaupun dari segi pemahaman materi hampir tidak ada perbedaan. Akan tetapi dari segi sikap murid terhadap mata pelajaran matematika, minat, berupa keinginan untuk mengetahui materi yang disajikan oleh guru ataupun kesungguhan murid dalam proses pembelajaran megalami kemajuan. Hal ini terlihat dari jumlah murid yang hadir mengikuti pelajaran.
183 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
Kesimpulan : Hasil belajar Matematika murid mengalami peningkatan dengan menggunakan metode pemberian tugas di kelas I SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, karena dilihat dari hasil belajar yang dicapai pada siklus I dari 45 jumlah murid yang mendapat kategori rendah 8 orang, sedang 12 orang, tinggi 20 orang, dan sangat tinggi 5 orang. Sedangkan pada siklus II yang mendapat kategori rendah sudah tidak ada, yang sedang sisa 5 orang, tinggi meningkat menjadi 25 orang, dan sangat tinggi meningkat menjadi 15 orang. Agar strategi pembelajaran dengan pemberian tugas disusun sedemikian rupa sehingga menjadi model pembelajaran yang lebih efektif terhadap pokok-pokok bahasan tertentu. Disarankan kepada guru, agar sedini mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh murid dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat didasarkan dari refleksi berupa perubahan yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung ataupun diambil dari tanggapan murid itu sendiri. Selain itu, agar pihak yang berwenang lebih memperhatikan mutu pendidikan dengan lebih memberikan dukungan moril dan material dalam setiap mengembangkan model pembelajaran yang dianggap cocok untuk diterapkan. Daftar Pustaka Alpandie, 1984. Didaktik Metodik. Usaha Nasional. Surabaya. Anni, Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Dimiyati dan Mujiono. Hasil belajar (Pengertian dan Defenisi). Indra Munawar(file://C;\ Documen and Settings\Administrator\Dekstop\Hasil -belajar-pengertian dan Defenisi, diakses 28 Nopember 2009) Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Ajar Pembekalan Guru Bantu. Hamalik, Oemar. 2001b. Proses Belajar Mengajar, Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara. Haling . 2004. Belajar dan Pembelajara. Makassar. Penerbit UNM Pasaribu. 1983. Proses Belajar Mengajar: Bandung: Tarsito. Sadiman. 1996. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sardiman, 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mangajar. Jakarta: Grafindo Persada. Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 1989. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido. Sudirman. 1990. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.