TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Penyuluhan Pertanian Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita, kita tidak dapat menghentikannya, tetapi kita dapat memecahkan masalah tersebut dengan mencari jalan keluar melalui pengembangan pertanian Indonesia yang kurang diperhatikan selama ini. Salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan suatu modal dasar yang perlu diketahui dan dimiliki oleh mereka sebagai tenaga penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat, seorang penyuluh berdasarkan fungsinya harus berhubungan langsung dengan petani, ia harus dikenal oleh para petani, dan demikian juga sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh (Sastraadmadja, 1993). Menurut Kartasapoetra (1994) Sifat-sifat yang harus dimiliiki seorang penyuluh itu harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Rasa cinta akan tugas yang diembannya, dengan demikian maka ia akan menunjukkan rasa tanggung jawabnya.
2.
Rasa cinta dan kasih terhadap sesama terutama terhadap petani di desa yang umumnya masih berada pada tingkatan yang masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
3.
Keyakinan
bahwa
apa
yang
disuluhkannya
dapat
meningkatkan
penghasilan dan kesejahteraan petani. 4.
Penguasaan ilmu dan teknologi pertanian yang mampu menjelaskan, memperagakan, dan memberikan contoh-contoh dalam praktek dan hal-hal yang berkaitan dengan budidaya tanaman usahatani.
5.
Luwes menarik penampilannya, dan cepat beradaptasi terhadap situasi dan kondisi perdesaan, khususnya wilayah pekerjaan.
6.
Beritikad baik, sabar dan tekun dalam mengemban tugasnya.
7.
Pandai menyelami jiwa dan perasaan serta keinginan petani selalu siap memberi bantuan dalam berbagai masalah yang menyangkut bidang pertanian yang tengah dihadapi para petani.
8.
Jiwa mendidik dan tidak mudah putus asa, tidak bersikap masa bodoh dengan apa yang sedang dialami petani.
9. 10.
Dinamis, progresif, dan demokratis. Mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan praktis sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan. Fungsi seorang
penyuluh dalam kegiatan penyuluhan adalah mendidik, bukan sebagai penyalur sarana produksi, bukan petugas koperasi, bukan juga sebagai penagih kredit. Seorang penyuluh pertanian dalam menjalankan perannya sebagai pendidik hendaknya melihat petani sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Petani sebagai orang yang dididik mempunyai pikiran, pandangan, keinginan dan masalah serta kebiasaan atau budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, spiritual, dan material. Penyuluhan pertanian sebagai dinamisator berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
mengubah sikap dan perilaku petani agar lebih respon untuk mewujudkan pertanian yang tangguh ( Nuryanto, dkk, 2000). Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan penyuluh pertanian sebagaimana dimaksud adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan penyuluh pertanian untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan ( Anonimus a, 2012 ). Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengubah sikap para petani agar mampu menolong dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bantuan secara terus menerus dilakukan para penyuluh. Pola penyuluhan adalah dengan sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) yang dalam kegiatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Peningkatan sarana penyuluhan dengan menambahkan jumlah tenaga PPL demonstrater, PPL laboratorium diagnostik, peningkatan produksi ternak memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi (Cahyono, 1983). Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi bukan hanya dipengaruhi oleh bakat, tetapi dapat tumbuh dari pengalaman hidup seseorang, di samping itu juga sejumlah prinsip komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penyuluh/komunikator dalam komunikasi penyuluhan dapat berupa individu, kelompok ataupun lembaga. Selain memiliki kecakapan, kredibilitas yang tinggi. Kecakapan untuk mempengaruhi orang lain, mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki kharisma atau daya tarik, seorang penyuluh harus
Universitas Sumatera Utara
melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan penelitian tentang sasaran/khalayak. Dengan demikian penyuluh dapat mengetahui latar belakang pendidikan, agama, bahasa, adat, kebiasaan, norma, usia, pekerjaan, jabatan, pengetahuan. selain dari hal-hal yang harus diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin terjadi seperti engineering noise (ganguan yang timbul akibat dari kurang sempurnanya medium yang digunakan baik oleh komunikan atau penyuluh) dan semantic noise (gangguan yang timbul dari susunan kata-kata, lambang sehingga tidak dipahami oleh komunikan), selanjutnya yang harus diperhatikan penyuluh adalah berkenaan audience coverage (berapa besar dan macam audiens yang dapat dicapai ), audience response (apakah audiens dapat mengerti pesan-pesan yang disampaikan), communication impact (apa efek yang tampak dari penyampaian pesan) dan procces of influence (bagaimana proses penyuluhan mempengaruhi seseorang) (Rachman, dkk, 1995 ). Sementara fasilitas yang diterima penyuluh sangat tidak memadai. Alat penyuluhan dan pengangkutan sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang sangat rendah dan lain-lain. Keadaan itu sangat bertentangan dengan harapan yang dipikulkan pada pundak penyuluh atau petugas penyuluh lapangan. Sehingga tidak heran bila ada hasil penelitian atau survei yang menyatakan bahwa sebagian besar petani kita belum pernah berjumpa penyuluh, anggota kelompok tani dan tidak tahu siapa petugas penyuluh yang bertugas di desanya, atau petani belum pernah menerima masukan dari penyuluh, dan lain sebagainya. Keadaan ini sudah bisa dimaklumi dengan mengetahui keadaan Penyuluh kita yang sebenarnya ( Daniel, dkk, 2005 ).
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penyuluhan pertanian masa lalu adalah untuk mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Tujuan penyuluhan pertanian sekarang adalah menghasilkan pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin masyarakatnya, manusia “guru” dalam masyarakatnya dari petani lain yang bersifat mandiri dan independen. Sifat mandiri meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan (Daniel dkk, 2005). Landasan Teori Tugas pokok penyuluh Profesionalisme PPL berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok penyuluh secara garis besar adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan, kegiatan penyuluhan pertanian. Setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai guru, penganalisa, konsultan dan organisator. Peran penyuluh berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh (Nuryanto, dkk, 2000). Menurut Padmowiharjo (2001) mengatakan Adapun misi dan pesan penyuluh pertanian mencakup : 1. Bertani lebih baik (better farming). 2. Berusahatani lebih menguntungkan (better bussines). 3. Hidup Lebih Sejahtera (better living). 4. Membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better Community).
Universitas Sumatera Utara
Faktor internal (seperti tingkat pendapatan) maupun faktor eksternal (seperti citra penyuluh sebagai pelaksana) dapat mempengaruhi kemampuan penyuluh secara profesionalis (Nuryanto, dkk, 2000). Penyuluhan diartikan sebagai proses penyebar-luasan informasi, penyebarluasan dalam hal ini merupakan penyebarluasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto, 2009 ). Peneliti, tenaga pengajar maupun penyuluh sama-sama merupakan tenaga fungsional yang seharusnya bertanggung jawab pada bidang keahlian dan kemampuan profesionalnya. Pertanggungjawaban penyuluh dalam melaksanakan profesinya akan dinilai oleh petani (Slamet, 2003). Kelompok jabatan fungsional (KJF) mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional ketrampilan. Jabatan fungsional ketrampilan dibagi ke dalam empat (4) jenjang jabatan yaitu jenjang pelaksana pemula (golongan II/a), jenjang pelaksana ( II/b-II/d ), jenjang pelaksana lanjutan (golongan III/a-III/b) dan jenjang penyelia
(golongan III/c-III/d).
Jabatan fungsional keahlian dibagi ke dalam 4 jenjang jabatan pertama (golongan III/a-III/b ), jenjang muda (golongan III/c-III/d), jenjang madya ( golongan IV/aIV/e ). Penyuluh memegang jabatan fungsional keahlian disebut Penyuluh Pertanian Ahli (PPA) dengan pendidikan minimal S-1/D-IV. Penyuluh yang memegang jabatan fungsional ketrampilan disebut penyuluh pertanian terampil (PPT) dengan pendidikan minimal sarjana muda/D-III
( Hamdani, dkk,
1999 ).
Universitas Sumatera Utara
Tunjangan operasional/fungsional penyuluh yang tidak dibayarkan atau tidak sebesar sebagaimana seharusnya menyebabkan kurangnya motivasi penyuluh untuk bekerja lebih baik. Besarnya tujuan fungsional seorang penyuluh bergantung pada jabatan fungsional penyuluh. PNS yang berhak mendapatkan tunjangan fungsional penyuluh pertanian adalah PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional penyuluh (Anonimus a, 2012 ). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1. Tingkat upah dan gaji ( tingkat pendapatan) 2. Sifat tugas yang dilakukan 3. Kemampuan organisasi dalam memberikan penghargaan yang wajar 4. Iklim kerja yang terdapat dalam organisasi 5. Syarat kerja; kondisi kerja, hubungan kerja dan manajemen organisasi 6. Keselamatan kerja. Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit, yaitu hanya sampai pada tingkat desa. Saat ini satu penyuluh lapangan membawahi satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang umumnya meliputi satu desa. Bahkan dibeberapa daerah ada satu penyuluh untuk tiga desa. Berarti satu orang penyuluh akan membina minimal 1000 warga atau paling tidak 800 petani ( Daniel, 2002). Menurut Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian Ato Suprapto dalam acara raker antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian di gedung DPR RI Jakarta mengungkapkan "diharapkan
Universitas Sumatera Utara
pada akhir tahun 2014, jumlah desa yang 75.000 tersebut semua sudah memiliki tenaga penyuluh pertanian". Sehingga untuk menambah kekurangan penyuluh, telah diangkat penyuluh bantu atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 25.000 orang, namun jumlah tersebut ternyata masih kurang sehingga dalam beberapa tahun berikutnya semua yang berjumlah 75.000 desa itu dapat terpenuhi. Sebagai gambaran di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sendiri THL-TBPP Deptan memiliki 8 (delapan) personil yang terdiri dari angkatan I, II dan III yang tersebar di beberapa (WKPP) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ( Harian Analisa, 2010 ). Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya pada tingkat kecamatan yang masing-masing seorang mantra untuk kurang lebih sepuluh ribu orang penduduk tani. Alat-alat penyuluhan dan pengangkutan yang sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang rendah dan lain-lain lebih menyulitkan lagi pencapaian-pencapaian tujuan penyuluhan tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Mubyarto (1989) penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau : 1.
Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna.
2.
Ada penerimaan adopsi petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh.
3.
Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh.
4.
Petani bersedia memberi suatu balas jasa kepada penyuluh.
5.
Penyuluh dapat mengubah sikap petani yang merugikan.
6.
Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Sosial dan Ekonomi 1. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Penggolongan umur produktif kerja berada pada 15-64 tahun (BPS, 2006). Sorenson (1964) menyatakan bahwa terdapat banyak bukti dimana perkembangan mental individu berjalan parallel dengan perkembangan fisik. Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001). 2. Tingkat Pendidikan Apabila tingkat pendidikan formal Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mayoritas tamatan SPP dibandingkan sarjana, ini sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Jika pendidikan penyuluhnya tinggi maka akan proses penyampaian informasi mengenai adopsi inovasi akan lebih baik dan apabila tingkat pendidikan penyuluh rendah maka proses penyampaian informasi akan sulit, namun ada beberapa faktor selain tingkat pendidikan dapat juga mempengaruhi proses adopsi inovasi seperti bidang keahlian dan materi penyuluhan ( Anonimus b, 2012 ). 3. Jumlah tanggungan Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanda yang dimiliki oleh petani terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Demikian juga halnya dengan penyuluh tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak dapat bekerja (Syafrudin, 2003 ).
Universitas Sumatera Utara
4. Lama bekerja Pengalaman menyuluh mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh ini berarti bahwa semakin lama seseorang menjadi penyuluh belum tentu akan membuat seseorang penyuluh menjadi lebih paham terhadap tugas pokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhada, 2008 yang menyatakan lama bekerja penyuluh memberi efek positif bagi penyuluh yang masih baru. Sementara kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah ( Briawan, dkk, 2008 ). Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah ( Soehardiyono, 1992 ). 5. Frekuensi Kunjungan Penyuluh. Frekuensi kunjungan penyuluh adalah banyaknya atau jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seorang penyuluh terhadap kelompok tani binaannya. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompok tani binaannya maka akan semakin besar peluang untuk membangkitkan kemauan petani terhadap teknologi baru yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh. Agar pelaksanaan kunjungan berjalan dengan baik, setiap penyuluh diwajibkan untuk mempersiapkan jadwal kunjungan yamg harus disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada dalam satu wilayah kelompok ( Anonimus b, 2012 ). 6. Fasilitas penyuluhan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh organisasi dalam hal ini untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan tugas penyuluh berdasarkan hasil penelitian yang diberikan oleh pemerintah kepada penyuluh untuk
Universitas Sumatera Utara
memperlancar tugasnya berupa kendaraan bermotor, biaya operasional penyuluh dan koran sinar tani ( Briawan, dkk 2008 ). 7. Jarak rumah dengan wilayah kerja. Jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari rumah dimana dia tinggal dengan tempat dia bekerja. Dengan adanya fasilitas yang dimiliki seperti kendaraan akan memudahkan penyuluh untuk sampai ke tempat pekerjaaanya (Anonimous, 2012). 8. Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan meningkat maka bertambah juga pengeluaran kepala rumah tangga untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja salah satunya yaitu tingkat upah dan gaji (tingkat pendapatan). Kerangka Pemikiran Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari penyuluh perlu diadakan motivasi dan etos kerja, perlu dilaksanakan semacam penyegaran terhadap tenaga penyuluh yaitu mungkin dengan memberikan pelatihan ataupun sertifikasi seperti halnya dengan petani. Dalam mendukung keberhasilan penyuluhan maka penyuluh tersebut harus melaksanakan program penyuluh pertanian yang akan dikerjakan yaitu : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN ( Peningkatan Produksi Beras Nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik.
Universitas Sumatera Utara
Dimana penyuluh pertanian memiliki karakteristik yaitu : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah tanggungan 7. Fasilitas yang diperoleh 8. Tingkat pendapatan Karakteristik penyuluh pertanian dapat mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan. Keberhasilan program penyuluhan dapat dikategorikan berdasarkan : 1. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai≥ 50 % maka tin
gkat keberhasilan
tinggi. 2.
Ketika program penyuluhan dilakukan PPL secara aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang.
3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi ≤ 25% maka tingkat keberhasilan rendah. Karakteristik tersebut dapat kita lihat dalam kerangka pemikiran dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Skema Kerangka Pemikiran Program penyuluhan Skema kerangka pemikiran pertanian
Penyuluh Pertanian Lapangan
Program penyuluhan di BPP Medan krio : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN(Peningkatan Produksi beras nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik
Karakteristik PPL : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah Tanggungan 7. Tingkat pendapatan 8. Fasilitas yang diperoleh
Tingkat keberhasilan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik PPL programp penyuluhan Terhadap pertanian Keberhasilan Program penyuluhan. Keterangan : Tinggi Mempengaruhi.
Sedang
Rendah
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan Ket : Mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara