TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke semua arah pada kedalaman antara 15-30 cm (Rukmana, 1995). Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang semu di permukaan tanah berwarna hijau keputihputihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan yang baru (Rukmana, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Lahan usahatani bawang prei Gambar 2. Tanaman bawang prei Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang pipih tidak berlubang. Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat bervariasi antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varietas dan kesuburan pertumbuhannya (Rukmana, 1995). Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang, pelepahnya cukup panjang, tidak membentuk umbi, hanya batang semunya di bagian bawah agak membengkak (Rismunandar, 1989). Usahatani bawang daun perlu didukung dengan teknik bercocok tanam yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang runtut. Teknik budidaya tanaman bawang daun meliputi: 1. Penyiapan lahan Penyiapan lahan yang baik akan menciptakan media tanam yang mendukung tanaman untuk tumbuh lebih sempurna. Penyiapan lahan untuk budidaya bawang daun meliputi pesemaian/pembibitan dan penyiapan lahan untuk penanaman bibit (pembersihan rumput, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan, pemupukan dasar, pengapuran tanah, dan pemulsaan). 1.1. Pembersihan rumput dapat dilakukan secara mekanis dengan cara dibabat menggunakan sabit atau dimatikan dengan penyemprotan herbisida 1.2. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul atau dibajak dengan traktor sedalam 30-40 cm, kemudian tanah disisir untuk memecah dan menghaluskan
gumpalan-gumpalan
tanah
yang
besar.
Tanah
digemburkan lagi dengan cara dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm, sekaligus dilakukan pembentukan bedengan dan parit-parit. Bedengan
Universitas Sumatera Utara
berukuran lebar 100 cm dan panjang 1000 cm atau disesuaikan dengan kondisi lahan, sedangkan parit dibuat dengan ukuran lebar 25 cm 1.3. Tanah bedengan diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 1520 ton/hektar atau pupuk organik super sebanyak 3,5 ton/hektar 1.4. Pengapuran tanah harus dilakukan dua minggu sebelum tanam karena akar tanaman pada umumnya tidak kuat terhadap pengapuran secara langsung setelah penanaman. Jika pH tanah telah sesuai (6,5-7,5) dengan yang dikehendaki bawang daun, tidak perlu dilakukan pengapuran tanah 1.5. Pemulsaan dengan mulsa plastik hitam perak sebagai penutup tanah pada bawang daun dapat memberikan hasil yang baik. Mulsa plastik dapat mengurangi tercucinya pupuk oleh hujan dan penyerapan pupuk oleh tanaman menjadi lebih efektif 2. Pembibitan Perbanyakan bawang daun dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) dan secara vegetatif (dengan anakan atau belahan rumpun/setek tunas). Jika perbanyakan dilakukan dengan biji, sebaiknya biji bawang daun tersebut disemaikan terlebih dahulu agar dapat diperoleh bibit yang pertumbuhannya baik dan seragam. Sementara, perbanyakan tanaman dengan anakan dilakukan dengan mengambil atau memecah-mecah anakan bawang daun yang baik, kemudian langsung ditanam di kebun atau disimpan di tempat yang teduh dan lembab bila belum segera ditanam. Daya simpan bibit anakan bawang daun adalah sekitar 5-7 hari 3. Penanaman
Universitas Sumatera Utara
Bibit bawang daun yang tumbuh baik di pesemaian akan tumbuh pula di kebun. Walaupun demikian, penanaman bibit bawang daun di kebun harus dilakukan dengan baik dan benar serta memperhatikan waktu tanam, jarak tanam, pemindahan bibit, dan cara penanamannya. 3.1. Penanaman bibit bawang daun sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit sudah kuat pada saat terkena terik matahari pada pagi harinya 3.2. Penanaman bibit bawang daun menggunakan jarak antar-tanaman 20 cm dan jarak antar-barisan 30 cm. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal karena iklim mikro di sekitar tanaman tidak sesuai dengan syarat tumbeh bawang daun. Jarak tanam yang terlalu lebar juga kurang efektif karena populasi tanaman lebih sedikit sehingga penggunaan lahan kurang optimal 3.3. Bibit bawang daun yang berasal dari biji sudah dapat dipindah tanam ke kebun pada umur 2 bulan setelah benih disemai atau tinggi tanaman sudah mencapai 10 cm, sedangkan bibit bawang daun yang berasal dari setek tunas dapat segera ditanam ke kebun setelah bawang daun dipanen dan dilakukan sortasi (memisah-misahkan bawang daun berdasarkan ukuran dan kualitasnya) 3.4. Bibit bawang daun yang telah dipotong sebagian daun dan akarnya ditanam pada lubang tanam sampai pangkal batang. Akar-akar tanaman juga ditata secara menyebar. Kemudian, lubang tanam ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat 4. Pemeliharaan tanaman
Universitas Sumatera Utara
Bibit bawang daun yang telah ditanam di kebun perlu dipelihara lebih lanjut agar pertumbuhannya tetap baik. Kegiatan pemeliharaan bawang daun meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan susulan, penyiangan dan pendangiran, pemangkasan bunga dan daun, dan perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. 4.1. Penyulaman adalah penggantian bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Penyulaman harus dilakukan seawal mungkin sampai tanaman berumur dua minggu setelah tanam 4.2. Pengairan bawang daun cukup dilakukan seperlunya, pengairan yang tepat
akan
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
vegetatif,
seperti
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, dan jumlah anakan 4.3. Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah. Pemupukan susulan bertujuan untuk member tambahan zat makanan (hara), terutama N, P, K, dan zat-zat hara lainnya. Pemupukan susulan ini disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman 4.4. Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan (gulma) dan jenis tanaman
lain
yang
mengganggu
tanaman
bawang
daun.
Pendangiran dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara ringan, bertujuan
untuk
menggemburkan
tanah,
memperbaiki
drainase,
memperbaiki peredaran udara (aerasi), dan memelihara struktur tanah agar tetap gembur
Universitas Sumatera Utara
4.5. Pemangkasan
bunga
dan
daun
bertujuan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan agar menghasilkan jumlah anakan dan daun lebih banyak. Pemangkasan bunga dilakukan pada saat tangkai bunga sudah muncul 4.6. Perlindungan tanaman bawang daun terhadap serangan hama dan penyakit dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknis yaitu dengan cara menerapkan teknik bercocok tanam yang benar dan baik, secara mekanis yaitu membunuh hama dan patogen (penyebab penyakit) secara langsung, secara kimiawi yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida yang disemprotkan pada tanaman, dan secara biologis yaitu pengendalian hama dengan cara menyebarkan hewan yang menjadi musuh alami hama tersebut ke areal perkebunan 5. Panen dan Pascapanen Penanganan panen yang baik dan benar akan menghasilkan daun bawang daun yang berkualitas baik pula, yaitu dengan memperhatikan umur tanaman, cara pemanenan, dan waktu pemanenan. Pemanenan bawang daun sudah dapat dilakukan pada umur 5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari biji dan pada umur 2,5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari setek tunas (bibit anakan). Pemanenan bawang daun dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman atau membongkarnya dengan alat bantu. Pencabutan tanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Waktu pemanenan bawang daun yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan pada saat cuaca cerah. Penanganan pascapanen bawang daun dimulai sejak pengumpulan hasil hingga pemasaran, yaitu meliputi
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran (Cahyono, 2005). Tinjauan Ekonomis Usahatani bawang prei sangat menguntungkan bagi petani. Alasannya usahatani tersebut tidak memerlukan banyak waktu untuk mengusahakannya sehingga menghasilkan, perawatannyapun tidak terlalu sulit. Harga bawang prei di pasar mengalami fluktuasi, harga penjualan bawang prei berkisar antara Rp.1.000,00 sampai Rp.15.000,00/kg. Produksi usahatani bawang prei tentu akan semakin baik dan banyak jika petani merawatnya. Menurut Cahyono (2005), potensi lahan 1 ha usahatani bawang prei biasanya menghasilkan produksi 47.666 kg. Dengan biaya produksi sebesar Rp.18.303.248,00 dan harga jual di tingkat petani sebesar Rp.1.100,00/kg, akan mendatangkan keuntungan Rp.28.886.215,00/ musim tanam (empat bulan). Sementara komoditi bawang prei ini dapat diusahakan/ ditanam 3 (tiga) kali dalam setahun. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani dalam satu tahun semakin besar.
Landasan Teori
Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan suatu
komoditas
pertanian
harus
mempertimbangkan
permintaan
pasar,
berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun memenuhi fungsi sebagai komoditas ekonomi dan sosial, mampu memaksimalkan
Universitas Sumatera Utara
sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor lain (Soekartawi, 1984). Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuantujuan tersebut. Namun demikian seringkali petani karena kesibukannya tidak menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan (Suratiyah, 2008). Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan
seringkali
disebabkan
oleh
perubahan-perubahan
yang
dilaksanakan dalam rangka pengembangan usahatani. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008). Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk di dalamnya adalah: 1. Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain 2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri
Universitas Sumatera Utara
3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan 4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap 5. Biaya-biaya lain (Prawirokusuma, 1990). Penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau produksi dikali harga jual (rupiah). Pendapatan bersih adalah selisih dari penerimaan dengan total biaya (rupiah). Pendapatan petani adalah pendapatan bersih usahatani ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri/TKDK (rupiah), maka dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Petani Pendapatan Bersih
Ket:
= Pendapatan Bersih + Nilai TKDK = TR - TC = (Y x Py) - TC
TR = TC = Nilai TKDK = Y = Py =
Total penerimaan (rupiah) Total biaya (rupiah) Upah tenaga kerja dalam keluarga (rupiah) Produksi (kg) Harga jual (rupiah/kg)
(Soekartawi, 1995). Kalayakan usahatani dapat diukur dengan memperhitungkan R/C ratio dan BEP. R/C (Return Cost Ratio) adalah sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya, dengan kriteria sebagai berikut: -
Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
-
Jika R/C = 1, maka usaha layak impas
-
Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost, secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut: Total Biaya Produksi BEP Volume Produksi
= Harga di Tingkat Petani Total Biaya Produksi
BEP Harga Produksi
= Total Produksi
Kriteria uji : Titik impas terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Soekartawi, 1995).
Kerangka Pemikiran
Usahatani bawang prei di Desa Jaranguda menghadapi masalah yang umum terjadi, namun dapat diatasi petani dengan upaya yang tepat. Usahatani yang dilakukan dengan baik, pasti juga akan menghasilkan produksi yang besar. Produksi yang dihasilkan dari usahatani bawang prei segera dijual ke pasar sehingga diperoleh besarnya total penerimaan dari usahatani tersebut. Total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga jual bawang prei di pasar. Untuk mencari besarnya pendapatan bersih usahatani bawang prei dapat diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dari hasil pengamatan bahwa sumber pendapatan petani di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo selain dari usahatani bawang prei adalah dari usahatani wortel, usahatani tomat, dan non usahatani (PNS). Total pendapatan keluarga diperoleh dari penjumlahan pendapatan petani bawang prei dengan pendapatan petani dari wortel dan tomat, serta pendapatan
Universitas Sumatera Utara
petani dari non usahatani. Untuk melihat besarnya kontribusi pendapatan dari masing-masing sumber pendapatan dapat dihitung dengan perhitungan pendapatan setiap sumber dibagi dengan total pendapatan keluarga dikali 100 %. Dari uraian diatas dapat dikemukakan skema kerangka pemikiran seperti tertera pada gambar berikut: Petani
Non Usahatani Bawang Prei
Usahatani Bawang Prei
Masalah
Produksi
Upaya
X
Harga Jual
Total Penerimaan Total Biaya Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Prei
+ Pendapatan Petani Non Usahatani Bawang Prei
Nilai TKDK
Pendapatan Petani Bawang Prei
Total Pendapatan Keluarga
=
Menyatakan ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah besar.
Universitas Sumatera Utara