TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan pengertian benih (seed) dan tanaman induk (parent stock). Banyak orang yang tertukar untuk mengistilahkan bibit pada benih. Pengertian bibit juga sering tertukar dengan tanaman induk penghasil benih atau bibit. Pengertian bibit yang dimaksud ialah tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan lainnya. Selain itu, bibit juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan tersebut (Setiawan, 1999). Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya tanaman. Budidaya tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik, karena bibit merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan memilih
bibit
yang
berasal dari induk
yang
memiliki sifat
tersebut
(Setiawan, 1999). Pengertian bibit biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah tahunan, “calon tanaman” dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit). Lain halnya dengan tanaman sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji hasil penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakannya (Setiawan, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Bibit Generatif Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin (sexual). Bibit generatif lebih dikenal konsumen dengan bibit dari biji sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Anggapan seperti ini tidak selalu benar sebab ada bibit dari biji yang tidak diperoleh dari hasil perkawinan (biji apomiktik). Namun, pada kebanyakan buah memang biji ini telah dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina. Mekanisme perkawinan terjadi pada saat penyerbukan, yaitu kepala putik diserbuki dengan serbuk sari yang berlanjut sampai pembentukan biji. 2. Bibit Vegetatif Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin (asexual). Alasan yang utama sehingga banyak bibit yang diperbanyak secara vegetatif ialah untuk mendapatkan bibit yang memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induknya. Pada perkembangan selanjutnya, sistem pembiakan vegetatif memungkinkan penggabungan dua atau lebih induk yang masing-masing memiliki sifat tertentu. Sebagai contoh pada bibit sambung atau okulasi, bibit yang dihasilkan dapat memiiki sifat yang baik dari batang atas (misal kualitas buah baik) dan sifat yang baik dari batang bawah (misal perakaran baik) (Setiawan, 1999). Di pasaran dikenal berbagai macam jenis bibit. Konsumen sudah akrab dengan jenis bibit biji, cangkokan, sambung, atau okulasi. Berdasarkan jenis perbanyakannya, bibit terbagi enam jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Bibit dari biji Manusia pertama kali mengenal cara perbanyakan tanaman yaitu dari biji. Cara perbanyakan ini bahkan dapat terjadi secara alami. Biji tanaman yang jatuh ke tanah, baik secara alami atau melalui tangan manusia (setelah buahnya dikonsumsi), akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Kelebihan bibit ini ialah perakarannya kuat, tetapi kelemahannya ialah sifat bibit belum tentu sama dengan sifat induk dan pertumbuhan generatifnya lambat. Dengan demikian tidak mengherankan kalau umur berbuahnya tidak secepat tanaman yang berasal dari bibit vegetatif. Bibit dari biji dapat dikenali dari sosoknya yang lebih tinggi dan percabangannya lebih sedikit dari bibit vegetatif. Selain itu pada bibit ini tidak ditemukan luka bekas okulasi atau sambungan. 2. Bibit Setek (cuttage) Bibit setek diperoleh dengan memisahkan atau memotong beberapa bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Kelebihan dari cara perbanyakan ini ialah caranya sederhana (tidak memerlukan teknik-teknik tertentu yang rumit) dan bibit yang diperoleh mewarisi sifat-sifat yang dimiliki induknya. Kelemahannya ialah tidak banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini sehingga penggunaannya terbatas.
Universitas Sumatera Utara
3. Bibit cangkok (air layerage) Bibit cangkokan termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual). Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah karena kebanyakan cabang tanaman ini tidak dapat dilengkungan seperti cara pembubunan yang umum. Kelebihan cara pembiakan cangkokan ialah pohon dari bibit cangkokan lebih cepat berbuah dan dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk karena induknya dapat dipilh yang memiliki sifat baik. Sedangkan kelemahannya ialah perakaran cangkokan krang kuat dan dangkal, bentuk pohon menjadi rusak, tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak dalam waktu yang cepat, cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan, serta jika sering dilakukan pencangkokan, produksi buah pohon induk menjadi terganggu. Jenis bibit dapat dikenali dengan memperhatikan percabangannya yang lebih banyak. Selain itu, bibit cangkokan dapat dibedakan dari bibit biji dengan melihat sosoknya yang lebih pendek pada umur dan kondisi yang sama dengan bibit dari biji, dapat juga dengan dilihat dengan tidak adanya bekas luka tempelan atau sambungan. 4. Bibit okulasi (budding) Bibit okulasi termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual). Sebenarnya bibit ini tidak murni bibit vegetatif sebab batang bawahnya berasal dari biji. Bibit ini diperoleh dengan menempel tunas pada batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya. Namun, batang bawahnya lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai penopang tanaman dan menghasilkan perakaran yang baik. Setelah tunas tempelan (entris) tumbuh dengan baik, kelebihan batang bawah yang berada di atas tunas dipotong. Untuk pertumbuhan selanjutnya, pertumbuhan tunas tempelan lebih dominan dibandingkan dengan batang bawahnya. Kelebihan dari pembibitan okulasi ialah dapat mewarisi sifat baik dari induk entries (tempelan) karena induk dipilih memiliki sifat baik, perakaran bibit cukup kuat karena batang bawahnya berasal dari biji, dapat mewarisi sifat baik dari batang bawah karena batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat baik, dan lebih cepat berbuah dibandingkan bibit dari biji. Kelemahan dari pembibitan ini terutama dalam masalah teknis pengerjaannya karena memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui pengalaman dan latihan. Selain dapat dikenali dari bekas tempelan, bibit okulasi mempunyai percabangan yang cukup banyak dibandingkan bibit dari biji,. Hal ini dapat digunakan untuk membedakannya dari bibit biji, tetapi perbedaannya tidak terlalu mencolok sehingga tidak semua orang dapat membedakannya dengan cara ini. 5. Bibit sambung (detached scion grafting) Bibit ini banyak dijumpai di pasaran, bibit ini sama dengan bibit okulasi yaitu termasuk bibit vegetatif, walaupun sebenarnya tidak murni vegetatif karena batang bawahnya berasal dari perbanyakan biji. Prinsip pembuatannya sama dengan biji okulasi, yang membedakannya ialah, pada bibit okulasi yang disambungkan adalah
mata tunas,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan pada bibit sambungan yang disambungkan adalah kumpulan mata tunas atau batang. Kelebihan dan kekurangan dari cara pembibitan ini sama dengan cara pembibitan okulasi. 6. Bibit susuan (approach grafting) Bibit susuan sebenarnya sama-sama merupakan bibit sambungan. Hal yang membedakan antara bibit susuan dengan bibit sambungan ialah pada bibit susuan batang atas maupun batang bawah masih berhubungan dengan batang sistem perakaranya. Bibit susuan diperoleh dengan cara menyambungkan batang atas dan batang bawah yang
masih
berhubungan
dengan
perakarannya
dengan
cara
menempelkannya secara bersinggungan. Setelah sambungan terbentuk, kelebihan batang atas dan batang bawah dipotong. Kelebihan dan kekurangan cara pembibitan ini hampir sama dengan cara pembibitan sambungan lainnya. Pada cara pembibitan ini, kemungkinan gagal karena kematian batang lebih kecil karena masih tetap berhubungan dengan perakarannya dan mendapat suplai zat hara. Bibit susuan dikenali dari adanya dua luka bekas pemotongan batang, yaitu luka bekas pemotongan batang bawah dan luka bekas pemotongan batang atas (Setiawan, 1999). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usahatani penangkaran bibit buah ialah antara lain luas lahan dan jarak tanam. Luas lahan akan jelas mempengaruhi jumlah bibit yang dibutuhkan. Semakin luas lahan penanaman, maka semakin banyak pula jumlah bibit yang dibutuhkan, dengan demikian semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Demikian pula
Universitas Sumatera Utara
dengan jarak tanam, semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka semakin sedikit jumlah bibit yang dapat ditanam dalam luasan tertentu. Sebaliknya dengan menggunakan jarak tanam yang lebih rapat, maka semakin banyak populasi tanamannya (Setiawan, 1999).
Landasan Teori Ilmu usaha tani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995). Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. faktor produksi terdiri dari lima komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja, skill, dan manajemen. Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi tidak tersedia, maka produksi tidak berjalan (Daniel, 2002). Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien berkurang. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja tercukupi dan tersedia. Modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien (Soekartawi, 2002). Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usahatani tidak bias dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan . Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang diterima ( Daniel, 2002). Usahatani dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Kata ”banyak” inilah yang sukar ditentukan. Oleh karena itu, dapat dilihat dari tiap kegiatannya, misalnya kegiatan pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Contoh usahatani intensif adalah jika seseorang petani menggarap tanah sesuai dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami, menggunakan pupuk awal, bibit unggul, melakukan penyiangan dan pemupukan periodik. Tiga setengah bulan kemudian, petani tersebut panen, dan memperoleh hasil (Suratiyah, 2009). Satuan tenaga kerja sering disebut dengan HKP (Hari Kerja Pria Dewasa). Satu HKP adalah tenaga kerja seorang pria dewasa yang bekerja efektif selama 8 jam per hari. Tenaga kerja seorang wanita dewasa setara 0,8 HKP dan tenaga kerja seorang anak-anak setara dengan 0,5 HKP (Tarigan , 2002). Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usaha tani. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Biaya tetap (Fixed cost) Biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak dipengaruhi/ bergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya biaya tetap ialah sewa tanah, pajak, alat pertanian. 2. Biaya Variabel (Variable cost) Biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya untuk biaya variable ialah sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah , sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Untuk menghitung total biaya ialah : TC = FC + VC Keterangan : TC = Total biaya usahatani FC = Biaya tetap usaha tani VC = Biaya tidak tetap/ variable usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Y.Py Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga Y Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya ( pengeluaran). Jadi : Pd = TR-TC
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 2003). Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek atau usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria atau Kriteria Kelayakan, seperti : R/C Ratio =
Penerimaan TotalBiaya Pr oduksi
Dimana usaha dikatakan layak apabila R/C Ratio > 1 (Soekartawi, 1995). Pada dasarnya pemasaran suatu barang mencakup perpindahan atau aliran dua hal, yaitu aliran fisik barang itu sendiri dan aliran kegiatan transaksi untuk barang tersebut. Aliran kegiatan transaksi merupakan rangkaian kegiatan transaksi, mulai dari penjual produsen sampai kepada pembeli konsumen akhir. Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Assauri, 2007). Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti yaitu kebutuhan, keinginan, dan permintaan (Kotler, 1993). Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembagalembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal sampai ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya, memperlancar aliran uang. Nilai produk yang tercipta oleh kegiatan
Universitas Sumatera Utara
produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas (Sa’id 2001). Jalur pemasaran hasil pertanian adalah saluran yang digunakan produsen (petani) untuk menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembagalembaga yang ikut aktif dalam saluran pemasaran ini adalah produsen (petani), pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen (Rahardi, 2004). Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda seperti agen perantara, makelar. Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir. Ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor). Lembaga-lembaga
pemasaran
ini
dalam
menyampaikan
komoditi
pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam kegiatan pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen
Universitas Sumatera Utara
akhir, atau produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul, ataupun pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selam pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan saluran pemasaran.
Kerangka Pemikiran Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan petani bertindak sebagai pengelola atau sebagai manajer dari usahataninya. Dalam hal ini ia harus pandai mengorganisasi penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk memperoleh produksi secara maksimal karena faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan petani maka diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada komoditi yang diusahakan agar komoditi tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Faktor-faktor produksi yang telah dikorbankan akan memberikan produksi yang diinginkan. Hasil ataupun out-put produksi bibit tanaman dijual oleh petani. Dalam hal ini, petani menjual dalam bentuk bibit yang telah ditanam di polybag dengan ukuran tinggi bibit tanaman 30-70 cm. Dalam menjual bibit tanaman buah, biasanya petani didatangi oleh pembeli ataupun pedagang langsung yang berasal dari luar daerah, seperti Aceh, Riau. Petani juga menjual kepada pedagang eceran bibit yang langsung datang ke lokasi penangkaran bibit tersebut. Para petani bibit yang berada di lokasi penelitian juga sering mendapatkan proyek dari pemerintah daerah, seperti proyek pengadaan bibit untuk proyek tanaman penghijauan (konservasi). Hasil dari semua penjualan tersebut akan menjadi
Universitas Sumatera Utara
sumber penerimaan usahatani, dimana penerimaan diperoleh dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Faktor-faktor produksi tersebut berupa lahan, modal untuk membeli pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor produksi. Karena suatu proses produksi akan membutuhkan input produksi, yang merupakan korbanan atau masukan yang diberikan kepada usaha tani. Penggunaan input produksi menimbulkan biaya-biaya input produksi, seperti biaya bibit, biaya pupuk, peralatan, dan tenaga kerja. Biaya-biaya inilah yang disebut dengan biaya produksi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang termasuk dalam biaya tetap dan biaya variable, yang disebut dengan total biaya produksi. Selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi disebut dengan pendapatan usahatani. Berdasarkan pendapatan bersih yang diperoleh petani penangkar bibit tanaman buah, maka dapat diketahui kelayakan usahatani penangkaran bibit tanaman buah tersebut. Untuk mengetahui kelayakan usahatani penangkaran bibit tanaman buah dianalisis dengan kriteria investasi R/C Ratio.
Dalam kriteria
investasi R/C Ratio, dilihat perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi, dengan ketentuan apabila hasil perbandingan lebih besar (> 1) maka usahatani penangkaran bibit tanaman buah layak diusahakan, dan tidak layak jika R/C Ratio lebih kecil atau sama dengan satu
(≤ 1).
Saluran pemasaran merupakan aliran penyampaian suatu barang mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Aliran barang ini dapat terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
adanya lembaga pemasaran. Dalam melaksanakan fungsinya, lembaga pemasaran seperti pedagang perantara ini akan menentukan harga jual yang diterima petani/penangkar dan yang harus dibayar konsumen. Pemasaran dalam usahatani penangkaran bibit tanaman buah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat
pendapatan petani dari semua penjualan produksi
usahataninya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema Kerangka Pemikiran Petani Bibit Tanaman Buah Penyerapan Tenaga Kerja
TKDK
Usahatani Penangkaran Bibit Tanaman Buah Input Produksi : • Bibit • Tanah • Tenaga Kerja • Pupuk • Peralatan
TKLK Produksi Harga Jual
Harga Input Produksi
Penerimaan Usahatani
Saluran Pemasaran
Biaya Produksi Pendapatan Bersih
Analisis Kelayakan
Layak
Tidak Layak
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
: Menyatakan ada hubungan : Menyatakan ada pengaruh TKDK
: Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TKLK
: Tenaga Kerja Luar Keluarga
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian 1. Pengelolaan Usahatani Pembibitan Tanaman Buah sudah intensif di daerah penelitian. 2. Curahan tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada curahan tenaga kerja dalam keluarga pada Usahatani Pembibitan Tanaman Buah di daerah penelitian. 3. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih penangkaran bibit tanaman durian lebih tinggi daripada penangkaran bibit tanaman mangga dan rambutan pada usahatani penangkaran bibit tanaman buah di daerah penelitian. 4. Usahatani penangkaran bibit tanaman buah layak untuk diusahakan di daerah penelitian. 5. Saluran pemasaran bibit tanaman buah di daerah penelitian singkat.
Universitas Sumatera Utara