TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15°LS dan 15°LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/ tahun. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25°-30°C (Setyamidjaja, 1993).
Bibit unggul paling tidak harus memenuhi dua kriteria yakni unggul genetis dan unggul agronomis. Unggul genetis artinya karakter bibit dalam hal ketahanan hama dan penyakit tinggi, serta masa produksi lama. Unggul agronomis artinya cepat tumbuh, mudah perawatan, dapat ditumbuhkan dalam kisaran iklim yang luas. Salah satu komponen dalam paket teknologi budidaya perkaretan adalah penggunaan klon anjuran. Untuk perkebunan karet rakyat klon-klon anjuran terdiri dari klon-klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300, dan PR 303. Penggunaan klon unggul akan mempengaruhi besar kecilnya produksi lateks yang diperoleh pada saat penyadapan ( Haris, 1992).
Perawatan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) akan berpengaruh pada saat penyadapan pertama. Perawatan yang intensif dapat mempercepat awal penyadapan. Perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. Kematian tanaman karet setelah penanaman masih dapat ditolerir sebanyak 5%. Penyiapan bibit
Universitas Sumatera Utara
untuk penyulaman dilakukan bersamaan dengan penyiapan bibit untuk penanaman agar diperoleh keseragaman bibit yang tumbuh. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu samapai dua tahun. Tahun ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman ( Tim Penulis, 1998).
Pemupukan pada TBM mempunyai tujuan untuk memperoleh tanaman yang subur dan sehat, sehingga lebih cepat tercapainya matang sadap dan agar tanaman cepat menutup sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk secara berkala dan dengan frekuensi yang tinggi dapat mengurangi kehilangan hara disebabakan proses pencucian dan dosis pupuk tahunan dapat diserap akar tanaman lebih efesien (Adiwiganda, 1995).
Seleksi pohon yang sehat dan homogen menjelang masak sadap perlu dilakukan. Pohon yang tetap tertinggal adalah pohon yang benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Sedangkan penjarangan dilakukan dengan cara membongkar pohon-pohon yang tidak baik dan terserang penyakit ( Tim Penulis, 1998).
Memasuki tahun kelima dari siklus hidup karet, tanaman karet sudah disebut tanaman yang menghasilkan. Pada tahun ini tanaman karet sudah mulai disadap. Namun adakalanya dari sejumlah pohon karet yang berumur empat tahun itu ada pohon yang belum bisa disadap. Menurut teori, tanaman karet yang bisa disadap pada usia empat tahun itu belum 100%. Biasanya dari 476 pohon, yang benarbenar matang sadap hanya sekitar 400 pohon (Tim penulis 2008).
Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan
Universitas Sumatera Utara
kesuburan pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setiap tahun. Menurut Djoehana Setyamidjaja dosis setiap aplikasi berdasarkan jenis tanah sebahgai berikut : -
Jenis tanah latosol : 280 gr Urea, 133,3 gr TSP, 180 gr KCL per pohon
-
Jenis tanah PMK : 280 gr Urea, 324 gr TSP, 156 gr ZK per pohon
Pemupukan tanaman produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi 10-20%, meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan hama penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama (Setyamidjaja, 1993).
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun tergantung pada kesuburan pertumbuhannya. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkat produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 28 tahun produksinya akan menurun. Apabila sudah terjadi penurunan produksi lateks karena umur tua, maka tanaman karet sudah waktunya untuk diremajakan (Syamsulbahri, 1996).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah. Melalui saluran irisan akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental (Sadjad. S, 1996). Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang sadap. Jika belum mencapai 55% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sebelum mencapai persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet (Tim Penulis, 1998).
Sebatang pohon karet telah dapat dikatakan memenuhi syarat untuk disadap bila pohon tersebut telah mencapai lilit batang 45 cm pada ketinggian 100 cm di atas pertautan untuk tanaman yang berasal dari bibit okulasi atau pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah untuk tanaman asal biji (Setyamidjaja, 1993).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke arah kanan bawah dengan sudut kemiringan 30° dari horizontal. Pisau sadapan berbentu V dengan demikian aliran lateks akan tertampung pada daerah dasarnya (Syamsulbahri, 1996).
Dalam pelaksanaan penyadapan harus diperhatikan ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan dan pemulihan kulit bidang sadap. Tebal irisan yang dianjurkan 1,5 – 2 mm, kedalaman irisan yang dianjurkan 1 – 1,5 mm dari lapisan kambium. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00 pagi. Sedang pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.00 - 10.00 pagi. Kulit pulihan bisa disadap kembali setelah 9 tahun untuk kulit pulihan pertama dan dapat disadap kembali pada bidang yang sama setelah 8 tahun untuk kulit pulihan kedua ( Tim Penulis, 1998).
Sistem sadap menggambarkan kombinasi jumlah sayatan/ potongan per pohon, panjang sayatan dan frekuensi sadapan. Berdasarkan hitungan internasional, maka panjang sayatan merupakan fraksi dari lingkar/ lilit/ diameter batang. S/1 berarti sadapan satu spiral penuh, S/2 sadapan dilakukan setengah spiral, S/4 ;
Universitas Sumatera Utara
seperempat spiral, S/R ; kurang dari satu spiral. Frekuensi sadapan dirumuskan dengan huruf d, d/1 artinya sadapan dilakukan setiap hari, d/2 berarti sadapan dilakukan setiap 2 hari sekali. Sistem sadap yang digunakan akan berpengaruh pada umur ekonomis tanaman karet. Penyadapan yang berlebihan dapat memperpendek umur ekonomis tanaman karet. Hasil karet dinyatakan dengan kg karet kering per hektar setiap tahunnya (Syamsulbahri, 1996).
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian akan berpengaruh terhadap biaya. Di dalam peningkatan produksi yang terpenting adalah adanya kenaikan produktivitas per satuan luas dan waktu. Bentuk teknologi dapat berupa cara budidaya yang baik, introduksi teknologi biologis/ kimia seperti bibit, pupuk dan obat-obatan, penggunaan teknologi mekanisasi meliputi penggunaan alat-alat pertanian (Hermanto, 1988).
Bahan olah karet rakyat diantaranya sebagai berikut : 1. Lump Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya. 2. Lump Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya 3. Sleb/Lump Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh Balai Penelitian Sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
Universitas Sumatera Utara
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lump mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60 cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalampengangkutan . 5. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS) : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan. 6. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan sit asap dengan pembeku asam format/semut hampir sama dengan sit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari .
Landasan Teori Produksi Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).
Dalam ilmu ekonomi mikro dikenal dengan apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik atau output dengan faktor produksi atau input. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi ditulis sebagai berikut (Sadono Sukirno, 1994) :
Q = F (K, L, R, T)
Dimana : Q
= jumlah produksi
K
= modal
L
= tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
R
= kekayaan alam/ tanah
T
= teknologi
Fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut : Q = ALαKβ
Dimana : Q
= out put (produksi)
L
= tenaga kerja
K
= modal
α dan β = parmeter-parameter positif yang lainnya yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen sementara K dipertahankan konstan (ceteris paribus). Demikian pula β mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing-masing adalah elastisitas output dari L dan K (Dominick Salvatore, 1990).
Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi dalam fungsi produksi Cobb Douglass yang telah diuraikan di atas dalam bentuk linier ditransformasikan ke sistem bilangan logaritma, sering digunakan nilai koefisien regresi dalam persamaan fungsi produksi Cobb Douglass Y = f (Xi), yang mana secara matematik dapat ditentukan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Y = a + biXi,
Turunan pertama nilai (Y) terhadap (X) adalah : δY / δXi = bi ; diintegralkan menjadi Y = ∫ bi δXi Y = biXi + C ; dimana C = konstanta (intrcept)
Maka dari hasil perhitungan integral persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa berapapun pertambahan nilai (X), akan dapat berpengaruh terhadap nilai Y sebesar pertambahan persentase nilai (bi). Maka sesuai dengan pengertian nilai koefisisen elastisitas yaitu mengukur persentase perubahan jumlah produksi persatuan Xi yang diakibatkan oleh persentase perubahan faktor produksi tertentu yang digunakan.
Biaya Produksi Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel, karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian biaya tetap dan biaya variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel (Mubyarto, 1994).
Pendapatan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Universitas Sumatera Utara
TR = Y . Py
Dimana : TR
= total penerimaan
Y
= produksi yang diperoleh
Py
= harga Y
(Soekartawi, 2002).
Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani (total farm expense) didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan
pengeluaran total
usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi, 1986).
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pd = TR – TC
Dimana : Pd
= pendapatan usahatani
TR
= total penerimaan
TC
= total biaya
(Soekartawi, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Kelayakan Finansial Analisis finansial merupakan suatu alat untuk mengukur layak atau atau tidaknya suatu investasi apabila diukur dari aspek keuangan. Pada umumnya terdapat beberapa kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang tergantung kepada kondisi dan kebutuhan yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost), dan IRR (Internal Rate of Return). (Soekartawi, 1991).
Dasar penerimaan/ penolakan sebagai rangka mencari ukuran yang menyeluruh yang telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : (1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) ; (2) Internal Rate of Return (IRR) ; (3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ; (4) Gross Benefit- Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; dan (6) Return on Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray dkk, 1999).
Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu-waktu tertentu.
Cara menghitung NPV adalah sebagai berikut : n
NPV = � t=0
Bt − Ct (1 + I)t
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Bt
= penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu proyek pada tahun t
Ct
= biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t, Ct dihitung per hektar per tahun
n
= umur ekonomis proyek dalam perhitungan dipergunakan 1 tahun
i
= discount rate
NPV = nilai netto sekarang (Soekartawi, 1991).
Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan parameter yang dipakai untuk melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari Bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0), oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu (Soekartawi, 1995).
Perkiraan IRR dapat dicari dengan memecahkan persamaan sebagai berikut :
IRR = i′ +
NPV′ (i" − i′) (NPV ′ − NPV")
Keterangan : i’
= discount rate ke -1
i”
= discount rate ke -2
NPV’
= nilai net present value -1
Universitas Sumatera Utara
NPV”
-
= nilai net present value -2
Bila IRR≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
-
Bila IRR < tingkat suku bungan berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah, 1999).
Benefit cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negatif atau : Dengan Rumus :
B Net = C
n
Bt − Ct t t=0 (1 + i) n Ct − Bt � (1 + i)t t=0
�
Keterangan : Bt
=
penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu proyek pada tahun t
Ct
=
biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t, Ct dihitung per hektar per tahun
N
=
umur ekonomis proyek
i
=
discount rate yang digunakan
t
=
jangka waktu suatu proyek atau usaha tani
Kriteria yang dipakai adalah : -
Bila B/C > 1 usaha tersebut layak diusahakan
Universitas Sumatera Utara
-
Bila B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan
(Soekartawi, 1986).
Kerangka Pemikiran Dalam usaha pertanian produksi diperoleh mulai suatu proses yang panjang dan penuh resiko. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai faktor penentu pencapaian produktivitas. Input produksi yang dibutuhkan antara lain adalah lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan lain-lain.
Lahan, tenaga kerja, dan sarana produksi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani karet. Semakin luas lahan yang dimiliki, semakin besar pula hasil yang didapat dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti penggunaan bibit, jarak tanam, pemupukan dan juga obat-obatan yang digunakan. Demikian juga halnya dengan sarana produksi, misalnya penggunaan bibit. Jika yang digunakan petani adalah bibit unggul, maka produktivitasnya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bibit yang biasa.
Jika faktor-faktor produksi sudah terpenuhi maka kegiatan produksi dapat berjalan. Salah satu hasil produksi dari usahatani karet adalah lump, yaitu getah karet yang mengalir pada bidang sadap kemudian dikumpulkan dalam tempurung kelapa atau wadah lainnya.
Hasil produksi ini kemudian dijual petani berdasarkan harga yang berlaku di pasar. Dari kegiatan ini petani memperoleh penerimaan. Pendapatan petani dihitung dengan mengurangkan total penerimaan dengan total biaya.
Universitas Sumatera Utara
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Yang termasuk dalam biaya tetap antara lain pajak bumi dan bangunan, sewa lahan, dan biaya penyusutan. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya sarana dan produksi.
Analisis finansial mencakup pembiayaan proyek yang akan atau yang sedang dilaksanakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh. Aspek ini diawali dengan memperhitungkan aspek pembiayaan dari kegiatan yang paling kecil sampai dengan kegiatan yamg paling besar. Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input-output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya.
Dasar penerimaan atau penolakan sebagai rangka mencari ukuran yang menyeluruh yang telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal adalah Net Present Value (NPV) ; Internal Rate of Return (IRR) ; Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C).
Universitas Sumatera Utara
Skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan seperti pada gambar berikut :
Usahatani karet
Faktor tanaman:
Input Produksi:
- Umur tanaman - jumlah pokok
- Tenaga Kerja - Saprodi
Produksi Usahatani (Lump)
Harga
Produktivitas
Penerimaan Biaya Produksi (FC , VC)
Pendapatan Petani Analisis Finansial : (NPV, IRR, B/C)
Layak
Tidak Layak
Keterangan : Ada hubungan Mempengaruhi Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian 1.
Produktivitas karet rakyat di daerah penelitian relatif tinggi.
2.
Variabel umur, jumlah pokok, pupuk, herbisida, tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet rakyat di daerah penelitian.
3.
Usahatani karet adalah usahatani yang menguntungkan dan layak secara finansial.
Universitas Sumatera Utara