TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis secara ekonomi, tetapi juga sangat berarti dari segi pertahanan dan keamanan, sosial dan politik . Pangan pokok ialah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditi lain (Hasan, 1998). Secara umum dikatakan bahwa masalah pangan merupakan sebagian dari masalah kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat akibat adanya ketimpangan antara kebutuhan persediaan, permintaan pangan dan kesehatan. Permintaan pangan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan, harga pangan dan non pangan, pendidikan rumah tangga terutama ibu serta adat (cultur) dan kebiasaan. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak saja dipengaruhi oleh produksi, ketersediaan pangan nasional atau ketersediaan pasar, tetapi dipengaruhi juga oleh daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan, pendidikan dan nilai sosial budaya yang berlaku di masyarakat (Yuliyanti, 2011). Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia menjelaskan bahwa harga beras memiliki keunikan dalam proses penentuannya sehingga perlu kehati-hatian
Universitas Sumatera Utara
dalam menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya kenaikan harga beras, namun jika harga beras tinggi penduduk miskin akan meningkat. Keunikan yang lain meskipun pemerintah telah menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja petani akan miskin. Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia, menyebutkan bahwa persediaan beras di tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah, sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap harga beras adalah kebijakan impor beras oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah mengenai harga terendah untuk harga padi dan harga tertinggi untuk harga beras. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjamin tingkat harga yang layak, yang disatu pihak memberikan keuntungan yang wajar kepada petani produsen sehingga sekaligus dapat merangsang kenaikan produksi dan dilain pihak mewujudkan harga beras yang berada dalam jangkauan daya beli masyarakat banyak. Untuk memelihara agar tingkat harga tetap bergerak dalam batas harga terendah dan tertinggi itu, pemerintah segera memberi beras dipasaran apabila harga terendah dan menjual dipasaran (Nitisastrio, 2010). Tahun 2001 ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2001 tentang harga beras yang baru tanpa ada membedakan wilayah. Penetapan kebijakan pemberasan menginstruksikan badan/departemen terkait untuk memberikan dukungan bagi peningkatan produktivitas petani padi dan produksi beras nasional,
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan bagi diversifikasi (penganekaragaman) kegiatan ekonomi petani dan melaksanakan kebijakan harga dasar pembelian beras oleh pemerintah. Tujuan dari pada pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen dan petani serta kestabilan harga (Departemen Pertanian, 2004). Dampak dari kenaikan harga beras ini, pada prinsipnya tidak terlalu berpengaruh pada konsumsi masyarakat, karena beras merupakan kebutuhan pokok yang paling utama. Jadi mahal atau tidak, beras tetap akan dibeli masyarakat. Meskipun demikian, kenaikan harga beras tersebut tetap memberikan kecemasan terhadap warga di semua daerah (Yuliyanti, 2011). Salah satu penyebab mahalnya harga beras adalah menurunnya pertumbuhan produksi padi antara lain akibat imbas dari perubahan cuaca. Perubahan cuaca tersebut juga telah membuat negara pengekspor beras utama dunia yaitu Vietnam dan Thailand melakukan pengetatan ekspor beras. Meskipun kedua negara ini mengalami surplus beras, mereka telah mengumumkan bahwa akan
membatasi
ekspor
beras
terkait
anomali
cuaca
yang
melanda
(Anonimous, 2012). Trend meningkatnya harga beras memang tak lepas dari hukum permintaan dan penawaran barang. Indonesia sebagai negara Asia dengan konsumsi beras sangat tinggi yakni mencapai 139 kg per kapita per tahun. Padahal negara-negara Asia lainnya tak lebih dari 100 kg per kapita per tahun. Dengan demikian, total permintaan beras Indonesia menjadi sangat besar mengingat jumlah penduduknya lebih dari 230 juta jiwa (Anonimous, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras yang memadai di dalam negeri. Pada saat ini jumlah permintaan dan penawaran beras di Indonesia relatif berimbang, dalam arti jumlah yang tersedia dan jumlah yang dikonsumsi berselisih tipis. Keadaan tersebut sangat signifikan, karena apabila terjadi goncangan permintaan atau penawaran, harga beras akan mudah berfluktuasi. Disamping itu, cadangan beras untuk pengamanan ketersedian oleh Pemerintah dilakukan dengan kebijakan impor. Instrumen impor inilah yang digunakan dalam mengantisipasi perilaku pasar agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang justru memperkeruh pasar seperti aksi-aksi spekulasi. Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis, sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap tidak dapat diobservasi atau di ukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueller, 1996). Selain itu, dalam kajian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan
untuk
menjauhi,
menghindari
ataupun
tidak
menyukai
keberadaannya suatu objek. Sedang sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahakan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Mueller, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Meskipun ada beberapa perbedaaan pengertian sikap, namun ada beberapa yang dapat disetujui bahwa sikap adalah predisposisi
yang dipelajari yang
mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula penulis cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu seseorang untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama (Ahmadi, 1999).
Landasan Teori Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merekmerek yang ada konsumen akan mengevaluasi harga secara tidak absolut akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian (Djojodipuro, 1991). Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh rumahtangga. Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk memepertahankan taraf hidup. Pada tingkat pendapatan rendah, pengeluaran konsumsi pertama dibelanjakan untuk kebutuhan pokok. Kebutuhan makanan (pangan) adalah yang terpenting
karena
makanan
merupakan
jenis
komoditas
utama
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat bermacam-macam barang konsumsi yang merupakan kebutuhan rumahtangga. Keanekaragamannya
Universitas Sumatera Utara
tergantung
pada
tingkat
pendapatan
rumahtangga.
Tingkat
pendapatan
rumahtangga yang berbedabeda mengakibatkan perbedaan pola konsumsi. Tingkat pengeluaran konsumsi merupakan salah satu cara untuk mengkaji pola konsumsi. Dengan mengenali jenis-jenis barang konsumsi dapat diketahui bahwa rumahtangga dengan tingkat pendapatan tertentu membelanjakannya dalam persentase yang tertentu pula untuk keperluan rumah tangga. Dalam hal ini perlu diingat kembali Hukum Engel yang menyatakan bahwa bila selera tidak berubah, maka proporsi pengeluaran untuk pangan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Engel menemukan hukum tersebut dari perangkat data survey pendapatan dan pengeluaran (Djojodipuro, 1991). Teori permintaan merupakan suatu teori yang menerangkan sifat dari permintaan pembeli (konsumen) terhadap suatu komoditas serta menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga, yang selanjutnya menjelaskan pembentukan kurva permintaan. Permintaan sendiri diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu (Anonimous, 2013) Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Anonimous (2013) tentang Pola Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga
menyatakan bahwa perilaku
konsumen mengandung arti semua aktivitas individu dalam memperoleh dan menggunakan komoditas termasuk pengambilan keputusan yang meliputi aktivitas tersebut. Perilaku mengkonsumsi beras rumah tangga merupakan bagian dari perilaku ibu rumah tangga dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukannya. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
Universitas Sumatera Utara
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai dan menentukan produk, jasa, dan gagasan .
Fungsi permintaan Marshallian mempunyai properti homogen derajat nol terhadap P dan M, atau Xi = XiM(tpi , tM) = Xi = XiM(pi , M). Homogen derajat nol ini mempunyai arti bahwa bila harga barang Pi dan M berubah dengan tingkat yang sama sebesar t, maka permintaan barang Xi tidak berubah. Dari fungsi permintaan tesebut dalam dilihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya jika kenaikan harga beras sama meningkat dengan pendapatan rumah tangga maka konsumsi atau keputusan pengalihan merek kepada beras yang lebih murah tidak akan terjadi. Fungsi permintaan lain yang diturunkan dari proses minimisasi fungsi pengeluaran dengan kendala tingkat kepuasan tertentu disebut dengan fungsi permintaan Hicksian. Rasio harga menunjukkan slope dari kendala anggaran yang dimiliki ibu rumah tangga. Selanjutnya dari kondisi slope yang sama dapat diturunkan sebuah fungsi dengan X1 dan X2 yang menggambarkan utilitas maksimum dari pemilihan konsumsi pada suatu tingkat pendapatan tertentu dan tingkat harga yang konstan. Kurva dari fungsi tersebut disebut dengan kurva konsumsi pendapatan atau jalur konsumsi pendapatan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
X1 Garis konsumsi pendapatan
X2= f (x1)
M1/P2 U2 X2 U1 X1
M1/P1
M2/P1
Gambar 1.Garis Konsumsi Pendapatan untuk Barang Normal
(Anonimous, 2013) Gambar tersebut menunjukkan garis konsumsi rumah tangga untuk setiap nilai X1 dan X2 dengan menganggap p1 dan p2 konstan, sedangkan pendapatan Rumah tangga bervariasi dari M1 dan M2. Karena pendapatan rumah tangga bervariasi sedang harga beras konstan, maka garis anggaran akan bergeser secara paralel. Garis konsumsi beras rumah tangga didapatkan dengan menghubungkan titik-titik konsumsi rumah tangga terhadap beras optimal untuk masing-masing total pendapatan rumah tangga. Untuk menggambarkan hubungan X1 dan X2 yang merupakan fungsi dari pendapatan dapat dilihat pada Gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
X2
Kurva Engel X2 = f (M )
X22
X12
M1
M2
M
Gambar 2. Kurva Engel untuk Barang Normal
(Anonimous, 2013) Terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, hari besar, dan luas lahan) di perdesaan dan perkotaan. Bila dibandingkan antar dua kelompok wilayah menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara nilai yang dianut perdesaan dengan perkotaan. Hampir seluruh perdesaan memiliki keyakinan nilai terhadap beras yang tinggi, sedangkan lebih dari setengah perkotaan yang memiliki keyakinan nilai yang tinggi terhadap beras. Nilai yang
Universitas Sumatera Utara
dianut akan membentuk sikap yang kemudian akan menentukan perilaku konsumsi (Yuliyanti, 2011). Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini sudah menjadi program prioritas (Departemen Pertanian, 2004). Adanya faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) yang mempengaruhi ibu rumah tangga menimbulkan adanya tanggapan berupa sikap positif dan sikap negatif ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap konsumsi beras. Timbulnya sikap positif bagi ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras yaitu tetap mengkonsumsi beras pada merek yang sama walaupun harganya meningkat (Sumarwan, 2004). Berikut akan diuraikan beberapa karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap ibu rumah tangga, yakni: 1. umur Memahami umur ibu rumah adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaaan terhadap merek.
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah dua karakteristik ibu rumah tangga yang berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi sikap ibu rumah tangga dalam pilihan produk atau merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera rumah tangga juga berbeda. 3. Total Pendapatan Keluarga Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah seseorang dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bias dibeli dan konsumsi oleh seseorang dan seluruh anggota keluarga. 4. Jumlah tanggungan keluarga Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi beras lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
5. Luas Lahan Pada umumnya keluarga yang mempunyai lahan terutama lahan seperti sawah, ladang dan pekarangan akan mengkonsumsi dari lahan mereka sendiri. Sebahagian hasil dari panen mereka akan dijual juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang lain (Sumarwan, 2004) . Kerangka Pemikiran Provinsi Sumatera Utara merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Daerah yang termasuk penghasil beras di provinsi Sumatera Utara ialah Kabupaten
Deli Serdang. Di daerah ini
masyarakatnya hidup dari mata pencaharian sebagai petani dan salah satu komoditi yang berkembang di daerah tersebut ialah usaha tani padi. Hampir setiap tahunnya di daerah ini produksi beras selalu meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, layak dikatakan jika daerah ini merupakan lumbung beras yang paling banyak di Sumatera Utara. Makanan pokok para penduduk di provinsi Sumatera Utara adalah nasi. Konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan sebagai konsumen yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan. Meningkatnya harga beras menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga menurunkan tingkat konsumsi di sisi kuantitas atau pun kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Adanya faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) yang mempengaruhi ibu rumah tangga menimbulkan adanya tanggapan berupa sikap positif dan sikap negatif ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap konsumsi
Universitas Sumatera Utara
beras. Timbulnya sikap positif bagi ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras yaitu tetap mengkonsumsi beras pada merek yang sama walaupun harganya naik. Sikap negatif ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga beras ialah beralih pada merek beras yang harganya lebih rendah. Secara skematis pemikiran tersebut digambarkan sebagai berikut:
Kenaikan Harga Beras
Faktor Sosial Ekonomi: - Umur, - Tingkat pendidikan, - Total pendapatan keluarga, - Jumlah tanggungan keluarga, - Luas lahan.
Ibu Rumah Tangga
Kota
Sikap
Positif
Desa
Konsumsi Beras Rumah Tangga
Negatif
Keterangan : :menyatakan Hubungan Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian 1. Terdapat sikap negatif Ibu rumah tangga di daerah perkotaan dan perdesaan terhadap kenaikan harga beras. 2. Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan) terhadap konsumsi rumah tangga di perkotaan dan perdesaan.
Universitas Sumatera Utara