TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk
mengembangkan kemampuan petani dalam
menguasai,
memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, beruasaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Tugas pokok penyuluh pertanian adalah: 1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU 2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamsisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok 3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat 4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan system kerja LAKU (antara lain: demonstrasi demonstrasi Sipedes, kursus kursus tani desa) 5. Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain : pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya) 6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP 7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok 8. Membantu menyusun administrasi kelompok 9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapelluh
Universitas Sumatera Utara
(Departemen Pertanian, 2008). Penyuluhan komunikasi
merupakan
informasi
keterlibatan
seseorang
untuk
melakukan
secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994), yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik. Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang berkembang (Ilham, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Van Den Ban dan Hawkins (1999), menyatakan bahwa konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang benar serta mengubah perilaku petani menjadi lebih baik. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
sesuai
dengan
kedudukan
menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Soedijanto, 1996). Menurut Fashihullisan (2009), peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya. Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam empat peran, yaitu : 1.
Peran fasilitator (Facilitative Roles),
2.
Peran pendidik (Educational Roles),
3.
Peran utusan atau wakil (Representasional Roles), dan
4.
Peran teknikal (Technical Roles) Mosher (1997), menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu:
sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994), juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian modern, yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: 1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. 2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. 3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian. Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka,
Universitas Sumatera Utara
dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut. Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi. Menurut Rasyid (2001), belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal tersebut meliputi; manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh (Departemen Pertanian, 2009). Berdasarkan Undang undang Republik Indonesia Nomor 16 (2006), Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Bab 2, pasal 4, bahwa fungsi sistem penyuluhan adalah sebagai berikut: a) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha b) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya c) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha d) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan e) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha f) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan g) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Menurur Suwandi (2006), metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha". Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan.
Landasan Teori Perlu diingat bahwa tugas penyuluhan di masa depan akan sangat berbeda dengan yang selama ini dilakukan. Cakupan tugasnya akan jauh lebih luas, bukan terbatas pada penyuluhan peningkatan produksi, tetapi juga penyuluhan usahatani, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta pengorganisasian masyarakat petani dalam berbagai bentuk wadah dan untuk berbagai tujuan. Kemampuan kemampuan professional di bidang bidang itu perlu dikuasai para penyuluh pertanian masa
Universitas Sumatera Utara
depan. Untuk itu perlu diutamakan peningkatan kemampuan professional penyuluh ( Mardikanto, 1992). Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa faktor sosial ekonomi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosial a. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari hari. Tenaga kerja dalam usia sangat produktif (22-65 tahun) memiliki potensi kerja yang masih produktif (Anonimous, 1991). b. Tingkat pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seorang PPL. Tetapi apabila ini terlalu ditekankan, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan di kemudian harinya. Karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik (Suhardiyono, 1992). c. Lama menjadi penyuluh Orang orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992). d. Tingkat Kosmopolitan Tingkat kosmopolitan dapat diketahui dengan melihat frekuensi seseorang keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, koran yang dibaca, siaran TV yang ditonton, dan siaran radio yang didengar (Mosher, 1997).
Universitas Sumatera Utara
e. Memahami bahasa daerah Memahami
bahasa
daerah
di
tempat
penyuluh
bertugas
akan
memudahkan penyuluh dalam berkomunikasi. Menggunakan bahasa daerah juga akan dapat meningkatkan tingkat adopsi petani, karena penggunaan bahasa yang sama akan lebih mendapatkan kepercayaan. 2. Faktor ekonomi f. Jumlah tanggungan keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988). g. Gaji penyuluh Gaji penyuluh merupakan pendapatan penyuluh pertanian dari pekerjaan sebagai penyuluh, penyuluh yang telah diangkat menjadi pegawai negeri ataupun tenaga harian lepas. h. Total pendapatan Meningkatnya pendapatan maka pengeluaran untuk keperluan rumah tangga pun akan ikut meningkat. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). i.
Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas Tempat tinggal penyuluh yang terlalu jauh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas bisa menjadi penyebab penyuluh tidak mengetahui masalah masalah yang dihadapi petani, karena petani tidak bisa menceritakan masalahnya kepada penyuluh. Selain itu, penyuluh juga akan
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan biaya yang lebih besar jika jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas terlalu jauh, dan dapat menyebabkan keterlambatan hadir penyuluh.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian agar dapat mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Mardikanto, 1992) Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan teknologi baru, sehingga mampu berusahatani dengan lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera. Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang mungkin mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian atau pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian. Faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, dan memahami bahasa daerah. Sedangkan faktor ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas.
Universitas Sumatera Utara
Skema kerangka pemikiran
Faktor Sosial: 1. Umur
Penyuluh
2. Tingkat Pendidikan
Faktor Ekonomi: 1. Jumlah Tanggungan Keluarga 2. Gaji penyuluh
3. Lama Menjadi Penyuluh
3. Total Pendapatan Penyuluh
4. Memahami bahasa daerah
4. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas
Tugas Pokok
5. Tingkat Kosmopolitan
Keberhasilan Tugas Pokok
Skema Kerangka Pemikiran Menunjukkan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian 1. Pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Perbaungan telah berhasil dengan kriteria tingkat keberhasilan tinggi. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, status kerja penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas, pekerjaan lainnya) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Perbaungan.
Universitas Sumatera Utara