TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Penyuluh Karakteristik
individu penyuluh pertanian adalah identifikasi internal
yang melekat pada diri seorang penyuluh pertanian seperti umur penyuluh, masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, persepsi tentang bidang keahlian, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya.
1.
Umur Umur adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar
dan efesiensi belajar langsung maupun tidak langsung. Umur 25 tahun adalah umur yang optimal untuk belajar. Pada umur 46 tahun, kemampuan belajar mulai menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Variasi umur yang dimiliki oleh penyuluh pertanian akan juga berpengaruh pada kompetensi dan kinerjanya. Umur dapat memberikan gambaran pengalaman seseorang. Pengalaman adalah sumber belajar. Orang yang memiliki banyak pengalaman akan lebih mudah mempelajari sesuatu. Rakhmat (2002:21) mengatakan bahwa pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Empirisme, salah satu aliran dalam filsafat mengatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu karena pengalaman masa lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku.
2. Pendidikan Formal Soekanto (2002:327-328) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Menurut Vaizey (1978:39) tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan kapasitas untuk dapat menikmati hidup yang biasa. Sejalan dengan hal tersebut, Rusell (1993:39) mengemukakan bahwa pendidikan senantiasa mempunyai dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan perillaku yang baik. Cooms, et. a.l (1973) menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup atau dinyatakan bahwa hidup ini adalah belajar. Mereka membagi pendidikan dengan tiga jalur antara lain, (1) Pendidikan formal (pendidikan melaui bentuk sekolah), (2) Pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah yang masih diorganisasikan, (3) Pendidikan informal (pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa pengorganisasian tertentu). Lebih lanjut para ahli pendidikan itu mengatakan bahwa pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari Sekolah Dasar samapai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialis dan latihan profesional yang dilaksakan dalam waktu yang terus menerus.
3. Pendidikan Non Formal Cooms dengan kawan-kawannya kemudian mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang di organisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah matang, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya (Ruwiyanto, 1994). Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
4. Masa Kerja Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa yang memiliki masa kerja atau pengalaman kerja adalah yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan promosi, disamping peningkatan kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan karir selanjutnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi.
Masa kerja sebagai penyuluh pertanian dengan sendirinya ikut membentuk pengetahuan, sikap, watak, karakter dan ketrampilan. Makin lama seseorang menekuni suatu bidang tertentu, pengetahuannya tentang bidang itu pun semakin tinggi. Seorang penyuluh pertanian dengan pengetahuan yang dikembangkan melalui pengalamannya akan mampu membentuk kompetensi pribadinya dan kinerja serta etos kerjanya. Pengalaman yang banyak membentuk kompetensi dan kecerdasan, sikap dan ketrampilan.
5. Besar Tanggungan Keluarga Besar tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung
kehidupannya. Menurut Soekartawi, e.t al., (1986:113-114)
banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan pengahasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja, kecerdasan, dan menurunnya kemampuan berinvestasi (Hernanto, 1993 :94).
6.
Kosmopolitan Kosmpolitan
adalah
sikap
keterbukaan
terhadap
ide,
gagasan,
pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat kosmopolitan ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adap tasi terhadap ide, gagasan atau informasi dan berasal dari luar atau tempat lain. Hubungan dan relasi sosial yang luas tanpa dibatasi oleh ruang, waktu, tempat, sekat-sekat
primordialisme, budaya yang dianut akan membentuk sikap-sikap kosmopolitan. Sikap-sikap kosmopolitan ini adalah sumber belajar yang dapat mempertajam kualitas dan kemampuan nalar, kecerdasan, kompetensi dan kecakapan seseorang yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi kinerja seseorang.
7.
Motivasi Kerja Motivasi kerja bagi siapapun, termasuk penyuluh pertanian, suatu kegiatan
tertentu dilaksanakan karena didorong oleh keinginan tertentu yang disebut motivasi. Mc. Donald (Djamarah, 2002) mengatakan bahwa motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions (motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mancapai tujuan). Afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu ini menjadi pemicu bagi orang untuk berusaha, berbuat atau melakukan suatu tindakan. Pemicu tindakan ini disebut motivasi seperti yang dikatakan oleh Terry (1997) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang untuk melakukan tindakan. Motivasi pada manusia baik motivasi intrinsik yakni dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu dan motivasi ekstrinsik yakni dorongan dari luar diri untuk melakukan sesuatu melekat pada setiap orang, termasuk penyuluh pertanian. Keinginan untuk belajar dan meningkatkan kecerdasan, kecakapan, sikap dan ketrampilan didorong oleh motivasi tertentu yang bisa bersifat intrinsik ataupun ekstrinsik. Seorang penyuluh pertanian didorong oleh motivasi intrinsiknya agar memiliki kompetensi yang tinggi dalam penyuluhan selalu mempertajam nalarnya dengan belajar, membaca, mengikuti diklat, seminar,
diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Dorongan intrinsik ini bisa menjadi lebih kuat jika ada pula dorongan ekstrinsik yang menyertainya.
8. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah pendapatan atau reward yang diperoleh seseorang dari hasil kerjanya. Menurut Penny (1990:56-138) pendapatan seseorang merupakan keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap. Makin tinggi pendapatan ekonomi, makin tinggi pula kesempatan ia membelanjakan uangnya baik untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk kebutuhan rekreasi atau aktualisasi diri. Orang yang memiliki pendapatan yang cukup lebih memiliki peluang untuk mengakses berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengetahuan dan kecakapannya.
9. Persepsi terhadap pekerjaan Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah (2002:39) terdapat tiga karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaannya yaitu (1) variasi keterampilan, (2) Identitas tugas dan (3) signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan seseorang
untuk
menggunakan
aktivitas-aktivitas
yang
menantang
atau
menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka cenderung memiliki persepsi pekerjaan tersebut penuh makna.
Selanjutnya, Dubin dan Goldman (1972:133-141) menunjukkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak keahlian yang menantang dan lebih beragam menempati kepentingan atau kebutuhan hidup yang lebih sentral bagi individu daripada pekerjaan yang tuntutan keahliannya rendah dan bersifat rutin. Kepentingan atau semangat kerja yang nampak secara psikologis dalam penelitian tersebut menggambarkan bahwa orang tersebut terus bekerja seolah-olah bukan karena pertimbangan ekonomi saja melainkan pertimbangan non-ekonomi juga. Hal ini dibuktikan melalui riset terhadap para calon pensiun yang tidak mau berhenti bekerja karena takut merasa tidak berguna dan kekhawatiran bahwa pengangguran mempercepat kematian. Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam tulisan atau buku-buku yang membahas tentang orang-orang yang kehilangan pekerjaan (PHK). Secara keseluruhan, bukti yang ada menunjukkan bahwa kerja memberikan arti psikologis bagi setiap orang. Identitas tugas dimaknai sebagai derajat kejelasan suatu pekerjaan pada awal hingga akhir, dan dalam tuntutan hasil akhirnya. Seseorang akan lebih memperhatikan pekerjaannya bila melakukan secara utuh keseluruhan suatu pekerjaan, dan juga cenderung melihat suatu tugas lebih bermakna. Signifikansi tugas atau manfaat tugas menyatakan sejauhmana suatu pekerjaan mempunyai dampak yang penting dan dirasakan terhadap kehidupan orang lain, pekerjaan akan lebih bermakna jika dirasakan bahwa pekerjaan tersebut mempunyai dampak terhadap kehidupan orang lain dan masyarakat (Hackman dan Oldham dalam Armansyah, 2002:39).
Kompetensi Penyuluh Pertanian Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The American Heritage Dictionary mendefinisikan competency sebagai the state or quality of being properly or wellqualife. Kompetensi dalam defenisi ini berarti mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan. Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), defenisi ini masih bersifat umum dan belum
menguraikan
secara
lengkap
substansinya.
Keduanya
kemudian
mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying characteristic of a person which results in effective and/or superior reformance on the job, kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job (a role or rensposibility), that corelates with performance on the job, that can be measured againts well accepted standars, and that can be improved via training and development (Lucia dan Lepsinger, 1999:5). Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan atau tanggungjawab), yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan.
Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), model kompetensi (competency model) sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat, talenta bawaan sejak lahir atau kehendak/dorongan nurani; atau juga kepribadian seseorang. Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi (personal characteristic),
bakat
bawaan
(aptitude),
pengetahuan
(knowledge)
dan
ketrampilan (skill) akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku (behaviour). Menurut Puspadi (2003:115), kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama pada saat menjalankan suatu tugas (Klausmeier dan Goodwin, 1966:97-98). Klemp (Puspadi, 2003:115) mengatakan, “ a job competency in an underlying characteristic of a person which results in effective and or superior performance in ajob. A job competency is an underlying characteristic of a person in that it
may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses”. Kompetensi kerja dengan demikian adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuanpengetahuan yang lain. Mulyasa (2002:40) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Unsur-unsur kompetensi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir,
oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk memecahkan masalah baru (Suparno, 2001:6). Menurut diperbaharui,
Brunner
(Suparno,
dikembangkan
lebih
2001:84) lanjut
pengetahuan
sesuai
dengan
selalu
dapat
perkembangan
kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: (1) proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.
Sikap Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999:106) sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek-aspek
tertentu
dalam
linkungannya.
Sikap
merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers (Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Sikap
didefenisikan
sebagai
keadaan
internal
seseorang
yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya (Suparno, 2001:15).
Keterampilan Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002:119).
Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu (Suparno, 2001:11). Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part skills)’, memungkinkan dikuasainya ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001:22). Kompetensi yang dibutuhkan Seorang Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (psikomotorik).
Menyusun Programa Penyuluhan Seorang penyuluh harus kompeten dalam mengidentifikasi isu-isu penting komunitas, seperti demografi, ekonomi, layanan masyarakat, dan lingkungan. Kompeten dalam menggunakan dan mengaplikasikan isu tersebut dalam prioritas program, perencanaan, dan implementasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dimulai dengan penyusunan program penyuluhan. Program penyuluhan pertanian dikembangkan berdasarkan hasil analisis keadaan dan kebutuhan masyarakat. Analisis keadaan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari data primer maupun data sekunder, misalnya :monografi daerah, data penduduk/petani, data tanah, air dan curah hujan, data luas, jenis tanaman dan produksi per Ha serta data mengenai keadaan dan kegiatan usahatani petani. Proses pengumpulan data ini diperlukan instrumen untuk pengumpulan data yang harus disiapkan oleh penyuluh (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:253). Program adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Pengertian program tersebut, terdapat empat unsur, yakni: Keadaan, Masalah, Tujuan, dan Cara mencapai tujuan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:246). 1. Keadaan Keadaan adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada saat akan disusunnya suatu program. Data tersebut meliputi data tentang keadaan yang nyata ada pada saat itu (data aktual), dan data potensial yaitu data tentang keadaan yang mungkin dicapai. Jadi, dalam program suatu BPP umpamanya akan dijumpai adanya lembaran-lembaran khusus yang menguraikan tentang dua
macam data keadaan di wilayah kerja BPP tersebut sebelum program dilaksanakan. 2. Masalah Masalah adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Suatu wilayah kerja BPP dikatakan mempunyai suatu masalah kalau ada fakta yang belum memuaskan atau fakta tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Keadaan yang tidak memuaskan itu dengan kata lain terjadi bila terdapat perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Untuk mengetahui apa masalahnya, maka perlu analisis lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan keadaan atau fakta tersebut menjadi tidak memuaskan. Faktor penyebab keadaan tidak memuaskan itulah yang dinamakan masalah. Masalah umum (induk masalah) yaitu masalah besar atau luas yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan program. Masalah khusus (anak masalah) yaitu masalah spesifik yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan kegiatan. Suatu masalah yang telah ditetapkan pada suatu waktu atau masa dapat diubah menjadi keadaan. Atau sebaliknya, suatu keadaan dapat pula berubah menjadi masalah. Hal ini tergantung pada dangkal dalamnya penelaahan yang dilakukan serta kebutuhannya. Dengan demikian, pengertian keadaan dan masalah itu bersifat relatif. 3. Tujuan Tujuan adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Ada dua macam tujuan, yaitu: 1. Tujuan program yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah umum atau pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai.
2. Tujuan kegiatan yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah khusus atau pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai. 4. Cara Mencapai Tujuan Cara mencapai tujuan adalah penyusunan suatu rencana kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar yang berisi hal-hal mengenai masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, lokasi, unit, frekuensi, volume, dan lain-lain. Yang terpenting dalam penyusunan rencana kegiatan adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian (2004:14-15), perencanaan dalam program penyuluhan pertanian dirumuskan dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang mengarah pada demokrasi, partisipasi, transparasi, desentralisasi/otonomi daerah dan kepemerintahan yang baik. Untuk itu, penyusunannya mengacu pada sasaran yang jelas, yang meliputi besaran yang terukur, lokasi, waktu, kelompok sasaran dan manfaat kelompok sasaran. Selai itu, kegiatan penyuluhan pertanian disusun dengan meperhatikan kondisi sumber daya alam, manusia, kapital, teknologi, keadaan internal dan eksternal, peraturan perundangan, keterlibatan peran dan kewenangan dengan mekanisme perencanaan yang dilaksanakan dengan prinsip bottom up. van den Ban dan Hawkins (1999:211-222) mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan menuntut perencanaan yang sistematis. Dengan demikian, perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka panjang dan jangka pendek. Program jangka pendek misalnya, informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada pertemuan petani,
dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi modern. Kegiatan perencanaan di desa dimulai dengan identifikasi potensi, aspirasi dan masalah-masalah oleh petani/kontaktani dan masyarakat pelaku agribisnis dengan menggunakan instrumen perencanaan partisipatif (PRA). Selanjutnya berdasarkan PRA ini dikembangkan Rencana Usaha Keluarga ) RUK, Rencana Kegiatan Kelompok (RKK), Rencana Kegiatan Desa (RKD), dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa (RKPPD). Setelah RKPPD tersusun, Kelompok Penyuluh Pertanian di BPP bersama Kontak
Tani
Nelayan
Andalan
(KTNA)
Tingkat
Desa
mengadakan
pertemuan/mimbar sarasehan tingkat BPP/Kecamatan untuk menyusun Programa Penyuluhan PertanianBPP/Kecamatan. Programa ini pada dasarnya merupakan rencana penyuluhan pertanian tahunan BPP/Kecamatan yang disusun berdasarkan kebutuhan spesifik lokalita yang isinya menjelaskan tentang kegiatan, volume, tujuan, sasaran, masalah, dan cara mencapai tujuan, termasuk metodologi yang digunakan (Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2004:15).
Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Penetapan rencana kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyuluh pertanian. Rencana kegiatan bisa berlaku untuk satu musim atau satu tahun. Rencana kerja tersebut merupakan pedoman kegiatan yang harus diselenggarakan oleh penyuluh pertanian (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:255-257).
Dalam
menetapkan
rencana
kegiatan,
penyuluh
pertanian
harus
menerapkan prinsip-prinsip pendidikan. Di dalamnya harus termuat masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, waktu, tempat, perlengkapan, petugas, lokasi, dan biaya.
Waktu, tenaga maupun biaya yang telah dicurahkan untuk
menetapkan rencana kegiatan hanya bermanfaat, bila rencana kegiatan itu dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, penyuluh pertanian harus menerapkan pengetahuannya mengenai prinsip pendidikan.
Metode Penyuluhan Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001:286-289) mengemukakan, terdapat berbagai macam metode penyuluhan pertanian, untuk membandingkan berbagai metode tersebut bisa dilakukan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima sasaran.
Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung (face to face communication). Metode langsung digunakan pada waktu penyuluh pertanian berhadapan muka langsung dengan sasarannya. Misalnya, pembicaraan di balai desa, di sawah, rumah, kantor, kursus, demonstrasi, dan karyawisata. Metode langsung dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran. Dalam kondisi terbatasnya personalia, kurangnya transportasi, dan biaya, maka metode ini dianggap mahal.
Metode tidak langsung digunakan oleh penyuluh pertanian yang tidak langsung berhadapan dengan sasarannya, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau media). Misalnya media cetak (brosur, majalah, surat kabar, dll), media elektronik (radio, televisi, dll), media pertunjukan sandiwara, pameran, dll. Metode tidak langsung sangat menolong apabila metode langsung tidak dapat digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, pameran yang diselenggarakan dengan baik akan memberikan kesan yang lama dan meyakinkan.
Metode Berdasarkan Jumlah Sasaran dan Proses Adopsi Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi, metode penyuluhan dapat dibedakan metode massal, metode kelompok dan individu atau perorangan. Metode massal digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir bersamaan. Misalnya, pidato, siaran lewat radio atau televisi, pertunjukan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, poster, spanduk, dll. Metode ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat. Metode kelompok digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Contoh metode ini adalah pertemuan, demonstrasi, karyawisata, pameran, perlombaan, diskusi kelompok, dan kursus. Metode ini dapat meningkatkan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.
Metode individu atau perorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan individu. Misalnya, kunjungan ke rumah, sawah, kantor, pengiriman surat, dan telepon. Dalam banyak hal, hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang dianjurkan. Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian Meningkatkan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian dan keefektifan metode yang digunakan, penyuluh pertanian harus memperhatikan dua upaya pengembangan. Pertama adalah pengembangan kegiatan pembelajaran, kedua adalah pengembangan keefektifan metode. Implikasi dari pengembangan kegiatan pembelajaran adalah: - Kegiatan pembelajaran memerlukan perumusan tujuan yang khusus dan jelas - Kegiatan pembelajaran harus mewujudkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan materi yang dipelajari - Kegiatan pembelajaran memerlukan situasi pembelajaran yang mencakup lima unsur pokok (penyuluh, peserta belajar, materi, keadaan fisik, dan peralatan atau perlengkapan pembelajaran) - Kegiatan pembelajaran memerlukan pengalaman belajar - Kegiatan pembelajaran memerlukan kombinasi berbagai metode - Kegiatan pembelajaran memerlukan evaluasi. Mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan berbagai metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang berkaitan dengan perubahan, yaitu; 1) Perhatian, 2) Minat, 3) Kepercayaan, 4) Hasrat, 5) Tindakan, dan 6) Kepuasan.
Metode Penyuluhan Pertanian yang Spesifik Lokasi Beberapa implikasi praktis yang dapat ditarik dari kajian sosiologis yang berkaitan dengan metode penyuluhan yang lokal spesifik adalah: 1. Suatu wilayah atau masyarakat tertentu mempunyai cara-cara tertentu dalam berkomunikasi. Suatu media komunikasi yang berhasil di suatu daerah, belum tentu berhasil di daerah lainnya. Media lokal dalam hal ini dapat dimanfaatkan atau mungkin diperbaiki, sampai media yang lebih maju dapat digunakan. Beberapa contoh dari media lokal di antaranya: (1) Perbincangan kaum wanita di warung, di waktu senggang, atau di sawah/ladang; (2) Perbincangan kaum pria di warung kopi, di tukang cukur, di penggilingan, atau di sawah/ladang; (3) berita atau pandangan yang diperbincangkan pada waktu hari pasar, pemakaman atau upacara-upacara keagamaan lainnya; (4) Para pemimpin dan tokoh pedesaan; (5) Para pemuka keagamaan. 2. Setiap media komunikasi mempunyai aspek fisik yang mudah dilihat dan aspek sosial atau psikologis yang sulit dilihat. Lingkungan kebudayaan ke lingkungan kebudayaan lainnya, aspek fisik relatif tidak banyak berbeda, tetapi aspek sosial dan psikologis banyak berbeda. Hubungan personal adalah ciri khas dari masyarakat yang tingkat penghidupan meterilnya belum tinggi. Ciri ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh penyuluh pertanian sebagai media komunikasi yang efektif. 3. Demonstrasi dalam masyarakat pedesaan adalah media yang sangat penting. Umumnya petani tidak mampu untuk mengambil resiko kegagalan dalam melakukan percobaan dari praktek yang baru. Demonstrasi setempat labih meyakinkan petani akan keabsahan praktek baru yang dianjurkan.
Evaluasi Program Penyuluhan Raudaaugh dalam Pengembangan Yayasan Sinar Tani (2001:358) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapantahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan, dan menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Intisari dari pengertian evaluasi tersebut adalah nilai atau jumlah keberhasilan dan tujuan yang direncanakan, sedangkan istilah operasional yang penting adalah tujuan, kriteria, dan menentukan/menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai tersebut.
Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan programa dan pengambilan keputusan di masa depan. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan agar program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek di setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan penyempurnaan rencana operasional program dan mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan.
Tahapan Evaluasi Terdapat tiga tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu, tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencapaian tujuan. Evaluasi tahap pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan pertanian. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui urgensi perubahan yang akan dilakukan. Evaluasi tahap kedua dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Misalnya metode mana yang efektif, mana yang perlu diperbaiki agar tujuan bisa tercapai atau langkah apa yang harus diambil bila terjadi hal yang tidak terduga. Evaluasi tahap ketiga dilakukan pada akhir kegiatan untuk menentukan apakah tujuan akhir kegiatan dapat diraih. Apabila tujuan akhir tidak semuanya diraih, apakah perlu mencoba kembali dalam rencana yang akan datang atau menggantinya. Dapat pula diketahui efektivitas metode yang digunakan dalam keadaan tertentu.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam evaluasi adalah: 1. Memahami arti dan prosesdur ilmiah Prosedur ilmiah pada prinsipnya mencerminkan cara berpikir yang obyektif, tujuannya adalah mencapai kebenaran. 2. Meneliti tujuan program penyuluhan pertanian Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur perubahan spesifik yang terjadi, seperti yang diharapkan serta dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian. Pernyataan tujuan program penyuluhan pertanian meliputi empat unsur, yaitu; 1)
Sasaran (apa yang akan dicapai); 2) Perubahan perilaku yang diinginkan; 3) Isi atau materi penyuluhan; 4) Lingkungan atau situasi perilaku baru yang diharapkan terjadi. 3. Menentukan bukti yang harus dikumpulkan Langkah ini adalah kelanjutan dari langkah kedua dan merupakan prasarat bagi langkah keempat. Tujuan yang telah ditetapkan dapat dijadikan pedoman berpikir ke arah bukti-bukti apa yang kita kumpulkan dan dapat mengatakan apakah tujuan sudah dicapai atau belum. Penyusunan program penyuluhan yang menitikberatkan pada perubahan perilaku, maka bukti-bukti itu juga harus menyangkut perubahan perilaku. Misalnya berubahnya tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan bukti-bukti yang harus dikumpulkan. 4. Mengembangkan alat untuk mengukur bukti Untuk setiap program yang mempunyai tujuan berbeda perlu dikembangkan alat pengukur data yang berbeda, karena fakta-fakta yang ingin didapat juga berbeda. Di antara berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah test pengetahuan, test pengertian, test keterampilan, pengukuran sikap, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan, pengamatan, studi kasus, analisis laporan, ataupun kombinasi dari cara-cara tersebut. 5. Mengambil sampel dan mengumpulkan data Mengambil
sampel
merupakan
kegiatan
penting
sebab
kegiatan
penyuluhan pertanian pada umumnya mencakup orang banyak, sehingga tidak cukup waktu atau tidak efisien jika mengukur semua orang yang terlibat. Dengan
demikian evaluasi dilakukan dengan mengukur sejumlah sampel terbatas tetapi representatif dan memenuhi syarat statistik. 6. Analisis dan Interpretasi Data Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data atau bukti-bukti yang ada. Tentunya kesimpulan yang tidak didukung oleh data dan bukti adalah tidak sah. Dalam mencari bukti-bukti, selain berpikir pada adanya perubahan perilaku harus diingat pula kejadian sebelum terjadi perubahan perilaku. Misalnya, di samping menilai keberhasilan demplot perlu juga dinilai. Begitu juga pelaksanaan petak demonstrasinya perlu dinilai, misalnya apakah lokasinya mudah dilihat oleh para petani lainnya.
Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran Menurut van den Ban dan Hawkins (199:278), banyak di antara informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah petani seperti informasi mengenai subsidi, ramalan harga, dan lain-lain harus mencapai agen penyuluhan dengan cepat, tepat dan dalam cara yang bisa digunakan untuk melakukan kontak dengan petani. Penyuluh menjadi sangat penting dalam peranannya sebagai jembatan bagi golongan
ekonomi
lemah.
Penyuluhan
diharapkan
dapat
menghasilkan
sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok di samping layanan umum lainnya yang dibutuhkan masyarakat. Dengan
mendapatkan
informasi-informasi
yang
relevan
dengan
usahataninya, para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri, tidak tergantung pada keputusan orang atau
pihak lain. Penyuluh harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasaran perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh para petani (Margono Slamet, 2003:61). Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara, seorang guru yang baik dan berkemampuan mendorong pimpinan lokal untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan. Dalam kaitan dengan itu, penyuluh sering dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang sangat sulit dipecahkan, apalagi persoalan tersebut menyangkut hal-hal di luar materi penyuluhan. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:179-180) penyuluhan menghendaki kemampuan yang tinggi dari agen penyuluhan dengan sikap positif terhadap petani, terutama hubungan pribadi dalam diskusi bersama. Karenanya terdapat empat persyaratan bagi agen penyuluhan yang ingin membantu petani dengan efektif: (1) Petani seharusnya menyadari nilai-nilainya dan bertanya pada diri sendiri, siapa saya? Dan apa yang penting bagi saya? Dengan demikian dapat dikembangkan suatu gambaran yang jelas tentang diri dan tujuannya. Hal ini juga mencegah untuk memaksakan nilainya sendiri terhadap petani. (2) Petani seharusnya menyadari akan perasaannya sendiri, terutama hubungannya dengan petani. Rasa hormat pada diri sendiri dapat membantunya mengatasi kekecewaan yang tak dapat dihindari
dalam hubungan demikian. Kekecewaan biasanya
berakar dari kenyataan bahwa sering tidak ada pemecahan yang memuaskan terhadap masalah yang menyangkut emosi petani. (3) Agen penyuluhan merupakan sokoguru bagi petani dalam hal kemampuan memecahkan masalah
dan perilaku emosionalnya. (4) Agen penyuluhan yang efektif mempunyai minat yang kuat terhadap sesamanya dalam perubahan sosial. Agen penyuluhan seharusnya memenuhi semua persyaratan tersebut di atas untuk mencapai diskusi bersama yang produktif. Petani juga harus dipersiapkan untuk menyediakan waktunya melakukan diskusi bersama.
Kemampuan Komunikasi Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:96),
komunikasi dengan
seseorang selalu diungkapkan dengan cara melihat diri sendiri, pihak lain, dan hubungan pembicara dengan orang lain tersebut, walaupun tanpa disadari. Komunikasi, bukan saja dari kata-kata yang digunakan, tetapi juga dari komunikasi lisan (nonverbal) seperti isyarat, sikap, nada suara, dan sebagainya. komunikasi sering menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kesenjangan efek komunikasi terjadi karena: 1. Perbedaan tingkat keterampilan berkomunikasi di antara
segmen-segmen
suatu
khalayak
secara keseluruhan,
2.
Tingkat
pengetahuan tentang suatu isu yang dikuasai sebelumnya, 3. Kontak sosial yang relevan dengan orang-orang yang memiliki lebih banyak informasi, 4. Persepsi selektif, 5. Kerelevanan fungsional atau utilitas, 6. Akses yang berbeda pada sumber daya yang terbatas, 7. Bias urban pada media massa, 8. Bantuan yang tidak memadai dari badan yang melakukan intervensi sosial, 9. Kurangnya partisipasi dari khalayak sasaran dalam pembuatan keputusan dan implementasi keputusan tersebut, 10. Perbedaan pendidikan, minat, dan motivasi (Jahi, 1988:3233).
Menurut Margono Slamet (2003:64), para penyuluh pertanian perlu dibekali dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan komunikasi sosial, psikologi sosial, stratifikasi sosial, dan lain-lain agar mereka mampu memerankan penyuluhan yang humanistik-egaliter. Pendekatan ini menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diberlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. Mereka harus dihargai sebagaimana layaknya orang lain yang sejajar dengan diri penyuluh, atau bahkan yang berkedudukan lebih tinggi dari penyuluh yang bersangkutan. Kalau para petani tidak diberlakukan semacam itu, kecenderungan mereka tidak akan memberi respon yang positif terhadap materi penyuluhan yang dibawakan oleh para penyuluh. Pendekatan humanistik-egaliter akan menumbuhkan sikap saling menghargai antara penyuluh dan petani; kepentingan petani akan mendapatkan perhatian utama dari para penyuluh, sebaliknya petani akan menghargai usaha-usaha penyuluh.
Kemitraan Usaha Era industrialisasi dan globalisasi, pembangunan pertanian dilihat dari dua sudut pandang, (1) keutuhan mata rantai sub-sub sistem agribisnis, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, sub-sistem pengolahan dan subsistem pemasaran dan (2) orientasi pengembangan masing-masing subsistem yaitu rasional ekonomis atau sebagai usaha yang saling menguntungkan semua pihak.
Era seperti ini, diperlukan jaringan kerjasama antara lembaga penyuluhan pertanian dengan berbagai pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), koperasi, Asosiasi petani maupun lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:199).
Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi tersebut mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yakni mempengaruhi perilaku orang lain dan kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Pimpinan membimbing dalam proses tersebut, memberi pengarahan, mempengaruhi
perasaan
dan
perilaku
orang
lain,
menfasilitasi
serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Dalam hal ini, usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai yang baru (Margono Slamet, 2003:68-69). van den Ban dan Hawkins (1999:284) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif membutuhkan waktu lebih lama untuk pengambilan keputusan dari pada gaya otoriter. Oleh karena itu, tidak tepat untuk gaya kepemimpinan partisipatif tidak tepat untuk keputusan yang harus diambil dengan cepat, misalnya jika terjadi serangan hama belalang. Di sisi lain, pelaksanaan keputusan dengan gaya partisipatif jauh lebih cepat karena ketika proses pengambilan keputusan dilakukan sebagian besar sudah memahami apa yang diharapkan dilakukan dan dengan sukarela akan melakukannya.
Manajemen Organisasi Menurut Winardi (2003:15) sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaransasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994:4). Menurut Winardi (2003:21) manajemen organisasi secara efektif dapat menghasilkan manfaat/keuntungan: (1) Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi kinerja individual dan tugas-tugas yang terspesialisasi. (2) Pembagian kerja, yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan penyalahgunaan sumber-sumber daya, baik sumber daya material maupun sumber daya manusia. (3) Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logikal, yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh individu-individu atau sebagian kelompok-kelompok. (4) Saluran-saluran komunikasi yang mapan, yang membantu pengambilan keputusan dan pengawasan.
(5)
Mekanisme-mekanisme
yang
mengkoordinasi,
yang
memungkinkan tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat dalam aneka macam kegiatan. (6) Upaya-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran logikal dan efisien. (7) Struktur-struktur otoriter tepat, yang memungkinkan kelancaran perencanaan dan pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.
Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa Syarat Tumbuh – Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. – Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah. – Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif. – Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur. – Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.
Pengolahan Lahan Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m. Pembibitan – Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5
bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air. – Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu. Penanaman Pemberian pupuk setelah tanaman kelapa ditanam sebaiknya mengikuti petunjuk sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Kelapa Umur Tanaman Saat tanam 1 bln setelah tanam 2 tahun - apl I - apl II 3 tahun - apl I - apl II 4 tahun - apl I - apl II 5 tahun - apl I - apl II
Urea 100
Dosis Pupuk (gr/pokok) (TSP) RP KCl Kies 100 100 100 100
Borak 100
200 200
200 200
200 200
200 200
200 200
200 200
350 350
350 350
350 350
350 350
350 350
350 350
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
Sumber: http://indonesia-agriculture.blogspot.com/, 2009
Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Golongan Coleoptera Hama golongan ini yang paling banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotakkotak yang diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam, bebek, dan burung hantu. 2. Golongan Lepidoptera. Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang belum
membuka dan
memakan
isinya. Pengendaliannya dengan
menggunakan insektisida, serangga yang cepat berpindah pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan. 3. Golongan Hemiptera Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera (Gareng pong = Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan insektisida secara bergantian.
Pengendalian Penyakit Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah (Rhadinaphelencus cocophilus). Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi
atau
pemusnahan
tanaman
yang
terkena
serangan.
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi,
sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan perekat.
Pemanenan Kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 - 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak. Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya
Pascapanen Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira (legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.
Hubungan Karakeristik dengan Kompetensi Penyuluh Hubungan Umur dengan Kompetensi Penyuluh Mulyasa (2003:125) mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Padmowihardjo (1994:36) mengungkapkan kemampuan umum untuk belajar berkembang secara gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan. Asumsi ini dapat diketahui bahwa pada umur lebih lanjut orang akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar dari pada usia lebih muda, akan tetapi setelah mencapai umur tertentu, kemampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai umur 55 ataupun 60 tahun, setelah itu penurunan akan lebih cepat lagi. Menurut Schenmerhorn, et al., (1997:43) Usia seseorang berhubungan dengan kemampuan dan kemauan belajar dan fleksibilitas. Banyak orang beranggapan bahwa usia tua berhubungan dengan kepikunan. Hal ini berbeda pada masing-masing individu. Schermerhorn berkesimpulan bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kinerja seseorang dalam hal ini orang yang lebih tua tidak lebih unproduktif daripada orang muda, meskipun demikian orang yang sudah tua lebih banyak tidak dapat menghindari absen daripada orang yang lebih muda. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi Penyuluh Salah satu faktor yang berkaitan dengan bidang pekerjaan adalah masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan dalam masa kerja tertentu akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerjanya (Phalestie, 2008:1).
Alex (2000:81) menyatakan bahwa pada umumnya karyawan ditetapkan untuk promosi antara lain karena pengalaman kerjanya dan karyawan akan diberikan kedudukan atau jabatan lebih tinggi adalah karena pengalaman, usia atau kemampuan karyawan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Hal tersebut mencerminkan bahwa pengalaman yang diperoleh seiring waktu bekerja seorang karyawan dapat meningkatkan kemampuannya.
Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Kompetensi Penyuluh Hernanto (1993:94) mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan masalah kebutuhan petani. Banyaknya tanggungan keluarga membutuhkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan keluarga tidak terpenuhi akan berpengaruh pada terbatasnya produktivitas, tingkat kecerdasan, dan akses terhadap lingkungan sekitar. Isolasi yang terjadi karena keterbatasan tersebut, membuat petani menjadi resisten, bertahan dalam keterbatasannya, bahkan terkadang menutup diri terhadap kehadiran cara-cara baru.
Hubungan Pendidikan Formal Dengan Kompetensi Penyuluh Mulyasa (2003:3) mengemukakan bahwa
pendidikan berperan dalam
mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing. mempercepat
Menurut proses
belajar,
Mosher
(1987:158-161)
memberikan
pendidikan
pengetahuan,
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat.
formal
kecakapan
dan
Menurut Vaizey (1978:34) perbedaan dalam keterampilan mencerminkan perbedaan dalam pendidikan formal dan nonformal. Margono Slamet (2003:20) mengungkapkan bahwa perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan berupa: (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan. Hernanto (1993:101) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya adopsi teknologi.
Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian dengan Kompetensi Penyuluh Seseorang akan bersifat emosional malas melakukan pekerjaan tertentu jika ia memiliki perspesi yang keliru tentang pekerjaannya. Persepsi atau pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sebaliknya, seseorang akan cenderung lebih menekuni pekerjaannya dan meningkatkan kemampuannya
jika
ia
menilai
pekerjaannya
tersebut
sesuai
dengan
kemampuannya dan dapat memberikan keuntungan baginya (Mursi, A. H, 1997: 55-88). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kecelakaan sering teradi pada individu yang sedang diliputi oleh keadaan emosional seperti sedih, takut, ragu-ragu, dan marah. Hal ini disebabkan karena emosi biasanya akan mengganggu penggunaan kecerdasan individu dan kemampuan-kemampuan khusus dalam menyelesaikan masalah-masalah kerja secara tepat. Sifat-sifat emosional mendorong individu melakukan kesalahan-kesalahan
Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi Penyuluh Salah satu bentuk pendidikan nonformal yang sering dilakukan oleh penyuluh adalah pelatihan. Menurut Siagian (1997: 165-189) salah satu cara untuk mengubah potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan dan pelatihan.
Sasaran yang ingin dicapai dalam suatu pelatihan adalah
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan baru yang belum dimiliki peserta, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku. Pelatihan bagi penyuluh pertanian dipersiapkan melalui program pelatihan bersyarat dan program pelatihan tidak bersyarat.
Yang pertama, sifatnya
berjenjang selaras dengan jabatan/golongan kepangkatan, misalnya pelatihan dasar I, pelatihan dasar II, sedangkan yang kedua tidak mensyaratkan golongan kepangkatan dan tidak mensyaratkan program pelatihan yang telah diikuti, tujuan dari program tidak bersyarat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian
di
bidang
inovasi/teknologi
pertanian,
misalnya
pelatihan
teknologi/komoditi/budidaya (Yayasan Sinar Tani, 2001:148-149).
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi Penyuluh Proses berpikir didorong oleh motivasi belajar untuk memecahkan masalah melalui strukturisasi informasi yang jelas dan berusaha untuk menerapkan infromasi tersebut guna menemukan pemecahannya. Seseorang yang termotivasi cenderung merupakan pelajar yang aktif, tetapi pada motivasi yang tinggi dapat menjadi penghalang proses belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil dalam tugas-tugasnya (van den Ban dan Hawkins, 1999:103).
Suparno (2001: 88) mengemukakan berkaitan dengan motivasi, seseorang akan terdorong untuk belajar jika dirinya berada dalam lingkungan yang nyaman, bebas dari ancaman, memperoleh penghargaan dari orang sekitarnya, dan memiliki kebebasan untuk berkembang.
Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi Penyuluh Makin tinggi pendapatan makin mudah untuk beralih dari persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, apabila pendapatan rendah maka pilihan akan lebih sedikit. Rendahnya pendapatan menyebabkan kurang mampunya petani untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Jumlah pangan mewah termasuk daging, susu, dan bahan-bahan pangan lain yang relatif merupakan pangan mahal, dikonsumsi dalam jumlah besar apabila pendapatan meningkat (Menurut Penny, 1990: 14-34). Tohir (1983: 114) menyatakan tingkat pendapatan rendah akan menyebabkan kekurangan pangan. Kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan baik dipandang dari sudut kuantitas maupun kualitas minimal bagi masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan belum terjamin.
Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya Variabel Y Kompetensi Penyuluh: Variabel X 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Umur Masa kerja Besar tanggungan keluarga Pendidikan formal Persepsi tentang bidang keahlian Pendidikan nonformal Kekosmopolitan Motivasi Penghasilan
1. Penyusunan programa penyuluhan 2. Rencana kerja penyuluhan pertanian 3. Metode penyuluhan 4. Evaluasi Program Penyuluhan 5. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran 6. Kemampuan komunikasi 7. Kemitraan Usaha 8. Kepemimpinan 9. Manajemen organisasi 10. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
Gambar 1: Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluhan.