HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009
Lisbet Sitorus I351070091
ABSTRACT
The objectives of this research were: (1) to describe the respondents distributions on certain antecedent variables. (2) to identifity the competencies of the extension worker in Ternate City, (3) to analyze the correlation the agents’, characteristics and their competence. The antecedent variables were: ages, work experience, family size, formal education, job perception, nonformal education, cosmopoliteness, motivation and income. The Dependent variables was the agents’ competencies: program development, extension teachnig methods, program evaluation, information of input production and market, communication, developing partnership, leadership, organization management and coconut farming. Total respondents were 50 agent random selected. Data were collected in February througt April 2009, the data were analized by Kendall W Concordance procedure. The results showed that: the average age of extension workers was 37.4 years, they had varied working experiences, they had 4 family members, graduated from university, had high level of non formal education, motivations and average income of Rp 4,188,622. Their important competencies consecutively were (1) leadership, (2) information of input production & market, (3) communication, (4) extension teaching methods, and (5) extension program planning. While the less important competencies were: (1) extension programme design (2) Technical competence of coconut farming (3) program evaluation (4) organization management and (5) Developing business partnership. In general the agent characteristics correlated higly significantly with their competencies. Key words: Characteristic, competencies, extension worker.
RINGKASAN Lisbet Sitorus. Hubungan Karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. (2) Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate. (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Variabel bebas terdiri atas: umur, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi tentang bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan. Variabel terikat adalah: Kompetensi penyuluh dalam hal: Penyusunan programa penyuluhan, menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, Metode penyuluhan, Evaluasi program penyuluhan, Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, Kemampuan komunikasi, Kemitraan Usaha, Kepemimpinan, Manajemen organisasi, dan Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Jumlah responden adalah 50 orang, yang ditentukan secara sengaja yaitu penyuluh pertanian yang ada di Kota Ternate. Data dihimpun pada Bulan Pebruari hingga April 2009 dan dianalisis dengan menggunakan Konkordansi Kendall W. Hasil penelitian adalah: Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonfromal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang kurang dikuasai adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata pada taraf α = 0,01 adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 adalah: pendidikan formal, pendidikan noformal, dan kekosmopolitan. Sedangkan karakteristik yang menunjukkan hubungan tidak nyata adalah persepsi tentang bidang keahlian. Kata kunci: Karakteristik, Kompetensi, Penyuluh Pertanian.
@ Hak cipta milik IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya ilmiah dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis
: Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa
: Lisbet Sitorus
NIM
: I351070091
Disetujui: Komisi Pembimbing
Ir. Richard WE Lumintang MSEA Anggota
Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Ketua Diketahui:
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Tanggal Ujian: 18 Agustus 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi : Dr. Lukman Effendy, M.Si
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis menyadari bahwa bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Richard WE Lumintang MSEA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga Kepada Pemerintah Kota Ternate Yang telah memberikan biaya Pendidikan dan dukungan dan juga kepala BIPP yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data penelitian terlebih terhadap rekan-rekan penyuluh yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk melaksanakan penelitiannya. Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tersayang ibunda Duma Panjaitan dan ayahanda Dottor Sitorus yang selalu mendoakan keberhasilan ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada suami tersayang Rustam Latif Sip yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Putra putri tersayang Ryan, Widya, Alma, M Sihar dan Kakak dan abangku tersayang Delima Sitorus, Nelson Sitorus, Juner Sitorus, Jainal Sitorus, Pesta Sitorus terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Gita muliyasari, Amana martaguri, Syafruddin, Kodir, mbak, Desi, serta teman-teman angkatan 2007 Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yanmg membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Agustus 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siringi-Ringo pada tanggal 01 November 1974 dari ayah Dottor Sitorus. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara. Tahun 1993 penulis lulus dari SMU Swasta Handayani Balige Tapanuli Utara Sumatra Utara dan pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan Strata satu di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate. Penulis menyelesaikan strata 1 pada bulan Agustus tahun 1998 dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Pada bulan April tahun 2000, penulis diterima sebagai calon pegawai negeri sipil di Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis telah menikah dengan Rustam Latif, Sip dan telah dikaruniai empat orang anak dua putra dan dua putri Penulis melanjutkan strata 2 di Program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................... i PRAKATA .......................................................................................................
iii
PENDAHULUAN ........................................................................................... MASALAH PENELITIAN.............................................................................. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. KEGUNAAN PENELITIAN ........................................................................... DEFINISI ISTILAH ........................................................................................
1 3 4 5 5
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. Karakteristik Penyuluh ........................................................................... Umur ................................................................................................ Pendidikan Formal........................................................................... Pendidikan Nonformal..................................................................... Masa Kerja ....................................................................................... Besar Tanggungan Keluarga ........................................................... Kekosmopolitan ............................................................................... Motivasi Kerja ................................................................................. Pendapatan ....................................................................................... Persepsi Terhadap Pekerjaan ........................................................... Konsep Kompetensi ................................................................................ Kompetensi yang dibutuhkan Penyuluh Pertanian ................................. Menyusun Programa Penyuluhan .................................................... Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan ............................................ Metode Penyuluhan ......................................................................... Evaluasi Program Penyuluhan ......................................................... Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran ..................................... Kemampuan Komunikasi ................................................................ Kemitraan Usaha ............................................................................. Kepemimpinan................................................................................. Manajemen Organisasi .................................................................... Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa ............................................. Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi ......................................... Hubungan Umur dengan Kompteensi ............................................. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi .................................... Hubungan Besar Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ......... Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ........................
7 7 7 8 9 9 10 10 11 12 12 14 18 19 22 23 27 29 32 33 34 34 36 40 40 40 41 41
Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian Dengan Kompetensi ........................................................................ Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi .................. Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ........................................ Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ................................... Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya .......
43 43 43 44 45
METODE PENELITIAN ................................................................................. Populasi .................................................................................................. Sampel .................................................................................................... Desain Penelitian .................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. Data dan Instrumen ................................................................................. Data.................................................................................................. Instrumentasi ................................................................................... Validitas Instrumen .................................................................. Reliabilitas Instrumen ............................................................... Analisis Data....................................................................................
46 46 46 46 47 47 48 51 51 51 52
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ Hasil ........................................................................................................ Distribusi Penyuluh pada Sejumlah Karakteristik yang diamati ..... Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur.................................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja .......................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga ......... Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal .............. Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi tentang Bidang Keahlian .......................................................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal ........ Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan .................. Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi............................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan.......................... Kompetensi Penyuluh ...................................................................... Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi .................................. Hubungan Umur dengan Kompetensi ...................................... Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ............................. Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ............ Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ................. Hubungan Persepsi tentang Bidang Keahlian dengan Kompetensi .................................................................. Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ........... Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi .....................
53 53 53 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 67 69 71 72 74
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ................................. Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ............................ Pembahasan ............................................................................................ Karakteristik Penyuluh .................................................................... Kompetensi Penyuluh ...................................................................... Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh ..................
76 78 80 80 85 86
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ Kesimpulan ............................................................................................. Saran .......................................................................................................
91 91 92
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
93
DAFTAR TABEL Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Variabel, indikator, dan cara pengukuran data penelitian ...................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur ................................................. Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja ........................................ Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga ....................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal ............................ Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi tentang Bidang Keahlian..... Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal ...................... Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan ................................ Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi ............................................ Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan ....................................... Kompetensi Penyuluh ............................................................................ Hubungan Umur dengan Kompetensi .................................................... Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ........................................... Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi .......................... Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ............................... Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ........................................... Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ......................... Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi ................................... Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ............................................... Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ..........................................
49 54 55 56 56 57 58 59 60 61 62 64 66 67 69 71 73 75 76 78
PENDAHULUAN
Latar Belakang Provinsi Maluku Utara memiliki 243 penyuluh PNS yang tersebar di 6 Kabupaten dan Kota, dengan jumlah penyuluh terbanyak ada di Kota Ternate. Kelembagaan penyuluh di tingkat provinsi berada di Dinas Pertanian, sedangkan di tingkat kabupaten dan kota berada dalam bentuk yang bervariasi seperti BIPP, Dinas Pertanian Kabupaten, dan Sub Dinas atau UPTD. Penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara harus memiliki sejumlah kompetensi. Dalam hal ini kompetensi atau kemampuan, mutu, kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (unsur psikomotorik). Pada aspek pengetahuan penyuluh pertanian yang memiliki pengetahuan yang luas dan mengetahui berbagai informasi baru tentang fakta, metode atau teknik dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan intelektual individu yang harus dimiliki penyuluh pertanian. Selain itu, Penyuluh Pertanian yang kompeten memiliki sikap mental yang penuh tanggungjawab dalam merefleksikan pengetahuan atau kecakapan yang dimilikinya untuk dideseminasi kepada sasaran penyuluhan merasa penuh tanggung jawab dalam melaksanakannya. Pada aspek keterampilan, maka penyuluh pertanian yang kompeten adalah yang memiliki kemampuan atau keahlian
psikomotorik untuk menerapkan bidang pengetahuan yang telah
dikuasasinya. Kemampuan seperti ini merupakan komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan karena memiliki daya tarik tersendiri, khususnya bagi sasaran penyuluhan
Dengan menguasai tiga aspek kompetensi tersebut, program-program penyuluhan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas pelaksanaan kegiatan penyuluhan sebagaimana dimaksudkan di atas sangat bergantung pada karakteristik penyuluh. Karakteristik tersebut antara lain dapat diketahui dari umur penyuluh, pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, bidang keahlian, kekosmopolitan, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya. Karakteristik ini senantiasa akan berhubungan dengan kompetensi penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian. Penyuluh Pertanian yang kompoten memiliki karakteristik yang dapat menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Setiap karakteristik yang dimilikinya merupakan bagian yang menentukan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut. Penyuluh Pertanian yang memiliki masa kerja yang cukup lama dengan jenjang pendidikan yang relatif tinggi merupakan bagian karakteristik yang dapat meningkatkan kompetensi penyuluh. Demikian pula dengan sejumlah pelatihan yang pernah diikuti, penghasilan yang diperolehnya dari kegiatan penyuluhan, serta motivasi kerja penyuluh pertanian yang bersangkutan akan sangat menentukan kompetensinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang kompetensi. Sebagai salah satu daerah otonom yang senantiasa berupaya mengembangkan sektor pertaniannya secara kompetitif, Kota Ternate memiliki sejumlah tenaga penyuluh pertanian. Tenaga-tenaga penyuluh ini selalu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui berbagai kegiatan peningkatan sumberdaya manusia, antara lain seperti pelatihan, magang, dan studi banding.
Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kompetensi yang mereka miliki dalam merealisasikan pengetahuan dan kemampuan mereka sebagai tenaga penyuluh pertanian. Kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang, yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik. Secara keseluruhan, tenaga penyuluh di Kota Ternate memiliki beban kerja yang telah ditetapkan dalam Tupoksi penyuluh. Selain itu, prinsip pelaksanaan menganut sistem polyvalen, sehingga dengan demikian, setiap penyuluh dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam segala hal terkait pertanian di Kota Ternate. Sementara itu, rata-rata petugas penyuluhan memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, yang mungkin tidak ada kaitannya dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan kajian mendalam melalui kegiatan penelitian untuk memahami kompetensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai penyuluh pertanian di kota Ternate Provinsi Maluku Utara.
Masalah Penelitian Kompetensi seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, kompetensi merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik tersebut merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk penyuluh pertanian, dengan demikian karakter penyuluh dapat juga mempengaruhi motivasi, produktivitas kerja. Kedua bahwa kompetensi merupakan pengaruh- pengaruh dari situsional diantaranya terjadi perbedaan
pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten/kota yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan. Berdasarkan uraian di atas, secara khusus dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana distribusi penyuluh pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara pada sejumlah karakteristik yang diamati? 2. Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara? 3. Seberapa jauh terdapat hubungan antara karakteristik penyuluh pertanian dengan
kompetensi
mereka
dalam
menjalankan
tugas-tugas
dan
tanggungjawabnya sebagai seorang penyuluh?
Tujuan Penelitian Kompetensi para penyuluh dalam hal ini sangat berbeda- beda dan bersifat dinamis. Kompetensi perlu disesuaikan sejalan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan profil penyuluhan. Di mana penyuluh pertanian yang kompeten memiliki karakteristik yang berbedabeda dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab. Sehubungan dengan hal ini, penelitian ini bertujuan: 1. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. 2. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan, khususnya di Kota Ternate dalam meningkatkan sumberdaya manusia terutama bagi para penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai aparatur pemerintah. Secara khusus rencana penelitian berguna: 1. Sebagai bahan penyempurnaan penentuan kebijakan bagi lembaga penyuluhan dalam membina dan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. 2. Memberikan data tentang kompetensi penyuluh pertanian bagi Pemerintah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan petugas penyuluh pertanian. 3. Memberikan data kepada Badan Sumberdaya manusia Pertanian Departemen Pertanian tentang potret kompetensi penyuluh pertanian Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.
Definisi Istilah Karakteristik penyuluh adalah karakter yang melekat pada masing-masing individu penyuluh pertanian, masing-masing dapat didefenisikan sebagai berikut: 1.
Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian dilakukan.
2.
Masa kerja yaitu lama responden mulai bekerja menjadi penyuluh, dihitung dalam satuan tahun.
3. Besar tanggungan keluarga ialah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh kehidupannya oleh penyuluh. 4.
Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh penyuluh.
5.
Persepsi tentang bidang keahlian adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini.
6.
Pendidikan nonformal ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh oleh penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh.
7.
Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan pihakpihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan.
8.
Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan kompetensi bagi penyuluh
9.
Penghasilan adalah nilai rupiah yang diperoleh penyuluh dalam satu bulan.
10. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, kompetensi tersebut adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, (3) Metode penyuluhan, (4) Evaluasi program penyuluhan, (5) Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, (6) Kemampuan komunikasi, (7) Kemitraan Usaha, (8) Kepemimpinan, (9) Manajemen organisasi, dan (10) Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Penyuluh Karakteristik
individu penyuluh pertanian adalah identifikasi internal
yang melekat pada diri seorang penyuluh pertanian seperti umur penyuluh, masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, persepsi tentang bidang keahlian, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya.
1.
Umur Umur adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar
dan efesiensi belajar langsung maupun tidak langsung. Umur 25 tahun adalah umur yang optimal untuk belajar. Pada umur 46 tahun, kemampuan belajar mulai menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Variasi umur yang dimiliki oleh penyuluh pertanian akan juga berpengaruh pada kompetensi dan kinerjanya. Umur dapat memberikan gambaran pengalaman seseorang. Pengalaman adalah sumber belajar. Orang yang memiliki banyak pengalaman akan lebih mudah mempelajari sesuatu. Rakhmat (2002:21) mengatakan bahwa pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Empirisme, salah satu aliran dalam filsafat mengatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu karena pengalaman masa lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku.
2. Pendidikan Formal Soekanto (2002:327-328) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Menurut Vaizey (1978:39) tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan kapasitas untuk dapat menikmati hidup yang biasa. Sejalan dengan hal tersebut, Rusell (1993:39) mengemukakan bahwa pendidikan senantiasa mempunyai dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan perillaku yang baik. Cooms, et. a.l (1973) menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup atau dinyatakan bahwa hidup ini adalah belajar. Mereka membagi pendidikan dengan tiga jalur antara lain, (1) Pendidikan formal (pendidikan melaui bentuk sekolah), (2) Pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah yang masih diorganisasikan, (3) Pendidikan informal (pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa pengorganisasian tertentu). Lebih lanjut para ahli pendidikan itu mengatakan bahwa pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari Sekolah Dasar samapai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialis dan latihan profesional yang dilaksakan dalam waktu yang terus menerus.
3. Pendidikan Non Formal Cooms dengan kawan-kawannya kemudian mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang di organisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah matang, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya (Ruwiyanto, 1994). Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
4. Masa Kerja Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa yang memiliki masa kerja atau pengalaman kerja adalah yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan promosi, disamping peningkatan kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan karir selanjutnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi.
Masa kerja sebagai penyuluh pertanian dengan sendirinya ikut membentuk pengetahuan, sikap, watak, karakter dan ketrampilan. Makin lama seseorang menekuni suatu bidang tertentu, pengetahuannya tentang bidang itu pun semakin tinggi. Seorang penyuluh pertanian dengan pengetahuan yang dikembangkan melalui pengalamannya akan mampu membentuk kompetensi pribadinya dan kinerja serta etos kerjanya. Pengalaman yang banyak membentuk kompetensi dan kecerdasan, sikap dan ketrampilan.
5. Besar Tanggungan Keluarga Besar tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung
kehidupannya. Menurut Soekartawi, e.t al., (1986:113-114)
banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan pengahasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja, kecerdasan, dan menurunnya kemampuan berinvestasi (Hernanto, 1993 :94).
6.
Kosmopolitan Kosmpolitan
adalah
sikap
keterbukaan
terhadap
ide,
gagasan,
pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat kosmopolitan ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adap tasi terhadap ide, gagasan atau informasi dan berasal dari luar atau tempat lain. Hubungan dan relasi sosial yang luas tanpa dibatasi oleh ruang, waktu, tempat, sekat-sekat
primordialisme, budaya yang dianut akan membentuk sikap-sikap kosmopolitan. Sikap-sikap kosmopolitan ini adalah sumber belajar yang dapat mempertajam kualitas dan kemampuan nalar, kecerdasan, kompetensi dan kecakapan seseorang yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi kinerja seseorang.
7.
Motivasi Kerja Motivasi kerja bagi siapapun, termasuk penyuluh pertanian, suatu kegiatan
tertentu dilaksanakan karena didorong oleh keinginan tertentu yang disebut motivasi. Mc. Donald (Djamarah, 2002) mengatakan bahwa motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions (motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mancapai tujuan). Afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu ini menjadi pemicu bagi orang untuk berusaha, berbuat atau melakukan suatu tindakan. Pemicu tindakan ini disebut motivasi seperti yang dikatakan oleh Terry (1997) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang untuk melakukan tindakan. Motivasi pada manusia baik motivasi intrinsik yakni dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu dan motivasi ekstrinsik yakni dorongan dari luar diri untuk melakukan sesuatu melekat pada setiap orang, termasuk penyuluh pertanian. Keinginan untuk belajar dan meningkatkan kecerdasan, kecakapan, sikap dan ketrampilan didorong oleh motivasi tertentu yang bisa bersifat intrinsik ataupun ekstrinsik. Seorang penyuluh pertanian didorong oleh motivasi intrinsiknya agar memiliki kompetensi yang tinggi dalam penyuluhan selalu mempertajam nalarnya dengan belajar, membaca, mengikuti diklat, seminar,
diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Dorongan intrinsik ini bisa menjadi lebih kuat jika ada pula dorongan ekstrinsik yang menyertainya.
8. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah pendapatan atau reward yang diperoleh seseorang dari hasil kerjanya. Menurut Penny (1990:56-138) pendapatan seseorang merupakan keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap. Makin tinggi pendapatan ekonomi, makin tinggi pula kesempatan ia membelanjakan uangnya baik untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk kebutuhan rekreasi atau aktualisasi diri. Orang yang memiliki pendapatan yang cukup lebih memiliki peluang untuk mengakses berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengetahuan dan kecakapannya.
9. Persepsi terhadap pekerjaan Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah (2002:39) terdapat tiga karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaannya yaitu (1) variasi keterampilan, (2) Identitas tugas dan (3) signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan seseorang
untuk
menggunakan
aktivitas-aktivitas
yang
menantang
atau
menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka cenderung memiliki persepsi pekerjaan tersebut penuh makna.
Selanjutnya, Dubin dan Goldman (1972:133-141) menunjukkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak keahlian yang menantang dan lebih beragam menempati kepentingan atau kebutuhan hidup yang lebih sentral bagi individu daripada pekerjaan yang tuntutan keahliannya rendah dan bersifat rutin. Kepentingan atau semangat kerja yang nampak secara psikologis dalam penelitian tersebut menggambarkan bahwa orang tersebut terus bekerja seolah-olah bukan karena pertimbangan ekonomi saja melainkan pertimbangan non-ekonomi juga. Hal ini dibuktikan melalui riset terhadap para calon pensiun yang tidak mau berhenti bekerja karena takut merasa tidak berguna dan kekhawatiran bahwa pengangguran mempercepat kematian. Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam tulisan atau buku-buku yang membahas tentang orang-orang yang kehilangan pekerjaan (PHK). Secara keseluruhan, bukti yang ada menunjukkan bahwa kerja memberikan arti psikologis bagi setiap orang. Identitas tugas dimaknai sebagai derajat kejelasan suatu pekerjaan pada awal hingga akhir, dan dalam tuntutan hasil akhirnya. Seseorang akan lebih memperhatikan pekerjaannya bila melakukan secara utuh keseluruhan suatu pekerjaan, dan juga cenderung melihat suatu tugas lebih bermakna. Signifikansi tugas atau manfaat tugas menyatakan sejauhmana suatu pekerjaan mempunyai dampak yang penting dan dirasakan terhadap kehidupan orang lain, pekerjaan akan lebih bermakna jika dirasakan bahwa pekerjaan tersebut mempunyai dampak terhadap kehidupan orang lain dan masyarakat (Hackman dan Oldham dalam Armansyah, 2002:39).
Kompetensi Penyuluh Pertanian Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The American Heritage Dictionary mendefinisikan competency sebagai the state or quality of being properly or wellqualife. Kompetensi dalam defenisi ini berarti mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan. Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), defenisi ini masih bersifat umum dan belum
menguraikan
secara
lengkap
substansinya.
Keduanya
kemudian
mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying characteristic of a person which results in effective and/or superior reformance on the job, kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job (a role or rensposibility), that corelates with performance on the job, that can be measured againts well accepted standars, and that can be improved via training and development (Lucia dan Lepsinger, 1999:5). Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan atau tanggungjawab), yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan.
Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), model kompetensi (competency model) sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat, talenta bawaan sejak lahir atau kehendak/dorongan nurani; atau juga kepribadian seseorang. Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi (personal characteristic),
bakat
bawaan
(aptitude),
pengetahuan
(knowledge)
dan
ketrampilan (skill) akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku (behaviour). Menurut Puspadi (2003:115), kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama pada saat menjalankan suatu tugas (Klausmeier dan Goodwin, 1966:97-98). Klemp (Puspadi, 2003:115) mengatakan, “ a job competency in an underlying characteristic of a person which results in effective and or superior performance in ajob. A job competency is an underlying characteristic of a person in that it
may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses”. Kompetensi kerja dengan demikian adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuanpengetahuan yang lain. Mulyasa (2002:40) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Unsur-unsur kompetensi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir,
oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk memecahkan masalah baru (Suparno, 2001:6). Menurut diperbaharui,
Brunner
(Suparno,
dikembangkan
lebih
2001:84) lanjut
pengetahuan
sesuai
dengan
selalu
dapat
perkembangan
kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: (1) proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.
Sikap Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999:106) sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek-aspek
tertentu
dalam
linkungannya.
Sikap
merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers (Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Sikap
didefenisikan
sebagai
keadaan
internal
seseorang
yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya (Suparno, 2001:15).
Keterampilan Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002:119).
Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu (Suparno, 2001:11). Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part skills)’, memungkinkan dikuasainya ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001:22). Kompetensi yang dibutuhkan Seorang Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (psikomotorik).
Menyusun Programa Penyuluhan Seorang penyuluh harus kompeten dalam mengidentifikasi isu-isu penting komunitas, seperti demografi, ekonomi, layanan masyarakat, dan lingkungan. Kompeten dalam menggunakan dan mengaplikasikan isu tersebut dalam prioritas program, perencanaan, dan implementasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dimulai dengan penyusunan program penyuluhan. Program penyuluhan pertanian dikembangkan berdasarkan hasil analisis keadaan dan kebutuhan masyarakat. Analisis keadaan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari data primer maupun data sekunder, misalnya :monografi daerah, data penduduk/petani, data tanah, air dan curah hujan, data luas, jenis tanaman dan produksi per Ha serta data mengenai keadaan dan kegiatan usahatani petani. Proses pengumpulan data ini diperlukan instrumen untuk pengumpulan data yang harus disiapkan oleh penyuluh (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:253). Program adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Pengertian program tersebut, terdapat empat unsur, yakni: Keadaan, Masalah, Tujuan, dan Cara mencapai tujuan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:246). 1. Keadaan Keadaan adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada saat akan disusunnya suatu program. Data tersebut meliputi data tentang keadaan yang nyata ada pada saat itu (data aktual), dan data potensial yaitu data tentang keadaan yang mungkin dicapai. Jadi, dalam program suatu BPP umpamanya akan dijumpai adanya lembaran-lembaran khusus yang menguraikan tentang dua
macam data keadaan di wilayah kerja BPP tersebut sebelum program dilaksanakan. 2. Masalah Masalah adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Suatu wilayah kerja BPP dikatakan mempunyai suatu masalah kalau ada fakta yang belum memuaskan atau fakta tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Keadaan yang tidak memuaskan itu dengan kata lain terjadi bila terdapat perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Untuk mengetahui apa masalahnya, maka perlu analisis lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan keadaan atau fakta tersebut menjadi tidak memuaskan. Faktor penyebab keadaan tidak memuaskan itulah yang dinamakan masalah. Masalah umum (induk masalah) yaitu masalah besar atau luas yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan program. Masalah khusus (anak masalah) yaitu masalah spesifik yang dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan kegiatan. Suatu masalah yang telah ditetapkan pada suatu waktu atau masa dapat diubah menjadi keadaan. Atau sebaliknya, suatu keadaan dapat pula berubah menjadi masalah. Hal ini tergantung pada dangkal dalamnya penelaahan yang dilakukan serta kebutuhannya. Dengan demikian, pengertian keadaan dan masalah itu bersifat relatif. 3. Tujuan Tujuan adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Ada dua macam tujuan, yaitu: 1. Tujuan program yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah umum atau pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai.
2. Tujuan kegiatan yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah khusus atau pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai. 4. Cara Mencapai Tujuan Cara mencapai tujuan adalah penyusunan suatu rencana kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar yang berisi hal-hal mengenai masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, lokasi, unit, frekuensi, volume, dan lain-lain. Yang terpenting dalam penyusunan rencana kegiatan adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian (2004:14-15), perencanaan dalam program penyuluhan pertanian dirumuskan dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang mengarah pada demokrasi, partisipasi, transparasi, desentralisasi/otonomi daerah dan kepemerintahan yang baik. Untuk itu, penyusunannya mengacu pada sasaran yang jelas, yang meliputi besaran yang terukur, lokasi, waktu, kelompok sasaran dan manfaat kelompok sasaran. Selai itu, kegiatan penyuluhan pertanian disusun dengan meperhatikan kondisi sumber daya alam, manusia, kapital, teknologi, keadaan internal dan eksternal, peraturan perundangan, keterlibatan peran dan kewenangan dengan mekanisme perencanaan yang dilaksanakan dengan prinsip bottom up. van den Ban dan Hawkins (1999:211-222) mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan menuntut perencanaan yang sistematis. Dengan demikian, perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka panjang dan jangka pendek. Program jangka pendek misalnya, informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada pertemuan petani,
dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi modern. Kegiatan perencanaan di desa dimulai dengan identifikasi potensi, aspirasi dan masalah-masalah oleh petani/kontaktani dan masyarakat pelaku agribisnis dengan menggunakan instrumen perencanaan partisipatif (PRA). Selanjutnya berdasarkan PRA ini dikembangkan Rencana Usaha Keluarga ) RUK, Rencana Kegiatan Kelompok (RKK), Rencana Kegiatan Desa (RKD), dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa (RKPPD). Setelah RKPPD tersusun, Kelompok Penyuluh Pertanian di BPP bersama Kontak
Tani
Nelayan
Andalan
(KTNA)
Tingkat
Desa
mengadakan
pertemuan/mimbar sarasehan tingkat BPP/Kecamatan untuk menyusun Programa Penyuluhan PertanianBPP/Kecamatan. Programa ini pada dasarnya merupakan rencana penyuluhan pertanian tahunan BPP/Kecamatan yang disusun berdasarkan kebutuhan spesifik lokalita yang isinya menjelaskan tentang kegiatan, volume, tujuan, sasaran, masalah, dan cara mencapai tujuan, termasuk metodologi yang digunakan (Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2004:15).
Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Penetapan rencana kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyuluh pertanian. Rencana kegiatan bisa berlaku untuk satu musim atau satu tahun. Rencana kerja tersebut merupakan pedoman kegiatan yang harus diselenggarakan oleh penyuluh pertanian (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:255-257).
Dalam
menetapkan
rencana
kegiatan,
penyuluh
pertanian
harus
menerapkan prinsip-prinsip pendidikan. Di dalamnya harus termuat masalah khusus, tujuan kegiatan, metode, waktu, tempat, perlengkapan, petugas, lokasi, dan biaya.
Waktu, tenaga maupun biaya yang telah dicurahkan untuk
menetapkan rencana kegiatan hanya bermanfaat, bila rencana kegiatan itu dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, penyuluh pertanian harus menerapkan pengetahuannya mengenai prinsip pendidikan.
Metode Penyuluhan Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001:286-289) mengemukakan, terdapat berbagai macam metode penyuluhan pertanian, untuk membandingkan berbagai metode tersebut bisa dilakukan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima sasaran.
Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung (face to face communication). Metode langsung digunakan pada waktu penyuluh pertanian berhadapan muka langsung dengan sasarannya. Misalnya, pembicaraan di balai desa, di sawah, rumah, kantor, kursus, demonstrasi, dan karyawisata. Metode langsung dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran. Dalam kondisi terbatasnya personalia, kurangnya transportasi, dan biaya, maka metode ini dianggap mahal.
Metode tidak langsung digunakan oleh penyuluh pertanian yang tidak langsung berhadapan dengan sasarannya, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau media). Misalnya media cetak (brosur, majalah, surat kabar, dll), media elektronik (radio, televisi, dll), media pertunjukan sandiwara, pameran, dll. Metode tidak langsung sangat menolong apabila metode langsung tidak dapat digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, pameran yang diselenggarakan dengan baik akan memberikan kesan yang lama dan meyakinkan.
Metode Berdasarkan Jumlah Sasaran dan Proses Adopsi Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi, metode penyuluhan dapat dibedakan metode massal, metode kelompok dan individu atau perorangan. Metode massal digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir bersamaan. Misalnya, pidato, siaran lewat radio atau televisi, pertunjukan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, poster, spanduk, dll. Metode ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat. Metode kelompok digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Contoh metode ini adalah pertemuan, demonstrasi, karyawisata, pameran, perlombaan, diskusi kelompok, dan kursus. Metode ini dapat meningkatkan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.
Metode individu atau perorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan individu. Misalnya, kunjungan ke rumah, sawah, kantor, pengiriman surat, dan telepon. Dalam banyak hal, hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang dianjurkan. Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian Meningkatkan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian dan keefektifan metode yang digunakan, penyuluh pertanian harus memperhatikan dua upaya pengembangan. Pertama adalah pengembangan kegiatan pembelajaran, kedua adalah pengembangan keefektifan metode. Implikasi dari pengembangan kegiatan pembelajaran adalah: - Kegiatan pembelajaran memerlukan perumusan tujuan yang khusus dan jelas - Kegiatan pembelajaran harus mewujudkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan materi yang dipelajari - Kegiatan pembelajaran memerlukan situasi pembelajaran yang mencakup lima unsur pokok (penyuluh, peserta belajar, materi, keadaan fisik, dan peralatan atau perlengkapan pembelajaran) - Kegiatan pembelajaran memerlukan pengalaman belajar - Kegiatan pembelajaran memerlukan kombinasi berbagai metode - Kegiatan pembelajaran memerlukan evaluasi. Mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan berbagai metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang berkaitan dengan perubahan, yaitu; 1) Perhatian, 2) Minat, 3) Kepercayaan, 4) Hasrat, 5) Tindakan, dan 6) Kepuasan.
Metode Penyuluhan Pertanian yang Spesifik Lokasi Beberapa implikasi praktis yang dapat ditarik dari kajian sosiologis yang berkaitan dengan metode penyuluhan yang lokal spesifik adalah: 1. Suatu wilayah atau masyarakat tertentu mempunyai cara-cara tertentu dalam berkomunikasi. Suatu media komunikasi yang berhasil di suatu daerah, belum tentu berhasil di daerah lainnya. Media lokal dalam hal ini dapat dimanfaatkan atau mungkin diperbaiki, sampai media yang lebih maju dapat digunakan. Beberapa contoh dari media lokal di antaranya: (1) Perbincangan kaum wanita di warung, di waktu senggang, atau di sawah/ladang; (2) Perbincangan kaum pria di warung kopi, di tukang cukur, di penggilingan, atau di sawah/ladang; (3) berita atau pandangan yang diperbincangkan pada waktu hari pasar, pemakaman atau upacara-upacara keagamaan lainnya; (4) Para pemimpin dan tokoh pedesaan; (5) Para pemuka keagamaan. 2. Setiap media komunikasi mempunyai aspek fisik yang mudah dilihat dan aspek sosial atau psikologis yang sulit dilihat. Lingkungan kebudayaan ke lingkungan kebudayaan lainnya, aspek fisik relatif tidak banyak berbeda, tetapi aspek sosial dan psikologis banyak berbeda. Hubungan personal adalah ciri khas dari masyarakat yang tingkat penghidupan meterilnya belum tinggi. Ciri ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh penyuluh pertanian sebagai media komunikasi yang efektif. 3. Demonstrasi dalam masyarakat pedesaan adalah media yang sangat penting. Umumnya petani tidak mampu untuk mengambil resiko kegagalan dalam melakukan percobaan dari praktek yang baru. Demonstrasi setempat labih meyakinkan petani akan keabsahan praktek baru yang dianjurkan.
Evaluasi Program Penyuluhan Raudaaugh dalam Pengembangan Yayasan Sinar Tani (2001:358) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapantahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan, dan menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Intisari dari pengertian evaluasi tersebut adalah nilai atau jumlah keberhasilan dan tujuan yang direncanakan, sedangkan istilah operasional yang penting adalah tujuan, kriteria, dan menentukan/menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai tersebut.
Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan programa dan pengambilan keputusan di masa depan. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan agar program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek di setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan penyempurnaan rencana operasional program dan mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan.
Tahapan Evaluasi Terdapat tiga tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu, tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencapaian tujuan. Evaluasi tahap pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan pertanian. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui urgensi perubahan yang akan dilakukan. Evaluasi tahap kedua dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Misalnya metode mana yang efektif, mana yang perlu diperbaiki agar tujuan bisa tercapai atau langkah apa yang harus diambil bila terjadi hal yang tidak terduga. Evaluasi tahap ketiga dilakukan pada akhir kegiatan untuk menentukan apakah tujuan akhir kegiatan dapat diraih. Apabila tujuan akhir tidak semuanya diraih, apakah perlu mencoba kembali dalam rencana yang akan datang atau menggantinya. Dapat pula diketahui efektivitas metode yang digunakan dalam keadaan tertentu.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam evaluasi adalah: 1. Memahami arti dan prosesdur ilmiah Prosedur ilmiah pada prinsipnya mencerminkan cara berpikir yang obyektif, tujuannya adalah mencapai kebenaran. 2. Meneliti tujuan program penyuluhan pertanian Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur perubahan spesifik yang terjadi, seperti yang diharapkan serta dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian. Pernyataan tujuan program penyuluhan pertanian meliputi empat unsur, yaitu; 1)
Sasaran (apa yang akan dicapai); 2) Perubahan perilaku yang diinginkan; 3) Isi atau materi penyuluhan; 4) Lingkungan atau situasi perilaku baru yang diharapkan terjadi. 3. Menentukan bukti yang harus dikumpulkan Langkah ini adalah kelanjutan dari langkah kedua dan merupakan prasarat bagi langkah keempat. Tujuan yang telah ditetapkan dapat dijadikan pedoman berpikir ke arah bukti-bukti apa yang kita kumpulkan dan dapat mengatakan apakah tujuan sudah dicapai atau belum. Penyusunan program penyuluhan yang menitikberatkan pada perubahan perilaku, maka bukti-bukti itu juga harus menyangkut perubahan perilaku. Misalnya berubahnya tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan bukti-bukti yang harus dikumpulkan. 4. Mengembangkan alat untuk mengukur bukti Untuk setiap program yang mempunyai tujuan berbeda perlu dikembangkan alat pengukur data yang berbeda, karena fakta-fakta yang ingin didapat juga berbeda. Di antara berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain adalah test pengetahuan, test pengertian, test keterampilan, pengukuran sikap, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan, pengamatan, studi kasus, analisis laporan, ataupun kombinasi dari cara-cara tersebut. 5. Mengambil sampel dan mengumpulkan data Mengambil
sampel
merupakan
kegiatan
penting
sebab
kegiatan
penyuluhan pertanian pada umumnya mencakup orang banyak, sehingga tidak cukup waktu atau tidak efisien jika mengukur semua orang yang terlibat. Dengan
demikian evaluasi dilakukan dengan mengukur sejumlah sampel terbatas tetapi representatif dan memenuhi syarat statistik. 6. Analisis dan Interpretasi Data Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data atau bukti-bukti yang ada. Tentunya kesimpulan yang tidak didukung oleh data dan bukti adalah tidak sah. Dalam mencari bukti-bukti, selain berpikir pada adanya perubahan perilaku harus diingat pula kejadian sebelum terjadi perubahan perilaku. Misalnya, di samping menilai keberhasilan demplot perlu juga dinilai. Begitu juga pelaksanaan petak demonstrasinya perlu dinilai, misalnya apakah lokasinya mudah dilihat oleh para petani lainnya.
Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran Menurut van den Ban dan Hawkins (199:278), banyak di antara informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah petani seperti informasi mengenai subsidi, ramalan harga, dan lain-lain harus mencapai agen penyuluhan dengan cepat, tepat dan dalam cara yang bisa digunakan untuk melakukan kontak dengan petani. Penyuluh menjadi sangat penting dalam peranannya sebagai jembatan bagi golongan
ekonomi
lemah.
Penyuluhan
diharapkan
dapat
menghasilkan
sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok di samping layanan umum lainnya yang dibutuhkan masyarakat. Dengan
mendapatkan
informasi-informasi
yang
relevan
dengan
usahataninya, para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri, tidak tergantung pada keputusan orang atau
pihak lain. Penyuluh harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasaran perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh para petani (Margono Slamet, 2003:61). Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara, seorang guru yang baik dan berkemampuan mendorong pimpinan lokal untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan. Dalam kaitan dengan itu, penyuluh sering dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang sangat sulit dipecahkan, apalagi persoalan tersebut menyangkut hal-hal di luar materi penyuluhan. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:179-180) penyuluhan menghendaki kemampuan yang tinggi dari agen penyuluhan dengan sikap positif terhadap petani, terutama hubungan pribadi dalam diskusi bersama. Karenanya terdapat empat persyaratan bagi agen penyuluhan yang ingin membantu petani dengan efektif: (1) Petani seharusnya menyadari nilai-nilainya dan bertanya pada diri sendiri, siapa saya? Dan apa yang penting bagi saya? Dengan demikian dapat dikembangkan suatu gambaran yang jelas tentang diri dan tujuannya. Hal ini juga mencegah untuk memaksakan nilainya sendiri terhadap petani. (2) Petani seharusnya menyadari akan perasaannya sendiri, terutama hubungannya dengan petani. Rasa hormat pada diri sendiri dapat membantunya mengatasi kekecewaan yang tak dapat dihindari
dalam hubungan demikian. Kekecewaan biasanya
berakar dari kenyataan bahwa sering tidak ada pemecahan yang memuaskan terhadap masalah yang menyangkut emosi petani. (3) Agen penyuluhan merupakan sokoguru bagi petani dalam hal kemampuan memecahkan masalah
dan perilaku emosionalnya. (4) Agen penyuluhan yang efektif mempunyai minat yang kuat terhadap sesamanya dalam perubahan sosial. Agen penyuluhan seharusnya memenuhi semua persyaratan tersebut di atas untuk mencapai diskusi bersama yang produktif. Petani juga harus dipersiapkan untuk menyediakan waktunya melakukan diskusi bersama.
Kemampuan Komunikasi Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:96),
komunikasi dengan
seseorang selalu diungkapkan dengan cara melihat diri sendiri, pihak lain, dan hubungan pembicara dengan orang lain tersebut, walaupun tanpa disadari. Komunikasi, bukan saja dari kata-kata yang digunakan, tetapi juga dari komunikasi lisan (nonverbal) seperti isyarat, sikap, nada suara, dan sebagainya. komunikasi sering menimbulkan efek yang berbeda-beda. Kesenjangan efek komunikasi terjadi karena: 1. Perbedaan tingkat keterampilan berkomunikasi di antara
segmen-segmen
suatu
khalayak
secara keseluruhan,
2.
Tingkat
pengetahuan tentang suatu isu yang dikuasai sebelumnya, 3. Kontak sosial yang relevan dengan orang-orang yang memiliki lebih banyak informasi, 4. Persepsi selektif, 5. Kerelevanan fungsional atau utilitas, 6. Akses yang berbeda pada sumber daya yang terbatas, 7. Bias urban pada media massa, 8. Bantuan yang tidak memadai dari badan yang melakukan intervensi sosial, 9. Kurangnya partisipasi dari khalayak sasaran dalam pembuatan keputusan dan implementasi keputusan tersebut, 10. Perbedaan pendidikan, minat, dan motivasi (Jahi, 1988:3233).
Menurut Margono Slamet (2003:64), para penyuluh pertanian perlu dibekali dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan komunikasi sosial, psikologi sosial, stratifikasi sosial, dan lain-lain agar mereka mampu memerankan penyuluhan yang humanistik-egaliter. Pendekatan ini menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diberlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. Mereka harus dihargai sebagaimana layaknya orang lain yang sejajar dengan diri penyuluh, atau bahkan yang berkedudukan lebih tinggi dari penyuluh yang bersangkutan. Kalau para petani tidak diberlakukan semacam itu, kecenderungan mereka tidak akan memberi respon yang positif terhadap materi penyuluhan yang dibawakan oleh para penyuluh. Pendekatan humanistik-egaliter akan menumbuhkan sikap saling menghargai antara penyuluh dan petani; kepentingan petani akan mendapatkan perhatian utama dari para penyuluh, sebaliknya petani akan menghargai usaha-usaha penyuluh.
Kemitraan Usaha Era industrialisasi dan globalisasi, pembangunan pertanian dilihat dari dua sudut pandang, (1) keutuhan mata rantai sub-sub sistem agribisnis, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, sub-sistem pengolahan dan subsistem pemasaran dan (2) orientasi pengembangan masing-masing subsistem yaitu rasional ekonomis atau sebagai usaha yang saling menguntungkan semua pihak.
Era seperti ini, diperlukan jaringan kerjasama antara lembaga penyuluhan pertanian dengan berbagai pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), koperasi, Asosiasi petani maupun lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:199).
Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi tersebut mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yakni mempengaruhi perilaku orang lain dan kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Pimpinan membimbing dalam proses tersebut, memberi pengarahan, mempengaruhi
perasaan
dan
perilaku
orang
lain,
menfasilitasi
serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Dalam hal ini, usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai yang baru (Margono Slamet, 2003:68-69). van den Ban dan Hawkins (1999:284) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif membutuhkan waktu lebih lama untuk pengambilan keputusan dari pada gaya otoriter. Oleh karena itu, tidak tepat untuk gaya kepemimpinan partisipatif tidak tepat untuk keputusan yang harus diambil dengan cepat, misalnya jika terjadi serangan hama belalang. Di sisi lain, pelaksanaan keputusan dengan gaya partisipatif jauh lebih cepat karena ketika proses pengambilan keputusan dilakukan sebagian besar sudah memahami apa yang diharapkan dilakukan dan dengan sukarela akan melakukannya.
Manajemen Organisasi Menurut Winardi (2003:15) sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaransasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994:4). Menurut Winardi (2003:21) manajemen organisasi secara efektif dapat menghasilkan manfaat/keuntungan: (1) Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi kinerja individual dan tugas-tugas yang terspesialisasi. (2) Pembagian kerja, yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan penyalahgunaan sumber-sumber daya, baik sumber daya material maupun sumber daya manusia. (3) Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logikal, yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh individu-individu atau sebagian kelompok-kelompok. (4) Saluran-saluran komunikasi yang mapan, yang membantu pengambilan keputusan dan pengawasan.
(5)
Mekanisme-mekanisme
yang
mengkoordinasi,
yang
memungkinkan tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat dalam aneka macam kegiatan. (6) Upaya-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran logikal dan efisien. (7) Struktur-struktur otoriter tepat, yang memungkinkan kelancaran perencanaan dan pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.
Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa Syarat Tumbuh – Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. – Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah. – Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif. – Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur. – Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.
Pengolahan Lahan Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m. Pembibitan – Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5
bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air. – Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu. Penanaman Pemberian pupuk setelah tanaman kelapa ditanam sebaiknya mengikuti petunjuk sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Dosis Pupuk Tanaman Kelapa Umur Tanaman Saat tanam 1 bln setelah tanam 2 tahun - apl I - apl II 3 tahun - apl I - apl II 4 tahun - apl I - apl II 5 tahun - apl I - apl II
Urea 100
Dosis Pupuk (gr/pokok) (TSP) RP KCl Kies 100 100 100 100
Borak 100
200 200
200 200
200 200
200 200
200 200
200 200
350 350
350 350
350 350
350 350
350 350
350 350
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
500 500
Sumber: http://indonesia-agriculture.blogspot.com/, 2009
Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Golongan Coleoptera Hama golongan ini yang paling banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotakkotak yang diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam, bebek, dan burung hantu. 2. Golongan Lepidoptera. Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang belum
membuka dan
memakan
isinya. Pengendaliannya dengan
menggunakan insektisida, serangga yang cepat berpindah pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan. 3. Golongan Hemiptera Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera (Gareng pong = Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan insektisida secara bergantian.
Pengendalian Penyakit Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah (Rhadinaphelencus cocophilus). Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi
atau
pemusnahan
tanaman
yang
terkena
serangan.
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi,
sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan perekat.
Pemanenan Kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 - 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak. Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya
Pascapanen Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira (legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.
Hubungan Karakeristik dengan Kompetensi Penyuluh Hubungan Umur dengan Kompetensi Penyuluh Mulyasa (2003:125) mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Padmowihardjo (1994:36) mengungkapkan kemampuan umum untuk belajar berkembang secara gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan. Asumsi ini dapat diketahui bahwa pada umur lebih lanjut orang akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar dari pada usia lebih muda, akan tetapi setelah mencapai umur tertentu, kemampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai umur 55 ataupun 60 tahun, setelah itu penurunan akan lebih cepat lagi. Menurut Schenmerhorn, et al., (1997:43) Usia seseorang berhubungan dengan kemampuan dan kemauan belajar dan fleksibilitas. Banyak orang beranggapan bahwa usia tua berhubungan dengan kepikunan. Hal ini berbeda pada masing-masing individu. Schermerhorn berkesimpulan bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kinerja seseorang dalam hal ini orang yang lebih tua tidak lebih unproduktif daripada orang muda, meskipun demikian orang yang sudah tua lebih banyak tidak dapat menghindari absen daripada orang yang lebih muda. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi Penyuluh Salah satu faktor yang berkaitan dengan bidang pekerjaan adalah masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan dalam masa kerja tertentu akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerjanya (Phalestie, 2008:1).
Alex (2000:81) menyatakan bahwa pada umumnya karyawan ditetapkan untuk promosi antara lain karena pengalaman kerjanya dan karyawan akan diberikan kedudukan atau jabatan lebih tinggi adalah karena pengalaman, usia atau kemampuan karyawan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Hal tersebut mencerminkan bahwa pengalaman yang diperoleh seiring waktu bekerja seorang karyawan dapat meningkatkan kemampuannya.
Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Kompetensi Penyuluh Hernanto (1993:94) mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan masalah kebutuhan petani. Banyaknya tanggungan keluarga membutuhkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan keluarga tidak terpenuhi akan berpengaruh pada terbatasnya produktivitas, tingkat kecerdasan, dan akses terhadap lingkungan sekitar. Isolasi yang terjadi karena keterbatasan tersebut, membuat petani menjadi resisten, bertahan dalam keterbatasannya, bahkan terkadang menutup diri terhadap kehadiran cara-cara baru.
Hubungan Pendidikan Formal Dengan Kompetensi Penyuluh Mulyasa (2003:3) mengemukakan bahwa
pendidikan berperan dalam
mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing. mempercepat
Menurut proses
belajar,
Mosher
(1987:158-161)
memberikan
pendidikan
pengetahuan,
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat.
formal
kecakapan
dan
Menurut Vaizey (1978:34) perbedaan dalam keterampilan mencerminkan perbedaan dalam pendidikan formal dan nonformal. Margono Slamet (2003:20) mengungkapkan bahwa perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan berupa: (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan. Hernanto (1993:101) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya adopsi teknologi.
Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian dengan Kompetensi Penyuluh Seseorang akan bersifat emosional malas melakukan pekerjaan tertentu jika ia memiliki perspesi yang keliru tentang pekerjaannya. Persepsi atau pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sebaliknya, seseorang akan cenderung lebih menekuni pekerjaannya dan meningkatkan kemampuannya
jika
ia
menilai
pekerjaannya
tersebut
sesuai
dengan
kemampuannya dan dapat memberikan keuntungan baginya (Mursi, A. H, 1997: 55-88). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kecelakaan sering teradi pada individu yang sedang diliputi oleh keadaan emosional seperti sedih, takut, ragu-ragu, dan marah. Hal ini disebabkan karena emosi biasanya akan mengganggu penggunaan kecerdasan individu dan kemampuan-kemampuan khusus dalam menyelesaikan masalah-masalah kerja secara tepat. Sifat-sifat emosional mendorong individu melakukan kesalahan-kesalahan
Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi Penyuluh Salah satu bentuk pendidikan nonformal yang sering dilakukan oleh penyuluh adalah pelatihan. Menurut Siagian (1997: 165-189) salah satu cara untuk mengubah potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan dan pelatihan.
Sasaran yang ingin dicapai dalam suatu pelatihan adalah
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan baru yang belum dimiliki peserta, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku. Pelatihan bagi penyuluh pertanian dipersiapkan melalui program pelatihan bersyarat dan program pelatihan tidak bersyarat.
Yang pertama, sifatnya
berjenjang selaras dengan jabatan/golongan kepangkatan, misalnya pelatihan dasar I, pelatihan dasar II, sedangkan yang kedua tidak mensyaratkan golongan kepangkatan dan tidak mensyaratkan program pelatihan yang telah diikuti, tujuan dari program tidak bersyarat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian
di
bidang
inovasi/teknologi
pertanian,
misalnya
pelatihan
teknologi/komoditi/budidaya (Yayasan Sinar Tani, 2001:148-149).
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi Penyuluh Proses berpikir didorong oleh motivasi belajar untuk memecahkan masalah melalui strukturisasi informasi yang jelas dan berusaha untuk menerapkan infromasi tersebut guna menemukan pemecahannya. Seseorang yang termotivasi cenderung merupakan pelajar yang aktif, tetapi pada motivasi yang tinggi dapat menjadi penghalang proses belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil dalam tugas-tugasnya (van den Ban dan Hawkins, 1999:103).
Suparno (2001: 88) mengemukakan berkaitan dengan motivasi, seseorang akan terdorong untuk belajar jika dirinya berada dalam lingkungan yang nyaman, bebas dari ancaman, memperoleh penghargaan dari orang sekitarnya, dan memiliki kebebasan untuk berkembang.
Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi Penyuluh Makin tinggi pendapatan makin mudah untuk beralih dari persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, apabila pendapatan rendah maka pilihan akan lebih sedikit. Rendahnya pendapatan menyebabkan kurang mampunya petani untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Jumlah pangan mewah termasuk daging, susu, dan bahan-bahan pangan lain yang relatif merupakan pangan mahal, dikonsumsi dalam jumlah besar apabila pendapatan meningkat (Menurut Penny, 1990: 14-34). Tohir (1983: 114) menyatakan tingkat pendapatan rendah akan menyebabkan kekurangan pangan. Kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan baik dipandang dari sudut kuantitas maupun kualitas minimal bagi masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan belum terjamin.
Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya Variabel Y Kompetensi Penyuluh: Variabel X 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Umur Masa kerja Besar tanggungan keluarga Pendidikan formal Persepsi tentang bidang keahlian Pendidikan nonformal Kekosmopolitan Motivasi Penghasilan
1. Penyusunan programa penyuluhan 2. Rencana kerja penyuluhan pertanian 3. Metode penyuluhan 4. Evaluasi Program Penyuluhan 5. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran 6. Kemampuan komunikasi 7. Kemitraan Usaha 8. Kepemimpinan 9. Manajemen organisasi 10. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
Gambar 1: Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluhan.
METODE PENELITIAN
Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota Ternate sebanyak 60 orang.
Sampel Penentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin (1960) dalam Sevilla, dkk (1993:161) dengan formula: N n
=
1 + Ne2
n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan Dalam penelitian ini, nilai kritis (e) yang digunakan adalah 5%, sehingga dengan jumlah populasi seperti di atas, diperoleh jumlah sampel sebesar 50 orang. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional mempelajari hubungan yang terjadi antara sejumlah variabel antecedent dengan variabel konsekuen.
Menurut Singarimbun dan Effendy
(1989), desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok. Peubah bebas yang diteliti adalah karakteristik penyuluh pertanian, dan kompetensi adalah peubah terikat yang diukur. Karakteristik tersebut antara lain dapat diketahui dari umur penyuluh, masa kerja, besar tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi terhadap bidang
keahlian,
pendidikan
nonformal,
kekosmopolitan,
motivasi,
dan
penghasilan yang diperolehnya. Peubah konsekuen penelitian ini ialah kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab. Indikator dan parameter yang ditetapkan pada setiap peubah, ditetapkan berdasarkan teori yang telah teruji dan diakui kebenarannya. Selanjutnya setiap indikator dan parameter yang telah ditetapkan, dituangkan dalam defenisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai acuan atau instrumen wawancara dengan responden.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di BIPP Kota Ternate yang terdiri dari lima BPP di setiap Kecamatan yang berada di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penentuan lokasi ini ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa BIPP Kota Ternate merupakan satu-satunya lembaga yang mewadahi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Pebruari hingga Mei 2009.
Data dan Instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan responden dengan pengisian kuesioner yang telah disiapkan. Data
sekunder diperoleh dari BIPP Kota Ternate dan instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan wawancara dan pengisisan kuesioner oleh responden di lima BPP yang berada di kecamatan Kota Ternate Maluku Utara. Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data tersebut adalah: a.
Karakteristik penyuluh terdiri atas: 1. Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan, diukur dalam skala rasio. 2. Masa kerja yaitu lama responden mulai bekerja menjadi penyuluh, dihitung dalam satuan tahun, diukur dalam skala rasio. 3. Besar tanggungan keluarga ialah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau nseluruh kehidupannya oleh penyuluh. Diukur dalam skala rasio. 4. Pendidikan formal adalah lamanya penyuluh mengikuti pendidikan formal dihitung dalam satuan tahun, diukur dalam skala rasio. 5. Persepsi tentang bidang keahlian adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini, diukur dalam skala interval. 6. Pendidikan nonformal ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh oleh penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh, diukur dalam skala rasio. 7. Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan pihak-pihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan, diukur dalam skala rasio.
8. Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan kompetensi bagi penyuluh, diukur dalam skala interval. 9. Penghasilan yang diperoleh yaitu nilai rupiah yang diperoleh setiap penyuluh dalam satu bulan, diukur dalam skala rasio. b.
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, diukur dalam skala interval, kompetensi tersebut adalah: 1. Penyusunan programa penyuluhan 2. Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian 3. Metode penyuluhan 4. Evaluasi program penyuluhan 5. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran 6. Kemampuan komunikasi 7. Kemitraan Usaha 8. Kepemimpinan 9. Manajemen organisasi 10. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa Data tersebut dikumpulkan menurut indikator dan parameter masing-masing
variabel sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2. Variabel, indikator, dan cara pengukuran data penelitian Variabel Umur
Masa kerja
Indikator Usia responden yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan Lama responden bekerja menjadi penyuluh
Pengukuran Usia penyuluh yang dinyatakan dalam satuan tahun, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi muda, sedang, dan tua Lamanya responden bekerja menjadi penyuluh yang dinyatakan dalam tahun, menurut sebarannya dibagi menjadi baru, sedang, dan lama
Tabel 2. Lanjutan. Variabel Besar tanggungan keluarga
Indikator Anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden
Pengukuran Jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh responden, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi sedikit, sedang, dan banyak Lama responden mengikuti Pendidikan Pendidikan formal formal yang pernah ditempuh pendidikan formal, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah, responden sedang, dan tinggi Persepsi tentang Pandangan responden Penilaian responden atas bidang keahlian yang dimiliki, berdasarkan bidang keahlian terhadap bidang keahlian yang dimiliki sebarannya dibagi menjadi buruk, sedang, dan baik Pendidikan Pendidikan nonformal Jumlah pendidikan nonformal yang nonformal yang pernah ditempuh pernah diikuti responden, berdasarkan sebarannya dibagi responden menjadi rendah, sedang, dan tinggi Intensitas responden melakukan Kekosmopolitan Kontak dengan pihak luar terkait penyuluhan kontak dengan pihak luar terkait yang pernah dilakukan kegiatan penyuluhan, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah, responden sedang, dan tinggi Motivasi Dorongan yang Besarnya dorongan yang dirasakan dirasakan penyuluh penyuluh dalam melaksanakan untuk melaksanakan tugas, berdasarkan sebarannya tugas dibagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi Penghasilan Penerimaan penyuluh Jumlah penerimaan penyuluh dalam dalam bentuk uang bentuk rupiah, berdasarkan sebarannya dibagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi Kompetensi Kemampuan penyuluh Tingkat kemampuan penyuluh dalam melaksanakan kegiatan Penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan, yakni sangat tidak kegiatan penyuluhan: kompeten, tidak kompeten, 1. Penyusunan kompeten, dan sangat kompeten . programa penyuluhan 2. Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian 3. Metode penyuluhan 4. Evaluasi program penyuluhan 5. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran
Tabel 2. Lanjutan. Variabel
Indikator
Pengukuran
6. Kemampuan komunikasi 7. Kemitraan Usaha 8. Kepemimpinan 9. Manajemen organisasi 10. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
Instrumentasi Validitas Instrumen Upaya untuk memperoleh instrumen yang valid dilakukan dengan uji validitas.
Validitas yang diuji adalah validitas kerangka (construct validity).
Validitas kerangka diperoleh dengan menetapkan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian, kemudian atas dasar konsep-konsep itulah disusun tolok ukur operasionalnya.
Instrumen yang sahih diperoleh dengan menyusun
kuesioner berpedoman kepada: (1) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, (2) mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan empiris sebagai rujukan, (3) memperhatikan pendapat, tanggapan, dan saran dari pembimbing.
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur bila dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan konsistensi
suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1989: 140). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach (Marzuki, dkk, 2000: 309) dengan formula:
Σσi2
k r =
(1 k–1
) 2
σ
r = Koefisien reliabilitas yang dicari k = Jumlah butir pertanyaan (soal)
σi2 = Varians butir pertanyaan (soal) σ2 = Varians skor tes Koefisien reliabilitas yang diperoleh setelah dilakukan uji kuesioner adalah 0,95. Analisis Data Analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas adalah dengan menggunakan analisis korelasi Kendall W (Siegel, 1994:283), untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Mei 2009, dengan tujuan untuk: 1. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden; 2. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate; dan 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan kompetensi penyuluh dalam menjalankan tugas dan fungsi.
1. Distribusi Penyuluh pada Sejumlah Karakteristik yang Diamati Karakteristik penyuluh yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) Umur, (2) Masa kerja, (3) Tanggungan keluarga, (4) Pendidikan formal, (5) Persepsi tentang bidang keahlian, (6), Pendidikan nonformal (7) Kekosmopolitan, (8) Motivasi, (9) Penghasilan.
Distribusi Penyuluh Berdasarkan Umur Umur penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia penyuluh sejak dilahirkan sampai saat ulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam tahun. Umur penyuluh dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Muda, (2) Sedang, dan (3) Tua. Penyuluh termasuk berumur muda jika umur yang bersangkutan berkisar dari 27 hingga 32 tahun, berumur sedang jika umur yang bersangkutan berkisar dari 34 sampai 39 tahun, dan berumur tua jika umur yang bersangkutan berkisar dari 40 hingga 51 tahun. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur Umur Muda Sedang Tua Jumlah
Jumlah 15 19 16 50
Persen 30 38 32 100
Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
: 27 Tahun : 51 Tahun : 37,4 Tahun
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati berumur muda, lebih dari sepertiga berumur sedang, dan kurang dari sepertiga lainnya berumur tua. Secara umum, tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penyuluh berumur sedang.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja Masa kerja adalah lama responden bekerja sebagai penyuluh, dinyatakan dalam satuan tahun. Masa kerja penyuluh dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Baru, (2) Sedang, dan (3) Lama. Masa kerja penyuluh tergolong baru jika yang bersangkutan telah bekerja menjadi penyuluh selama 3 sampai 5 tahun. Masa kerja penyuluh tergolong sedang jika yang bersangkutan telah bekerja menjadi penyuluh selama 6 hingga 11 tahun, dan masa kerja penyuluh termasuk lama jika yang bersangkutan telah bekerja menjadi penyuluh selama 12 hingga 28 tahun. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan masa kerja ditampilkan dalam tabel di bawah.
Tabel 4. Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Baru Sedang Lama Jumlah
Jumlah 17 16 17 50
Keterangan: Minimum Maksimum Rata-Rata
Persen 34 32 34 100
: 3 Tahun : 28 Tahun : 10,9 Tahun
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati memiliki masa kerja baru, kurang dari sepertiga termasuk sedang, dan selebihnya memiliki masa kerja lama. Secara keseluruhan, tabel diatas menyatakan bahwa mayoritas masa kerja penyuluh adalah baru dan lama.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga yang dimaksud adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh kehidupannya oleh penyuluh. Tanggungan keluarga dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Sedikit, (2), Sedang, dan (3) Banyak. Penyuluh yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit jika yang bersangkutan memiliki tanggungan 1 hingga 2 orang. Tanggungan keluarga sedang jika penyuluh memiliki jumlah tanggungan 3 sampai 4 orang.
Tanggungan keluarga banyak jika penyuluh
memiliki jumlah tanggungan 5 sampai 8 orang. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan tanggungan keluarga disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga Tanggungan Keluarga Sedikit Sedang Banyak Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 15 23 12 50
Persen 30 46 24 100
: 1 Orang : 8 Orang : 4 Orang
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati memiliki tanggungan keluarga sedikit, lebih dari sepertiga penyuluh memiliki tanggungan keluarga sedang, dan selebihnya memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak. Secara umum, tabel di atas menegaskan bahwa mayoritas penyuluh memiliki tanggungan keluarga sedang.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal Pendidikan formal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh penyuluh. Berdasarkan hasil penelitian, penyuluh pertanian di Kota Ternate terbagi atas dua tingkatan pendidikan yaitu: (1) SPMA, dan (2) Sarjana. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan pendidikan formal disajikan dalam tabel berikut. Tabel 6. Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal Pendidikan Formal SPMA Sarjana (S1) Jumlah
Jumlah 12 38 50
Persen 24 76 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari 50 penyuluh yang diamati berpendidikan formal sarjana (S1). Dengan kata lain, mayoritas penyuluh di Kota Ternate berpendidikan cukup tinggi yaitu sarjana.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi tentang Bidang Keahlian Persepsi penyuluh tentang bidang keahlian adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini. Persepsi penyuluh tentang bidang keahlian dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) Buruk, (2) Cukup, dan (3) Baik. Persepsi buruk jika yang bersangkutan memiliki skor 4 hingga 5, persepsi cukup jika yang bersangkutan memiliki skor 6, dan baik jika yang bersangkutan memiliki skor 7 sampai 8. Hasil penelitian tentang persepi penyuluh tentang bidang keahlian yang dimiliki saat ini disajikan dalam tabel berikut. Tabel 7. Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi tentang Bidang Keahlian Persepsi tentang Bidang Keahlian Buruk Cukup Baik Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 10 12 28 50
Persen 20 24 56 100
: Skor 4 : Skor 8 : Skor6,4
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati mempersepsikan bidang keahliannya buruk, kurang dari mempersepsikan bidang keahliannya cukup, dan selebihnya mempersepsikan
bidang keahliannya baik. Secara keseluruhan, tabel di atas menyatakan bahwa mayoritas penyuluh mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki baik.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah jumlah jam efektif pelatihan yang pernah diikuti penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh dalam tiga tahun terakhir. Pendidikan nonformal dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Penyuluh memiliki pendidikan nonformal rendah jika yang bersangkutan mengikuti pelatihan sebanyak 0 sampai 84 jam. Pendidikan nonformal sedang jika penyuluh mengikuti pelatihan sebanyak 90 sampai 196 jam. Penyuluh memiliki pendidikan nonformal tinggi jika yang bersangkutan mengikuti pelatihan sebanyak 216 sampai 634 jam. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan pendidikan nonformal ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 8. Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal Pendidikan Nonformal Rendah Sedang Tinggi Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 16 16 18 50
Persen 32 32 36 100
: 0 jam : 634 jam : 177 jam
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati memiliki pendidikan nonformal rendah, kurang dari sepertiga lainnya memiliki pendidikan nonformal sedang, dan selebihnya berpendidikan
nonformal tinggi. Secara keseluruhan, tabel di atas menegaskan bahwa mayoritas penyuluh memiliki pendidikan nonformal tinggi.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan pihak-pihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan. Kekosmopolitan dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori, yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Penyuluh dikatakan kosmopolit rendah jika yang bersangkutan memiliki skor 3. Kosmopolit sedang jika yang bersangkkutan memiliki skor 4, dan kosmopolit tinggi jika yang bersangkutan memiliki skor 5 sampai 7. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan kekosmopolitan ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 9. Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan Kekosmopolitan Rendah Sedang Tinggi Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 12 19 19 50
Persen 24 38 38 100
: Skor 3 : Skor 7 : Skor 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati termasuk kosmopolit rendah, lebih dari sepertiga lainnya termasuk kosmopolit sedang, dan selebihnya termasuk tinggi. Secara umum, tabel di atas menyatakan bahwa mayoritas penyuluh termasuk kosmopolit sedang dan tinggi.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan kompetensi bagi penyuluh. Motivasi dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori, yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Motivasi penyuluh termasuk rendah jika yang bersangkutan memiliki skor 38 sampai 48, motivasi sedang jika yang bersangkutan memiliki skor 49 sampai 50, dan motivasi tinggi jika yang bersangkutan memiliki skor 51 sampai 60. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan motivasi disajikan dalam tabel di bawah. Tabel 10. Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi Motivasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 12 19 19 50
Persen 24 38 38 100
: Skor 38 : Skor 60 : Skor 49
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati memiliki motivasi rendah, lebih dari sepertiga memiliki motivasi sedang, dan selebihnya memiliki motivasi tinggi. Secara keseluruhan, tabel di atas menyatakan bahwa mayoritas penyuluh memiliki motivasi tinggi.
Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan Penghasilan adalah nilai rupiah yang diperoleh setiap penyuluh dalam satu bulan. Penghasilan penyuluh dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Penyuluh termasuk berpenghasilan rendah jika yang bersangkutan memperoleh pendapatan Rp. 1.600.000 hingga Rp. 3.197.000.
Berpenghasilan
pendapatan
Rp.
sedang
3.299.000
hingga
jika
yang
Rp.
bersangkutan
4.382.000.
memperoleh
Penyuluh
termasuk
berpenghasilan tinggi jika yang bersangkutan memperoleh pendapatan Rp. 4.500.000 hingga Rp. 13.870.000. Hasil penelitian tentang distribusi penyuluh berdasarkan penghasilan disajikan dalam tabel di bawah. Tabel 11. Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan Penghasilan Rendah Sedang Tinggi Jumlah Keterangan:
Minimum Maksimum Rata-Rata
Jumlah 16 17 17 50
Persen 32 34 34 100
: Rp. 1.600.000 : Rp. 13.870.000 : Rp. 4.188.622
Tabel di atas menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga dari 50 penyuluh yang diamati berpenghasilan rendah, lebih dari sepertiga berpenghasilan sedang, dan selebihnya berpenghasilan tinggi. Secara umum, tabel di atas menegaskan bahwa mayoritas penyuluh berpenghasilan sedang hingga tinggi.
2. Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, kompetensi tersebut adalah: 11. Penyusunan programa penyuluhan 12. Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian 13. Metode penyuluhan 14. Evaluasi program penyuluhan 15. Informasi Sarana Produksi dan pemasaran 16. Kemampuan komunikasi 17. Kemitraan Usaha 18. Kepemimpinan 19. Manajemen organisasi 20. Kompetensi Teknis Budidaya kelapa Hasil penelitian tentang kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate disajikan dalam tabel berikut: Tabel 12. Kompetensi Penyuluh No Bidang Kompetensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kepemimpinan Informasi sarana produksi dan pemasaran Kemampuan komunikasi Metode penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Penyusunan programa penyuluhan Teknis budidaya kelapa Evaluasi program penyuluhan Manajemen organisasi Kemitraan usaha Rata-Rata
Skor Tertimbang
Jenjang
3,54 3,44 3,42 3,41 3,39 3,29 3,29 3,26 3,18 3,11 3,33
1 2 3 4 5 6,5 6,5 8 9 10
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa lima bidang kompetensi yang dianggap penting oleh penyuluh dalam melaksanakan tugas adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Lima bidang kompetensi lain menempati jenjang yang lebih rendah yaitu: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menegaskan bahwa secara keseluruhan kompetensi penyuluh relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor dari kesepuluh bidang kompetensi yang cukup tinggi yaitu 3,33.
3. Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Karakteristik penyuluh yang dihubungan dengan kompetensi adalah: (1) Umur, (2) Masa kerja, (3) Tanggungan keluarga, (4) Pendidikan formal, (5) Persepsi tentang bidang keahlian, (6) Pendidikan nonfromal, (7) Kekosmopolitan, (8) Motivasi, dan (9) Penghasilan. Sedangkan kompetensi yang harus dikuasai oleh penyuluh adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian, (3) Metode penyuluhan, (4) Evaluasi program penyuluhan, (5) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (6) Kemampuan komunikasi, (7) Kemitraan Usaha, (8) Kepemimpinan, (9) Manajemen organisasi, dan (10) Kompetensi teknis budidaya kelapa.
Hubungan Umur dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan umur dengan kompetensi penyuluh disajikan dalam tabel berikut. Tabel 13. Hubungan Umur dengan Kompetensi No 1 2 3
Bidang Kompetensi Kepemimpinan Kemampuan komunikasi Rencana kerja penyuluhan Informasi sarana produksi dan pemasaran Penyusunan programa penyuluhan Metode penyuluhan Evaluasi program penyuluhan Kemitraan usaha Manajemen organisasi Teknis budidaya kelapa
4 5 6 7 8 9 10
W = 0,75 Keterangan:
Muda ST Jj 3,62 1 3.37 2 3,35 3,5
Umur Sedang Tua ST Jj ST Jj 3,45 1 3,56 2,5 3,43 2.5 3,45 7 3,28 6 3,56 2,5
3,35
3,5
3,42
3,27 3,24 3,2 3,07 3,05 3,05
5 6 7 8 9,5 9,5
3,25 7 3,36 9 3,42 2,5 3,56 2,5 3,12 8 3,47 5,5 3 10 3,28 10 3,11 9 3,39 8 3,31 5 3,47 5,5
4
3,56 2,5
α = 0,01
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyuluh yang berumur muda menganggap penting lima bidang berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Rencana kerja penyuluhan, (4) Infromasi sarana produksi dan pemasaran, dan (5) Penyusunan programa penyuluhan. Sedangkan lima bidang lainnya dianggap kurang penting adalah: (1) Metode penyuluhan, (2) Evaluasi program penyuluhan, (3) Kemitraan usaha, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Teknis budidaya kelapa.
Penyuluh berumur sedang menganggap penting bidang-bidang berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Metode penyuluhan, (4) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (5) Teknis budidaya kelapa. Sedangkan lima bidang lain dianggap kurang penting adalah: (1) Rencana kerja penyuluh, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Bidang kompetensi yang dianggap penting bagi penyuluh yang berumur tua adalah: (1) Kepemimpinan, (3) Rencana kerja penyuluh, dan (4) Penyusunan programa penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Evaluasi program penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Manajemen organisasi,(5) Penyusunan programa penyuluhan, dan (6) Kemitraan usaha. Selanjutnya tabel di atas menunjukkan bahwa meskipun terdapat variasi dalam penjenjangan bidang-bidang kompetensi penyuluh, namun berdasarkan hasil analisis terdapat tingkat kesepatakan yang tinggi di antara kelompok umur tersebut. Hal ini ditegaskan oleh nilai koefisien konkordansi Kendall W sebesar 0,75 yang sangat nyata pada α = 0,01.
Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan masa kerja dengan kompetensi disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa penyuluh dengan masa kerja baru menganggap penting bidang-bidang berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (4) Penyusunan programa penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang
kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Metode penyuluhan, (2) Manajemen organisasi, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Teknis budidaya kelapa, dan (5) Kemitraan usaha. Tabel 14. Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi
No 1 2
Bidang Kompetensi Kepemimpinan Kemampuan komunikasi Informasi sarana produksi dan pemasaran Penyusunan programa penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Metode penyuluhan Manajemen organisasi Evaluasi program penyuluhan Teknis budidaya kelapa Kemitraan usaha
3 4 5 6 7 8 9 10
W = 0,76 Keterangan:
Baru ST Jj 3,53 1 3,49 2
Masa Kerja Sedang Lama ST Jj ST Jj 3,5 1 3,57 2 3,28 5,5 3,49 5,5
3,43
3
3,36
3
3,38 3,32 3,25 3,18 3,15 3,08 3,03
4 5 6 7 8 9 10
3,11 3,28 3,39 2,97 3,14 3,29 3,02
8 5,5 2 10 7 4 9
3,54
4
3,37 9 3,56 3 3,59 1 3,38 8 3,47 7 3,49 5,5 3,28 10
α = 0,01
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Penyuluh dengan masa kerja sedang menganggap penting bidang-bidang berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Metode penyuluhan, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (4) Teknis budidaya kelapa. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Rencana kerja penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Penyusunan programa penyuluhan, (5) Kemitraan usaha, dan (6) Manajemen organisasi.
Penyuluh dengan masa kerja lama menganggap penting bidang-bidang berikut: (1) Metode penyuluhan, (2) Kepemimpinan, (3) Rencana kerja penyuluhan, dan (4) Informasi sarana produksi dan pemasaran. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, (5) Penyusunan programa penyuluhan, dan (6) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menyatakan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan bidang kompetensi penyuluh, namun
berdasarkan hasil
analisis, terdapat tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penyuluh dengan masa kerja tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien konkordansi Kendall W sebesar 0,76 yang sangat nyata pada α = 0,01.
Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi Hasil
penelitian
tentang
hubungan
tanggungan
keluarga
dengan
kompetensi disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15 menunjukkan bahwa penyuluh yang memiliki tanggungan keluarga
sedikit
menganggap
penting
bidang
kompetensi
berikut:
(1)
Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, dan (4) Penyusunan programa penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Rencana kerja penyuluhan, (2) Metode penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, (5) Teknis budidaya kelapa, dan (6) Kemitraan usaha.
Tabel 15. Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi
No 1
Bidang Kompetensi Kepemimpinan Informasi sarana produksi dan pemasaran Kemampuan komunikasi Penyusunan programa penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Metode penyuluhan Evaluasi program penyuluhan Manajemen organisasi Teknis budidaya kelapa Kemitraan usaha
2 3 4 5 6 7 8 9 10
W = 0,76 Keterangan:
Tanggungan Keluarga Sedikit Sedang Banyak ST Jj ST Jj ST Jj 3,57 1 3,5 1 3,56 1 3,45 3,43 3,35 3,3 3,3 3,17 3,17 3,12 3
2
3,49
2
3,35
7
3 3,41 4 3,25 5,5 3,4 5,5 3,46 7,5 3,24 7,5 3,13 9 3,32 10 3,18
4 7 5 3 8 10 6 9
3,42 3,2 3,48 3,47 3,39 3,29 3,42 3,1
4,5 9 2 3 6 8 4,5 10
α = 0,01
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Penyuluh yang memiliki tanggungan keluarga sedang, menganggap penting bidang-bidang berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Metode penyuluhan, (4) Kemampuan komunikasi, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Teknis budidaya kelapa, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Kemitraan usaha, dan (5) Manajemen organisasi. Selain itu, penyuluh yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak menganggap penting bidang-bidang kompetensi berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Rencana kerja penyuluhan, (3) Metode penyuluhan, (4) Kemampuan komunikasi, dan (5) Teknis budidaya kelapa. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap
kurang penting adalah: (1) Evaluasi program penyuluhan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Manajemen organisasi, (4) Penyusunan programa penyuluhan, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menunjukkan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penyuluh tersebut di atas. Hal ini dinyatakan oleh nilai koefisien konkordansi Kendall W sebesar 0,76 yang sangat nyata pada α = 0,01.
Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan pendidikan formal dengan kompetensi ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 16. Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi No
Bidang Kompetensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Metode penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Teknis budidaya kelapa Informasi sarana produksi dan pemasaran Kepemimpinan Kemampuan komunikasi Penyusunan programa penyuluhan Kemitraan usaha Manajemen organisasi Evaluasi program penyuluhan W = 0,72
Keterangan:
α = 0,05
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Pendidikan Formal SPMA Sarjana ST Jj ST Jj 3.58 1 3.36 4 3.56 2 3.34 5 3.55 3 3.2 7.5 3.5 4.5 3.43 2 3.5 4.5 3.55 1 3.44 6 3.41 3 3.39 7 3.26 6 3.31 8 3.05 10 3.23 9 3.16 9 3.2 10 3.2 7.5
Tabel di atas penyuluh yang berpendidikan setingkat SPMA menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Metode penyuluhan, (2) Rencana kerja penyuluhan,(3) Teknis budidaya, (4) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (5) Kepemimpinan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Kemitraan usaha, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Evaluasi program penyuluhan. Penyuluh yang berpendidikan sarjana menganggap penting bidang kompetensi: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran,(3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menunjukkan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penyuluh tersebut di atas. Hal ini dinyatakan oleh nilai koefisien konkordansi Kendall W sebesar 0,72 yang sangat nyata pada α = 0,05.
Hubungan Persepsi tentang Bidang Keahlian Dengan Kompetensi Hasil penelitian
tentang hubungan persepsi tentang bidang keahlian
dengan kompetensi ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 17. Hubungan Persepsi tentang Bidang Keahlian dengan Kompetensi
No 1 2 3 4 5
Bidang Kompetensi Kepemimpinan Penyusunan programa penyuluhan Evaluasi program penyuluhan Kemampuan komunikasi Rencana kerja penyuluhan Informasi sarana produksi dan pemasaran Manajemen organisasi Metode penyuluhan Kemitraan usaha Teknis budidaya kelapa
6 7 8 9 10
W = 0,59 Keterangan:
Persepsi tentang Bidang Keahlian Buruk Cukup Baik ST Jj ST Jj ST Jj 3,53 1 3,3 4 3,59 2 3,33 2 3,25 5 3,29 8 3,3 3.5 3,04 9 3,33 7 3,3 3.5 3,42 1 3,46 5 3,28 5 3,33 3 3,46 5 3,23
6
3,2 3,13 3,03 3,03
7 8 9,5 9,5
3,38
2
3,55
3
3,1 7 3,21 3,18 6 3,61 2,58 10 3,25 3,09 8 3,46
10 1 9 5
Tidak Nyata
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Tabel di atas menujukkan bahwa penyuluh yang mempersepsikan bidang keahliannya buruk, menganggap penting bidang-bidang kompetensi berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, dan (4) Kemampuan komunikasi. Sedangkan Bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Rencana kerja penyuluhan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Manajemen organisasi, (4) Metode penyuluhan, (5) Kemitraan usaha, dan (6) Teknis budidaya kelapa. Penyuluh yang mempersepsikan cukup tentang bidang keahliannya, menganggap penting bidang-bidang kompetensi berikut: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (3) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah:
(1)
Kepemimpinan, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Metode
penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, (5) Teknis budidaya kelapa, (6) Evaluasi program penyuluhan, dan (7) Kemitraan usaha. Selain itu, penyuluh yang mempersepsikan baik tentang bidang keahliannya menganggap penting bidang-bidang kompetensi berikut: (1) Metode penyuluhan, (2) Kepemimpinan, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (4) Kemampuan komunikasi, (5) Rencana kerja penyuluhan, dan (6) Teknis budidaya kelapa. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Evaluasi program penyuluhan, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Kemitraan usaha, dan (4) Manajemen organisasi. Selanjutnya, tabel di atas menunjukkan bahwa ketiga kelompok penyuluh tersebut memiliki tingkat kesepakatan yang rendah atas penjenjangan terhadap sepuluh bidang kompetensi. Hal ini dinyatakan oleh hasil analisis konkordansi kendall W sebesar 0,59 dan tidak nyata pada α = 0,05.
Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan pendidikan nonformal dengan kompetensi ditampilkan dalam Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan bahwa penyuluh yang berpendidikan nonformal rendah menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Rencana kerja penyuluhan, dan (5) Penyusunan programa penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Evaluasi program
penyuluhan, (2) Metode penyuluhan, (3) Teknis budidaya kelapa, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Tabel 18. Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi
No
Bidang Kompetensi
1 Kepemimpinan Informasi sarana produksi dan 2 pemasaran 3 Kemampuan komunikasi 4 Rencana kerja penyuluhan 5 Penyusunan programa penyuluhan 6 Evaluasi program penyuluhan 7 Metode penyuluhan 8 Teknis budidaya kelapa 9 Manajemen organisasi 10 Kemitraan usaha W = 0,71 Keterangan:
Pendidikan Nonformal Rendah Sedang Tinggi ST Jj ST Jj ST Jj 3,5 1 3,58 2,5 3,53 2 3,28 2,5
3,58
2,5
3,47
5
3,28 2,5 3,19 4 3,16 5 3,14 6 3,11 7 3,05 8 3,03 9 2,81 10
3,59 3,47 3,45 3,33 3,51 3,28 3,28 3,36
1 5 6 8 4 9,5 9,5 7
3,39 3,5 3,26 3,29 3,59 3,5 3,22 3,15
6 3,5 8 7 1 3,5 9 10
α = 0,05
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Penyuluh yang berpendidikan nonformal sedang menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Kepemimpinan, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Kemitraan usaha, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4), Teknis budidaya kelapa dan (5) Manajemen organisasi.
Penyuluh yang berpendidikan nonformal tinggi menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Metode penyuluhan, (2) Kepemimpinan, (3) Rencana kerja penyuluhan, (4) Teknis budidaya kelapa, (5) Informasi sarana produksi dan pemasaran. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Evaluasi program penyuluhan, (3) Penyusunan programa penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, (5) Kemitraan usaha. Tabel di atas menunjukkan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis, terdapat tingkat kesepakatan yang cukup tinggi di antara kelompok penyuluh tersebut. Hal ini dinyatakan oleh hasil analisis konkordansi kendall W sebesar 0,71 yang nyata pada α = 0,05.
Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan kekosmopolitan dengan kompetensi disajikan dalam Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa, penyuluh yang memiliki kekosmopolitan rendah menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (4) Penyusunan programa penyuluhan, dan (5) Evaluasi program penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Rencana kerja penyuluhan, (2) Metode penyuluhan, (3) Kemitraan usaha, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Teknis budidaya kelapa.
Tabel 19. Hubungan Kekosmopolitan dengan Kompetensi
No
Bidang Kompetensi
1 Kepemimpinan 2 Kemampuan komunikasi Informasi sarana produksi dan 3 pemasaran 4 Penyusunan programa penyuluhan 5 Evaluasi program penyuluhan 6 Rencana kerja penyuluhan 7 Metode penyuluhan 8 Kemitraan usaha 9 Manajemen organisasi 10 Teknis budidaya kelapa W = 0,70 Keterangan:
Kekosmopolitan Rendah Sedang Tinggi ST Jj ST Jj ST Jj 3,65 1 3,53 1 3,47 4 3,56 2 3,45 2 3,3 6 3,38
3
3,35 3,35 3,33 3,29 3,17 3,13 3,13
4,5 4,5 6 7 8 9,5 9,5
3,42
3
3,25 9 3,28 8 3,32 5 3,39 4 3,17 10 3,29 6,5 3,29 6,5
3,51
1,5
3,29 3,17 3,5 3,51 3,01 3,11 3,38
7 8 3 1,5 10 9 5
α = 0,05
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Penyuluh yang memiliki kekosmopolitan sedang menganggap penting bidang kompetensi berikut: (1) Kepemimpinan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (4) Metode penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Rencana kerja penyuluhan, (2), Manajemen organisasi, (3) Teknis budidaya kelapa, (4) Evaluasi program penyuluhan, (5) Penyusunan programa penyuluhan, dan (6) Kemitraan usaha. Selain itu, penyuluh yang memiliki kekosmopolitan tinggi, menganggap penting bidang kompetensi: (1) Metode penyuluhan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Rencana kerja penyuluhan, (4) Kepemimpinan, dan (5) Teknis budidaya kelapa. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Penyusunan programa
penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menunjukkan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan kesepuluh bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis, terdapat tingkat kesepakatan yang cukup tinggi di antara kelompok penyuluh dalam menjenjang bidang kompetensi tersebut. Hal ini dinyatakan oleh hasil analisis konkordansi kendall W sebesar 0,70 yang nyata pada α = 0,05.
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan motivasi dengan kompetensi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 20. Hubungan Motivasi dengan Kompetensi
No
Bidang Kompetensi
1 2 3 4 5
Kemampuan komunikasi Kepemimpinan Metode penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Penyusunan programa penyuluhan Informasi sarana produksi dan pemasaran Teknis budidaya kelapa Evaluasi program penyuluhan Manajemen organisasi Kemitraan usaha
6 7 8 9 10
W = 0,78 Keterangan:
Rendah ST Jj 3,47 1 3,44 2 3,43 3 3,39 4 3,38 5 3,33
6
3,33
2
3,6
3,27 3,14 3,05 3,03
7 8 9 10
3,06 3,23 3,09 2,4
9 4 8 10
3,44 6 3,36 7 3,33 8 3,27 9,5
α = 0,01
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Motivasi Kerja Sedang Tinggi ST Jj ST Jj 3,23 4 3,5 4 3,54 1 3,61 1 3,1 7 3,59 3 3,23 4 3,49 5 3,21 6 3,27 9,5 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyuluh yang memiliki motivasi rendah menganggap penting bidang kompetensi: (1) Kemampuan komunikasi, (2) Kepemimpinan, (3) Metode penyuluhan, (4) Rencana kerja penyuluhan, dan (5) Penyusunan programa penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Penyuluh yang memiliki motivasi sedang menganggap penting bidang kompetensi: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Rencana kerja penyuluhan, dan (5) Evaluasi program penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Metode penyuluhan, (3) Manajemen organisasi, (4) Teknis budidaya kelapa, dan (5) Kemitraan usaha. Selain itu, penyuluh yang memiliki motivasi tinggi menganggap penting bidang kompetensi: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Metode penyuluhan, (4) Kemampuan komunikasi, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Teknis budidaya kelapa, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Manajemen organisasi, (4) Penyusunan programa penyuluhan, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, meskipun terdapat variasi dalam penjenjangan kesepuluh bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis, terdapat tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penyuluh dalam menjenjang bidang
kompetensi tersebut. Hal ini dinyatakan oleh hasil analisis konkordansi kendall W sebesar 0,78 yang nyata pada α = 0,05.
Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi Hasil penelitian tentang hubungan penghasilan dengan kompetensi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 21. Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi
No 1
Bidang Kompetensi Kepemimpinan Informasi sarana produksi dan pemasaran Metode penyuluhan Rencana kerja penyuluhan Kemampuan komunikasi Penyusunan programa penyuluhan Teknis budidaya kelapa Evaluasi program penyuluhan Manajemen organisasi Kemitraan usaha
2 3 4 5 6 7 8 9 10
W = 0,86 Keterangan:
Penghasilan Rendah Sedang ST Jj ST Jj 3,5 1 3,63 1
Tinggi ST Jj 3,47 3,5
3,41
2
3,46
3
3,47 3,5
3,29 3,28 3,28 3,23 3,22 3,11 3,08 2,86
3 4,5 4,5 6 7 8 9 10
3,4 3,39 3,46 3,26 3,25 3,38 3,26 3,31
4 5 3 9 10 6 9 7
3,54 3,4 3,51 3,37 3,39 3,26 3,19 3,15
1 5 2 7 6 8 9 10
α = 0,01
ST = Skor Tertimbang
JJ = Jenjang
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyuluh yang berpenghasilan rendah menganggap penting bidang kompetensi: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Metode penyuluhan, (4) Rencana kerja penyuluhan, dan (5) Kemampuan komunikasi. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis
budidaya kelapa, (3), Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Penyuluh yang berpenghasilan sedang menganggap penting bidang kompetensi: (1) Metode penyuluhan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Kepemimpinan, (4) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Teknis budidaya kelapa, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Penyuluh yang berpenghasilan tinggi menganggap penting bidang kompetensi: (1) Metode penyuluhan, (2) Kemampuan komunikasi, (3) Kepemimpinan, (4) Informasi sarana produksi dan pemasaran, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang dianggap kurang penting adalah: (1) Teknis budidaya kelapa, (2) Penyusunan programa penyuluhan, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Selanjutnya, tabel di atas menunjukkan bahwa sekalipun terdapat variasi dalam penjenjangan kesepuluh bidang kompetensi, namun berdasarkan hasil analisis, terdapat tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penyuluh dalam menjenjang bidang-bidang kompetensi tersebut. Hal ini dinyatakan oleh hasil analisis konkordansi kendall W sebesar 0,86 yang sangat nyata pada α = 0,01.
Pembahasan Sebelumnya telah dikemukakan hasil pengolahan data yang diperoleh di lokasi penelitian, pembahasan selanjutnya akan memberikan gambaran tentang kondisi penyuluh pertanian lapangan di Kota Ternate. Menyangkut karakteristik, kompetensi yang dimiliki, dan hubungan antara karaktersitik dengan kompetensi. Pembahasan mengenai hal-hal tersebut disajikan dalam uraian di bawah ini.
Karakteristik Penyuluh Karekteristik penyuluh dapat diartikan sebagai sifat-sifat yang melekat pada diri penyuluh yang dibawa sejak lahir dan dibentuk seiring dengan perkembangan dan keadaan lingkungan. Karaktersitik penyuluh yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) Umur, (2) Masa Kerja, (3) Tanggungan keluarga, (4) Pendidikan formal, (5) Persepsi tentang bidang keahlian, (6), Pendidikan nonformal (7) Kekosmopolitan, (8) Motivasi, dan (9) Penghasilan. Umur penyuluh pertanian lapangan yang diamati di lokasi umumnya berumur Umur penyuluh pertanian lapangan yang diamati di lokasi umumnya berkisar dari 34 sampai 39 tahun yakni sebesar 38%. Mulyasa (2003: 125) mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Kisaran umur penyuluh tersebut juga menunjukkan bahwa penyuluh pertanian di Kota Ternate secara fisik masih produktif, dengan demikian potensi untuk lebih meningkatkan kompetensi penyuluh masih besar. Menurut Sondang (2000:60) masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Penyuluh pertanian di lokasi penelitian mayoritas baru dan lama, hal ini menunjukkan variasi masa kerja penyuluh cukup besar. Susilo Martoyo (2000:34)
berpendapat bahwa mereka yang memiliki masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan promosi, disamping peningkatan kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan karir selanjutnya. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi. Besar tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung
kehidupannya. Menurut Soekartawi, e.t al., (1986:113-114)
banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan pengahasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Penyuluh pertanian di Kota Ternate mayoritas memiliki tanggungan keluarga 3 sampai 4 orang. Sebagai petugas yang berstatus pegawai negeri sipil, jumlah tersebut termasuk cukup besar sehingga kondisi seperti itu menuntut penyuluh untuk berusaha lebih keras agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Pendidikan formal penyuluh pertanian di Kota Ternate mayoritas tinggi yaitu tingkat sarjana. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan formal penyuluh tersebut terdari atas dua kelompok yaitu SPMA dan Sarjana. Soekanto (2002:327-328) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Mayoritas penyuluh pertanian lapangan di Kota Ternate mempersepsikan bidang keahliannya dengan baik. Persepsi bidang keahlian yang dimaksud adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini. Bidang keahlian para penyuluh tersebut berasal dari latar belakang pendidikan panyuluh yang ditempuh sebelum yang bersangkutan menjadi tanaga penyuluh. Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah (2002:39) terdapat tiga karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaannya yaitu (1) variasi keterampilan, (2) Identitas tugas dan (3) signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan seseorang untuk menggunakan aktivitas-aktivitas yang menantang atau menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka mereka cenderung memiliki persepsi pekerjaan tersebut penuh makna. Sebagai pelaksana penyuluh di tingkat petani yang berhadapan langsung dengan masalah di lapangan, para penyuluh tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk mengimplementasikan keahliannya secara beragam sesuai dengan tingkat kerumitan permasalahan yang ada di tingkat petani. Hal tersebut juga sesuai dengan sistem penyuluhan di Kota Ternate yang sifatnya polyfalen, sehingga membutuhkan keahlian yang sangat beragam. Selanjutnya, pendidikan non formal penyuluhan pertanian di Kota Ternate mayoritas tinggi. Pendidikan nonformal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh untuk meningkatan sumberdaya
penyuluh. Penyuluh pertanian di Kota Ternate berada di bawah tanggung jawab pemerintah daerah. Perhatian pemerintah daerah terhadap penyuluhan cukup tinggi terutama dalam hal pelatihan penyuluh, mulai dari manajemen hingga teknis penyuluhan. Pendidikan nonformal merupakan suatu aktivitas pendidikan yang di organisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah matang, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya (Ruwiyanto, 1994). Penyuluh pertanian di Kota Ternate termasuk kosmopolit. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, mayoritas penyuluh yang diamati selalu melakukan kunjungan ke daerah lain maupun di luar walayah binaannya. Meskipun kunjungan yang dilakukan tidak selalu berkaitan langsung dengan tugas sebagai penyuluh, namun sebagian besar penyuluh dapat memperoleh pengalaman kunjungan yang bemanfaat untuk pengembangan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai penyuluh. Sifat kunjungan sebagian bersifat pribadi, artinya penyuluh melakukan kunjungan tidak dibiayai maupun diutus oleh instansinya, melainkan atas inisiatif sendiri dan biaya sendiri. Dari hasil penelitian terungkap bahwa mayoritas penyuluh pertanian di Kota Ternate memiliki kekosmopolitan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, motivasi penyuluh pertanian di Kota Ternate termasuk tinggi. Tingginya motivasi penyuluh tersebut juga tidak terlepas dari keperluan bagi penyuluh untuk selalu menyesuaikan kemampuannya dengan tugas yang diberikan. Kebanyakan penyuluh harus menerima tugas tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang pernah ditempuh. Motivasi yang dimaksud adalah hal-hal yang menjadi
pendorong bagi penyuluh untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh lapangan. Afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu ini menjadi pemicu bagi orang untuk berusaha, berbuat atau melakukan suatu tindakan. Pemicu tindakan ini disebut motivasi seperti yang dikatakan
oleh Terry (1997)
bahwa motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada seseorang untuk melakukan tindakan. Pendapatan penyuluh pertanian di Kota Ternate tidak begitu bervariasi. Hal ini terjadi karena semua penyuluh telah berstatus pegawai negeri sipil. Hal yang menyebakan terjadinya variasi pendapatan mereka adalah perbedaan pangkat atau golongan, di mana semakin tinggi pangkat/golongan semakin tinggi gaji yang diterima dari pemerintah. Hal lain yang menjadi peyebab perbedaan tingkat pendapatan adalah jika yang bersangkutan memiliki usaha lain di laur statusnya sebagai penyuluh pemerintah. Menurut
Penny
(1990:56-138)
pendapatan
seseorang
merupakan
keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap.
Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh adalah kemampuan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Menurut Mulyasa (2002:40), dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak
seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan
tersebut
dilakukan.
Kompetensi
merupakan
perpaduan
dari
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi penyuluh adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Kompetensi tentang rencana kerja penyuluh pertanian, (3) Metode penyuluhan, (4) Evaluasi program penyuluhan, (5) Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, (6) Kemampuan komunikasi, (7) Kemitraan Usaha, (8) Kepemimpinan, (9) Manajemen organisasi, dan (10) Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi penyuluh relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata penyuluh terhadap kesepuluh bidang kompetensi yang mencapai 3,33, dengan kisaran skala 1 sampai 4. Lima bidang kompetensi yang paling dikuasai adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Lima bidang kompetensi lain yang kurang dikuasai yaitu: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha.
Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Karakteristik terpilih yang dihubungan dengan kompetensi adalah: (1) Umur, (2) Masa Kerja, (3) Tanggungan keluarga, (4) Pendidikan formal, (5) Persepsi tentang bidang keahlian, (6), Pendidikan nonformal (7) Kekosmopolitan, (8) Motivasi, dan (9) Penghasilan. Berdasarkan hasil analisis, umur menunjukkan hubungan sangat nyata dengan kompetensi. Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37 tahun dengan umur maksimum 51 tahun. Mulyasa (2003:125) mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Menurut Schenmerhorn, et al., (1997:43) Usia seseorang berhubungan dengan kemampuan dan kemauan belajar dan fleksibilitas. Masa kerja penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata 10,9 tahun dengan masa kerja maksimal 28 tahun. Masa kerja yang cukup lama tersebut menunjukkan bahwa penyuluh memiliki pengalaman dalam bidang penyuluhan yang cukup lama. Dalam masa kerja tersebut, memberikan peluang bagi penyuluh untuk meningkatkan kompetensinya, baik di bidang manajemen maupun teknis penyuluhan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Phalestie, 2008:1, bahwa pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan dalam masa kerja tertentu akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerjanya. Selain itu, Alex (2000:81) menyatakan bahwa pada umumnya karyawan ditetapkan untuk promosi antara lain karena pengalaman kerjanya dan karyawan akan diberikan kedudukan atau jabatan lebih tinggi adalah karena pengalaman, usia atau kemampuan karyawan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja.
Hal tersebut mencerminkan bahwa pengalaman yang diperoleh seiring waktu bekerja seorang karyawan dapat meningkatkan kemampuannya. Tanggungan keluarga menunjukkan hubungan yang sangat nyata dengan kompetensi. Seorang penyuluh yang memiliki jumlah tanggungan keluarga cukup banyak akan berdampak pada pendapatan dan pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk memenuhi hal tersebut, seorang penyuluh perlu berusaha lebih keras dan lebih baik. Dalam kaitannya sebagai penyuluh, seorang penyuluh akan bekerja lebih baik agar karirnya mendapatkan prioritas, dengan demikian pendapatannya juga akan meningkat. Untuk bekerja dengan lebih baik, seorang penyuluh membutuhkan kompetensi yang memadai. Hernanto (1993: 94) mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan masalah kebutuhan petani. Banyaknya tanggungan keluarga membutuhkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pendidikan formal penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah SMPA dan Sarjana, di mana mayoritas adalah sarjana. Mulyasa (2003:3) mengemukakan bahwa
pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas,
menampilkan individu yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Menurut Mosher (1987:158161) pendidikan formal mempercepat proses belajar, memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat. Persepsi tentang bidang keahlian menunjukkan hubungan yang tidak nyata dengan kompetensi. Persepsi tentang bidang keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan/penilaian penyuluh terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, para
penyuluh memiliki latar belakang pendidikan yang cukup beragam, sementara tugas yang diberikan adalah seragam. Hal ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem polyvalen bagi penyuluh, sehingga penyuluh dapat melakukan penyuluhan terhadap bidang yang tidak sesuai dengan larat belakang pendidikannya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mursi, A. H, 1997: 55-88, bahwa seseorang akan bersifat emosional malas malakukan pekerjaan tertentu jika ia memiliki perspesi yang keliru tentang pekerjaannya. Persepsi atau pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sebaliknya, seseorang akan cenderung lebih menekuni pekerjaannya dan meningkatkan kemampuannya
jika
ia
menilai
pekerjaannya
tersebut
sesuai
dengan
kemampuannya dan dapat memberikan keuntungan baginya. Penyuluh pertanian di Kota Ternate memiliki pendidikan nonformal yang tinggi dengan rata-rata 177 jam. Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh. Sesuai hasil pengamatan di lokasi penelitian, mayoritas penyuluh mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian setempat dengan materi manajemen penyuluhan. Hal tersebut cukup membantu penyuluh untuk mengembangkan kemampuannya dan mengaplikasikan kemampuan tersebut dalam kegiatan penyuluhan di lapangan. Selain itu, pelatihan membantu penyuluh untuk membahas permasalahan yang ditemukan di wilayah binaannya.
Menurut Siagian (1997: 165-189) salah satu cara untuk mengubah potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan dan pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai dalam suatu pelatihan adalah mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan baru yang belum dimiliki peserta, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku. Kekosmopolitan menujukkan hubungan yang sangat nyata dengan kompetensi. Tingkat kekosmopolitan seorang penyuluh menunjukkan intensitas kunjungan ke luar daerah maupun luar wilayah binaannya, juga kontak dengan pihak lain. Tingginya tingkat kekosmopolitan penyuluh pertanian di Kota Ternate ditunjukkan oleh jumlah kunjungan penyuluh di luar wilayah binaannya. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, kunjungan tersebut dilakukan sebagian besar karena inisiatif sendiri, meskipun mereka mesti mengeluarkan biaya sendiri. Hal tersebut dilakukan karena beberapa masalah petani tidak dapat diselesaikan sendiri, sehingga penyuluh perlu mencari pemecahannya dengan mempelajari kondisi serupa di tempat lain. Menurut Jahi, 1988:94, seorang yang kosmopolit memiliki kontak dengan orang-orang di luar sistem sosial mereka. Motivasi kerja menunjukkan hubungan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah pegawai negeri sipil yang umumnya adalah warga setempat. Motivasi sebagai penyuluh merupakan motivasi intrinsik karena penyuluh telah memiliki keeratan hubungan sosial dengan petani yang kebanyakan masih kerabat, sehingga dalam melaksanakan tugas penyuluh, penerimaan petani terhadap petugas sangat terbuka. Hal ini memotivasi penyuluh untuk melaksanakan tugas penyuluhan dengan lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suparno (2001: 88) bahwa berkaitan dengan motivasi, seseorang
akan terdorong untuk belajar jika dirinya berada dalam lingkungan yang nyaman, bebas dari ancaman, memperoleh penghargaan dari orang sekitarnya, dan memiliki kebebasan untuk berkembang. Selain itu van den Ban dan Hawkins, (1999:103) mengemukakan bahwa, seseorang yang termotivasi cenderung merupakan pelajar yang aktif, tetapi pada motivasi yang tinggi dapat menjadi penghalang proses belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil dalam tugastugasnya. Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata memiliki penghasilan Rp. 4.188.622. Dari hasil analisis data, diketahui terdapat hubungan sangat nyata antara penghasilan dengan kompetensi. Penghasilan yang sesuai dengan harapan membuat penyuluh lebih terfokus kepada tugasnya sebagai penyuluh, sehingga kesempatan untuk meningkatkan kompetensi semakin besar. Apabila penghasilan sedikit, penyuluh tidak dapat leluasa memilih alternatif
lain, selain untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini akan berpengaruh kepada konsentrasi penyuluh terhadap tugas utamanya sebagai penyuluh. Oleh karena itu, penghasilan yang mencukupi dapat memberikan ruang bagi penyuluh untuk beralih tidak sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi lebih fokus pada pekerjaannya sebagai penyuluh. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Menurut Penny (1990: 14-34) bahwa makin tinggi pendapatan makin mudah untuk beralih dari persoalan pemenuhan kebutuhan pokok, apabila pendapatan rendah maka pilihan akan lebih sedikit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonformal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. 2. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. 3. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan.
Saran Sebagaimana kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Diperlukan pelatihan yang lebih mengarah kepada manajemen dan teknis penyuluhan bagi penyuluh pertanian di Kota Ternate agar dapat meningkatkan kompetensinya. 2. Materi penyuluhan yang diberikan hendaknya ditekankan pada bidang kompetensi yang kurang dikuasai oleh penyuluh. 3. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap beberapa karakteristik lain yang diduga berhubungan dengan kompetensi penyuluh.
DAFTAR PUSTAKA Armansyah Gatot Subroto. 2002. Growth Need Strength sebagai Moderator Hubungan antara Karakteristik pekerjaan dan Kepuasan Kerja Secara Umum. Thesis: Universitas Indonesia. Djamarah B. Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Dubin, R. S, Goldman D. R. 1972. Central life interest of American Middle Manager and Specialists. Journal of Vocational Behavior, 2: 45- 51. Diperoleh dari: http://www.elsevier.com/wps/find/journaldescription. cws_home/622908/description#description; diakses 10 November 2008. Internet. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Klausmeier, J.H. and W. Goodwin. 1966. Learning and Human Abilities: Educational Psychology. Second Edition. NewYork: Harper and Row. Anntoinete, L. D. and Richard Lepsinger. 1999. The Art and Science of competency Models. Pinpointing Critical success Factors in Organizations. San Fransisco: Jossey-Bass Pfeiffer. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Margono Slamet. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press. Marzuki, Gunawan, dan Burhan, N. 2000. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu‐ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mosher, A. T. 1973. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Disadur oleh Krisnandhi dan Bahrin. Jakarta: CV Yasaguna. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mursi, A. H. 1997. SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Gema Insani Press.
Penny, D.H. 1990. Kemiskinan: Peranan Sistem Pasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Phalestie, A. A. 2008. Prestasi Kerja. Diperoleh dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/prestasi-kerja.html; diakses 10 Nopember 2008. Internet. Pusat Pengkajian SDM Departemen Pertanian. 2004. Kondisi Penyuluhan Pertanian Dewasa Ini. Jakarta: Departemen Pertanian. Puspadi, Ketut. 2003. Kualitas SDM Penyuluh Pertanian dan Pertanian Masa Depan di Indonesia. Dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Ida Yustina dan Adjat Sudradjat (Penyunting). Bogor: IPB Press. Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Sujarman T., editor. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Robbins, S. P. 1996. Organizational Behavior: Concept-Controversies Applicatio New Jersey: Prentice Hall,Inc. Rusell, B. 1993. Pendidikan dan Tatanan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Penerjemah: Abadi, S.
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Schemerhorn, J. R., Hunt J. G., Osborn R. N. 1991. Managing Organizational Behavior. Canada: John Willey & Sons, Inc. Sevilla, C. G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Alih Bahasa, Alimuddin Tuwu. Jakarta: UI Press. Siagian, S.P. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Balai Pustaka. Siegel, S. 1994. Staristik Non Parametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soekanto, S. 2002. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekartawi, A. Soeharjo, L. Dillon dan J. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sondang P. Siagian. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno, S. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Susilo Martoyo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 3. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Wardan, A.S. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Editor:
Terry, G.r., 1960. Principles of Management. Homewood: Richard D. Irwin. van den Ban A. W. dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Vaizey, J. 1978. Pendidikan di Dunia Modern. Penerjemah: Murtini, L.P. Jakarta: Gunung Agung. Winardi. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yayasan Sinar Tani. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Sinar Tani.
KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
: …………………………………..
2. Jenis Kelamin
: …………………………………..
3. Alamat
: …………………………………..
Petunjuk: Isilah titik-titik atau berilah tanda (9) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu!.
II. KARAKTERISTIK RESPONDEN I. Umur Berapa Umur Bapak/Ibu saat ini?
……………. Tahun
II. Masa Kerja Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi PPL? ............... Tahun III. Jumlah tanggungan keluarga Berapa orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga Bapak/Ibu? ………..orang. IV. Pendidikan Formal a). Apakah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti: 1. Tidak pernah sekolah
5. Tamat SLTP
2. Tidak tamat SD
6. Tidak tamat SLTA
3. Tamat SD
7. Tamat SLTA
4. Tidak tamat SLTP
8. Perguruan tinggi
b) Jika tidak tamat berapa tahun di pendidikan terakhir…………….tahun.
V. Persepsi Terhadap Bidang Keahlian a. Menurut Bapak/Ibu apakah bidang keahlian yang Bapak/Ibu miliki sekarang sudah sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuni? 1. Tidak sesuai 2. Kurang sesuai 3. Sesuai b. Apakah Bapak/Ibu memerlukan keterampilan tambahan agar dapat bekerja sebagai PPL? 1. Ya 2. Tidak c. Menurut Bapak/Ibu apakah profesi sebagai PPL merupakan pekerjaan yang sulit? 1. Sangat sulit 2. Sulit 3. Mudah VI. Pendidikan Nonformal No
Jenis Pelatihan/Kursus
Bulan/Tahun
Jumlah Waktu (hari/jam) Efektif
Isi/Materi Pelatihan
VII. Kekosmopolitan a.
Mohon isi kolom yang tersedia pada table di bawah mengenai kunjungan yang Bapak/Ibu lakukan dalam satu tahun terakhir:
Nama Tempat Tujuan
Jumlah Lama Informasi yang kunjungan Kunjungan dicari (jam)
Inisiatif (sendiri/ Tugas)
b. Akses Informasi 1. Televisi Jenis Acara/Informasi 1. Berita 2. Pertanian 3. Hiburan 4. Lainnya, sebutkan ………… 2. Radio
Lama menonton TV per hari (jam)
Jenis acara/informasi
Lama mendengarkan radio per hari (jam)
1. Berita 2. Pertanian 3. Hiburan 4. Lainnya, ……………….
3. Koran Nama Koran
Topik yang dibaca
Frekuensi Membaca dalam 1 Minggu
4. Majalah Nama majalah
5. Internet
Topik yang dibaca
Frekuensi Membaca dalam 1 Bulan
Jenis Situs yang dikunjungi Dalam Negeri
Luar Negeri
Lama menggunakan (Jam)
Berita Pertanian Hiburan Lainnya, sebutkan ……………..
VIII. Motivasi Kerja Pernyataan berikut adalah tentang berbagai hal yang berhubungan dengan motivasi Bapak/Ibu dalam bekerja sebagai Penyuluh. Mohon diisi sesuai dengan kondisi yang Bapak/Ibu rasakan, pada kolom tanggapan yang disediakan, dengan kategori sebagai berikut: 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat Setuju No
Pernyataan
1
Bekerja sebagai penyuluh dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari Sebagai penyuluh pertanian, saya merasa dihargai di masyarakat Sebagai penyuluh, saya mendapatkan pengakuan yang baik dari masyarakat Pekerjaan sebagai penyuluh dapat menjamin masa depan keluarga Dibandingkan dengan mereka yang non Penyuluh Saya mendapatkan promosi kenaikan Pangka dan jabatan lebih cepat Saya memiliki keleluasaan dan kebebasan dalam menggunakanin inisiatif dalam melaksanakan pekerjaan Secara umum saya merasa pekerjaan saya sangat Besar pengaruhnya terhadap kehidupan atau Kesejahteraan masyarakat Saya yakin jika saya berprestasi maka
2 3 4 5 6 7 8
1
Tanggapan 2 3 4
No
Tanggapan 1 2 3 4
Pernyataan Penghasilan saya akan meningkat Jika saya bekerja keras, karis saya akan cepat berkembang Saya memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan dan menentukan cara saya melakukan pekerjaan Walapun gaji sebagai penyuluh tidak besar, tapi saya mencintai pekerjaan saya sebagai penyuluh Menjadi seorang penyuluh dibutuhkan keahlian tingkat tinggi Sistem administrasi di kantor memungkinkan saya untuk mengembangan karir lebih tinggi Uraian tugas memudahkan saya untuk bekerja sebagai penyuluh Kegagalan dalam melaksanakan tugas adalah tanggung jawab saya
9 10 11 12 13 14 15
IX. Penghasilan 1.
Berapa penghasilan Bapak/ Ibu dalam sebulan?
No
Sumber penghasilan
1
Suami
2
Istri
3
Usaha lain
2.
Jumlah (Rp)
Kebutuhan Rutin Keluarga dalam 1 Bulan No. 1.
Jenis Pengeluaran Kebutuhan pokok pangan 1. Beras 2. Daging 3. Ayam/ikan 4. Sayuran 5. Minyak goreng 6. Bumbu masak 7. Terigu 8. Mie 9. Telur 10. Gula
Jumlah satuan
Harga satuan (Rp)
Jumlah harga
No.
2.
Jenis Pengeluaran
Jumlah satuan
Harga satuan (Rp)
Jumlah harga
11. Kopi 12. Teh 13. Lain-lain …….. Kebutuhan pokok non pangan 1. Rokok (bungkus) 2. Pasta gigi 3. Sabun cuci 4. Sabun mandi 5. Minyak tanah 6. Listrik 7. Air 8. Telepon 9. Gas elpiji 10. Lain-lain ……
Total
3.
Pengeluaran Lain dalam satu tahun No. Jenis Pengeluaran 1.
2.
3.
4.
5. Total
Pakaian* 1. Responden 2. Tanggungan Kesehatan 1. Berobat ke dokter 2. Beli obat Biaya pendidikan tanggungan 1. Biaya SPP 2. Ongkos dan jajan Kegiatan sosial 1. Upacara keagamaan 2. Upacara adat 3. Sumbangan temporer Perbaikan dan perawatan rumah
Jumlah satuan
Harga satuan
Jumlah harga
KOMPETENSI PENYULUH Petunjuk Pengisian Kuesioner. Berilah tanda ( √ ) pada kolom tanggapan (bagian kanan) atas pernyataan yang ada pada kolom bagian kiri sesuai dengan kondisi Anda yang sesungguhnya. 1 = Sangat Tidak Kompeten 2 = Tidak Kompeten 3 = Kompeten 4 = Sangat Kompeten
No
Pernyataan
1
Memberikan informasi tentang ketersediaan peralatan pertanian yang dibutuhkan petani Menyediakan informasi tentang benih maupun bibit yang dibutuhkan oleh petani Menentukan masalah khusus kegiatan penyuluhan Menentukan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penyuluhan Memberi dorongan kepada petani untuk terus meningkatkan usahataninya Mampu mengarahkan petani untuk mengikuti anjuran penyuluh Mampu menentukan tanah yang ideal untuk penanaman kelapa Menentukan jarak tanam yang sesuai untuk menanan kelapa Menfasilitasi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian Membentuk jaringan kerjasama dengan pihak pengusaha untuk membentuk pola kemitraan usaha Mampu berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat binaan Menentukan tipe teknologi yang tepat bagi pengembangan usahatani masyarakat binaan Menguraikan data aktual dalam lembaran program penyuluhan Menguraikan data potensial dalam lembaran program penyuluhan Menentukan metode yang tepat untuk melakukan evaluasi Menentukan tujuan dilakukannya evaluasi program penyuluhan Melakukan demonstrasi Hasil pada tanaman kelapa
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tanggapan 1 2 3
4
No
Pernyataan
18
Melakukan demonstrasi cara menanam kelapa
19
Mengidentifikasi masalah umum dalam perencanaan program penyuluhan Menentukan metode yang tepat untuk memecahkan masalah dalam perencanaan programa penyuluhan Bekerjasama dengan koperasi untuk pengembangan usahatani Membentuk jaringan kerjasama dalam pemasaran hasil pertanian Menyediakan informasi mengenai subsidi pupuk maupun pestisida dari pemerintah bagi petani binaan Menetapkan struktur organisasi petani yang efektif
20 21 22 23 24
26
Mengatur proses-proses organisasi petani maupun masyarakat wilayah binaan Memberikan pupuk sesuai anjuran
27
Mengendalikan hama tanaman kelapa
28
Membuat brosur bahan penyuluhan
29 30
Membuat naskah siaran radio untuk penyuluhan Menentukan indikator keberhasilan kegiatan penyuluhan Menyusun instrumen yang tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan Membuat percontohan penggunaan teknologi baru di wilayah binaan Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk memperoleh teknologi pengembangan usahatani Menyediakan informasi tentang harga produksi pertanian di pasaran Menghitung biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan penyuluhan Membuat skedul kegiatan
25
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Mampu membimbing petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya Menfasilitasi petani untuk membentuk kelompok tani Mampu memonitor sumberdaya yang ada dalam organisasi/kelompok tani Mampu mengarahkan penggunaan sumber daya yang ada dalam organisasi/kelompok tani Menyelenggarakan pertemuan dengan petani Membuat kebun percontohan
Tanggapan 1 2 3
4
No
Pernyataan
43
Mengendalikan penyakit tanaman kelapa
44
Mempersiapkan lahan untuk tanaman kelapa
45
Memilih bibit yang baik untuk tanaman kelapa
46
Membuat olahan kelapa seperti nata de coco
47
Menentukan waktu yang tepat untuk memupuk tanaman kelapa Membuat olahan kelapa seperti kopra Menentukan buah kelapa yang baik untuk dijadikan bibit Menentukan saat yang tepat untuk panen
48 49 50
Tanggapan 1 2 3
4