TINJAUAN PELAKSANAN ANALISIS PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH (PPR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA TAHUN 2011
TUGAS AKHIR
Oleh : RYAN ADITIYA WAHYU SAPUTRA NIM 201 08 031
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
TINJAUAN PELAKSANAN ANALISIS PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH (PPR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA TAHUN 2011
TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh : RYAN ADITIYA WAHYU SAPUTRA NIM 201 08 031
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
MOTTO
Jika ingin sebuah hasil yang berbeda maka janganlah gunakan cara-cara yang sama seperti yang sebelumnya.
Menurut saya kesuksesan hanyalah masalah sugesti.
Apa yang kita pikirkan itulah yang akan terjadi.
Tak akan pernah kujumpai perubahan di sekitarku seperti yang ku inginkan sebelum aku memberi contoh perubahan bagi sekitarku.
Cinta yang sempurna bukanlah cinta yang melihat kesempurnaan, tapi cinta yang melihat apa yang dilihat bisa dianggap sempurna.
iv
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis saya persembahkan ke pada : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang berupa moril serta materiil juga do’a yang tiada henti dipanjatkan bagi penulis 2. Seluruh anggota keluarga , yang selalu memberi dorongan semangat, inspirasi dan motivasi. 3. Dosen – dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 4. Ke pada Bapak dosen Anton Bawono yang telah membimbing saya dalam penulisan Tugas Akhir ini 5. Teman – teman yang telah memberikan persahabatan yang begitu indah. 6. Para Almamater. 7. Para staf Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga yang telah rela mengorbankan waktunya untuk membimbing saya selama penelitian 8. Para pembaca yang budiman.
v
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayahnya,sholawat dan salamnya senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW.Sebagai utusan dan penuntun umat bagi manusia,alhamdulillah dengan ijin Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Tinjauan Pelaksanaan Analisis Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga” dengan berusaha sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di dunia dan akhirat kelak. Penulis tugas akhir ini di tujukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Imam Sutomo,M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Abdul Aziz NP.,MM selaku ketua program studi DIII perbankan syariah STAIN Salatiga 3. Bapak Anton Bawono, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis sehingga akhirnya tugas akhir ini selesai.
vi
4. Seluruh Dosen dan staf STAIN Salatiga yang telah memberi ilmu serta pelayanan yang baik selama penulis menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 5. Pimpinan dan staf-staf Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 6. Bapak, Ibu dan kakak-kakak yang memberikan dukungan baik secara spiritual maupun material. 7. seluruh teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya dengan kerendahan hati,penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca umumnya.Kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan ini.
Salatiga, Agustus 2011
Penulis
Ryan Aditiya Wahyu Saputra NIM.201 08 031
vii
ABSTRAK
TINJAUAN PELAKSANAAN ANALISIS PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH(PPR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk, mengetahui analisis apa yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam memberikan Pembiayan Pemilikan Rumah (PPR), adapun teknik dalam pengumpulan data ialah dengan observasi langsung, metode interview dan metode dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Telah sesuai dengan akad murabahah dan analisis 5C Sebagai dasar pertimbangan pemberian Pembiayan Pemilikan Rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
Kata kunci : Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR), Akad Murabahah Pembiayaan Murabahah, Analisis 5C
viii
DAFTAR ISI
Judul Tugas Akhir…………………………………………........
.i
Persetujuan Pembimbing……………………………………......
ii
Pengesahan……………………………………………………...
iii
Motto……………………………………………………………
iv
Persembahan…………………………………………….............
v
Kata Pengantar………………………………………….............
vi
Abstrak……………………………………………...….............
viii
Daftar Isi………………………………………..........................
ix
Daftar Gambar…………………………………………….........
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………..
1
B. Rumusan Masalah………………………………………
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………...….
5
D. Manfaat Laporan Tugas Akhir………………..........……
5
E. Metode Pelaporan Tugas Akhir.....……………….……..
6
F. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik......................................
7
G. Sistematika Penulisan.......................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu........................................................
10
B. Pengertian Bank syariah 1.
Karateristik Bank Syariah..........................................
ix
11
2.
Kegiatan Usaha Bank Syariah...................................
14
3.
Landasan Hukum Bank Syariah..................................
16
C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayan..................................................
18
2. Tujuan Pembiayan........................................................ 19 3. Ciri dan Unsur Pembiayan............................................ 22 4. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah.................................... 24 5. Prosedur Pemberian Pembiayaan.................................. 26 6. Analisis Pembiayaan (kredit)........................................ 30 BAB III LAPORAN OBYEK A. Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri (BSM). 35 B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM)...................... 37 C. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga...............................................................................
38
D. Prinsip Operasi Bank Syariah Mandir (BSM).................... 40 E. Produk-produk Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Salatiga 41 BAB IV ANALISIS A. Prosedur Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga...............................................................................
45
B. Analisis Pembiayan Pemilikan Rumah (PPR) yang diterapkan Bank Syariah Mandiri Cabang Saltiga................................ 52 BAB V PENUTUP
x
A. Kesimpulan……………………………………………...... 59 B. Saran……………………………………………................ 58 C. Penutup………………………………………………….... 61
Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran - Lampiran
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
: Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri CabangSalatiga..............................................
xii
39
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejarah perbankan syariah di Indonesia diawali dari inspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang islami. Perkembangan dunia perbankan terus mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Diawali dengan berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 1992, berdasarkan UU Perbankan no 7 tahun 1992 dan PP RI no 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil yang kemudian dijabarkan dalam Surat Edaran BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993 juni perbankan terus tumbuh
dan
berkembang
dengan
catatan
prestasi
yang
sangat
menggembirakan. Mengacu pada hukum islam serta pemahaman tentang keharaman riba menjadikan lembaga keuangan syariah sebagai solusi dalam melakukan pengelolaan keuangan umat. Suatu kondisi yang mencerminkan kemauan dan kesadaran umat untuk “hijrah” dalam pengelolaan keuangan dirasakan sebagai pangsa pasar yang sangat potensial. Hal ini ditandai dengan maraknya bank-bank konvensional membuka unit usaha syariah. Atau juga mengkonversi sistemnya ke sistem syariah.
2
Para praktisi perbankan mengetahui bahwa perbankan syariah memiliki produk-produk yang sangat bervariatif. Berbeda dengan bank konvensional yang hanya berfokus pada tabungan, deposito dan penyaluran dana secara kredit, bank syariah memiliki produk banyak dan beragam. Terutama dalam produk pembiayaan dan penyaluran dananya. Seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan lain-lain. Gaya hidup masyarakat indonesia yang semakin konsumtif memacu pertumbuhan kegiatan perbankan. Antara lain kegiatan perkreditan yang salah satu jenisnya Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR). Seperti yang kita ketahui bahwa anime masyarakat terhadap kebutuhan rumah terus meningkat. Mendorong perbankan untuk berlomba-lomba dan berasaing dalam menjual produk PPR. Dalam menjalankan produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR), bank syariah memadukan dan menggali skim-skim transaksi yang dibolehkan dalam islam dengan operasional KPR perbankan konvensional. Adapun skim yang banyak digunakan oleh perbankan syariah di indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan pemilikan rumah adalah skim jual-beli (murabahah). Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Salatiga merupakan salah satu bank syariah di Indonesia yang menjalankankan konsep murabahah yaitu akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga memberikan pelayanan pembiayaan murabahah, yang
3
berupa pembiayaan yang berupa pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan konsumtif. Salah satu pembiayaan konsumtif adalah untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) berupa pemilikan rumah, kavling atau untuk renovasi rumah yang lebih adil. Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga diberikan pembiayaan dalam bentuk pembayaran secara kredit/cicilan dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penerima pembiayaan . Sehubungan dengan pemberian pembiayan ini, resiko yang timbul cukup besar yaitu tidak kembalinya uang yang dipinjamkan, baik jumlah pokok maupun keuntungan (margin). Pembiayan (kredit) yang bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Oleh karena itu harus dibentuk suatu prosedur dalam menganalis kredit yang jelas dan terkoordinir dengan sebaik-baiknya, sehingga tujuan bersama antara kreditur dan debitur dapat tercapai sebagai mana mestiya. Pihak
bank
perlu
menentukan
standar,
menganalisis,
dan
mengevaluasi para debitur. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rachmat Firdaus dan Maya Arianti (2003:184) bahwa : “penilaian atau analisis kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan permohonan kredit”. Dalam menilai atau menganalisi suatu permohonan pembiayaan (kredit) perlu dibahas berbagai aspek yang menyangkut keadaan usaha pemohon pembiayaan (debitur). Pembahasan tersebut ditujukan untuk
4
meneliti debitur yang melakukan permohonan pembiayaan (kredit) layak atau tidak untuk diberi pembiayaan (kredit). Analisis pembiayaan (kredit) perlu dilakukan oleh lembaga perbankan untuk membantu pihak bank dalam mengambil keputusan. Karena dengan analisis pembiayaan (kredit) pihak bank memperoleh informasi untuk menetapkan layak atau tidak suatu nasabah pemohon pembiayaan (kredit) untuk mendapatkan pembiayaan (kredit). Untuk itu maka perlunya Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga menetapkan pedoman yang jelas dalam menganalisi
Pembiayaan
Pemilikan
Rumah
agar
nantinya
bisa
menghindari terjadinya kredit macet. Atas dasar inilah yang mendorong penulis untuk melakukan pengamatan pelaksanaan analisis kredit yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga yang bank tersebut tergolong baru berdiri di wilayah Salatiga yang hasilnya di susun dalam bentuk Tugas Akhir (TA) dengan
judul
PEMBIAYAAN
:
“TINJAUAN
PEMILIKAN
PELAKSANAAN
RUMAH
(PPR)
PADA
ANALISIS BANK
SYARIAH MANDIRI SALATIGA”
B. Rumusan Masalah Untuk membatasi masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur pemberian Pembiayan Pemilikan Rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri Salatiga ?
5
2. Bagaimana pelaksanaan analisis Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri Salatiga ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dijadikan bahan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir oleh penulis sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang (munaqasah) Diploma III Jurusan Syariah Program Studi Perbankan syariah STAIN SALATIGA. Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri Salatiga. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan analisis Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri Salatiga.
D. Manfaat Laporan Tugas Akhir 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang analisis kredit yang diterapkan pada perusahaan tersebut.
6
2. Bagi Perusahaan Bagi bank yang bersangkutan dapat memberikan informasi terhadap masalah-masalah yang dihadapi serta memberikan sumbangan pemikiran terhadap kebijaksanaan yang diambil. 3. Bagi Akademik Manfaat penelitian ini bagi akademik adalah sebagai sumber informasi dan bahan referensi serta bahan untuk penelitian selanjutnya.
E. Metode Pelaporan Tugas Akhir 1. Penelitian Tipe penelitian Tipe penelitian atau penulisan dalam tugas akhir ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menyajikan analisis mengenai suatu obyek yang menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai bidang tertentu. 2. Jenis data yang dibutuhkan Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data primer Yaitu data yang diperoleh dari observasi,
penulis
memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati.
7
b. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diteliti. 3. Teknik pengumpulan data a. Observasi langsung Observasi langsung ini dimaksudkan guna memberikan gambaran yang utuh tentang keadaan BMI Capem Salatiga. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik diarahkan pada suatu masalah tertentu. Wawancara ini penulis gunakan sebagai cross checking data yang diperoleh yaitu mengenai adanya pengaruh prosedur pembiayaan hunian syariah bagi pegawai negeri di Bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga.
F. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Adapun lokasi yang dipilih dalam rangka pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 sampai dengan 31 Juli 2011.
8
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan uraian mengenai hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematika bab demi bab dari bab hasil laporan penelitian diperoleh gambaran yang berurutan dan saling terkait. Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB 1
PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, manfaat laporan tugas akhir, metodelogi laporan tugas akhir, lokasi dan waktu kerja praktek saat penelitian, serta sistematika penulisannya.
BAB II
LANDASAN TORI Dalam bab ini brisi tentang penelitian terdshulu, pengertian bank syariah, kegiatan bank syariah, landasan hukum bank syariah, pengertian pembiayan, manfaat pembiayaan, unsur pembiayan dan ciri pembiayan serta prosedur dan analisis pembiayaan pada bank syariah.
BAB III
LAPORAN OBYEK Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya PT Bank Syariah Mandiri, visi dan misi, struktur organisasi,
prinsip-prinsip
operasional
Mandiri, dan produk bank Syariah Mandiri.
Bank
Syariah
9
BAB IV
ANALISIS Bab ini berisi tentang studi analisis prosedur pembiayan pemilikan rumah (PPR) pada Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang
Salatiga
dan
cara
bagaimana
menganalisis
pembiayan pemilikan rumah (PPR) tersebut. BAB V
PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU Farika (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Aplikasi Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syariah Pada Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Ahmad Yani”, menyimpulkan bahwa : 1. Pada analisis yang diterapkan pada BMT Ahmad Yani menggunakan sistem scoring sehingga setiap kriteria ada nilainya. 2. Pelaksanaan pembiayaan pemilikan rumah pada BMT Ahmad Yani menggunakan dua pola chanelling dan pola executing. Pada pola chaneling ini pihak BMT hanya sebagai penyalur saja dan tanggung jawab ditanggung oleh pihak BMI, sedangkan pola excecuting pihak Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak hanya sebagai penyalur saja, tetapi juga bertanggung jawab penuh atas pembiayaan pemilikan rumah. Nurul (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Aplikasi 6c Dalam Analisis Pembiayaan Murabahah Di Bank Syariah Mandiri Cabang Malang” menyimpulkan bahwa : 1. Aplikasi yang ada di BSM Cabang Malang adalah benar-benar diterapkan dan dilapangan analisis 6C itu dikembangkan lagi menjadi 7A (Aspek hukum, aspek pasar & pemasaran, aspek Teknik produksi,
11
aspek manajemen, aspek jaminan, aspek keuangan, aspek sosial ekonomis AMDAL). 2. Adapaun permasalahan pembiayaan yang terjadi di BSM Cabang Malang telah diselesaikan dengan adanya model-model penyelamatan pembiayaan bermasalah. Berdasarkan pada penelitan terdahulu tersebut, maka perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dari segi judul peneliti menggunakan judul “Tinjauan Pelaksanaan Analisis Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada produk pembiayaan walaupun berbeda jenis dan kesamaan dalam menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
B. PENGERTIAN BANK SYARIAH 1. Karateristik Bank Syariah Dalam pengelolaan harta, prisnsip syariah islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus digunakan untuk hal-hal yang sifatnya produktif, terutama untuk kegiatan investasi yang merupakan landasan aktifitas ekonomi dalam masyarakat, namun menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga perantara antara masyarakat yang memiliki dana dan pengusaha yang memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga
12
perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dikenal dengan sebutan Bank syariah. Istilah yang digunakan untuk Bank syariah adalah Bank Islam. Secara akademik istilah syariah dan Islam memang mempunyai pengertian yang berbeda, namun secara teknis untuk penyebutan Bank Syariah dan Bank Islam adalah sama. Menurut Sumitro (2002:5) “Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam”. Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti bank yang tata cara beroprasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam. Yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Muamalat di sini memiliki pengertian yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun perorangan dengan masyarakat. Di Indonesia pengertian Bank Syariah dapat dilihat dalam Kerangka dasar penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah yang dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan bahwa “Bank Syariah
adalah
bank
yang
berazaskan
persaudaraan,
keadilan,
kemaslahatan, keseimbangan dan universalisme. Adapun menurut Perwata Atmadja dan Antonio (1992:1) Bank Syariah memiliki dua pengertian yaitu :
13
a. Bank yang beroprasi dengan prinsip-prinsip syariat Islam. b. Bank yang tata cara beroprasinya mengacu pada ketentuanketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian Bank Syariah itu tidak jauh berbeda dengan pengertian bank pada umumnya sesuai dengan pendapat peraturan kebijakan perbankan (2002:615) yaitu “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka mengangkat taraf hidup rakyat banyak”, namun di antara keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada prinsip operasionalnnya yang digunakan. Bank Syariah beroprasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Sedangkan bank konvensional berdasarkan prinsip bunga. Dengan kata lain syariah dalam hubungannya dengan nasabah adalah sebagai mitra investor
dan
pedagang
atau
pengusaha.
Sedangkan
pada
bank
konvensional sebagai kreditur dan debitur. Bank Syariah memiliki karateristik umum dan menjadi landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan yaitu prinsip bagi hasil atau untung sama untung yang akan didapatkan. Para pengguna jasa Bank Syariah akan sangat diberi kemudahan, dengan berbagai macam akad yang bisa dipergunakan. Produk-produknyapun sangat bervariasi, bahkan melebihi dari perbankan konvensional. Dalam menjalankan aktifitasnya, Bank Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi sebagai pengawas, penasehat dan
14
pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syari’ah dan pemimpin kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah dalam menjalankan segala aktifitasnya. Dan kemudian menjadi mediator antara bank dan Dewan Pengawas Syari’ah dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dan bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional. Disamping itu Dewan Pengawas syariah memiliki tugas mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syari’ah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.
2. Kegiatan Usaha Bank Syariah Dalam menjalankan usahanya, baik dari segi penghimpunan dan penyaluran dana, bank syariah mempunyai beberapa prinsip operasional yaitu : a. Penghimpunan Dana Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional yang digunakan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah wadiah, mudharabah dan prinsip lain yang seusai dengan syariah b. Penyaluran Dana Menurut Sugiawati, (2009:21) Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secar garis besar pembiayaan Bank Syariah terbagi dalam
15
tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu : 1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual-beli. Prinsip jual-beli adalah suatu prinsip yang menerapkan tata cara jual-beli. Dalam prinsip ini, bank mengangkat nasabah sebagai agen untuk melakukan pembelian barang atas nama bank. 2) Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah lain dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi bank. Prinsip ini bisa disebut dengan mark up yakni semacam biaya bank yang diperhitungkan secara lun sum dalam bentuk nominal di atas nilai pembiayaan (kredit) yang diterima nasabah penerima pembiayaan (kredit) dari bank. Biaya bank tersebut ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, prinsip ini adalah Murabahah Bai’i Bitsaman Ajil, Salam dan Istisna. 3) Transaksi yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil adalah suatu prinsip yang meliputi tata kerja pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha dapat terjadi antara nasabah dengan bank. Hasil usaha bank yang dibagikan ke pada nasabah penyimpan dana adalah laba usaha bank yang dihitung selama periode tertentu. Sedangkan hasil usaha
16
nasabah penerima dana yang dibagikan dengan bank adalah laba usaha yang dihasilkan nasbah penerima dana dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai oleh bank. Bagi hasil ini dilakukan setelah melewati suatu periode tertentu yang disepakati bersama dan setelah dikurangi pajak. Nasabah penerima dan, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, diwajibkan mengembalikan atas pembiayaan (kreditnya) secara mencicil atau seluruhnya pada saat jatuh tempo. Disamping itu, bank juga menyediakan jasa penitipan dana dalam bentuk simpanan giro yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali dengan cara pemindah bukuan, penutupan dan pentransferan. Produk Bank Syariah yang termasuk kelompok ini adalah Musyarakah dan Mudharabah. c. Jasa keuangan Aktifitas dalam jasa keuangan ini merupakan kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Prinsip yang digunakan dalam aktifitas ini adalah fee (jasa). Adapun jasa yang diberikan dapat berupa lalu lintas pembayaran, jual beli valuta asing, dan lain sebagainya.
3. Landasan Hukum Bank Syariah Landasan hukum operasional bank yang menggunakan sistem syariah hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak
17
terdapat rincian landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang jelas, hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan sepintas lalu, perkembangan perbankan pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat di operasikan oleh bank syariah dan memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah, seperti terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pasal 6 huruf m yang berbunyi: “Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan bank indonesia”. Terdapat juga dalam pasal 8 ayat (2) yang berbunyi : “Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia”.
18
C. Pembiayaan 1. Pengertian pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Bank Syari’ah, yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit unit. Sebenarnya banyak sekali pengertian tentang pembiayaan, namun penulis mencoba memberikan batasan pengertian pembiayaan. Definisi pembiayaan menurut beberapa pendapat: a. Anwar Muadib (2005 : 10) Pembiayaan mencakup dua pihak yaitu pemberi pinjaman dan penerima pinjaman yang mengadakan kesepakatan, yaitu pihak bank yang menyediakan dana dan pihak ke 2 (nasabah) mengelola dana untuk digunakan baik untuk suatu usaha ataupun untuk pembelian barang (konsumtif). b. Dalam UU No. 7 / 1992 Dipaparkan bahwa kredit (pembiayaan) merupakan penyediaan uang atau tagihan yang yang dapat dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan / kesepakatan pinjam-meminjam antara bank untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
19
c. Ade Nur setyanto (2008:8) Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan pinjaman
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan
pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain (nasabah) yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pengembalian imbalan. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan sebuah sistem kerja sama dalam bentuk penyediaan dana dari pihak pemilik dana di pinjamkan ke pihak yang membutuhkan dana untuk sesuatu keperluan, baik keperluan usaha maupun keperluan konsumtif dan pihak penerima dana wajib mengembalikan pinjaman dana sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan harus memberikan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pemilik dana dan penerima dana pinjaman. 2. Tujuan Pembiayaan Sebagai bagian upaya pelemparan dana (aktiva produktif) bank syari’ah, pemberian kredit dan pembiayaan bertujuan menghindari terjadinya idle money. Idle money merupakan suatu kondisi dimana banyak dana yang tidak mampu disalurkan, sehingga bank syari’ah sebagai mudhorib dan penyimpan sebagai shohibul maal akan mengalami kerugian . Dan pembiayaan secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
20
a.
Meningkatkan daya guna uang Para shohibul maal mendapatkan dananya pada bank syariah dalam bentuk tabungan deposito, giro serta bentuk lainnya. Dana tersebut oleh bank akan ditingkatkan daya, sehingga mampu meningkatkan
produktifitasnya.
Sebaliknya
mudhorib,
akan
menikmati fasilitas pembiayaan dari bank syari’ah guna meningkatkan modal usahanya. Dengan demikian, dana yang semula ditangan shohibul maal dan kemungkinan besar hanya diam, akan berputar untuk meningkatkan kapasitas usahanya. b. Meningkatkan daya guna barang 1) Produsen dengan bantuan bank syari’ah dapat meningkatkan kemampuan produksinya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi sehingga mampu merubah dan meningkatkan daya guna barang. 2) Produsen dapat mendistribusikan barang yang diproduksinya sampai kepada konsumen yang dibutuhkan. c.
Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan melalui berbagai rekening para pengusaha dapat menciptakan peredaran Uang Giral dan Uang Kartal.Semakin banyak dana yang mampu diserap oleh dunia usaha dan masyarakat berarti semakin meningkat pula jumlah uang yang beredar dimasyarakat.
21
d. Menimbulkan kegairahan berwirausaha Kendala
keterbatasan
modal,
dalam
memulai
atau
mengembangkan usanya dapat diatasi dengan adanya pembiayaan. Masyarakat
yang berpotensi mengembangkan usahanya dapat
bekerjasama atau bermitra dengan Bank Syari’ah untuk mencukupi modal usahanya. e. Menjaga stabilitas ekonomi nasional Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil maka masalah yang sering muncul meliputi: melambungnya inflasi, lesunya gairah ekspor, rendahnya nilai investasi serta masalah ekonomi mikro lainnya. Pembiayaan menjadi salah satu alternatif penting yang mampu mengendalikan
inflasi,
meningkatkan
ekspor
serta
memacu
tumbuhnya investasi. f. Meningkatkan pendapatan nasional Pembiayaan yang sudah dinikmati oleh para pengusaha akan mampu menciptakan produktifitas dan aktifitas ekonomi. Hal ini akan membawa
pada
peningkatan
pendapatan
dan
kemakmuran.
Meningkatnya pendapatan berartipula meningkatnya pendapatan pemerintah dari sektor pajak. Meningkatnya kegiatan ekspor dan impor berarti meningkatnya pula pendapatan pemerintah dari sektor devisa, cukai dan lain-lain.
22
g. Sebagai alat hubung ekonomi internasional Pemberian pembiayaan dan jaminan (garansi bank), akan mampu meningkatkan hubungan kerjasama perdagangan antara suatu negara dengan negara lain. Bahkan bagi pemerintah yang telah maju dalam sistem perbankan dapat membuka kantor cabangnya di negara lain.
3. Ciri dan Unsur Pembiayaan Adapun ciri-ciri pembiayaan yang terkandung dalam pemberian pembiayaan : a.
Adanya penyerahan uang tagihan atau barang-barang yang dapat menimbulkan tagihan.
b.
Didasarkan suatu akad perjanjian saling mempercayai
c.
Didalamnya terkandung kesepakatan pelunasan uang beserta margin atau bagi hasil.
d.
Didalam praktek dilakukan dengan dinyatakan dengan perjanjian tertulis. Sedangkan
unsur-unsur
pembiayaan
yang
terkandung
dalam
pemberian dalam suatu fasilitas pembiayaan menurut kasmir, (2004:99) a.
Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.
23
b. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masingmasing. c. Jangka waktu Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pinjaman yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit (pembiayaan) yang tidak memilik jangka waktu. d. Resiko Faktor resiko dapat muncul karena 2 hal yaitu : resiko yang dilakukan oleh nasabah yang tidak mampu membayar kreditnya (pembiayaanya), padahal sebenarnya mampu membayar dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu misal terjadi akibat musibah bencana alam, sehingga nasabah tidak mampu membayar. e. Balas jasa Akibat
dari
pemberian
pembiayaan,
tentu
saja
bank
mengharapkan suatu imbalan dalam jumlah tertentu (keuntungan) atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang dikenal dengan istilah bagi hasil.
24
4. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah a. Musyarokah Yang dimaksud musyarokah adalah akad kerjasama antara pihak bank dengan pihak lain dalam suatu usaha tertentu. Dimana masingmasing pihak menyertakan modal atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan keduanya (Muhammad Ridwan,2007 :66). b. Mudhorobah Mudhorobah merupakan akad kerjasama usaha dimana pihak pertama sebagai shahibul maal
menyediakan seluruh modal
sedangkan pihak lain sebagai pengelola atau mudharib. Keuntungan dari investasi ini dibagi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan bila terjadi kerugian, maka akan ditanggung shahibul maal selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib. Namun jika kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka mudharib yang berkewajiban menanggung kerugian (Muhammad Ridwan, 2007:69). c. Muzaroah Merupakan kerjasama antar pemilik tanah pertanian dengan petani penggarap, dimana pemilik lahan memberikan kepercayaan kepada petani untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagi hasil dari hasil panen (Muhammad Ridwan, 2007:77).
25
d. Murabahah Yang dimaksud dengan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini, penjual harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga pokok barang yang menjadi objek jual beli (Muhammad Ridwan, 2007:79). e. Ba’i bitsaman ajil Merupakan pembiayaan berakat jual beli, pembiayaan ini hampir sama dengan murabahah, namun waktu pengembaliannya dilakukan dengan cicilan jangka waktu yang lebih panjang. Pembagian keuntungan diperoleh dengan menaikan harga beli. (Muhammad Ridwan, 2007:79) f. Ba’i as-salam Yang dimaksud dengan ba’i as-salam adalah pemberian barang yang diserahkan kemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan dikemudian hari (Muhammad Ridwan, 2007:81). g. Ba’i Al-istisna Merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
Produsen
kemudian
mensubkotrakan
sesuai
dengan
sepesifikasi yang telah ditetapkan oleh pemesan. Setelah barang jadi,
26
barang dijual kepada pembeli terakhir dengan harga dan cara pembayran yang telah disepakati (Muhammad Ridwan, 2007: 33). h. Al ijarah Pembiayaan Al ijarah merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk menyewa barang yang diperlukan nasabah, kemudian pengembaliannya
dengan
cara
mengangsur
ditambah
dengan
keuntungan yang telah disepakati (Muhammad Ridwan, 2007: 84). i. Pembiayaan Qordul Hasan. Merupakan pembiayan berakad ibadah. Pembiayaan khusus yang diberikan kepada kaum dhuafa atau untuk kepentingan yang sifatnya
darurat.
Atas
kewajiban
sosial.
Nasabah
hanya
mengembalikan modal pokok pembiayaan (Muhammad Ridwan, 2007: 84). 5. Prosedur Pemberian Pembiayaan Sebelum nasabah memperoleh pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian dari pengajuan proposal pembiayaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai pembiayaan tersebut dicairkan. Tahapantahapan dalam pemberian pembiayaan ini dikenal dengan prosedur pemberian pembiayaan. Tujuan prosedur pemberian pembiayaan ini adalah untuk memastikan kelayakan suatu pinjaman, diterima atau ditolak.
27
Prosedur pemberian dan penilaian pembiayaan oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satunya dengan yang lain tidaklah jauh berbeda.Prosedur pembiayaan menurut Kasmir antara lain: a. Pengajuan proposal Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari suatu lembaga keuangan maka tahap yang pertama pemohon pinjaman mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal suatu pinjaman hendaknya berisi tentang: 1) Riwayat hidup suatu perusahaan 2) Tujuan pengambilan dalam hal ini harus jelas, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas prosuksi. 3) Besarnya pinjaman dan jangka waktu 4) Cara pemohon mengembalikan pinjaman, maksudnya dijelaskan secara detail 5) Jaminan pembiayaan, jaminan pembiayaan yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikan penilaian jaminan pinjaman haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, besarnya setiap jaminan pinjaman diikat dengan suatu asuransi tertentu. b. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan peminjam. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
28
berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam hal penyelidikan berkas hal-hal yang diperlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkasberkas yang ada c. Penilaian kelayakan bisnis Dalam penilaian layak atau tidak suatu pinjaman disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian pinjaman. Penilaian kelayakan suatu pinjaman dapat dilakukan dengan menggunakan 5C+1C dan 7P namun untuk pinjaman yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Adapun aspek-aspek yang perlu dinilai dalam memberikan suatu pinjaman adalah: 1) Aspek hukum, penilaian aspek hukum meliputi: a) Akta notaris b) Kartu tanda penduduk (KTP) c) Izin usaha d) Izin mendirikan bangunan e) Nomor pokok wajib pajak (NPWP) f) Sertifikat yang dimiliki g) Sertifikat barang yang akan dijaminkan 2) Aspek pasar dan pemasaran, dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha sekarang dan dimasa yang akan datang 3) Aspek keuangan
29
4) Aspek teknis operasi, dalam hal ini yang dinilai adalah masalah lokasi usaha, kelengkapan, letak gedung dan ruangan 5) Aspek
menejemen,
menilai
pengalaman
pinjaman
dalam
mengelola usahanya, seperti : sumber daya manusia yang dimiliki 6) Aspek AMDAL, apakah sudah memenuhi kriteria analisis dampak lingkungan terhadap darat, air, dan udara 7) Aspek ekonomi sosial, untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi masyarakat luas d. Wawancara pendahuluan Tahapan ini merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon peminjam, tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas tersebut sesuai dan sudah lengkap. e. Peninjauan lokasi Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dan hasil penyelidikan wawancara ke pada nasabah maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan lokasi yang akan menjadi obyek pinjaman / pembelian. Tujuan peninjauan ini adalah untuk memastikan bahwa obyek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang ditulis di dalam proposal. f. Wawancara pemantapan Hasil peninjauan kelapangan dicocokan dengan dokumen yang ada serta dalam wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan
30
berkas, jika mungkin ada kekurangan – kekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan langsung lapangan. g. Keputusan kredit Keputusan kredit adalah untuk menentukan apakah pinjaman layak diberikan atau ditolak, jika layak maka, dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan pembiayaan meliputi: 1) Akad pembiayaan yang akan ditandatangani 2) Jumlah uang yang harus dibayar 3) Jangka waktu 4) Jumlah uang yang diterima h. Penandatanganan akad pembiayaan, penandatanganan dilaksanakan oleh : 1) Antara bank dengan nasabah (peminjam) secara langsung 2) Melalui notaris i.
Realisasi pembiayaan Realisasi pembiayaan diberikan setelah penandatangan surat-surat yang diperlukan. Pencairan atau pengambilan uang di rekening sebagai realisasi dan pemberian pembiayaan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan pembiayaan.
6. Analisis pembiayan (kredit) Pembiaayan atau kredit adalah bisnis yang, beresiko di mana ada kemungkinan pembiayan yang diberikan tidak dapat tertagih (kredit
31
macet). Debitur (penerima pembiayaan) dapat mengemukakan sejuta alasan untuk itu. Di sisi lain bank harus membayar setiap rupiah dana masyarakat yang ditempatkan padanya. Apapun yang terjadi pada pembiayaan, bank tidak boleh tidak membayar dana masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, sudah seharusnya bank hanya memberikan pembiayaan (kredit) kepada debitur yang layak. Bank harus dapat mengendalikan risiko pembiayan yang diberikannya. Untuk itu, bank mengembangkan suatu proses seleksi untuk menyaring setiap proposal pembiaayan (kredit) yang masuk. Melalui proses tersebut diharapkan pembiayaan (kredit) yang diberikan adalah dengan kualitas bagus.
Prinsip-prinsip analisis pembiayaan (kredit) Penilaiaan kredit diberikan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Ada beberapa prinsip yang serign dilakukan yaitu dengan analisis 5 C + 1 C dan analisis 7 P. Prinsip pemberian pembiayaan dengan analisis 5 C + 1 C menurut Fianto, dkk, (2005:197-198) dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Character Merupakan faktor itikad baik untk melunasi pembiayaan yang diberikan, penilaian karakter calon debitur merupakan hal yang sangat sulit dilakukan.
32
b. Capacity Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya untuk dari pembiayaan yang telah diterimanya. Dengan penilaian ini bank akan melihat apakah calon debitur mempu melunasi kredit yang diterima dan apakah usahanya akan berkembanga kalau dibiayai oleh bank. c. Capital Yaitu dana atau modal yang dimiliki calon debitur dengan jumlah dana pembiayaan yang diberikan oleh bank. Kemampuan modal sendiri ini, merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan dari luar, dan dengan modal sendiri yang lebih besar maka pemilik atau calon nasabah akan benar-benar menjalankan usahanya. d. Collateral Yang dimaksud dengan collateral adalah barang jaminan yang diserahkan debitur kepada bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral bagi bank adalah sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan dari bank mengalami kegagalan atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi pembiayaan yang diterimanya. e. Condition Yaitu situasi dan kondisi perekonomian yang mempengaruhi kelancaran usaha debitur yang dibiayai oleh bank. Faktor- faktor yang
33
mempengaruhi kondisi perekonomian dapat dilihat baik secara makro maupun mikro perekonomian. Sehingga bank dalam penyaluran pembiayaan tidak akan melakukan analisis yang salah. f. Constrains Merupakan hambatan – hambatan dalam pembiayaan dan keterbatasan yang dapat timbul dalam pembiayaan. Sedangkan untuk penilaian dengan 7 P menurut Kasmir, (2004:124) adalah sebagai berikut : a. Personality Yaitu menilai dari segi kepribadian atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi nasabah. b. Party Yaitu mengklasifikasikan kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas pembiayaan (kredit) yang berbeda pula. c. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit
34
dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau tujuan untuk produktif. d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah mnguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
f. Profitability Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.
35
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri (BSM) Latar belakang didirikannya Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah dengan adanya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 tepatnya bulan Juli krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didorong oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat yang menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merekonstruksi dan merekapitalisasi sebagian bank Indonesia. Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut telah memungkinkan baik beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang syariah. PT. Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mandiri Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri pada tanggal 31 Juli 1999 rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi
36
bank syariah dengan nama Bank Syariah Sakinah diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (persero). PT. Bank Mandiri (persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah dengan keinginan PT. Bank Mandiri (persero) untuk membuka bank syariah, langkah awalnya adalah merubah anggaran dasar tentang nama Bank Susilo Bakti menjadi menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Notaris Ny. Machrani M. S, S.H, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999 kemudian melalui Akta No 23 tanggal 8 September 1999 notaris, nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia melalui surat keputusan Gubernur
Bank
Indonesia
No.1/24/KEP.BI/1999
telah
memberikan
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berupa prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti selanjutnya dengan surat keputusan deputi Gubernur Bank Indonesia No.1/1/KEP. Dir, pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia telah menyetujui Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah Mandiri (BSM), pada tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM). Kelahiran Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah usaha dari para perintis Bank Syariah di PT. Bank Susila Bakti dan menejemen PT. Bank Mandiri (persero) memandang pentingnya kehadiran Bank Syariah di lingkungan PT. Mandiri (persero). Bank Syariah Mandiri (BSM) hadir
37
sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Adapun untuk wilayah salatiga yaitu Bank Syari’ah Mandiri Salatiga berada di Ruko Diponegoro A6 A7 Jl. Diponegoro 77 Salatiga yang berdiri dan beroperasi pada tanggal 10 Januari 2011.
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM) 1. Visi Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. 2. Misi a.
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b.
Mengutamakan penghimpunan dana consumen dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.
c.
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.
d.
Mengembangkan nilai nilai syari’ah universal.
e.
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
38
C. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga (BSM) Organisasi dalam menjalankan usahanya melakukan aktivitas-aktivitas pokok agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Bank perlu adanya struktur organisasi yang tepat dan dapat dengan jelas membagi wewenang dan tanggung jawab seseorang yang ada dalam organisasi tersebut. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangka hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap organisasi selalu terdapat rangkaian hirarkhi atasan dan bawahan. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi BSM Salatiga masingmasing bagian.
39
KEPALA CABANG
DPK
(Sri Wiyono Aji Nugroho) PKP pelaksana Zulfikar yogi
Marketing Manager Operation Manager (Arief Yanuar)
Funding officer
Kantor kas
Funding officer
CS
Teller
(Johan Anton Permadi)
reni Mayasari
Pelaksana Marketing Suport
Yosep Sapari
Admin Pembiayaan
Zuhair
novitasari
Ganis yuanita
Pelaksa na D & C
Pelaksa na SDI & GA
Miranti Tyas Utami
Miranti Tyas Utami
(Haryanto)
Dewi
Rifqi aditya
KCP Pembantu
Gambar 3.1 Struktur organisasi BSM Cab Salatiga
Kantor kas
40
D. Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank Syariah Mandiri (BSM) menganut prinsip-prinsip operasi sebagai berikut: a. Prinsip keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan mengambil margin keuntungan yang disepakati bersama. b. Prinsip kemitraan Maksudnya
adalah
bahwa
Bank
Syariah
Mandiri
(BSM)
menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha, hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana. Nasabah pengguna dana maupun bank. Bank berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya. c. Prinsip keterbukaan Melalui
laporan
keuangan
bank
yang
terbuka
secara
berkesinambungan nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas menejemen bank. d. Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membedabedakan.
41
E. Produk-produk Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga 1. Produk pendanaan a. Tabungan BSM. Tabungan
dalam
mata
uang
rupiah
yang
penarikan
dan
penyetoranya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter BSM atau ATM. b. Tabungan Simpatik BSM. Tabungan dengan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. c. Tabungan Berencana BSM. Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. d. Tabungan Investa Cendekia BSM. Tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan jumplah setoran bulanan tetap dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi. e. Tabungan Mabrur BSM. Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dam umrah. f. Deposito BSM. Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan pringsip Mudharabah Muthlaqah.
42
g. Giro BSM. Sarana penyampanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelola berdasarkan pringsip Wadi’ah yad dhamanah. 2. Produk pembiayaan a. BSM Implan BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas. Peruntukkan: 1) Untuk pembelian barang konsumer (halal) 2) Untuk pembelian/memperoleh manfaat atas jasa (contoh: untuk biaya dana pendidikan). Akad Pembiayaan: 1) Untuk pembelian barang digunakan akad Wakalah wal Murabahah 2) Untuk
memperoleh
manfaat
akad Wakalah wal Ijarah.
atas
jasa
digunakan
43
b. Pembiayaan Talangan Haji Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. c.
Pembiayaan BSM Griya Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan Jangka pendek, menengah, atau memberikan yang Panjang untuk membiayai rumah Tinggal
(konsumer),
baru
maupun
Lingkungan pengembang maupun pengembang
bekas non ,
baik,
di
dengan
Sistem murabahah. Akad: 1)
Yang digunakan adalah akad akad murabahah
2)
Akad murabahah adalah akad jual beli bank yang murah antara nasabah, dimana bank membeli barang murah menjualnya Yang Dibutuhkan Kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah marjin keuntungan dengan yang disepakati.
d. Pembiayaan kendaraan bermotor BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem murabahah. Pembiayaan yang dapat dikategorikan sebagai PKB adalah:
1) Jenis kendaraan: Mobil dan motor 2) Kondisi kendaraan: Baru dan bekas..
44
Untuk kendaraan baru, jangka waktu pembiayaan hingga 5 tahun sedangkan kendaraan bekas hingga 10 tahun (dihitung termasuk usia kendaraan dan jangka waktu pembiayaan). Syarat & Ketentuan:
1) Pemohon
harus
mempunyai
pekerjaan
dan/atau
pendapatan yang tetap. 2) Usia pemohon pada saat pengajuan PKB minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas PKB. 3) Pengajuan PKB dapat dilakukan sendiri-sendiri atau koordinir secara kolektif oleh instansi dimana pemohon bekerja.
45
BAB IV ANALISIS
Sebelum sebuah pembiayaan (kredit) diberikan oleh bank ke pada nasabah, tentunya sudah melewati beberapa proses yang harus dilalui. Diantaranya adalah melalui prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh masing-masing bank agar nantinya bisa diputuskan layak disetujui atau tidak. Dan kemudian adalah analis dari pihak bank, sebelum pembiayaan diberikan tentunya seorang petugas pembiayaan membutuhkan banyak informasi untuk mengenal lebih dalam nasabahnya (debitur), hal ini juga sangat dibutuhkan dalam memutuskan apakah pengajuan pembiaayaan diterima atau ditolak. A. Prosedur Pembiayaan Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Yang Digunakan Oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Sesuai dengan standar prosedur yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri Salatiga dalam pengajuan pembiayaan (kredit), maka Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga memiliki proses dan prosedur pengajuan pembiayaan (kredit) sebagai berikut (SE No.:10/016/PEM,tanggal 22 Mei 2008) : 1. Pemberkasan (permohonan) Pemberkasan merupakan suatu tahap awal dalam pengajuan pembiayaan (kredit), pemberkasan meliputi berkas-berkas / dokumen-
46
dokumen
yang
dibutuhkan
sebagai
syarat
dalam
pengajuan
pembiayaan (kredit), pada tahap pemberkasan ini merupakan tahap awal bagi marketing lending untuk berkenalan dengan calon debitur (nasabah), sehingga pada kesempatan ini marketing lending bisa saja menanyakan beberapa hal penting mengenai calon debitur (nasabah), seperti : pekerjaan, penghasilan, jumlah tanggungan dan lain-lain yang dianggap penting dan bisa membantu informasi tentang keadaan debitur (nasabah). Setelah calon debitur (nasabah) memasukan berkas-berkas permohonan pembiayaan (kredit), maka marketing lending langsung memeriksa kelengkapan berkas tersebut, jika terdapat kekurangan maka marketing lending akan langsung memberitahukan kepada calon nasabah (debitur) untuk melengkapinya agar permohonan pembiayaan (kredit) cepat diproses. Kelengkapan syarat-syarat PPR pada Bank Syariah Mandiri Cabang (BSM) salatiga meliputi : a. Persyaratan 1) WNI cakap hukum 2) Usiah minimal 21 tahun dan maximal 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan / kredit 3) Maximum pembiayaan 80 % dari harga beli rumah (20 % sisanya dibeli dengan uang nasabah sendiri) 4) Besar angsuran tidak melebihi 40% dari penghasilan bulanan bersih
47
b. Dokumen yang diperlukan 1) Form permohonan pembiayaan pemilikan rumah 2) Foto copy KTP pemohon dan suami/istri pemohon (bila sudah menikah) 3) Foto copy Akta nikah (bila sudah ada) 4) Slip gaji dan surat keterangan dari instansi kerja 5) Foto copy buku tabungan 3 bulan terakhir 6) NPWP 7) Foto copy rekening listrik dan telpon 8) Foto copy SHM/SHGB 9) Foto Copy IMB dan denah bangunan 2. Investigasi Investigasi merupakan tahap lanjutan dari pemberkasan data nasbah, investigasi ini merupakan tahap kedua yang harus dilakukan, bila calon nasabha tidak memenuhi syarat, maka pembiayaan tidak dilanjutkan, bila memenuhi syarat akan berlanjut ke tahap berikutnya. Kegiatan ini nantinya akan dituangkan pada laporan investigasi. Investigasi ini meliputi : a. Penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan berkas. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah
48
tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan pembiayaan (kredit) dibatalkan saja. b. Wawancara awal Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dangan bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan calon nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serilek mungkin sehingga diharap hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikan si debitur berbicara lebih banyak, sehingga bank memperoleh informasi yang banyak pula. Kegiatan ini nantinya akan dituangkan pada laporan wawancara c. On the spot Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot hendaknya jangan diberitahukan kepada nasaabah. Sehingga apa yang kita lihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kegiatan ini akan dituangakan pada laporan taksasi, dan berkas jaminan / agunan. d. Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di
49
lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada on the spot apakah ada kesesuaian dengan mengandung suatu kebenaran. 3. Tahap analisa Analisa merupakan tahap lanjutan setelah investigasi, bila semua persyaratan telah lolos verivikasi dari investigasi. Analisa merupakan kegiatan suatu proses analisi pembiayaan ( kredit) dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan
pembiayaan
(kredit)
yang
wajar.
(http://dedemulyana.blogspot.com/2008/08/analisis-kredit.html). Kegiatan ini nantinya akan dituangkan pada Nota Analisa Pembiayaan Cabang. Sedikitnya ada beberapa aspek analisa yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga antara lain: a. Informasi pemohon 1) Informasi Nasabah Ini digunakan untuk mengetahui secara keseluruhan tentang bagaimana informasi nasabah.
2) Informasi bank Ini digunakan untuk mengetahui informasi nasabah dalam kegiatan pebankan, yakni informasi antar bank melalui
50
informasi BI Cheking. Nantinya akan diketahui bagaimana rekam jejak calon nasabah dalam kegiatan perbankan. b. Analisa aspek yuridis Analisa aspek yuridis ini meliputi 1) Legalitas pemohon 2) Legalitas permohonan pembiayaan c. Analisa aspek keuangan Analisa yang digunakan untuk mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah baik penghasilan, pengeluaran dan kemampuan berapa nantinya nasabah mampu membayar angsuran. d. Analisa aspek agunan (jaminan) Analisa tentang agunan (jaminan) tentang berapa nilai jaminan(agunan), layak atau tidak. e. Risiko dan mitigasi Untuk menilai dan mencegah 1) Resiko ketidak tertiban pembayaran angsuran tiap bulan Mitigasi :Monitoring angsuran tiap bulan, dengan meminta pembayaran angsuran tiap bulan 2) Resiko pembiayaan tidak digunakan sebagaimana tersebut dalam pengajuan Mitigasi :Dana pencairan pembiayaan langsung ditransfer ke rekening pemilik rumah (penjual rumah yang akan dibeli) 3) Resiko obyek jaminan terbakar dan nasabah meninggal dunia
51
Mitigasi :Obyek yang dijaminkan harus dicover dengan asuransi kebakaran dan asuransi jiwa nasabah dengan jangka waktu sampai jatuh tempo pembayaran f. Kesimpulan dan rekomendasi Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kesimpulan dan rekomendasi bank atas rencana rencana calon nasabah pembelian rumah, meliputi 1) Fasilitas pembiayaan 2) Syarat penandatangan akad 3) Syarat pencairan 4) Syarat lain-lain 5) Lain-lain (jika da pelanggaran) Dari uraian prosedur yang ada di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga bisa penulis amati bahwa sudah sesuai dengan teori-teori yang disajikan. Namun hanya saja prosedur itu cukup rumit dan panjang, diakarenakan minimnya sumber dayanya. Semua prosedur yang diterapkan hanya dikerjakan oleh satu staf, yakni staf marketing lending. Staf tersebut mengerjakan semua prosedur tersebut, dari mulai solisitasi hingga realisasi dan monitoring. Maka terkadang calon nasabah mengeluhkan betapa lamanya prosedur yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri
(BSM) Cabang
Salatiga. Terkadang hingga memakan waktu lebih dari 2 minggu sampai 1 bulan lamanya hanya untuk 1 calon nasabah. Namun demikian minat nasabah untuk mengajukan Pembiayaan Pemilikan Rumah tidaklah berkurang, namun
52
terus meningkat. Bahkan nasabah pun tidak hanya datang dari wilayah salatiga diantaranya seperti Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang bahkan juga ada yang dari Klaten dan Semarang (wawancara dengan marketing lending : Rifqi aditiya)
B. Analisis Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) yang diterapkan Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga Sesuai dengan UU Perbankan No. 10 tahun 1998 yang mengharuskan setiap bank mempunyai pedoman analisis guna menghindari resiko, maka Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga menerapkan pedoman analisis yang telah dikembangkan sendiri, tetapi pada initinya sama dan seperti yang biasa disebut dengan 5C + 6A dan aspek internal. Berikut ini penulis jelaskan tentang analisis 5C + 6A dan aspek intenal antara lain : 1. Character (karater) Karakter nasabah merupakan gerbang utama yang harus ditempuh dalam proses pembiayaan. Untuk mengetahui baik buruknya karakter nasabah, Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga, melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Verifikasi data, dilakukan dengan cara mempelajrai riwayat hidup nasabah b. Melakukan wawancara dengan nasabah, tetangga nasabah untuk mengetahui bagaimana karakter dari nasabah.
53
Dari proses wawancara ke pada nasabah ini biasanya pihak BSM Cab Salatiga baru bisa menilai dari karakter calon nasabah tersebut. Karakter tersebut misal : a. Dapat dipercaya Bisa dilihat dengan jawaban yang diberikan nasabah apakah sudah sesuai dengan data/persyaratan yang diberikan sebelumnya atau tidak. Bisa juga lewat bahasa tubuh calon nasabah tersebut. b. Ahklaknya Melalui rekomendasi tetangga / instansi dimana calon nasabah bekerja. c. Kemauan untuk membayar Tidak mempunyai pembiayaan di bank lain, dan dengan segera menyerahkan surat kuasa untuk pemotongan gaji. Dan berarti calon nasabah tersebut mempunyai kemauan untuk membayar. d. Konsisten Dapat dilihat dengan konsistennya pada nama, tanggal lahir, dan tanda tangan KTP, KK, Surat Nikah calon nasabah e. Tanggung jawab Dengan melihat riwayat pembiayaan calon nasabah masa lalu di bank lain, pernah terjasi telat bayar angsuran atau tidak, hal ini bisa dilihat melalui BI Cheking
54
2. Capacity (kemampuan) Kapasitas nasabah digunkan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam bekerja termasuk kemampuan dalam menghasilkan kas atau setara kas. Dalam hal ini, bank harus memperhatikan golongan
nasabah
pada
perusahaannya
tempat
ia
bekerja.
Kemampuan calon nasabah sangat menentukan dalam pelunasan pembiayaan nasabah tersebut. Jangan sampai calon nasabah tersebut menggunakan uang yang nasabah terima dengan berlebih-lebihan, agar nasabah tersebut dapat melunasi pembiayan dengan tepat waktu 3. Capital (modal) Analisa modal digunakan untuk mengetahui keyakinan nasabah terhadap usahanya sendiri. Oleh karena itu, untuk kepentingan tersebut BSM Cab Salatiga juga harus melakukan pengecekan terhadap slip gaji/penghasilan nasabah itu cukup buat mengangsur pembiayaan tiap bulan. 4. Colleteral (Jaminan) Jaminan utama adalah keyakinan tentang kemauan dan kemampuan dari pihak bank terhadap nasabah yang diberi pembiayaan. Bagi Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga yang dijadikan jaminan adalah rekomendasi dari perusahaan tempat nasabah bekerja dan berupa surat berharga seperti SHM/SHGB dan IMB sebagai alat pengamanan terhadap kemungkinan ketidak mampuan pihak debitur melunasi pembiayaan yang diterima.
55
5. Condition (kondisi) Analisa diarahkan untuk mengetahui kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak secara langsung berpengaruh terhadap pengangsuran pembiayan calon nasabah, seperti keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi adanya kredit macet nasabah dalam melakukan angsuran pembiayaan pemilikan rumah, misalnya : status nasabah sudah menikah apa belum, jumlah yang menjadi tanggungan dari nasabah tersebut. Selain itu, kondisi bisa dilihat dari : a. Cakap hukum b. Karyawan tetap / kondisi pekerjaan yang stabil c. Usia pemohon minimal 21 tahun dan pada saat jatuh tempo fasilitas usia maxsimal 55tahun dan belum pensiun (jika karyawan atau PNS) d. Belum
menikmati
fasilitas
pembiayaan
serupa
dari
pembiayaan lain e. Memperoleh rekomendasi dari instansi pekerjaan untuk memperoleh pembiayaan melalui bank. Selain metode 5C di atas, Pihak BSM Cab Salatiga ini juga menggunakan metode 5A yang anatar lain : 1. Aspek yuridis, analisa dilakukan terhadap legalitas calon nasabah pada perusahaan / instansi dimana calon nasabah bekerja. Legalitas yuridis ini meliputi :
56
a. Legalitas pendirian usaha, dalam hal ini berkaitan dengan perusahan telah berbadam hukum apa belum. b. Legalitas badan usaha, dalam hal ini akan dianalisis apakah instansi/perusahaan
tempat
nasabah
bekerja
termasuk
instansi/perusahaan yang aktif dan mempunyai prospek yang bagus apa tidak, dan cacat hukum atau tidak. c. Legalitas pengajuan permohonan pembiayaan, dalam hal ini dijelaskan
apakah
orang
yang
mengajukan
permohonan
pembiayaan adalah orang yang berhak bertindak secara hukum d. Pokok-pokok hukum syariah, untuk melihat apakah usaha yang dijalankan sesuai dengan hukum-hukum syariah atau tidak e. Legalitas data pendukung, hal-hal yang harus diperhatikan anatara lain : meneliti surat kuasa yang diberikan calon nasabah, meneliti keaslian KTP, Surat nikah, Slip gaji, dan SK. 2. Aspek menejemen, analisa dilakukan terhadap : a. Reputasi nasabah, yang dikenal baik atau buruk dimasyarakat b. Karakter nasabah dala pekerjaan, profesionalismenya. 3. Aspek teknis, analisa dengan mempertimbangkan : a. Kapasitas usaha : optimal, ekonomis, efisien dan efektif b. Sarana dan prasarana usaha, memenuhi semua syarat kenutuhuna untuk menunjang keberhasilan usaha c. Iklim usaha : sangat kondusif dan mendapat dukungan semua pihak
57
d. SDM : Kualitas SDM yang digunakan atas standar dan memenuhi kualifikasi sesuai bidang usaha e. Pengalaman usaha : sudah berapa lama usaha itu ditekuni f. Proses produksi : teknologi yang dipakai mempunyai pengaruh AMDAL atau tidak g. Manfaat terhadap lingkungan : berpengaruh signifikan terhadap lingkungan sekitar perusahaan dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan hidup, dll 4. Aspek keuangan, analisa keuangan dilakukan dengan menilai kemampuan nasabah dalam menghasilkan kas atau setara kas, analisa ini dilakukan per calon nasabah, penilaian ini aspek keuangan ini berdasarkan pendapatan atau slip gaji terakhir, mencukupi atau tidak jika gaji tersebut dipotong untuk angsuran pembiyaan. Angsuran pembiayaan pemilikan rumah ini tidak boleh melebihi 40% dari gaji calon nasabah tiap bulannya. 5. Aspek pemasaran, dalam hal ini dilakukan analisis terhadap pemasaran perusahaan yang merekomendasikan / usaha calon nasabah tersebut kepada BSM Cab Salatiga yang meliputi : a. Kondisi pasar b. Pangsa pasar c. Sistem menejemen pemasaran d. Target pemasran e. Prospek pemasaran
58
6. Aspek agunan, adalah aspek terakhir yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan pembelian rumah di BSM Cab Salatiga. Agunan yang nantinya akan diberikan ke pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam melakukan pembiayan pemilikan rumah ini adalah rumah yang nantinya akan jadi obyek jual beli. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa cukup panjangnya dan cukup ketatnya pihak bank menyeleksi setiap calon nasabahnya, agar terhidar dari kredit macet. Kegiatan inilah yang paling memakan waktu lama, terkadang tidak cukup dengan waktu 2 minggu. Semua ini kembali karena terbatasnya SDM dari bank, yang hanya marketing lending yang mengerjakan semuanya, dari awal sampai akhir.
59
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis dalam bab ini perlu mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperlukan. Kesimpulan dari analisa tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prosedur pembiayaan pemilikan rumah (PPR) Bank Syariah Mandiri Salatiga sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan namun prosedur itu masih tergolong rumit dan panjang, bahkan bisa memakan waktu lebih dari 2 minggu untuk menyelesaikan 1 calon nasabah, dikarenakan jumlah nasabah tak sebanding dengan jumlah karyawan yang mengurusi bidang pembiayaan pemilikan rumah. 2. Dari hasil wawancara marketing lending (Rifqi aditiya:15 Mei 2011) dan studi pustaka di Bank Syariah Mandiri Salatiga bahwa dapat dihasilkan kejelasan bahwa ada perbedaan sedikit dalam analisis pembiayaan ( kredit). Dalam bab IV ada perbedaan dengan teori yang telah dipaparkan dalam Bab sebelumnya di bab II yakni tidak menggunakan analisis personality, party, purpose, prospect, payment dan profitability, protection (7P), namun menggantinya dengan metode 5C (character, capacity, colleteral, capital, condition) dan menambah dengan analisis aspek yuridis, aspek menejemen, aspek teknis,
aspek keuangan dan aspek
60
pemasaran (5A). Namun analisa yang lainnya sudah sama dengan teori yang dipaparkan di bab II sebelumnya. Menurut hasil wawancara marketing lending (Rifqi aditiya :7 July 2011) menerangkan bahwa BSM Cabang Salatiga tidak menggunakan analisis 7P dikarenakan analisis tersebut cukup rumit dan panjang analisis tersebut dan tidak didukung dengan staf karyawan yang memadahi jumlahnya. Analisis 7P hanya digunakan untuk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) 3. Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga sangatlah selektif terhadap proposal yang masuk. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pembiayaan (kredit) macet. Alhasil menjadi suatu proses yang panjang dan rumit dalam pembiayaan yang ada di Bank Syariah Mandiri.
B. SARAN Agar dalam pengalokasian dana dalam pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan seusai dengan yang diharapkan atau bisa efektif dan efisien, maka perlu adanya : 1. Peningkatan etos kerja karyawan sehingga sangat diperlukan penyuluhan dan pembinaan kepada karyawan tentang peningkatan pelayanan kepada nasabah. 2. Meningkatkan atau menambah SDM agar di stiap bidang pekerjaan ada masing masing karyawan yang mengerjakan, misal bagian
61
marketing atau pemasaran dan bagian analisis ada sendiri, sehingga akan didapatkan hasil yang efektif dan efisien. 3. Sangat diperlukan adanya kemampuan bagian pembiayaan untuk lebih selektif dalam menilai nasabah antara lain ketika survei dan realisasi pembiayaan 4. Lebih ditingkatkan ketika monitoring pembiayaan yang sudah berjalan agar supaya tidak terjadi ketrlambatan angsuran dan mengganggu perputaran uang bank.
C. PENUTUP Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan tanpa ada halangan yang berarti. Demikianlah tugas akhir yang bisa penulis sajikan, apabila masih ada kekeliruan dan kekurangan, penulis mohon maaaf yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, penguji serta pembaca semuanya. Akhirnya saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini
DAFTAR PUSTAKA
Buku Laporan Pedoman Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004. http://dedemulyana.blogspot.com/2008/08/analisis-kredit.html
Karim, Adiwarman, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada : 2004 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet V , 2004. Latumeirissa, R Julius, Mengenal Aspek – Aspek Operasi Bank Umum, Jakarta : Bumi Aksara, 1999 Muhammad, Manajemen Bank Syariah AMPYKPN. Yogyakarta : 2005. Pandia, Frianto, dkk, Lembaga Keuangan, Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2005. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wattamwil, Yogyakarta, UII Prees,2004 Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta, EKONISIA UII : 2003 Surat Edaran Pembiayan Bank Syariah Mandiri Salatiga. Wawancara dengan staf Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga bagian marketing lending, saudara rifqi aditya, Yosep sapari, dan Zuhair
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Ryan Aditiya Wahyu Saputra
2. Jenis Kelamin
: Laki - laki
3. Tempat / Tgl Lahir : Kab. Semarang 07 Juli 1991 4. Agama
: Islam
5. Pendidikan
: 1. SD N BRINGIN II 2. SMP N 1 PABELAN 3. SMA N 1 BRINGIN 4. STAIN SALATIGA D3 Perbankan Syariah
6. Alamat
: Bringin RT 03 / 01 Bringin, Kec. Bringin, Kab. Semarang.