ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA
TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
Disusun oleh: Wawan Pambudi 201 11 017
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA
TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
Disusun oleh: Wawan Pambudi 201 11 017
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ABSTRAK Pambudi, Wawan. 2014. Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi D3 Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman, S.E., M.Si.
Kata kunci: Analisis, Kelayakan, Pembiayaan Pembiayaan adalah suatu bentuk akad kerjasama atau pemberian dana kepada nasabah untuk menjalankan usahanya dengan maksud usaha yang halal dan berguna bagi kesejahteraaan umat dan dengan memberikan bagi hasil sesuai porsi yang disepakati. Permasalahan yang dibahas yaitu analisis kelayakan pembiayaan di BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga dan langkahlangkah yang dilakukan BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang terjadi dalam pemberian pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan analisis kelayakan pembiayaan dan langkahlangkah untuk memitigasi yang dapat terjadi daalam pemberian pembiayaan. Dalam penelitian ini, menggunakan metode deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah studi pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam analisis kelayakan pembiayaan yang yang diterapkan di BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga sebagian besar sudah sesuai dengan teori, tetapi perlu lebih rinci menggunakan teori tersebut ke dalam praktik. Aspek yang digunakan BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga dan sudah sesuai antara lain (1) Aspek yuridis; (2) Aspek manajemen yang ada pada aspek karakter; (3) Aspek pemasaran; (4) Aspek keuangan. Sedangkan aspek yang perlu dilakukan lagi secara rinci dalam pemberian pembiayaan adalah (1) Aspek karakter yang ada pada aspek manajemen; (2) Aspek teknis; (3) aspek sosial ekonomi dan AMDAL; (4) Aspek jaminan. Dalam penelitian terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi dalam kelayakan pembiayaan yang diberikan, terdapat langkah-langkah yang sudah sesuai dengan teori yang ada pada BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga. Dalam penilaian kelayakan pembiayaan BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatigamenggunakan aspek 7A, yang belum dilakukan BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga yaitu teori perbankan syariah 5C+IS.
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada: STAIN Salatiga Bapak Masudi, Ibu Surani dan adik saya Ganang Pranoto Teman-teman DIII Perbankan Syariah angkatan 2011, serta seluruh sahabat penulis
MOTTO
HIDUP UNTUK BERMAKNA
ORANG LAIN LEBIH DIBANDINGKAN
HIDUP
UNTUK DIRI SENDIRI. KERJA KERAS, DOA DAN HATI YANG TULUS AKAN MENUJU SUKSES DI MASA DEPAN.
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah, karena atas petunjuk dan kehendakNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga” Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW atas kemuliaan Beliau yang selalu mengajarkan kesabaran bagi umatnya. Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Syariah Program DIII Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Suatu kebahagiaan dan kewajiban bagi penulis untuk menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung atas terselesaikannya Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung terutama bagi: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua STAIN Salatiga
2.
Bapak Benny Ridwan, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
3.
Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, M.Si. selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syariah
4.
Bapak Taufikur Rahman, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing penyusunan tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta kritikan agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
5. Bapak Geribaldi selaku Kepala Cabang, bapak Wisudoto Patria dan keluarga besar BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Salatiga yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan pemberian data yang diperlukan 6. Ayah, ibu tercinta dan adiku yang telah memberikan dorongan baik secara materi maupun non materi sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, dan juga untuk Dhea, Lucaz serta semua orang yang selalu dekat dan telah memberikan dorongan, semangat, bantuan serta doanya selama ini. 7. Sahabat-sahabatku DIII Perbankan Syariah angkatan 2011, terimakasih atas dukungan dan kisah-kisah seru selama 3 tahun ini. 8. Semua pihak yang telah meluangkan waktunya turut serta dalam penulisan Tugas Akhir ini hingga selesai. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Salatiga, 4 September 2014 Penulis
Wawan Pambudi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv ABSTRAK .................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi MOTTO ........................................................................................................ vii LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7 C. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................8 D. Pembatasan Masalah ......................................................................... 9 E. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9 F. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13 BAB II: LANDASAN TEORI A. Pembiayaan ............................................................................................ 15 1. Bank Syariah dan Funginya .............................................................. 15 2. Pengertian Pembiayaan ..................................................................... 15 3. Jenis - jenis Pembiayaan ................................................................... 16 4. Pengertian dan Fungsi Pembiayaan Modal Kerja ............................. 18 B. Analisis Pemberian Pembiayaan ............................................................ 27 1. Tujuan dan Analisis Pembiayaan ...................................................... 27 2. Prinsip - prinsip Pemberian Pembiayaan .......................................... 31 3. Dasar Interaksi Ekonomi Syariah Menurut Prinsip Syariah ............. 44 4. Manajemen Resiko Bank Syariah ..................................................... 46 5. Analisis 7A ........................................................................................ 49 6. Administrasi dan Prosedur Pembiayaan Bank Syariah ..................... 52 BAB III: LAPORAN OBJEK A. Lokasi Penelitian ................................................................................... 57 B. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................................... 57 1. Sejarah Bank Syariah Mandiri (BSM) ............................................. 57 2. Profil Perusahaan ............................................................................. 59 3. Visi dan Misi .................................................................................... 61 4. Struktur Organisasi ........................................................................... 62 5. Produk dan Jasa Pembiayaan ............................................................ 63
6. Produk Pembiayaan .......................................................................... 64 7. Layanan Jasa ..................................................................................... 67 BAB IV: ANALISIS A. Aspek Yang Dilihat dan Dipertimbangkan ....................................... 69 B. Resiko dan Mitigasi .......................................................................... 89 BAB V: KESIMPULAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 93 B. Saran ................................................................................................ 94 DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka ............................................................................................... 95 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1: Syarat pengajuan pembiayaan musyarakah di BSM ................... 22 Tabel 4.1: Highlight perkembangan usaha nasabah ..................................... 77
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1: Mekanisme Pembiayaan Musyarakah ..................................... 23 Gambar 3.1: Struktur organisasi BSM Cabang Salatiga .............................. 62 Gambar 4.1: Gambaran umum usaha nasabah ............................................. 79 Gambar 4.2: Analisa pemberian pembiayaan .............................................. 83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat menghimpun dan menyalurkan dana, baik dari perorangan maupun kelompok. Bank juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu bank juga dapat berfungsi sebagi tempat berbagai macam pembayaran seperti pembayaran pajak dan uang kuliah. Bank mempunyai tugas utama yaitu menghimpun dana masyarakat lalu menyalurkannya kepada masyarakat, penyaluran dana kepada masyarakat dapat melalui kredit. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bank bergerak di bidang keuangan, maka dari itu bank selalu berhubungan dengan keuangan dan tidak lepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang utama yaitu kegiatan funding atau menghimpun dana, yaitu bank bertindak sebagai penghimpun dana dari masyarakat seperti tabungan, giro dan lainnya. Kegiatan kedua yang dilakukan oleh bank yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk melakukan kegiatan usahanya atau sering disebut pinjaman yang dikenal dengan istilah kredit (lending) . Dalam kegiatan menyalurkan dana, bank mendapatkan hasil dana dari proses penghimpunan dana masyarakat lalu memutar dana tersebut kepada debitur untuk melakukan usahanya.
Menurut Kasmir (2009 : 26), dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Bank Syariah yaitu lembaga keuangan yang dalam operasionalnya menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai syariat Islam dan tidak memberatkan nasabahnya. Bank dengan sistem syariah menggunakan akad dan aspek legalitas yaitu dengan hukum Islam dan hukum positif, lembaga penyelesaian sengketa pada bank syariah menggunakan Badan Arbitrase Muamallat Indonesia (BAMUI), struktur organisasi dalam bank syariah meliputi Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Investasi dalam bank syariah harus halal dengan menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan sewa tujuannya untuk memperoleh profit secara syariah Islam dengan hubungan kemitraan dengan nasabahnya. Bank yang berdasarkan prinsip syariah tidak menggunakan bunga dalam memberikan jasa kepada nasabahnya. Di Bank Syariah jasa bank yang diberikan berupa pembiayaan yang berdasarkan bagi hasil, yang penerapan prinsip syariahnya sesuai dengan hukum Islam. Macam
pembiayaan
di
bank
syariah
meliputi
murabahah,
mudharabah, musyarakah, ijarah dan lainnya. Pembiayaan adalah pemberian dana kepada nasabah untuk menjalankan usahanya tersebut dengan maksud usaha yang halal dan berguna bagi kebaikan umat agar berjalan dengan lancar tanpa memberikan beban bunga kepada nasabah,
melainkan bagi hasil yang telah disepakati pada awal akad. Menurut Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2009 : 96). Dari pengertian diatas jelas bahwa pembiayaan adalah pinjaman uang yang diberikan kepada nasabah untuk usaha dibidang apapun yang halal dalam jenisnya. Untuk meyakinkan bank bahwa calon nasabah benarbenar dapat dipercaya, maka sebelum memberikan pembiayaan bank wajib menganalisis kredit dan usaha calon nasabah. Menurut Kasmir (2009 : 97), analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman. Bisnis dan usaha yang dibiayai bank syariah harus sesuai dengan kriteria syariah, oleh karena itu bank syariah
tidak
akan
membiayai
jenis
usaha
yang
menimbulkan
kemudharatan dan diharamkan. Menurut Gemala (2005 : 106), suatau pembiayaan dalam perbankan syariah tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya sebagai berikut : 1.
Apakah objek pembiayaan halal atau haram;
2.
Apakah proyek menimbulkan kemudharatan dalam masyarakat;
3.
Apakah proyek termasuk perbuatan yang melanggar kesusilaan;
4.
Apakah proyek berkaitan dengan perjudian;
5.
Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang ilegal;
6.
Apakah proyek merugikan syiar islam, baik secara langsung maupun tidak langsung; Dalam hal ini bank harus menggunakan analisis kredit untuk
mengetahui resiko pinjaman macet, tujuannya adalah untuk mengetahui kesanggupan dan kesungguhan calon nasabah tersebut untuk membayar pinjaman yang diberikan oleh bank sesuai dengan persyaratan atau pada akad.Analisis kredit ini juga dilakukan untuk mengetahuimasa lalucalon nasabah terhadap pembiayaan yang diajukan pada lembaga perbankan yang sebelumnya menangani usaha calon nasabah tersebut. Pejabat kredit bank harus dapat memberikan gambaran perkembangan usaha calon nasabah pada masa mendatang dengan data yang ada sekarang, termasuk dampak usaha yang dijalankan terhadap lingkungan, serta apakah pinjaman itu akan dibayar kembali sesuai akad. Bank harus menentukan resiko yang akan ditanggung dalam setiap kredit yang diberikan serta jumlah kredit yang dapat diberikan dengan mempertimbangkan resiko tersebut. Bagi petugas bank khususnya pada bagian pembiayaan perlu mempertimbangkan banyak faktor dalam menganalisis permohonan pembiayaan, diantaranya adalah dengan melihat dan menganalisa
kemampuan dan kesanggupan calon nasabah tersebut untuk membayar kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang telah diberikan dan disetujui kedua belah pihak. Menurut Darmawi (2011 : 106) faktor-faktor tersebut adalah : a. Untuk apa dana kredit itu akan dipergunakan oleh peminjam. b. Sumber dana yang primer untuk melunasi kredit itu. c. Sumber dana sekunder yang akan dipakai untuk membayar kembali kredit. Dengan mengetahui tujuan penggunaan kredit tersebut, akan mudah bagi analis kredit untuk memahami apakah permohonan itu wajar dan dapat diterima oleh pihak bank. Meskipun calon nasabah sudah menjelaskan penggunaan dana tersebut di atas kertas, pihak bank perlu menguji kelayakan usaha tersebut dengan metode 5 C yaitu : character, capacity, capital, collateral dan condition. Poin diatas dirasa sangat penting sebagai analisis kelayakan suatu usaha bagi bank yang akan memberikan pembiayaan kepada calon nasabah. Calon nasabah yang memiliki karakter baik, disiplin, tanggung jawab dan sepakat untuk melunasi kredit sesuai akad tentu saja bank akan memberikan kemudahan dalam proses pengajuan pembiayaan serta memberikan kepercayaanterhadap calon nasabah. Namun karakter tersebut tidak menjamin nasabah melunasi kreditnya sesuai akad, oleh karena itu seluruh aspek-aspek diatas harus dipenuhi agar dapat terjamin pembiayaan yang berkualitas bagi bank dan calon nasabah.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah teori-teori tersebut sudah dijalankan sepenuhnya dalam praktik perbankan syariah ? untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut perlu menyelidiki lebih lanjut agar memperoleh jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam kesempatan ini penulis akan mengkaji kelayakan pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga. Pada Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga sebagian besar analisis kelayakan pembiayaan adalah sama. Analisis kelayakan adalah proses ketepatan dalam mencari data yang akurat mengenai calon nasabah dan usaha yang akan dijalankan apakah memberi keuntungan atau tidak. Dengan melihat seberapa besar jaminan calon nasabah tersebut, serta layak atau tidak usaha tersebut dijalankan, mungkin pemberian pembiayaan mudah untuk dijalankan dan tidak menimbulkan resiko yang tinggi mengingat suatu jenis usaha pasti memberikan keuntungan. Namun tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki resiko, banyak hal yang harus dipenuhi dan diperhatikan untuk menghasilkan perkembangan pembiayaan yang berkualitas. Bank Syariah Mandiri menyadari pentingnya analisis kelayakan usaha calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan. Prosedur dan syaratsyarat terhadap pengajuan pembiayaan diharapkan mampu menghasilkan kesepakatan pembiayaan yang berkualitas dan terjamin. Selain prosedur yang dilakukan sesuai standar Bank Syariah Mandiri, analisis usaha dan calon nasabah sangat menentukan kualitas pembiayaan. Gagalnya suatu analisis pembiayaan akan menyebabkan kerugian yang akan menimpa
bank maupun calon nasabah. Secara keseluruhan Analisis kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga semuanya sama. Dirasa bank tidak akan menemui kesulitan pada pembiayaan ini, namun bank harus berhati-hati agar tidak merugi. Melalui penelitian tersebut dimaksudkan bank mampu mendeskripsikan syarat kelayakan usaha, syarat dan ketentuan dalam pengajuan pembiayaan. Sehingga calon nasabah lebih mudah memahami maksud dan tujuan dari analisa kelayakan usaha tersebut. Banyak calon nasabah yang belum memahami untuk apa studi kelayakan usaha dilakukan karena mereka beranggapan bahwa bank mudah mencairkan dana untuk pembiayaan yang diajukan. Maka dari itu, penelitian dan analisis mengenai kelayakan pembiayaan dirasa sangat menarik untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang “ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN
DI
BANK
SYARIAH
MANDIRI
CABANG
SALATIGA” B. Rumusan Masalah Dari berbagai latar belakang yang penulis sampaikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aspek apa yang dilihat dan dipertimbangkan dalam analisis kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga?
2. Mitigasi apa yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam meminimalisir resiko yang terjadi terhadap analisis pemberian pembiayaan ? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan a. Untuk mengetahui aspek-aspek yang digunakan dalam melakukan analisis kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. b. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga agar dapat meminimalisir risiko yang terjadi dalam pemberian pembiayaan. 2. Kegunaan a. Bagi Penulis Penelitian diharap mampu mengembangkan dan menerapkan teori yang telah diterima dalam bangku perkuliahan ke dalam praktik. Serta menambah kemampuan dalam menganalisa sebuah analisis kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, serta menumbuhkan sikap profesionalisme kerja yang berdasarkan teori ke praktik dan meningkatkan kemampuan berfikir dalam pemecahan masalah secara ilmiah. b. Bagi Akademisi Penelitian diharap dapat memberikan informasi dan berguna bagi akademisi mengenai kelayakan pembiayaan Di Bank Syarah Mandiri
dan praktik penganalisaannya dalam hal ini kelayakan suatu usaha. Sekaligus sebagai perbandingan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang dijalankan. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharap mampu menambah wawasan untuk masyarakat agar memahami tentang prosedur kelayakan suatu usaha, sehingga menjadi sebuah referensi baru dalam dunia perbankan. D. Pembatasan Masalah Analisis dalam penelitian ini dibatasi dalam hal kelayakan pembiayaan dan langkah-langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri untuk meminimalisir risiko dalam suatu kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga. E. Penelitian Terdahulu Hasil analisis yang dilakukan Pangesti, Ninda Wahyu (2013) dengan skripsinya yang berjudul “Analisis Kelayakan Agunan Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT Bismillah Sukorejo Kabupaten Kendal“ menjelaskan bahwa sebagai lembaga keuangan syariah, BMT Bismillah menyalurkan produk funding dan lending. Dari sekian produk pembiayaan yang disalurkan BMT Bismillah Sukorejo Kendal, produk pembiayaan dengan sistem jual beli (murabahah) merupakan produk yang diminati oleh nasabah. Karena dengan dengan produk ini nasabah dapat memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan usaha anggota. Murabahah ini berupa talangan dana atau pembelian barang yang dibutuhkan oleh anggota
dengan kewajiban mengembalikan talangan dana ditambah margin yang disepakati antara BMT dan anggota sesuai jangka waktu. Berbeda dengan Pangesti Ninda Wahyu, Dwi Woro Puspo Rianti (2013) dalam tugas akhirnya dengan judul “Analisis Pembiayaan Usaha Mikro Dan Kecil Melalui Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Palur Sukoharjo” menurut pendapatnya, kriteria yang dapat menerima Pembiayaan Mikro melalui Warung Mikro Bank Syariah Mandiri dengan Debt Sevive Ratio (DSR), dan Informasi Debitur Indonesia Bank Indonesia (IDI IBI) yang calon nasabah mempunyai pembiayaan dengan Kolektibilitas lancar maka proses pengajuan pembiayaan dapat diteruskan, dan Analisis Pemberian Pembiayaan terhadap Usaha Mikro dan Kecil melalui Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang Palur Surakarta dilakukan dengan berbasis 6C digunakan dalam mengetahui Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition, dan Compliance seorang debitur. Alat analisis ini dilakukan guna menentukan layak atau tidak kredit diberikan kepada debitur. Selain dua pendapat di atas, Apti Barkiyah (2007) juga memberikan pendapatnya melalui tugas akhir yang dibuat dengan judul “Prosedur Pemberian Pembiayaan Di BMT RAMA Salatiga” menurut dia prosedur pengajuan pembiayaan terdiri dari prosedur yang diterapkan oleh BMT RAMA dalam proses pengajuan pembiayaan
mudah dan tidak
mempersulit calon debitur, selanjutnya nasabah calon debitur cukup dengan menghadap customer service dalam pengajuan pembiayaan, dalam
pemberkasan
persyaratan
administratif,
calon
nasabah
dituntut
kelengkapannya dan keabsahannya (bisa menunjukan bukti bahwa barang yang dijaminkan merupakan hak milik pribadi) untuk bisa diproses lebih lanjut. Langkah-langkah pemberian pembiayaan yaitu dalam menerima pembiayaan pihak nasabah harus menempuh tahapan-tahapan analisis dan evaluasi, kemudian dalam proses analisis dan evaluasi diperlukan penyajian data-data yang riil mengenai usaha yang dijalankan. Pihak BMT RAMA bersikap dengan penuh kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan. F. Jenis Dan Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengani suatu fenomena atau kenyataan sosial. Dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk
verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan sutu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. 2. Metode pengumpulan data Agar dapat diperoleh data-data yang bisa diuji kebenarannya, nyata dan lengkap, maka peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut: a. Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca buku yang ada kaitannya dengan tema dan judul penelitian. Dalam hal ini penulis mengunakan teori untk membahas permasalahan yang ada, misal teori bank syariah, analisis kredit kelayakan usaha dan lainnya. b. Studi lapangan 1) Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, transkip, surat, arsip dan lainnya. Dalam dokumentasi yang diamati adalah benda mati, metode ini tidak terlalu sulit karena apabila terdapat kesalahan data, data tersebut masih tetap. Dari dokumen-dokumen yang ada peneliti akan memperoleh data tentang sejarah berdirinya, struktur organisasi, job discription, visi dan misi, kegiatan operasional, serta studi kelayakan pembiayan dan usaha yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 2) Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh data secara langsung melalui tanya jawab kepada pihak Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga tentang kelayakan pembiayaan yang terkait dengan pelaksanaan, analisis usaha, prinsip-prinsip pembiayaan dan data-data yang terkait lainnya. Dalam hal ini penyusun memperoleh narasumber dari bagian Marketing Lending. 3) Observasi Observasi adalah pengamatan secara sistemmatik pada objek penelitian menggunakan panca indra, metode observasi hasilnya lebih akurat dan terbukti, metode ini memusatkan pada kemampuan pengamatan dan mengingat. G. Sistematika Penulisan Penyusun membatasi susunan ini ke dalam lima bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, kerangka pemikiran, batasan masalah, objek penelitian, sistematika penulisan. Bab selanjutnya adalah landasan teori. Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian bank, pengertian pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, dan prosedur kelayakan pembiayaan. Bab ketiga adalah laporan objek. Dalam Bab ini diuraikan tentang sejarah objek penelitian dan susunan organisasi.
Bab keempat adalah Analisis Data. Dalam bab ini membahas mengenai tinjauan umum terhadap analisis kelayakan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, pengolahan dan analisis data, pembahasan. Bab terakhir adalah penutup. Dalam bab ini penyusun menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan diambil berdasarkan pada penelitian yang dilakukan melalui analisis data untuk mengetahui kelayakan pembiayan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Bank Syariah dan Fungsinya Bank syariah adalah lembaga keuangan yang operasionalnya menggunakan prinsip bagi hasil sesuai syariah Islam dan menghindari gharar, riba dan lainnya yang tidak diperbolehkan dalam hukum Islam. Menurut Wibowo dkk (2005:33) bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan tata cara operasionalnya
mengacu
kepada
ketentuan-ketentuan
Al-quran,
muamalah Islam dan hadis. Bank syariah memiliki fungsi pokok yaitu menerima simpanan dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa pengiriman uang dengan berdasarkan prinsip muamalah Islam. Selain bertujuan untuk mendapatkan keuntungan seperti bank umum lainnya, bank syariah juga memiliki tujaun dan fungsi menghimpun dana dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkan dana untuk masyarakat yang membutuhkan dana. 2. Pengertian pembiayaan Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak
lain
yang
mewajibkan
pihak
yang
dibiayai
untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2009:96). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan (Muhammad, 2005:17) 3. Jenis - jenis Pembiayaan a. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal seperti yang diungkapkan oleh Antonio (2001:160-161) sebagai berikut : 1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut, (1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi, Maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang. (2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. b. Berdasarkan jangka waktu pemberian, dibedakan dalam 1) pembiayaan jangka pendek yaitu pembiayaan dengan jangka waktu maksimal 1 tahun; 2) Pembiayaan jangka menengah yaitu pembiayaan dengan jangka waktu antara 1-10 tahun; 3) Pembiayaan jangka panjang yaitu pembiayaan dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun. c. Unsur Pembiayaan Menurut Kasmir (2009:98-99) unsur-unsur pembiayaan yang
terkandung
dalam
pemberian
suatu
usaha
fasilitas
pembiayaan adalah sebagai berikut : 1) Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit/pembiayaan (bank) bahwa pembiayaan yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu pada masa yang akan datang 2) Kesepakatan Antara si pemberi dengan penerima pembiayaan harus ada kesepakatan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing
kewajiban masing-masing.
pihak
menandatangani
hak
dan
3) Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4) Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu, dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja. Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. 5) Balas Jasa Balas jasa atau pada bank konvensional dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank syariah atas pembiayaan yang diberikan balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 4. Pengertian dan Fungsi Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja suatu perusahaan, misalnya untuk membiayai bahan baku, siklus/perputaran usaha, modal kerja, dan pembiayaan kontraktor. Fasilitas modal kerja merupakan pembiayaan
jangka pendek untuk membiayai kebutuhan modal kerja dalam siklus waktu tertentu maksimal 1 tahun. Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process), dan persediaan barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing),
pembiayaan
piutang
(receivable
financing),
dan
pembiayaan persediaan (inventory financing). Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja, dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan berupa bunga. Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan
uang,
melainkan
dengan
partnerhsip dengan nasabah, dimana bank
menjalin
hubungan
bertindak sebagai
penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut
dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi bagian bank (Antonio, 2001:161162). Pembiayaan modal kerja dalam bank syariah mandiri adalah fasilitas pembiayaan jangka pendek yang diberikan oleh bank syariah mandiri kepada pelaku usaha baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan modal kerja dalam siklus waktu tertentu maksimal 1 tahun. Fitur pembiayaan modal kerja bank syariah mandiri meliputi : a. Limit pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan. b. Pembiayaan dapat dalam mata uang rupiah dan US Dollar. c. Menggunakan prinsip bagi hasil dengan berdasarkan pada revenue sharing. d. Pembiayaan dapat bersifat revolving dan non revolving. e. Pengembalian pembiayaan yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha. f. Jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. Fungsi pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah adalah 1). Memberikan pembiayaan yang layak dan sesuai syariah Islam dengan
sistem bagi hasil; 2). Tidak memberatkan nasabah dalam membayar kembali pinjamannya dikarenakan angsuran tetap dari awal akad sampai pada akhir akad; 3). Membantu mensejahterakan umat melalui pembiayaan yang bebas riba dan berkualitas; 4). Membantu perkembangan ekonomi negara. Pembiayaan modal kerja yang dilakukan oleh bank syariah mandiri salatiga
pada
umumnya
menggunakan
prinsip
musyarakah,
pembiayaan khusus untuk modal kerja dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah
yang
disepakati.
Manfaat
pembiayaan
musyarakah di bank syariah mandiri ke dalam modal kerja yaitu lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil dan mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha. Fasilitas dalam pembiayaan musyarakah untuk modal kerja antara lain: a) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan atau sekaligus diakhir periode); b) Bagi hasil berdasarkan revenue sharing; c) Pembiayaan dapat berupa rupiah dan US Dollar. Persyaratan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja sebagai berikut:
Tabel 2.1 Syarat pengajuan pembiayaan musyarakah di BSM Badan Keterangan Identitas diri dan pasangan Kartu keluarga dan surat nikah Copy rekening bank 3 bulan terakhir Akte pendirian usaha Identitas pengurus Legalitas usaha
Perorangan Usaha -
V
-
V
V
V
V
-
V
-
V
V
Laporan keuangan 2 V tahun terakhir Past performance 2 V tahun terakhir Rencana usaha 12 V bulan yang akan datang Data obyek V pembiayaan Sumber : www.syariahmandiri.co.id
V V V V
Pembiayaan musyarakah menurut Nabhan (2008:71) yaitu akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dan pengelolaan bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan (biasanya didasarkan atas besarnya modal dan peran masing-masing pihak). Apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
Pembiayaan musyarakah dapat bersifat permanen dan dapat pula bersifat sementara.
Nasabah Parsial: Asset Value
Bank Syariah Parsial Pembiayaan Proyek Usaha
Keuntungan
Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)
Gambar 2.1 Mekanisme Pembiayaan Musyarakah Sumber : Data terolah Dalil-dalil
yang
menjadi
landasan
hukum
syariah
dalam
pembiayaan musyarakah : a. QS. Shad (38): 24: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” b. HR. Abu Daud dari Abu Hurairah: “Allah SWT. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.
Jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka’.” Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 mengatur mengenai pembiayaan musyarakah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut seperti yang dikemukakan Wirdyaningsih (2005:119121): 1) Ijab Kabul Ijab kabul yang dinyatakan oleh kedua pihak harus memperhatikan hal-hal dibawah : a) Penawaran
dan
penerimaan
harus
secara
rinci
menunjukan tujuan kontrak (akad); b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontak: c) Akad dituangkan secara tertulis menggunakan cara-cara modern. 2) Subjek Hukum Pihak yang melakukan kontrak harus mengerti hukum dan memperhatikan hal dibawah ini: a) Kompeten
dalam
memberikan
atau
diberikan
kekuasaan perwakilan. b) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
c) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal. d) Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah
diberi wewenang untuk melakukan aktivitas
musyarakah
dengan
memperhatikan
kepentingan
mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. e) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri. 3) Objek Akad Objek akad pada musyarakah terdiri dari modal, kerja,
keuntungan,
dan
kerugian.
Masing-masing
ditentukan sebagai berikut: a) Modal (1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. (2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan
atau
menghadiahkan
modal
musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. (3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, bank dapat meminta jaminan. b) Kerja (1) Partisipasi mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini mitra tersebut boleh menuntut bagian keuntungan tambahan dari dirinya. (2) Setiap
mitra
melaksanakan
kerja
dalam
musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya.
Kedudukan
masing-masing
dalam
organiasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak. c) Keuntungan (1) Keuntungan harus dijelaskan untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.
(2) Setiap
keuntungan
harus
dibagikan
secara
proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. (3) Seorang mitra boleh mengusulkan, bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan itu diberikan kepada mitra yang mengusulkan tersebut. (4) Sistem pembagian harus tertera jelas dalam akad. d) Kerugian Kerugian pada akad ini harus dibagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. 4) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama. B. Analisis Pemberian Pembiayaan 1. Tujuan dan Analisis Pembiayaan a. Pemberian pembiayaan bertujuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat agar dana yang terkumpul dari hasil penghimpunan dana dapat tersalurkan dengan baik dan tepat guna. Apabila banyak dana yang tidak mampu disalurkan oleh bank syariah, maka bank syariah dan penyimpan akan mengalami kerugian. Menurut buku yang ditulis oleh Ridwan (2007:95) tujuan pemberian pembiayaan dalam bank syariah dapat dibedakan menjadi dua, yakni tujuan
yang bersifat makro dan mikro. Tujuan makro dari pembiayaan meliputi: 1) Meningkatkan ekonomi umat; pemberian pembiayaan akan membuka akses yang lebih luas kepada dunia usaha untuk mendapatkan modal kerja dan atau investasinya, sehingga mampu
menampung
lebih
banyak
lapangan
kerja
dan
meningkatkan kemakmuran. 2) Meningkatkan produktifitas; pemberian pembiayaan akan mampu tumbuh pengusaha baru yang lebih produktif dan mampu meningkatkan gairah tumbuhnya sektor riil masyarakat. 3) Dapat membuka lapangan kerja baru; dana yang tersalur kepada masyarakat, akan dapat membuka lapangan kerja baru, karena meningkatnya produktifitas usaha, pada umumnya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja baru. 4) Terjadinya distribusi pendapatan; shahibul maal, sebagai pihak yang
memiliki
kelebihan
dana
dan
belum
mampu
memproduktifkan dananya sendiri, sangat membantu kepada mudharib yang memang membutuhkan tambahan modal usaha. Hubungan dua sisi ekonomi yang berbeda ini, akan mampu mendorong
terjadinya
distribusi
pendapatan
dan
akses
keuangan. Adapun secara mikro, pemberian pembiayaan dari bank syariah lebih bersifat internal bank. Tujuan tersebut meliputi:
a) Upaya memaksimalkan laba; bagaiamanapun juga bank syariah merupakan institusi bisnis, yang oleh karenanya, kinerja bank syariah
juga
diukur
dengan
indikator
laba.
Pemberian
pembiayaan yang sehat, akan akan meningkatkan kemampuan bank syariah menghasilkan laba. b) Menghindari terjadinya dana mengendap; dana yang masuk melalui berbagai rekening pada pasiva bank syariah, harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif, sehingga terjadi keseimbangan antara dana masuk dan dana keluar. Jika dana masuk terlalu besar dan tidak mampu diimbangi dengan penyalurannya, maka kondisi ini akan akan membawa kerugian bagi bank syariah dan penyimpan dana. Oleh sebab itu, pembiayaan bertujuan untuk menghindari terjadinya dana mengendap. b. Analisis Pembiayaan Pembiayaan adalah sumber utama bank syariah dalam memperoleh pendapatan, tetapi pembiayaan juga memiliki resiko terbesar dibandingkan penghimpunan dana, yang mengakibatkan kredit macet/pembiayaan bermasalah yang dapat menggangu operasional dan likuiditas bank syariah. Resiko pembiayaan bermasalah atau kredit macet dapat diminimalisir dengan melakukan analisis pembiayaan, tujuannya adalah untuk menilai kemampuan dan kesediaan debitur dalam mengembalikan pembiayaan serta
membayar bagi hasil sesuai akad. Melalui analisa pembiayaan, bank dapat memperkirakan tinggi dan rendahnya resiko yang akan ditanggung. Dengan demikian, pihak bank dapat memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan debitur diterima atau ditolak. Dalam melakukan evaluasi permintaan pembiayaan, analis pembiayaan harus meneliti beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada bank syariah. Analisis pembiayaan
merupakan
langkah
penting
untuk
realisasi
pembiayaan di bank syariah, analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pejabat pembiayaan di bank syariah dimaksudkan untuk: 1) Menilai kelayakan usaha calon peminjam 2) Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan 3) Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak Setelah tujuan analisis pembiayaan disepakati oleh pihak bank syariah maka dapat dilakukan pendekatan-pendekatan untuk analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan yang diterapkan oleh pengelola bank syariah yaitu: a) Pendekatan jaminan Dalam pendekatan ini bank selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh calon nasabah b) Pendekatan karakter Bank harus mencermati sungguh-sungguh karakter nasabah.
c) Pendekatan kemampuan pelunasan Bank menganalisis kemampuan nasabah dalam hal pelunasan pembiayaan dan bagi hasil yang telah disepakati. d) Pendekatan dengan studi kelayakan Bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam. e) Pendekatan fungi-fungsi bank Yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. 2.
Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan a. Prinsip 5C 1) Character Menggambarkan watak atau sifat calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank syariah bahwa sifat dari calon debitur tersebut dapat dipercaya dan benar-benar
mempunyai
keinginan
untuk
memenuhi
kewajiban membayar pinjaman hingga lunas. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang calon debitur baik pekerjaanya maupun kepribadiannya. 2) Capacity Analisis capacity ditujukan untuk menilai kemampuan calon debitur dalam membayar pembiayaan yang diberikan oleh bank, analisis ini juga dilakukan untuk melihat kemampuan
calon
debitur
dalam
mengelola
bisnisnya
serta
kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuan calon debitur dalam mengembalikan pembiayaan. Semakin banyak sumber pendapatan calon debitur maka semakin besar kemampuanya untuk membayar pembiayaan yang diperolehnya. 3) Capital Digunakan untuk melihat penggunaan modal calon debitur, apakah efektif atau tidak. Penggunaan modal tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melaukan pengukuran dari segi likuiditas, solvabilitas dan lainnya. Untuk usaha kecil yang tidak memiliki laporan keuangan maka pihak bank harus melakukan wawancara dan survei untuk menyusun sendiri perkiraan laporan keuangan sehingga diperoleh informasi yang cukup. Terdapat dua unsur dalam capital yaitu : (1) mempunyai sumber modal yang jelas dan tetap dan (2) penggunaan modal yang efektif. 4) Collateral Merupakan agunan atau jaminan yang diberikan calon debitur atas pembiayaan yang diajukan terhadap bank syariah. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua, agunan atau jaminan harus diteliti keabsahannya. Apabila debitur tidak dapat membayar angsuran maka kreditur dapat melakukan
eksekusi terhadap agunan. Agunan harus mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah pembiayaan yang diajukan, dapat dilihat keabsahannya dan memiliki nilai ekonomis. 5) Condition Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian, dalam pembiayaan harus menilai bagaimana kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing. Apabila kondisi perekonomian kurang stabil pembiayaan dalam sektor tertentu sebaiknya tidak diberikan terlebih dahulu, dikarenakan harus melihat prospek usaha debitur di masa yang akan datang. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu daerah. Unsur condition meliputi: usahanya lancar, mempunyai prospek di masa mendatang yang baik dan kondisi perekonomian (Kasmir, 2009:109). b. Investigasi Kelayakan Pembiayaan Dalam tahapan pem-rosesan pembiayaan di bank syariah kepada calon nasabah ada beberapa perbedaan, di antaranya jenis pembiayaan yang diproses termasuk pembiayaan produktif (investasi dan modal kerja) atau konsumer (pembelian mobil, rumah atau biaya pendidikan, dan lain-lain). Secara umum urutan pemrosesan pembiayaan di bank syariah
adalah
Solisitasi. Solisitasi merupakan tahap pencarian dan prospek
calon nasabah oleh marketing bank syariah. Tahapan ini tidak dipakai pada saat calon nasabah merupakan jenis nasabah walk in (calon nasabah datang ke bank syariah). Ketika marketing bank syariah melakukan solisitasi yang dilakukan adalah melakukan wawancara dengan calon nasabah, inti dari wawancara tersebut adalah mencari keyakinan apakah proses pengajuan pembiayaan calon nasabah tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Hal-hal utama yang harus diketahui oleh marketing bank syariah adalah: apakah sektor usaha calon nasabah, bagaimana model bisnisnya, bagaimana kompetensi dan pengalaman nasabah pada bisnis yang digeluti. Sektor usaha nasabah penting untuk diketahui karena masingmasing bank syariah biasanya memiliki rating sendiri terkait sektor usaha. Rating tersebut biasanya dibuat oleh bagian risk, dari hasil pengkategorian tersebut akan didapatkan beberapa kategori usaha mulai dari yang menarik dan tidak menarik. Marketing pembiayaan harus mencari dan memilih sektor pembiayaan
yang
menarik
untuk
dibiayai
(www.syariahmandiri.co.id). Hal kedua yang sangat penting untuk dipahami adalah bagaimana model bisnis calon nasabah, pemahaman model bisnis ini mutlak diperlukan karena dengan memahaminya bisa diidentifikasi
resiko-resiko
yang
mungkin
akan
muncul
dikemudian hari. Pembiayaan berkaitan erat dengan cara memitigasi resiko, resiko tidak mungkin dihindarkan di dalam bisnis,
tetapi yang
terpenting
bagaimana
bank
syariah
memitigasi-mitigasi atas resiko tersebut. Setelah melakukan wawancara marketing harus mampu memberikan jawaban kepada calon nasabah apakah proses solisitasi dapat terus dilanjutkan ke proses selanjutnya. Namun proses tersebut tidak berhenti sampai dengan wawancara pertama kali, tahap selanjutnya agar wawancara tersebut dapat meyakinkan bank maka pihak bank wajib meminta kelengkapan dokumen/data dari nasabah (www.syariahmandiri.co.id). Hal yang terpenting adalah mengetahui karakter masa lalu calon nasabah melalui jenis-jenis metode seperti wawancara dengan kompetitor, karyawan dan suplier. Setelah wawancara dilakukan, tahap selanjutnya adalah meneliti dokumen CV tersebut, riwayat kerja dan setelah itu pihak bank harus melakukan verifikasi lagi ke tempat kerja atau usaha yang akan diajukan oleh calon nasabah. Bank syariah mandiri melakukan investigasi karakter calon nasabah dengan menggunakan beberapa tahapan di antaranya trade checking, BI checking, bank checking dan daftar hitam nasional. c. Trade Checking
Trade checking yaitu investigasi atau analisa calon karakter nasabah melalui wawancara dengan kompetitor usaha tersebut, karyawan, suplier maupun buyer. Setelah wawancara dilakukan tahap berikutnya dalam trade checking adalah analisa dilakukan untuk mengetahui jejak rekam nasabah dalam berhubungan dengan para klien-nya, baik bouwheer/konsumen maupun para supplier.
Bouwheer
adalah
pihak
yang
memberikan
proyek/pekerjaan kepada nasabah untuk dikerjakan, sedangkan supplier adalah pihak yang men-supply barang/bahan kepada nasabah untuk mengerjakan proyek yang diberikan oleh bouwheer. Hal yang perlu diketahui dan di-cek ketika melakukan konfirmasi ke bouwheer diantaranya adalah: 1) Apakah benar nasabah telah memperoleh proyek dari pihak bouwheer,
hal
tersebut
untuk
meyakini
bahwa
pekerjaan/proyek tersebut tidak fiktif. 2) Bagaiamana track record nasabah dalam mengerjakan proyek yang diberikan selama ini, apakah selalu mengerjakan dan menyelesaikan proyek tepat waktu atau tidak dan bagaimana kualitas pekerjaannya selama ini. Poin kedua ini ditanyakan kepada bouwheer-bouwheer yang sudah pernah berhubungan dengan nasabah sebelumnya unuk pengerjaan proyek-proyek. 3) Konfirmasi terhadap isi perjanjian kontrak yang penting, misalnya terkait jangka waktu, hak dan kewajiban masing-
masing pihak, bagaimana aturan dan konsekuensi ketika nasabah tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai yang diperjanjikan. Sedangkan hal-hal yang perlu diketahui dan dicek ketika melakukan konfirmasi ke supplier terutama mengenai bagaimana track record nasabah dalam melakukan pembayaran ke para supplier, apakah selalu tepat waktu atau terkadang terlambat. Apabila nasabah pernah melakukan keterlambatan pembayaran maka bank harus mengetahui sebab keterlambatan tersebut, apakah nasabah sedang mengalami kekurangan cash atau nasabah sedang menunggu pembayaran dari bouwheer (www.syariahmandiri.co.id). d. BI Checking Proses pengecekan oleh bank terhadap suatu system yang disebut sistem informasi debitur (SID) yang dikelola oleh bank Indonesia. Output dari sistem informasi debitur (SID) disebut informasi debitur individual. Melalui BI checking dapat diperoleh
data-data yang akurat seperti riwayat pembiayaan
calon nasabah, klasifikasi BI checking menghasilkan laporan antara: lain lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Apabila calon nasabah tergolong dalam kredit macet maka akan terdapat keterangan blacklist oleh bank, BI checking hanya bisa diakses oleh bank yang terhimpun dalam anggota SID dan tidak sembarang orang bisa mengakses BI
checking tersebut karena terdapat kode bank dan kode cabang. Dari informasi BI checking dapat diketahui riwayat pembiayaan calon nasabah meliputi kelancaran pembiayaan sebelumnya yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank lain yang digolongkan ke dalam beberapa kriteria, yaitu: lancar, kurang lancar dan macet. Laman BI checking diperbaharui setiap harinya oleh setiap user sehingga keakuratan situs ini tidak diragukan. Jadi yang disebut BI checking adalah sebuah proses permintaan data ke bank Indonesia. Data yang dimaksud adalah data yang terkait track record calon nasabah di perbankan, dalam laporan BI checking, bank syariah dapat mengetahui beberapa hal penting sebagai berikut: 1) Apakah calon nasabah pernah atau sedang memiliki fasilitas kredit dari bank lain. 2) Fasilitas kredit apa saja dan dari bank mana saja yang sedang diperoleh. 3) Berapa plafon dan sisa dari kredit yang sedang diterima. 4) Bagaiamana kondisi pembayaran kewajiban setiap bulannya selama 2 tahun terakhir, apakah selalu lancar ataukah pernah sesekali terlambat bahkan menunggak. 5) Jenis jaminan atas kredit yang diterima calon nasabah. 6) Jangka waktu kredit.
7) Bagaiamana status terakhir dari fasilitas kredit calon nasabah di bank lain, apakah dalam kondisi lancar atau menunggak bahkan macet. Dengan melihat hasil BI checking bank syariah akan menentukan langkah selanjutnya, apakah dapat diproses lebih lanjut atau tidak. Dalam hal terjadi tunggakan, bank syariah akan melakukan klarifikasi ke calon nasabah. Klarifikasi yang dilakukan diantaranya meliputi kebenaran data BI checking tersebut apakah penyebab calon nasabah menunggak dalam membayar angsuran, apabila ternyata penyebabnya tidak dapat dijelaskan dengan baik oleh calon nasabah dan terkesan ada yang disembunyikan atau bahkan memberikan keterangan palsu maka
bank
syariah
hampir
pasti
akan
menolak
dan
menghentikan proses pembiayaan yang diajukan. Namun apabila calon nasabah mampu meyakinkan bank syariah serta memberikan informasi yang jujur dan terbuka tentang tunggakan angsurannya, bank syariah akan membawanya kepada komite pembiayaan. Setiap bank syariah mempunyai analisis sendiri, jadi apabila di salah satu bank syariah ditolak belum tentu di bank syariah lain juga ditolak, semua itu tergantung komite pembiayaan masing-masing (www.syariahmandiri.co.id). e. Bank Checking
Bank checking biasanya dilakukan pada beberapa case antara lain: 1) Permohonan pembiayaan untuk take over kredit dari bank lain, atau 2) Fasilitas kredit yang akan di take over tidak muncul dalam hasil laporan BI checking. 3) Terdapat fasilitas kredit di bank lain yang tertera di laporan keuangan nasabah tetapi tidak muncul di BI checking, meskipun fasilitas tersebut bukan fasilitas yang akan di take over. Bank checking tidak dapat dijadikan patokan utama dalam memperoleh informasi terkait status kredit calon nasabah, bank checking biasanya merupakan alternatif terakhir untuk dilakukan karena validitas informasinya masih perlu didalami dan harus di cross-check. Terkait bank checking ada langkah lain untuk memperoleh informasi yang akurat, langkah tersebut bisa dilakukan dengan menghubungi rekan sesama banker di bank lain yang tentunya sudah saling percaya. Cara ini lebih efektif meskipun tidak dilakukan secara tertulis, oleh karena itu kerjasama yang baik antar sesama banker harus dijalin dengan baik sehingga dapat memperoleh informasi yang baik dan berguna serta bukan rahasia (pembiayaanku.wordpress.com).
masing-masing
perusahaan
f. Daftar Hitam Nasional Daftar hitam nasional perlu dilakukan untuk mengidentifikasi calon nasabah yang akan melakukan pengajuan pembiayaan di bank syariah. Setelah trade checking, BI checking dan bank checking dilakukan, tahap selanjutnya adalah DHN. DHN adalah black list daftar nama nasabah perseorangan atau perusahaan yang terkena sanksi karena telah melakukan tindakan tertentu yang merugikan bank dan masyarakat, misalnya seseorang atau perusahaan yang melakukan penarikan cek kosong (www.mediabpr.com). g. Evaluasi Pasar dan aspek-aspek analisis Kemampuan
perusahaan
menciptakan
dana
utuk
mengembalikan
pembiayaan
sangat
dipengaruhi
oleh
keberhasilan pemasaran hasil produksi, semakin maju dan berhasil pemasaran hasil produksi akan semakin besar kemampuan perusahaan meningkatkan jumlah penjualan dan keuntungan mereka. Aspek yang perlu dilihat oleh analis pembiayaan bank syariah antara lain: 1) Internal,
strategi
pemasaran
perusahaan
melalui
(marketing mix) yaitu: a) Products (produk yang dihasilkan perusahaan) b) Place (strategi distribusi produk) c) Price (strategi harga penjualan produk)
4P
d) Promotion (strategi promosi produk) 2) Eksternal, berupa: a) Perkembangan kehidupan ekonomi umum b) Perkembangan keadaan politik negara c) Perkembangan suasana persaingan pasar d) Peraturan atau keputusan pemerintah h. Evaluasi manajemen perusahaan Manajemen menentukan perkembangan
merupakan dalam
faktor
produksi
memelihara
perusahaan.
Macam
yang
saling
kelangsungan
dan
kriteria
pokok
yag
digunakan oleh bank maupun para analisis pembiayaan untuk menilai
kemampuan
calon
nasabah
dalam
mengelola
perusahaannya yaitu: 1) Usia perusahaan 2) Kualifikasi dan kekompakan kerja 3) Kedudukan perusahaan di pasar 4) Kemampuan mengelola harta perusahaan 5) Kemampuan mengelola sumber daya manusia 6) Kemampuan memperoleh keuntungan 7) Analisis kondisi keuangan Tujuan evaluasi kondisi keuangan calon nasabah adalah: a) Kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan b) Struktur pendanaan operasi perusahaan
c) Kemampuan unuk melunasi pinjaman yang jatuh tempo d) Efisiensi pengelolaan harta perusahaan untuk masa lampau Keempat evaluasi keuangan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan neraca dan laba rugi perusahaan tersebut, analisa laporan keuangan dan proyeksi arus kas calon debitur. Untuk analisis laporan keuangan didasarkan pada rasio-rasio keuangan perusahaan, rasio keuangan yang biasa dipakai diantaranya: (1) Profiitability ratios, memperbandingkan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan setiap masa tertentu dengan hasil penjualan atau investasi dana dalam perusahaan. (2) Financial leverage ratios, memberikan indikasi tentang dua hal yaitu: (a) Bagaimana perbandingan resiko yang ditanggung kreditur (pemberi pembiayaan) dan pemegang saham dalam mendanai operasional perusahaan. (b) Bagaimana
kemampuan
jangka
panjang
debitur
(penerima pembiayaan) dalam pembayaran angsuran dan margin keuntungan atau bagi hasil kepada pihak bank. (3) Financial liquidity ratios, dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang mereka yang akan jatuh tempo.
(4) Activity’s performance ratios, menilai bagaimana efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola berbagai macam harta operasional perusahaan (pembiayaanku.wordpress.com). 3. Dasar Interaksi Ekonomi Syariah Menurut Prinsip Syariah Penelitian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang dijalankan benar benar usaha yang tidak melanggar syariah. Berikut ini adalah prinsip-prinsip landasan dalam bermuamalah, hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi yang dilakukan sah atau tidak. a. Tadlis, tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. b. Gharar Transaksi gharar memiliki kemiripan dengan tadlis, dalam tadlis ketiadaan informasi terjadi pada salah satu pihak, sedangkan dalam gharar ketiadaan informasi terjadi pada kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli. c. Bai’Ikhtiar Bai’ikhtiar merupakan bentuk lain dari transaksi jual beli yang dilarang oleh syariah Islam. Ikhtiar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun. Dengan demikian, penjual akan memperoleh keuntungan yang besar karena dapat menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga
sebelum kelangkaan terjadi. Pelarangan tindakan ini selain memiliki dalil naqli, juga didasarkan atas kaidah fikih terkait dengan keharusan memelihara nilai keadilan serta menghindari unsur-unsur
penganiayaan
dan
unsur-unsur
pengambilan
kesempatan dalam kesempitan. d. Bai’Najasy Bai’najasy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolaholah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual produk akan naik. e. Maysir Ulama dan fuqaha mendefinisikan maysir (judi) sebagai sebuah permainan di mana satu pihak akan memperoleh keuntungan sementara pihak lainnya akan menderita kerugian (Ibnu Qudama: Al Mughni, 13/408). Contoh penerapan larangan maysir pada keuangan syariah adalah larangan untuk memberikan pembiayaan pada bisnis yang mengandung unsur judi. Contoh penerapan lain adalah larangan pada bank syariah untuk menjadikan uang sebagai instrumen
spekulasi
dan
mendapatkan
keuntungan
dari
ketidakstabilan nilai tukar mata uang. f. Riba Secara bahasa riba bermakna tambahan, tumbuh atau membesar. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut (Yaya dkk, 2009:40-43). 4. Manajemen Resiko Bank Syariah Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Resiko-resiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifiksi, mengukur, memantau, dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usaha. Itulah yang disebut manajemen resiko (Karim, 2004:255). Manajemen
resiko
bank
syariah
berbeda
dengan
bank
konvensional, pada bank syariah jenis-jenis resiko yang khas dan tidak dimiliki bank konvensional sangat diutamakan, secara garis besar perbedaannya hanyalah aspek yang dinilai. Secara garis besar jenisjenis resiko perbankan dapat dibagi menjadi berikut: a. Resiko kredit Menurut yang dikemukakan Silvanita (2009:28) resiko kredit adalah resiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan, pengurangan pembayaran bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak membayar pinjaman sama sekali. Resiko kredit muncul karena adanya pilihan merugikan dan bahaya moral
dari peminjam. Peminjam dengan resiko tinggilah yang paling mau untuk meminjam karena mengharapkan pengembalian yang tinggi, dan untuk mendapatkannya mereka melakukan pilihan merugikan. Setelah memperoleh pinjaman, masalah bahaya moral muncul karena peminjam memiliki insentif untuk menginvestasikan dana pinjamannya
ke
investasi
yang
menurutnya
memberikan
pengembalian yang tinggi. Pemberian kredit yang sehat akan berpengaruh baik terhadap kelancaran pengembalian kredit oleh nasabah atas pinjaman pokok dan bunga, ketidaklancaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga aka menurunkan kinerja bank. b. Resiko likuiditas Resiko likuiditas terjadi karena adanya penarikan dana yang serentak atau cukup besar diluar perhitungan bank yang dapat mengakibatkan bank mengalami kebangkrutan. Resiko ini dapat disebabkan oleh kesalahaan dalam
manajemen aset
yaitu
melakukan investasi yang mempunyai resiko tinggi dan kesalahan dalam manajemen modal, yaitu modal yang dimiliki bank terlalu rendah. c. Resiko Ekonomi Kondisi perekonomian global maupun daerah yang secara langsung akan mempengaruhi siklus usaha perbankan dalam perkreditan dan penghimpunan dana dari nasabah.
d. Resiko perubahan kebijakan pemerintah Resiko ini akibat kebijakan pemerintah pada bidang fiskal, moneter, dan perbankan yang dapat berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan ekonomi negara. e. Resiko operasional Resiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, human error, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Resiko ini juga dapat terjadi karena kesalahan manajemen. f. Resiko persaingan Apabila bank syariah tidak mampu mengantisipasi persaingan maka akan mengakibatkan menurunnya pangsa pasar yang telah dimiliki sehingga akan mengurangi pendapatan bank. g. Resiko valuta asing Sebagai bank devisa, bank mempunyai transaksi mata uang asing, sedangkan nilai harga dapat naik dan turun dikarenakan beberapa faktor.
Kesalahan
ketidaktetapan
harga
dalam nilai
memprediksi
naik
turun
dan
tukar
uang
asing
akan
mata
mengakibatkan kerugian pada bank. h. Resiko ketidakcukupan modal Apabila terjadi peningkatan aktiva berisiko dan pembelian aktiva tetap, maka akan mengurangi produktivitas aktiva. Hal ini dapat
mempengaruhi laba bank yang merupakan modal sendiri. Apabila ketentuan rasio kecukupan modal tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank. i. Resiko teknologi Keterlambatan
mengantisipasi
kemajuan
teknologi
dapat
mengurangi kemampuan bank untuk bersaing dalam pelayanan kepada nasabah. Tetapi penggunaan teknologi sangat rentan terhadap kejahatan terhadap perbankan apabila tidak didukung dengan sistem pengamanan yang baik (Darmawi, 2011:18). 5. Analisis 7A Unuk menganalisis sebuah kelayakan pembiayaan, baik dalam bank konvensional maupun bank syariah tidaklah cukup menggunakan sistem analisis seperti yang dibahas sebelumnya. Dalam praktek Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga menggunakan analisis 7A, aspek ini meliputi 7 penilaian kredit atau dalam hal ini kita sebut sebagai pembiayaan. Penilaian dengan 7 aspek ini disebut sebagai studi kelayakan usaha yang meliputi: a. Aspek Yuridis/Hukum Dalam aspek ini akan dinilai masalah legalitas usaha badan usaha tersebut serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang akan mengajukan pembiayaan. Penilaian ini meliputi keabsahan dan kesempurnaan akta pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa saja pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Selain
itu juga harus diteliti tahun berdiri usaha, akta pendirian, legalitas usaha dan keabsahan dokumen atau surat-surat penting lain seperti: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Usaha Industri (SIUI), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) ataupun akta perubahan. b. Aspek Karakter dan Manajemen Aspek karakter digunakan untuk mengetahui masa lalu calon nasabah dalam mengelola usahanya. Aspek karakter dapat diketahui dari hasil wawancara, BI checking, bank checking dan trade checking. Sedangkan aspek manajemen digunakan untuk menilai struktur organisasi
perusahaan,
sumber
daya
manusia
yang
dimiliki
perusahaan, sampai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dalam
dimiliki pengelola usaha. Selain itu pengalaman perusahaan mengelola
berbagai
proyek
yang
ada
juga
menjadi
pertimbangan. c. Aspek Teknis dan produksi Aspek teknis merupakan analisis kelayakan yang berhubungan dengan produksi, lokasi dan lay out, sepeti tata ruang mesin, keselamatan kerja dan mesin yang digunakan. Selain itu juga harus diperhatikan masalah lokasi usaha yaitu kantor pusat, cabang dan pergudangan. d. Aspek Pemasaran Dalam aspek pemasaran yang dinilai adalah 5P: product, place, price, promotion dan people. Selain itu hal yang juga harus diperhatikan
yaitu besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui prospek pemasaran produk tersebut. Menurut kasmir (2004:120) Hal dasar yang diteliti adalah hasil penjualan atau produksi minimal 3 bulan yang lalu, rencana penjualan dan produksi minimal 3 tahun yang akan datang, peta kekuatan pesaing yang ada seperti market share yang dikuasai dan prospek-prospek secara keseluruhan. e. Aspek Keuangan Aspek keuangan adalah aspek yang dinilai dari sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usaha tersebut. Selain itu suatu perusahaan harus memiliki cash flow agar terlihat pendapatan dan biaya perusahaan sehingga dapat dinilai kelayakan usaha tersebut serta keuntungan yang diharapkan. f. Aspek Sosial Ekonomi dan AMDAL Aspek sosial dan ekonomi adalah analisis dampak yang ditimbulkan akibat suatu usaha terhadap perekonomian masyarakat dan sosial masyarakat
secara
umum,
seperti
mengurangi
pengangguran,
meningkatkan pendapatan masyarakat, tersedianya sarana dan prasarana serta membuka isolasi daerah tertentu. Sedangkan untuk analisis dampak lingkungan (AMDAL) merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara, termasuk kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan. Analisis AMDAL dilakukan secara mendalam sebelum pembiayaan disalurkan, sehingga proyek
yang dijalankan dan dibiayai oleh bank syariah tidak akan mengalami pencemaran lingkungan disekitarnya. g. Aspek Agunan Aspek agunan digunakan untuk mengikat jaminan nasabah apabila tidak dapat membayar angsurannya. Dalam aspek agunan perlu diketahui status kepemilikan jaminan, nilai ekonomisnya, nilai likuiditas dan kondisi tanah. Apabila aspek jaminan tersebut milik pribadi, maka nilai jaminan tersebut lebih tinggi di mata bank, tetapi apabila jaminan tersebut bukan milik pribadi maka nilainya akan berkurang. 6.
Administrasi dan Prosedur Pembiayaan Bank Syariah Menurut Rivai dkk (2010:778) pembiayaan yang diberikan bank Islam
kepada nasabahnya akan berjalan baik, jika proses administrasi dilakukan dengan tertib. Untuk itu, ada beberapa tahap administratif yang harus dilalui dalam proses pembiayaan di bank Islam, yaitu tahapan: a. Penerimaan keputusan Penerimaan keputusan ini dapat diperoleh baik dari kanpus/kanwil atau kantor cabang yang bersangkutan. b. Penerusan kepada nasabah pemohon 1) Macam keputusan Ditolak atau disetujui. 2) Penyampaian kepada nasabah
Atas permohonan yang ditolak, keputusan ini diberitahukan kepada
pemohonnya.
Sedangkan
bagi
nasabah
yang
permohonannya disetujui, maka tahap selanjutnya dibuatkan surat persetujuan yang memuat berbagai persyaratan. c. Penandatanganan akad Apabila
atas
surat
persetujuan
tersebut
nasabah
pemohon
menyanggupinya, maka pemohon melakukan penandatanganan akad di hadapan/pejabat petugas bank. Tahapan administrasi pembiayaan adalah: 1) Sebelum pembiayaan diberikan 2) Proses analisis pembiayaan 3) Keputusan pembiayaan 4) Pembukaan rekening 5) Pembiayaan berjalan 6) Pelunasan 7) Pembiayaan bermasalah (apabila terjadi) Prosedur pembiayaan dalam bank syariah menurut Kasmir (2001:110) adalah sebagai berikut: a) Pengajuan berkas-berkas Pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dilampirkan dalam suatu proposal, kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit berisi antara lain: latar belakang, maksud dan tujuan, besarnya kredit, dan
jangka waktu, cara pemohon mengembalikan kredit, jaminan, akta notaris, TDP, NPWP, neraca dan laporan laba rugi, bukti diri dari pinjaman perusahaan, fotocopy sertifikat jaminan dan nomor rekening. Latar belakang perusahaan berisi hal-hal seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak terkait. Sedangkan maksud dan tujuan ialah apakah untuk memperbesar omset penjualan atau peningkatan kapasitas produksi ataukah untuk mendirikan pabrik (perluasan). Cara pemohon mengembalikan kredit dijelaskan secara rinci, apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya. Hal yang tak kalah penting adalah jaminan kredit, jaminan digunakan untuk menutupi resiko terhadap kemungkinan kredit macet yang disebabkan karena unsur kesengajaan atau lainnya. b) Penyelidikan berkas pinjaman Tujuan penyelidikan berkas pinjaman untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapi, apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. c) Wawancara pertama
Yaitu penyelidikan kepada calon nasabah dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti ketentuan bank. Wawancara juga bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah, dalam wawancara semua hasil pertanyaan harus dibuat secara rinci agar sesuai tujuan pembiayaan. d) On the spot Merupakan kegiatan pemeriksaan lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. On the spot dilakukan tanpa memberitahu nasabah terlebih dahulu agar hasil di lapangan sesuai hasil wawancara. e) Wawancara kedua Merupakan kegiatan perbaikan berkas, apabila terdapat kekurangan pada saat dilakukan on the spot di lapangan. Rincian pertanyaan yang dilakukan dalam wawancara pertama disesuaikan terhadap pelakanaan on the spot apakah terdapat kesesuaian dan kebenaran. f) Keputusan kredit Keputusan kredit menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima akan dilakukan persiapan administrasi keputusan kredit yang mencakup jumlah uang diterima, jangka waktu kredit dan biaya yang harus dibayar. Keputusan kredit merupakan keputusan team, apabila kredit ditolak maka akan dilakukan pengiriman surat penolakan.
g) Penandatanganan akad kredit/perjanjian lain Sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah melakukan tanda tangan akad kredit tersebut, mengikat jaminan dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. h) Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan sekaligus dengan membuka rekening giro pada bank syariah yang bersangkutan. i) Penyaluran dan penarikan dana Yaitu pencairan atau pengembalian uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit, apakah akan diambil sekaligus atau bertahap.
BAB III LAPORAN OBJEK A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, alamat bank berada di Ruko Diponegoro No. A6-A7 Jalan Diponegoro No. 77 A Salatiga. B. Paparan Data Hasil Penelitian 1. Sejarah BSM BSM hadir tahun sejak tahun 1999, hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter tahun 1997-1998 yang membuat BSM berdiri. Seperti yang kita ketahui, krisis ekonomi dan moneter bulan juli 1997 yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di dalam politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap kehidupan masyarakat dan tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan menstrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank Indonesia. Salah satu bank konvensional yaitu PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh yayasan kesejahteraan pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan pemerintah melakukan
penggabungan
merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Mandiri (Persero) pada tanggal 31 juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Mandiri (Persero) Tbk sebagai mayoritas pemilik baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusn merger, bank mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan bank mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa diberlakunya UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti (BSB) dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh sebab itu, tim pengembangan perbankan syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 september 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dukukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT bank syariah mandiri resmi beroperasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Pada tahun-tahun berikutnya mulai didirikan kantor cabang pembantu di berbagai kota di Indonesia. Salah satunya berada di Salatiga yaitu bank syariah mandiri cabang Salatiga yang mulai beroperasi pada tanggal 10 januari 2011. Bank syariah mandiri cabang salatiga berada di Ruko Diponegoro A6-A7, jalan Diponegoro nomor 77 Salatiga. PT bank syariah mandiri hadir dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan bank syariah mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Negara yang lebih baik. 2. Profil Perusahaan Untuk mengetahui informsi perusahaan dapat diakses web yang dimiliki oleh bank syariah mandiri, yang mencakup profil sebagai berikut:
a. Profil: Nama
: PT Bank Syariah Mandiri
Alamat
: Wisma Mandiri I, Jl. MH Thamrin No. 5 Jakarta 10340 - Indonesia
Telepon
: (62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting)
Faksimili
: (62-21) 3983 2989
Situs Web
: www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri
: 25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi
: 1 November 1999
Modal Dasar
: Rp 2.500.000.000.000,-
Modal Disetor
: Rp 1.489.021.935.000,-
Kantor Layanan
: 854 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia.
Jumlah Jaringan ATM BSM : 909 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 11,454, ATM Bersama 53,722 unit (include ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 66,770 unit, EDC BCA 196,870 unit, Atm BCA 10,596 dan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) 12,010 unit. Jumlah Karyawan
: 16.945 orang (Per Desember 2013)
b. Kepemilikan Saham 1) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk: 231.648.712 lembar saham (99,999999%) 2) PT Mandiri Sekuritas: 1 lembar saham (0,000001%).
3. Visi dan Misi a. Visi Bank Syariah Mandiri Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia. b. Misi 1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan. 2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. 3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. 4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
4. Struktur Organisasi Susunan Organisasi Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga Kepala Cabang
DKP PKP Pelaksana
Operasional
Marketing Manager
Account Officer
Funding Officer
Manager
Teller Pelaksana Marketing Support
Pelaksana SDI &GA
Pelaksana Admin
Customer Service
Pelaksana D&C
Security Messenger Driver Office Boy
Sumber: BSM Cabang Salatiga Gambar 3.1 Struktur organisasi BSM Cabang Salatiga
5. Produk dan Jasa Pembiayaan : a. BSM Pembiayaan Mudharabah b. BSM Pembiayaan Musyarakah c. BSM Pembiayaan Murabahah d. BSM Pembiayaan Talangan Haji e. BSM Pembiayaan Istishna f. Pembiayaan IMBT g. Pembiayaan MMOB h. BSM Customer Network Financing i. BSM Pembiayaan Resi Gudang j. BSM Pembiayaan Edukasi k. PKPA l. BSM Implan m. Pembiayaan Dana Berputar n. BSM Pembiayaan Kepemilikan Rumah o. BSM Optima Pembiayaan Kepemilikan Rumah p. PPR Syariah Bersubsidi q. Pembiayaan Umrah r. BSM Pembiayaan Griya DP 0% s. BSM Sistem Pembayaran Off Line t. Pembiayaan Kepada Pensiunan u. Pembiayaan Peralatan Kedokteran
6. Produk Pembiayaan a. Pembiayaan Talangan Haji Pembiayaan talangan haji di khususkan kepada nasabah yang menginginkan ibadah haji dengan jumlah dana yang dipunyai masih belum mencukupi untuk pendaftaran porsi haji, pengajuan pembiayaan dilakukan dengan menyertakan fotocopy KTP suami istri, Akta Nikah, Kartu Keluarga, dan melengkapi persyaratan lainnya. Talangan Haji tidak disertai dengan jaminan atau agunan berwujud seperti pembiayaan lainnya, tetapi untuk jaminan sampai pelunasan pembiayaan BPHI untuk pendaftaran porsi haji yang asli di tahan di BSM sampai pelunasan selesai. Pembiayaan Talangan Haji berkisar dari Rp 10.000.000; sampai dengan Rp 25.000.000; sedangkan untuk jangka waktu pembiayaan 1 atau 2 tahun. b. Pembiayaan Griya BSM Pembiayaan Griya BSM di khususkan untuk nasabah yang menginginkan pembiayaan pemilikan rumah tinggal yang disertai dengan jaminan. Diperuntukkan perorangan/individu. Keuntungan yang diperoleh yaitu: angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan, proses yang mudah dan cepat, jangka waktu pembiyaan yang panjang, fleksibel untuk rumah yang baru atau second, fasilitas autodebit dari Tabungan BSM, maksimum plafon sampai dengan Rp. 5 Milyar. Persyaratan yaitu karyawan dengan penghasilan yang tetap dengan menyertakan fotocopy KTP Suami
dan Istri, Akta Nikah, Kartu Keluarga, dan melengkapi persyaratan lainya. Usia minimal 21 Tahun dan maksimal 60 Tahun sampai pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan. Sebelum droping, pembiayaan Griya dianalisis secara intensif karena pembiayaan dalam jumlah dana cukup besar dan jangka waktu pelunasanya cukup lama. c. BSM Implan Pembiayaan Implan diperuntukan kepada Pegawai Negeri karena sifatnya kelembagaan dan mempunyai penghasilan yang tetap, bisa koperasi, sekolah, atau yayasan. Persyaratan dengan menyertakan fotocopy KTP Suami dan Istri, Akta Nikah, Kartu Keluarga, dan melengkapi persyaratan lainya. Pembiayaan Implan tidak ada jaminan hanya menyertakan fotocopy SK untuk pembiayaan kurang dari Rp. 50.000.000 jika pembiayaan lebih dari Rp. 50.000.000 maka SK yang asli yang ditahan oleh pihak Bank d. Pembiayaan PKPA (Modal Kerja) Pembiayaan membutuhkan
yang
diperuntukan
pembiayaan
modal
bagi kerja
pengusaha dengan
yang system
Musyarakah yaitu bagi hasil antara Bank dengan nasabah dalam kerjasama penyertaan modal usaha dimana dalam pengambilanya bisa sekaligus atau secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan modal kerja. Dalam pengajuanya seorang pengusaha menyertakan fotocopy kartu identitas (KTP/SIM/Paspor) Suami dan istri, SIUP,
Akta Pendirian, Laporan usaha nasabah, laporan keuangan 3 bulan terahir, fotocopy rekening Koran, sertifikat sebagai jaminan Dll. Setelah berkas-berkas diserahkan akan dianalisis oleh tim marketing lending akan meninjau langsung ke Lapangan atau (on the spot) kemudian dianalisi dan diuji dalam rapat komite untuk ditentukan apakah layak diberikan pembiayaan. Mekanisme cukup panjang namun tidak menghalangi dalam kualitas pelayanannya, karena bank syariah mandiri menetapkan prosedur sesuai standar kelayakan. e. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dengan sistem bagi hasil atas penyertaan modal dimana pihak bank menyertakan modal dan nasabah sebagai pengelolanya, dengan menetapkan nisbah keuntungan sesuai kesepakatan.
Bank
mempunyai
dua
system,
mudharabah
muthlaqoh artinya bank mempunyai kekuasan penuh untuk menentukan macam usaha yang akan dijalankan, atau mudharabah muqayyadah artinya kekuasaan penuh ada dipihak nasabah, bank hanya memberikan modalnya saja. f. Pembiayaan Murabahah Pemberian pembiayaan dengan system murabahah/jual beli, jadi pihak bank menetapkan margin keuntungan setelah diketahui harga jual untuk kemudian dibayar oleh nasabah secara berangsur. Mengenai produk yang akan dibeli sesuai keinginan bisa berupa
rumah baru/second, kendaraan untuk usaha, dll. Pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Dalam pengajuannya hampir sama dengan syarat-syarat sebelumnya, disesuaikan dengan macam kebutuhan nasabah dan jenis pembiayaan yang dibutuhkan apakah itu untuk investasi, atau konsumtif. 7. Layanan Jasa Layanan jasa oleh BSM meliputi : a. BSM Card Merupakan kartu yang dapat dipergunakan untuk transaksi perbankan melalui ATM dan mesin debit (EDC/Electronik Data Capture).
Diperuntukan
perorangan/individu,
manfaat
yang
diperoleh: kemudahan tarik tunai diseluruh ATM BSM, ATM Mandiri, ATM BCA, ATM Bersama dan ATM Prima. Fasilitas realtime antar bank melalui jaringn ATM Bersama dan ATM Prima, fasilitas pembayaran tagihan telepon listrik dan seluler. Kemudahan
berbelanja
lebih
dari
20.000
merchant
yang
menyediakan mesin EDC Prima BCA. b. BSM Mobile Banking GPRS Layanan transaksi perbankan (non tunai) melalui mobile phone (handphone) berbasis GPRS diperuntukan perorangan/individu. Dengan fasilitas layanan ini nasabah akan mendapatkan manfaat sebagai berikut: Kenyamanan bertransaksi dimana saja dan kapan saja, kemudahan melakukan transaksi seperti layaknya di ATM,
informasi saldo dan mutasi Rp. 50., layanan informasi kumpulan kata-kata bijak menentramkan sanubari, dan mobile banking juga menfasilitasi pembayaran zakat fia online. Syarat mendapatkan layanan BSM MBG adalah: memiliki rekening tabungan arau giro BSM, memilki BSM Card, menggunakan kartu ponsel berbasis GSM dan tersedia fasilitas GPRS, menggunakan ponsel berfasilitas GPRS, mengisi formulir permohonan BSM MBG. Maka anda akan menikmati fasilitas yang telah disediakan. c. BSM Net Banking Layanan tranaksi perbankan ( non tunai) melalui internet, diperuntukan perorangan/individu dan perusahaan/badan hukum. Manfaat yang akan diperoleh adalah: informasi data transaksi perbankan dapat dilakukan sendiri melalui internet 24 jam sehari, layanan transfer antar rekening BSM dan antar bank, Pengamanan berlapis untuk setiap transaksi yang dilakukan di BSM Net Banking, dapat mengelola sendiri transaksi
keuangan usaha
sendiri, nasabah dapat mencetak data mutasi atas transaksi sebelumnya,
transfer
realtime
kepada
seluruh
bank
yang
mempunyai jaringan ATM Bersama dan Prima, selain transfer juga dapat melayani pembayaran tagihan (telepon, listrik, dll).
BAB IV ANALISIS A. Aspek yang
dilihat
dan
dipertimbangkan
dalam analisis
kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Pada kasus pembiayaan ini penulis mengambil sampel sebuah perusahaan CV. A yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif mebel kerajinan tangan yang berada di wilayah kota Salatiga. Setelah dilakukan persetujuan, ada beberapa tahapan yang diperlukan supaya pengajuan pembiayaan CV. A direalisasi. Tahapan tersebut diantaranya adalah: 1. Tahap memasukkan data-data terkait pembiayaan. Data-data yang harus dimasukkan adalah: a. Akte pendirian/anggaran dasar perusahaan yang telah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dan telah memiliki perizinan/legalitas usaha lainnya seperti SIUP, TDP, dan NPWP. b. Untuk
perusahaan,
melampirkan
susunan
manajemen
perusahaan yang sesuai dengan akta pendirian/perubahan terakhir. Hal ini untuk membuktikan pengurus tersebut benar adanya dan tidak fiktif. c. Telah memiliki laporan keuangan perusahaan yang tersusun dengan baik dan wajar, minimal untuk periode 2 tahun terakhir. Laporan tersebut telah disahkan oleh badan pemeriksa yang
telah dibentuk, data laporan keuangan perusahaan tersebut diperlukan untuk menilai kapasitas perusahaan terkait dengan tingkat resiko pembiayaan sebagai dasar penentuan besarnya alokasi pembiayaan yang diberikan. Data yang telah didapat kemudian akan dibawa ke rapat komite dimana BSM melakukan penentuan plafon induk pembiayaan yang dapat diberikan kepada instansi terkait. Penentuan ini merupakan wewenang dari kepala cabang dan marketing lending. 2. Tahap melakukan perjanjian kerjasama Setelah tahapan pertama telah dilakukan, selanjutnya BSM dan perusahaan akan melakuakn perjanjian kerja sama. Kemudian setelah itu dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama. Dengan begitu segala pembiayaan yang diajukan ke BSM akan terlebih dahulu melalui seleksi oleh pengurus perusahaan, yang dalam hal ini dapat melalui bendahara perusahaan dan pimpinan perusahaan.
Pembiayaan
yang
telah
lolos
dari bendahara
perusahaan akan masuk ke BSM dan akan ditindaklanjuti sehingga terwujud pemberian pembiayaan yang layak antara BSM dengan perusahaan. 3. Tahap prospek, permohonan dan investigasi Tahap selanjutnya adalah tahap prospek, permohonan dan investigasi, dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa analisis
yang akan digunakan dalam mengkaji kelayakan pembiayaan. Dalam hal ini analisis yang digunakan yaitu aspek karakter masalalu calon nasabah dan analisis 7A. Dalam penelitian yang diambil oleh penulis, BSM Cabang Salatiga menentukan target pasar yaitu pada CV. A perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif mebel kerajinan tangan yang terletak di daerah kota Salatiga. Setelah melalui pengamatan dan pertimbangan bank melakukan solisitasi pada perusahaan, pada awal pengenalan produk terlebih dahulu bank perlu memastikan apakah perusahan tersebut termasuk kriteria yang terdapat pada salah satu ketentuan perusahaan, ketentuan tersebut antara lain: a. Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, perusahaan Multinasional atau perusahaan swasta bonafide. b. Perusahaan telah beroperasi minimal 5 tahun dan tidak fiktif. c. Perusahaan dengan reputasi baik. d. Sektor industri sangat menarik, menarik atau cukup menarik. Setelah melalui wawancara dengan salah satu supplier CV. A serta notaris rekanan BSM dan Bank sebelumnya yang menangani CV. A, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan memenuhi keempat ketentuan di atas dan layak melanjutkan langkah analisis. Perusahaan yang telah memenuhi ketentuan tersebut dapat dikatakan lolos dari langkah investigasi dan verifikasi. 1) Analisis 7A
Dalam
praktek
Bank
Syariah
Mandiri
cabang
Salatiga
menggunakan analisis 7A, aspek ini meliputi 7 penilaian pembiayaan. Penilaian dengan 7 aspek ini disebut sebagai studi kelayakan usaha yang meliputi: a) Aspek Yuridis Analisis yuridis dilakukan dengan melihat kelengkapan legalitas pendirian usaha,
legalitas usaha
dan legalitas
permohonan pembiayaan oleh nasabah pada sample CV. A jenis legalitas yang diajukan berupa akta pendirian dan akta perubahan hak milik yang masing-masing sudah disahkan oleh notaris, selanjutnya yaitu legalitas usaha yang dimiliki oleh nasabah berupa SIUP, NPWP, TDP, HO, ETPIK (Eksportir Terdaftar
Produk Industri Kehutanan),
Angka Pengenal
Importir, NIK (Nomor Identitas Kepabeanan) dan sertifikat kayu yang sudah disahkan oleh PT TUV Rheinland Indonesia (Komite Akreditasi Nasional Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu
LVLK-005-IDN).
Legalitas
pengurus
CV.
A
mencantumkan KTP a.n. Ito masa berlaku hingga 17 Maret 2017 dan KTP a.n. Hasan masa berlaku seumur hidup. Mengenai legalitas permohonan pembiayaan, nasabah mengajukan surat permohonan pembiayaan yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang sesuai AD/ART terbaru, dengan demikian legalitas pendirian usaha dan legalitas usaha nasabah lengkap
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam kasus ini BSM sudah menggunakan dan memenuhi semua kriteria yang terdapat dalam aspek yuridis, dapat disimpulkan bahwa aspek yuridis telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai ketentuan, maka dapat dilaksanakan analisis aspek selanjutnya. b) Aspek Karakter dan Manajemen Aspek
karakter
meliputi
reputasi
nasabah/perusahaan
diantaranya: (1) CV. A didirikan oleh bapak Ito sebagai persero aktif bersama ibu Lia sebagai persero komanditer pada tahun 1999. (2) Usaha telah berjalan sebelumnya dari tahun 1997 di mulai dari nasabah memproduksi alat kerajinan dari besi seperti mangkok, pot bunga, fas bunga, tempat lilin dll. (3) Mayoritas hasil produksi dijual ke luar negeri dengan tujuan ekspor utama yaitu Amerika. (4) Seiring waktu nasabah semakin mengenal kebutuhan para buyer di luar negeri. Nasabah mulai mengembangkan usahanya dengan memproduksi mebel, hingga pada tahun 2004 nasabah telah mecapai omset diatas 15 conteiner per bulan untuk di ekspor ke negara tujuan seperti Australia, Inggris, Amerika, Spanyol, Korea, Jepang dan beberapa order untuk pasar lokal.
(5) Saat ini nasabah telah memiliki 6 buyer tetap dari berbagai negara dan beberapa buyer baru akhir-akhir ini mulai meningkat permintaannya yang mengakibatkan volume produksi yang semakin meningkat dan diperlukan adanya tambahan modal kerja. (6) Nasabah memiliki beberapa supplier untuk mensupport bahan baku industri yang berasal di daerah jawa tengah seperti Jogja, Semarang, Boyolali dll. (7) Varian produk yang diproduksi oleh nasabah antara lain seperti kerajinan/perabot besi, mebel antik, craft meuble industrialline yang saat ini sedang menjadi populer dikalangan masyarakat Eropa. (8) Lokasi produksi dan gudang terdapat pada 3 tempat yang letaknya berdekatan dengan radius dibawah 1 km yaitu di kota Salatiga. Selama menjalankan usaha dan menjalin hubungan dengan supplier, buyer maupun pihak perbankan tidak pernah terdapat informasi negatif mengenai CV. A dan pengurus. Hal ini diperkuat dengan hasil wawanvara kepada beberapa pihak terkait serta masyarakat sekitar kota Salatiga yang mengetahui keberadaan usaha nasabah tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan kepada saudara Pardi yaitu salah salah satu supplier dari CV lain menjelaskan bahwa saudara Pardi telah 5 tahun berekanan
dengan CV. A, rata-rata order 100 M3 per bulan dan pembayaran dilakukan secara tunai dan tempo paling lama 2 minggu, disamping itu CV. A tidak pernah mengalami keterlambatan pembayaran. Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada saudara Udi selaku notaris rekanan bank lain yang menangani pembiayaan CV. A sebelumnya dan rekanan BSM,
mengemukakan
bahwa CV.
A
merupakan nasabah dari dua bank lain dengan pembiayaan 2 M dan akad berada di notaris Udi. Namun dengan berbagai dialog yang dilakukan dalam analisis ini, menurut penulis pihak bank belum melakukan wawancara terhadap buyer dan karyawan. Disarankan agar pihak bank melakukan wawancara secara rinci dengan kompetitor, buyer serta karyawan perusahaan dan tidak hanya dengan supplier
serta
Notaris
yang
berwenang
agar
hasil
pembiayaan lebih maksimal. Pada kasus ini BSM sudah tepat dalam menganalisis karakter calon nasabah sesuai dengan tahapan dalam aspek karakter, mungkin BSM perlu BSM perlu menambah wawancara terhadap warga sekitar agar lebih memahami karakter calon nasabah. Aspek Manajemen CV. A meliputi struktur organisasi perusahaan dan tenaga kerja sebagai berikut:
(a) Organisasi perusahaan dipimpin oleh Direktur yaitu bapak Ito. Untuk menjalankan operasional usaha bapak Ito dibantu oleh General Manager yaitu bapak Anto. (b) CV. A memiliki kurang lebih 500 karyawan yang terdiri dari karyawan tetap dan borongan, dalam struktur organisasinya CV. A dibagi kedalam 9 bagian atau divisi dimana masing-masing bagian memiliki koordinator. (c) Pembagian job desk telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan bagian dalam setiap proses kerja dan setiap tindakan telah diadministrasikan dengan baik. (d) Sistem korespondensi telah dilakukan dengan baik antar bagian didalam menerjemahkan setiap PO dari buyer kedalam pekerjaan di masing-masing bagian sampai bagian akhir proses produksi, yang dilanjutkan pada proses pengiriman dan penagihan. Aspek manajemen nasabah sudah memenuhi kriteria pembiayaan di BSM, hasil aspek manajemen CV. A yaitu nasabah memiliki usaha minimal 3 tahun pada usaha sejenis, tidak termasuk dalam daftar hitam BI, blacklist PPATK, dan negative list BSM, hasil trade checking menunjukan positive, BI checking menunjukan kolektabilitas lancar dan bidang usaha nasabah termasuk rating minimal netral. Riwayat/Perkembangan usaha Nasabah adalah sebagai berikut:
(a) Usaha nasabah telah berdiri sejak tahun 1997. Dengan bermula dari memproduksi kerajinan dari besi kini nasabah telah memiliki beberapa varian produk lain seperti mebel dan craft dari limbah kayu. (b) Dari tahun ke tahun usaha nasabah tampak mengalami pertumbuhan yang positif, berikut highlight perkembangan usaha nasabah dari tahun 2010-2013: Tabel: 4.1 Highlight perkembangan usaha nasabah
Tahun
Growth
Uraian
20112011
2012
Mar-13
2012
Asset
50,993,990,901 56,721,705,004 59,636,080,434 11.23%
Hutang
16,959,596,851 16,560,737,933 16,706,852,756 -2,35%
Modal
34,034,394,050 40,160,967,071 42,929,227,678 18.00%
Pendapatan 47,631,899,451 58,400,408,813 23,360,163,525 22.61% NPM
5,015,734,928
6,126,573,021
2,768,260,607
22.15%
Sumber: Perusahaan CV. A (c) dasarkan informasi dari Ambar Tjahyono ketua umum permebelan dan kerajinan Indonesia 2013 yang dimuat di website kompas diperoleh data sebagai berikut: Indonesia merupakan salah satu Negara pengekspor mebel dunia yang didukung oleh bahan baku industri yang sangat memadai.
Selain menggunakan bahan baku kayu solid belakangan ini telah populer mebel yang diproduksi dari kombinasi kayu solid, sampah kayu/bongkaran dan juga besi/pipa seperti halnya yang diproduksi oleh CV. A. Hal tersebut sesuai dengan trend yang terjadi di Eropa saat ini dimana selera mebel Eropa saat ini adalah model minimalis. (d) Terkait dengan krisis Eropa dan Amerika saat ini untuk industri mebel tidak terlalu berdampak dikarenakan pola konsumsi mereka yang berubah dari berbelanja makanan ke arah investasi barang termasuk mebel. Selain itu nasabah telah memiliki beberapa buyer baru yang mulai meningkat permintaannya yang berasal dari Asia seperti Korea, Jepang, Australia dll. Hal ini dibuktikan dengan permintaan yang cukup stabil akan barang-barang yang diproduksi oleh CV. A. Kesimpulan aspek diatas bahwa nasabah selama ini mengelola usahanya secara efektif dan efisien serta tidak terdapat informasi buruk mengenai nasabah baik dari pihak supplier, buyer, dan perbankan. Berikutnya usaha yang dijalankan nasabah memiliki prospek usaha yang baik mengingat
Indonesia
merupakan
salah
satu
Negara
penghasil mebel dengan keragaman design yang diminati oleh pasar ekspor.
Hasil analisa aspek karakter dan manajemen yang dilakukan BSM menunjukan bahwa nasabah memiliki usaha minimal 3 tahun pada usaha yang sejenis, tidak termasuk dalam daftar hitam BI, Blacklist PPATK, dan negative list BSM. Selain itu hasil trade checking pun juga menunjukan hasil yang positive, kemudian juga hasil BI checking menunjukan kolektibilitas lancar dan bidang usaha nasabah termasuk rating
minimal
meyimpulkan
netral.
bahwa
Dengan
BSM
demikian
sudah
penulis
memenuhi
dan
melaksanakan aspek manajemen serta karakter dengan teliti dan sesuai prosedur 7A. c) Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan produksi, lokasi dan lay out, seperti tata ruang mesin, keselamatan kerja dan mesin yang digunakan. Selain itu hal yang penting diperhatikan adalah masalah lokasi usaha yaitu keberadaan kantor. Bagian Marketing 2 Buyer
3 Marketing
PPIC
1 4 Sumber: Perusahaan CV. A Gambar 4.1 Gambaran umum usaha nasabah
4
Keterangan: (1) Buyer bertemu dengan marketing pada acara pameran. (2) Buyer baru dan buyer lama mengirimkan purchase order (PO) kepada marketing. (3) Marketing meneruskan PO kepada PPIC untuk dibuatkan stuffing plan dan performa invoice (PI) yang berisi rencana stuffing dalam container dan perincian harga, kuantitas, dimensi, dan contoh foto barang yang dipesan. (4) PPIC menyerahkan PI dan stuffing plan kepada marketing untuk di kirimkan kepada buyer melalui email. (5) Dari kesepakatan terhadap terhadap PI dan stuffing plan oleh buyer , kemudian PPIC membuatkan plan produksi untuk diorderkan di orderkan pada masing-masing bagian. Karakteristik Produksi: (a) Bahan
baku
yang
digunakan
adalah
kayu
sisa/bongkaran, besi, kayu solid (jenis jati, munggur, mahoni) (b) Untuk kapasitas 1 container nasabah memerlukan kayu solid 8 meter kubik dengan asumsi rendemen 20%. (c) Rendemen dapat direduksi dengan pemanfaatan kayu sisa dengan metode finger joint. (d) Jam kerja yang dimiliki oleh CV. A adalah 9 jam yaitu dari jam 08.00 – 17.00 WIB.
(e) Kapasitas produksi saat ini adalah 15 container per bulan namun masih dapat dimaksimalkan menjadi 30 container per hari dengan menambah jumlah bahan baku dan tenaga kerja, dengan asumsi mesin produksi tetap. (f) Pegawai tetap CV. A adalah kurang lebih 50 orang dengan sistem pembayaran 1 bulan sekali dan selebihnya adalah pekerja borongan dengan sistem pembayaran setiap 2 minggu sekali. (g) Lay out lokasi usaha adalah FIFO (First In First Out) sehingga proses produksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dalam menjalankan usahanya nasabah memiliki supplier dari beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Semarang, Boyolali, Klaten, Salatiga, Jogja, Solo dan daerah lain di Jawa Tengah. Bahan baku yang dugunakan nasabah mudah didapatkan, bahan baku yang digunakan antara lain: kayu yang digunakan ada 3 jenis yaitu 70% kayu munggur, kayu mahoni 20% dan kayu jati 10%, selain kayu bahan baku lainnya juga terdiri dari besi 5%, MDF 25% dan limbah kayu 20%. Nasabah CV. A mengajukan permohonan pembiayaan untuk take over dan penambahan modal kerja, dikarenakan adanya penambahan jumlah buyer baru yang
diperoleh CV. A sebagai hasil dari keikutsertaan dalam pameran, sehingga permintaan akan barang produksi semakin
meningkat.
Dengan
adanya
peningkatan
permintaan tersebut CV. A menargetkan peningkatan sales pada tahun 2013 sebesar 28% atau proyeksi sales 2013 sebesar Rp 74,752,523,281,-. Untuk mencapai target sales tersebut nasabah memerlukan dukungan modal kerja tambahan, di mana pengajuannya dilakukan kepada bank syariah mandiri cabang Salatiga. Berdasarkan analisa di atas didapat kesimpulan bahwa secara teknis, daya dukung supplier, dan sarana prasarana yang dimiliki nasabah cukup baik dalam pengembangan usaha. Namun dalam aspek ini BSM belum mencantumkan analisa keselamatan kerja yang terdapat 7A, penulis mengharapkan dalam aspek ini bank mencantumkan aspek keselamatan kerja agar dalam memberikan pembiayaan bank dapat mengetahui tingkat keselamatan karyawan perusahaan tersebut. Menurut Wisudoto Patria (2014) dalam pendapatnya Kesimpulan analisa pemberian pembiayaan dalam semua aspek di atas adalah jangan memberikan pembiayaan yang tidak kita (pihak bank) ketahui:
Jenis Usaha
Flow Chart (order) Bagaimana cara mendapatkan pasar
Marketing Analis Operation
Maintenance
Evaluasi
Sumber: Data terolah Gambar: 4.2 Analisa pemberian pembiayaan Siklus di atas sangat penting agar analisis teknis dapat meyakinan bank untuk memberikan pembiayaan, siklus yang penting untuk diketahui mulai dari flow chart (order) suatu perusahaan, marketing analis perusahaan tersebut, operation perusahaan tersebut, bagaimana perusahaan memaintenance
dan
yang
terakhir
cara
perusahaan
melakukan evaluasi. Hal ini dilakukan secara berputar membentuk sebuah siklus agar tercapaianya keuntungan bagi perusahaan dan bagi bank. d) Aspek Pemasaran Aspek pemasaran meliputi segmentasi pasar yaitu 5P yaitu product, place, price, promotion, dan people. Seperti yang diungkapkan Kasmir (2004:120) hal dasar yang diteliti adalah hasil penjualan atau produksi minimal 3 bulan yang lalu, rencana penjualan dan produksi minimal 3 tahun yang akan datang, peta kekuatan pesaing yang ada seperti market share yang dikuasi dan prospek secara keseluruhan. Jenis produk yang dimiliki nasabah saat ini terdiri dari 4 varian yaitu craft, kerajinan besi, meubel antique, dan meuble industrialline. Pasar atau konsumen yang dituju yaitu ekspor ke negara tujuan seperti Australia, Inggris, Amerika, Spanyol, Korea, Jepang dan beberapa order untuk pasar lokal. Saat ini CV. A telah memiliki 6 buyer tetap dari berbagai Negara dan beberapa buyer baru yang akhir-akhir ini mulai meningkat permintaannya dan mengakibatkan volume produksi yang semakin meningkat. Lokasi pemasaran berada di daerah kota Salatiga, kondisi pasar
dan
persaingan
usaha
untuk
perusahaan
yang
memproduksi Antique meubel, craft dan industrialline samapi saat ini masih belum banyak sehingga tingkat persaingan dalam
industri ini masih belum ketat. Kebijakan pemasaran dan strategi pemasaran yang dilakukan CV. A yaitu dengan mengikuti pameran yang telah dijadwalkan setiap tahunnya baik di dalam maupun di luar negeri, selain itu strategi yang diterapkan yaitu dengan harga yang kompetitif, selalu menjaga kualitas barang dan pengiriman barang dengan tepat waktu. Target penjualan CV. A dari hasil pameran yang diikuti, telah memiliki buyer baru yang mulai meningkat permintaannya dan berasal dari Asia, Eropa, dan Lokal Indonesia. Dengan adanya penambahan buyer BSM memperkirakan bahwa nasabah akan mengalami kenaikan pendapatan sebesar 28% dibandingkan tahun 2012. Dalam kasus ini analisis aspek pemasaran yang dilakukan BSM sudah memenuhi 5P, tetapi ada kalanya BSM juga melihat dan membandingkan besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang sehingga dapat diketahui prospek pemasaran produk tersebut. e) Analisa Aspek Keuangan Analisa aspek keuangan dinilai dari sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usaha yang dijalankan, pada sample CV. A laporan keuangan yang disajikan merupakan laporan keuangan audited untuk tahun yang berakhir pada 31 desember 2011 dan 31 desember 2012, sedangkan untuk laporan keuangan per 31 maret 2013 merupakan laporan inhouse.
Laporan keuangan audited yang dimiliki CV. A telah diaudit oleh dua auditor dan auditor tersebut bukan rekanan BSM, hasil audit mengemukakan dengan pendapat wajar dalam semua hal material. Dalam analisa aspek keuangan ini CV. A juga mencantumkan neraca dan laba rugi serta rasio meliputi : rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas (dalam lampiran). Selain itu BSM cabang Salatiga juga menganalisa sumber dan penggunaan dana nasabah, perhitungan modal kerja nasabah dan yang terakhir struktur dan skim serta price pembiayaan. Analisis diatas digunakan BSM cabang Salatiga dalam pemberian pembiayaan pada CV. A. Penulis menyimpulkan bahwa aspek keuangan adalah aspek yang terdiri dari penilaian sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usaha nasabah, sumber dana tersebut bisa dilihat dari cash flow dan laporan keuangan perusahaan tersebut. f) Aspek Sosial Ekonomi dan AMDAL Analisis ini memperhitungkan dampak lingkungan sekitar baik darat, air maupun udara. Pada analisa AMDAL yang dilakukan BSM terhadap CV. A memperoleh hasil yaitu pengaruh usaha terhadap masyarakat sekitar lokasi usaha yang dijalankan nasabah tidak memiliki efek negatif terhadap
masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang diserap adalah penduduk setempat dan izin dari instansi yang berwenang (misalnya BAPEDAL) perihal AMDAL usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah (bukan industri besar yang menggunakan bahan kimia), sehingga tidak memerlukan ijin terkait masalah lingkungan. Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa usaha yang dijalankan tidak berpengaruh negatif bagi kehidupan sosial masyarakat sekitar tempat usaha. Pada aspek ini mungkin yang perlu menjadi kelengkaapan Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga dalam menilai kelayakan usaha yaitu aspek sosial dan lingkungan, tentang kelengkapan izin terkait masalah lingkungan mengingat industri bergerak di bidang mebel maka akan menghasilkan debu sebagai limbahnya dan mengingat salah satu cabang industri berada dekat dengan komplek perumahan, serta dalam aspek sosial agar bank menganalisis upah kerja karyawan apakah termasuk dalam UMKM atau tidak, agar perkembangan usaha dapat diimbangi dengan perkembangan kesejahteraan karyawan. Tetapi tidak dapat disalahkan analisa yang demikian ini karena setiap bank memiliki cara dan tahapan analisis yang berbeda. g) Aspek Jaminan Dalam nota analisa pembiayaan yang penulis pelajari CV. A menjaminkan 16 agunan yaitu berupa tanah dan bangunan yang
mempunyai nilai likuidasi Rp 20.214.584.000 dan permohonan pembiayaan nasabah sebesar Rp 20.000.000.000. keterangan jaminan diatas dinilai oleh dua orang KJPP (bukan rekanan BSM), seluruh jaminan merupakan jaminan pembiayaan di bank lain yang akan dialihkan ke BSM (take over), 16 jaminan yang diajukan oleh CV. A pada pembiayaan ini adalah milik 15 jaminan milik nasabah dan 1 jaminan milik persero. Dengan demikian permohonan pembiayaan nasabah tidak melebihi nilai wajar dan telah memenuhi ketentuan jaminan. Dalam aspek agunan yang dilakukan BSM cabang Salatiga juga menganalisis kondisi tanah dan apabila agunan bukan atas nama pribadi maka nilai likuiditas agunan di mata bank berkurang. Tetapi dalam kasus ini penulis menemukan analisis aspek jaminan yang dilakukan BSM belum menilai kondisi tanah yang diagunkan oleh CV. A, mungkin alangkah lebih baik apabila tahapan aspek jaminan dilakukan secara rinci menurut teori yang ada di BSM cabang Salatiga agar analisa aspek jaminan lebih meyakinkan pihak BSM. h) Account Strategy Account Strategy yang akan diterapkan kepada nasabah yaitu develop strategy dengan pertimbangan bahwa CV. A memiliki prospek usaha yang baik dimana terjadi peningkatan permintaan
dari tahun sebelumnya yang disebabkan semakin bertambah banyaknya buyer baru rekanan CV. A, trend yang terjadi di eropa saat ini lebih menyukai model minimalis dan etnics recycle sesuai dengan mebel yang diproduksi oleh CV. A, kinerja keuangan CV. A terus mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun, sektor industri nasabah termasuk kategori netral, dan pembayaran kewajiban selama ini lancar. B. Resiko dan mitigasi Dari analisis 7A diatas ditemukan resiko dan mitigasi sebagai berikut: 1. Yang pertama buyer wanprestasi atas pembayaran, diperoleh mitigasi bahwa transaksi nasabah yang dilakukan dengan buyer telah menggunakan transaksi antar negara yang cepat dan aman. Selain itu transaksi juga dilakukan dengan pembayaran minimal 30% dari harga objek barang dapat dilihat dari hasil BI checking, trade checking dan bank checking nasabah. 2. Terjadinya Side streaming atau penyalahgunaan fasilitas pembiayaan yang diberikan, dapat ditemukan mitigasi dengan realisasi pencairan yang dilakukan dengan menyertakan PO buyer dan surat permohonan realisasi dari pengurus perusahaan.
3.
Pasar
persaingan telah jenuh, diperoleh mitigasi bahwa nasabah telah memiliki market tersendiri dengan memproduksi craft, mebel industrialline dan mebel antik dimana kompetitor masing jarang bermain di dalamnya. 4. Tidak dapat mencapai target produksi,
mitigasi dapat diperoleh bahwa pabrik dan gudang dilengkapi dengan sarana prasarana mesin memadai dan lay out yang tertata sesuai dengan kebutuhan alur yang efektif dan dan efisien. 5. Kelangkaan bahan baku, kelangkaan bahan baku yang mungkin dialami ditemukan mitigasi bahwa bahan baku yang dimiliki CV. A tersedia banyak dan dapat diperoleh dengan mudah karena lokasi usaha dekat dengan sumber bahan baku. 6. Identitas jaminan tidak jelas dan tidak dapat diikat secara sempurna, ditemukan mitigasi sebagai berikut, 15 jaminan adalah milik pengurus dan 1 jaminan milik pengurus lama dan jaminan diikat secara APHT dengan nilai minimal sebesar 125% dari limit pembiayaan. 7. Terjadi kerusakan pada obyek pembiayaan atau jaminan, mitigasinya adalah seluruh obyek jaminan yang bersifat insurable wajib diasuransikan kepada perusahaan asuransi rekanan BSM. Setelah analisis, resiko dan mitigasi selesai selanjutnya akan dilakukan akad pengikatan agunan
terhadap
notaris,
perincian
struktur
pembiayaan
musyarakah modal kerja oleh BSM dan plafon pembiayaan. Menurut Nabhan (2008:71-72) musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan (biasanya didasarkan atas besarnya modal dan peran masingmasing pihak). Apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal. Secara keseluruhan teori diatas sudah diaplikasikan ke dalam prakteknya di bank syariah mandiri cabang Salatiga dan mungkin hanya perlu beberapa aspek tambahan agar terwujud pembiayaan yang berdasarkan asasasas perbankan syariah. Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan terhadap nota analisa pembiayaan, diketahui bahwa bank hanya menggunakan analisis 7A. Dalam nota analisa pembiayaan CV. A, BSM mencantumkan Aspek 7A yang dimiliki oleh bank syariah mandiri, yaitu meliputi: aspek yuridis, aspek manajemen/karakter, aspek teknis dan produksi, aspek pemasaran, aspek
keuangan, aspek
sosial dan ekonomi dan AMDAL serta aspek agunan. Namun di dalam teori perbankan syariah, analisis yang digunakan adalah 5C+IS yang meliputi character, capacity, capital, collateral dan condition serta dilandasi dengan hukum bermuamalah sesuai syariah Islam agar tidak terjadinya maisir, gharar, haram, riba dan bathil. Alangkah baiknya apabila analis 7A diimbangi dengan analisa 5C+IS agar terwujudnya pembiayaan yang syari’ dan dapat mensejahterakan umat melalui pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Dari analisis 7A yang dilakukan Bank Syariah Mandiri, sudah menggunakan semua aspek dengan benar. Hal ini menunjukan bahwa usaha nasabah CV. A bisa mendapatkan pembiayaan di
Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga. Penulis menyesuaikan dengan nota analisa pembiayaan bank, dimana ke tujuh aspek dilakukan secara rinci, sehingga CV. A berhak memperoleh pembiayaan musyarakah modal kerja.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspek yang dilihat dan dipertimbangkan dalam analisis kelayakan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Dalam analisis yang dilakukan penulis terhadap 7 aspek yang digunakan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, secara garis besar telah sesuai dengan prosedur analisis kelayakan pembiayaan yang meliputi: aspek yuridis, aspek karakter dan manajemen, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan AMDAL serta aspek agunan. Dalam kasus ini Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga hanya menggunakan aspek 7A. Dalam pelaksanaan analisis 7A yang telah dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga telah menghasilkan angka posistif pada semua aspek. 2. Resiko dan mitigasi hasil analisis Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Langkah-langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga untuk
meminimalisir
resiko
yang
muncul dalam
pelaksanaan analisis kelayakan pembiayaan, adalah dilakukannya mitigasi yang sesuai dengan teori yang ada maupun dalam
praktiknya. Analisis yang dilakukan oleh marketing Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dilakukan dengan berdasarkan ketelitian dan fakta yang ada di lapangan. Sehingga resiko yang akan muncul dapat diselesaikan dengan mitigasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi suatu perusahaan. Hasil analisis menunjukan bahwa perusahaan memiliki potensi untuk memperoleh pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. B. Saran Adapun saran yang kiranya penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga diharapkan selalu menerapkan serta mempertahankan analisis yang menjadi ciri khas Bank Syariah Mandiri dan selama ini digunakan yaitu analisis 7A. Selain itu Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga juga diharapkan mengimbangi aspek diatas dengan analisis pada teori perbankan syariah yaitu 5C dan didukung dengan prinsip bermuamalah yang baik. 2. Diharapkan analisis terhadap aspek 7A dilakukan secara rinci sehingga hasil yang dicapai dalam pemberian pembiayaan akan lebih maksimal dan dapat mengurangi resiko pembiayaan, serta terciptanya pembiayaan yang bermanfaat bagi Bank Syariah Mandiri dan nasabah.
DAFTAR PUSTAKA Awaliyah, Robi’atul. 2013. Analisis Proposal Pengajuan Pembiayaan Implan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. STAIN Salatiga. Barkiyah, Apti. 2007. Prosedur Pemberian Pembiayaan Di BMT RAMA Salatiga. STAIN Salatiga. Darmawi, H. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Dewi, G. 2005. Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia (Edisi Revisi), Cetakan Ke-3. Jakarta: Kencana. Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi.III. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press. . 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. . 2004. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Grafindo Persada. Mukaromah, Laela. 2013. Analisis Pembiayaan Musyarakah Di BMT Tumang Cabang Cepogo. STAIN Salatiga. Muhammad. 2005. Manajemen pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Nabhan, Faqih. 2008. Dasar-dasa Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Lumbung Ilmu Rianti Puspo, Dwi Woro. 2013. Analisis Pembiayaan Usaha Mikro Dan Kecil Melalui Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Palur Sukoharjo. Ridwan, Muhammad. 2007. Konstuksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka SM Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. 2010. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah: DariTteori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Wahyu, Ninda. 2013. Analisis Kelayakan Agunan Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT Bismillah Sukorejo Kabupaten Kendal. Wibowo Edy dan Hendy Untung. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah?. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia Wirdyaningsih. 2005. Bank dan asuransi islam di indoneia (Edisi pertama) cetakan kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Yaya, Rizal., Erlangga Martawireja Aji dan Abdurahman Ahim. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat
Referensi Dari Internet: http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif diunduh pada tanggal 4 Juli 2014 pukul 20.54 http://dinulislamjamilah.wordpress.com/2010/04/12/metode-pengumpulan-data/ diposkan oleh: Dinul Islam Jamilah diunduh pada tanggal 5 Juli 2014 pukul 04.14 http://www.syariahmandiri.co.id// diunduh pada tanggal 2 Agustus 2014 pukul 16.32 http://pembiayaanku.wordpress.com Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2014 pukul 04.25 http://pembiayaanku.wordpress.com/2013/12/28/ingin-tahu-bagaimanabanksyariah-mem-proses-pembiayaan-simak-yuks-bagian-2/. Diakses tanggal 5 Agustus 2014 pukul 04.28 http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/daftar_hitam.aspx.diposkan mediaBPR.com diakses pada tanggal 6 Agustus 2014 pukul 09.56
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Wawan Pambudi
Alamat
: RT. 03 / 15, Modangan Kidul, Blotongan, Salatiga
Tempat/tanggal lahir : Salatiga, 7 Januari 1992 Riwayat Pendidikan : 1. SD Blotongan 03 Salatiga
: Lulus Tahun 2003
: 2. SMP Negeri 7 Salatiga
: Lulus Tahun 2007
: 3. SMK Saraswati Salatiga
: Lulus Tahun 2010
: 4. STAIN Salatiga Nama Wali
: Masudi
Pekerjaan
: Wiraswasta