IMPLEMENTASI 5C DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT TUMANG CABANG AMPEL
TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
Disusun oleh: INDRA BUDI UTOMO NIM : 20109025
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
28 Agustus 2012
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada, Yth. Ketua STAIN Salatiga diSalatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudara : Nama
: Indra Budi Utomo
NIM
: 20109025
Judul
: IMPLEMENTASI 5C DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT TUMANG CABANG AMPEL
Dapat diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing
Mochlasin, M. Ag. NIP. 19710923 200604 1 002
TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI 5C DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT TUMANG CABANG AMPEL
DISUSUN OLEH: INDRA BUDI UTOMO NIM. 20109025 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan Syariah Program Studi Perbankan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 4 Oktober 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan A. Md. E. Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah) / Hukum Islam. Susunan Panitia Penguji: Ketua Penguji
: Drs. H. Mubasirun, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Ilyya Muhsin, S.Hl., M.Si
Penguji I
: Drs. H. Alfred L., M.Si
Penguji II
: Hikmah Endraswati, M.Si
Penguji III
: Mochlasin, M.Ag
Salatiga, 4 Oktober 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 1983 03 1 002
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada: Ø
Almarhum Ibu saya yang telah mengajarkan banyak tentang makna kehidupan. Semoga mendapat ridho Allah SWT.
Ø
Bapak saya yang selalu memberikan bantuan materiil maupun moril, semangat dan membimbing hingga sampai saat ini.
Ø
Keluaraga besar saya yang selalu mendukung dan memotifasi untuk menyelesaikan pendidikan.
Ø
Terimakasih untuk sahabat-sahabat yang selalu menemani dalam suka maupun duka.
Ø
Bapak Mochlasin memberikan motivasi dan bimbingan dalam pekuliahan maupun tugas akhir.
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlahkesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (Ali Imran: 200)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini saya: Nama : Indra Budi Utomo NIM
: 20109025
Alamat : Karakan Rt 03, Rw 04, Catur, Sambi, Boyolali. Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan DIII Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dengan judul: IMPLEMENTASI 5C DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT TUMANG CABANG AMPEL Adalah hasil karya sendiri, bukan “Duplikasi” dari karya orang lain. Selanjutnya apabila dikemudian hari ada “Klaim” dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab dosen pembimbing dan atau pihak STAIN. Tetapi menjadi tanggung jawab saya sendiri. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.
Salatiaga, 25 Juli 2012 Hormat saya,
Indra Budi Utomo NIM 20109025
KATA PENGATAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah Nya kepada kita, salawat serta salam selalu kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Studi Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan tugas akhir ini banyak melibatkan pihak yang membantu dan memberikan bimbingan serta motivasi yang tidak ternilai harganya. 1.
Untuk itu perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak H. Abdul aziz NP, MM selaku ketua Program Studi DIII Perbankan Syariah.
3.
Bapak Mochlasin, M. Ag. selaku pembimbing tugas akhir, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan dalam tugas akhir.
4.
Bapak Dr. Faqih Nabhan, MM selaku dosen pembimbing lapangan.
5.
Bapak Tri Mulyadi, selaku pimpinan BMT Tumang Cabang Ampel, beserta seluruh karyawan yang memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan kegiatan magang dan penulisan tugas akhir.
6.
Ayah dan ibu yang memberikan dukungan moril dan materiil sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir.
7.
Teman – teman DIII Perbankan Syariah.
8.
Seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang telah
membantu kelancaran tugas akhir ini. Dalam penulisan tugas akhir peneliti sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya
dan juga bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 28 Agustus 2012 Penyusun,
Indra Budi Utomo
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi ABSTRAK ...................................................................................................... v LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vi MOTTO.......................................................................................................... vii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 2. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 4 D. Penelitian Terdahulu............................................................................. 5 E. Metode Penulisan 1. Metode Penelitian ........................................................................... 7 2. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 7 3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 8 F. Penegasan Istilah .................................................................................. 9 G. Sistimatika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan .................................................................. 12 2. Tujuan Pembiayaan ....................................................................... 17 3. Fungsi Pembiayaan ........................................................................ 17 4. Jenis-jenis Pembiayaan .................................................................. 17 B. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Murabahah ................................................................... 19 2. Landasan Syariah .......................................................................... 19 3. Jenis Murabahah ............................................................................ 20 4. Rukun Pembiayaan Murabahah ..................................................... 23 5. Syarat-syarat Murabahah ............................................................... 24 6. Prosedur Pembiayaan .................................................................... 26 BAB III LAPORAN OBYEK A. Sejarah Berdirinya BMT 1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang .................................................. 32 2. Sejarah Berdirnya BMT Tumang Cabang Ampel ........................... 34 B. Visi Dan Misi BMT Tumang ............................................................... 35 C. Struktur Organisasi .............................................................................. 37 D. Job Discription ................................................................................... 38 E. Produk-produk BMT Tumang ............................................................. 41 F. Deskriptif ........................................................................................... 48 BAB IV ANALISIS A. Implementasi 5C dalam Pembiayaan Murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel ....................................................................... 50 B. Masalah-masalah yang Timbul dalam Implementasi 5C dalam Pembiayaan Murabahah ........................................................... 59 C. Kebijakan BMT Tumang untuk Mengatasi Masalah-masalah yang Timbul dalam Implementasi 5C dalam Pembiayaan Murabahah ...................... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 63 B. Saran ................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAR HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Nasabah Pembiayaan Murabahah ......................................... 49 Tabel 2.2 Daftar Angsuran Per Bulan .............................................................. 56
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Murabahah Tanpa Pesanan .................................................. 21 Gambar 2.2 Alur Murabahah Berdasarkan Pesanan ........................................ 22 Gambar 2.3 Skema Pembiayaan ...................................................................... 31 Gambar 2.4 Struktur Organisasi ...................................................................... 38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat dikeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Dengan adanya perubahan Undang-Undang tersebut menyebabkan banyak berdiri lembaga keuangan konvensional membuka kantor cabang syariah atau membuka unit layanan syariah (Muhammad, 2005: 19). Baitul Maal wat Tanwil (BMT) adalah salah satu lembaga keuangan yang beroperasi dengan prisip syariah. Dengan menghimpun dana, menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan, dan layanan jasa. Dalam penyaluran dana yang sering disebut pembiayaan yang didalamnya beroperasi sesuai syariat islam dengan menggunakan sistem bagi hasil, jual beli, sewa, seperti halnya bank (Antonio, 2001: 101). Demikian pula dengan BMT Tumang Cabang Ampel ikut serta dalam mensyiarkan agama islam dan mensejahterakan masyarakat. BMT Tumang Cabang Ampel selain menyediakan produk-produk penghimpun dana dan jasa juga menyediakan produk-produk pembiayaan. Setiap lembaga keuangan mempunya standarisasi metode analisa pada pembiayaan, namun kebanyakan lembaga keuangan menggunakan
metode 5C untuk menganalisa pembiayaan karena metode ini sangat teliti, tepat, dan akurat. Sebelum pihak lembaga keuangan memutuskan calon nasabah pemohon pembiayaan, apakah diterima atau ditolak, terlebih dahulu lembaga keuangan tersebut harus mempertimbangkan suatu prinsip atau kebijakan yang ada. Prinsip atau kebijakan yang ada adalah 5C yaitu Caracter, Collateral, Capital, Capacity, dan Condition. Ini penting untuk mengetahui apakah keadaan calon nasabah memang benar dapat dipercaya dan mempunyai itikad baik untuk mengendalikan pinjaman serta mengembalikan dana pinjaman ke lembaga keuangan dengan waktu yang telah disepakati. Dalam pembiayaan murabahah menggunakan sistem margin keuntungan. Penilaian masyarakat dalam menentukan margin keuntungan tidak jauh dari bunga bank karena bank syariah mengambil keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional. Maka bank syariah dinilai tidak islami. Selain itu pada pembiayaan murabahah adanya penerapan akad yang tidak sesuai dengan mestinya, misalnya pada pembiayaan mengggunakan akad mudharabah/kerjasama namun pada kenyataannya pembiayaan tersebut menggunakan akad murabahah/jual beli. Penerapan yang kurang tepat dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah.
Di BMT Tumang Cabang Ampel produk yang banyak diminati nasabah adalah pembiayaan murabahah sehingga pembiayaan murabahah menjadi produk unggulan. Namun juga menimbulkan banyak masalah dalam pembiayaan yaitu banyaknya kredit bermasalah yang diakibatkan dimana si debitur tidak mampu mengembalikan atau melunasi pinjaman yang sesuai waktu pengembalian pinjaman sesuai kesepakatan. Maupun dari pengelola BMT Tumang Cabang Ampel yang belum bisa menerapkan analisis pembiayaan dengar benar dan tepat antara lain kurang telitinya menganalisis debitur, kurangnya pengawasan dari pihak lembaga keuangan, nasabah kurang mampu mengelola usahanya, dan nasabah tidak mempunyai itikad baik untuk mengembalikan pinjaman (Karim, 2004: 244). Maka pentingnya implementasi 5C adalah untuk menekan timbulnya resiko pembiayaan bermasalah dengan cara menerapkan dengan baik dan tepat. Melihat permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti hendak melakukan penelitian dengan judul IMPLEMENTASI 5C DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT TUMANG CABANG AMPEL. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pokok permasalah yang akan dibahas, yaiu sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel?
2. Apa masalah-masalah apa yang timbul pada implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel? 3. Apa kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pada implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. b. Untuk
mengetahui
masalah-masalah
yang
timbul
pada
implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. c. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pada implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. d. Memberikan masukan berupa saran kepada BMT Tumang Cabang Ampel dalam menganalisa pembeian kredit supaya lebih teliti. 2. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian tentang implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel yaitu : a. Bagi STAIN Sebagai alat ukur keberhasilan dan bahan penelitian selanjutnya di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
b. Bagi Lembaga Mikro Syariah Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan dapat dijadikan barometer, apakah aplikasi 5C yang telah diterapkan
telah
berjalan
baik
atau
tidak
serta
sebagai
pertimbangan dalam menentukan kebijakan bagi BMT Tumang Cabang
Ampel
di
dalam
aplikasi
pembiayaan
sehingga
pembiayaan yang bermasalah dapat diatasi dan sebagai masukan. c. Bagi Penyusun 1) Untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang prektek dalam pemberian pembiayaan sebagai bahan perbandingan. 2) Untuk bahan pertimbangan antara teori yang telah didapat selama di dalam perkuliahan dengan praktek yang ada di lapangan. D. Penelitian Terdahulu Tugas akhir yang berjudul
Analisis Pemberian Kredit Di BRR
Mekar Nugroho (2009), disusun oleh Teguh Prayogo. Menyimpulkan bahwa analisis pemberian kredit menggunakan pedoman 5C yaitu Character, Collateral, Capital, Capacity, Condition dalam menganalisis nasabah. Juga membahas prosedur pemberian kredit di BPR Mekar Nugroho yang meliputi kredit umum, kredit pegawai dan kredit kelompok. Penelitian
Suwarsih berjudul Sistem Penerimaan Kas Dari
Pelunasan Kredit Pada Perum Pegadaian Cabang Boyolali (2004), menyimpulkan bahwa sistem dan prosedur penerimaan kas pada Perum
Pegadaian Cabang Boyolali yaitu belum diterapkan bagian-bagian yang belum bertugas sesuai dengan tugasnya. Dalam penelitian Nanik Khoiriyatul Farida berjudul Sistem Pemberian Kredit Gadai Di Perum Pengadaian Cabang Suruh (2005) menyimpulkan bahwa nasabah dalam peminjaman kredit harus mematuhi prosedur yang telah ditentukan dan sistematik pelunasan. Dalam Tugas Akhir Nanik Astuti yang berjudul Prosedur Pembiayaan Murabahah KSU BMT Tumang Cabang Cepogo (2004) dapat disimpulkan bahwa masyarakat dalam mengajukan pembiayaan di lembaga keuangan syariah itu menggunakan sistem mark up yang ditetapkan lembaga tersebut, karena sistem mark up dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Selanjutnya tugas akhir yang berjudul Manajemen Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil Di BMT Blater (2006) oleh Janah menyatakan bahwa pemberian pembiayaan kepada nasabah harus benar-benar selektif terhadap proposal pembiayaan yang masuk dengan tujuan untuk menghindarkan dari kredit macet dengan menggunakan analisis 5C. Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, analisis pembiayaan yang digunakan sama yaitu 5C. Namun pada penelitian tentang analisis pembiayaan di BMT Tumang belum pernah dilakukan sebelumnya, dengan demikian penyusun melakukan penelitian yang berjudul
Implementasi 5C Dalam Pembiayaan Murabahah Di BMT
Tumang Cabang Ampel.
E. Metode Penulisan 1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Suharsini Arikunto (1996: 21) adalah suatu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan dari obyek yang akan diteliti sehubungan permasalahan obyek yang dibahas. Adapun metode deskriptif menurut Hasan (2002: 13-14) adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi termasuk tentang hubungan-hubungan,
kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap,
pandangan-
pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh
suatu
fenomena.
Pada
penelitian
ini
berusaha
mendiskripsikan aplikasi 5C dalam analisis pembiayaan murabahah yang ada di BMT Tumang Cabang Ampel, serta kebijakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Jenis dan Sumber Data a. Data primer Dalam penelitian data primer adalah data dapat didapat langsung. Dengan wawancara langsung dengan pengelola BMT bagian finance dan nasabah untuk mendapatkan informasi dalam implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah, data hasil survey. Dan mewawancarai manajer cabang untuk mengetahui kebijakan yang
dilakukan
untuk
mengatasi
masalah-masalah
pada
implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumbersumber yang telah ada. Data sekunder untuk melengkapi data pokok yang didapat dari kepustakaan atau peneliti sebelumnya. Data sekunder berupa latar belakang dan sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, job description dari BMT Tumang Cabang Ampel. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian yang akan dilakukan, metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian dapat diamati oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. b. Wawancara Peneliti melakukan pengumpulan data dengan wawancara dengan manajer cabang, anggota BMT Tumang Cabang Ampel dan nasabah untuk memperoleh informasi dan data ini berupa gambaran umum BMT Tumang Cabang Ampel.
c. Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu metode yang dipakai dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa transkip, surat kabar, dan lain-lain. Pada penelitian ini berupa data sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, job description dari BMT Tumang Cabang Ampel. F. Penegasan Istilah Untuk memperjelas tugas akhir yang berkaitan dengan judul, maka penyusun menjelaskan dalam penegasan istilah yaitu: 1. Implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dilaksanakan
dalam
bentuk sesuai
kurikulum dengan
desain
(tertulis)
desain
agar
tersebut
(http://www.forumkami.net). 2. Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga (Muhammad 2005: 17). Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investai yang direncanakan. 3. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati antara lembaga keuangan dengan nasabah (Sudarsono, 2003: 47).
4. Baitul Maal Wattanwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tanwil, baitul maal lebih mengarah pada usaha–usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti pengumpulan dana zakat, infaq dan sodaqoh. Sedangkan baitul tanwil sebagai usaha pengumpul dana dan penyalur dana komersil. Usahausaha tersebut menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah (Sudarsono 2003: 84). G. Sistimatika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, penegasan istilah, sistimatika penulisan Tugas Akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI Mendiskripsikan tentang implementasi 5C pada produk pembiayaan murabahah yang ditinjau dari teori yang telah ada dan menitikberatkan tinjauan kepustakaan
BAB III
LAPORAN OBYEK Menjelaskan secara detail tentang BMT Tumang Cabang Ampel dari latar belakang dan sejarah berdirinya, tujuan,
visi dan misi, job description, struktur organisasi, produkproduk BMT Tumang Cabang Ampel. Serta laporan deskriptif menjelaskan secara umum tentang pembiayaaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. BAB IV
ANALISIS Dalam analisis membahas tentang implementasi 5C pada pembiayaan murabahah dan penanganan masalah-masalah yang timbul pada implementasi 5C dalam pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel, serta kebijakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah tersebut.
BAB V
PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya BMT Tumang Cabang Ampel.
BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Dalam UU No. 10 tahun 1998 dijelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesempatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2000: 333). Sedangkan menurut Muhammad (2005: 17) pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investai yang direncanakan. Dari pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, dan adanya kesepakatan antara lembaga keuangan dengan penerima pembiayaan (debitur) dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Dalam perjanjian tersebut tercakup hak dan kewajiaban masingmasing termasuk jangka waktu dan nisbah bagi hasil yang diperoleh. Untuk meminimalisir resiko pembiayaan yang sulit dihindari, maka
pihak lembaga keuangan harus mengadakan suatu analisis untuk meyakinkan si debitur benar-benar dapat dipercaya dan mampu mengembalikan uang dalam tempo yang telah disepakati bersama. Dalam
analisis
pembiayaan,
Kasmir
(2000:
135-139)
menggunakan prinsip 5C, yaitu: a. Character (Karakter) Character adalah watak atau sifat calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada lembaga keuangan bahwa sifat atau watak debitur dapat dipercaya dalam membayar pembiayaan. Ada pun kendala dalam menilai karakter karena masingmasing manusia mempunyai sifat dan watak yang berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu bagian pembiayaan harus menguasai praktek untuk dapat mengetahui sifat atau watak dari pada calon debitur dan harus mempunyai pengalaman yang cukup dalam menilai karakter seseorang, sehingga dapat mengambil kesimpulan tentang calon debitur dengan benar. Untuk
menilai
debitur
character yaitu: 1) Dapat dipercaya 2) Ahlaknya baik 3) Kemampuan unuk membayar.
harus
memenuhi
unsur-unsur
Agar mendapatkan gambaran tentang karakter, pihak lembaga keuangan dapat menempuh dengan cara yaitu, sebagai berikut: meneliti daftar riwayat hidup, meminta informasi debitur dari lingkungan sekitar. b. Capacity (Kemampuan) Untuk menilai kemampuan calon debitur dalam membayar pembiayaannya, dapat dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin besar kemampuannya untuk membayar pembiayaan. Pengukuran kapasitas debitur dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain: 1) Pendekatan Historis, yaitu menilai nasabah dari sejarah usaha nasabah
yang
bersangkutan,
apakah
usahanya
banyak
mengalami kegagalan atau mengalami perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. 2) Pendekatan Finansal, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan laba rugi untuk beberapa periode terakhir untuk mengetahui seberapa besar keuntungan atau kerugian serta resiko usahanya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam kapasitas adalah: 1) Kemampuan dalam berbisnis 2) Kemampuan mencari keuntungan c. Collateral (Jaminan) Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang berupa fisik (barang) maupun non fisik (surat berharga). Jaminan harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dicairkan secepat mungkin dengan syarat jika calon debitur melakukan penyimpangan terhadap kesepakatan awal. Sehingga unsur-unsur yang terkandung dalam collateral adalah: 1) Barang jaminan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada jumlah pengajuan pembiayaan. 2) Harus dilihat keabsahan barangnya. 3) Memiliki nilai ekonomis, yakni jika dijual laku dipasaran atau produktif. d. Capital (Modal) Capital
adalah
untuk
mengetahui
sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki debitur terhadap usaha yang akan dibiayai. Calon debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Penilaian terhadap permodaalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang
dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankan. Besarnya kemampuan modal calon debitur nasabah dapat diketahui laporan keuangan perusahaan yang dimiliki. Semakin besar perusahaan yang dimiliki, semakin mudah memperoleh data modal sendiri. Tapi untuk usaha kecil biasanya tidak mempunyai laporan keuangan, maka pihak lembaga keuangan harus melakukan wawancara dan kunjungan ke calon debitur untuk menyusun perkiraan laporan keuangan sehingga diperoleh informasi tentang modal sendiri. Adapun unsur-unsur capital antara lain: 1) Mempunyai sumber modal. 2) Penggunaan modal yang efektif. e. Condition (Kondisi) Dalam
menilai
pembiayaan
hendaknya
juga
menilai
bagaimana kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pembiayaan untuk sektor tertentu jangan terlebih dahulu, harus melihat bagaimana prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. Penilaian terhadap kondisi ini untuk mengetahui sejauh mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu daerah sehingga dapat memberikan dampak, baik bersifat positif maupun negatif terhadap perusahaan yang akan dibiayai
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur condition adalah: 1) Usaha lancar 2) Mempunyai prospek kedepan yang baik 3) Kondisi perekonomian. 2. Tujuan Pembiayaan Menurut Muhammad (2005: 17-18) secara makro pembiayaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro pembiayaan diberikan dengan tujuan memaksimalkan laba, meminimalkan resiko, penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana. 3. Fungsi Pembiayaan Sesuai dengan tujuan pembiayaan tersebut, maka pembiayaan memiliki
fungsi
sebagai
berikut
(Muhammad,
2005:
19-21)
meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan kegairahan usaha, stabilitas ekonomi, dan sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 4. Jenis-jenis Pembiayaan Adapun jenis-jenis pembiayaan bank syariah menurut Karim (2006: 231) adalah sebagi berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja Syariah Pembayaan modal kerja syariah yaitu pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu untuk pembiayaan maksimal satu tahun ada dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja ini dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Dalam pemberian pembiayaan ini perlu dilakukan analisis terlebih dahulu, yang meliputi jenis usaha, skala usaha, tingkat kesulitan usaha yang dijalankan, dan karakter transaksi dalam sektor usaha yang akan dibiayai. b. Pembiayaan Investasi Syariah Pembiayaan investasi syariah adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang. Modal yang diperlukan pendirian proyek baru, rehabilitas (penggantian mesin atau peralatan lama yang sudah rusak), modernisasi (penggantian mesin atau peralatan lama dengan yang baru yang tingkat teknologinya lebih tinggi), ekspansi (penambahan mesin atau peralatan), dan relokasi proyek yang ada (pemindahan lokasi proyek atau pabrik secara keseluruhan). Jangka waktu pembiayaan ini maksimal 12 tahun.
B. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Murabahah Kata Murabahah diambil dari
bahasa
Arab dari kata ar-
ribhu (ُ )اﻟﺮِﺑْﺢyang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan). Sedangkan secara istilah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan (www.Esayislam.com/murabahah, 10 juni 2012). Menurut M. Syafi`i Antonio (2001: 101) dalam bukunya mengartikan bahwa Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, penjual harus memberikan pokok produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan, menentukan lama pembiayaan dan besar angsuran yang akan diangsur. 2. Landasan Syariah Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara syar'i, serta didukung oleh mayoritas ulama. Landasan hukum akad murabahah ini adalah: Allah firman:
ﺍﻟﺭﹺّﺏّﻡﺭﺤ ﻭﻊﻴلَّ ﺍﷲُ ﺍﻟﹾﺒﺃَﺤﻭ Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275).
Allah firman:
ﺘﹶﻜﹸﻭﻥلِ ﺇِﻻﹶّ ﺃَﻥﺎﻁﻨﹶﻜﹸﻡ ﺒﹺﺎﻟﹾﺒﻴﺍﻟﹶﻜﹸﻡ ﺒﻭﻨﹸﻭﺍ ﻻﹶﺘﹶﺄْﻜﹸﻠﹸﻭﺍ ﺃَﻤﺍﻤ ﺀﻴﻥﺎ ﺍﻟﹶّﺫّﻬﺎﺃَﻴﻴ .ّﻨﻜﹸﻡﺍﺽﹴ ﻤﻥ ﺘﹶﺭﺓﹰ ﻋﺎﺭﺠﺘ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa:29). Dan kaidah Fikih:
ﺎﻬﻤﺭﹺﻴ ﺘﹶﺤﻠﻰلٌ ﻋﻟِﻴلَّ ﺩﺩ ﻴﺔ ُ ﺇِﻻ َّ ﺃَﻥﺎﺤ ﺍﻹِﺒﻼﹶﺕﺎﻤﻌﻰ ﺍﻟﻤلُ ﻓﺍﻷَﺼ Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. 3. Jenis Murabahah Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (Sudarsono, 2003: 30-33): a. Murabahah tanpa Pesanan Pada prinsipnya, dalam transaksi murabahah pengadaan barang menjadi tanggung jawab bank syariah sebagai penjual. Dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli murabahah dilakukan. Pengadaan barang dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Membeli barang jadi
kepada produsen. Dan memesan kepada pembuat barang dengan pembayaran
dilakukan
secara
keseluruhan
setelah
akad.
Murabahah tanpa pesanan dapat dijelaskan dengan gambar berikut: Gambar 2.1 ALUR MURABAHAH TANPA PESANAN
Sumber: Wiroso, 2005: 38 1) Nasabah melakukan proses negoisasi atau tawar menawar kentungan dan menentukan syarat pembayaran dan barang sudah berada di tangan bank syariah. Dalam negoisasi ini, bank harus memberitahu dengan jujur perolehan barang yang diperjualbelikan beserta keadaan barangnya. 2) Apabila kedua belah pihak sepakat, tahap selanjutnya dilakukan akad untuk transaksi jual beli murabahah tersebut.
3) Tahap berikutnya bank syariah menyerahkan barang yang diperjualbelikan, hendaknya diperhatikan syarat penyerahan barang. 4) Setelah penyerahan barang, pembeli melakukan pembayaran harga jual barang dan dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. b. Murabahah berdasarkan Pesanan Bank syariah akan melakukan transaksi murabahah jika ada nasabah yang memesan. Gambar 2.2
Dari gambar 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Nasabah melakukan pemesanan barang yang akan dibeli kepada bank syariah, dan dilakukan negoisasi terhadap harga barang dan keuntungan, syarat penyerahan barang, syarat pembayaran barang dan sebagainya.
2) Setelah diperoleh kesepakatan dengan nasabah, bank syariah mencari barang yang dipesan. Pengadaan barang yang dipesan oleh nasabah menjadi tanggung jawab bank syariah sebagai penjual. 3) Selajutnya bank syariah dan pemasok dilakukan proses jual beli barang dan penyerahan barang dari pemasok ke bank syariah. Serta bank syariah memberitahukan harga perolehan beserta keadaannya. 4) Setelah barang secara prinsip menjadi milik bank syariah, dilakukan proses akad jual beli murabahah. 5) Tahap berikutnya bank syariah menyerahkan barang yang diperjualbelikan, hendaknya diperhatikan syarat penyerahan barang, misalnya sampai tempat pembeli atau tempat penjual saja. Hal ini akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan pembeli. 6) Setelah penyerahan barang, pembeli melakukan pembayaran harga jual barang dan dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Kewajiaban pembeli adalah membayar harga jual yang meliputi harga pokok ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati dan dikurangi uang muka (jika ada). 4. Rukun Pembiayaan Murabahah (Jual Beli) a. Adanya pihak-pihak yang melakukan akad yaitu pembeli dan penjual.
b. Obyek yang diakadkan, yang mencakup: barang atau benda yang dibeli. c. Akad/Sighat yang terdiri dari: lafad ijab dan qabul. 5. Syarat-syarat Murabahah Ketentuan murabahah diatur pula dalam Fatwa DSN No. 04/ SDSN- MUI/ IV/ 2000 yaitu (Wiroso, 2005: 47-49 ): a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b. Barang yang dijual belikan tidak diharamkan oleh syariat islam. c. Bank membiayai sebagian atau keseluruhan harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas riba. e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian barang dilakukan secara utang. f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga senilai harga plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g. Nasabah membayar harga barang pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati . h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
i.
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini
dalam fatwa adalah sebagai berikut: a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang kepada bank. b. Jika bank menerima permohonan tersebut, maka bank harus membeli terlebih dahulu barang yang dipesan secara sah dengan pedagang. c. Bank kemudian menawarkan barang tersebut kepada nasabah dan nasabah harus membelinya sesuai perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat. Setelah itu kedua belah pihak harus membuat kontrak perjanjian jual-beli. d. Dalam hal ini bank diperbolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka disaat menandatangani kesepakatan awal memesan. e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. f. Jika uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
Dalam pelaksanaan murabahah ini, pihak bank diperbolehkan untuk meminta jaminan nasabah bertujuan supaya nasabah serius dengan pemesannya. Hutang dalam murabahah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Wiroso, 2005: 60): a. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, maka nasabah tetap kewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. b. Jika
nasabah
menjual
barang
tidak
boleh
memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. c. Jika nasabah menunda pembayaran dengan sengaja, maka penyelesaiannya dilakukan melalui musyawarah. d. Jika nasabah bangkrut dan gagal menyelesaiakan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai nasabah sanggup membayar berdasarkan kesepakatan. 6. Prosedur Pembiayaan Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat yaitu proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik. Maka prosedur pembiayaan sebagai berikut (Sunarto Zulkifli, 2003: 38):
a. Permohonan Pembiayaan Tahap awal proses pembiayaan adalah permohonan pembiayaan. Secara formal, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis dari nasabah kepada officer bank. Namun implementasinya, permohonan dapat dilakukan secara lisan terlebih
dahulu,
untuk
kemudian
ditindaklanjuti
dengan
permohonan tertulis jika menurut officer bank usaha dimaksud layak dibiayai. b. Pengumpulan Data dan Investigasi Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada kebutuhan dan tujuan pembiayaan. Untuk pembiayaan, data yang diperlukan antara lain: 1) Untuk Pegawai (Karyawan Swasta/ PNS): a) Kartu identitas calon nasabah dan istri (KTP atau passport). b) Kartu Keluarga, Surat Nikah. c) Slip gaji terakhir. d) Surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK pengangkatan untuk PNS. e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir. f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik. g) Data obyek pembiayaan. h) Data jaminan.
2) Untuk pengusaha perorangan: a) Kartu identitas calon nasabah dan istri (KTP atau SIM). b) Kartu Keluarga, Surat Nikah. c) Surat Ijin Usaha Perdagangan. d) Nomor Pokok Wajib Pajak. e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir. f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir. g) Data obyek pembiayaan. h) Data jaminan. 3) Untuk profesional (dokter, pengacara, dll): a) Kartu identitas calon nasabah dan istri (KTP atau passport). b) Kartu Keluarga, Surat Nikah. c) Surat ijin profesi. d) Surat ijin praktek. e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir. f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir. g) Data obyek pembiayaan. h) Data jaminan. c. Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai kebijakan bank. Namun kebanyakan bank
menggunakan metode analisa 5C yaitu: Caracter, Collateral, Capital, Capacity, Condition. Jika calon nasabah memenuhi persyaratan 5C maka nasabah ketahap selanjutnya. d. Persetujuan Pembiayaan Persetujuan pembiayaan adalah proses penentuan disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan usaha. Yang terlibat dalam komite pembiayaan adalah officer bank dan senior officer yang bertugas dalam memutuskan apakah pengajuan pembiayaan ditolak atau ditunda ataupun disetujui. e. Pengumpulan Data Selanjutnya, pengumpulan data digunakan untuk memenuhi persyaratan tambahan yang diperoleh dari komite pembiayaan. Penentuan
persyaratan
ini
merupakan
hal
terpenting
dan
merupakan indikasi utama tindak lanjut pencairan dana. f. Pengikatan Tahap selanjutnya adalah pengikatan yaitu pengikatan pembiayaan maupun jaminan. Dalam pengikatan dibedakan menjadi dua macam yakni: pengikatan di bawah tangan adalah proses penandatanganan akad yang dilakukan antara bank dan nasabah.,
sedangkan
pengikatan
notariel
adalah
penandatanganan akad yang disaksikan oleh notaris.
proses
g. Pencairan Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada nasabah. Sebelum dilakukan proses pencairan, harus dilakukan pemeriksan kembali semua kelengkapaan yang harus dipenuhi sesuai proposal pembiayaan. h. Monitoring Tahap setelah pencairan adalah memonitoring nasabah dengan memantau perkembangan usaha nasabah. Jika terjadi tidak tercapainya target maka officer bank melakukan tindakan penyelamatan yaitu turun kelapangan menemui nasabah untuk mengetahui permasalahan yang dialami nasabah.
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan
Sumber: Sunarto, 2003: 141
BAB III LAPORAN OBYEK A. Sejarah Berdirinya BMT 1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Dalam perkembangan BMT diawali setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usah kecil dan menengah, maka muncul usaha utuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR Syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut, selain itu juga untuk melepaskan ketergantungan pada rentenir, melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. Pada tahun 2001 perkembangan BMT sangat pesat terdapat 2938 BMT (Sudarsono, 2003: 86-87). Di propinsi Jawa Tengah terdaftar 513 BMT dan yang melaporkan kegiatannya terdapat 447 BMT. Salah satunya BMT Tumang, yang dipelopori oleh Adib Zuhairi, S.Sos dengan berbekal buku saku “Cara Pendirian BMT” yang diterbitkan PINBUK Jakarta. Pada tanggal 28 Juli 1998 beliau mensosialisasikan BMT kepada warga daerah Tumang. Pada tanggal 1 Agustus 1998 di rumah Bpk Ali Sya’ni yaitu menyepakati pendirian BMT dengan nama BMT TUMANG, dan berhasil membentuk kepengurusan, Ketua: Bapak MS. Zuhri,
Sekretaris : Ibu Dwi Rochmiathy, Bendahara : Bapak Busroni dan Anggota : Bapak Supri Haryanto, Bapak Sunarno & Bapak Soewandi. Menunjuk 5 (lima) orang pengelola: Adib Zuhairi (Manajer), Agus Wiratno, Yuni Widiyati, Haris Darmawan dan Joko Sriyanto. Selanjutnya tanggal 30 September 1998 dalam acara Pengajian Akbar, BMT Tumang telah diresmikan oleh Kepala Dinas Koperasi Kabupaten Boyolali, dan 1 Oktober 1998 BMT Tumang mulai operasional yang menempati kantor di salah satu ruangan Kantor Desa Cepogo di Tumang, dengan modal awal sebesar Rp.7.050.000,- yang bersumber dari simpanan pokok anggota pendiri. Jumlah anggota pendiri pada tahap awal operasional sebanyak 20 orang, kemudian menjadi 60 orang dan sampai akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 125 orang. (sumber utama : Manual BMT Tumang hal 13-15). Pada tanggal 10 April 1999, BMT TUMANG secara resmi mendapatkan badan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) dengan Nomor Badan Hukum : 242/BH/KDK.11.25/IV/99. Kemudian pada tanggal 30 April 2002 telah mendapatkan pengesahan Perubahan Anggaran Dasar (PAD) dengan Nomor: 02/PAD/505/IV/2002 dan pada tanggal 12 Januari 2011 telah mendapatkan Pengesahan dengan Keputusan Gubernur Nomor: 02/PAD/XIV/I/2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha tingkat Kabupaten Boyolali menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) tingkat Propinsi Jawa Tengah. Jumlah kantor cabang sampai akhir tahun 2010
sebanyak 5 (lima) kantor, yaitu 1).BMT Tumang (kantor pusat), 2). Cabang Cepogo, 3). Cabang Boyolali, 4). Cabang Ampel dan 5). Cabang Andong. Kelima kantor tersebut masih masuk wilayah Kabupaten Boyolali. 2. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Cabang Ampel Berdirinya BMT Tumang Cabang Ampel pada tanggal 1 Agustus 2002 yang belokasi di Jl. Pasar Ampel No.5 Ampel (belakang pasar Ampel). Saat itu dipercaya sebagai manajer Cabang Bapak Haris Darmawan, marketing funding Bapak Tri Mulyadi dan Bapak Tekad, finance/pembiayaan Bapak Agus Wiratno dan Ibu Endang, kasir Ibu Lely. Seiring perjalanan waktu, pada tanggal 25 juni 2005 terjadi pergantian pimpinan dari Bapak Haris Darmawan diganti Bapak Tri Mulyadi, untuk memimpin kantor Cabang di Boyolali dan pada bulan Agustus 2005 kantor BMT Tumang Cabang Ampel pindah di Jl. Raya Ampel No. 4 (depan pasar Ampel). Pada tanggal 1 April 2012 kantor Cabang Ampel pindah sebelah selatan BPR Binsani, karena kantor mengalami kerusakan, masa kontrak habis, dan pendah ke lokasi yang lebih strategis. Pada hari minggu tanggal 30 juni 2012 perpindahan manajer dari Bapak Tri Mulyadi diganti Bapak Hidayat.
B. Visi dan Misi BMT Tumang Dalam rangka melanjutkan keberlangsungan operasi BMT serta untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT di masa depan maka dirumuskanlah Visi dan Misi (www.BMTTUMANG.com ). 1.
Visi: Menjadikan Lembaga Keuangan Syariah yang mandiri, modern dan
sejahtera.
menggambarkan
Dari
visi
tersebut
suatu
semangat
dapat
untuk
diartikan
membangun
bahwa ekonomi
masyarakat (umat) yang berbasis syariah, dalam rangka mewujudkan kemandirian melalui tata kelola yang baik, tangguh, modern menuju kesejahteraan anggota yang diridhoi Allah SWT. 2. Misi BMT Tumang antara lain: a. Mewujudkan lembaga keuangan syariah yang mandiri, modern, amanah, dan sejahtera. Dalam misi tersebut dapat dijelaskan BMT
Tumang sebagai berikut: 1) BMT Tumang berupaya mewujudkan sebuah lembaga keuangan syariah yang mandiri, secara terus menerus meningkatkan jati diri, mengandalkan pada kekuatan yang dimiliki, serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan bekerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. 2) Modern dari segi pelayanan, daya dukung operasional, dan sejajar
atau
terkemuka.
lebih
tinggi dengan
lembaga
keuangan
3) Dalam melaksanakan jasa layanan lebih mengutamakan norma-norma kebaikan (amanah), memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga keberadaannya dapat memberikan nilai tambah, serta dapat meningkatkan kesejahteraan bagi anggota serta masyarakat luas. b. Mengembangkan SDM yang tangguh, profesional dan berdaya saing tinggi. Dapat diuraikan dari misi tersebut bahwa: BMT berupaya mengembangkan SDM yang profesional, kompeten, memiliki integritas tinggi, berdaya saing sehingga mampu menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. c. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung operasional BMT. Maksud dari misi tersebut adalah untuk mendukung layanan keuangan syariah yang modern, BMT berupaya meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan didukung oleh ketersediaan
infrastruktur teknologi
informasi yang modern sesuai perkembangan zaman .
C. Struktur Organisasi Di BMT Tumang Cabang Ampel mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: Manajer Cabang Ampel
: Nur Hidayat
Marketing Lending
: Wahyudi : Saifudin Zuhri
Marketing Funding
: Sri Lestari : Doni Maradona : Siti Zuriah : Umi Bakdiah
Teller/Kasir
: Anggik Anggraeni
Costumer Service
: Royyanul Alim
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Manajer Cabang Nur Hidayat
Marketing Lending Wahyudi
Marketing Funding Sri Lestari
Marketing Lending Saifudin Zuhri
Marketing Funding Doni Maradona
Marketing Funding Siti Zuriah
Marketing Funding Umi Bakdiah
Teller/ kasir Anggik Angraeni
Costumer Servis Royyanul Alim
Sumber: diolah oleh penyusun.
D. Job Discription Adapun perincian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya adalah sebagai berikut:
1. Manajer a. Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat cabang mendukung kelancaran operasional BMT. b. Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan baik pembiayaan maupun pendanaan. c. Memastikan realisasi target operasional cabang serta menetapkan upaya-upaya pencapaian. d. Melakukan review terhadap ketajaman dan kedalaman analisis pembiayaan guna antisipasi resiko kredit macet, kesalahan pemohon pembiayaan. e. Memutuskan pencairan pembiayaan sesuai dengan wewenangnya. f. Melakukan pembinaan terhadap anggota BMT. g. Memonitoring pelaksanaan penagihan tunggakan kewajiban nasabah. h. Mengambil
keputusan
atas
semua
kegiatan-kegiatan
dibidang
pemasaran dan operasi sampai dengan batas wewenangnya. 2. Marketing Lending a. Memonitoring realisasi target operasional cabang serta menetapkan upaya-upaya pencapaian. b. Memastikan semua pembiayaan mendapatkan tandatangan pejabat yang berwewenang. c. Melaksanakan stategi pemasaran guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
d. Bersama-bersama
komite
pembiayaan
lainnya
memutuskan
pembiayaan sesuai dengan batas wewenang. e. Review akad pembiayaan dan surat sanggup sesuai dengan persyaratan. f. Memonitoring ketertiban nasabah dalam membayar angsuran. g. Mengkoordinir atau melaksanakan penagihan kewajiban nasabah yang telah jatuh tempo atau menunggak. 3. Marketing Funding a. Memonitoring realisasi target operasional cabang serta menetapkan upaya-upaya pencapaian b. Mendatangi nasabah yang menabung maupun membayar angsuran. c. Melakukan survey ketempat calon nasabah. d. Membuat daftar kunjungan kerja harian dalam sepekan mendatang pada akhir pecan berjalan e. Melakukan pembinaan hubungan baik dengan anggota melalui bantuan konsultasi bisnis, diskusi bisnis, diskusi manajemen dan bimbingan pengelolaan keuangan. f. Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan kepada manajer cabang apabila tidak mampu mengatasinya. 4. Costumer Servis a. Memberikan informasi kepada nasabah/calon nasabah tentang produk dan persyaratan maupun tata cara prosedur. b. Mendata dan mengarsipkan data nasabah pembiayaan.
c. Mendata barang jaminan nasabah pembiayaan. d. Mencapai target pendanaan pada jangka waktu yang ditetapkan. 5. Teller a. Membuka dan menutup brankas. b. Mengitung seluruh uang yang ada di dalam brankas. c. Melayani penyetoran tunai maupun non tunai secara cepat dan tepat. d. Melayani penarikan tunai maupun non tunai secara cepat dan tepat. e. Membuat laporan saldo akhir setiap penutupan kas. f. Menjaga kerahasiaan tabungan maupun angsuran nasabah.
E. Produk-produk BMT Tumang 1. Simpanan Mudharabah Simpanan Mudharabah Al Mutholaqoh adalah Simpanan berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT TUMANG untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal. Simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu. a. Manfaat: 1) Aman, Manfaat, Menguntungkan dan Insyaallah Barokah 2) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan syariah.
3) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda. 4) Bebas biaya administrasi b. Syarat Pembukaan Rekening 1) Menjadi anggota BMT TUMANG, membayar simpanan pokok Rp. 10.000,- dan simpanan wajib Rp. 5.000,2) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,3) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening 4) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya 5) Besarnya bagi hasil simpanan ditetapkan keuntungan KJKS BMT Tumang dengan nisbah antara BMT: anggota adalah 70: 30. 6) Bagi hasil yang dimaksud akan diperhitungkan setiap akhir bulan dan akan ditambahkan secara otomatis ke rekening simpanan anggota setiap awal bulan. 2. Simpanan Mudharabah Berjangka (DEPOSITO) Simpanan
Mudharabah
Berjangka
(DEPOSITO)
adalah
Simpanan berdasarkan kaidah syariah mudharabah al-muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT TUMANG untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi
antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal. 3. Simpanan Sukarela (SiRela) Produk simpanan yang menggunakan akad mudharabah, dimana mudharib dapat menabung/mengambil uang sewaktu-waktu selama jam operasional kantor. 4. Simpanan Menikah (SiMenik) Simpanan
yang
menggunakan
akad
mudharabah,
dan
penggunaan simpanan digunakan untuk menikah. Pada tabungan ini dapat diambil jika nasabah akan menikah, biasanya dapat diambil dua bulan sebelum menikah. 5. Simpanan Idul Adha (SisDol) Simpanan ini berakad mudharabah, dimana penabuang dapat menabung sewaktu-waktu selama jam operasional kantor, namun pengambilan uang ditentukan oleh BMT, biasanaya dapat diambil satu bulan sebelum puasa. 6. Simpanan Sadran (SiMandra) Simpanan berjangka yang menggunakan mudharabah, dimana penabuang dapat menabung sewaktu-waktu selama jam operasional kantor, namun pengambilan uang ditentukan oleh BMT, biasanya dapat diambil satu bulan sebelum waktu nyadran.
7. SiMudaMaPan SiMudaMaPan adalah Produk Simpanan berjangka di BMT TUMANG dengan prinsip akad mudharabah mutlaqah, yaitu perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan khusus untuk kebutuhan anggota di waktu yang akan datang. 1. Manfaat Si Muda Mapan 1) Dengan
Akad
Mudharabah
Muthlaqah
penyimpan
dapat
memperoleh bagi hasil dari hasil usaha BMT TUMANG yang insyaallah halal dan barokah. 2) Bagi hasil yang diterima setiap bulannya akan ditambahkan ke simpanan, sehingga akan meningkatkan saldo pokok simpanan, yang secara otomatis akan menambah lagi hasil secara proporsional. 3) Untuk
simpanan
jangka
waktu
minimal 3
tahun
akan
mendapatkan manfaat khusus yaitu akan dimasukkan ke dalam Keluarga peduli pendidikan, diantaranya: a) Setiap tahun ajaran baru akan mendapatkan bingkisan peralatan sekolah b) Anggota yang sakit (opname) akan mendapatkan santunan Rp.200.000,-
c) Anggota yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan sebesar Rp.1.000.000,d) Setiap
anak
didik
yang
berprestasi
bisa
diusulkan
mendapatkan bea siswa dari Divisi Maal BMT TUMANG 2. Ketentuan dan persyaratan 1) Menjadi anggota BMT TUMANG 2) Setoran minimal setiap bulan Rp.50.000,3) Jangka waktu dan ketentuan nisbah bagi hasil penyimpan :
a) 1 tahun : 35% b) 2 tahun : 40% c) 3 - 5 tahun : 45% d) 6- 9 tahun : 46% e) 10-12 tahun: 47,5% f) lebih dari 12 tahun : 48%
4) Dari bagi hasil yang seharusnya diterima, 2,5%nya disisihkan untuk infaq sosial yang akan dimasukan ke bagian Maal BMT TUMANG
8. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/perniagaan antara pihak pemilik dana (sahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama
(nisbah) sesuai dengan kesepakatan di muka dari kedua belah pihak, sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik modal, kecuali jika diketemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana
(mudharib),
seperti
penyelewengan,
kecurangan,
dan
penyalagunaan dana.Akad kerjasama mudharabah ini dibedakan dalam dua jenis, yakni : a.
Mudharabah Muthlaqah, akad ini adalah perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat), misalnya dalam ijab si pemilik modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan kepada pengelola dana untuk melakukan pengelolaan investasinya.
b.
Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan persyaratanpersyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya (investasi yang terikat). Sebagai pengelola dana dipersyaratkan dalam kerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Tidak mencampurkan dana mudharabah yang diterima dengan dana lainnya. 2. Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha yang bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya penjamin dan atau tanpa jaminan.
3. Si pengelola dana harus melakukan sendiri kegiatan usahanya dan tidak diwakilkan kepada pihak ketiga. 9. Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh keduabelah pihak (penjual dan pembeli). Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat secara langsung ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut dengan Bai’ Bitsaman Ajil 10. Pembiayaan Salam (Salaf) Adalah akad pembelian (jual-beli) yang dilakukan dengan cara, pembeli melakukan pemesanan pembelian terlebih dahulu atas barang yang dipesan atau diinginkan dan melakukan pembayaran di muka atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun dengan cara
mengangsur,
yang keduanya
harus diselesaikan
pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan dan diterima kemudian. (Pengantaran barang/delivery dilakukan dengan cara ditangguhkan). 11. Pembiayaan Istisna Adalah akad bersama pembuat (produsen) untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau akad jual beli suatu barang yang akan
dibuat terlebih dahulu oleh pembuat (produsen) yang juga sekaligus menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (Upah) 12. Ijarah Adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah aset sebagai ganti dari pembayaran. Pengertian Sewa (ijarah) adalah sewa atas manfaat dari sebuah aset, sedangkan sewa-beli (ijarah wa Iqtina) atau disebut juga ijarah muntahiya bi tamlik. 13. Pinjaman Qardh Yaitu
meminjamkan
harta
kepada
orang
lain
tanpa
mengharapkan imbalan. Dalam literatur Fiqh, qard dikatagorikan sebagai aqd tathawwu yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung-jawab sosial, Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al-Qardhul Hassan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya berkewajiban membayar
kembali
pokok
pinjamannya,
walaupun
syariah
membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi Lembaga Keuangan pemberi qard tidak diperkenankan untuk meminta imbalan apapun. F. Deskriptif BMT Tumang Cabang Ampel sebagai lembaga keuangan syariah yang melayani penghimpunan dana, penyaluran dana dan jasa. Dalam
penyaluran dana di BMT Tumang Cabang Ampel banyak menggunakan akad murabahah karena mayoritas nasabah adalah pedagang. Dalam penyaluaran dana harus memenuhi persyaratan antara lain pengajuan pembiayaan,
analisis penyaluran dana dengan survey
menggunakan prinsip 5C yaitu Caracter, Collateral, Capital, Capacity, dan Condition. Untuk mendapatkan data penelitian, penyusun mewawancari lima anggota BMT Tumang Cabang Ampel secara acak yang menggunakan pembiayaan murabahah yaitu: Table 2.1 Daftar Nasabah Pembiayaan Murabahah No.
Nama
Alamat
Pengajuan
1
Sarjianto
Dungus 02/01, Ampel, Boyolali
2.000.000
2
Sugimin
Gunung lor 04/02, Ampel, Boyolali
10.000.000
3
Mustari
Urut Sewu 04/02, Ampel, Boyolali
100.000.000
4
Yoso Slamet
Pentur 02/01, Pentur, Simo, Boyolali
4.000.000
5
Tri Subekti
Ngagrong 02/01, Ngagrong, Boyolali
5.000.000
Sumber: BMT Tumang Cabang Ampel Dari tabel di atas dapat diuraikan bab selanjutnya tentang penerapan 6C, masalah-masalah yang timbul dari kesalahan dalam implementasi analisis pembiayaan, serta langkah BMT Tumang Cabang Ampel untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan adanya kebijakan dari manajer pusat maupun manajer cabang.
BAB IV ANALISIS A. Implementsi 5C dalam Pembiayaan Murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel Dalam pemberian pembiayaan murabahah kepada nasabah, BMT Tumang Cabang Ampel mengkategorikan menjadi dua jenis pembiayaan yaitu: 1. Untuk pembelian barang modal Pemberian modal yang akadnya menggunakan akad murabahah untuk pembelian barang-barang modal usaha seperti pembelian peralatan pertanian dan perdangan, dimana jangka waktu pembiayaan maksimal satu tahun. Dalam implementasi di BMT Tumang Cabang Ampel meliputi usaha, seperti: a.
Usaha pertanian Pembiayaan antara lain untuk pembelian peralatan pertanian
seperti pembelian cangkul, sabit, alat penyemprot hama, obat-obatan, dan pupuk.
b. Usaha perdagangan Pembiayaan yang diberikan untuk alat penjualan perbaikan dan pelunasan usaha. Pengajuan pembiayaan yang sering terjadi adalah usaha kelontong dan pembelian sepeda motor. 2. Untuk pembiayaan investasi Fasilitas murabahah yang membiayai suatu kegiatan yang bersifat produktif, dimana pembayaran dari modal dan laba yang diperoleh. Pembiayaan produktif meliputi usaha pertanian dan peternakan, BMT Tumang Cabang Ampel membiayai rehabilitasi (penggantian
mesin
lama
yang
sudah
rusak),
modernisasi
(penggantian mesin dengan mesin yang lebih modern). Fasilitas pertanian digunakan untuk membiayai pembelian alat perontok padi, diesel, traktor, dan mobil. Secara umum proses transaksi murabahah di BMT Tumang Cabang Ampel. Persyaratan dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada calon nasabah, adalah harus mengisi formulir dan melengkapi persyaratan pembiayaan setelah itu dilakukan survei oleh pengelola BMT Tumang Cabang Ampel bagian finance (marketing lending) bertujuan untuk melakukan penilaian apakah pengajuan pembiayaan layak untuk dibiayai. Dengan menggunakan prinsip analisis 5C yaitu:
1. Character (Karakter) Pada tahap ini bagian marketing lending harus mencari tahu data-data tentang nasabah yang meliputi riwayat hidup, latar belakang pendidikan, keadaan keluarga, serta kondisi ekonominya. Dimana informasi tersebut didapatkan dari informasi dari tetangga atau masyarakat sekitar calon nasabah atau wawancara langsung dengan nasabah pengajuan pembiayaan murabahah untuk mengetahui karakter nasabah karena dalam penilaian analisis ini bertujuan untuk memperkirakan
kemungkinan
nasabah
pengguna
dana
yang
mengajukan pembiayaan sesuai dengan keperluan nasabah dan dijadikan acuan atau ukuran oleh BMT Tumang Cabang Ampel dalam mengambil keputusan. Adapun kendala dalam menganalisa karakter nasabah yaitu pada pengelola baru bagian marketing lending kurang berpengalaman dan kurang memahami karakter nasabah. 2. Collateral (Agunan) Dalam penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan atau agunan yang dibebankan oleh calon nasabah sebagai jaminan pembiayaan yang diberikan oleh pihak BMT Tumang Cabang Ampel. Jaminan yang bisa untuk pengajuan pembiayaan adalah BPKB kendaraan bermotor, nasabah yang mempunyai tabungan deposito di BMT Tumang Cabang Ampel dan sertifikat tanah.
Jaminan tersebut dipandang sebagai jaminan yang sah apabila diketahui dan dinilai dari segi ekonomis dan yuridis (hukum). Dalam hal ini merupakan salah satu tugas marketing lending untuk memeriksa kondisi jaminan secara cermat dan lengkap serta menilai kelengkapan surat dari yuridisnya. Berupa surat ijin usaha, surat kuasa yang berfungsi untuk menilai keseriusan calon nasabah dalam pengajuan permohonan pembiayaan. Adapun perhitungan collateral secara ekonomis, dengan memperhitungkan jenis barang serta nilai ekonomis jaminan. khususnya penilaian jaminan BPKB, karena harga dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan penurunan nilai guna. Dalam perhitungan jaminan untuk realisasi pembiayaan di BMT Tumang maksimal sebesar 70% sampai 80% dari harga pasaran. Adapun realisasi berdasarkan riwayat nasabah dalam pembiayaan dan menggunakan produk BMT Tumang Cabang Ampel. Seperti ibu Martini yang menggunakan produk pembiayaan di BMT selama tiga tahun terakhir. Pada monitoring pembayar angsuran termasuk nasabah lancar, sehingga marketing lending berani memberikan pembiayaan tanpa jaminan (wawancara dengan marketing leanding, 24 Mei 2012). 3. Capital (Modal) Analisis capital merupakan analisis yang menghubungkan antara pemohon pembiayaan oleh calon nasabah terhadap sejumlah
dana yang disetor untuk membiayai suatu barang. Yang menjadi pertimbangan dalam analisis ini adalah jangka waktu yang diambil calon nasabah tersebut dalam permohonan pembiayaan. Perhitungan murabahah dapat dijelaskan dalam contoh (studi kasus): bapak Tri Subekti mengajukan permohonan pembiayaan murabahah ke BMT Tumang Cabang Ampel pada tanggal 26 Mei 2012, untuk pembelian sepeda motor Supra X 125. Dengan harga Rp 5.000.000,-. pada saat itu pak Tri Subekti mempunyai dana Rp 1.000.000,-, pada waktu petugas lapangan markeing lending melakukan survey dan analisis data, maka BMT menyetujui pemohonan pembiayaan dan menetapkan dengan tingkat keuntungan 2% pertahun dengan jangka waktu 2 tahun. Berikut perhitungan angsuran perbulan: Harga pokok sepeda motor
: Rp 5.000.000,-
Dibayar nasabah (uang muka) : Rp 1.000.000,Dibayar bank
: Rp 4.000.000,-
Margin untuk BMT
: 24 x 2% x Rp 4.000.000,: Rp 1.920.000,-
Harga jual
: Rp 4.000.000,- + Rp 1.920.000,: Rp 5.920.000,-
Perhitungan angsuran perbulan Harga pokok
: Rp 4.000.000,-
Margin murabahah
: Rp 1.920.000,- +
Harga jual
: Rp 5.920.000,-
Pembayaran pertama
: Rp 1.000.000,- -
Sisa angsuran
: Rp 4.920.000,-
Angsuran perbulan
: Rp 4.920.000,-/ 24 : Rp 205.000,-
Angsuran pokok/ bulan
: Rp 125.000,-
Margin/ bulan
: Rp 80.000,-
Tabel 2.2 Daftar Angsuran Per Bulan Bulan
Pokok
Margin
Angsuran
Sisa Angsuran Rp 4,920,000.00
1
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 4,715,000.00
2
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 4,510,000.00
3
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 4,305,000.00
4
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 4,100,000.00
5
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 3,895,000.00
6
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 3,690,000.00
7
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 3,485,000.00
8
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 3,280,000.00
9
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 3,075,000.00
10
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 2,870,000.00
11
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 2,665,000.00
12
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 2,460,000.00
13
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 2,255,000.00
14
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 2,050,000.00
15
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 1,845,000.00
16
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 1,640,000.00
17
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 1,435,000.00
18
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 1,230,000.00
19
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp 1,025,000.00
20
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp
820,000.00
21
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp
615,000.00
22
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp
410,000.00
23
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp
205,000.00
24
Rp125,000.00
Rp80,000.00
Rp 205,000.00
Rp
-
Jumlah
Rp3,000,000.00
Rp 1,920,000.00
Rp 4,920,000.00
Sumber : diolah dari BMT Tumang Cabang Ampel
4. Capacity (Kemampuan) Dalam hal ini marketing lending harus dapat mengetahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan. Pada Standar Opersional (SOP) BMT Tumang Cabang Ampel dalam pembiayaan, harus memiliki data nasabah kredit macet untuk dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan. Selain itu, marketing lending untuk membuat pertimbangan dengan melakukan wawancara langsung dengan nasabah tentang pendapatan yang diperoleh termasuk pendapatan sampingan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu meliputi kebutuhan seharihari (sandang, papan, pangan). Dapat dirumuskan: pendapatan bersih = pendapatan – pengeluaran Pendapatan bersih jika lebih kecil dari angsuran maka pengajuan pembiayaan ditolak, jika pendapatan bersih lebih besar dari angsuran maka pengajuan pembiyaan direalisasi (wawancara degan manajer cabang BMT Tumang Cabang Ampel ). Dalam implementasi di BMT Tumang Cabang Ampel masih ditemukan data yang kurang lengkap dalam menganalisa nasabah terutama pada capicity. Sehingga marketing lending membuat data sendiri untuk menutupi kekurangan data.
5. Condition (Kondisi) Marketing lending dalam penilaian pembiayaan hendaknya melihat kondisi ekonomi yang usahanya prospek dimasa yang akan datang. Untuk usaha yang kurang prospek, pengajuan pembiayaan akan dipending atau ditolak, dan sebaliknya jika pengajuan pembiayaan untuk usahanya prospek maka akan diberi pinjaman. Namun dalam penerapan di BMT Tumang Cabang Ampel, marketing lending dalam penyaluran dana kepada nasabah tidak melihat kondisi ekonomi usaha yang prospek, sehingga banyak terjadi kemacetan dalam mengangsur angsuran. Dalam implementasi pembiayaan di BMT Tumang Cabang Ampel selain menggunakan analisis 5C juga menggunakan analisis prinsip syariah dan tujuan pembiayaan, yaitu: 1. Syariah Syariah maksudnya dalam pengajuan pembiayaan barang dengan akad
murabahah sudah sesuai prinsip syariah atau tidak.
Penerapan syariah di BMT Tumang Cabang Ampel dari penerapan akad, barang yang diperjual belikan harus halal, dan sebagainya. Dari analisis 5C di atas jika prinsip syariah tidak terpenuhi maka pengajuan pembiayaan batal (wawancara dengan manajer cabang Ampel).
2. Tujuan Tujuan bermaksud untuk mengetahui pemanfaatan dari pengajuan pembiayaan. Hal ini diterapkan dalam analisis pembiayaan BMT Tumang Cabang Ampel supaya pembiayaan tepat pada tujuan utama dalam pengajuan pembiayaan dan menghindari dari riba. B. Masalah-masalah yang Timbul dalam Implementasi 5C dalam Pembiayaan Murabahah Di BMT Tumang Cabang Ampel banyak terdapat masalah pada pembiayaan murabahah, antara lain tentang penetapan hak milik barang belum jelas. Seharusnya sebelum angsuran lunas, barang atas nama BMT Tumang Cabang Ampel dan setelah lunas barang tersebut di atas namakan nasabah. Namun pada implementasinya BMT hanya memberikan pembiayaan kepada nasabah, tanpa menerapkan prinsip tersebut. Pada saat mewawancarai bapak Yoso Slamet yang menggunakan produk murabahah untuk pembelian sepeda motor. Terdapat dua akad yaitu akad murabahah dan akad wakalah, Seharusnya dalam satu pembiayaan menggunakan satu akad. Hal ini dilakukan marketing lending dengan alasan karena untuk mempermudah operasional. Dari hasil wawancara dengan bapak Saiful Zuhri selaku marketing lending di BMT Tumang menyatakan bahwa permasalahan yang terdapat
dalam aplikasi Pembiayaan di BMT Tumang Cabang Ampel adalah pada jaminan atau collateral, contoh (studi kasus): bapak Mustari mengajukan permohonan pembiayaan untuk usaha toko bangunan, dari agunan/jaminan syarat terpunuhi dari hasil gaji istri dan suami sebesar 40% dari gaji bersih dan mobil avansa. Suatu hari, nasabah tersebut bermasalah (bercerai) secara otomatis angsuran pembiayaan tersebut juga bermasalah. Selain itu, permasalahan terdapat pada analisis tujuan. Hasil wawancara dengan bapak Sugimin, tanggal 10 Juni 2012, terjadinya permasalahan adalah mengajukan pembiayaan dengan jaminan dan nama sendiri, secara otomatis angsuran menjadi tanggung jawab peminjam. Namun
pembiayaan
tersebut
digunakan
oleh
tetangganya
tanpa
sepengetahuan marketing lending. Seharusnya nasabah yang mengajukan pembiayaan harus jujur dalam tujuan pembiayaan dan marketing lending harus menganalisa pembiayaan lebih teliti dan lengkap. Permasalahan lain muncul, akibat adanya terjadinya penggantian pengelola tiap tahun, pergantian pengelola berarti pelimpahan tanggung jawab yang menyebabkan penanganan pembiayaan tidak terselesaikan. Dari
permasalahan-permasalahan
di
atas
mengakibatkan
pengangusuran pembiayaan menjadi terlambat dan macet. C. Kebijakan BMT Tumang Cabang Ampel untuk mengatasi Masalahmasalah Implementasi 5C dalam Pembiayaan Murabahah
Adapun penyelesaian pembiayaan yang diakibatkan kesalahan dalam analisis pembiayaan di BMT Tumang Cabang Ampel untuk pengelola yaitu: 1. Melakukan evaluasi penerapan akad Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kredit macet, BMT Tumang Pusat membuat SOP (Standar Operasional) dengan menerapkan pengauditan akad setiap satu bulan sekali. 2. Pelatihan pengelola BMT Tumang Dengan melakukan analisa pengauditan penerapan akad di BMT Tumang Pusat maupun Cabang akan diketahui pengelola yang belum menguasai analisa pembiayaan untuk pengelola baru maupun yang lama. Maka akan dipelatih oleh manajer cabang dalam jangka waktu tertentu. 3. Pembinaan kepada pengelola Jika dalam pelatihan tidak bisa menguasai analisa pembiayaan BMT Tumang maka akan dibimbing. Bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di BMT Tumang Pusat maupun Cabang, dengan cara sharing antar pengelola BMT Tumang dan adanya pembinaan yang diadakan direktur utama setiap satu bulan sekali. Jika pengelola tidak juga menguasai analisis pembiayaan maka pengelola akan dimasukkan dalam pengelola bagian marketing funding.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis pembiayaan murabahah belum semuanya diterapkan dalam menganalisa pembiayaan murabahah. 2. Masalah-masalah yang terdapat dalam pembiayaan murabahah adalah adanya dua akad dalam satu pembiayaan yaitu akad murabahah dan akad wakalah, kekurang teliti menganalisa pembiayaan murabahah dari marketing lending, adanya pergantian pengelola setiap tahun yang menyebabkan penanganan kredit macet tidak terselesaikan, kurang pemahaman pengelola khususnya bagian marketing lending, untuk menganalisa pembiayaan, dan banyak terjadi permasalahan yang timbul pada jaminan atau collateral. 3. Kebijakan
yang
dilakukan
BMT
Tumang
untuk
menyelesaikan
permasalahan antara lain: melakukan evaluasi penerapan akad, pelatihan pengelola BMT Tumang, pembinaan kepada pengelola.
B. Saran Dari kesimpulan tersebut, penyusun mencoba memberikan saran sebagai berikut: 1. Selain analisis 5C yang ada di BMT Tumang Cabang Ampel adalah Caracter, Collateral, Capital, Capacity, Condition, dan ditambah dengan 1S dan 1T yaitu Syariah dan Tujuan. Dengan adanya 1S dan 1T bertujuan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dan menerapkan prinsip syariah. 2. Untuk menghindari permasalahan pembiayaan yang tidak diinginkan, disarankan agar lebih teliti dalam masalah jaminan dan melakukan pengawasan yang lebih teratur sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. Syafi`i. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: PT. Gema Insani Press. Arifin, Zainul. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet. Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank syariah. Yogyakarta: UUP AMP YKPN. Sudarsono. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan ilustras., Yogyakarta: Ekonisia. Karim, Ardiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, Edisi Kedua. 2004. Jakarta: PT Raja Grafindo. Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tanwil. Yogjakarta: UII Press. Ascarya. 2007. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Grafindo. Zulkifli, Sunarto. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zukrul Hakim. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Gralia Indonesia. Prayogo, Teguh. 2009. Tugas Akhir: Analisis Pemberian Kredit Di BPR Mekar Nugroho. STAIN Salatiga. Suwarsih. 2004. Tugas Akhir: Sistem Penerimaan Kas Dari Pelunasan Kredit Pada Perum Pegadaian Cabang Boyolali. STAIN Salatiga. Farida, Nanik. 2005. Tugas Akhir: Sistem Pemberian Kredit Gadai Di Perum Pegadaian Cabang Suruh. STAIN Salatiga. Astuti, Nanik. 2004. Tugas Akhir:Prosedur Pembiayaan Murabahah KSU BMT Tumang Cabang Cepogo. STAIN Salatiga. www.Esavislam.com/murabahah (diunduh pada tanggal 10 Juni 2012).
www.BMTTUMANG.com/produkdanpelayanan (diunduh pada tanggal 10 Juni 2012 ). http://www.forumkami.net/pendidikan/ (diunduh pada tanggal 20 Juni 2012).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: Indra Budi Utomo
Tempat/Tanggal Lahir
: Boyolali, 06 Juni 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum kawin
Alamat Rumah
: Karakan Rt.03, Rw.04, Catur, Sambi, Boyolali.
Pendidikan
: TK Pertiwi Wonotoro lulus tahun 1997 SD Negeri Wonotoro lulus tahun 2003 SLTP Negeri 1 Simo lulus tahun 2006 SMA Negeri 2 Boyolali lulus tahun 2009 STAIN Salatiga
DAFTAR WAWANCARA
Untuk mendapatkan data penelitian, penyusun melakukan wawancara dengan pengelola dan nasabah BMT Tumang Cabang Ampel, antara lain sebagai berikut: 1. Pertanyaan untuk pengelola: a. Alasan apa BMT Tumang Menggunakan akad ganda (14-05-2012)? b. Permasalahan apa saja yang terdapat dalam analisis jaminan (14-052012)? c. Bagaimana cara menaksir realisasi pembiayaan terhadap barang jaminan (15-05-2012)? d. Permasalahan apa saja yang terdapat dalam analisis tujuan (16-052012)? e. Apa saja yang menjadi penilaian analisis pembiayaan murabahah pada analisis syariah (16-05-2012)? f. Kebijakan apa untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembiayaan bermasalah (30-05-2012)? g. Apa saja hambata-hambatan yang terdapat dalam analisis Character (3005-2012)? h. Bagaimana cara menganalisis capacity dalam pembiayaan murabahah (10-06-2012)? 2. Pertanyaan untuk nasabah: a. Apakah terdapat akad ganda pada pembiayaan murabahah dan akad apa saja yang sering digunakan (20-06-2012)? b. Tujuan dan untuk apa bapak dalam mengajukan pembiayaan murabahah (24-06-2012)? c. Berapa margin keuntungan dan angsuran bapak dalam pembiayaan murabahah (05-07-2012)?